SlideShare a Scribd company logo
1 of 8
PENGARUH STRUKTUR TERHADAP KELARUTAN ZAT WARNA




       Kelarutan suatu senyawa dalam suatu pelarut dapat dinyatakan sebagai jumlah
gram zat terlarut dalam sejumlah tertentu larutan pada suhu tertentu. Salah satu faktor
penting yang mempengaruhi kelarutan suatu zat adalah sifat kepolaran masing – masing
zat. Kepolaran dipengaruhi oleh momen dipol senyawa tersebut. Bila momen dipol suatu
senyawa tidak nol maka molekul tersebut bersifat polar, dan bila jumlahnya nol maka
senyawa bersifat nonpolar. Harga momen dipol dipengaruhi oleh kelektronegatifan unsur-
unsur pembentuk suatu senyawa. Bila perbedaan kelektronegatifan besar maka senyawa
memiliki momen dipol besar dan bersifat polar. Kelarutan suatu senyawa dalam pelarut
pada dasarnya berlandaskan pada prinsip ‘like dissolved like’. Kemiripan kepolaran zat
terlarut dengan pelarut yang digunakan menentukan hasil pelarutan. Senyawa polar akan
mudah larut dalam pelarut polar dan sebaliknya.

       Didalam suatu sistem larutan akan terdapat gaya antaraksi antara pelarut dengan
pelarut, pelarut dengan zat terlarut dan zat terlarut dengan zat terlarut. Gaya antaraksi antar
medium pelarut dengan zat terlarut sangat besar perannya dalam suatu proses pelarutan.
Gara antaraksi ini dapat berupa gaya tarik menarik maupun tolak menolak.

       Bila gaya tarik menarik pelarut dan zat terlarut makin besar maka zat terlarut makin
mudah larut dan apabila gaya tarik menarik pelarut dan zat terlarut makin kecil maka zat
terlarut makin sukar larut. Dilain pihak bila gaya tarik menarik zat terlarut dan zat terlarut
makin besar maka akan mendorong proses agregrasi zat terlarut sehingga zat tersebut akan
semakin sukar larut.

       Gaya antaraksi yang bekerja dalam antar pelarut dan zat terlarut dapat berupa
ikatan ionik, ikatan hidrogen dan ikatan dari gaya Van der Waals (VDW) tergantung
struktur molekul zat terlarut dan pelarutnya.

       Termasuk dalam gaya VDW adalah gaya dipol dan dispersi London, ikatan dari
gaya VDW ini sering juga disebut ikatan fisika, namun untuk antaraksi antar partikel
hidrofob ikatan dari gaya VDW sering disebut sebagai ikatan hidrofobik.

       Ikatan ionik merupakan gaya antaraksi jangka panjang karena besarnya ikatan
sebanding dengan 1/r2 (r adalah jarak antar partikel), sedangkan ikatan dari gaya VDW dan
ikatan Hidrogen merupakan merupakan gaya antaraksi jangka pendek karena besarnya
kekuatan ikatan sebanding dengan 1/r6. Jadi gaya ikatan Hidrogen dan VDW baru bekerja
jika jarak antar partikel sangat dekat.




                                          contoh ikatan hidrogen




Jenis ikatan hidrogen dalam urutan kekuatan relatif (dari kiri: hidroksi-eter, hidroksi-amina dan imino-amina)




                                                            Dipole (µF)

           Van der waals (ikatan fisika)
                                                            Disperse london (Σel)




        Dalam proses pelarutan zat warna dengan medium air kepolaran zat terlarut akan
menentukan kemudahan pelarutan zat tersebut karena air merupakan medium yang polar.

        Bila struktur molekul suatu zat warna makin polar maka gaya tarik menarik antara
zat warna dan air akan semakin besar dan gaya tolak menolak antar anion zat warna atau
antar kation zat warna akan makin besar.

        Oleh karena itulah maka bila dalam struktur zat warna dimasukkan gugus sulfonat
(-SO3H) atau gugus polar lainnya maka kelarutan zat warna akan semakin besar.
CI Acid Red 138
Didalam air gugus sulfonat tersebut akan mengion sehingga terbentuk anion zat
warna yang selanjutnya memudahkan terbentuknya ikatan antara anion zat warna dengan
partikel air berupa ikatan hidrogen ataupun gaya dipol, sehingga memudakan proses
pelarutan zat warna.

       Selain itu bila gugus sulfonat dalam struktur molekul zat warna makin banyak
maka gaya tolak menolak antar anion zat warna akan makin besar sehingga mencegah
terjadinya agregrasi zat warna. Hal tersebut akan menyebabkan zat warna dapat larut mono
molekuler.

       Dipilih gugus sulfonat sebagai gugus pelarut zat warna mengingat kemampuan
gugus tersebut mengion bisa dari pH alkalis sampai cukup asam (pH 4 – 5) dan lebih tahan
terhadap air sadah. Sedangkan gugus polar lainnya seperti gugus karboksil (-COOH) hanya
bisa mengion pada pH alkalis sampai agak asam (pH 6) sehingga pada pH lebih rendah
dari 6 sudah sukar untuk mengion atau sudah tidak berfungsi lagi sebagai gugus pelarut.
Selain itu gugus karboksil kurang tahan air sadah.
Hal sebaliknya akan terjadi bila kedalam struktur molekul zat warna dimasukkan
gugus hidrofob (non polar) seperti gugus alkil maka kelarutannya dalam air akan semakin
kecil karena akan mengurangi gaya tarik-menarik zat warna dengan air dan bahkan
memperbesar gaya tarik menarik (antaraksi hidrofobik) antara zat warna dengan zat warna
sehingga memudahkan terjadinya agregrasi zat warna.

       Bila terjadi agregrasi zat warna maka gaya dispersi london atau VDW antar partikel
zat warna akan makin besar dan mengurangi gaya tarik menarik agregrat zat warna dengan
air, sehingga kelarutannya akan makin kecil.

       Peningkatan sifat kelarutan zat warna pada zat warna yang dilakukan dengan cara
memasukkan lebih banyak gugus sulfonat pada struktur molekulnya, disatu pihak akan
meningkatkan kerataan hasil celupnya, tetapi dilain pihak akan menurunkan tahan luntur
warna terhadap pencucian dan afinitasnya.

       Untuk jenis zat warna yang pada strukturnya tidak terdapat gugus pelarut (namun
diisi dengan gugus alkil) akan memiliki sifat tidak larut, seperti pada zat warna bejana, zat
warna sulfur, dan zat warna disperse. Karena pada strukturnya tidak terdapat gugus pelarut
maka dalam larutan tidak ada gugus yang menion dengan air. Agar dapat mengion / larut
pada larutan celup harus ditambahkan zat pendispersi atau zat warnanya dibuat larut
terlebih dahulu dengan cara direduksi atau dibejanakan (pada zat warna bejana). Contoh:
Sulphur Red 5



       Karena zat warna tersebut tidak memiliki gugus pelarut, maka sifat hasil
pencelupannya menjadi memiliki tahan luntur terhadap pencucian yang baik.
PENGARUH STRUKTUR
   TERHADAP KELARUTAN ZAT WARNA


  Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kimia Zat Warna




                          Disusun oleh :
         Dyan Pramesti S.                  10.K40002
         Nurul Anisa                       10.K40007
         Hera Apriliani                    10.K40010
         Yane Mariana                      10.K40011




                            Dosen :
                Dede Karyana S.Teks., M.Si




SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL
                             2012
DAFTAR PUSTAKA


http://bagussoulfly.blogspot.com/2012/05/zat-warna-teksil-dan-sifatnya.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Kelarutan

http://id.wikipedia.org/wiki/Special:Search?search=gugus+polar&go=Go

http://smk3ae.wordpress.com/2009/04/19/mengenal-zat-warna-tekstil-zat-warna-reaktif-
   procion/

http://www.scribd.com/doc/76647010/Ikatan-Kimia-Zat-Warna-Dengan-Serat-Pada-
   Proses-Pencelupan

Karyana, Dede. 2004. Pengetahuan Zat Warna Tekstil. Bandung : Sekolah Tinggi
   Teknologi Tekstil

Shore, John. 1990. Colorants and Auxiliaries, Volume 1 - Colorants, The Society of Dyers and
   Colourists, England.

More Related Content

What's hot

Laporan Praktikum Pembuatan Tawas
Laporan Praktikum Pembuatan TawasLaporan Praktikum Pembuatan Tawas
Laporan Praktikum Pembuatan Tawas
Dila Adila
 
Pemisahan kation gol. ii
Pemisahan kation gol. iiPemisahan kation gol. ii
Pemisahan kation gol. ii
Kustian Permana
 
Alkil halida ; subtitusi dan eliminasi
Alkil halida ; subtitusi dan eliminasiAlkil halida ; subtitusi dan eliminasi
Alkil halida ; subtitusi dan eliminasi
Hensen Tobing
 
58372351 laporan-praktikum-kimia-umum-2
58372351 laporan-praktikum-kimia-umum-258372351 laporan-praktikum-kimia-umum-2
58372351 laporan-praktikum-kimia-umum-2
Andreans Shevka
 

What's hot (20)

Laporan Praktikum Pembuatan Tawas
Laporan Praktikum Pembuatan TawasLaporan Praktikum Pembuatan Tawas
Laporan Praktikum Pembuatan Tawas
 
analisis ion nitrat
analisis ion nitratanalisis ion nitrat
analisis ion nitrat
 
Revisi artikel reaksi substitusi nukleofilik dwi karyani 1313031019
Revisi artikel reaksi substitusi nukleofilik dwi karyani 1313031019Revisi artikel reaksi substitusi nukleofilik dwi karyani 1313031019
Revisi artikel reaksi substitusi nukleofilik dwi karyani 1313031019
 
Pemisahan kation golongan satu 12-4 SMAKBO
Pemisahan kation golongan satu 12-4 SMAKBOPemisahan kation golongan satu 12-4 SMAKBO
Pemisahan kation golongan satu 12-4 SMAKBO
 
Kelompok 1 ppt identifikasi kation
Kelompok 1 ppt identifikasi kation Kelompok 1 ppt identifikasi kation
Kelompok 1 ppt identifikasi kation
 
Konformasi isomer
Konformasi isomerKonformasi isomer
Konformasi isomer
 
Pemisahan kation gol. ii
Pemisahan kation gol. iiPemisahan kation gol. ii
Pemisahan kation gol. ii
 
Asam karboksilat dan turunannya
Asam karboksilat dan turunannyaAsam karboksilat dan turunannya
Asam karboksilat dan turunannya
 
236547384 pemisahan-kation-golongan-i
236547384 pemisahan-kation-golongan-i236547384 pemisahan-kation-golongan-i
236547384 pemisahan-kation-golongan-i
 
Kestabilan ion kompleks
Kestabilan ion kompleksKestabilan ion kompleks
Kestabilan ion kompleks
 
Gaya Antar Molekul
Gaya Antar MolekulGaya Antar Molekul
Gaya Antar Molekul
 
Analisa anion
Analisa anion Analisa anion
Analisa anion
 
Eter dan Epoksida.ppt
Eter dan Epoksida.pptEter dan Epoksida.ppt
Eter dan Epoksida.ppt
 
Peptida
PeptidaPeptida
Peptida
 
Farmasi : Soxhletasi
Farmasi : SoxhletasiFarmasi : Soxhletasi
Farmasi : Soxhletasi
 
Kesetimbangan kimia (2) PRAKTIKUM
Kesetimbangan kimia (2) PRAKTIKUM Kesetimbangan kimia (2) PRAKTIKUM
Kesetimbangan kimia (2) PRAKTIKUM
 
Alkil halida ; subtitusi dan eliminasi
Alkil halida ; subtitusi dan eliminasiAlkil halida ; subtitusi dan eliminasi
Alkil halida ; subtitusi dan eliminasi
 
Amina
AminaAmina
Amina
 
ikatan kovalen koordinasi
ikatan kovalen koordinasiikatan kovalen koordinasi
ikatan kovalen koordinasi
 
58372351 laporan-praktikum-kimia-umum-2
58372351 laporan-praktikum-kimia-umum-258372351 laporan-praktikum-kimia-umum-2
58372351 laporan-praktikum-kimia-umum-2
 

Similar to Pengaruh struktur terhadap kelarutan zat warna

Bab 3 ikatan kimia dan sifat air nd
Bab 3 ikatan kimia dan sifat air ndBab 3 ikatan kimia dan sifat air nd
Bab 3 ikatan kimia dan sifat air nd
nur alam
 
20354210 pengendapan-dan-gravimetri
20354210 pengendapan-dan-gravimetri20354210 pengendapan-dan-gravimetri
20354210 pengendapan-dan-gravimetri
Indriati Dewi
 
PPT KAPSEL KELATURAN KEL 2.pptx
PPT KAPSEL KELATURAN KEL 2.pptxPPT KAPSEL KELATURAN KEL 2.pptx
PPT KAPSEL KELATURAN KEL 2.pptx
ChintiaMarbun
 

Similar to Pengaruh struktur terhadap kelarutan zat warna (20)

Farmasi fisika-kelarutan
Farmasi fisika-kelarutanFarmasi fisika-kelarutan
Farmasi fisika-kelarutan
 
Sistem koloid
Sistem koloidSistem koloid
Sistem koloid
 
Makalah ikatan hidrogen kimia
Makalah ikatan hidrogen kimiaMakalah ikatan hidrogen kimia
Makalah ikatan hidrogen kimia
 
Makalah ikatan hidrogen kimia
Makalah ikatan hidrogen kimiaMakalah ikatan hidrogen kimia
Makalah ikatan hidrogen kimia
 
Makalah ikatan hidrogen hernawati
Makalah ikatan hidrogen hernawatiMakalah ikatan hidrogen hernawati
Makalah ikatan hidrogen hernawati
 
Makalah ikatan hidrogen hernawati
Makalah ikatan hidrogen hernawatiMakalah ikatan hidrogen hernawati
Makalah ikatan hidrogen hernawati
 
Makalah kimia teknik
Makalah kimia teknikMakalah kimia teknik
Makalah kimia teknik
 
Laporan praktikum kimia dasar
Laporan praktikum kimia dasarLaporan praktikum kimia dasar
Laporan praktikum kimia dasar
 
Kd meeting 4 (konsep larutan dan koloid)
Kd meeting 4 (konsep larutan dan koloid)Kd meeting 4 (konsep larutan dan koloid)
Kd meeting 4 (konsep larutan dan koloid)
 
Bab 3 ikatan kimia dan sifat air nd
Bab 3 ikatan kimia dan sifat air ndBab 3 ikatan kimia dan sifat air nd
Bab 3 ikatan kimia dan sifat air nd
 
Makalah ikatan hidrogen hernawati
Makalah ikatan hidrogen hernawatiMakalah ikatan hidrogen hernawati
Makalah ikatan hidrogen hernawati
 
20354210 pengendapan-dan-gravimetri
20354210 pengendapan-dan-gravimetri20354210 pengendapan-dan-gravimetri
20354210 pengendapan-dan-gravimetri
 
Osmosis dan difusi
Osmosis dan difusiOsmosis dan difusi
Osmosis dan difusi
 
zat warna.pptx
zat warna.pptxzat warna.pptx
zat warna.pptx
 
Kelarutan 1.pdf
Kelarutan 1.pdfKelarutan 1.pdf
Kelarutan 1.pdf
 
PPT KAPSEL KELATURAN KEL 2.pptx
PPT KAPSEL KELATURAN KEL 2.pptxPPT KAPSEL KELATURAN KEL 2.pptx
PPT KAPSEL KELATURAN KEL 2.pptx
 
anorganik
anorganikanorganik
anorganik
 
Larutan
LarutanLarutan
Larutan
 
Percobaan 1 pengamatan-ilmiah
Percobaan 1 pengamatan-ilmiahPercobaan 1 pengamatan-ilmiah
Percobaan 1 pengamatan-ilmiah
 
Kelarutan sebagai fungsi suhu
Kelarutan sebagai fungsi suhuKelarutan sebagai fungsi suhu
Kelarutan sebagai fungsi suhu
 

Pengaruh struktur terhadap kelarutan zat warna

  • 1. PENGARUH STRUKTUR TERHADAP KELARUTAN ZAT WARNA Kelarutan suatu senyawa dalam suatu pelarut dapat dinyatakan sebagai jumlah gram zat terlarut dalam sejumlah tertentu larutan pada suhu tertentu. Salah satu faktor penting yang mempengaruhi kelarutan suatu zat adalah sifat kepolaran masing – masing zat. Kepolaran dipengaruhi oleh momen dipol senyawa tersebut. Bila momen dipol suatu senyawa tidak nol maka molekul tersebut bersifat polar, dan bila jumlahnya nol maka senyawa bersifat nonpolar. Harga momen dipol dipengaruhi oleh kelektronegatifan unsur- unsur pembentuk suatu senyawa. Bila perbedaan kelektronegatifan besar maka senyawa memiliki momen dipol besar dan bersifat polar. Kelarutan suatu senyawa dalam pelarut pada dasarnya berlandaskan pada prinsip ‘like dissolved like’. Kemiripan kepolaran zat terlarut dengan pelarut yang digunakan menentukan hasil pelarutan. Senyawa polar akan mudah larut dalam pelarut polar dan sebaliknya. Didalam suatu sistem larutan akan terdapat gaya antaraksi antara pelarut dengan pelarut, pelarut dengan zat terlarut dan zat terlarut dengan zat terlarut. Gaya antaraksi antar medium pelarut dengan zat terlarut sangat besar perannya dalam suatu proses pelarutan. Gara antaraksi ini dapat berupa gaya tarik menarik maupun tolak menolak. Bila gaya tarik menarik pelarut dan zat terlarut makin besar maka zat terlarut makin mudah larut dan apabila gaya tarik menarik pelarut dan zat terlarut makin kecil maka zat terlarut makin sukar larut. Dilain pihak bila gaya tarik menarik zat terlarut dan zat terlarut makin besar maka akan mendorong proses agregrasi zat terlarut sehingga zat tersebut akan semakin sukar larut. Gaya antaraksi yang bekerja dalam antar pelarut dan zat terlarut dapat berupa ikatan ionik, ikatan hidrogen dan ikatan dari gaya Van der Waals (VDW) tergantung struktur molekul zat terlarut dan pelarutnya. Termasuk dalam gaya VDW adalah gaya dipol dan dispersi London, ikatan dari gaya VDW ini sering juga disebut ikatan fisika, namun untuk antaraksi antar partikel hidrofob ikatan dari gaya VDW sering disebut sebagai ikatan hidrofobik. Ikatan ionik merupakan gaya antaraksi jangka panjang karena besarnya ikatan sebanding dengan 1/r2 (r adalah jarak antar partikel), sedangkan ikatan dari gaya VDW dan
  • 2. ikatan Hidrogen merupakan merupakan gaya antaraksi jangka pendek karena besarnya kekuatan ikatan sebanding dengan 1/r6. Jadi gaya ikatan Hidrogen dan VDW baru bekerja jika jarak antar partikel sangat dekat. contoh ikatan hidrogen Jenis ikatan hidrogen dalam urutan kekuatan relatif (dari kiri: hidroksi-eter, hidroksi-amina dan imino-amina) Dipole (µF) Van der waals (ikatan fisika) Disperse london (Σel) Dalam proses pelarutan zat warna dengan medium air kepolaran zat terlarut akan menentukan kemudahan pelarutan zat tersebut karena air merupakan medium yang polar. Bila struktur molekul suatu zat warna makin polar maka gaya tarik menarik antara zat warna dan air akan semakin besar dan gaya tolak menolak antar anion zat warna atau antar kation zat warna akan makin besar. Oleh karena itulah maka bila dalam struktur zat warna dimasukkan gugus sulfonat (-SO3H) atau gugus polar lainnya maka kelarutan zat warna akan semakin besar.
  • 4. Didalam air gugus sulfonat tersebut akan mengion sehingga terbentuk anion zat warna yang selanjutnya memudahkan terbentuknya ikatan antara anion zat warna dengan partikel air berupa ikatan hidrogen ataupun gaya dipol, sehingga memudakan proses pelarutan zat warna. Selain itu bila gugus sulfonat dalam struktur molekul zat warna makin banyak maka gaya tolak menolak antar anion zat warna akan makin besar sehingga mencegah terjadinya agregrasi zat warna. Hal tersebut akan menyebabkan zat warna dapat larut mono molekuler. Dipilih gugus sulfonat sebagai gugus pelarut zat warna mengingat kemampuan gugus tersebut mengion bisa dari pH alkalis sampai cukup asam (pH 4 – 5) dan lebih tahan terhadap air sadah. Sedangkan gugus polar lainnya seperti gugus karboksil (-COOH) hanya bisa mengion pada pH alkalis sampai agak asam (pH 6) sehingga pada pH lebih rendah dari 6 sudah sukar untuk mengion atau sudah tidak berfungsi lagi sebagai gugus pelarut. Selain itu gugus karboksil kurang tahan air sadah.
  • 5. Hal sebaliknya akan terjadi bila kedalam struktur molekul zat warna dimasukkan gugus hidrofob (non polar) seperti gugus alkil maka kelarutannya dalam air akan semakin kecil karena akan mengurangi gaya tarik-menarik zat warna dengan air dan bahkan memperbesar gaya tarik menarik (antaraksi hidrofobik) antara zat warna dengan zat warna sehingga memudahkan terjadinya agregrasi zat warna. Bila terjadi agregrasi zat warna maka gaya dispersi london atau VDW antar partikel zat warna akan makin besar dan mengurangi gaya tarik menarik agregrat zat warna dengan air, sehingga kelarutannya akan makin kecil. Peningkatan sifat kelarutan zat warna pada zat warna yang dilakukan dengan cara memasukkan lebih banyak gugus sulfonat pada struktur molekulnya, disatu pihak akan meningkatkan kerataan hasil celupnya, tetapi dilain pihak akan menurunkan tahan luntur warna terhadap pencucian dan afinitasnya. Untuk jenis zat warna yang pada strukturnya tidak terdapat gugus pelarut (namun diisi dengan gugus alkil) akan memiliki sifat tidak larut, seperti pada zat warna bejana, zat warna sulfur, dan zat warna disperse. Karena pada strukturnya tidak terdapat gugus pelarut maka dalam larutan tidak ada gugus yang menion dengan air. Agar dapat mengion / larut pada larutan celup harus ditambahkan zat pendispersi atau zat warnanya dibuat larut terlebih dahulu dengan cara direduksi atau dibejanakan (pada zat warna bejana). Contoh:
  • 6. Sulphur Red 5 Karena zat warna tersebut tidak memiliki gugus pelarut, maka sifat hasil pencelupannya menjadi memiliki tahan luntur terhadap pencucian yang baik.
  • 7. PENGARUH STRUKTUR TERHADAP KELARUTAN ZAT WARNA Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kimia Zat Warna Disusun oleh : Dyan Pramesti S. 10.K40002 Nurul Anisa 10.K40007 Hera Apriliani 10.K40010 Yane Mariana 10.K40011 Dosen : Dede Karyana S.Teks., M.Si SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL 2012
  • 8. DAFTAR PUSTAKA http://bagussoulfly.blogspot.com/2012/05/zat-warna-teksil-dan-sifatnya.html http://id.wikipedia.org/wiki/Kelarutan http://id.wikipedia.org/wiki/Special:Search?search=gugus+polar&go=Go http://smk3ae.wordpress.com/2009/04/19/mengenal-zat-warna-tekstil-zat-warna-reaktif- procion/ http://www.scribd.com/doc/76647010/Ikatan-Kimia-Zat-Warna-Dengan-Serat-Pada- Proses-Pencelupan Karyana, Dede. 2004. Pengetahuan Zat Warna Tekstil. Bandung : Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil Shore, John. 1990. Colorants and Auxiliaries, Volume 1 - Colorants, The Society of Dyers and Colourists, England.