Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
zat warna.pptx
1.
2. Zat warna adalah suatu zat kimia yang bila berikatan
dengan suatu material akan memberikan warna pada
material tersebut, dan terdiri dari senyawa organik
tidak jenuh yang mengandung gugus kromofor dan
gugus auksokrom. Kelompok : bahan pewarna (dyes),
pigmen (pigmen or lake), noda (stains), dan kotoran
(dirts).
Pengertian!
3. Gugus kromofor merupakan gugus senyawa radikal dengan ikatan ganda
terkonjugasi yang mengandung electron terdelokalisasi. Contoh gugus
kromofor adalah, gugus azo (-N = N-), karbonil (-C=O- ), karbon (-C=C-),
karbon – nitrogen (-C=NH- atau -CH=N- ), nitroso (-NO atau N-OH), nitro (-
NO2 atau =NO-OH) dan sulfur (C=S). Gugus kromofor ini yang akan
memberikan warna dan menyebabkan molekul zat warna merefleksikan
panjang gelombang dari suatu sinar. Sifat ini yang menjadi dasar analisa zat
warna menggunakan spectroskopy IR, maupun UV-Visible
Kromogen adalah senyawa aromatis yang biasanya mengandung cincin
benzena, naftalena, atau antrasena merupakan bagian dari struktur
kromogen-kromofor pada auksokrom
auksokrom merupakan gugus terionisasi yang meningkatkan
daya absorbsi dan kekuatan ikatan pada suatu senyawa. Contoh
gugus auksokrom adalah –NH3, - COOH, -HSO3, dan -OH. Gugus
ini yang mengakibatkan warna yang dimunculkan kromofor dapat
terikat pada objek yang diwarnai.Selain itu, gugus auksokrome
juga mengatur kelarutan molekul pewarna dan membantu
pengikatan terhadap serat.
4.
5. • Zat warna Alam
• Zat Warna Sintetis.
• Zar warna lansun/ Substantif
• Zat Warna Tidak lansun/ ajektif.
Direct, Asam, Basa, Reaktif , Piigmen,
Bejana, Belerang, Naptol, Dispersi, Mordan
6. • Zat warna monogenetic
yaitu zat warna yang hanya
memberikan arah satu
warna dan zat warna
poligenetik yaitu zat warna
yang memberikan beberapa
arah warna.
• Zat warna nitroso, nitroazo,
antrakuinon, indigoida,
poliazo, azoic, acridine,
stilbene, dan ptalosianin.
7. Zat warna mordan memilki gugus hidroksil dengan posisi orto terhadap gugus azo
atau gugus hidroksil yang lain, dimana pada proses mordan posisi unsur hidrogen
dapat digantikan oleh elemen logam yang berfungsi sebagai aseptor sedangkan zat
warna bertindak sebagai elektron donor (ligans). Contoh zat warna ini dapat ditemui
pada kayu nangka, mengkudu, secang, mahoni, jambal, tingi, tegeran, mangga, jambu
biji, dan jati.
8. Dibuat dengan proses ekstraksi dan fermentasi ekstrak. Contoh zat warna bejana yaitu daun tom atau
tarum (indigofera) banyak mengandung indigo berupa glucosida yang tidak berwarna.
Dengan proses fermentasi dan oksidasi udara, glukosida yang terdapat pada ekstrak tersebut diubah
menjadi pigmen-pigmen indigo yang tidak larut dalam air. Untuk menjadikan pigmen tersebut dapat larut
air dan mampu mewarnai objek, maka perlu adanya reduktor yang berupa alkali.
Gugus karbonil 16 dalam zat warna bejana direduksi oleh garam (Na2SO4) menjadi senyawa leuco yang
terdiri dari dari gugus enol dan larut pada air sebagai enolat atau leuco natrium. Kemudian dioksidasi
dengan udara akan kembali ke bentuk indigo semula. Pada proses pencelupan menggunakan zat warna
ini bahan tekstil (benang/kain) sebelum dicelup tidak perlu dimordan/beitza.
9. Zat warna ini dapat mewarnai bahan tekstil secara langsung. hal ini disebabkan zatt warna direct
memiliki daya ikat (alfinitas) yang besar terhadap serta selulosa. Beberapa zat warna direk dapat
mewarnai serat binatang berdasarkan ikatan hidrogen. Contoh golongan ini yaitu curcumin terdapat
dalam kunyit
10. • Zat warna asam adalah zat warna yang dalam pemakaiannya memerlukan bantuan asam mineral atau
asam organic untuk membantu penyerapan, atau zat warna yang merupakan garam natrium asam
organik dimana anionnya merupakan komponen yang berwarna.
• Digunakan untuk mencelup serat protein dan poliamida
• Larut dalam air
• Tahan luntur terhadap pencucian dan cahaya bervariasi
• Biasanya digunakan untuk pencelupan dan pencapan serat wool, sutera, dan poliamida
• Membentuk ikatan ionik dengan serat
• Memiliki ukuran molekul yang kecil sehingga kecerahan warnanya tinggi dan warnanya beraneka ragam
11. • Zat warna ini tidak mempunyai afinitas terhadap selulosa, akan tetapi dengan pengerjaan
pendahuluan (mordanting) memakai asam tanin, dapat juga mencelup serat selulosa.
• Zat warna basa di dalam larutan celup akan terionisasi dan bagian yang berwarna bermuatan positif.
Oleh karena itu zat warna basa disebut juga zat warna kationik.
• Larut dalam air
• Memiliki muatan positif
• Warnanya cerah dan beraneka ragam
• Tidak tahan pencucian, gosokan, dan sinar
• Biasanya digunakan untuk pencelupan serat wool, sutera, poliamida, akrilat,dan CDP
12. • Mengandung unsur belerang sebagai kromofor.
• Molekul yang kompleks dan tidak larut dalam air oleh karena itu dalam pencelupannya diperlukan
reduktor natriumsulfida dan soda abu untuk melarutkannya
• Untuk membentuk zat warna maka perlu proses oksidasi baik dengan udara maupun dengan
bantuanoksidator-oksidator lainnya
• Struktur molekul zat warna belerang terdiri dari kromogen yang mengandung belerang yang
dihubungkan dengan kromogen lainnya melalui jembatan disulfida (-S-S), sehingga strukturnya
menjadi relatif besar.
13. • Warna muncul dalam serat setelah pewarna naptol dibangkitkan dengan garam diazonium yang
terdiri dari senyawa amina aromatik . Zat warna ini juga disebut zat warna es atau ”ice colours”,
karena pada reaksi diazotasi dan kopling diperlukan bantuan es
• Merupakan zat warna azo yang tidak larut dalam air
• Daya serapnya (substantivitas) terhadap serat selulosa kurang baik dan bervariasi.
• Tahan gosoknya yang kurang, terutama tahan gosok basah, sedang tahan cuci dan tahan sinarnya
sangat baik
• Zat warna naftol baru mempunyai afinitas terhadap serat selulosa setelah diubah menjadi naftolat,
dengan jalan melarutkannya dalam larutan alkali.
• Ukuran molekulnya kecil
• Membentuk ikatan hidrogen dan fisika dengan serat
• Warnanya cerah namun keanekaragamannya terbatas
14. Garam diazonium yang dipergunakan sebagai pembangkit tidak mempunyai afinitas terhadap
selulosa, sehingga cara pencelupan dengan zat warna naftol selalu dimulai denganpencelupan
memakai larutan naftolat, kemudian baru dibangkitkan dengan garam diazonium. Zat warna
naftol dapat bersifat poligenik, artinya dapat memberikan bermacam-macam warna,
bergantung kepada macam garam diazonium yang dipergunakan dan dapat pula bersifat
monogetik, yaitu hanya dapat memberikan warna yang mengarah ke satu warna saja, tidak
bergantung kepada macam garam diazoniumnya. Berikut ini merupakan karakteristik dari zat
warna naftol.
15. • Zat warna pigmen adalah zat warna yang hanya mengandung kromofor saja sehingga pada
pencelupannya perlu dibantu dengan zat pengikat yang disebut binder/penggikat karena
tidak dapat berikatan dengan serat. Unsur-unsur yang terdapat didalam zat warna pigmen
antara lain, garam-garam organik, oksida organik, gugus azo, logam berwarna dan lain-lain.
• Luntur dalam dimetilformamida pekat dan dimetilformamida 1:1 kecuali untuk zat warna
pigmen ftalosianin atau yang berasal dari zat warna pigmen anorganik
• Tidak mempunyai auksokrom
• Tidak larut air, warna cerah, kurang tahan Cahaya dan gosokan
16. • Zat warna mordan tidak mempunyai daya tembus terhadap serat-serat tekstil, tetapi dapat
bersenyawa dengan oksida-oksida logam yang dipergunakan sebagai mordan, membentuk
senyawa yang tidak larut dalam air
17. • Membentuk ikatan kovalen dengan serat sehingga zat warna tersebut merupakan bagian
dari serat
• Larut dalam air
• Memiliki tahan luntur yang baik
• Memiliki ukuran molekul yang kecil sehingga kecerahan warnanya tinggi
18. • Tahap difusi zat warna dalam larutan
Karena permukaan tekstil bersifat negative, perlu ditambahhkan zat pendorong agar molekul
pewarna menempel pada serat
• Tahap adsorpsi zat warna ke permukaan serat
• Tahap difusi zat warna ke dalam serat
Tahap difusi zat warna kedalam serat sangat tergantung pada kerapatan struktur serat, ukuran
partikel zat warna dan kondisi proses pencelupan seperti suhu, pH, kesadahan air dan lain-lain
19. • Ikatan elektrovalen
Ikatan elektrovalen di antara zat warna dengan serat dapat terjadi karena gaya tarik-menarik antara muatan yang
berlawanan. Pada pencelupan serat-serat selulosa biasanya ditambahkan garam dapur atau garam Glauber
sedangkan pada pencelupan serat wol atau poliamida ditambahkan suatu asam.
• Ikatan kovalen
Zat warna yang terikat pada serat dengan ikatan kovalen biasanya sukar dilunturkan karena ikatannya cukup kuat.
Untuk melunturkan beberapa celupan zat warna reaktif tersebut perlu perendaman dalam larutan asam atau basa
yang kuat.
• Ikatan hydrogen
Ikatan hidrogen merupakan ikatan sekunder yang terbentuk karena atom hidrogen pada gugus hidroksi atau amina
mengadakan interaksi dengan atom lainnya yang elektronegatif
• Gaya-gaya non polar
Pada proses pencelupan, gaya tarik ini akan bekerja di antara zat warna dan serat yang bersifat non polar. Hal ini
mengakibatkan gaya tarik di antara zat warna dengan air melemah sehingga zat warna lebih mudah terserap oleh
serat. Gaya-gaya non polar yang dapat bekerja meliputi gaya dispersi London dan ikatan hidrofob
20. • Kebutuhan bahan zat warna bahan-bahan tekstil berkembang pesat
seiring dengan pertumbuhan industri tekstil. Pemilihan zat warna untuk
tekstil harus memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut: jenis serat
yang akan diwarnai, ketahanan luntur warna yang diinginkan, peralatan
produksi yang tersedia, jenis warna yang tersedia, serta faktor-faktor
teknis dan ekonomis lainnya.
• Syarat-syarat zat warna yang dipilih sebaiknya mudah larut dalam zat
pelarutnya (umumnya air), mudah meresap ke dalam bahan, stabil
berada di dalam bahan, mempunyai gugus penimbul warna
(chromofor), dan mempunyai gugus afinitas terhadap serat tekstil
(auxsochrom).