SlideShare a Scribd company logo
1 of 30
Obat Pelumpuh
Otot
Zehan Afifa Yusran - 1910311061
Referat
Pendahuluan
Penutup
Tinjauan Pustaka
01
03
02
Pendahulua
n
01
Latar Belakang
Penggunaan obat-obatan pelemas otot diawali oleh Harold Griffith
yang mempublikasikan hasil dari ekstrak kurare (racun panah
Amerika Selatan) yaitu d-tubocurarine selama anesthesia. Setelah
itu penggunaan pelemas otot terus berkembang. Penggunaan obat
pelumpuh otot tidak menyebabkan anesthesia dengan kata lain
pelemas otot tidak membuat tidak sadar, amnesia atau analgesia.
Namun penggunaan obat pelemas otot dapat membantu proses
pembiusan dengan memudahkan dan mengurangi cedera dari
tindakan laringoskopi dan intubasi trakea serta memberikan
relaksasi otot yang dibutuhkan dalam pembedahan dan ventilasi
kendali.
Tujuan
Tujuan penulisan referat ini adalah untuk
meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman tentang obat pelumpuh otot
Manfaat
Referat ini diharapkan dapat dijadikan
sebagai sumber informasi tentang obat
pelumpuh otot
Metode
Penulisan referat ini dengan menggunakan
metode tinjauan kepustakaan dengan
merujuk kepada berbagai literatur
Tinjauan Pustaka
02
Pengertian
Obat pelumpuh otot adalah obat yang dapat merelaksasi otot
rangka dengan menghambat transmisi impuls saraf pada
sambungan otot saraf. Obat pelumpuh otot tidak mempunyai efek
sedasi, amnesia, atau analgesic.
● Penyekat neuromuskular
● Spasmolitik
Neuromuskular Junction
Klasifikasi
Depolarisasi Non Depolarisasi
Short-acting Short-acting
succinylcholin Mivacurium
Intermediate-acting
Atracurium
Cisatracurium
Rocuronium
Long-acting
Dexacurium
Pancuronium
Pipecuronium
Alat Pelumpuh Otot Depolarisasi
Succinylcholine
Merupakan obat pelumpuh
otot depolarisasi yang
digunakan untuk intubasi
dan terapi laringospasme.
Obat Pelumpuh Otot Non-Depolarisasi
Atracurium Cisatracurium Dexocurium
Metocurine Mivacurium Pancuronium
Pipecuronium Vecuronium Rocuronium
Mekanisme
Mekanisme
Depolarisasi
Non-Depolarisasi
Bekerja sebagai reseptor
agonis
Bekerja sebagai
kompetitif agonis
Farmakodinamik
● Pengukuran Kecepatan Onset dan Durasi Blokade
Saraf-Otot
● Penentuan Potensi Obat
● Dosis Efektif 50 (ED50) dan ED95
● Signifikansi Klinis dari ED95
● Implikasi Penggunaan Dosis ED95
● Perbedaan Respons Individual
Farmakokinetik
● Karakteristik Polar dan Administrasi Parenteral
● Kelompok Amonium Kuartener dan Kelarutan
● Volume Distribusi dan Distribusi Tubuh
● Pengaruh Terhadap Sistem Saraf Pusat dan
Absorpsi Renal
Pelemas Otot Depolarisasi
Satu-satunya obat pelemas
otot depolarisasi yang
dipakai adalah suksinilkolin.
Administrasi suksinilkolin
menyebabkan depolarisasi
inisial dan kontraksi otot
tidak terkoordinasi yang
disebut dengan fasikulasi.
Farmakodinamik dan Farmakokinetik
● ED95 Suksinilkolin
● Teknik Respon Kumulatif Dosis
● Onset dan Durasi Kerja
● Kelarutan Rendah dalam Lemak
dan Metabolisme
● Efisiensi Metabolisme oleh
Pseudokolinesterase
● Pemeliharaan Durasi Kerja Obat
● Interaksi dengan
Antikolinesterase
● Eliminasi dan Metabolisme
DOSIS
Dosis suksinilkolin untuk
fasilitasi intubasi trakea
adalah 1 mg/kgBB IV
Efek Samping
● Cardiovascular
● Fasikulasi
● Hiperkalemia
● Mialgia
● Peningkatan Tekanan Intragastrik
● Peningkatan Tekanan Intraokuler
● Peningkatan Tekanan Intrakranial
● Kontraksi otot terus menerus
Pelemas Otot Non-Depolarisasi
Pelemas otot non-depolarisasi
sering digunakan dalam membantu
intubasi endotrakea. Penggunaan dosis
untuk intubasi sangat mempengaruhi
efek samping yang ditimbulkan.
Meskipun dengan dosis intubasi yang
lebih besar mempercepat onset, namun
dapat mengeksaserbasi efek samping
dan memperpanjang durasi blokade.
● Klasifikasi Berdasarkan Struktur Kimia:
Pelemas otot non-depolarisasi dapat
dikelompokkan menjadi benzylisoquinolines,
steroid, atau komponen lainnya. Steroid dapat
memiliki efek vagolitik sementara
benzylisoquinolines dapat menyebabkan
pelepasan histamin.
● Golongan Benzylisoquinolines dan Steroid:
Benzylisoquinolines termasuk tubokurarin,
metokurin, atrakurium, doksakurium, dan
mivakurium. Sementara golongan steroid
mencakup pankuronium, venokuronium,
pipekuronium, ropakuronium, dan rukoronium.
Karakter Farmakologis
● Suhu
● Keseimbangan Asam-
Basa
● Abnormalitas elektrolit
● Usia
● Interaksi Obat
● Penyakit yang diderita
● Kelompok oto
Pembalikan Blokade Saraf-Otot
Depolarisasi
Pelemas otot depolarisasi tidak
dimetabolisme oleh
asetilkolinesterase, melainkan akan
terdifusi dari tautan neuromuscular
dan dihidrolisis dalam plasma dan
hati oleh enzim yang lain yaitu
pseudokolinesterase, proses ini
sangat cepat karena tidak ada agen
khusus untuk membalikan blockade
agen depolarisasi yang tersedia.
Pembalikan Blokade Saraf-Otot
Non-Depolarisasi
Pembalikan blockade pelemas otot
ini tergantung pada redistribusi,
metabolisme gradual, dan eksresi
pelemas otot dari tubuh, atau
pemberian agen khusus untuk
membalikkan pasien, misal
inhibitor kolinesterase yang
menghambat aktivitas enzim
asetilkolinesterase yang
neostigmine metilsulfat
(prostigmin).
Penutup
Anastesi tidak perlu dalam, hanya sekedar pasien
tidak sadar, analgesic dapat diberikan dosis tinggi,
dan pemberian obat pelemas otot dapat
memberikan efek relaksasi pada otot lurik. Ketiga
kombinasi ini dikenal dengan istilah trias anastesi.
Obat pelemas otot merupakan obat yang digunakan
untuk melemaskan atau merileksasikan otot.
Penutup
Pelemas otot depolarisasi bekerja sebagai acethylcholin reseptor agonist,
sedangkan non depolarisasi bekerja competitive antagonist, karena pelemas
otot depolarisasi tidak dimetabolisme oleh acethylcholinesterase, mereka
difus menjauhi neuromuscular junction dan terhidrolisa didalam plasma
dan hepar oleh enzim lain, pseudocholinesterase (nonspesifik
cholinesterase, plasma cholinesterase). Pelemas otot memiliki efek paralitik
menyerupai asetilkolin. Sebagai contoh suksinilkolin memiliki 2 buah
molekul Ach. Suksinilkolin merupakan kontraindikasi pada pemeberian rutin
kepada anak dan remaja karena risiko dari hyperkalemia, rhabdomyolisis,
dan cardiac arrest pada anak tanpa diagnosa miopati.
Penutup
Untuk pelemas otot non depolarisasi
semakin lama pelemas ototnya, semakin
lama onsetnya. Obat pelemas otot saraf
non depolarisasi terdiri atas golongan
benzylisoqoinolinium dan aminosteroid.
Terimakasih

More Related Content

Similar to obat pelumpuh otot golongan depolarisasi dan non depolarisasi

Analgesik antipiretik-anasthesi
Analgesik antipiretik-anasthesiAnalgesik antipiretik-anasthesi
Analgesik antipiretik-anasthesiNunung Ayu Novi
 
REFLEKSI KASUS Anestesi.pptx
REFLEKSI KASUS Anestesi.pptxREFLEKSI KASUS Anestesi.pptx
REFLEKSI KASUS Anestesi.pptxAdnalKhemalPasha
 
Anticholinergic drug-1.pptx
Anticholinergic drug-1.pptxAnticholinergic drug-1.pptx
Anticholinergic drug-1.pptxssuserc0688d
 
Obat sistem saraf pusat
Obat sistem saraf pusatObat sistem saraf pusat
Obat sistem saraf pusatbarkah1933
 
POST OP.pptx
POST OP.pptxPOST OP.pptx
POST OP.pptxMariaFeni
 
TP 1 - Train of Four - Antonius Wahyu Hendrawan_PPT.pdf
TP 1 - Train of Four - Antonius Wahyu Hendrawan_PPT.pdfTP 1 - Train of Four - Antonius Wahyu Hendrawan_PPT.pdf
TP 1 - Train of Four - Antonius Wahyu Hendrawan_PPT.pdfantoniuswawan2
 
Muscle relaxants in anesthesia
Muscle relaxants in anesthesiaMuscle relaxants in anesthesia
Muscle relaxants in anesthesiaNur Hajriya
 
Obat-Obatan yang Diberikan pada Akhir Kehidupan.pdf
Obat-Obatan yang Diberikan pada Akhir Kehidupan.pdfObat-Obatan yang Diberikan pada Akhir Kehidupan.pdf
Obat-Obatan yang Diberikan pada Akhir Kehidupan.pdfpapahku123
 
Obat Emergensi dan Anestesi.pdf
Obat Emergensi dan Anestesi.pdfObat Emergensi dan Anestesi.pdf
Obat Emergensi dan Anestesi.pdfthedoctor43
 
Muscle soarness &_muscle_cramps
Muscle soarness &_muscle_crampsMuscle soarness &_muscle_cramps
Muscle soarness &_muscle_crampsInayatul Aulia
 
Kelompok 1 (miastenia gravis)
Kelompok 1 (miastenia gravis)Kelompok 1 (miastenia gravis)
Kelompok 1 (miastenia gravis)Yuni Wulandari
 
LAPKAS TUMOR MAKSILA ppt.pptx
LAPKAS TUMOR MAKSILA ppt.pptxLAPKAS TUMOR MAKSILA ppt.pptx
LAPKAS TUMOR MAKSILA ppt.pptxMRezkiZanuar
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikSyarifahNurulMaulida1
 
Current Strategies in ICU Sedation
Current Strategies in ICU SedationCurrent Strategies in ICU Sedation
Current Strategies in ICU SedationMoch Kurniawan
 

Similar to obat pelumpuh otot golongan depolarisasi dan non depolarisasi (20)

Analgesik antipiretik-anasthesi
Analgesik antipiretik-anasthesiAnalgesik antipiretik-anasthesi
Analgesik antipiretik-anasthesi
 
REFLEKSI KASUS Anestesi.pptx
REFLEKSI KASUS Anestesi.pptxREFLEKSI KASUS Anestesi.pptx
REFLEKSI KASUS Anestesi.pptx
 
Anticholinergic drug-1.pptx
Anticholinergic drug-1.pptxAnticholinergic drug-1.pptx
Anticholinergic drug-1.pptx
 
Obat sistem saraf pusat
Obat sistem saraf pusatObat sistem saraf pusat
Obat sistem saraf pusat
 
POST OP.pptx
POST OP.pptxPOST OP.pptx
POST OP.pptx
 
TP 1 - Train of Four - Antonius Wahyu Hendrawan_PPT.pdf
TP 1 - Train of Four - Antonius Wahyu Hendrawan_PPT.pdfTP 1 - Train of Four - Antonius Wahyu Hendrawan_PPT.pdf
TP 1 - Train of Four - Antonius Wahyu Hendrawan_PPT.pdf
 
Prolong apneu
Prolong apneuProlong apneu
Prolong apneu
 
Muscle relaxants in anesthesia
Muscle relaxants in anesthesiaMuscle relaxants in anesthesia
Muscle relaxants in anesthesia
 
423261779-Analgetik-Pres.pptx
423261779-Analgetik-Pres.pptx423261779-Analgetik-Pres.pptx
423261779-Analgetik-Pres.pptx
 
Manajemen nyeri
Manajemen nyeriManajemen nyeri
Manajemen nyeri
 
Praktikum sedasi
Praktikum sedasi Praktikum sedasi
Praktikum sedasi
 
Obat-Obatan yang Diberikan pada Akhir Kehidupan.pdf
Obat-Obatan yang Diberikan pada Akhir Kehidupan.pdfObat-Obatan yang Diberikan pada Akhir Kehidupan.pdf
Obat-Obatan yang Diberikan pada Akhir Kehidupan.pdf
 
Obat Emergensi dan Anestesi.pdf
Obat Emergensi dan Anestesi.pdfObat Emergensi dan Anestesi.pdf
Obat Emergensi dan Anestesi.pdf
 
Muscle soarness &_muscle_cramps
Muscle soarness &_muscle_crampsMuscle soarness &_muscle_cramps
Muscle soarness &_muscle_cramps
 
Kelompok 1 (miastenia gravis)
Kelompok 1 (miastenia gravis)Kelompok 1 (miastenia gravis)
Kelompok 1 (miastenia gravis)
 
LAPKAS TUMOR MAKSILA ppt.pptx
LAPKAS TUMOR MAKSILA ppt.pptxLAPKAS TUMOR MAKSILA ppt.pptx
LAPKAS TUMOR MAKSILA ppt.pptx
 
Antidepresi
AntidepresiAntidepresi
Antidepresi
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
 
Current Strategies in ICU Sedation
Current Strategies in ICU SedationCurrent Strategies in ICU Sedation
Current Strategies in ICU Sedation
 
Anti Inflamasi
Anti Inflamasi Anti Inflamasi
Anti Inflamasi
 

Recently uploaded

1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptxNezaPurna
 
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.pptpengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.pptRekhaDP2
 
Ppt Inflamasi, mekanisme, obat, penyebab, pdf
Ppt Inflamasi, mekanisme, obat, penyebab, pdfPpt Inflamasi, mekanisme, obat, penyebab, pdf
Ppt Inflamasi, mekanisme, obat, penyebab, pdfssuser1cc42a
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxIrfanNersMaulana
 
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxZuheri
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diriandi861789
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanDevonneDillaElFachri
 
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATIPPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATIMuhammadAlfiannur2
 
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitasDbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitasariSatya2
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptAcephasan2
 
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanasuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanFeraAyuFitriyani
 
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdnkel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdncindyrenatasaleleuba
 
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).pptMEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).pptssuserbb0b09
 
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdfbendaharadakpkmbajay
 
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdfnoviarani6
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiNezaPurna
 
FARMASETIKA dasar menjelaskan teori farmasetika, sejarah farmasi, bahasa kati...
FARMASETIKA dasar menjelaskan teori farmasetika, sejarah farmasi, bahasa kati...FARMASETIKA dasar menjelaskan teori farmasetika, sejarah farmasi, bahasa kati...
FARMASETIKA dasar menjelaskan teori farmasetika, sejarah farmasi, bahasa kati...IdjaMarasabessy
 
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdfMODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdfBangKoko
 
one minute preceptor ( pembelajaran dalam satu menit)
one minute preceptor ( pembelajaran dalam satu menit)one minute preceptor ( pembelajaran dalam satu menit)
one minute preceptor ( pembelajaran dalam satu menit)AsriSetiawan3
 

Recently uploaded (20)

1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
 
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.pptpengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
 
Ppt Inflamasi, mekanisme, obat, penyebab, pdf
Ppt Inflamasi, mekanisme, obat, penyebab, pdfPpt Inflamasi, mekanisme, obat, penyebab, pdf
Ppt Inflamasi, mekanisme, obat, penyebab, pdf
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
 
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
 
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATIPPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
 
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitasDbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
 
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanasuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
 
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdnkel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
 
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).pptMEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
 
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
 
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
 
FARMASETIKA dasar menjelaskan teori farmasetika, sejarah farmasi, bahasa kati...
FARMASETIKA dasar menjelaskan teori farmasetika, sejarah farmasi, bahasa kati...FARMASETIKA dasar menjelaskan teori farmasetika, sejarah farmasi, bahasa kati...
FARMASETIKA dasar menjelaskan teori farmasetika, sejarah farmasi, bahasa kati...
 
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdfMODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
 
one minute preceptor ( pembelajaran dalam satu menit)
one minute preceptor ( pembelajaran dalam satu menit)one minute preceptor ( pembelajaran dalam satu menit)
one minute preceptor ( pembelajaran dalam satu menit)
 
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdfPentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
 

obat pelumpuh otot golongan depolarisasi dan non depolarisasi

  • 1. Obat Pelumpuh Otot Zehan Afifa Yusran - 1910311061 Referat
  • 4. Latar Belakang Penggunaan obat-obatan pelemas otot diawali oleh Harold Griffith yang mempublikasikan hasil dari ekstrak kurare (racun panah Amerika Selatan) yaitu d-tubocurarine selama anesthesia. Setelah itu penggunaan pelemas otot terus berkembang. Penggunaan obat pelumpuh otot tidak menyebabkan anesthesia dengan kata lain pelemas otot tidak membuat tidak sadar, amnesia atau analgesia. Namun penggunaan obat pelemas otot dapat membantu proses pembiusan dengan memudahkan dan mengurangi cedera dari tindakan laringoskopi dan intubasi trakea serta memberikan relaksasi otot yang dibutuhkan dalam pembedahan dan ventilasi kendali.
  • 5. Tujuan Tujuan penulisan referat ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang obat pelumpuh otot
  • 6. Manfaat Referat ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber informasi tentang obat pelumpuh otot
  • 7. Metode Penulisan referat ini dengan menggunakan metode tinjauan kepustakaan dengan merujuk kepada berbagai literatur
  • 9. Pengertian Obat pelumpuh otot adalah obat yang dapat merelaksasi otot rangka dengan menghambat transmisi impuls saraf pada sambungan otot saraf. Obat pelumpuh otot tidak mempunyai efek sedasi, amnesia, atau analgesic. ● Penyekat neuromuskular ● Spasmolitik
  • 11. Klasifikasi Depolarisasi Non Depolarisasi Short-acting Short-acting succinylcholin Mivacurium Intermediate-acting Atracurium Cisatracurium Rocuronium Long-acting Dexacurium Pancuronium Pipecuronium
  • 12. Alat Pelumpuh Otot Depolarisasi Succinylcholine Merupakan obat pelumpuh otot depolarisasi yang digunakan untuk intubasi dan terapi laringospasme.
  • 13. Obat Pelumpuh Otot Non-Depolarisasi Atracurium Cisatracurium Dexocurium Metocurine Mivacurium Pancuronium Pipecuronium Vecuronium Rocuronium
  • 16. Farmakodinamik ● Pengukuran Kecepatan Onset dan Durasi Blokade Saraf-Otot ● Penentuan Potensi Obat ● Dosis Efektif 50 (ED50) dan ED95 ● Signifikansi Klinis dari ED95 ● Implikasi Penggunaan Dosis ED95 ● Perbedaan Respons Individual
  • 17. Farmakokinetik ● Karakteristik Polar dan Administrasi Parenteral ● Kelompok Amonium Kuartener dan Kelarutan ● Volume Distribusi dan Distribusi Tubuh ● Pengaruh Terhadap Sistem Saraf Pusat dan Absorpsi Renal
  • 18. Pelemas Otot Depolarisasi Satu-satunya obat pelemas otot depolarisasi yang dipakai adalah suksinilkolin. Administrasi suksinilkolin menyebabkan depolarisasi inisial dan kontraksi otot tidak terkoordinasi yang disebut dengan fasikulasi.
  • 19. Farmakodinamik dan Farmakokinetik ● ED95 Suksinilkolin ● Teknik Respon Kumulatif Dosis ● Onset dan Durasi Kerja ● Kelarutan Rendah dalam Lemak dan Metabolisme ● Efisiensi Metabolisme oleh Pseudokolinesterase ● Pemeliharaan Durasi Kerja Obat ● Interaksi dengan Antikolinesterase ● Eliminasi dan Metabolisme
  • 20. DOSIS Dosis suksinilkolin untuk fasilitasi intubasi trakea adalah 1 mg/kgBB IV
  • 21. Efek Samping ● Cardiovascular ● Fasikulasi ● Hiperkalemia ● Mialgia ● Peningkatan Tekanan Intragastrik ● Peningkatan Tekanan Intraokuler ● Peningkatan Tekanan Intrakranial ● Kontraksi otot terus menerus
  • 22. Pelemas Otot Non-Depolarisasi Pelemas otot non-depolarisasi sering digunakan dalam membantu intubasi endotrakea. Penggunaan dosis untuk intubasi sangat mempengaruhi efek samping yang ditimbulkan. Meskipun dengan dosis intubasi yang lebih besar mempercepat onset, namun dapat mengeksaserbasi efek samping dan memperpanjang durasi blokade.
  • 23. ● Klasifikasi Berdasarkan Struktur Kimia: Pelemas otot non-depolarisasi dapat dikelompokkan menjadi benzylisoquinolines, steroid, atau komponen lainnya. Steroid dapat memiliki efek vagolitik sementara benzylisoquinolines dapat menyebabkan pelepasan histamin. ● Golongan Benzylisoquinolines dan Steroid: Benzylisoquinolines termasuk tubokurarin, metokurin, atrakurium, doksakurium, dan mivakurium. Sementara golongan steroid mencakup pankuronium, venokuronium, pipekuronium, ropakuronium, dan rukoronium.
  • 24. Karakter Farmakologis ● Suhu ● Keseimbangan Asam- Basa ● Abnormalitas elektrolit ● Usia ● Interaksi Obat ● Penyakit yang diderita ● Kelompok oto
  • 25. Pembalikan Blokade Saraf-Otot Depolarisasi Pelemas otot depolarisasi tidak dimetabolisme oleh asetilkolinesterase, melainkan akan terdifusi dari tautan neuromuscular dan dihidrolisis dalam plasma dan hati oleh enzim yang lain yaitu pseudokolinesterase, proses ini sangat cepat karena tidak ada agen khusus untuk membalikan blockade agen depolarisasi yang tersedia.
  • 26. Pembalikan Blokade Saraf-Otot Non-Depolarisasi Pembalikan blockade pelemas otot ini tergantung pada redistribusi, metabolisme gradual, dan eksresi pelemas otot dari tubuh, atau pemberian agen khusus untuk membalikkan pasien, misal inhibitor kolinesterase yang menghambat aktivitas enzim asetilkolinesterase yang neostigmine metilsulfat (prostigmin).
  • 27. Penutup Anastesi tidak perlu dalam, hanya sekedar pasien tidak sadar, analgesic dapat diberikan dosis tinggi, dan pemberian obat pelemas otot dapat memberikan efek relaksasi pada otot lurik. Ketiga kombinasi ini dikenal dengan istilah trias anastesi. Obat pelemas otot merupakan obat yang digunakan untuk melemaskan atau merileksasikan otot.
  • 28. Penutup Pelemas otot depolarisasi bekerja sebagai acethylcholin reseptor agonist, sedangkan non depolarisasi bekerja competitive antagonist, karena pelemas otot depolarisasi tidak dimetabolisme oleh acethylcholinesterase, mereka difus menjauhi neuromuscular junction dan terhidrolisa didalam plasma dan hepar oleh enzim lain, pseudocholinesterase (nonspesifik cholinesterase, plasma cholinesterase). Pelemas otot memiliki efek paralitik menyerupai asetilkolin. Sebagai contoh suksinilkolin memiliki 2 buah molekul Ach. Suksinilkolin merupakan kontraindikasi pada pemeberian rutin kepada anak dan remaja karena risiko dari hyperkalemia, rhabdomyolisis, dan cardiac arrest pada anak tanpa diagnosa miopati.
  • 29. Penutup Untuk pelemas otot non depolarisasi semakin lama pelemas ototnya, semakin lama onsetnya. Obat pelemas otot saraf non depolarisasi terdiri atas golongan benzylisoqoinolinium dan aminosteroid.

Editor's Notes

  1. Pengukuran Kecepatan Onset dan Durasi Blokade Saraf-Otot: Farmakodinamik obat pelemas otot dievaluasi dengan memantau kecepatan timbulnya efek (onset) dan lamanya efek (durasi) blokade pada saraf-otot. Penentuan Potensi Obat: Potensi setiap obat pelemas otot dapat diukur dengan mengonstruksi kurva dosis-respons yang menggambarkan hubungan antara depresi kedutan dan dosis obat tersebut. Dosis Efektif 50 (ED50) dan ED95: ED50 merupakan dosis median yang diperlukan untuk mencapai depresi kedutan sebesar 50%. Sementara ED95 merupakan dosis yang diperlukan untuk mencapai blokade sebesar 95%, yang lebih relevan secara klinis. Signifikansi Klinis dari ED95: Sebagai contoh, ED95 Vecuronium adalah 0,05 mg/kgBB. Ini berarti bahwa setengah dari pasien akan mencapai minimal 95% blokade kedutan tunggal dengan dosis tersebut, sementara setengahnya lagi akan mencapai blokade kurang dari 95%. Implikasi Penggunaan Dosis ED95: Informasi mengenai ED95 membantu klinisi dalam menentukan dosis yang tepat untuk mencapai tingkat blokade saraf-otot yang diinginkan pada setiap pasien dengan memperhitungkan variabilitas respons individu. Perbedaan Respons Individual: Penggunaan ED95 memberikan gambaran bahwa respons terhadap obat pelemas otot dapat bervariasi antarindividu, sehingga pengukuran dosis yang tepat menjadi penting untuk mencapai efek yang diinginkan tanpa menyebabkan kelebihan efek samping
  2. Karakteristik Polar dan Administrasi Parenteral: Semua obat pelemas otot-saraf memiliki sifat sangat polar dan tidak aktif jika diberikan secara oral. Oleh karena itu, harus diberikan melalui rute parenteral. Kelompok Amonium Kuartener dan Kelarutan: Obat pelemas otot termasuk dalam kelompok amonium kuartener. Mereka larut dalam air, mudah terionisasi pada pH fisiologis, dan memiliki kelarutan yang terbatas dalam lipid. Volume Distribusi dan Distribusi Tubuh: Volume distribusi obat ini terbatas dan sama dengan volume cairan ekstraseluler, kira-kira 200 mL/kg. Mereka tidak dapat dengan mudah melewati sawar membran lipid, seperti sawar darah otak, epitel tubulus renal, epitel gastrointestinal, atau plasenta. Pengaruh Terhadap Sistem Saraf Pusat dan Absorpsi Renal: Karena sifat distribusi yang terbatas, obat pelemas otot tidak mempengaruhi sistem saraf pusat, memiliki reabsorpsi minimal di tubulus renal, absorpsi oral yang tidak efektif, dan pengaruh minimal pada ibu hamil terhadap fetus.
  3. ED95 Suksinilkolin: Dosis efektif 95% (ED95) suksinilkolin adalah 0,51-0,63 mg/kg. Teknik Respon Kumulatif Dosis: Melalui teknik respon kumulatif dosis, ED95 suksinilkolin dapat dikurangi menjadi kurang dari 0,3 mg/kg. Onset dan Durasi Kerja: Suksinilkolin memiliki onset yang cepat (30-60 detik) dan durasi kerja yang singkat (kurang dari 10 menit). Kelarutan Rendah dalam Lemak dan Metabolisme: Onset cepat suksinilkolin berkaitan dengan sifatnya yang memiliki kelarutan rendah dalam lemak. Ketika masuk ke dalam sirkulasi, sebagian besar suksinilkolin di metabolisme oleh pseudokolinesterase (plasma cholinesterase) menjadi suksinil monokolin dan kolin. Efisiensi Metabolisme oleh Pseudokolinesterase: Pseudokolinesterase memiliki kemampuan besar untuk memetabolisme suksinilkolin, sehingga hanya sekitar 10% dari dosis yang diberikan yang mencapai neuromuskular junction. Pemeliharaan Durasi Kerja Obat: Durasi kerja obat dapat diperpanjang dengan dosis besar atau pada kondisi metabolisme abnormal seperti hipotermi atau rendahnya level pseudokolinesterase terjadi pada kondisi tertentu seperti kehamilan, penyakit hati, gagal ginjal, atau penggunaan obat-obatan tertentu. Interaksi dengan Antikolinesterase: Penggunaan antikolinesterase seperti neostigmine dapat menghambat aktivitas enzim pseudokolinesterase, memperpanjang durasi kerja suksinilkolin. Eliminasi dan Metabolisme: Sekitar 10% suksinilkolin diekskresikan melalui urin, sedangkan hanya sedikit yang dimetabolisme di hati.