Dokumen tersebut membahas tentang konsep perencanaan lanskap ekoriparian di sepanjang sungai. Beberapa poin pentingnya adalah: (1) Lanskap ekoriparian dirancang dengan memperhatikan aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi; (2) Perlu adanya sistem pengolahan limbah, sarana sosial, dan agroforestri; (3) Lokasi harus di sepanjang sungai utama atau anak sungai dengan luas lahan minimum 25x100 meter.
1. Direktur Pengendalian Pencemaran Air
DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
EKORIPARIAN
2. DEFINISI LANSKAP EKORIPARIAN
• Lanskap ekoriparian adalah bagian dari suatu kawasan atau lahan di
sempadan sungai yang dirancang dengan memperhatikan aspek
lingkungan, masyarakat dan ekonomi yang saling terintegrasi.
• Dalam konsep ini, terdapat beberapa syarat yang menjadi substansi utama
dalam pembangunan lanskap ekoriparian, seperti adanya sistem
pengolahan limbah (IPAL), sarana sosial masyarakat, dan fungsi
agroforestri, dimana beberapa fungsi tersebut disesuaikan dengan kondisi
eksisting sempadan sungai yang akan direncanakan (fisik,biofisik,sosial
budaya dan beban pencemaran)
3. Pertimbangan lokasi dalam
penempatan ekoriparian sungai
• Lahan berada disempadan sungai utama atau
sempadan anak sungai yang mempunyai wilayah
pengaliran drainase yang menampung berbagai
sumber pencemar
• Status lahan dapat berupa lahan fasilitas umum yang
telah diserahkan ke pemerintah daerah setempat atau
dikelola oleh komunitas
• Luas lahan menyesuaikan kebutuhan minimal 25 x 100
m
• Kondisi lahan harus clear dan clean dalam hal perizinan
serta tidak bermasalah dengan konflik masyarakat
4. PENGEMBANGAN KONSEP PERENCANAAN EKORIPARIAN
Optimalisasi fungsi sempadan sungai melalui pembatasan aktivitas masif yang
dapat mengubah kondisi alami sempadan sungai sebagai fungsi konservasi, dan
optimalisasi lahan basah
PERENCANAAN
LANSKAP
EKORIPARIAN
Zona Penyangga
Zona Inti/Lindung
Zona Pemanfaatan/Pengembangan
Optimalisasi fungsi sempadan sungai melalui penataan lanskap ekoriparian
dengan fasilitas penunjang kebutuhan masyarakat seperti rekreasi sederhana
yang tidak mengubah kondisi alami sempadan sungai dan optimalisasi lahan
basah yang ada seperti usaha tani konservasi, agroforestry yang tidak mengubah
kondisi sempadan alami
-Penataan lanskape pertanian dan vegetasi dengan fungsi estetis maupun
ekonomis sempadan sungai sebagai lokasi transisi antara zona penyangga,
tidak terdapat kegiatan yang begitu masif sesuai dengan ukuran lahan yang
tidak begitu besar
-Aplikasi konsep waterfront dalam bentuk penataan bangunan lanskap dan
vegetasi dengan fungsi estetis maupun ekonomis di sempadan sungai
5. Pengelolaan sungai konsep eko
hidraulik
• di samping dapat memanfaatkan potensi air sungai secara
optimal, sekaligus juga dapat menjaga dan mengembangankan
kelestarian lingkungan biotik dan abiotik yang ada di wilayah
sungai
8. Kriteria pemilihan vegetasi untuk sempadan sungai menurut
PERMEN PU No: 05/PRT/M/2008 adalah sebagai berikut
1. Sistem perakaran yang kuat, sehingga mampu menahan pergeseran tanah;
2. Tumbuh baik pada tanah padat;
3. Sistem perakaran masuk kedalam tanah, tidak merusak konstruksi dan bangunan;
4. Kecepatan tumbuh bervariasi;
5. Tahan terhadap hama dan penyakit tanaman;
6. Jarak tanam setengah rapat sampai rapat 90% dari luas area, harus dihijaukan;
7. Tajuk cukup rindang dan kompak, tetapi tidak terlalu gelap;
8. Berupa tanaman lokal dan tanaman budidaya;
9. Dominasi tanaman tahunan;
• Sedapat mungkin merupakan tanaman yang mengundang burung
9. SALAH SATU CONTOH PENGEMBANGAN KONSEP PERENCANAAN LANSKAP
EKORIPARIAN
Konsep Agroforestri Ekoriparian
• Pengembangan agroforestri berbasis konservasi dan ekonomi dapat berfungsi ekologis dan
ekonomis.
• Agroforestri adalah sistem penggunaan lahan yang mengkombinasikan tanaman berkayu
dengan tanaman tidak berkayu (kadang-kadang dengan hewan) yang tumbuh bersamaan atau
bergiliran pada suatu lahan, untuk memperoleh berbagai produk dan jasa sehingga terbentuk
interaksi ekologis dan ekonomis antar tanaman.
• agroforestri dalam bentuk implementasinya dapat berbentuk seperti agrisilvikultur, sylvopastural,
agrosylvo-pastoral, dan multipurpose forest tree production system.
Hubungan antara pengelolaan DAS
berkelanjutan dengan fungsi hidrologi dan
agroforestri