2. Pengertian Surveilans
•Surveilans Kesehatan adalah kegiatan pengamatan
yang sistematis dan terus menerus terhadap data
dan informasi tentang kejadian penyakit atau
masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi
terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau
masalah kesehatan untuk memperoleh dan
memberikan informasi guna mengarahkan tindakan
pengendalian dan penanggulangan secara efektif
dan efisien.
3. Konsep dasar kegiatan surveilans
•Konsep dasar kegiatan surveilans meliputi:
Pengumpulan data, pengolahan data,
analisis data dan interpretasi data, umpan
balik, disseminasi yang baik serta respon
yang cepat.
4. Tujuan suveilans
a. Tersedianya informasi tentang situasi, kecenderungan penyakit, dan
faktor risikonya serta masalah kesehatan masyarakat dan faktor-
faktor yang mempengaruhinya sebagai bahan pengambilan
keputusan;
b. Terselenggaranya kewaspadaan dini terhadap kemungkinan
terjadinya KLB/Wabah dan dampaknya;
c. Terselenggaranya investigasi dan penanggulangan KLB/Wabah; dan
d. Dasar penyampaian informasi kesehatan kepada para pihak yang
berkepentingan sesuai dengan pertimbangan kesehatan.
5. Atribut Surveilans
Secara umum struktur Sistem Surveilans di Indonesia berbasis laporan
Puskesmas, Rumah Sakit dan Laboratorium dan dimanfaatkan di semua
tingkatan pemerintahan di kabupaten/kota, provinsi dan pusat yang masing-
masing membentuk unit surveilans, baik struktural atau fungsional.
Sistem surveilans memiliki karakteristik atau atribut, diantaranya
yaitu: kesederhanaan, fleksibilitas, akseptabilitas, sensitivitas, nilai
prediktif positif, kerepresentatifan, ketepatan waktu yang berkontribusi
secara langsung terhadap kemampuan mencapai tujuan spesifiknya.
Kombinasi atribut surveilans ini akan menentukan kekuatan dan kelemahan
dari sistem surveilans, sehingga harus terdapat keseimbangan diantara
atribut system surveilans tersebut (Romaguera, R.A., et al, 2000: 181):
6. Atribut Surveilans
a. Kesederhanaan (Simplicity)
b. Fleksibilitas (Flexibility)
c. Akseptabilitas (Acceptability)
d. Sensitivitas (Sensitivity)
e. Nilai Prediktif Positif (Predictive Value Positive)
f. Kerepresentatifan (Representativeness)
g. Ketepatan Waktu (Timeliness)
h. Quality
i. Stability
7. Akseptabilitas (Acceptability)
• Akseptabilitas menggambarkan kemauan seseorang atau organisasi
untuk berpartisipasi dalam melaksanakan sistem surveilans.
Akseptabilitas merupakan atribut yang sangat subjektif yang
mencakup kemauan pribadi dari orang – orang yang
bertanggungjawab terhadap pelaksanaan sistem surveilans untuk
menyediakan data yang akurat, konsisten, lengkap dan tepat waktu.
• Sistem surveilans yang baik jika dapat diterima oleh semua pihak
terkait dengan penyelenggaraan sistem surveilans, baik unit kerja
maupun oleh orang-orang yang bertugas dalam penyelenggaraan
sistem surveilans, baik unit sumber data, unit surveilans, dan
program terkait.
8. Akseptabilitas (Acceptability)
Beberapa variabel yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi tingkat partisipasi:
1) Adanya Surat Keputusan Kepala Puskesmas tentang struktur organisasi dan uraian tugas
program Surveilans yang memastikan adanya orang yang bertanggungjawab terhadap
penyelenggaraan surveilans
2) Dibentuknya unit pelaksana, kelompok kerja atau petugas yang bertanggungjawab
sesuai peran terhadap penyelenggaraan surveilans yang ditetapkan dalam suatu
keputusan formal
3) Terdapatnya rencana kerja pelaksanaan sistem surveilans dan anggaran sesuai dengan
peran dalam penyelenggaraan surveilans
4) Besarnya jumlah kelengkapan laporan dan laporan-laporan yang dikirimkan tepat waktu
5) Pada unit sumber data surveilans dapat diidentifikasi
9. Akseptabilitas (Acceptability)
5. Pada unit sumber data surveilans dapat diidentifikasi
keterlibatan dokter, perawat, petugas laboratorium dan unit-unit yang
terlibat dalam identifikasi kasus, perekaman dan pelaporan,
Kelengkapan isi formulir isian, baik dalam penetapan kasus maupun
variabel-variabel yang diperlukan lainnya dan
Perbandingan jumlah kasus terekam dalam dokumen rekam data
surveilans disbanding dengan jumlah kasus-kasus yang telah terdaftar,
teridentifikasi atau tercatat di register
Pengukuran dapat dilakukan kuantitatif, kualitatif atau melalui
penelitian khusus sesuai dengan jenis pengukuran yang dinilai.
10. Sensitivitas (Sensitivity)
• Sensitivitas dari suatu sistem surveilans dapat dilihat pada dua tingkatan. Pertama,
pada tingkatan pengumpulan data, proporsi kasus dari suatu penyakit/masalah
kesehatan yang dideteksi oleh sistem surveilans. Kedua, sistem dapat dinilai akan
kemampuannya untuk mendeteksi KLB.
• Secara praktis dapat dijelaskan, penekanan utama dalam menilai sensitivitas dengan
asumsi kasus-kasus yang dilaporkan sebagian besar diklasifikasikan dengan benar adalah
mengestimasi proporsi dari jumlah kasus di masyarakat yang dapat dideteksi oleh system
surveilans. Sistem surveilans dengan sensitifitas tidak terlalu tinggi masih berguna untuk
memantau trend selama sensitivitasnya konstan. Sistem surveilans sensitif adalah
mampu mendeteksi kejadian-kejadian kesehatan atau obyek surveilans lain dengan
tepat, baik pada keakuratan diagnosis, kelengkapan laporan kasus, maupun ketepatan
waktu terdeteksinya kejadian. Sensitif juga berarti mampu mendeteksi adanya KLB
dengan tepat.
11. Sensitivitas (Sensitivity)
Sensitifitas identifikasi kasus yang datang ke pelayanan sendiri dipengaruhi oleh:
1. Karakteristik definisi operasional kasus,
2. Alat diagnostik,
3. Kemampuan tenaga, baik karena pendidikan, maupun pelatihan dan
pengalaman,
4. Perhatian pelaksana