SlideShare a Scribd company logo
1 of 20
BAB I
                            PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang
               Seringkali ditemukan orang atau berita di televisi yang menyebut
   kata “metafisika”, hal tersebut selalu dikaitkan kearah yang ghaib
   (supernatural), ilmu nujum, perbintangan, dan pengobatan jarak jauh yang
   bersifat lebih tinggi atau lebih kuasa. Dalam kehidupan sehari-hari secara
   sadar ataupun tidak manusia selalu membicarakan tentang hal-hal yang
   berbau metafisika (kepercayaan), hal-hal yang di luar dunia fisik seringkali
   dikaitkan dengan metafisika. Sebagai contoh sederhana adalah beriman
   terhadap agama yang dianut, manusia memahami alam semesta diciptakan
   oleh Tuhan namun seringkali manusia mempertanyakan bagaimana wujud
   Tuhan?? Apa Tuhan itu ada?? selain itu adanya hantu atau jin. Hal ini
   menunjukkan hubungan antara manusia dan metafisika. Apa sebenarnya
   metafisika itu? Metafisika merupakan salah satu cabang ilmu filsafat yang
   mempelajari dan memahami mengenai penyebab segala sesuatu sehingga hal
   tertentu menjadi ada, dimana di dalamnya menjelaskan studi keberadaan atau
   realitas.
               Belajar dasar-dasar metafisika turut mengarahkan manusia untuk
   berupaya mengerti lebih dalam keberadaannya. Dengan berpikir matefisis
   sebagai pengaruh dari belajar dasar-dasar metafisika tersebut dapat meredam
   hedonisme dan materialisme. Hal ini selaras dengan karakteristik metafisika
   yang menekankan kepada pengetahuan akal budi, di mana isi dari
   pengetahuan akal budi itu lebih pasti ketimbang dengan pengetahuan
   inderawi yang senantiasa dalam perubahan, yang justru metafisika bila
   dipelajari mendorong orang untuk mempergunakan akal budi dalam proses
   mencapai realitas rohaniah sebagai realitas mutlak sang pengatur seluruh
   alam, dan memang realitas mutlak ini dapat digapai oleh akal budi, sehingga
   memposisikan realitas material tidak penting manakala menghambatnya.


                                       1
Namun watak metafisika mengakui mengenai tetapnya ada perubahan antara
rohani dan jasmani.
          Manusia merupakan makhkluk yang berakal, dengan akalnya
memungkinkan untuk dapat berfikir dan belajar. Belajar merupakan suatu
aktivitas yang melibatkan indera, akal, dan qalbu menuju perubahan secara
terencana, agar tahu, mau, dan mampu hidup pada masanya. Inti berpikir
dilihat dari posisi akal berdampingan dengan wahyu, adalah berfilsafat.
Sedangkan berfilsafat intinya bermetafisika, bahkan metafisika adalah filsafat
itu sendiri, yakni bermetafisis berpikir itu sendiri. Maka manusia adalah
makhluk yang bermetafisika.
          Manusia sebagai makhluk yang bermetafisika dapat menjadi
postulat yang mendasari bahwa manusia berkeharusan sekaligus dapat
mencari dan menangkap apa yang terdapat di balik yang tampil atau tampak
secara fisikal. Manusia mempunyai beberapa pendapat mengenai tafsiran
metafisika, diantaranya adalah bahwa terdapat hal-hal gaib (supranatural) dan
hal-hal tersebut bersifat lebih tinggi atau lebih kuasa dibandingkan dengan
alam yang nyata.
          Metafisika pada masa Yunani Kuno dikatakan sebagai ilmu
mengenai yang-ada dalam dirinya sendiri. Dengan metafisika orang ingin
memahami realitas dalam dirinya sendiri. Berbicara mengenai yang-ada
berarti bergaul dengan sesuatu yang sungguh-sungguh riil, sejauh yang-ada
itu sebagai kondisi semua realitas. Metafisika tidak bergaul dengan hal
konkret, misalnya pohon ini atau itu. Metafisika mempunyai objek kajian
yang mengatasi pengalaman inderawi yang bersifat individual. Metafisika
bertugas mencari kedudukan yang individual itu dalam konteks keseluruhan.
Metafisika mengajak orang untuk tidak terpaku pada pohon ini atau itu, atau
masalah kesehatan manusia dan lain-lain yang tertentu, tetapi melihat
semuanya itu dalam konteks bahwa semua itu ada.
          Metafisika pada masa sekarang menjadi bidang filsafat yang
memikirkan dan mempelajari hal-hal yang "mengatasi" atau "di luar"




                                    2
pembahasan tentang hal-hal yang fisik dan empiris, di mana sudut pandang
   metafisika mengatasai fisika (metaphysica).
              Uraian tersebut di atas secara tersirat menunjukkan bahwa masalah
   metafisis adalah masalah universal, yang mengandung arti bahwa
   bermetafisis dan metafisika itu berlangsung sejak manusia ada hingga
   manusia yang mendatang, yang memang secara kebetulan, tidak secara
   keseharusan, penemuan yang berlanjut secara artifisial dikonstruk secara
   sistematis bahwa metafisis dan metafisika itu diterbitkan di Yunani. Untuk itu
   maka penulis ingin mengulas lebih dalam lagi dengan karya tulis yang
   berjudul, “Metafisika”.


1.2 Rumusan Masalah
   Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai
   berikut.
   1. Bagaimana pengertian metafisika?
   2. Bagaimana sejarah perkembangan dan tokoh pemikir Metafisika?
   3. Apa cabang-cabang metafisika??
   4. Bagaimana penerapan Metafisika dalam kehidupan manusia?


1.3 Tujuan
   Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat diuraikan tujuan penulisan
   makalah sebagai berikut :
   1. Untuk mengetahui sejarah perkembangan dan tokoh pemikir Metafisika.
   2. Untuk mengetahui penerapan Metafisika bagi kehidupan manusia.


1.4 Manfaat
   Manfaat makalah ini diharapkan dapat memberikan nilai tambah bagi orang
   lain atau pembacanya guna lebih mengetahui sejarah lahirnya Ilmu Metafisika
   beserta tokoh-tokoh pemikirnya. Serta untuk mengetahui penerapan ilmu
   metafisika dalam kehidupan manusia.




                                       3
BAB II
                             PEMBAHASAN



2.1 Pengertian Metafisika
             Metafisika (Bahasa Yunani: μετά (meta) = "setelah atau di balik",
   υύσικα (phúsika) = "hal-hal di alam") adalah salah satu cabang filsafat yang
   mempelajari penjelasan dan pemahaman mengenai asal atau hakekat objek
   (fisik) di dunia sehingga hal tertentu menjadi ada. Metafisika merupakan studi
   keberadaan atau realitas. Metafisika mencoba menjawab pertanyaan-
   pertanyaan seperti: Apakah sumber dari suatu realitas? Apakah Tuhan ada?
   Apa tempat manusia di dalam semesta?
             Sebagai sebuah disiplin filsafat, metafisika telah dimulai sejak
   zaman yunani kuno, mulai dari filosof-filosof alam sampai Aristoteles (284-
   322 SM). Aristoteles sendiri tidak pernah memakai istilah ”metafisika”
   Aristoteles menyebut disiplin yang mengkaji hal-hal yang sifatnya di luar
   fisika sebagai filsafat pertama (proto philosophia)untuk membedakannya
   dengan filsafat kedua yaitu disiplin yang mengkaji hal-hal yang bersifat
   fisika. Istilah metafisika yang kita kenal sekarang, berasal dari bahasa Yunani
   ta meta ta physika yang artinya “yang datang setelah fisik”. Istilah tersebut
   diberikan oleh Andronikos dari Rhodos (70 SM) terhadap karya-karya
   Aristoteles yang disusun sesudah (meta) buku fisika.
             Aristoteles    dalam    bukunya     yang     berjudul   Metaphysica
   mengemukakan beberapa gagasannya tentang metafisika antara lain:
   a. Metafisika sebagai kebijaksanaan (sophia), ilmu pengetahuan yang
      mencari pronsip-prinsip fundamental dan penyebab-penyebab pertama.
   b. Metafisika sebagai ilmu yang bertugas mempelajari yang ada sebagai yang
      ada (being qua being) yaitu keseluruhan kenyataan.
   c. Metafisika sebagai ilmu tertinggi yang mempunyai obyek paling luhur dan
      sempurna dan menjadi landasan bagi seluruh adaan, yang mana ilmu ini
      sering disebut dengan theologia.


                                         4
Cabang utama metafisika adalah ontologi, studi mengenai
kategorisasi benda-benda di alam dan hubungan antara satu dan lainnya. Ahli
metafisika juga berupaya memperjelas pemikiran-pemikiran manusia
mengenai dunia, termasuk keberadaan, kebendaan, sifat, ruang, waktu,
hubungan sebab akibat, dan kemungkinan.
          Manusia mempunyai beberapa pendapat mengenai tafsiran
metafisika. Tafsiran yang pertama yang dikemukakan oleh manusia terhadap
alam ini adalah bahwa terdapat hal-hal gaib (supernatural) dan hal-hal
tersebut bersifat lebih tinggi atau lebih kuasa dibandingkan dengan alam yang
nyata. Pemikiran seperti ini disebut pemikiran supernaturalisme. Dari sini
lahir tafsiran-tafsiran cabang misalnya animisme.
          Selain paham di atas, ada juga paham yang disebut paham
naturalisme, paham ini amat bertentangan dengan paham supernaturalisme.
Paham naturalisme menganggap bahwa gejala-gejala alam tidak disebabkan
oleh hal-hal yang bersifat gaib, melainkan karena kekuatan yang terdapat
dalam itu sendiri, yang dapat dipelajari dan dapat diketahui. Orang-orang
yang menganut paham naturalisme ini beranggapan seperti itu karena standar
kebenaran yang mereka gunakan hanyalah logika akal semata, sehingga
mereka mereka menolak keberadaan hal-hal yang bersifat gaib itu.
          Dari paham naturalisme ini juga muncul paham materialisme yang
menganggap bahwa alam semesta dan manusia berasal dari materi. Salah satu
pencetusnya ialah Democritus (460-370 S.M). Adapun bagi mereka yang
mencoba mempelajari mengenai makhluk hidup. Timbul dua tafsiran yang
masing saling bertentangan yakni paham mekanistik dan paham vitalistik.
Kaum mekanistik melihat gejala alam (termasuk makhluk hidup) hanya
merupakan gejala kimia-fisika semata. Sedangkan bagi kaum vitalistik hidup
adalah sesuatu yang unik yang berbeda secara substansif dengan hanya
sekedar gejala kimia-fisika semata.
          Berbeda halnya dengan telaah mengenai akal dan pikiran, dalam
hal ini ada dua tafsiran yang juga saling berbeda satu sama lain. Yakni paham
monoistik dan dualistik. sudah merupakan aksioma bahwa proses berpikir


                                      5
manusia menghasilkan pengetahuan tentang zat (objek) yang ditelaahnya.
   Dari sini aliran monoistik mempunyai pendapat yang tidak membedakan
   antara pikiran dan zat, keduanya (pikiran dan zat) hanya berbeda dalam gejala
   disebabkan proses yang berlainan namun mempunyai subtansi yang sama.
   Pendapat ini ditolak oleh kaum yang menganut paham dualistik.
                 Dalam metafisika, penafsiran dualistik membedakan antara zat dan
   kesadaran (pikiran) yang bagi mereka berbeda secara substansif. Aliran ini
   berpendapat bahwa yang ditangkap oleh pikiran adalah bersifat mental. Maka
   yang bersifat nyata adalah pikiran, sebab dengan berpikirlah maka sesuatu itu
   lantas ada.


2.2 Sejarah Perkembangan dan Tokoh Pemikir Metafisika
                 Istilah metafisika terjadi oleh sebab sesuatu yang tidak di sengaja.
   Ketika Aristoteles sedang menyusun buku-bukunya di rak, asistennya
   meletakkan buku yang berisi tentang segala sesuatu yan diluar kenyataan
   seperti prinsip pertama dan pengertian tentang ada( being qua being ) setelah
   buku bertitel ‟Fisika‟. Atas ketidaksengajaan itulah, buku tersebut dinamai
   „Metafisika‟. „Metafisika‟ berari sesudah „Fisika‟,yang memang secara
   harfiah betul-betul buku yang ditempatkan setelah buku „Fisika‟ di rak
   Aristoteles. Istilah tersebut jadi terus menerus dipakai untuk menyebut segala
   sesuatu tentang yang di luar atau di belakang dunia fisik. Dunia modern
   adalah dunia yang sempat alergi dengan metafisika.
   Tokoh-Tokoh Pemikir Metafisika
   1. David Hume (1711-1776)
      Merupakan tokoh yang paling brutal. Filsuf Skotlandia ini mengatakan
      bahwa manusia hanya mendapatkan pengetahuannya dari segenap
      indranya saja. Apa yang tidak ia serap dengan indra, itu hanya omong
      kosong. Hume mengatakan bahwa manusia hanya berbasiskan kesan-
      kesan, misalnya kesan tentang spidol adalah kenyataan bahwa ia sedang
      melihat spidol dalam wujud yang sejati, berwarna hitam, ada tutupnya
      berwarna putih. Setelah ia tidak melihat spidol itu, yang tersisa adalah


                                          6
gagasan tentang spidol, yang merupakan fotokopi dari kesan. Kesimpulan
   Hume adalah gagasan tanpa kesan adalah kosong. Dengan pernyataan ini
   maka Hume sangat destruktif terhadap metafisika. Konsep-konsep khas
   metafisika seperti tuhan, ruh, jiwa, malaikat, diri, dan substansi, di
   lemparkan ke tong sampah karena Hume mempunyai pertanyaan
   mematikan, “kesan apa yang mendasari gagasan tentang itu semua??
2. Immanuek Kant (1724-1804)
   Tokoh ini sedikit lebih toleransi terhadap metafisika. Ia membagi menjadi
   dua yaitu fenomena dan nomena. Fenomena adalah apa yang terserap
   indra, sedang kan nomena adalah apa yang di luar itu. Yang bias kita
   perdebatkan, teliti, observasi, dan eksperimentasi hanyalah dunia
   fenomena, sedangkan dunia nomena kita tidak mempunyai pengetahuan
   apapun tentangnya. Ini sekaligus menyerang pemikiran Abad pertengahan
   yang selalu mencampur aduk kan antara prolem Ketuhanan dengan sains.
   Bagi Kant, sains ya sains, Tuhan ya Tuhan, keduannya mempunyai
   wilayah yang berbeda. Namun Kant menganggap konsep-konsep nomena
   tetaplah penting sebagai tuntunan moral. Kant memang toleransi terhadap
   metafisika, namun ia sekaligus menegaskan bahwa hal-hal yang metafisik
   mustahil bias kita telaah oleh sebab pengetahuan tentangnya adalah tidak
   ada.
3. August Comte (1798-1857)
   Tokoh ini di sebut sebagai Bapak Positivisme. Ia yang amat bersemangat
   dan optimis bahwa kelak metafisika bias dihancurkan. Sepenuhnya jika
   ilmu pengetahuan terus mengalami kemajuan, ia mengajukan tesisnya
   yaitu law of there stages, bahwa masyarakat itu pada mulanya bertahap
   teologis, yaitu apa-apa dihubungkan dengan jiwa yang bersemayam dalam
   benda-benda. Politeisme dan monoteisme juga masuk dalam kategori ini.
   Tahap berikutnya yang lebih maju adalah tahap metafisik, yaitu manusia
   mulai mencari prinsip dengan mengandalkan nalarnya. Sehingga segala
   sesuatu disebut sebagai substansi, contohnya adalah Thales yang
   mengatakan alam semesta ini adalah air. Comte mengatakan bahwa tahap


                                  7
yang paling maju adalah tahap positif, yaitu ketika manusia bias
      memecahkan segala sesuatu dengan penjelasan saintifik yang berbasiskan
      observasi dan eksperimen. Tahap ketiga ini adalah puncak, yang berarti
      manusia bias mengontrol alam, Comte juga sekaligus mau menegaskan
      bahwa metafisika lebih terbelakang dari cara berfikir positif yang serba
      empirik.
   4. Ludwig Wittgenstein (1889-1951)
      Dalam bukunya, Tractatus Logico Philosophicus berpendapat bahwa
      dunia diberi nama, sehingga ia berkesimpulan bahwa: “Bahasa adalah
      gambar fakta”. Jika ada faktanya, ada bahasanya, jika ada bahasanya,
      pasti ada faktanya. Oleh karena itu Metafisika menjadi tidak mungkin,
      buku Wittgenstein ini di adopsi oleh para ilmuwan yang menjuluki
      dirinya sebagai Positivisme Logis. Kaum Positivisme Logis menyatakan
      kalimatnya yang terkenal, “sebuah kalimat hanya bermakna jika bias
      diverefikasi. Ini adalah momen penghancuran metafisika yang cukup
      berat karena metafisika diberantas mulai dari yang paling subtil
      yakni:bahasa.



2.3 Cabang Ilmu Metafisika
             Metafisika adalah ilmu yang membahas hakekat dibalik sesuatu
   yang ada. Menurut keterangan Aristoteles tentang metafisika bahwa
   sebenarnya terdapat dua obyek yang menjadi metafisis Aristoteles yaitu, (a)
   yang ada sebagai yang ada being qua being dan (b) yang Ilahi. Namun
   demikian Aristoteles sendiri tidak menjadikan dua obyek kajian sebagai
   obyek bagi dua disiplin ilmu yang berbeda. Seorang filosof Jerman bernama
   Christian Wolff cenderung meyakini bahwa pembicaraan tentang yang ada
   sebagai yang ada dan yang Ilahi harus dipisahkan dan tidak dapat dibicarakan
   bersama-sama. Oleh karenanya, Wolff memilah metafisika menjadi 2 yaitu :
   metaphysica generalis (metafisika umum) atau juga sering disebut ontologi
   dan methapysica specialis (metafisika khusus).



                                      8
2.3.1 Metafisika umum
              Metafisika umum membahas mengenai yang ada sebagai yang ada,
   artinya prinsip-prinsip umum yang menata realitas, sedang metafisika khusus
   membahas penerapan prinsip-prinsip umum ke dalam bidang-bidang khusus:
   teologi, kosmologi dan psikologi. Pemilahan Wollf tersebut didasarkan pada
   dapat tidaknya dicerap melalui perangkat inderawi suatu obyek filsafat
   pertama. Metafisika umum (untuk seterusnya digunakan istilah ontologi)
   mengkaji realitas sejauh dapat diserap melalui indera sedang metafisika
   khusus (metafisika) mengkaji realitas yang tidak dapat diserap indera, apakah
   itu realitas ketuhanan (teologi), semesta sebagai keseluruhan (kosmologi)
   maupun kejiwaan (psikologi). Kedua disiplin filsafat pada dasarnya tidak
   sepenuhnya terpisah satu sama lain karena menurut Wollf sendiri pembahasan
   metafisika tentang realitas supra inderawi, terkait dengan pembahasan
   ontologi tentang prinsip-prinsip umum yang menata realitas inderawi.
   Terlepas dari perbedaan mengenai istilah metafisika dan keengganan orang
   akan metafisika, kedudukan metafisika dalam dunia filsafat sangat kuat.
   Pertama, metafisika sudah merupakan sebuah cabang ilmu tersendiri dalam
   pergulatan filosofis. Kedua, seperti yang dikatakan Heideggaer, setiap telaah
   filosofis terdapat unsur metafisik.
              Metafisika umum atau yang lebih dikenal dengan ontologi. Cabang
   utama metafisika adalah ontologi, studi mengenai kategorisasi benda-benda di
   alam dan hubungan antara satu dan lainnya. Ahli metafisika juga berupaya
   memperjelas pemikiran-pemikiran manusia mengenai dunia, termasuk
   keberadaan, kebendaan, sifat, ruang, waktu, hubungan sebab akibat, dan
   kemungkinan.
              Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling
   kuno dan berasal dari Yunani. Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu
   yang bersifat konkret. Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat
   ontologis ialah seperti Thales, Plato, dan Aristoteles. Pada masanya,
   kebanyakan     orang belum      membedakan    antara   penampakan    dengan




                                         9
kenyataan. Dan pendekatan ontologi dalam filsafat mencullah beberapa
paham, yaitu:
1. Monoisme
  Paham ini menganggap bahwa hakikat yang berasal dari kenyataan adalah
  satu saja, tidak mungkin dua. Haruslah satu hakikat saja sebagai sumber
  yang asal, baik berupa materi maupun rohani. Paham ini terbagi menjadi
  dua aliran :
a. Materialisme : Aliran ini menganggap bahwa sumber yang asal itu adalah
  materi, bukan rohani. Aliran ini sering disebut naturalisme. Menurutnya
  bahwa zat mati merupakan kenyataan dan satu-satunya fakta yang
  hanyalah materi, sedangkan jiwa atau ruh tidaklah merupakan suatu
  kenyataan yang berdiri sendiri.
b. Idealisme     :   Sebagai   lawan    dari   materialisme   yang   dinamakan
  spriritualisme. Dealisme berasal dari kata ”Ideal” yaitu suatu yang hadir
  dalam jiwa. Aliran ini beranggapan bahwa hakikat kenyataan yang
  beraneka ragam itu semua berasal dari ruh (sukma) atu sejenis denganntya,
  yaitu sesuatu yang tidak terbentuk dan menempati ruag. Materi atau zat ini
  hanyalah suatu jenis dari penjelamaan ruhani.
2. Dualisme
  Aliran ini berpendapat bahwa benda terdiri dari dua macam hakikat
  sebagai asal sumbernya, yaitu hakikat materi dan ruhani, benda dan ruh,
  jasad dan spirit. Materi bukan muncul dari benda, sama-sama hakikat,
  kedua macam hakikat tersebut masing-masing bebas dan berdiri sendiri,
  sama-sama azali dan abadi, hubungan keduanya menciptakan kehidupan di
  alam ini. Tokoh paham ini adalah Descater (1596-1650 SM) yang
  dianggap sebagai bapak Filosofi modern)
3. Pluralisme
  Paham ini beranggapan bahwa segenap macam bentuk merupakan
  kenyataan. Pluralisme tertolak dari keseluruhan dan mengakui bahwa
  segenap macam bentuk itu semuanya nyata, tokoh aliran ini pada masa
  Yunani kuno adalah Anaxagoras dan Empedcoles, yang menyatakan


                                       10
bahwa substansi yang ada itu terbentuk dan terdiri dari empat unsur, yaitu
  tanah, air, api dan udara.
4. Nihilisme
  Berasal dari bahasa Yunani yang berati nothing atau tidak ada. Istilah
  Nihilisme dikenal oleh Ivan Turgeniev dalam novelnya Fadhers an
  Children yang ditulisnya pada tahun 1862 di Rusia. Doktrin tentang
  Nihilisme sebenarnya sudah ada sejak zaman Yunani kuno, yaitu pada
  pandangan Grogias (483-360 SM) yang memberikan tiga proporsi tentang
  realitas :
  a. Pertama, tidak ada sesuatupun yang eksis. Realitas itu sebenarnya tidak
     ada.
  b. Kedua, bila sesuatu itu ada, ia tidak dapat diketahui ini disebabkan oleh
     penginderaan itu tidak dapat dipercaya, penginderaan itu sumber ilusi.
  c. Ketiga, sekalipun realitas itu dapat kita ketahui, ia tidak akan dapat kita
     beritahukan kepada oranglain.
5. Agnotitisme
  Paham ini mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakikat
  benda, baik hakikat materi maupun hakikat ruhani, kata agnosticisme
  barasal dari bahasa Grick. Ignotos yang berarti Unknow artinya not, Gno
  artinya Know. Timbulnya aliran ini dikarenakan belum dapatnya orang
  mengenal dan mampu menerangkan secara kongkret akan adanya
  kenyataan yang berdiri sendiri dan dapat dikenal.
            Ontologi ilmu membatasi diri pada ruang kajian keilmuan yang
  bisa dipikirkan manusia secara rasional dan yang bisa diamati melalui
  panca indera manusia. Wilayah ontologi ilmu terbatas pada jangkauan
  pengetahuan ilmiah manusia. Sementara kajian objek penelaahan yang
  berada dalam batas prapengalaman (seperti penciptaan manusia) dan
  pascapengalaman (seperti surga dan neraka) menjadi ontologi dari
  pengetahuan lainnya di luar iimu. Beberapa aliran dalam bidang ontologi,
  yakni realisme, naturalisme, empirisme.




                                    11
2.3.2 Metafisika khusus
   Adapun metafisika khusus ini terbagi lagi menjadi :
   1. Teologi
      Teologi tercakup di dalam pelajaran dalam agama dan sama halnya dengan
      filsafat.    Teologi    mengarah    kepada   pertanyaan-pertanyaan    tentang
      eksistensi dan sifat Tuhan. Pertanyaan di dalam teologi ini dijawab juga
      secara jelas oleh filsafat Agama.Aristoteles, seorang filsuf Yunani kuno,
      memasukkan teologi ke dalam cabang metafisika. Dia juga mengatakan
      bahwa teologi sebagai pusat dalam filsafat. Pada abad kedua puluh, para
      filsuf berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan teologis tersebut. Filsafat
      dan teologi memiliki keterkaitan filsafat menjadi akar di dalam memahami
      teologi. Pelajaran agama menjadi salah satu contohnya. Perbandingan
      agama-agama besar di dunia dapat lebih mudah dilakukan dengan
      menggunakan filsafat.
      Tradisi empiris di dalam Filsafat Modern sering menjawab pertanyaan-
      pertanyaan keagamaan sebagai batas jangkauan pengetahuan manusia, dan
      banyak orang yang mengklaim bahwa bahasa agama tidak berarti secara
      literel sebab tidak ada pertanyaan yang perlu dijawab. Beberapa filsuf
      merasa bahwa bukti kesulitan-kesulitan ini tidak relevan. Mereka juga
      menentang dan meletakkan keagamaan pada bagian moral atau bagian
      yang lain.
   2. Kosmologi
      Dalam sistematika filsafat, kosmologi merupakan bagian dari kajian
      metafisika. Dilihat dari kata dasarnya, kosmologi berasal dari kata kosmos
      yang berarti aturan, atau keseluruhan yang teratur, sebagai lawan dari
      chaos       (kekacau-   balauan).   Maka     sebenarnya   kosmologi   adalah
      pengetahuan filosofis tentang keteraturan alam.
      Dalam dunia kosmologi, ada beberapa pendapat tentang alam, pertama,
      memandang bahwa alam ini adalah suatu system yang tetap. Kedua, ala
      mini sebagai sebuah proses. Ketiga, alam sebagaimana manusia
      mengetahuinya, hakikatnya adalah konstruksi rasio manusia.


                                          12
Perkembangan pemikiran tentang alam jelas membuat corak kosmologi
  juga mengalami perkembangan. Secara umum dapat dibedakan menjadi
  dua; yaitu apa yang disebut dengan kosmologi metafisik dan kosmologi
  empirik yang memarginalkan kosmologi metafisik.
  Namun dewasa ini sejarah pun mencatat bahwa ada kecenderungan dari
  kalangan ilmuwan untuk kembali ke kosmologi metafisika, ini terjadi
  lantaran penglihatan ilmuwan sendiri, atas kelemahan sains modern yang
  bertumpu pada paradigma Cartesian Newtonian dengan pandangan
  mekanistis terhadap alam. Alam dilihat hanya sebagai objek dan
  komponen- komponen yang terkait dengan relsi kausal dan kering sama
  sekali dari makna.
3. Antropologi
  Berasal dari kata Yunani; anthropos, yang berarti manusia. Athropologi
  merupakan bagian dari kajian metafisika yang membicarakan soal hakikat
  manusia. Dari pertanyaan hakiki tentang manusia ini, telah lahir berbagai
  cabang ilmu, misalnya psikologi, sosiologi dengan berbagai cabangnya,
  ilmu biologi, kedokteran juga dengan berbagai cabangnya. Belum lagi dari
  sudut pandang agama, tradisi, budaya, dll. Semua ini memperlihatkan
  betapa problem manusia benar- benar merupakan pembicaraan yang
  menarik sepanjang zaman.
  Dalam sejarah filasafat, pembicaraan manusia sudah dimulai sejak filsuf
  Socrates, lalu diikuti oleh Plato yang mengatakan bahwa manusia itu
  adalah makhluk jasmani yang „kasar‟ sekaligus makhluk rohani yang dapat
  bertransendensi, kemudian Aristoteles, hingga pada akhirnya pendapat
  Aristoteles ini mempengaruhi aliran Rasionalisme dengan metode a priori
  yaitu kesadaran umum yang merupakan bawaan manusia. Tapi
  memperoleh respon dari aliran Empirisisme dengan metode a posteriori
  yang mengatakan bahwa hakikat manusia itu adalah kepekaan menangkap
  kesan. Kemudian keduanya ini didamaikan oleh Immanuel Kant yang
  mengakui bahwa hakikat manusia itu baik a priori (pikiran) maupun a
  posteriori (Inderanya).


                                 13
Kajian soal manusia juga dilakukan oleh Sigmund Freud dengan
  Psikoanalisanya. Menurutnya, inti manusia adalah jiwanya. Dan jiwa itu
  terdiri dari tiga, yaitu id (nafsu yang agresif), ego (jiwa manusia yang
  bertugas memberi pertimbangan), super ego (semacam seperangkat kaidah
  atau cita- cita, yang secara bawah sadar „otomatis‟ menunjuk bagaimana
  potensi itu mesti tampil).
  Berbagai pendapat tentang manusia ternyata belum semuanya terungkap.
  Sampai hari ini, diskusi mengenai manusia juga terus berlangsung. Maka
  ditemukanlah teori tentang IQ (kecerdasan intelegensi) EQ (kecerdasan
  emosi) SQ (kecerdasan spiritual). Begitulah para filsuf membicarakan
  mengenai manusia.
4. Eskatologi
  Eskatologi (dari bahasa Yunani Eschatos yang berarti "terakhir" dan -logi
  yang berarti "studi tentang") adalah bagian dari teologi dan filsafat yang
  berkaitan dengan peristiwa-perisitwa pada masa depan dalam sejarah
  dunia, atau nasib akhir dari seluruh umat manusia, yang biasanya dirujuk
  sebagai kiamat (akhir zaman). Dalam mistisisme, ungkapan ini merujuk
  secara metaforis kepada akhir dari realitas biasa, dan kesatuan kembali
  dengan Yang Illahi. Dalam banyak agama tradisional, konsep ini diajarkan
  sebagai kejadian sesungguhnya pada masa depan yang dinubuatkan dalam
  kitab suci atau cerita rakyat. Dalam pengertian yang lebih luas, eskatologi
  dapat mencakup konsep-konsep terkait seperti, misalnya Era Mesianik
  atau Mesias, akhir zaman, dan hari-hari terakhir.
  Kata Yunani αἰών (aeon), yang berarti "abad" (konotasi"zaman"), dapat
  diterjemahkan sebagai "akhir suatu masa (atau periode sejarah)" dan bukan
  "akhir dunia". Pembedaan waktu ini juga mempunyai signifikansi teologis;
  sementara akhir zaman dalam tradisi-tradisi mistis berkaitan dengan
  kelepasan dari penjara realitas "yang ada", sebagian agama percaya dan
  mengkhawatirkannya sebagai penghancuran harafiah dari planet kita (atau
  semua makhluk hidup yang ada) – sementara umat manusia bertahan




                                   14
dalam suatu bentuk yang baru, sehingga mengakhiri "zaman" keberadaan
     yang ada sekarang


2.4 Pengaruh Pengkajian Metafisika Dalam Kehidupan Manusia dan
   Perkembangan Ilmu Pengetahuan
             Kajian tentang metafisika dapat dikatakan sebagai suatu usaha
   sistematis, refleksi dalam mencari hal yang berada di belakang fisik dan
   partikular. Itu berarti usaha mencari prinsip dasar yang mencakup semua hal
   dan bersifat universal. Pengkajian tentang metafisika membawa pengaruh
   secara langsung atau tidak langsung dalam kehidupan manusia yang akan
   melahirkan asumsi yang mendalam dan kesadaran tentang jati dirinya sebagai
   manusia dan hakikat dirinya. Metafisika mengajak manusia memahami
   dirinya secara psikis (iman).
             Metafisika, berbeda dengan kajian-kajian tentang wujud partikular
   yang ada pada alam semesta. biologi mempelajari wujud dari organisme
   bernyawa, geologi mempelajari wujud bumi, astronomi mempelajari wujud
   bintang-bintang, fisika mempelajari wujud perubahan pergerakan dan
   perkembangan alam. Tetapi metafisika mempelajari sifat-sifat yang dimiliki
   bersama oleh semua wujud ini.
             Secara sadar atau tidak, manusia dalam kehidupan sehari-hari,
   sering membicarakan tentang hal-hal yang berbau metafisika(kepercayaan).
   Adanya hantu merupakan salah satu contoh sederhana manusia yang percaya
   pada hal-hal yang metafisik/immateri (idealism).
             Pengkajian ini membawa pengaruh yang cukup dalam. Manusia
   yang hanya percaya kepada yang fisik cenderung berfikiran materialis.
   Berbeda dengan manusia yang percaya kepada hal-hal yang metafisik
   cenderung lebih bersifat rohani/idealis walaupun tidak mesti.
             Perjalanan pemikiran metafisika ini telah mengalami perjalanan
   yang panjang dan telah pula melahirkan tokoh-tokoh cendekiawan. Dalam
   catatan sejarah, pengkajian mengenai metafisika sebagai sebuah disiplin
   (ilmu) atau sekurang-kurangnya pengetahuan, telahdimulai sejak sebelum


                                      15
masehi, tepatnya di Yunani. Dimulai dari Thales, Pythagoras (+ 600 SM),
    Plotinus (204-269 SM), Thomas Aquinas (1224-1274 M, sampai padaSantre
    (1905-1980). Thales adalah orang pertama yang mempersoalkan substansi
    mendalam dari segala sesuatu. Tapi yang jelas, perkembangan tersebut telah
    membawa dampak yang cukup konstributif bagi umat manusia dan bagi
    perkembangan ilmu pengetahuan sendiri. Kemajuan yang diperoleh sekarang,
    tidak terlepas dari peranan pengkajian terhadap metafisika tersebut sehingga
    manusia lebih bisa memahami jati dirinya sebahai penuntut ilmu serta hakikat
    ilmu yang dituntutnya itu.


Manfaat Metafisika Bagi Pengembangan Ilmu
1. Kontribusi metafisika terletak pada waktu terbentuknya paradigma ilmiah,
  ketika kumpulan kepercayaan belum lengkap pengumpulan faktanya, maka
  harus dipasok dari luar, antara lain: metafisika, sainsyglain, kejadian personal
  dan histories. (Kuhn)
2. Metafisika mengajarkan cara berpikir yang serius, terutama dalam menjawab
  problem yang bersifat enigmatik (teka-teki), sehingga melahirkan sikap dan
  rasa ingin tahu yang mendalam. (Kennick)
3. Metafisika mengajarkan sikap open-ended, sehingga hasil sebuah ilmu selalu
  terbuka untuk temuan & kreativitas baru.(Kuhn)
4. Perdebatan dalam metafisika melahirkan berbagai aliran, mainstream, seperti:
  monisme, dualisme, pluralisme, sehingga memicu proses ramifikasi, berupa
  lahirnya percabangan ilmu (Kennick).
5. Metafisika   menuntut    orisinalitas    berpikir,   karena   setiap   metafisikus
  menyodorkan cara berpikir yang cenderung subjektif dan menciptakan
  terminology filsafat yang khas. Situasi semacam ini diperlukan untuk
  pengembangan ilmu dalam rangka menerapkan heuristika (vanPeursen).
6. Metafisika mengajarkan pada peminat filsafat untuk mencari prinsip pertama
  (First principle) sebagai kebenaran yang paling akhir. Kepastian ilmiah dalam
  metodeskeptis Descartes hanya dapat diperoleh jika kita menggunakan metode
  deduksi yang bertitik tolak dari premis yang paling kuat (Cogito Ergo Sum).


                                           16
7. Manusia yang bebas sebagai kunci bagi akhir Pengada,artinya manusia
  memiliki kebebasan untuk merealisasikan dirinya sekaligus bertanggung jawab
  bagi diri sendiri, sesama manusia , dan dunia. Penghayatan atas kebebasan di
  satu pihak dan tanggung jawab di pihak lain merupakan sebuah kontribusi
  penting bagi pengembangan ilmu yang sarat dengan nilai (not value-free).
  (Bakker)
8. Metafisika mengandung potensi untuk menjalin komunikasi antara pengada
  yang satu dengan pengada yang lain. Aplikasi dalam ilmu berupa komuniksi
  antar ilmuwan mutlakdibutuhkan, tidak hanya antar ilmuwan sejenis, tetapi
  juga antar disiplin ilmu, sehingga memperkaya pemahaman atas realitas
  keilmuwan. (Bakker)




                                     17
BAB III
                                PENUTUP



3.1 Kesimpulan
             Berdasarkan uraian pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa
   metafisika merupakan salah satu cabang ilmu filsafat yang mempelajari dan
   memahami mengenai penyebab segala sesuatu sehingga hal tertentu menjadi
   ada, dimana di dalamnya menjelaskan studi keberadaan atau realitas. Manusia
   sebagai makhluk yang bermetafisis dalam kehidupan sehari-harinya selalu
   membicarakan hal-hal yang berbau metafisika, bahwa terdapat hal-hal gaib
   (supernatural) dan hal-hal tersebut bersifat lebih tinggi atau lebih kuasa
   dibandingkan dengan alam yang nyata.
             Metafisika mengajak manusia memahami dirinya secara psikis
   (iman). Pengkajian tentang metafisika membawa pengaruh secara langsung
   atau tidak langsung dalam kehidupan manusia yang akan melahirkan asumsi
   yang mendalam dan kesadaran tentang jati dirinya sebagai manusia dan
   hakikat dirinya. Mempelajari kajian metafisika membawa pengaruh yang
   cukup dalam kepada manusia, sehingga manusia tidak hanya percaya kepada
   yang fisik dan berfikiran materialis namun manusia juga dapat mempercayai
   hal-hal metafisik yang cenderung bersifat rohani.


3.2 Saran
             Diharapkan kepada semua pihak yang membaca makalah ini, agar
   kiranya dapat menjadikan       sebagai salah satu rujukan yang sifatnya
   membangun      dalam   perkembangan      ilmu   pengetahuan.   Orang   bijak
   mengatakan bahwa manusia perlu berfikir untuk mengetahu siapa dirinya dan
   kemana arah tujuan perjalanan hidupnya, sehingga tidak hanya berfikir secara
   materialistik dan hedonis.




                                      18
DAFTAR PUSTAKA


Wikipedia.“Metafisika”.http://id.m.wikipedia.org/wiki/Metafisika


Fadli. “Ontologi Dalam Keilmuan”. http://fadlibae.wordpress.com/
       2010/10/04/ontologi-epistemologi-aksiologi-dalam-keilmuan/


“Contoh   Kajian    Filsafat”.    http://saymyfuture.blogspot.com/2011/12/cabang-
       kajian-filsafat-problem.html


“Cabang-Cabang      Filsafat”.http://wongrowokele.blogspot.com/2011/11/cabang-
       cabang-filsafat.html


http://edukasi.kompasiana.com/2011/04/22/ontologi/




                                         19
http://id.m.wikipedia.org/wiki/Metafisika



Balas Teruskan




                                            20

More Related Content

What's hot

Filsafat Ilmu : Ontologi
Filsafat Ilmu : OntologiFilsafat Ilmu : Ontologi
Filsafat Ilmu : Ontologi
Hosyatul Aliyah
 
Berpikir ilmiah
Berpikir ilmiahBerpikir ilmiah
Berpikir ilmiah
hiriza
 
Makalah individu
Makalah individuMakalah individu
Makalah individu
taufiq99
 
Etika, Moral, Akhlak (Agama) ppt
Etika, Moral, Akhlak (Agama) pptEtika, Moral, Akhlak (Agama) ppt
Etika, Moral, Akhlak (Agama) ppt
Aisyah Turidho
 

What's hot (20)

Makalah Aqidah Akhlak
Makalah Aqidah AkhlakMakalah Aqidah Akhlak
Makalah Aqidah Akhlak
 
Filsafat Ilmu : Ontologi
Filsafat Ilmu : OntologiFilsafat Ilmu : Ontologi
Filsafat Ilmu : Ontologi
 
Power point filsafat tp
Power point filsafat tpPower point filsafat tp
Power point filsafat tp
 
Konsep pendidikan
Konsep pendidikanKonsep pendidikan
Konsep pendidikan
 
Etika sebagai cabang filsafat
Etika sebagai cabang filsafatEtika sebagai cabang filsafat
Etika sebagai cabang filsafat
 
Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)
Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)
Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)
 
Ilmu Pengetahuan
Ilmu PengetahuanIlmu Pengetahuan
Ilmu Pengetahuan
 
Berpikir ilmiah
Berpikir ilmiahBerpikir ilmiah
Berpikir ilmiah
 
Filsafat Umum - Epistemologi
Filsafat Umum - EpistemologiFilsafat Umum - Epistemologi
Filsafat Umum - Epistemologi
 
epistemologi
epistemologiepistemologi
epistemologi
 
Pengertian keimanan dan ketakwaan
Pengertian keimanan dan ketakwaanPengertian keimanan dan ketakwaan
Pengertian keimanan dan ketakwaan
 
4. teori-belajar
4. teori-belajar4. teori-belajar
4. teori-belajar
 
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...
 
Contoh Soal Bahas Indonesia tentang Wacana
Contoh Soal Bahas Indonesia tentang WacanaContoh Soal Bahas Indonesia tentang Wacana
Contoh Soal Bahas Indonesia tentang Wacana
 
Sejarah perkembangan ilmu pengetahuan fix .ppt
Sejarah perkembangan ilmu pengetahuan fix .pptSejarah perkembangan ilmu pengetahuan fix .ppt
Sejarah perkembangan ilmu pengetahuan fix .ppt
 
Makalah individu
Makalah individuMakalah individu
Makalah individu
 
makalah filsafat
makalah filsafatmakalah filsafat
makalah filsafat
 
Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni (IPTEKS) dalam Islam
Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni (IPTEKS) dalam IslamIlmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni (IPTEKS) dalam Islam
Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni (IPTEKS) dalam Islam
 
Soal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwi
Soal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwiSoal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwi
Soal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwi
 
Etika, Moral, Akhlak (Agama) ppt
Etika, Moral, Akhlak (Agama) pptEtika, Moral, Akhlak (Agama) ppt
Etika, Moral, Akhlak (Agama) ppt
 

Similar to Makalah metafisika

Makalah materialisme
Makalah materialismeMakalah materialisme
Makalah materialisme
Erna Mariana
 
Makalah Kajian Ontologi, Epistimologi dan Aksionlogi Ilmu
Makalah Kajian Ontologi, Epistimologi dan Aksionlogi IlmuMakalah Kajian Ontologi, Epistimologi dan Aksionlogi Ilmu
Makalah Kajian Ontologi, Epistimologi dan Aksionlogi Ilmu
sayid bukhari
 
ontologi, epistimologi, aksiologi.pptx
ontologi, epistimologi, aksiologi.pptxontologi, epistimologi, aksiologi.pptx
ontologi, epistimologi, aksiologi.pptx
mnuzurulump
 

Similar to Makalah metafisika (20)

Ontologi Keilmuan.pptx
Ontologi Keilmuan.pptxOntologi Keilmuan.pptx
Ontologi Keilmuan.pptx
 
Presentation filsafat
Presentation filsafatPresentation filsafat
Presentation filsafat
 
Filsafat materialisme untuk materi kuliah
Filsafat materialisme untuk materi kuliahFilsafat materialisme untuk materi kuliah
Filsafat materialisme untuk materi kuliah
 
Ontologi Metafisika Keilmuan
Ontologi Metafisika KeilmuanOntologi Metafisika Keilmuan
Ontologi Metafisika Keilmuan
 
Makalah materialisme
Makalah materialismeMakalah materialisme
Makalah materialisme
 
METAFISIKA.pptx
METAFISIKA.pptxMETAFISIKA.pptx
METAFISIKA.pptx
 
Spe Bab1
Spe Bab1Spe Bab1
Spe Bab1
 
BAB 5 METAFIZIK_ODL (1) (1).pptx
BAB 5 METAFIZIK_ODL (1) (1).pptxBAB 5 METAFIZIK_ODL (1) (1).pptx
BAB 5 METAFIZIK_ODL (1) (1).pptx
 
LAILI HIDAYATTURROHMAH tugas mandiri.docx
LAILI HIDAYATTURROHMAH tugas mandiri.docxLAILI HIDAYATTURROHMAH tugas mandiri.docx
LAILI HIDAYATTURROHMAH tugas mandiri.docx
 
Cabang Filsafat Pendidikan
Cabang Filsafat PendidikanCabang Filsafat Pendidikan
Cabang Filsafat Pendidikan
 
Cabang
CabangCabang
Cabang
 
Tugas Akhir Kelompok 8 Pengantar Filsafat Ilmu .pptx
Tugas Akhir Kelompok 8 Pengantar Filsafat Ilmu .pptxTugas Akhir Kelompok 8 Pengantar Filsafat Ilmu .pptx
Tugas Akhir Kelompok 8 Pengantar Filsafat Ilmu .pptx
 
Makalah Kajian Ontologi, Epistimologi dan Aksionlogi Ilmu
Makalah Kajian Ontologi, Epistimologi dan Aksionlogi IlmuMakalah Kajian Ontologi, Epistimologi dan Aksionlogi Ilmu
Makalah Kajian Ontologi, Epistimologi dan Aksionlogi Ilmu
 
FKI-Muhamad Zaki Ainul Yakin-2205056071.docx
FKI-Muhamad Zaki Ainul Yakin-2205056071.docxFKI-Muhamad Zaki Ainul Yakin-2205056071.docx
FKI-Muhamad Zaki Ainul Yakin-2205056071.docx
 
Soaljawab filsafat
Soaljawab filsafatSoaljawab filsafat
Soaljawab filsafat
 
Tugas Akhir Kelompok 8 Pengantar Filsafat Ilmu.pptx
Tugas Akhir Kelompok 8 Pengantar Filsafat Ilmu.pptxTugas Akhir Kelompok 8 Pengantar Filsafat Ilmu.pptx
Tugas Akhir Kelompok 8 Pengantar Filsafat Ilmu.pptx
 
PPT RASIONALITAS ILMU FILSAFAT.pptx
PPT RASIONALITAS ILMU FILSAFAT.pptxPPT RASIONALITAS ILMU FILSAFAT.pptx
PPT RASIONALITAS ILMU FILSAFAT.pptx
 
Ontologi
OntologiOntologi
Ontologi
 
ontologi, epistimologi, aksiologi.pptx
ontologi, epistimologi, aksiologi.pptxontologi, epistimologi, aksiologi.pptx
ontologi, epistimologi, aksiologi.pptx
 
ESTIMOLOGI ILMU.docx
ESTIMOLOGI ILMU.docxESTIMOLOGI ILMU.docx
ESTIMOLOGI ILMU.docx
 

More from Erna Mariana

Paper Research of Short Story
Paper Research of Short StoryPaper Research of Short Story
Paper Research of Short Story
Erna Mariana
 
Introduction to Translation (Part VI)
Introduction to Translation (Part VI)Introduction to Translation (Part VI)
Introduction to Translation (Part VI)
Erna Mariana
 
Introduction to Translation (Part V)
Introduction to Translation (Part V)Introduction to Translation (Part V)
Introduction to Translation (Part V)
Erna Mariana
 
Sistem Mata Pencaharian
Sistem Mata PencaharianSistem Mata Pencaharian
Sistem Mata Pencaharian
Erna Mariana
 
Introduction to Translation (Part III)
Introduction to Translation (Part III)Introduction to Translation (Part III)
Introduction to Translation (Part III)
Erna Mariana
 
Introduction to Translation (Part II)
Introduction to Translation (Part II)Introduction to Translation (Part II)
Introduction to Translation (Part II)
Erna Mariana
 
Introduction to Translation (Part I)
Introduction to Translation (Part I)Introduction to Translation (Part I)
Introduction to Translation (Part I)
Erna Mariana
 
Makalah eksistensialisme
Makalah eksistensialismeMakalah eksistensialisme
Makalah eksistensialisme
Erna Mariana
 
Makalah Moral/Akhlaq
Makalah Moral/AkhlaqMakalah Moral/Akhlaq
Makalah Moral/Akhlaq
Erna Mariana
 

More from Erna Mariana (14)

Paper Research of Short Story
Paper Research of Short StoryPaper Research of Short Story
Paper Research of Short Story
 
Question Words
Question WordsQuestion Words
Question Words
 
Introduction to Translation (Part VI)
Introduction to Translation (Part VI)Introduction to Translation (Part VI)
Introduction to Translation (Part VI)
 
Introduction to Translation (Part V)
Introduction to Translation (Part V)Introduction to Translation (Part V)
Introduction to Translation (Part V)
 
Sistem Mata Pencaharian
Sistem Mata PencaharianSistem Mata Pencaharian
Sistem Mata Pencaharian
 
Introduction to Translation (Part III)
Introduction to Translation (Part III)Introduction to Translation (Part III)
Introduction to Translation (Part III)
 
Introduction to Translation (Part II)
Introduction to Translation (Part II)Introduction to Translation (Part II)
Introduction to Translation (Part II)
 
Introduction to Translation (Part I)
Introduction to Translation (Part I)Introduction to Translation (Part I)
Introduction to Translation (Part I)
 
Makalah logika
Makalah logikaMakalah logika
Makalah logika
 
Makalah eksistensialisme
Makalah eksistensialismeMakalah eksistensialisme
Makalah eksistensialisme
 
makalah estetika
makalah estetikamakalah estetika
makalah estetika
 
Makalah Moral/Akhlaq
Makalah Moral/AkhlaqMakalah Moral/Akhlaq
Makalah Moral/Akhlaq
 
Artikel seminar
Artikel seminarArtikel seminar
Artikel seminar
 
makalah korupsi
makalah korupsimakalah korupsi
makalah korupsi
 

Recently uploaded

1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
DessyArliani
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
novibernadina
 
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxKisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
FitriaSarmida1
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
nabilafarahdiba95
 
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptxPPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
MaskuratulMunawaroh
 

Recently uploaded (20)

1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
 
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptxPANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
 
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxKisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaPengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
 
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptxPPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
 

Makalah metafisika

  • 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seringkali ditemukan orang atau berita di televisi yang menyebut kata “metafisika”, hal tersebut selalu dikaitkan kearah yang ghaib (supernatural), ilmu nujum, perbintangan, dan pengobatan jarak jauh yang bersifat lebih tinggi atau lebih kuasa. Dalam kehidupan sehari-hari secara sadar ataupun tidak manusia selalu membicarakan tentang hal-hal yang berbau metafisika (kepercayaan), hal-hal yang di luar dunia fisik seringkali dikaitkan dengan metafisika. Sebagai contoh sederhana adalah beriman terhadap agama yang dianut, manusia memahami alam semesta diciptakan oleh Tuhan namun seringkali manusia mempertanyakan bagaimana wujud Tuhan?? Apa Tuhan itu ada?? selain itu adanya hantu atau jin. Hal ini menunjukkan hubungan antara manusia dan metafisika. Apa sebenarnya metafisika itu? Metafisika merupakan salah satu cabang ilmu filsafat yang mempelajari dan memahami mengenai penyebab segala sesuatu sehingga hal tertentu menjadi ada, dimana di dalamnya menjelaskan studi keberadaan atau realitas. Belajar dasar-dasar metafisika turut mengarahkan manusia untuk berupaya mengerti lebih dalam keberadaannya. Dengan berpikir matefisis sebagai pengaruh dari belajar dasar-dasar metafisika tersebut dapat meredam hedonisme dan materialisme. Hal ini selaras dengan karakteristik metafisika yang menekankan kepada pengetahuan akal budi, di mana isi dari pengetahuan akal budi itu lebih pasti ketimbang dengan pengetahuan inderawi yang senantiasa dalam perubahan, yang justru metafisika bila dipelajari mendorong orang untuk mempergunakan akal budi dalam proses mencapai realitas rohaniah sebagai realitas mutlak sang pengatur seluruh alam, dan memang realitas mutlak ini dapat digapai oleh akal budi, sehingga memposisikan realitas material tidak penting manakala menghambatnya. 1
  • 2. Namun watak metafisika mengakui mengenai tetapnya ada perubahan antara rohani dan jasmani. Manusia merupakan makhkluk yang berakal, dengan akalnya memungkinkan untuk dapat berfikir dan belajar. Belajar merupakan suatu aktivitas yang melibatkan indera, akal, dan qalbu menuju perubahan secara terencana, agar tahu, mau, dan mampu hidup pada masanya. Inti berpikir dilihat dari posisi akal berdampingan dengan wahyu, adalah berfilsafat. Sedangkan berfilsafat intinya bermetafisika, bahkan metafisika adalah filsafat itu sendiri, yakni bermetafisis berpikir itu sendiri. Maka manusia adalah makhluk yang bermetafisika. Manusia sebagai makhluk yang bermetafisika dapat menjadi postulat yang mendasari bahwa manusia berkeharusan sekaligus dapat mencari dan menangkap apa yang terdapat di balik yang tampil atau tampak secara fisikal. Manusia mempunyai beberapa pendapat mengenai tafsiran metafisika, diantaranya adalah bahwa terdapat hal-hal gaib (supranatural) dan hal-hal tersebut bersifat lebih tinggi atau lebih kuasa dibandingkan dengan alam yang nyata. Metafisika pada masa Yunani Kuno dikatakan sebagai ilmu mengenai yang-ada dalam dirinya sendiri. Dengan metafisika orang ingin memahami realitas dalam dirinya sendiri. Berbicara mengenai yang-ada berarti bergaul dengan sesuatu yang sungguh-sungguh riil, sejauh yang-ada itu sebagai kondisi semua realitas. Metafisika tidak bergaul dengan hal konkret, misalnya pohon ini atau itu. Metafisika mempunyai objek kajian yang mengatasi pengalaman inderawi yang bersifat individual. Metafisika bertugas mencari kedudukan yang individual itu dalam konteks keseluruhan. Metafisika mengajak orang untuk tidak terpaku pada pohon ini atau itu, atau masalah kesehatan manusia dan lain-lain yang tertentu, tetapi melihat semuanya itu dalam konteks bahwa semua itu ada. Metafisika pada masa sekarang menjadi bidang filsafat yang memikirkan dan mempelajari hal-hal yang "mengatasi" atau "di luar" 2
  • 3. pembahasan tentang hal-hal yang fisik dan empiris, di mana sudut pandang metafisika mengatasai fisika (metaphysica). Uraian tersebut di atas secara tersirat menunjukkan bahwa masalah metafisis adalah masalah universal, yang mengandung arti bahwa bermetafisis dan metafisika itu berlangsung sejak manusia ada hingga manusia yang mendatang, yang memang secara kebetulan, tidak secara keseharusan, penemuan yang berlanjut secara artifisial dikonstruk secara sistematis bahwa metafisis dan metafisika itu diterbitkan di Yunani. Untuk itu maka penulis ingin mengulas lebih dalam lagi dengan karya tulis yang berjudul, “Metafisika”. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut. 1. Bagaimana pengertian metafisika? 2. Bagaimana sejarah perkembangan dan tokoh pemikir Metafisika? 3. Apa cabang-cabang metafisika?? 4. Bagaimana penerapan Metafisika dalam kehidupan manusia? 1.3 Tujuan Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat diuraikan tujuan penulisan makalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui sejarah perkembangan dan tokoh pemikir Metafisika. 2. Untuk mengetahui penerapan Metafisika bagi kehidupan manusia. 1.4 Manfaat Manfaat makalah ini diharapkan dapat memberikan nilai tambah bagi orang lain atau pembacanya guna lebih mengetahui sejarah lahirnya Ilmu Metafisika beserta tokoh-tokoh pemikirnya. Serta untuk mengetahui penerapan ilmu metafisika dalam kehidupan manusia. 3
  • 4. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Metafisika Metafisika (Bahasa Yunani: μετά (meta) = "setelah atau di balik", υύσικα (phúsika) = "hal-hal di alam") adalah salah satu cabang filsafat yang mempelajari penjelasan dan pemahaman mengenai asal atau hakekat objek (fisik) di dunia sehingga hal tertentu menjadi ada. Metafisika merupakan studi keberadaan atau realitas. Metafisika mencoba menjawab pertanyaan- pertanyaan seperti: Apakah sumber dari suatu realitas? Apakah Tuhan ada? Apa tempat manusia di dalam semesta? Sebagai sebuah disiplin filsafat, metafisika telah dimulai sejak zaman yunani kuno, mulai dari filosof-filosof alam sampai Aristoteles (284- 322 SM). Aristoteles sendiri tidak pernah memakai istilah ”metafisika” Aristoteles menyebut disiplin yang mengkaji hal-hal yang sifatnya di luar fisika sebagai filsafat pertama (proto philosophia)untuk membedakannya dengan filsafat kedua yaitu disiplin yang mengkaji hal-hal yang bersifat fisika. Istilah metafisika yang kita kenal sekarang, berasal dari bahasa Yunani ta meta ta physika yang artinya “yang datang setelah fisik”. Istilah tersebut diberikan oleh Andronikos dari Rhodos (70 SM) terhadap karya-karya Aristoteles yang disusun sesudah (meta) buku fisika. Aristoteles dalam bukunya yang berjudul Metaphysica mengemukakan beberapa gagasannya tentang metafisika antara lain: a. Metafisika sebagai kebijaksanaan (sophia), ilmu pengetahuan yang mencari pronsip-prinsip fundamental dan penyebab-penyebab pertama. b. Metafisika sebagai ilmu yang bertugas mempelajari yang ada sebagai yang ada (being qua being) yaitu keseluruhan kenyataan. c. Metafisika sebagai ilmu tertinggi yang mempunyai obyek paling luhur dan sempurna dan menjadi landasan bagi seluruh adaan, yang mana ilmu ini sering disebut dengan theologia. 4
  • 5. Cabang utama metafisika adalah ontologi, studi mengenai kategorisasi benda-benda di alam dan hubungan antara satu dan lainnya. Ahli metafisika juga berupaya memperjelas pemikiran-pemikiran manusia mengenai dunia, termasuk keberadaan, kebendaan, sifat, ruang, waktu, hubungan sebab akibat, dan kemungkinan. Manusia mempunyai beberapa pendapat mengenai tafsiran metafisika. Tafsiran yang pertama yang dikemukakan oleh manusia terhadap alam ini adalah bahwa terdapat hal-hal gaib (supernatural) dan hal-hal tersebut bersifat lebih tinggi atau lebih kuasa dibandingkan dengan alam yang nyata. Pemikiran seperti ini disebut pemikiran supernaturalisme. Dari sini lahir tafsiran-tafsiran cabang misalnya animisme. Selain paham di atas, ada juga paham yang disebut paham naturalisme, paham ini amat bertentangan dengan paham supernaturalisme. Paham naturalisme menganggap bahwa gejala-gejala alam tidak disebabkan oleh hal-hal yang bersifat gaib, melainkan karena kekuatan yang terdapat dalam itu sendiri, yang dapat dipelajari dan dapat diketahui. Orang-orang yang menganut paham naturalisme ini beranggapan seperti itu karena standar kebenaran yang mereka gunakan hanyalah logika akal semata, sehingga mereka mereka menolak keberadaan hal-hal yang bersifat gaib itu. Dari paham naturalisme ini juga muncul paham materialisme yang menganggap bahwa alam semesta dan manusia berasal dari materi. Salah satu pencetusnya ialah Democritus (460-370 S.M). Adapun bagi mereka yang mencoba mempelajari mengenai makhluk hidup. Timbul dua tafsiran yang masing saling bertentangan yakni paham mekanistik dan paham vitalistik. Kaum mekanistik melihat gejala alam (termasuk makhluk hidup) hanya merupakan gejala kimia-fisika semata. Sedangkan bagi kaum vitalistik hidup adalah sesuatu yang unik yang berbeda secara substansif dengan hanya sekedar gejala kimia-fisika semata. Berbeda halnya dengan telaah mengenai akal dan pikiran, dalam hal ini ada dua tafsiran yang juga saling berbeda satu sama lain. Yakni paham monoistik dan dualistik. sudah merupakan aksioma bahwa proses berpikir 5
  • 6. manusia menghasilkan pengetahuan tentang zat (objek) yang ditelaahnya. Dari sini aliran monoistik mempunyai pendapat yang tidak membedakan antara pikiran dan zat, keduanya (pikiran dan zat) hanya berbeda dalam gejala disebabkan proses yang berlainan namun mempunyai subtansi yang sama. Pendapat ini ditolak oleh kaum yang menganut paham dualistik. Dalam metafisika, penafsiran dualistik membedakan antara zat dan kesadaran (pikiran) yang bagi mereka berbeda secara substansif. Aliran ini berpendapat bahwa yang ditangkap oleh pikiran adalah bersifat mental. Maka yang bersifat nyata adalah pikiran, sebab dengan berpikirlah maka sesuatu itu lantas ada. 2.2 Sejarah Perkembangan dan Tokoh Pemikir Metafisika Istilah metafisika terjadi oleh sebab sesuatu yang tidak di sengaja. Ketika Aristoteles sedang menyusun buku-bukunya di rak, asistennya meletakkan buku yang berisi tentang segala sesuatu yan diluar kenyataan seperti prinsip pertama dan pengertian tentang ada( being qua being ) setelah buku bertitel ‟Fisika‟. Atas ketidaksengajaan itulah, buku tersebut dinamai „Metafisika‟. „Metafisika‟ berari sesudah „Fisika‟,yang memang secara harfiah betul-betul buku yang ditempatkan setelah buku „Fisika‟ di rak Aristoteles. Istilah tersebut jadi terus menerus dipakai untuk menyebut segala sesuatu tentang yang di luar atau di belakang dunia fisik. Dunia modern adalah dunia yang sempat alergi dengan metafisika. Tokoh-Tokoh Pemikir Metafisika 1. David Hume (1711-1776) Merupakan tokoh yang paling brutal. Filsuf Skotlandia ini mengatakan bahwa manusia hanya mendapatkan pengetahuannya dari segenap indranya saja. Apa yang tidak ia serap dengan indra, itu hanya omong kosong. Hume mengatakan bahwa manusia hanya berbasiskan kesan- kesan, misalnya kesan tentang spidol adalah kenyataan bahwa ia sedang melihat spidol dalam wujud yang sejati, berwarna hitam, ada tutupnya berwarna putih. Setelah ia tidak melihat spidol itu, yang tersisa adalah 6
  • 7. gagasan tentang spidol, yang merupakan fotokopi dari kesan. Kesimpulan Hume adalah gagasan tanpa kesan adalah kosong. Dengan pernyataan ini maka Hume sangat destruktif terhadap metafisika. Konsep-konsep khas metafisika seperti tuhan, ruh, jiwa, malaikat, diri, dan substansi, di lemparkan ke tong sampah karena Hume mempunyai pertanyaan mematikan, “kesan apa yang mendasari gagasan tentang itu semua?? 2. Immanuek Kant (1724-1804) Tokoh ini sedikit lebih toleransi terhadap metafisika. Ia membagi menjadi dua yaitu fenomena dan nomena. Fenomena adalah apa yang terserap indra, sedang kan nomena adalah apa yang di luar itu. Yang bias kita perdebatkan, teliti, observasi, dan eksperimentasi hanyalah dunia fenomena, sedangkan dunia nomena kita tidak mempunyai pengetahuan apapun tentangnya. Ini sekaligus menyerang pemikiran Abad pertengahan yang selalu mencampur aduk kan antara prolem Ketuhanan dengan sains. Bagi Kant, sains ya sains, Tuhan ya Tuhan, keduannya mempunyai wilayah yang berbeda. Namun Kant menganggap konsep-konsep nomena tetaplah penting sebagai tuntunan moral. Kant memang toleransi terhadap metafisika, namun ia sekaligus menegaskan bahwa hal-hal yang metafisik mustahil bias kita telaah oleh sebab pengetahuan tentangnya adalah tidak ada. 3. August Comte (1798-1857) Tokoh ini di sebut sebagai Bapak Positivisme. Ia yang amat bersemangat dan optimis bahwa kelak metafisika bias dihancurkan. Sepenuhnya jika ilmu pengetahuan terus mengalami kemajuan, ia mengajukan tesisnya yaitu law of there stages, bahwa masyarakat itu pada mulanya bertahap teologis, yaitu apa-apa dihubungkan dengan jiwa yang bersemayam dalam benda-benda. Politeisme dan monoteisme juga masuk dalam kategori ini. Tahap berikutnya yang lebih maju adalah tahap metafisik, yaitu manusia mulai mencari prinsip dengan mengandalkan nalarnya. Sehingga segala sesuatu disebut sebagai substansi, contohnya adalah Thales yang mengatakan alam semesta ini adalah air. Comte mengatakan bahwa tahap 7
  • 8. yang paling maju adalah tahap positif, yaitu ketika manusia bias memecahkan segala sesuatu dengan penjelasan saintifik yang berbasiskan observasi dan eksperimen. Tahap ketiga ini adalah puncak, yang berarti manusia bias mengontrol alam, Comte juga sekaligus mau menegaskan bahwa metafisika lebih terbelakang dari cara berfikir positif yang serba empirik. 4. Ludwig Wittgenstein (1889-1951) Dalam bukunya, Tractatus Logico Philosophicus berpendapat bahwa dunia diberi nama, sehingga ia berkesimpulan bahwa: “Bahasa adalah gambar fakta”. Jika ada faktanya, ada bahasanya, jika ada bahasanya, pasti ada faktanya. Oleh karena itu Metafisika menjadi tidak mungkin, buku Wittgenstein ini di adopsi oleh para ilmuwan yang menjuluki dirinya sebagai Positivisme Logis. Kaum Positivisme Logis menyatakan kalimatnya yang terkenal, “sebuah kalimat hanya bermakna jika bias diverefikasi. Ini adalah momen penghancuran metafisika yang cukup berat karena metafisika diberantas mulai dari yang paling subtil yakni:bahasa. 2.3 Cabang Ilmu Metafisika Metafisika adalah ilmu yang membahas hakekat dibalik sesuatu yang ada. Menurut keterangan Aristoteles tentang metafisika bahwa sebenarnya terdapat dua obyek yang menjadi metafisis Aristoteles yaitu, (a) yang ada sebagai yang ada being qua being dan (b) yang Ilahi. Namun demikian Aristoteles sendiri tidak menjadikan dua obyek kajian sebagai obyek bagi dua disiplin ilmu yang berbeda. Seorang filosof Jerman bernama Christian Wolff cenderung meyakini bahwa pembicaraan tentang yang ada sebagai yang ada dan yang Ilahi harus dipisahkan dan tidak dapat dibicarakan bersama-sama. Oleh karenanya, Wolff memilah metafisika menjadi 2 yaitu : metaphysica generalis (metafisika umum) atau juga sering disebut ontologi dan methapysica specialis (metafisika khusus). 8
  • 9. 2.3.1 Metafisika umum Metafisika umum membahas mengenai yang ada sebagai yang ada, artinya prinsip-prinsip umum yang menata realitas, sedang metafisika khusus membahas penerapan prinsip-prinsip umum ke dalam bidang-bidang khusus: teologi, kosmologi dan psikologi. Pemilahan Wollf tersebut didasarkan pada dapat tidaknya dicerap melalui perangkat inderawi suatu obyek filsafat pertama. Metafisika umum (untuk seterusnya digunakan istilah ontologi) mengkaji realitas sejauh dapat diserap melalui indera sedang metafisika khusus (metafisika) mengkaji realitas yang tidak dapat diserap indera, apakah itu realitas ketuhanan (teologi), semesta sebagai keseluruhan (kosmologi) maupun kejiwaan (psikologi). Kedua disiplin filsafat pada dasarnya tidak sepenuhnya terpisah satu sama lain karena menurut Wollf sendiri pembahasan metafisika tentang realitas supra inderawi, terkait dengan pembahasan ontologi tentang prinsip-prinsip umum yang menata realitas inderawi. Terlepas dari perbedaan mengenai istilah metafisika dan keengganan orang akan metafisika, kedudukan metafisika dalam dunia filsafat sangat kuat. Pertama, metafisika sudah merupakan sebuah cabang ilmu tersendiri dalam pergulatan filosofis. Kedua, seperti yang dikatakan Heideggaer, setiap telaah filosofis terdapat unsur metafisik. Metafisika umum atau yang lebih dikenal dengan ontologi. Cabang utama metafisika adalah ontologi, studi mengenai kategorisasi benda-benda di alam dan hubungan antara satu dan lainnya. Ahli metafisika juga berupaya memperjelas pemikiran-pemikiran manusia mengenai dunia, termasuk keberadaan, kebendaan, sifat, ruang, waktu, hubungan sebab akibat, dan kemungkinan. Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani. Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret. Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis ialah seperti Thales, Plato, dan Aristoteles. Pada masanya, kebanyakan orang belum membedakan antara penampakan dengan 9
  • 10. kenyataan. Dan pendekatan ontologi dalam filsafat mencullah beberapa paham, yaitu: 1. Monoisme Paham ini menganggap bahwa hakikat yang berasal dari kenyataan adalah satu saja, tidak mungkin dua. Haruslah satu hakikat saja sebagai sumber yang asal, baik berupa materi maupun rohani. Paham ini terbagi menjadi dua aliran : a. Materialisme : Aliran ini menganggap bahwa sumber yang asal itu adalah materi, bukan rohani. Aliran ini sering disebut naturalisme. Menurutnya bahwa zat mati merupakan kenyataan dan satu-satunya fakta yang hanyalah materi, sedangkan jiwa atau ruh tidaklah merupakan suatu kenyataan yang berdiri sendiri. b. Idealisme : Sebagai lawan dari materialisme yang dinamakan spriritualisme. Dealisme berasal dari kata ”Ideal” yaitu suatu yang hadir dalam jiwa. Aliran ini beranggapan bahwa hakikat kenyataan yang beraneka ragam itu semua berasal dari ruh (sukma) atu sejenis denganntya, yaitu sesuatu yang tidak terbentuk dan menempati ruag. Materi atau zat ini hanyalah suatu jenis dari penjelamaan ruhani. 2. Dualisme Aliran ini berpendapat bahwa benda terdiri dari dua macam hakikat sebagai asal sumbernya, yaitu hakikat materi dan ruhani, benda dan ruh, jasad dan spirit. Materi bukan muncul dari benda, sama-sama hakikat, kedua macam hakikat tersebut masing-masing bebas dan berdiri sendiri, sama-sama azali dan abadi, hubungan keduanya menciptakan kehidupan di alam ini. Tokoh paham ini adalah Descater (1596-1650 SM) yang dianggap sebagai bapak Filosofi modern) 3. Pluralisme Paham ini beranggapan bahwa segenap macam bentuk merupakan kenyataan. Pluralisme tertolak dari keseluruhan dan mengakui bahwa segenap macam bentuk itu semuanya nyata, tokoh aliran ini pada masa Yunani kuno adalah Anaxagoras dan Empedcoles, yang menyatakan 10
  • 11. bahwa substansi yang ada itu terbentuk dan terdiri dari empat unsur, yaitu tanah, air, api dan udara. 4. Nihilisme Berasal dari bahasa Yunani yang berati nothing atau tidak ada. Istilah Nihilisme dikenal oleh Ivan Turgeniev dalam novelnya Fadhers an Children yang ditulisnya pada tahun 1862 di Rusia. Doktrin tentang Nihilisme sebenarnya sudah ada sejak zaman Yunani kuno, yaitu pada pandangan Grogias (483-360 SM) yang memberikan tiga proporsi tentang realitas : a. Pertama, tidak ada sesuatupun yang eksis. Realitas itu sebenarnya tidak ada. b. Kedua, bila sesuatu itu ada, ia tidak dapat diketahui ini disebabkan oleh penginderaan itu tidak dapat dipercaya, penginderaan itu sumber ilusi. c. Ketiga, sekalipun realitas itu dapat kita ketahui, ia tidak akan dapat kita beritahukan kepada oranglain. 5. Agnotitisme Paham ini mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakikat benda, baik hakikat materi maupun hakikat ruhani, kata agnosticisme barasal dari bahasa Grick. Ignotos yang berarti Unknow artinya not, Gno artinya Know. Timbulnya aliran ini dikarenakan belum dapatnya orang mengenal dan mampu menerangkan secara kongkret akan adanya kenyataan yang berdiri sendiri dan dapat dikenal. Ontologi ilmu membatasi diri pada ruang kajian keilmuan yang bisa dipikirkan manusia secara rasional dan yang bisa diamati melalui panca indera manusia. Wilayah ontologi ilmu terbatas pada jangkauan pengetahuan ilmiah manusia. Sementara kajian objek penelaahan yang berada dalam batas prapengalaman (seperti penciptaan manusia) dan pascapengalaman (seperti surga dan neraka) menjadi ontologi dari pengetahuan lainnya di luar iimu. Beberapa aliran dalam bidang ontologi, yakni realisme, naturalisme, empirisme. 11
  • 12. 2.3.2 Metafisika khusus Adapun metafisika khusus ini terbagi lagi menjadi : 1. Teologi Teologi tercakup di dalam pelajaran dalam agama dan sama halnya dengan filsafat. Teologi mengarah kepada pertanyaan-pertanyaan tentang eksistensi dan sifat Tuhan. Pertanyaan di dalam teologi ini dijawab juga secara jelas oleh filsafat Agama.Aristoteles, seorang filsuf Yunani kuno, memasukkan teologi ke dalam cabang metafisika. Dia juga mengatakan bahwa teologi sebagai pusat dalam filsafat. Pada abad kedua puluh, para filsuf berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan teologis tersebut. Filsafat dan teologi memiliki keterkaitan filsafat menjadi akar di dalam memahami teologi. Pelajaran agama menjadi salah satu contohnya. Perbandingan agama-agama besar di dunia dapat lebih mudah dilakukan dengan menggunakan filsafat. Tradisi empiris di dalam Filsafat Modern sering menjawab pertanyaan- pertanyaan keagamaan sebagai batas jangkauan pengetahuan manusia, dan banyak orang yang mengklaim bahwa bahasa agama tidak berarti secara literel sebab tidak ada pertanyaan yang perlu dijawab. Beberapa filsuf merasa bahwa bukti kesulitan-kesulitan ini tidak relevan. Mereka juga menentang dan meletakkan keagamaan pada bagian moral atau bagian yang lain. 2. Kosmologi Dalam sistematika filsafat, kosmologi merupakan bagian dari kajian metafisika. Dilihat dari kata dasarnya, kosmologi berasal dari kata kosmos yang berarti aturan, atau keseluruhan yang teratur, sebagai lawan dari chaos (kekacau- balauan). Maka sebenarnya kosmologi adalah pengetahuan filosofis tentang keteraturan alam. Dalam dunia kosmologi, ada beberapa pendapat tentang alam, pertama, memandang bahwa alam ini adalah suatu system yang tetap. Kedua, ala mini sebagai sebuah proses. Ketiga, alam sebagaimana manusia mengetahuinya, hakikatnya adalah konstruksi rasio manusia. 12
  • 13. Perkembangan pemikiran tentang alam jelas membuat corak kosmologi juga mengalami perkembangan. Secara umum dapat dibedakan menjadi dua; yaitu apa yang disebut dengan kosmologi metafisik dan kosmologi empirik yang memarginalkan kosmologi metafisik. Namun dewasa ini sejarah pun mencatat bahwa ada kecenderungan dari kalangan ilmuwan untuk kembali ke kosmologi metafisika, ini terjadi lantaran penglihatan ilmuwan sendiri, atas kelemahan sains modern yang bertumpu pada paradigma Cartesian Newtonian dengan pandangan mekanistis terhadap alam. Alam dilihat hanya sebagai objek dan komponen- komponen yang terkait dengan relsi kausal dan kering sama sekali dari makna. 3. Antropologi Berasal dari kata Yunani; anthropos, yang berarti manusia. Athropologi merupakan bagian dari kajian metafisika yang membicarakan soal hakikat manusia. Dari pertanyaan hakiki tentang manusia ini, telah lahir berbagai cabang ilmu, misalnya psikologi, sosiologi dengan berbagai cabangnya, ilmu biologi, kedokteran juga dengan berbagai cabangnya. Belum lagi dari sudut pandang agama, tradisi, budaya, dll. Semua ini memperlihatkan betapa problem manusia benar- benar merupakan pembicaraan yang menarik sepanjang zaman. Dalam sejarah filasafat, pembicaraan manusia sudah dimulai sejak filsuf Socrates, lalu diikuti oleh Plato yang mengatakan bahwa manusia itu adalah makhluk jasmani yang „kasar‟ sekaligus makhluk rohani yang dapat bertransendensi, kemudian Aristoteles, hingga pada akhirnya pendapat Aristoteles ini mempengaruhi aliran Rasionalisme dengan metode a priori yaitu kesadaran umum yang merupakan bawaan manusia. Tapi memperoleh respon dari aliran Empirisisme dengan metode a posteriori yang mengatakan bahwa hakikat manusia itu adalah kepekaan menangkap kesan. Kemudian keduanya ini didamaikan oleh Immanuel Kant yang mengakui bahwa hakikat manusia itu baik a priori (pikiran) maupun a posteriori (Inderanya). 13
  • 14. Kajian soal manusia juga dilakukan oleh Sigmund Freud dengan Psikoanalisanya. Menurutnya, inti manusia adalah jiwanya. Dan jiwa itu terdiri dari tiga, yaitu id (nafsu yang agresif), ego (jiwa manusia yang bertugas memberi pertimbangan), super ego (semacam seperangkat kaidah atau cita- cita, yang secara bawah sadar „otomatis‟ menunjuk bagaimana potensi itu mesti tampil). Berbagai pendapat tentang manusia ternyata belum semuanya terungkap. Sampai hari ini, diskusi mengenai manusia juga terus berlangsung. Maka ditemukanlah teori tentang IQ (kecerdasan intelegensi) EQ (kecerdasan emosi) SQ (kecerdasan spiritual). Begitulah para filsuf membicarakan mengenai manusia. 4. Eskatologi Eskatologi (dari bahasa Yunani Eschatos yang berarti "terakhir" dan -logi yang berarti "studi tentang") adalah bagian dari teologi dan filsafat yang berkaitan dengan peristiwa-perisitwa pada masa depan dalam sejarah dunia, atau nasib akhir dari seluruh umat manusia, yang biasanya dirujuk sebagai kiamat (akhir zaman). Dalam mistisisme, ungkapan ini merujuk secara metaforis kepada akhir dari realitas biasa, dan kesatuan kembali dengan Yang Illahi. Dalam banyak agama tradisional, konsep ini diajarkan sebagai kejadian sesungguhnya pada masa depan yang dinubuatkan dalam kitab suci atau cerita rakyat. Dalam pengertian yang lebih luas, eskatologi dapat mencakup konsep-konsep terkait seperti, misalnya Era Mesianik atau Mesias, akhir zaman, dan hari-hari terakhir. Kata Yunani αἰών (aeon), yang berarti "abad" (konotasi"zaman"), dapat diterjemahkan sebagai "akhir suatu masa (atau periode sejarah)" dan bukan "akhir dunia". Pembedaan waktu ini juga mempunyai signifikansi teologis; sementara akhir zaman dalam tradisi-tradisi mistis berkaitan dengan kelepasan dari penjara realitas "yang ada", sebagian agama percaya dan mengkhawatirkannya sebagai penghancuran harafiah dari planet kita (atau semua makhluk hidup yang ada) – sementara umat manusia bertahan 14
  • 15. dalam suatu bentuk yang baru, sehingga mengakhiri "zaman" keberadaan yang ada sekarang 2.4 Pengaruh Pengkajian Metafisika Dalam Kehidupan Manusia dan Perkembangan Ilmu Pengetahuan Kajian tentang metafisika dapat dikatakan sebagai suatu usaha sistematis, refleksi dalam mencari hal yang berada di belakang fisik dan partikular. Itu berarti usaha mencari prinsip dasar yang mencakup semua hal dan bersifat universal. Pengkajian tentang metafisika membawa pengaruh secara langsung atau tidak langsung dalam kehidupan manusia yang akan melahirkan asumsi yang mendalam dan kesadaran tentang jati dirinya sebagai manusia dan hakikat dirinya. Metafisika mengajak manusia memahami dirinya secara psikis (iman). Metafisika, berbeda dengan kajian-kajian tentang wujud partikular yang ada pada alam semesta. biologi mempelajari wujud dari organisme bernyawa, geologi mempelajari wujud bumi, astronomi mempelajari wujud bintang-bintang, fisika mempelajari wujud perubahan pergerakan dan perkembangan alam. Tetapi metafisika mempelajari sifat-sifat yang dimiliki bersama oleh semua wujud ini. Secara sadar atau tidak, manusia dalam kehidupan sehari-hari, sering membicarakan tentang hal-hal yang berbau metafisika(kepercayaan). Adanya hantu merupakan salah satu contoh sederhana manusia yang percaya pada hal-hal yang metafisik/immateri (idealism). Pengkajian ini membawa pengaruh yang cukup dalam. Manusia yang hanya percaya kepada yang fisik cenderung berfikiran materialis. Berbeda dengan manusia yang percaya kepada hal-hal yang metafisik cenderung lebih bersifat rohani/idealis walaupun tidak mesti. Perjalanan pemikiran metafisika ini telah mengalami perjalanan yang panjang dan telah pula melahirkan tokoh-tokoh cendekiawan. Dalam catatan sejarah, pengkajian mengenai metafisika sebagai sebuah disiplin (ilmu) atau sekurang-kurangnya pengetahuan, telahdimulai sejak sebelum 15
  • 16. masehi, tepatnya di Yunani. Dimulai dari Thales, Pythagoras (+ 600 SM), Plotinus (204-269 SM), Thomas Aquinas (1224-1274 M, sampai padaSantre (1905-1980). Thales adalah orang pertama yang mempersoalkan substansi mendalam dari segala sesuatu. Tapi yang jelas, perkembangan tersebut telah membawa dampak yang cukup konstributif bagi umat manusia dan bagi perkembangan ilmu pengetahuan sendiri. Kemajuan yang diperoleh sekarang, tidak terlepas dari peranan pengkajian terhadap metafisika tersebut sehingga manusia lebih bisa memahami jati dirinya sebahai penuntut ilmu serta hakikat ilmu yang dituntutnya itu. Manfaat Metafisika Bagi Pengembangan Ilmu 1. Kontribusi metafisika terletak pada waktu terbentuknya paradigma ilmiah, ketika kumpulan kepercayaan belum lengkap pengumpulan faktanya, maka harus dipasok dari luar, antara lain: metafisika, sainsyglain, kejadian personal dan histories. (Kuhn) 2. Metafisika mengajarkan cara berpikir yang serius, terutama dalam menjawab problem yang bersifat enigmatik (teka-teki), sehingga melahirkan sikap dan rasa ingin tahu yang mendalam. (Kennick) 3. Metafisika mengajarkan sikap open-ended, sehingga hasil sebuah ilmu selalu terbuka untuk temuan & kreativitas baru.(Kuhn) 4. Perdebatan dalam metafisika melahirkan berbagai aliran, mainstream, seperti: monisme, dualisme, pluralisme, sehingga memicu proses ramifikasi, berupa lahirnya percabangan ilmu (Kennick). 5. Metafisika menuntut orisinalitas berpikir, karena setiap metafisikus menyodorkan cara berpikir yang cenderung subjektif dan menciptakan terminology filsafat yang khas. Situasi semacam ini diperlukan untuk pengembangan ilmu dalam rangka menerapkan heuristika (vanPeursen). 6. Metafisika mengajarkan pada peminat filsafat untuk mencari prinsip pertama (First principle) sebagai kebenaran yang paling akhir. Kepastian ilmiah dalam metodeskeptis Descartes hanya dapat diperoleh jika kita menggunakan metode deduksi yang bertitik tolak dari premis yang paling kuat (Cogito Ergo Sum). 16
  • 17. 7. Manusia yang bebas sebagai kunci bagi akhir Pengada,artinya manusia memiliki kebebasan untuk merealisasikan dirinya sekaligus bertanggung jawab bagi diri sendiri, sesama manusia , dan dunia. Penghayatan atas kebebasan di satu pihak dan tanggung jawab di pihak lain merupakan sebuah kontribusi penting bagi pengembangan ilmu yang sarat dengan nilai (not value-free). (Bakker) 8. Metafisika mengandung potensi untuk menjalin komunikasi antara pengada yang satu dengan pengada yang lain. Aplikasi dalam ilmu berupa komuniksi antar ilmuwan mutlakdibutuhkan, tidak hanya antar ilmuwan sejenis, tetapi juga antar disiplin ilmu, sehingga memperkaya pemahaman atas realitas keilmuwan. (Bakker) 17
  • 18. BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Berdasarkan uraian pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa metafisika merupakan salah satu cabang ilmu filsafat yang mempelajari dan memahami mengenai penyebab segala sesuatu sehingga hal tertentu menjadi ada, dimana di dalamnya menjelaskan studi keberadaan atau realitas. Manusia sebagai makhluk yang bermetafisis dalam kehidupan sehari-harinya selalu membicarakan hal-hal yang berbau metafisika, bahwa terdapat hal-hal gaib (supernatural) dan hal-hal tersebut bersifat lebih tinggi atau lebih kuasa dibandingkan dengan alam yang nyata. Metafisika mengajak manusia memahami dirinya secara psikis (iman). Pengkajian tentang metafisika membawa pengaruh secara langsung atau tidak langsung dalam kehidupan manusia yang akan melahirkan asumsi yang mendalam dan kesadaran tentang jati dirinya sebagai manusia dan hakikat dirinya. Mempelajari kajian metafisika membawa pengaruh yang cukup dalam kepada manusia, sehingga manusia tidak hanya percaya kepada yang fisik dan berfikiran materialis namun manusia juga dapat mempercayai hal-hal metafisik yang cenderung bersifat rohani. 3.2 Saran Diharapkan kepada semua pihak yang membaca makalah ini, agar kiranya dapat menjadikan sebagai salah satu rujukan yang sifatnya membangun dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Orang bijak mengatakan bahwa manusia perlu berfikir untuk mengetahu siapa dirinya dan kemana arah tujuan perjalanan hidupnya, sehingga tidak hanya berfikir secara materialistik dan hedonis. 18
  • 19. DAFTAR PUSTAKA Wikipedia.“Metafisika”.http://id.m.wikipedia.org/wiki/Metafisika Fadli. “Ontologi Dalam Keilmuan”. http://fadlibae.wordpress.com/ 2010/10/04/ontologi-epistemologi-aksiologi-dalam-keilmuan/ “Contoh Kajian Filsafat”. http://saymyfuture.blogspot.com/2011/12/cabang- kajian-filsafat-problem.html “Cabang-Cabang Filsafat”.http://wongrowokele.blogspot.com/2011/11/cabang- cabang-filsafat.html http://edukasi.kompasiana.com/2011/04/22/ontologi/ 19