Dokumen ini membahas kurikulum pelatihan untuk pelatih (TOT) fasilitator STBM. STBM merupakan pendekatan baru pembangunan sanitasi di Indonesia yang mengedepankan pemberdayaan masyarakat dan perubahan perilaku. Dokumen ini menjelaskan latar belakang, tujuan, struktur, garis besar program pembelajaran, peserta, penyelenggara, dan evaluasi pelatihan TOT fasilitator STBM. Pelatihan ini bertuju
Kurikulum dan modul pelatihan untuk pelatih fasilitator stbm kemenkes 2014
1. Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
i
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
2014
KurikulumdanModul
PelatihanuntukPelatih(TOT)Fasilitator
STBM
SanitasiTotalBerbasisMasyarakat
diindonesia
363. 72
Ind
k
2. Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
ii
Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI
Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Kurikulum dan Modul Pelatihan untuk Pelatih Fasilitator Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat (STBM) di Indonesia._
Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. 2014
ISBN 978-602-235-523-6
1.Judul I. SANITATION – EDUCATION
II. SANITARY ENGINEERING III. WASTE MANAGEMENT
IV. ENVIRONMENT AND PUBLIC HEALTH
363. 72
Ind
k
3. Pemerintah Indonesia melakukan upaya
percepatan peningkatan akses terhadap
sanitasi yang layak. Tahun 2005, pendekatan
Community-Led Total Sanitation (CLTS) diujicobakan
di 6 kabupaten dan selanjutnya direplikasi pada
tahun 2006 dan 2007. Hasilnya, pada tahun 2007 ada
680 desa yang telah mendeklarasikan kondisi terbatas dari
praktek buang air besar sembarangan (BABS) atau biasa disebut Open
Defecation Free (ODF). Ini memperlihatkan bahwa pendekatan subsidi
dan penyediaan sarana fisik (hardware), yang sebelumnya dilakukan
pemerintah, ternyata tidak mampu menjamin perubahan perilaku
masyarakat maupun meningkatkan akses sanitasi.
Tahun 2009, pemerintah menekankan perhatian kepada aspek sanitasi
dan higiene dengan memasukkan pada Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN 2010 – 2014) prioritas 3 bidang
kesehatan memprioritaskan upaya preventif dan promotif terpadu
melalui peningkatan akses air minum 67% dan sanitasi 75% pada tahun
2014. Hal ini sejalan dengan komitmen pemerintah dalam pencapaian
target MDG’s 2015.
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) merupakan pendekatan
yang cukup efektif untuk mempercepat akses terhadap sanitasi yang
layak melalui perubahan perilaku secara kolektif dan pemberdayaan
masyarakat. Saat ini STBM dilaksanakan melalui berbagai program
pembangunan sanitasi, diantaranya program Penyediaan Air Minum
dan Sanitasi Masyarakat (PAMSIMAS), PAM STBM, program Urban
Sanitation and Rural Infrasructure (USRI), program Sanitasi Berbasis
Masyarakat (SANIMAS), dan program-program yang dilakukan oleh
mitra seperti Water Sanitation Program-Bank Dunia, Wes UNICEF,
IUWASH, High Five-USAID, Plan Internasional Indonesia, WVI, Simavi,
USDP, YPCII, CD Bethesda, Yayasan Dian Desa dan lain-lain.
Kata Pengantar Direktur Jenderal
PP & PL Kemenkes
4. Kurikulum dan Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
iv
STBM yang mengutamakan pendekatan perubahan perilaku
membutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang terampil dan tersebar
di seluruh wilayah Indonesia, baik sebagai fasilitator STBM, wirausaha
sanitasi maupun tenaga pelatih yang akan menghasilkan SDM STBM
baru di masa depan.
Sehubungan dengan hal tersebut, Kementerian Kesehatan berupaya
untuk menjaga kualitas pelatihan melalui proses akreditasi kurikulum
dan modul pelatihan sebagai berikut :
1. Kurikulum dan Modul Pelatihan Fasilitator STBM
2. Kurikulum dan Modul TOT Fasilitator STBM
3. Kurikulum Pelatihan Wirausaha Sanitasi
4. Kurikulum Pelatihan TOT Wirausaha Sanitasi
Diharapkan peserta latih nantinya akan memiliki keterampilan di bidang
pemberdayaan masyarakat dengan pendekatan perubahan perilaku dan
mampu berkontribusi dalam percepatan pencapaian target MDG 7c dan
pembangunan kesehatan nasional khususnya untuk memberdayakan
masyarakat untuk hidup sehat mandiri dan berkeadilan.
Terimakasih kami sampaikan kepada WSP-Bank Dunia, yang telah
memfasilitasi penyusunan kurikulum dan modul STBM, serta tim
penyusun yang telah berbagi pembelajaran dan pengalaman berharga
hingga modul STBM terakreditasi.
Semoga modul ini bermanfaat.
Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama
Jakarta, 21 November 2013
Direktur Jenderal PP dan PL
5. Kurikulum dan Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
v
DAFTAR ISI
Bagian 1 - Kurikulum Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)...........................................................1
Bagian 2 - Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)...........................................................25
Modul MD.1 - Kebijakan dan Strategi Nasional STBM................................................. 27
Modul MI.1 - Konsep Dasar Pendekatan STBM.........................................................39
Modul MI.2 - Pemberdayaan Masyarakat Dalam STBM............................................. 63
Modul MI.3 - Komunikasi, Advokasi dan Fasilitasi STBM........................................... 73
Modul MI.4 - Pemicuan STBM di Komunitas...............................................................111
Modul MI.5 - Teknik Melatih.........................................................................................187
Modul MP.1 - Membangun Komitmen Belajar (BLC)....................................................243
Modul MP.2 - Rencana Tindak Lanjut (RTL).................................................................255
6. Kurikulum dan Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Komponen Pokok STBM..................................................................................34
Gambar 2 Tupoksi STBM..................................................................................................37
Gambar 3 Tiga Pilar Utama PRA.......................................................................................49
Gambar 4 Tangga Perubahan Perilaku Visi STBM............................................................55
Gambar 5 Pendekatan Penilaian Partisipatif.....................................................................94
Gambar 6 Jamban Individual.............................................................................................149
Gambar 7 Jamban Komunal .............................................................................................149
Gambar 8 Jenis Jamban ...................................................................................................150
Gambar 9 Septik Tank dengan Ventilasi............................................................................150
Gambar 10 Jamban Permanen...........................................................................................150
Gambar 11 Desain Lantai Kamar Mandi.............................................................................150
Gambar 12 Jamban yang Aman..........................................................................................151
Gambar 13 Contoh Sarana Cuci Tangan Pakai Sabun yang Layak.................................... 154
Gambar 14 Pengelolaan Air Baku.......................................................................................155
Gambar 15 Pengolahan Air Minum di Rumah Tangga.........................................................156
Gambar 16 Pengolahan Air Minum di Rumah Tangga ........................................................156
Gambar 17 Pengomposan Takakura, Sumber ICWMRIP.................................................... 159
Gambar 18 Contoh Pengelolaan Sampah Berbasis Komunitas.......................................... 161
Gambar 19 Bak Penangkap Lemak ....................................................................................162
Gambar 20 Bio Filter, Sumber: Buku Opsi Teknologi Sanitasi ............................................ 162
7. Kurikulum dan Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
vii
DAFTAR TABEL
Gambar 1 Komponen Pokok STBM..................................................................................34
Gambar 2 Tupoksi STBM..................................................................................................37
Gambar 3 Tiga Pilar Utama PRA.......................................................................................49
Gambar 4 Tangga Perubahan Perilaku Visi STBM............................................................55
Gambar 5 Pendekatan Penilaian Partisipatif.....................................................................94
Gambar 6 Jamban Individual.............................................................................................149
Gambar 7 Jamban Komunal .............................................................................................149
Gambar 8 Jenis Jamban ...................................................................................................150
Gambar 9 Septik Tank dengan Ventilasi............................................................................150
Gambar 10 Jamban Permanen...........................................................................................150
Gambar 11 Desain Lantai Kamar Mandi.............................................................................150
Gambar 12 Jamban yang Aman..........................................................................................151
Gambar 13 Contoh Sarana Cuci Tangan Pakai Sabun yang Layak.................................... 154
Gambar 14 Pengelolaan Air Baku.......................................................................................155
Gambar 15 Pengolahan Air Minum di Rumah Tangga.........................................................156
Gambar 16 Pengolahan Air Minum di Rumah Tangga ........................................................156
Gambar 17 Pengomposan Takakura, Sumber ICWMRIP.................................................... 159
Gambar 18 Contoh Pengelolaan Sampah Berbasis Komunitas.......................................... 161
Gambar 19 Bak Penangkap Lemak ....................................................................................162
Gambar 20 Bio Filter, Sumber: Buku Opsi Teknologi Sanitasi ............................................ 162
9. Kurikulum Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
1
1
Bagian 1
Kurikulum Pelatihan untuk Pelatih (TOT)
Fasilitator
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
KURIKULUM
PELATIHAN
UNTUK
PELATIH
(TOT)
FASILITATOR
STBM
10. Kurikulum Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
2
BAB I. PENDAHULUAN...........................................................................................................3
A. Latar Belakang..........................................................................................................3
B. Filosofi Pelatihan.......................................................................................................4
BAB II. PERAN, FUNGSI, DAN KOMPETENSI.......................................................................5
A. Peran.........................................................................................................................5
B. Fungsi........................................................................................................................5
C. Kompetensi................................................................................................................6
BAB III. TUJUAN PELATIHAN.................................................................................................6
A. Tujuan Umum............................................................................................................6
B. Tujuan Khusus...........................................................................................................6
BAB IV. STRUKTUR PROGRAM.............................................................................................7
BAB V. GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN............................................... 8
BAB VI. DIAGRAM PROSES PEMBELAJARAN.....................................................................19
BAB VII. PESERTA, PELATIH DAN PENGENDALI PELATIHAN............................................ 22
A. Peserta......................................................................................................................22
B. Pelatih/Fasilitator/Instruktur.......................................................................................22
C. Pengendali Pelatihan (Master of Training).................................................................22
D. Narasumber ..............................................................................................................22
BAB VIII. PENYELENGGARA DAN TEMPAT PENYELENGGARAAN.................................... 23
A. Penyelenggara..........................................................................................................23
B. Tempat Penyelenggaraan..........................................................................................23
BAB IX. EVALUASI...................................................................................................................23
A. Evaluasi terhadap peserta melalui : ........................................................................23
B. Evaluasi terhadap pelatih/fasilitator/narasumber ......................................................23
C. Evaluasi terhadap penyelenggara pelatihan ...........................................................24
BAB X. SERTIFIKAT................................................................................................................24
11. Kurikulum Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
3
3
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
S
anitasi Total Berbasis Masyarakat yang selanjutnya disebut STBM merupakan pendekatan
dan paradigma baru pembangunan sanitasi di Indonesia yang mengedepankan
pemberdayaan masyarakat dan perubahan perilaku. STBM ditetapkan sebagai kebijakan
nasional berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 852/MENKES/
SK/IX/2008 untuk mempercepat pencapaian MDGs tujuan 7C, yaitu mengurangi hingga setengah
penduduk yang tidak memiliki akses terhadap air bersih dan sanitasi pada tahun 2015. Tahun 2014,
Kepmenkes ini diganti dengan Peraturan Menteri Kesehatan No.3 Tahun 2014 tentang STBM.
Adapun tujuan penyelenggaraan STBM adalah untuk mewujudkan perilaku masyarakat yang
higienis dan saniter secara mandiri dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya. Diharapkan pada tahun 2025, Indonesia bisa mencapai sanitasi total untuk
seluruh masyarakat, sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional (RPJPN) Indonesia.
Dalam pelaksanaannya, STBM membutuhkan sumber daya manusia terampil yang
tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Salah satu komponen terpenting dalam penerapan STBM
adalah adanya fasilitator-fasilitator yang berkualitas dan tersebar diseluruh pelosok nusantara.
Hasil studi kerjasama antara Bappenas dan Bank Dunia (2012) menunjukkan bahwa dalam jangka
pendek, dibutuhkan 12.000 tenaga sanitasi profesional dan dalam jangka menengah diperlukan
tambahan 18.000 tenaga sanitasi profesional. Sehubungan dengan hal tersebut, Kementerian
Kesehatan berupaya untuk meningkatkan kompetensi pelaksana STBM melalui pelatihan-pelatihan
terakreditasi. Diharapkan dengan pelatihan-pelatihan tersebut, tenaga STBM, khususnya fasilitator
STBM, memiliki keahlian dan kompetensi yang terstandar dan mumpuni.
Pendekatan STBM diadopsi dari hasil uji coba Community Led Total Sanitation (CTS)
yang telah sukses dilakukan di beberapa lokasi proyek air minum dan sanitasi di Indonesia,
khususnya dalam mendorong kesadaran masyarakat untuk mengubah perilaku buang air besar
sembarangan (BABS) menjadi buang air besar di jamban yang higiene dan layak. Perubahan
perilaku BAB merupakan pintu masuk perubahan perilaku santasi secara menyeluruh. Atas dasar
pengalaman keberhasilan CLTS, pemerintah menyempurnakan pendekatan CLTS dengan aspek
sanitasi lain yang saling berkaitan yang ditetapkan sebagai 5 pilar STBM, yaitu (1) Stop Buang Air
Besar Sembarangan (SBS), (2) Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS), (3) Pengelolaan Air Minum dan
Makanan Rumah Tangga (PAMM-RT), (4) Pengamanan Sampah Rumah Tangga (PS-RT), dan (5)
Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga (PLC-RT).
Pendekatan STBM terdiri dari tiga komponen yang harus dilaksanakan secara seimbang
dan komprehensif, yaitu: 1) peningkatan kebutuhan sanitasi, 2) peningkatan penyediaan akses
sanitasi, dan 3) peningkatan lingkungan yang kondusif.
Dalam upaya penguatan kapasitas pelaksana program STBM, perlu disusun Buku
Kurikulum dan Modul Pelatihan Fasilitator Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Diharapkan
12. Kurikulum Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
4
pelatihan tersebut mampu mencetak lebih banyak fasilitator STBM yang handal, yang mampu
merencanakan dan melaksanakan program STBM untuk meningkatkan kebutuhan masyarakat
untuk mempraktikkan hidup bersih dan sehat, termasuk melakukan monitoring dan evaluasi
program STBM secara partisipatif dengan masyarakat.
Kurikulum ini didesain dengan pendekatan “learner centered” yakni pendekatan yang
menempatkan pembelajar sebagai pusat perhatian, sedangkan pelatih/fasilitator lebih berperan
sebagai katalisator (catalyst), pembantu proses (process helper), dan penghubung sumber daya
(resource linker). Mengingat adanya perbedaan gaya pengajaran dan budaya setempat, maka
tujuan pembelajarannyapun diarahkan pada tumbuhnya proses penemuan sendiri (self-discovery),
sehingga kompetensi yang telah diperoleh dapat diterapkan dalam pelaksanaan tugas sebagai
seorang fasilitator STBM.
Kebutuhan terhadap Pelatihan Fasilitator STBM ini masih belum diimbangi dengan
ketersediaan jumlah tenaga pelatih yang mencukupi, mumpuni dan mampu memahami serta
menyampaikan atau memfasilitasi materi sesuai kurikulum dan modul pelatihan yang telah
ditetapkan. sehingga untuk mengakomodir kebutuhan ini maka perlu dilakukan suatu Pelatihan
untuk Pelatih (Traning of Trainer / TOT) Fasilitator STBM ini. Sehubungan dengan hal itu, Pelatihan
untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM ini menjadi begitu penting dan perlu segera dilaksanakan
untuk mencetak fasilitator-fasilitator STBM yang handal, yang mampu mendorong percepatan
pencapaian target sanitasi Indonesia yang berkelanjutan dan juga untuk meningkatkan keterampilan
para fasilitator dalam hal melatih, serta untuk memberikan penyamaan persepsi diantara para
fasilitator agar terdapat keseragaman materi yang akan disampaikan pada pelatihan Pelatihan
fasilitator STBM sesuai kurikulum yang telah ditetapkan. Adapun penyelenggaraan pelatihan ini
mengacu pada kurikulum Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM bagi pelaksana STBM.
B. Filosofi Pelatihan
Filosophi pelatihan untuk pelatih (TOF) Fasilitator STBM ini diselenggarakan dengan
memperhatikan:
1. Prinsip pembelajaran orang dewasa (andragogi), dimana selama pelatihan peserta berhak
untuk:
a. Didengarkan dan dihargai pengalamannya mengenai pemberdayaan masyarakat,
perubahan perilaku, dan STBM.
b. Dipertimbangkan setiap ide dan pendapat, sejauh berada di dalam konteks pelatihan.
c. Diberikan kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam setiap proses pembelajaran.
d. Tidak dipermalukan, dilecehkan ataupun diabaikan.
2. Berorientasi kepada peserta, di mana peserta berhak untuk:
a. Mendapatkan 1 paket bahan belajar tentang STBM.
b. Mendapatkan pelatih profesional yang dapat menfasilitasi dengan berbagai metode,
melakukan umpan balik, dan menguasai materi STBM.
13. Kurikulum Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
5
5
c. Belajar sesuai dengan gaya belajar yang dimiliki, baik secara visual, auditorial maupun
kinestetik (gerak).
d. Belajar dengan modal pengetahuan yang dimiliki masing-masing tentang STBM, saling
berbagi antar peserta maupun fasilitator.
e. Melakukan refleksi dan memberikan umpan balik secara terbuka.
f. Melakukan evaluasi dan dievaluasi tingkat kemampuannya.
3. Berbasis kompetensi, yang memungkinkan peserta untuk
a. Mengembangkan keterampilan langkah demi langkah dalam memperoleh kompetensi
yang diharapkan dalam mengelola program STBM.
b. Memperoleh sertifikat setelah dinyatakan berhasil mencapai kompetensi yang diharapkan
pada akhir pelatihan.
4. Melakukan experimentasi dengan menggunakan metode Experimental Learning Cycle (ELC)
yang memberikan petunjuk praktis tentang desain pembelajaran, dengan karakteristik:
a. terkait dengan kehidupan nyata,
b. mendorong peserta untuk dapat mengekspresikan perasaan dan opini berdasarkan
pengalaman dan pengetahuan mereka, dan
c. menerapkan evaluasi terintegrasi dengan memberikan umpan balik kepada peserta latih
tentang kemajuan yang telah dicapai.
5. Berdasarkan azas manfaat artinya setelah menyelesaikan pelatihan peserta diharapkan
dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan sebagai pelatih pada Pelatihan
Fasilitator STBM
BAB II. PERAN, FUNGSI, DAN KOMPETENSI
Peserta yang telah menyelesaikan Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM bagi
pelaksana STBM mempunyai peran dan fungsi serta kompetensi sebagai berikut:
A. Peran
Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta berperan sebagai pelatih pada pelatihan fasilitator
STBM di wilayah kerjanya masing-masing.
B. Fungsi
Dalam melaksanakan perannya peserta mempunyai fungsi sebagai berikut:
1. Menjelaskan konsep dasar STBM
2. Menjelaskan pemberdayaan masyarakat dalam STBM
3. Melakukan komunikasi, advokasi dan fasilitasi
4. Melakukan pemicuan STBM di komunitas
5. Melatih pada pelatihan fasilitator STBM
14. Kurikulum Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
6
C. Kompetensi
Untuk melaksanakan peran dan fungsi tersebut, maka peserta memiliki kompetensi sebagai
berikut :
1. Menjelaskan Konsep Dasar STBM.
2. Menerapkan Pemberdayaan Masyarakat dalam STBM.
3. Melakukan Komunikasi, Advokasi dan Fasilitasi.
4. Melakukan Pemicuan STBM di Komunitas.
5. Melatih pada Pelatihan Fasilitator STBM.
BAB III. TUJUAN PELATIHAN
A. Tujuan Umum
Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta mampu melatih dalam pelatihan fasilitator STBM di
wilayah kerjanya masing-masing sesuai dengan peran dan fungsinya.
B. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan Konsep Dasar STBM.
2. Menerapkan Pemberdayaan Masyarakat dalam STBM.
3. Melakukan Komunikasi, Advokasi dan Fasilitasi.
4. Melakukan Pemicuan STBM di Komunitas.
5. Melatih pada Pelatihan Fasilitator STBM.
15. Kurikulum Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
7
7
BAB IV. STRUKTUR PROGRAM
Untuk mencapai tujuan pelatihan yang telah ditetapkan tersebut, maka disusun materi
pelatihan dengan struktur program yang terdiri dari materi dasar, materi inti dan materi penunjang
dengan jumlah keseluruhan jam pelajaran (JP) sebanyak 55 JP seperti yang tertera pada struktur
program sebagai berikut :
No MATERI
WAKTU
JML
T P PL
A
1
MATERI DASAR
Kebijakan dan Strategi Nasional STBM 2 0 0 2
Subtotal “A” : 2 0 0 2
B
1
2
3
4
5
MATERI INTI
Konsep Dasar STBM
Pemberdayaan Masyarakat dalam STBM
Komunikasi, Advokasi dan Fasilitasi.
Pemicuan STBM di komunitas
Teknik Melatih
2
1
2
4
6
2
2
2
2
9
0
0
0
10
0
4
3
4
16
15
Subtotal “B” : 15 17 10 42
C
1
2
MATERI PENUNJANG
Membangun Komitmen Belajar (BLC)
Rencana Tindak Lanjut (RTL)
0
1
3
2
0
0
3
3
Subtotal “C” : 2 5 0 6
Total 18 22 10 50
Keterangan: T: Teori; P: Penugasan; PL: Praktik Lapangan
1 JP @45 menit
50 JP = 6 hari pelatihan
Untuk praktek micro teaching per orang 30 menit
16. Kurikulum Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
8
BAB
V.
GARIS-GARIS
BESAR
PROGRAM
PEMBELAJARAN
Nomor
:
MD.1
Judul
Materi
:
Kebijakan
dan
Strategi
Nasional
STBM
Waktu
:
2
JP
(T=
2jp;
P=
0
jp;
PL=
0
jp)
Tujuan
Pembelajaran
Umum
:
Setelah
mengikuti
materi
ini,
peserta
mampu
memahami
arah
kebijakan
dan
strategi
nasional
STBM.
Tujuan
Pembelajaran
Khusus
(TPK)
Pokok
Bahasan
dan
Sub
Pokok
Bahasan
Metode
Media
dan
Alat
Bantu
Referensi
Setelah
mengikuti
materi
ini
peserta
mampu:
1.
Menjelaskan
arah
kebijakan
dan
strategi
pembangunan
sanitasi
Indonesia,
1.
Arah
kebijakan
dan
strategi
pembangunan
sanitasi
di
Indonesia
a.
Arah
kebijakan
dan
strategi
nasional
pembangunan
sanitasi,
b.
Arah
kebijakan
dan
strategi
STBM.
•
CTJ,
•
Curah
Pendapat
•
Bahan
tayang
(slide
ppt),
•
LCD
projector,
•
Komputer
/
laptop,
•
Modul.
•
Bappenas,
Kebijakan
Nasional
Pembangunan
Air
Minum
dan
Sanitasi,
2003.
•
Setneg
RI,
Undang-Undang
No.17
Tahun
2007
tentang
RPJPN
2005-2025,
Jakarta:2005.
•
Depkes
RI,
Kepmenkes
No.
852/2008,
tentang
Strategi
Nasional
STBM,
Jakarta:
2008.
•
Depkes
RI,
Strategi
Nasional
STBM,
Jakarta:
2008.
•
Setneg
RI,
Undang-Undang
No.
36
Tahun
2009
tentang
Kesehatan,
Jakarta:
2009.
•
Kemenkes
RI,
Renstra
2010-2014,
Jakarta:
2010.
•
Kemenkes
RI,
Buku
Profi
Program
Penyehatan
Lingkungan
Ditjen
P2PL,
Jakarta:
2013.
•
Kemenkes
RI,
Permenkes
No.3/2014
tentang
STBM
•
Update
STBM,
www.stbm-indonesia.org.
2.
Menjelaskan
peran
dan
strategi
STBM.
2.
Peran
dan
strategi
STBM
a.
Peran
STBM
dalam
pencapaian
RPJPN,
RPJMN
dan
MDGs
tujuan
7C,
b.
Strategi
STBM,
c.
Pemetaan
peran
dan
tanggung
jawab
pemangku
kebijakan
di
masing-masing
tingkatan.
•
CTJ,
•
Curah
Pendapat.
Nomor
:
MI.1
17. Kurikulum Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
9
9
Judul
Materi
:
Konsep
Dasar
Pendekatan
STBM
Waktu
:
4JP
(T=2
jp;
P=2
jp;
PL=0
jp)
Tujuan
Pembelajaran
Umum
:
Setelah
mengikuti
materi
ini,
peserta
mampu
memahami
konsep
dasar
STBM.
Tujuan
Pembelajaran
Khusus
(TPK)
Pokok
Bahasan
dan
Sub
Pokok
Bahasan
Metode
Media
dan
Alat
Bantu
Referensi
Setelah
mengikuti
materi
ini
peserta
mampu:
1.
Menjelaskan
pengertian
STBM,
1.
Pengertian
STBM
a.
Pengertian
STBM,
b.
Tujuan
STBM,
c.
Sejarah
program
pembangunan
sanitasi,
d.
Konsep
STBM.
•
CTJ,
•
Putar
film,
•
Tanya
jawab,
•
Curah
Pendapat,
•
Bermain
Peran.
•
Bahan
tayang
(slide
ppt,
film),
•
LCD,
•
Komputer/laptop,
•
Flipchart,
•
Spidol,
•
Meta
plan,
•
Kain
tempel,
•
Modul,
•
Panduan
Diskusi,
•
Panduan
Bermain
Peran.
•
Kar,
Kamar,
Working
Paper
184,
Subsidy
or
Self-Respect?
Total
Community
Sanitation
in
Bangladesh,
Institute
for
Development
Studies,
September
2003.
•
Kelompok
Kerja
Antar
Departemen,
Project
WASPOLA,
Film
Awakening
Change,
Community
Led
Total
Sanitation
in
Indonesia,
Jakarta:
2006.
•
Kemenkes
RI,
Film
STBM,
Jakarta:
2009.
•
Kemenkes
RI,
Modul
Higiene
Sanitasi
Makanan
dan
Minuman,
Dit.
PL,
Jakarta:
2012.
•
Kemenkes
RI,
Materi
Advokasi
STBM,
Sekretariat
STBM
Nasional,
Jakarta:
2012.
•
Kemenkes
RI,
Buku
Sisipan
STBM:
Kurikulum
dan
Modul
Pelatihan
Fasilitator
Pemberdayaan
Masyarakat
di
Bidang
Kesehatan,
Jakarta:
2013.
•
Update
STBM,
www.stbm-indonesia.org.
•
Sejarah
Sanitasi,
Seri
AMPL
23,
www.
ampl.or.id.
2.
Menjelaskan
komponen
STBM,
2.
Tiga
Komponen
STBM
a.
Peningkatan
kebutuhan
dan
permintaan
sanitasi,
b.
Peningkatan
layanan
penyediaan
sanitasi,
dan
c.
Penciptaan
lingkungan
yang
kondusif.
•
CTJ,
•
Curah
Pendapat.
3.
Menjelaskan
lima
pilar
STBM,
3.
Lima
Pilar
STBM
a.
Pengertian,
b.
Penyelenggaran
pelaksanaan
5
pilar
STBM,
c.
Manfaat
pelaksanaan
5
pilar
STBM,
d.
Tujuan
pelaksanaan
5
pilar
STBM.
•
CTJ,
•
Curah
Pendapat.
18. Kurikulum Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
10
Tujuan
Pembelajaran
Khusus
(TPK)
Pokok
Bahasan
dan
Sub
Pokok
Bahasan
Metode
Media
dan
Alat
Bantu
Referensi
4.
Menjelaskan
prinsip-prinsip
STBM,
4.
Prinsip-Prinsip
STBM
a.
Tanpa
subsidi,
b.
Masyarakat
sebagai
pemimpin,
c.
Tidak
menggurui/
memaksa,
Totalitas
seluruh
komponen
masyarakat.
•
CTJ,
•
Curah
Pendapat,
•
Diskusi.
5.
Menjelaskan
tangga
perubahan
perilaku.
5.
Tangga
Perubahan
Perilaku
a.
Perilaku
BABS,
b.
Perilaku
SBS,
c.
Perilaku
Higienies
dan
Saniter,
d.
Perilaku
Sanitasi
Total.
•
CTJ,
•
Curah
Pendapat,
•
Diskusi.
19. Kurikulum Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
11
11
Nomor
:
MI.2
Judul
Materi
:
Pemberdayaan
Masyarakat
dalam
STBM
Waktu
:
3
JP
(T=1
jp;
P=2
jp;
PL=0
jp)
Tujuan
Pembelajaran
Umum
:
Setelah
mengikuti
materi
ini,
peserta
mampu
menerapkan
pemberdayaan
masyarakat
dalam
STBM.
Tujuan
Pembelajaran
Khusus
(TPK)
Pokok
Bahasan
dan
Sub
Pokok
Bahasan
Metode
Media
dan
Alat
Bantu
Referensi
Setelah
mengikuti
materi
ini
peserta
mampu:
1.
Menjelaskan
pemberdayaan
masyarakat,
1.
Pemberdayaan
Masyarakat
a.
Pengertian
pemberdayaan
masyarakat,
b.
Tahapan
kegiatan
pemberdayaan
masyarakat,
c.
Prinsip
dasar
pemberdayaan
masyarakat.
•
CTJ,
•
Diskusi
kelompok.
•
Bahan
tayang
(slide
ppt),
•
LCD,
•
Komputer/
laptop,
•
Flipchart,
•
Spidol
•
Meta
plan,
•
Kain
tempel,
•
Panduan
Diskusi
Kelompok,
•
Panduan
Bermain
Peran.
•
DepKes
RI,
Pusat
Promkes,
Kebijakan
Nasional
Promosi
Kesehatan,
Jakarta:
2004.
•
DepKes
RI,
Pusat
Promkes,
Pedoman
Pelaksanaan
Promosi
Kesehatan
di
Daerah,
Jakarta:
2005.
•
Totok
Mardikanto,
Konsep-Konsep
Pemberdayaan
Masyarakat,
Surakarta,
2010
•
Kemenkes
RI,
Buku
Sisipan
STBM:
Kurikulum
dan
Modul
Pelatihan
Fasilitator
Pemberdayaan
Masyarakat
di
Bidang
Kesehatan,
Jakarta:
2013.
2.
Menerapkan
partisipasi
masyarakat
dalam
STBM.
2.
Partisipasi
Masyarakat
Dalam
STBM
a.
Pengertian
partisipasi
masyarakat
dalam
STBM,
b.
Tingkatan
partisipasi
masyarakat
di
STBM.
•
CTJ,
•
Diskusi
kelompok,
•
Bermain
Peran.
20. Kurikulum Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
12
Nomor
:
MI.3
Judul
Materi
:
Komunikasi,
Advokasi,
dan
Fasilitasi
STBM
Waktu
:
4
JP
(T=
2
jp;
P=
2
jp;
PL=
0
jp)
Tujuan
Pembelajaran
Umum
:
Setelah
mengikuti
materi
ini,
peserta
mampu
melakukan
komunikasi,
advokasi
dan
fasilitasi
STBM.
Tujuan
Pembelajaran
Khusus
(TPK)
Pokok
Bahasan
dan
Sub
Pokok
Bahasan
Metode
Media
dan
Alat
Bantu
Referensi
Setelah
mengikuti
materi
ini
peserta
mampu:
1.
Melakukan
komunikasi
yang
efektif,
1.
Komunikasi
a.
Pengertian
komunikasi,
b.
Bentuk-bentuk
komunikasi,
c.
Membangun
komunikasi
yang
efektif.
•
CTJ,
•
Diskusi
kelompok,
•
Bermain
peran,
•
Bahan
tayang
(slide
ppt,)
•
LCD,
•
Komputer/
laptop,
•
Flipchart,
•
Spidol,
•
Meta
plan,
•
Skenario,
•
Kain
tempel,
•
Lembar
diskusi
kelompok,
•
Panduan
Bermain
Peran.
•
Dinkes
RI,
Pusat
Promosi
Kesehatan,
Modul
Teknologi
Advokasi
Kesehatan,
Jakarta:
2002.
•
Kemenkes
RI,
Buku
Sisipan
STBM:
Kurikulum
dan
Modul
Pelatihan
Fasilitator
Pemberdayaan
Masyarakat
di
Bidang
Kesehatan,
Jakarta:
2013.
2.
Melakukan
advokasi,
2.
Advokasi
a.
Pengertian
advokasi,
b.
Langkah-langkah
advokasi
STBM,
c.
Cara
melakukan
advokasi
yang
efektif.
•
CTJ,
•
Bermain
peran.
3.
Menerapkan
prinsip-prinsip
dasar
fasilitasi,
3.
Prinsip-Prinsip
Dasar
Fasilitasi
a.
Prinsip
dasar
fasilitasi,
b.
Peran
dan
fungsi
fasilitator,
c.
Perilaku
fasilitator
dalam
STBM,
d.
Fasilitasi
yang
harus
dilakukan
dan
dihindari
dalam
STBM.
•
CTJ,
•
Diskusi
kelompok.
4.
Menerapkan
teknik-teknik
fasilitasi.
4.
Teknik
Fasilitasi
a.
Teknik
mendengar,
b.
Teknik
bertanya,
c.
Teknik
menghadapi
situasi
sulit,
d.
Dinamika
bertanya,
e.
Curah
pendapat.
•
CTJ,
•
Curah
Pendapat,
•
Bermain
peran.
21. Kurikulum Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
13
13
Nomor
:
MI.4
Judul
Materi
:
Pemicuan
STBM
di
Komunitas
Waktu
:
16
JP
(T=4
jp;
P=2
jp;
PL=10
jp)
Tujuan
Pembelajaran
Umum
:
Setelah
mengikuti
materi
ini,
peserta
mampu
melaksanakan
pemicuan
STBM
di
komunitas.
Tujuan
Pembelajaran
Khusus
(TPK)
Pokok
Bahasan
dan
Sub
Pokok
Bahasan
Metode
Media
dan
Alat
Bantu
Referensi
Setelah
mengikuti
materi
ini
peserta
mampu:
1.
Memahami
kegiatan
pra-pemicuan,
1.
Kegiatan
Pra-Pemicuan
a.
Observasi
kebiasaan
PHBS
masyarakat,
b.
Persiapan
pemicuan
dan
menciptakan
suasana
yang
kondusif
sebelum
pemicuan
•
CTJ,
•
Diskusi
kelompok,
•
Simulasi.
•
Bahan
tayang
(slide
ppt,
Film),
•
LCD,
•
Komputer/
laptop,
•
Flipchart,
•
Spidol,
•
Meta
plan,
•
Lembar
diskusi
kelompok,
•
Tali,
•
Kain
tempel,
•
Alat-alat
dan
bahan
untuk
pemicuan,
•
Lembar
observasi,
•
Panduan
Praktik
Kerja
Lapang,
•
Pedoman
simulasi.
•
WSP,
Film
Memicu
Perubahan
Menuju
Sanitasi
Total
di
Maharashta,
India,
New
Delhi:
2004.
•
Depkes
RI,
Sekretariat
STBM,
Film
Proses
Pemicuan
di
Kenongo,
2005.
•
Depkes
RI,
Sekretariat
STBM,
Film
Pemicuan
di
Muara
Enim,
2006.
•
Kemenkes
RI,
Pedoman
Teknis
Lapangan
STBM,
Ditjen
PP&PL,
Jakarta:
2013.
2.
Melakukan
pemicuan,
2.
Pemicuan
a.
Alat-alat
utama
partisipasi
untuk
pemicuan,
b.
Elemen
pemicuan
dan
faktor
penghambat
pemicuan,
c.
Langkah-langkah
pemicuan,
d.
Proses
Pemicuan
Lima
Pilar
STBM
e.
Komposisi
tim
pemicu.
•
CTJ,
•
Diskusi
kelompok,
•
Bermain
peran,
•
Putar
film,
22. Kurikulum Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
14
Tujuan
Pembelajaran
Khusus
(TPK)
Pokok
Bahasan
dan
Sub
Pokok
Bahasan
Metode
Media
dan
Alat
Bantu
Referensi
3.
Melakukan
fasilitasi
paska
pemicuan,
3.
Fasilitasi
Paska
Pemicuan
a.
Cara
membangun
ulang
komitmen,
b.
Pilihan
teknologi
sanitasi
untuk
5
pilar
STBM,
c.
Cara
membangun
jejaring
layanan
penyediaan
sanitasi,
d.
Pendampingan
dan
monitoring,
e.
Media
promosi
untuk
perubahan
perilaku
yang
berkelanjutan.
•
CTJ,
•
Diskusi
kelompok,
•
Simulasi.
4.
Melakukan
simulasi
pemicuan
STBM
di
komunitas,
4.
Simulasi
Pemicuan
STBM
di
Komunitas
a.
Pembentukan
kelompok
dan
tim
pemicu,
b.
Penyiapan
alat
dan
bahan,
c.
Pembagian
peran
pada
kelompok
Simulasi
Pemicuan
Kelompok.
•
Pemilihan
kelompok
secara
partisipatif,
•
Penugasan.
5.
Mampu
mempraktikkan
pemicuan
di
lapangan.
5.
Praktik
Pemicuan
di
Lapangan
•
Praktik
Kerja
Lapang.
23. Kurikulum Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
15
15
Nomor
:
MI.
5
Judul
Materi
:
Teknik
Melatih
Waktu
:
15
JP
(T=
6jp;
P=9
jp;
PL=0
jp)
Tujuan
Pembelajaran
Umum
:
Setelah
mengikuti
materi
ini,
peserta
mampu
melatih
pada
pelatihan
fasilitator
STBM
Tujuan
Pembelajaran
Khusus
(TPK)
Pokok
Bahasan
dan
Sub
Pokok
Bahasan
Metode
Media
dan
Alat
Bantu
Referensi
Setelah
mengikuti
materi
ini
peserta
mampu
:
1.
Menjelaskan
model
pendekatan
Pembelajaran
orang
dewasa
(POD).
2.
Menyusun
satuan
acara
pembelajaran
(SAP)
3.
Menciptakan
iklim
pembelajaran
yang
kondusif
dalam
sebuah
proses
pembelajaran
4.
Menggunakan
teknik
presentasi
interaktif
dalam
proses
pembelajaran
.
1.
Model
pendekatan
Pembelajaran
Orang
Dewasa
(POD).
a.
Perubahan
Paradigma
Pendidikan
b.
Pedagogi
dan
Andragogi
c.
Prinsip-prinsip
POD
d.
Ruang
lingkup
Pendekatan
&
tujuan
POD
e.
Strategi
POD
2.
Satuan
Acara
Pembelajaran
(SAP).
a.
Pengertian
SAP
b.
Manfaat
SAP
c.
Tujuan
SAP
d.
Sistematika
SAP
e.
Teknik
Penyusunan
SAP
f.
Kegiatan
Pembelajaran
3.
Penciptaan
iklim
pembelajaran
yang
kondusif
:
a.
Pengelolaan
kelas
secara
efektif
b.
Perkembangan
kelompok
c.
Kondisi
dan
situasi
belajar
yang
berpusat
pada
pembelajar
d.
Jurnal
pembelajaran
4.
Teknik
presentasi
interaktif
dalam
proses
pembelajaran.
a.
Pengertian
dan
tujuan
presentasi
interaktif
b.
Menghantar
sesi
pembelajaran
c.
Merangkum
sesi
pembelajaran
d.
Teknik
tanya
jawab
efektif
e.
Teknik
Mengelola
hubungan
interaktif
•
Curah
pendapat
•
CTJ
•
Latihan
•
Diskusi
Kelompok
•
Praktik
melatih
(micro-teaching)
•
Komputer,
•
LCD,
•
Papan/
kertas
Flipchart,
•
Spidol
•
Lembar
latihan
•
Panduan
diskusi
kelompok
•
Pedoman
praktik
melatih
(micro-teaching)
•
LAN
RI,
Modul
Widyaiswara,
Jakarta:
2008.
•
Kemenkes
RI,
Modul
Pelatihan
untuk
Pelatih
Program
Kesehatan,
Jakarta:
2009.
•
WSP-EAP,
Penyelenggaraan
Pelatihan
Wirausaha
Sanitasi,
Jakarta:
2012.
•
Kemenkes
RI,
Buku
Sisipan
STBM:
Kurikulum
dan
Modul
Pelatihan
Fasilitator
Pemberdayaan
Masyarakat
di
Bidang
Kesehatan,
Jakarta:
2013.
24. Kurikulum Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
16
Tujuan
Pembelajaran
Khusus
(TPK)
Pokok
Bahasan
dan
Sub
Pokok
Bahasan
Metode
Media
dan
Alat
Bantu
Referensi
5.
Menentukan
metode
pembelajaran
yang
sesuai
dengan
tujuan
pembelajaran
6.
Menggunakan
media
dan
alat
bantu
pembelajaran
yang
sesuai
dengan
metode
pembelajaran
dan
tujuan
pembelajaran
yang
ingin
dicapai.
7.
Melakukan
evaluasi
hasil
pembelajaran
5.
Metode
pembelajaran
:
a.
Pengertian
dan
Manfaat
metode
pembelajaran
b.
Delapan
Ragam
metode
pembelajaran
c.
Keunggulan
dan
kelemahan
masing-masing
metode
pembelajaran.
d.
Metode
pembelajaran
yang
efektif
6.
Media
dan
alat
bantu
pembelajaran
a.
Pengertian
media
dan
alat
bantu
pembelajaran
b.
Peranan
media
dan
alat
bantu
pembelajaran
c.
Kriteria
pemilihan
media
dan
alat
bantu
pembelajaran
d.
Jenis-jenis
media
dan
alat
bantu
pembelajaran.
e.
Karakteristik
media
dan
alat
bantu
pembelajaran.
7.
Evaluasi
hasil
pembelajaran
a.
Pengertian
b.
Tujuan
c.
Prinsip
evaluasi
hasil
pembelajaran
d.
Jenis-jenis,
tujuan
dan
proses
evaluasi
hasil
pembelajaran
e.
Bentuk,
kaidah
dan
instrument
serta
pengukuran
evaluasi
hasil
pembelajaran
f.
Nilai
hasil
pembelajaran
25. Kurikulum Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
17
17
Nomor
:
MP.1
Judul
Materi
:
Membangun
Komitmen
Belajar
(BLC)
Waktu
:
3
JP
(T=1
jp;
P=2
jp;
PL=0
jp)
Tujuan
Pembelajaran
Umum
:
Setelah
mengikuti
materi
ini,
peserta
mampu
membangun
komitmen
belajar
dalam
rangka
menciptakan
iklim
pembelajaran
yang
kondusif
selama
proses
pelatihan
berlangsung.
Tujuan
Pembelajaran
Khusus
(TPK)
Pokok
Bahasan
dan
Sub
Pokok
Bahasan
Metode
Media
dan
Alat
Bantu
Referensi
Setelah
mengikuti
materi
ini
peserta
mampu:
1.
Mengenal
sesama
warga
pembelajar
pada
proses
pelatihan
1.
Perkenalan
•
CTJ
•
Curah
pendapat
•
Bahan
tayang
(slide
ppt),
•
Flipchart/
papan
tulis,
•
Spidol,
•
Meta
plan,
•
Kain
tempel,
•
Jadwal
dan
alur
pelatihan,
•
Norma/tata
tertib
standar
pelatihan,
•
Panduan
permainan,
•
Petunjuk
games.
•
Munir,
Baderal,
Dinamika
Kelompok,
Penerapannya
Dalam
Laboratorium
Ilmu
Perilaku,
Jakarta:
2001.
•
Depkes
RI,
Pusdiklat
Kesehatan,
Kumpulan
Games
dan
Energizer,
Jakarta:
2004.
•
LAN
dan
Pusdiklat
Aparatur
Kemenkes
RI,
Buku
Panduan
Dinamika
Kelompok,
Jakarta:
2010.
2.
Menyiapkan
diri
untuk
belajar
bersama
secara
aktif
dalam
suasana
yang
kondusif
2.
Pencairan
(ice
breaking)
•
Permainan
3.
Merumuskan
harapan-
harapan
yang
ingin
dicapai
bersama
baik
dalam
proses
pembelajaran
maupun
hasil
yang
ingin
dicapai
di
akhir
pelatihan.
3.
Harapan-harapan
dalam
proses
pembelajaran
dan
hasil
yang
ingin
dicapai
•
CTJ
•
Curah
pendapat
•
Diskusi
kelompok
4.
Merumuskan
kesepakatan
norma
kelas
yang
harus
dianut
oleh
seluruh
warga
pembelajar
selama
pelatihan
berlangsung
4.
Norma
kelas
dalam
pembelajaran
•
CTJ
•
Curah
pendapat
•
Diskusi
kelompok
5.
Merumuskan
kesepakatan
bersama
tentang
kontrol
kolektif
dalam
pelaksanaan
norma
kelas
5.
Kontrol
kolektif
dalam
pelaksanaan
norma
kelas
•
CTJ
•
Curah
pendapat
•
Diskusi
kelompok
6.
Membentuk
organisasi
kelas
6.
Organisasi
kelas
•
Diskusi
kelompok
26. Kurikulum Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
18
Nomor
:
MP.2
Judul
Materi
:
Rencana
Tindak
Lanjut
(RTL)
Waktu
:
3
JP
T=1
jp;
P=2
jp;
PL=0
jp)
Tujuan
Pembelajaran
Umum
:
Setelah
mengikuti
materi
ini,
peserta
mampu
menyusun
rencana
tindak
lanjut
dan
mengevaluasi
pelaksanaan
kegiatan
STBM.
Tujuan
Pembelajaran
Khusus
(TPK)
Pokok
Bahasan
dan
Sub
Pokok
Bahasan
Metode
Media
dan
Alat
Bantu
Referensi
Setelah
mengikuti
materi
ini
peserta
mampu:
1.
Menjelaskan
pengertian
dan
ruang
lingkup
RTL.
2.
Menjelaskan
langkah-langkah
penyusunan
RTL
3.
Melakukan
evaluasi
dan
penyusunan
RTL
4.
Pelaksanaan
STBM
1.
RTL:
a.
Pengertian
RTL
b.
Ruang
lingkup
RTL.
2.
Langkah-langkah
penyusunan
RTL.
3.
Evaluasi
dan
RTL
a.
Evaluasi
Pelaksanaan
STBM
b.
Penyusunan
RTL
dan
gantt
chart
•
Ceramah
Tanya
Jawab
•
Latihan
•
Diskusi
kelompok
•
Flipchart,
•
Spidol,
•
Meta
plan,
•
Kain
tempel,
•
LCD,
•
Presentasi,
•
Lembar/Format
RTL.
•
Kemenkes
RI,
Pusdiklat
Aparatur,
Rencana
Tindak
Lanjut,
Kurmod
Surveillance,
Jakarta:
2008.
•
BPPSDM
Kesehatan,
Rencana
Tindak
Lanjut,
Modul
TOT
NAPZA,
Jakarta:
2009.
•
Kemenkes
RI,
Pedoman
Umum
Pengembangan
Desa
dan
Kelurahan
Siaga
Aktif,
Jakarta:
2010.
•
Kemenkes
RI,
Second
Decentralized
Health
Services
Project,
Model
Pelatihan
Pemberdayaan
Masyarakat
Bagi
Petugas
Puskesmas,
Jakarta:
2010.
27. Kurikulum Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
19
19
BAB VI. DIAGRAM PROSES PEMBELAJARAN
Rincian rangkaian alur proses pelatihan sebagai berikut :
1. Pembukaan
Proses pembukaan pelatihan meliputi beberapa kegiatan berikut:
a. Pembacaan susunan acara pembukaan oleh pembawa acara.
b. Laporan ketua penyelenggara pelatihan dan penjelasan program pelatihan.
c. Pengarahan dari pejabat yang berwenang tentang latar belakang perlunya pelatihan TOT
fasilitator STBM dan dukungannya terhadap program STBM, sekaligus membuka pelatihan
dengan resmi serta penyematan tanda peserta pelatihan sebagai tanda pelatihan dimulai.
28. Kurikulum Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
20
d. Pembacaan doa agar pelatihan berjalan dengan lancar dan berhasil tanpa ada hambatan
yang berarti.
2. Pelaksanaan Pre-Test
Pelaksanaan pre-test dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman awal peserta
terhadap materi yang akan diberikan pada proses pembelajaran.
3. Membangun Komitmen Belajar
Kegiatan ini ditujukan untuk mempersiapkan peserta dalam mengikuti proses belajar mengajar
selanjutnya dan menciptakan komitmen terhadap norma-norma kelas yang disepakati bersama
oleh seluruh peserta serta membentuk struktur kelas sebagai penghubung antara peserta, MOT,
dan panitia penyelenggara, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan
kondusif.
Kegiatannya antara lain:
a. Penjelasan oleh MOT tentang tujuan pembelajaran dan kegiatan yang akan dilakukan dalam
materi membangun komitmen belajar.
b. Perkenalan antara peserta dan para fasilitator dan panitia penyelenggara pelatihan, dan
juga perkenalan antar sesama peserta. Kegiatan perkenalan dilakukan dengan permainan,
dimana seluruh peserta terlibat secara aktif.
c. Mengemukakan kebutuhan/harapan, kekhawatiran dan komitmen masing-masing peserta
selama pelatihan.
d. Kesepakatan antara para fasilitator, penyelenggara pelatihan dan peserta dalam berinteraksi
selama pelatihan berlangsung, meliputi: pengorganisasian kelas (pemilihan ketua kelas dan
sekretaris), kenyamanan kelas, keamanan kelas, dan yang lainnya.
4. Pengisian wawasan
Setelah materi Membangun Komitmen Belajar, kegiatan dilanjutkan dengan memberikan materi
sebagai dasar pengetahuan/wawasan yang sebaiknya diketahui oleh peserta dalam pelatihan ini,
yaitu Kebijakan dan Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).
5. Pemberian pengetahuan dan keterampilan
Pemberian materi pengetahuan dan keterampilan dari proses pelatihan mengarah pada
kompetensi keterampilan yang akan dicapai oleh peserta. Penyampaian materi dilakukan dengan
menggunakan berbagai metode yang melibatkan semua peserta untuk berperan serta aktif dalam
mencapai kompetensi tersebut, yaitu metode ceramah tanya jawab, studi kasus, diskusi kelompok,
bermain peran, tugas baca, simulasi, presentasi, pemutaran film dan latihan-latihan tentang konsep
dasar dan fasilitasi dengan menggunakan kurikulum dan modul pelatihan fasilitator sanitasi total
berbasis masyarakat.
29. Kurikulum Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
21
21
6. Pelaksanaan Praktik Kerja Lapang
Tujuan dari Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan ini adalah agar peserta mampu menerapkan
peran dan fungsinya sebagai pelatih fasilitator STBM di Indonesia.
7. Evaluasi
Evaluasi dilakukan setiap hari dengan cara melakukan review terhadap kegiatan proses
pembelajaran yang sudah berlangsung sebagai umpan balik untuk menyempurnakan proses
pembelajaran selanjutnya. Proses umpan balik juga dilakukan dari pelatih ke peserta berdasarkan
penjajagan awal melalui pre-test, pemetaan kemampuan dan kapasitas peserta, penilaian
penampilan peserta, juga melalui pengamatan langsung baik di kelas selama proses pembelajaran
maupun selama mengikuti praktik kerja lapangan.
8. Microteaching
Setelah semua materi selesai dipaparkan dan praktik kerja lapangan telah dilaksanakan maka
dilanjutkan dengan microteaching yang dilaksanakan secara perkelompok dengan masing-masing
peserta menyiapkan materi Satuan Acara Pembelajaran (SAP) dan bahan paparan terkait materi
yang telah disampaikan sebelumnya. Dan masing-masing peserta diberikan waktu selama kurang
lebih 30 menit untuk pemaparan materinya dalam praktik microteaching (teknik melatih) dengan
penilaian dilakukan oleh seorang widyaiswara dan faslitator pelatihan dimana hasil microteaching
ini menentukan layak atau tidaknya seorang peserta menjadi fasilitator STBM.
9. Rencana Tindak Lanjut (RTL)
Masing-masing peserta menyusun rencana tindak lanjut dari hasil pelatihan berupa rencana
peserta latih untuk mengintegrasikan pendekatan STBM ke dalam pekerjaannya masing-masing.
10. Post-Test
Post-test dilakukan untuk mengetahui sejauh mana peserta dapat menyerap materi selama
pelatihan. Selain post-test, dilakukan evaluasi kompetensi yaitu penilaian terhadap kemampuan
yang telah didapat peserta melalui penugasan-penugasan dan praktik lapangan, termasuk
didalamnya pengamatan yang dilakukan oleh fasilitator terhadap peserta latih selama proses
pelatihan.
11. Penutupan
Acara penutupan dapat dijadikan sebagai upaya untuk mendapatkan masukan dari peserta
kepada penyelenggara dan pelatih untuk perbaikan pelatihan yang akan datang. Dalam penutupan
dilakukan laporan hasil evaluasi penyelenggaraan pelatihan termasuk terhadap fasilitator,
narasumber, peserta, sarana dan prasarana yang ada maupun kepada penyelenggara sendiri
yang disampaikan oleh Ketua panitia penyelenggara. Selanjutnya pelatihan ditutup dengan resmi
oleh pejabat yang berwenang, dengan ditandai pelepasan kartu tandu peserta oleh masing-masing
peserta latih dan diakhiri dengan pembacaan doa semoga hasil dari pelatihan ini dapat bermanfaat
sesuai dengan harapan dan tujuan pelatihan fasilitator STBM.
30. Kurikulum Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
22
BAB VII. PESERTA, PELATIH DAN PENGENDALI PELATIHAN
A. Peserta
Kriteria peserta :
Peserta pelatihan untuk pelatih (TOT) Fasilitator Sanitasi Total Berbasis Masyarakat ini adalah:
a. Aparatur Dinas Kesehatan Provinsi yang terkait dengan program STBM.
b. Widyaiswara, diutamakan Widyaiswara yang memiliki minat di bidang STBM.
c. Master Trainer (MT) / Pelatih Nasional STBM yang telah mengikuti pelatihan kepemimpinan
dan sejenisnya.
d. Bersedia menyelesaikan seluruh rangkaian pelatihan.
e. Berkomitmen sebagai pelatih pada pelatihan fasilitator STBM minimal 3 tahun ke depan.
Jumlah Peserta : Jumlah peserta dalam satu kelas maksimal 30 orang.
B. Pelatih/Fasilitator/Instruktur
Pelatih adalah tim pelatih/fasilitator STBM dari Kementerian Kesehatan dan praktisi STBM dari
berbagai instansi dan proyek pendukung STBM, dengan memenuhi salah satu dari kriteria berikut
ini yaitu :
a. Memiliki latar belakang pengetahuan dan pengalaman serta terlibat dalam kegiatan STBM,
b. Memiliki pengalaman menjadi pelatih untuk STBM,
c. Widyaiswara sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki,
d. Pejabat struktural yang membidangi sanitasi dan penyehatan lingkungan.
C. Pengendali Pelatihan (Master of Training)
Pengendali pelatihan adalah orang yang mengatur proses kegiatan pelatihan dari awal sampai
akhir pelaksanaan pelatihan.
Persyaratan:
a. Mengetahui program STBM,
b. Merancang kerangka acuan,
c. Menguasai materi secara garis besar,
d. Pernah mengikuti pelatihan MOT, atau
e. Pernah mengikuti Training of Trainer (TOT).
D. Narasumber
Narasumber berasal dari:
a. Ditjen PP dan PL, Badan PPSDM Kementerian Kesehatan RI dan Master Trainer/Pelatih
Nasional STBM.
b. Narasumber/pelatih dari mitra STBM.
Kriteria narasumber:
a. Menguasai materi di bidangnya.
b. Menguasai teknik melatih.
c. Pernah mengikuti pelatihan fasilitator STBM.
d. Pelaksana di salah satu program STBM
31. Kurikulum Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
23
23
BAB VIII. PENYELENGGARA DAN TEMPAT PENYELENGGARAAN
A. Penyelenggara
Penyelenggara pelatihan untuk pelatih (TOT) fasilitator STBM di Indonesia adalah:
1. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Aparatur, Badan PPSDM Kesehatan,
2. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan Badan PPSDM Kesehatan,
3. Balai Besar Pelatihan Kesehatan (BBPK), Badan PPSDM Kesehatan,
4. Balai Pelatihan Kesehatan Nasional, Badan PPSDM Kesehatan,
5. Balai Pelatihan Kesehatan Daerah di tingkat Provinsi, atau
6. Dinas atau lembaga / institusi yang sudah bekerja sama dengan Balai Pelatihan Kesehatan.
B. Tempat Penyelenggaraan
Pelatihan akan diselenggarakan pada tempat/lokasi program yang telah menggunakan pendekatan
STBM di seluruh wilayah Republik Indonesia.
BAB IX. EVALUASI
Evaluasi yang dilakukan dalam pelatihan ini meliputi :
A. Evaluasi terhadap peserta melalui :
a. Menilai penyerapan materi pelatihan oleh peserta latih (pre dan post-test),
b. Evaluasi penyusunan SAP,
c. Evaluasi praktik melatih (microteaching).
B. Evaluasi terhadap pelatih/fasilitator/narasumber
Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh penilaian yang menggambarkan
tingkat kepuasan peserta terhadap kemampuan pelatih dalam menyampaikan pengetahuan dan
atau keterampilan kepada peserta dengan baik, dapat dipahami dan diserap oleh peserta, meliputi:
a. Penguasaan materi,
b. Ketepatan waktu memulai dan mengakhiri pembelajaran,
c. Sistematika penyajian materi,
d. Penggunaan metode dan alat bantu pembelajaran,
e. Empati, gaya dan sikap terhadap peserta,
f. Penggunaan bahasa dan volume suara,
g. Pemberian motivasi belajar kepada peserta,
h. Pencapaian Tujuan Pembelajaran (TPU/TPK),
i. Kesempatan tanya jawab,
j. Kemampuan menyajikan,
k. Kerapihan berpakaian,
l. Kerjasama antar Tim Pengajar.
32. Kurikulum Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
24
C. Evaluasi terhadap penyelenggara pelatihan
Evaluasi dilakukan oleh peserta terhadap pelaksanaan pelatihan. Obyek evaluasi adalah
pelaksanaan administrasi dan akademis, yang meliputi :
a. Tujuan pelatihan,
b. Relevansi program pelatihan dengan tugas,
c. Manfaat setiap materi bagi pelaksanaan tugas peserta di tempat kerja,
d. Manfaat pelatihan bagi peserta/instansi,
e. Hubungan peserta dengan pelaksana pelatihan,
f. Pelayanan sekretariat terhadap peserta,
g. Pelayanan akomodasi dan lainnya,
h. Pelayanan konsumsi,
i. Pelayanan komunikasi dan informasi.
BAB X. SERTIFIKAT
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara nomor 01/PER/M.
PAN/2008 tanggal 28 Januari 2008 tentang Pedoman Penyusunan dan Pengangkatan Tenaga
Fungsional dan Angka Kreditnya, maka bagi peserta yang telah menyelesaikan proses pelatihan
selama 30 jp dengan kehadiran minimal 95 persen dan dinyatakan lulus berdasarkan hasil evaluasi
pelatihan akan diberikan sertifikat dengan angka kredit 1 (satu).
Sertifikat akan ditandatangani oleh pejabat yang berwenang atas nama Menteri Kesehatan
dan oleh panitia penyelenggara. Sertifikat juga bisa diberikan oleh Lembaga yang berwenang
menerbitkan sertifikat untuk pelatihan untuk pelatih Fasilitator Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.
33. Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
25
Bagian 2
Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
MODUL
PELATIHAN
UNTUK
PELATIH
(TOT)
FASILITATOR
STBM
35. Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
27
Modul MD.1
Kebijakan dan Strategi Nasional STBM
MD.1
KEBIJAKAN
DAN
STRATEGI
NASIONAL
STBM
36. Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
28
MODUL MD.1 - KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL STBM........................................... 27
I. DESKRIPSI SINGKAT...............................................................................................29
II. TUJUAN PEMBELAJARAN.......................................................................................29
A. Tujuan Pembelajaran Umum..................................................................................29
B. Tujuan Pembelajaran Khusus.................................................................................29
III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN................................................... 30
A. Pokok Bahasan 1 - Kebijakan dan Strategi Pembangunan Sanitasi di Indonesia.. 30
B. Pokok Bahasan 2 - Peran dan Strategi STBM.......................................................30
IV. BAHAN BELAJAR.....................................................................................................30
V. METODE PEMBELAJARAN......................................................................................30
VI. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN............................................... 30
A. Langkah 1: Pengkondisian (20 menit)....................................................................30
B. Langkah 2: Pengkajian Pokok Bahasan (60 menit)................................................ 30
C. Langkah 3: Rangkuman (10 menit):.......................................................................31
VII. URAIAN MATERI.......................................................................................................31
A. POKOK BAHASAN 1 - KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN
SANITASI DI INDONESIA .....................................................................................31
B. POKOK BAHASAN 2 - PERAN DAN STRATEGI STBM........................................ 32
VIII. REFERENSI..............................................................................................................37
37. Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
29
MODUL MD.1
KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL STBM
I. DESKRIPSI SINGKAT
Modul Kebijakan dan Strategi Nasional STBM ini disusun untuk membekali peserta agar dapat
memahami kebijakan dan stategi nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), dalam
kaitannya dengan keberhasilan pembangunan kesehatan manusia Indonesia.
STBM merupakan pendekatan dan paradigma pembangunan sanitasi di Indonesia yang
mengedepankan pemberdayaan masyarakat dan perubahan perilaku. STBM diadopsi dari hasil
uji coba Community Led Total Sanitation (CLTS) yang telah sukses dilakukan di beberapa lokasi
proyek air minum dan sanitasi di Indonesia, khususnya dalam mendorong kesadaran masyarakat
untuk mengubah perilaku buang air besar sembarangan (BABS) menjadi buang air besar di
jamban yang saniter dan layak.
STBM ditetapkan sebagai kebijakan nasional berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 852/MENKES/SK/IX/2008 untuk mempercepat pencapaian MDGs tujuan 7C,
yaitu mengurangi hingga setengah penduduk yang tidak memiliki akses terhadap air bersih dan
sanitasi pada tahun 2015. . Pada tahun 2014, Kepmenkes tersebut diganti dengan Peraturan
Menteri Kesehatan No. 3 Tahun 2014 tentang STBM. Adapun tujuan penyelenggaraan STBM
adalah untuk mewujudkan perilaku masyarakat yang higienis dan saniter secara mandiri dalam
rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Selanjutnya, pada
tahun 2025, diharapkan seluruh masyarakat Indonesia telah memiliki akses sanitasi dasar yang
layak dan melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat dalam kesehariannya, sebagaimana
amanat Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Indonesia 2005-2025.
Pendekatan STBM terdiri dari tiga strategi yang harus dilaksanakan secara seimbang dan
komprehensif, yaitu: 1) peningkatan kebutuhan sanitasi, 2) peningkatan penyediaan akses sanitasi,
dan 3) peningkatan lingkungan yang kondusif. Penerapan STBM dilakukan dalam naungan 5 pilar
STBM, yaitu (1) Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS), (2) Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS),
(3) Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAMM-RT), (4) Pengamanan Sampah
Rumah Tangga (PS-RT), dan Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga (PLC-RT).
II. TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami kebijakan dan strategi nasional STBM.
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti materi ini peserta mampu :
1. Menjelaskan arah kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi Indonesia.
2. Menjelaskan peran dan strategi STBM.
38. Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
30
III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN
A. POKOK BAHASAN 1
KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI DI INDONESIA
a. Arah kebijakan dan strategi nasional pembangunan sanitasi.
b. Arah kebijakan dan strategi STBM.
B. POKOK BAHASAN 2
PERAN DAN STRATEGI STBM
a. Peran STBM dalam pencapaian RPJPN, RPJMN dan MDGs tujuan 7C,
b. Strategi STBM,
c. Pemetaan peran dan tanggung jawab pemangku kebijakan di masing-masing tingkatan.
IV. BAHAN BELAJAR
Bahan tayang (slide ppt), LCD projector, komputer / laptop, modul.
V. METODE PEMBELAJARAN
Ceramah tanya jawab dan curah pendapat.
VI. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
Jumlah jam yang digunakan dalam modul ini adalah sebanyak 2 jam pelajaran (T=2 jp, P=0jp,
PL=0jp) @45 menit. Untuk mempermudah proses pembelajaran dan meningkatkan partisipasi
seluruh perserta, dilakukan langkah-langkah kegiatan sebagai berikut:
A. Langkah 1: Pengkondisian (20 menit)
a. Fasilitator memperkenalkan diri,
b. Perkenalan dan pencairan suasana,
c. Fasilitator menyampaikan tujuan pembelajaran, pokok bahasan dan metode yang digunakan,
d. Menggali pendapat peserta tentang kebijakan STBM dan mendiskusikannya. Proses
pembelajaran menggunakan metode dimana semua peserta terlibat secara aktif,
e. Berdasarkan pendapat peserta, fasilitator menjelaskan tentang kebijakan STBM.
B. Langkah 2: Pengkajian Pokok Bahasan (60 menit)
1. Fasilitator menyampaikan pokok bahasan:
• Arah kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi di Indonesia,
• Peran dan Strategi STBM.
2. Fasilitator memberi kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal yang kurang
jelas, dan memberikan jawaban dan klarifikasi atas pertanyaan-pertanyaan peserta.
3. Fasilitator memberikan kesempatan sebanyak-banyaknya sehingga antar peserta juga terjadi
diskusi dan interaksi yang baik.
39. Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
31
C. Langkah 3: Rangkuman (10 menit):
1. Peserta dipersilahkan untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas, dan fasilitator memfasilitasi
pemberian jawaban, baik dari fasilitator maupun dari peserta lain.
2. Meminta komentar, penilaian, saran bahkan kritik dari peserta pada kertas evaluasi yang telah
disediakan.
3. Fasilitator menutup sesi pembelajaran dengan memastikan tercapainya TPU dan TPK sesi ini.
VII. URAIAN MATERI
A. POKOK BAHASAN 1
KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI DI INDONESIA
a. Arah Kebijakan dan Strategi Nasional Pembangunan Sanitasi
Undang-Undang No.17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
(RPJPN) Tahun 2005-2025 menetapkan bahwa Pembangunan Kesehatan diarahkan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
peningkatan derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya dapat terwujud. Selanjutnya dalam
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan (Renstra Kemenkes) Tahun 2010-2014 yang tertuang
dalam Keputusan Menteri Kesehatan Repulik Indonesia No. HK.03.01/160/1/2010 ditetapkan
bahwa Visi Kemenkes adalah Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan. Adapun Misi
Kemenkes adalah 1) Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan
masyarakat termasuk swasta dan masyarakat madani; 2) Melindungi kesehatan masyarakat
dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan;
3) Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan; dan 4) Menciptakan tata
kelola kepemerintahan yang baik.
Tantangan yang dihadapi Indonesia terkait pembangunan kesehatan, khususnya bidang air
minum, higiene dan sanitasi masih sangat besar. Berdasarkan hasil studi Indonesian Sanitation
Sector Development Program (ISSDP) tahun 2006, sebanyak 47% masyarakat masih berperilaku
buang air besar sembarangan. Lebih lanjut berdasarkan studi Basic Human Services di Indonesia,
kurang dari 15% penduduk Indonesia yang mengetahui dan melakukan cuci tangan pakai sabun
pada waktu-waktu kritis. Kondisi ini berkontribusi terhadap tingginya angka diare yaitu 423 per
seribu penduduk pada tahun 2006 dengan 16 provinsi mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) diare
dengan Case Fatality Rate (CFR) sebesar 2,52.
Untuk memperbaiki capaian ini, perlu dilakukan intervensi terpadu melalui pendekatan sanitasi
total. Untuk itu, pemerintah merubah pendekatan pembangunan sanitasi nasional dari pendekatan
sektoral dengan penyediaan subsidi perangkat keras yang selama ini tidak memberi daya ungkit
terjadinya perubahan perilaku higienis dan peningkatan akses sanitasi, menjadi pendekatan
sanitasi total berbasis masyarakat yang menekankan pada 5 (lima) perubahan perilaku higienis.
Pada tahun 2005, pemerintah melakukan uji coba implementasi Community Led Total Sanitation
(CLTS) atau Sanitasi Total Berbasis Masyarakat di 6 kabupaten. Pada tahun 2006, ujicoba ini telah
40. Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
32
berhasil menciptakan 160 desa bebas buang air besar sembarangan (open defecation free-ODF),
sehingga pada tahun 2006, pemerintah mencanangkan gerakan sanitasi total dan kampanye cuci
tangan pakai sabun nasional. Pada tahun 2007, sebanyak 500 desa sudah ODF dan pada tahun
2008 pemerintah menetapkan kebijakan nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
melalui Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 852/MENKES/SK/IX/2008. Pada
tahun 2014, Kepmenkes tersebut disesuaikan dan diganti dengan Peraturan Menteri Kesehatan
No. 3 Tahun 2014 tentang STBM
b. Arah Kebijakan dan Strategi STBM
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah pendekatan untuk merubah perilaku higiene
dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan. Pendekatan STBM
memiliki indikator outcome dan indikator output.
Indikator outcome STBM yaitu menurunnya kejadian penyakit diare dan penyakit berbasis
lingkungan lainnya yang berkaitan dengan sanitasi dan perilaku.
Sedangkan indikator output STBM adalah sebagai berikut:
1. Setiap individu dan komunitas mempunyai akses terhadap sarana sanitasi dasar sehingga
dapat mewujudkan komunitas yang bebas dari buang air di sembarang tempat (SBS).
2. Setiap rumahtangga telah menerapkan pengelolaan air minum dan makanan yang aman
di rumah tangga.
3. Setiap rumah tangga dan sarana pelayanan umum dalam suatu komunitas (seperti
sekolah, kantor, rumah makan, puskesmas, pasar, terminal) tersedia fasilitas cuci tangan
(air, sabun, sarana cuci tangan), sehingga semua orang mencuci tangan dengan benar.
4. Setiap rumah tangga mengelola limbahnya dengan benar.
5. Setiap rumah tangga mengelola sampahnya dengan benar.
B. POKOK BAHASAN 2
PERAN DAN STRATEGI STBM
a. Peran STBM Dalam Pencapaian RPJPN, RPJMN dan MDGs Tujuan 7C
STBM adalah pendekatan yang digunakan dalam program nasional pembangunan sanitasi
di Indonesia yang dipilih untuk: memperkuat upaya pembudayaan hidup bersih dan sehat,
mencegah penyebaran penyakit berbasis lingkungan, meningkatkan kemampuan masyarakat
serta mengimplementasikan komitmen pemerintah untuk meningkatkan akses sanitasi dasar yang
layak dan berkesinambungan. Komitmen pemerintah tersebut tercantum dalam pencapaian target
pembangunan milennium (Millenium Development Goal), khususnya target 7C, yaitu mengurangi
hingga setengah penduduk yang tidak memiliki akses terhadap air bersih dan sanitasi pada tahun
2015. Komitmen pemerintah terkait sanitasi lainnya tercantum dalam Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional (RPJPN) adalah sanitasi total untuk seluruh rakyat Indonesia pada
tahun 2025.
41. Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
33
Kontribusi STBM dalam MDGs, terlihat pada tabel di bawah:
INDIKATOR
Baseline
1993
Capaian
2010*)
Target MDGs
2015
Proporsi rumah
tangga dengan
akses berkelanjutan
terhadap air minum
layak (Kota & Desa)
Kota 50,58% 42,51% 75,29%
Desa 31,61% 45,85% 65,81%
Total 37,73% 44,19% 68,87%
Proporsi rumah
tangga dengan
akses berkelanjutan
terhadap sanitasi
layak (Kota & Desa)
Kota 53,64% 72,78% 76,82%
Desa 11,10% 38,50% 55,55%
Total 24,81 55,54% 62,41%
*) BPS; Susenas
Goal 7
Menjamin Kelestarian Lingkungan Hidup
Target
10
Menurunkan hingga separuhnya proporsi rumah tangga tanpa akses
terhadap sumber air minum yang aman dan berkelanjutan serta
fasilitas sanitasi dasar pada tahun 2015
Tabel 1: Tujuan MDG
b. Strategi STBM
Untuk mencapai kondisi sanitasi total, STBM memiliki 6 strategi, yaitu :
1. Penciptaan lingkungan yang kondusif (enabling environment)
Prinsip :
• Meningkatkan dukungan pemerintah dan pemangku kepentingan lainnnya
dalam meningkatkan perilaku higienis dan saniter.
Pokok Kegiatan :
• Melakukan advokasi dan sosialisasi kepada pemerintah dan pemangku
kepentingan lainnya secara berjenjang,
• Mengembangkan kapasitas lembaga pelaksana di daerah,
• Meningkatkan kemitraan antara pemerintah, pemerintah daerah, organisasi
masyarakat, lembaga swadaya masyarakat dan swasta.
2. Peningkatan kebutuhan sanitasi (demand creation)
Prinsip :
• Menciptakan perilaku komunitas yang higienis dan saniter untuk mendukung
terciptanya sanitasi total.
42. Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
34
Pokok Kegiatan :
• Meningkatkan peran seluruh pemangku kepentingan dalam perencanaan dan
pelaksanaan sosialisasi pengembangan kebutuhan
• Mengembangkan kesadaran masyarakat tentang konsekuensi dari kebiasaan
buruk sanitasi (buang air besar) dan dilanjutkan dengan pemicuan perubahan
perilaku komunitas,
• Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memilih teknologi, material dan
biaya sarana sanitasi yang sehat.
• Mengembangkan kepemimpinan di masyarakat (natural leader) untuk
memfasilitasi pemicuan perubahan perilaku masyarakat.
• Mengembangkan sistem penghargaan kepada masyarakat untuk
meningkatkan dan menjaga keberlanjutan sanitasi total.
3. Peningkatan penyediaan suplai (supply improvement)
Prinsip :
• Meningkatkan kertersediaan sarana sanitasi yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat.
Pokok Kegiatan :
• Meningkatkan kapasitas produksi swasta lokal dalam penyediaan sarana
sanitasi
• Mengembangkan kemitraan dengan kelompok masyarakat, koperasi, lembaga
keuangan dan pengusaha lokal dalam penyediaan sarana sanitasi
• Meningkatkan kerjasama dengan lembaga penelitian perguruan tinggi untuk
pengembangan rancangan sarana sanitasi tepat guna.
Institusionalisasi
Peningkatan
lingkungan
yang kondusif
Peningkatan
kebutuhan sanitasi
Peningkatan
penyediaan sanitasi
Gambar 1: Komponen Pokok STBM
43. Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
35
Ketiga komponen sanitasi total tersebut menjadi landasan strategi pelaksanaan untuk pencapaian
5 (lima) pilar STBM, yaitu:
1. Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS);
2. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS);
3. Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAMM-RT);
4. Pengamanan Sampah Rumah Tangga (PS-RT);
5. Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga (PLC-RT).
c. Pemetaan Peran dan Tanggung Jawab Pemangku Kebijakan di Masing-Masing
Tingkatan
STBM dilakukan di semua tingkatan dengan memperhatikan koordinasi lintas sektor dan lintas
pemangku kepentingan, termasuk lintas program pembangunan air minum dan sanitasi, sehingga
keterpaduan dalam persiapan dan pelaksanaan STBM dapat tercapai.
44. Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
36
Tahapan penyelenggaraan STBM terlihat pada bagan dibawah :
Tabel 2: Tahapan Penyelenggaraan STBM
45. Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
37
Tugas dan fungsi pemangku kebijakan (stakeholder) dalam menfasilitasi penyelenggaraan STBM
di setiap tingkatan, digambarkan pada bagan dibawah:
Tugas dan
Fungsi Pusat
Tugas dan Fungsi
Propinsi
Tugas dan Fungsi
Kabupaten
Tugas dan Fungsi
Kecamatan
Tugas dan Fungsi
Puskesmas/Mitra di tingkat masyarakat
Gambar 2: Tupoksi STBM
VIII. REFERENSI
1. Bappenas, Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan Sanitasi, Jakarta: 2003.
2. Setneg RI, Undang-Undang No.17 Tahun 2007 tentang RPJPN 2005-2025, Jakarta: 2005.
3. Depkes RI, Kepmenkes No. 852/MENKES/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasional Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat, Jakarta: 2008.
4. Depkes RI, Strategi Nasional STBM, Jakarta: 2008.
5. Setneg RI, Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Jakarta: 2009.
6. Kepmenkes RI, Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2010-2014, Jakarta: 2010.
7. Kepmenkes RI, Buku Profil Program Penyehatan Lingkungan Ditjen P2PL, Jakarta: 2013.
8. Kemenkes RI, Permenkes No. 3 Tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat,
2014.
9. Update terkait STBM, www.stbm-indonesia.org
a. Advokasi kebijakan program, koordinasi dan
penyediaan bantuan teknis
b. Penyiapan NSPK, modul pelatihan, sistem
monitoring dan evaluasi
a. Advokasi program, pendanaan dan koordinasi
b. Menyapkan panel pelatih master STBM propinsi
c. Pemantauan dan fasilitasi pembelajaran
d. Bekerjasama dengan lembaga riset pasar untuk
mengembangkan strategi pemasaran & komunikasi
perubahan perilaku
a. Mengelola dan memantau program
b. Advokasi dan komunikasi kepada Bupati/DPRD
untk pendanaan dan dukungan program.
c. Mengorganisir pelatihan fasilitator CLTS
Memfasilitasi wirausaha sanitasi melayani
konsumen warga ekonomi rendah.
d. Memfasilitasi wirausaha sanitasi
a. Memicu masyarakat & melakukan
pendampingan tindak lanjut pasca
pemicuan.
b. Memantauan , melaporkan data secara
regular ke kabupaten, verifikasi ODF.
c. Melakukan fasilitasi kepada masyarakat
dalam memilih teknologi sanitasi.
d. Melakukan fasilitasi di antara masyarakat
yang dipicu dan wirausaha sanitasi
47. Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
39
Modul MI.1
Konsep Dasar Pendekatan STBM
MI.1
KONSEP
DASAR
PENDEKATAN
STBM
48. Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
40
MODUL MI.1 - KONSEP DASAR PENDEKATAN STBM..........................................................39
I. DESKRIPSI SINGKAT...............................................................................................41
II. TUJUAN PEMBELAJARAN.......................................................................................41
A. Tujuan Pembelajaran Umum..................................................................................41
B. Tujuan Pembelajaran Khusus.................................................................................41
III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN................................................... 41
A. Pokok Bahasan 1: Pengertian STBM.....................................................................41
B. Pokok Bahasan 2: Tiga Komponen STBM ............................................................42
C. Pokok Bahasan 3: Lima Pilar STBM ......................................................................42
D. Pokok Bahasan 4: Prinsip-prinsip STBM ...............................................................42
E. Pokok Bahasan 5: Tangga Perubahan Perilaku.....................................................42
IV. BAHAN BELAJAR.....................................................................................................42
V. METODE PEMBELAJARAN......................................................................................42
VI. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN............................................... 42
VII. URAIAN MATERI ......................................................................................................43
A. POKOK BAHASAN 1: PENGERTIAN STBM..........................................................43
B. POKOK BAHASAN 2: TIGA Strategi STBM...........................................................50
C. POKOK BAHASAN 3: LIMA PILAR STBM.............................................................52
D. POKOK BAHASAN 4: PRINSIP-PRINSIP STBM................................................... 52
E. POKOK BAHASAN 5: TANGGA PERUBAHAN PERILAKU................................... 54
VI. REFERENSI..............................................................................................................57
VII. LAMPIRAN................................................................................................................57
49. Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
41
MODUL MI.1.
KONSEP DASAR PENDEKATAN STBM
I. DESKRIPSI SINGKAT
Modul Konsep Dasar Pendekatan STBM ini disusun untuk membekali peserta agar memahami
pengertian, komponen-komponen pokok, pilar-pilar, prinsip-prinsip dasar, dan tangga perubahan
perilaku pada STBM secara lebih rinci dan mendalam.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2011, baru 55,60% penduduk Indonesia
yang memiliki akses sanitasi yang layak, yang terbagi antara 72,54% di perkotaan dan 38,97%
di perdesaan. Angka ini masih jauh dari target MDG yaitu 62,40% atau 76,82% di perkotaan dan
55.55% di perdesaan. Dari target RPJMN bidang kesehatan untuk mencapai 20.000 desa SBS
pada tahun 2014, usaha keras masih sangat diperlukan.Berdasarkan data Kemenkes, hingga
November 2013, baru 14.189 desa yang sudah Stop Buang Air Besar Sembarangan.
Oleh karena itu, pemahaman terkait konsep dasar pendekatan STBM menjadi sangat penting agar
peserta pelatihan bisa memahami secara utuh, untuk selanjutnya dapat memfasilitasi penerapan
STBM di masyarakat.
II. TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami konsep dasar pendekatan STBM.
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti materi ini peserta mampu :
1. Menjelaskan pengertian STBM,
2. Menjelaskan strategi STBM,
3. Menjelaskan lima pilar STBM,
4. Menjelaskan prinsip-prinsip STBM, dan
5. Menjelaskan tangga perubahan perilaku.
III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN
A. POKOK BAHASAN 1: PENGERTIAN STBM
1. Pengertian STBM,
2. Tujuan STBM,
3. Sejarah program pembangunan sanitasi,
4. Konsep STBM.
50. Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
42
B. POKOK BAHASAN 2: TIGA KOMPONEN STBM
1. Peningkatan kebutuhan dan permintaan sanitasi,
2. Peningkatan layanan penyediaan sanitasi, dan
3. Penciptaan lingkungan yang kondusif.
C. POKOK BAHASAN 3: LIMA PILAR STBM
1. Pengertian,
2. Penyelenggaraan pelaksanaan 5 pilar STBM,
3. Manfaat pelaksanaan 5 pilar STBM,
4. Tujuan pelaksanaan 5 pilar STBM.
D. POKOK BAHASAN 4: PRINSIP-PRINSIP STBM
1. Tanpa subsidi,
2. Masyarakat sebagai pemimpin,
3. Tidak menggurui/memaksa,
4. Totalitas seluruh komponen masyarakat.
E. POKOK BAHASAN 5: TANGGA PERUBAHAN PERILAKU
1. Perilaku BABS,
2. Perilaku SBS,
3. Perilaku Higienis dan Saniter,
4. Perilaku Sanitasi Total.
IV. BAHAN BELAJAR
Bahan tayang (slide ppt, Film CLTS dan STBM), LCD, komputer / laptop, flipchart (lembar balik),
spidol papan tulis, meta plan, kain tempel, panduan diskusi dan panduan bermain peran serta
modul.
V. METODE PEMBELAJARAN
Ceramah tanya jawab, putar film, curah pendapat, diskusi dan bermain peran.
VI. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
Jumlah jam yang digunakan dalam modul ini adalah sebanyak 4 jam pelajaran (T=2 jp, P=2 jp,
PL=0 jp) @45 menit. Untuk mempermudah proses pembelajaran dan meningkatkan partisipasi
seluruh perserta, dilakukan langkah-langkah kegiatan sebagai berikut:
A. Langkah 1: Pengkondisian (30 menit)
1. Penyegaran dan pencairan suasana,
2. Fasilitator menggali harapan peserta tentang materi dan keterampilan yang ingin dicapai
melalui sesi ini,
3. Fasilitator menyampaikan tujuan pembelajaran, pokok bahasan dan metode yang digunakan,
51. Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
43
4. Fasilitator mengajak peserta untuk curah pendapat mengenai sejarah program sanitasi di
Indonesia dan lahirnya STBM,
5. Berdasarkan pendapat peserta, pelatih menjelaskan tentang konsep dasar STBM.
B. Langkah 2: Pengkajian Pokok Bahasan (135 menit)
1. Fasilitator menyampaikan pokok bahasan:
• Pengertian STBM,
• Tiga Strategi STBM,
• Lima Pilar STBM,
• Prinsip-prinsip STBM,
• Tangga Perubahan Perilaku.
2. Fasilitator memberi kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas,
dan memberikan jawaban dan klarifikasi atas pertanyaan-pertanyaan peserta.
3. Fasilitator memberikan kesempatan sebanyak-banyaknya sehingga antar peserta juga terjadi
diskusi dan interaksi yang baik.
4. Fasilitator menugaskan peserta untuk melakukan diskusi kelompok tentang:
a. Pembelajaran Penerapan STBM (30 menit),
b. Komponen STBM (30 menit),
c. Kaitan Tiga Komponen STBM (15 menit).
C. Langkah 3: Rangkuman (15 menit):
1. Peserta dipersilahkan untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas, dan fasilitator memfasilitasi
pemberian jawaban, baik dari fasilitator maupun dari peserta lain.
2. Meminta komentar, penilaian, saran bahkan kritik dari peserta pada kertas evaluasi yang telah
disediakan.
3. Fasilitator menutup sesi pembelajaran dengan memastikan bahwa TPU dan TPK sesi telah
tercapai.
VII. URAIAN MATERI
A. POKOK BAHASAN 1: PENGERTIAN STBM
a. Pengertian STBM
STBM adalah pendekatan untuk merubah perilaku higiene dan sanitasi higienis dan
saniter melalui pemberdayaan masyarakat dengan cara pemicuan.
Penyelenggara pelaksanaan pendekatan STBM adalah masyarakat, baik yang terdiri dari
individu, rumah tangga maupun kelompok-kelompok masyarakat.
52. Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
44
Definisi Operasional STBM
• Kondisi Sanitasi Total adalah kondisi ketika suatu komunitas (i) tidak buang air besar
sembarangan; (ii) mencuci tangan pakai sabun; (iii) mengelola air minum dan makanan
yang aman; (iv) mengelola sampah dengan aman; dan (v) mengelola limbah cair rumah
tangga dengan aman.
• Sanitasi dalam dokumen ini meliputi kondisi sanitasi total di atas.
• Berbasis masyarakat adalah kondisi yang menempatkan masyarakat sebagai pengambil
keputusan dan penanggungjawab dalam rangka menciptakan/meningkatkan kapasitas
masyarakat untuk memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas
hidup, kemandirian, kesejahteraan, serta menjamin keberlanjutannya.
• ODF (Open Defecation Free) atau SBS (Stop Buang air besar Sembarangan) adalah
kondisi ketika setiap individu dalam suatu komunitas tidak lagi melakukan perilaku buang
air besar sembarang yang berpotensi menyebarkan penyakit.
• Jamban sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk memutus mata rantai
penularan penyakit.
• Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) adalah perilaku cuci tangan dengan menggunakan
air bersih yang mengalir dan sabun.
• Sarana CTPS adalah sarana untuk melakukan perilaku cuci tangan pakai sabun yang
dilengkapi dengan sarana air mengalir, sabun dan saluran pembuangan air limbah.
• Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAMM-RT) ) adalah melakukan
kegiatan mengelola air minum dan makanan di rumah tangga untuk memperbaiki dan
menjaga kualitas air dari sumber air yang akan digunakan untuk air minum, serta untuk
menerapkan prinsip hygiene sanitasi pangan dalam proses pengelolaan makanan di
rumah tangga.
• Pengamanan Sampah Rumah Tangga (PS-RT) adalah adalah melakukan kegiatan
pengolahan sampah di rumah tangga dengan mengedepankan prinsip mengurangi,
memakai ulang, dan mendaur ulang.
• Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga (PLC-RT) adalah melakukan kegiatan
pengolahan limbah cair di rumah tangga yang berasal dari sisa kegiatan mencuci,
kamar mandi dan dapur yang memnuhi standar baku mutu kesehatan lingkungan
dan persyaratan kesehatan yang mampu memutusa mata rantai penularan penyakit.
• Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota dan perangkat daerah sebagai
unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
53. Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
45
• Pemerintah pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik
Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
• Peningkatan kebutuhan sanitasi adalah upaya sistematis untuk meningkatkan
kebutuhan menuju perubahan perilaku yang higienis dan saniter.
• Peningkatan penyediaan sanitasi adalah meningkatkan dan mengembangkan
percepatan penyediaan akses terhadap produk dan layanan sanitasi yang layak dan
terjangkau dalam rangka membuka dan mengembangkan pasar sanitasi.
• Penciptaan lingkungan yang kondusif adalah menciptakan kondisi yang mendukung
tercapainya sanitasi total, yang tercipta melalui dukungan kelembagaan, regulasi, dan
kemitraan antar pelaku STBM, termasuk didalamnya pemerintah, masyarakat, lembaga
swadaya masyarakat, institusi pendidikan, institusi keagamaan dan swasta.
• Sanitasi komunal adalah sarana sanitasi yang melayani lebih dari satu keluarga,
biasanya sarana ini dibangun di daerah yang memiliki kepadatan tinggi dan keterbatasan
lahan.
• Verifikasi adalah proses penilaian dan konfirmasi untuk mengukur pencapaian
seperangkat indikator yang dijadikan standar.
• LSM/NGO adalah organisasi yang didirikan oleh perorangan atau sekelompok orang
secara sukarela yang memberikan pelayanan kepada masyarakat umum tanpa bertujuan
untuk memperoleh keuntungan dari kegiatannya.
• Natural leader merupakan anggota masyarakat baik individu maupun kelompok
masyarakat, yang memotori gerakan STBM di masyarakat tersebut.
• Rencana Tindak Lanjut (RTL) merupakan rencana yang disusun dan disepakati oleh
masyarakat dengan didampingi oleh fasilitator.
• Desa/kelurahan yang melaksanakan STBM adalah desa/kelurahan intervensi
pendekatan STBM dan dijadikan target antara karena untuk mencapai kondisi sanitasi
total dibutuhkan pencapaian kelima pilar STBM. Ada 3 indikator desa/kelurahan yang
melaksanakan STBM: (i) minimal telah ada intervensi melalui pemicuan di salah satu
dusun dalam desa/kelurahan tersebut; (ii) ada masyarakat yang bertanggung jawab untuk
melanjutkan aksi intervensi STBM seperti disebutkan pada poin pertama, baik individu
(natural leader) ataupun bentuk komite; (iii) sebagai respon dari aksi intervensi STBM,
masyarakat menyusun suatu rencana aksi kegiatan dalam rangka mencapai komitmen-
komitmen perubahan perilaku pilar-pilar STBM, yang telah disepakati bersama; misal:
mencapai status SBS.
54. Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
46
• Desa/Kelurahan ODF(Open Defecation Free) / SBS (Stop Buang air besar Sembarangan)
adalah desa/kelurahan yang 100% masyarakatnya telah buang air besar di jamban
sehat,yaitu, mencapai perubahan perilaku kolektif terkait Pilar 1 dari 5 pilar STBM
• Desa STBM, selain menyandang status ODF,100% rumah tangga memiliki dan
menggunakan sarana jamban yang ditingkatkan dan telah terjadi perubahan perilaku
untuk pilar lainnya seperti memiliki dan menggunakan sarana cuci tangan pakai sabun
dan 100% rumah tangga mempraktikan penanganan yang aman untuk makanan dan air
minum rumah tangga.
• Desa/kelurahan Sanitasi Total selain menyandang status Desa STBM/ ODF++, 100%
rumah tangga melaksanakan praktik pembuangan sampah dan limbah cair domestik
yang aman, yaitu desa/kelurahan yang telah mencapai perubahan perilaku kolektif terkait
seluruh Pilar 1-5 STBM, artinya Kondisi Sanitasi Total.
b. Tujuan STBM
Tujuan pendekatan STBM adalah untuk mencapai kondisi sanitasi total dengan mengubah
perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat yang meliputi 3 strategi
yaitu penciptaan lingkungan yang mendukung, peningkatan kebutuhan sanitasi, serta
peningkatan penyediaan akses sanitasi.
c. Sejarah Program Pembangunan Sanitasi
Jauh sebelum Indonesia merdeka, program sanitasi sudah dilakukan oleh masyarakat
Indonesia. Berdasarkan catatan pejabat VOC Dampier, pada tahun 1699 masyarakat
Indonesia sudah terbiasa mandi ke sungai dan buang air besar di sungai dan di pinggir
pantai, sedangkan pada masa itu, masyarakat di Eropa dan India masih menggunakan
jalan-jalan kota atau air tergenang untuk BAB. Di tahun 1892, HCC Clockener Brouson
mencatat bahwa orang Indonesia terbiasa mandi 3 kali sehari, menggunakan bak,
menyabun, membilas dan mengeringkan badannya. Pada akhir tahun 1800an, pemerintah
Belanda sudah membuat sambungan air ke rumah-rumah di kawasan komersial di Jakarta
dan membuat Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di Bandung pada tahun 1916.
Selanjutnya di tahun 1930, mantri hygiene Belanda, Dr. Heydrick melakukan kampanye
untuk BAB di kakus. Dr. Heydrick sendiri dikenal sebagai mantri kakus. Di tahun 1936,
didirikanlah sekolah mantri higiene di Banyumas. Siswa mendapatkan pendidikan 18
bulan sebelum mereka diterjunkan ke kampung-kampung untuk mempromosikan hidup
sehat dan melakukan upaya-upaya pencegahan penyakit.
Setelah merdeka, pemerintah mencanangkan program Sarana Air Minum dan Jamban
Keluarga (SAMIJAGA) melalui Inpres No. 5/1974. Untuk mendapatkan sumber daya
manusia dalam melaksanakan program-program tersebut, Kementerian Kesehatan
mendirikan sekolah-sekolah kesehatan lingkungan, yang sekarang dikenal dengan nama
Politeknik Kesehatan (Poltekes). Periode 1970-1997, pemerintah melakukan beragam
55. Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
47
program pembangunan sanitasi. Program-program tersebut umumnya dilakukan dengan
pendekatan keproyekan, sehingga faktor keberlanjutannya sangat rendah. Hal ini secara
tidak langsung menyebabkan rendahnya peningkatan akses sanitasi masyarakat. Hasil
studi ISSDP mencatat hanya 53% dari masyarakat Indonesia yang BAB di jamban yang
layak pada tahun 2007, sedangkan sisanya BAB di sembarang tempat. Lebih jauh hal ini
berkorelasi dengan tingginya angka diare dan penyakit-penyakit yang disebabkan oleh
lingkungan yang tidak bersih.
Dengan mempertimbangkan kebutuhan keberlanjutan program dan tingkat keberhasilan
yang ingin dicapai, pemerintah melakukan perubahan pendekatan pembangunan sanitasi,
dari keproyekan menjadi keprograman. Pada tahun 2008, pemerintah mencanangkan
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).
Secara ringkas, perbedaan pendekatan pembangunan sanitasi sebelum dan saat ini terlihat pada
tabel di bawah ini:
Program-Program Terdahulu
(biasanya Target Oriented)
Kecenderungan Saat Ini
Perkembangan jumlah sarana Perubahan perilaku dan kesehatan
Subsidi Solidaritas sosial
Model-model sarana disarankan oleh pihak
luar
Model-model sarana digagas dan
dikembangkan oleh masyarakat
Sasaran utama adalah kepala keluarga Sasaran utama adalah masyarakat desa
secara utuh
Top down (dari atas ke bawah) Bottom up (dari bawah ke atas)
Fokus pada: jumlah jamban Fokus pada: berhentinya BAB di sembarang
tempat
Pendekatannya bersifat ‘blue print’ Pendekatannya lebih fleksibel.
Tabel 3: Kecenderungan Pelaksanaan Program Air dan Sanitasi di Indonesia
d. Konsep STBM
Konsep STBM diadopsi dari konsep Community Led Total Sanitation (CLTS) yang telah
disesuaikan dengan konteks dan kebutuhan di Indonesia. Sebelum memahami konsep
dan prinsip STBM, berikut dijelaskan secara singkat konsep CLTS.
CLTS adalah sebuah pendekatan dalam pembangunan sanitasi pedesaan dan mulai
berkembang pada tahun 2001. Pendekatan ini awalnya diujicobakan di beberapa
komunitas di Bangladesh dan saat ini sudah diadopsi secara massal di negara tersebut.
Salah satu negara bagian di India yaitu Provinsi Maharasthra telah mengadopsi
56. Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
48
pendekatan CLTS ke dalam program pemerintah secara massal yang disebut dengan
program Total Sanitation Campaign (TSC). Beberapa negara lain seperti Cambodia,
Afrika, Nepal, dan Mongolia juga telah menerapkan CLTS.
Pendekatan ini berawal dari sebuah penilaian dampak partisipatif air bersih dan sanitasi
yang telah dijalankan selama 10 tahun oleh Water Aid. Salah satu rekomendasi dari
penilaian tersebut adalah perlunya mengembangkan sebuah strategi untuk secara
perlahan-lahan mencabut subsidi pembangunan toilet. Ciri utama pendekatan ini adalah
tidak adanya subsidi terhadap infrastruktur (jamban keluarga), dan tidak menetapkan
model standar jamban yang nantinya akan dibangun oleh masyarakat.
Pada dasarnya CLTS adalah “pemberdayaan” dan “tidak membicarakan masalah subsidi”.
Artinya, masyarakat yang dijadikan “guru” dengan tidak memberikan subsidi sama sekali.
Gambaran tentang CLTS dapat diperoleh melalui VCD tentang implementasi CLTS di
Propinsi Maharashtra di India dan pengembangan CLTS di Indonesia (Awakening).
Community lead (dipimpin oleh masyarakat) tidak hanya dalam sanitasi, tetapi dapat
dalam hal lain seperti dalam pendidikan, pertanian, dan lain – lain, prinsip yang terpenting
adalah:
• Inisiatif masyarakat,
• Total atau keseluruhan, keputusan masyarakat dan pelaksanaan secara kolektif
adalah kunci utama,
• Solidaritas masyarakat (laki perempuan, kaya miskin) sangat terlihat dalam
pendekatan ini,
• Semua dibuat oleh masyarakat, tidak ada ikut campur pihak luar, dan biasanya akan
muncul “natural leader”.
Dasar dari CLTS adalah tiga pilar utama PRA, yaitu:
1. Attitude and Behaviour Change (perubahan perilaku dan kebiasaan)
2. Sharing (berbagi)
3. Method (metode)
57. Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
49
Perilaku dan
kebiasaan
Proses
Berbagi
Penerapan
Metode
Profesional
Personal
Gambar 3: Tiga Pilar Utama PRA
Ketiganya merupakan pilar utama yang harus diperhatikan dalam pendekatan CLTS, namun
dari ketiganya yang paling penting adalah “perubahan perilaku dan kebiasaan” (Attitude and
Behavior Change)”, karena jika perilaku dan kebiasaan tidak berubah maka kita tidak akan pernah
mencapai tahap “berbagi (sharing)” dan sangat sulit untuk menerapkan “metode” yang tepat.
Perubahan perilaku dan kebiasaan tersebut harus total, dimana didalamnya meliputi perilaku
personal atau individual, perilaku institusional atau kelembagaan dan perilaku profesional atau
yang berkaitan dengan profesi.
Salah satu perilaku dan kebiasaan yang harus berubah adalah perilaku fasilitator, diantaranya:
• Pandangan bahwa ada kelompok yang berada di tingkat atas (upper) dan kelompok yang
berada di tingkat bawah (lower). Cara pandang “upper-lower” harus dirubah menjadi
“pembelajaran bersama”, bahkan menempatkan masyarakat sebagai “guru” karena
masyarakat sendiri yang paling tahu apa yang terjadi dalam masyarakat itu.
• Cara pikir bahwa kita datang bukan untuk “memberi” sesuatu tetapi “menolong”
masyarakat untuk menemukan sesuatu.
• Bahasa tubuh (gesture); sangat berkaitan dengan pandangan upper lower. Bahasa tubuh
yang menunjukkan bahwa seorang fasilitator mempunyai pengetahuan atau keterampilan
yang lebih dibandingkan masyarakat, harus dihindari.
Ketika perilaku dan kebiasaan (termasuk cara berpikir dan bahasa tubuh) dari fasilitator telah
berubah maka “sharing” akan segera dimulai. Masyarakat akan merasa bebas untuk mengatakan
tentang apa yang terjadi di komunitasnya dan mereka mulai merencanakan untuk melakukan
sesuatu. Setelah masyarakat dapat berbagi, maka metode mulai dapat diterapkan. Masyarakat
secara bersama-sama melakukan analisa terhadap kondisi dan masalah masyarakat tersebut.
58. Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
50
Dalam CLTS fasilitator tidak memberikan solusi. Namun ketika metode telah diterapkan (proses
pemicuan telah dilakukan) dan masyarakat sudah terpicu sehingga diantara mereka sudah ada
keinginan untuk berubah tetapi masih ada kendala yang mereka rasakan misalnya kendala
teknis, ekonomi, budaya, dan lain-lain maka fasilitator mulai memotivasi mereka untuk mecapai
perubahan ke arah yang lebih baik, misalnya dengan cara memberikan alternatif pemecahan
masalah-masalah tersebut. Tentang usaha atau alternatif mana yang akan digunakan, semuanya
harus dikembalikan kepada masyarakat tersebut.
Konsep-konsep inilah yang kemudian diadopsi oleh STBM dan disesuaikan dengan kondisi
dan kebutuhan di Indonesia. Konsep STBM menekankan pada upaya perubahan perilaku yang
berkelanjutan untuk mencapai kondisi sanitasi total melalui pemberdayaan masyarakat.
B. POKOK BAHASAN 2: TIGA STRATEGI STBM
Pendekatan STBM merupakan interaksi yang saling terkait antara ketiga komponen pokok sanitasi,
yang dilaksanakan secara terpadu, sebagai berikut:
a. Peningkatan Kebutuhan dan Permintaan Sanitasi
Komponen peningkatan kebutuhan sanitasi merupakan upaya sistematis untuk
mendapatkan perubahan perilaku yang higienis dan saniter, berupa:
• Pemicuan perubahan perilaku;
• Promosi dan kampanye perubahan perilaku higiene dan sanitasi secara langsung;
• Penyampaian pesan melalui media massa dan media komunikasi lainnya;
• Mengembangkan komitmen masyarakat dalam perubahan perilaku;
• Memfasilitasi terbentuknya komite/ tim kerja masyarakat;
• Mengembangkan mekanisme penghargaan terhadap masyarakat/institusi.
b. Peningkatan Layanan Penyediaan Sanitasi
Peningkatan penyediaan sanitasi yang secara khusus diprioritaskan untuk meningkatkan
dan mengembangkan percepatan penyediaan akses dan layanan sanitasi yang layak
dalam rangka membuka dan mengembangkan pasar sanitasi, yaitu:
• Mengembangkan opsi teknologi sarana sanitasi yang sesuai kebutuhan dan
terjangkau;
• Menciptakan dan memperkuat jejaring pasar sanitasi perdesaan dan;
• Mengembangkan mekanisme peningkatan kapasitas pelaku pasar sanitasi.
c. Penciptaan Lingkungan yang Kondusif.
Komponen ini mencakup advokasi kepada para pemerintah, pemerintah daerah dan
pemangku kepentingan dalam mengembangkan komitmen bersama untuk melembagakan
program pembangunan sanitasi perdesaan yang diharapkan akan menghasilkan :
• Komitmen pemerintah daerah untuk menyediakan sumber daya untuk melaksanakan
program STBM yang dinyatakan dalam surat kepemintaan;
59. Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
51
• Kebijakan daerah dan peraturan daerah mengenai program sanitasi seperti SK
Bupati, Perda, RPJMP, Renstra, dan lain-lain;
• Terbentuknya lembaga koordinasi yang mengarusutamakan sektor sanitasi,
menghasilkan peningkatan anggaran sanitasi daerah, koordinasi sumber daya dari
pemerintah maupun non-pemerintah;
• Adanya tenaga fasilitator, pelatih STBM dan program peningkatan kapasitas;
• Adanya sistem pemantauan hasil kinerja program serta proses pengelolaan
pembelajaran.
Komponen strategi peningkatan kebutuhan sanitasi dapat dilaksanakan terlebih dulu untuk
memberikan gambaran kepada masyarakat sasaran tentang resiko hidup di lingkungan yang
kumuh, seperti mudah tertular penyakit yang disebabkan oleh makanan dan minuman yang tidak
higienis, lingkungan yang kotor dan bau, pencemaran sumber air terutama air tanah dan sungai,
daya belajar anak menurun, dan kemiskinan. Salah satu metode yang dikembangkan untuk
peningkatan kebutuhan dan permintaan sanitasi adalah Community Led Total Sanitation (CLTS)
yang mendorong perubahan perilaku masyarakat sasaran secara kolektif dan mampu membangun
sarana sanitasi secara mandiri sesuai kemampuan.
Peningkatan penyediaan akses sanitasi dilakukan untuk mendekatkan pelayanan jasa
pembangunan sarana sanitasi dan memudahkan akses oleh masyarakat, menyediakan bebagai
tipe sarana yang terjangkau oleh masyarakat dan opsi keuangan khususnya skema pembayaran
sehingga masyarakat yang kurang mampu memiliki akses terhadap sarana sanitasi yang sehat.
Pendekatan ini dapat dilakukan tidak hanya dengan melatih dan menciptakan para wirausaha
sanitasi, namun juga memperkuat layanan melalui penyediaan berbagai variasi/opsi jenis sarana
yang dibangun, sehingga dapat memenuhi harapan dan kemampuan segmen pasar. Infomasi
yang rinci, akurat dan mudah dipahami oleh masyarakat sangat diperlukan untuk mendukung
promosi sarana sanitasi yang sehat yang dapat disediakan oleh wirausaha sanitasi dan hal ini
dapat disebarluaskan melalui jejaring pemasaran untuk menjaring konsumen.
Kedua komponen tersebut dapat berinteraksi melalui mekanisme pasar bila mendapatkan
dukungan dari pemerintah yang dituangkan dalam bentuk regulasi, kebijakan, penganggaran
dan pendekatan yang dikembangan. Bentuk upaya tersebut adalah penciptaan lingkungan yang
kondusif untuk mendukung kedua komponen berinteraksi. Ada beberapa indikator yang dapat
menggambarkan lingkungan yang kondusif antara lain:
• Kebijakan, • Produk dan perangkat,
• Kelembagaan, • Keuangan,
• Metodologi pelaksanaan program, • Pelaksanaan dengan biaya yang efektif,
• Kapasitas pelaksaan, • Monitoring dan evaluasi
60. Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
52
C. POKOK BAHASAN 3: LIMA PILAR STBM
a. Pengertian pilar – pilar dalam STBM
Lima Pilar STBM terdiri dari:
1. Stop Buang Air Besar Sembarangan (Stop BABS)
Suatu kondisi ketika setiap individu dalam suatu komunitas tidak lagi melakukan perilaku
buang air besar sembarangan yang berpotensi menyebarkan penyakit.
2. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)
Perilaku cuci tangan dengan menggunakan air bersih yang mengalir dan sabun.
3. Pengelolaan Air Minum dan Makanan di Rumah Tangga (PAMM-RT)
melakukan kegiatan mengelola air minum dan makanan di rumah tangga untuk memperbaiki
dan menjaga kualitas air dari sumber air yang akan digunakan untuk air minum, serta
untuk menerapkan prinsip hygiene sanitasi pangan dalam proses pengelolaan makanan di
rumah tangga.
4. Pengamanan Sampah Rumah Tangga (PS-RT)
melakukan kegiatan pengolahan sampah di rumah tangga dengan mengedepankan prinsip
mengurangi, memakai ulang, dan mendaur ulang
5. Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga (PLC-RT)
melakukan kegiatan pengolahan limbah cair di rumah tangga yang berasal dari sisa
kegiatan mencuci, kamar mandi dan dapur yang memnuhi standar baku mutu kesehatan
lingkungan dan persyaratan kesehatan yang mampu memutusa mata rantai penularan
penyakit.
b. Penyelenggara pelaksanaan 5 pilar STBM
Penyelenggara pelaksanaan 5 pilar STBM adalah masyarakat, baik yang terdiri dari individu,
rumah tangga maupun kelompok-kelompok masyarakat.
c. Manfaat pelaksanaan 5 pilar STBM
Adanya lima pilar STBM akan membantu masyarakat untuk mencapai tingkat higiniene yang
paripurna, sehingga akan menghindarkan mereka dari kesakitan dan kematian akibat sanitasi
yang tidak sehat.
d. Tujuan pelaksanaan 5 pilar STBM
Dibaginya pelaksanaan STBM di bawah naungan lima pilar akan mempermudah upaya mencapai
tujuan akhir STBM, tidak hanya untuk meningkatkan akses sanitasi masyarakat yang lebih baik
tetapi juga merubah dan mempertahankan keberlanjutan praktik-praktik budaya hidup bersih dan
sehat. Sehingga dalam jangka panjang dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian yang
diakibatkan oleh sanitasi yang kurang baik, dan dapat mendorong tewujudnya masyarakat sehat
yang mandiri dan berkeadilan.
61. Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM
53
D. POKOK BAHASAN 4: PRINSIP-PRINSIP STBM
Prinsip-prinsip STBM adalah:
a. Tanpa subsidi.
Masyarakat tidak menerima bantuan dari pemerintah atau pihak lain untuk menyediakan sarana
sanitasi dasarnya.
Penyediaan sarana sanitasi dasar adalah tanggung jawab masyarakat. Sekiranya individu
masyarakat belum mampu menyediakan sanitasi dasar, maka diharapkan adanya kepedulian dan
kerjasama dengan anggota masyarakat lain untuk membantu mencarikan solusi.
b. Masyarakat sebagai pemimpin
Inisiatif pembangunan sarana sanitasi hendaknya berasal dari masyarakat. Fasilitator maupun
wirausaha sanitasi hanya membantu memberikan masukan dan pilihan-pilihan solusi kepada
masyarakat untuk meningkatkan akses dan kualitas higiene dan sanitasinya. Semua kegiatan
maupun pembangunan sarana sanitasi dibuat oleh masyarakat. Sehingga ikut campur pihak
luar tidak diharapkan dan tidak diperbolehkan. Dalam praktiknya, biasanya akan tercipta natural-
natural leader di masyarakat.
c. Tidak menggurui/memaksa
STBM tidak boleh disampaikan kepada masyarakat dengan cara menggurui dan memaksa mereka
untuk mempraktikkan budaya higiene dan sanitasi, apalagi dengan memaksa mereka membuat/
membeli jamban atau produk-produk STBM.
d. Totalitas seluruh komponen masyarakat
Seluruh komponen masyarakat terlibat dalam analisa permasalahan-perencanaan-pelaksanaan
serta pemanfaatan dan pemeliharaan. Keputusan masyarakat dan pelaksanaan secara kolektif
adalah kunci keberhasilan STBM.
Secara lebih rinci, keempat prinsip diatas bisa dipahami dari perbedaan antara sistem kejar target/
protek dengan STBM yang dapat dilihat pada table di bawah:
Kriteria Sistem Kejar Target
(Proyek)
STBM
Input dari luar
masyarakat
Subsidi benda-benda untuk
jamban
Pemberdayaan masyarakat
Model Model ditentukan Muncul inovasi lain dari masyarakat.
Cakupan Sebagian Menyeluruh
Indikator keberhasilan Menghitung jamban Tidak ada lagi kebiasaan BAB di sembarang
tempat