SlideShare a Scribd company logo
1
PENCELUPAN PADA SERAT POLIAMIDA DENGAN ZAT WARNA ASAM
DAN DISPERSE BESERTA PELUNTURANYA
A. TEORI DASAR
1. SERAT POLIAMIDA
Nilon yang dibuat dari asam adipat COOH(CH2)4COOH dengan
heksametilena diamina H2N(CH2)6NH2 disebut nilon 66, sebab asam dan
diaminanya masing-masing mempunyai 6 atom karbon. Nilon sejenis dapat di
buat pula, misalnya heksametilena diamina dengan asam sebasat
HOOC(CH2)8COOH yang dikenal dengan nilon 610. Poliamida (nilon) lain yang
dikenal sebagai nilon 6 dibuat dari kaprolaktan
Sejenis dengan nilon 6 dikenal dengan nilon 7 dan nilon 11. selain
poliamida alifatik, akhir-akhir ini diproduksi pula poliamida aromatic yang
terutama mempunyai sifat lebih tahan panas disbanding poliamida biasa.
Serat nilon dibuat dengan tujuan yang berbeda. Nilon untuk kepeluan
industri mempunyai kekuatan yang sangat tinggi dengan mulur yang kecil,
sedangkan untuk pakaian mempunyai kekuatan yang lebih rendah sedangkan
kekuatan mulurnya lebih tinggi.
a. kekuatan dan mulur
Bergantung pada jenisnya nilon mempunyai kekuatan dan mulur
berkisar dari 8,8 gram per denier dan 18 % sampai 4,3 gram per denier
dan 45 %. Kekuatan basahnya 80-90 % dari pada kekuatan kering.
b. Tahan gosokan dan tekukan
Nilon mempunyai tahan tekukan dan gosokan yang tinggi. Tahan
gosokan nilon ± 4 – 5 kali tahan gosokan wol.
c. Elastisitas
Nilon selain mempunyai mulur tinggi (22 %), juga mempunyai elastisitas
yang tinggi. Pada penarikan 8 % nilon elastisitas 100 %, dan pada
penarikan sampai 16 %, nilon masih mempunyai elastisitas 91 %.
d. Berat jenis
Berat jenis nilon 1,14.
CH2-CH2-CH2-CH2-CH2
OC NH
2
e. Titik leleh
Nilon meleleh pada suhu 263 0
C dalam atmosfir nitrogen, dan diudara
meleleh pada suhu 250 0
C. Oleh karena itu titik lelehnya tidak begitu
tinggi apabila suhu seterika terlalu tinggi, seratnya akan menempel.
Apabila suhu seterika lebih dari 180 0
C serat nilon mulai lengket dan
apabila lebih dari 230 0
C serat nilon akan rusak. Nilon dalam
pemanasan di udara pada suhu 150 0
C selama 5 jam akan merubah
kekuning-kuningan, tapi masih agak lebih baik dibandingkan dengan
wol dan sutera. Apabila dibakar nilon akan meleleh dan tidak
membantu pembakaran.
f. Sifat Kimia
Nilon tahan terhadap pelarut-pelarut dalam pencucian kering. Nilon
tahan terhadap asam-asam encer, tapi dengan asam klorida pekat
mendidih selama beberapa jam, akan terurai menjadi asam adipat dan
heksametilena diamonium hidroksida.
Nilon sangat tahan terhadap basa. Pengerjaan dengan larutan NaOH
10 % pada suhu 85 0
C selama 10 jam hanya mengurangi kekuatan
nilon sebanyak 5 %. Pelarut-pelarut yang biasa untuk melarutkan nilon
adalah asam formiat,kresol dan fenol.
g. Sifat biologi
Nilon tahan terhadap serangan jamur, bakteri dan serangga.
h. Moisture Regain
pada kondisi standard (HH 65 % dan suhu 21 0
C) moisture regain nilon
4,2 %.
i. Kilau
Sebelum penarikan nilon suram, tapi setelah penarikan seratnya
berkilau dan cerah. Apabila diinginkan serat yang agak suram, kedalam
campuran polimerisasinya ditambahkan titanium dioksida.
j. Pengaruh sinar
Nilon seperti serat tekstil lainnya akan terdegradasi oleh pengaruh sinar
tapi ketahanannya masih jauh baik dibanding sutera. Dalam penyinaran
selama lebih dari 16 minggu, sutera berkurang kekuatannya 85 %, nilon
biasa 23 %, nilon agak suram 50 % dan kapas hanya 18 %.
3
k. Sifat listrik
nilon merupakan isolator yang baik, sehingga dapat menimbulkan listrik
static.
Nilon dapat dicelup dengan zat warna yang dapat mencelup wol dan
sutera seperti zat warna asam dan kompleks logam. Zat warna basa juga dapat
dipergunakan untuk mencelup nilon tapi tahan luntur warnanya terhadap sinar
dan pencuciannya jelek. Sedangkan zat warna direk, belerang dan bejana
afinitasnya terhadap nilon kecil. Selain itu nilon dapat dicelup dengan baik
mempergunakan zat warna dispersi maupun dispersi reaktif.
2. ZAT WARNA ASAM
Zat warna asam adalah zat warna yang pada proses pencelupannya
mempergunakan asam untuk membantu penyerapan zat warna, atau zat warna
yang merupakan garam natrium asam-asam organik dimana anionnya
merupakan komponen yang berwarna.
Zat warna asam mempunyai afinitas terhadap serat protein dan poliamida
misalnya wol dan nylon. Beberapa zat warna asam akan mencelup juga serat-
serat selulosa karena bentuk dan dasar molekulnya hampir serupa.
Struktur kimia zat warna asam
Struktur kimia zat warna asam menyerupai zat warna direk, merupakan
senyawa yang mengandung gugusan-gugusan sulfonat atau karboksilat,
sebagai gugus pelarut.
Menurut kimiawinya zat warna asam dapat digolongkan sebagai berikut :
.Golongan 1
Yakni zat warna asam derivat trifenilmetan misalnya Xylene Blue VS ( C.I.
Acid Blue )
CNaO3S
SO3Na
N(C2H5)2
N(C2H5)2
4
.Golongan 2
Yakni zat warna asam derivat Xanten misalnya Lissamine Rhodamine B (
C.I. Acid Red 52 )
.Golongan 3
Yakni zat warna asam yang merupakan senyawa-senyawa nitroaromatik,
misalnya Naphtol Yellow 1 ( C.I. Acid Yellow 1 )
.Golongan 4
Yakni zat warna asam yang merupakan senyawa-senyawa Azo misalnya
Azo-Garanine 2G ( C.I. Acid Red 1 )
.Golongan 5
Yakni zat warna asam yang mempunyai inti pirazplon, misalnya Tartrazine
O N (C2H5)2
C
(C2H5)2 N
SO3Na
SO3Na
NO2
ONa
NaO3S
NO2
NH.CO.CH3CH
SO3NaSO3Na
N=N
C
NC
N=N SO3NaHO. C
N=NNaO3S
COOH
5
.Golongan 6
Yakni zat warna asam derivat antrakwinon, misalnya Solvay Blue B ( C.I.
Acid Blue 45 )
Menurut cara pemakaiannya zat warna asam dapat digolongkan sebagai
berikut :
 Golongan 1 ( LEVELLING )
Yakni zat warna asam yang memerlukan asam kuat dalam
pencelupannya misalnya dengan asam formiat atau asam sulfat agar pH
larutan celup dapat mencapai 3,5 - 4,5 sehingga penyerapan zat warna
lebih besar. Zat warna golongan ini sering disebut zat warna asam
terdispersi molekuler atau zat warna asam celupan rata, yang pada
umumnya mempunyai ketahanan sinar yang baik tetapi ketahanan
cucinya kurang.
 Golongan 2 (SUPER MILING )
Yakni zat warna asam yang memerlukan asam lemah dalam
pencelupannya, misalnya asam asetat, untuk memperoleh pH antara 5,2
– 6,2. Penambahan elektrolit kedalam larutan celup akan memperbesar
penyerapan hingga sukar memperoleh celupan rata. Zat warna ini
mempunyai sifat lebih mudah membentuk larutan koloidal.
 Golongan 3 ( MILLING )
Yakni zat warna asam yang tidak memerlukan panambahan asam dalam
pencelupannya. Pada temperatur rendah zat warna ini terdispersi
koloidal, meskipun pada temperatur mendidih akan terdispersi molekuler.
Zat warna ini sering disebut zat warna asam milling, zat warna asam
celupan netral atau zat warna asam berkatahanan baik
3. ZAT WARNA DISPERSI
Zat warna dispersi adalah zat warna organik yang dibuat secara sintesis,
yang kelarutannya dalam air sedikit dan merupakan larutan dispersi. Zat warna
NH2O
NH2 O OH
NaO3S
SO3Na
6
tersebut digunakan untuk mewarnai serat-serat sintetis atau serat tekstil yang
bersifat hidrofob.
Zat warna ini mempunyai berat molekul yang kecil dan tidak mengandung
gugus pelarut. Dalam pemakaiannya diperlukan zat pembantu yang berfungsi
untuk mendispersikan zat warna dan mendistribusikannya secara merata
didalam larutan, yang disebut zat pendispersi.
Zat warna dispersi dapat mewarnai serat poliester dengan baik jika
memakai zat pengemban atau dengan temperatur tekanan tinggi. Zat warna
dispersi mula-mula diperdagangkan dalam bentuk pasta, tetapi sekarang dapat
diperoleh dalam bentuk bubuk.
Sifat-sifat umum zat warna dispersi :
a) Tidak larut dalam air, karena tidak mempunyai gugus pelarut
didalam struktur molekul
b) Pada umumnya zat warna dispersi berasal dari turunan azo,
antrakwinon/nitro akril amina dengan berat molekul rendah
c) Mempunyai titik leleh yang cukup tinggi yaitu 1500C dengan ukuran
partikel antara 0,5-2 mikron
d) Bersifat non-ionik, walaupun mengandung gugus-gugus – NH2 –
NHR – OH
e) Selama proses pencapan dengan zat dispersi tidak mengalami
perubahan kimia
Pencelupan serat poliamida dengan zat warna dispersi merupakan
peristiwa distribusi zat padat kedalam dua zat pelarut yang tidak dapat
dicampur. Dalam hal ini zat warna dispersi merupakan zat padat yang larut
dalam medium serat. Adsorpsi zat warna sering disebut “solid solution”.
Mekanisme pencelupannya adalah sebagai berikut: zat warna dispersi
berpindah dari keadaan agregat dalam larutan celup masuk kedalam serat
sebagai bentuk molekuler. Pigmen zat warna dispersi larut dalam air dalam
jumlah yang kecil sekali, tetapi bagian zat warna yang terlarut tersebut sangat
mudah terserap oleh serat. Sedangkan bagian yang tidak larut merupakan
gudang atau timbunan zat warna yang sewaktu-waktu akan larut untuk
mempertahankan kesetimbangan.
Semakin tinggi konsentrasi zat warna didalam larutan celup, semakin besar
kecenderungan zat warna beragregasi dan menimbulkan penggumpalan yang
akan mengakibatkan pencelupan menjadi tidak sempurna.
7
Didalam pencelupan perlu ditambahkan lagi zat pendispersi antara 0.2 – 2
g/L larutan celup tergantung pada vlot atau liquor ratio, kekuatan zat pendispersi
akan membentuk lapisan film (protektive film colloid) pada partikel zat warna
sehingga dapat mudah masuk kedalam serat secara teratur.
B. PROSES PENCELUPAN
1. Pencelupan poliamida dengan zat warna asam
Proses :
a. Heat Setting
 180 o
C ; 1 menit
b. Proses Pencelupan
 ZW asam = 1 %
 Asam asetat 30 % = 3 ml/L
 Perata anionik = 1 ml/L
 Vlot = 1:20
 90 0
C ; 20 menit
c. Pencucian Sabun
 Sabun = 1 ml/L
 Na2CO3 = 0,5 g/L
 Vlot = 1 : 20
 80 o
C ; 10 menit
Fungsi Zat
 ZW asam : untuk mewarnai bahan
 CH3COOH : memberi suasana asam pada proses pencelupan.
 Perata : untuk menghambat penyerapan zat warna agar
pendistribusiannya menjadi rata.
 Sabun : untuk menghilangkan zat warna yang menempel pada
permukaan serat sehingga daya tahan luntur hasil
pencelupan tinggi.
 Na2CO3 : beri suasana alkali pada proses pencucian.
8
Diagram Alir
Skema Proses
 Proses Pencelupan
 Proses Pencucian
Poliamida bersih
Heat setting (180 0
C ; 1 ‘)
Pencelupan Exhaust
Pencucian
Pengeringan
Evaluasi
Suhu
Perata anionik
CH3COOH
bahan
90 0
C
30 0
C
10 I
60 0
C
20 I
10 I
20 I 20 I
5 I
ZW
asam
Menit
30
0
C
Sabun
Na2CO3
bahan 80 0
C
10 ‘ 5’15’
Menit
Suhu
9
Pembahasan
Pada proses awal pencelupan, bahan dimasukkan dalam larutan yang
telah berisi asam sebagian dari kebutuhan dan perata, tanpa zat warna dan
tanpa pemanasan. Fungsinya adalah agar asam mengaktifkan terlebih dahulu
gugus kation serat. Lalu perata berikatan secara ionik dengan gugus tersebut.
Zat warna dimasukkan setelah 10 menit lalu pemanasan baru dimulai
dengan laju penyerapan yang masih kecil. Karena ikatan yang terbentuk
nantinya antara serat dengan zat warna adalah ikatan kimia – ionik, maka
kerataan hasil pencelupan harus dari awal proses. Untuk itu laju kenaikan suhu
pun juga harus perlahan, agar tidak terjadi belang.
Pada saat mencapai suhu 60 0
C, dimasukkan sisa asam sehingga jumlah
asam terpenuhi sesuai kebutuhan agar pengaktifan gugus kationik pada serat
meningkat, sehingga penyerapan dapat lebih optimal. Dengan catatan bahwa
pada penyerapan antara suhu 30 0
C sampai 60 0
C sudah rata.
Adapun pada praktikum perata anionik dimasukkan terlebih dahulu agar
mengisi gugus kationik pada serat akibat suasana asam, lalu kemudian diisi
oleh zat warna.
Ny – H2 + H2 (pengasaman)  Ny – H2
+
------------ perata –
(ikatan ionik)
Ny – H2
+
------- perata –
 Ny – H2
+
---------- SO3
-
- D (perata digantikan ZW)
Fungsinya adalah untuk menghambat penyerapan zat warna, dengan
adanya proses subtitusi ikatan ionik antara serat dengan perata yang menjadi
antara serat dengan zat warna. Namun, ketika perata ini terlalu banyak, maka
penyerapan zat warna pun tidak optimal.
Fungsi asam asetat itu sendiri dalam proses pencelupan adalah untuk
mengaktifkan serat agar memiliki gugus kation sehingga mampu berpenetrasi
dan berikatan dengan zat warna melalui ikatan ionik. Ketika jumlah asam yang
digunakan lebih sedikit maka gugus kation pada serat pun berkurang sehingga
penyerapan zat wana juga berkurang.
Penyerapan
ZW
Grafik laju
penyerapan ZW
Kenaikan suhu60
0
C
10
2. Pencelupan poliamida dengan zat warna disperse
Resep
a) Pencelupan (Cara HT)
 ZW dispersi = 2 %
 Pendispersi anionik = 4 ml/L
 Asam asetat 30% = 3 ml/L
 VLOT = 1:20
b) Pencucian Sabun
 Sabun = 1 ml/L
 Na2CO3 = 0,5 g/L
 Suhu = 80o
C
 Waktu = 10 menit
 Vlot = 1 : 20
Fungsi Zat
a) Proses Pencelupan
 Zat warna dispersi : merupakan zat utama yang berfungsi untuk
mewarnai kain poliamida
 Pendispersi anionic : mendispersikan zat warna dispersi agar
penyerapannya rata dan meningkatkan
penyarapan zat warna dispersi dalam serat
 CH3COOH 30 % : mengatur pH larutan celup untuk menjaga
kerusakan serat selama proses pencelupan
berlangsung
b) Proses Cuci Sabun
 Sabun : zat yang berfungsi untuk mendispersikan kotoran padat
yang tidak larut dan mengemulsikan kotoran cair yang
tidak larut
 Na2CO3 : zat yang berfungsi agar proses saponifikasi lebih
sempurna,mengaktifkan kerja sabun,menyabunkan
kotoran dan minyak
11
Diagram Alir
Skema Proses
a) Proses Pencelupan
b) Proses Cuci Sabun
Timbang zat sesuai resep
Buat larutan induk zat warna 1 gr dalam 100 ml air
Buat larutan celup dalam tabung rapid dengan cara
memasukkan larutan zat warna, pendispersi, dan Asam
asetat
Pencelupan dalam mesin HT dyeing suhu 130
0
C selama 30
menit
Pencucian dengan sabun suhu 80
0
C 10 menit
Zw Dispersi
CH3COOH 30%
Pendispersi anionic
Bahan
400
C
1300
C
60 30
800
C
30
Sabun
Na2CO3
Bahan
300
C
800
C
10 20 30 40 Menit
12
Pembahasan
Pada dasarnya zat warna dispersi yang digunakan harus tipe E atau SE
karena kedua zat warna tersebut merupakan zat warna yang tahan sublimasi
tinggi sehingga tepat digunakan untuk mencelup serat sintetis dengan suhu
tinggi. Pencelupan diawali dengan mencuci tabung rapid dengan larutan cuci
reduksi pada suhu 100 o
C selama 30 menit menggunakan mesin HT dyeing.
Selanjutnya dilakukan proses pencelupan poliamida dengan zat warna dispersi
pada suhu 130 0
C selama 30 menit.
Dari keempat resep, masing-masing resep akan dibandingkan satu
dengan lainnya. Resep 1 dan resep 2 berbeda dalam konsentrasi
pendispersinya sedangkan konsentrasi zat yang lain sama. Resep 2 dan resep
3 berbeda dalam konsentrasi zat warnanya sedangkan zat yang lain sama
konsentrasinya. Terakhir adalah resep 3 dan resep 4 akan dibandingkan
pengaruh perbedaan pendispersinya sedangkan konsentrasi zat lainnya sama.
Keadaan ini sama dengan resep 1 dan resep 2.
Kunci pencelupan poliamida dengan cara HT adalah menggunakan zat
warna dispersi karena zw dispersi bersifat tahan panas dan menggunakan zat
pendispersi yang tahan panas (pendispersi anionic). Zat pendispersi yang
digunakan adalah zat pendispersi anionic karena zat pendispersi anionic tahan
panas/suhu tinggi. Apabila pendispersi yang digunakan kurang banyak maka
mengakibatkan penyerapan zat warna kurang baik sehingga hasil celupnya
tidak rata dan belang.
13
3. Pencelupan poliamida dengan zat warna asam dan disperse
Proses :
a. Heat Setting
180 o
C ; 1 menit
b. Proses Pencelupan
ZW asam = 1 %
ZW dispersi = 1 %
Pendispersi = 1 ml/L
Carrier = 1 ml/L
Asam asetat30 % = 3 ml/L
Perata anionik = 1 ml/L
Vlot = 1:20
90 0
C ; 20 menit
c. Pencucian Sabun
* Sabun = 1 ml/L
* Na2CO3 = 0,5 g/L
* Vlot = 1 : 20
* 80 o
C ; 10 menit
Fungsi Zat
 ZW asam : untuk mewarnai bahan
 ZW dispersi : untuk mewarnai bahan
 Pendispersi : untukmendispersikan ZW dispersi
 Carrier : menggelembungkan serat
 CH3COOH : memberi suasana asam pada proses pencelupan.
 Perata : untuk menghambat penyerapan zat warna agar
pendistribusiannya menjadi rata.
 Sabun : untuk menghilangkan zat warna yang menempel pada
permukaan serat sehingga daya tahan luntur hasil pencelupan tinggi.
 Na2CO3 : beri suasana alkali pada proses pencucian.
14
Diagram Alir
Skema Proses
 Proses Pencelupan
 Proses Pencucian
Poliamida bersih
Heat setting (180 0
C ; 1 ‘)
Pencelupan Exhaust
Pencucian
Pengeringan
Evaluasi
80 0
C
30 0
C
20’ 10’ 5’
Sabun
Na2CO3
bahan
menit
suhu
menit
Perata anionik
ZW dispersi
Pendispersi
Carrier
CH3C00H 30%
bahan
90 0
C
30 0
C
10 I
60 0
C
20 I
10 I
20 I
20 I
5 I
ZW asam
suhu
15
Pembahasan
Prinsip pencelupan dengan 2 zat warna yaitu asam dan dispersi secara
sekaligus pada dasarnya adalah bagaimana cara yang digunakan, serta zat
yang dipakai tidak saling merusak mekanisme pencelupan tiap zat warna.
Pencelupan nilon dengan zat warna dispersi dan asam ini tidak
menggunakan metode HT (hight temperature), hal ini karena penyerapan zat
warna asam akan turun diatas suhu 100 0
C.
Karena zat warna asam tidak tahan asam, maka mekanisme pencelupan
zat warna dispersi tidak bisa menggunkan cara HT melainkan harus dengan zat
pengemban atau carrier. Adapun penggunaan carrier pada pencelupan ini tidak
akan sebanyak pada pencelupan terhadap serat poliester karena derajat
kristalinitas serat poliamida lebih rendah dibandingkan serat poliester.
Selebihnya mengenai mekanisme pencelupan zat warna asam sama dengan
penjelasan di atas.
16
C. PROSES PELUNTURAN
1. Pelunturan Dari Zat Warna Asam
Untuk melunturkan dari zat warna asam, ikatan antara serat dengan zat
warna harus dirusak atau merusak struktur zat warnanya. Jika merusak ikatan,
maka akan terjadi pelunturan sebagian. Pada umumnya terdapat 4 jenis ikatan
antara serta poliamida dengan zat warna asam, yakni ikatan hidrogen,
elektrovalen, kovalen, dan VDW. Cara pemutusannya adalah dengan
menggunakan zat yang memiliki beda potensial (larutan yang mengandung ion)
lebih besar antara zat peluntur dengan zat warna daripada antara serat dengan
zat warna, maka zat warna akan berpindah. Dan ini hanya akan memutuskan
ikatan elektrovalen yang mendominasi dan sebagian ikatan hidrogen.
Sedangkan jika merusak struktur zat warna, maka yang terjadi adalah
pelunturan total. Untuk zat warna yang kromogennya pakai sistem azo,
pelunturannya menggunakan reduktor pada suhu panas. Sedangkan pelunturan
untuk zat warna yang kromogennya bersistem antrakuinon, gunakan reduktor
yang mengandung khlor aktif pada suhu panas.
2. Pelunturan Dari Zat Warna Disperse
Dari pemanasan, zat pengemban akan menggelembungkan serat akibatnya
pori-pori serat akan terbuka Pelunturan ZW dispersi dari serta nilon oleh zat
pereduksi, dapat terjadi pada suasana yang alaklis, berarti selain zat pereduksi
Na-hidrosulfit sebagi reduktor, didalam larutan juga harus ditambahkan alkali
berupa Na-hidroksida agar reduksi dapat berjalan degan baik (Hn reaktif dapat
terbentuk). Mekanisme terjadinya Hn diperkirakan seperti di bawah ini:
Na2S2O4  2Na+
+ S2O4
2-
NaOH  Na+
+ OH-
1. S2O4
2-
+H2O  2H+
+ SO3
2-
+ SO2
2-
2. S2O4 + 4 OH-
 2SO3
2-
+ 2H2O + 2e-
3. 2H+
+ 2e-
 2Hn
Semua reaksi di atas dapat disimpulkan (Na-hidrosulfit dalam suassana
larutan alkali) sebagai berikut:
2S2O4
2-
+ 4OH-
 3SO3
2-
+ SO2
2-
+ H2O + 2Hn
Pada proses pelunturan ini dapat ditambahkan zat pengemban untuk
membantu menggelembungkan serat. Daya pelunturan zat pereduksi dengan
adanya zat pengemban sebagai berikut: Karena pengaruh dan zat Pereduksi
17
akan masuk ke dalam serat kemudian melunturkan zat warna didalamnya
dengan cara mereduksi zat warna tersebut. Dan yang penting, jangan lupa
menambhakan zat anti redeposisi pada larutan peluntur agar zat warna yang
tidak tereduksi tidak kembali lagi ke serat.

More Related Content

What's hot

Farmakognosi analitik tanin
Farmakognosi analitik taninFarmakognosi analitik tanin
Farmakognosi analitik taninAlljabar Rahmat
 
Laporan tanin
Laporan tanin Laporan tanin
Laporan tanin
CarlosEnvious
 
Chitosan acrylate membrane by irradiation
Chitosan acrylate membrane by irradiationChitosan acrylate membrane by irradiation
Chitosan acrylate membrane by irradiation
Dr.Ir. Gatot Trimulyadi Rekso, M.Si- Indonesia
 
Laporan Penelitian Tentang Boraks Dan Formalin
Laporan Penelitian Tentang Boraks Dan FormalinLaporan Penelitian Tentang Boraks Dan Formalin
Laporan Penelitian Tentang Boraks Dan Formalin
Bayu Fermi Bangun
 
perbekalan ujian Steril (Guttae opthalmicae Phenil Ephrine)
perbekalan ujian Steril (Guttae opthalmicae Phenil Ephrine)perbekalan ujian Steril (Guttae opthalmicae Phenil Ephrine)
perbekalan ujian Steril (Guttae opthalmicae Phenil Ephrine)
nisha althaf
 
Tanin pp
Tanin ppTanin pp
Tanin pp
Jo Sugiharto
 
IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI, MINYAK LEMAK, LEMAK, DAN LILIN
IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI, MINYAK LEMAK, LEMAK, DAN LILINIDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI, MINYAK LEMAK, LEMAK, DAN LILIN
IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI, MINYAK LEMAK, LEMAK, DAN LILIN
Annie Rahmatillah
 
IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI, MINYAK LEMAK, LEMAK, DAN LILIN (NEW)
IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI, MINYAK LEMAK, LEMAK, DAN LILIN (NEW)IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI, MINYAK LEMAK, LEMAK, DAN LILIN (NEW)
IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI, MINYAK LEMAK, LEMAK, DAN LILIN (NEW)
Annie Rahmatillah
 

What's hot (14)

Tanin
TaninTanin
Tanin
 
Alifatik aromatik
Alifatik aromatikAlifatik aromatik
Alifatik aromatik
 
T a n i n
T a n i nT a n i n
T a n i n
 
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
 
Farmakognosi analitik tanin
Farmakognosi analitik taninFarmakognosi analitik tanin
Farmakognosi analitik tanin
 
Laporan tanin
Laporan tanin Laporan tanin
Laporan tanin
 
Identifikaspoliester
IdentifikaspoliesterIdentifikaspoliester
Identifikaspoliester
 
Chitosan acrylate membrane by irradiation
Chitosan acrylate membrane by irradiationChitosan acrylate membrane by irradiation
Chitosan acrylate membrane by irradiation
 
Laporan Penelitian Tentang Boraks Dan Formalin
Laporan Penelitian Tentang Boraks Dan FormalinLaporan Penelitian Tentang Boraks Dan Formalin
Laporan Penelitian Tentang Boraks Dan Formalin
 
perbekalan ujian Steril (Guttae opthalmicae Phenil Ephrine)
perbekalan ujian Steril (Guttae opthalmicae Phenil Ephrine)perbekalan ujian Steril (Guttae opthalmicae Phenil Ephrine)
perbekalan ujian Steril (Guttae opthalmicae Phenil Ephrine)
 
Tanin pp
Tanin ppTanin pp
Tanin pp
 
IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI, MINYAK LEMAK, LEMAK, DAN LILIN
IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI, MINYAK LEMAK, LEMAK, DAN LILINIDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI, MINYAK LEMAK, LEMAK, DAN LILIN
IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI, MINYAK LEMAK, LEMAK, DAN LILIN
 
IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI, MINYAK LEMAK, LEMAK, DAN LILIN (NEW)
IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI, MINYAK LEMAK, LEMAK, DAN LILIN (NEW)IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI, MINYAK LEMAK, LEMAK, DAN LILIN (NEW)
IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI, MINYAK LEMAK, LEMAK, DAN LILIN (NEW)
 
Etilen, betakaroten, squalen
Etilen, betakaroten, squalenEtilen, betakaroten, squalen
Etilen, betakaroten, squalen
 

Viewers also liked

Scouring process in textile processing
Scouring process in textile processingScouring process in textile processing
Scouring process in textile processing
Farhan ullah baig
 
eco friendly textile processing
eco friendly textile processingeco friendly textile processing
eco friendly textile processing
Omkar S Parmaj
 
scouring and bleaching
scouring and bleaching scouring and bleaching
scouring and bleaching
Azmir Latif Beg
 
Environmental friendly processing of textile fibres
Environmental friendly processing of textile fibresEnvironmental friendly processing of textile fibres
Environmental friendly processing of textile fibres
mona verma
 
Chemicals used in textile wet processing & their function assignment work
Chemicals used in textile wet processing & their function assignment workChemicals used in textile wet processing & their function assignment work
Chemicals used in textile wet processing & their function assignment work
Daffodil International University
 

Viewers also liked (6)

Lap 11.poliester cdp
Lap 11.poliester cdpLap 11.poliester cdp
Lap 11.poliester cdp
 
Scouring process in textile processing
Scouring process in textile processingScouring process in textile processing
Scouring process in textile processing
 
eco friendly textile processing
eco friendly textile processingeco friendly textile processing
eco friendly textile processing
 
scouring and bleaching
scouring and bleaching scouring and bleaching
scouring and bleaching
 
Environmental friendly processing of textile fibres
Environmental friendly processing of textile fibresEnvironmental friendly processing of textile fibres
Environmental friendly processing of textile fibres
 
Chemicals used in textile wet processing & their function assignment work
Chemicals used in textile wet processing & their function assignment workChemicals used in textile wet processing & their function assignment work
Chemicals used in textile wet processing & their function assignment work
 

Similar to Karya ilmiah

PENGAPLIKASIAN PENCELUPAN ZAT WARNA ASAM.pptx
PENGAPLIKASIAN PENCELUPAN ZAT WARNA ASAM.pptxPENGAPLIKASIAN PENCELUPAN ZAT WARNA ASAM.pptx
PENGAPLIKASIAN PENCELUPAN ZAT WARNA ASAM.pptx
syarif7ahmad
 
Hand out cetak saring Kria Tekstil Part. 2
Hand out  cetak saring Kria Tekstil Part. 2Hand out  cetak saring Kria Tekstil Part. 2
Hand out cetak saring Kria Tekstil Part. 2
rely la ode
 
Hand out cetak saring Kria Tekstil Part 2
Hand out cetak saring Kria Tekstil Part 2Hand out cetak saring Kria Tekstil Part 2
Hand out cetak saring Kria Tekstil Part 2
rely la ode
 

Similar to Karya ilmiah (20)

Karya ilmiah
Karya ilmiahKarya ilmiah
Karya ilmiah
 
Karya ilmiah
Karya ilmiahKarya ilmiah
Karya ilmiah
 
Celup nilon asam
Celup nilon   asamCelup nilon   asam
Celup nilon asam
 
Celup akrilat basa
Celup akrilat   basaCelup akrilat   basa
Celup akrilat basa
 
Celup akrilat basa
Celup akrilat   basaCelup akrilat   basa
Celup akrilat basa
 
Identifikasi protein
Identifikasi proteinIdentifikasi protein
Identifikasi protein
 
PENGAPLIKASIAN PENCELUPAN ZAT WARNA ASAM.pptx
PENGAPLIKASIAN PENCELUPAN ZAT WARNA ASAM.pptxPENGAPLIKASIAN PENCELUPAN ZAT WARNA ASAM.pptx
PENGAPLIKASIAN PENCELUPAN ZAT WARNA ASAM.pptx
 
Uas basaqq
Uas basaqqUas basaqq
Uas basaqq
 
Uas basaqq
Uas basaqqUas basaqq
Uas basaqq
 
Uas basaq
Uas basaqUas basaq
Uas basaq
 
Uas basaq
Uas basaqUas basaq
Uas basaq
 
Uji zat warna pada selulosa
Uji zat warna pada selulosaUji zat warna pada selulosa
Uji zat warna pada selulosa
 
Celup cdp zw kationik
Celup cdp   zw kationikCelup cdp   zw kationik
Celup cdp zw kationik
 
Celup cdp zw kationik
Celup cdp   zw kationikCelup cdp   zw kationik
Celup cdp zw kationik
 
Uas basaq
Uas basaqUas basaq
Uas basaq
 
Celup poliester disperse pengaruh p h
Celup poliester   disperse pengaruh p hCelup poliester   disperse pengaruh p h
Celup poliester disperse pengaruh p h
 
Celup poliester disperse pengaruh p h
Celup poliester   disperse pengaruh p hCelup poliester   disperse pengaruh p h
Celup poliester disperse pengaruh p h
 
Hand out cetak saring Kria Tekstil Part. 2
Hand out  cetak saring Kria Tekstil Part. 2Hand out  cetak saring Kria Tekstil Part. 2
Hand out cetak saring Kria Tekstil Part. 2
 
Hand out cetak saring Kria Tekstil Part 2
Hand out cetak saring Kria Tekstil Part 2Hand out cetak saring Kria Tekstil Part 2
Hand out cetak saring Kria Tekstil Part 2
 
Celup poliester disperse pengaruh hs
Celup poliester   disperse pengaruh hsCelup poliester   disperse pengaruh hs
Celup poliester disperse pengaruh hs
 

More from Operator Warnet Vast Raha

Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Operator Warnet Vast Raha
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
Operator Warnet Vast Raha
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
Operator Warnet Vast Raha
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
Operator Warnet Vast Raha
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
Operator Warnet Vast Raha
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
Operator Warnet Vast Raha
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
Operator Warnet Vast Raha
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
Operator Warnet Vast Raha
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
Operator Warnet Vast Raha
 

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Karya ilmiah

  • 1. 1 PENCELUPAN PADA SERAT POLIAMIDA DENGAN ZAT WARNA ASAM DAN DISPERSE BESERTA PELUNTURANYA A. TEORI DASAR 1. SERAT POLIAMIDA Nilon yang dibuat dari asam adipat COOH(CH2)4COOH dengan heksametilena diamina H2N(CH2)6NH2 disebut nilon 66, sebab asam dan diaminanya masing-masing mempunyai 6 atom karbon. Nilon sejenis dapat di buat pula, misalnya heksametilena diamina dengan asam sebasat HOOC(CH2)8COOH yang dikenal dengan nilon 610. Poliamida (nilon) lain yang dikenal sebagai nilon 6 dibuat dari kaprolaktan Sejenis dengan nilon 6 dikenal dengan nilon 7 dan nilon 11. selain poliamida alifatik, akhir-akhir ini diproduksi pula poliamida aromatic yang terutama mempunyai sifat lebih tahan panas disbanding poliamida biasa. Serat nilon dibuat dengan tujuan yang berbeda. Nilon untuk kepeluan industri mempunyai kekuatan yang sangat tinggi dengan mulur yang kecil, sedangkan untuk pakaian mempunyai kekuatan yang lebih rendah sedangkan kekuatan mulurnya lebih tinggi. a. kekuatan dan mulur Bergantung pada jenisnya nilon mempunyai kekuatan dan mulur berkisar dari 8,8 gram per denier dan 18 % sampai 4,3 gram per denier dan 45 %. Kekuatan basahnya 80-90 % dari pada kekuatan kering. b. Tahan gosokan dan tekukan Nilon mempunyai tahan tekukan dan gosokan yang tinggi. Tahan gosokan nilon ± 4 – 5 kali tahan gosokan wol. c. Elastisitas Nilon selain mempunyai mulur tinggi (22 %), juga mempunyai elastisitas yang tinggi. Pada penarikan 8 % nilon elastisitas 100 %, dan pada penarikan sampai 16 %, nilon masih mempunyai elastisitas 91 %. d. Berat jenis Berat jenis nilon 1,14. CH2-CH2-CH2-CH2-CH2 OC NH
  • 2. 2 e. Titik leleh Nilon meleleh pada suhu 263 0 C dalam atmosfir nitrogen, dan diudara meleleh pada suhu 250 0 C. Oleh karena itu titik lelehnya tidak begitu tinggi apabila suhu seterika terlalu tinggi, seratnya akan menempel. Apabila suhu seterika lebih dari 180 0 C serat nilon mulai lengket dan apabila lebih dari 230 0 C serat nilon akan rusak. Nilon dalam pemanasan di udara pada suhu 150 0 C selama 5 jam akan merubah kekuning-kuningan, tapi masih agak lebih baik dibandingkan dengan wol dan sutera. Apabila dibakar nilon akan meleleh dan tidak membantu pembakaran. f. Sifat Kimia Nilon tahan terhadap pelarut-pelarut dalam pencucian kering. Nilon tahan terhadap asam-asam encer, tapi dengan asam klorida pekat mendidih selama beberapa jam, akan terurai menjadi asam adipat dan heksametilena diamonium hidroksida. Nilon sangat tahan terhadap basa. Pengerjaan dengan larutan NaOH 10 % pada suhu 85 0 C selama 10 jam hanya mengurangi kekuatan nilon sebanyak 5 %. Pelarut-pelarut yang biasa untuk melarutkan nilon adalah asam formiat,kresol dan fenol. g. Sifat biologi Nilon tahan terhadap serangan jamur, bakteri dan serangga. h. Moisture Regain pada kondisi standard (HH 65 % dan suhu 21 0 C) moisture regain nilon 4,2 %. i. Kilau Sebelum penarikan nilon suram, tapi setelah penarikan seratnya berkilau dan cerah. Apabila diinginkan serat yang agak suram, kedalam campuran polimerisasinya ditambahkan titanium dioksida. j. Pengaruh sinar Nilon seperti serat tekstil lainnya akan terdegradasi oleh pengaruh sinar tapi ketahanannya masih jauh baik dibanding sutera. Dalam penyinaran selama lebih dari 16 minggu, sutera berkurang kekuatannya 85 %, nilon biasa 23 %, nilon agak suram 50 % dan kapas hanya 18 %.
  • 3. 3 k. Sifat listrik nilon merupakan isolator yang baik, sehingga dapat menimbulkan listrik static. Nilon dapat dicelup dengan zat warna yang dapat mencelup wol dan sutera seperti zat warna asam dan kompleks logam. Zat warna basa juga dapat dipergunakan untuk mencelup nilon tapi tahan luntur warnanya terhadap sinar dan pencuciannya jelek. Sedangkan zat warna direk, belerang dan bejana afinitasnya terhadap nilon kecil. Selain itu nilon dapat dicelup dengan baik mempergunakan zat warna dispersi maupun dispersi reaktif. 2. ZAT WARNA ASAM Zat warna asam adalah zat warna yang pada proses pencelupannya mempergunakan asam untuk membantu penyerapan zat warna, atau zat warna yang merupakan garam natrium asam-asam organik dimana anionnya merupakan komponen yang berwarna. Zat warna asam mempunyai afinitas terhadap serat protein dan poliamida misalnya wol dan nylon. Beberapa zat warna asam akan mencelup juga serat- serat selulosa karena bentuk dan dasar molekulnya hampir serupa. Struktur kimia zat warna asam Struktur kimia zat warna asam menyerupai zat warna direk, merupakan senyawa yang mengandung gugusan-gugusan sulfonat atau karboksilat, sebagai gugus pelarut. Menurut kimiawinya zat warna asam dapat digolongkan sebagai berikut : .Golongan 1 Yakni zat warna asam derivat trifenilmetan misalnya Xylene Blue VS ( C.I. Acid Blue ) CNaO3S SO3Na N(C2H5)2 N(C2H5)2
  • 4. 4 .Golongan 2 Yakni zat warna asam derivat Xanten misalnya Lissamine Rhodamine B ( C.I. Acid Red 52 ) .Golongan 3 Yakni zat warna asam yang merupakan senyawa-senyawa nitroaromatik, misalnya Naphtol Yellow 1 ( C.I. Acid Yellow 1 ) .Golongan 4 Yakni zat warna asam yang merupakan senyawa-senyawa Azo misalnya Azo-Garanine 2G ( C.I. Acid Red 1 ) .Golongan 5 Yakni zat warna asam yang mempunyai inti pirazplon, misalnya Tartrazine O N (C2H5)2 C (C2H5)2 N SO3Na SO3Na NO2 ONa NaO3S NO2 NH.CO.CH3CH SO3NaSO3Na N=N C NC N=N SO3NaHO. C N=NNaO3S COOH
  • 5. 5 .Golongan 6 Yakni zat warna asam derivat antrakwinon, misalnya Solvay Blue B ( C.I. Acid Blue 45 ) Menurut cara pemakaiannya zat warna asam dapat digolongkan sebagai berikut :  Golongan 1 ( LEVELLING ) Yakni zat warna asam yang memerlukan asam kuat dalam pencelupannya misalnya dengan asam formiat atau asam sulfat agar pH larutan celup dapat mencapai 3,5 - 4,5 sehingga penyerapan zat warna lebih besar. Zat warna golongan ini sering disebut zat warna asam terdispersi molekuler atau zat warna asam celupan rata, yang pada umumnya mempunyai ketahanan sinar yang baik tetapi ketahanan cucinya kurang.  Golongan 2 (SUPER MILING ) Yakni zat warna asam yang memerlukan asam lemah dalam pencelupannya, misalnya asam asetat, untuk memperoleh pH antara 5,2 – 6,2. Penambahan elektrolit kedalam larutan celup akan memperbesar penyerapan hingga sukar memperoleh celupan rata. Zat warna ini mempunyai sifat lebih mudah membentuk larutan koloidal.  Golongan 3 ( MILLING ) Yakni zat warna asam yang tidak memerlukan panambahan asam dalam pencelupannya. Pada temperatur rendah zat warna ini terdispersi koloidal, meskipun pada temperatur mendidih akan terdispersi molekuler. Zat warna ini sering disebut zat warna asam milling, zat warna asam celupan netral atau zat warna asam berkatahanan baik 3. ZAT WARNA DISPERSI Zat warna dispersi adalah zat warna organik yang dibuat secara sintesis, yang kelarutannya dalam air sedikit dan merupakan larutan dispersi. Zat warna NH2O NH2 O OH NaO3S SO3Na
  • 6. 6 tersebut digunakan untuk mewarnai serat-serat sintetis atau serat tekstil yang bersifat hidrofob. Zat warna ini mempunyai berat molekul yang kecil dan tidak mengandung gugus pelarut. Dalam pemakaiannya diperlukan zat pembantu yang berfungsi untuk mendispersikan zat warna dan mendistribusikannya secara merata didalam larutan, yang disebut zat pendispersi. Zat warna dispersi dapat mewarnai serat poliester dengan baik jika memakai zat pengemban atau dengan temperatur tekanan tinggi. Zat warna dispersi mula-mula diperdagangkan dalam bentuk pasta, tetapi sekarang dapat diperoleh dalam bentuk bubuk. Sifat-sifat umum zat warna dispersi : a) Tidak larut dalam air, karena tidak mempunyai gugus pelarut didalam struktur molekul b) Pada umumnya zat warna dispersi berasal dari turunan azo, antrakwinon/nitro akril amina dengan berat molekul rendah c) Mempunyai titik leleh yang cukup tinggi yaitu 1500C dengan ukuran partikel antara 0,5-2 mikron d) Bersifat non-ionik, walaupun mengandung gugus-gugus – NH2 – NHR – OH e) Selama proses pencapan dengan zat dispersi tidak mengalami perubahan kimia Pencelupan serat poliamida dengan zat warna dispersi merupakan peristiwa distribusi zat padat kedalam dua zat pelarut yang tidak dapat dicampur. Dalam hal ini zat warna dispersi merupakan zat padat yang larut dalam medium serat. Adsorpsi zat warna sering disebut “solid solution”. Mekanisme pencelupannya adalah sebagai berikut: zat warna dispersi berpindah dari keadaan agregat dalam larutan celup masuk kedalam serat sebagai bentuk molekuler. Pigmen zat warna dispersi larut dalam air dalam jumlah yang kecil sekali, tetapi bagian zat warna yang terlarut tersebut sangat mudah terserap oleh serat. Sedangkan bagian yang tidak larut merupakan gudang atau timbunan zat warna yang sewaktu-waktu akan larut untuk mempertahankan kesetimbangan. Semakin tinggi konsentrasi zat warna didalam larutan celup, semakin besar kecenderungan zat warna beragregasi dan menimbulkan penggumpalan yang akan mengakibatkan pencelupan menjadi tidak sempurna.
  • 7. 7 Didalam pencelupan perlu ditambahkan lagi zat pendispersi antara 0.2 – 2 g/L larutan celup tergantung pada vlot atau liquor ratio, kekuatan zat pendispersi akan membentuk lapisan film (protektive film colloid) pada partikel zat warna sehingga dapat mudah masuk kedalam serat secara teratur. B. PROSES PENCELUPAN 1. Pencelupan poliamida dengan zat warna asam Proses : a. Heat Setting  180 o C ; 1 menit b. Proses Pencelupan  ZW asam = 1 %  Asam asetat 30 % = 3 ml/L  Perata anionik = 1 ml/L  Vlot = 1:20  90 0 C ; 20 menit c. Pencucian Sabun  Sabun = 1 ml/L  Na2CO3 = 0,5 g/L  Vlot = 1 : 20  80 o C ; 10 menit Fungsi Zat  ZW asam : untuk mewarnai bahan  CH3COOH : memberi suasana asam pada proses pencelupan.  Perata : untuk menghambat penyerapan zat warna agar pendistribusiannya menjadi rata.  Sabun : untuk menghilangkan zat warna yang menempel pada permukaan serat sehingga daya tahan luntur hasil pencelupan tinggi.  Na2CO3 : beri suasana alkali pada proses pencucian.
  • 8. 8 Diagram Alir Skema Proses  Proses Pencelupan  Proses Pencucian Poliamida bersih Heat setting (180 0 C ; 1 ‘) Pencelupan Exhaust Pencucian Pengeringan Evaluasi Suhu Perata anionik CH3COOH bahan 90 0 C 30 0 C 10 I 60 0 C 20 I 10 I 20 I 20 I 5 I ZW asam Menit 30 0 C Sabun Na2CO3 bahan 80 0 C 10 ‘ 5’15’ Menit Suhu
  • 9. 9 Pembahasan Pada proses awal pencelupan, bahan dimasukkan dalam larutan yang telah berisi asam sebagian dari kebutuhan dan perata, tanpa zat warna dan tanpa pemanasan. Fungsinya adalah agar asam mengaktifkan terlebih dahulu gugus kation serat. Lalu perata berikatan secara ionik dengan gugus tersebut. Zat warna dimasukkan setelah 10 menit lalu pemanasan baru dimulai dengan laju penyerapan yang masih kecil. Karena ikatan yang terbentuk nantinya antara serat dengan zat warna adalah ikatan kimia – ionik, maka kerataan hasil pencelupan harus dari awal proses. Untuk itu laju kenaikan suhu pun juga harus perlahan, agar tidak terjadi belang. Pada saat mencapai suhu 60 0 C, dimasukkan sisa asam sehingga jumlah asam terpenuhi sesuai kebutuhan agar pengaktifan gugus kationik pada serat meningkat, sehingga penyerapan dapat lebih optimal. Dengan catatan bahwa pada penyerapan antara suhu 30 0 C sampai 60 0 C sudah rata. Adapun pada praktikum perata anionik dimasukkan terlebih dahulu agar mengisi gugus kationik pada serat akibat suasana asam, lalu kemudian diisi oleh zat warna. Ny – H2 + H2 (pengasaman)  Ny – H2 + ------------ perata – (ikatan ionik) Ny – H2 + ------- perata –  Ny – H2 + ---------- SO3 - - D (perata digantikan ZW) Fungsinya adalah untuk menghambat penyerapan zat warna, dengan adanya proses subtitusi ikatan ionik antara serat dengan perata yang menjadi antara serat dengan zat warna. Namun, ketika perata ini terlalu banyak, maka penyerapan zat warna pun tidak optimal. Fungsi asam asetat itu sendiri dalam proses pencelupan adalah untuk mengaktifkan serat agar memiliki gugus kation sehingga mampu berpenetrasi dan berikatan dengan zat warna melalui ikatan ionik. Ketika jumlah asam yang digunakan lebih sedikit maka gugus kation pada serat pun berkurang sehingga penyerapan zat wana juga berkurang. Penyerapan ZW Grafik laju penyerapan ZW Kenaikan suhu60 0 C
  • 10. 10 2. Pencelupan poliamida dengan zat warna disperse Resep a) Pencelupan (Cara HT)  ZW dispersi = 2 %  Pendispersi anionik = 4 ml/L  Asam asetat 30% = 3 ml/L  VLOT = 1:20 b) Pencucian Sabun  Sabun = 1 ml/L  Na2CO3 = 0,5 g/L  Suhu = 80o C  Waktu = 10 menit  Vlot = 1 : 20 Fungsi Zat a) Proses Pencelupan  Zat warna dispersi : merupakan zat utama yang berfungsi untuk mewarnai kain poliamida  Pendispersi anionic : mendispersikan zat warna dispersi agar penyerapannya rata dan meningkatkan penyarapan zat warna dispersi dalam serat  CH3COOH 30 % : mengatur pH larutan celup untuk menjaga kerusakan serat selama proses pencelupan berlangsung b) Proses Cuci Sabun  Sabun : zat yang berfungsi untuk mendispersikan kotoran padat yang tidak larut dan mengemulsikan kotoran cair yang tidak larut  Na2CO3 : zat yang berfungsi agar proses saponifikasi lebih sempurna,mengaktifkan kerja sabun,menyabunkan kotoran dan minyak
  • 11. 11 Diagram Alir Skema Proses a) Proses Pencelupan b) Proses Cuci Sabun Timbang zat sesuai resep Buat larutan induk zat warna 1 gr dalam 100 ml air Buat larutan celup dalam tabung rapid dengan cara memasukkan larutan zat warna, pendispersi, dan Asam asetat Pencelupan dalam mesin HT dyeing suhu 130 0 C selama 30 menit Pencucian dengan sabun suhu 80 0 C 10 menit Zw Dispersi CH3COOH 30% Pendispersi anionic Bahan 400 C 1300 C 60 30 800 C 30 Sabun Na2CO3 Bahan 300 C 800 C 10 20 30 40 Menit
  • 12. 12 Pembahasan Pada dasarnya zat warna dispersi yang digunakan harus tipe E atau SE karena kedua zat warna tersebut merupakan zat warna yang tahan sublimasi tinggi sehingga tepat digunakan untuk mencelup serat sintetis dengan suhu tinggi. Pencelupan diawali dengan mencuci tabung rapid dengan larutan cuci reduksi pada suhu 100 o C selama 30 menit menggunakan mesin HT dyeing. Selanjutnya dilakukan proses pencelupan poliamida dengan zat warna dispersi pada suhu 130 0 C selama 30 menit. Dari keempat resep, masing-masing resep akan dibandingkan satu dengan lainnya. Resep 1 dan resep 2 berbeda dalam konsentrasi pendispersinya sedangkan konsentrasi zat yang lain sama. Resep 2 dan resep 3 berbeda dalam konsentrasi zat warnanya sedangkan zat yang lain sama konsentrasinya. Terakhir adalah resep 3 dan resep 4 akan dibandingkan pengaruh perbedaan pendispersinya sedangkan konsentrasi zat lainnya sama. Keadaan ini sama dengan resep 1 dan resep 2. Kunci pencelupan poliamida dengan cara HT adalah menggunakan zat warna dispersi karena zw dispersi bersifat tahan panas dan menggunakan zat pendispersi yang tahan panas (pendispersi anionic). Zat pendispersi yang digunakan adalah zat pendispersi anionic karena zat pendispersi anionic tahan panas/suhu tinggi. Apabila pendispersi yang digunakan kurang banyak maka mengakibatkan penyerapan zat warna kurang baik sehingga hasil celupnya tidak rata dan belang.
  • 13. 13 3. Pencelupan poliamida dengan zat warna asam dan disperse Proses : a. Heat Setting 180 o C ; 1 menit b. Proses Pencelupan ZW asam = 1 % ZW dispersi = 1 % Pendispersi = 1 ml/L Carrier = 1 ml/L Asam asetat30 % = 3 ml/L Perata anionik = 1 ml/L Vlot = 1:20 90 0 C ; 20 menit c. Pencucian Sabun * Sabun = 1 ml/L * Na2CO3 = 0,5 g/L * Vlot = 1 : 20 * 80 o C ; 10 menit Fungsi Zat  ZW asam : untuk mewarnai bahan  ZW dispersi : untuk mewarnai bahan  Pendispersi : untukmendispersikan ZW dispersi  Carrier : menggelembungkan serat  CH3COOH : memberi suasana asam pada proses pencelupan.  Perata : untuk menghambat penyerapan zat warna agar pendistribusiannya menjadi rata.  Sabun : untuk menghilangkan zat warna yang menempel pada permukaan serat sehingga daya tahan luntur hasil pencelupan tinggi.  Na2CO3 : beri suasana alkali pada proses pencucian.
  • 14. 14 Diagram Alir Skema Proses  Proses Pencelupan  Proses Pencucian Poliamida bersih Heat setting (180 0 C ; 1 ‘) Pencelupan Exhaust Pencucian Pengeringan Evaluasi 80 0 C 30 0 C 20’ 10’ 5’ Sabun Na2CO3 bahan menit suhu menit Perata anionik ZW dispersi Pendispersi Carrier CH3C00H 30% bahan 90 0 C 30 0 C 10 I 60 0 C 20 I 10 I 20 I 20 I 5 I ZW asam suhu
  • 15. 15 Pembahasan Prinsip pencelupan dengan 2 zat warna yaitu asam dan dispersi secara sekaligus pada dasarnya adalah bagaimana cara yang digunakan, serta zat yang dipakai tidak saling merusak mekanisme pencelupan tiap zat warna. Pencelupan nilon dengan zat warna dispersi dan asam ini tidak menggunakan metode HT (hight temperature), hal ini karena penyerapan zat warna asam akan turun diatas suhu 100 0 C. Karena zat warna asam tidak tahan asam, maka mekanisme pencelupan zat warna dispersi tidak bisa menggunkan cara HT melainkan harus dengan zat pengemban atau carrier. Adapun penggunaan carrier pada pencelupan ini tidak akan sebanyak pada pencelupan terhadap serat poliester karena derajat kristalinitas serat poliamida lebih rendah dibandingkan serat poliester. Selebihnya mengenai mekanisme pencelupan zat warna asam sama dengan penjelasan di atas.
  • 16. 16 C. PROSES PELUNTURAN 1. Pelunturan Dari Zat Warna Asam Untuk melunturkan dari zat warna asam, ikatan antara serat dengan zat warna harus dirusak atau merusak struktur zat warnanya. Jika merusak ikatan, maka akan terjadi pelunturan sebagian. Pada umumnya terdapat 4 jenis ikatan antara serta poliamida dengan zat warna asam, yakni ikatan hidrogen, elektrovalen, kovalen, dan VDW. Cara pemutusannya adalah dengan menggunakan zat yang memiliki beda potensial (larutan yang mengandung ion) lebih besar antara zat peluntur dengan zat warna daripada antara serat dengan zat warna, maka zat warna akan berpindah. Dan ini hanya akan memutuskan ikatan elektrovalen yang mendominasi dan sebagian ikatan hidrogen. Sedangkan jika merusak struktur zat warna, maka yang terjadi adalah pelunturan total. Untuk zat warna yang kromogennya pakai sistem azo, pelunturannya menggunakan reduktor pada suhu panas. Sedangkan pelunturan untuk zat warna yang kromogennya bersistem antrakuinon, gunakan reduktor yang mengandung khlor aktif pada suhu panas. 2. Pelunturan Dari Zat Warna Disperse Dari pemanasan, zat pengemban akan menggelembungkan serat akibatnya pori-pori serat akan terbuka Pelunturan ZW dispersi dari serta nilon oleh zat pereduksi, dapat terjadi pada suasana yang alaklis, berarti selain zat pereduksi Na-hidrosulfit sebagi reduktor, didalam larutan juga harus ditambahkan alkali berupa Na-hidroksida agar reduksi dapat berjalan degan baik (Hn reaktif dapat terbentuk). Mekanisme terjadinya Hn diperkirakan seperti di bawah ini: Na2S2O4  2Na+ + S2O4 2- NaOH  Na+ + OH- 1. S2O4 2- +H2O  2H+ + SO3 2- + SO2 2- 2. S2O4 + 4 OH-  2SO3 2- + 2H2O + 2e- 3. 2H+ + 2e-  2Hn Semua reaksi di atas dapat disimpulkan (Na-hidrosulfit dalam suassana larutan alkali) sebagai berikut: 2S2O4 2- + 4OH-  3SO3 2- + SO2 2- + H2O + 2Hn Pada proses pelunturan ini dapat ditambahkan zat pengemban untuk membantu menggelembungkan serat. Daya pelunturan zat pereduksi dengan adanya zat pengemban sebagai berikut: Karena pengaruh dan zat Pereduksi
  • 17. 17 akan masuk ke dalam serat kemudian melunturkan zat warna didalamnya dengan cara mereduksi zat warna tersebut. Dan yang penting, jangan lupa menambhakan zat anti redeposisi pada larutan peluntur agar zat warna yang tidak tereduksi tidak kembali lagi ke serat.