SlideShare a Scribd company logo
1 of 182
Download to read offline
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
2013
KURIKULUM DAN MODUL
PELATIHAN SANITASI TOTAL
BERBASIS MASYARAKAT (STBM)
BAGI DOSEN JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK KESEHATAN DI INDONESIA
Katalog Dalam Terbitan, Kementerian Kesehatan RI
Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Kurikulum dan Modul Pelatihan STBM bagi
Dosen Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik
Kesehatan di Indonesia - Jakarta :
Kementerian Kesehatan RI 2013
ISBN 978-602-235-467-3
1. Judul 	 I. SANITATION - EDUCATION
		 II. COMMUNITY HEALTH SERVICES
363.72
Ind
k
Pemerintah Indonesia melakukan upaya percepatan peningkatan akses
terhadap sanitasi yang layak. Tahun 2005, pendekatan Community-Led Total
Sanitation (CLTS) diujicobakan di 6 kabupaten dan selanjutnya direplikasi
pada tahun 2006 dan 2007. Hasilnya, pada tahun 2007 ada 680 desa
yang telah mendeklarasikan kondisi terbebas dari praktek buang air besar
sembarangan (BABS) atau biasa disebut Open Defecation Free (ODF). Ini
memperlihatkan bahwa pendekatan subsidi dan penyediaan sarana fisik
(hardware), yang sebelumnya dilakukan pemerintah, ternyata tidak mampu
menjamin perubahan perilaku masyarakat maupun meningkatkan akses
sanitasi.
Tahun 2009, pemerintah menekankan perhatian kepada aspek sanitasi
dan higiene dengan memasukkan pada Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN 2010 – 2014) prioritas 3 bidang kesehatan
memprioritaskan upaya preventif dan promotif terpadu melalui peningkatan
akses air minum 67% dan sanitasi 75% pada tahun 2014. Hal ini sejalan
dengan komitmen pemerintah dalam pencapaian target MDGs 2015.
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) merupakan pendekatan yang
cukup efektif untuk mempercepat akses terhadap sanitasi yang layak melalui
perubahan perilaku secara kolektif dan pemberdayaan masyarakat. Saat
ini, STBM telah banyak diadopsi oleh berbagai lembaga pemerintah dan
non pemerintah di Indonesia seperti Bappenas, Kementerian Kesehatan,
Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Dalam Negeri, WES-UNICEF,
WSP-World Bank, IUWASH, High Five, Plan Indonesia, WVI, Simavi, USDP,
YPCII, CD Bethesda, Yayasan Dian Desa dan lain-lain.
STBM yang mengutamakan pendekatan perubahan perilaku
membutuhkan sumber daya manusia yang terampil dan tersebar di seluruh
wilayah Indonesia. Hasil studi kerjasama antara Bappenas dan Bank Dunia
(2012) menunjukan bahwa dalam jangka pendek, dibutuhkan 12.000
Kata PengaNtar
Direktur Jenderal PP&PL Kemenkes
i
tenaga sanitasi profesional, termasuk diantaranya tenaga terdidik yang baru
lulus dari universitas (new intake) dan dalam jangka menengah diperlukan
tambahan 18.000 tenaga sanitasi profesional.
Sehubungan dengan hal tersebut, Kementerian Kesehatan berupaya
untuk mengintegrasikan program STBM ke dalam sistem pendidikan
kesehatan, khususnya pada jurusan Kesehatan Lingkungan, Politeknik
Kesehatan. Diharapkan para lulusan nantinya akan memiliki keterampilan di
bidang pemberdayaan masyarakat dengan pendekatan perubahan perilaku
dan mampu berkontribusi dalam percepatan pencapaian target MDG 7C
dan pembangunan kesehatan nasional khususnya untuk memberdayakan
masyarakat untuk hidup sehat mandiri dan berkeadilan.
Terima kasih kami sampaikan kepada WSP-World Bank, WES-UNICEF,
SHAW-SIMAVI, USDP, Plan Indonesia, IUWASH, High Five, WVI, dan semua
pihak yang telah mendukung tersusunnya modul STBM bagi dosen jurusan
Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan di Indonesia
Semoga modul ini bermanfaat.
Jakarta, 21 November 2013
Direktur Jenderal PP dan PL
Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama
ii
Kata Pengantar Direktur Jenderal PP & PL Kemenkes	 		i
Daftar Isi					 		iii
BAGIAN 1.
KURIKULUM PELATIHAN STBM BAGI DOSEN JURUSAN
KESEHATAN LINGKUNGAN POLTEKES DI INDONESIA	 	
BAB I. PENDAHULUAN						1
A. Latar Belakang						1
B. Filosofi Pelatihan				 		2
BAB II. PERAN, FUNGSI, DAN KOMPETENSI				4
A. Peran							4
B. Fungsi							4
C. Kompetensi		 				4
BAB III. TUJUAN PELATIHAN					5
A. Tujuan Umum						5
B. Tujuan Khusus						5
BAB IV. STRUKTUR PROGRAM					6
BAB V. GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN		 7
BAB VI. DIAGRAM ALIR PROSES PEMBELAJARAN			18
BAB VII. PESERTA, PELATIH DAN PENGENDALI PELATIHAN 		 22
	A. Peserta						22
	 B. Pelatih/ Fasilitator/ Instruktur				22
	C. Pengendali Pelatihan (Master of Training)			22
BAB VIII. PENYELENGGARA DAN TEMPAT PENYELENGGARAAN		 23
	A. Penyelenggara						23
	B. Tempat Penyelenggaraan				23
BAB IX. EVALUASI							24
BAB X. SERTIFIKAT						26
Daftar Isi
iii
BAGIAN 2.
MODUL PELATIHAN STBM BAGI DOSEN
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLTEKES DI INDONESIA	
Modul MD.1. Kebijakan dan Strategi Nasional STBM			1
Modul MI.1. Konsep Dasar Pendekatan STBM			 14
Modul MI.2. Pelaksanaan STBM					41
Modul MI.3. Pemicuan di Komunitas				 83
Modul MP.1. Membangun Komitmen Belajar (BLC)			 106
Modul MP.2. Rencana Tindak Lanjut (RTL)				 120
iv
KURIKULUM PELATIHAN
SANITASI TOTAL BERBASIS
MASYARAKAT (STBM) BAGI
DOSEN JURUSAN KESEHATAN
LINGKUNGAN POLITEKNIK
KESEHATAN DI INDONESIA
Bagian 1
KURIKULUM
Pelatihan
STBM
bagi
Dosen
Jurusan
Kesling
Poltekes
di
Indonesia
2
1
A. Latar Belakang
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang selanjutnya disebut STBM
merupakan pendekatan dan paradigma baru pembangunan sanitasi di
Indonesia yang mengedepankan pemberdayaan masyarakat dan perubahan
perilaku. STBM ditetapkan sebagai kebijakan nasional berdasarkan Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 852/MENKES/SK/IX/2008 untuk
mempercepat pencapaian pembangunan milenium (MDGs) tujuan 7C, yaitu
mengurangi hingga setengah penduduk yang tidak memiliki akses terhadap air
bersih dan sanitasi pada tahun 2015. Diharapkan pada tahun 2025, Indonesia
bisamencapaisanitasitotaluntukseluruhmasyarakat,sebagaimanatercantum
dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Indonesia.
Pendekatan STBM diadopsi dari hasil uji coba Community Led Total
Sanitation (CLTS) yang telah sukses dilakukan di beberapa lokasi proyek air
minum dan sanitasi di Indonesia, khususnya dalam mendorong kesadaran
masyarakat untuk mengubah perilaku buang air besar sembarangan (BABS)
menjadi buang air besar di jamban yang higiene dan layak. Perubahan
perilaku BAB merupakan pintu masuk perubahan perilaku santasi secara
menyeluruh. Atas dasar pengalaman keberhasilan CLTS, pemerintah Indonesia
menyempurnakan pendekatan CLTS dengan aspek sanitasi lain yang saling
berkaitan yang ditetapkan sebagai 5 pilar STBM, yaitu (1) Stop Buang Air Besar
Sembarangan (SBS), (2) Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS), (3) Pengelolaan Air
Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAMM-RT), (4) Pengelolaan Sampah
Rumah Tangga (PS-RT), dan Pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga (PLC-
RT). Pendekatan STBM terdiri dari tiga komponen yang harus dilaksanakan
secara seimbang dan komprehensif, yaitu: 1) peningkatan kebutuhan sanitasi,
2) peningkatan penyediaan sanitasi, dan 3) peningkatan lingkungan yang
kondusif.
Dalampelaksanaannya,STBMmembutuhkansumberdayamanusiaterampil
yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Hasil studi kerjasama antara
Bappenas dan Bank Dunia (2012) menunjukkan bahwa dalam jangka pendek,
BAB I. PENDAHULUAN
dibutuhkan 12.000 tenaga sanitasi profesional, termasuk diantaranya
tenaga terdidik yang baru lulus dari institusi pendidikan dan dalam jangka
menengah diperlukan tambahan 18.000 tenaga sanitasi profesional1
.
Sehubungan dengan hal tersebut, Kementerian Kesehatan berupaya untuk
meningkatkan kompetensi tenaga dosen Politeknik Kesehatan (Poltekes)
jurusan kesehatan lingkungan (Kesling) melalui pelatihan-pelatihan yang
terakreditasi.
Melalui jalur pendidikan, Kemenkes mengintegrasikan pendekatan
STBM ke dalam institusi pendidikan kesehatan, khususnya di jurusan
Kesehatan Kesling, Poltekes. Sehingga diharapkan para lulusan nantinya
akan memiliki keterampilan di bidang pemberdayaan masyarakat dengan
pendekatan perubahan perilaku dalam program-program pemerintah
yang menggunakan pendekatan STBM. Untuk melaksanakan upaya
penguatan kapasitas pelaksana program STBM melalui jalur pendidikan
formal di bidang kesehatan, maka perlu dilakukan pelatihan Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat (STBM) bagi dosen-dosen jurusan Kesling di Poltekes.
Diharapkan dosen yang telah dilatih nantinya dapat mengintegrasikan
pendekatan STBM ke dalam mata kuliah yang telah disepakati, diantaranya
mata kuliah Promosi Kesehatan, Pemberdayaan Masyarakat dan Dasar-
Dasar Pemecahan Masalah Kesehatan Lingkungan.
Untuk menyelenggarakan pelatihan tersebut, maka perlu disusun
Kurikulum dan Modul Pelatihan STBM bagi dosen Jurusan Kesehatan
Lingkungan Poltekes. Kurikulum dan modul tersebut selanjutnya dapat
dipergunakan sebagai acuan dalam melakukan pelatihan STBM bagi dosen
Jurusan Kesling Poltekes di seluruh Indonesia.
B. Filosofi Pelatihan
Pelatihan STBM bagi dosen jurusan kesehatan lingkungan di Poltekes ini
diselenggarakan dengan menggunakan filosofi pelatihan sebagai berikut :
1.	 Berorientasi kepada profesionalisme, yaitu :
a.	 Sesuai dengan kemampuan dan keahliannya di bidang kesehatan
lingkungan.
1 PT. Qipra Galang Kualita, Sanitation Personnel: Capacity Development Strategy, Final
Report of the Sanitation Training and Capacity Study, Jakarta: 2012.
2
b.	 Sesuai kewenangan dan tugas pokok dan fungsi (TUPOKSI) serta
tanggung jawab atas pekerjaannya.
2.	 Prinsip pembelajaran orang dewasa (andragogi), dimana selama
pelatihan peserta berhak untuk :
a.	 Didengarkan dan dihargai pengalamannya dalam hal pengajaran,
pemberdayaan masyarakat, perubahan perilaku, dan STBM.
b.	 Dipertimbangkan setiap ide dan pendapatnya, sejauh berada di
dalam konteks pelatihan.
c.	 Diberikan kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam setiap
proses pembelajaran.
d.	 Tidak dipermalukan, dilecehkan ataupun diabaikan.
3.	 Berorientasi kepada peserta, dimana peserta berhak untuk:
a.	 Mendapatkan 1 paket bahan belajar tentang STBM.
b.	 Mendapatkan pelatih profesional yang dapat memfasilitasi
pembelajaran dengan berbagai metode, melakukan umpan balik,
dan menguasai materi STBM.
c.	 Belajar sesuai dengan gaya belajar yang dimilikinya, baik secara
visual, auditorial maupun kinestetik (gerak).
d.	 Belajar dengan modal pengetahuan yang dimiliki masing-
masing tentang STBM, dan saling berbagi pengetahuan maupun
pengalaman antar peserta maupun fasilitator.
e.	 Melakukan refleksi dan memberikan umpan balik secara terbuka.
f.	 Melakukan evaluasi dan dievaluasi.
4.	 Berbasis kompetensi, yang memungkinkan peserta untuk :
a.	 Mengembangkan keterampilannya langkah demi langkah dalam
memperoleh kompetensi yang diharapkan.
b.	 Menunjukkan pengetahuan dan keterampilan yang dapat diukur
c.	 Memperoleh sertifikat setelah dinyatakan berhasil mencapai
kompetensi yang diharapkan pada akhir pelatihan.
5.	 Learning by doing yang memungkinkan peserta untuk:
a.	 Melakukan experimentasi berbagai kasus dalam menterjemahkan
3 komponen dan 5 pilar STBM.
b.	 Melakukan pengulangan ataupun perbaikan yang dirasa perlu
bersama-sama dengan fasilitator.
3
BAB II. PERAN, FUNGSI,
DAN KOMPETENSI
Peserta yang telah menyelesaikan pelatihan ini, mempunyai peran dan
fungsi serta kompetensi sebagai berikut :
A. Peran
Setelah selesai mengikuti pelatihan ini, maka peserta berperan sebagai
dosen jurusan kesling di Poltekes yang memahami pendekatan STBM.
B. Fungsi
Dalam melakukan perannya tersebut, maka peserta mempunyai fungsi
sebagai dosen jurusan kesling di Poltekes yang dapat mengintegrasikan
pendekatan STBM ke dalam mata kuliah Promosi Kesehatan, Pemberdayaan
Masyarakat dan Dasar-Dasar Pemecahan Masalah Kesehatan Lingkungan.
C. Kompetensi
Untuk melaksanakan peran dan fungsi tersebut, maka peserta memiliki
kompetensi dalam hal :
1.	 Menjelaskan kebijakan dan strategi nasional STBM.
2.	 Menjelaskan konsep dasar pendekatan STBM.
3.	 Melakukan pelaksanaan STBM.
4.	 Melakukan pemicuan di komunitas.
4
BAB III. TUJUAN PELATIHAN
A. Tujuan Umum
Setelah selesai mengikuti pelatihan ini, peserta mampu memahami
konsep dasar dan pelaksanaan STBM untuk diintegrasikan ke dalam mata
kuliah Promosi Kesehatan, Pemberdayaan Masyarakat dan Dasar-Dasar
Pemecahan Masalah Kesehatan Lingkungan.
B. Tujuan Khusus
Setelah selesai mengikuti pelatihan ini, peserta mampu :
1.	 Menjelaskan kebijakan dan strategi nasional STBM.
2.	 Menjelaskan konsep dasar pendekatan STBM.
3.	 Melakukan pelaksanaan STBM.
4.	 Melakukan pemicuan dikomunitas.
5
BAB IV. STRUKTUR PROGRAM
No MATERI
WAKTU
JML
T P PL
A MATERI DASAR
1. Kebijakan dan Strategi Nasional STBM 2 0 0 2
Subtotal A : 2 0 0 2
B
MATERI INTI
1. Konsep Dasar Pendekatan STBM
2. Pelaksanaan STBM
3. Pemicuan di Komunitas.
2
4
1
4
6
3
0
0
6
6
10
10
Subtotal B : 7 13 6 26
C
MATERI PENUNJANG
1. Membangun Komitmen Belajar (BLC)
2. Rencana Tindak Lanjut (RTL)
1
1
2
2
0
0
3
3
Subtotal C : 2 4 0 6
Total (A+B+C) : 11 17 6 34
Keterangan :
T = Teori ; P = Penugasan ; PL = Praktik Lapangan
1 JP @ 45 menit
Untuk mencapai tujuan pelatihan yang telah ditetapkan tersebut, maka
disusun materi pelatihan dengan struktur program yang terdiri dari materi
dasar, materi inti dan materi penunjang dengan jumlah keseluruhan jam
pelajaran (JP) sebanyak 34 JP seperti yang tertera pada struktur program
sebagai berikut :
6
B
C
BAB
V.
GARIS-GARIS
BESAR
PROGRAM
PEMBELAJARAN
7
Nomor
					:
MD.1
Judul
Materi				
:
Kebijakan
dan
Strategi
Nasional
STBM
Waktu					
:
2
JP
(T=2
jp;
P=0
jp;
PL=0
jp)
Tujuan
Pembelajaran
Umum	
:
Setelah
mengikuti
materi
ini,
peserta
mampu
memahami
kebijakan
dan
strategi
	
nasional
STBM.
Tujuan
Pembelajaran
Khusus
(TPK)
Pokok
Bahasan
dan
Sub
Pokok
Bahasan
Metode
Media
dan
Alat
Bantu
Referensi
Setelah
mengikuti
materi
ini
peserta
mampu:
1.	
M
enjelaskan
arah
kebijakan
dan
strategi
pembangunan
sanitasi
di
Indonesia,
1.	
A
rah
Kebijakan
dan
Strategi
Pembangunan
Sanitasi
di
Indonesia
a.	Arah
kebijakan
dan
strategi
nasional
pembangunan
sanitasi,
b.	
A
rah
kebijakan
dan
strategi
STBM.
•	
CTJ
•	
Curah
Pendapat
•	
Bahan
tayang
(slide
ppt),
•	
LCD
projector,
•	
Komputer
/
laptop,
•	
Modul.
•	
Bappenas,
Kebijakan
Nasional
Pembangunan
Air
Minum
dan
Sanitasi,
Jakarta:
2003,
•	
Setneg
RI,
Undang-Undang
No.
17
Tahun
2007
tentang
RPJPN
2005-2025,
Jakarta:
2005,
•	
Depkes
RI,
Kepmenkes
No.
852/2008,
tentang
Strategi
Nasional
STBM,
Jakarta:
2008,
8
Tujuan
Pembelajaran
Khusus
(TPK)
Pokok
Bahasan
dan
Sub
Pokok
Bahasan
Metode
Media
dan
Alat
Bantu
Referensi
2.	
M
enjelaskan
peran
dan
strategi
STBM.
2.
Peran
dan
Strategi
STBM
a.	Peran
STBM
dalam
pencapaian
RPJPN,
RPJMN
dan
MDGs
tujuan
7C,
b.	
S
trategi
STBM,
c.	Pemetaan
peran
dan
tanggung
jawab
stakeholder
di
masing-
masing
tingkatan.
•	
CTJ
•	
Curah
Pendapat
•	
Bahan
tayang
(slide
ppt),
•	
LCD
projector,
•	
Komputer
/
laptop,
•	
Modul.
•	
Depkes
RI,
Strategi
Nasional
STBM,
Jakarta:
2008,
•	
Setneg
RI,
Undang-undang
No.36
Tahun
2009
tentang
Kesehatan,
Jakarta:
2009,
•	
Kemenkes
RI,
Renstra
2010-
2014,
Jakarta:
2010,
•	
Kemenkes
RI,
Buku
Profil
Program
Penyehatan
Lingkungan
Ditjen
P2PL,
Jakarta:
2013.
Update
STBM,
www.stbm-
indonesia.org.
9
Tujuan
Pembelajaran
Khusus
(TPK)
Pokok
Bahasan
dan
Sub
Pokok
Bahasan
Metode
Media
dan
Alat
Bantu
Referensi
Setelah
mengikuti
materi
ini
peserta
mampu
:
1.	
M
enjelaskan
pengertian
STBM,
1.
Pengertian
STBM
a.	Pengertian
STBM,
b.	
T
ujuan
STBM,
c.	Sejarah
Program
Pembangunan
Sanitasi,
d.	
K
onsep
STBM.
•	
CTJ
•	
Putar
film
•	
Curah
Pendapat
•	
Bahan
tayang
(slide
ppt
/
film),
•	
LCD
projector,
•	
Komputer/
laptop,
•	
Flipchart,
•	
Spidol,
•	
Meta
plan,
•	
Kain
tempel,
•	
Modul.
•	
Kar,
Kamar,
Working
Paper
184,
Subsidy
or
Self-Respect?
Total
Community
Sanitation
in
Bangladesh,
Institute
for
Development
Studies,
September
2003.
•	
Kelompok
Kerja
Antar
Departemen,
Project
WASPOLA,
Film
Awakening
Change,
Community
Led
Total
Sanitation
in
Indonesia,
Jakarta:
2006,
•	
Kemenkes
RI,
Film
STBM,
Jakarta:
2009,
2.	
M
enjelaskan
komponen
STBM,
2.
Tiga
Komponen
Pokok
STBM
a.
Peningkatan
kebutuhan
dan
permintaan
sanitasi,
b.
Peningkatan
penyediaan/suplai
sanitasi,
c.
Penciptaan
lingkungan
yang
kondusif.
•	
CTJ
•	
Curah
Pendapat
•	
Bahan
tayang
(slide
ppt),
•	
LCD
projector,
•	
Komputer
/
laptop,
•	
Flipchart,
•	
Spidol,
•	
Meta
plan,
•	
Kain
tempel,
•	
Modul.
Nomor
					:
MI.1
Judul
Materi				
:
Konsep
Dasar
Pendekatan
STBM
Waktu					
:
6
JP
(T=2
jp;
P=4
jp;
PL=0
jp)
Tujuan
Pembelajaran
Umum		
:
Setelah
mengikuti
materi
ini,
peserta
mampu
memahami
konsep
dasar
STBM.
10
Tujuan
Pembelajaran
Khusus
(TPK)
Pokok
Bahasan
dan
Sub
Pokok
Bahasan
Metode
Media
dan
Alat
Bantu
Referensi
3.	
M
enjelaskan
lima
pilar
STBM,
3.
Lima
Pilar
STBM
a.
Pengertian,
b.
Penyelenggara
Pelaksanaan
5
Pilar
STBM,
c.
Manfaat
Pelaksanaan
5
pilar
STBM,
d.
Tujuan
Pelaksanaan
5
pilar
STBM.
•	
CTJ
•	
Curah
Pendapat
•	
Bahan
tayang
(slide
ppt),
•	
LCD
projector,
•	
Komputer
/
laptop,
•	
Flipchart,
•	
Spidol,
•	
Meta
plan,
•	
Kain
tempel,
•	
Modul.
•	
Kemenkes
RI,
Modul
Higiene
Sanitasi
Makanan
dan
Minuman,
Dit.
PL,
Jakarta:
2012,
•	
Kemenkes
RI,
Materi
Advokasi
STBM,
Sekretariat
STBM
Nasional,
Jakarta:
2012,
•	
Kemenkes
RI,
Buku
Sisipan
STBM:
Kurikulum
dan
Modul
Pelatihan
Fasilitator
Pemberdayaan
Masyarakat
di
Bidang
Kesehatan,
Jakarta:
2013,
Update
STBM,
www.
stbm-indonesia.org,
Sejarah
Sanitasi,
Seri
AMPL
23,
www.ampl.
or.id.
4.	
M
enjelaskan
Prinsip-Prinsip
STBM,
4.
Prinsip-Prinsip
STBM
a.
Tanpa
subsidi,
b.
Masyarakat
sebagai
pemimpin,
c.
Tidak
menggurui
/
memaksa,
d.
Totalitas
seluruh
komponen
masyarakat.
•	
Diskusi
•	
Penugasan
•	
Tanya
jawab
•	
Bahan
tayang
(slide
ppt),
•	
LCD
projector,
•	
Komputer
/
laptop,
•	
Flipchart,
•	
Spidol,
•	
Meta
plan,
•	
Kain
tempel,
•	
Panduan
penugasan,
•	
Modul.
5.Menjelaskan
pilar
perubahan
perilaku
pada
STBM
dan
tangga
Perubahan
Perilaku.
5.
Pilar
Perubahan
Perilaku
STBM
dan
Tangga
Perubahan
Perilaku
a.
Tangga
Sanitasi,
b.
Tangga
perubahan
perilaku
visi
STBM.
•	
CTJ
•	
Curah
Pendapat
•	
Diskusi
•	
Bahan
tayang
(slide
ppt),
•	
LCD
projector,
•	
Komputer
/
laptop,
•	
Flipchart,
•	
Spidol,
•	
Meta
plan,
•	
Kain
tempel,
•	
Panduan
diskusi
kelompok,
•	
Modul.
11
Nomor
					:
MI.2
Judul
Materi				
:
Pelaksanaan
STBM
Waktu					
:
10
JP
(T=4
jp;
P=6
jp;
PL=0
jp)
Tujuan
Pembelajaran
Umum		
:
Setelah
mengikuti
materi
ini,
peserta
mampu
melakukan
pelaksanaan
STBM
					
di
komunitas.
Tujuan
Pembelajaran
Khusus
(TPK)
Pokok
Bahasan
dan
Sub
Pokok
Bahasan
Metode
Media
dan
Alat
Bantu
Referensi
Setelah
mengikuti
materi
ini
peserta
mampu
:
1.
Menjelaskan
konsep
dasar
pemicuan,
1.
Konsep
Dasar
Pemicuan
a.
Pengertian
pemicuan,
b.
Maksud
dan
tujuan
pemicuan,
c.
Tahapan
kegiatan
pemicuan.
•	
CTJ
•	
Pemutaran
film
•	
Bahan
tayang
(slide
ppt/
film),
•	
LCD
projector,
•	
Komputer
/
laptop,
•	
Flipchart,
•	
Spidol,
•	
Meta
plan,
•	
Kain
tempel,
•	
Modul.
•	
WSP,
Film
Memicu
Perubahan
Menuju
Sanitasi
Total
di
Maharashta,
India,
New
Delhi:
2004,
•	
Depkes
RI,
Film
Tahapan
Pemicuan
CLTS,
Kenongo,
Jakarta:
2005,
12
Tujuan
Pembelajaran
Khusus
(TPK)
Pokok
Bahasan
dan
Sub
Pokok
Bahasan
Metode
Media
dan
Alat
Bantu
Referensi
2.
Merencanakan
Pemicuan,
2.
Pra-Pemicuan
a.
Persiapan
teknis
dan
logistik
untuk
menciptakan
suasana
yang
kondusif
sebelum
pemicuan,
b.
Observasi
kebiasaan
PHBS
masyarakat,
c.
Persiapan
pemicuan
:
penyusunan
jadwal,
pemilihan
lokasi,
dll.,
d.
Instrumen
pendukung
untuk
melaksanakan
proses
pemicuan
di
komunitas.
•	
CTJ
•	
Diskusi
kelompok
•	
Simulasi
•	
Bahan
tayang
(slide
ppt),
•	
LCD
projector,
•	
Komputer
/
laptop,
•	
Flipchart,
•	
Spidol,
•	
Meta
plan,
•	
Kain
tempel,
•	
Lembar
panduan
diskusi
kelompok,
•	
Lembar
panduan
Simulasi,
•	
Modul.
•	
Depkes
RI,
Modul
Pelatihan
Stop
BABS,
Dit.
PL,
Jakarta:
2008
•	
Kemenkes
RI,
Buku
Sisipan
STBM:
Kurikulum
dan
Modul
Pelatihan
Fasilitator
Pemberdayaan
Masyarakat
di
Bidang
Kesehatan,
Jakarta:
2013.
•	
Kemenkes
RI,
Pedoman
Teknis
Lapangan
STBM,
Ditjen
PP&PL,
Jakarta:
2013.
3.
Melakukan
langkah-
langkah
pemicuan
menggunakan
metode
CLTS,
3.
Langkah-Langkah
Pemicuan
:
a.
Alur
penularan
penyakit
(diagram
F),
b.
Alat-alat
utama
dalam
penerapan
penilaian
kondisi
desa
secara
partisipatif,
c.
Elemen
pemicuan
dan
faktor
penghambat
pemicuan,
d.
Yang
boleh
dan
tidak
boleh
dalam
pemicuan.
•	
CTJ
•	
Diskusi
kelompok
•	
Simulasi
•	
Bahan
tayang
(slide
ppt),
•	
LCD
projector,
•	
Komputer
/
laptop,
•	
Flipchart,
•	
Spidol,
•	
Meta
plan,
•	
Kain
tempel,
•	
Lembar
panduan
diskusi
kelompok,
•	
Lembar
panduan
Simulasi,
•	
Modul.
13
Tujuan
Pembelajaran
Khusus
(TPK)
Pokok
Bahasan
dan
Sub
Pokok
Bahasan
Metode
Media
dan
Alat
Bantu
Referensi
4.
Mempraktekkan
alat
alat
dengan
metode
CLTS,
4.
Alat-alat
Pada
Metode
CLTS
•	
Simulasi
•	
Bahan
tayang
(slide
ppt),
•	
LCD
projector,
•	
Komputer
/
laptop,
•	
Flipchart,
•	
Spidol,
•	
Meta
plan,
•	
Kain
tempel,
•	
Lembar
panduan
Simulasi,
•	
Modul.
5.
Menjelaskan
kegiatan
paska
pemicuan.
5.
Kegiatan
Paska
Pemicuan
:
a.
Tangga
sanitasi
untuk
5
pilar
STBM,
b.
Penyediaan
suplai
sanitasi
dan
pemasaran
sanitasi,
c.
Membangun
komitmen
masyarakat
dengan
menuangkan
ke
dalam
RTL,
d.
Pendampingan
dan
monitoring,
e.
Promosi
PHBS
yang
berkelanjutan.
•	
CTJ
•	
Diskusi
kelompok
•	
Bahan
tayang
(slide
ppt),
•	
LCD
projector,
•	
Komputer
/
laptop,
•	
Flipchart,
•	
Spidol,
•	
Meta
plan,
•	
Kain
tempel,
•	
Lembar
panduan
diskusi
kelompok,
•	
Modul.
14
Nomor
					:
MI.3
Judul
Materi				
:
Pemicuan
d
Komunitas.
Waktu					
:
10
JP
(T=1
jp;
P=3
jp;
PL=6
jp)
Tujuan
Pembelajaran
Umum		
:
Setelah
mengikuti
materi
ini,
peserta
mampu
melakukan
pemicuan
		
					di
komunitas.
Tujuan
Pembelajaran
Khusus
(TPK)
Pokok
Bahasan
dan
Sub
Pokok
Bahasan
Metode
Media
dan
Alat
Bantu
Referensi
Setelah
mengikuti
materi
ini
peserta
latih
mampu:
1.	Melakukan
persiapan
pemicuan
di
masyarakat,
1.
Persiapan
Pemicuan
di
Masyarakat

a
.	
Persiapan
lapang,

b
.	
P
embentukan
kelompok,
praktek
kerja
lapang
/
tim
pemicu,
c
.
	Penyiapan
alat
dan
bahan,
d
.
	
P
enyusunan
strategi
(panduan
praktek
lapang)
dan
simulasi
kelompok.
•	
CTJ
•	
Diskusi
Kelompok
•	
Flipchart,
•	
Spidol,
•	
Meta
plan,
•	
Kain
tempel,
•	
Alat-alat
dan
bahan
untuk
pemicuan,
•	
Data
dasar
kondisi
lokasi
yang
akan
dipicu,
•	
Lembar
panduan
diskusi,
•	
Lembar
panduan
observasi,
•	
Panduan
pemicuan/
praktik,
•	
Format
Laporan
PKL,
•	
Kemenkes
RI,
Pedoman
Teknis
Lapangan
STBM,
Ditjen
PPPL,
Jakarta:
2013.
2.	Melakukan
pemicuan
di
masyarakat,
2.
Pemicuan
di
masyarakat
•	
Praktik
3.	
Melakukan
diskusi
pleno
dengan
masyarakat,
3.
Diskusi
pleno
dengan
masyarakat
•	
CTJ
•	
Curah
pendapat
•	
Diskusi
15
Tujuan
Pembelajaran
Khusus
(TPK)
Pokok
Bahasan
dan
Sub
Pokok
Bahasan
Metode
Media
dan
Alat
Bantu
Referensi
4.	
Menyusun
laporan
hasil
pemicuan
di
masyarakat,
4.
Laporan
Hasil
Pemicuan
•	
Penulisan
laporan
•	
Laporan
temuan
lapangan
/
PKL,
•	
Lembar
evaluasi
pemicuan,
•	
Modul.
5.	
Melakukan
evaluasi
terhadap
proses
pemicuan
yang
telah
dilaksanakan.
5.
Evaluasi
Hasil
Pemicuan
•	
Tanya
jawab
•	
Diskusi
•	
Umpan
Balik
Nomor
					:
MP.1
Judul
Materi				
:
Membangun
Komitmen
Belajar
(BLC)
Waktu					
:
3
JP
(T=1
jp;
P=2
jp;
PL=0
jp)
Tujuan
Pembelajaran
Umum	
:
Setelah
mengikuti
materi
ini,
peserta
mampu
membangun
komitmen
belajar
dalam
	
rangka
menciptakan
iklim
pembelajaran
yang
kondusif
selama
proses
pelatihan
	
berlangsung.
Tujuan
Pembelajaran
Khusus
(TPK)
Pokok
Bahasan
dan
Sub
Pokok
Bahasan
Metode
Media
dan
Alat
Bantu
Referensi
Setelah
mengikuti
materi
ini
peserta
mampu:
1.
Mengenal
sesama
warga
pembelajar
pada
proses
pelatihan,
1.
Perkenalan
•	
CTJ
•	
Curah
pendapat
•	
Bahan
tayang
(slide
ppt),
•	
Flipchart,
2.
Menyiapkan
diri
untuk
belajar
bersama
secara
aktif
dalam
suasana
yang
kondusif,
2.
Pencairan
(ice
breaking)
•	
Permainan
•	
Spidol,
•	
Meta
plan,
•	
Kain
tempel,
•	
Jadwal
dan
alur
pelatihan,
•	
Norma/tata
tertib
standar
pelatihan,
•	
Panduan
permainan.
•	
Munir,
Bederal,
Dinamika
Kelompok,
Penerapannya
Dalam
Laboratorium
Ilmu
Perilaku,
Jakarta
:
2001,
•	
Depkes
RI,
Kumpulan
Games
dan
Energizer
Pusdiklat
Kesehatan,
Jakarta:
2004,
•	
LAN
RI
dan
Pusdiklat
Aparatur
Kemenkes
RI,
Buku
Panduan
Dinamika
Kelompok,
Jakarta:
2010.
3.
Merumuskan
harapan-
harapan
yang
ingin
dicapai
bersama
baik
dalam
proses
pembelajaran
maupun
hasil
yang
ingin
dicapai
di
akhir
pelatihan,
3.	
Harapan-harapan
dalam
proses
pembelajaran
dan
hasil
yang
ingin
dicapai
•	
CTJ
•	
Curah
pendapat
•	
Diskusi
kelompok
4.
Merumuskan
kesepakatan
norma
kelas
yang
harus
dianut
oleh
seluruh
warga
pembelajar
selama
pelatihan
berlangsung
selama
pelatihan
berlangsung,
4.
Norma
kelas
dalam
pembelajaran
•	
CTJ
•	
Curah
pendapat
•	
Diskusi
kelompok
5.
Merumuskan
kesepakatan
bersama
tentang
kontrol
kolektif
dalam
pelaksanaan
norma
kelas,
5.
Kontrol
kolektif
dalam
pelaksanaan
norma
kelas
•	
CTJ
•	
Curah
pendapat
•	
Diskusi
kelompok
6.
Membentuk
organisasi
kelas.
6.
Organisasi
kelas
•	
Diskusi
kelompok
Tujuan
Pembelajaran
Khusus
(TPK)
Pokok
Bahasan
dan
Sub
Pokok
Bahasan
Metode
Media
dan
Alat
Bantu
Referensi
16
17
Nomor
					:
MP.2
Judul
Materi				
:
Rencana
Tindak
Lanjut
(RTL)
Waktu					
:
3
JP
(T=1
jp;
P=2
jp;
PL=0
jp)
Tujuan
Pembelajaran
Umum		
:
Setelah
mengikuti
materi
ini,
peserta
mampu
menyusun
rencana
tindak
lanjut
proses
belajar
mengajar
dan
mengevaluasi
pelaksanaan
kegiatan
STBM.
Tujuan
Pembelajaran
Khusus
(TPK)
Pokok
Bahasan
dan
Sub
Pokok
Bahasan
Metode
Media
dan
Alat
Bantu
Referensi
Setelah
mengikuti
materi
ini
peserta
mampu:
1.
Menyusun
rencana
program
pembelajaran
(RPP)
dengan
melengkapi
pendekatan
STBM
ke
dalam
mata
kuliah
Promosi
Kesehaan,
Pemberdayaan
Masyarakat
dan
Dasar-Dasar
Pemecahan
Masalah
Kesehatan
Lingkungan.
2.
Menyajikan
RTL
1.
Ruang
Lingkup
RTL:
Penyusunan
RPP
untuk
melengkapi
pendekatan
STBM
ke
dalam
mata
kuliah
Promosi
Kesehatan,
Pemberdayaan
Masyarakat
dan
Dasar-Dasar
Pemecahan
Masalah
Kesehatan
Lingkungan.
2.
Penyajian
RTL
•	
Latihan,
•	
Diskusi
kelompok,
•	
Pleno
(penyajian
RPP).
•	
Kain
tempel,
•	
Lembar
RPP
•	
LCD
Projector
Kemkes
RI,
Kurikulum
Program
D3
dan
D4
Jurusan
Kesehatan
Lingkungan,
Jakarta:
2010.
18
BAB VI. DIAGRAM ALIR
PROSES PEMBELAJARAN
Pengetahuan dan
Keterampilan
1.	 Konsep Dasar STBM
2.	 Pelaksanaan STBM
3.	 Pemicuan di Komunitas
METODE :
CTJ, Curah Pendapat,
Diskusi, Simulasi, Role
Play, Penugasan, Praktik,
Pemutaran Film.
Wawasan
1.	
Kebijakan dan Strategi
Nasional Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat
(STBM)
METODE:
CTJ, curah pendapat
MEMBANGUN KOMITMEN BELAJAR (BLC)
E
V
A
L
U
A
S
I
PEMBUKAAN
PRE TEST
POST TEST
RENCANA TINDAK LANJUT
PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PENUTUPAN
18
Rincian rangkaian alur proses pelatihan sebagai berikut:
1.	 Pembukaan
Proses pembukaan pelatihan meliputi beberapa kegiatan
berikut:
a.	 Laporan ketua penyelenggara pelatihan dan penjelasan
program pelatihan.
b.	 Pengarahan dari pejabat yang berwenang tentang latar
belakang perlunya pelatihan dan dukungannya terhadap
program STBM.
c.	 Perkenalan peserta secara singkat.
2.	 Pelaksanaan Pre-Test
Pelaksanaan pre-test dimaksudkan untuk mengetahui sejauh
mana pemahaman awal peserta terhadap materi yang akan
diberikan pada proses pembelajaran.
3.	 Membangun Komitmen Belajar
Kegiatan ini ditujukan untuk mempersiapkan peserta
dalam mengikuti proses belajar mengajar selanjutnya dan
menciptakan komitmen terhadap norma-norma kelas yang
disepakati bersama oleh seluruh peserta serta membentuk
struktur kelas sebagai penghubung antara peserta, MOT, dan
panitia penyelenggara.
Kegiatannya antara lain:
a.	 Penjelasan oleh pelatih tentang tujuan pembelajaran dan
kegiatan yang akan dilakukan dalam materi membangun
komitmen belajar.
b.	 Perkenalan antara peserta dan para pelatih dan panitia
penyelenggara pelatihan, dan juga perkenalan antar
sesama peserta. Kegiatan perkenalan dilakukan dengan
permainan, dimana seluruh peserta terlibat secara aktif.
c.	 Mengemukakan kebutuhan/harapan, kekhawatiran dan
komitmen masing-masing peserta selama pelatihan.
19
d.	 Kesepakatan antara para pelatih, penyelenggara
pelatihan dan peserta dalam berinteraksi selama
pelatihan berlangsung, meliputi: pengorganisasian kelas,
kenyamanan kelas, keamanan kelas, dan yang lainnya.
4.	 Pengisian Wawasan
Setelah materi Membangun Komitmen Belajar, kegiatan
dilanjutkan dengan memberikan materi sebagai dasar
pengetahuan/wawasan yang sebaiknya diketahui peserta
dalam pelatihan ini, sebagai berikut adalah:
Kebijakan dan Strategi Pembangunan Nasional Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat (STBM).
5.	 Pemberian Pengetahuan dan Keterampilan
Pemberianmateriketerampilandariprosespelatihanmengarah
pada kompetensi keterampilan yang akan dicapai oleh peserta.
Penyampaian materi dilakukan dengan menggunakan berbagai
metode yang melibatkan semua peserta untuk berperan serta
aktif dalam mencapai kompetensi tersebut, yaitu metode
ceramah tanya jawab, studi kasus, diskusi kelompok, bermain
peran, tugas baca, simulasi, presentasi, dan latihan- latihan
tentang konsep dasar dan fasilitasi Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat dengan menggunakan kurikulum dan modul
pelatihan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat untuk dosen
jurusan Kesling, Poltekes di Indonesia.
6.	 Pelaksanaan Praktik Kerja Lapang
Tujuan dari Pelaksanaan Praktik Kerja Lapang ini adalah agar
peserta mampu menerapkan peran dan fungsinya sebagai
dosen jurusan Kesling di Poltekes yang dapat mengintegrasikan
pendekatan STBM ke dalam mata kuliah Promosi Kesehatan,
Pemberdayaan Masyarakat dan Dasar-Dasar Pemecahan
Masalah Kesehatan Lingkungan.
20
7.	 Evaluasi
Evaluasi dilakukan setiap hari dengan cara melakukan
review terhadap kegiatan proses pembelajaran yang sudah
berlangsung sebagai umpan balik untuk menyempurnakan
proses pembelajaran selanjutnya. Proses umpan balik juga
dilakukan dari pelatih ke peserta berdasarkan penjajagan
awal melalui pre-test, pemetaan kemampuan dan kapasitas
peserta, penilaian penampilan peserta, baik di kelas maupun
di lapangan.
8.	 Rencana Tindak Lanjut (RTl)
Masing-masing peserta menyusun rencana tindak lanjut hasil
pelatihan berupa rencana melakukan proses belajar mengajar
danmengevaluasimatakuliahintegrasipeningkatankebutuhan
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat di kampus masing-masing.
9.	 Post-Test
Post-test dilakukan untuk mengetahui sejauh mana peserta
dapat menyerap materi selama pelatihan. Selain post-test,
dilakukan evaluasi kompetensi yaitu penilaian terhadap
kemampuan yang telah didapat peserta melalui penugasan-
penugasan dan praktik lapang.
10.	 Penutupan
Acara penutupan dapat dijadikan sebagai upaya untuk
mendapatkan masukan dari peserta ke penyelenggara dan
pelatih untuk perbaikan pelatihan yang akan datang. Dalam
penutupan dilakukan laporan hasil evaluasi penyelenggaraan
pelatihan termasuk terhadap fasilitator, narasumber,
peserta maupun penyelenggara sendiri oleh ketua panitia
penyelenggara. Selanjutnya pelatihan ditutup dengan resmi
oleh pejabat yang berwenang.
21
BAB VII. PESERTA, PELATIH 
PENGENDALI PELATIHAN
A. Peserta
1.	 Kriteria Peserta:
-	 Dosen mata kuliah Promosi Kesehatan, Pemberdayaan Masyarakat
dan Dasar-Dasar Pemecahan Masalah Kesehatan Lingkungan,
-	 Berbasis pendidikan minimal D3 Kesling.
2.	 Jumlah Peserta
	 Jumlah peserta dalam satu kelas maksimal 30 orang.
B. Pelatih/ Fasilitator/ Instruktur
Pelatih adalah tim pelatih/ fasilitator STBM dari Kementerian Kesehatan dan
praktisi STBM dari berbagai instansi dan proyek pendukung STBM, dengan
memenuhi salah satu kriteria berikut ini:
a.	 Memiliki latar belakang pengetahuan dan pengalaman serta
terlibat dalam kegiatan STBM.
b.	 Memiliki pengalaman menjadi pelatih untuk STBM.
c.	 Widyaiswara sesuai dengan bidang keahlian yang dimilikinya.
d.	 Pejabat struktural yang membidangi sanitasi dan penyehatan
lingkungan.
C. Pengendali Diklat (Master Of Training)
Pengendali diklat adalah orang yang mengatur proses kegiatan pelatihan
dari awal sampai akhir pelaksanaan pelatihan.
Persyaratan:
a.	 Mengetahui program STBM,
b.	 Merancang kerangka acuan,
c.	 Menguasai materi secara garis besar,
d.	 Pernah mengikuti pelatihan MOT, atau
e.	 Pernah mengikuti Training of Trainer (TOT).
22
BAB VIII. PENYELENGGARA 
TEMPAT PENYELENGGARAAN
A. Penyelenggara
Penyelenggara pelatihan STBM bagi dosen jurusan Kesling, Poltekes,
adalah:
1.	 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Aparatur, Badan PPSDM
Kesehatan,
2.	 Balai Besar Pelatihan Kesehatan (BBPK), Badan PPSDM
Kesehatan,
3.	 Balai Pelatihan Kesehatan Nasional, Badan PPSDM Kesehatan,
4.	 Balai Pelatihan Kesehatan di tingkat Provinsi.
B. Tempat Penyelenggaraan
Tempat penyelenggaraan pelatihan akan dilaksanakan pada lokasi-
lokasi dimana program STBM berada.
23
BAB IX. EVALUASI
Evaluasi yang dilakukan dalam pelatihan ini meliputi :
1.	 Evaluasi terhadap peserta melalui :
a.	 Penjajagan awal melalui pre-test,
b.	 Pemahaman peserta terhadap materi yang telah diterima
(post-test),
c.	 Evaluasi kompetensi yaitu penilaian terhadap kemampuan
yang telah didapat peserta melalui penugasan-penugasan dan
praktik lapang.
2.	 Evaluasi terhadap pelatih/ fasilitator/ narasumber
Evaluasi terhadap pelatih/ fasilitator/ narasumber ini dimaksudkan
untuk mengetahui seberapa jauh penilaian yang menggambarkan
tingkat kepuasan peserta terhadap kemampuan pelatih dalam
menyampaikan pengetahuan dan atau keterampilan kepada
peserta dengan baik, dapat dipahami dan diserap oleh peserta,
yang meliputi:
1.	 Penguasaan materi,
2.	 Ketepatan waktu memulai dan mengakhiri pembelajaran,
3.	 Sistematika penyajian materi,
4.	 Penggunaan metode dan alat bantu pembelajaran,
5.	 Empati, gaya dan sikap terhadap peserta,
6.	 Penggunaan bahasa dan volume suara,
7.	 Pemberian motivasi belajar kepada peserta,
8.	 Pencapaian Tujuan Pembelajaran (TPU/TPK),
24
9.	 Kesempatan tanya jawab,
10.	 Kemampuan menyajikan,
11.	 Kerapihan berpakaian,
12.	 Kerjasama antar Tim Pengajar.
3.	 Evaluasi terhadap penyelenggaraan pelatihan
Evaluasi terhadap penyelenggaraan pelatihan dilakukan oleh
peserta terhadap pelaksanaan pelatihan. Obyek evaluasi
adalah pelaksanaan administrasi dan akademis, yang meliputi:
a.	 Tujuan pelatihan,
b.	 Relevansi program pelatihan dengan tugas,
c.	 Manfaat setiap materi bagi pelaksanaan tugas peserta di
tempat kerja,
d.	 Manfaat pelatihan bagi peserta/instansi,
e.	 Hubungan peserta dengan pelaksana pelatihan,
f.	 Pelayanan sekretariat panitia terhadap peserta,
g.	 Pelayanan akomodasi dan lainnya,
h.	 Pelayanan konsumsi,
i.	 Pelayanan komunikasi dan informasi.
25
26
BAB X. SERTIFIKAT
Berdasarkan ketentuan yang berlaku, kepada setiap peserta yang telah
mengikuti pelatihan dengan ketentuan kehadiran 95 % dari keseluruhan
jumlah jam pelatihan (34JP), dan dinyatakan lulus berdasarkan hasil evaluasi
pelatihan akan diberikan sertifikat yang dikeluarkan oleh Kementerian
Kesehatan RI dengan angka kredit 1 (satu) yang ditandatangani oleh
pejabat yang berwenang atas nama Menteri Kesehatan dan oleh panitia
penyelenggara.
BAGIAN 2
MODUL PELATIHAN STBM
BAGI DOSEN JURUSAN
KESEHATAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK KESEHATAN
DI INDONESIA MODUL
Pelatihan
STBM
bagi
Dosen
Jurusan
Kesling
Poltekes
di
Indonesia
30
Modul MD.1.
Kebijakan dan Strategi Nasional STBM
I. DESKRIPSI SINGKAT						 1
II. TUJUAN PEMBELAJARAN					 2
III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN			 2
IV. BAHAN BELAJAR						2
V. METODE PEMBELAJARAN					 3
VI. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN			 3
VII. URAIAN MATERI						4
POKOK BAHASAN 1:
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI
DI INDONESIA							4
a. Arah Kebijakan dan Strategi Nasional Pembangunan Sanitasi	 4
b. Arah Kebijakan dan Strategi STBM				 5
POKOK BAHASAN 2:
PERAN DAN STRATEGI STBM					6
a. Peran STBM dalam Pencapaian RPJPN, RPJMN
dan MDGs Tujuan 7C						 6
b. Strategi STBM						7
c. Pemetaan Peran dan Tanggung Jawab Stakeholder
di Masing-Masing Tingkatan					 10
VIII. REFERENSI							13
KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL
SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT
MODUL MD.1.
KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL
SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT
I.	 DESKRIPSI SINGKAT
Modul Kebijakan dan Strategi Nasional STBM ini disusun untuk membekali
peserta agar dapat memahami kebijakan dan stategi nasional Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat (STBM), dalam kaitannya dengan keberhasilan
pembangunan kesehatan manusia Indonesia.
STBM merupakan pendekatan dan paradigma pembangunan sanitasi di
Indonesia yang mengedepankan pemberdayaan masyarakat dan perubahan
perilaku. STBM diadopsi dari hasil uji coba Community Led Total Sanitation
(CLTS) yang telah sukses dilakukan di beberapa lokasi proyek air minum dan
sanitasi di Indonesia, khususnya dalam mendorong kesadaran masyarakat
untuk mengubah perilaku buang air besar sembarangan (BABS) menjadi
buang air besar di jamban yang saniter dan layak.
STBM ditetapkan sebagai kebijakan nasional berdasarkan Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 852/MENKES/SK/IX/2008
untuk mempercepat pencapaian MDGs tujuan 7C, yaitu mengurangi
hingga setengah penduduk yang tidak memiliki akses terhadap air bersih
dan sanitasi pada tahun 2015. Selanjutnya, pada tahun 2025, diharapkan
seluruh masyarakat Indonesia telah memiliki akses sanitasi dasar yang layak
dan melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat dalam kesehariannya,
sebagaimana amanat Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
(RPJPN) Indonesia 2005-2025.
Pendekatan STBM terdiri dari tiga komponen yang harus dilaksanakan secara
seimbang dan komprehensif, yaitu: 1) peningkatan kebutuhan sanitasi,
2) peningkatan penyediaan sanitasi, dan 3) peningkatan lingkungan yang
kondusif. Penerapan STBM dilakukan dalam naungan 5 pilar STBM, yaitu
(1) Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS), (2) Cuci Tangan Pakai Sabun
1
KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT |
(CTPS), (3) Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga
(PAMM-RT), (4) Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (PS-RT), dan
Pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga (PLC-RT).
II.	 TUJUAN PEMBELAJARAN
A.	 Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami
kebijakan dan strategi nasional STBM.
B.	 Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti materi ini peserta mampu:
1.	 Menjelaskan arah kebijakan dan strategi pembangunan
sanitasi di Indonesia,
2.	 Menjelaskan peran dan strategi STBM.
2 | KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT
III.	 POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN
A.	 Pokok Bahasan 1:
	 Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Sanitasi di Indonesia
a.	 Arah kebijakan dan strategi nasional pembangunan sanitasi.
b.	 Arah kebijakan dan strategi STBM.
B.	 Pokok Bahasan 2: Peran dan Strategi STBM
a.	 Peran STBM dalam pencapaian RPJPN, RPJMN dan MDGs
tujuan 7C.
b.	 Strategi STBM.
c.	 Pemetaan peran dan tanggung jawab stakeholder di masing-
masing tingkatan.
IV.	 BAHAN BELAJAR
Bahan tayang (slide ppt), LCD projector, komputer / laptop, dan
modul.
V.	 METODE PEMBELAJARAN
CTJ dan curah pendapat.
VI.	 LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN
PEMBELAJARAN
Jumlah jam yang digunakan dalam modul ini adalah sebanyak 2 jam
pelajaran(T=2jp,P=0jp,PL=0jp)@45menit.Untukmempermudah
proses pembelajaran dan meningkatkan partisipasi seluruh peserta,
dilakukan langkah-langkah kegiatan sebagai berikut:
A.	 Langkah 1: Pengkondisian (20 menit)
1.	 Perkenalkan diri dan tawarkan untuk memulai dengan
pencairan suasana.
2.	 Sampaikan tujuan pembelajaran, pokok bahasan, metode dan
waktu yang digunakan untuk pembahasan,
3.	 Gali pendapat peserta tentang kebijakan STBM dan
mendiskusikannya. Proses pembelajaran menggunakan
metode dimana semua peserta terlibat secara aktif,
4.	 Berdasarkan pendapat peserta, fasilitator menjelaskan
tentang kebijakan STBM.
B.	 Langkah 2: Pengkajian Pokok Bahasan (60 menit)
1.	 Sampaikan pokok bahasan:
•	 Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Sanitasi di
Indonesia.
•	 Peran dan Strategi STBM.
2.	 Berikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-
hal yang kurang jelas, dan berikan jawaban dan klarifikasi atas
pertanyaan-pertanyaan peserta.
3.	 Berikan kesempatan sebanyak-banyaknya sehingga antar
peserta juga terjadi diskusi dan interaksi yang baik.
3
KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT |
C.	 Langkah 3: Rangkuman (10 menit):
1.	 Peserta dipersilahkan untuk menanyakan hal-hal yang kurang
jelas, dan fasilitator memfasilitasi pemberian jawaban, baik
dari fasilitator maupun dari peserta lain.
2.	 Minta komentar, penilaian, saran bahkan kritik dari peserta
pada kertas evaluasi yang telah disediakan.
3.	 Fasilitator menutup sesi pembelajaran dengan memastikan
tercapainya TPU dan TPK sesi ini.
VII.	 URAIAN MATERI
POKOK BAHASAN 1. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN
SANITASI DI INDONESIA
a.	 Arah Kebijakan dan Strategi Nasional Pembangunan Sanitasi
Undang-Undang No.17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025 menetapkan bahwa
Pembangunan Kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
peningkatan derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya dapat
terwujud. Selanjutnya dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan
(Renstra Kemenkes) Tahun 2010-2014 yang tertuang dalam Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.HK.03.01/160/1/2010
ditetapkan bahwa Visi Kemenkes adalah Masyarakat Sehat yang Mandiri
dan Berkeadilan.
Adapun Misi Kemenkes adalah :
1.	 Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui
pemberdayaan masyarakat termasuk swasta dan masyarakat
madani;
2.	 Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya
upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu dan
berkeadilan;
3.	 Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan;
4.	 Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik.
4 | KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT
Tantangan yang dihadapi Indonesia terkait pembangunan kesehatan,
khususnya bidang air minum, higiene dan sanitasi masih sangat besar.
Berdasarkan hasil studi Indonesian Sanitation Sector Development
Program (ISSDP) tahun 2006, sebanyak 47% masyarakat masih
berperilaku buang air besar sembarangan. Lebih lanjut berdasarkan
studi Basic Human Services di Indonesia, kurang dari 15% penduduk
Indonesia yang mengetahui dan melakukan cuci tangan pakai sabun
pada waktu-waktu kritis. Kondisi ini berkontribusi terhadap tingginya
angka diare yaitu 423 per seribu penduduk pada tahun 2006 dengan 16
provinsi mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) diare dengan Case Fatality
Rate (CFR) sebesar 2,52.
Untuk memperbaiki capaian ini, perlu dilakukan intervensi terpadu
melalui pendekatan sanitasi total. Untuk itu, pemerintah merubah
pendekatan pembangunan sanitasi nasional dari pendekatan sektoral
dengan penyediaan subsidi perangkat keras yang selama ini tidak
memberi daya ungkit terjadinya perubahan perilaku higienis dan
peningkatan akses sanitasi, menjadi pendekatan sanitasi total berbasis
masyarakat yang menekankan pada 5 (lima) perubahan perilaku
higienis.
Pada tahun 2005, pemerintah melakukan uji coba implementasi
Community Led Total Sanitation (CLTS) atau Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat di 6 kabupaten. Pada tahun 2006, ujicoba ini telah
berhasil menciptakan 160 desa bebas buang air besar sembarangan
(open defecation free-ODF), sehingga pada tahun 2006, pemerintah
mencanangkan gerakan sanitasi total dan kampanye cuci tangan pakai
sabun nasional. Pada tahun 2007, sebanyak 500 desa sudah ODF dan
pada tahun 2008 pemerintah menetapkan kebijakan nasional Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat (STBM) melalui Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No. 852/MENKES/SK/IX/2008.
b.	 Arah Kebijakan dan Strategi STBM
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah pendekatan
untuk merubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan
5
KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT |
masyarakat dengan metode pemicuan. Pendekatan STBM memiliki
indikator outcome dan indikator output.
Indikator outcome STBM yaitu menurunnya kejadian penyakit
diare dan penyakit berbasis lingkungan lainnya yang berkaitan dengan
sanitasi dan perilaku.
Sedangkan indikator output STBM adalah sebagai berikut :
a.	 Setiap individu dan komunitas mempunyai akses terhadap sarana
sanitasi dasar sehingga dapat mewujudkan komunitas yang bebas
dari buang air di sembarang tempat (SBS).
b.	 Setiap rumah tangga telah menerapkan pengelolaan air minum dan
makanan yang aman di rumah tangga.
c.	 Setiap rumah tangga dan sarana pelayanan umum dalam suatu
komunitas (seperti sekolah, kantor, rumah makan, puskesmas,
pasar, terminal) tersedia fasilitas cuci tangan (air, sabun, sarana cuci
tangan), sehingga semua orang mencuci tangan dengan benar.
d.	 Setiap rumah tangga mengelola limbahnya dengan benar.
e.	 Setiap rumah tangga mengelola sampahnya dengan benar.
POKOK BAHASAN 2. PERAN DAN STRATEGI STBM
a.	 Peran STBM dalam Pencapaian RPJPN, RPJMN dan MDGs Tujuan
7C
STBM adalah pendekatan yang digunakan dalam program nasional
pembangunan sanitasi di Indonesia yang dipilih untuk: memperkuat
upaya pembudayaan hidup bersih dan sehat, mencegah penyebaran
penyakit berbasis lingkungan, meningkatkan kemampuan masyarakat
sertamengimplementasikankomitmenpemerintahuntukmeningkatkan
akses sanitasi dasar yang layak dan berkesinambungan. Komitmen
pemerintah tersebut tercantum dalam pencapaian target pembangunan
millennium (Millenium Development Goal), khususnya target 7C, yaitu
mengurangi hingga setengah penduduk yang tidak memiliki akses
terhadap air bersih dan sanitasi pada tahun 2015.Komitmen pemerintah
terkait sanitasi lainnya tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka
6 | KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT
Panjang Nasional (RPJPN) adalah sanitasi total untuk seluruh rakyat
Indonesia pada tahun 2025.
Kontribusi STBM dalam MDGs, terlihat pada tabel di bawah:
*) BPS, Susenas
Tabel 1: Tujuan MDG
b.	 Strategi STBM
Untuk mencapai kondisi sanitasi total, STBM memiliki 6 strategi, yaitu :
1.	 Penciptaan lingkungan yang kondusif (enabling environment)
Goal 7
Menjamin Kelestarian Lingkungan Hidup
Target
10
Menurunkan hingga separuhnya proporsi rumah tangga
tanpa akses terhadap sumber air minum yang aman dan
berkelanjutan serta fasilitas sanitasi dasar pada tahun 2015
INDIKATOR
Baseline
1993
Capaian
2010*)
Target
MDGs 2015
Proposi rumah
tangga dengan akses
berkelanjutan terhadap
air minum layak
(Kota dan Desa)
Kota 50.58% 42.51%	 75.29%
Desa 31.61%	 45.85%	 65.81%
Total 37.73%	 44.19%	 68.87%
Proposi rumah
tangga dengan akses
berkelanjutan terhadap
sanitasi layak
(Kota dan Desa)
Kota 53.64%	 72.78%	 76.82%
Desa 11.10%	 38.50%	 55.55%
Total 24.81%	 55.54%	 62.41%
50.58%
7
KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT |
Prinsip :
•	 Meningkatkan dukungan pemerintah dan pemangku
kepentingan lainnnya dalam meningkatkan perilaku
higienis dan saniter.
Pokok Kegiatan :
•	 Melakukan advokasi dan sosialisasi kepada pemerintah
dan pemangku kepentingan lainnya secara berjenjang,
•	 Mengembangkan kapasitas lembaga pelaksana di daerah,
•	 Meningkatkan kemitraan antara pemerintah, pemerintah
daerah, organisasi masyarakat, lembaga swadaya
masyarakat dan swasta.
2.	 Peningkatan kebutuhan (demand creation)
Prinsip :
•	 Menciptakan perilaku komunitas yang higienis dan saniter
untuk mendukung terciptanya sanitasi total.
Pokok Kegiatan :
•	 Meningkatkanperanseluruhpemangkukepentingandalam
perencanaan dan pelaksanaan sosialisasi pengembangan
kebutuhan,
•	 Mengembangkan kesadaran masyarakat tentang
konsekuensi dari kebiasaan buruk sanitasi (buang air
besar) dan dilanjutkan dengan pemicuan perubahan
perilaku komunitas,
•	 Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memilih
teknologi, material dan biaya sarana sanitasi yang sehat.
•	 Mengembangkan kepemimpinan di masyarakat (natural
leader) untuk memfasilitasi pemicuan perubahan perilaku
masyarakat,
•	 Mengembangkan sistem penghargaan kepada masyarakat
untuk meningkatkan dan menjaga keberlanjutan sanitasi
total.
3.	 Peningkatan penyediaan suplai (supply improvement)
Prinsip :
8 | KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT
•	 Meningkatkan ketersediaan sarana sanitasi yang sesuai
dengan kebutuhan masyarakat.
Pokok Kegiatan :
•	 Meningkatkan kapasitas produksi swasta lokal dalam
penyediaan sarana sanitasi,
•	 Mengembangkankemitraandengankelompokmasyarakat,
koperasi, lembaga keuangan dan pengusaha lokal dalam
penyediaan sarana sanitasi,
•	 Meningkatkan kerjasama dengan lembaga penelitian
perguruan tinggi untuk pengembangan rancangan sarana
sanitasi tepat guna.
4.	 Pengelolaan pengetahuan (knowledge management)
Prinsip :
•	 Melestarikan pengetahuan dan pembelajaran sanitasi
lokal.
Pokok Kegiatan :
•	 Mengembangkan dan mengelola pusat data dan
informasi,
•	 Meningkatkan kemitraan antar program-program
pemerintah, non pemerintah dan swasta dalam
peningkatan pengetahuan dan pembelajaran sanitasi di
Indonesia,
•	 Mengupayakan masuknya pendekatan sanitasi total dalam
kurikulum pendidikan.
5.	 Pembiayaan
Prinsip :
•	 Meniadakan subsidi untuk penyediaan fasilitas sanitasi
dasar.
Pokok kegiatan :
•	 Menggali potensi masyarakat untuk membangun sarana
sanitasi sendiri,
•	 Mengembangkan solidaritas sosial (gotong royong),
9
KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT |
•	 Menyediakan subsidi diperbolehkan untuk fasilitas sanitasi
komunal.
6.	 Pemantauan dan evaluasi
Prinsip :
•	 Melibatkan masyarakat dalam kegiatan pemantauan dan
evaluasi.
Pokok kegiatan :
•	 Memantau kegiatan dalam lingkup komunitas oleh
masyarakat,
•	 Pemerintah daerah mengembangkan sistem pemantauan
dan pengelolaan data,
•	 Mengoptimumkan pemanfaatan hasil pemantauan dari
kegiatan-kegiatan lain yang sejenis,
•	 Pemerintah dan pemerintah daerah mengembangkan
sistem pemantauan berjenjang.
Dari 6 (enam) strategi tersebut, 3 (tiga) strategi pertama merupakan
strategi utama dalam pelaksanaan STBM. Tiga strategi ini disebut
Komponen Sanitasi Total.
c.	 Pemetaan Peran dan Tanggung Jawab Stakeholder
	 di Masing-Masing Tingkatan
STBM dilakukan di semua tingkatan dengan memperhatikan
koordinasi lintas sektor dan lintas pemangku kepentingan,
termasuk lintas program pembangunan air minum dan sanitasi,
sehingga keterpaduan dalam persiapan dan pelaksanaan STBM
dapat tercapai.
10 | KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT
Tabel
2:
Tahapan
Pelaksanaan
STBM
Pelaksanaan
-
Tingkat
Kecamatan
dan
desa/
kelurahan
1.	Pelaksanaan
peningkatan
permintaan
selaras
dengan
pemicuan
di
masyarakat
2.	Pelaksanaan
rencana
pemantauan
-
mengenalkan
metode
pemantauan
partisipatif
oleh
masyarakat
melalui
pemicuan
3.	Mengoperasikan
sistem
verifikasi
sesuai
indikator
masing-masing
pilar
Pelaksanaan
-
Tingkat
Pusat
dan
Provinsi
1.	Memfasilitasi
pengelolaan
pengetahuan
dan
pemantauan
lintas
kabupaten/kota
2.	Advokasi
dalam
rangka
perluasan
dan
pengembangan
program
Pelaksanaan
-
Tingkat
Kabupaten/
Kota
dan
Kecamatan
1.	Advokasi
dan
sosialisasi
program
STBM
kepada
stakeholder
kecamatan
2.	Menyusun
rencana
dan
implementasi
komunikasi
perubahan
perilaku
3.	Membangun
kemampuan
penyediaan/
suplai
lokal
untuk
melaksanakan
strategi
pemasaran
yang
dipilih
4.	Mengakomodasi
permintaan
masyarakat
dalam
proses
STBM
5.	Membangun
kapasitas
kabupaten/kota
dan
kecamatan
untuk
mengimplementasikan
rencana
pelaksanaan,
pemantauan
dan
pengelolaan
pengetahuan,
termasuk
pemantauan
dan
verifikasi
akses
sanitasi
sesuai
indikator
(contoh:verifikasi
SBS
untuk
pilar
1)
Persiapan
STBM
-
Tingkat
Kabupaten/
Kota
1.	Advokasi
kepada
pemerintah
kabupaten/
kota
dengan
melibatkan
SKPD
terkait
dan
kecamatan
2.	Penyusunan
strategi
pengelolaan
program
STBM
kabupaten/kota
meliputi,
komitmen,
rencana
aksi,
segmentasi/
zoning/clustering/
pentahapan
rencana
penerapan
strategi
pemasaran,
rencana
pemantauan,
pengelolaan
bantuan
dan
rencana
strategi
pelaksanaan,
pemantauan,
rencana
pengelolaan
bantuan,
rencana
pengelolaan
pengetahuan
serta
anggaran
1-5
tahun
3.	Bersama
instasi
kecamatan
mengidentifikasi
dan
mulai
melaksanakan
mekanisme
pemicuan
berdasarkan
kepeminatan
Persiapan
STBM
-
Tingkat
Provinsi
1.	Riset
pasar
tingkat
provinsi
dan
kajian
terhadap
lingkungan
pendukung
pada
kabupaten/kota
sasaran
2.	Membangun
strategi
pemasaran
kemitraan
dan
kebijakan
bekerjasama
dengan
stakeholder
provinsi
3.	Mengidentifikasi
berbagai
pilihan
pembiayaan
bersama
kabupaten/kota
dalam
pengelolaan
anggaran
Persiapan
STBM
-
Tingkat
Pusat
1.	Penyiapan
NSPK
(Norma,
Standar,
Pedoman,
Kriteria)
2.	Advokasi
dan
komunikasi
ke
pemerintah
daerah
3.	Menggali
potensi
pembiayaan
4.	Mengembangkan
peningkatan
kapasitas
institusi
5.	Mengembangkan
sistem
pemantauan,
evaluasi
dan
pengelolaan
pengetahuan
Tahapan
pelaksanaan
STBM
:
11
Tugas dan fungsi pemangku kebijakan (stakeholder) dalam menfasilitasi
penyelenggaraan STBM di setiap tingkatan, digambarkan pada bagan dibawah:
a.	Advokasi kebijakan
program, penggalian
pendanaan, koordinasi dan
penyediaan bantuan teknis
b.	Penyiapan NSPK, modul
pelatihan, sistem
monitoring dan evaluasi
a.	Advokasi program,
pendanaan dan koordinasi
b.	Menyapkan panel pelatih
master STBM provinsi
c.	Pemantauan dan fasilitasi
pembelajaran
d.	Bekerjasama dengan
lembaga riset pasar untuk
mengembangkan strategi
pemasaran  komunikasi
perubahan perilaku
a.	Mengelola dan memantau program
b.	Advokasi dan komunikasi kepada Bupati/
DPRD untuk pendanaan dan dukungan
program.
c.	Mengorganisir pelatihan fasilitator STBM
d.	Memfasilitasi wirausaha sanitasi
melayani konsumen warga ekonomi
rendah.
a.	Memicu masyarakat  melakukan
pendampingan tindak lanjut pasca
pemicuan.
b.	Memantau, melaporkan data secara
regular ke kabupaten, verifikasi ODF.
c.	Melakukan fasilitasi kepada masyarakat
dalam memilih teknologi sanitasi.
d.	Melakukan fasilitasi di antara
masyarakat yang dipicu dan wirausaha
sanitasi
Tugas dan
Fungsi Provinsi
Tugas dan Fungsi
Kabupaten
Tugas dan Fungsi Kecamatan
Tugas dan Fungsi Puskesmas/Mitra
LSM di tingkat masyarakat
Gambar 1: Tupoksi STBM
Tugas
dan
Fungsi
Pusat
12 | KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT
VIII.	 REFERENSI
1.	 Bappenas, Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan
Sanitasi, Jakarta: 2003,
2.	 Setneg RI, Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang RPJPN
2005-2025, Jakarta: 2005,
3.	 Depkes RI, Kepmenkes No. 852/2008, tentang Strategi Nasional
STBM, Jakarta: 2008,
4.	 Depkes RI, Strategi Nasional STBM, Jakarta: 2008,
5.	 Setneg RI, Undang-undang No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,
Jakarta: 2009,
6.	 Kemenkes RI, Renstra 2010-2014, Jakarta: 2010,
7.	 Kemenkes RI, Buku Profil Program Penyehatan Lingkungan Ditjen
P2PL, Jakarta: 2013.
8.	 Update terkait STBM juga dapat diakses melalui www.stbm-
indonesia.org
13
KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT |
Modul MI.1. :
KONSEP DASAR PENDEKATAN
SANITASI TOTAL BERBASIS
MASYARAKAT (STBM) MODUL
MI.1.
Konsep
Dasar
Pendekatan
STBM
Modul MI.1.
Konsep Dasar Pendekatan STBM
I. DESKRIPSI SINGKAT						 14
II. TUJUAN PEMBELAJARAN					 14
III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN			 15
IV. BAHAN BELAJAR						16
V. METODE PEMBELAJARAN					 16
VI. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN			 16
VII. URAIAN MATERI						17
POKOK BAHASAN 1: PENGERTIAN STBM				 17
a. Pengertian STBM						 17
b. Tujuan STBM						21
c. Sejarah Program Pembangunan Sanitasi			 21
d. Konsep STBM						23
POKOK BAHASAN 2: KOMPONEN STBM				 26
a. Peningkatan Kebutuhan dan Permintaan Sanitasi		 26
b. Peningkatan Layanan Penyediaan/Suplai			 26
c. Penciptaan Lingkungan yang Kondusif				 27
POKOK BAHASAN 3: LIMA PILAR STBM				 28
a. Pengertian							 28
b. Penyelenggara Pelaksanaan 5 Pilar STBM			 29
c. Manfaat Pelaksanaan 5 Pilar STBM				 29
d. Tujuan Pelaksanaan 5 Pilar STBM				 30
KONSEP DASAR PENDEKATAN STBM
POKOK BAHASAN 4 : PRINSIP-PRINSIP STBM				 30
a. Tanpa Subsidi.						30
b. Masyarakat Sebagai Pemimpin				 30
c. Tidak Menggurui / Memaksa					 30
d. Totalitas Seluruh Komponen Masyarakat			 31
POKOK BAHASAN 5 : PILAR PERUBAHAN PERILAKU STBM 		
DAN TANGGA PERUBAHAN PERILAKU				 32
a. Tangga Sanitasi						32
b. Tangga Perubahan Perilaku Visi STBM				 32
VIII.REFERENSI							34
IX. LAMPIRAN							34
Lembar Penugasan						35
a. Pembelajaran Penerapan STBM				 35
b. Komponen STBM						37
c. Kaitan Tiga Komponen					39
KONSEP DASAR PENDEKATAN STBM
MODUL MI.1.
KONSEP DASAR PENDEKATAN STBM
I.	 DESKRIPSI SINGKAT
Modul Konsep Dasar Pendekatan STBM ini disusun untuk membekali
peserta agar memahami pengertian, komponen-komponen, dan prinsip-
prinsip dasar pendekatan STBM secara lebih rinci dan mendalam.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2011, baru 55,60%
penduduk Indonesia yang memiliki akses sanitasi yang layak, yang terbagi
antara 72,54% di perkotaan dan 38,97% di perdesaan. Angka ini masih
jauh dari target MDG Indonesia yaitu 62,40% atau 76,82% di perkotaan
dan 55.55% di perdesaan. Dari target RPJMN bidang kesehatan untuk
mencapai 20.000 desa Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS) pada
tahun 2014, usaha keras masih sangat diperlukan. Berdasarkan data
Kemenkes, hingga Juni 2013, baru 12.543 desa yang sudah ODF (SBS).
Oleh karena itu, pemahaman terkait konsep dasar pendekatan STBM
menjadi sangat penting agar peserta pelatihan bisa memahami secara
utuh, untuk selanjutnya dapat memfasilitasi penerapan STBM di
masyarakat, termasuk mengajarkan materi ini kepada mahasiswa-
mahasiswa Poltekes.
II.	 TUJUAN PEMBELAJARAN
A.	 Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami konsep dasar
pendekatan STBM.
B.	 Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti materi ini peserta mampu:
1.	 Menjelaskan pengertian STBM,
2.	 Menjelaskan komponen STBM,
14 | KONSEP DASAR PENDEKATAN STBM
3.	 Menjelaskan lima pilar STBM,
4.	 Menjelaskan prinsip-prinsip STBM, dan
5.	 Menjelaskan pilar perubahan perilaku pada STBM dan tangga
perubahan perilaku.
III.	 POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK
BAHASAN
A.	 Pokok Bahasan 1: Pengertian STBM
a.	 Pengertian STBM,
b.	 Tujuan STBM,
c.	 Sejarah program pembangunan sanitasi,
d.	 Konsep STBM.
B.	 Pokok Bahasan 2: Komponen STBM
a.	 Peningkatan kebutuhan dan permintaan sanitasi,
b.	 Peningkatan penyediaan/suplai sanitasi,
c.	 Penciptaan lingkungan yang kondusif.
C.	 Pokok Bahasan 3: Lima Pilar STBM
a.	 Pengertian,
b.	 Penyelenggara pelaksanaan 5 pilar STBM,
c.	 Manfaat pelaksanaan 5 pilar STBM,
d.	 Tujuan pelaksanaan 5 pilar STBM.
D.	 Pokok Bahasan 4: Prinsip-prinsip STBM
a.	 Tanpa subsidi,
b.	 Masyarakat sebagai pemimpin,
c.	 Tidak menggurui/memaksa,
d.	 Totalitas seluruh komponen masyarakat.
E.	 Pokok Bahasan 5: Pilar Perubahan Perilaku STBM dan Tangga
Perubahan Perilaku
a.	 Tangga sanitasi,
b.	 Tangga perubahan perilaku visi STBM.
15
KONSEP DASAR PENDEKATAN STBM |
IV.	 BAHAN BELAJAR
Bahan tayang (slide ppt, film CLTS dan STBM), LCD projector,
komputer/laptop, fliptchart, spidol, meta plan, kain tempel,
panduan penugasan, panduan diskusi kelompok, dan modul.
V.	 METODE PEMBELAJARAN
Ceramah tanya jawab, putar film, curah pendapat, diskusi, dan
penugasan.
VI.	 LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN
PEMBELAJARAN
Jumlah jam yang digunakan dalam modul ini adalah sebanyak
6 jam pelajaran (T=2 jp, P= 4 jp, PL = 0 jp) @45 menit. Untuk
mempermudah proses pembelajaran dan meningkatkan partisipasi
seluruh perserta, dilakukan langkah-langkah kegiatan sebagai
berikut:
A.	 Langkah 1: Pengkondisian (15 menit)
1.	 Penyegaran dan pencairan suasana,
2.	 Fasilitator menggali harapan peserta tentang materi dan
keterampilan yang ingin dicapai melalui sesi ini,
3.	 Fasilitatormenyampaikantujuanpembelajaran,pokokbahasan
dan metode yang digunakan,
4.	 Menggali pendapat peserta tentang konsep dasar pendekatan
STBM dan mendiskusikannya. Proses pembelajaran
menggunakan metode dimana semua peserta terlibat secara
aktif,
5.	 Berdasarkan pendapat peserta, pelatih menjelaskan tentang
konsep dasar pendekatan STBM.
B.	 Langkah 2: Pengkajian Pokok Bahasan (240 menit)
1.	 Fasilitator menyampaikan pokok bahasan:
•	 Pengertian STBM,
•	 Tiga Komponen Pokok STBM,
16 | KONSEP DASAR PENDEKATAN STBM
•	 Lima Pilar STBM,
•	 Prinsip-prinsip STBM,
•	 PilarPerubahanPerilakupadaSTBMdanTanggaPerubahan
Perilaku.
2.	 Fasilitator memberi kesempatan kepada peserta untuk
menanyakan hal-hal yang kurang jelas, dan memberikan
jawaban dan klarifikasi atas pertanyaan-pertanyaan peserta.
3.	 Fasilitator memberikan kesempatan sebanyak-banyaknya
sehingga antar peserta juga terjadi diskusi dan interaksi yang
baik.
4.	 Fasilitator menugaskan peserta untuk melakukan diskusi
kelompok tentang:
a.	 Pembelajaran Penerapan STBM (90 menit),
b.	 Komponen STBM (60 menit),
c.	 Kaitan Tiga Komponen STBM (30 menit).
C.	 Langkah 3: Rangkuman (15 menit):
1.	 Peserta dipersilahkan untuk menanyakan hal-hal yang kurang
jelas, dan fasilitator memfasilitasi pemberian jawaban, baik
dari fasilitator maupun dari peserta lain.
2.	 Meminta komentar, penilaian, saran bahkan kritik dari peserta
pada kertas evaluasi yang telah disediakan.
3.	 Fasilitator menutup sesi pembelajaran dengan memastikan
bahwa TPU dan TPK sesi telah tercapai.
VII.	 URAIAN MATERI
POKOK BAHASAN 1: PENGERTIAN STBM
a.	 Pengertian STBM
STBM adalah pendekatan untuk merubah perilaku higiene dan
sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode
pemicuan.
Definisi Operasional STBM
•	 Kondisi Sanitasi Total adalah kondisi ketika suatu komunitas (i) tidak
buang air besar sembarangan; (ii) mencuci tangan pakai sabun; (iii)
17
KONSEP DASAR PENDEKATAN STBM |
mengelola air minum dan makanan yang aman; (iv) mengelola sampah
dengan aman; dan (v) mengelola limbah cair rumah tangga dengan
aman.
•	 Sanitasi dalam dokumen ini meliputi kondisi sanitasi total di atas.
•	 Sanitasi dasar adalah sarana sanitasi rumah tangga yang meliputi
sarana buang air besar, sarana pengelolaan sampah dan limbah rumah
tangga.
•	 Berbasis masyarakat adalah kondisi yang menempatkan masyarakat
sebagai pengambil keputusan dan penanggung jawab dalam rangka
menciptakan/meningkatkan kapasitas masyarakat untuk memecahkan
berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup,
kemandirian, kesejahteraan, serta menjamin keberlanjutannya.
•	 ODF (Open Defecation Free) atau SBS (Stop Buang air besar
Sembarangan) adalah kondisi ketika setiap individu dalam suatu
komunitas tidak buang air besar di sembarang tempat, tetapi di fasilitas
jamban sehat.
•	 Jamban sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk
memutus mata rantai penularan penyakit.
•	 Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) adalah perilaku cuci tangan secara
benar dengan menggunakan sabun dan air bersih yang mengalir.
•	 Sarana CTPS adalah sarana untuk melakukan perilaku cuci tangan pakai
sabun yang dilengkapi dengan sarana air mengalir, sabun dan saluran
pembuangan air limbah.
•	 Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAMM-RT)
adalah suatu proses pengolahan, penyimpanan dan pemanfaatan air
minum dan air yang digunakan untuk produksi makanan dan keperluan
oral lainnya, serta pengelolaan makanan yang aman di rumah tangga
yang meliputi 6 prinsip Higiene Sanitasi Pangan: (1) Pemilihan bahan
makanan, (2) Penyimpanan bahan makanan, (3) Pengolahan bahan
makanan, (4) Penyimpanan makanan, (5) Pengangkutan makanan, dan
(6) Penyajian makanan.
•	 Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (PS-RT) adalah proses
pengelolaan sampah dengan aman pada tingkat rumah tangga dengan
mengedepankan prinsip mengurangi, memakai ulang dan mendaur
18 | KONSEP DASAR PENDEKATAN STBM
ulang. Pengelolaan sampah yang aman adalah pengumpulan,
pengangkutan, pemprosesan, pendaurulangan atau pembuangan dari
material sampah dengan cara yang tidak membahayakan kesehatan
masyarakat dan lingkungan.
•	 Pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga (PLC-RT) adalah proses
pengelolaan limbah cair yang aman pada tingkat rumah tangga
untuk menghindari terjadinya genangan air limbah yang berpotensi
menimbulkan penyakit berbasis lingkungan.
•	 Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota dan
perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
•	 PemerintahpusatyangselanjutnyadisebutPemerintahadalahPresiden
Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
•	 Peningkatan kebutuhan sanitasi adalah upaya sistematis untuk
meningkatkan kebutuhan menuju perubahan perilaku yang higienis
dan saniter.
•	 Peningkatan penyediaan sanitasi adalah meningkatkan dan
mengembangkan percepatan penyediaan akses terhadap produk dan
layanan sanitasi yang layak dan terjangkau dalam rangka membuka dan
mengembangkan pasar sanitasi.
•	 Penciptaan lingkungan yang kondusif adalah menciptakan kondisi yang
mendukung tercapainya sanitasi total, yang tercipta melalui dukungan
kelembagaan, regulasi, dan kemitraan antar pelaku STBM, termasuk
di dalamnya pemerintah, masyarakat, lembaga swadaya masyarakat,
institusi pendidikan, institusi keagamaan dan swasta.
•	 Sanitasi komunal adalah sarana sanitasi yang melayani lebih dari
satu keluarga, biasanya sarana ini dibangun di daerah yang memiliki
kepadatan tinggi dan keterbatasan lahan.
•	 Verifikasi adalah proses penilaian dan konfirmasi untuk mengukur
pencapaian seperangkat indikator yang dijadikan standar.
•	 LSM/NGO adalah organisasi yang didirikan oleh perorangan atau
sekelompok orang secara sukarela yang memberikan pelayanan kepada
masyarakat umum tanpa bertujuan untuk memperoleh keuntungan
19
KONSEP DASAR PENDEKATAN STBM |
dari kegiatannya.
•	 Natural leader merupakan anggota masyarakat baik individu maupun
kelompok masyarakat, yang memotori gerakan STBM di masyarakat
tersebut.
•	 Rencana Tindak Lanjut (RTL) merupakan rencana yang disusun dan
disepakati oleh masyarakat dengan didampingi oleh fasilitator.
•	 Pemicuan adalah upaya untuk menuju perubahan perilaku masyarakat
yang higiene dan saniter melalui pemberdayaan masyarakat dengan
metode partisipatory berprinsip pada pendekatan CLTS (Community-
Led Total Sanitation)
•	 Desa/kelurahan yang melaksanakan STBM adalah desa/kelurahan
intervensi pendekatan STBM dan dijadikan target antara karena untuk
mencapai kondisi sanitasi total dibutuhkan pencapaian kelima pilar
STBM. Ada 3 indikator desa/kelurahan yang melaksanakan STBM: (i)
Minimal telah ada intervensi melalui pemicuan di salah satu dusun
dalam desa/kelurahan tersebut; (ii) Ada masyarakat yang bertanggung
jawab untuk melanjutkan aksi intervensi STBM seperti disebutkan pada
poin pertama, baik individu (natural leader) ataupun bentuk komite; (iii)
Sebagai respon dari aksi intervensi STBM, masyarakat menyusun suatu
rencana aksi kegiatan dalam rangka mencapai komitmen-komitmen
perubahan perilaku pilar-pilar STBM, yang telah disepakati bersama;
misal: mencapai status SBS.
•	 Desa/Kelurahan ODF(Open Defecation Free) / SBS (Stop Buang air besar
Sembarangan) adalah desa/kelurahan yang 100% masyarakatnya telah
buang air besar di jamban sehat , yaitu, mencapai perubahan perilaku
kolektif terkait Pilar 1 dari 5 pilar STBM
•	 Desa/Kelurahan STBM, selain menyandang status ODF, 100% rumah
tangga memiliki dan menggunakan sarana jamban yang ditingkatkan
dan telah terjadi perubahan perilaku untuk pilar lainnya seperti
memiliki dan menggunakan sarana cuci tangan pakai sabun dan 100%
rumah tangga mempraktikan penanganan yang aman untuk makanan
dan air minum rumah tangga.
•	 Desa/kelurahan Sanitasi Total selain menyandang status Desa STBM/
ODF++, 100% rumah tangga melaksanakan praktik pembuangan
20 | KONSEP DASAR PENDEKATAN STBM
sampah dan limbah cair domestik yang aman, yaitu desa/kelurahan
yang telah mencapai perubahan perilaku kolektif terkait seluruh Pilar
1-5 STBM, artinya Kondisi Sanitasi Total.
b.	 Tujuan STBM
Tujuan program STBM adalah untuk mencapai kondisi sanitasi total
dengan mengubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan
masyarakat yang meliputi 3 komponen yaitu penciptaan lingkungan
yang mendukung, peningkatan kebutuhan sanitasi, serta peningkatan
penyediaan sanitasi serta pengembangan inovasi sesuai dengan konteks
wilayah.
c.	 Sejarah Program Pembangunan Sanitasi
Jauh sebelum Indonesia merdeka, program sanitasi sudah dilakukan
oleh masyarakat Indonesia. Berdasarkan catatan pejabat VOC Dampier,
pada tahun 1699 masyarakat Indonesia sudah terbiasa mandi ke sungai
dan buang air besar di sungai dan di pinggir pantai, sedangkan pada
masa itu, masyarakat di Eropa dan India masih menggunakan jalan-
jalan kota atau air tergenang untuk BAB. Di tahun 1892, HCC Clockener
Brouson mencatat bahwa orang Indonesia terbiasa mandi 3 kali sehari,
menggunakan bak, menyabun, membilas dan mengeringkan badannya.
Pada akhir tahun 1800-an, pemerintah Belanda sudah membuat
sambungan air ke rumah-rumah di kawasan komersial di Jakarta dan
membuat Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di Bandung pada tahun
1916. Selanjutnya di tahun 1930, mantri higiene Belanda, Dr. Heydrick
melakukan kampanye untuk BAB di kakus. Dr. Heydrick sendiri dikenal
sebagai mantri kakus. Di tahun 1936, didirikanlah sekolah mantri higiene
di Banyumas. Siswa mendapatkan pendidikan 18 bulan sebelum mereka
diterjunkan ke kampung-kampung untuk mempromosikan hidup sehat
dan melakukan upaya-upaya pencegahan penyakit.
Setelah merdeka, pemerintah mencanangkan program Sarana Air
Minum dan Jamban Keluarga (SAMIJAGA) melalui Inpres No. 5/1974.
Untuk mendapatkan sumber daya manusia dalam melaksanakan
program-program tersebut, Kementerian Kesehatan mendirikan
sekolah-sekolah kesehatan lingkungan, yang sekarang dikenal dengan
21
KONSEP DASAR PENDEKATAN STBM |
nama Politeknik Kesehatan (Poltekes). Periode 1970-1997, pemerintah
melakukan beragam program pembangunan sanitasi. Program-program
tersebut umumnya dilakukan dengan pendekatan keproyekan, sehingga
faktor keberlanjutannya sangat rendah. Hal ini secara tidak langsung
menyebabkan rendahnya peningkatan akses sanitasi masyarakat. Hasil
studi ISSDP mencatat hanya 53% dari masyarakat Indonesia yang BAB
di jamban yang layak pada tahun 2007, sedangkan sisanya BAB di
sembarang tempat. Lebih jauh hal ini berkorelasi dengan tingginya angka
diare dan penyakit-penyakit yang disebabkan oleh lingkungan yang tidak
bersih.
Dengan mempertimbangkan kebutuhan keberlanjutan program
dan tingkat keberhasilan yang ingin dicapai, pemerintah melakukan
perubahan pendekatan pembangunan sanitasi, dari keproyekan menjadi
keprograman. Pada tahun 2008, pemerintah mencanangkan program
nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Secara ringkas,
perbedaan pendekatan pembangunan sanitasi sebelum dan saat ini
terlihat pada tabel di bawah ini:
Program-Program Terdahulu
(biasanya Target Oriented)
Kecenderungan Saat Ini
Perkembangan jumlah sarana Perubahan perilaku dan kesehatan
Subsidi Solidaritas sosial
Model-model sarana
disarankan oleh pihak luar
Model-model sarana digagas dan
dikembangkan oleh masyarakat
Sasaran utama adalah kepala
keluarga
Sasaran utama adalah masyarakat
desa secara utuh
Top down (dari atas ke bawah) Bottom up (dari bawah ke atas)
Fokus pada: jumlah jamban
Fokus pada: berhentinya BAB di
sembarang tempat
Pendekatannya bersifat ‘blue
print’
Pendekatannya lebih fleksibel.
Tabel 3:
Kecenderungan Pelaksanaan Program Air dan Sanitasi di Indonesia
22 | KONSEP DASAR PENDEKATAN STBM
d.	 Konsep STBM
Konsep STBM diadopsi dari konsep Community Led Total Sanitation
(CLTS)yangtelahdisesuaikandengankonteksdankebutuhandiIndonesia.
Sebelum memahami konsep dan prinsip STBM, berikut dijelaskan secara
singkat konsep CLTS.
CLTS adalah sebuah pendekatan dalam pembangunan sanitasi
pedesaan dan mulai berkembang pada tahun 2001. Pendekatan ini
awalnya diujicobakan di beberapa komunitas di Bangladesh dan saat
ini sudah diadopsi secara luas di negara tersebut. Salah satu negara
bagian di India yaitu Provinsi Maharasthra telah mengadopsi pendekatan
CLTS ke dalam program pemerintah secara masal yang disebut dengan
program Total Sanitation Campaign (TSC). Beberapa negara lain seperti
Cambodia, Afrika, Nepal, dan Mongolia juga telah menerapkan CLTS.
Pendekatan ini berawal dari sebuah penilaian dampak partisipatif air
bersih dan sanitasi yang telah dijalankan selama 10 tahun oleh Water
Aid. Salah satu rekomendasi dari penilaian tersebut adalah perlunya
mengembangkan sebuah strategi untuk secara perlahan-lahan mencabut
subsidi pembangunan toilet.
Ciri utama pendekatan ini adalah tidak adanya subsidi terhadap
infrastruktur (jamban keluarga), dan tidak menetapkan model standar
jamban yang nantinya akan dibangun oleh masyarakat.
PadadasarnyaCLTSadalah“pemberdayaan”dan“tidakmembicarakan
masalah subsidi”. Artinya, masyarakat yang dijadikan “guru” dengan
tidak memberikan subsidi sama sekali.
Gambaran tentang CLTS dapat diperoleh melalui film tentang
implementasi CLTS di Propinsi Maharashtra di India dan pengembangan
CLTS di Indonesia (Awakening).
Community Led (dipimpin masyarakat) tidak hanya dipakai dalam
bidang sanitasi, tetapi dapat juga diterapkan dalam hal lain seperti dalam
pendidikan, pertanian, dan lain-lain. Prinsip yang terpenting dari CLTS
adalah:
•	 Inisiatif masyarakat,
•	 Total atau keseluruhan, keputusan masyarakat dan pelaksanaan secara
23
KONSEP DASAR PENDEKATAN STBM |
kolektif adalah kunci utama,
•	 Solidaritas masyarakat (laki perempuan, kaya miskin) sangat terlihat
dalam pendekatan ini.
•	 Semua dibuat oleh masyarakat, tidak ada ikut campur pihak luar, dan
biasanya akan muncul “natural leader”.
Dasar dari CLTS adalah tiga pilar utama Participatory Rural Appraisal
(PRA), yaitu:
1.	 Attitude and Behaviour Change (perubahan perilaku dan
kebiasaan)
2.	 Sharing (berbagi)
3.	 Method (metode)
Gambar 2: Tiga Pilar Utama PRA
Ketiganya merupakan pilar utama yang harus diperhatikan dalam
pendekatan CLTS, namun dari ketiganya yang paling penting adalah
“perubahan perilaku dan kebiasaan” (Attitude and Behavior Change)”,
karena jika perilaku dan kebiasaan tidak berubah maka kita tidak akan
pernah mencapai tahap “berbagi (sharing)” dan sangat sulit untuk
menerapkan “metode” yang tepat.
Personal
Perilaku dan
kebiasaan
Institusional
Profesional
Proses
Berbagi
Penerapan
Metode
24 | KONSEP DASAR PENDEKATAN STBM
Perubahan perilaku dan kebiasaan tersebut harus total, dimana
didalamnya meliputi perilaku personal atau individual, perilaku
institusional atau kelembagaan dan perilaku profesional atau yang
berkaitan dengan profesi. Salah satu perilaku dan kebiasaan yang harus
berubah adalah perilaku fasilitator, diantaranya:
•	 Pandangan bahwa ada kelompok yang berada di tingkat atas
(upper) dan kelompok yang berada di tingkat bawah (lower). Cara
pandang “upper-lower” harus dirubah menjadi “pembelajaran
bersama”, bahkan menempatkan masyarakat sebagai “guru”
karena masyarakat sendiri yang paling tahu apa yang terjadi dalam
masyarakat itu.
•	 Cara pikir bahwa kita datang bukan untuk “memberi” sesuatu tetapi
“menolong” masyarakat untuk menemukan sesuatu.
•	 Bahasa tubuh (gesture); sangat berkaitan dengan pandangan
upper lower. Bahasa tubuh yang menunjukkan bahwa seorang
fasilitator mempunyai pengetahuan atau keterampilan yang lebih
dibandingkan masyarakat, harus dihindari.
Ketika perilaku dan kebiasaan (termasuk cara berpikir dan bahasa
tubuh) dari fasilitator telah berubah maka “sharing” akan segera
dimulai. Masyarakat akan merasa bebas untuk mengatakan tentang apa
yang terjadi di komunitasnya dan mereka mulai merencanakan untuk
melakukan sesuatu. Setelah masyarakat dapat berbagi, maka metode
mulai dapat diterapkan. Masyarakat secara bersama-sama melakukan
analisa terhadap kondisi dan masalah masyarakat tersebut.
Dalam CLTS fasilitator tidak memberikan solusi. Namun ketika metode
telahditerapkan(prosespemicuantelahdilakukan)danmasyarakatsudah
terpicu sehingga diantara mereka sudah ada keinginan untuk berubah
tetapi masih ada kendala yang mereka rasakan misalnya kendala teknis,
ekonomi, budaya, dan lain-lain maka fasilitator mulai memotivasi mereka
untuk mencapai perubahan ke arah yang lebih baik, misalnya dengan
cara memberikan alternatif pemecahan masalah-masalah tersebut.
Tentang usaha atau alternatif mana yang akan digunakan, semuanya
harus dikembalikan kepada masyarakat tersebut.
25
KONSEP DASAR PENDEKATAN STBM |
Konsep-konsep inilah yang kemudian diadopsi oleh STBM dan
disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan di Indonesia. Konsep STBM
menekankan pada upaya perubahan perilaku yang berkelanjutan untuk
mencapai kondisi sanitasi total melalui pemberdayaan masyarakat.
POKOK BAHASAN 2: TIGA KOMPONEN POKOK STBM
Pendekatan STBM merupakan interaksi yang saling terkait antara
ketiga komponen pokok sanitasi, yang dilaksanakan secara terpadu,
sebagai berikut:
a.	 Peningkatan Kebutuhan dan Permintaan Sanitasi
Komponen peningkatan kebutuhan dan permintaan sanitasi
merupakan upaya sistematis untuk mendapatkan perubahan perilaku
yang higienis dan saniter, berupa:
•	Pemicuan perubahan perilaku,
•	Promosi dan kampanye perubahan perilaku higiene dan sanitasi secara
langsung,
•	Penyampaian pesan melalui media massa dan media komunikasi
lainnya,
•	Mengembangkan komitmen masyarakat dalam perubahan perilaku,
•	Memfasilitasi terbentuknya komite/ tim kerja masyarakat,
•	Mengembangkan mekanisme penghargaan terhadap masyarakat/
institusi melalui mekanisme kompetisi dan benchmark kinerja daerah.
b.	 Peningkatan Layanan Penyediaan/ Suplai Sanitasi
Peningkatan penyediaan sanitasi yang secara khusus diprioritaskan
untuk meningkatkan dan mengembangkan percepatan penyediaan
akses dan layanan sanitasi yang layak dalam rangka membuka dan
mengembangkan pasar sanitasi perdesaan, yaitu:
•	Mengembangkan opsi teknologi sarana sanitasi yang sesuai kebutuhan
dan terjangkau,
•	Menciptakan dan memperkuat jejaring pasar sanitasi perdesaan,
•	Mengembangkan kapasitas pelaku pasar sanitasi termasuk wirausaha
sanitasi lokal,
26 | KONSEP DASAR PENDEKATAN STBM
•	Mempromosikan pelaku usaha sanitasi dalam rangka memberikan
akses pelaku usaha sanitasi lokal ke potensi pasar (permintaan) sanitasi
on site potensial.
c.	 Penciptaan Lingkungan yang Kondusif.
Komponeninimencakupadvokasikepadaparapemimpinpemerintah,
pemerintah daerah dan pemangku kepentingan dalam membangun
komitmen bersama untuk melembagakan kegiatan pendekatan STBM
yang diharapkan akan menghasilkan:
•	Komitmen pemerintah daerah menyediakan sumber daya untuk
melaksanakan pendekatan STBM menyediakan anggaran untuk
penguatan intitusi,
•	Kebijakan dan peraturan daerah mengenai program sanitasi seperti SK
Bupati, Perda, RPJMD, Renstra, dan lain-lain,
•	Terbentuknya lembaga koordinasi yang mengarusutamakan sektor
sanitasi, menghasilkan peningkatan anggaran sanitasi daerah,
koordinasi sumber daya dari pemerintah maupun non-pemerintah,
•	Adanya tenaga fasilitator, pelatih STBM dan kegiatan peningkatan
kapasitas,
•	Adanya sistem pemantauan hasil kinerja dan proses pengelolaan
pembelajaran.
Komponen peningkatan kebutuhan dan permintaan sanitasi dapat
dilaksanakan terlebih dulu untuk memberikan gambaran kepada
masyarakat sasaran tentang resiko hidup di lingkungan yang kumuh,
seperti mudah tertular penyakit yang disebabkan oleh makanan
dan minuman yang tidak higienis, lingkungan yang kotor dan bau,
pencemaran sumber air terutama air tanah dan sungai, daya belajar anak
menurun, dan kemiskinan. Salah satu metode yang dikembangkan untuk
peningkatan kebutuhan dan permintaan sanitasi adalah Community Led
Total Sanitation (CLTS) yang mendorong perubahan perilaku masyarakat
sasaran secara kolektif dan mampu membangun sarana sanitasi secara
mandiri sesuai kemampuan.
Peningkatan layanan penyediaan sanitasi dilakukan untuk
mendekatkan pelayanan jasa pembangunan sarana sanitasi dan
memudahkan akses oleh masyarakat, menyediakan bebagai tipe sarana
27
KONSEP DASAR PENDEKATAN STBM |
yang terjangkau oleh masyarakat dan opsi keuangan khususnya skema
pembayaran sehingga masyarakat yang kurang mampu memiliki akses
terhadap sarana sanitasi yang sehat. Pendekatan ini dapat dilakukan
tidak hanya dengan melatih dan menciptakan para wirausaha sanitasi,
namun juga memperkuat layanan melalui penyediaan berbagai variasi/
opsi jenis sarana yang dibangun, sehingga dapat memenuhi harapan
dan kemampuan segmen pasar. Infomasi yang rinci, akurat dan mudah
dipahami oleh masyarakat sangat diperlukan untuk mendukung promosi
sarana sanitasi yang sehat yang dapat disediakan oleh wirausaha sanitasi
dan hal ini dapat disebarluaskan melalui jejaring pemasaran untuk
menjaring konsumen.
Kedua komponen tersebut dapat berinteraksi melalui mekanisme
pasar bila mendapatkan dukungan dari pemerintah yang dituangkan
dalam bentuk regulasi, kebijakan, penganggaran dan pendekatan yang
dikembangkan. Bentuk upaya tersebut adalah penciptaan lingkungan
yang kondusif untuk mendukung kedua komponen berinteraksi. Ada
beberapa indikator yang dapat menggambarkan lingkungan yang
kondusif antara lain:
•	Kebijakan,
•	Kelembagaan,
•	Metodologi pelaksanaan program,
•	Kapasitas pelaksanaan,
•	Produk dan perangkat,
•	Keuangan,
•	Pelaksanaan dengan biaya yang efektif,
•	Monitoring dan evaluasi.
POKOK BAHASAN 3: LIMA PILAR STBM
a.	 Pengertian
Lima Pilar STBM terdiri dari :
1.	 Stop Buang Air Besar Sembarangan (Stop BABS)
Suatu kondisi ketika setiap individu dalam komunitas tidak buang
air besar sembarangan.
28 | KONSEP DASAR PENDEKATAN STBM
2.	 Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)
Perilaku cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air bersih
yang mengalir.
3.	 Pengelolaan Air Minum dan Makanan di Rumah Tangga (PAMM-
RT)
Suatu proses pengolahan, penyimpanan dan pemanfaatan air
minum dan air yang digunakan untuk produksi makanan dan
keperluan oral lainnya, serta pengelolaan makanan yang aman
di rumah tangga yang meliputi 6 prinsip Higiene Sanitasi Pangan:
(1) Pemilihan bahan makanan, (2) Penyimpanan bahan makanan,
(3) Pengolahan bahan makanan, (4) Penyimpanan makanan, (5)
Pengangkutan makanan, (6) Penyajian makanan.
4.	 Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
Proses pengelolaan sampah yang aman pada tingkat rumah
tangga dengan mengedepankan prinsip mengurangi, memakai
ulang dan mendaur ulang. Pengelolaan sampah yang aman adalah
pengumpulan, pengangkutan, pemprosesan, pendaurulangan
atau pembuangan dari material sampah dengan cara yang tidak
membahayakan kesehatan masyarakat dan lingkungan.
5.	 Pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga.
Proses pengelolaan limbah cair yang aman pada tingkat rumah
tangga untuk menghindari terjadinya genangan air limbah yang
berpotensi menimbulkan penyakit berbasis lingkungan.
b.	 Penyelenggara pelaksanaan 5 pilar STBM
Penyelenggara pelaksanaan 5 pilar STBM adalah masyarakat, baik yang
terdiri dari individu, rumah tangga maupun kelompok-kelompok masyarakat.
c.	 Manfaat pelaksanaan 5 pilar STBM
Adanya lima pilar STBM akan membantu masyarakat untuk mencapai
tingkat higiene yang paripurna, sehingga akan menghindarkan mereka dari
kesakitan dan kematian akibat sanitasi yang tidak sehat. Perubahan perilaku
pada pilar pertama, buang air besar pada tempat yang layak, merupakan
pintu masuk bagi perilaku hidup bersih dan sehat lainnya yang ada pada
pilar 2, 3, 4 dan 5.
29
KONSEP DASAR PENDEKATAN STBM |
d.	 Tujuan pelaksanaan 5 pilar STBM
Dibaginya pelaksanaan STBM di bawah naungan lima pilar akan
mempermudah upaya mencapai tujuan akhir STBM, tidak hanya untuk
meningkatkan akses sanitasi masyarakat yang lebih baik tetapi juga merubah
dan mempertahankan keberlanjutan praktik-praktik budaya hidup bersih dan
sehat. Sehingga dalam jangka panjang dapat menurunkan angka kesakitan
dan kematian yang diakibatkan oleh sanitasi yang kurang baik, dan dapat
mendorong tewujudnya masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan.
POKOK BAHASAN 4: PRINSIP-PRINSIP STBM
Prinsip-prinsip STBM adalah :
a.	 Tanpa subsidi.
30 | KONSEP DASAR PENDEKATAN STBM
Masyarakat tidak menerima bantuan dari pemerintah atau pihak lain
untuk menyediakan sarana sanitasi dasarnya.
Penyediaan sarana sanitasi dasar adalah tanggung jawab masyarakat.
Sekiranya individu masyarakat belum mampu menyediakan sanitasi
dasar, maka diharapkan adanya kepedulian dan kerjasama dengan
anggota masyarakat lain untuk membantu mencarikan solusi.
b.	 Masyarakat sebagai pemimpin
Inisiatif pembangunan sarana sanitasi hendaknya berasal dari
masyarakat. Fasilitator maupun wirausaha sanitasi hanya membantu
memberikan masukan dan pilihan-pilihan solusi kepada masyarakat
untuk meningkatkan akses dan kualitas higiene dan sanitasinya.
Semua kegiatan maupun pembangunan sarana sanitasi dibuat oleh
masyarakat. Sehingga ikut campur pihak luar tidak diharapkan dan
tidak diperbolehkan. Dalam praktiknya, biasanya akan tercipta natural-
natural leader di masyarakat.
c.	 Tidak menggurui/memaksa
STBM tidak boleh disampaikan kepada masyarakat dengan cara
menggurui dan memaksa mereka untuk mempraktikkan budaya
higiene dan sanitasi, apalagi dengan memaksa mereka membeli
jamban atau produk-produk STBM.
d.	 Totalitas seluruh komponen masyarakat
Seluruh komponen masyarakat terlibat dalam analisa permasalahan-
perencanaan-pelaksanaan serta pemanfaatan dan pemeliharaan.
Keputusan masyarakat dan pelaksanaan secara kolektif adalah kunci
keberhasilan STBM.
Secara lebih rinci, keempat prinsip diatas bisa dipahami dari
perbedaan antara sistem kejar target/ proyek dengan STBM yang dapat
dilihat pada tabel dibawah:
31
KONSEP DASAR PENDEKATAN STBM |
Kriteria
Sistem Kejar Target
(Proyek)
STBM
Input dari luar
masyarakat
Subsidi benda-benda
untuk jamban
Pemberdayaan masyarakat
Model Model ditentukan
Muncul inovasi lain dari
masyarakat.
Cakupan Sebagian Menyeluruh
Indikator
keberhasilan
Menghitung jamban
Tidak ada lagi kebiasaan BAB
di sembarang tempat
Bahan yang
digunakan
Semen, porselen, batu
bata, dan lain-lain
Bisa dimulai dengan bambu,
kayu, dan lain-lain
Biaya
Berkisar antara Rp.
500.000-1.000.000 per
model
Relatif lebih murah
Pemanfaat Yang punya uang Masyarakat yang sangat
miskin
Waktu yang
dibutuhkan
Seperti yang
ditargetkan oleh
proyek
Ditentukan oleh masyarakat
Motivasi
utama
Subsidi / bantuan Harga diri
Model
penyebaran
Oleh organisasi luar /
formal
Oleh masyarakat melalui
hubungan persaudaraan,
perkawanan dan lain-lain
Kriteria
Sistem Kejar Target
(Proyek)
STBM
Keberlanjutan Sulit untuk dipastikan Dipastikan oleh masyarakat
Sanksi bila
melakukan
BAB
sembarangan
Tidak ada
Disepakati oleh masyarakat.
Contoh denda Rp. 1.000.000
di desa Jombe, kecamatan
Turatea, kab. Jeneponto
Tipe
monitoring
Oleh proyek
Oleh masyarakat (bisa
harian, bulanan, mingguan)
Tabel 4: Perbedaan Pendekatan Proyek dan STBM
POKOK BAHASAN 5: PILAR PERUBAHAN PERILAKU
a.	 Tangga Sanitasi
Tangga sanitasi merupakan tahap perkembangan sarana sanitasi
yang digunakan masyarakat, dari sarana yang sangat sederhana
sampai sarana sanitasi yang sangat layak dilihat dari aspek kesehatan,
keamanan dan kenyamanan bagi penggunanya.
Dalam STBM, masyarakat tidak diminta atau disuruh untuk
membuat sarana sanitasi tetapi hanya mengubah perilaku sanitasi
mereka. Namun pada tahap selanjutnya ketika masyarakat sudah
mau merubah kebiasaannya, misalnya kebiasaaan BAB atau CTPSnya,
sarana sanitasi menjadi suatu hal yang tidak terpisahkan.
Seringkali pemikiran masyarakat memandang sarana sanitasi
seperti jamban adalah sebuah bangunan yang kokoh, permanen, dan
membutuhkan biaya yang besar untuk membuatnya. Pemikiran ini
sedikit banyak menghambat animo masyarakat untuk membangun
jamban, karena alasan ekonomi dan lainnya sehingga kebiasaan
masyarakat untuk buang air besar pada tempat yang tidak seharusnya
tetap berlanjut.
b.	 Tangga perubahan perilaku visi STBM
Langkah-langkah perkembangan visi STBM terkait dengan
perubahan perilaku higiene dan sanitasi masyarakat (terlihat dalam
gambar 3). Belajar dari pengalaman global, diketahui perilaku higiene
32 | KONSEP DASAR PENDEKATAN STBM
tidak dapat dipromosikan untuk seluruh rumah tangga secara
bersamaan. Promosi perubahan perilaku kolektif harus berfokus
pada satu atau dua perilaku yang berkaitan pada saat bersamaan.
mengubah
(pilar 2-5)
(5 pilar STBM)
•	Adanya proses pemicuan
•	Adanya Komite/”Natural
Leaders”
•	Adanya Rencana Aksi
Masyarakat
•	Adanya Pemantauan terus
menerus
•	Tersedianya supply
•	100% masyarakat sudah berubah
perilakunya dengan status SBS
(terverifikasi)
•	Adanya rencana untuk mengubah perilaku
Higiene lainnya
•	Adanya aturan dari masyarakat untuk
menjaga status SBS
•	Adanya pemantauan dan verifikasi secara
berkala
•	Adanya upaya peningkatan
kualitas sanitasi
•	Terjadinya perubahan perilaku
higiene lainnya di masyarakat
(pilar 2-5)
•	Adanya pemantauan dan
evaluasi
Masyarakat
sudah
mempraktekkan
perilaku Higiene
sanitasi secara
permanen
(5 pilar STBM)
Tangga Perubahan Perilaku -
Visi STBM
Gambar 3: Tangga Perubahan Perilaku Visi STBM
33
KONSEP DASAR PENDEKATAN STBM |
VIII.	 REFERENSI
1.	 Kar, Kamar, Working Paper 184, Subsidy or Self-Respect? Total
Community Sanitation in Bangladesh, Institute for Development
Studies, September 2003.
2.	 Kelompok Kerja Antar Departemen, Project WASPOLA, Film
Awakening Change, Community Led Total Sanitation in Indonesia,
Jakarta: 2006.
3.	 Kemenkes RI, Film STBM, Jakarta: 2009.
4.	 Kemenkes RI, Materi Advokasi STBM, Sekretariat STBM Nasional,
Jakarta: 2012.
5.	 Kemenkes RI, Buku Sisipan STBM: Kurikulum dan Modul Pelatihan
Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan, Jakarta:
2013.
6.	 Update STBM, www.stbm-indonesia.org
7.	 Sejarah Sanitasi, Seri AMPL 23, www.ampl.or.i
34 | KONSEP DASAR PENDEKATAN STBM
IX.	 LAMPIRAN
Lembar Penugasan
A.	 Pembelajaran Penerapan STBM
Dilakukan melalui Diskusi Kelompok. Maksimal waktu 90 menit.
Langkah-langkah melakukan diskusi kelompok:
a.	 Pembelajaran
•	 Ajukan pertanyaan kepada peserta program/proyek apa saja
yang memfasilitasi penerapan STBM yang sedang atau pernah
dilaksanakan di kabupaten/wilayah kerja peserta.
•	 Sepakatilah dengan peserta 3-4 program/proyek pelaksana STBM
yang akan diambil pembelajarannya, dan juga 1-2 narasumber yang
memahami program/proyek tersebut.
•	 Minta peserta berbagi dalam 3-4 kelompok sesuai program/proyek
yangakandidiskusikan.Aturlahagarjumlahpesertasetiapkelompok
seimbang.
•	 Mintasetiapkelompokuntukmenganalisa/mendiskusikanprogram/
proyek yang menjadi pilihannya (selama 20 menit) dengan pokok-
pokok kajian, sebagai berikut:
•	 Capaian ODF/SBS dibandingkan dengan target? dan kenapa
capaiannya seperti itu?
•	 Kesinambungan program (replikasi atau penyebarluasan ke wilayah
lain)? Dan kenapa kondisinya seperti itu?
•	 Minta kelompok menuliskan hasil diskusi pada kertas plano, dan jika
sudah selesai, menempelkannya di dinding atau kain tempel.
•	 Setelah seluruh kelompok menyelesaikan diskusinya, mintalah
masing-masing kelompok mempresentasikan secara singkat hasil
diskusinya selama 5 menit. Berikan kesempatan kepada peserta lain
untuk mengajukan pertanyaan klarifikasi, tetapi bukan pertanyaan
diskusi.
•	 Dari hasil diskusi pleno, Pemandu memfasilitasi penyimpulan diskusi
refleksi pelaksanaan STBM. Penyimpulan jangan terlalu difokuskan
pada hasil diskusi yang membahas mengenai “kenapa”, karena akan
dibahas pada diskusi selanjutnya.
35
KONSEP DASAR PENDEKATAN STBM |
Poin kunci untuk pemandu:
Ada 2 kemungkinan hasil diskusi peserta tentang
pembelajaran penerapan STBM:
1.	 Jawaban Pesimis, yaitu target ODF/SBS sulit tercapai dan
penerapan STBM tidak berkesinambungan atau tidak di
replikasi, dan
2.	 Jawaban Optimis, yaitu target ODF/SBS akan tercapai
dan penerapan STBM berkesinambungan atau akan
menyebar ke wilayah lain.
b.	 Diskusi Faktor Pendukung dan Penghambat
1.	 Sebagai pengantar diskusi, pemandu mengangkat kembali hasil
diskusi sebelumnya bahwa ada 2 kondisi berbeda yaitu a) optimis,
target tercapai dan penerapan STBM berkesinambungan, dan
b) pesimis, target sulit tercapai dan penerapan STBM tidak
berkesinambungan.
2.	 Pemandu meminta peserta kembali ke kelompok diskusi semula
untuk mendiskusikan hal-hal berikut selama 20 menit:
a.	 Apa yang menjadi faktor pendukung untuk kondisi yang
optimis?
b.	 Apa yang menjadi faktor penghambat bagi kondisi yang
pesimis?
3.	 Minta kelompok menuliskan hasil diskusi pada kertas metaplan
dengan warna yang berbeda untuk jawaban faktor pendukung dan
faktor penghambat.
4.	 Sementara peserta berdiskusi, pemandu menyiapkan kain tempel
dengan 2 kolom terpisah dengan judul ”faktor pendukung” dan
”faktor penghambat” dalam kertas metaplan panjang.
5.	 Mintalah salah satu kelompok untuk menempelkan terlebih
dahulu jawaban faktor pendukung. Kemudian kelompok lain
menambahkan jika ada jawaban yang berbeda. Lakukan hal yang
sama untuk jawaban faktor penghambat.
6.	 Lakukan proses klarifikasi dan penyepakatan dengan peserta jika
ada beberapa jawaban yang kurang pas atau tidak jelas.
36 | KONSEP DASAR PENDEKATAN STBM
c.	 Penutup
1.	 Dari hasil diskusi pleno, pemandu memfasilitasi penegasan (bukan
penyimpulan) tentang faktor-faktor pendukung dan penghambat.
B.	 Komponen STBM
Dilakukan melalui Diskusi Kelompok. Maksimal waktu 60 menit.
Langkah-langkah melakukan diskusi kelompok:
1.	 Pemandu menanyakan apakah peserta pernah mendengar
mengenai komponen STBM. Mintalah 2-3 peserta untuk
menjelaskan mengenai komponen STBM.
2.	 Tuliskan poin-poin kunci jawaban peserta ke dalam kertas plano.
Poin kunci untuk pemandu:
•	 Pilih peserta yang sudah mengenal 3 komponen STBM
•	 Giring diskusi untuk menyepakati 3 komponen STBM
berikut: demand, supply dan enabling
•	 Jika muncul komponen lain tanyakan pada peserta
apakah komponen tersebut berdiri sendiri atau bagian dari
dari salah komponen tersebut.
3.	 Peserta diminta untuk kembali dalam kelompoknya untuk
mendiskusikan hal-hal berikut dengan menggunakan hasil diskusi
tentang faktor pendukung dan penghambat:
•	 Kegiatan apa saja yang diperlukan untuk memunculkan factor
pendukung dan mengatasi faktor penghambat dalam pelaksanaan
STBM?
4.	 Mintalah kelompok menulis kegiatan-kegiatan tersebut pada kertas
metaplan.
5.	 Sementara peserta berdiskusi, pemandu menuliskan 3 komponen
STBM (demand, supply, enabling) dalam kertas metaplan dan
menempelkan pada kain tempel di 3 tempat berbeda yang
berbentuk segitiga.
37
KONSEP DASAR PENDEKATAN STBM |
Ilustrasi:
6.	 Pemandu meminta kelompok untuk menempelkan kegiatan-
kegiatan yang sudah diidentifikasi per komponen. Mulailah dengan
komponen demand, mintalah peserta untuk mengidentifikasi
kegiatan mana yang masuk komponen demand, ingatkan peserta
mengenai pengertian demand dari diskusi sebelumnya.
7.	 Lanjutkan proses diatas untuk komponen supply dan enabling.
8.	 Lakukan klarifikasi agar tidak terjadi pengelompokan yang kurang
tepat.
Poin kunci untuk pemandu:
•	 Kegiatan Demand adalah kegiatan-kegiatan yang terkait
dengan penumbuhan kebutuhan terhadap sanitasi
(perubahan perilaku), misalnya: pemicuan, promosi
kesehatan dan sanitasi, pendampingan tindak lanjut, dll.
•	 Kegiatan Supply adalah kegiatan-kegiatan yang terkait
dengan peningkatan penyediaan layanan sanitasi
(sanitation marketing), misalnya: memfasilitasi pemilihan
opsi teknologi jamban sehat, menciptakan wirausaha
sanitasi, menghubungkan masyarakat dengan wirausaha
sanitasi, dll.
•	 Kegiatan Enabling adalah kegiatan-kegiatan yang terkait
dengan penciptaan dan penguatan lingkungan pendukung
(dukungan dan keterlibatan para pelaku), misalnya:
advokasi kebijakan dan pendanaan, peningkatan kapasitas
(pelatihan, fasilitasi pembelajaran), pemantauan, dll.
38 | KONSEP DASAR PENDEKATAN STBM
9.	 Jika sebagian komponen memiliki kegiatan yang terbatas, pemandu
dapat meminta peserta untuk menambahkan kegiatan dalam
komponen tersebut, atau pemandu dapat juga menambahkan
dengan terlebih dahulu meminta tanggapan dan konfirmasi
peserta.
10.	 Dari hasil diskusi pleno, pemandu memfasilitasi penegasan (bukan
penyimpulan) tentang kegiatan-kegiatan untuk 3 komponen STBM.
C.	 Kaitan Tiga Komponen
Dilakukan melalui Diskusi Kelompok. Maksimal waktu 30 menit.
Langkah-langkah melakukan diskusi kelompok:
1.	 Pemandu memulai sesi belajar dengan menanyakan apakah
kegiatan-kegiatan di masing-masing komponen dapat berdiri
sendiri? Kenapa?
2.	 Mintalah 4-5 peserta untuk menanggapi dengan singkat (catatan
untuk pemandu: jika ada peserta yang menjawab bisa, biarkan
jangan ditanggapi dulu).
3.	 Ajaklah peserta untuk mengetes jawaban mereka dengan
pertanyaan-pertanyaan berikut:
•	 Jika tim fasilitator melakukan pemicuan dengan baik dan
masyarakat terpicu, namun pada saat bersamaan Bupati
meluncurkan program bantuan jamban. Apakah upaya
pemicuan akan berhasil?
•	 Jika masyarakat sudah terpicu untuk berubah dan ingin
segera membuat jamban sendiri, namun material untuk
jamban sulit diperolah atau harganya sangat mahal. Apakah
upaya perubahan perilaku tidak terhambat?
•	 Jika pemerintah daerah sudah termotivasi untuk mendukung
percepatan program STBM, namun kondisi wilayahnya sulit
dan belum tersedia opsi teknologi jamban yang terjangkau.
Apakah tujuan programnya akan berhasil?
39
KONSEP DASAR PENDEKATAN STBM |
4.	 Dari hasil curah pendapat dengan tiga pertanyaan diatas, pemandu
menanyakan kembali, apakah peserta masih ragu bahwa tiga
komponen STBM saling terkait dan tidak dapat dipisahkan?
5.	 Tegaskan kembali keterkaitan komponen STBM dengan membuat
tulisan dalam kartu ketiga komponen STBM dan menempelkan di
kain dalam bentuk segitiga besar.
6.	 Dari visualisasi ketiga komponen tersebut, ajak peserta melakukan
análisis bersama:
o	 Komponen mana saja sudah dan belum dilaksanakan?
o	 Mengapa itu terjadi?
o	 Bagaimana seharusnya?
7.	 Minta 2-3 peserta untuk memberikan tanggapannya.
8.	 Pemandu memfasilitasi penyimpulan dengan menegaskan kembali
bahwa dalam penerapan STBM ketiga komponen harus diterapkan
secara terintegrasi. Pemandu dapat memotivasi peserta untuk
mulai dari sekarang menerapan ketiga komponen STBM secara
lengkap.
9.	 Penutup. Pemandu memberikan salam penutup.
40 | KONSEP DASAR PENDEKATAN STBM
Modul MI.2. :
Pelaksanaan STBM
MODUL
MI.2.
Pelaksanaan
STBM
Modul MI.2.
Pelaksanaan STBM
I. DESKRIPSI SINGKAT						 41
II. TUJUAN PEMBELAJARAN					 41
III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN			 41
IV. BAHAN BELAJAR						42
V. METODE PEMBELAJARAN					 42
VI. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN			 43
VII. URAIAN MATERI						44
POKOK BAHASAN 1 : KONSEP DASAR PEMICUAN			 44
a. Pengertian Pemicuan						 44
b. Maksud dan Tujuan Pemicuan					 44
c. Tahapan Kegiatan Pemicuan					45
POKOK BAHASAN 2 : PRA PEMICUAN				 45
a. Persiapan Teknis dan Logistik untuk Menciptakan Suasana
yang Kondusif Sebelum Pemicuan				 45
b. Observasi Kebiasaan PHBS Masyarakat				 45
c. Persiapan Pemicuan : Penyusunan Jadwal, Pemilihan Lokasi, dll.	 46
d. Instrumen Pendukung untuk Melaksanakan Proses Pemicuan
di Komunitas						 47
POKOK BAHASAN 3 : LANGKAH-LANGKAH PEMICUAN		 48
a. Alur Penularan Penyakit (diagram F)				 48
b. Alat-Alat Utama dalam Penerapan Penilaian Kondisi Desa
Secara Partisipatif						 50
PELAKSANAAN STBM
c. Elemen Pemicuan dan Faktor Penghambat Pemicuan		 51
d. Yang Boleh dan Tidak Boleh Dalam Pemicuan			 53
POKOK BAHASAN 4 : ALAT-ALAT PADA METODE CLTS			 54
POKOK BAHASAN 5 : PASKA PEMICUAN				 54
a. Tangga Sanitasi Untuk 5 Pilar STBM				 54
b. Penyediaan Suplai Sanitasi dan Pemasaran Sanitasi		 58
c. Membangun Komitmen Masyarakat dengan Menuangkan
ke Dalam RTL						 58
d. Pendampingan dan Monitoring				 58
e. Promosi PHBS yang Berkelanjutan				 73
VIII.REFERENSI							73
IX. LAMPIRAN							74
LEMBAR KERJA							74
a. Panduan Melakukan Demo Alur Kontaminasi (Diagram F)		 74
b. Panduan Diskusi Kelompok Penggunaan Diagram F
untuk Memutus Alur Penularan Penyakit			 77
c. Panduan Simulasi Upper dan Lower dalam STBM		 80
d. Panduan Bermain Peran dalam Demonstrasi Alat-Alat Utama CLTS	82
PELAKSANAAN STBM
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes
Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes

More Related Content

What's hot

Program uks di puskesmas
Program uks di puskesmasProgram uks di puskesmas
Program uks di puskesmasJoni Iswanto
 
Posyandu Balita & Lansia
Posyandu Balita & LansiaPosyandu Balita & Lansia
Posyandu Balita & Lansiapjj_kemenkes
 
Juknis usaha kesehatan sekolah
Juknis usaha kesehatan sekolahJuknis usaha kesehatan sekolah
Juknis usaha kesehatan sekolahMuchtar Nurdin
 
Materi tentang rukuns
Materi tentang rukunsMateri tentang rukuns
Materi tentang rukunsroscici
 
Proposal kebidanan 1
Proposal kebidanan 1Proposal kebidanan 1
Proposal kebidanan 1Septi Azhari
 
Makalah posyandu dan kms AKBID YKN CABANG RAHA
Makalah posyandu dan kms AKBID YKN CABANG RAHA Makalah posyandu dan kms AKBID YKN CABANG RAHA
Makalah posyandu dan kms AKBID YKN CABANG RAHA Operator Warnet Vast Raha
 
Peran dan fungsi tp uks provinsi
Peran dan fungsi tp uks provinsi Peran dan fungsi tp uks provinsi
Peran dan fungsi tp uks provinsi makmur Idrus
 
Man it pkm pabuaran kel 7 tk 2 b d3 kep
Man it pkm pabuaran kel 7  tk 2 b d3 kepMan it pkm pabuaran kel 7  tk 2 b d3 kep
Man it pkm pabuaran kel 7 tk 2 b d3 kepFebiFrastikaYuniar
 
Modul Pelatihan Kader Posyandu
Modul Pelatihan Kader PosyanduModul Pelatihan Kader Posyandu
Modul Pelatihan Kader PosyanduMuh Saleh
 
Pengembangan program uks
Pengembangan program uksPengembangan program uks
Pengembangan program uksJoni Iswanto
 
Nakes teladan 2020 bu angga format baru
Nakes teladan 2020 bu angga format baruNakes teladan 2020 bu angga format baru
Nakes teladan 2020 bu angga format baruanggasarisiringoring
 
evaluasi dan rencana tindak lanjut
evaluasi dan rencana tindak lanjutevaluasi dan rencana tindak lanjut
evaluasi dan rencana tindak lanjutpjj_kemenkes
 

What's hot (15)

Makalah posyandu dan kms
Makalah posyandu dan kmsMakalah posyandu dan kms
Makalah posyandu dan kms
 
Program uks di puskesmas
Program uks di puskesmasProgram uks di puskesmas
Program uks di puskesmas
 
Posyandu Balita & Lansia
Posyandu Balita & LansiaPosyandu Balita & Lansia
Posyandu Balita & Lansia
 
Juknis usaha kesehatan sekolah
Juknis usaha kesehatan sekolahJuknis usaha kesehatan sekolah
Juknis usaha kesehatan sekolah
 
Materi tentang rukuns
Materi tentang rukunsMateri tentang rukuns
Materi tentang rukuns
 
Proposal kebidanan 1
Proposal kebidanan 1Proposal kebidanan 1
Proposal kebidanan 1
 
Uks newwwww
Uks newwwwwUks newwwww
Uks newwwww
 
Makalah posyandu dan kms AKBID YKN CABANG RAHA
Makalah posyandu dan kms AKBID YKN CABANG RAHA Makalah posyandu dan kms AKBID YKN CABANG RAHA
Makalah posyandu dan kms AKBID YKN CABANG RAHA
 
Peran dan fungsi tp uks provinsi
Peran dan fungsi tp uks provinsi Peran dan fungsi tp uks provinsi
Peran dan fungsi tp uks provinsi
 
Man it pkm pabuaran kel 7 tk 2 b d3 kep
Man it pkm pabuaran kel 7  tk 2 b d3 kepMan it pkm pabuaran kel 7  tk 2 b d3 kep
Man it pkm pabuaran kel 7 tk 2 b d3 kep
 
Modul Pelatihan Kader Posyandu
Modul Pelatihan Kader PosyanduModul Pelatihan Kader Posyandu
Modul Pelatihan Kader Posyandu
 
notulen
notulennotulen
notulen
 
Pengembangan program uks
Pengembangan program uksPengembangan program uks
Pengembangan program uks
 
Nakes teladan 2020 bu angga format baru
Nakes teladan 2020 bu angga format baruNakes teladan 2020 bu angga format baru
Nakes teladan 2020 bu angga format baru
 
evaluasi dan rencana tindak lanjut
evaluasi dan rencana tindak lanjutevaluasi dan rencana tindak lanjut
evaluasi dan rencana tindak lanjut
 

Similar to Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes

Panduan komunitas
Panduan komunitas Panduan komunitas
Panduan komunitas heri stks
 
Petunjuk teknis pemicuan di sekolah pemprov jawa timur 2012
Petunjuk teknis pemicuan di sekolah pemprov jawa timur 2012Petunjuk teknis pemicuan di sekolah pemprov jawa timur 2012
Petunjuk teknis pemicuan di sekolah pemprov jawa timur 2012Sekretariat STBM
 
Panduan penyusunan strategi saniitasi sekolah rev logo
Panduan penyusunan strategi saniitasi sekolah rev logoPanduan penyusunan strategi saniitasi sekolah rev logo
Panduan penyusunan strategi saniitasi sekolah rev logoReza Hendrawan
 
Panduan pkl edit 140717 edit masukan rapat
Panduan pkl edit 140717 edit masukan rapatPanduan pkl edit 140717 edit masukan rapat
Panduan pkl edit 140717 edit masukan rapatIcapDicaprio
 
Modul 3 kb 3 pelaksanaana
Modul 3 kb 3 pelaksanaanaModul 3 kb 3 pelaksanaana
Modul 3 kb 3 pelaksanaanapjj_kemenkes
 
Roadmap penelitian prodi d iii
Roadmap penelitian prodi d iiiRoadmap penelitian prodi d iii
Roadmap penelitian prodi d iiiadeputra93
 
KAK CAREGIVER BU LIKAH.pdf
KAK CAREGIVER BU LIKAH.pdfKAK CAREGIVER BU LIKAH.pdf
KAK CAREGIVER BU LIKAH.pdfPUSKESMASKEMBANG
 
Kpk.m2kb3 promosi kesehatan
Kpk.m2kb3   promosi kesehatanKpk.m2kb3   promosi kesehatan
Kpk.m2kb3 promosi kesehatanppghybrid4
 
Modul 3 kb 2 perencanaan
Modul 3 kb 2 perencanaanModul 3 kb 2 perencanaan
Modul 3 kb 2 perencanaanpjj_kemenkes
 
01.Buku-pedoman-pembinaan-UKS-2019.pdf
01.Buku-pedoman-pembinaan-UKS-2019.pdf01.Buku-pedoman-pembinaan-UKS-2019.pdf
01.Buku-pedoman-pembinaan-UKS-2019.pdfSDNkandangan1ngawi
 
Pedoman pelayanan upaya kesehatan perseorangan
Pedoman pelayanan upaya kesehatan perseoranganPedoman pelayanan upaya kesehatan perseorangan
Pedoman pelayanan upaya kesehatan perseorangantitisdwina
 
255254380 md-3-kebijakan-program-penyehatan-lingkungan-terampil-pelaksana
255254380 md-3-kebijakan-program-penyehatan-lingkungan-terampil-pelaksana255254380 md-3-kebijakan-program-penyehatan-lingkungan-terampil-pelaksana
255254380 md-3-kebijakan-program-penyehatan-lingkungan-terampil-pelaksanaHafiz Duallist
 
Panduan Kurikulum Nasional Kesmas AIPTKMI.pdf
Panduan Kurikulum Nasional Kesmas AIPTKMI.pdfPanduan Kurikulum Nasional Kesmas AIPTKMI.pdf
Panduan Kurikulum Nasional Kesmas AIPTKMI.pdfachmadlukmanhakim1
 
Modul 4 kb 3 mtbs atau mtbm
Modul 4 kb 3 mtbs atau mtbmModul 4 kb 3 mtbs atau mtbm
Modul 4 kb 3 mtbs atau mtbmpjj_kemenkes
 
Pedoman Pengembangan Sanitasi Sekolah Dasar 2020
Pedoman Pengembangan Sanitasi Sekolah Dasar 2020Pedoman Pengembangan Sanitasi Sekolah Dasar 2020
Pedoman Pengembangan Sanitasi Sekolah Dasar 2020Reza Hendrawan
 
PEDOMAN INTERNAL UKS.docx
PEDOMAN INTERNAL UKS.docxPEDOMAN INTERNAL UKS.docx
PEDOMAN INTERNAL UKS.docxChristinaLaura1
 

Similar to Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes (20)

Panduan komunitas
Panduan komunitas Panduan komunitas
Panduan komunitas
 
Petunjuk teknis pemicuan di sekolah pemprov jawa timur 2012
Petunjuk teknis pemicuan di sekolah pemprov jawa timur 2012Petunjuk teknis pemicuan di sekolah pemprov jawa timur 2012
Petunjuk teknis pemicuan di sekolah pemprov jawa timur 2012
 
Kak jiwa
Kak jiwaKak jiwa
Kak jiwa
 
Panduan penyusunan strategi saniitasi sekolah rev logo
Panduan penyusunan strategi saniitasi sekolah rev logoPanduan penyusunan strategi saniitasi sekolah rev logo
Panduan penyusunan strategi saniitasi sekolah rev logo
 
Panduan pkl edit 140717 edit masukan rapat
Panduan pkl edit 140717 edit masukan rapatPanduan pkl edit 140717 edit masukan rapat
Panduan pkl edit 140717 edit masukan rapat
 
Panduan ol mp
Panduan ol mpPanduan ol mp
Panduan ol mp
 
Modul 3 kb 3 pelaksanaana
Modul 3 kb 3 pelaksanaanaModul 3 kb 3 pelaksanaana
Modul 3 kb 3 pelaksanaana
 
Rencana program UKS
Rencana program UKSRencana program UKS
Rencana program UKS
 
Program kesehatan
Program kesehatanProgram kesehatan
Program kesehatan
 
Roadmap penelitian prodi d iii
Roadmap penelitian prodi d iiiRoadmap penelitian prodi d iii
Roadmap penelitian prodi d iii
 
KAK CAREGIVER BU LIKAH.pdf
KAK CAREGIVER BU LIKAH.pdfKAK CAREGIVER BU LIKAH.pdf
KAK CAREGIVER BU LIKAH.pdf
 
Kpk.m2kb3 promosi kesehatan
Kpk.m2kb3   promosi kesehatanKpk.m2kb3   promosi kesehatan
Kpk.m2kb3 promosi kesehatan
 
Modul 3 kb 2 perencanaan
Modul 3 kb 2 perencanaanModul 3 kb 2 perencanaan
Modul 3 kb 2 perencanaan
 
01.Buku-pedoman-pembinaan-UKS-2019.pdf
01.Buku-pedoman-pembinaan-UKS-2019.pdf01.Buku-pedoman-pembinaan-UKS-2019.pdf
01.Buku-pedoman-pembinaan-UKS-2019.pdf
 
Pedoman pelayanan upaya kesehatan perseorangan
Pedoman pelayanan upaya kesehatan perseoranganPedoman pelayanan upaya kesehatan perseorangan
Pedoman pelayanan upaya kesehatan perseorangan
 
255254380 md-3-kebijakan-program-penyehatan-lingkungan-terampil-pelaksana
255254380 md-3-kebijakan-program-penyehatan-lingkungan-terampil-pelaksana255254380 md-3-kebijakan-program-penyehatan-lingkungan-terampil-pelaksana
255254380 md-3-kebijakan-program-penyehatan-lingkungan-terampil-pelaksana
 
Panduan Kurikulum Nasional Kesmas AIPTKMI.pdf
Panduan Kurikulum Nasional Kesmas AIPTKMI.pdfPanduan Kurikulum Nasional Kesmas AIPTKMI.pdf
Panduan Kurikulum Nasional Kesmas AIPTKMI.pdf
 
Modul 4 kb 3 mtbs atau mtbm
Modul 4 kb 3 mtbs atau mtbmModul 4 kb 3 mtbs atau mtbm
Modul 4 kb 3 mtbs atau mtbm
 
Pedoman Pengembangan Sanitasi Sekolah Dasar 2020
Pedoman Pengembangan Sanitasi Sekolah Dasar 2020Pedoman Pengembangan Sanitasi Sekolah Dasar 2020
Pedoman Pengembangan Sanitasi Sekolah Dasar 2020
 
PEDOMAN INTERNAL UKS.docx
PEDOMAN INTERNAL UKS.docxPEDOMAN INTERNAL UKS.docx
PEDOMAN INTERNAL UKS.docx
 

Recently uploaded

PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptxPB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptxBudyHermawan3
 
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptxPB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptxBudyHermawan3
 
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptxPengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptxBudyHermawan3
 
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptxTata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptxBudyHermawan3
 
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditPermen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditYOSUAGETMIRAJAGUKGUK1
 
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama DesapptxPB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama DesapptxBudyHermawan3
 
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptxKonsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptxBudyHermawan3
 
Perencanaan Pembangunan Desa berbasis akuntabel.pptx
Perencanaan Pembangunan Desa berbasis akuntabel.pptxPerencanaan Pembangunan Desa berbasis akuntabel.pptx
Perencanaan Pembangunan Desa berbasis akuntabel.pptxBudyHermawan3
 
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptxInovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptxBudyHermawan3
 
PPT Seminar Kinerja Keuangan Provinsi Sulawesi tengah.pptx
PPT Seminar Kinerja Keuangan Provinsi Sulawesi tengah.pptxPPT Seminar Kinerja Keuangan Provinsi Sulawesi tengah.pptx
PPT Seminar Kinerja Keuangan Provinsi Sulawesi tengah.pptxssuser8905b3
 
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdfPemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdfHarisKunaifi2
 
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptxMembangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptxBudyHermawan3
 
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptxLAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptxBudyHermawan3
 
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptxAparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptxBudyHermawan3
 

Recently uploaded (14)

PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptxPB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
 
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptxPB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
 
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptxPengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
 
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptxTata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
 
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditPermen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
 
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama DesapptxPB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
 
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptxKonsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
 
Perencanaan Pembangunan Desa berbasis akuntabel.pptx
Perencanaan Pembangunan Desa berbasis akuntabel.pptxPerencanaan Pembangunan Desa berbasis akuntabel.pptx
Perencanaan Pembangunan Desa berbasis akuntabel.pptx
 
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptxInovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
 
PPT Seminar Kinerja Keuangan Provinsi Sulawesi tengah.pptx
PPT Seminar Kinerja Keuangan Provinsi Sulawesi tengah.pptxPPT Seminar Kinerja Keuangan Provinsi Sulawesi tengah.pptx
PPT Seminar Kinerja Keuangan Provinsi Sulawesi tengah.pptx
 
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdfPemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdf
 
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptxMembangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
 
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptxLAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
 
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptxAparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
 

Pelatihan STBM Dosen Kesling Poltekes

  • 1. KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 2013 KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) BAGI DOSEN JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLITEKNIK KESEHATAN DI INDONESIA
  • 2. Katalog Dalam Terbitan, Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kurikulum dan Modul Pelatihan STBM bagi Dosen Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan di Indonesia - Jakarta : Kementerian Kesehatan RI 2013 ISBN 978-602-235-467-3 1. Judul I. SANITATION - EDUCATION II. COMMUNITY HEALTH SERVICES 363.72 Ind k
  • 3. Pemerintah Indonesia melakukan upaya percepatan peningkatan akses terhadap sanitasi yang layak. Tahun 2005, pendekatan Community-Led Total Sanitation (CLTS) diujicobakan di 6 kabupaten dan selanjutnya direplikasi pada tahun 2006 dan 2007. Hasilnya, pada tahun 2007 ada 680 desa yang telah mendeklarasikan kondisi terbebas dari praktek buang air besar sembarangan (BABS) atau biasa disebut Open Defecation Free (ODF). Ini memperlihatkan bahwa pendekatan subsidi dan penyediaan sarana fisik (hardware), yang sebelumnya dilakukan pemerintah, ternyata tidak mampu menjamin perubahan perilaku masyarakat maupun meningkatkan akses sanitasi. Tahun 2009, pemerintah menekankan perhatian kepada aspek sanitasi dan higiene dengan memasukkan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN 2010 – 2014) prioritas 3 bidang kesehatan memprioritaskan upaya preventif dan promotif terpadu melalui peningkatan akses air minum 67% dan sanitasi 75% pada tahun 2014. Hal ini sejalan dengan komitmen pemerintah dalam pencapaian target MDGs 2015. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) merupakan pendekatan yang cukup efektif untuk mempercepat akses terhadap sanitasi yang layak melalui perubahan perilaku secara kolektif dan pemberdayaan masyarakat. Saat ini, STBM telah banyak diadopsi oleh berbagai lembaga pemerintah dan non pemerintah di Indonesia seperti Bappenas, Kementerian Kesehatan, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Dalam Negeri, WES-UNICEF, WSP-World Bank, IUWASH, High Five, Plan Indonesia, WVI, Simavi, USDP, YPCII, CD Bethesda, Yayasan Dian Desa dan lain-lain. STBM yang mengutamakan pendekatan perubahan perilaku membutuhkan sumber daya manusia yang terampil dan tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Hasil studi kerjasama antara Bappenas dan Bank Dunia (2012) menunjukan bahwa dalam jangka pendek, dibutuhkan 12.000 Kata PengaNtar Direktur Jenderal PP&PL Kemenkes i
  • 4. tenaga sanitasi profesional, termasuk diantaranya tenaga terdidik yang baru lulus dari universitas (new intake) dan dalam jangka menengah diperlukan tambahan 18.000 tenaga sanitasi profesional. Sehubungan dengan hal tersebut, Kementerian Kesehatan berupaya untuk mengintegrasikan program STBM ke dalam sistem pendidikan kesehatan, khususnya pada jurusan Kesehatan Lingkungan, Politeknik Kesehatan. Diharapkan para lulusan nantinya akan memiliki keterampilan di bidang pemberdayaan masyarakat dengan pendekatan perubahan perilaku dan mampu berkontribusi dalam percepatan pencapaian target MDG 7C dan pembangunan kesehatan nasional khususnya untuk memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat mandiri dan berkeadilan. Terima kasih kami sampaikan kepada WSP-World Bank, WES-UNICEF, SHAW-SIMAVI, USDP, Plan Indonesia, IUWASH, High Five, WVI, dan semua pihak yang telah mendukung tersusunnya modul STBM bagi dosen jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan di Indonesia Semoga modul ini bermanfaat. Jakarta, 21 November 2013 Direktur Jenderal PP dan PL Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama ii
  • 5. Kata Pengantar Direktur Jenderal PP & PL Kemenkes i Daftar Isi iii BAGIAN 1. KURIKULUM PELATIHAN STBM BAGI DOSEN JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLTEKES DI INDONESIA BAB I. PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang 1 B. Filosofi Pelatihan 2 BAB II. PERAN, FUNGSI, DAN KOMPETENSI 4 A. Peran 4 B. Fungsi 4 C. Kompetensi 4 BAB III. TUJUAN PELATIHAN 5 A. Tujuan Umum 5 B. Tujuan Khusus 5 BAB IV. STRUKTUR PROGRAM 6 BAB V. GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN 7 BAB VI. DIAGRAM ALIR PROSES PEMBELAJARAN 18 BAB VII. PESERTA, PELATIH DAN PENGENDALI PELATIHAN 22 A. Peserta 22 B. Pelatih/ Fasilitator/ Instruktur 22 C. Pengendali Pelatihan (Master of Training) 22 BAB VIII. PENYELENGGARA DAN TEMPAT PENYELENGGARAAN 23 A. Penyelenggara 23 B. Tempat Penyelenggaraan 23 BAB IX. EVALUASI 24 BAB X. SERTIFIKAT 26 Daftar Isi iii
  • 6. BAGIAN 2. MODUL PELATIHAN STBM BAGI DOSEN JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLTEKES DI INDONESIA Modul MD.1. Kebijakan dan Strategi Nasional STBM 1 Modul MI.1. Konsep Dasar Pendekatan STBM 14 Modul MI.2. Pelaksanaan STBM 41 Modul MI.3. Pemicuan di Komunitas 83 Modul MP.1. Membangun Komitmen Belajar (BLC) 106 Modul MP.2. Rencana Tindak Lanjut (RTL) 120 iv
  • 7. KURIKULUM PELATIHAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) BAGI DOSEN JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLITEKNIK KESEHATAN DI INDONESIA Bagian 1 KURIKULUM Pelatihan STBM bagi Dosen Jurusan Kesling Poltekes di Indonesia
  • 8. 2
  • 9. 1 A. Latar Belakang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang selanjutnya disebut STBM merupakan pendekatan dan paradigma baru pembangunan sanitasi di Indonesia yang mengedepankan pemberdayaan masyarakat dan perubahan perilaku. STBM ditetapkan sebagai kebijakan nasional berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 852/MENKES/SK/IX/2008 untuk mempercepat pencapaian pembangunan milenium (MDGs) tujuan 7C, yaitu mengurangi hingga setengah penduduk yang tidak memiliki akses terhadap air bersih dan sanitasi pada tahun 2015. Diharapkan pada tahun 2025, Indonesia bisamencapaisanitasitotaluntukseluruhmasyarakat,sebagaimanatercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Indonesia. Pendekatan STBM diadopsi dari hasil uji coba Community Led Total Sanitation (CLTS) yang telah sukses dilakukan di beberapa lokasi proyek air minum dan sanitasi di Indonesia, khususnya dalam mendorong kesadaran masyarakat untuk mengubah perilaku buang air besar sembarangan (BABS) menjadi buang air besar di jamban yang higiene dan layak. Perubahan perilaku BAB merupakan pintu masuk perubahan perilaku santasi secara menyeluruh. Atas dasar pengalaman keberhasilan CLTS, pemerintah Indonesia menyempurnakan pendekatan CLTS dengan aspek sanitasi lain yang saling berkaitan yang ditetapkan sebagai 5 pilar STBM, yaitu (1) Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS), (2) Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS), (3) Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAMM-RT), (4) Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (PS-RT), dan Pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga (PLC- RT). Pendekatan STBM terdiri dari tiga komponen yang harus dilaksanakan secara seimbang dan komprehensif, yaitu: 1) peningkatan kebutuhan sanitasi, 2) peningkatan penyediaan sanitasi, dan 3) peningkatan lingkungan yang kondusif. Dalampelaksanaannya,STBMmembutuhkansumberdayamanusiaterampil yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Hasil studi kerjasama antara Bappenas dan Bank Dunia (2012) menunjukkan bahwa dalam jangka pendek, BAB I. PENDAHULUAN
  • 10. dibutuhkan 12.000 tenaga sanitasi profesional, termasuk diantaranya tenaga terdidik yang baru lulus dari institusi pendidikan dan dalam jangka menengah diperlukan tambahan 18.000 tenaga sanitasi profesional1 . Sehubungan dengan hal tersebut, Kementerian Kesehatan berupaya untuk meningkatkan kompetensi tenaga dosen Politeknik Kesehatan (Poltekes) jurusan kesehatan lingkungan (Kesling) melalui pelatihan-pelatihan yang terakreditasi. Melalui jalur pendidikan, Kemenkes mengintegrasikan pendekatan STBM ke dalam institusi pendidikan kesehatan, khususnya di jurusan Kesehatan Kesling, Poltekes. Sehingga diharapkan para lulusan nantinya akan memiliki keterampilan di bidang pemberdayaan masyarakat dengan pendekatan perubahan perilaku dalam program-program pemerintah yang menggunakan pendekatan STBM. Untuk melaksanakan upaya penguatan kapasitas pelaksana program STBM melalui jalur pendidikan formal di bidang kesehatan, maka perlu dilakukan pelatihan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) bagi dosen-dosen jurusan Kesling di Poltekes. Diharapkan dosen yang telah dilatih nantinya dapat mengintegrasikan pendekatan STBM ke dalam mata kuliah yang telah disepakati, diantaranya mata kuliah Promosi Kesehatan, Pemberdayaan Masyarakat dan Dasar- Dasar Pemecahan Masalah Kesehatan Lingkungan. Untuk menyelenggarakan pelatihan tersebut, maka perlu disusun Kurikulum dan Modul Pelatihan STBM bagi dosen Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekes. Kurikulum dan modul tersebut selanjutnya dapat dipergunakan sebagai acuan dalam melakukan pelatihan STBM bagi dosen Jurusan Kesling Poltekes di seluruh Indonesia. B. Filosofi Pelatihan Pelatihan STBM bagi dosen jurusan kesehatan lingkungan di Poltekes ini diselenggarakan dengan menggunakan filosofi pelatihan sebagai berikut : 1. Berorientasi kepada profesionalisme, yaitu : a. Sesuai dengan kemampuan dan keahliannya di bidang kesehatan lingkungan. 1 PT. Qipra Galang Kualita, Sanitation Personnel: Capacity Development Strategy, Final Report of the Sanitation Training and Capacity Study, Jakarta: 2012. 2
  • 11. b. Sesuai kewenangan dan tugas pokok dan fungsi (TUPOKSI) serta tanggung jawab atas pekerjaannya. 2. Prinsip pembelajaran orang dewasa (andragogi), dimana selama pelatihan peserta berhak untuk : a. Didengarkan dan dihargai pengalamannya dalam hal pengajaran, pemberdayaan masyarakat, perubahan perilaku, dan STBM. b. Dipertimbangkan setiap ide dan pendapatnya, sejauh berada di dalam konteks pelatihan. c. Diberikan kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam setiap proses pembelajaran. d. Tidak dipermalukan, dilecehkan ataupun diabaikan. 3. Berorientasi kepada peserta, dimana peserta berhak untuk: a. Mendapatkan 1 paket bahan belajar tentang STBM. b. Mendapatkan pelatih profesional yang dapat memfasilitasi pembelajaran dengan berbagai metode, melakukan umpan balik, dan menguasai materi STBM. c. Belajar sesuai dengan gaya belajar yang dimilikinya, baik secara visual, auditorial maupun kinestetik (gerak). d. Belajar dengan modal pengetahuan yang dimiliki masing- masing tentang STBM, dan saling berbagi pengetahuan maupun pengalaman antar peserta maupun fasilitator. e. Melakukan refleksi dan memberikan umpan balik secara terbuka. f. Melakukan evaluasi dan dievaluasi. 4. Berbasis kompetensi, yang memungkinkan peserta untuk : a. Mengembangkan keterampilannya langkah demi langkah dalam memperoleh kompetensi yang diharapkan. b. Menunjukkan pengetahuan dan keterampilan yang dapat diukur c. Memperoleh sertifikat setelah dinyatakan berhasil mencapai kompetensi yang diharapkan pada akhir pelatihan. 5. Learning by doing yang memungkinkan peserta untuk: a. Melakukan experimentasi berbagai kasus dalam menterjemahkan 3 komponen dan 5 pilar STBM. b. Melakukan pengulangan ataupun perbaikan yang dirasa perlu bersama-sama dengan fasilitator. 3
  • 12. BAB II. PERAN, FUNGSI, DAN KOMPETENSI Peserta yang telah menyelesaikan pelatihan ini, mempunyai peran dan fungsi serta kompetensi sebagai berikut : A. Peran Setelah selesai mengikuti pelatihan ini, maka peserta berperan sebagai dosen jurusan kesling di Poltekes yang memahami pendekatan STBM. B. Fungsi Dalam melakukan perannya tersebut, maka peserta mempunyai fungsi sebagai dosen jurusan kesling di Poltekes yang dapat mengintegrasikan pendekatan STBM ke dalam mata kuliah Promosi Kesehatan, Pemberdayaan Masyarakat dan Dasar-Dasar Pemecahan Masalah Kesehatan Lingkungan. C. Kompetensi Untuk melaksanakan peran dan fungsi tersebut, maka peserta memiliki kompetensi dalam hal : 1. Menjelaskan kebijakan dan strategi nasional STBM. 2. Menjelaskan konsep dasar pendekatan STBM. 3. Melakukan pelaksanaan STBM. 4. Melakukan pemicuan di komunitas. 4
  • 13. BAB III. TUJUAN PELATIHAN A. Tujuan Umum Setelah selesai mengikuti pelatihan ini, peserta mampu memahami konsep dasar dan pelaksanaan STBM untuk diintegrasikan ke dalam mata kuliah Promosi Kesehatan, Pemberdayaan Masyarakat dan Dasar-Dasar Pemecahan Masalah Kesehatan Lingkungan. B. Tujuan Khusus Setelah selesai mengikuti pelatihan ini, peserta mampu : 1. Menjelaskan kebijakan dan strategi nasional STBM. 2. Menjelaskan konsep dasar pendekatan STBM. 3. Melakukan pelaksanaan STBM. 4. Melakukan pemicuan dikomunitas. 5
  • 14. BAB IV. STRUKTUR PROGRAM No MATERI WAKTU JML T P PL A MATERI DASAR 1. Kebijakan dan Strategi Nasional STBM 2 0 0 2 Subtotal A : 2 0 0 2 B MATERI INTI 1. Konsep Dasar Pendekatan STBM 2. Pelaksanaan STBM 3. Pemicuan di Komunitas. 2 4 1 4 6 3 0 0 6 6 10 10 Subtotal B : 7 13 6 26 C MATERI PENUNJANG 1. Membangun Komitmen Belajar (BLC) 2. Rencana Tindak Lanjut (RTL) 1 1 2 2 0 0 3 3 Subtotal C : 2 4 0 6 Total (A+B+C) : 11 17 6 34 Keterangan : T = Teori ; P = Penugasan ; PL = Praktik Lapangan 1 JP @ 45 menit Untuk mencapai tujuan pelatihan yang telah ditetapkan tersebut, maka disusun materi pelatihan dengan struktur program yang terdiri dari materi dasar, materi inti dan materi penunjang dengan jumlah keseluruhan jam pelajaran (JP) sebanyak 34 JP seperti yang tertera pada struktur program sebagai berikut : 6 B C
  • 15. BAB V. GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN 7 Nomor : MD.1 Judul Materi : Kebijakan dan Strategi Nasional STBM Waktu : 2 JP (T=2 jp; P=0 jp; PL=0 jp) Tujuan Pembelajaran Umum : Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami kebijakan dan strategi nasional STBM. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan Metode Media dan Alat Bantu Referensi Setelah mengikuti materi ini peserta mampu: 1. M enjelaskan arah kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi di Indonesia, 1. A rah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Sanitasi di Indonesia a. Arah kebijakan dan strategi nasional pembangunan sanitasi, b. A rah kebijakan dan strategi STBM. • CTJ • Curah Pendapat • Bahan tayang (slide ppt), • LCD projector, • Komputer / laptop, • Modul. • Bappenas, Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan Sanitasi, Jakarta: 2003, • Setneg RI, Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang RPJPN 2005-2025, Jakarta: 2005, • Depkes RI, Kepmenkes No. 852/2008, tentang Strategi Nasional STBM, Jakarta: 2008,
  • 17. 9 Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan Metode Media dan Alat Bantu Referensi Setelah mengikuti materi ini peserta mampu : 1. M enjelaskan pengertian STBM, 1. Pengertian STBM a. Pengertian STBM, b. T ujuan STBM, c. Sejarah Program Pembangunan Sanitasi, d. K onsep STBM. • CTJ • Putar film • Curah Pendapat • Bahan tayang (slide ppt / film), • LCD projector, • Komputer/ laptop, • Flipchart, • Spidol, • Meta plan, • Kain tempel, • Modul. • Kar, Kamar, Working Paper 184, Subsidy or Self-Respect? Total Community Sanitation in Bangladesh, Institute for Development Studies, September 2003. • Kelompok Kerja Antar Departemen, Project WASPOLA, Film Awakening Change, Community Led Total Sanitation in Indonesia, Jakarta: 2006, • Kemenkes RI, Film STBM, Jakarta: 2009, 2. M enjelaskan komponen STBM, 2. Tiga Komponen Pokok STBM a. Peningkatan kebutuhan dan permintaan sanitasi, b. Peningkatan penyediaan/suplai sanitasi, c. Penciptaan lingkungan yang kondusif. • CTJ • Curah Pendapat • Bahan tayang (slide ppt), • LCD projector, • Komputer / laptop, • Flipchart, • Spidol, • Meta plan, • Kain tempel, • Modul. Nomor : MI.1 Judul Materi : Konsep Dasar Pendekatan STBM Waktu : 6 JP (T=2 jp; P=4 jp; PL=0 jp) Tujuan Pembelajaran Umum : Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami konsep dasar STBM.
  • 18. 10 Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan Metode Media dan Alat Bantu Referensi 3. M enjelaskan lima pilar STBM, 3. Lima Pilar STBM a. Pengertian, b. Penyelenggara Pelaksanaan 5 Pilar STBM, c. Manfaat Pelaksanaan 5 pilar STBM, d. Tujuan Pelaksanaan 5 pilar STBM. • CTJ • Curah Pendapat • Bahan tayang (slide ppt), • LCD projector, • Komputer / laptop, • Flipchart, • Spidol, • Meta plan, • Kain tempel, • Modul. • Kemenkes RI, Modul Higiene Sanitasi Makanan dan Minuman, Dit. PL, Jakarta: 2012, • Kemenkes RI, Materi Advokasi STBM, Sekretariat STBM Nasional, Jakarta: 2012, • Kemenkes RI, Buku Sisipan STBM: Kurikulum dan Modul Pelatihan Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan, Jakarta: 2013, Update STBM, www. stbm-indonesia.org, Sejarah Sanitasi, Seri AMPL 23, www.ampl. or.id. 4. M enjelaskan Prinsip-Prinsip STBM, 4. Prinsip-Prinsip STBM a. Tanpa subsidi, b. Masyarakat sebagai pemimpin, c. Tidak menggurui / memaksa, d. Totalitas seluruh komponen masyarakat. • Diskusi • Penugasan • Tanya jawab • Bahan tayang (slide ppt), • LCD projector, • Komputer / laptop, • Flipchart, • Spidol, • Meta plan, • Kain tempel, • Panduan penugasan, • Modul. 5.Menjelaskan pilar perubahan perilaku pada STBM dan tangga Perubahan Perilaku. 5. Pilar Perubahan Perilaku STBM dan Tangga Perubahan Perilaku a. Tangga Sanitasi, b. Tangga perubahan perilaku visi STBM. • CTJ • Curah Pendapat • Diskusi • Bahan tayang (slide ppt), • LCD projector, • Komputer / laptop, • Flipchart, • Spidol, • Meta plan, • Kain tempel, • Panduan diskusi kelompok, • Modul.
  • 19. 11 Nomor : MI.2 Judul Materi : Pelaksanaan STBM Waktu : 10 JP (T=4 jp; P=6 jp; PL=0 jp) Tujuan Pembelajaran Umum : Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan pelaksanaan STBM di komunitas. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan Metode Media dan Alat Bantu Referensi Setelah mengikuti materi ini peserta mampu : 1. Menjelaskan konsep dasar pemicuan, 1. Konsep Dasar Pemicuan a. Pengertian pemicuan, b. Maksud dan tujuan pemicuan, c. Tahapan kegiatan pemicuan. • CTJ • Pemutaran film • Bahan tayang (slide ppt/ film), • LCD projector, • Komputer / laptop, • Flipchart, • Spidol, • Meta plan, • Kain tempel, • Modul. • WSP, Film Memicu Perubahan Menuju Sanitasi Total di Maharashta, India, New Delhi: 2004, • Depkes RI, Film Tahapan Pemicuan CLTS, Kenongo, Jakarta: 2005,
  • 20. 12 Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan Metode Media dan Alat Bantu Referensi 2. Merencanakan Pemicuan, 2. Pra-Pemicuan a. Persiapan teknis dan logistik untuk menciptakan suasana yang kondusif sebelum pemicuan, b. Observasi kebiasaan PHBS masyarakat, c. Persiapan pemicuan : penyusunan jadwal, pemilihan lokasi, dll., d. Instrumen pendukung untuk melaksanakan proses pemicuan di komunitas. • CTJ • Diskusi kelompok • Simulasi • Bahan tayang (slide ppt), • LCD projector, • Komputer / laptop, • Flipchart, • Spidol, • Meta plan, • Kain tempel, • Lembar panduan diskusi kelompok, • Lembar panduan Simulasi, • Modul. • Depkes RI, Modul Pelatihan Stop BABS, Dit. PL, Jakarta: 2008 • Kemenkes RI, Buku Sisipan STBM: Kurikulum dan Modul Pelatihan Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan, Jakarta: 2013. • Kemenkes RI, Pedoman Teknis Lapangan STBM, Ditjen PP&PL, Jakarta: 2013. 3. Melakukan langkah- langkah pemicuan menggunakan metode CLTS, 3. Langkah-Langkah Pemicuan : a. Alur penularan penyakit (diagram F), b. Alat-alat utama dalam penerapan penilaian kondisi desa secara partisipatif, c. Elemen pemicuan dan faktor penghambat pemicuan, d. Yang boleh dan tidak boleh dalam pemicuan. • CTJ • Diskusi kelompok • Simulasi • Bahan tayang (slide ppt), • LCD projector, • Komputer / laptop, • Flipchart, • Spidol, • Meta plan, • Kain tempel, • Lembar panduan diskusi kelompok, • Lembar panduan Simulasi, • Modul.
  • 21. 13 Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan Metode Media dan Alat Bantu Referensi 4. Mempraktekkan alat alat dengan metode CLTS, 4. Alat-alat Pada Metode CLTS • Simulasi • Bahan tayang (slide ppt), • LCD projector, • Komputer / laptop, • Flipchart, • Spidol, • Meta plan, • Kain tempel, • Lembar panduan Simulasi, • Modul. 5. Menjelaskan kegiatan paska pemicuan. 5. Kegiatan Paska Pemicuan : a. Tangga sanitasi untuk 5 pilar STBM, b. Penyediaan suplai sanitasi dan pemasaran sanitasi, c. Membangun komitmen masyarakat dengan menuangkan ke dalam RTL, d. Pendampingan dan monitoring, e. Promosi PHBS yang berkelanjutan. • CTJ • Diskusi kelompok • Bahan tayang (slide ppt), • LCD projector, • Komputer / laptop, • Flipchart, • Spidol, • Meta plan, • Kain tempel, • Lembar panduan diskusi kelompok, • Modul.
  • 22. 14 Nomor : MI.3 Judul Materi : Pemicuan d Komunitas. Waktu : 10 JP (T=1 jp; P=3 jp; PL=6 jp) Tujuan Pembelajaran Umum : Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan pemicuan di komunitas. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan Metode Media dan Alat Bantu Referensi Setelah mengikuti materi ini peserta latih mampu: 1. Melakukan persiapan pemicuan di masyarakat, 1. Persiapan Pemicuan di Masyarakat a . Persiapan lapang, b . P embentukan kelompok, praktek kerja lapang / tim pemicu, c . Penyiapan alat dan bahan, d . P enyusunan strategi (panduan praktek lapang) dan simulasi kelompok. • CTJ • Diskusi Kelompok • Flipchart, • Spidol, • Meta plan, • Kain tempel, • Alat-alat dan bahan untuk pemicuan, • Data dasar kondisi lokasi yang akan dipicu, • Lembar panduan diskusi, • Lembar panduan observasi, • Panduan pemicuan/ praktik, • Format Laporan PKL, • Kemenkes RI, Pedoman Teknis Lapangan STBM, Ditjen PPPL, Jakarta: 2013. 2. Melakukan pemicuan di masyarakat, 2. Pemicuan di masyarakat • Praktik 3. Melakukan diskusi pleno dengan masyarakat, 3. Diskusi pleno dengan masyarakat • CTJ • Curah pendapat • Diskusi
  • 23. 15 Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan Metode Media dan Alat Bantu Referensi 4. Menyusun laporan hasil pemicuan di masyarakat, 4. Laporan Hasil Pemicuan • Penulisan laporan • Laporan temuan lapangan / PKL, • Lembar evaluasi pemicuan, • Modul. 5. Melakukan evaluasi terhadap proses pemicuan yang telah dilaksanakan. 5. Evaluasi Hasil Pemicuan • Tanya jawab • Diskusi • Umpan Balik Nomor : MP.1 Judul Materi : Membangun Komitmen Belajar (BLC) Waktu : 3 JP (T=1 jp; P=2 jp; PL=0 jp) Tujuan Pembelajaran Umum : Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu membangun komitmen belajar dalam rangka menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif selama proses pelatihan berlangsung. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan Metode Media dan Alat Bantu Referensi Setelah mengikuti materi ini peserta mampu: 1. Mengenal sesama warga pembelajar pada proses pelatihan, 1. Perkenalan • CTJ • Curah pendapat • Bahan tayang (slide ppt), • Flipchart,
  • 24. 2. Menyiapkan diri untuk belajar bersama secara aktif dalam suasana yang kondusif, 2. Pencairan (ice breaking) • Permainan • Spidol, • Meta plan, • Kain tempel, • Jadwal dan alur pelatihan, • Norma/tata tertib standar pelatihan, • Panduan permainan. • Munir, Bederal, Dinamika Kelompok, Penerapannya Dalam Laboratorium Ilmu Perilaku, Jakarta : 2001, • Depkes RI, Kumpulan Games dan Energizer Pusdiklat Kesehatan, Jakarta: 2004, • LAN RI dan Pusdiklat Aparatur Kemenkes RI, Buku Panduan Dinamika Kelompok, Jakarta: 2010. 3. Merumuskan harapan- harapan yang ingin dicapai bersama baik dalam proses pembelajaran maupun hasil yang ingin dicapai di akhir pelatihan, 3. Harapan-harapan dalam proses pembelajaran dan hasil yang ingin dicapai • CTJ • Curah pendapat • Diskusi kelompok 4. Merumuskan kesepakatan norma kelas yang harus dianut oleh seluruh warga pembelajar selama pelatihan berlangsung selama pelatihan berlangsung, 4. Norma kelas dalam pembelajaran • CTJ • Curah pendapat • Diskusi kelompok 5. Merumuskan kesepakatan bersama tentang kontrol kolektif dalam pelaksanaan norma kelas, 5. Kontrol kolektif dalam pelaksanaan norma kelas • CTJ • Curah pendapat • Diskusi kelompok 6. Membentuk organisasi kelas. 6. Organisasi kelas • Diskusi kelompok Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan Metode Media dan Alat Bantu Referensi 16
  • 25. 17 Nomor : MP.2 Judul Materi : Rencana Tindak Lanjut (RTL) Waktu : 3 JP (T=1 jp; P=2 jp; PL=0 jp) Tujuan Pembelajaran Umum : Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu menyusun rencana tindak lanjut proses belajar mengajar dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan STBM. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan Metode Media dan Alat Bantu Referensi Setelah mengikuti materi ini peserta mampu: 1. Menyusun rencana program pembelajaran (RPP) dengan melengkapi pendekatan STBM ke dalam mata kuliah Promosi Kesehaan, Pemberdayaan Masyarakat dan Dasar-Dasar Pemecahan Masalah Kesehatan Lingkungan. 2. Menyajikan RTL 1. Ruang Lingkup RTL: Penyusunan RPP untuk melengkapi pendekatan STBM ke dalam mata kuliah Promosi Kesehatan, Pemberdayaan Masyarakat dan Dasar-Dasar Pemecahan Masalah Kesehatan Lingkungan. 2. Penyajian RTL • Latihan, • Diskusi kelompok, • Pleno (penyajian RPP). • Kain tempel, • Lembar RPP • LCD Projector Kemkes RI, Kurikulum Program D3 dan D4 Jurusan Kesehatan Lingkungan, Jakarta: 2010.
  • 26. 18 BAB VI. DIAGRAM ALIR PROSES PEMBELAJARAN Pengetahuan dan Keterampilan 1. Konsep Dasar STBM 2. Pelaksanaan STBM 3. Pemicuan di Komunitas METODE : CTJ, Curah Pendapat, Diskusi, Simulasi, Role Play, Penugasan, Praktik, Pemutaran Film. Wawasan 1. Kebijakan dan Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) METODE: CTJ, curah pendapat MEMBANGUN KOMITMEN BELAJAR (BLC) E V A L U A S I PEMBUKAAN PRE TEST POST TEST RENCANA TINDAK LANJUT PRAKTIK KERJA LAPANGAN PENUTUPAN
  • 27. 18 Rincian rangkaian alur proses pelatihan sebagai berikut: 1. Pembukaan Proses pembukaan pelatihan meliputi beberapa kegiatan berikut: a. Laporan ketua penyelenggara pelatihan dan penjelasan program pelatihan. b. Pengarahan dari pejabat yang berwenang tentang latar belakang perlunya pelatihan dan dukungannya terhadap program STBM. c. Perkenalan peserta secara singkat. 2. Pelaksanaan Pre-Test Pelaksanaan pre-test dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman awal peserta terhadap materi yang akan diberikan pada proses pembelajaran. 3. Membangun Komitmen Belajar Kegiatan ini ditujukan untuk mempersiapkan peserta dalam mengikuti proses belajar mengajar selanjutnya dan menciptakan komitmen terhadap norma-norma kelas yang disepakati bersama oleh seluruh peserta serta membentuk struktur kelas sebagai penghubung antara peserta, MOT, dan panitia penyelenggara. Kegiatannya antara lain: a. Penjelasan oleh pelatih tentang tujuan pembelajaran dan kegiatan yang akan dilakukan dalam materi membangun komitmen belajar. b. Perkenalan antara peserta dan para pelatih dan panitia penyelenggara pelatihan, dan juga perkenalan antar sesama peserta. Kegiatan perkenalan dilakukan dengan permainan, dimana seluruh peserta terlibat secara aktif. c. Mengemukakan kebutuhan/harapan, kekhawatiran dan komitmen masing-masing peserta selama pelatihan. 19
  • 28. d. Kesepakatan antara para pelatih, penyelenggara pelatihan dan peserta dalam berinteraksi selama pelatihan berlangsung, meliputi: pengorganisasian kelas, kenyamanan kelas, keamanan kelas, dan yang lainnya. 4. Pengisian Wawasan Setelah materi Membangun Komitmen Belajar, kegiatan dilanjutkan dengan memberikan materi sebagai dasar pengetahuan/wawasan yang sebaiknya diketahui peserta dalam pelatihan ini, sebagai berikut adalah: Kebijakan dan Strategi Pembangunan Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). 5. Pemberian Pengetahuan dan Keterampilan Pemberianmateriketerampilandariprosespelatihanmengarah pada kompetensi keterampilan yang akan dicapai oleh peserta. Penyampaian materi dilakukan dengan menggunakan berbagai metode yang melibatkan semua peserta untuk berperan serta aktif dalam mencapai kompetensi tersebut, yaitu metode ceramah tanya jawab, studi kasus, diskusi kelompok, bermain peran, tugas baca, simulasi, presentasi, dan latihan- latihan tentang konsep dasar dan fasilitasi Sanitasi Total Berbasis Masyarakat dengan menggunakan kurikulum dan modul pelatihan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat untuk dosen jurusan Kesling, Poltekes di Indonesia. 6. Pelaksanaan Praktik Kerja Lapang Tujuan dari Pelaksanaan Praktik Kerja Lapang ini adalah agar peserta mampu menerapkan peran dan fungsinya sebagai dosen jurusan Kesling di Poltekes yang dapat mengintegrasikan pendekatan STBM ke dalam mata kuliah Promosi Kesehatan, Pemberdayaan Masyarakat dan Dasar-Dasar Pemecahan Masalah Kesehatan Lingkungan. 20
  • 29. 7. Evaluasi Evaluasi dilakukan setiap hari dengan cara melakukan review terhadap kegiatan proses pembelajaran yang sudah berlangsung sebagai umpan balik untuk menyempurnakan proses pembelajaran selanjutnya. Proses umpan balik juga dilakukan dari pelatih ke peserta berdasarkan penjajagan awal melalui pre-test, pemetaan kemampuan dan kapasitas peserta, penilaian penampilan peserta, baik di kelas maupun di lapangan. 8. Rencana Tindak Lanjut (RTl) Masing-masing peserta menyusun rencana tindak lanjut hasil pelatihan berupa rencana melakukan proses belajar mengajar danmengevaluasimatakuliahintegrasipeningkatankebutuhan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat di kampus masing-masing. 9. Post-Test Post-test dilakukan untuk mengetahui sejauh mana peserta dapat menyerap materi selama pelatihan. Selain post-test, dilakukan evaluasi kompetensi yaitu penilaian terhadap kemampuan yang telah didapat peserta melalui penugasan- penugasan dan praktik lapang. 10. Penutupan Acara penutupan dapat dijadikan sebagai upaya untuk mendapatkan masukan dari peserta ke penyelenggara dan pelatih untuk perbaikan pelatihan yang akan datang. Dalam penutupan dilakukan laporan hasil evaluasi penyelenggaraan pelatihan termasuk terhadap fasilitator, narasumber, peserta maupun penyelenggara sendiri oleh ketua panitia penyelenggara. Selanjutnya pelatihan ditutup dengan resmi oleh pejabat yang berwenang. 21
  • 30. BAB VII. PESERTA, PELATIH PENGENDALI PELATIHAN A. Peserta 1. Kriteria Peserta: - Dosen mata kuliah Promosi Kesehatan, Pemberdayaan Masyarakat dan Dasar-Dasar Pemecahan Masalah Kesehatan Lingkungan, - Berbasis pendidikan minimal D3 Kesling. 2. Jumlah Peserta Jumlah peserta dalam satu kelas maksimal 30 orang. B. Pelatih/ Fasilitator/ Instruktur Pelatih adalah tim pelatih/ fasilitator STBM dari Kementerian Kesehatan dan praktisi STBM dari berbagai instansi dan proyek pendukung STBM, dengan memenuhi salah satu kriteria berikut ini: a. Memiliki latar belakang pengetahuan dan pengalaman serta terlibat dalam kegiatan STBM. b. Memiliki pengalaman menjadi pelatih untuk STBM. c. Widyaiswara sesuai dengan bidang keahlian yang dimilikinya. d. Pejabat struktural yang membidangi sanitasi dan penyehatan lingkungan. C. Pengendali Diklat (Master Of Training) Pengendali diklat adalah orang yang mengatur proses kegiatan pelatihan dari awal sampai akhir pelaksanaan pelatihan. Persyaratan: a. Mengetahui program STBM, b. Merancang kerangka acuan, c. Menguasai materi secara garis besar, d. Pernah mengikuti pelatihan MOT, atau e. Pernah mengikuti Training of Trainer (TOT). 22
  • 31. BAB VIII. PENYELENGGARA TEMPAT PENYELENGGARAAN A. Penyelenggara Penyelenggara pelatihan STBM bagi dosen jurusan Kesling, Poltekes, adalah: 1. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Aparatur, Badan PPSDM Kesehatan, 2. Balai Besar Pelatihan Kesehatan (BBPK), Badan PPSDM Kesehatan, 3. Balai Pelatihan Kesehatan Nasional, Badan PPSDM Kesehatan, 4. Balai Pelatihan Kesehatan di tingkat Provinsi. B. Tempat Penyelenggaraan Tempat penyelenggaraan pelatihan akan dilaksanakan pada lokasi- lokasi dimana program STBM berada. 23
  • 32. BAB IX. EVALUASI Evaluasi yang dilakukan dalam pelatihan ini meliputi : 1. Evaluasi terhadap peserta melalui : a. Penjajagan awal melalui pre-test, b. Pemahaman peserta terhadap materi yang telah diterima (post-test), c. Evaluasi kompetensi yaitu penilaian terhadap kemampuan yang telah didapat peserta melalui penugasan-penugasan dan praktik lapang. 2. Evaluasi terhadap pelatih/ fasilitator/ narasumber Evaluasi terhadap pelatih/ fasilitator/ narasumber ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh penilaian yang menggambarkan tingkat kepuasan peserta terhadap kemampuan pelatih dalam menyampaikan pengetahuan dan atau keterampilan kepada peserta dengan baik, dapat dipahami dan diserap oleh peserta, yang meliputi: 1. Penguasaan materi, 2. Ketepatan waktu memulai dan mengakhiri pembelajaran, 3. Sistematika penyajian materi, 4. Penggunaan metode dan alat bantu pembelajaran, 5. Empati, gaya dan sikap terhadap peserta, 6. Penggunaan bahasa dan volume suara, 7. Pemberian motivasi belajar kepada peserta, 8. Pencapaian Tujuan Pembelajaran (TPU/TPK), 24
  • 33. 9. Kesempatan tanya jawab, 10. Kemampuan menyajikan, 11. Kerapihan berpakaian, 12. Kerjasama antar Tim Pengajar. 3. Evaluasi terhadap penyelenggaraan pelatihan Evaluasi terhadap penyelenggaraan pelatihan dilakukan oleh peserta terhadap pelaksanaan pelatihan. Obyek evaluasi adalah pelaksanaan administrasi dan akademis, yang meliputi: a. Tujuan pelatihan, b. Relevansi program pelatihan dengan tugas, c. Manfaat setiap materi bagi pelaksanaan tugas peserta di tempat kerja, d. Manfaat pelatihan bagi peserta/instansi, e. Hubungan peserta dengan pelaksana pelatihan, f. Pelayanan sekretariat panitia terhadap peserta, g. Pelayanan akomodasi dan lainnya, h. Pelayanan konsumsi, i. Pelayanan komunikasi dan informasi. 25
  • 34. 26 BAB X. SERTIFIKAT Berdasarkan ketentuan yang berlaku, kepada setiap peserta yang telah mengikuti pelatihan dengan ketentuan kehadiran 95 % dari keseluruhan jumlah jam pelatihan (34JP), dan dinyatakan lulus berdasarkan hasil evaluasi pelatihan akan diberikan sertifikat yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan RI dengan angka kredit 1 (satu) yang ditandatangani oleh pejabat yang berwenang atas nama Menteri Kesehatan dan oleh panitia penyelenggara.
  • 35. BAGIAN 2 MODUL PELATIHAN STBM BAGI DOSEN JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLITEKNIK KESEHATAN DI INDONESIA MODUL Pelatihan STBM bagi Dosen Jurusan Kesling Poltekes di Indonesia
  • 36. 30 Modul MD.1. Kebijakan dan Strategi Nasional STBM I. DESKRIPSI SINGKAT 1 II. TUJUAN PEMBELAJARAN 2 III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN 2 IV. BAHAN BELAJAR 2 V. METODE PEMBELAJARAN 3 VI. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN 3 VII. URAIAN MATERI 4 POKOK BAHASAN 1: ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI DI INDONESIA 4 a. Arah Kebijakan dan Strategi Nasional Pembangunan Sanitasi 4 b. Arah Kebijakan dan Strategi STBM 5 POKOK BAHASAN 2: PERAN DAN STRATEGI STBM 6 a. Peran STBM dalam Pencapaian RPJPN, RPJMN dan MDGs Tujuan 7C 6 b. Strategi STBM 7 c. Pemetaan Peran dan Tanggung Jawab Stakeholder di Masing-Masing Tingkatan 10 VIII. REFERENSI 13 KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT
  • 37. MODUL MD.1. KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT I. DESKRIPSI SINGKAT Modul Kebijakan dan Strategi Nasional STBM ini disusun untuk membekali peserta agar dapat memahami kebijakan dan stategi nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), dalam kaitannya dengan keberhasilan pembangunan kesehatan manusia Indonesia. STBM merupakan pendekatan dan paradigma pembangunan sanitasi di Indonesia yang mengedepankan pemberdayaan masyarakat dan perubahan perilaku. STBM diadopsi dari hasil uji coba Community Led Total Sanitation (CLTS) yang telah sukses dilakukan di beberapa lokasi proyek air minum dan sanitasi di Indonesia, khususnya dalam mendorong kesadaran masyarakat untuk mengubah perilaku buang air besar sembarangan (BABS) menjadi buang air besar di jamban yang saniter dan layak. STBM ditetapkan sebagai kebijakan nasional berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 852/MENKES/SK/IX/2008 untuk mempercepat pencapaian MDGs tujuan 7C, yaitu mengurangi hingga setengah penduduk yang tidak memiliki akses terhadap air bersih dan sanitasi pada tahun 2015. Selanjutnya, pada tahun 2025, diharapkan seluruh masyarakat Indonesia telah memiliki akses sanitasi dasar yang layak dan melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat dalam kesehariannya, sebagaimana amanat Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Indonesia 2005-2025. Pendekatan STBM terdiri dari tiga komponen yang harus dilaksanakan secara seimbang dan komprehensif, yaitu: 1) peningkatan kebutuhan sanitasi, 2) peningkatan penyediaan sanitasi, dan 3) peningkatan lingkungan yang kondusif. Penerapan STBM dilakukan dalam naungan 5 pilar STBM, yaitu (1) Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS), (2) Cuci Tangan Pakai Sabun 1 KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT |
  • 38. (CTPS), (3) Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAMM-RT), (4) Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (PS-RT), dan Pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga (PLC-RT). II. TUJUAN PEMBELAJARAN A. Tujuan Pembelajaran Umum Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami kebijakan dan strategi nasional STBM. B. Tujuan Pembelajaran Khusus Setelah mengikuti materi ini peserta mampu: 1. Menjelaskan arah kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi di Indonesia, 2. Menjelaskan peran dan strategi STBM. 2 | KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN A. Pokok Bahasan 1: Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Sanitasi di Indonesia a. Arah kebijakan dan strategi nasional pembangunan sanitasi. b. Arah kebijakan dan strategi STBM. B. Pokok Bahasan 2: Peran dan Strategi STBM a. Peran STBM dalam pencapaian RPJPN, RPJMN dan MDGs tujuan 7C. b. Strategi STBM. c. Pemetaan peran dan tanggung jawab stakeholder di masing- masing tingkatan. IV. BAHAN BELAJAR Bahan tayang (slide ppt), LCD projector, komputer / laptop, dan modul.
  • 39. V. METODE PEMBELAJARAN CTJ dan curah pendapat. VI. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN Jumlah jam yang digunakan dalam modul ini adalah sebanyak 2 jam pelajaran(T=2jp,P=0jp,PL=0jp)@45menit.Untukmempermudah proses pembelajaran dan meningkatkan partisipasi seluruh peserta, dilakukan langkah-langkah kegiatan sebagai berikut: A. Langkah 1: Pengkondisian (20 menit) 1. Perkenalkan diri dan tawarkan untuk memulai dengan pencairan suasana. 2. Sampaikan tujuan pembelajaran, pokok bahasan, metode dan waktu yang digunakan untuk pembahasan, 3. Gali pendapat peserta tentang kebijakan STBM dan mendiskusikannya. Proses pembelajaran menggunakan metode dimana semua peserta terlibat secara aktif, 4. Berdasarkan pendapat peserta, fasilitator menjelaskan tentang kebijakan STBM. B. Langkah 2: Pengkajian Pokok Bahasan (60 menit) 1. Sampaikan pokok bahasan: • Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Sanitasi di Indonesia. • Peran dan Strategi STBM. 2. Berikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal- hal yang kurang jelas, dan berikan jawaban dan klarifikasi atas pertanyaan-pertanyaan peserta. 3. Berikan kesempatan sebanyak-banyaknya sehingga antar peserta juga terjadi diskusi dan interaksi yang baik. 3 KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT |
  • 40. C. Langkah 3: Rangkuman (10 menit): 1. Peserta dipersilahkan untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas, dan fasilitator memfasilitasi pemberian jawaban, baik dari fasilitator maupun dari peserta lain. 2. Minta komentar, penilaian, saran bahkan kritik dari peserta pada kertas evaluasi yang telah disediakan. 3. Fasilitator menutup sesi pembelajaran dengan memastikan tercapainya TPU dan TPK sesi ini. VII. URAIAN MATERI POKOK BAHASAN 1. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI DI INDONESIA a. Arah Kebijakan dan Strategi Nasional Pembangunan Sanitasi Undang-Undang No.17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025 menetapkan bahwa Pembangunan Kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya dapat terwujud. Selanjutnya dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan (Renstra Kemenkes) Tahun 2010-2014 yang tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.HK.03.01/160/1/2010 ditetapkan bahwa Visi Kemenkes adalah Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan. Adapun Misi Kemenkes adalah : 1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat termasuk swasta dan masyarakat madani; 2. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan; 3. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan; 4. Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik. 4 | KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT
  • 41. Tantangan yang dihadapi Indonesia terkait pembangunan kesehatan, khususnya bidang air minum, higiene dan sanitasi masih sangat besar. Berdasarkan hasil studi Indonesian Sanitation Sector Development Program (ISSDP) tahun 2006, sebanyak 47% masyarakat masih berperilaku buang air besar sembarangan. Lebih lanjut berdasarkan studi Basic Human Services di Indonesia, kurang dari 15% penduduk Indonesia yang mengetahui dan melakukan cuci tangan pakai sabun pada waktu-waktu kritis. Kondisi ini berkontribusi terhadap tingginya angka diare yaitu 423 per seribu penduduk pada tahun 2006 dengan 16 provinsi mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) diare dengan Case Fatality Rate (CFR) sebesar 2,52. Untuk memperbaiki capaian ini, perlu dilakukan intervensi terpadu melalui pendekatan sanitasi total. Untuk itu, pemerintah merubah pendekatan pembangunan sanitasi nasional dari pendekatan sektoral dengan penyediaan subsidi perangkat keras yang selama ini tidak memberi daya ungkit terjadinya perubahan perilaku higienis dan peningkatan akses sanitasi, menjadi pendekatan sanitasi total berbasis masyarakat yang menekankan pada 5 (lima) perubahan perilaku higienis. Pada tahun 2005, pemerintah melakukan uji coba implementasi Community Led Total Sanitation (CLTS) atau Sanitasi Total Berbasis Masyarakat di 6 kabupaten. Pada tahun 2006, ujicoba ini telah berhasil menciptakan 160 desa bebas buang air besar sembarangan (open defecation free-ODF), sehingga pada tahun 2006, pemerintah mencanangkan gerakan sanitasi total dan kampanye cuci tangan pakai sabun nasional. Pada tahun 2007, sebanyak 500 desa sudah ODF dan pada tahun 2008 pemerintah menetapkan kebijakan nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) melalui Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 852/MENKES/SK/IX/2008. b. Arah Kebijakan dan Strategi STBM Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah pendekatan untuk merubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan 5 KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT |
  • 42. masyarakat dengan metode pemicuan. Pendekatan STBM memiliki indikator outcome dan indikator output. Indikator outcome STBM yaitu menurunnya kejadian penyakit diare dan penyakit berbasis lingkungan lainnya yang berkaitan dengan sanitasi dan perilaku. Sedangkan indikator output STBM adalah sebagai berikut : a. Setiap individu dan komunitas mempunyai akses terhadap sarana sanitasi dasar sehingga dapat mewujudkan komunitas yang bebas dari buang air di sembarang tempat (SBS). b. Setiap rumah tangga telah menerapkan pengelolaan air minum dan makanan yang aman di rumah tangga. c. Setiap rumah tangga dan sarana pelayanan umum dalam suatu komunitas (seperti sekolah, kantor, rumah makan, puskesmas, pasar, terminal) tersedia fasilitas cuci tangan (air, sabun, sarana cuci tangan), sehingga semua orang mencuci tangan dengan benar. d. Setiap rumah tangga mengelola limbahnya dengan benar. e. Setiap rumah tangga mengelola sampahnya dengan benar. POKOK BAHASAN 2. PERAN DAN STRATEGI STBM a. Peran STBM dalam Pencapaian RPJPN, RPJMN dan MDGs Tujuan 7C STBM adalah pendekatan yang digunakan dalam program nasional pembangunan sanitasi di Indonesia yang dipilih untuk: memperkuat upaya pembudayaan hidup bersih dan sehat, mencegah penyebaran penyakit berbasis lingkungan, meningkatkan kemampuan masyarakat sertamengimplementasikankomitmenpemerintahuntukmeningkatkan akses sanitasi dasar yang layak dan berkesinambungan. Komitmen pemerintah tersebut tercantum dalam pencapaian target pembangunan millennium (Millenium Development Goal), khususnya target 7C, yaitu mengurangi hingga setengah penduduk yang tidak memiliki akses terhadap air bersih dan sanitasi pada tahun 2015.Komitmen pemerintah terkait sanitasi lainnya tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka 6 | KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT
  • 43. Panjang Nasional (RPJPN) adalah sanitasi total untuk seluruh rakyat Indonesia pada tahun 2025. Kontribusi STBM dalam MDGs, terlihat pada tabel di bawah: *) BPS, Susenas Tabel 1: Tujuan MDG b. Strategi STBM Untuk mencapai kondisi sanitasi total, STBM memiliki 6 strategi, yaitu : 1. Penciptaan lingkungan yang kondusif (enabling environment) Goal 7 Menjamin Kelestarian Lingkungan Hidup Target 10 Menurunkan hingga separuhnya proporsi rumah tangga tanpa akses terhadap sumber air minum yang aman dan berkelanjutan serta fasilitas sanitasi dasar pada tahun 2015 INDIKATOR Baseline 1993 Capaian 2010*) Target MDGs 2015 Proposi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap air minum layak (Kota dan Desa) Kota 50.58% 42.51% 75.29% Desa 31.61% 45.85% 65.81% Total 37.73% 44.19% 68.87% Proposi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap sanitasi layak (Kota dan Desa) Kota 53.64% 72.78% 76.82% Desa 11.10% 38.50% 55.55% Total 24.81% 55.54% 62.41% 50.58% 7 KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT |
  • 44. Prinsip : • Meningkatkan dukungan pemerintah dan pemangku kepentingan lainnnya dalam meningkatkan perilaku higienis dan saniter. Pokok Kegiatan : • Melakukan advokasi dan sosialisasi kepada pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya secara berjenjang, • Mengembangkan kapasitas lembaga pelaksana di daerah, • Meningkatkan kemitraan antara pemerintah, pemerintah daerah, organisasi masyarakat, lembaga swadaya masyarakat dan swasta. 2. Peningkatan kebutuhan (demand creation) Prinsip : • Menciptakan perilaku komunitas yang higienis dan saniter untuk mendukung terciptanya sanitasi total. Pokok Kegiatan : • Meningkatkanperanseluruhpemangkukepentingandalam perencanaan dan pelaksanaan sosialisasi pengembangan kebutuhan, • Mengembangkan kesadaran masyarakat tentang konsekuensi dari kebiasaan buruk sanitasi (buang air besar) dan dilanjutkan dengan pemicuan perubahan perilaku komunitas, • Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memilih teknologi, material dan biaya sarana sanitasi yang sehat. • Mengembangkan kepemimpinan di masyarakat (natural leader) untuk memfasilitasi pemicuan perubahan perilaku masyarakat, • Mengembangkan sistem penghargaan kepada masyarakat untuk meningkatkan dan menjaga keberlanjutan sanitasi total. 3. Peningkatan penyediaan suplai (supply improvement) Prinsip : 8 | KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT
  • 45. • Meningkatkan ketersediaan sarana sanitasi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Pokok Kegiatan : • Meningkatkan kapasitas produksi swasta lokal dalam penyediaan sarana sanitasi, • Mengembangkankemitraandengankelompokmasyarakat, koperasi, lembaga keuangan dan pengusaha lokal dalam penyediaan sarana sanitasi, • Meningkatkan kerjasama dengan lembaga penelitian perguruan tinggi untuk pengembangan rancangan sarana sanitasi tepat guna. 4. Pengelolaan pengetahuan (knowledge management) Prinsip : • Melestarikan pengetahuan dan pembelajaran sanitasi lokal. Pokok Kegiatan : • Mengembangkan dan mengelola pusat data dan informasi, • Meningkatkan kemitraan antar program-program pemerintah, non pemerintah dan swasta dalam peningkatan pengetahuan dan pembelajaran sanitasi di Indonesia, • Mengupayakan masuknya pendekatan sanitasi total dalam kurikulum pendidikan. 5. Pembiayaan Prinsip : • Meniadakan subsidi untuk penyediaan fasilitas sanitasi dasar. Pokok kegiatan : • Menggali potensi masyarakat untuk membangun sarana sanitasi sendiri, • Mengembangkan solidaritas sosial (gotong royong), 9 KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT |
  • 46. • Menyediakan subsidi diperbolehkan untuk fasilitas sanitasi komunal. 6. Pemantauan dan evaluasi Prinsip : • Melibatkan masyarakat dalam kegiatan pemantauan dan evaluasi. Pokok kegiatan : • Memantau kegiatan dalam lingkup komunitas oleh masyarakat, • Pemerintah daerah mengembangkan sistem pemantauan dan pengelolaan data, • Mengoptimumkan pemanfaatan hasil pemantauan dari kegiatan-kegiatan lain yang sejenis, • Pemerintah dan pemerintah daerah mengembangkan sistem pemantauan berjenjang. Dari 6 (enam) strategi tersebut, 3 (tiga) strategi pertama merupakan strategi utama dalam pelaksanaan STBM. Tiga strategi ini disebut Komponen Sanitasi Total. c. Pemetaan Peran dan Tanggung Jawab Stakeholder di Masing-Masing Tingkatan STBM dilakukan di semua tingkatan dengan memperhatikan koordinasi lintas sektor dan lintas pemangku kepentingan, termasuk lintas program pembangunan air minum dan sanitasi, sehingga keterpaduan dalam persiapan dan pelaksanaan STBM dapat tercapai. 10 | KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT
  • 47. Tabel 2: Tahapan Pelaksanaan STBM Pelaksanaan - Tingkat Kecamatan dan desa/ kelurahan 1. Pelaksanaan peningkatan permintaan selaras dengan pemicuan di masyarakat 2. Pelaksanaan rencana pemantauan - mengenalkan metode pemantauan partisipatif oleh masyarakat melalui pemicuan 3. Mengoperasikan sistem verifikasi sesuai indikator masing-masing pilar Pelaksanaan - Tingkat Pusat dan Provinsi 1. Memfasilitasi pengelolaan pengetahuan dan pemantauan lintas kabupaten/kota 2. Advokasi dalam rangka perluasan dan pengembangan program Pelaksanaan - Tingkat Kabupaten/ Kota dan Kecamatan 1. Advokasi dan sosialisasi program STBM kepada stakeholder kecamatan 2. Menyusun rencana dan implementasi komunikasi perubahan perilaku 3. Membangun kemampuan penyediaan/ suplai lokal untuk melaksanakan strategi pemasaran yang dipilih 4. Mengakomodasi permintaan masyarakat dalam proses STBM 5. Membangun kapasitas kabupaten/kota dan kecamatan untuk mengimplementasikan rencana pelaksanaan, pemantauan dan pengelolaan pengetahuan, termasuk pemantauan dan verifikasi akses sanitasi sesuai indikator (contoh:verifikasi SBS untuk pilar 1) Persiapan STBM - Tingkat Kabupaten/ Kota 1. Advokasi kepada pemerintah kabupaten/ kota dengan melibatkan SKPD terkait dan kecamatan 2. Penyusunan strategi pengelolaan program STBM kabupaten/kota meliputi, komitmen, rencana aksi, segmentasi/ zoning/clustering/ pentahapan rencana penerapan strategi pemasaran, rencana pemantauan, pengelolaan bantuan dan rencana strategi pelaksanaan, pemantauan, rencana pengelolaan bantuan, rencana pengelolaan pengetahuan serta anggaran 1-5 tahun 3. Bersama instasi kecamatan mengidentifikasi dan mulai melaksanakan mekanisme pemicuan berdasarkan kepeminatan Persiapan STBM - Tingkat Provinsi 1. Riset pasar tingkat provinsi dan kajian terhadap lingkungan pendukung pada kabupaten/kota sasaran 2. Membangun strategi pemasaran kemitraan dan kebijakan bekerjasama dengan stakeholder provinsi 3. Mengidentifikasi berbagai pilihan pembiayaan bersama kabupaten/kota dalam pengelolaan anggaran Persiapan STBM - Tingkat Pusat 1. Penyiapan NSPK (Norma, Standar, Pedoman, Kriteria) 2. Advokasi dan komunikasi ke pemerintah daerah 3. Menggali potensi pembiayaan 4. Mengembangkan peningkatan kapasitas institusi 5. Mengembangkan sistem pemantauan, evaluasi dan pengelolaan pengetahuan Tahapan pelaksanaan STBM : 11
  • 48. Tugas dan fungsi pemangku kebijakan (stakeholder) dalam menfasilitasi penyelenggaraan STBM di setiap tingkatan, digambarkan pada bagan dibawah: a. Advokasi kebijakan program, penggalian pendanaan, koordinasi dan penyediaan bantuan teknis b. Penyiapan NSPK, modul pelatihan, sistem monitoring dan evaluasi a. Advokasi program, pendanaan dan koordinasi b. Menyapkan panel pelatih master STBM provinsi c. Pemantauan dan fasilitasi pembelajaran d. Bekerjasama dengan lembaga riset pasar untuk mengembangkan strategi pemasaran komunikasi perubahan perilaku a. Mengelola dan memantau program b. Advokasi dan komunikasi kepada Bupati/ DPRD untuk pendanaan dan dukungan program. c. Mengorganisir pelatihan fasilitator STBM d. Memfasilitasi wirausaha sanitasi melayani konsumen warga ekonomi rendah. a. Memicu masyarakat melakukan pendampingan tindak lanjut pasca pemicuan. b. Memantau, melaporkan data secara regular ke kabupaten, verifikasi ODF. c. Melakukan fasilitasi kepada masyarakat dalam memilih teknologi sanitasi. d. Melakukan fasilitasi di antara masyarakat yang dipicu dan wirausaha sanitasi Tugas dan Fungsi Provinsi Tugas dan Fungsi Kabupaten Tugas dan Fungsi Kecamatan Tugas dan Fungsi Puskesmas/Mitra LSM di tingkat masyarakat Gambar 1: Tupoksi STBM Tugas dan Fungsi Pusat 12 | KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT
  • 49. VIII. REFERENSI 1. Bappenas, Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan Sanitasi, Jakarta: 2003, 2. Setneg RI, Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang RPJPN 2005-2025, Jakarta: 2005, 3. Depkes RI, Kepmenkes No. 852/2008, tentang Strategi Nasional STBM, Jakarta: 2008, 4. Depkes RI, Strategi Nasional STBM, Jakarta: 2008, 5. Setneg RI, Undang-undang No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Jakarta: 2009, 6. Kemenkes RI, Renstra 2010-2014, Jakarta: 2010, 7. Kemenkes RI, Buku Profil Program Penyehatan Lingkungan Ditjen P2PL, Jakarta: 2013. 8. Update terkait STBM juga dapat diakses melalui www.stbm- indonesia.org 13 KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT |
  • 50.
  • 51. Modul MI.1. : KONSEP DASAR PENDEKATAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) MODUL MI.1. Konsep Dasar Pendekatan STBM
  • 52. Modul MI.1. Konsep Dasar Pendekatan STBM I. DESKRIPSI SINGKAT 14 II. TUJUAN PEMBELAJARAN 14 III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN 15 IV. BAHAN BELAJAR 16 V. METODE PEMBELAJARAN 16 VI. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN 16 VII. URAIAN MATERI 17 POKOK BAHASAN 1: PENGERTIAN STBM 17 a. Pengertian STBM 17 b. Tujuan STBM 21 c. Sejarah Program Pembangunan Sanitasi 21 d. Konsep STBM 23 POKOK BAHASAN 2: KOMPONEN STBM 26 a. Peningkatan Kebutuhan dan Permintaan Sanitasi 26 b. Peningkatan Layanan Penyediaan/Suplai 26 c. Penciptaan Lingkungan yang Kondusif 27 POKOK BAHASAN 3: LIMA PILAR STBM 28 a. Pengertian 28 b. Penyelenggara Pelaksanaan 5 Pilar STBM 29 c. Manfaat Pelaksanaan 5 Pilar STBM 29 d. Tujuan Pelaksanaan 5 Pilar STBM 30 KONSEP DASAR PENDEKATAN STBM
  • 53. POKOK BAHASAN 4 : PRINSIP-PRINSIP STBM 30 a. Tanpa Subsidi. 30 b. Masyarakat Sebagai Pemimpin 30 c. Tidak Menggurui / Memaksa 30 d. Totalitas Seluruh Komponen Masyarakat 31 POKOK BAHASAN 5 : PILAR PERUBAHAN PERILAKU STBM DAN TANGGA PERUBAHAN PERILAKU 32 a. Tangga Sanitasi 32 b. Tangga Perubahan Perilaku Visi STBM 32 VIII.REFERENSI 34 IX. LAMPIRAN 34 Lembar Penugasan 35 a. Pembelajaran Penerapan STBM 35 b. Komponen STBM 37 c. Kaitan Tiga Komponen 39 KONSEP DASAR PENDEKATAN STBM
  • 54. MODUL MI.1. KONSEP DASAR PENDEKATAN STBM I. DESKRIPSI SINGKAT Modul Konsep Dasar Pendekatan STBM ini disusun untuk membekali peserta agar memahami pengertian, komponen-komponen, dan prinsip- prinsip dasar pendekatan STBM secara lebih rinci dan mendalam. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2011, baru 55,60% penduduk Indonesia yang memiliki akses sanitasi yang layak, yang terbagi antara 72,54% di perkotaan dan 38,97% di perdesaan. Angka ini masih jauh dari target MDG Indonesia yaitu 62,40% atau 76,82% di perkotaan dan 55.55% di perdesaan. Dari target RPJMN bidang kesehatan untuk mencapai 20.000 desa Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS) pada tahun 2014, usaha keras masih sangat diperlukan. Berdasarkan data Kemenkes, hingga Juni 2013, baru 12.543 desa yang sudah ODF (SBS). Oleh karena itu, pemahaman terkait konsep dasar pendekatan STBM menjadi sangat penting agar peserta pelatihan bisa memahami secara utuh, untuk selanjutnya dapat memfasilitasi penerapan STBM di masyarakat, termasuk mengajarkan materi ini kepada mahasiswa- mahasiswa Poltekes. II. TUJUAN PEMBELAJARAN A. Tujuan Pembelajaran Umum Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami konsep dasar pendekatan STBM. B. Tujuan Pembelajaran Khusus Setelah mengikuti materi ini peserta mampu: 1. Menjelaskan pengertian STBM, 2. Menjelaskan komponen STBM, 14 | KONSEP DASAR PENDEKATAN STBM
  • 55. 3. Menjelaskan lima pilar STBM, 4. Menjelaskan prinsip-prinsip STBM, dan 5. Menjelaskan pilar perubahan perilaku pada STBM dan tangga perubahan perilaku. III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN A. Pokok Bahasan 1: Pengertian STBM a. Pengertian STBM, b. Tujuan STBM, c. Sejarah program pembangunan sanitasi, d. Konsep STBM. B. Pokok Bahasan 2: Komponen STBM a. Peningkatan kebutuhan dan permintaan sanitasi, b. Peningkatan penyediaan/suplai sanitasi, c. Penciptaan lingkungan yang kondusif. C. Pokok Bahasan 3: Lima Pilar STBM a. Pengertian, b. Penyelenggara pelaksanaan 5 pilar STBM, c. Manfaat pelaksanaan 5 pilar STBM, d. Tujuan pelaksanaan 5 pilar STBM. D. Pokok Bahasan 4: Prinsip-prinsip STBM a. Tanpa subsidi, b. Masyarakat sebagai pemimpin, c. Tidak menggurui/memaksa, d. Totalitas seluruh komponen masyarakat. E. Pokok Bahasan 5: Pilar Perubahan Perilaku STBM dan Tangga Perubahan Perilaku a. Tangga sanitasi, b. Tangga perubahan perilaku visi STBM. 15 KONSEP DASAR PENDEKATAN STBM |
  • 56. IV. BAHAN BELAJAR Bahan tayang (slide ppt, film CLTS dan STBM), LCD projector, komputer/laptop, fliptchart, spidol, meta plan, kain tempel, panduan penugasan, panduan diskusi kelompok, dan modul. V. METODE PEMBELAJARAN Ceramah tanya jawab, putar film, curah pendapat, diskusi, dan penugasan. VI. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN Jumlah jam yang digunakan dalam modul ini adalah sebanyak 6 jam pelajaran (T=2 jp, P= 4 jp, PL = 0 jp) @45 menit. Untuk mempermudah proses pembelajaran dan meningkatkan partisipasi seluruh perserta, dilakukan langkah-langkah kegiatan sebagai berikut: A. Langkah 1: Pengkondisian (15 menit) 1. Penyegaran dan pencairan suasana, 2. Fasilitator menggali harapan peserta tentang materi dan keterampilan yang ingin dicapai melalui sesi ini, 3. Fasilitatormenyampaikantujuanpembelajaran,pokokbahasan dan metode yang digunakan, 4. Menggali pendapat peserta tentang konsep dasar pendekatan STBM dan mendiskusikannya. Proses pembelajaran menggunakan metode dimana semua peserta terlibat secara aktif, 5. Berdasarkan pendapat peserta, pelatih menjelaskan tentang konsep dasar pendekatan STBM. B. Langkah 2: Pengkajian Pokok Bahasan (240 menit) 1. Fasilitator menyampaikan pokok bahasan: • Pengertian STBM, • Tiga Komponen Pokok STBM, 16 | KONSEP DASAR PENDEKATAN STBM
  • 57. • Lima Pilar STBM, • Prinsip-prinsip STBM, • PilarPerubahanPerilakupadaSTBMdanTanggaPerubahan Perilaku. 2. Fasilitator memberi kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas, dan memberikan jawaban dan klarifikasi atas pertanyaan-pertanyaan peserta. 3. Fasilitator memberikan kesempatan sebanyak-banyaknya sehingga antar peserta juga terjadi diskusi dan interaksi yang baik. 4. Fasilitator menugaskan peserta untuk melakukan diskusi kelompok tentang: a. Pembelajaran Penerapan STBM (90 menit), b. Komponen STBM (60 menit), c. Kaitan Tiga Komponen STBM (30 menit). C. Langkah 3: Rangkuman (15 menit): 1. Peserta dipersilahkan untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas, dan fasilitator memfasilitasi pemberian jawaban, baik dari fasilitator maupun dari peserta lain. 2. Meminta komentar, penilaian, saran bahkan kritik dari peserta pada kertas evaluasi yang telah disediakan. 3. Fasilitator menutup sesi pembelajaran dengan memastikan bahwa TPU dan TPK sesi telah tercapai. VII. URAIAN MATERI POKOK BAHASAN 1: PENGERTIAN STBM a. Pengertian STBM STBM adalah pendekatan untuk merubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan. Definisi Operasional STBM • Kondisi Sanitasi Total adalah kondisi ketika suatu komunitas (i) tidak buang air besar sembarangan; (ii) mencuci tangan pakai sabun; (iii) 17 KONSEP DASAR PENDEKATAN STBM |
  • 58. mengelola air minum dan makanan yang aman; (iv) mengelola sampah dengan aman; dan (v) mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman. • Sanitasi dalam dokumen ini meliputi kondisi sanitasi total di atas. • Sanitasi dasar adalah sarana sanitasi rumah tangga yang meliputi sarana buang air besar, sarana pengelolaan sampah dan limbah rumah tangga. • Berbasis masyarakat adalah kondisi yang menempatkan masyarakat sebagai pengambil keputusan dan penanggung jawab dalam rangka menciptakan/meningkatkan kapasitas masyarakat untuk memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian, kesejahteraan, serta menjamin keberlanjutannya. • ODF (Open Defecation Free) atau SBS (Stop Buang air besar Sembarangan) adalah kondisi ketika setiap individu dalam suatu komunitas tidak buang air besar di sembarang tempat, tetapi di fasilitas jamban sehat. • Jamban sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk memutus mata rantai penularan penyakit. • Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) adalah perilaku cuci tangan secara benar dengan menggunakan sabun dan air bersih yang mengalir. • Sarana CTPS adalah sarana untuk melakukan perilaku cuci tangan pakai sabun yang dilengkapi dengan sarana air mengalir, sabun dan saluran pembuangan air limbah. • Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAMM-RT) adalah suatu proses pengolahan, penyimpanan dan pemanfaatan air minum dan air yang digunakan untuk produksi makanan dan keperluan oral lainnya, serta pengelolaan makanan yang aman di rumah tangga yang meliputi 6 prinsip Higiene Sanitasi Pangan: (1) Pemilihan bahan makanan, (2) Penyimpanan bahan makanan, (3) Pengolahan bahan makanan, (4) Penyimpanan makanan, (5) Pengangkutan makanan, dan (6) Penyajian makanan. • Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (PS-RT) adalah proses pengelolaan sampah dengan aman pada tingkat rumah tangga dengan mengedepankan prinsip mengurangi, memakai ulang dan mendaur 18 | KONSEP DASAR PENDEKATAN STBM
  • 59. ulang. Pengelolaan sampah yang aman adalah pengumpulan, pengangkutan, pemprosesan, pendaurulangan atau pembuangan dari material sampah dengan cara yang tidak membahayakan kesehatan masyarakat dan lingkungan. • Pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga (PLC-RT) adalah proses pengelolaan limbah cair yang aman pada tingkat rumah tangga untuk menghindari terjadinya genangan air limbah yang berpotensi menimbulkan penyakit berbasis lingkungan. • Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. • PemerintahpusatyangselanjutnyadisebutPemerintahadalahPresiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. • Peningkatan kebutuhan sanitasi adalah upaya sistematis untuk meningkatkan kebutuhan menuju perubahan perilaku yang higienis dan saniter. • Peningkatan penyediaan sanitasi adalah meningkatkan dan mengembangkan percepatan penyediaan akses terhadap produk dan layanan sanitasi yang layak dan terjangkau dalam rangka membuka dan mengembangkan pasar sanitasi. • Penciptaan lingkungan yang kondusif adalah menciptakan kondisi yang mendukung tercapainya sanitasi total, yang tercipta melalui dukungan kelembagaan, regulasi, dan kemitraan antar pelaku STBM, termasuk di dalamnya pemerintah, masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, institusi pendidikan, institusi keagamaan dan swasta. • Sanitasi komunal adalah sarana sanitasi yang melayani lebih dari satu keluarga, biasanya sarana ini dibangun di daerah yang memiliki kepadatan tinggi dan keterbatasan lahan. • Verifikasi adalah proses penilaian dan konfirmasi untuk mengukur pencapaian seperangkat indikator yang dijadikan standar. • LSM/NGO adalah organisasi yang didirikan oleh perorangan atau sekelompok orang secara sukarela yang memberikan pelayanan kepada masyarakat umum tanpa bertujuan untuk memperoleh keuntungan 19 KONSEP DASAR PENDEKATAN STBM |
  • 60. dari kegiatannya. • Natural leader merupakan anggota masyarakat baik individu maupun kelompok masyarakat, yang memotori gerakan STBM di masyarakat tersebut. • Rencana Tindak Lanjut (RTL) merupakan rencana yang disusun dan disepakati oleh masyarakat dengan didampingi oleh fasilitator. • Pemicuan adalah upaya untuk menuju perubahan perilaku masyarakat yang higiene dan saniter melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode partisipatory berprinsip pada pendekatan CLTS (Community- Led Total Sanitation) • Desa/kelurahan yang melaksanakan STBM adalah desa/kelurahan intervensi pendekatan STBM dan dijadikan target antara karena untuk mencapai kondisi sanitasi total dibutuhkan pencapaian kelima pilar STBM. Ada 3 indikator desa/kelurahan yang melaksanakan STBM: (i) Minimal telah ada intervensi melalui pemicuan di salah satu dusun dalam desa/kelurahan tersebut; (ii) Ada masyarakat yang bertanggung jawab untuk melanjutkan aksi intervensi STBM seperti disebutkan pada poin pertama, baik individu (natural leader) ataupun bentuk komite; (iii) Sebagai respon dari aksi intervensi STBM, masyarakat menyusun suatu rencana aksi kegiatan dalam rangka mencapai komitmen-komitmen perubahan perilaku pilar-pilar STBM, yang telah disepakati bersama; misal: mencapai status SBS. • Desa/Kelurahan ODF(Open Defecation Free) / SBS (Stop Buang air besar Sembarangan) adalah desa/kelurahan yang 100% masyarakatnya telah buang air besar di jamban sehat , yaitu, mencapai perubahan perilaku kolektif terkait Pilar 1 dari 5 pilar STBM • Desa/Kelurahan STBM, selain menyandang status ODF, 100% rumah tangga memiliki dan menggunakan sarana jamban yang ditingkatkan dan telah terjadi perubahan perilaku untuk pilar lainnya seperti memiliki dan menggunakan sarana cuci tangan pakai sabun dan 100% rumah tangga mempraktikan penanganan yang aman untuk makanan dan air minum rumah tangga. • Desa/kelurahan Sanitasi Total selain menyandang status Desa STBM/ ODF++, 100% rumah tangga melaksanakan praktik pembuangan 20 | KONSEP DASAR PENDEKATAN STBM
  • 61. sampah dan limbah cair domestik yang aman, yaitu desa/kelurahan yang telah mencapai perubahan perilaku kolektif terkait seluruh Pilar 1-5 STBM, artinya Kondisi Sanitasi Total. b. Tujuan STBM Tujuan program STBM adalah untuk mencapai kondisi sanitasi total dengan mengubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat yang meliputi 3 komponen yaitu penciptaan lingkungan yang mendukung, peningkatan kebutuhan sanitasi, serta peningkatan penyediaan sanitasi serta pengembangan inovasi sesuai dengan konteks wilayah. c. Sejarah Program Pembangunan Sanitasi Jauh sebelum Indonesia merdeka, program sanitasi sudah dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Berdasarkan catatan pejabat VOC Dampier, pada tahun 1699 masyarakat Indonesia sudah terbiasa mandi ke sungai dan buang air besar di sungai dan di pinggir pantai, sedangkan pada masa itu, masyarakat di Eropa dan India masih menggunakan jalan- jalan kota atau air tergenang untuk BAB. Di tahun 1892, HCC Clockener Brouson mencatat bahwa orang Indonesia terbiasa mandi 3 kali sehari, menggunakan bak, menyabun, membilas dan mengeringkan badannya. Pada akhir tahun 1800-an, pemerintah Belanda sudah membuat sambungan air ke rumah-rumah di kawasan komersial di Jakarta dan membuat Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di Bandung pada tahun 1916. Selanjutnya di tahun 1930, mantri higiene Belanda, Dr. Heydrick melakukan kampanye untuk BAB di kakus. Dr. Heydrick sendiri dikenal sebagai mantri kakus. Di tahun 1936, didirikanlah sekolah mantri higiene di Banyumas. Siswa mendapatkan pendidikan 18 bulan sebelum mereka diterjunkan ke kampung-kampung untuk mempromosikan hidup sehat dan melakukan upaya-upaya pencegahan penyakit. Setelah merdeka, pemerintah mencanangkan program Sarana Air Minum dan Jamban Keluarga (SAMIJAGA) melalui Inpres No. 5/1974. Untuk mendapatkan sumber daya manusia dalam melaksanakan program-program tersebut, Kementerian Kesehatan mendirikan sekolah-sekolah kesehatan lingkungan, yang sekarang dikenal dengan 21 KONSEP DASAR PENDEKATAN STBM |
  • 62. nama Politeknik Kesehatan (Poltekes). Periode 1970-1997, pemerintah melakukan beragam program pembangunan sanitasi. Program-program tersebut umumnya dilakukan dengan pendekatan keproyekan, sehingga faktor keberlanjutannya sangat rendah. Hal ini secara tidak langsung menyebabkan rendahnya peningkatan akses sanitasi masyarakat. Hasil studi ISSDP mencatat hanya 53% dari masyarakat Indonesia yang BAB di jamban yang layak pada tahun 2007, sedangkan sisanya BAB di sembarang tempat. Lebih jauh hal ini berkorelasi dengan tingginya angka diare dan penyakit-penyakit yang disebabkan oleh lingkungan yang tidak bersih. Dengan mempertimbangkan kebutuhan keberlanjutan program dan tingkat keberhasilan yang ingin dicapai, pemerintah melakukan perubahan pendekatan pembangunan sanitasi, dari keproyekan menjadi keprograman. Pada tahun 2008, pemerintah mencanangkan program nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Secara ringkas, perbedaan pendekatan pembangunan sanitasi sebelum dan saat ini terlihat pada tabel di bawah ini: Program-Program Terdahulu (biasanya Target Oriented) Kecenderungan Saat Ini Perkembangan jumlah sarana Perubahan perilaku dan kesehatan Subsidi Solidaritas sosial Model-model sarana disarankan oleh pihak luar Model-model sarana digagas dan dikembangkan oleh masyarakat Sasaran utama adalah kepala keluarga Sasaran utama adalah masyarakat desa secara utuh Top down (dari atas ke bawah) Bottom up (dari bawah ke atas) Fokus pada: jumlah jamban Fokus pada: berhentinya BAB di sembarang tempat Pendekatannya bersifat ‘blue print’ Pendekatannya lebih fleksibel. Tabel 3: Kecenderungan Pelaksanaan Program Air dan Sanitasi di Indonesia 22 | KONSEP DASAR PENDEKATAN STBM
  • 63. d. Konsep STBM Konsep STBM diadopsi dari konsep Community Led Total Sanitation (CLTS)yangtelahdisesuaikandengankonteksdankebutuhandiIndonesia. Sebelum memahami konsep dan prinsip STBM, berikut dijelaskan secara singkat konsep CLTS. CLTS adalah sebuah pendekatan dalam pembangunan sanitasi pedesaan dan mulai berkembang pada tahun 2001. Pendekatan ini awalnya diujicobakan di beberapa komunitas di Bangladesh dan saat ini sudah diadopsi secara luas di negara tersebut. Salah satu negara bagian di India yaitu Provinsi Maharasthra telah mengadopsi pendekatan CLTS ke dalam program pemerintah secara masal yang disebut dengan program Total Sanitation Campaign (TSC). Beberapa negara lain seperti Cambodia, Afrika, Nepal, dan Mongolia juga telah menerapkan CLTS. Pendekatan ini berawal dari sebuah penilaian dampak partisipatif air bersih dan sanitasi yang telah dijalankan selama 10 tahun oleh Water Aid. Salah satu rekomendasi dari penilaian tersebut adalah perlunya mengembangkan sebuah strategi untuk secara perlahan-lahan mencabut subsidi pembangunan toilet. Ciri utama pendekatan ini adalah tidak adanya subsidi terhadap infrastruktur (jamban keluarga), dan tidak menetapkan model standar jamban yang nantinya akan dibangun oleh masyarakat. PadadasarnyaCLTSadalah“pemberdayaan”dan“tidakmembicarakan masalah subsidi”. Artinya, masyarakat yang dijadikan “guru” dengan tidak memberikan subsidi sama sekali. Gambaran tentang CLTS dapat diperoleh melalui film tentang implementasi CLTS di Propinsi Maharashtra di India dan pengembangan CLTS di Indonesia (Awakening). Community Led (dipimpin masyarakat) tidak hanya dipakai dalam bidang sanitasi, tetapi dapat juga diterapkan dalam hal lain seperti dalam pendidikan, pertanian, dan lain-lain. Prinsip yang terpenting dari CLTS adalah: • Inisiatif masyarakat, • Total atau keseluruhan, keputusan masyarakat dan pelaksanaan secara 23 KONSEP DASAR PENDEKATAN STBM |
  • 64. kolektif adalah kunci utama, • Solidaritas masyarakat (laki perempuan, kaya miskin) sangat terlihat dalam pendekatan ini. • Semua dibuat oleh masyarakat, tidak ada ikut campur pihak luar, dan biasanya akan muncul “natural leader”. Dasar dari CLTS adalah tiga pilar utama Participatory Rural Appraisal (PRA), yaitu: 1. Attitude and Behaviour Change (perubahan perilaku dan kebiasaan) 2. Sharing (berbagi) 3. Method (metode) Gambar 2: Tiga Pilar Utama PRA Ketiganya merupakan pilar utama yang harus diperhatikan dalam pendekatan CLTS, namun dari ketiganya yang paling penting adalah “perubahan perilaku dan kebiasaan” (Attitude and Behavior Change)”, karena jika perilaku dan kebiasaan tidak berubah maka kita tidak akan pernah mencapai tahap “berbagi (sharing)” dan sangat sulit untuk menerapkan “metode” yang tepat. Personal Perilaku dan kebiasaan Institusional Profesional Proses Berbagi Penerapan Metode 24 | KONSEP DASAR PENDEKATAN STBM
  • 65. Perubahan perilaku dan kebiasaan tersebut harus total, dimana didalamnya meliputi perilaku personal atau individual, perilaku institusional atau kelembagaan dan perilaku profesional atau yang berkaitan dengan profesi. Salah satu perilaku dan kebiasaan yang harus berubah adalah perilaku fasilitator, diantaranya: • Pandangan bahwa ada kelompok yang berada di tingkat atas (upper) dan kelompok yang berada di tingkat bawah (lower). Cara pandang “upper-lower” harus dirubah menjadi “pembelajaran bersama”, bahkan menempatkan masyarakat sebagai “guru” karena masyarakat sendiri yang paling tahu apa yang terjadi dalam masyarakat itu. • Cara pikir bahwa kita datang bukan untuk “memberi” sesuatu tetapi “menolong” masyarakat untuk menemukan sesuatu. • Bahasa tubuh (gesture); sangat berkaitan dengan pandangan upper lower. Bahasa tubuh yang menunjukkan bahwa seorang fasilitator mempunyai pengetahuan atau keterampilan yang lebih dibandingkan masyarakat, harus dihindari. Ketika perilaku dan kebiasaan (termasuk cara berpikir dan bahasa tubuh) dari fasilitator telah berubah maka “sharing” akan segera dimulai. Masyarakat akan merasa bebas untuk mengatakan tentang apa yang terjadi di komunitasnya dan mereka mulai merencanakan untuk melakukan sesuatu. Setelah masyarakat dapat berbagi, maka metode mulai dapat diterapkan. Masyarakat secara bersama-sama melakukan analisa terhadap kondisi dan masalah masyarakat tersebut. Dalam CLTS fasilitator tidak memberikan solusi. Namun ketika metode telahditerapkan(prosespemicuantelahdilakukan)danmasyarakatsudah terpicu sehingga diantara mereka sudah ada keinginan untuk berubah tetapi masih ada kendala yang mereka rasakan misalnya kendala teknis, ekonomi, budaya, dan lain-lain maka fasilitator mulai memotivasi mereka untuk mencapai perubahan ke arah yang lebih baik, misalnya dengan cara memberikan alternatif pemecahan masalah-masalah tersebut. Tentang usaha atau alternatif mana yang akan digunakan, semuanya harus dikembalikan kepada masyarakat tersebut. 25 KONSEP DASAR PENDEKATAN STBM |
  • 66. Konsep-konsep inilah yang kemudian diadopsi oleh STBM dan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan di Indonesia. Konsep STBM menekankan pada upaya perubahan perilaku yang berkelanjutan untuk mencapai kondisi sanitasi total melalui pemberdayaan masyarakat. POKOK BAHASAN 2: TIGA KOMPONEN POKOK STBM Pendekatan STBM merupakan interaksi yang saling terkait antara ketiga komponen pokok sanitasi, yang dilaksanakan secara terpadu, sebagai berikut: a. Peningkatan Kebutuhan dan Permintaan Sanitasi Komponen peningkatan kebutuhan dan permintaan sanitasi merupakan upaya sistematis untuk mendapatkan perubahan perilaku yang higienis dan saniter, berupa: • Pemicuan perubahan perilaku, • Promosi dan kampanye perubahan perilaku higiene dan sanitasi secara langsung, • Penyampaian pesan melalui media massa dan media komunikasi lainnya, • Mengembangkan komitmen masyarakat dalam perubahan perilaku, • Memfasilitasi terbentuknya komite/ tim kerja masyarakat, • Mengembangkan mekanisme penghargaan terhadap masyarakat/ institusi melalui mekanisme kompetisi dan benchmark kinerja daerah. b. Peningkatan Layanan Penyediaan/ Suplai Sanitasi Peningkatan penyediaan sanitasi yang secara khusus diprioritaskan untuk meningkatkan dan mengembangkan percepatan penyediaan akses dan layanan sanitasi yang layak dalam rangka membuka dan mengembangkan pasar sanitasi perdesaan, yaitu: • Mengembangkan opsi teknologi sarana sanitasi yang sesuai kebutuhan dan terjangkau, • Menciptakan dan memperkuat jejaring pasar sanitasi perdesaan, • Mengembangkan kapasitas pelaku pasar sanitasi termasuk wirausaha sanitasi lokal, 26 | KONSEP DASAR PENDEKATAN STBM
  • 67. • Mempromosikan pelaku usaha sanitasi dalam rangka memberikan akses pelaku usaha sanitasi lokal ke potensi pasar (permintaan) sanitasi on site potensial. c. Penciptaan Lingkungan yang Kondusif. Komponeninimencakupadvokasikepadaparapemimpinpemerintah, pemerintah daerah dan pemangku kepentingan dalam membangun komitmen bersama untuk melembagakan kegiatan pendekatan STBM yang diharapkan akan menghasilkan: • Komitmen pemerintah daerah menyediakan sumber daya untuk melaksanakan pendekatan STBM menyediakan anggaran untuk penguatan intitusi, • Kebijakan dan peraturan daerah mengenai program sanitasi seperti SK Bupati, Perda, RPJMD, Renstra, dan lain-lain, • Terbentuknya lembaga koordinasi yang mengarusutamakan sektor sanitasi, menghasilkan peningkatan anggaran sanitasi daerah, koordinasi sumber daya dari pemerintah maupun non-pemerintah, • Adanya tenaga fasilitator, pelatih STBM dan kegiatan peningkatan kapasitas, • Adanya sistem pemantauan hasil kinerja dan proses pengelolaan pembelajaran. Komponen peningkatan kebutuhan dan permintaan sanitasi dapat dilaksanakan terlebih dulu untuk memberikan gambaran kepada masyarakat sasaran tentang resiko hidup di lingkungan yang kumuh, seperti mudah tertular penyakit yang disebabkan oleh makanan dan minuman yang tidak higienis, lingkungan yang kotor dan bau, pencemaran sumber air terutama air tanah dan sungai, daya belajar anak menurun, dan kemiskinan. Salah satu metode yang dikembangkan untuk peningkatan kebutuhan dan permintaan sanitasi adalah Community Led Total Sanitation (CLTS) yang mendorong perubahan perilaku masyarakat sasaran secara kolektif dan mampu membangun sarana sanitasi secara mandiri sesuai kemampuan. Peningkatan layanan penyediaan sanitasi dilakukan untuk mendekatkan pelayanan jasa pembangunan sarana sanitasi dan memudahkan akses oleh masyarakat, menyediakan bebagai tipe sarana 27 KONSEP DASAR PENDEKATAN STBM |
  • 68. yang terjangkau oleh masyarakat dan opsi keuangan khususnya skema pembayaran sehingga masyarakat yang kurang mampu memiliki akses terhadap sarana sanitasi yang sehat. Pendekatan ini dapat dilakukan tidak hanya dengan melatih dan menciptakan para wirausaha sanitasi, namun juga memperkuat layanan melalui penyediaan berbagai variasi/ opsi jenis sarana yang dibangun, sehingga dapat memenuhi harapan dan kemampuan segmen pasar. Infomasi yang rinci, akurat dan mudah dipahami oleh masyarakat sangat diperlukan untuk mendukung promosi sarana sanitasi yang sehat yang dapat disediakan oleh wirausaha sanitasi dan hal ini dapat disebarluaskan melalui jejaring pemasaran untuk menjaring konsumen. Kedua komponen tersebut dapat berinteraksi melalui mekanisme pasar bila mendapatkan dukungan dari pemerintah yang dituangkan dalam bentuk regulasi, kebijakan, penganggaran dan pendekatan yang dikembangkan. Bentuk upaya tersebut adalah penciptaan lingkungan yang kondusif untuk mendukung kedua komponen berinteraksi. Ada beberapa indikator yang dapat menggambarkan lingkungan yang kondusif antara lain: • Kebijakan, • Kelembagaan, • Metodologi pelaksanaan program, • Kapasitas pelaksanaan, • Produk dan perangkat, • Keuangan, • Pelaksanaan dengan biaya yang efektif, • Monitoring dan evaluasi. POKOK BAHASAN 3: LIMA PILAR STBM a. Pengertian Lima Pilar STBM terdiri dari : 1. Stop Buang Air Besar Sembarangan (Stop BABS) Suatu kondisi ketika setiap individu dalam komunitas tidak buang air besar sembarangan. 28 | KONSEP DASAR PENDEKATAN STBM
  • 69. 2. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) Perilaku cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air bersih yang mengalir. 3. Pengelolaan Air Minum dan Makanan di Rumah Tangga (PAMM- RT) Suatu proses pengolahan, penyimpanan dan pemanfaatan air minum dan air yang digunakan untuk produksi makanan dan keperluan oral lainnya, serta pengelolaan makanan yang aman di rumah tangga yang meliputi 6 prinsip Higiene Sanitasi Pangan: (1) Pemilihan bahan makanan, (2) Penyimpanan bahan makanan, (3) Pengolahan bahan makanan, (4) Penyimpanan makanan, (5) Pengangkutan makanan, (6) Penyajian makanan. 4. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Proses pengelolaan sampah yang aman pada tingkat rumah tangga dengan mengedepankan prinsip mengurangi, memakai ulang dan mendaur ulang. Pengelolaan sampah yang aman adalah pengumpulan, pengangkutan, pemprosesan, pendaurulangan atau pembuangan dari material sampah dengan cara yang tidak membahayakan kesehatan masyarakat dan lingkungan. 5. Pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga. Proses pengelolaan limbah cair yang aman pada tingkat rumah tangga untuk menghindari terjadinya genangan air limbah yang berpotensi menimbulkan penyakit berbasis lingkungan. b. Penyelenggara pelaksanaan 5 pilar STBM Penyelenggara pelaksanaan 5 pilar STBM adalah masyarakat, baik yang terdiri dari individu, rumah tangga maupun kelompok-kelompok masyarakat. c. Manfaat pelaksanaan 5 pilar STBM Adanya lima pilar STBM akan membantu masyarakat untuk mencapai tingkat higiene yang paripurna, sehingga akan menghindarkan mereka dari kesakitan dan kematian akibat sanitasi yang tidak sehat. Perubahan perilaku pada pilar pertama, buang air besar pada tempat yang layak, merupakan pintu masuk bagi perilaku hidup bersih dan sehat lainnya yang ada pada pilar 2, 3, 4 dan 5. 29 KONSEP DASAR PENDEKATAN STBM |
  • 70. d. Tujuan pelaksanaan 5 pilar STBM Dibaginya pelaksanaan STBM di bawah naungan lima pilar akan mempermudah upaya mencapai tujuan akhir STBM, tidak hanya untuk meningkatkan akses sanitasi masyarakat yang lebih baik tetapi juga merubah dan mempertahankan keberlanjutan praktik-praktik budaya hidup bersih dan sehat. Sehingga dalam jangka panjang dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian yang diakibatkan oleh sanitasi yang kurang baik, dan dapat mendorong tewujudnya masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan. POKOK BAHASAN 4: PRINSIP-PRINSIP STBM Prinsip-prinsip STBM adalah : a. Tanpa subsidi. 30 | KONSEP DASAR PENDEKATAN STBM Masyarakat tidak menerima bantuan dari pemerintah atau pihak lain untuk menyediakan sarana sanitasi dasarnya. Penyediaan sarana sanitasi dasar adalah tanggung jawab masyarakat. Sekiranya individu masyarakat belum mampu menyediakan sanitasi dasar, maka diharapkan adanya kepedulian dan kerjasama dengan anggota masyarakat lain untuk membantu mencarikan solusi. b. Masyarakat sebagai pemimpin Inisiatif pembangunan sarana sanitasi hendaknya berasal dari masyarakat. Fasilitator maupun wirausaha sanitasi hanya membantu memberikan masukan dan pilihan-pilihan solusi kepada masyarakat untuk meningkatkan akses dan kualitas higiene dan sanitasinya. Semua kegiatan maupun pembangunan sarana sanitasi dibuat oleh masyarakat. Sehingga ikut campur pihak luar tidak diharapkan dan tidak diperbolehkan. Dalam praktiknya, biasanya akan tercipta natural- natural leader di masyarakat. c. Tidak menggurui/memaksa STBM tidak boleh disampaikan kepada masyarakat dengan cara menggurui dan memaksa mereka untuk mempraktikkan budaya higiene dan sanitasi, apalagi dengan memaksa mereka membeli jamban atau produk-produk STBM. d. Totalitas seluruh komponen masyarakat
  • 71. Seluruh komponen masyarakat terlibat dalam analisa permasalahan- perencanaan-pelaksanaan serta pemanfaatan dan pemeliharaan. Keputusan masyarakat dan pelaksanaan secara kolektif adalah kunci keberhasilan STBM. Secara lebih rinci, keempat prinsip diatas bisa dipahami dari perbedaan antara sistem kejar target/ proyek dengan STBM yang dapat dilihat pada tabel dibawah: 31 KONSEP DASAR PENDEKATAN STBM | Kriteria Sistem Kejar Target (Proyek) STBM Input dari luar masyarakat Subsidi benda-benda untuk jamban Pemberdayaan masyarakat Model Model ditentukan Muncul inovasi lain dari masyarakat. Cakupan Sebagian Menyeluruh Indikator keberhasilan Menghitung jamban Tidak ada lagi kebiasaan BAB di sembarang tempat Bahan yang digunakan Semen, porselen, batu bata, dan lain-lain Bisa dimulai dengan bambu, kayu, dan lain-lain Biaya Berkisar antara Rp. 500.000-1.000.000 per model Relatif lebih murah Pemanfaat Yang punya uang Masyarakat yang sangat miskin Waktu yang dibutuhkan Seperti yang ditargetkan oleh proyek Ditentukan oleh masyarakat Motivasi utama Subsidi / bantuan Harga diri Model penyebaran Oleh organisasi luar / formal Oleh masyarakat melalui hubungan persaudaraan, perkawanan dan lain-lain
  • 72. Kriteria Sistem Kejar Target (Proyek) STBM Keberlanjutan Sulit untuk dipastikan Dipastikan oleh masyarakat Sanksi bila melakukan BAB sembarangan Tidak ada Disepakati oleh masyarakat. Contoh denda Rp. 1.000.000 di desa Jombe, kecamatan Turatea, kab. Jeneponto Tipe monitoring Oleh proyek Oleh masyarakat (bisa harian, bulanan, mingguan) Tabel 4: Perbedaan Pendekatan Proyek dan STBM POKOK BAHASAN 5: PILAR PERUBAHAN PERILAKU a. Tangga Sanitasi Tangga sanitasi merupakan tahap perkembangan sarana sanitasi yang digunakan masyarakat, dari sarana yang sangat sederhana sampai sarana sanitasi yang sangat layak dilihat dari aspek kesehatan, keamanan dan kenyamanan bagi penggunanya. Dalam STBM, masyarakat tidak diminta atau disuruh untuk membuat sarana sanitasi tetapi hanya mengubah perilaku sanitasi mereka. Namun pada tahap selanjutnya ketika masyarakat sudah mau merubah kebiasaannya, misalnya kebiasaaan BAB atau CTPSnya, sarana sanitasi menjadi suatu hal yang tidak terpisahkan. Seringkali pemikiran masyarakat memandang sarana sanitasi seperti jamban adalah sebuah bangunan yang kokoh, permanen, dan membutuhkan biaya yang besar untuk membuatnya. Pemikiran ini sedikit banyak menghambat animo masyarakat untuk membangun jamban, karena alasan ekonomi dan lainnya sehingga kebiasaan masyarakat untuk buang air besar pada tempat yang tidak seharusnya tetap berlanjut. b. Tangga perubahan perilaku visi STBM Langkah-langkah perkembangan visi STBM terkait dengan perubahan perilaku higiene dan sanitasi masyarakat (terlihat dalam gambar 3). Belajar dari pengalaman global, diketahui perilaku higiene 32 | KONSEP DASAR PENDEKATAN STBM
  • 73. tidak dapat dipromosikan untuk seluruh rumah tangga secara bersamaan. Promosi perubahan perilaku kolektif harus berfokus pada satu atau dua perilaku yang berkaitan pada saat bersamaan. mengubah (pilar 2-5) (5 pilar STBM) • Adanya proses pemicuan • Adanya Komite/”Natural Leaders” • Adanya Rencana Aksi Masyarakat • Adanya Pemantauan terus menerus • Tersedianya supply • 100% masyarakat sudah berubah perilakunya dengan status SBS (terverifikasi) • Adanya rencana untuk mengubah perilaku Higiene lainnya • Adanya aturan dari masyarakat untuk menjaga status SBS • Adanya pemantauan dan verifikasi secara berkala • Adanya upaya peningkatan kualitas sanitasi • Terjadinya perubahan perilaku higiene lainnya di masyarakat (pilar 2-5) • Adanya pemantauan dan evaluasi Masyarakat sudah mempraktekkan perilaku Higiene sanitasi secara permanen (5 pilar STBM) Tangga Perubahan Perilaku - Visi STBM Gambar 3: Tangga Perubahan Perilaku Visi STBM 33 KONSEP DASAR PENDEKATAN STBM |
  • 74. VIII. REFERENSI 1. Kar, Kamar, Working Paper 184, Subsidy or Self-Respect? Total Community Sanitation in Bangladesh, Institute for Development Studies, September 2003. 2. Kelompok Kerja Antar Departemen, Project WASPOLA, Film Awakening Change, Community Led Total Sanitation in Indonesia, Jakarta: 2006. 3. Kemenkes RI, Film STBM, Jakarta: 2009. 4. Kemenkes RI, Materi Advokasi STBM, Sekretariat STBM Nasional, Jakarta: 2012. 5. Kemenkes RI, Buku Sisipan STBM: Kurikulum dan Modul Pelatihan Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan, Jakarta: 2013. 6. Update STBM, www.stbm-indonesia.org 7. Sejarah Sanitasi, Seri AMPL 23, www.ampl.or.i 34 | KONSEP DASAR PENDEKATAN STBM
  • 75. IX. LAMPIRAN Lembar Penugasan A. Pembelajaran Penerapan STBM Dilakukan melalui Diskusi Kelompok. Maksimal waktu 90 menit. Langkah-langkah melakukan diskusi kelompok: a. Pembelajaran • Ajukan pertanyaan kepada peserta program/proyek apa saja yang memfasilitasi penerapan STBM yang sedang atau pernah dilaksanakan di kabupaten/wilayah kerja peserta. • Sepakatilah dengan peserta 3-4 program/proyek pelaksana STBM yang akan diambil pembelajarannya, dan juga 1-2 narasumber yang memahami program/proyek tersebut. • Minta peserta berbagi dalam 3-4 kelompok sesuai program/proyek yangakandidiskusikan.Aturlahagarjumlahpesertasetiapkelompok seimbang. • Mintasetiapkelompokuntukmenganalisa/mendiskusikanprogram/ proyek yang menjadi pilihannya (selama 20 menit) dengan pokok- pokok kajian, sebagai berikut: • Capaian ODF/SBS dibandingkan dengan target? dan kenapa capaiannya seperti itu? • Kesinambungan program (replikasi atau penyebarluasan ke wilayah lain)? Dan kenapa kondisinya seperti itu? • Minta kelompok menuliskan hasil diskusi pada kertas plano, dan jika sudah selesai, menempelkannya di dinding atau kain tempel. • Setelah seluruh kelompok menyelesaikan diskusinya, mintalah masing-masing kelompok mempresentasikan secara singkat hasil diskusinya selama 5 menit. Berikan kesempatan kepada peserta lain untuk mengajukan pertanyaan klarifikasi, tetapi bukan pertanyaan diskusi. • Dari hasil diskusi pleno, Pemandu memfasilitasi penyimpulan diskusi refleksi pelaksanaan STBM. Penyimpulan jangan terlalu difokuskan pada hasil diskusi yang membahas mengenai “kenapa”, karena akan dibahas pada diskusi selanjutnya. 35 KONSEP DASAR PENDEKATAN STBM |
  • 76. Poin kunci untuk pemandu: Ada 2 kemungkinan hasil diskusi peserta tentang pembelajaran penerapan STBM: 1. Jawaban Pesimis, yaitu target ODF/SBS sulit tercapai dan penerapan STBM tidak berkesinambungan atau tidak di replikasi, dan 2. Jawaban Optimis, yaitu target ODF/SBS akan tercapai dan penerapan STBM berkesinambungan atau akan menyebar ke wilayah lain. b. Diskusi Faktor Pendukung dan Penghambat 1. Sebagai pengantar diskusi, pemandu mengangkat kembali hasil diskusi sebelumnya bahwa ada 2 kondisi berbeda yaitu a) optimis, target tercapai dan penerapan STBM berkesinambungan, dan b) pesimis, target sulit tercapai dan penerapan STBM tidak berkesinambungan. 2. Pemandu meminta peserta kembali ke kelompok diskusi semula untuk mendiskusikan hal-hal berikut selama 20 menit: a. Apa yang menjadi faktor pendukung untuk kondisi yang optimis? b. Apa yang menjadi faktor penghambat bagi kondisi yang pesimis? 3. Minta kelompok menuliskan hasil diskusi pada kertas metaplan dengan warna yang berbeda untuk jawaban faktor pendukung dan faktor penghambat. 4. Sementara peserta berdiskusi, pemandu menyiapkan kain tempel dengan 2 kolom terpisah dengan judul ”faktor pendukung” dan ”faktor penghambat” dalam kertas metaplan panjang. 5. Mintalah salah satu kelompok untuk menempelkan terlebih dahulu jawaban faktor pendukung. Kemudian kelompok lain menambahkan jika ada jawaban yang berbeda. Lakukan hal yang sama untuk jawaban faktor penghambat. 6. Lakukan proses klarifikasi dan penyepakatan dengan peserta jika ada beberapa jawaban yang kurang pas atau tidak jelas. 36 | KONSEP DASAR PENDEKATAN STBM
  • 77. c. Penutup 1. Dari hasil diskusi pleno, pemandu memfasilitasi penegasan (bukan penyimpulan) tentang faktor-faktor pendukung dan penghambat. B. Komponen STBM Dilakukan melalui Diskusi Kelompok. Maksimal waktu 60 menit. Langkah-langkah melakukan diskusi kelompok: 1. Pemandu menanyakan apakah peserta pernah mendengar mengenai komponen STBM. Mintalah 2-3 peserta untuk menjelaskan mengenai komponen STBM. 2. Tuliskan poin-poin kunci jawaban peserta ke dalam kertas plano. Poin kunci untuk pemandu: • Pilih peserta yang sudah mengenal 3 komponen STBM • Giring diskusi untuk menyepakati 3 komponen STBM berikut: demand, supply dan enabling • Jika muncul komponen lain tanyakan pada peserta apakah komponen tersebut berdiri sendiri atau bagian dari dari salah komponen tersebut. 3. Peserta diminta untuk kembali dalam kelompoknya untuk mendiskusikan hal-hal berikut dengan menggunakan hasil diskusi tentang faktor pendukung dan penghambat: • Kegiatan apa saja yang diperlukan untuk memunculkan factor pendukung dan mengatasi faktor penghambat dalam pelaksanaan STBM? 4. Mintalah kelompok menulis kegiatan-kegiatan tersebut pada kertas metaplan. 5. Sementara peserta berdiskusi, pemandu menuliskan 3 komponen STBM (demand, supply, enabling) dalam kertas metaplan dan menempelkan pada kain tempel di 3 tempat berbeda yang berbentuk segitiga. 37 KONSEP DASAR PENDEKATAN STBM |
  • 78. Ilustrasi: 6. Pemandu meminta kelompok untuk menempelkan kegiatan- kegiatan yang sudah diidentifikasi per komponen. Mulailah dengan komponen demand, mintalah peserta untuk mengidentifikasi kegiatan mana yang masuk komponen demand, ingatkan peserta mengenai pengertian demand dari diskusi sebelumnya. 7. Lanjutkan proses diatas untuk komponen supply dan enabling. 8. Lakukan klarifikasi agar tidak terjadi pengelompokan yang kurang tepat. Poin kunci untuk pemandu: • Kegiatan Demand adalah kegiatan-kegiatan yang terkait dengan penumbuhan kebutuhan terhadap sanitasi (perubahan perilaku), misalnya: pemicuan, promosi kesehatan dan sanitasi, pendampingan tindak lanjut, dll. • Kegiatan Supply adalah kegiatan-kegiatan yang terkait dengan peningkatan penyediaan layanan sanitasi (sanitation marketing), misalnya: memfasilitasi pemilihan opsi teknologi jamban sehat, menciptakan wirausaha sanitasi, menghubungkan masyarakat dengan wirausaha sanitasi, dll. • Kegiatan Enabling adalah kegiatan-kegiatan yang terkait dengan penciptaan dan penguatan lingkungan pendukung (dukungan dan keterlibatan para pelaku), misalnya: advokasi kebijakan dan pendanaan, peningkatan kapasitas (pelatihan, fasilitasi pembelajaran), pemantauan, dll. 38 | KONSEP DASAR PENDEKATAN STBM
  • 79. 9. Jika sebagian komponen memiliki kegiatan yang terbatas, pemandu dapat meminta peserta untuk menambahkan kegiatan dalam komponen tersebut, atau pemandu dapat juga menambahkan dengan terlebih dahulu meminta tanggapan dan konfirmasi peserta. 10. Dari hasil diskusi pleno, pemandu memfasilitasi penegasan (bukan penyimpulan) tentang kegiatan-kegiatan untuk 3 komponen STBM. C. Kaitan Tiga Komponen Dilakukan melalui Diskusi Kelompok. Maksimal waktu 30 menit. Langkah-langkah melakukan diskusi kelompok: 1. Pemandu memulai sesi belajar dengan menanyakan apakah kegiatan-kegiatan di masing-masing komponen dapat berdiri sendiri? Kenapa? 2. Mintalah 4-5 peserta untuk menanggapi dengan singkat (catatan untuk pemandu: jika ada peserta yang menjawab bisa, biarkan jangan ditanggapi dulu). 3. Ajaklah peserta untuk mengetes jawaban mereka dengan pertanyaan-pertanyaan berikut: • Jika tim fasilitator melakukan pemicuan dengan baik dan masyarakat terpicu, namun pada saat bersamaan Bupati meluncurkan program bantuan jamban. Apakah upaya pemicuan akan berhasil? • Jika masyarakat sudah terpicu untuk berubah dan ingin segera membuat jamban sendiri, namun material untuk jamban sulit diperolah atau harganya sangat mahal. Apakah upaya perubahan perilaku tidak terhambat? • Jika pemerintah daerah sudah termotivasi untuk mendukung percepatan program STBM, namun kondisi wilayahnya sulit dan belum tersedia opsi teknologi jamban yang terjangkau. Apakah tujuan programnya akan berhasil? 39 KONSEP DASAR PENDEKATAN STBM |
  • 80. 4. Dari hasil curah pendapat dengan tiga pertanyaan diatas, pemandu menanyakan kembali, apakah peserta masih ragu bahwa tiga komponen STBM saling terkait dan tidak dapat dipisahkan? 5. Tegaskan kembali keterkaitan komponen STBM dengan membuat tulisan dalam kartu ketiga komponen STBM dan menempelkan di kain dalam bentuk segitiga besar. 6. Dari visualisasi ketiga komponen tersebut, ajak peserta melakukan análisis bersama: o Komponen mana saja sudah dan belum dilaksanakan? o Mengapa itu terjadi? o Bagaimana seharusnya? 7. Minta 2-3 peserta untuk memberikan tanggapannya. 8. Pemandu memfasilitasi penyimpulan dengan menegaskan kembali bahwa dalam penerapan STBM ketiga komponen harus diterapkan secara terintegrasi. Pemandu dapat memotivasi peserta untuk mulai dari sekarang menerapan ketiga komponen STBM secara lengkap. 9. Penutup. Pemandu memberikan salam penutup. 40 | KONSEP DASAR PENDEKATAN STBM
  • 81. Modul MI.2. : Pelaksanaan STBM MODUL MI.2. Pelaksanaan STBM
  • 82. Modul MI.2. Pelaksanaan STBM I. DESKRIPSI SINGKAT 41 II. TUJUAN PEMBELAJARAN 41 III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN 41 IV. BAHAN BELAJAR 42 V. METODE PEMBELAJARAN 42 VI. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN 43 VII. URAIAN MATERI 44 POKOK BAHASAN 1 : KONSEP DASAR PEMICUAN 44 a. Pengertian Pemicuan 44 b. Maksud dan Tujuan Pemicuan 44 c. Tahapan Kegiatan Pemicuan 45 POKOK BAHASAN 2 : PRA PEMICUAN 45 a. Persiapan Teknis dan Logistik untuk Menciptakan Suasana yang Kondusif Sebelum Pemicuan 45 b. Observasi Kebiasaan PHBS Masyarakat 45 c. Persiapan Pemicuan : Penyusunan Jadwal, Pemilihan Lokasi, dll. 46 d. Instrumen Pendukung untuk Melaksanakan Proses Pemicuan di Komunitas 47 POKOK BAHASAN 3 : LANGKAH-LANGKAH PEMICUAN 48 a. Alur Penularan Penyakit (diagram F) 48 b. Alat-Alat Utama dalam Penerapan Penilaian Kondisi Desa Secara Partisipatif 50 PELAKSANAAN STBM
  • 83. c. Elemen Pemicuan dan Faktor Penghambat Pemicuan 51 d. Yang Boleh dan Tidak Boleh Dalam Pemicuan 53 POKOK BAHASAN 4 : ALAT-ALAT PADA METODE CLTS 54 POKOK BAHASAN 5 : PASKA PEMICUAN 54 a. Tangga Sanitasi Untuk 5 Pilar STBM 54 b. Penyediaan Suplai Sanitasi dan Pemasaran Sanitasi 58 c. Membangun Komitmen Masyarakat dengan Menuangkan ke Dalam RTL 58 d. Pendampingan dan Monitoring 58 e. Promosi PHBS yang Berkelanjutan 73 VIII.REFERENSI 73 IX. LAMPIRAN 74 LEMBAR KERJA 74 a. Panduan Melakukan Demo Alur Kontaminasi (Diagram F) 74 b. Panduan Diskusi Kelompok Penggunaan Diagram F untuk Memutus Alur Penularan Penyakit 77 c. Panduan Simulasi Upper dan Lower dalam STBM 80 d. Panduan Bermain Peran dalam Demonstrasi Alat-Alat Utama CLTS 82 PELAKSANAAN STBM