Eksperimen Landsteiner dan Weiner menunjukkan bahwa antibodi anti-Rhesus yang dihasilkan dari darah kera Rhesus bereaksi dengan sel darah merah manusia pada 85% kasus, menunjukkan kehadiran antigen Rhesus yang sama pada kedua spesies. Sistem klasifikasi golongan darah Rhesus positif dan negatif kemudian dikembangkan berdasarkan kehadiran atau ketidakhadiran antigen Rhesus ini.
3. Protein (antigen) yang terdapat pada permukaan
sel darah merah. Sistem penggolongan
ditemukan berdasarkan Rhesus ini ditemukan
oleh LANDSTEINER-WIENER pada tahun 1940.
Back
4. Di tahun 1940 dan 1941, Landsteiner dan Weiner mendeskripsikan eksperimen
yang mereka lakukan pada guinea pigs dan kelinci. Eksperimen tersebut adalah
sebagai berikut:
per tama, mereka mengimunisasi / menyuntikkan sel darah merah kera rhesus
ke guinea pigs dan kelinci. Dengan imunisasi ini maka guinea pigs dan kelinci
membentuk antibodi terhadap sel darah merah kera Rhesus (oleh penelitinya
antibodi ini dinamakan anti-Rhesus).
Kedua, anti-Rhesus ini diambil dan direaksikan / dicampur dengan sel darah
manusia dari berbagai individu.
Ketiga, reaksi dari campuran tersebut diamati, positif atau negatif. Disebut
reaksi positif , bila sel darah merah manusia menjadi lisis dan disebut reaksi
negatif bila sel darah merah manusia tidak lisis. Ternyata, 85% eksperimen
menunjukkan reaksi positif. Dengan demikian disimpulkan bahwa anti-Rhesus juga
bereaksi terhadap sel darah merah manusia. Dengan kata lain, pada sebagian
besar sel darah manusia terdapat antigen yang dikenali oleh anti-Rhesus. Sel darah
merah yang TIDAK lisis (15%) berarti tidak mempunyai antigen yang dikenali oleh
antibodi tersebut (gambar 1). Di dunia, populasi dengan Rhesus (+), 85% populasi
berada di Eropa Barat dan Amerika Utara.
Back
5. Antigen yang dikenali oleh anti-Rhesus disebut dengan antigen Rhesus.
Dengan demikian pada sel darah manusia terdapat antigen yang sama
dengan yang terdapat pada sel darah merah kera rhesus yaitu antigen
Rhesus. Sel darah merah manusia yang mempunyai antigen Rhesus akan
lisis bila direaksikan dengan anti-Rhesus, tetapi sel darah merah manusia
yang tidak mempunyai antigen Rhesus tidak akan lisis bila direaksikan
dengan anti-Rhesus
Back
6. Rh-Positif → Seseorang yang mempunyai rh-antigen
pada eritrositnya. Berarti darahnya memiliki antigen-
Rh yang ditunjukkan dengan reaksi positif atau terjadi
penggumpalan eritrosit pada waktu dilakukan tes
dengan anti Rh (antibodi-Rh) .
Rh-Negatif → Seseorang yang tidak mempunyai rh-
antigen pada eritrositnya . Berarti darahnya tidakq
memiliki antigen-Rh yang ditunjukkan dengan reaksi
positif atau tidak terjadi penggumpalan eritrosit pada
waktu dilakukan tes dengan anti Rh (antibodi-Rh) .
Back
7. Antigen pada manusia tersebut dinamakan
antigen-D, dan merupakan antigen yang
berperan penting dalam transfusi. Tidak seperti
pada ABO sistem dimana seseorang yang tidak
mempunyai antigen A/B akan mempunyai
antibodi yang berlawanan dalam plasmanya,
maka pada sistem Rhesus pembentukan
antibodi hampir selalu oleh suatu eksposure
apakah itu dari transfusi atau kehamilan.
Back
8. Pada umumnya golongan darah biasa dikenal
dengan sistem ABO, jarang masyarakat
mengenal golongan darah rhesus positif dan
negatif. Dalam sistem ABO, golongan darah
terbagi menjadi empat macam: A, B, AB, dan O,
sedangkan dalam sistem rhesus, golongan
darah terbagi menjadi dua yaitu rhesus positif
dan rhesus negatif. Kedua sistem
penggolongan ini berbeda satu sama lain.
Back
9. Sistem golongan darah pertama yg ditemukan ,
merupakan golongan darah yg terpenting
dalam transfusi darah.
Merupakan satu2nya sistem, yang antibodinya
dapat diperkirakan terdapat dalam serum
orang yang tidak pernah expose pada sel
darah merah manusia.
Back
10. 1. Transfusi Darah
Contoh : Seorang perempuan dg Rh (-) dikarenakan
sesuatu hal harus ditolong dengan transfusi darah,
kebetulan darah yang didonorkan Rh (+), berarti
mengandung antigen Rh. Antigen-Rh ini dipandang
sebagai protein asing sehingga perempuan itu akan
distimulir membentuk anti-Rh. Sehingga bila
dilakukan transfusi darah kedua, maka darah akan
menggumpal sehingga pasien ini tidak dapat
menerima transfusi dari Rh (+).
Back
11. 2. Perkawinan
Contoh : Seorang perempuan dengan Rh (-) menikah dengan
seorang pria Rh (+) dan perempuan tersebut hamil. Janin dari
pasangan ini akan bergolongan darah Rh (+) yang diwarisi dari
ayahnya. Sebagian kecil darah janin yang mengandung
antigen-Rh akan menembus plasenta dan masuk ke dalam
tubuh ibunya. Serum dan plasma darah ibu, distimulir untuk
membentuk anti-Rh sehingga darah ibu yang mengalir kembali
ke janin mengandung anti-Rh. Anti-Rh ini akan merusak sel
darah merah janin yang mengandung antigen-Rh sehingga
janin akan mengalami Hemolysis Eritrosit.
Back