SlideShare a Scribd company logo
1 of 19
Download to read offline
J. Biol. Indon. Vol 7, No.1 (2011)
Vol. 7, No. 1 Juni 2011
Akreditasi: No 816/D/08/2009
BOGOR, INDONESIA
JURNAL
BIOLOGI
INDONESIA
ISSN 0854-4425
JURNAL
BIOLOGI
INDONESIA
ISSN 0854-4425
Phylogenetic relationships within Cockatoos (Aves: Psittaciformes) Based on DNA Sequences
of The Seventh intron of Nuclear β-fibrinogen gene
Dwi Astuti
1
Forest Condition Analysis Based on Forest Canopy ClosureWith Remote Sensing Approach
Mahendra Primajati, Agung Budi Harto & Endah Sulistyawati
13
Genetic Variation of Agathis loranthifolia Salisb. in West Jawa Assessed by RAPD
Tedi Yunanto, Edje Djamhuri, Iskandar Z. Siregar, & Mariyana Ulfah
25
Bird Community Structure in Karimunjawa Islands, Central Jawa
Niarsi Merry Hemelda, Ummi Syifa Khusnuzon, & Putri Sandy Pangestu
35
Morfologi Larva dan Pola Infeksi Falcaustra kutcheri Bursey et.al., 2000 (Nematoda :
Cosmocercoidea: Kathalaniidae) Pada Leucocephalon yuwonoi (McCord et.al., 1995) Di
Sulawesi Tengah, Indonesia
Endang Purwaningsih & Awal Riyanto
45
Tingkat Eksploitasi Ikan Endemik Bonti-bonti (Paratherina striata) di Danau Towuti
Syahroma Husni Nasution
53
Bentuk Sel Epidermis, Tipe dan Indeks Stomata 5 Genotipe Kedelai pada Tingkat Naungan
Berbeda
Titik Sundari & Rahmat Priya Atmaja
67
Sintesis Alkil N-asetilglukosamina (Alkil-GlcNAc) dengan Enzim N-asetilheksosaminidase
yang diisolasi dari Aspergillus sp. 501
Iwan Saskiawan & Rini Handayani
81
J. Biol. Indon. Vol 7, No. 1 (2011)
Jurnal Biologi Indonesia diterbitkan oleh Perhimpunan Biologi Indonesia.
Jurnal ini memuat hasil penelitian ataupun kajian yang berkaitan dengan masalah biologi
yang diterbitkan secara berkala dua kali setahun (Juni dan Desember).
Editor Pengelola
Dr. Ibnu Maryanto
Dr. I Made Sudiana
Deby Arifiani, S.P., M.Sc
Dr.IzuAndryFijridiyanto
Dewan Editor Ilmiah
Dr. Abinawanto, F MIPA UI
Dr. Achmad Farajalah, FMIPA IPB
Dr. Ambariyanto, F. Perikanan dan Kelautan UNDIP
Dr. Aswin Usup F. Pertanian Universitas Palangkaraya
Dr. Didik Widiyatmoko, PK Tumbuhan, Kebun Raya Cibodas-LIPI
Dr. Dwi Nugroho Wibowo, F. Biologi UNSOED
Dr. Parikesit, F. MIPA UNPAD
Prof. Dr. Mohd.TajuddinAbdullah, Universiti Malaysia Sarawak Malaysia
Assoc. Prof. Monica Suleiman, Universiti Malaysia Sabah, Malaysia
Dr. Srihadi Agungpriyono, PAVet(K), F. Kedokteran Hewan IPB
Y. Surjadi MSc, Pusat Penelitian ICABIOGRAD
Drs. Suharjono, Pusat Penelitian Biologi-LIPI
Dr. Tri Widianto, Pusat Penelitian Limnologi-LIPI
Dr. Witjaksono Pusat Penelitian Biologi-LIPI
Alamat Redaksi
Sekretariat
d/a Pusat Penelitian Biologi - LIPI
Jl. Ir. H. Juanda No. 18, Bogor 16002 , Telp. (021) 8765056
Fax. (021) 8765068
Email : jbi@bogor.net; ibnu_mar@yahoo.com
Website : http://biologi.or.id
Jurnal ini telah diakreditasi ulang dengan nilaiAberdasarkan SK Kepala LIPI 816/
D/2009 tanggal 28Agustus 2009.
J. Biol. Indon. Vol 7, No.1 (2011)
KATAPENGANTAR
Jurnal Biologi Indonesia yang diterbitkan oleh PERHIMPUNAN BIOLOGI
INDONESIA edisi volume 7 nomer 1 tahun 2011 memuat 15 artikel lengkap dan
1artikel tulisan pendek, empat artikeldiantaranya telah dipresentasi pada seminar
ATCBC di bali 2010. Penulis pada edisi ini sangat beragam yaitu dari Departemen
Kementerian Pertanian Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-
umbian, Fak. MIPA-Biologi Universitas Negeri Malang, Universitas Cenderawasih
Jayapura, Universitas Islam Negeri Hidayatulah Jakarta, Jurusan Biologi FMIPA
IPB, Program Studi Sarjana Biologi, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH),
ITB, Jurusan Konservasi Fakultas Kehutanan IPB, Puslit Biologi LIPI, Departmen
Biologi FMIPA, University Indonesia, Puslit Limnologi LIPI-LIPI, Puslit Biologi-
LIPI dan UPT Loka Konservasi Biota Laut Biak-LIPI. Topik yang dibahas pada
edisi ini meliputi bidang Botani, mikrobiologi, zoologi, remote sensing.
Editor
J. Biol. Indon. Vol 7, No. 1 (2011)
UCAPAN TERIMA KASIH
Jurnal Biologi Indonesia mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada
para pakar yang telah turut sebagai penelaah dalam Volume 7, No 1, Juni 2011:
Dr. Niken T. M. Pratiwi, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB
Dr. Tike Sartika, Balitnak, Departemen Pertanian, Ciawi
Sigit Wiantoro SSi, MSc, Puslit Biologi-LIPI
Drs.Awal Riyanto, Puslit Biologi-LIPI
Drs. Roemantyo, Puslit Biologi-LIPI
Dr. Andria Agusta, Puslit Biologi LIPI
Ir. Titi Juhaeti MSi, Puslit Biologi-LIPI
Dr. Nuril Hidayati, Puslit Biologi-LIPI
Ir. Heryanto MSc, Puslit Biologi-LIPI
Drh. Taufik Purna Nugraha MSi, Puslit Biologi-LIPI
Sebagian dariedisiinidibiayaiolehDIPA PuslitBiologi-LIPI2011
J. Biol. Indon. Vol 7, No.1 (2011)
DAFTAR ISI
Phylogenetic relationships within Cockatoos (Aves: Psittaciformes) Based on DNA Sequences
of The Seventh intron of Nuclear β-fibrinogen gene
Dwi Astuti
1
Forest Condition Analysis Based on Forest Canopy ClosureWith Remote Sensing Approach
Mahendra Primajati, Agung Budi Harto & Endah Sulistyawati
13
Genetic Variation of Agathis loranthifolia Salisb. in West Jawa Assessed by RAPD
Tedi Yunanto, Edje Djamhuri, Iskandar Z. Siregar, & Mariyana Ulfah
25
Bird Community Structure in Karimunjawa Islands, Central Jawa
Niarsi Merry Hemelda, Ummi Syifa Khusnuzon, & Putri Sandy Pangestu
35
Morfologi Larva dan Pola Infeksi Falcaustra kutcheri Bursey et.al., 2000 (Nematoda :
Cosmocercoidea: Kathalaniidae) Pada Leucocephalon yuwonoi (McCord et.al., 1995) Di
Sulawesi Tengah, Indonesia
Endang Purwaningsih & Awal Riyanto
45
Tingkat Eksploitasi Ikan Endemik Bonti-bonti (Paratherina striata) di Danau Towuti
Syahroma Husni Nasution
53
Bentuk Sel Epidermis, Tipe dan Indeks Stomata 5 Genotipe Kedelai pada Tingkat Naungan
Berbeda
Titik Sundari & Rahmat Priya Atmaja
67
Sintesis Alkil N-asetilglukosamina (Alkil-GlcNAc) dengan Enzim N-asetilheksosaminidase
yang diisolasi dari Aspergillus sp. 501
Iwan Saskiawan & Rini Handayani
81
Eritrosit dan Hemoglobin pada Kelelawar Gua di Kawasan Karst Gombong, Kebumen,Jawa
Tengah
Fahma Wijayanti, Dedy Duryadi Solihin, Hadi Sukadi Alikodra, & Ibnu Maryanto
89
Kajian Hubungan Antara Fitoplankton dengan Kecepatan Arus Air Akibat Operasi Waduk
Jatiluhur
Eko Harsono
99
Dimorfisme Seksual, Reproduksi dan Mangsa Kadal Ekor Panjang Takydromus sexlineatus
Daudin, 1802 (Lacertilia :Lacertidae)
Mumpuni
121
Serapan Karbondioksida (CO2) Jenis-Jenis Pohon di Taman Buah "Mekar Sari" Bogor,
Kaitannya dengan Potensi Mitigasi Gas Rumah Kaca
N. Hidayati, M. Reza, T. Juhaeti & M. Mansur
133
J. Biol. Indon. Vol 7, No. 1 (2011)
Analisis Fekunditas dan Diameter Telur Kerang Darah (Anadara antiquata) di Perairan Pulau
Auki, Kepulauan Padaido, Biak, Papua
Andriani Widyastuti
147
Giving Formulated Pellet on Javan Porcupine (Hystrix javanica F. Cuvier, 1823): Effects on
Feed Intake, Feed Conversion, and Digestibility in Pre-Domestication Condition
Wartika Rosa Farida & Roni Ridwan
157
Profil Mamalia Kecil Gunung Slamet Jawa Tengah
Maharadatunkamsi
171
TULISAN PENDEK
Kondisi Parameter Biologi Plankton dan Ikan di Perairan Danau Sentani
Auldry F. Walukow
187
121
Jurnal Biologi Indonesia 7 (1): 121-131 (2011)
Dimorfisme Seksual, Reproduksi dan Mangsa Kadal Ekor Panjang
Takydromus sexlineatus Daudin, 1802 (Lacertilia :Lacertidae)
Mumpuni
Bidang Zoologi, Puslit Biologi-LIPI, Gedung Widyasatwaloka, Jl. Raya Jakarta Bogor Km.46
Cibinong, Jawa Barat 16911
ABSTRACT
Sexual Dimorphism, Reproduction and Prey of LongTailed Lizard Takydromus sexlineatus
Daudin,1802(Lacertilia:Lacertidae).Themorphologyandreproductivebiologyof Takydromus
sexlineatus were studied in Bogor. Males are larger than females. There is sexual dimorphism on
head size and tail length (larger and longer tail on males) of body size among sexually mature
adults, apparently as a consequence of sexual selection. The diet of T. sexlineatus consists of
variety of insects and their larvae, arachnids, decapods and snails. Most of the diet are insect
(more than 70 % for adults and juveniles). There are higher prey competitions at adult skinks
between males and females, adult females and juveniles, but not between adult males and
juveniles. The length of adult males and females are 44.6 - 58.1 mm and 49.6 - 62.3 mm respec-
tively, lay eggs throughout the year with 2 -3 clutches, per clutch consists of 1 - 3 eggs.
Key words: Lizard, Takydromus, Ecology, Sexual Dimorphism, Prey, Reproduction, Bogor, Indo-
nesia
PENDAHULUAN
Kadal suku Lacertidae tersebar di
dunia lama seperti Eropa, Asia dan
Afrika, tetapi tidak di daerah Madagas-
car dan Australia. Sebaran jenisnya pal-
ing berlimpah di Afrika, dibandingkan
dengan daerah Oriental yang memiliki
jenis terbatas atau jarang (Smith 1935).
Menurut Frank & Ramus ( 1995), suku
Lacertidae terdiri atas 200 jenis dari 29
marga. Takydromus adalah salah satu
marga yang terdiri atas 10 jenis yang
sudah dipertelakan, dengan daerah
sebaran di Asia bagian Timur dan bagian
Tenggara, mulai dari Pulau di bagian pal-
ing Utara Jepang yaitu Hokkaido
dilanjutkan ke Korea, daratan Cina,
Kepulauan Ryukyu dan Taiwan dan ke
selatan sampai Semenanjung Malaysia
dan beberapa pulau di Indonesia. Hingga
saat ini di Indonesia hanya diwakili oleh
Takydromus sexlineatus dengan daerah
sebaran Jawa, Sumatera dan Kalimantan.
SelaindiIndonesiakadalinijugamemiliki
daerah sebaran di India, Myanmar, Thai-
land, Vietnam, Cina dan Malaysia ( Das
2004; De Rooij 1915).
Takydromus sexlineatus dikenal
dengan nama umum kadal ekor panjang.
Kadalinimemilikibadanlangsingdengan
ekor yang sangat panjang, sekitar tiga kali
panjang badan. Punggung berwarna
coklat kehijauan dengan garis hitam tebal
di sisi punggung dan terkadang disertai
pola bintik berwarna terang. Bagian
samping badan berwarna hijau
kekuningan. Di sekitar Bogor, kadal ini
122
Mumpuni
dikenal dengan nama lokal (Sunda)
"Orong-orong " dan umumnya dapat
ditemukan di lahan-lahan terbuka yang
ditumbuhi semak, dan rumput.
Deskripsi dan sebaran jenis kadal
Takydromus sexlineatus ini telah
diungkapkan oleh De Rooij (1915) dan
Smith (1935). Demikian pula mengenai
variasi morfologi sisik pelindung kepala
telah diinformasikan oleh Mumpuni
(1995), perbedaan jenis kelamin secara
morfologi (kualitatif) oleh Smith (1935)
dan Arnold & Burton (1985); beberapa
aspek ekologi seperti populasi dan
peranan ekologis beberapa jenis dari suku
Lacertidae di berbagai daerah subtropik
sudah banyak diungkapkan (Telford
1969; Jackson & Telford 1975; Dirk
1991), sebaliknya untuk daerah tropika
terutama untuk jenis kadal T. sexlineatus
masih sangat terbatas informasi
biologinya ( Manthey & Grossmann
1997; Das 2004), sehingga untuk
menambah informasi dan pengetahuan
mengenai kadal ekor panjang ini, penulis
akan mengungkapkan mengenai
perbedaan jenis kelamin secara morfologi
(kuantitatif), musim dan kemampuan
reproduksi serta jenis mangsanya
(peranannya sebagai predator ).
BAHAN DAN CARA KERJA
KadalT. sexlineatus yang digunakan
dalam penelitian ini merupakan spesimen
koleksi yang telah diawetkan dalam
larutan ethanol 70 % yang disimpan di
Laboratorium Herpetologi, Museum
Zoologi Bogor, Bidang Zoologi, Puslit
Biologi-LIPI. Sebanyak 71 ekor kadal
berasal dari wilayah Bogor, yaitu dari
Gadog (31 spesimen) dan Sindang Barang
(40 spesimen) yang dikumpulkan antara
bulan November- Desember 1992. Data
kualitatif yang dikumpulkan berupa pola
warna, sedangkan data kuantitatif beru-
pa karakter morfometrik yang meliputi
berat badan (BB), panjang badan (PB),
panjang kepala (PK), lebar kepala (LK)
dan panjang ekor (PE). PB diukur dari
ujung moncong sampai lubang anus, PK
diukur dari ujung moncong hingga
tengkuk (belakang sisik occipital), LK
diukur pada bagian kepala yang paling
lebar, dan PE diukur dari lubang anus
sampai dengan ujung ekor. Semua
pengukuranpanjangdilakukanmengguna-
kan jangka sorong digital dengan tingkat
ketelitian 0,05 mm. Panjang ekor tidak
diperhitungkan dalam analisis jika ekor
kadal tidak lengkap. Selanjutnya data
morfometrik tersebut distandarisasi
dengan membagi panjang badan. Untuk
membedakan karakter yang diamati
antara kadal jantan dan betina digunakan
uji ANOVA dengan satu pembeda yaitu
jenis kelamin. Analisis statistik dilakukan
dengan menggunakan perangkat lunak
SPSS ver.12.
Spesimen yang diperiksa dilakukan
pemilahan dan pengelompokan sesuai
dengan jenis kelamin dan tingkatan umur
(dewasa atau anakan/ remaja) dengan
cara mengamatinya pada morfologi luar
maupun dengan mengamati kondisi
reproduksi /kematangan gonade nya.
Kadal betina dikategorikan dewasa
apabila di dalam rongga badannya
ditemukan adanya folikel yang
berkembang dan berwarna krem /
kekuningan pada bagian ovariumnya
dengan diameter lebih dari 2 mm dan/atau
123
Dimorfisme Seksual, Reproduksi dan Mangsa Kadal
adanya telur dalam saluran oviduknya dan
atau adanya penebalan pada bagian
oviduknya. Sedangkan pada kadal jantan
dewasa ditunjukkan dengan adanya
warna putih pada saluran reproduksi
(ductus efferent) yang menunjukkan
adanya sperma atau ditandai dengan
kondisi testis yang padat berisi atau
membengkak.
Untuk mengetahui jenis mangsa
kadal ini, dilakukan pembedahan untuk
mengeluarkan isi lambung yang terdapat
pada masing-masing specimen dan
diamati jenis mangsanya dengan
menggunakan mikroskop binokuler.
Selanjutnya dilakukan perhitungan nilai/
indeks tumpang tindih pakan (O)
mengikuti Krebs (1989) untuk mengeta-
huikondisikompetisidalamantarindividu
berdasarkan tingkat umur maupun jenis
kelamin.
HASIL
Dimorfisme Seksual
Dari pengamatan kadal sebanyak 70
spesimen, 26 spesimen berupa kadal
jantan dewasa, 27 spesimen berupa kadal
betina dewasa, sedangkan sisanya 17
spesimen berupa remaja dan anakan.
Kadal jantan dewasa memiliki panjang
Gambar 1. Kadal betina Takydromus sexlineatus.
total rataan 305,11 mm dengan kisaran
221,6 - 356,1 mm, sedangkan betina
dewasa dengan rataan 262,63 mm
dengan kisaran antara 190,6 - 343,3 mm.
Dari morfologi luar kadal jantan dan
betina yang belum dewasa sulit
dibedakan, tetapi yang sudah dewasa
kadal jantan memiliki sepasang garis-
garis putih atau terang yang jelas di bagian
samping punggung, mulai dari belakang
mata sampai depan pangkal ekornya dan
biasanya juga memiliki bulatan- bulatan
warna putih atau terang yang dibatasi oleh
warna coklat atau gelap yang terdapat di
bagian samping badannya. Pola warna
tersebut tidak dimiliki oleh kadal betina
maupun yang belum dewasa. Perbedaan
morfologi secara kualitatif seperti ini juga
dikemukakan oleh Smith (1935). Untuk
kadal anakan biasanya memiliki ekor
berwarna orange kecoklatan dan seiring
dengan bertambahnya umur, warna
oranye akan berubah dan menjadi coklat
kehijauan setelah dewasa.
Dari pengamatan morfologi secara
kuantitatif, antara kadal jantan dan betina
dewasa menunjukkan perbedaan pada
berat badan dan panjang kepala-badan.
Pada kadal jantan tampak memiliki berat
badan rataan lebih tinggi dari pada
betinanya, yaitu masing-masing
124
Mumpuni
2,768±0,47 gram dan 2,582± 0,476 gram
sedangkan panjang kepala dan badan
rataan pada betina tampak lebih besar
dari pada jantannya, yaitu masing-masing
55,063±2,847mmdan54,561±3,218mm.
Hasil uji ANOVA dengan 1 pembeda
jenis kelamin menunjukkan terdapat
perbedaan yang sangat nyata antara
jantan dan betina pada rasio PE/PB
(Fh
=11,739; P<0,001), PK/PB (Fh
=
95,248; P<0,001) dan LK/PB (Fh
=69,065;
P<0,001). Kadal jantan memiliki kepala
yang lebih besar baik panjang maupun
lebarnya bila dibandingkan dengan
betinanya, masing-masing dengan rataan
13,292± 0,652 mm dan 6,473± 0,324 mm
pada yang jantan dan 12,251± 0,45 mm
dan 5,963± 0,254 mm pada kadal betina.
Selain itu panjang ekornya tampak lebih
panjang pada kadal jantan dibandingkan
dengan kadal betina, masing- masing
250,555±38,502mmdan207,571±43,46
mm. Panjang ekor kadal ini sangat
mencolok bila dibandingkan dengan
panjang badannya, terutama pada kadal
jantan dapat mencapai lebih dari 4,5 kali
panjang kepala dan badannya sedangkan
pada betina hanya 3,7 kali panjang kepala
dan badannya.
Mangsa dan Peranan
Dari sebanyak 71 sampel kadal yang
diamati, hanya 2 spesimen yang isi
lambungnya kosong dan 69 sampel
sisanya ditemukan berbagai macam jenis
mangsa. Dalam satu lambung terdapat 0
- 7 jenis mangsa dengan jumlah bervariasi
dari 0 sampai 22 individu mangsa
Sedangkanrataanjumlahindividumangsa
tiap kadal adalah 3-4 pada dewasa
jantan, 7 - 8 pada betina dewasa dan 7
pada kadal anakan. Dari mangsa yang
masih utuh berukuran paling kecil 2 mm
berupa Arachnida dan yang paling besar
berupa ulat Lepidoptera (larva) dengan
panjang 25 mm. Dari specimen kadal
yang diperiksa ditemukan sebanyak 16
macam jenis pakan pada jantan dewasa
dan sebanyak 23 macam jenis pakan
ditemukan pada kadal betina dewasa,
sedangkan pada kelompok anakan
ditemukan sebanyak 19 macam jenis
pakan. Jenis mangsa kadal dewasa
antara jantan dan betina serta anakannya
secara rinci disajikan pada Tabel 1. Dari
Tabel 1 tersebut dapat dilihat bahwa
macam pakan kadal ekor panjang
sebagian besar berupa Arthropoda
terutama kelompok serangga yang
termasuk dalam ordo Coleoptera, Diptera,
Hemiptera, Homoptera , Hymenoptera,
Lepidoptera Odonata, Orthoptera, dan
Thysanoptera. Arthropoda lain seperti
Arachnida dan Decapoda juga menjadi
bagian dari mangsa kadal. Kelompok
moluska merupakan bagian dari macam
pakan kadal ini, dengan prosentasenya
sangat kecil.
Dari kelompok serangga sebagian
besar mangsanya dapat diidentifikasi
sampai dengan suku, tetapi mangsa yang
sudah hancur hanya dapat diidentifikasi
sampai pada tingkatan ordo saja.
Serangga penting baik jumlah maupun
prevalensinya oleh kadal dari semua
tingkat umur (> 15 %) dalam penelitian
ini adalah kelompok Diptera (nyamuk),
Homoptera (Delphacidae), Hymenoptera
(Formicidae), Lepidoptera (larva) dan
Orthoptera (Acridiidae). Selain ituArach-
nida juga merupakan bagian mangsa yang
penting. Sedangkan macam mangsa yang
125
Dimorfisme Seksual, Reproduksi dan Mangsa Kadal
lain hanya diperoleh secara serentak/
bersama-sama saja. Gambaran antara 6
macam mangsa penting yang dipilih oleh
tingkatan jenis kelamin dan umur kadal,
dapatdilihatpadaGambar1.DariGambar
1 terlihat bahwa induk betina dan anakan
lebih memilih mangsa laba-laba (Arach-
nida) sebanyak lebih dari 65%, sedangkan
Acrididae ( > 40%) dan Delphacidae (>
35%) lebih disukai oleh kadal dewasa,
baikjantanmaupunbetinadanlebihsedikit
disukai oleh kadal yang belum dewasa.
Nyamuk (Diptera) lebih dipilih oleh kadal
yang belum dewasa dibandingkan dengan
yang dewasa meskipun hanya 30 % dan
semut suku Formicidae (> 30 %) lebih
dipilih oleh kadal jantan dewasa maupun
anakan/yang belum dewasa dan kurang
dipilih oleh kadal dewasa betina,
sebaliknya ulat dari suku Lepidoptera
(>40%) lebih banyak dipilih oleh kadal
betina daripada jantan dewasa dan
anakan.
Kesamaan mangsa diantara
tingkatan umur dan jenis kelamin cukup
tinggi.Halinitercermindarinilaitumpang
tindih pakan (O) yang cukup tinggi antara
jantan dengan betina dewasa (O) = 0,88)
dan antara anakan dengan betina dewasa
sangat tinggi (O = 0,93), sedangkan jantan
dewasa dengan anakan kompetisinya
lebih rendah (O = 0,5).
Hasil analisa isi lambung juga
menunjukkan adanya infeksi parasit
(nematode) pada kadal dewasa dengan
persentase antara 5 - 6%, sedangkan
pada kadal anakan tidak ditemukan
adanya infeksi nematode. Jumlah cacing
yang ditemukan dalam lambung kadal
dewasa berkisar antara 1 sampai 2
individu.
Reproduksi
Dari sebanyak 71 spesimen kadal
yang diamati, baik secara morfologi
maupun reproduksi kadal jantan dengan
panjang badan 44,6 - 58,1 mm dan 49,6
- 62,3 mm pada pada kadal betina sudah
menunjukkandewasakelamin.Tetapidari
koleksi MZB yang lain, kadal betina dari
jenis yang sama, dengan panjang badan
48,8 mm sudah menunjukkan dewasa
kelamin dengan ditemukan adanya folikel
kuning dengan diameter 4 mm.
Spesimen yang digunakan dalam
penelitian ini merupakan koleksi bulan
November - Desember dan sebanyak
lebih dari 80 % kadal betina sedang
dalam masa reproduksi aktif. Hal ini
terlihat dari 27 induk betina dewasa,
0
20
40
60
80
Jantan
betina
Anakan
Gambar 1. Prevalensi kadal dalam memilih macam mangsa
126
Mumpuni
Macam mangsa
( Bangsa /suku)
∑individu
mangsa
Lambung isi
mangsa
∑individu
mangsa
Lambung isi
mangsa
∑individu
mangsa
Lambung isi
mangsa
ARTHROPODA
Arachnida 12(11,21) 6 (22,22) 52(24,41) 18(66,66) 25(20,88) 12(70,55)
Decapoda 7 (6,54) 5(18,52) 9(4,22) 1(3,70) 7(5,83) 5(29,41)
INSECTA 86(80,37) 152(70,69) 87(72,5)
Coleoptera - - 3 (1,45) 2 (7,4) 4 (3,33) 3 (17,64)
Staphilinidae - - - - 1 (0.83) 1 (5,88)
Coleoptera (larva) - - 1 (0,47) 1 (3,70) - -
unidentified - - 2(0,98) 1(3,70) 3 (2,5) 2 (11,76)
Diptera 15(14,01) 7 (25,92) 33(15,53) 15(65,94) 31(25,82) 12 (70,58)
Calliphoridae - - 1 (0,47) 1 (3,70) - -
Syrphidae - - - - 1 (0,83) 1 (5,88)
Culicidae - - 2 (0,98) 1 (3,70) - -
Tipulidae 2 (1,87) 1 (3,7) 4 (1,88) 3 (11,11) - -
Diptera (nyamuk) 10 (9,34) 4(14,81) 19 (8,92) 6 (22,22) 23(19,16) 5 (29,41)
Diptera (lalat) 3 (2,80) 2 (7,41) 7 (3,28) 4 (14,81) 6 (5) 5 (29,41)
unidentified - - - - 1 (0,83) 1 (5,88)
Hemiptera 1 (0,93) 1 (3,7) - - - -
Homoptera 24(23,36) 11(40,74) 53(48,35) 16(59,25) 22(18,33) 6(35.29)
Aphididae - - 3 (1,41) 1 (3,70) - -
Delphacidae 23(21,49) 10(37,04) 47(22,06) 12(44,44) 21 (17,5) 5 (29,41)
Psyllidae - - - - 1 (0,83) 1 (5,88)
unidentified 2 (1,87) 1 (3,7) 3 (1,41) 3 (11,11) - -
Hymenoptera 16(14,94) 10(37,03) 9(4,23) 7(22,21) 15(12,49) 9(52,93)
Braconidae - - 1 (0,47) 1 (3,70) 1 (0,83) 1 (5,88)
Formicidae 15(14,01) 9 (33,33) 6 (2,82) 4 (14,81) 12 (10) 6 (35,29)
Hymenoptera - - 1 (0,47) 1 (3,70) 1 (0,83) 1 (5,88)
unidentified 1 (0,93) 1 (3,7) 1 (0,47) 1 (3,70) 1 (0,83) 1 (5,88)
Lepidoptera (larva) 8 (7,47) 7 (25,92) 15 (7,04) 12(44,44) 4(3,33) 3(17,65)
Odonata 1 (0,93) 1 (3,70) 4(1,88) 4(14,81) 4(3,32) 3(17,64)
Odonata (capung) - - 1 (0,47) 1 (3,70) 2 (1,66) 1 (5,88)
Odonata(nympha) 1 (0,93) 1 (3,70) 3 (1,41) 3(11,11) 2 (1,66) 2 (11,76)
Orthoptera 21(19,61) 18(66,66) 34(16) 21(85,17) 8(6,66) 6(35,29)
Acridiidae 15(14,01) 12(44,44) 26(12,21) 16(59,25) 6 (5) 4 (23,53)
Grillidae 3 ( 2,80) 3 (11,11) 6 (2,81) 3 (11,11) 2 (1,66) 2 (11,76)
unidentified 3 ( 2,80) 3 (11,11) 2 (0,98) 2 (7,41) - -
Thysanoptera - - 1 (0,47) 1 (3,70) - -
Thripidae - - 1 (0,47) 1 (3,70) - -
MOLUSCA
Gastropoda 1 (0,93) 1 (3,7) - - - -
Jumlah 107 213 120
Kadal jantan dewasa
(n = 27 )
Kadal betina dewasa
( n = 27 )
Kadal anakan/remaja
( N =17 )
Tabel 1. Jenis mangsa kadal T. sexlineatus di Bogor pada periode November - Desember 1992.
(%)
127
Dimorfisme Seksual, Reproduksi dan Mangsa Kadal
sebanyak 9 ekor mengandung telur di
dalam oviduknya, 4 ekor menunjukkan
baru saja mengeluarkan telur dan 16 ekor
menunjukkan adanya folikel yang
membesar dan berwarna krem (awetan
basah). Dari 4 ekor induk yang baru
mengeluarkan telur tersebut 2 ekor induk
dengan folikel yang berkembang, dan
diantara induk yang mengandung telur 5
ekordiantaranyajugamengandungfolikel
yang berkembang. Hanya 3 ekor induk
yang tidak mengandung folikel yang
berkembang maupun telur di dalam
oviduknya.
Jumlah folikel dalam ovarium kadal
yang diamati ini bervariasi dari 3 sampai
8 butir folikel dengan rataan 6 butir.
Folikel yang berkembang dan berwarna
kuning pada induk kadal yang diamati
berjumlah antara 1- 3 butir dengan diam-
eter mulai dari 1,6 - 6,2 mm. Folikel yang
belum berkembang biasanya bening tidak
berwarna.
Dari penelitian ini tampak bahwa
kadal ini dalam setahun mampu bertelur
lebih dari satu kali, hal ini ditunjukkan
dengan adanya follikel dengan ukuran
yang berbeda pada beberapa induk betina
yang diamati, meskipun dalam oviduknya
sudah mengandung telur yang siap
dikeluarkan atau adanya tanda pada
oviduknya yang tebal. Sedangkan dari 9
induk yang mengandung telur di dalam
oviduknya semuanya berjumlah 2 butir,
masing-masing dari kedua sisi oviduknya
kecuali 1 ekor induk hanya dari oviduk
sebelah kiri saja. Aktivitas reproduksi
pada kadal ini pada umumnya terjadi pada
kedua sisi kiri dan kanan, tetapi peneluran
tidak selalu berasal dari kedua sisi alat
reproduksinya, seperti ditemukan 1 induk
yang mengandung 2 butir telur pada
oviduk sebelah kiri saja dan 2 induk yang
lain ditemukan folikel berkembang di
ovariumsebelahkiri,meskipunditemukan
pula satu ekor induk dengan folikel
berkembang pada ovarium sebelah kanan.
Telur kadal ekor panjang ini berbentuk
bulat panjang dengan panjang rataan 10,3
mm (kisaran 7,8 - 11,5 mm) dan lebar
rataan 4, 55 mm (kisaran 4,55 - 5,9 mm).
Hasil pengamatan terhadap lama masa
inkubasi menunjukkan waktu inkubasi
telur kadal ini adalah 45 hari dan selama
inkubasi volume telur juga bertambah,
yaitu dari volume rataan 10,4 x 5,35 mm
sampai 13,75 x 9,45 mm pada 1 minggu
menjelang menetas.
Pengamatan pada spesimen kadal
jantan dewasa, sebanyak 26 ekor
menunjukkan sedang aktif reproduksi
ditunjukkandengankondisitestisnyayang
secara umum berisi dengan diameter
rataan panjang 3,89 mm (2,9 - 4,8 mm)
dan lebar rataan 1,91 mm (1,4 - 2,7 mm).
PEMBAHASAN
Dimorfisme sex biasa terjadi pada
bangsa reptil, hal ini terjadi pula pada
kadal ekor panjang Takydromus
sexlineatus, baik secara kualitatif
maupun kuantitatif. Perbedaan morfologi
secara kuantitatif terutama pada panjang
total, panjang dan lebar kepala serta
panjang ekor. Bagian kepala - badan yang
lebih panjang pada kadal betina
dibandingkan dengan jantan meskipun
tidak berbeda nyata . Hal ini juga
dinyatakan olehArnold & Burton (1985)
bahwa kadal suku Lacertidae secara
umum pada jantan memiliki kepala lebih
128
Mumpuni
besar dan dengan badan lebih pendek bila
dibandingkan dengan yang betina. Selain
itu kadal jantan menunjukkan penampilan
berat badan maupun panjang total yang
lebih besar ukurannya terutama panjang
ekornya, jika dibandingkan dengan
betinanya tetapi memiliki panjang badan
yang lebih pendek (antara ketiak kaki
depan dan belakang). Hal ini dapat
diterima karena badan yang lebih panjang
pada induk betina berfungsi untuk
menyediakan ruang terutama pada
proses perkembangan telur-telurnya di
dalam tubuh induk. Pada jenis kadal
dewasa Eumeces fasciatus dan E.
inexpectatus di Amerika bagian
Tenggara, keduanya juga memiliki kepala
lebihbesarpadayangjantandibandingkan
betina, tetapi E. inexpectatus jantan
memiliki ukuran badan lebih besar
dibandingkan betinanya dan terjadi
sebaliknya dengan jenis Eumeces
fasciatus (Vitt & Cooper 1986). Antara
kadal dewasa dan anakan yang belum
dewasa tidak dilakukan uji perbedaan
seperti yang dilakukan antara parameter
badan kadal dewasa jantan dan betina,
tetapi pada kadal Podarcis yang termasuk
dalam suku yang sama menunjukkan
bahwa dimorfisme sex terjadi hanya pada
kadal yang sudah dewasa dan tidak pada
kadal yang belum dewasa (Kaliontzopou-
lou et al. 2010). Meskipun demikian
dimorfisme sex tidak terjadi pada semua
jenis kadal suku Lacertidae, seperti
pengamatan pada kadal Takydromus
sylvaticus bahwa antara jantan dan
betina dewasa memiliki pola warna dan
kisaran ukuran badan yang sama (Tang
et al. 2007). Pangkal ekor pada kadal T.
sexlineatus antara jantan dan betina tidak
dilakukananalisis,tetapidaripenampakan
diameternya sangat nyata berbeda, yaitu
lebih besar pada yang jantan dan hal ini
umum terjadi pada bangsa reptil. Reptil
jantan memiliki alat reproduksi berupa
sepasang hemipenis yang terdapat di
dalam pangkal ekor.
Kadal ekor panjang merupakan
predator yang oportunis terlihat dari
berbagai jenis mangsa yang ditemukan
dalam lambungnya, terutama serangga
lebih dari 70 % dengan sebagian besar
berupa Homoptera dan Diptera (Tabel 1).
Kadal marga yang sama di Jepang seperti
Takydromus tachydromoides, mangsa
utamanya juga serangga tetapi sebagian
besar berupa Lepidoptera dan Homoptera
(Jackson & Telford 1975). Bahkan pada
jenis Lacertidae yang berukuran besar
seperti Lacerta lipina di Spanyol sebagian
mangsanya adalah Coleoptera tetapi
memangsa vertebrata seperti tikus dan
mencit, kadal, ular dan burung dalam
jumlah kecil (Castilla et al.1991). Selain
berbagai serangga dan invertebrata lain,
beberapa jenis kadal suku ini juga makan
daun dan bunga (Arnold & Burton1985).
Kompetisi dalam mendapatkan
pakan cukup tinggi antara kadal dewasa
betina dan jantan serta betina dewasa
dengan anakan. Tingginya kompetisi ini
dapat disebabkan oleh kesamaan dalam
penggunaan microhabitat, kesamaan
waktu mencari mangsa atau kemung-
kinan kesamaan alat sensor untuk mengi-
dentifikasi mangsa (Vitt & Cooper 1986).
Panjang badan kadal dewasa T.
sexlineatus pada penelitian ini dengan
rataan 54,561 mm dengan kisaran 44,6 -
58,1 mm pada kadal jantan dan 55,063
mm dengan kisaran 49,6 - 62,3 mm pada
129
Dimorfisme Seksual, Reproduksi dan Mangsa Kadal
pada kadal betina. Sedangkan panjang
ekor rataan 250,55 mm dengan kisaran
177 - 298 mm pada yang jantan dan
207,57 mm dengan kisaran 141 - 281 mm
pada betina, lebih kecil dari yang
dinyatakan Manthey dan Grossmann
(1997), bahwa kadal T.sexlineatus
dewasa memiliki ukuran rataan 61 mm
dengan ekor rataan 300 mm. Disini
tampak juga bahwa kadal jantan
mencapai dewasa dengan ukuran badan
lebih kecil dibandingkan kadal betinanya,
hal ini juga terjadi pada kadal T.
tachydromoides di Jepang, kadal jantan
mencapai dewasa pada ukuran panjang
badan dan kepala 38 mm dan 41 -50 mm
pada betinanya meskipun kedua jenis
kelamin mencapai dewasa pada umur
yang sama mendekati 8 - 9 bulan setelah
menetas (Jackson & Telford 1975;
Telford 1969).
Ditemukannyaindukkadalyangbaru
saja bertelur maupun adanya telur di
dalam oviduk sekaligus ditemukan
adanya folikel dengan ukuran yang
berbeda menunjukkan bahwa kadal ini
bertelur 1 - 3 kali dalam setahun. Seperti
pada kadal marga yang sama di Jepang
multiparus 2 - 3 kali dalam setahun
(Telford 1969). Sedangkan jika dilihat
masa reproduksi dalam setahun
tampaknya induk kadal ini bertelur
sepanjang tahun, karena selain pada bulan
November - Desember merupakan
puncak aktif reproduksi, dari specimen
kadal betina yang dikoleksi dari Sumatera
(MZB. Lace. 7293) pada bulan Mei,
menunjukkan adanya telur di dalam
oviduknyadanspesimendariTN.Gunung
Halimun (MZB.Lace. 2594) yang
dikoleksi pada bulan Januari ditemukan
sepasang folikel yang berkembang
dengan diameter 5 mm di dalam
ovariumnya. Sedangkan 2 ekor specimen
(Lace. 3653-54 ) dari Cibinong Life Sci-
ence yang dikoleksi pada bulan Septem-
ber juga ditemukan folikel yang
berkembang masing-masing 1 dan 2 butir
folikel pada ovariumnya. Dari
pengamatan ini tampak bahwa kadal ini
bertelur sepanjang tahun, meskipun
tampak adanya masa puncak reproduksi.
Adanya variasi pada jumlah dan ukuran
telur pada kadal ini tampaknya karena
bervariasinya umur induk maupun
ukurannya. Seperti terjadi pada kadal
Takydromus yang lain, pada tingkatan
umur 1 - 4 tahun menunjukkan bahwa
jumlah telur dan berat telur tiap kali
peneluran akan bertambah sesuai dengan
bertambahnya umur induk dan bukan
dipengaruhi oleh ukuran induk (Telford,
1969). Aktivitas reproduksi pada kadal
betina umumnya terjadi pada kedua sisi
organ reproduksi tetapi sebagian kecil
juga ditemukan aktif hanya pada salah
satu sisi seperti dinyatakan Telford, 1969
bahwa folikel yang dihasilkan antara
ovarium kiri dan kanan tidak ada
perbedaan nyata meskipun sebelah kanan
tampaknya lebih aktif.
KESIMPULAN
Dari penelitian ini dapat disimpulkan
kadal Takydromus sexlineatus jantan
memiliki panjang dan lebar kepala lebih
besar bila dibandingkan betinanya.
Demikianjugaekorpadakadaljantanlebih
panjang dibandingkan dengan betina.
Kadal ini bertelur sepanjang tahun tetapi
ada masanya terjadi puncak reproduksi
130
Mumpuni
antara lain bulan November - Desember.
Jumlah setiap kali bertelur 1 - 3 butir dan
dalam setahun mampu bertelur 1 - 3 kali.
Mangsa kadal ini terutama serangga
terutama kelompok Diptera dan
Homoptera
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis menyampaikan terima kasih
kepada L.E. Pudjiastuti (Museum
Zoologicum Bogoriense-LIPI) yang telah
membantu dalam identifikasi serangga
mangsa kadal yang diamati.
DAFTAR PUSTAKA
Arnold, EN. & JA. Burton. 1985.AField
guide to the Reptiles and Amphib-
ians of Britain and Europe.Collins
Grafton Street, London.
Das, I. 2004. A Pocket Guide Lizards of
Borneo. Natural History Publica-
tions (Borneo), Sabah.
De Roiij, N. 1915. The Reptiles of the
Indo-Australian Archipelago I.
Lacertilia, Chelonia Emydosau-
ria with 132 illustrations. E.J.
Brill Ltd. London.
Castilla, AM., D. Bauwens, & GA.
Llorente.1991. Diet Composition of
the Lizard Lacerta lepida in Cen-
tral Spain. J. Herpetology 25:1 :
30 -36
Frank, N. & E. Ramus. 1995. A com-
plete Guide to Scientific and Com-
mon Names of Reptiles and Am-
phibians of the World.NG Publish-
ing Inc RD#3 Box 3709-C
Pottsvile.377
Jackson, DR. & SR. Telford, Jr. 1975.
Food Habits and Predatory Role of
the Japanese Lacertid Takydromus
tachydromoides. Copeia 2: 343 -
351
Kaliontzopoulou, A., MA. Carretero &
GA. Llorente. 2010. Sexual
dimorfisme in traits related to loco-
motion : ontogenetic patterns of
variation in Podarcis wall lizards.
Biol. J. Lin. Soc 99 : 530-543
Krebs, CJ. 1989. Ecological Methodol-
ogy. Harper & Harper & Row Pub-
lishers, New York. Manthey, U &
W. Grossmann. 1997. Amphibien
and Reptilien Südostasiens. Nature
und Tier-Verlag, Münster, Berlin,
Mumpuni.1995. MorphologicalVariation
on Lizard Head Shields,
Takydromus sexlineatus Daudin.
Zoo Indonesia 25: 10 - 11
Smith, MA. 1935. The Fauna of British
India, including Ceylon and
Burma. Reptilia and Amphibia
Vol. II- SAURIA. Taylor and
Francis, Red Lion Court, Fleet
Street London.
Tang, XS., SQ. Lul & WH. Chou. 2007.
Description of Male Takydromus
sylvaticus (Squamata: Lacertidae)
from China, with Notes on Sexual
Dimorphism and a Revision of the
Morphological Diagnosis of the
Species. Zool. Sci. 24: 496-503
Telford, Jr., SR. 1969.The Ovarian Cycle,
Reproductive Potensial, and Struc-
ture in a Population of the Japanese
Lacertid Takydromus tachydro-
moides. Copeia 3: 548 - 567
Vitt, L.J & WE. Cooper, Jr . 1986. Skink
Reproduction and Sexual Dimor-
phism : Eumeces fasciatus in the
131
Dimorfisme Seksual, Reproduksi dan Mangsa Kadal
Southeastern United States, with
Notes on Eumeces inexpectatus.
J.Herpetology 20 (1) : 65 - 76
Vitt, LJ. &WE. Cooper,Jr. 1986. Forag-
ing and Diet of a Diurnal Predator
(Eumeces laticeps) Feeding on Hid-
den Prey. J. Herpetology 20(3) :
408 - 415
Memasukkan Januari 2011
Diterima: Maret 2011
J. Biol. Indon. Vol 7, No.1 (2011)
PANDUAN PENULIS
Naskah dapat ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Naskah disusun dengan urutan:
JUDUL (bahasa Indonesia dan Inggris), NAMA PENULIS (yang disertai dengan alamat Lembaga/
Instansi), ABSTRAK (bahasa Inggris, maksimal 250 kata), KATA KUNCI (maksimal 6 kata),
PENDAHULUAN, BAHAN DAN CARA KERJA, HASIL, PEMBAHASAN, UCAPAN
TERIMA KASIH (jika diperlukan) dan DAFTAR PUSTAKA.
Naskah diketik dengan spasi ganda pada kertas HVSA4 maksimum 15 halaman termasuk
gambar, foto, dan tabel disertai CD. Batas dari tepi kiri 3 cm, kanan, atas, dan bawah masing-
masing 2,5 cm dengan program pengolah kata Microsoft Word dan tipe huruf Times New Roman
berukuran 12 point. Setiap halaman diberi nomor halaman secara berurutan. Gambar dalam
bentuk grafik/diagram harus asli (bukan fotokopi) dan foto (dicetak di kertas licin atau di scan).
Gambar dan Tabel di tulis dan ditempatkan di halam terpisah di akhir naskah. Penulisan simbol α,
β, χ, dan lain-lain dimasukkan melalui fasilitas insert, tanpa mengubah jenis huruf. Kata dalam
bahasaasingdicetakmiring.NaskahdikirimkankealamatRedaksisebanyak3eksemplar(2eksemplar
tanpa nama dan lembaga penulis).
Penggunaan nama suatu tumbuhan atau hewan dalam bahasa Indonesia/Daerah harus
diikuti nama ilmiahnya (cetak miring) beserta Authornya pada pengungkapan pertama kali.
Daftar pustaka ditulis secara abjad menggunakan sistem nama-tahun. Contoh penulisan
pustaka acuan sebagai berikut :
Jurnal :
Hara, T., JR. Zhang, & S. Ueda. 1983. Identification of plasmids linked with polyglutamate
production in B. subtilis. J. Gen. Apll. Microbiol. 29: 345-354.
Buku :
Chaplin, MF. & C. Bucke. 1990. Enzyme Technology. Cambridge University Press. Cambridge.
Bab dalam Buku :
Gerhart, P. & SW. Drew. 1994. Liquid culture. Dalam : Gerhart, P., R.G.E. Murray, W.A. Wood,
& N.R. Krieg (eds.). Methods for General and Molecular Bacteriology. ASM., Washington.
248-277.
Abstrak :
Suryajaya, D. 1982. Perkembangan tanaman polong-polongan utama di Indonesia. Abstrak
Pertemuan Ilmiah Mikrobiologi. Jakarta . 15 –18 Oktober 1982. 42.
Prosiding :
Mubarik, NR., A. Suwanto, & MT. Suhartono. 2000. Isolasi dan karakterisasi protease
ekstrasellular dari bakteri isolat termofilik ekstrim. Prosiding Seminar nasional Industri
Enzim dan Bioteknologi II. Jakarta, 15-16 Februari 2000. 151-158.
Skripsi, Tesis, Disertasi :
Kemala, S. 1987. Pola Pertanian, Industri Perdagangan Kelapa dan Kelapa Sawit di
Indonesia.[Disertasi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Informasi dari Internet :
Schulze, H. 1999. Detection and Identification of Lories and Pottos in The Wild; Information
for surveys/Estimated of population density. http//www.species.net/primates/loris/
lorCp.1.html.
J. Biol. Indon. Vol 7, No. 1 (2011)
Eritrosit dan Hemoglobin pada Kelelawar Gua di Kawasan Karst Gombong, Kebumen,Jawa
Tengah
Fahma Wijayanti, Dedy Duryadi Solihin, Hadi Sukadi Alikodra, & Ibnu Maryanto
89
Kajian Hubungan Antara Fitoplankton dengan Kecepatan Arus Air Akibat Operasi Waduk
Jatiluhur
Eko Harsono
99
Dimorfisme Seksual, Reproduksi dan Mangsa Kadal Ekor Panjang Takydromus sexlineatus
Daudin, 1802 (Lacertilia :Lacertidae)
Mumpuni
121
Serapan Karbondioksida (CO2) Jenis-Jenis Pohon di Taman Buah "Mekar Sari" Bogor,
Kaitannya dengan Potensi Mitigasi Gas Rumah Kaca
N. Hidayati, M. Reza, T. Juhaeti & M. Mansur
133
Analisis Fekunditas dan Diameter Telur Kerang Darah (Anadara antiquata) di Perairan Pulau
Auki, Kepulauan Padaido, Biak, Papua
Andriani Widyastuti
147
Giving Formulated Pellet on Javan Porcupine (Hystrix javanica F. Cuvier, 1823): Effects on
Feed Intake, Feed Conversion, and Digestibility in Pre-Domestication Condition
Wartika Rosa Farida & Roni Ridwan
157
Profil Mamalia Kecil Gunung Slamet Jawa Tengah
Maharadatunkamsi
171
TULISAN PENDEK
Kondisi Parameter Biologi Plankton dan Ikan di Perairan Danau Sentani
Auldry F. Walukow
187

More Related Content

What's hot

MODIFIKASI ZEOLIT MELALUIINTERAKSI DENGAN Fe(OHh lINTUK MENINGKATKAN KAPASITA...
MODIFIKASI ZEOLIT MELALUIINTERAKSI DENGAN Fe(OHh lINTUK MENINGKATKAN KAPASITA...MODIFIKASI ZEOLIT MELALUIINTERAKSI DENGAN Fe(OHh lINTUK MENINGKATKAN KAPASITA...
MODIFIKASI ZEOLIT MELALUIINTERAKSI DENGAN Fe(OHh lINTUK MENINGKATKAN KAPASITA...Repository Ipb
 
Menghitung Keanekaragan Hayati Menggunakan Rumus -H= jumlah dari (pi log pi)
Menghitung Keanekaragan Hayati Menggunakan Rumus -H= jumlah dari (pi log pi)Menghitung Keanekaragan Hayati Menggunakan Rumus -H= jumlah dari (pi log pi)
Menghitung Keanekaragan Hayati Menggunakan Rumus -H= jumlah dari (pi log pi)Awe Wardani
 
Jurnal DDPT Hemiptera
Jurnal DDPT HemipteraJurnal DDPT Hemiptera
Jurnal DDPT HemipteraSurya Agus
 
Jurnal DDPT Orthoptera
Jurnal DDPT OrthopteraJurnal DDPT Orthoptera
Jurnal DDPT OrthopteraSurya Agus
 
Jurnal DDPT Lepidoptera
Jurnal DDPT LepidopteraJurnal DDPT Lepidoptera
Jurnal DDPT LepidopteraSurya Agus
 
Materi#7 Keanekaragaman Hayati
Materi#7  Keanekaragaman HayatiMateri#7  Keanekaragaman Hayati
Materi#7 Keanekaragaman HayatiResma Puspitasari
 
Laporan keg - Kupu-kupu di Buton
Laporan keg - Kupu-kupu di ButonLaporan keg - Kupu-kupu di Buton
Laporan keg - Kupu-kupu di ButonNararya Gunadharma
 
14%20jenis jenis%20tumbuhan%20sebagai%20sumber%20pakan%20jalak%20bali
14%20jenis jenis%20tumbuhan%20sebagai%20sumber%20pakan%20jalak%20bali14%20jenis jenis%20tumbuhan%20sebagai%20sumber%20pakan%20jalak%20bali
14%20jenis jenis%20tumbuhan%20sebagai%20sumber%20pakan%20jalak%20baliAser Aser
 

What's hot (8)

MODIFIKASI ZEOLIT MELALUIINTERAKSI DENGAN Fe(OHh lINTUK MENINGKATKAN KAPASITA...
MODIFIKASI ZEOLIT MELALUIINTERAKSI DENGAN Fe(OHh lINTUK MENINGKATKAN KAPASITA...MODIFIKASI ZEOLIT MELALUIINTERAKSI DENGAN Fe(OHh lINTUK MENINGKATKAN KAPASITA...
MODIFIKASI ZEOLIT MELALUIINTERAKSI DENGAN Fe(OHh lINTUK MENINGKATKAN KAPASITA...
 
Menghitung Keanekaragan Hayati Menggunakan Rumus -H= jumlah dari (pi log pi)
Menghitung Keanekaragan Hayati Menggunakan Rumus -H= jumlah dari (pi log pi)Menghitung Keanekaragan Hayati Menggunakan Rumus -H= jumlah dari (pi log pi)
Menghitung Keanekaragan Hayati Menggunakan Rumus -H= jumlah dari (pi log pi)
 
Jurnal DDPT Hemiptera
Jurnal DDPT HemipteraJurnal DDPT Hemiptera
Jurnal DDPT Hemiptera
 
Jurnal DDPT Orthoptera
Jurnal DDPT OrthopteraJurnal DDPT Orthoptera
Jurnal DDPT Orthoptera
 
Jurnal DDPT Lepidoptera
Jurnal DDPT LepidopteraJurnal DDPT Lepidoptera
Jurnal DDPT Lepidoptera
 
Materi#7 Keanekaragaman Hayati
Materi#7  Keanekaragaman HayatiMateri#7  Keanekaragaman Hayati
Materi#7 Keanekaragaman Hayati
 
Laporan keg - Kupu-kupu di Buton
Laporan keg - Kupu-kupu di ButonLaporan keg - Kupu-kupu di Buton
Laporan keg - Kupu-kupu di Buton
 
14%20jenis jenis%20tumbuhan%20sebagai%20sumber%20pakan%20jalak%20bali
14%20jenis jenis%20tumbuhan%20sebagai%20sumber%20pakan%20jalak%20bali14%20jenis jenis%20tumbuhan%20sebagai%20sumber%20pakan%20jalak%20bali
14%20jenis jenis%20tumbuhan%20sebagai%20sumber%20pakan%20jalak%20bali
 

Similar to Kadal Ekor Panjang Takydromus sexlineatus

JOURNAL_keanekaragaman_kelelawar_Ciampe.pdf
JOURNAL_keanekaragaman_kelelawar_Ciampe.pdfJOURNAL_keanekaragaman_kelelawar_Ciampe.pdf
JOURNAL_keanekaragaman_kelelawar_Ciampe.pdfAgathaHaselvin
 
Jenis-Jenis_Kelelawar-Jenis-Jenis_Kelelawar.pdf
Jenis-Jenis_Kelelawar-Jenis-Jenis_Kelelawar.pdfJenis-Jenis_Kelelawar-Jenis-Jenis_Kelelawar.pdf
Jenis-Jenis_Kelelawar-Jenis-Jenis_Kelelawar.pdfAgathaHaselvin
 
Kanker dan teratogenesis
Kanker dan teratogenesisKanker dan teratogenesis
Kanker dan teratogenesisHelmon Chan
 
Keragaman_kelelawar_insektivora_Sub_Ordo.pdf
Keragaman_kelelawar_insektivora_Sub_Ordo.pdfKeragaman_kelelawar_insektivora_Sub_Ordo.pdf
Keragaman_kelelawar_insektivora_Sub_Ordo.pdfAgathaHaselvin
 
keanekaragaman makhluk hidup
keanekaragaman makhluk hidupkeanekaragaman makhluk hidup
keanekaragaman makhluk hidupFransisca Vivin
 
Buku Kekinian Kehati Indonesia
Buku Kekinian Kehati IndonesiaBuku Kekinian Kehati Indonesia
Buku Kekinian Kehati IndonesiaMuhamad Rizky
 
editor_dppm,+2661-7531-1-CE.pdf
editor_dppm,+2661-7531-1-CE.pdfeditor_dppm,+2661-7531-1-CE.pdf
editor_dppm,+2661-7531-1-CE.pdfsmkyapis4
 
ppt-keanekaragaman-hayati1-140414212804-phpapp01.pptx
ppt-keanekaragaman-hayati1-140414212804-phpapp01.pptxppt-keanekaragaman-hayati1-140414212804-phpapp01.pptx
ppt-keanekaragaman-hayati1-140414212804-phpapp01.pptxSudarminSudarmin3
 
Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman HayatiKeanekaragaman Hayati
Keanekaragaman HayatiRahmawati
 
Keanekaragaman_hayati_pptx.pptx
Keanekaragaman_hayati_pptx.pptxKeanekaragaman_hayati_pptx.pptx
Keanekaragaman_hayati_pptx.pptxSardiRajagukguk
 
Ppt keanekaragaman-hayati1
Ppt keanekaragaman-hayati1Ppt keanekaragaman-hayati1
Ppt keanekaragaman-hayati1Syeahdean123
 
Buku martha alfiani(1113016100001)
Buku martha alfiani(1113016100001)Buku martha alfiani(1113016100001)
Buku martha alfiani(1113016100001)Martha Alfiani
 
Ppt keanekaragaman-hayati1
Ppt keanekaragaman-hayati1Ppt keanekaragaman-hayati1
Ppt keanekaragaman-hayati1agus narto
 
1996. studi pendahuluan ekologi dua kadal simpatrik.
1996. studi pendahuluan ekologi dua kadal simpatrik.1996. studi pendahuluan ekologi dua kadal simpatrik.
1996. studi pendahuluan ekologi dua kadal simpatrik.Algebra Iostream Khaeron
 
IDENTIFIKASI KETAHANAN TANAMAN PISANG AMPYANG HASIL MUTASI INDUKSI TERHADAP P...
IDENTIFIKASI KETAHANAN TANAMAN PISANG AMPYANG HASIL MUTASI INDUKSI TERHADAP P...IDENTIFIKASI KETAHANAN TANAMAN PISANG AMPYANG HASIL MUTASI INDUKSI TERHADAP P...
IDENTIFIKASI KETAHANAN TANAMAN PISANG AMPYANG HASIL MUTASI INDUKSI TERHADAP P...Repository Ipb
 
4.-PSD-113-Keanekaragaman-Makhluk-Hidup-.ppt
4.-PSD-113-Keanekaragaman-Makhluk-Hidup-.ppt4.-PSD-113-Keanekaragaman-Makhluk-Hidup-.ppt
4.-PSD-113-Keanekaragaman-Makhluk-Hidup-.pptAhmadRasito
 

Similar to Kadal Ekor Panjang Takydromus sexlineatus (20)

JOURNAL_keanekaragaman_kelelawar_Ciampe.pdf
JOURNAL_keanekaragaman_kelelawar_Ciampe.pdfJOURNAL_keanekaragaman_kelelawar_Ciampe.pdf
JOURNAL_keanekaragaman_kelelawar_Ciampe.pdf
 
Jenis-Jenis_Kelelawar-Jenis-Jenis_Kelelawar.pdf
Jenis-Jenis_Kelelawar-Jenis-Jenis_Kelelawar.pdfJenis-Jenis_Kelelawar-Jenis-Jenis_Kelelawar.pdf
Jenis-Jenis_Kelelawar-Jenis-Jenis_Kelelawar.pdf
 
Kanker dan teratogenesis
Kanker dan teratogenesisKanker dan teratogenesis
Kanker dan teratogenesis
 
Keragaman_kelelawar_insektivora_Sub_Ordo.pdf
Keragaman_kelelawar_insektivora_Sub_Ordo.pdfKeragaman_kelelawar_insektivora_Sub_Ordo.pdf
Keragaman_kelelawar_insektivora_Sub_Ordo.pdf
 
AVERTA KEL.7.pptx
AVERTA KEL.7.pptxAVERTA KEL.7.pptx
AVERTA KEL.7.pptx
 
keanekaragaman makhluk hidup
keanekaragaman makhluk hidupkeanekaragaman makhluk hidup
keanekaragaman makhluk hidup
 
TIK LINA.pptx
TIK LINA.pptxTIK LINA.pptx
TIK LINA.pptx
 
Buku Kekinian Kehati Indonesia
Buku Kekinian Kehati IndonesiaBuku Kekinian Kehati Indonesia
Buku Kekinian Kehati Indonesia
 
editor_dppm,+2661-7531-1-CE.pdf
editor_dppm,+2661-7531-1-CE.pdfeditor_dppm,+2661-7531-1-CE.pdf
editor_dppm,+2661-7531-1-CE.pdf
 
ppt-keanekaragaman-hayati1-140414212804-phpapp01.pptx
ppt-keanekaragaman-hayati1-140414212804-phpapp01.pptxppt-keanekaragaman-hayati1-140414212804-phpapp01.pptx
ppt-keanekaragaman-hayati1-140414212804-phpapp01.pptx
 
Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman HayatiKeanekaragaman Hayati
Keanekaragaman Hayati
 
Keanekaragaman_hayati_pptx.pptx
Keanekaragaman_hayati_pptx.pptxKeanekaragaman_hayati_pptx.pptx
Keanekaragaman_hayati_pptx.pptx
 
Ppt keanekaragaman-hayati1
Ppt keanekaragaman-hayati1Ppt keanekaragaman-hayati1
Ppt keanekaragaman-hayati1
 
Buku martha alfiani(1113016100001)
Buku martha alfiani(1113016100001)Buku martha alfiani(1113016100001)
Buku martha alfiani(1113016100001)
 
Morfologi
MorfologiMorfologi
Morfologi
 
1 sampul depan
1 sampul depan1 sampul depan
1 sampul depan
 
Ppt keanekaragaman-hayati1
Ppt keanekaragaman-hayati1Ppt keanekaragaman-hayati1
Ppt keanekaragaman-hayati1
 
1996. studi pendahuluan ekologi dua kadal simpatrik.
1996. studi pendahuluan ekologi dua kadal simpatrik.1996. studi pendahuluan ekologi dua kadal simpatrik.
1996. studi pendahuluan ekologi dua kadal simpatrik.
 
IDENTIFIKASI KETAHANAN TANAMAN PISANG AMPYANG HASIL MUTASI INDUKSI TERHADAP P...
IDENTIFIKASI KETAHANAN TANAMAN PISANG AMPYANG HASIL MUTASI INDUKSI TERHADAP P...IDENTIFIKASI KETAHANAN TANAMAN PISANG AMPYANG HASIL MUTASI INDUKSI TERHADAP P...
IDENTIFIKASI KETAHANAN TANAMAN PISANG AMPYANG HASIL MUTASI INDUKSI TERHADAP P...
 
4.-PSD-113-Keanekaragaman-Makhluk-Hidup-.ppt
4.-PSD-113-Keanekaragaman-Makhluk-Hidup-.ppt4.-PSD-113-Keanekaragaman-Makhluk-Hidup-.ppt
4.-PSD-113-Keanekaragaman-Makhluk-Hidup-.ppt
 

Recently uploaded

Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfGeologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfAuliaAulia63
 
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxMATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxrikosyahputra0173
 
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Shary Armonitha
 
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxMARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxmariaboisala21
 
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptx
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptxPENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptx
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptxheru687292
 
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptxMenggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptxImahMagwa
 
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxUKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxzidanlbs25
 

Recently uploaded (7)

Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfGeologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
 
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxMATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
 
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
 
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxMARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
 
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptx
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptxPENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptx
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptx
 
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptxMenggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptx
 
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxUKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
 

Kadal Ekor Panjang Takydromus sexlineatus

  • 1. J. Biol. Indon. Vol 7, No.1 (2011) Vol. 7, No. 1 Juni 2011 Akreditasi: No 816/D/08/2009 BOGOR, INDONESIA JURNAL BIOLOGI INDONESIA ISSN 0854-4425 JURNAL BIOLOGI INDONESIA ISSN 0854-4425 Phylogenetic relationships within Cockatoos (Aves: Psittaciformes) Based on DNA Sequences of The Seventh intron of Nuclear β-fibrinogen gene Dwi Astuti 1 Forest Condition Analysis Based on Forest Canopy ClosureWith Remote Sensing Approach Mahendra Primajati, Agung Budi Harto & Endah Sulistyawati 13 Genetic Variation of Agathis loranthifolia Salisb. in West Jawa Assessed by RAPD Tedi Yunanto, Edje Djamhuri, Iskandar Z. Siregar, & Mariyana Ulfah 25 Bird Community Structure in Karimunjawa Islands, Central Jawa Niarsi Merry Hemelda, Ummi Syifa Khusnuzon, & Putri Sandy Pangestu 35 Morfologi Larva dan Pola Infeksi Falcaustra kutcheri Bursey et.al., 2000 (Nematoda : Cosmocercoidea: Kathalaniidae) Pada Leucocephalon yuwonoi (McCord et.al., 1995) Di Sulawesi Tengah, Indonesia Endang Purwaningsih & Awal Riyanto 45 Tingkat Eksploitasi Ikan Endemik Bonti-bonti (Paratherina striata) di Danau Towuti Syahroma Husni Nasution 53 Bentuk Sel Epidermis, Tipe dan Indeks Stomata 5 Genotipe Kedelai pada Tingkat Naungan Berbeda Titik Sundari & Rahmat Priya Atmaja 67 Sintesis Alkil N-asetilglukosamina (Alkil-GlcNAc) dengan Enzim N-asetilheksosaminidase yang diisolasi dari Aspergillus sp. 501 Iwan Saskiawan & Rini Handayani 81
  • 2. J. Biol. Indon. Vol 7, No. 1 (2011) Jurnal Biologi Indonesia diterbitkan oleh Perhimpunan Biologi Indonesia. Jurnal ini memuat hasil penelitian ataupun kajian yang berkaitan dengan masalah biologi yang diterbitkan secara berkala dua kali setahun (Juni dan Desember). Editor Pengelola Dr. Ibnu Maryanto Dr. I Made Sudiana Deby Arifiani, S.P., M.Sc Dr.IzuAndryFijridiyanto Dewan Editor Ilmiah Dr. Abinawanto, F MIPA UI Dr. Achmad Farajalah, FMIPA IPB Dr. Ambariyanto, F. Perikanan dan Kelautan UNDIP Dr. Aswin Usup F. Pertanian Universitas Palangkaraya Dr. Didik Widiyatmoko, PK Tumbuhan, Kebun Raya Cibodas-LIPI Dr. Dwi Nugroho Wibowo, F. Biologi UNSOED Dr. Parikesit, F. MIPA UNPAD Prof. Dr. Mohd.TajuddinAbdullah, Universiti Malaysia Sarawak Malaysia Assoc. Prof. Monica Suleiman, Universiti Malaysia Sabah, Malaysia Dr. Srihadi Agungpriyono, PAVet(K), F. Kedokteran Hewan IPB Y. Surjadi MSc, Pusat Penelitian ICABIOGRAD Drs. Suharjono, Pusat Penelitian Biologi-LIPI Dr. Tri Widianto, Pusat Penelitian Limnologi-LIPI Dr. Witjaksono Pusat Penelitian Biologi-LIPI Alamat Redaksi Sekretariat d/a Pusat Penelitian Biologi - LIPI Jl. Ir. H. Juanda No. 18, Bogor 16002 , Telp. (021) 8765056 Fax. (021) 8765068 Email : jbi@bogor.net; ibnu_mar@yahoo.com Website : http://biologi.or.id Jurnal ini telah diakreditasi ulang dengan nilaiAberdasarkan SK Kepala LIPI 816/ D/2009 tanggal 28Agustus 2009.
  • 3. J. Biol. Indon. Vol 7, No.1 (2011) KATAPENGANTAR Jurnal Biologi Indonesia yang diterbitkan oleh PERHIMPUNAN BIOLOGI INDONESIA edisi volume 7 nomer 1 tahun 2011 memuat 15 artikel lengkap dan 1artikel tulisan pendek, empat artikeldiantaranya telah dipresentasi pada seminar ATCBC di bali 2010. Penulis pada edisi ini sangat beragam yaitu dari Departemen Kementerian Pertanian Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi- umbian, Fak. MIPA-Biologi Universitas Negeri Malang, Universitas Cenderawasih Jayapura, Universitas Islam Negeri Hidayatulah Jakarta, Jurusan Biologi FMIPA IPB, Program Studi Sarjana Biologi, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH), ITB, Jurusan Konservasi Fakultas Kehutanan IPB, Puslit Biologi LIPI, Departmen Biologi FMIPA, University Indonesia, Puslit Limnologi LIPI-LIPI, Puslit Biologi- LIPI dan UPT Loka Konservasi Biota Laut Biak-LIPI. Topik yang dibahas pada edisi ini meliputi bidang Botani, mikrobiologi, zoologi, remote sensing. Editor
  • 4. J. Biol. Indon. Vol 7, No. 1 (2011) UCAPAN TERIMA KASIH Jurnal Biologi Indonesia mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada para pakar yang telah turut sebagai penelaah dalam Volume 7, No 1, Juni 2011: Dr. Niken T. M. Pratiwi, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB Dr. Tike Sartika, Balitnak, Departemen Pertanian, Ciawi Sigit Wiantoro SSi, MSc, Puslit Biologi-LIPI Drs.Awal Riyanto, Puslit Biologi-LIPI Drs. Roemantyo, Puslit Biologi-LIPI Dr. Andria Agusta, Puslit Biologi LIPI Ir. Titi Juhaeti MSi, Puslit Biologi-LIPI Dr. Nuril Hidayati, Puslit Biologi-LIPI Ir. Heryanto MSc, Puslit Biologi-LIPI Drh. Taufik Purna Nugraha MSi, Puslit Biologi-LIPI Sebagian dariedisiinidibiayaiolehDIPA PuslitBiologi-LIPI2011
  • 5. J. Biol. Indon. Vol 7, No.1 (2011) DAFTAR ISI Phylogenetic relationships within Cockatoos (Aves: Psittaciformes) Based on DNA Sequences of The Seventh intron of Nuclear β-fibrinogen gene Dwi Astuti 1 Forest Condition Analysis Based on Forest Canopy ClosureWith Remote Sensing Approach Mahendra Primajati, Agung Budi Harto & Endah Sulistyawati 13 Genetic Variation of Agathis loranthifolia Salisb. in West Jawa Assessed by RAPD Tedi Yunanto, Edje Djamhuri, Iskandar Z. Siregar, & Mariyana Ulfah 25 Bird Community Structure in Karimunjawa Islands, Central Jawa Niarsi Merry Hemelda, Ummi Syifa Khusnuzon, & Putri Sandy Pangestu 35 Morfologi Larva dan Pola Infeksi Falcaustra kutcheri Bursey et.al., 2000 (Nematoda : Cosmocercoidea: Kathalaniidae) Pada Leucocephalon yuwonoi (McCord et.al., 1995) Di Sulawesi Tengah, Indonesia Endang Purwaningsih & Awal Riyanto 45 Tingkat Eksploitasi Ikan Endemik Bonti-bonti (Paratherina striata) di Danau Towuti Syahroma Husni Nasution 53 Bentuk Sel Epidermis, Tipe dan Indeks Stomata 5 Genotipe Kedelai pada Tingkat Naungan Berbeda Titik Sundari & Rahmat Priya Atmaja 67 Sintesis Alkil N-asetilglukosamina (Alkil-GlcNAc) dengan Enzim N-asetilheksosaminidase yang diisolasi dari Aspergillus sp. 501 Iwan Saskiawan & Rini Handayani 81 Eritrosit dan Hemoglobin pada Kelelawar Gua di Kawasan Karst Gombong, Kebumen,Jawa Tengah Fahma Wijayanti, Dedy Duryadi Solihin, Hadi Sukadi Alikodra, & Ibnu Maryanto 89 Kajian Hubungan Antara Fitoplankton dengan Kecepatan Arus Air Akibat Operasi Waduk Jatiluhur Eko Harsono 99 Dimorfisme Seksual, Reproduksi dan Mangsa Kadal Ekor Panjang Takydromus sexlineatus Daudin, 1802 (Lacertilia :Lacertidae) Mumpuni 121 Serapan Karbondioksida (CO2) Jenis-Jenis Pohon di Taman Buah "Mekar Sari" Bogor, Kaitannya dengan Potensi Mitigasi Gas Rumah Kaca N. Hidayati, M. Reza, T. Juhaeti & M. Mansur 133
  • 6. J. Biol. Indon. Vol 7, No. 1 (2011) Analisis Fekunditas dan Diameter Telur Kerang Darah (Anadara antiquata) di Perairan Pulau Auki, Kepulauan Padaido, Biak, Papua Andriani Widyastuti 147 Giving Formulated Pellet on Javan Porcupine (Hystrix javanica F. Cuvier, 1823): Effects on Feed Intake, Feed Conversion, and Digestibility in Pre-Domestication Condition Wartika Rosa Farida & Roni Ridwan 157 Profil Mamalia Kecil Gunung Slamet Jawa Tengah Maharadatunkamsi 171 TULISAN PENDEK Kondisi Parameter Biologi Plankton dan Ikan di Perairan Danau Sentani Auldry F. Walukow 187
  • 7. 121 Jurnal Biologi Indonesia 7 (1): 121-131 (2011) Dimorfisme Seksual, Reproduksi dan Mangsa Kadal Ekor Panjang Takydromus sexlineatus Daudin, 1802 (Lacertilia :Lacertidae) Mumpuni Bidang Zoologi, Puslit Biologi-LIPI, Gedung Widyasatwaloka, Jl. Raya Jakarta Bogor Km.46 Cibinong, Jawa Barat 16911 ABSTRACT Sexual Dimorphism, Reproduction and Prey of LongTailed Lizard Takydromus sexlineatus Daudin,1802(Lacertilia:Lacertidae).Themorphologyandreproductivebiologyof Takydromus sexlineatus were studied in Bogor. Males are larger than females. There is sexual dimorphism on head size and tail length (larger and longer tail on males) of body size among sexually mature adults, apparently as a consequence of sexual selection. The diet of T. sexlineatus consists of variety of insects and their larvae, arachnids, decapods and snails. Most of the diet are insect (more than 70 % for adults and juveniles). There are higher prey competitions at adult skinks between males and females, adult females and juveniles, but not between adult males and juveniles. The length of adult males and females are 44.6 - 58.1 mm and 49.6 - 62.3 mm respec- tively, lay eggs throughout the year with 2 -3 clutches, per clutch consists of 1 - 3 eggs. Key words: Lizard, Takydromus, Ecology, Sexual Dimorphism, Prey, Reproduction, Bogor, Indo- nesia PENDAHULUAN Kadal suku Lacertidae tersebar di dunia lama seperti Eropa, Asia dan Afrika, tetapi tidak di daerah Madagas- car dan Australia. Sebaran jenisnya pal- ing berlimpah di Afrika, dibandingkan dengan daerah Oriental yang memiliki jenis terbatas atau jarang (Smith 1935). Menurut Frank & Ramus ( 1995), suku Lacertidae terdiri atas 200 jenis dari 29 marga. Takydromus adalah salah satu marga yang terdiri atas 10 jenis yang sudah dipertelakan, dengan daerah sebaran di Asia bagian Timur dan bagian Tenggara, mulai dari Pulau di bagian pal- ing Utara Jepang yaitu Hokkaido dilanjutkan ke Korea, daratan Cina, Kepulauan Ryukyu dan Taiwan dan ke selatan sampai Semenanjung Malaysia dan beberapa pulau di Indonesia. Hingga saat ini di Indonesia hanya diwakili oleh Takydromus sexlineatus dengan daerah sebaran Jawa, Sumatera dan Kalimantan. SelaindiIndonesiakadalinijugamemiliki daerah sebaran di India, Myanmar, Thai- land, Vietnam, Cina dan Malaysia ( Das 2004; De Rooij 1915). Takydromus sexlineatus dikenal dengan nama umum kadal ekor panjang. Kadalinimemilikibadanlangsingdengan ekor yang sangat panjang, sekitar tiga kali panjang badan. Punggung berwarna coklat kehijauan dengan garis hitam tebal di sisi punggung dan terkadang disertai pola bintik berwarna terang. Bagian samping badan berwarna hijau kekuningan. Di sekitar Bogor, kadal ini
  • 8. 122 Mumpuni dikenal dengan nama lokal (Sunda) "Orong-orong " dan umumnya dapat ditemukan di lahan-lahan terbuka yang ditumbuhi semak, dan rumput. Deskripsi dan sebaran jenis kadal Takydromus sexlineatus ini telah diungkapkan oleh De Rooij (1915) dan Smith (1935). Demikian pula mengenai variasi morfologi sisik pelindung kepala telah diinformasikan oleh Mumpuni (1995), perbedaan jenis kelamin secara morfologi (kualitatif) oleh Smith (1935) dan Arnold & Burton (1985); beberapa aspek ekologi seperti populasi dan peranan ekologis beberapa jenis dari suku Lacertidae di berbagai daerah subtropik sudah banyak diungkapkan (Telford 1969; Jackson & Telford 1975; Dirk 1991), sebaliknya untuk daerah tropika terutama untuk jenis kadal T. sexlineatus masih sangat terbatas informasi biologinya ( Manthey & Grossmann 1997; Das 2004), sehingga untuk menambah informasi dan pengetahuan mengenai kadal ekor panjang ini, penulis akan mengungkapkan mengenai perbedaan jenis kelamin secara morfologi (kuantitatif), musim dan kemampuan reproduksi serta jenis mangsanya (peranannya sebagai predator ). BAHAN DAN CARA KERJA KadalT. sexlineatus yang digunakan dalam penelitian ini merupakan spesimen koleksi yang telah diawetkan dalam larutan ethanol 70 % yang disimpan di Laboratorium Herpetologi, Museum Zoologi Bogor, Bidang Zoologi, Puslit Biologi-LIPI. Sebanyak 71 ekor kadal berasal dari wilayah Bogor, yaitu dari Gadog (31 spesimen) dan Sindang Barang (40 spesimen) yang dikumpulkan antara bulan November- Desember 1992. Data kualitatif yang dikumpulkan berupa pola warna, sedangkan data kuantitatif beru- pa karakter morfometrik yang meliputi berat badan (BB), panjang badan (PB), panjang kepala (PK), lebar kepala (LK) dan panjang ekor (PE). PB diukur dari ujung moncong sampai lubang anus, PK diukur dari ujung moncong hingga tengkuk (belakang sisik occipital), LK diukur pada bagian kepala yang paling lebar, dan PE diukur dari lubang anus sampai dengan ujung ekor. Semua pengukuranpanjangdilakukanmengguna- kan jangka sorong digital dengan tingkat ketelitian 0,05 mm. Panjang ekor tidak diperhitungkan dalam analisis jika ekor kadal tidak lengkap. Selanjutnya data morfometrik tersebut distandarisasi dengan membagi panjang badan. Untuk membedakan karakter yang diamati antara kadal jantan dan betina digunakan uji ANOVA dengan satu pembeda yaitu jenis kelamin. Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak SPSS ver.12. Spesimen yang diperiksa dilakukan pemilahan dan pengelompokan sesuai dengan jenis kelamin dan tingkatan umur (dewasa atau anakan/ remaja) dengan cara mengamatinya pada morfologi luar maupun dengan mengamati kondisi reproduksi /kematangan gonade nya. Kadal betina dikategorikan dewasa apabila di dalam rongga badannya ditemukan adanya folikel yang berkembang dan berwarna krem / kekuningan pada bagian ovariumnya dengan diameter lebih dari 2 mm dan/atau
  • 9. 123 Dimorfisme Seksual, Reproduksi dan Mangsa Kadal adanya telur dalam saluran oviduknya dan atau adanya penebalan pada bagian oviduknya. Sedangkan pada kadal jantan dewasa ditunjukkan dengan adanya warna putih pada saluran reproduksi (ductus efferent) yang menunjukkan adanya sperma atau ditandai dengan kondisi testis yang padat berisi atau membengkak. Untuk mengetahui jenis mangsa kadal ini, dilakukan pembedahan untuk mengeluarkan isi lambung yang terdapat pada masing-masing specimen dan diamati jenis mangsanya dengan menggunakan mikroskop binokuler. Selanjutnya dilakukan perhitungan nilai/ indeks tumpang tindih pakan (O) mengikuti Krebs (1989) untuk mengeta- huikondisikompetisidalamantarindividu berdasarkan tingkat umur maupun jenis kelamin. HASIL Dimorfisme Seksual Dari pengamatan kadal sebanyak 70 spesimen, 26 spesimen berupa kadal jantan dewasa, 27 spesimen berupa kadal betina dewasa, sedangkan sisanya 17 spesimen berupa remaja dan anakan. Kadal jantan dewasa memiliki panjang Gambar 1. Kadal betina Takydromus sexlineatus. total rataan 305,11 mm dengan kisaran 221,6 - 356,1 mm, sedangkan betina dewasa dengan rataan 262,63 mm dengan kisaran antara 190,6 - 343,3 mm. Dari morfologi luar kadal jantan dan betina yang belum dewasa sulit dibedakan, tetapi yang sudah dewasa kadal jantan memiliki sepasang garis- garis putih atau terang yang jelas di bagian samping punggung, mulai dari belakang mata sampai depan pangkal ekornya dan biasanya juga memiliki bulatan- bulatan warna putih atau terang yang dibatasi oleh warna coklat atau gelap yang terdapat di bagian samping badannya. Pola warna tersebut tidak dimiliki oleh kadal betina maupun yang belum dewasa. Perbedaan morfologi secara kualitatif seperti ini juga dikemukakan oleh Smith (1935). Untuk kadal anakan biasanya memiliki ekor berwarna orange kecoklatan dan seiring dengan bertambahnya umur, warna oranye akan berubah dan menjadi coklat kehijauan setelah dewasa. Dari pengamatan morfologi secara kuantitatif, antara kadal jantan dan betina dewasa menunjukkan perbedaan pada berat badan dan panjang kepala-badan. Pada kadal jantan tampak memiliki berat badan rataan lebih tinggi dari pada betinanya, yaitu masing-masing
  • 10. 124 Mumpuni 2,768±0,47 gram dan 2,582± 0,476 gram sedangkan panjang kepala dan badan rataan pada betina tampak lebih besar dari pada jantannya, yaitu masing-masing 55,063±2,847mmdan54,561±3,218mm. Hasil uji ANOVA dengan 1 pembeda jenis kelamin menunjukkan terdapat perbedaan yang sangat nyata antara jantan dan betina pada rasio PE/PB (Fh =11,739; P<0,001), PK/PB (Fh = 95,248; P<0,001) dan LK/PB (Fh =69,065; P<0,001). Kadal jantan memiliki kepala yang lebih besar baik panjang maupun lebarnya bila dibandingkan dengan betinanya, masing-masing dengan rataan 13,292± 0,652 mm dan 6,473± 0,324 mm pada yang jantan dan 12,251± 0,45 mm dan 5,963± 0,254 mm pada kadal betina. Selain itu panjang ekornya tampak lebih panjang pada kadal jantan dibandingkan dengan kadal betina, masing- masing 250,555±38,502mmdan207,571±43,46 mm. Panjang ekor kadal ini sangat mencolok bila dibandingkan dengan panjang badannya, terutama pada kadal jantan dapat mencapai lebih dari 4,5 kali panjang kepala dan badannya sedangkan pada betina hanya 3,7 kali panjang kepala dan badannya. Mangsa dan Peranan Dari sebanyak 71 sampel kadal yang diamati, hanya 2 spesimen yang isi lambungnya kosong dan 69 sampel sisanya ditemukan berbagai macam jenis mangsa. Dalam satu lambung terdapat 0 - 7 jenis mangsa dengan jumlah bervariasi dari 0 sampai 22 individu mangsa Sedangkanrataanjumlahindividumangsa tiap kadal adalah 3-4 pada dewasa jantan, 7 - 8 pada betina dewasa dan 7 pada kadal anakan. Dari mangsa yang masih utuh berukuran paling kecil 2 mm berupa Arachnida dan yang paling besar berupa ulat Lepidoptera (larva) dengan panjang 25 mm. Dari specimen kadal yang diperiksa ditemukan sebanyak 16 macam jenis pakan pada jantan dewasa dan sebanyak 23 macam jenis pakan ditemukan pada kadal betina dewasa, sedangkan pada kelompok anakan ditemukan sebanyak 19 macam jenis pakan. Jenis mangsa kadal dewasa antara jantan dan betina serta anakannya secara rinci disajikan pada Tabel 1. Dari Tabel 1 tersebut dapat dilihat bahwa macam pakan kadal ekor panjang sebagian besar berupa Arthropoda terutama kelompok serangga yang termasuk dalam ordo Coleoptera, Diptera, Hemiptera, Homoptera , Hymenoptera, Lepidoptera Odonata, Orthoptera, dan Thysanoptera. Arthropoda lain seperti Arachnida dan Decapoda juga menjadi bagian dari mangsa kadal. Kelompok moluska merupakan bagian dari macam pakan kadal ini, dengan prosentasenya sangat kecil. Dari kelompok serangga sebagian besar mangsanya dapat diidentifikasi sampai dengan suku, tetapi mangsa yang sudah hancur hanya dapat diidentifikasi sampai pada tingkatan ordo saja. Serangga penting baik jumlah maupun prevalensinya oleh kadal dari semua tingkat umur (> 15 %) dalam penelitian ini adalah kelompok Diptera (nyamuk), Homoptera (Delphacidae), Hymenoptera (Formicidae), Lepidoptera (larva) dan Orthoptera (Acridiidae). Selain ituArach- nida juga merupakan bagian mangsa yang penting. Sedangkan macam mangsa yang
  • 11. 125 Dimorfisme Seksual, Reproduksi dan Mangsa Kadal lain hanya diperoleh secara serentak/ bersama-sama saja. Gambaran antara 6 macam mangsa penting yang dipilih oleh tingkatan jenis kelamin dan umur kadal, dapatdilihatpadaGambar1.DariGambar 1 terlihat bahwa induk betina dan anakan lebih memilih mangsa laba-laba (Arach- nida) sebanyak lebih dari 65%, sedangkan Acrididae ( > 40%) dan Delphacidae (> 35%) lebih disukai oleh kadal dewasa, baikjantanmaupunbetinadanlebihsedikit disukai oleh kadal yang belum dewasa. Nyamuk (Diptera) lebih dipilih oleh kadal yang belum dewasa dibandingkan dengan yang dewasa meskipun hanya 30 % dan semut suku Formicidae (> 30 %) lebih dipilih oleh kadal jantan dewasa maupun anakan/yang belum dewasa dan kurang dipilih oleh kadal dewasa betina, sebaliknya ulat dari suku Lepidoptera (>40%) lebih banyak dipilih oleh kadal betina daripada jantan dewasa dan anakan. Kesamaan mangsa diantara tingkatan umur dan jenis kelamin cukup tinggi.Halinitercermindarinilaitumpang tindih pakan (O) yang cukup tinggi antara jantan dengan betina dewasa (O) = 0,88) dan antara anakan dengan betina dewasa sangat tinggi (O = 0,93), sedangkan jantan dewasa dengan anakan kompetisinya lebih rendah (O = 0,5). Hasil analisa isi lambung juga menunjukkan adanya infeksi parasit (nematode) pada kadal dewasa dengan persentase antara 5 - 6%, sedangkan pada kadal anakan tidak ditemukan adanya infeksi nematode. Jumlah cacing yang ditemukan dalam lambung kadal dewasa berkisar antara 1 sampai 2 individu. Reproduksi Dari sebanyak 71 spesimen kadal yang diamati, baik secara morfologi maupun reproduksi kadal jantan dengan panjang badan 44,6 - 58,1 mm dan 49,6 - 62,3 mm pada pada kadal betina sudah menunjukkandewasakelamin.Tetapidari koleksi MZB yang lain, kadal betina dari jenis yang sama, dengan panjang badan 48,8 mm sudah menunjukkan dewasa kelamin dengan ditemukan adanya folikel kuning dengan diameter 4 mm. Spesimen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan koleksi bulan November - Desember dan sebanyak lebih dari 80 % kadal betina sedang dalam masa reproduksi aktif. Hal ini terlihat dari 27 induk betina dewasa, 0 20 40 60 80 Jantan betina Anakan Gambar 1. Prevalensi kadal dalam memilih macam mangsa
  • 12. 126 Mumpuni Macam mangsa ( Bangsa /suku) ∑individu mangsa Lambung isi mangsa ∑individu mangsa Lambung isi mangsa ∑individu mangsa Lambung isi mangsa ARTHROPODA Arachnida 12(11,21) 6 (22,22) 52(24,41) 18(66,66) 25(20,88) 12(70,55) Decapoda 7 (6,54) 5(18,52) 9(4,22) 1(3,70) 7(5,83) 5(29,41) INSECTA 86(80,37) 152(70,69) 87(72,5) Coleoptera - - 3 (1,45) 2 (7,4) 4 (3,33) 3 (17,64) Staphilinidae - - - - 1 (0.83) 1 (5,88) Coleoptera (larva) - - 1 (0,47) 1 (3,70) - - unidentified - - 2(0,98) 1(3,70) 3 (2,5) 2 (11,76) Diptera 15(14,01) 7 (25,92) 33(15,53) 15(65,94) 31(25,82) 12 (70,58) Calliphoridae - - 1 (0,47) 1 (3,70) - - Syrphidae - - - - 1 (0,83) 1 (5,88) Culicidae - - 2 (0,98) 1 (3,70) - - Tipulidae 2 (1,87) 1 (3,7) 4 (1,88) 3 (11,11) - - Diptera (nyamuk) 10 (9,34) 4(14,81) 19 (8,92) 6 (22,22) 23(19,16) 5 (29,41) Diptera (lalat) 3 (2,80) 2 (7,41) 7 (3,28) 4 (14,81) 6 (5) 5 (29,41) unidentified - - - - 1 (0,83) 1 (5,88) Hemiptera 1 (0,93) 1 (3,7) - - - - Homoptera 24(23,36) 11(40,74) 53(48,35) 16(59,25) 22(18,33) 6(35.29) Aphididae - - 3 (1,41) 1 (3,70) - - Delphacidae 23(21,49) 10(37,04) 47(22,06) 12(44,44) 21 (17,5) 5 (29,41) Psyllidae - - - - 1 (0,83) 1 (5,88) unidentified 2 (1,87) 1 (3,7) 3 (1,41) 3 (11,11) - - Hymenoptera 16(14,94) 10(37,03) 9(4,23) 7(22,21) 15(12,49) 9(52,93) Braconidae - - 1 (0,47) 1 (3,70) 1 (0,83) 1 (5,88) Formicidae 15(14,01) 9 (33,33) 6 (2,82) 4 (14,81) 12 (10) 6 (35,29) Hymenoptera - - 1 (0,47) 1 (3,70) 1 (0,83) 1 (5,88) unidentified 1 (0,93) 1 (3,7) 1 (0,47) 1 (3,70) 1 (0,83) 1 (5,88) Lepidoptera (larva) 8 (7,47) 7 (25,92) 15 (7,04) 12(44,44) 4(3,33) 3(17,65) Odonata 1 (0,93) 1 (3,70) 4(1,88) 4(14,81) 4(3,32) 3(17,64) Odonata (capung) - - 1 (0,47) 1 (3,70) 2 (1,66) 1 (5,88) Odonata(nympha) 1 (0,93) 1 (3,70) 3 (1,41) 3(11,11) 2 (1,66) 2 (11,76) Orthoptera 21(19,61) 18(66,66) 34(16) 21(85,17) 8(6,66) 6(35,29) Acridiidae 15(14,01) 12(44,44) 26(12,21) 16(59,25) 6 (5) 4 (23,53) Grillidae 3 ( 2,80) 3 (11,11) 6 (2,81) 3 (11,11) 2 (1,66) 2 (11,76) unidentified 3 ( 2,80) 3 (11,11) 2 (0,98) 2 (7,41) - - Thysanoptera - - 1 (0,47) 1 (3,70) - - Thripidae - - 1 (0,47) 1 (3,70) - - MOLUSCA Gastropoda 1 (0,93) 1 (3,7) - - - - Jumlah 107 213 120 Kadal jantan dewasa (n = 27 ) Kadal betina dewasa ( n = 27 ) Kadal anakan/remaja ( N =17 ) Tabel 1. Jenis mangsa kadal T. sexlineatus di Bogor pada periode November - Desember 1992. (%)
  • 13. 127 Dimorfisme Seksual, Reproduksi dan Mangsa Kadal sebanyak 9 ekor mengandung telur di dalam oviduknya, 4 ekor menunjukkan baru saja mengeluarkan telur dan 16 ekor menunjukkan adanya folikel yang membesar dan berwarna krem (awetan basah). Dari 4 ekor induk yang baru mengeluarkan telur tersebut 2 ekor induk dengan folikel yang berkembang, dan diantara induk yang mengandung telur 5 ekordiantaranyajugamengandungfolikel yang berkembang. Hanya 3 ekor induk yang tidak mengandung folikel yang berkembang maupun telur di dalam oviduknya. Jumlah folikel dalam ovarium kadal yang diamati ini bervariasi dari 3 sampai 8 butir folikel dengan rataan 6 butir. Folikel yang berkembang dan berwarna kuning pada induk kadal yang diamati berjumlah antara 1- 3 butir dengan diam- eter mulai dari 1,6 - 6,2 mm. Folikel yang belum berkembang biasanya bening tidak berwarna. Dari penelitian ini tampak bahwa kadal ini dalam setahun mampu bertelur lebih dari satu kali, hal ini ditunjukkan dengan adanya follikel dengan ukuran yang berbeda pada beberapa induk betina yang diamati, meskipun dalam oviduknya sudah mengandung telur yang siap dikeluarkan atau adanya tanda pada oviduknya yang tebal. Sedangkan dari 9 induk yang mengandung telur di dalam oviduknya semuanya berjumlah 2 butir, masing-masing dari kedua sisi oviduknya kecuali 1 ekor induk hanya dari oviduk sebelah kiri saja. Aktivitas reproduksi pada kadal ini pada umumnya terjadi pada kedua sisi kiri dan kanan, tetapi peneluran tidak selalu berasal dari kedua sisi alat reproduksinya, seperti ditemukan 1 induk yang mengandung 2 butir telur pada oviduk sebelah kiri saja dan 2 induk yang lain ditemukan folikel berkembang di ovariumsebelahkiri,meskipunditemukan pula satu ekor induk dengan folikel berkembang pada ovarium sebelah kanan. Telur kadal ekor panjang ini berbentuk bulat panjang dengan panjang rataan 10,3 mm (kisaran 7,8 - 11,5 mm) dan lebar rataan 4, 55 mm (kisaran 4,55 - 5,9 mm). Hasil pengamatan terhadap lama masa inkubasi menunjukkan waktu inkubasi telur kadal ini adalah 45 hari dan selama inkubasi volume telur juga bertambah, yaitu dari volume rataan 10,4 x 5,35 mm sampai 13,75 x 9,45 mm pada 1 minggu menjelang menetas. Pengamatan pada spesimen kadal jantan dewasa, sebanyak 26 ekor menunjukkan sedang aktif reproduksi ditunjukkandengankondisitestisnyayang secara umum berisi dengan diameter rataan panjang 3,89 mm (2,9 - 4,8 mm) dan lebar rataan 1,91 mm (1,4 - 2,7 mm). PEMBAHASAN Dimorfisme sex biasa terjadi pada bangsa reptil, hal ini terjadi pula pada kadal ekor panjang Takydromus sexlineatus, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Perbedaan morfologi secara kuantitatif terutama pada panjang total, panjang dan lebar kepala serta panjang ekor. Bagian kepala - badan yang lebih panjang pada kadal betina dibandingkan dengan jantan meskipun tidak berbeda nyata . Hal ini juga dinyatakan olehArnold & Burton (1985) bahwa kadal suku Lacertidae secara umum pada jantan memiliki kepala lebih
  • 14. 128 Mumpuni besar dan dengan badan lebih pendek bila dibandingkan dengan yang betina. Selain itu kadal jantan menunjukkan penampilan berat badan maupun panjang total yang lebih besar ukurannya terutama panjang ekornya, jika dibandingkan dengan betinanya tetapi memiliki panjang badan yang lebih pendek (antara ketiak kaki depan dan belakang). Hal ini dapat diterima karena badan yang lebih panjang pada induk betina berfungsi untuk menyediakan ruang terutama pada proses perkembangan telur-telurnya di dalam tubuh induk. Pada jenis kadal dewasa Eumeces fasciatus dan E. inexpectatus di Amerika bagian Tenggara, keduanya juga memiliki kepala lebihbesarpadayangjantandibandingkan betina, tetapi E. inexpectatus jantan memiliki ukuran badan lebih besar dibandingkan betinanya dan terjadi sebaliknya dengan jenis Eumeces fasciatus (Vitt & Cooper 1986). Antara kadal dewasa dan anakan yang belum dewasa tidak dilakukan uji perbedaan seperti yang dilakukan antara parameter badan kadal dewasa jantan dan betina, tetapi pada kadal Podarcis yang termasuk dalam suku yang sama menunjukkan bahwa dimorfisme sex terjadi hanya pada kadal yang sudah dewasa dan tidak pada kadal yang belum dewasa (Kaliontzopou- lou et al. 2010). Meskipun demikian dimorfisme sex tidak terjadi pada semua jenis kadal suku Lacertidae, seperti pengamatan pada kadal Takydromus sylvaticus bahwa antara jantan dan betina dewasa memiliki pola warna dan kisaran ukuran badan yang sama (Tang et al. 2007). Pangkal ekor pada kadal T. sexlineatus antara jantan dan betina tidak dilakukananalisis,tetapidaripenampakan diameternya sangat nyata berbeda, yaitu lebih besar pada yang jantan dan hal ini umum terjadi pada bangsa reptil. Reptil jantan memiliki alat reproduksi berupa sepasang hemipenis yang terdapat di dalam pangkal ekor. Kadal ekor panjang merupakan predator yang oportunis terlihat dari berbagai jenis mangsa yang ditemukan dalam lambungnya, terutama serangga lebih dari 70 % dengan sebagian besar berupa Homoptera dan Diptera (Tabel 1). Kadal marga yang sama di Jepang seperti Takydromus tachydromoides, mangsa utamanya juga serangga tetapi sebagian besar berupa Lepidoptera dan Homoptera (Jackson & Telford 1975). Bahkan pada jenis Lacertidae yang berukuran besar seperti Lacerta lipina di Spanyol sebagian mangsanya adalah Coleoptera tetapi memangsa vertebrata seperti tikus dan mencit, kadal, ular dan burung dalam jumlah kecil (Castilla et al.1991). Selain berbagai serangga dan invertebrata lain, beberapa jenis kadal suku ini juga makan daun dan bunga (Arnold & Burton1985). Kompetisi dalam mendapatkan pakan cukup tinggi antara kadal dewasa betina dan jantan serta betina dewasa dengan anakan. Tingginya kompetisi ini dapat disebabkan oleh kesamaan dalam penggunaan microhabitat, kesamaan waktu mencari mangsa atau kemung- kinan kesamaan alat sensor untuk mengi- dentifikasi mangsa (Vitt & Cooper 1986). Panjang badan kadal dewasa T. sexlineatus pada penelitian ini dengan rataan 54,561 mm dengan kisaran 44,6 - 58,1 mm pada kadal jantan dan 55,063 mm dengan kisaran 49,6 - 62,3 mm pada
  • 15. 129 Dimorfisme Seksual, Reproduksi dan Mangsa Kadal pada kadal betina. Sedangkan panjang ekor rataan 250,55 mm dengan kisaran 177 - 298 mm pada yang jantan dan 207,57 mm dengan kisaran 141 - 281 mm pada betina, lebih kecil dari yang dinyatakan Manthey dan Grossmann (1997), bahwa kadal T.sexlineatus dewasa memiliki ukuran rataan 61 mm dengan ekor rataan 300 mm. Disini tampak juga bahwa kadal jantan mencapai dewasa dengan ukuran badan lebih kecil dibandingkan kadal betinanya, hal ini juga terjadi pada kadal T. tachydromoides di Jepang, kadal jantan mencapai dewasa pada ukuran panjang badan dan kepala 38 mm dan 41 -50 mm pada betinanya meskipun kedua jenis kelamin mencapai dewasa pada umur yang sama mendekati 8 - 9 bulan setelah menetas (Jackson & Telford 1975; Telford 1969). Ditemukannyaindukkadalyangbaru saja bertelur maupun adanya telur di dalam oviduk sekaligus ditemukan adanya folikel dengan ukuran yang berbeda menunjukkan bahwa kadal ini bertelur 1 - 3 kali dalam setahun. Seperti pada kadal marga yang sama di Jepang multiparus 2 - 3 kali dalam setahun (Telford 1969). Sedangkan jika dilihat masa reproduksi dalam setahun tampaknya induk kadal ini bertelur sepanjang tahun, karena selain pada bulan November - Desember merupakan puncak aktif reproduksi, dari specimen kadal betina yang dikoleksi dari Sumatera (MZB. Lace. 7293) pada bulan Mei, menunjukkan adanya telur di dalam oviduknyadanspesimendariTN.Gunung Halimun (MZB.Lace. 2594) yang dikoleksi pada bulan Januari ditemukan sepasang folikel yang berkembang dengan diameter 5 mm di dalam ovariumnya. Sedangkan 2 ekor specimen (Lace. 3653-54 ) dari Cibinong Life Sci- ence yang dikoleksi pada bulan Septem- ber juga ditemukan folikel yang berkembang masing-masing 1 dan 2 butir folikel pada ovariumnya. Dari pengamatan ini tampak bahwa kadal ini bertelur sepanjang tahun, meskipun tampak adanya masa puncak reproduksi. Adanya variasi pada jumlah dan ukuran telur pada kadal ini tampaknya karena bervariasinya umur induk maupun ukurannya. Seperti terjadi pada kadal Takydromus yang lain, pada tingkatan umur 1 - 4 tahun menunjukkan bahwa jumlah telur dan berat telur tiap kali peneluran akan bertambah sesuai dengan bertambahnya umur induk dan bukan dipengaruhi oleh ukuran induk (Telford, 1969). Aktivitas reproduksi pada kadal betina umumnya terjadi pada kedua sisi organ reproduksi tetapi sebagian kecil juga ditemukan aktif hanya pada salah satu sisi seperti dinyatakan Telford, 1969 bahwa folikel yang dihasilkan antara ovarium kiri dan kanan tidak ada perbedaan nyata meskipun sebelah kanan tampaknya lebih aktif. KESIMPULAN Dari penelitian ini dapat disimpulkan kadal Takydromus sexlineatus jantan memiliki panjang dan lebar kepala lebih besar bila dibandingkan betinanya. Demikianjugaekorpadakadaljantanlebih panjang dibandingkan dengan betina. Kadal ini bertelur sepanjang tahun tetapi ada masanya terjadi puncak reproduksi
  • 16. 130 Mumpuni antara lain bulan November - Desember. Jumlah setiap kali bertelur 1 - 3 butir dan dalam setahun mampu bertelur 1 - 3 kali. Mangsa kadal ini terutama serangga terutama kelompok Diptera dan Homoptera UCAPAN TERIMA KASIH Penulis menyampaikan terima kasih kepada L.E. Pudjiastuti (Museum Zoologicum Bogoriense-LIPI) yang telah membantu dalam identifikasi serangga mangsa kadal yang diamati. DAFTAR PUSTAKA Arnold, EN. & JA. Burton. 1985.AField guide to the Reptiles and Amphib- ians of Britain and Europe.Collins Grafton Street, London. Das, I. 2004. A Pocket Guide Lizards of Borneo. Natural History Publica- tions (Borneo), Sabah. De Roiij, N. 1915. The Reptiles of the Indo-Australian Archipelago I. Lacertilia, Chelonia Emydosau- ria with 132 illustrations. E.J. Brill Ltd. London. Castilla, AM., D. Bauwens, & GA. Llorente.1991. Diet Composition of the Lizard Lacerta lepida in Cen- tral Spain. J. Herpetology 25:1 : 30 -36 Frank, N. & E. Ramus. 1995. A com- plete Guide to Scientific and Com- mon Names of Reptiles and Am- phibians of the World.NG Publish- ing Inc RD#3 Box 3709-C Pottsvile.377 Jackson, DR. & SR. Telford, Jr. 1975. Food Habits and Predatory Role of the Japanese Lacertid Takydromus tachydromoides. Copeia 2: 343 - 351 Kaliontzopoulou, A., MA. Carretero & GA. Llorente. 2010. Sexual dimorfisme in traits related to loco- motion : ontogenetic patterns of variation in Podarcis wall lizards. Biol. J. Lin. Soc 99 : 530-543 Krebs, CJ. 1989. Ecological Methodol- ogy. Harper & Harper & Row Pub- lishers, New York. Manthey, U & W. Grossmann. 1997. Amphibien and Reptilien Südostasiens. Nature und Tier-Verlag, Münster, Berlin, Mumpuni.1995. MorphologicalVariation on Lizard Head Shields, Takydromus sexlineatus Daudin. Zoo Indonesia 25: 10 - 11 Smith, MA. 1935. The Fauna of British India, including Ceylon and Burma. Reptilia and Amphibia Vol. II- SAURIA. Taylor and Francis, Red Lion Court, Fleet Street London. Tang, XS., SQ. Lul & WH. Chou. 2007. Description of Male Takydromus sylvaticus (Squamata: Lacertidae) from China, with Notes on Sexual Dimorphism and a Revision of the Morphological Diagnosis of the Species. Zool. Sci. 24: 496-503 Telford, Jr., SR. 1969.The Ovarian Cycle, Reproductive Potensial, and Struc- ture in a Population of the Japanese Lacertid Takydromus tachydro- moides. Copeia 3: 548 - 567 Vitt, L.J & WE. Cooper, Jr . 1986. Skink Reproduction and Sexual Dimor- phism : Eumeces fasciatus in the
  • 17. 131 Dimorfisme Seksual, Reproduksi dan Mangsa Kadal Southeastern United States, with Notes on Eumeces inexpectatus. J.Herpetology 20 (1) : 65 - 76 Vitt, LJ. &WE. Cooper,Jr. 1986. Forag- ing and Diet of a Diurnal Predator (Eumeces laticeps) Feeding on Hid- den Prey. J. Herpetology 20(3) : 408 - 415 Memasukkan Januari 2011 Diterima: Maret 2011
  • 18. J. Biol. Indon. Vol 7, No.1 (2011) PANDUAN PENULIS Naskah dapat ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Naskah disusun dengan urutan: JUDUL (bahasa Indonesia dan Inggris), NAMA PENULIS (yang disertai dengan alamat Lembaga/ Instansi), ABSTRAK (bahasa Inggris, maksimal 250 kata), KATA KUNCI (maksimal 6 kata), PENDAHULUAN, BAHAN DAN CARA KERJA, HASIL, PEMBAHASAN, UCAPAN TERIMA KASIH (jika diperlukan) dan DAFTAR PUSTAKA. Naskah diketik dengan spasi ganda pada kertas HVSA4 maksimum 15 halaman termasuk gambar, foto, dan tabel disertai CD. Batas dari tepi kiri 3 cm, kanan, atas, dan bawah masing- masing 2,5 cm dengan program pengolah kata Microsoft Word dan tipe huruf Times New Roman berukuran 12 point. Setiap halaman diberi nomor halaman secara berurutan. Gambar dalam bentuk grafik/diagram harus asli (bukan fotokopi) dan foto (dicetak di kertas licin atau di scan). Gambar dan Tabel di tulis dan ditempatkan di halam terpisah di akhir naskah. Penulisan simbol α, β, χ, dan lain-lain dimasukkan melalui fasilitas insert, tanpa mengubah jenis huruf. Kata dalam bahasaasingdicetakmiring.NaskahdikirimkankealamatRedaksisebanyak3eksemplar(2eksemplar tanpa nama dan lembaga penulis). Penggunaan nama suatu tumbuhan atau hewan dalam bahasa Indonesia/Daerah harus diikuti nama ilmiahnya (cetak miring) beserta Authornya pada pengungkapan pertama kali. Daftar pustaka ditulis secara abjad menggunakan sistem nama-tahun. Contoh penulisan pustaka acuan sebagai berikut : Jurnal : Hara, T., JR. Zhang, & S. Ueda. 1983. Identification of plasmids linked with polyglutamate production in B. subtilis. J. Gen. Apll. Microbiol. 29: 345-354. Buku : Chaplin, MF. & C. Bucke. 1990. Enzyme Technology. Cambridge University Press. Cambridge. Bab dalam Buku : Gerhart, P. & SW. Drew. 1994. Liquid culture. Dalam : Gerhart, P., R.G.E. Murray, W.A. Wood, & N.R. Krieg (eds.). Methods for General and Molecular Bacteriology. ASM., Washington. 248-277. Abstrak : Suryajaya, D. 1982. Perkembangan tanaman polong-polongan utama di Indonesia. Abstrak Pertemuan Ilmiah Mikrobiologi. Jakarta . 15 –18 Oktober 1982. 42. Prosiding : Mubarik, NR., A. Suwanto, & MT. Suhartono. 2000. Isolasi dan karakterisasi protease ekstrasellular dari bakteri isolat termofilik ekstrim. Prosiding Seminar nasional Industri Enzim dan Bioteknologi II. Jakarta, 15-16 Februari 2000. 151-158. Skripsi, Tesis, Disertasi : Kemala, S. 1987. Pola Pertanian, Industri Perdagangan Kelapa dan Kelapa Sawit di Indonesia.[Disertasi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor. Informasi dari Internet : Schulze, H. 1999. Detection and Identification of Lories and Pottos in The Wild; Information for surveys/Estimated of population density. http//www.species.net/primates/loris/ lorCp.1.html.
  • 19. J. Biol. Indon. Vol 7, No. 1 (2011) Eritrosit dan Hemoglobin pada Kelelawar Gua di Kawasan Karst Gombong, Kebumen,Jawa Tengah Fahma Wijayanti, Dedy Duryadi Solihin, Hadi Sukadi Alikodra, & Ibnu Maryanto 89 Kajian Hubungan Antara Fitoplankton dengan Kecepatan Arus Air Akibat Operasi Waduk Jatiluhur Eko Harsono 99 Dimorfisme Seksual, Reproduksi dan Mangsa Kadal Ekor Panjang Takydromus sexlineatus Daudin, 1802 (Lacertilia :Lacertidae) Mumpuni 121 Serapan Karbondioksida (CO2) Jenis-Jenis Pohon di Taman Buah "Mekar Sari" Bogor, Kaitannya dengan Potensi Mitigasi Gas Rumah Kaca N. Hidayati, M. Reza, T. Juhaeti & M. Mansur 133 Analisis Fekunditas dan Diameter Telur Kerang Darah (Anadara antiquata) di Perairan Pulau Auki, Kepulauan Padaido, Biak, Papua Andriani Widyastuti 147 Giving Formulated Pellet on Javan Porcupine (Hystrix javanica F. Cuvier, 1823): Effects on Feed Intake, Feed Conversion, and Digestibility in Pre-Domestication Condition Wartika Rosa Farida & Roni Ridwan 157 Profil Mamalia Kecil Gunung Slamet Jawa Tengah Maharadatunkamsi 171 TULISAN PENDEK Kondisi Parameter Biologi Plankton dan Ikan di Perairan Danau Sentani Auldry F. Walukow 187