Modul ini membahas tentang membangun tim kerja Puskesmas yang efektif dan handal untuk mendukung pelaksanaan berbagai upaya kesehatan. Tim kerja Puskesmas tidak hanya melibatkan tenaga internal tetapi juga eksternal. Modul ini menjelaskan konsep dasar tim kerja, nilai-nilai SDM, komunikasi, dan kemitraan dalam membentuk tim kerja Puskesmas.
1. Kurikulum dan Modul Manajemen Puskesmas 1
MODUL 2
MEMBANGUN TIM KERJA PUSKESMAS
I. Deskripsi Singkat
Untuk terselenggaranya berbagai upaya kesehatan
perorangan dan upaya kesehatan masyarakat baik upaya
kesehatan wajib maupun upaya kesehatan pengembangan,
perlu didukung oleh tim kerja Puskesmas yang handal dan
efektif. Penerapan azas penyelenggaraan Puskesmas, baik
azas pertanggungjawaban wilayah, azas pemberdayaan
masyarakat, azas keterpaduan maupun azas rujukan, hanya
mungkin mencapai hasil yang optimal apabila Puskesmas
mampu membangun suatu tim kerja yang memiliki
kemampuan serta komitmen tinggi dalam upaya
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat diwilayah kerja
Puskesmas.
Sehubungan dengan itu setiap pimpinan Puskesmas perlu
dibekali dengan pengetahuan dan kemampuan dalam
membangun tim kerja agar efektif dan handal. Tim kerja
Puskesmas tidak hanya melibatkan tenaga/staf internal
Puskesmas, akan tetapi juga dapat melibatkan tenaga dari
luar Puskesmas (lintas sektor, pemuka masyarakat, anggota
masyarakat lainnya dan sebagainya).
Untuk itu, modul akan membahas tentang: konsep dasar tim
kerja, nilai-nilai sdm, komunikasi dan kemitraan. Pembahasan
modul akan menggunakan metode: ceramah tanya jawab,
diskusi kelompok, pleno, role playing.
2. Kurikulum dan Modul Manajemen Puskesmas 2
II. Tujuan
A. Tujuan Umum:
Setelah mengikuti sesi, peserta memiliki pemahaman
tentang membangun tim kerja Puskesmas.
B. Tujuan Khusus:
Setelah mengikuti sesi peserta mampu:
1. Menjelaskan konsep dasar tim kerja.
2. Menjelaskan Nilai-nilai SDM dalam kaitan dengan
membangun tim kerja .
3. Memerankan prinsip komunikasi dalam membangun tim
kerja.
4. Menjelaskan tentang kemitraan dalam kaitannya dengan
membangun tim kerja.
5. Mengidentifikasi langkah-langkah dalam membangun
tim kerja.
III. Pokok Bahasan dan Sub Pokok bahasan
Pokok Bahasan materi ini terdiri atas:
Pokok Bahasan 1 :Konsep Dasar Tim Kerja
Pokok Bahasan 2 :Nilai-Nilai SDM.
Pokok Bahasan 3 :Komunikasi
Pokok Bahasan 4 :Kemitraan
IV. Langkah-langkah
Langkah 1. Pengkondisian ( 10 menit)
a. Fasilitator memperkenalkan diri, kemudian menyampaikan
tujuan pembelajaran, waktu yang tersedia serta keterkaitan
materi dengan materi sebelumnya, yaitu materi Kebijakan
Dasar Puskesmas dan Penerapannya.
b. Fasilitator menggali pendapat peserta tentang pengertian
Tim kerja. Mintalah masing-masing peserta untuk
menuliskan pendapatnya pada kertas manila berwarna
3. Kurikulum dan Modul Manajemen Puskesmas 3
atau post it. Kemudian tempelkan kertas tersebut pada
dinding, kumpulkan pendapat yang serupa.
c. Fasilitator memandu peserta untuk menyimpulkan hasilnya.
Tuliskan pada kertas flipchart dan tempel di dinding.
Langkah 2. Membahas pokok bahasan 1 Konsep Dasar Tim
Kerja (20 menit).
a. Fasilitator menggali pendapat peserta tentang Konsep
Dasar Tim Kerja, apakah peserta memahami perbedaan
antara tim kerja dengan kelompok kerja.
b. Fasilitator menyampaikan materi / pokok bahasan dengan
ceramah singkat, dengan menggunakan media dan alat
Bantu yang telah disiapkan.
c. Fasilitator memberi kesempatan peserta untuk bertanya
atau minta klarifikasi.Sebelum menjawab pertanyaan
sebaiknya berikan dulu kesempatan untuk menjawab
kepada peserta lainnya. Usahakan suasana belajar yang
kondusif.
d. Fasilitator memberikan jawaban dan klarifikasi terhadap
pertanyaan yang belum terjawab atau belum jelas
jawabannya.
Langkah 3. Membahas pokok bahasan Nilai-Nilai SDM
(60 menit)
a. Fasilitator menggali pendapat/ pengetahuan peserta
tentang Nilai-nilai SDM, dan bagaimana peserta
memahami arti dari setiap nilai. Tuliskan pendapat peserta
pada kertas flipchart.
b. Fasilitator menyampaikan materi/ pokok bahasan dengan
ceramah singkat, dengan menggunakan media dan alat
bantu yang telah disiapkan.
c. Fasilitator memberi kesempatan peserta untuk bertanya
atau minta klarifikasi. Sebelum menjawab pertanyaan
sebaiknya berikan dulu kesempatan untuk menjawab
4. Kurikulum dan Modul Manajemen Puskesmas 4
kepada peserta lainnya. Usahakan suasana belajar yang
kondusif.
d. Fasilitator membagi peserta dalam kelompok @ 5-6 orang
per kelompok. Setiap kelompok diberi tugas untuk
mendiskusikan tentang: Penerapan Nilai-nilai SDM dalam
penyelenggaraan Puskesmas.
e. Fasilitator memandu peserta mempresentasikan hasil
diskusinya secara panel,agar dapat dibandingkan satu
sama lain, sehingga memperkaya wawasan peserta.
f. Fasilitator menyapaikan rangkuman hasil diskusi.
Langkah 4. Membahas Pokok Bahasan 3 Komunikasi
(75 menit)
a. Fasilitator menggali pendapat peserta tentang Komunikasi,
mengapa diperlukan dalam membangun tim
kerja?.Tuliskan pendapat peserta pada kertas flipchart atau
kertas manila berwarna dan tempel didinding. Kompilasi/
kelompokkan pendapat yang serupa.
b. Fasilitator menyampaikan materi/pokok bahasan dengan
ceramah singkat, dengan menggunakan media dan alat
bantu yang telah disiapkan.
c. Fasilitator memberi kesempatan peserta untuk bertanya
atau minta klarifikasi. Sebelum menjawab pertanyaan
sebaiknya berikan dulu kesempatan untuk menjawab
kepada peserta lainnya. Usahakan suasana belajar yang
kondusif.
d. Fasilitator memberi penugasan role playing/ bermain peran
komunikasi (Petunjuk role playing pada halaman modul).
e. Fasilitator menyampaikan rangkuman .
Langkah 5. Membahas Pokok Bahasan 4 Kemitraan
(20 menit)
a. Fasilitator menggali pendapat/pengetahuan dan
pengalaman peserta tentang Kemitraan, dan apa
keterkaitannya dengan membangun tim kerja. Tuliskan
5. Kurikulum dan Modul Manajemen Puskesmas 5
pendapat peserta pada kertas flipchart atau kertas manila
berwarna dan tempel didinding.
b. Fasilitator menyampaikan materi/pokok bahasan dengan
ceramah singkat, dengan menggunakan media dan alat
bantu yang telah disiapkan.
c. Fasilitator memberi kesempatan peserta untuk bertanya
atau minta klarifikasi. Sebelum menjawab pertanyaan
sebaiknya berikan dulu kesempatan untuk menjawab
kepada peserta lainnya. Usahakan suasana belajar yang
kondusif.
Langkah 6. Pemantapan/internalisasi (75 menit)
a. Fasilitator membagi peserta dalam kelompok @ 5-6 orang
per kelompok. Setiap kelompok diberi tugas untuk
mendiskusikan/mengidentifikasi tentang: Langkah-langkah
dalam membangun tim kerja Puskesmas.
b. Fasilitator memandu peserta mempresentasikan hasil
diskusinya secara panel, agar dapat dibandingkan satu
sama lain, sehingga memperkaya wawasan peserta.
c. Fasilitator menyapaikan rangkuman hasil diskusi.
Langkah 7. Rangkuman dan pembulatan (10 menit)
a. Fasilitator memandu peserta untuk membuat rangkuman
dan pembulatan dari materi yang sudah dibahas.
b. Fasilitator menyampaikan secara singkat keterkaitadengan
materi selanjutnya, serta mengucapkan terima kasih dan
salam.
6. Kurikulum dan Modul Manajemen Puskesmas 6
V. Uraian Materi
A. Konsep Dasar Tim Kerja
1. Perbedaan Tim Kerja dengan Kelompok Kerja
Secara sepintas, kebanyakan orang tidak dapat
membedakan antara tim kerja dengan kelompok kerja,
padahal terdapat nuansa perbedaan-perbedaan yang
mendasar diantara kedua pengertian tersebut.
James F.Stoner (1996) mendefinisikan sebuah tim
sebagai dua orang atau lebih yang berinteraksi dan
saling mempengaruhi kearah tujuan bersama.
Secara tradisional, terdapat dua tim dalam suatu
organisasi; formal dan informal, akan tetapi sekarang
terdapat tim yang mempunyai karakteristik (ciri-ciri)
keduanya.
Stamatis (1996), dengan jelas mendefinisikan TEAM
melalui suatu akronim yang baik sekali, yaitu:
T ogether
E veryone
A chieves
M ore.
Artinya adalah: Setiap orang bila bekerja sama dapat
mencapai lebih, jadi dengan bekerja sama dalam suatu
tim kerja, hasil yang akan dicapai akan lebih besar dari
penjumlahan hasil-hasil perseorangan, hal inilah yang
dikenal dengan konsep Sinergi.
Perbedaan-perbedaan antara kelompok kerja dengan
tim kerja dikemukakan oleh Stephen P. Robbins (1996)
yang mendefinisikan kelompok kerja sebagai kelompok
yang terutama berinteraksi untuk membagi informasi
7. Kurikulum dan Modul Manajemen Puskesmas 7
dan mengambil keputusan untuk membantu tiap
anggota dalam bidang tanggung jawabnya.
Sedangkan tim kerja adalah kelompok yang upaya-
upaya individunya menghasilkan suatu kinerja yang
lebih besar dari pada jumlah masukan-masukan
individual.
Dengan demikian suatu kelompok kerja tidak perlu atau
berkesempatan untuk melakukan kerja kolektif yang
menuntut upaya gabungan, kinerja mereka sekedar
jumlah kinerja sumbangan perseorangan dari tiap
anggota kelompok. Karena tidak terdapat sinergi positif
yang akan menciptakan suatu tingkat keseluruhan
kinerja yang lebih besar daripada jumlah masukan-
masukan.
Sedangkan dalam suatu tim kerja, terdapat sinergi positif
melalui upaya-upaya yang terkoordinasi. Upaya-upaya
perseorangan mereka menghasilkan suatu tingkat kinerja
yang lebih besar daripada jumlah masukan perseorangan
tersebut.
Penugasan 1
Peserta dibagi dalam kelompok 5-6 orang
Setiap kelompok mendiskusikan apakah Puskesmas
Membutuhkan tim kerja atau kelompok kerja?
Apa alasannya?
Tuliskan pada kertas flipchart.
8. Kurikulum dan Modul Manajemen Puskesmas 8
2. Nilai-nilai SDM Kesehatan
Nilai-nilai atau value dalam suatu tim memegang
peranan penting, nilai organisasi menyangkut jati diri
organisasi tersebut, yang merupakan ciri spesifik yang
melandasi para anggotanya untuk berperilaku.
Pada dasarnya nilai (value) adalah hal-hal yang secara
psikologis memberikan dorongan kepada pribadi
seseorang dalam menghadapi kehidupan. Nilai-nilai
tersebut jika sudah tertanam dalam jiwa kita, ia akan
membentuk suatu keyakinan, dan keyakinan inilah yang
akan melandasi seseorang untuk berperilaku.
Nilai-nilai dasar (values) adalah fondasi sebuah identitas
korporat. Nilai-nilai adalah sesuatu yang memaknai jati
diri seseorang sebagai anggota korporasi dalam
keadaan seperti apapun.
Untuk membangun suatu tim kerja. Puskesmas perlu
terlebih dahulu menanamkan nilai-nilai yang harus dianut
oleh seluruh anggota organisasi/petugas Puskesmas.Ini
menjadi bagian dari peran Kepala Puskesmas sebagai
seorang manajer sekaligus pemimpin di Puskesmas.
Nilai-nilai tersebut harus disosialisasikan kepada seluruh
jajaran organisasi termasuk komitmen untuk
menerapkannya dalam pelaksanaan tugas sehari-hari
serta mewujudkan visi Puskesmas.
9. Kurikulum dan Modul Manajemen Puskesmas 9
Departemen Kesehatan, guna mewujudkan visi
“Masyarakat Yang Mandiri Untuk Hidup Sehat” dan
mengemban misi “Membuat Rakyat Sehat”, menganut
dan menjunjung tinggi nilai-nilai:
• Berpihak kepada rakyat
• Bertindak cepat dan tepat
• Kerjasama tim
• Integritas tinggi
• Transparansi dan Akuntabilitas
a. Berpihak kepada rakyat
Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan,
Departemen kesehatan akan selalu berpihak kepada
rakyat. Diperolehnya derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya bagi setiap orang adalah salah
satu hak asasi manusia tanpa membedakan suku,
golongan, agama, dan status sosial ekonomi. UUD
1945 juga menetapkan bahwa setiap orang berhak
hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal,
dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan
sehat serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan.
Demikian halnya dengan Puskesmas, setiap
penyelenggaraan upaya kesehatan perorangan dan
upaya kesehatan masyarakat, baik upaya kesehatan
wajib maupun pengembangan, harus berpihak
kepada rakyat atau masyarakat diwilayah
kerjanya,dalam rangka mencapai derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya bagi masyarakat diwilayah
tersebut.
10. Kurikulum dan Modul Manajemen Puskesmas 10
b. Bertindak cepat dan tepat
Masalah kesehatan yang dihadapi makin bertambah
kompleks dan berubah dengan cepat, bahkan
kadang-kadang tidak terduga, yang dapat
menimbulkan masalah darurat kesehatan. Dalam
mengatasi masalah kesehatan, apalagi yang bersifat
darurat, harus dilakukan tindakan secara cepat.
Tindakan yang cepat juga harus diikuti dengan
pertimbangan yang cermat, sehingga intervensi yang
tepat dapat mengenai sasaran.
Puskesmas harus menanamkan keyakinan kepada
seluruh petugas tentang betapa berharganya waktu
dalam penanggulangan masalah kesehatan, baik
upaya kesehatan perorangan maupun upaya
kesehatan masyarakat, setiap menit bahkan setiap
detiknya. Respons terhadap masalah kesehatan
harus sesegera mungkin, namun dengan
pertimbangan yang cermat, artinya selalu berpegang
pada prinsip mutu, yaitu ”Lakukan secara benar sejak
awal/pertama kali dan selamanya”
c. Kerjasama tim
Departemen Kesehatan sebagai organisasi
pemerintah memiliki sumber daya manusia yang
banyak. Sumber daya manusia ini merupakan
potensi bagi terbentuknya suatu tim besar. Oleh
karena itu, dalam mengemban tugas-tugas
pembangunan kesehatan, harus dibina kerja tim yang
utuh dan kompak, dengan menerapkan prinsip
koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan sinergisme.
11. Kurikulum dan Modul Manajemen Puskesmas 11
Berkaitan dengan itu, Puskesmas meskipun
besarnya bervariasi, merupakan suatu organisasi
yang didukung oleh SDM dengan latar belakang yang
berbeda, baik dari segi pendidikan, pengalaman,
sosial, ekonomi dan budaya. Karena itu perlu upaya
untuk mempersatukan mereka dalam suatu ikatan
kerjasama tim yang solid serta memiliki integritas
tinggi.
d. Integritas tinggi
Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan,
setiap anggota (karyawan dan pimpinan)
Departemen Kesehatan harus memiliki komitmen
yang tinggi dalam upaya mencapai visi dan misi yang
telah ditetapkan. Selain itu, dalam melaksanakan
tugas, semua anggota departemen kesehatan harus
memiliki ketulusan hati, kejujuran, berkepribadian
yang teguh, dan bermoral tinggi.
Untuk membina organisasi agar SDMnya memiliki
integritas yang tinggi, biasanya pimpinan organisasi
dituntut untuk menteladani ciri-ciri sebagaimana yang
disebutkan (tulus, jujur, berkepribadian teguh serta
bermoral tinggi) yang ditunjukkan dalam perilaku
sehari-hari. Integritas juga ditandai dengan komitmen
terhadap pencapaian tujuan organisasi, yaitu
komitmen terhadap penyelenggaraan berbagai upaya
kesehatan Puskesmas, dilaksanakan dengan
sepenuh hati dan tanggungjawab.
Forum pertemuan Puskesmas seperti Lokakarya
Mini, rapat rutin staf dapat dijadikan sarana
pembinaan SDM agar memiliki integritas tinggi.
12. Kurikulum dan Modul Manajemen Puskesmas 12
e. Transparansi dan Akuntabilitas
Dalam era demokrasi dan perkembangan
masyarakat yang lebih cerdas dan tanggap, tuntutan
atas pelaksanaan tugas yang transparan dan dapat
dipertanggung-gugatkan (akuntabel) terus meningkat.
Oleh karenanya kegiatan pembangunan kesehatan
yang diselenggarakan oleh Departemen Kesehatan,
harus dilaksanakan secara transparan, dapat
dipertanggung-jawabkan dan dipertanggung-
gugatkan kepada publik.
Pembentukan Badan Penyantun Puskesmas (BPP)
atau yang sejenis dapat menjadi mitra Puskesmas
dalam rangka pertanggungjawaban dan
pertanggunggugatan penyelenggaraan upaya
kesehatan Puskesmas kepada publik.
Penugasan 2.
Sampai disini,untuk memantapkan pemahaman peserta
tentang Nilai-nilai SDM, fasilitator memberi penugasan
kelompok:
Setiap kelompok mendiskusikan tentang bagaimana
mengaplikasikan nilai-nilai SDM dalam penyelenggaraan
upaya kesehatan Puskesmas:
- Aplikasi nilai Berpihak kepada rakyat
- Aplikasi nilai Bertindak cepat dan tepat
- Aplikasi nilai Kerjasama tim
- Aplikasi nilai Integritas tinggi
- Aplikasi nilai Transparansi dan Akuntabilitas
13. Kurikulum dan Modul Manajemen Puskesmas 13
3. Komunikasi
Istilah komunikasi (communication) berasal dari kata
latin “communicatio”, dan bersumber dari cata
communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya
adalah sama makna. Jadi kalau dua orang terlibat dalam
komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan, maka
komunikasi akan terjadi bila ada keasamaan makna
menganai apa yang dipercakapkan.
Proses komunikasi pda hakikatnya adalah proses
penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang
(komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran
bias berupa gagasan, ide, informasi, opini, dan lain-lain
yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa berupa
keyakinan, kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran,
kemarahan, keberanian, kegairahan, dan sebagainya
yang timbul di lubuk hati.
Menurut Laswell komunikasi adalah proses
penyampaian pesan oleh komunikator kepada
komunikan melalui media yng menimbulkan efek
tertentu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas komunikasi,
lihat gambar di bawah ini.
Pemancar
Penerima
Gagasan
Terjemahan
Medium
Kata-kata
Suara/ gangguan
Pemancar
14. Kurikulum dan Modul Manajemen Puskesmas 14
1) Apa yang anda katakan. Hal ini mungkin sangat
kompleks dan bisa relevan ataupun tidak.
2) Cara anda mengatakannya. Bahasa dan nada bicara
yang anda gunakan harus memberi kesan kritis.
3) Medium. Komunikasi tatap muka cukup memadai
dalam beberapa situasi pelayanan, tetapi tidak dalam
situasi lainnya. Pilih media komunikasi secara cermat
agar selaras dengan berita, entah panjang, pendek,
rumit atau sederhana. Apakah diperlukan interaksi
atau tidak?
4) Pemberi informasi. Anda barangkali tidak dpat
sepenuhnya menyampaikan pesan. Anda mungkin
terpengaruh oleh berbagai kepentingan atau hal-hal
yang sling berkaitan, atau oleh isi pesan itu yang
membuat anda merasa kurang enak.
5) Pendengar. Komunikasi akan dipengaruhi oleh berbai
pertimbangan seperti: dengan siapa anda berbicara,
apa prioritas mereka, seberapa banyak yang telah
mereka ketahui, pola berpikir mereka.
6) Suara atau hal-hal yang mengganggu. Komunikasi
akan terpengaruh bila masing-masing kelompok
menemui kesulitan untuk menyingkirkan gangguan
dari orang lain maupun suara di sekitar mereka.
7) Menangkap detail yang tidak relevan atau
menyimpang dari pembicaraan.
Dalam membangun tim kerja Puskesmas, komunikasi
adalah penting, sebagai mana dikemukakan oleh
Snyder(1988;209):” Kemampuan suatu tim untuk
mencapai tujuannya sangat tergantung pada
kemampuan dari para anggotanya untuk
berkomunikasi secara efektif satu sama
lain.Komunikasi interpersonal merupakan tumpuan
bagi terjadinya perencanaan, penyelesaian masalah,
tindakan, refleksi serta evaluasi yang efektif.”
15. Kurikulum dan Modul Manajemen Puskesmas 15
Sedangkan Thamhain (1990;16) menyatakan,
bahwa,” Komunikasi yang buruk adalah hambatan
utama untuk terlaksananya tugas tim yang efektif
serta tumbuhnya kinerja yang inovatif, karena itu
komunikasi yang lancar, bebas ke segala arah dan
menyeluruh adalah sangat penting.”
Sehubungan dengan itu Kepala Puskesmas beserta
staf/petugas perlu memahami dan mampu
menerapkan teknik komunikasi yang efektif, yaitu:
• Komunikasi harus menghasilkan pengertian yang
sama. Hal ini sejalan dengan tujuan komunikasi.
Diperlukan sikap tulus dari kedua pihak yang
berkomunikasi.
• Kesederhanaan dan kejelasan dalam
berkomunikasi untuk membantu kelancaran
umpan balik oleh kedua belah pihak. Komunikasi
harus menggunakan bahasa yang mudah
dimengerti dan bersifat dua arah. Hindari
penggunaan bahas atau istilah-istilah teknis/
abstrak yang menyulitkan/mengaburkan
pengertian, terutama apabila berbicara dengan
orang/anggota tim kerja dari luar sektor
kesehatan.
• Beri kesempatan kepada pihak penerima pesan
untuk mendapatkan kejelasan terhadap pesan
yang dianggap kurang jelas.
• Suatu pesan yang disampaikan harus singkat
padat (concise), lengkap mengandung semua
informasi yang perlu (comprehensive and
complete), langsung (to the point) benar dan nyata
(correct and based on facts). Pesan tidak boleh
mengandung informasi yang kurang atau
berlebihan.
16. Kurikulum dan Modul Manajemen Puskesmas 16
• Hargai perbedaan pada setiap individu, karena
mungkin setiap orang memerlukan pendekatan
yang berbeda, boleh jadi karena latar belakang
pendidikan, situasi atau sifat pribadi manusianya.
• Pesan disampaikan dalam bentuk yang menarik,
dalam gaya bicara ataupun penyajian.
• Menunjukkan sikap dan kepercayaan diri, serta
keyakinan yang dapat mempengaruhi penerima
pesan.
• Menunjukkan kemampuan menjadi pendengar
yang baik. Berilah kesempatan kepada setiap
orang untuk menyampaikan pendapatnya, dan
berusaha untuk memahami dengan menunjukkan
kesungguhan anda mendengarkan.
• Penting untuk selalu disadari bahwa komunikasi
adalah proses timbal balik yang mencakup:
penyampaian, penerimaan pesan dan siklus
umpan balik.
Penugasan 3.Role playing komunikasi
Fasilitator memberi penugasan melakukan role
play/bermain peran komunikasi.
Petunjuk role play pada halaman 26
4. Kemitraan
Kemitraan dibentuk oleh sekelompok individu atau
institusi yang sepakat bekerjasama dalam mencapai
tujuan yang sama. Dalam membangun kemitraan perlu
diperhatikan prinsip dasar kemitraan, landasan
kemitraan dan kunci keberhasilan kemitraan.
17. Kurikulum dan Modul Manajemen Puskesmas 17
Prinsip Dasar:
• Kesetaraan (Equity)
Setiap mitra dalam keterlibatannya dalam
pelaksanaan upaya kesehatan harus diberi
kepercayaan penuh, dihargai dan diberikan
pengakuan dalam hal kemampuan dan nilai-nilai
yang dimiliki.
• Keterbukaan (Transparancy)
Setiap mitra dalam keterlibatannya dalam
pelaksanaan upaya kesehatan yakin dan percaya
setiap kesepakatan akan dilakukan dengan terbuka,
jujur tidak saling merahasiakan sesuatu.
• Saling menguntungkan (Mutual benefit)
Setiap mitra dalam keterlibatannya dalam
pelaksanaan upaya kesehatan akan mendapatkan
keuntungan/manfaat bersama dari kemitraan
tersebut. (keuntungan/manfaat tidak selalu bersifat
material).
Landasan Kemitraan:
• Saling memahami kedudukan, tugas, fungsi dan
struktur masing-masing.
• Saling memahami kemampuan (capacity).
• Saling menghubungi (linkage)
• Saling mendekati (proximity)
• Saling bersedia membantu dan dibantu (openess).
• Saling memberi dorongan dan mendukung (support)
• Saling menghargai (respect).
Kunci Keberhasilan:
• Adanya komitmen/kesepakatan bersama.
• Adanya kerjasama yang harmonis.
• Adanya koordinasi yang baik.
• Adanya kepercayaan sesama mitra.
18. Kurikulum dan Modul Manajemen Puskesmas 18
• Adanya kejelasan tujuan yang akan dicapai.
• Adanya kejelasan peran dan fungsi dari masing-
masing mitra.
Prinsip, landasan dan kunci keberhasilan kemitraan
tersebut harus diterapkan baik dalam membangun
kemitraan lintas program maupun lintas sektor.
Dari uraian tentang kemitraan, jelaslah bahwa
keberhasilan dalam membangun kemitraan merupakan
kunci keberhasilan membangun tim kerja Puskesmas.
Selanjutnya dalam membangun tim kerja Puskesmas,
perhatikan juga tentang ciri-ciri tim yang efektif.
Ciri-ciri Tim Efektif
Robbins (1996) mengemukakan bahwa suatu tim tidak
otomatis menjadi produktif dan mampu meningkatkan
produktivitasnya, berdasarkan penelitian karakteristik
dasar dari tim efektif Adalah sebagai berikut:
a. Kejelasan Tujuan
Suatu tim yang berkinerja tinggi memiliki pemahaman
terhadap tujuan yang akan dicapai, dan meyakini
bahwa mewujudkan tujuan sangat bermanfaat atau
merupakan hasil yang penting.
b. Keterampilan yang relevan
Tim yang efektif tersusun dari individu yang
kompeten, mereka mempunyai keterampilan teknis
dan kemampuan untuk mencapai tujuan yang
diinginkan dan memerlukan karakteristik personel
yang dapat mencapai tujuan melalui kerjasama
dengan orang lain.
19. Kurikulum dan Modul Manajemen Puskesmas 19
Hal lain yang penting, dan sering tidak diperhatikan,
tidak semua orang yang mempunyai
kemampuan/keterampilan teknis, dapat bekerja baik
sebagai anggota tim.
Tim yang berpenampilan baik atau berkinerja tinggi,
adalah yang mempunyai anggota yang mempunyai
keterampilan-keterampilan interpersonal (hubungan
antar manusia).
c. Komitmen
Anggota yang efektif menunjukkan loyalitas dan
dedikasi (pengabdian) yang tinggi pada tim. Mereka
berkeinginan untuk melakukan apapun untuk
membantu suksesnya tim.
Kesetiaan individu pada organisasi diawali dengan
tahapan:
• Attach, (hanya sebagai pelengkap), yaitu individu
dalam tim, asal ada, asal hadir, tidak berperan
serta secara aktif, individu tidak peduli dan tidak
memahami misi dari suatu tim atau organisasi.
• Involve, yaitu ikut serta terlibat dalam aktivitas
tim/organisasi, namun misi dan kepentingan
individu yang dominant, jika kegiatan organisasi
tidak sesuai dengan kepentingannya, individu
tersebut tidak akan aktif berperan.
• Commitment, individu akan berperan dalam tim
dengan segenap potensi dan daya serta
kemampuannya, misi dan kepentingan tim atau
organisasi lebih penting dari kepentingan individu,
dan atau misi/ kepentingan tim atau organisasi
20. Kurikulum dan Modul Manajemen Puskesmas 20
Jadi komitmen merupakan tahapan tertinggi dari
kesetiaan individu pada suatu tim atau organisasi.
d. Saling Percaya
Tim yang efektif memiliki karakteristik tingginya saling
percaya diantara anggotanya, dalam hal ini anggota
tim meyakini integritas, karakter dan kemampuan
yang lain, tetapi mungkin dapat diketahui dari
hubungan antar personal, kepercayaan itu mudah
pecah (hilang).
Kepercayaan dan saling percaya perlu dipelihara dan
diperlukan perhatian yang cukup dari manajemen.
Suasana saling percaya dalam tim atau kelompok
cenderung dipengaruhi oleh “budaya organisasi” dan
tindakan dari manajemen. Organisasi yang menganut
nilai terbuka, ramah, dan bekerjasama dlam proses
serta hal lain yang mendorong komitmen anggota.
Menurut Fernando Bartomole (1989) terdapat 6
(enam) hal yang dapat membantu anggota tim dalam
menumbuhkan saling percaya, yaitu:
• Komunikasi timbal balik
• Mendukung ide anggota
• Menghargai dan mendelegasikan wewenang pada
anggota tim.
• Adil, objektif dalam memberikan penilaian dan
penghargaan.
• Dapat diramalkan, konsisten terhadap sesuatu.
• Menunjukkan kompetensi, mengembangkan rasa
bangga dan hormat pada anggota tim dengan
menunjukkan kemampuan teknis dan professional.
21. Kurikulum dan Modul Manajemen Puskesmas 21
e. Komunikasi yang baik
Tidak mengherankan tim efektif mempunyai
karakteristik “Komunikasi yang Baik”. Anggota dapat
menyampaikan pesan diantara anggota lain dalam
bentuk yang jelas dapat dipahami termasuk pesan
non verbal.
Komunikasi yang baik juga merupakan kaarakteristik
sehatnya umpan balik anggota tim. Ini membantu
memberi petunjuk anggota tim dan memperbaiki
kesalahpahaman.
Anggota yang bekerjasama jangka panjang (lama)
anggota-anggota tim dengan kinerja tinggi dapat
dengan cepat dan efisien menyumbangkan gagasan
dan keinginan.
f. Kemampuan negosiasi
Ketika job diberikan kepada individu-individu, uraian
tugas, prosedur dan peraturan dan tiap dokumen
formal harus menjelaskan peran anggota tim. Tim
yang efektif, disatu pihak, cenderung luwes dan
terus-menerus mengadakan penyesuaian.
Ini membutuhkan anggota tim yang mempunyai
keterampilan proses negosiasi yang memadai.
Problem dan hubungan secara tetap berubah dalam
suatu tim, karenanya memerlukan anggota tim yang
mampu menghadapi dan menerima perbedaan-
perbedaan.
g. Kepemimpinan yang tepat
Pemimpin yang efektif dapat memotivasi suatu tim
untuk mengikuti terus pada situasi yang lebih sulit.
22. Kurikulum dan Modul Manajemen Puskesmas 22
Bagaimanapun pemimpin diharapkan dpat membantu
kejelasan tujuan-tujuan, menunjukkan perubahan
yang mungkin dengan mengatasi kelambanan,
meningkatkan kepercayaan diri anggota tim, serta
membantu anggota tim merealisasikan potensinya
secara penuh.
Yang lebih penting, pemimpin yang baik tidak perlu
terlalu mengarahkan atau mengontrol, tetapi
pemimpin tim yang efektif lebih memerankan ke
pelatihan dan sebagai fasilitator. Dia membantu
membimbing dan mendukung tim.
Gaya kepemimpinan yang efektif adalah yang
mampu memerankan dorongan (perilaku hubungan)
dan pengarahan (perilaku tugas) yang sesuai dengan
tingkat kematangan anggota.
h. Dukungan internal Eksternal
Terakhir kondisi yang perlu untuk membuat tim efektif
adalah dukungan iklim atau suasana
Dukungan internal, tim menyediakan prasarana
(kerangka dasar) yang baik, termasuk didalamnya
menyediakan pelatihan, system dan alat ukur yang
dapat dimengerti dimana anggota tim dapat
mengevaluasi kinerjanya secara keseluruhan,
program intensif untuk pengakuan dan penghargaan
aktivitas tim dan system sumber daya manusia yang
mendukung.
Prasarana internal yang baik dapat mendukung
anggota tim dan menguatkan perilaku yang
mengarah ke tingkat kinerja yang tinggi.
23. Kurikulum dan Modul Manajemen Puskesmas 23
Dukungan eksternal, manajemen/ organisasi
menyediakan sumber-sumber (dana/ material) yang
dibutuhkan tim dalam menyelesaikan tugasnya.
Agar tujuan tim tercapai perlu juga meningkatkan
kekompakkan tim, dalam hal ini J.F.Stoner (1996)
mengemukakan terdapat 4 (empat) cara
meningkatkan kekompakkan tim, yaitu:
1) Memperkenalkan Persaingan
Terjadinya konflik dengan individu lain di luar tim,
kelompok lain atau tim lain dpat meningkatkan
kekompakkan suatu tim.
2) Meningkatkan Ketertarikan antar Pribadi
Orang cenderung bergabung dengan tim yang
anggota-anggotanya mereka kenal atau dikagumi.
Karenanya dalam suatu tim dpat dimulai dengan
merekrut individu-individu yang menganut nilai-
nilai penting yang relative sama.
3) Meningkatkan Interaksi
Walaupun umumnya kita jarang dapat selalu
menyukai semua orang yang bekerjasama dengan
kita, tetapi meningkatnya interaksi dapat
memperbaiki persahabatan dan komunikasi.
Anggota tim diupayakan dapat sling bertemu
bukan saja pada pertemuan formal, tetapi dalam
pertemuan yang lain seperti kegiatan rekreatif dan
olah raga.
4) Menciptakan Sasaran Bersama dan Rasa
Kebersamaan pada Anggota Tim
Sasaran tim hendaknya diupayakan menjadi
sasaran semua anggota tim, demikian juga rasa
24. Kurikulum dan Modul Manajemen Puskesmas 24
kebersamaan perlu diciptakan dalam suatu tim
untuk peningkatan efektivitas tim kerja.
Gregory Shea dan R. Guzzo mengemukakan bahwa
efektivitas suatu kelompok (tim) merupakan fungsi
dari tiga variable, yaitu:
• Interdependensi tugas yaitu sejauh mana
pekerjaan tim menuntut para anggotanya untuk
saling berinteraksi, interdependensi tugas tingkat
tinggi meningkatkan rasa potensi tim.
• Rasa Potensi yaitu keyakinan bersama dari
kelompok/tim bahwa tim dapat menjadi lebih
efektif.
• Interdependensi hasil adalah suatu tingkat dimana
konsekuensi kerja kelompok/tim dirasakan oleh
semua anggota tim.
Penugasan 4. Mengidentifikasi langkah-langkah
Membangun tim kerja Puskesmas.
Sebagai pemantapan dan internalisasi terhadap sesi,
fasilitator memberi penugasan kepada peserta dalam
kelompok untuk mengidentifikasi langkah-langkah
Memnbangun tim kerja di wilayah Puskesmas masing-
masing.
25. Kurikulum dan Modul Manajemen Puskesmas 25
Referensi:
1. Departemen Kesehatan RI; Buku Saku Bidan Poskesdes;
2006; Jakarta
26. Kurikulum dan Modul Manajemen Puskesmas 26
PETUNJUK ROLE PLAYING
Skenario :
Kepala Puskesmas Mawar baru kembali dari menghadiri rapat
bulanan di Dinas Kesehatan Kabupaten . secara rapat terfokus
pada mengevaluasi kinerja an dengan pencapaian imunisasi.
Rupanya Bupati manaruh perhatian terhadap program imunisasi
di wilayah kabupatennya. Hasil evaluasi membuat kepala
puskesmas tersentak sekaligus malu, karena pencapaian
imunisasi Puskesmas mawar adalah nomor 1 dari bawah, masih
terngiang ngiang di telinganya ketika kepala dinas menanyakan
apakah kepala Puskesmas tidak pernah menggalang kerjasama
lintas program maupun lintas sektor untuk mensukseskan
program imunisasi di wilayahnya ? Ia bertekad untuk mengatasi
permasalahan ini.
Hari ini, kepala Puskesmas Mawar mengadakan rapat,
mendahului lokakarya mini bulanan yang seharusnya
dilaksanakan minggu berikutnya. Pada rapat ini diminta hadir
bidan, perawat, petugas imunisasi dan petugas gizi. Kepala
puskesmas harus mengkomunikasikan hasil rapat di dinas
kesehatan kabupaten kepada stafnya. Terapkan prinsip prinsip
komunikasi yang efektif, agar staf anda memahami pesan yang
anda sampaikan serta anda juga mendapatkan komitmen
mereka untuk meningkatkan bekerja secara tim.
Pemegang peranan (Pemeran) :
1 orang pemeran kepala puskesmas
1 orang pemeran bidan
1 orang pemeran perawat
1 orang pemeran petugas imunisasi
1 orang pemeran petugas gizi
Pengamat :
Pilihlah beberapa orang pengamat, misalnya 3 orang pengamat.
27. Kurikulum dan Modul Manajemen Puskesmas 27
Petunjuk bagi pengamat :
Lakukan pengamatan dengan cermat terhadap proses
komunikasi yang berlangsung, yaitu :
Apakah kepala Puskesmas menyampaikan tujuan rapat
dengan jelas dan dimengerti oleh peserta rapat
Apakah pesan yang disampaikan :
• Singkat padat
• Lengkap mengandung semua informasi yang perlu
• Benar dan nyata (berdasar fakta)
Apakah memberi kesempatan kepada pihak penerima pesan
untuk mendapatkan kejelasan terhadap pesan yang dianggap
kurang jelas.
Apakah gaya bicara dalam menyampaikan pesan menarik,
tidak bertele tele, membosankan.
Apakah semua peserta rapat menunjukkan kemampuan
mendengar yang baik.
Apakah komunikasi terjadi pada semua arah ?
Apakah ada yang tidak menunjukkan respon ?
Apakah ada yang merespon secara berlebihan ?
Apakah ada kesimpulan dari hasil komunikasi tersebut.
Umpan balik hasil pengamatan :
Setelah bermain peran selesai, mintalah pengamat inti
menyampaikan hasil pengamatannya
Kemudian mintalah hasil pengamatan dari peserta lain
Beri kesempatan kepada para pemeran untuk menyampaikan
perasaan dan pengalamannya dalam bermain peran
Fasilitator menyampaikan rangkuman.