SlideShare a Scribd company logo
1 of 27
Download to read offline
OPERASI DAN PEMELIHARAAN UNIT IPLT


1. UMUM
Pengoperasian instalasi pengolahan air lumpur tinja (IPLT) mengacu pada Petunjuk Teknis No.
CT/AL/Op-TC/003/98 tentang Tata Cara Pengoperasian IPLT Sistem Kolam. Ruang lingkup
dalam petunjuk teknis ini memuat ketentuan teknis dan cara persiapan pengoperasian,
pelaksanaan pengoperasian, pelaksanaan pemeliharaan dan pelaksanaan pengendalian IPLT.

Ketentuan umum yang harus dipenuhi untuk pengoperasian dan pemeliharaan IPLT adalah
sebagai berikut:
    a. di instalasi dilengkapi dengan gambar bangunan
    b. setiap peralatan harus dilengkapi katalog dan daftar operasi dan pemeliharaan
    c. air Iimbah yang diolah adalah lumpur tinja
    d. tersedia influen air Iimbah
    e. tersedia fasilitas penyediaan air bersih yang memadai
    f. telah diuji coba terhadap pengaliran air (profil hidrolis) dan kebocoran
    g. ada penanggunjawab pengolah air Iimbah yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang
    h. tersedia biaya pengolahan yang dialokasikan pada institusi pengelola
    i. kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan IPLT harus dilaksanakan sesuai dengan
        ketentuan perundangan pengolahan air Iimbah dan ketentuan kesehatan dan
        keselamatan kerja
    j. masyarakat sudah diberi informasi

2. PERSYARATAN TEKNIS UNTUK UNIT-UNIT DALAM IPLT
Persyaratan teknis dalam operasional IPLT memuat ketentuan tentang kriteria dan persyaratan
yang harus diikuti untuk mendapatkan efisiensi pengolahan sesuai dengan yang telah
direncanakan. Persyaratan teknis ini meliputi kualitas dan kuantitas influent lumpur tinja (air
limbah) yang akan masuk ke tiap unit pengolahan di dalam IPLT, waktu retensi (waktu tinggal)
lumpur tinja di dalam tiap unit, serta kriteria disain lainnya.
Persyaratan teknis untuk kualitas lumpur tinja yang masuk ke dalam IPLT harus memenuhi:
    • Laju/kapasitas lumpur tinja (cairan dan endapan) sebesar 0,5 L/org/hari
    • KOB (BOD5) = 5.000 mg/L
    • TS = 40.000 mg/L
    • TVS = 2.500 mg/L
    • TSS = 15.000 mg/L


                                              1
Bila parameter-parameter influent lumpur tinja yang masuk ke IPLT melebihi konsentrasi
tersebut, maka diperlukan pengenceran dengan persyaratan:
    • Bahan yang digunakan sebagai pengencer tinja dapat menggunakan air sungai atau air
        pengencer lain dengan konsentrasi KOB (BOD5) maksimal 10 mg/L
    • Unit pengolahan yang memerlukan pengenceran adalah influent pada tangki imhoff
        dengan kadar minyak dan lemak tinggi dan influent pada kolam stabilisasi fakultatif
        dengan KOB yang melebihi 400 mg/L


   Pengolahan lumpur tinja yang digunakan pada IPLT menggunakan pengolahan secara
   biologis dengan memanfaatkan mikroba untuk menguraikan material organik yang berada
   didalamnya. Mikroba sebagai makhluk hidup menggunakan lumpur tinja sebagai sumber
   nutrien untuk hidup dan berkembang biak. Oleh karena sifatnya sebagai makhluk hidup,
   maka pengolahan limbah dengan mikroba memerlukan kehati-hatian terkait dengan
   kualitas influent yang masuk karena akan mempengaruhi kinerja mikroba.



Persyaratan teknis untuk pengoperasian tangki imhoff
   •   Zona sedimentasi:
        o Kecepatan aliran horizontal I cm/det
        o Beban permukaan ≤ 30 m3/m2.hari
        o Waktudetensi ≥ 1,5 jam
        o Efisiensi pemisahan TSS = (40-60)% dan konsentrasi KOB berkisar (30-40)%
   •   pH antara 7-8
   •   Ketinggian zona netral 0,5 m
   •   Slot tidak boleh tersumbat
   •   Permukaan zona sedimentasi harus bersih dari buih dan kotoran mengambang
   •   Lumpur matang mempunyai karakteristik:
           o Kadar air (88-92)%
           o Asam volatil < 2.000 mg/l
           o Lumpur berwarna hitam, berbau ter, kental dan mudah meresap
   •   Laju endapan lumpur 0,06 l/orang/hari dengan waktu retensi satu bulan
   •   Setiap pembuangan lumpur matang, pipa inlet dan distribusi harus digelontor atau
       dibersihkan




                                            2
Persyaratan teknis untuk pengoperasian kolam stabilisasi anaerobik
   •   Permukaan kolam harus tertutup buih
   •   Beban KOB volumetrik berkisar antara (60-100) g KOB/m3. hari
   •   Efisiensi pemisahan KOB ≥ 50%
   •   ph influen (8-9)
   •   Lumpur harus dikuras secara berkala dengan pompa

Persyaratan teknis untuk pengoperasian kolam stabilisasi fakultatif
   •   Permukaan air harus berwarna hijau yang menandakan adanya algae
   •   Beban KOB volumetrik (60-100) g KOB/m3.hari
   •   KOB influen ≤ 400 mg/l
   •   Efisiensi pemisahan KOB ≥ 70%
   •   pH antara 7-8

Persyaratan teknis untuk pengoperasian kolam stabilisasi maturasi
   •   Beban BOD volumetrik (40-60) g KOB/m3.hari
   •   Efisiensi pemisahan KOB 70%
   •   Efisiensi pemisahan E. Coli sebesar 95% (berdasarkan penurunan konsentrasi E. Coli
       dari kolam-kolam sebelumnya

Persyaratan teknis untuk pengoperasian kolam stabilisasi aerasi
   •   Beban KOB volumetrik (400-600) g KOB/m3.hari
   •   Efisiensi pemisahan KOB 70%
   •   Tenaga pengadukan:
           o 6 Watt/m3 untuk kolam aerasi aerobik
           o (2-3) Watt/m untuk kolam aerasi fakultatif

Persyaratan teknis untuk pengoperasian bak pengering lumpur
   •   Kadar air lumpur kering optimal (70-80)%
   •   Tebal lumpur kering di atas pasir (20-30) cm
   •   Tebal lumpur basah di atas pasir (30-45) cm
   •   Media pasir yang harus diganti secara berkala dan dipasang pada lapisan teratas
       mempunyai kriteria seperti berikut:
          o Ukuran efektif = (0,30 — 0,50) mm
          o Koefisien keseragaman 5



                                            3
o Tebal pasir (15-22,5) cm
         o Kandungan kotoran ≤ 1 % terhadap volume pasir
   •   Waktu pengeringan lumpur (7-10) hari

3. PERSYARATAN TEKNIS UNTUK KEGIATAN PENDUKUNG
Ketentuan teknis lainnya yang dilakukan pada IPLT adalah sebagai berikut:
   • Tenaga operator dibagi tiga shift dalam sehari dan setiap shift minimal terdiri dari dua
       orang yaitu masing-masing operator proses/lab dan operator mekanik/listrik
   • Tenaga operator mekanik/listrik dengan kualifikasi minimal STM/SMU
   • Tenaga operator proses/Lab dengan kualifikasi minimal analisis/SMU
   • Setiap tenaga operator harus sudah mengikuti pelatihan sesuai bidangnya.

Peralatan yang dibutuhkan untuk mengoperasikan IPLT diantaranya adalah sebagai berikut
yaitu peralatan pengoperasian, pemeliharaan, pemantauan dan peralatan keselamatan dan
kesehatan. Peralatan yang dibutuhkan untuk lebih detilnya dapat dilihat pada Petunjuk Teknis
No. CT/AL/Op-TC/003/98 tentang Tata Cara Pengoperasian IPLT Sistem Kolam.


4. PERSIAPAN PENGOPERASIAN UNIT-UNIT IPLT
4.1 Persiapan Pembangkit Tenaga Listrik Generator
   •   Periksa tegangan listrik yang tersedia dan PLN
   •   Periksa semua saklar ada pada posisi “off”
   •   Pindahkan saklar utama pada posisi “on”

4.2 Persiapan Pompa
   •   Pastikan semua skrup dan baut dalam keadaan kencang/ketat
   •   Periksa jumlah bahan bakar yang tersedia
   •   Periksa permukaan minyak pelumas mesin setiap kali akan menjalankan mesin atau
       minimal seminggu sekali tambahkan bila ketinggiannya berkurang.
   •   Periksa air radiator harus penuh, tambahkan bila kurang
   •   Pastikan tidak ada benda yang menghalangi aliran udara untuk mesin pendingin
   •   Pastikan baterai dalam kondisi baik
   •   Periksa tegangan V-belt.

4.3 Pengujian Kolam Ekualisasi
   •   Pastikan unit pompa berada pada kondisi yang stabil dan kokoh


                                             4
•   Pastikan kabel tenaga tersambung pada sumber daya dengan baik
   •   Pastikan setiap komponen pompa dalam kondisi kering

4.4 Pengujian Tangki Imhoff dan/atau Kolam Stabilisasi Anaerobik
   •   Masukkan air kedalam unit ekualisasi melalui bagian inlet sampai air keluar pada
       bagian peluap.
   •   Ukur kedalaman air pada titik outlet, atur ketinggian sesuai ketentuan rancangan

4.5 Pengujian Kolam Stabilisasi Fakultatif
   •   Masukkan lumpur tinja hingga penuh. Selama pengisian perlu diperhatikan agar tidak
       terjadi pergolakan aliran.
   •   Jaga derajat keasaman lumpur sesuai ketentuan teknis
   •   Tambahkan bibit mikrooganisme (dapat berupa buangan resapan tangki septik atau
       lumpur stabil dan unit digeser dan sistem pengolahan air Iimbah konvensional)
   •   Biarkan selama seminggu agar bakteri pembentuk asam dapat tumbuh dan berkembang,
       atau sebulan bila tidak dilakukan penambahan bibit. Selama waktu tersebut tidak boleh
       ada aliran yang keluar (efluen). Untuk sementara aliran air Iimbah masuk dapat di
       bypass ke saluran terdekat yang direncanakan. Setelah waktu tersebut pengoperasian
       rutin dapat dilaksanakan dimana air Iimbah dapat dialirkan secara kontinyu dan effluent
       dapat dibuka.
   •   Amati perkembangan edapan lumpur yang terjadi dengan mencatat kenaikan endapan
       lumpur untuk setiap penambahan lumpur tinja (rn/rn3)
   •   Arnbil sarnpel endapan lumpur terbawah setelah ketebalan Iurnpur rnencapai zona
       netral
   •   Lakukan analisis kandungan KOB (Kebutuhan Oksigen Biologis) dan Suspended Solid
       (SS) dalam sampel endapan lumpur

4.6 Pengujian Kolam Stabilisasi Fakultatif
Uji coba kolarn fakultatif dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
    a) Metode kultur
       • Isikan air tawar biasa kedalarn kolam sesuai ketinggian yang ditetapkan
       • Tarnbahkan kultur algae sebagai bibit
       • Jaga ketinggian perrnukaan air setiap hari dengan rnenambah air lirnbah baku
          secukupnya ke dalam kolam
       • Setelah pertumbuhan algae cukup banyak ( beberapa han kernudian ), sejurnlah air
          limbah baku perlu ditarnbahkan ke dalarn kolam hingga kedalaman operasi yang
          direncanakan


                                             5
• Biarkan selarna 2-3 han tanpa adanya pengaliran effluent
       • Kolarn siap dioperasikan secara kontinyu dengan rnengalirkan air lirnbah baku secara
         terus rnenerus dan rnernbuka aliran pada pipa outlet

   b) Metode alami:
      • Isikan air limbah baku ke dalam kolam hingga mencapai kedalaman operasi penuh
      • Biarkan selama 15 hari agar terjadi pembibitan secara alamiah
      • Biarkan selama 15 hari lagi atau hingga jumlah algae yang terdapat di dalam kolam
        sesuai dengan ketentuan.
      • Kolam siap dioperasikan secara kontinyu

4.7 Pengujian Kolam Aerasi
   •   Isi reaktor aerasi dengan air secara perlahan
   •   Hidupkan aerator bila air di reaktor aerasi sudah penuh
   •   Tes semua pipa pembuang, katup, pintu air dan pompa
   •   Reaktor aerasi diisi dengan air Iimbah, sehingga aerator dapat mentransfer udara ke air
       Iimbah

4.8 Pengujian Kolam Maturasi
   •   Isikan air tawar biasa kedalam kolam maturasi yang dipasang seri
   •   Unit kolam maturasi pertama dapat menerima Iangsung effluent kolam fakultatif
       primer/sekunder yang telah diuji coba. Dalam hal ini lokasi outlet kolam fakultatif agar
       dibuat sedemikian rupa sehingga banyak algae yang lolos ke kolam maturasi
   •   Unit kolam maturasi kedua juga dapat menerima langsung buangan dan kolam maturasi
       pertama. Demikian seterusnya hingga pengaliran sampai pada unit kolam maturasi yang
       terakhir
   •   Kolam maturasi siap dioperasikan secara kontinyu dengan beban pengolahan sesuai
       perancangan yang disusun

5. OPERASI DAN PEMELIHARAAN UNIT-UNIT IPLT
5.1 Operasi dan Pemeliharaan Truk Tinja
Truk penguras lumpur tinja ini umumnya terdiri dari tangki tertutup dengan bahan
baja dengan kapasitas antara (4-6) m3 yang dilengkapi atau dihubungan dengan satu unit
pompa penguras baik berupa pompa vakum ataupun pompa sentrifugal. Secara umum
model truk penguras tinja ini mirip dengan truk pembawa air bersih, namun untuk




                                              6
membedakannya maka truk penguras Lumpur tinja harus diberi warna yang berbeda,
untuk truk tinja tangki maupun truk umumnya dicat dengan warna kuning.

Pengoperasian Truk Tinja
Untuk mengoperasikan vacuum truk yang tepat dan benar adalah penting untuk memperoleh hasil
kerja secara efektif dan efisien. Operasi dan pemeliharaan truk tinja mengacu pada
Petunjuk Teknis Tata Cara Operasi Dan Pemeliharaan Truk Tinja. Operator (pengemudi
dan mekanik) harus benar-benar mengerti dan memahami petunjuk yang diberikan sebelum
memulai operasi.

Hal-hal yang harus dipersiapkan dalam pengoperasian truk tangki antara lain:
    a) Hentikan kendaraan pada tempat yang rata dan keras.
    b) Hidupkan mesin kendaraan pada putaran yang rendah/idle.
    c) Hidupkan pompa vakum.

Pada saat penyedotan langkah prinsip yang dilakukan terdiri dari:
    a. Lakukan langkah 1,2 dan 3 dalam Persiapan Untuk Operasi.
    b. Siapkan lubang manhole tangki septik yang akan disedot.
    c. Masukan selang penyedot/penghisap ke dalam tangki septik.
    d. Tutuplah katup (valve) penyedot dan pembuangan/discharge. Buatlah pompa dalam
        keadaan vakum dengan bantuan pompa.
    e. Pastikan hubungan antar tangki dan pompa vakum dalam kondisi normal.
    f. Tunggu sesaat, apabila manometer (pressure gauge) menunjukkan angka vakum (0 bar),
        atau minus (-40 psi s/d 0 psi), maka buka valve penyedot/suction valve.
    g. Perhatikan tanda masuk lumpur ke tangki melalui sight glass, apabila ketinggian sudah
        mencapai maksimum, tutup kembali valve penyedot, kemudian matikan pompa vakum.
    h. Periksa kelengkapan kendaraan untuk persiapan dalam perjalanan dan gulung selang
        penyedot pada posisinya semula, untuk kemudian kendaraan dapat dijalankan.

Pada saat pembuangan, sistem sirkulasi pada peralatan vakum dapat dikemukakan sebagai berikut:
   • Lakukan langkah persiapan untuk operasi seperti diterangkan di atas
   • Siapkan selang pembuangan ke dalam unit pengumpul.
   • Normalkan tekanan dalam tangki sesuai dengan tekanan sekitar 1 bar.
   • Pastikan hubungan antar pompa vakum dan tangki dalam keadaan normal.
   • Buka valve pembuangan, pastikan tekanan pada pressure gauge tidak lebih dari 20 psi di
        atas nol pada saat pembuangan.
   • Apabila langkah pembuangan sudah selesai, maka tutup kembali valve pembuangan.
   • Matikan pompa vacuum.


                                                  7
•   Periksa kelengkapan kendaraan untuk persiapan datam perjalanan dan gulung selang
        pembuangan pada posisi semula, untuk kemudian kendaraan dapat dijalankan
    •   Dalam proses penyedotan maka diperlukan waktu cukup untuk dapat ke kondisi vakum,
        sedangkan pada proses pembuangan aliran akan terjadi secara gravitasi




                Gambar 1. Proses Penyedotan Lumpur Tinja Dari Tangki Septik
                                (Sumber: Indah Water, 2011)

Pemeliharaan truk tinja
Setelah pengoperasian bila diperlukan untuk peralatan dan bagian-bagian kendaraan serta ujung
dari selang yang kotor, maka dapat mengunakan air pada tangki air pembersih yang dapat diisi melalui
lubang pengisian dengan air bersih. Langkah-langkah pencucian truk tangki adalah sebagai berikut:
1. Lakukan langkah 1, 2 dan 3 dalam Persiapan Untuk Operasi.
2. Putar valve mesin vakum pada posisi pressure.
3. Putar valve yang menghubungkan sistem sirkulasi pressure ke tangki air/water tank, ke arah
     on.
4. Buka drain dan bersihkan dengan semprotan air.
5. Apabila proses pencucian sudah selesai, injak pedal kopling dan matikan vakum.

Proses pengisian tangki air bersih dapat dilakukan dengan menggunakan sistem vakum seperti cara
pengoperasian dalam langkah penyedotan seperti di atas, hanya pada langkah ke-6, three way



                                                 8
valve di putar ke arah water tank, kemudian drain dibuka dan melalui selang penyemprotan
dapat difungsikan sebagai selang penyemprot air bersih. Dalam mengunakan air untuk mengisi
maupun pembersihan, tidak dianjurkan mengunakan sistem pompa vakum karena kapasitas pompa
yang besar tekanannya.

Beberapa petunjuk teknis mengatasi kemungkinan adanya gangguan saat operasi dan cara
penggulangannya.
1. Pompa Vakum Tidak Berputar
   Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kondisi ini antara lain:
   • Buka drain dan bersihkan dengan semprotan air.
   • Posisi switch belum on sehingga pompa vakum belum bekerja.
   • Kabel mesin vakum putus dan tidak bekerja.
   • Sirkulasi oli pelumas pompa tidak bekerja. Oli habis tidak ada sama sekali, juga
       kemungkinan oli sudah kotor dan perlu penggantian dengan membuka plug.
   • Pompa vakum terlalu panas, karena terlalu lama beroperasi.
2. Sirkulasi sistem penyedot dan pembuangan tidak bekerja
   Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kondisi ini antara lain:
   • Pompa vakum terlalu panas, karena terlalu lama beroperasi.
   • Pompa vakum tidak berputar (penyebabnya seperti item 1 di atas).
   • Jumlah aliran oil pelumas terlalu banyak, atur penyetel valve pompa.
   • Ada kebocoran pada sistem pipa, flens atau klem selang, diatasi dengan mengencangkan
       pada baut-bautnya.
   • Terdapatnya jebakan air pada mesin vakum, diatasi dengan membuang air rembesan
       tersebut melalui plug.

3. Suction filter kotor, diatasi dengan membuka flens penutup untuk membersihkannya.

4. Ujung selang pada saat menyedot dalam tangki septik mampat oleh kotoran.

5. Penggantian Suku Cadang, hal ini dilakukan jika terjadi kerusakan bagian-bagian tertentu dari
   truk tinja dan tidak dapat diperbaiki lagi, maka perlu dilakukan penggantian suku cadang.
   Pada saat kita membeli truk tinja untuk investasi, maka perlu dipertimbangkan kemudahan
   memperoleh suku cadang truk tersebut dan di mana saja suku cadang tersebut dapat diperoleh.
   Ada baiknya memiliki persediaan beberapa suku cadang truk tinja yang diketahui mudah rusak
   untuk mengantisipasi berhentinya pengoperasian truk tinja. Selain suku cadang tinja perlu pula
   diadakan persediaan suku cadang pompa yang digunakan untuk menghisap lumpur tinja.




                                               9
5.2 Operasi dan Pemeliharaan Bak Pengumpul
Operasional pemasukan lumpur tinja dari truk ke dalam bak pengumpul

Bak pengumpul atau tangki ekualisasi berupa bak penampung sementara yang langsung
menerima influen lumpur tinja, berbentuk persegi panjang dengan kedalaman 2-3 meter. Bak
pengumpul berfungsi untuk:
• Menyederhanakan debit dan konsentrasi akibat adanya variasi dan fluktuasi kedatangan
   mobil tinja
• Meningkatkan kemampuan dan menghemat biaya pengolahan unit berikutnya
• Mengurangi ukuran dan biaya investasi pembangunan fasilitas pengolahan

Lokasi fasilitas akan bervariasi dan tergantung dari sistem yang digunakan, berupa tipe
pengolahan, karakteristik sistem pengumpulan dan jenis lumpur tinja.

Operasional pemasukan (unloading) lumpur tinja dari truk ke dalam bak pengumpul dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
   • Masukkan limbah cair ke dalam bak penyaring
   • Amati aliran air yang mengalir ke dalam Sump Well, dimana apabila tidak lancar maka
       harus segera bersihkan screen/penyaring dari kotoran yang menyumbat
   • Hasil buangan kotoran dan pasir dari bak penampung awal tidak diperkenankan
       dibuang ke dalam Sump Well dan ditempatkan ke dalam bak khusus
   • Air dapat ditambah untuk memperlancar aliran dan membersihkan permukaan
       penyaring


Pemeliharaan bak pengumpul (Platform)
Letak bak pengumpul berada di hulu proses pengolahan sehingga unit ini memerlukan
pemeliharaan yang seksama mengingat berpotensi terjadinya akumulasi lumpur didalamnya.
Hal yang harus diperhatikan adalah pengaliran effluent dari bak pengumpul ke dalam kolam
anaerobik agar jangan sampai merusak lapisan kerak buih yang menutupi kolam. Buih tersebut
berfungsi untuk mencegah keluarnya bau ke sekitar lingkungan kolam.

5.3 Operasi dan Pemeliharaan Pompa, Alat Ukur Debit dan Sump Well
Pemompaan limbah dari sump well
Prosedurnya adalah sebagai berikut:
• Amati level/kedalaman limbah dalam Sump Well, dan jika sudah penuh maka nyalakan
    pompa submersible dan perhatikan apakah aliran ke Imhoff Tank telah masuk


                                           10
•   Pompa secara otomatis berhenti jika level air telah mencapai titik tertentu, dan apabila
    pompa masih tetap menyala maka lakukan pengecekan pada switch otomatisnya
•   Hidupkan pompa I dan II (back up) secara bergantian dari waktu ke waktu

Pemeliharaan pompa & sump pit
  a. Harus diperhatikan jangan sampai ada gangguan/halangan terhadap sistem dan
     peralatannya akibat masuknya benda-benda besar/tak terolah oleh Bangunan Pengolahan.
     Benda-benda padat tersebut umumnya masuk dalam unit sump pit melalui tutup manhole
     yang rusak/bocor
  b. Bila waktu tinggal air limbah di sump pit terlalu lama akan berakibat timbulnya bau yang
     berlebihan
  c. Waktu kerja pompa efluen dari sump pit dilakukan secara bergiliran dan bekerja bersama-
     sama pada saat beban puncak. Waktu detensi dapat diatur melalui level pada sensor
  d. Pada pompa sump pit secara periodk harus dilakukan perawatan karena air limbah yang
     dipompa dapat mengandung senyawa-senyawa asam yang dapat mempersingkat umur
     pompa yang pada akhirnya akan mengurangi efisiensi pompa.

Pemeliharaan alat ukur debit aliran
  a. Upayakan dilakukan pembersihan dari akumulasi kotoran, busa (slum), ganggang/alga
     yang mungkin terbentuk karena adanya proses fotosintesa sel, maksudnya agar kebocoran
     dan tumbuhan tersebut tidak mengganggu kecepatan aliran dan sistem pembaca alat ukur
  b. Upayakan menghindari adanya kerusakan akibat faktor lingkungan, karena alat ukur
     umumnya dibangun secara terbuka
  c. Untuk pemeriksaan rutin setiap hari kalibrasi (menentukan ukuran sesuatu) dan
     pemeriksanaan kebenaran pengukuran alat ini

5.4 Operasi dan Pemeliharaan Unit Penyaring
Unit penyaringan merupakan proses pertama dalam pengolahan limbah tinja, yang berfungsi
untuk menahan padatan yang ada pada lumpur tinja. Penyaring terdiri dari batangan-batangan
paralel atau kawat, kawat jala, kisi-kisi atau piringan yang berlubang-lubang. Penyaring ini pada
umumnya berbentuk lingkaran atau persegi panjang. Beberapa tipe saringan yang sering
digunakan pada pengolahan limbah dapat dilihat pada Tabel 1. Saringan batang juga digunakan
untuk melindungi pompa, katup, perpipaan dan perlengkapan lainnya dari kerusakan akibat
penyumbatan kotoran.




                                               11
Tabel 1. Tipe-Tipe Saringan (Screen)

  Pembagian Tipe                       Permukaan Penyaring                              Aplikasi
    Penyaring
                      Klasifikasi      Rentang                 Materi
                                         (inci)
 Saringan Batang      Kasar         0,6 – 1,5       Besi, stainless steel         Pra pengolahan
 Lengkungan (tetap)   Sedang        0,01 – 0,1      Stainless steel, kawat besi   Pengolahan primer
                                                    berlubang piringan
 Lengkungan           Kasar         0,03 x 0,09 x   Tembaga atau gilingan         Pra pengolahan
 (berputar)                         2               perunggu
 Drum (berputar)      Kasar         0,1 x 0,2       Stainless steel, kawat besi   Pra pengolahan
                                                    berlubang

                      Sedang        0,1 – 0,2       Stainless steel, kawat besi   Pengolahan primer
                                                    berlubang

                      Halus         0,01 – 0,1      Stainless steel, kawat besi   Pengendapan residu
                                                    berlubang                     materi padatan dari
                                                                                  pengolahan sekunder
                                    6- 35 ηm        Stainles steel dan kain       Pengolahan primer
                      Sedang                        penyaring polyester
 Cakram berputar      Sedang        0,01 – 0,4      Stainless steel               Pengolahan primer

                      Halus         0,001 – 0,02    Stainless steel               Pengolahan primer
 Sentrifugal          Halus         0,002 – 0,02    Stainless steel dan variasi   Pengolahan primer,
                                                    penyaring polyester           pengolahan sekunder
                                                                                  dengan pengendapan
                                                                                  materi padat
Sumber: Balai Pelatihan Air Bersih Dan Penyehatan Lingkungan Permukiman, 2000



Pembersihan saringan dilakukan setiap kali selesai pemasukan limbah dari mobil tinja, terutama
untuk sampah non-tinja yang kemungkinan ditemukan seperti plastik, kondom dan pembalut.
Pembersihan pada unit bar screen/mechanical screen dilakukan dengan cara:
   a. Untuk bar screen (manual) secara periodik dibersihkan dari benda-benda yang tertahan di
      kisi-kisinya
   b. Untuk mechanical screensecara periodik dilakukan perawatan pada motor kerja
   c. Dilakukan pengencangan pada rantai dan memberikan tambahan pelumas secara teratur
   d. Melakukan pengaturan tekanan pada rantai kerja dan mengatur lengan kerja mechanical
      screen




                                                    12
5.5 Operasi dan Pemeliharaan Tangki Imhoff
Persiapan pengoperasian (start up)
   a) Isi TangkiImhoff dengan air hingga penuh dan melimpah keluar melalui pipa outlet dan
      biarkan selama 2 (dua) hari
   b) Masukkan lumpur tinja melalui ruang penerima lumpur tinja sebanyak duat atau tiga
      truk dan biarkan selama (2-5) hari
   c) Buka kran pipa pembuang lumpur untuk mengalirkan lumpur ke bak pengering
   d) Biarkan lumpur tersebar di bak pengering selama 10 hari dan buat catatan harian
      kondisi proses pengeringan lumpur

Tata cara pengoperasian tangki imhoff
Proses yang berlangsung adalah proses sedimentasi, dimana adanya pemisahan lumpur tinja
menjadi bagian padat dan bagian cair yang terjadi dalam ruang sedimentasi. Bagian padat
membentuk endapan lumpur di dasar tangki dan sedangkan bagian cair di lapisan atasnya
disebut supernatan. Supernatan akan mengalir keluar melalui penyekat (baffle) dari pipa outlet
menuju kolam stabilisasi. Endapan secara periodik dikeluarkan melaui pipa pembuang lumpur
dan mengalir menuju bak pengering lumpur. Upayakan aliran lumpur didistribusikan secara
merata dan hindari gejolak dalam tangki.


Pelaksanaan pemeliharaan tangki imhoff
Lumpur tinja dari truk dipompakan ke dalam TangkiImhoff melalui pipa ke ruang lumpur
dengan hati-hati. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemeliharaan Tangki
Imhoffantara lain:
• Ruang penerima lumpur harus selalu dibersihkan sebelum dan sesudah pelaksanaan
   pemompaan lumpur ke tangki
• Pembersihan lemak dan zat-zat padat yang mengapung pada permukaan air di ruang
   sedimentasi harus dilakukan setiap hari
• Pengikisan/pengerukan zat pada yang menempel pada dinding dan pada bagian dasar yang
   landai dari ruang sedimentas dengan sikat atau sapu karet dan harus dilakukan setiap minggu
• Pembersihan celah (slot) pada dasar ruang sedimentasi dengan menggunakan keruk rantai
   harus dilakukan setiap minggu
• Pengendalian busa/buih yang terdapat pada ruang busa dengan menggunakan air bertekanan
   dan busa akan keluar setelah ketebalan 0,5m
• Pengendapan lumpur dari tangki dilakukan sebelum permukaan lapisan endapan lumpur di
   ruang pengendapan mendekati 0,5m ke celah (slot) dasar ruang sedimentasi. Estimasi




                                             13
volume lumpur yang dikeluarkan dari tangki kira-kira 20-25% volume lumpur tinja yang
  masuk
• Setelah pelaksanaan pengeluaran lumpur, pipa pembuang dibersihkan dengan
  penggelontaran menggunakan air bersih. Hal ini berguna untuk mencegah pengerasan dalam
  pipa
• Apabila terdapat endapan pasir maka pipa berpotensi tersumbat
• Saluran inlet dan outlet Tangki Imhoffharus dibersihkan secara berkala dari timbunan zat
  padat

5.6 Operasi dan Pemeliharaan Kolam-Kolam Stabilisasi
Sebuah IPLT pada umumnya akan terdiri dari beberapa kolam, yaitu:
1. Kolam/Bak Pengumpul
2. Kolam Anaerobik/Kolam Fakultatif
3. Kolam Maturasi
4. Kolam Pengeringan Lumpur
Adapun operasi dan pemeliharaan masing-masing adalah sebagai berikut:
Operasional Kolam/Bak Pengumpul
Bak pengumpul telah dijelaskan pada bagian segingga sehingga tidak akan diuraikan lagi.
Namun, perlu diingatkan agar pengaliran effluent dari bak pengumpul ke dalam kolam
anaerobik jangan sampai merusak lapisan kerak buih yang berfungsi untuk mencegah keluarnya
bau ke lingkungan di sekitar kolam.

Operasional Kolam Anaerobik /Kolam Fakultatif
Kolam anaerobik dapat diletakkan setelah bak pengumpul, atau juga dapat berfungsi sebagai
penerima apabila bak pengumpul tidak ditemukan. Hal yang harus diperhatikan pada kolam ini
adalah:
    • Kolam ini beroperasi tanpa adanya oksiden terlarut DO (dissolved oxygen)
    • Pembersihan terhadap screen harus dilakukan secara regular agar tidak mengganggu
        pengisian kolam
    • Apabila pengoperasian bar screen secara otomatis maka perlu diberikan oli/pelumas
        pada alat-alat mekanik
    • Tanaman disekitar tanggul kolam diusahakan pendek (tanaman perdu) dan jangan
        sampai meluas ke dalam kolam
    • Buih (scum) dan alga dari kolam fakultatif dikurangi dan dibersihkan
    • Inlet dan outlet dari kolam untuk pengaliran air harus bebas dari akumulasi lumpur




                                            14
•   Pemeriksaan rutin terhadap kerusakan tanggul akibat gangguan binatang, dan apabila
        perluditambah dengan racun atau perangkap binatang
    •   Pemagaran untuk menghindari hal-hal yang mungkin terjatuh ke dalam kolam

Operasional Kolam Maturasi
Penempatannya adalah setelah Kolam Fakultatif dengan proses aerobik penuh sehingga kolam
ini relatif dangkal (< 1 m) dan mempunyai waktu tinggal (retention time) selama 5-7 hari.
Operasi dan pemeliharaannya adalah sebagai berikut:
    a. Inlet dan outlet harus dijaga kelancaran pengolahannya, dimana inlet harus bebas dari
         lumpur
    b. Alga yang terbentuk tidak boleh tinggal dan harus dibuang dari permukaan karena
         berpotensi menimbulkan bau
    c. Tidak boleh adanya tumbuhan/tanaman keras disektiar tanggul kolam, namun rumput
         boleh asalkan disekeliling tanggung
    d. Pencatatan debit, kualitas efluen, inlet dan outlet dilakukan agar proses dapat dikontrol
         dari segi kualitas (efluen, beban aliran hidrolik dan organik) maupun kuantitas
         (kebocoran, dsb)
    e. Pemeriksaan rutin terhadap kerusakan tanggul akibat gangguan binatang, dan apabila
         perluditambah dengan racun atau perangkap binatang
    f. Pemagaran untuk menghindari hal-hal yang mungkin terjatuh ke dalam kolam
Adapun estimasi keperluan tenaga kerja untuk kolam ini akan tergantung dari jumlah populasi
yang dilayani. Estimasi kebutuhan tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini.

                         Tabel 3. Estimasi Kebutuhan Tenaga Kerja
                                                       Jumlah Penduduk
    Kebutuhan Tenaga                     10.000      25.000    50.000     100.000   250.000
     Tenaga Supervisi                       -           -         1          1         1
     Tenaga Mekanik (*)                     -           -         -          1         1
     Tenaga Laboratorium (**)               -           1         1          1         2
     Asisten Supervisi                      -           1         2          2         2
     Tenaga Penunjang                       1           2         4          6        10
             (***)
     Driver                                 -           1         1          1         2
     Pengawas (***)                         1           1         1          3         5
     JUMLAH                                 2           6        10         15        23
    Sumber: Balai Pelatihan Air Bersih Dan Penyehatan Lingkungan Permukiman, 2000
Catatan:
(*)      : tergantung jumlah peralatan yang dipakai
(**)     : tergantung ada tidaknya laboratorium di lokasi
(***) : tergantung ada tidaknya fasilitas kendaraan atau mesin pemotong rumput


                                               15
Pada saat pengoperasian, beberapa masalah dapat dihindari dengan adanya perencanaan yang
baik dan waktu istirahat yang memadai. Masalah yang mungkin terjadi beserta
penanggulangannya adalah sebagai berikut:

Operasional Aerator Dan Tangki Aerasi
   • Proses aerasi/penguraian zat organik harus berfungsi secara baik sehingga
       menghasilkan efluen yang dapat diendapkan dengan baik pada unit clarifier
   • Sistem mekanis aeratornya harus berfungsi dengan baik serta pengamatan terus-
       menerus terhadap zat/bahan pengganggu proses biologis yang ada pada influent air
       limbah domestik


                   Tabel 4. Permasalahan dalam Pengoperasian Kolam Maturasi
  No.      Masalah/Gangguan                                 Penanggulangan/Solusi
  1.    Bau pada kolam fakultatif        Biasanya terjadi apabila akumulasi busa (scum) dan
                                         peningkatan alga biru karena proses anaerobik mendominasi
                                         proses pada sistem. Agar segera dibersihkan scum dari
                                         permukaan air/pinggiran kolam. Bila pH < 7 maka tambahkan
                                         kapur pada inletnya

  2.    Rembesan      tinggi    pada     Kondisi ini sering terjadi pada dasar kolam, yang nantinya akan
        kolam                            tertutup dengan sendirinya. Kolam memerlukan bahan proteksi
                                         air misalnya plastik, semen, dsb. Alternatif lain adalah
                                         memakai penutup/sealing secara menyeluruh dengan tanah liat

  3.    Tanaman yang tumbuh              Semua jenis tanaman harus dijauhkan dari dasar kolam
                                         sebelum kolam diisi

  4.    Lapisan alga tumbuh pada         Semprotkan air dengan tekanan tinggi secara teliti pada
        kolam     fakultatif dan         permukaan, atau tambahkan CuSO4 dengan konsentrasi 1
        maturasi                         mg/liter

   5    Ketinggian    tanaman       di   Pemotongan dilakukan secara periodik untuk menjaga agar
        kolam                            tanaman tersebut dikendali dan tidak tumbuh liar

  6.    Tumbuhan     berkembang          Kedalaman kolam ditambah atau ditingkatkan beban untuk
        sampai permukaan kolam           menutup cahaya dari dasar kolam. Rumput liar harus
                                         dihilangkan secara hati-hati dari dasar kolam dengan alat
                                         (perahu) agar lapisan kedap air tidak rusak
  7.    Lubang       hewan    dan        Lubang yang ada harus ditutup, hindarkan keberadaan
        serangga     pada tanggul        makanan hewan yang mungkin tumbuh di sekitar fasilitas
        kolam                            pengolahan air limbah. Perangkap atau racun bila diperlukan




                                                    16
Tabel 4. Permasalahan dalam Pengoperasian Kolam Maturasi (lanjutan)
No.           Masalah/Gangguan                             Penanggulangan/Solusi
 8.       Gangguan hewan terbang        Usahakan agar bagian pinggir kolam dalam keadaan bersih dari
                                        tumbuhan liar
 9.   Konsentrasi alga yang tinggi Hentikan aliran dari bawah ke permukaan dimana populasi alga
      pada efluen aliran penerima       rendah, pakai aliran horisontal dengan filter dari batu kerikil
 10. Terjadinya aliran pendek yang Perbaiki sistem aliran (sirkulasi) dengan menambahkan inlet
      mengakibatkan          efisiensi atau outlet dengan penyekat (baffle), perbaiki sistem sirkulasi
      treatment rendah                  arah air bila mungkin dan bersihkan lumpur serta daur ulang
Sumber: Balai Pelatihan Air Bersih Dan Penyehatan Lingkungan Permukiman, 2000



      •    Pengukuran Biomasa
      •    Untuk mengetahui beban lumpur yang mengendap digunakan pengukuran secara
           manual dengan melihat ketinggian yang ada. Konsentrais lumpur sebaiknya diukur di
           laboratorium sebagai MLVSS (Mixed Liquor Volatile Suspended Solid), tingkat
           keterendapan lumpur sebaiknya diukur sebagai SVI (Sludge Volume Index).
      •    Pengolahan lumpur
           ‐ Lumpur berlebihan yang dihasilkan setiap hari harus dibuang untuk menjaga F/M
              ratio (rasio makanan dengan jumlah mikroba) atau waktu tinggal sel yang sudah
              ditetapkan
           ‐ Kelebihan lumpur dialirkan ke tangki primer/tangki pengentalan
           ‐ Kelebihan lumpur juga dapat dikeluarkan dengan cara membuang mixed liquor
              langsung dari pipa effluent ke tangki aerasi




                             Gambar 2. Pengolahan Biologis Pada IPLT
                      (Sumber: Dirjen Tata Perkotaan Dan Tata Perdesaan, 2003)



                                                  17
5.7 Operasi dan Pemeliharaan Kolam Pengering Lumpur
Untuk mengoperasikan kolam ini dengan efisien perlu diketahui sumber, karakteristik dan
kuantitas dari lumpur yang akan diolah. Permasalahan yang terkait dengan penanganan lumpur
sangat kompleks karena:
   • Komposisi lumpur sebagian besar memiliki karakter buangan yang tidak terolah
   • Lumpur yang berasal dari pengolahan biologi memerlukan pembuangan terdiri dari
      materi organik yang berasal dari lumpur tinja atau air limbah tetapi dalam bentuk yang
      berbeda, dimana lumpur tersebut dapat terdekomposisi dan menjadi tidak stabil
   • Hanya sedikit bagian dari lumpur yang berupa materi padat

Perbedaan karakteristik lumpur tergantung dari sumber lumpur, tipe pengolahan yang
menghasilkan lumpur tersebut, penambahan zat-zat kimia dalam proses pengolahan, kandungan
pH, alkanitas serta asam organik. Adapun karakteristik lumpur dapat dilihat pada Tabel 5.

                     Tabel 5. Sumber dan Karakteristik Lumpur di IPLT
 No.        Lumpur/Padatan                                  Karakteristik

  1.   Penyaring/screening         Menyangkut semua tipe materi organik and anorganik yang
                                   banyak tersaring pada jaring-jaring
  2.   Buih dan lemak              Buih mengandung materi-materi terapung yang tersaring
                                   dipermukaan pada proses pengendapan. Buih mengandung lemak
                                   dan minyak yang berasal dari hewan dan tumbuhan
  3.   Lumpur pada pengolahan      Biasanya tipis, berwarna abu-abu, dan sering berbau menusuk.
       primer                      Lumpur ini mudah terurai
  4.   Lumpur   aktif/activated    Umumnya berwarna coklat dan berupa gumpalan-gumpalan. Jika
       sludge                      berwarna hitam maka lumpur tersebut dalam kondisi septik (tidak
                                   mengandung oksigen). Jika berwarna lebih terang maka lumpur
                                   tersebut telah diaerasi. Lumpur aktif akan terurai dengan
                                   sendirinya atau ketika bercampur dengan lumpur primer
  5.   Lumpur yang       terurai   Umumnya berwarna hitam kecoklatan dan berupa gumpalan.
       secara aerobik              Baunya tidak terlalu menusuk dan lumpur yang terurai dengan
                                   baik secara biologi akan mudah dikeringkan pada bak pengering
                                   lumpur
  6.   Lumpur yang       terurai   Umumnya berwarna kehitaman dan banyak mengandung gas
       secara anaerob              ketika terjadi proses penguraian sehingga menimbulkan bau
                                   menusuk




                                               18
Tabel 5. Sumber dan Karakteristik Lumpur di IPLT (lanjutan)
 No.         Lumpur/Padatan                                   Karakteristik

  7.    Lumpur                hasil  Umumnya berwarna coklat kehitaman, namun juga bervariasi jika
        pengomposan                  terdapat zat-zat lain dalam proses pengomposan seperti golongan-
                                     golongan kayu tidak akan menimbulkan bau busuk
  8.    Lumpur tangki septik         Umumnya berwarna hitam walaupun lumpur tersebut terurai
                                     dengan baik melalui proses penyimpanan yang lama, berbau
                                     menusuk karena mengandung gas H2S
Sumber: Balai Pelatihan Air Bersih Dan Penyehatan Lingkungan Permukiman, 2000

Volume Lumpur
Volume lumpur bergantung pada kandungan airnya. Sebagai contoh lumpur yang terdiri dari
90% air dan 10% materi padatan akan disebut lumpur 10%. Kuantitas lumpur yang memasuki
suatu sistem pengolahan akan berfluktuatif sehingga faktor-faktor seperti rata-rata aliran lumpur
maksimum dan kapasitas penyimpanan dari unit pengolahan harus diperhatikan saat mendesain
sebuah IPLT.

Operasional Pengolahan Lumpur
Secara umum, pengolahan lumpur terbagi atas 2 jenis yaitu pengolahan secara biologi dan
bukan biologi dengan tahapan mulai dari stabilisasi, pengkondisian dan akhirnya pengeringan.

a) Stabilisasi Lumpur
   Tujuannya adalah:
   • Mereduksi bakteri patogen
   • Mengurangi bau
   • Mencegah, mengurangi atau menghilangkan faktor-faktor pembusukan
   Keberhasilan dari stabilisasi lumpur tergantung dari pengaruh proses stabilisasi terhapat
   materi-materi organik yang dikandung oleh lumpur tersebut. Kemampuan hidup bakteri
   patogen, pembebasan bau dan pembusukan yang terjadi selama mikroorganisme
   menghancurkan materi organik di dalam lumpur, yang meliputi:
       • Pengurugan meteri organik secara biologi
       • Oksidasi secara kimia materi organik
       • Penambahan zat-zat kimia ke dalam lumpur
       • Pengolahan dengan proses untuk mendefinisikan atau menstrerilkan lumpur




                                                 19
b) Pengkondisian
   Bertujuan untuk mempermudah pengeringan, yang dapat dilakukan dengan metode kimia
   maupun metode panas.
c) Pengeringan
   Bertujuan untuk menurunkan kadar air yang terkandung dalam lumpur. Hal yang harus
   dipertimbangkan dalam tahap pengeringan antara lain:
       • Biaya yang diperlukan untuk mengangkut lumpur kering akan lebih murah apabila
           telah dikeringkan
       • Penguraian kadar air dilakukan untuk mencegah bau dan pembusukan
       • Lahan yang tersedia

Pengeringan dapat di lalukan pada bak pengering lumpur, dimana keuntungannya antara lain
biaya operasi yang murah, tidak dibutuhkan operator yang banyak, tidak dibutuhkan keahlian
khusus untuk mengoperasikannya, keperluan energi yang kecil, serta tidak terlalu sensitif
terhadap variasi perubahan lumpur. Lumpur dapat diperoleh dari dua sumber, yaitu dari unit
pengolahan awal (preliminary treatment) dan dari unit pengolahan sekunder (kolam fakultatif
dan kolam maturasi). Lama waktu yang diperlukan untuk mengeringkan lumpur adalah sekitar
(1-2) minggu (tergantung pada ketebalan lumpur yang ditampung).


Hal yang harus diperhatikan dalam pengoperasian dan pemeliharaan bak pengering lumpur
adalah:
  • Ketebalan lumpur di dalam setiap sel bak pengering harus selalu dijaga setebal 0,1-0,3 m
  • Pengisian bak pengering lumpur dilakukan secara bertahap (satu per satu atau sel demi sel)
  • Pengambilan lumpur kering dari setiap sel kolam pengering dilakukan setelah lumpur
     menetap selama 10 hari setelah waktu pengisiannya
  • Apabila setelah hujan lebat, di atas permukaan pasir yang masih kosong biasanya akan
     terdapat kotoran-kotoran yang menggumpal dan akan mengganggu proses perembesan
     sehingga perlu dibersihkan atau dikeruk
  • Pada saat pengerukan, perhatikan apakah ada lapisan pasir yang terangkat. Apabila ada
     maka perlu penambahan pasir agar ketebalan media di dalam bak pengering lumpur tetap
     terjaga

Hasil buangan endapan lumpur dari Tangki Imhoff akan mengalami pengeringan dengan panas
matahari yang berlangsung selama 14 hari (saat kemarau). Tanah/hasil dari proses pengeringan
dapat dibuang ke TPA atau digunakan sebagai pupuk alam.




                                             20
5.8 Operasi dan Pemeliharaan Unit Pengolahan Kimia
    •   Sebagian besar klorin digunakan di pengolahan air limbah domestik untuk desinfeksi
        dan mengontrol bau busuk
    •   Klorin juga digunakan pada pembersih nitrogen, melalui sebuah proses yang
        menghubungkan titik patah klorinasi (break point chlorination). Untuk pembersihan
        nitrogen cukup ditambahkan klorin ke air limbah untuk mengkonversi mengubah semua
        amonium nitrogen ke gas nitrogen. Kira-kira 10 mg/liter klorin harus ditambahkan
        setiap 1 mg/liter amonium nitrogen air limbah
    •   Untuk desinfeksi dengan klorin, waktu kontak antara klorin dengan aliran air limbah
        selama direncanakan selama 30 menit sehingga dapat mematikan organisme penyebab
        penyakit yang ditemukan di pengolahan air limbah domestik.

6   PEDOMAN PEMELIHARAAN SISTEM DAN PROSES/TEKNOLOGI
    PENGOLAHAN AIR LIMBAH
6.1 Program Pemeliharaan
Tujuan utama program pemeliharaan adalah untuk memanfaatkan modal investasi yang telah
ditanam dalam pembangunan sistem pengolahan air limbah domestik, agar dapat dioperasikan
dengan efisien dan kinerja yang optimum. Jenis-jenis program pemeliharaan diantaranya yang
penting adalah sebagai berikut:
• Pemeliharaan Pencegahan (Preventive Maintenance): jadwal operasi pemeliharaan harus
    direncanakan dengan sistematis dan ketat, agar dapat memperkecil gangguan (misal:
    pelapis/coating tidak cepat keropos akibat korosi) dan memperbaiki kemacetan (misal:
    pelumasan peralatan) serta memperlancar operasi setempat (misal: pengetesan alat-alat
    seperti ada mur baut yang akan lepas) sehingga umur efektifnya panjang
• Pemeliharaan Perbaikan (Corrective Maintenance): Pemerliharaan perbaikan meliputi
    normalisasi jaringan pipa, perbaikan atau mengganti peralatan atau perlengkapan yang telah
    rusak. Kerusakan pada saluran diklasifikasikan ke dalam 2 tipe yaitu kerusakan struktur dan
    kerusakan fungsi
• Pemeliharaan Urusan Rumah Tangga (House Keeping Maintenance): menjaga kebersihan
    dan keindahan semua unit fasilitas yang ada
• Pendataan dan Pelaporan (Records and Report): Pendataan dan pelaporan ada dua
    kelompok, yaitu data intern dan ekstern. Data internal yaitu data sistem organisasi dan
    sumber daya manusia, desain dan pelaksanaan pembangunan, investasi pelaksanaan dan
    pembiayaan operasi dan pemeliharaan. Sedangkan data eksternal adalah dampaknya
    terhadap lingkungan sekitar




                                              21
6.2 Permasalahan Operasi yang Sering Terjadi dan Penanganannya
Permasalah hidrolis
Ketersediaan air penggelontor sangat kecil, sehingga transportasi tinja tidak selalu dapat berang
hanyut, melainkan sebagian kandas, tertinggal dan lengket pada dasar saluran. Hal ini dapat
mengakibatkan kekerasan pipa menjadi besar dan mengecilnya ruang dalam pipa, di samping
itu emisi gas H2S tidak dapat dihindari. Alternatif penanganan:
     • Sistem penggelontor di setiap WC distandarisasi, misal 15 liter
     • Mejaga agar kotoran pada dari luar tidak masuk ke dalam pipa dengan membuat
        saringan pada setiap inlet pemasukan, misal inlet pengenceran air hujan dan pada bak
        kontrol pada tanah persil
     • Pembersihan saluran diintensifkan, terutama pembilasan air dari terminal clean out
        sering dilakukan, serta sistem penggelontor yang ada diefektifkan
     • Elevasi setiap bak kontrol dibuat lebih tinggi dari elevasi permukaan tanah disektiarnya,
        agar tidak terbenan oleh limpasan air hujan yang mungkin dapat masuk dan membawa
        kotoran yang hanyut
     • Sistem drainase jalan yang dilalui jalur perpipaan diperbaiki, agar air infiltrasi yang
        masuk celah-celah lubang tutup manhole tidak membawa hanyutan benda-benda padat
        kasar yang berpotensi menyebabkan penyumbatan

    Program kerja pemeliharaan pencegahan meliputi pekerjaan rutin terjadwal pengawasan dan
    pembersihan saluran. Dimulai dengan pengawasan pendahuluan diperoleh metoda dan jenis
    pemeliharaan dan pencegahan berikutnya sehingga dapat diketahui peralatan yang
    diperlukan.

Permasalah Endapan dan Sampah
Sistem drainasei yang buruk menyebabkan infiltrasi air hujan yang membawa hanyutan
suspensi diskrit padat dan sampah. Hal ini berpotensi untuk membuat sumbatan-sumbatan aliran
sehingga menghasilkan gas H2S, CO2 dan methan.

Permasalahannya adalah operasi pembersihan endapan tidak dapat dilakukan karena adanya gas
CO2 yang bisa meracuni operator. Agar dihindari pengujian dengan nyala lampu lilin atau
lantera, karena bisa menimbulkan ledakan bila konsentrasi gas methan tinggi. Disarankan untuk
perbaikan di dalam pipa menggunakan tabung udara. Alternatif penanganan:
    • Perbaikan sistem drainase
    • Kebersihan jalan masuk dan jalan akses dijaga
    • Tutup manhole(lubang kontrol) dikunci sehingga tidak dapat diisi sampah




                                               22
•   Inspeksi rutin sistem penyaluran air limbah baik kinerja maupun peralatan dan
       perlengkapan

Permasalah Akar Pohon
Akar pepohonan disekitar jalur perpipaan berpotensi untuk:
   • Merubah dudukan peletakan pipa, yang dapat mengangkat, menurunkan, menggeser,
       dan mungkin mengakitbatkan sambungan pipa lepas atau patah
   • Akar serabut yang halus dapat masuk ke dalam celah-celah sambungan pipa sehingga
       mengakibatkan kebocoran dan mengganggu jalannya aliran yang akhirnya dapat
       menyebabkan penyumbatan

Alternatif Penanganan:
    • Dilarang menanam pohon terlalu dekat dengan jalur perpipaan, terutama jenis pohon
        berakar panjang dan serabut
    • Pemeliharaan rutin dan bila telah diperlukan harus dilakukan pembersihan dengan alat
        (root cutting saw)


7. PEMELIHARAAN SISTEM PERPIPAAN
Beberapa masalah teknis yang sering terjadi dalam pemeliharaan suatu sistem perpipaan air
limbah adalah:
Masalah Hidrolis
    • Belum seluruh saluran kakus (water closet) memakai tangki penggelontor, sehingga air
        untuk menggelontor saluran tidak mencukupi dan ini akan dapat mengakibatkan
        terjadinya pengendapan partikel-partikel padat sepanjang saluran
    • Perlu dilakukan upaya penggelontoran yang cukup keras, sehingga adanya kedalaman
        berenang yang cukup untuk menghanyutkan benda-benda keras yang ada di dalamnya

Masalah Endapan
   • Sistem drainase sepanjang jalur air limbah domestik harus diperbaiki
   • Tutup manhole air limbah harus jauh dari bahaya limpasan air hujan, yakni harus dijaga
       jangan sampai terbuka
   • Perlu membangun kesadaran masyarakat melalui penyuluhan dan penetapan peraturan
       agar tidak membuang sampah ke dalam manhole
   • Perlu program inspeksi yang terjadwal terhadap setiapmanhole jaringan penyaluran air
       limbah yang ada untuk dapat mengatasi masalah yang timbul sedini mungkin




                                            23
•   Untuk sistem setempat perlu dilakukan penggelontoran secara periodik dan pembuatan
       bak kontrol untuk mengawasi timbul endapan yang berlebihan

Metoda Pembersihan Endapan
   • Pembersihan manual menggunakan pipa bambu dengan sikat kawat
   • Alat angkat dengan gulungan tangan harus digunakan dalam satu set yang terdiri dari 2
       unit. Alat gulung mempunyai tali kawat yang akan dimasukkan ke dalam saluran pipa
       yang akan dibersihkan melalui manhole. Sebelum dimasukkan, pasang ember pada
       ujung kawat. Dengan alat angkat ini, tanah dan pasir dapat diangkat dari dasar lautan




                        Gambar 3. Metoda Pembersihan Endapan Dalam Pipa

   •   Mesin pengangkat dengan ember penjepit (bucket machine), yaitu mesin yang
       dilengkapi dengan alat angkat dengan gulungan mesin dilengkapi dengan suatu rangka
       dengan alat penarik dipasang pada kendaraan atau traktor trailer
   •   Mesin pemberih khusus, yang terdiri dari 2 tipe yaitu tipe manual dan tipe tenaga
       penggerak. Pembersih dipasang pada tongkat (rod) yang dapat diputar dengan handle
       dan bergerak maju mundur untuk membuang tanah, pasir dan sampah
   •   Kendaraan pembersih berkecepatan tinggi dilengkapi dengan pompa dan tangki air.
       Dengan mengoperasikan pompa bertekanan tinggi, mesin menekan air dalam tangki air
       sehinigga terbentuk pancaran air (water jet) sebesar 70-100 kg/cm2 yang keluar dari
       nozzle khusus yang dipasang pada kepala/ujung pipa dan mendorong pasir dan tanah
       yang berada dalam pipa saluran keluar melalui manhole
   •   Mesin pembersih berkecepatan tinggi ukuran kecil, yaitu sebuah mesin yang dilengkapi
       dengan pompa dan tangki air. Pipa mensuplai air dari tangki dan pompa bertekanan
       tinggi memompa air tersebut dan disemprotkan melalui nozzle khusus yang dipasang
       pada kepala pipa, semprotan air dapat membersihkan tanah dan pasir




                                            24
•   Mobil penghisap (vaccum vehicle/vaccum truck), yang dapat diklasifikasikan dalam 2
        tipe yaitu tipe mobil penghisap dengan tenaga reguler dan mobilpenghisap dengan
        tenaga tinggi

Sistem pemeliharaan tutup manhole, yang diterapkan sebagai berikut:
    •   Konstruksi tutup manhole harus diberi lubang penghawaan (vent) dan dikunci
    •   Harus dihindarkan jalur saluran air limbah domestik, khususnya yang memiliki banyak
        manhole, berada pada jalur jalan lalu lintas kelas berat
    •   Perlu dilalukan upaya peningkatan kesadaran masyarakat terhadap urgensi
        pemeliharaan sistem penyaluran air limbah domestik melalui program penyuluhan

8. PEMELIHARAAN BANGUNAN PADA IPLT
Pemeliharaan bangunan pengolahan air limbah sistem terpusat maupun setempat merupakan
upaya menjamin operasional bangunan berjalan optimal sesuai dengan tujuan dari pengelolaan
yang dilakukan. Faktor-faktor yang menentukan keberhasilan operasi dan pemeliharaan, antara
lain:
    a. Pemeriksaan peralatan dan memastikan bahwa semua peralatan yang ada sesuai dengan
        petunjuk pelaksanaan (juklak) atau manual operasi yang dikeluarkan oleh pabrik
        pembuatnya
    b. Seluruh operator yang bertugas harus melewati penataran/training agar dapat
        melakukan operasisesuai denganjuklak yang ada
    c. Seluruh operator dan pengawas yang bertugas pada bangunan pengolahan air limbah
        domestik tersebut mengerti fungsi dan letak dari masing-masing peralatan yang ada
        dalam bangunan tersebut
    d. Program pemeliharaan harus sesuai dengan instruksi yang ada pada manual operasi dan
        pemeliharaan
    e. Semua buku juklak harus siap dibaca sesuai dengan kepentingan/keperluan serta harus
        diletakkan pada tempat yang mudah untuk ditemukan secara cepat
    f. Buku catatan/laporan harian harus dipergunakan setiap hari/dibuat untuk memudahkan
        pengawasan keadaan sehari-hari

9. PEMANTAUAN (MONITORING)
Pemantauan perlu dilakukan tidak hanya untuk melihat efisiensi pengolahan yang ada juga
untuk melihat bagaimana kualitas effluent limbah (baik lumpur maupun airnya) sebelum
dibuang ke badan air ataupun ke lingkungan lainnya. Kualitas effluent diperiksa di laboratorium
dan selanjutnya dibandingkan dengan standar baku mutu yang ada. Jika konsentrasi (beberapa
paramater seperti KOB, TSS dan mikrobiologi masih tinggi, maka kondisi ini menunjukkan



                                              25
bahwa IPLT bermasalah dan tidak berjalan dengan baik. Parameter yang rutin dipantau dapat
dilihat pada Tabel 6 berikut ini.

    Tabel 6. Lembar Pemantauan Pengujian Kuantitas Dan Kualitas Air Limbah Pada IPLT




                                           26
Tabel 6. Lembar Pemantauan Pengujian Kuantitas Dan Kualitas Air Limbah Pada IPLT
                                      (Lanjutan)




Sumber: Petunjuk Teknis No. CT/AL/Op-TC/003/98




                                         27

More Related Content

What's hot

Sistem pengolahan air limbah terpusat off-site system
Sistem pengolahan air limbah terpusat   off-site systemSistem pengolahan air limbah terpusat   off-site system
Sistem pengolahan air limbah terpusat off-site systemJoy Irman
 
Perencanaan Teknis IPLT - Teknologi Pengolahan Air Limbah dan Lumpur
Perencanaan Teknis IPLT - Teknologi Pengolahan Air Limbah dan LumpurPerencanaan Teknis IPLT - Teknologi Pengolahan Air Limbah dan Lumpur
Perencanaan Teknis IPLT - Teknologi Pengolahan Air Limbah dan LumpurJoy Irman
 
Perencanaan Teknis Bangunan Pengolahan Air Limbah secara Gabungan
Perencanaan Teknis Bangunan Pengolahan Air Limbah secara GabunganPerencanaan Teknis Bangunan Pengolahan Air Limbah secara Gabungan
Perencanaan Teknis Bangunan Pengolahan Air Limbah secara GabunganJoy Irman
 
Kriteria Pengelolaan Air Limbah
Kriteria Pengelolaan Air LimbahKriteria Pengelolaan Air Limbah
Kriteria Pengelolaan Air LimbahJoy Irman
 
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat -Biofilter - Perencanaan Teknis
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat -Biofilter - Perencanaan TeknisSistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat -Biofilter - Perencanaan Teknis
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat -Biofilter - Perencanaan TeknisJoy Irman
 
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Perencanaan Instalasi Pengola...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Perencanaan Instalasi Pengola...Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Perencanaan Instalasi Pengola...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Perencanaan Instalasi Pengola...Joy Irman
 
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Sistem Pengelolaan Ter...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Sistem Pengelolaan Ter...Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Sistem Pengelolaan Ter...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Sistem Pengelolaan Ter...Joy Irman
 
Opsi Teknologi Pengelolaan Air Limbah Sistem Terpusat - Pengelolaan Akhir (IPAL)
Opsi Teknologi Pengelolaan Air Limbah Sistem Terpusat - Pengelolaan Akhir (IPAL)Opsi Teknologi Pengelolaan Air Limbah Sistem Terpusat - Pengelolaan Akhir (IPAL)
Opsi Teknologi Pengelolaan Air Limbah Sistem Terpusat - Pengelolaan Akhir (IPAL)Joy Irman
 
Perencanaan Teknis IPLT - Unit Pengolahan Pemekatan
Perencanaan Teknis IPLT - Unit Pengolahan PemekatanPerencanaan Teknis IPLT - Unit Pengolahan Pemekatan
Perencanaan Teknis IPLT - Unit Pengolahan PemekatanJoy Irman
 
Pengolahan leachate
Pengolahan leachatePengolahan leachate
Pengolahan leachateinfosanitasi
 
Perencanaan Teknis Bangunan Pelengkap Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat ...
Perencanaan Teknis Bangunan Pelengkap Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat ...Perencanaan Teknis Bangunan Pelengkap Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat ...
Perencanaan Teknis Bangunan Pelengkap Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat ...Joy Irman
 
Sistem pengolahan air limbah setempat on-site system
Sistem pengolahan air limbah setempat   on-site systemSistem pengolahan air limbah setempat   on-site system
Sistem pengolahan air limbah setempat on-site systemJoy Irman
 
Permen PU Nomor 18 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Pen...
Permen PU Nomor 18 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Pen...Permen PU Nomor 18 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Pen...
Permen PU Nomor 18 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Pen...Penataan Ruang
 
Proses Penyusunan Perencanaan Sistem Pengelolaan Persampahan (bagian 1/3)
Proses Penyusunan Perencanaan Sistem Pengelolaan Persampahan (bagian 1/3)Proses Penyusunan Perencanaan Sistem Pengelolaan Persampahan (bagian 1/3)
Proses Penyusunan Perencanaan Sistem Pengelolaan Persampahan (bagian 1/3)Joy Irman
 
Perencanaan Teknis Jaringan Perpipaan Air Limbah Sistem Terpusat (SPAL-T)
Perencanaan Teknis Jaringan Perpipaan Air Limbah Sistem Terpusat (SPAL-T)Perencanaan Teknis Jaringan Perpipaan Air Limbah Sistem Terpusat (SPAL-T)
Perencanaan Teknis Jaringan Perpipaan Air Limbah Sistem Terpusat (SPAL-T)Joy Irman
 
Pedoman perencanaan tpa ( metode sanitary landfill)
Pedoman perencanaan tpa ( metode sanitary landfill)Pedoman perencanaan tpa ( metode sanitary landfill)
Pedoman perencanaan tpa ( metode sanitary landfill)Oswar Mungkasa
 
Teknologi dan Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T)
Teknologi dan Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T)Teknologi dan Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T)
Teknologi dan Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T)Joy Irman
 
Perencanaan Sarana dan Prasarana Air Limbah Sistem Terpusat (Off-site)
Perencanaan Sarana dan Prasarana Air Limbah Sistem Terpusat (Off-site)Perencanaan Sarana dan Prasarana Air Limbah Sistem Terpusat (Off-site)
Perencanaan Sarana dan Prasarana Air Limbah Sistem Terpusat (Off-site)Joy Irman
 
Bangunan Pengolah Air Limbah secara Anaerobik
Bangunan Pengolah Air Limbah secara AnaerobikBangunan Pengolah Air Limbah secara Anaerobik
Bangunan Pengolah Air Limbah secara AnaerobikJoy Irman
 
Pemilihan Teknologi dan Sistem Pengolahan Air Limbah untuk IPAL Kawasan/Kota
Pemilihan Teknologi dan Sistem Pengolahan Air Limbah untuk IPAL Kawasan/KotaPemilihan Teknologi dan Sistem Pengolahan Air Limbah untuk IPAL Kawasan/Kota
Pemilihan Teknologi dan Sistem Pengolahan Air Limbah untuk IPAL Kawasan/KotaJoy Irman
 

What's hot (20)

Sistem pengolahan air limbah terpusat off-site system
Sistem pengolahan air limbah terpusat   off-site systemSistem pengolahan air limbah terpusat   off-site system
Sistem pengolahan air limbah terpusat off-site system
 
Perencanaan Teknis IPLT - Teknologi Pengolahan Air Limbah dan Lumpur
Perencanaan Teknis IPLT - Teknologi Pengolahan Air Limbah dan LumpurPerencanaan Teknis IPLT - Teknologi Pengolahan Air Limbah dan Lumpur
Perencanaan Teknis IPLT - Teknologi Pengolahan Air Limbah dan Lumpur
 
Perencanaan Teknis Bangunan Pengolahan Air Limbah secara Gabungan
Perencanaan Teknis Bangunan Pengolahan Air Limbah secara GabunganPerencanaan Teknis Bangunan Pengolahan Air Limbah secara Gabungan
Perencanaan Teknis Bangunan Pengolahan Air Limbah secara Gabungan
 
Kriteria Pengelolaan Air Limbah
Kriteria Pengelolaan Air LimbahKriteria Pengelolaan Air Limbah
Kriteria Pengelolaan Air Limbah
 
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat -Biofilter - Perencanaan Teknis
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat -Biofilter - Perencanaan TeknisSistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat -Biofilter - Perencanaan Teknis
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat -Biofilter - Perencanaan Teknis
 
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Perencanaan Instalasi Pengola...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Perencanaan Instalasi Pengola...Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Perencanaan Instalasi Pengola...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Perencanaan Instalasi Pengola...
 
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Sistem Pengelolaan Ter...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Sistem Pengelolaan Ter...Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Sistem Pengelolaan Ter...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Sistem Pengelolaan Ter...
 
Opsi Teknologi Pengelolaan Air Limbah Sistem Terpusat - Pengelolaan Akhir (IPAL)
Opsi Teknologi Pengelolaan Air Limbah Sistem Terpusat - Pengelolaan Akhir (IPAL)Opsi Teknologi Pengelolaan Air Limbah Sistem Terpusat - Pengelolaan Akhir (IPAL)
Opsi Teknologi Pengelolaan Air Limbah Sistem Terpusat - Pengelolaan Akhir (IPAL)
 
Perencanaan Teknis IPLT - Unit Pengolahan Pemekatan
Perencanaan Teknis IPLT - Unit Pengolahan PemekatanPerencanaan Teknis IPLT - Unit Pengolahan Pemekatan
Perencanaan Teknis IPLT - Unit Pengolahan Pemekatan
 
Pengolahan leachate
Pengolahan leachatePengolahan leachate
Pengolahan leachate
 
Perencanaan Teknis Bangunan Pelengkap Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat ...
Perencanaan Teknis Bangunan Pelengkap Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat ...Perencanaan Teknis Bangunan Pelengkap Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat ...
Perencanaan Teknis Bangunan Pelengkap Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat ...
 
Sistem pengolahan air limbah setempat on-site system
Sistem pengolahan air limbah setempat   on-site systemSistem pengolahan air limbah setempat   on-site system
Sistem pengolahan air limbah setempat on-site system
 
Permen PU Nomor 18 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Pen...
Permen PU Nomor 18 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Pen...Permen PU Nomor 18 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Pen...
Permen PU Nomor 18 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Pen...
 
Proses Penyusunan Perencanaan Sistem Pengelolaan Persampahan (bagian 1/3)
Proses Penyusunan Perencanaan Sistem Pengelolaan Persampahan (bagian 1/3)Proses Penyusunan Perencanaan Sistem Pengelolaan Persampahan (bagian 1/3)
Proses Penyusunan Perencanaan Sistem Pengelolaan Persampahan (bagian 1/3)
 
Perencanaan Teknis Jaringan Perpipaan Air Limbah Sistem Terpusat (SPAL-T)
Perencanaan Teknis Jaringan Perpipaan Air Limbah Sistem Terpusat (SPAL-T)Perencanaan Teknis Jaringan Perpipaan Air Limbah Sistem Terpusat (SPAL-T)
Perencanaan Teknis Jaringan Perpipaan Air Limbah Sistem Terpusat (SPAL-T)
 
Pedoman perencanaan tpa ( metode sanitary landfill)
Pedoman perencanaan tpa ( metode sanitary landfill)Pedoman perencanaan tpa ( metode sanitary landfill)
Pedoman perencanaan tpa ( metode sanitary landfill)
 
Teknologi dan Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T)
Teknologi dan Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T)Teknologi dan Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T)
Teknologi dan Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T)
 
Perencanaan Sarana dan Prasarana Air Limbah Sistem Terpusat (Off-site)
Perencanaan Sarana dan Prasarana Air Limbah Sistem Terpusat (Off-site)Perencanaan Sarana dan Prasarana Air Limbah Sistem Terpusat (Off-site)
Perencanaan Sarana dan Prasarana Air Limbah Sistem Terpusat (Off-site)
 
Bangunan Pengolah Air Limbah secara Anaerobik
Bangunan Pengolah Air Limbah secara AnaerobikBangunan Pengolah Air Limbah secara Anaerobik
Bangunan Pengolah Air Limbah secara Anaerobik
 
Pemilihan Teknologi dan Sistem Pengolahan Air Limbah untuk IPAL Kawasan/Kota
Pemilihan Teknologi dan Sistem Pengolahan Air Limbah untuk IPAL Kawasan/KotaPemilihan Teknologi dan Sistem Pengolahan Air Limbah untuk IPAL Kawasan/Kota
Pemilihan Teknologi dan Sistem Pengolahan Air Limbah untuk IPAL Kawasan/Kota
 

Viewers also liked

Perencanaan sanitasi sistem setempat
Perencanaan sanitasi sistem setempatPerencanaan sanitasi sistem setempat
Perencanaan sanitasi sistem setempatinfosanitasi
 
Peraturan Menteri PU No. 16 Tahun 2008 tentang Sistem Pengelolaan Air Limbah ...
Peraturan Menteri PU No. 16 Tahun 2008 tentang Sistem Pengelolaan Air Limbah ...Peraturan Menteri PU No. 16 Tahun 2008 tentang Sistem Pengelolaan Air Limbah ...
Peraturan Menteri PU No. 16 Tahun 2008 tentang Sistem Pengelolaan Air Limbah ...Joy Irman
 
Studi Kelayakan Lingkungan Sarana dan Prasarana Air Limbah
Studi Kelayakan Lingkungan Sarana dan Prasarana Air LimbahStudi Kelayakan Lingkungan Sarana dan Prasarana Air Limbah
Studi Kelayakan Lingkungan Sarana dan Prasarana Air LimbahJoy Irman
 
Studi Kelayakan Ekonomi & Finansial Sarana dan Prasarana Air Limbah
Studi Kelayakan Ekonomi & Finansial Sarana dan Prasarana Air LimbahStudi Kelayakan Ekonomi & Finansial Sarana dan Prasarana Air Limbah
Studi Kelayakan Ekonomi & Finansial Sarana dan Prasarana Air LimbahJoy Irman
 
Penyusunan Studi Kelayakan Sarana dan Prasarana Air Limbah
Penyusunan Studi Kelayakan Sarana dan Prasarana Air LimbahPenyusunan Studi Kelayakan Sarana dan Prasarana Air Limbah
Penyusunan Studi Kelayakan Sarana dan Prasarana Air LimbahJoy Irman
 
Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Air Limbah Permukiman
Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Air Limbah PermukimanKebijakan dan Strategi Pengelolaan Air Limbah Permukiman
Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Air Limbah PermukimanM Handoko
 
Perencanaan Sarana dan Prasarana Air Limbah Sistem Setempat (On-site)
Perencanaan Sarana dan Prasarana Air Limbah Sistem Setempat (On-site)Perencanaan Sarana dan Prasarana Air Limbah Sistem Setempat (On-site)
Perencanaan Sarana dan Prasarana Air Limbah Sistem Setempat (On-site)Joy Irman
 
Pengendalian dan pengawasan pembangunan iplt dan ipal
Pengendalian dan pengawasan pembangunan iplt dan ipalPengendalian dan pengawasan pembangunan iplt dan ipal
Pengendalian dan pengawasan pembangunan iplt dan ipalinfosanitasi
 
Perencanaan pengelolaan air limbah dengan sistem terpusat
Perencanaan pengelolaan air limbah dengan sistem terpusatPerencanaan pengelolaan air limbah dengan sistem terpusat
Perencanaan pengelolaan air limbah dengan sistem terpusatinfosanitasi
 
Kebijakan dan strategi pengembangan sistem pengelolaan air limbah permukiman
Kebijakan dan strategi pengembangan sistem pengelolaan air limbah permukimanKebijakan dan strategi pengembangan sistem pengelolaan air limbah permukiman
Kebijakan dan strategi pengembangan sistem pengelolaan air limbah permukimanJoy Irman
 
Manual D Penyusunan Rencana Tindak Sanitasi
Manual D Penyusunan Rencana Tindak SanitasiManual D Penyusunan Rencana Tindak Sanitasi
Manual D Penyusunan Rencana Tindak SanitasiJoy Irman
 
Aliansi Fasilitator Sanitasi Indonesia (AFSI)
Aliansi Fasilitator Sanitasi Indonesia (AFSI)Aliansi Fasilitator Sanitasi Indonesia (AFSI)
Aliansi Fasilitator Sanitasi Indonesia (AFSI)infosanitasi
 
Manual C Penyusunan Strategi Sanitasi Kota
Manual C Penyusunan Strategi Sanitasi KotaManual C Penyusunan Strategi Sanitasi Kota
Manual C Penyusunan Strategi Sanitasi KotaJoy Irman
 
Manual A Advokasi dan Kelembagaan Sanitasi
Manual A Advokasi dan Kelembagaan SanitasiManual A Advokasi dan Kelembagaan Sanitasi
Manual A Advokasi dan Kelembagaan SanitasiJoy Irman
 
Roadmap program percepatan pembangunan sanitasi permukiman ppsp
Roadmap program percepatan pembangunan sanitasi permukiman ppspRoadmap program percepatan pembangunan sanitasi permukiman ppsp
Roadmap program percepatan pembangunan sanitasi permukiman ppspJoy Irman
 
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014Joy Irman
 
Manual B Penyusunan Buku Putih Sanitasi Kota
Manual B Penyusunan Buku Putih Sanitasi KotaManual B Penyusunan Buku Putih Sanitasi Kota
Manual B Penyusunan Buku Putih Sanitasi KotaJoy Irman
 
Pemberdayaan Masyarakat dengan Pelibatan Jender dan Kemiskinan dalam Pembangu...
Pemberdayaan Masyarakat dengan Pelibatan Jender dan Kemiskinan dalam Pembangu...Pemberdayaan Masyarakat dengan Pelibatan Jender dan Kemiskinan dalam Pembangu...
Pemberdayaan Masyarakat dengan Pelibatan Jender dan Kemiskinan dalam Pembangu...Joy Irman
 
Peraturan Menteri PU No. 21 Tahun 2006 tentang Sistem Pengelolaan Persampahan
Peraturan Menteri PU No. 21 Tahun 2006 tentang Sistem Pengelolaan PersampahanPeraturan Menteri PU No. 21 Tahun 2006 tentang Sistem Pengelolaan Persampahan
Peraturan Menteri PU No. 21 Tahun 2006 tentang Sistem Pengelolaan PersampahanJoy Irman
 

Viewers also liked (20)

Perencanaan sanitasi sistem setempat
Perencanaan sanitasi sistem setempatPerencanaan sanitasi sistem setempat
Perencanaan sanitasi sistem setempat
 
Peraturan Menteri PU No. 16 Tahun 2008 tentang Sistem Pengelolaan Air Limbah ...
Peraturan Menteri PU No. 16 Tahun 2008 tentang Sistem Pengelolaan Air Limbah ...Peraturan Menteri PU No. 16 Tahun 2008 tentang Sistem Pengelolaan Air Limbah ...
Peraturan Menteri PU No. 16 Tahun 2008 tentang Sistem Pengelolaan Air Limbah ...
 
IPLT
IPLTIPLT
IPLT
 
Studi Kelayakan Lingkungan Sarana dan Prasarana Air Limbah
Studi Kelayakan Lingkungan Sarana dan Prasarana Air LimbahStudi Kelayakan Lingkungan Sarana dan Prasarana Air Limbah
Studi Kelayakan Lingkungan Sarana dan Prasarana Air Limbah
 
Studi Kelayakan Ekonomi & Finansial Sarana dan Prasarana Air Limbah
Studi Kelayakan Ekonomi & Finansial Sarana dan Prasarana Air LimbahStudi Kelayakan Ekonomi & Finansial Sarana dan Prasarana Air Limbah
Studi Kelayakan Ekonomi & Finansial Sarana dan Prasarana Air Limbah
 
Penyusunan Studi Kelayakan Sarana dan Prasarana Air Limbah
Penyusunan Studi Kelayakan Sarana dan Prasarana Air LimbahPenyusunan Studi Kelayakan Sarana dan Prasarana Air Limbah
Penyusunan Studi Kelayakan Sarana dan Prasarana Air Limbah
 
Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Air Limbah Permukiman
Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Air Limbah PermukimanKebijakan dan Strategi Pengelolaan Air Limbah Permukiman
Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Air Limbah Permukiman
 
Perencanaan Sarana dan Prasarana Air Limbah Sistem Setempat (On-site)
Perencanaan Sarana dan Prasarana Air Limbah Sistem Setempat (On-site)Perencanaan Sarana dan Prasarana Air Limbah Sistem Setempat (On-site)
Perencanaan Sarana dan Prasarana Air Limbah Sistem Setempat (On-site)
 
Pengendalian dan pengawasan pembangunan iplt dan ipal
Pengendalian dan pengawasan pembangunan iplt dan ipalPengendalian dan pengawasan pembangunan iplt dan ipal
Pengendalian dan pengawasan pembangunan iplt dan ipal
 
Perencanaan pengelolaan air limbah dengan sistem terpusat
Perencanaan pengelolaan air limbah dengan sistem terpusatPerencanaan pengelolaan air limbah dengan sistem terpusat
Perencanaan pengelolaan air limbah dengan sistem terpusat
 
Kebijakan dan strategi pengembangan sistem pengelolaan air limbah permukiman
Kebijakan dan strategi pengembangan sistem pengelolaan air limbah permukimanKebijakan dan strategi pengembangan sistem pengelolaan air limbah permukiman
Kebijakan dan strategi pengembangan sistem pengelolaan air limbah permukiman
 
Manual D Penyusunan Rencana Tindak Sanitasi
Manual D Penyusunan Rencana Tindak SanitasiManual D Penyusunan Rencana Tindak Sanitasi
Manual D Penyusunan Rencana Tindak Sanitasi
 
Aliansi Fasilitator Sanitasi Indonesia (AFSI)
Aliansi Fasilitator Sanitasi Indonesia (AFSI)Aliansi Fasilitator Sanitasi Indonesia (AFSI)
Aliansi Fasilitator Sanitasi Indonesia (AFSI)
 
Manual C Penyusunan Strategi Sanitasi Kota
Manual C Penyusunan Strategi Sanitasi KotaManual C Penyusunan Strategi Sanitasi Kota
Manual C Penyusunan Strategi Sanitasi Kota
 
Manual A Advokasi dan Kelembagaan Sanitasi
Manual A Advokasi dan Kelembagaan SanitasiManual A Advokasi dan Kelembagaan Sanitasi
Manual A Advokasi dan Kelembagaan Sanitasi
 
Roadmap program percepatan pembangunan sanitasi permukiman ppsp
Roadmap program percepatan pembangunan sanitasi permukiman ppspRoadmap program percepatan pembangunan sanitasi permukiman ppsp
Roadmap program percepatan pembangunan sanitasi permukiman ppsp
 
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
 
Manual B Penyusunan Buku Putih Sanitasi Kota
Manual B Penyusunan Buku Putih Sanitasi KotaManual B Penyusunan Buku Putih Sanitasi Kota
Manual B Penyusunan Buku Putih Sanitasi Kota
 
Pemberdayaan Masyarakat dengan Pelibatan Jender dan Kemiskinan dalam Pembangu...
Pemberdayaan Masyarakat dengan Pelibatan Jender dan Kemiskinan dalam Pembangu...Pemberdayaan Masyarakat dengan Pelibatan Jender dan Kemiskinan dalam Pembangu...
Pemberdayaan Masyarakat dengan Pelibatan Jender dan Kemiskinan dalam Pembangu...
 
Peraturan Menteri PU No. 21 Tahun 2006 tentang Sistem Pengelolaan Persampahan
Peraturan Menteri PU No. 21 Tahun 2006 tentang Sistem Pengelolaan PersampahanPeraturan Menteri PU No. 21 Tahun 2006 tentang Sistem Pengelolaan Persampahan
Peraturan Menteri PU No. 21 Tahun 2006 tentang Sistem Pengelolaan Persampahan
 

Similar to OPTIMASI IPLT

PENGOLAHAN LIMBAH.pptx
PENGOLAHAN LIMBAH.pptxPENGOLAHAN LIMBAH.pptx
PENGOLAHAN LIMBAH.pptxIthaPinto
 
Bangunan Pengolah Air Limbah secara Aerobik
Bangunan Pengolah Air Limbah secara AerobikBangunan Pengolah Air Limbah secara Aerobik
Bangunan Pengolah Air Limbah secara AerobikJoy Irman
 
pengolahan air dengan lumpur aktif
pengolahan air dengan lumpur aktifpengolahan air dengan lumpur aktif
pengolahan air dengan lumpur aktif1106499
 
Pertemuan ke-2.ppt
Pertemuan ke-2.pptPertemuan ke-2.ppt
Pertemuan ke-2.pptAlFharel
 
KELOMPOK 5_Tugas Review enbiromntal engg
KELOMPOK 5_Tugas Review enbiromntal enggKELOMPOK 5_Tugas Review enbiromntal engg
KELOMPOK 5_Tugas Review enbiromntal enggAnanthaAzizah
 
OPERASI DAN PEMELIHARAAN INSTALASI.pptx
OPERASI DAN PEMELIHARAAN INSTALASI.pptxOPERASI DAN PEMELIHARAAN INSTALASI.pptx
OPERASI DAN PEMELIHARAAN INSTALASI.pptxrudyyogalesmana
 
Instalasi pengolahan air limbah domestik
Instalasi pengolahan air limbah domestikInstalasi pengolahan air limbah domestik
Instalasi pengolahan air limbah domestikgerry handoyo
 
Presentation IPAL Pak M. Razif.pdf
Presentation IPAL Pak M. Razif.pdfPresentation IPAL Pak M. Razif.pdf
Presentation IPAL Pak M. Razif.pdfsanitasilingkungan2
 
Presentation IPAL Pak M. Razif.pdf
Presentation IPAL Pak M. Razif.pdfPresentation IPAL Pak M. Razif.pdf
Presentation IPAL Pak M. Razif.pdfsanitasilingkungan2
 
Pengolahan air limbah
Pengolahan air limbahPengolahan air limbah
Pengolahan air limbahArifpiece
 
Pengolahan air limbah
Pengolahan air limbahPengolahan air limbah
Pengolahan air limbahArifpiece
 
Sistem pengolahan & analisis kualitas air pdam
Sistem pengolahan & analisis kualitas air pdamSistem pengolahan & analisis kualitas air pdam
Sistem pengolahan & analisis kualitas air pdamHasib Habibie
 
Desain Pengolahan Air Limbah Domestik
Desain Pengolahan Air Limbah DomestikDesain Pengolahan Air Limbah Domestik
Desain Pengolahan Air Limbah Domestik070373
 
OPERASI DAN PEMELIHARAAN SPAM DALAM PROGRAM PAMSIMAS.ppt
OPERASI DAN PEMELIHARAAN SPAM DALAM PROGRAM PAMSIMAS.pptOPERASI DAN PEMELIHARAAN SPAM DALAM PROGRAM PAMSIMAS.ppt
OPERASI DAN PEMELIHARAAN SPAM DALAM PROGRAM PAMSIMAS.pptRyanWinter25
 
Modul SANIMAS. Aspek Teknik dan Implementasi
Modul SANIMAS. Aspek Teknik dan ImplementasiModul SANIMAS. Aspek Teknik dan Implementasi
Modul SANIMAS. Aspek Teknik dan ImplementasiOswar Mungkasa
 
Operasi loading ramp capstain
Operasi loading ramp capstainOperasi loading ramp capstain
Operasi loading ramp capstainIzzat Shaharuddin
 
494824939-Teknik-Sampling-Kualitas-Air-faisha-Virdana.pptx
494824939-Teknik-Sampling-Kualitas-Air-faisha-Virdana.pptx494824939-Teknik-Sampling-Kualitas-Air-faisha-Virdana.pptx
494824939-Teknik-Sampling-Kualitas-Air-faisha-Virdana.pptxFirdaSitiNurfahrida2
 
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - MCK Umum - Perencanaan Teknis
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - MCK Umum - Perencanaan TeknisSistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - MCK Umum - Perencanaan Teknis
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - MCK Umum - Perencanaan TeknisJoy Irman
 

Similar to OPTIMASI IPLT (20)

PENGOLAHAN LIMBAH.pptx
PENGOLAHAN LIMBAH.pptxPENGOLAHAN LIMBAH.pptx
PENGOLAHAN LIMBAH.pptx
 
208119724 rks-sumur-bor
208119724 rks-sumur-bor208119724 rks-sumur-bor
208119724 rks-sumur-bor
 
Bangunan Pengolah Air Limbah secara Aerobik
Bangunan Pengolah Air Limbah secara AerobikBangunan Pengolah Air Limbah secara Aerobik
Bangunan Pengolah Air Limbah secara Aerobik
 
pengolahan air dengan lumpur aktif
pengolahan air dengan lumpur aktifpengolahan air dengan lumpur aktif
pengolahan air dengan lumpur aktif
 
Wtp station
Wtp stationWtp station
Wtp station
 
Pertemuan ke-2.ppt
Pertemuan ke-2.pptPertemuan ke-2.ppt
Pertemuan ke-2.ppt
 
KELOMPOK 5_Tugas Review enbiromntal engg
KELOMPOK 5_Tugas Review enbiromntal enggKELOMPOK 5_Tugas Review enbiromntal engg
KELOMPOK 5_Tugas Review enbiromntal engg
 
OPERASI DAN PEMELIHARAAN INSTALASI.pptx
OPERASI DAN PEMELIHARAAN INSTALASI.pptxOPERASI DAN PEMELIHARAAN INSTALASI.pptx
OPERASI DAN PEMELIHARAAN INSTALASI.pptx
 
Instalasi pengolahan air limbah domestik
Instalasi pengolahan air limbah domestikInstalasi pengolahan air limbah domestik
Instalasi pengolahan air limbah domestik
 
Presentation IPAL Pak M. Razif.pdf
Presentation IPAL Pak M. Razif.pdfPresentation IPAL Pak M. Razif.pdf
Presentation IPAL Pak M. Razif.pdf
 
Presentation IPAL Pak M. Razif.pdf
Presentation IPAL Pak M. Razif.pdfPresentation IPAL Pak M. Razif.pdf
Presentation IPAL Pak M. Razif.pdf
 
Pengolahan air limbah
Pengolahan air limbahPengolahan air limbah
Pengolahan air limbah
 
Pengolahan air limbah
Pengolahan air limbahPengolahan air limbah
Pengolahan air limbah
 
Sistem pengolahan & analisis kualitas air pdam
Sistem pengolahan & analisis kualitas air pdamSistem pengolahan & analisis kualitas air pdam
Sistem pengolahan & analisis kualitas air pdam
 
Desain Pengolahan Air Limbah Domestik
Desain Pengolahan Air Limbah DomestikDesain Pengolahan Air Limbah Domestik
Desain Pengolahan Air Limbah Domestik
 
OPERASI DAN PEMELIHARAAN SPAM DALAM PROGRAM PAMSIMAS.ppt
OPERASI DAN PEMELIHARAAN SPAM DALAM PROGRAM PAMSIMAS.pptOPERASI DAN PEMELIHARAAN SPAM DALAM PROGRAM PAMSIMAS.ppt
OPERASI DAN PEMELIHARAAN SPAM DALAM PROGRAM PAMSIMAS.ppt
 
Modul SANIMAS. Aspek Teknik dan Implementasi
Modul SANIMAS. Aspek Teknik dan ImplementasiModul SANIMAS. Aspek Teknik dan Implementasi
Modul SANIMAS. Aspek Teknik dan Implementasi
 
Operasi loading ramp capstain
Operasi loading ramp capstainOperasi loading ramp capstain
Operasi loading ramp capstain
 
494824939-Teknik-Sampling-Kualitas-Air-faisha-Virdana.pptx
494824939-Teknik-Sampling-Kualitas-Air-faisha-Virdana.pptx494824939-Teknik-Sampling-Kualitas-Air-faisha-Virdana.pptx
494824939-Teknik-Sampling-Kualitas-Air-faisha-Virdana.pptx
 
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - MCK Umum - Perencanaan Teknis
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - MCK Umum - Perencanaan TeknisSistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - MCK Umum - Perencanaan Teknis
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - MCK Umum - Perencanaan Teknis
 

More from infosanitasi

Permen pupr24 2014
Permen pupr24 2014Permen pupr24 2014
Permen pupr24 2014infosanitasi
 
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...infosanitasi
 
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...infosanitasi
 
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...infosanitasi
 
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...infosanitasi
 
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...infosanitasi
 
Permen PUPR pupr26 2014
Permen PUPR pupr26 2014Permen PUPR pupr26 2014
Permen PUPR pupr26 2014infosanitasi
 
Aspek Kelembagaan dan Pendanaan Sanitasi dalam Program PPSP 2015-2019
Aspek Kelembagaan dan Pendanaan Sanitasi dalam Program PPSP 2015-2019Aspek Kelembagaan dan Pendanaan Sanitasi dalam Program PPSP 2015-2019
Aspek Kelembagaan dan Pendanaan Sanitasi dalam Program PPSP 2015-2019infosanitasi
 
Usulan Program dan Kegiatan dalam Memorandum Program Sanitasi
Usulan Program dan Kegiatan dalam Memorandum Program SanitasiUsulan Program dan Kegiatan dalam Memorandum Program Sanitasi
Usulan Program dan Kegiatan dalam Memorandum Program Sanitasiinfosanitasi
 
Target Pembangunan Sanitasi Nasional 2015-2019
Target Pembangunan Sanitasi Nasional 2015-2019Target Pembangunan Sanitasi Nasional 2015-2019
Target Pembangunan Sanitasi Nasional 2015-2019infosanitasi
 
Pengalokasian Pendanaan Sanitasi bidang Kesehatan
Pengalokasian Pendanaan Sanitasi bidang KesehatanPengalokasian Pendanaan Sanitasi bidang Kesehatan
Pengalokasian Pendanaan Sanitasi bidang Kesehataninfosanitasi
 
Pendampingan Pokja dalam Pengelolaan Program PPSP 2015
Pendampingan Pokja dalam Pengelolaan Program PPSP 2015Pendampingan Pokja dalam Pengelolaan Program PPSP 2015
Pendampingan Pokja dalam Pengelolaan Program PPSP 2015infosanitasi
 
Pelaksanaan Program PPSP tahun 2015
Pelaksanaan Program PPSP tahun 2015Pelaksanaan Program PPSP tahun 2015
Pelaksanaan Program PPSP tahun 2015infosanitasi
 
Kesiapan Pelaksanaan Studi Primer dan IPP STBM
Kesiapan Pelaksanaan Studi Primer dan IPP STBMKesiapan Pelaksanaan Studi Primer dan IPP STBM
Kesiapan Pelaksanaan Studi Primer dan IPP STBMinfosanitasi
 
Arah Kebijakan Program PPSP 2015 2019
Arah Kebijakan Program PPSP 2015 2019Arah Kebijakan Program PPSP 2015 2019
Arah Kebijakan Program PPSP 2015 2019infosanitasi
 
Peraturan Presiden tentang Percepatan Pembangunan Air Minum dan Sanitasi
Peraturan Presiden tentang Percepatan Pembangunan Air Minum dan SanitasiPeraturan Presiden tentang Percepatan Pembangunan Air Minum dan Sanitasi
Peraturan Presiden tentang Percepatan Pembangunan Air Minum dan Sanitasiinfosanitasi
 
Strategi, Kebijakan, Target dan Sasaran Pembangunan Sanitasi (Air Limbah dan ...
Strategi, Kebijakan, Target dan Sasaran Pembangunan Sanitasi (Air Limbah dan ...Strategi, Kebijakan, Target dan Sasaran Pembangunan Sanitasi (Air Limbah dan ...
Strategi, Kebijakan, Target dan Sasaran Pembangunan Sanitasi (Air Limbah dan ...infosanitasi
 
Tahap Implementasi Pembangunan Sanitasi Permukiman
Tahap Implementasi Pembangunan Sanitasi PermukimanTahap Implementasi Pembangunan Sanitasi Permukiman
Tahap Implementasi Pembangunan Sanitasi Permukimaninfosanitasi
 
Daftar Kabupaten/Kota Peserta Program PPSP 2015
Daftar Kabupaten/Kota Peserta Program PPSP 2015Daftar Kabupaten/Kota Peserta Program PPSP 2015
Daftar Kabupaten/Kota Peserta Program PPSP 2015infosanitasi
 
Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...
Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...
Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...infosanitasi
 

More from infosanitasi (20)

Permen pupr24 2014
Permen pupr24 2014Permen pupr24 2014
Permen pupr24 2014
 
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
 
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
 
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
 
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
 
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
 
Permen PUPR pupr26 2014
Permen PUPR pupr26 2014Permen PUPR pupr26 2014
Permen PUPR pupr26 2014
 
Aspek Kelembagaan dan Pendanaan Sanitasi dalam Program PPSP 2015-2019
Aspek Kelembagaan dan Pendanaan Sanitasi dalam Program PPSP 2015-2019Aspek Kelembagaan dan Pendanaan Sanitasi dalam Program PPSP 2015-2019
Aspek Kelembagaan dan Pendanaan Sanitasi dalam Program PPSP 2015-2019
 
Usulan Program dan Kegiatan dalam Memorandum Program Sanitasi
Usulan Program dan Kegiatan dalam Memorandum Program SanitasiUsulan Program dan Kegiatan dalam Memorandum Program Sanitasi
Usulan Program dan Kegiatan dalam Memorandum Program Sanitasi
 
Target Pembangunan Sanitasi Nasional 2015-2019
Target Pembangunan Sanitasi Nasional 2015-2019Target Pembangunan Sanitasi Nasional 2015-2019
Target Pembangunan Sanitasi Nasional 2015-2019
 
Pengalokasian Pendanaan Sanitasi bidang Kesehatan
Pengalokasian Pendanaan Sanitasi bidang KesehatanPengalokasian Pendanaan Sanitasi bidang Kesehatan
Pengalokasian Pendanaan Sanitasi bidang Kesehatan
 
Pendampingan Pokja dalam Pengelolaan Program PPSP 2015
Pendampingan Pokja dalam Pengelolaan Program PPSP 2015Pendampingan Pokja dalam Pengelolaan Program PPSP 2015
Pendampingan Pokja dalam Pengelolaan Program PPSP 2015
 
Pelaksanaan Program PPSP tahun 2015
Pelaksanaan Program PPSP tahun 2015Pelaksanaan Program PPSP tahun 2015
Pelaksanaan Program PPSP tahun 2015
 
Kesiapan Pelaksanaan Studi Primer dan IPP STBM
Kesiapan Pelaksanaan Studi Primer dan IPP STBMKesiapan Pelaksanaan Studi Primer dan IPP STBM
Kesiapan Pelaksanaan Studi Primer dan IPP STBM
 
Arah Kebijakan Program PPSP 2015 2019
Arah Kebijakan Program PPSP 2015 2019Arah Kebijakan Program PPSP 2015 2019
Arah Kebijakan Program PPSP 2015 2019
 
Peraturan Presiden tentang Percepatan Pembangunan Air Minum dan Sanitasi
Peraturan Presiden tentang Percepatan Pembangunan Air Minum dan SanitasiPeraturan Presiden tentang Percepatan Pembangunan Air Minum dan Sanitasi
Peraturan Presiden tentang Percepatan Pembangunan Air Minum dan Sanitasi
 
Strategi, Kebijakan, Target dan Sasaran Pembangunan Sanitasi (Air Limbah dan ...
Strategi, Kebijakan, Target dan Sasaran Pembangunan Sanitasi (Air Limbah dan ...Strategi, Kebijakan, Target dan Sasaran Pembangunan Sanitasi (Air Limbah dan ...
Strategi, Kebijakan, Target dan Sasaran Pembangunan Sanitasi (Air Limbah dan ...
 
Tahap Implementasi Pembangunan Sanitasi Permukiman
Tahap Implementasi Pembangunan Sanitasi PermukimanTahap Implementasi Pembangunan Sanitasi Permukiman
Tahap Implementasi Pembangunan Sanitasi Permukiman
 
Daftar Kabupaten/Kota Peserta Program PPSP 2015
Daftar Kabupaten/Kota Peserta Program PPSP 2015Daftar Kabupaten/Kota Peserta Program PPSP 2015
Daftar Kabupaten/Kota Peserta Program PPSP 2015
 
Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...
Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...
Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...
 

Recently uploaded

Tentang Gerhanatoto: Situs Judi Online yang Menarik Perhatian
Tentang Gerhanatoto: Situs Judi Online yang Menarik PerhatianTentang Gerhanatoto: Situs Judi Online yang Menarik Perhatian
Tentang Gerhanatoto: Situs Judi Online yang Menarik PerhatianHaseebBashir5
 
Tajuk: SV388: Platform Unggul Taruhan Sabung Ayam Online di Indonesia
Tajuk: SV388: Platform Unggul Taruhan Sabung Ayam Online di IndonesiaTajuk: SV388: Platform Unggul Taruhan Sabung Ayam Online di Indonesia
Tajuk: SV388: Platform Unggul Taruhan Sabung Ayam Online di IndonesiaHaseebBashir5
 
Etika wirausaha dan pentingnya presentasi 2.pptx
Etika wirausaha dan pentingnya presentasi 2.pptxEtika wirausaha dan pentingnya presentasi 2.pptx
Etika wirausaha dan pentingnya presentasi 2.pptx23May1983
 
SITUS LIVE CASINO DAN SPORTING BET TERPERCAYA
SITUS LIVE CASINO DAN SPORTING BET TERPERCAYASITUS LIVE CASINO DAN SPORTING BET TERPERCAYA
SITUS LIVE CASINO DAN SPORTING BET TERPERCAYAThomz PRTOTO
 
KEAGENAN KAPAL DALAM DUNIA MARITIME INDO
KEAGENAN KAPAL DALAM DUNIA MARITIME INDOKEAGENAN KAPAL DALAM DUNIA MARITIME INDO
KEAGENAN KAPAL DALAM DUNIA MARITIME INDOANNISAUMAYAHS
 
Judul: Mengenal Lebih Jauh Tentang Jamintoto: Platform Perjudian Online yang ...
Judul: Mengenal Lebih Jauh Tentang Jamintoto: Platform Perjudian Online yang ...Judul: Mengenal Lebih Jauh Tentang Jamintoto: Platform Perjudian Online yang ...
Judul: Mengenal Lebih Jauh Tentang Jamintoto: Platform Perjudian Online yang ...HaseebBashir5
 
ESTETIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Coklat di Denpa...
ESTETIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Coklat di Denpa...ESTETIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Coklat di Denpa...
ESTETIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Coklat di Denpa...FORTRESS
 
"Mengungkap Misteri Kemenangan di Xinslot: Situs Slot Online Gacor"
"Mengungkap Misteri Kemenangan di Xinslot: Situs Slot Online Gacor""Mengungkap Misteri Kemenangan di Xinslot: Situs Slot Online Gacor"
"Mengungkap Misteri Kemenangan di Xinslot: Situs Slot Online Gacor"HaseebBashir5
 
LAPORAN PKP yang telah jadi dan dapat dijadikan contoh
LAPORAN PKP yang telah jadi dan dapat dijadikan contohLAPORAN PKP yang telah jadi dan dapat dijadikan contoh
LAPORAN PKP yang telah jadi dan dapat dijadikan contohkhunagnes1
 
2. PRINSIP KEUANGAN HIJAU- PELATIHAN GREEN FINANCE.pptx
2. PRINSIP KEUANGAN HIJAU- PELATIHAN GREEN FINANCE.pptx2. PRINSIP KEUANGAN HIJAU- PELATIHAN GREEN FINANCE.pptx
2. PRINSIP KEUANGAN HIJAU- PELATIHAN GREEN FINANCE.pptxerlyndakasim2
 
PRESTIGE BUSINESS PRESENTATION BULAN APRIL 2024
PRESTIGE BUSINESS PRESENTATION BULAN APRIL 2024PRESTIGE BUSINESS PRESENTATION BULAN APRIL 2024
PRESTIGE BUSINESS PRESENTATION BULAN APRIL 2024HelmyTransformasi
 
PREMIUM!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Kamar Mandi di ...
PREMIUM!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Kamar Mandi di ...PREMIUM!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Kamar Mandi di ...
PREMIUM!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Kamar Mandi di ...FORTRESS
 
Judul: Memahami Jabrix4D: Situs Togel dan Slot Online Terpercaya di Indonesia
Judul: Memahami Jabrix4D: Situs Togel dan Slot Online Terpercaya di IndonesiaJudul: Memahami Jabrix4D: Situs Togel dan Slot Online Terpercaya di Indonesia
Judul: Memahami Jabrix4D: Situs Togel dan Slot Online Terpercaya di IndonesiaHaseebBashir5
 
RISK BASED INTERNAL AUDIT - AUDITING .pptx
RISK BASED INTERNAL AUDIT - AUDITING .pptxRISK BASED INTERNAL AUDIT - AUDITING .pptx
RISK BASED INTERNAL AUDIT - AUDITING .pptxerlyndakasim2
 
TERBAIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Aneka Pintu Aluminium di Banda Aceh.pptx
TERBAIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Aneka Pintu Aluminium di Banda Aceh.pptxTERBAIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Aneka Pintu Aluminium di Banda Aceh.pptx
TERBAIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Aneka Pintu Aluminium di Banda Aceh.pptxFORTRESS
 
Slide tentang Akuntansi Perpajakan Indonesia
Slide tentang Akuntansi Perpajakan IndonesiaSlide tentang Akuntansi Perpajakan Indonesia
Slide tentang Akuntansi Perpajakan IndonesiaNovrinKartikaTumbade
 
Perspektif Psikologi dalam Perubahan Organisasi
Perspektif Psikologi dalam Perubahan OrganisasiPerspektif Psikologi dalam Perubahan Organisasi
Perspektif Psikologi dalam Perubahan OrganisasiSeta Wicaksana
 
Unikbet: Situs Slot Pragmatic Bank Seabank Terpercaya
Unikbet: Situs Slot Pragmatic Bank Seabank TerpercayaUnikbet: Situs Slot Pragmatic Bank Seabank Terpercaya
Unikbet: Situs Slot Pragmatic Bank Seabank Terpercayaunikbetslotbankmaybank
 
Time Value of Money Mata Kuliah Ekonomi 2
Time Value of Money Mata Kuliah Ekonomi 2Time Value of Money Mata Kuliah Ekonomi 2
Time Value of Money Mata Kuliah Ekonomi 2PutriMuaini
 
PPT - PSAK 109 TENTANG INSTRUMEN KEUANGAN
PPT - PSAK 109 TENTANG INSTRUMEN KEUANGANPPT - PSAK 109 TENTANG INSTRUMEN KEUANGAN
PPT - PSAK 109 TENTANG INSTRUMEN KEUANGANdewihartinah
 

Recently uploaded (20)

Tentang Gerhanatoto: Situs Judi Online yang Menarik Perhatian
Tentang Gerhanatoto: Situs Judi Online yang Menarik PerhatianTentang Gerhanatoto: Situs Judi Online yang Menarik Perhatian
Tentang Gerhanatoto: Situs Judi Online yang Menarik Perhatian
 
Tajuk: SV388: Platform Unggul Taruhan Sabung Ayam Online di Indonesia
Tajuk: SV388: Platform Unggul Taruhan Sabung Ayam Online di IndonesiaTajuk: SV388: Platform Unggul Taruhan Sabung Ayam Online di Indonesia
Tajuk: SV388: Platform Unggul Taruhan Sabung Ayam Online di Indonesia
 
Etika wirausaha dan pentingnya presentasi 2.pptx
Etika wirausaha dan pentingnya presentasi 2.pptxEtika wirausaha dan pentingnya presentasi 2.pptx
Etika wirausaha dan pentingnya presentasi 2.pptx
 
SITUS LIVE CASINO DAN SPORTING BET TERPERCAYA
SITUS LIVE CASINO DAN SPORTING BET TERPERCAYASITUS LIVE CASINO DAN SPORTING BET TERPERCAYA
SITUS LIVE CASINO DAN SPORTING BET TERPERCAYA
 
KEAGENAN KAPAL DALAM DUNIA MARITIME INDO
KEAGENAN KAPAL DALAM DUNIA MARITIME INDOKEAGENAN KAPAL DALAM DUNIA MARITIME INDO
KEAGENAN KAPAL DALAM DUNIA MARITIME INDO
 
Judul: Mengenal Lebih Jauh Tentang Jamintoto: Platform Perjudian Online yang ...
Judul: Mengenal Lebih Jauh Tentang Jamintoto: Platform Perjudian Online yang ...Judul: Mengenal Lebih Jauh Tentang Jamintoto: Platform Perjudian Online yang ...
Judul: Mengenal Lebih Jauh Tentang Jamintoto: Platform Perjudian Online yang ...
 
ESTETIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Coklat di Denpa...
ESTETIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Coklat di Denpa...ESTETIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Coklat di Denpa...
ESTETIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Coklat di Denpa...
 
"Mengungkap Misteri Kemenangan di Xinslot: Situs Slot Online Gacor"
"Mengungkap Misteri Kemenangan di Xinslot: Situs Slot Online Gacor""Mengungkap Misteri Kemenangan di Xinslot: Situs Slot Online Gacor"
"Mengungkap Misteri Kemenangan di Xinslot: Situs Slot Online Gacor"
 
LAPORAN PKP yang telah jadi dan dapat dijadikan contoh
LAPORAN PKP yang telah jadi dan dapat dijadikan contohLAPORAN PKP yang telah jadi dan dapat dijadikan contoh
LAPORAN PKP yang telah jadi dan dapat dijadikan contoh
 
2. PRINSIP KEUANGAN HIJAU- PELATIHAN GREEN FINANCE.pptx
2. PRINSIP KEUANGAN HIJAU- PELATIHAN GREEN FINANCE.pptx2. PRINSIP KEUANGAN HIJAU- PELATIHAN GREEN FINANCE.pptx
2. PRINSIP KEUANGAN HIJAU- PELATIHAN GREEN FINANCE.pptx
 
PRESTIGE BUSINESS PRESENTATION BULAN APRIL 2024
PRESTIGE BUSINESS PRESENTATION BULAN APRIL 2024PRESTIGE BUSINESS PRESENTATION BULAN APRIL 2024
PRESTIGE BUSINESS PRESENTATION BULAN APRIL 2024
 
PREMIUM!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Kamar Mandi di ...
PREMIUM!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Kamar Mandi di ...PREMIUM!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Kamar Mandi di ...
PREMIUM!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Kamar Mandi di ...
 
Judul: Memahami Jabrix4D: Situs Togel dan Slot Online Terpercaya di Indonesia
Judul: Memahami Jabrix4D: Situs Togel dan Slot Online Terpercaya di IndonesiaJudul: Memahami Jabrix4D: Situs Togel dan Slot Online Terpercaya di Indonesia
Judul: Memahami Jabrix4D: Situs Togel dan Slot Online Terpercaya di Indonesia
 
RISK BASED INTERNAL AUDIT - AUDITING .pptx
RISK BASED INTERNAL AUDIT - AUDITING .pptxRISK BASED INTERNAL AUDIT - AUDITING .pptx
RISK BASED INTERNAL AUDIT - AUDITING .pptx
 
TERBAIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Aneka Pintu Aluminium di Banda Aceh.pptx
TERBAIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Aneka Pintu Aluminium di Banda Aceh.pptxTERBAIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Aneka Pintu Aluminium di Banda Aceh.pptx
TERBAIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Aneka Pintu Aluminium di Banda Aceh.pptx
 
Slide tentang Akuntansi Perpajakan Indonesia
Slide tentang Akuntansi Perpajakan IndonesiaSlide tentang Akuntansi Perpajakan Indonesia
Slide tentang Akuntansi Perpajakan Indonesia
 
Perspektif Psikologi dalam Perubahan Organisasi
Perspektif Psikologi dalam Perubahan OrganisasiPerspektif Psikologi dalam Perubahan Organisasi
Perspektif Psikologi dalam Perubahan Organisasi
 
Unikbet: Situs Slot Pragmatic Bank Seabank Terpercaya
Unikbet: Situs Slot Pragmatic Bank Seabank TerpercayaUnikbet: Situs Slot Pragmatic Bank Seabank Terpercaya
Unikbet: Situs Slot Pragmatic Bank Seabank Terpercaya
 
Time Value of Money Mata Kuliah Ekonomi 2
Time Value of Money Mata Kuliah Ekonomi 2Time Value of Money Mata Kuliah Ekonomi 2
Time Value of Money Mata Kuliah Ekonomi 2
 
PPT - PSAK 109 TENTANG INSTRUMEN KEUANGAN
PPT - PSAK 109 TENTANG INSTRUMEN KEUANGANPPT - PSAK 109 TENTANG INSTRUMEN KEUANGAN
PPT - PSAK 109 TENTANG INSTRUMEN KEUANGAN
 

OPTIMASI IPLT

  • 1. OPERASI DAN PEMELIHARAAN UNIT IPLT 1. UMUM Pengoperasian instalasi pengolahan air lumpur tinja (IPLT) mengacu pada Petunjuk Teknis No. CT/AL/Op-TC/003/98 tentang Tata Cara Pengoperasian IPLT Sistem Kolam. Ruang lingkup dalam petunjuk teknis ini memuat ketentuan teknis dan cara persiapan pengoperasian, pelaksanaan pengoperasian, pelaksanaan pemeliharaan dan pelaksanaan pengendalian IPLT. Ketentuan umum yang harus dipenuhi untuk pengoperasian dan pemeliharaan IPLT adalah sebagai berikut: a. di instalasi dilengkapi dengan gambar bangunan b. setiap peralatan harus dilengkapi katalog dan daftar operasi dan pemeliharaan c. air Iimbah yang diolah adalah lumpur tinja d. tersedia influen air Iimbah e. tersedia fasilitas penyediaan air bersih yang memadai f. telah diuji coba terhadap pengaliran air (profil hidrolis) dan kebocoran g. ada penanggunjawab pengolah air Iimbah yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang h. tersedia biaya pengolahan yang dialokasikan pada institusi pengelola i. kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan IPLT harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan perundangan pengolahan air Iimbah dan ketentuan kesehatan dan keselamatan kerja j. masyarakat sudah diberi informasi 2. PERSYARATAN TEKNIS UNTUK UNIT-UNIT DALAM IPLT Persyaratan teknis dalam operasional IPLT memuat ketentuan tentang kriteria dan persyaratan yang harus diikuti untuk mendapatkan efisiensi pengolahan sesuai dengan yang telah direncanakan. Persyaratan teknis ini meliputi kualitas dan kuantitas influent lumpur tinja (air limbah) yang akan masuk ke tiap unit pengolahan di dalam IPLT, waktu retensi (waktu tinggal) lumpur tinja di dalam tiap unit, serta kriteria disain lainnya. Persyaratan teknis untuk kualitas lumpur tinja yang masuk ke dalam IPLT harus memenuhi: • Laju/kapasitas lumpur tinja (cairan dan endapan) sebesar 0,5 L/org/hari • KOB (BOD5) = 5.000 mg/L • TS = 40.000 mg/L • TVS = 2.500 mg/L • TSS = 15.000 mg/L 1
  • 2. Bila parameter-parameter influent lumpur tinja yang masuk ke IPLT melebihi konsentrasi tersebut, maka diperlukan pengenceran dengan persyaratan: • Bahan yang digunakan sebagai pengencer tinja dapat menggunakan air sungai atau air pengencer lain dengan konsentrasi KOB (BOD5) maksimal 10 mg/L • Unit pengolahan yang memerlukan pengenceran adalah influent pada tangki imhoff dengan kadar minyak dan lemak tinggi dan influent pada kolam stabilisasi fakultatif dengan KOB yang melebihi 400 mg/L Pengolahan lumpur tinja yang digunakan pada IPLT menggunakan pengolahan secara biologis dengan memanfaatkan mikroba untuk menguraikan material organik yang berada didalamnya. Mikroba sebagai makhluk hidup menggunakan lumpur tinja sebagai sumber nutrien untuk hidup dan berkembang biak. Oleh karena sifatnya sebagai makhluk hidup, maka pengolahan limbah dengan mikroba memerlukan kehati-hatian terkait dengan kualitas influent yang masuk karena akan mempengaruhi kinerja mikroba. Persyaratan teknis untuk pengoperasian tangki imhoff • Zona sedimentasi: o Kecepatan aliran horizontal I cm/det o Beban permukaan ≤ 30 m3/m2.hari o Waktudetensi ≥ 1,5 jam o Efisiensi pemisahan TSS = (40-60)% dan konsentrasi KOB berkisar (30-40)% • pH antara 7-8 • Ketinggian zona netral 0,5 m • Slot tidak boleh tersumbat • Permukaan zona sedimentasi harus bersih dari buih dan kotoran mengambang • Lumpur matang mempunyai karakteristik: o Kadar air (88-92)% o Asam volatil < 2.000 mg/l o Lumpur berwarna hitam, berbau ter, kental dan mudah meresap • Laju endapan lumpur 0,06 l/orang/hari dengan waktu retensi satu bulan • Setiap pembuangan lumpur matang, pipa inlet dan distribusi harus digelontor atau dibersihkan 2
  • 3. Persyaratan teknis untuk pengoperasian kolam stabilisasi anaerobik • Permukaan kolam harus tertutup buih • Beban KOB volumetrik berkisar antara (60-100) g KOB/m3. hari • Efisiensi pemisahan KOB ≥ 50% • ph influen (8-9) • Lumpur harus dikuras secara berkala dengan pompa Persyaratan teknis untuk pengoperasian kolam stabilisasi fakultatif • Permukaan air harus berwarna hijau yang menandakan adanya algae • Beban KOB volumetrik (60-100) g KOB/m3.hari • KOB influen ≤ 400 mg/l • Efisiensi pemisahan KOB ≥ 70% • pH antara 7-8 Persyaratan teknis untuk pengoperasian kolam stabilisasi maturasi • Beban BOD volumetrik (40-60) g KOB/m3.hari • Efisiensi pemisahan KOB 70% • Efisiensi pemisahan E. Coli sebesar 95% (berdasarkan penurunan konsentrasi E. Coli dari kolam-kolam sebelumnya Persyaratan teknis untuk pengoperasian kolam stabilisasi aerasi • Beban KOB volumetrik (400-600) g KOB/m3.hari • Efisiensi pemisahan KOB 70% • Tenaga pengadukan: o 6 Watt/m3 untuk kolam aerasi aerobik o (2-3) Watt/m untuk kolam aerasi fakultatif Persyaratan teknis untuk pengoperasian bak pengering lumpur • Kadar air lumpur kering optimal (70-80)% • Tebal lumpur kering di atas pasir (20-30) cm • Tebal lumpur basah di atas pasir (30-45) cm • Media pasir yang harus diganti secara berkala dan dipasang pada lapisan teratas mempunyai kriteria seperti berikut: o Ukuran efektif = (0,30 — 0,50) mm o Koefisien keseragaman 5 3
  • 4. o Tebal pasir (15-22,5) cm o Kandungan kotoran ≤ 1 % terhadap volume pasir • Waktu pengeringan lumpur (7-10) hari 3. PERSYARATAN TEKNIS UNTUK KEGIATAN PENDUKUNG Ketentuan teknis lainnya yang dilakukan pada IPLT adalah sebagai berikut: • Tenaga operator dibagi tiga shift dalam sehari dan setiap shift minimal terdiri dari dua orang yaitu masing-masing operator proses/lab dan operator mekanik/listrik • Tenaga operator mekanik/listrik dengan kualifikasi minimal STM/SMU • Tenaga operator proses/Lab dengan kualifikasi minimal analisis/SMU • Setiap tenaga operator harus sudah mengikuti pelatihan sesuai bidangnya. Peralatan yang dibutuhkan untuk mengoperasikan IPLT diantaranya adalah sebagai berikut yaitu peralatan pengoperasian, pemeliharaan, pemantauan dan peralatan keselamatan dan kesehatan. Peralatan yang dibutuhkan untuk lebih detilnya dapat dilihat pada Petunjuk Teknis No. CT/AL/Op-TC/003/98 tentang Tata Cara Pengoperasian IPLT Sistem Kolam. 4. PERSIAPAN PENGOPERASIAN UNIT-UNIT IPLT 4.1 Persiapan Pembangkit Tenaga Listrik Generator • Periksa tegangan listrik yang tersedia dan PLN • Periksa semua saklar ada pada posisi “off” • Pindahkan saklar utama pada posisi “on” 4.2 Persiapan Pompa • Pastikan semua skrup dan baut dalam keadaan kencang/ketat • Periksa jumlah bahan bakar yang tersedia • Periksa permukaan minyak pelumas mesin setiap kali akan menjalankan mesin atau minimal seminggu sekali tambahkan bila ketinggiannya berkurang. • Periksa air radiator harus penuh, tambahkan bila kurang • Pastikan tidak ada benda yang menghalangi aliran udara untuk mesin pendingin • Pastikan baterai dalam kondisi baik • Periksa tegangan V-belt. 4.3 Pengujian Kolam Ekualisasi • Pastikan unit pompa berada pada kondisi yang stabil dan kokoh 4
  • 5. Pastikan kabel tenaga tersambung pada sumber daya dengan baik • Pastikan setiap komponen pompa dalam kondisi kering 4.4 Pengujian Tangki Imhoff dan/atau Kolam Stabilisasi Anaerobik • Masukkan air kedalam unit ekualisasi melalui bagian inlet sampai air keluar pada bagian peluap. • Ukur kedalaman air pada titik outlet, atur ketinggian sesuai ketentuan rancangan 4.5 Pengujian Kolam Stabilisasi Fakultatif • Masukkan lumpur tinja hingga penuh. Selama pengisian perlu diperhatikan agar tidak terjadi pergolakan aliran. • Jaga derajat keasaman lumpur sesuai ketentuan teknis • Tambahkan bibit mikrooganisme (dapat berupa buangan resapan tangki septik atau lumpur stabil dan unit digeser dan sistem pengolahan air Iimbah konvensional) • Biarkan selama seminggu agar bakteri pembentuk asam dapat tumbuh dan berkembang, atau sebulan bila tidak dilakukan penambahan bibit. Selama waktu tersebut tidak boleh ada aliran yang keluar (efluen). Untuk sementara aliran air Iimbah masuk dapat di bypass ke saluran terdekat yang direncanakan. Setelah waktu tersebut pengoperasian rutin dapat dilaksanakan dimana air Iimbah dapat dialirkan secara kontinyu dan effluent dapat dibuka. • Amati perkembangan edapan lumpur yang terjadi dengan mencatat kenaikan endapan lumpur untuk setiap penambahan lumpur tinja (rn/rn3) • Arnbil sarnpel endapan lumpur terbawah setelah ketebalan Iurnpur rnencapai zona netral • Lakukan analisis kandungan KOB (Kebutuhan Oksigen Biologis) dan Suspended Solid (SS) dalam sampel endapan lumpur 4.6 Pengujian Kolam Stabilisasi Fakultatif Uji coba kolarn fakultatif dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: a) Metode kultur • Isikan air tawar biasa kedalarn kolam sesuai ketinggian yang ditetapkan • Tarnbahkan kultur algae sebagai bibit • Jaga ketinggian perrnukaan air setiap hari dengan rnenambah air lirnbah baku secukupnya ke dalam kolam • Setelah pertumbuhan algae cukup banyak ( beberapa han kernudian ), sejurnlah air limbah baku perlu ditarnbahkan ke dalarn kolam hingga kedalaman operasi yang direncanakan 5
  • 6. • Biarkan selarna 2-3 han tanpa adanya pengaliran effluent • Kolarn siap dioperasikan secara kontinyu dengan rnengalirkan air lirnbah baku secara terus rnenerus dan rnernbuka aliran pada pipa outlet b) Metode alami: • Isikan air limbah baku ke dalam kolam hingga mencapai kedalaman operasi penuh • Biarkan selama 15 hari agar terjadi pembibitan secara alamiah • Biarkan selama 15 hari lagi atau hingga jumlah algae yang terdapat di dalam kolam sesuai dengan ketentuan. • Kolam siap dioperasikan secara kontinyu 4.7 Pengujian Kolam Aerasi • Isi reaktor aerasi dengan air secara perlahan • Hidupkan aerator bila air di reaktor aerasi sudah penuh • Tes semua pipa pembuang, katup, pintu air dan pompa • Reaktor aerasi diisi dengan air Iimbah, sehingga aerator dapat mentransfer udara ke air Iimbah 4.8 Pengujian Kolam Maturasi • Isikan air tawar biasa kedalam kolam maturasi yang dipasang seri • Unit kolam maturasi pertama dapat menerima Iangsung effluent kolam fakultatif primer/sekunder yang telah diuji coba. Dalam hal ini lokasi outlet kolam fakultatif agar dibuat sedemikian rupa sehingga banyak algae yang lolos ke kolam maturasi • Unit kolam maturasi kedua juga dapat menerima langsung buangan dan kolam maturasi pertama. Demikian seterusnya hingga pengaliran sampai pada unit kolam maturasi yang terakhir • Kolam maturasi siap dioperasikan secara kontinyu dengan beban pengolahan sesuai perancangan yang disusun 5. OPERASI DAN PEMELIHARAAN UNIT-UNIT IPLT 5.1 Operasi dan Pemeliharaan Truk Tinja Truk penguras lumpur tinja ini umumnya terdiri dari tangki tertutup dengan bahan baja dengan kapasitas antara (4-6) m3 yang dilengkapi atau dihubungan dengan satu unit pompa penguras baik berupa pompa vakum ataupun pompa sentrifugal. Secara umum model truk penguras tinja ini mirip dengan truk pembawa air bersih, namun untuk 6
  • 7. membedakannya maka truk penguras Lumpur tinja harus diberi warna yang berbeda, untuk truk tinja tangki maupun truk umumnya dicat dengan warna kuning. Pengoperasian Truk Tinja Untuk mengoperasikan vacuum truk yang tepat dan benar adalah penting untuk memperoleh hasil kerja secara efektif dan efisien. Operasi dan pemeliharaan truk tinja mengacu pada Petunjuk Teknis Tata Cara Operasi Dan Pemeliharaan Truk Tinja. Operator (pengemudi dan mekanik) harus benar-benar mengerti dan memahami petunjuk yang diberikan sebelum memulai operasi. Hal-hal yang harus dipersiapkan dalam pengoperasian truk tangki antara lain: a) Hentikan kendaraan pada tempat yang rata dan keras. b) Hidupkan mesin kendaraan pada putaran yang rendah/idle. c) Hidupkan pompa vakum. Pada saat penyedotan langkah prinsip yang dilakukan terdiri dari: a. Lakukan langkah 1,2 dan 3 dalam Persiapan Untuk Operasi. b. Siapkan lubang manhole tangki septik yang akan disedot. c. Masukan selang penyedot/penghisap ke dalam tangki septik. d. Tutuplah katup (valve) penyedot dan pembuangan/discharge. Buatlah pompa dalam keadaan vakum dengan bantuan pompa. e. Pastikan hubungan antar tangki dan pompa vakum dalam kondisi normal. f. Tunggu sesaat, apabila manometer (pressure gauge) menunjukkan angka vakum (0 bar), atau minus (-40 psi s/d 0 psi), maka buka valve penyedot/suction valve. g. Perhatikan tanda masuk lumpur ke tangki melalui sight glass, apabila ketinggian sudah mencapai maksimum, tutup kembali valve penyedot, kemudian matikan pompa vakum. h. Periksa kelengkapan kendaraan untuk persiapan dalam perjalanan dan gulung selang penyedot pada posisinya semula, untuk kemudian kendaraan dapat dijalankan. Pada saat pembuangan, sistem sirkulasi pada peralatan vakum dapat dikemukakan sebagai berikut: • Lakukan langkah persiapan untuk operasi seperti diterangkan di atas • Siapkan selang pembuangan ke dalam unit pengumpul. • Normalkan tekanan dalam tangki sesuai dengan tekanan sekitar 1 bar. • Pastikan hubungan antar pompa vakum dan tangki dalam keadaan normal. • Buka valve pembuangan, pastikan tekanan pada pressure gauge tidak lebih dari 20 psi di atas nol pada saat pembuangan. • Apabila langkah pembuangan sudah selesai, maka tutup kembali valve pembuangan. • Matikan pompa vacuum. 7
  • 8. Periksa kelengkapan kendaraan untuk persiapan datam perjalanan dan gulung selang pembuangan pada posisi semula, untuk kemudian kendaraan dapat dijalankan • Dalam proses penyedotan maka diperlukan waktu cukup untuk dapat ke kondisi vakum, sedangkan pada proses pembuangan aliran akan terjadi secara gravitasi Gambar 1. Proses Penyedotan Lumpur Tinja Dari Tangki Septik (Sumber: Indah Water, 2011) Pemeliharaan truk tinja Setelah pengoperasian bila diperlukan untuk peralatan dan bagian-bagian kendaraan serta ujung dari selang yang kotor, maka dapat mengunakan air pada tangki air pembersih yang dapat diisi melalui lubang pengisian dengan air bersih. Langkah-langkah pencucian truk tangki adalah sebagai berikut: 1. Lakukan langkah 1, 2 dan 3 dalam Persiapan Untuk Operasi. 2. Putar valve mesin vakum pada posisi pressure. 3. Putar valve yang menghubungkan sistem sirkulasi pressure ke tangki air/water tank, ke arah on. 4. Buka drain dan bersihkan dengan semprotan air. 5. Apabila proses pencucian sudah selesai, injak pedal kopling dan matikan vakum. Proses pengisian tangki air bersih dapat dilakukan dengan menggunakan sistem vakum seperti cara pengoperasian dalam langkah penyedotan seperti di atas, hanya pada langkah ke-6, three way 8
  • 9. valve di putar ke arah water tank, kemudian drain dibuka dan melalui selang penyemprotan dapat difungsikan sebagai selang penyemprot air bersih. Dalam mengunakan air untuk mengisi maupun pembersihan, tidak dianjurkan mengunakan sistem pompa vakum karena kapasitas pompa yang besar tekanannya. Beberapa petunjuk teknis mengatasi kemungkinan adanya gangguan saat operasi dan cara penggulangannya. 1. Pompa Vakum Tidak Berputar Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kondisi ini antara lain: • Buka drain dan bersihkan dengan semprotan air. • Posisi switch belum on sehingga pompa vakum belum bekerja. • Kabel mesin vakum putus dan tidak bekerja. • Sirkulasi oli pelumas pompa tidak bekerja. Oli habis tidak ada sama sekali, juga kemungkinan oli sudah kotor dan perlu penggantian dengan membuka plug. • Pompa vakum terlalu panas, karena terlalu lama beroperasi. 2. Sirkulasi sistem penyedot dan pembuangan tidak bekerja Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kondisi ini antara lain: • Pompa vakum terlalu panas, karena terlalu lama beroperasi. • Pompa vakum tidak berputar (penyebabnya seperti item 1 di atas). • Jumlah aliran oil pelumas terlalu banyak, atur penyetel valve pompa. • Ada kebocoran pada sistem pipa, flens atau klem selang, diatasi dengan mengencangkan pada baut-bautnya. • Terdapatnya jebakan air pada mesin vakum, diatasi dengan membuang air rembesan tersebut melalui plug. 3. Suction filter kotor, diatasi dengan membuka flens penutup untuk membersihkannya. 4. Ujung selang pada saat menyedot dalam tangki septik mampat oleh kotoran. 5. Penggantian Suku Cadang, hal ini dilakukan jika terjadi kerusakan bagian-bagian tertentu dari truk tinja dan tidak dapat diperbaiki lagi, maka perlu dilakukan penggantian suku cadang. Pada saat kita membeli truk tinja untuk investasi, maka perlu dipertimbangkan kemudahan memperoleh suku cadang truk tersebut dan di mana saja suku cadang tersebut dapat diperoleh. Ada baiknya memiliki persediaan beberapa suku cadang truk tinja yang diketahui mudah rusak untuk mengantisipasi berhentinya pengoperasian truk tinja. Selain suku cadang tinja perlu pula diadakan persediaan suku cadang pompa yang digunakan untuk menghisap lumpur tinja. 9
  • 10. 5.2 Operasi dan Pemeliharaan Bak Pengumpul Operasional pemasukan lumpur tinja dari truk ke dalam bak pengumpul Bak pengumpul atau tangki ekualisasi berupa bak penampung sementara yang langsung menerima influen lumpur tinja, berbentuk persegi panjang dengan kedalaman 2-3 meter. Bak pengumpul berfungsi untuk: • Menyederhanakan debit dan konsentrasi akibat adanya variasi dan fluktuasi kedatangan mobil tinja • Meningkatkan kemampuan dan menghemat biaya pengolahan unit berikutnya • Mengurangi ukuran dan biaya investasi pembangunan fasilitas pengolahan Lokasi fasilitas akan bervariasi dan tergantung dari sistem yang digunakan, berupa tipe pengolahan, karakteristik sistem pengumpulan dan jenis lumpur tinja. Operasional pemasukan (unloading) lumpur tinja dari truk ke dalam bak pengumpul dilakukan dengan cara sebagai berikut: • Masukkan limbah cair ke dalam bak penyaring • Amati aliran air yang mengalir ke dalam Sump Well, dimana apabila tidak lancar maka harus segera bersihkan screen/penyaring dari kotoran yang menyumbat • Hasil buangan kotoran dan pasir dari bak penampung awal tidak diperkenankan dibuang ke dalam Sump Well dan ditempatkan ke dalam bak khusus • Air dapat ditambah untuk memperlancar aliran dan membersihkan permukaan penyaring Pemeliharaan bak pengumpul (Platform) Letak bak pengumpul berada di hulu proses pengolahan sehingga unit ini memerlukan pemeliharaan yang seksama mengingat berpotensi terjadinya akumulasi lumpur didalamnya. Hal yang harus diperhatikan adalah pengaliran effluent dari bak pengumpul ke dalam kolam anaerobik agar jangan sampai merusak lapisan kerak buih yang menutupi kolam. Buih tersebut berfungsi untuk mencegah keluarnya bau ke sekitar lingkungan kolam. 5.3 Operasi dan Pemeliharaan Pompa, Alat Ukur Debit dan Sump Well Pemompaan limbah dari sump well Prosedurnya adalah sebagai berikut: • Amati level/kedalaman limbah dalam Sump Well, dan jika sudah penuh maka nyalakan pompa submersible dan perhatikan apakah aliran ke Imhoff Tank telah masuk 10
  • 11. Pompa secara otomatis berhenti jika level air telah mencapai titik tertentu, dan apabila pompa masih tetap menyala maka lakukan pengecekan pada switch otomatisnya • Hidupkan pompa I dan II (back up) secara bergantian dari waktu ke waktu Pemeliharaan pompa & sump pit a. Harus diperhatikan jangan sampai ada gangguan/halangan terhadap sistem dan peralatannya akibat masuknya benda-benda besar/tak terolah oleh Bangunan Pengolahan. Benda-benda padat tersebut umumnya masuk dalam unit sump pit melalui tutup manhole yang rusak/bocor b. Bila waktu tinggal air limbah di sump pit terlalu lama akan berakibat timbulnya bau yang berlebihan c. Waktu kerja pompa efluen dari sump pit dilakukan secara bergiliran dan bekerja bersama- sama pada saat beban puncak. Waktu detensi dapat diatur melalui level pada sensor d. Pada pompa sump pit secara periodk harus dilakukan perawatan karena air limbah yang dipompa dapat mengandung senyawa-senyawa asam yang dapat mempersingkat umur pompa yang pada akhirnya akan mengurangi efisiensi pompa. Pemeliharaan alat ukur debit aliran a. Upayakan dilakukan pembersihan dari akumulasi kotoran, busa (slum), ganggang/alga yang mungkin terbentuk karena adanya proses fotosintesa sel, maksudnya agar kebocoran dan tumbuhan tersebut tidak mengganggu kecepatan aliran dan sistem pembaca alat ukur b. Upayakan menghindari adanya kerusakan akibat faktor lingkungan, karena alat ukur umumnya dibangun secara terbuka c. Untuk pemeriksaan rutin setiap hari kalibrasi (menentukan ukuran sesuatu) dan pemeriksanaan kebenaran pengukuran alat ini 5.4 Operasi dan Pemeliharaan Unit Penyaring Unit penyaringan merupakan proses pertama dalam pengolahan limbah tinja, yang berfungsi untuk menahan padatan yang ada pada lumpur tinja. Penyaring terdiri dari batangan-batangan paralel atau kawat, kawat jala, kisi-kisi atau piringan yang berlubang-lubang. Penyaring ini pada umumnya berbentuk lingkaran atau persegi panjang. Beberapa tipe saringan yang sering digunakan pada pengolahan limbah dapat dilihat pada Tabel 1. Saringan batang juga digunakan untuk melindungi pompa, katup, perpipaan dan perlengkapan lainnya dari kerusakan akibat penyumbatan kotoran. 11
  • 12. Tabel 1. Tipe-Tipe Saringan (Screen) Pembagian Tipe Permukaan Penyaring Aplikasi Penyaring Klasifikasi Rentang Materi (inci) Saringan Batang Kasar 0,6 – 1,5 Besi, stainless steel Pra pengolahan Lengkungan (tetap) Sedang 0,01 – 0,1 Stainless steel, kawat besi Pengolahan primer berlubang piringan Lengkungan Kasar 0,03 x 0,09 x Tembaga atau gilingan Pra pengolahan (berputar) 2 perunggu Drum (berputar) Kasar 0,1 x 0,2 Stainless steel, kawat besi Pra pengolahan berlubang Sedang 0,1 – 0,2 Stainless steel, kawat besi Pengolahan primer berlubang Halus 0,01 – 0,1 Stainless steel, kawat besi Pengendapan residu berlubang materi padatan dari pengolahan sekunder 6- 35 ηm Stainles steel dan kain Pengolahan primer Sedang penyaring polyester Cakram berputar Sedang 0,01 – 0,4 Stainless steel Pengolahan primer Halus 0,001 – 0,02 Stainless steel Pengolahan primer Sentrifugal Halus 0,002 – 0,02 Stainless steel dan variasi Pengolahan primer, penyaring polyester pengolahan sekunder dengan pengendapan materi padat Sumber: Balai Pelatihan Air Bersih Dan Penyehatan Lingkungan Permukiman, 2000 Pembersihan saringan dilakukan setiap kali selesai pemasukan limbah dari mobil tinja, terutama untuk sampah non-tinja yang kemungkinan ditemukan seperti plastik, kondom dan pembalut. Pembersihan pada unit bar screen/mechanical screen dilakukan dengan cara: a. Untuk bar screen (manual) secara periodik dibersihkan dari benda-benda yang tertahan di kisi-kisinya b. Untuk mechanical screensecara periodik dilakukan perawatan pada motor kerja c. Dilakukan pengencangan pada rantai dan memberikan tambahan pelumas secara teratur d. Melakukan pengaturan tekanan pada rantai kerja dan mengatur lengan kerja mechanical screen 12
  • 13. 5.5 Operasi dan Pemeliharaan Tangki Imhoff Persiapan pengoperasian (start up) a) Isi TangkiImhoff dengan air hingga penuh dan melimpah keluar melalui pipa outlet dan biarkan selama 2 (dua) hari b) Masukkan lumpur tinja melalui ruang penerima lumpur tinja sebanyak duat atau tiga truk dan biarkan selama (2-5) hari c) Buka kran pipa pembuang lumpur untuk mengalirkan lumpur ke bak pengering d) Biarkan lumpur tersebar di bak pengering selama 10 hari dan buat catatan harian kondisi proses pengeringan lumpur Tata cara pengoperasian tangki imhoff Proses yang berlangsung adalah proses sedimentasi, dimana adanya pemisahan lumpur tinja menjadi bagian padat dan bagian cair yang terjadi dalam ruang sedimentasi. Bagian padat membentuk endapan lumpur di dasar tangki dan sedangkan bagian cair di lapisan atasnya disebut supernatan. Supernatan akan mengalir keluar melalui penyekat (baffle) dari pipa outlet menuju kolam stabilisasi. Endapan secara periodik dikeluarkan melaui pipa pembuang lumpur dan mengalir menuju bak pengering lumpur. Upayakan aliran lumpur didistribusikan secara merata dan hindari gejolak dalam tangki. Pelaksanaan pemeliharaan tangki imhoff Lumpur tinja dari truk dipompakan ke dalam TangkiImhoff melalui pipa ke ruang lumpur dengan hati-hati. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemeliharaan Tangki Imhoffantara lain: • Ruang penerima lumpur harus selalu dibersihkan sebelum dan sesudah pelaksanaan pemompaan lumpur ke tangki • Pembersihan lemak dan zat-zat padat yang mengapung pada permukaan air di ruang sedimentasi harus dilakukan setiap hari • Pengikisan/pengerukan zat pada yang menempel pada dinding dan pada bagian dasar yang landai dari ruang sedimentas dengan sikat atau sapu karet dan harus dilakukan setiap minggu • Pembersihan celah (slot) pada dasar ruang sedimentasi dengan menggunakan keruk rantai harus dilakukan setiap minggu • Pengendalian busa/buih yang terdapat pada ruang busa dengan menggunakan air bertekanan dan busa akan keluar setelah ketebalan 0,5m • Pengendapan lumpur dari tangki dilakukan sebelum permukaan lapisan endapan lumpur di ruang pengendapan mendekati 0,5m ke celah (slot) dasar ruang sedimentasi. Estimasi 13
  • 14. volume lumpur yang dikeluarkan dari tangki kira-kira 20-25% volume lumpur tinja yang masuk • Setelah pelaksanaan pengeluaran lumpur, pipa pembuang dibersihkan dengan penggelontaran menggunakan air bersih. Hal ini berguna untuk mencegah pengerasan dalam pipa • Apabila terdapat endapan pasir maka pipa berpotensi tersumbat • Saluran inlet dan outlet Tangki Imhoffharus dibersihkan secara berkala dari timbunan zat padat 5.6 Operasi dan Pemeliharaan Kolam-Kolam Stabilisasi Sebuah IPLT pada umumnya akan terdiri dari beberapa kolam, yaitu: 1. Kolam/Bak Pengumpul 2. Kolam Anaerobik/Kolam Fakultatif 3. Kolam Maturasi 4. Kolam Pengeringan Lumpur Adapun operasi dan pemeliharaan masing-masing adalah sebagai berikut: Operasional Kolam/Bak Pengumpul Bak pengumpul telah dijelaskan pada bagian segingga sehingga tidak akan diuraikan lagi. Namun, perlu diingatkan agar pengaliran effluent dari bak pengumpul ke dalam kolam anaerobik jangan sampai merusak lapisan kerak buih yang berfungsi untuk mencegah keluarnya bau ke lingkungan di sekitar kolam. Operasional Kolam Anaerobik /Kolam Fakultatif Kolam anaerobik dapat diletakkan setelah bak pengumpul, atau juga dapat berfungsi sebagai penerima apabila bak pengumpul tidak ditemukan. Hal yang harus diperhatikan pada kolam ini adalah: • Kolam ini beroperasi tanpa adanya oksiden terlarut DO (dissolved oxygen) • Pembersihan terhadap screen harus dilakukan secara regular agar tidak mengganggu pengisian kolam • Apabila pengoperasian bar screen secara otomatis maka perlu diberikan oli/pelumas pada alat-alat mekanik • Tanaman disekitar tanggul kolam diusahakan pendek (tanaman perdu) dan jangan sampai meluas ke dalam kolam • Buih (scum) dan alga dari kolam fakultatif dikurangi dan dibersihkan • Inlet dan outlet dari kolam untuk pengaliran air harus bebas dari akumulasi lumpur 14
  • 15. Pemeriksaan rutin terhadap kerusakan tanggul akibat gangguan binatang, dan apabila perluditambah dengan racun atau perangkap binatang • Pemagaran untuk menghindari hal-hal yang mungkin terjatuh ke dalam kolam Operasional Kolam Maturasi Penempatannya adalah setelah Kolam Fakultatif dengan proses aerobik penuh sehingga kolam ini relatif dangkal (< 1 m) dan mempunyai waktu tinggal (retention time) selama 5-7 hari. Operasi dan pemeliharaannya adalah sebagai berikut: a. Inlet dan outlet harus dijaga kelancaran pengolahannya, dimana inlet harus bebas dari lumpur b. Alga yang terbentuk tidak boleh tinggal dan harus dibuang dari permukaan karena berpotensi menimbulkan bau c. Tidak boleh adanya tumbuhan/tanaman keras disektiar tanggul kolam, namun rumput boleh asalkan disekeliling tanggung d. Pencatatan debit, kualitas efluen, inlet dan outlet dilakukan agar proses dapat dikontrol dari segi kualitas (efluen, beban aliran hidrolik dan organik) maupun kuantitas (kebocoran, dsb) e. Pemeriksaan rutin terhadap kerusakan tanggul akibat gangguan binatang, dan apabila perluditambah dengan racun atau perangkap binatang f. Pemagaran untuk menghindari hal-hal yang mungkin terjatuh ke dalam kolam Adapun estimasi keperluan tenaga kerja untuk kolam ini akan tergantung dari jumlah populasi yang dilayani. Estimasi kebutuhan tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini. Tabel 3. Estimasi Kebutuhan Tenaga Kerja Jumlah Penduduk Kebutuhan Tenaga 10.000 25.000 50.000 100.000 250.000 Tenaga Supervisi - - 1 1 1 Tenaga Mekanik (*) - - - 1 1 Tenaga Laboratorium (**) - 1 1 1 2 Asisten Supervisi - 1 2 2 2 Tenaga Penunjang 1 2 4 6 10 (***) Driver - 1 1 1 2 Pengawas (***) 1 1 1 3 5 JUMLAH 2 6 10 15 23 Sumber: Balai Pelatihan Air Bersih Dan Penyehatan Lingkungan Permukiman, 2000 Catatan: (*) : tergantung jumlah peralatan yang dipakai (**) : tergantung ada tidaknya laboratorium di lokasi (***) : tergantung ada tidaknya fasilitas kendaraan atau mesin pemotong rumput 15
  • 16. Pada saat pengoperasian, beberapa masalah dapat dihindari dengan adanya perencanaan yang baik dan waktu istirahat yang memadai. Masalah yang mungkin terjadi beserta penanggulangannya adalah sebagai berikut: Operasional Aerator Dan Tangki Aerasi • Proses aerasi/penguraian zat organik harus berfungsi secara baik sehingga menghasilkan efluen yang dapat diendapkan dengan baik pada unit clarifier • Sistem mekanis aeratornya harus berfungsi dengan baik serta pengamatan terus- menerus terhadap zat/bahan pengganggu proses biologis yang ada pada influent air limbah domestik Tabel 4. Permasalahan dalam Pengoperasian Kolam Maturasi No. Masalah/Gangguan Penanggulangan/Solusi 1. Bau pada kolam fakultatif Biasanya terjadi apabila akumulasi busa (scum) dan peningkatan alga biru karena proses anaerobik mendominasi proses pada sistem. Agar segera dibersihkan scum dari permukaan air/pinggiran kolam. Bila pH < 7 maka tambahkan kapur pada inletnya 2. Rembesan tinggi pada Kondisi ini sering terjadi pada dasar kolam, yang nantinya akan kolam tertutup dengan sendirinya. Kolam memerlukan bahan proteksi air misalnya plastik, semen, dsb. Alternatif lain adalah memakai penutup/sealing secara menyeluruh dengan tanah liat 3. Tanaman yang tumbuh Semua jenis tanaman harus dijauhkan dari dasar kolam sebelum kolam diisi 4. Lapisan alga tumbuh pada Semprotkan air dengan tekanan tinggi secara teliti pada kolam fakultatif dan permukaan, atau tambahkan CuSO4 dengan konsentrasi 1 maturasi mg/liter 5 Ketinggian tanaman di Pemotongan dilakukan secara periodik untuk menjaga agar kolam tanaman tersebut dikendali dan tidak tumbuh liar 6. Tumbuhan berkembang Kedalaman kolam ditambah atau ditingkatkan beban untuk sampai permukaan kolam menutup cahaya dari dasar kolam. Rumput liar harus dihilangkan secara hati-hati dari dasar kolam dengan alat (perahu) agar lapisan kedap air tidak rusak 7. Lubang hewan dan Lubang yang ada harus ditutup, hindarkan keberadaan serangga pada tanggul makanan hewan yang mungkin tumbuh di sekitar fasilitas kolam pengolahan air limbah. Perangkap atau racun bila diperlukan 16
  • 17. Tabel 4. Permasalahan dalam Pengoperasian Kolam Maturasi (lanjutan) No. Masalah/Gangguan Penanggulangan/Solusi 8. Gangguan hewan terbang Usahakan agar bagian pinggir kolam dalam keadaan bersih dari tumbuhan liar 9. Konsentrasi alga yang tinggi Hentikan aliran dari bawah ke permukaan dimana populasi alga pada efluen aliran penerima rendah, pakai aliran horisontal dengan filter dari batu kerikil 10. Terjadinya aliran pendek yang Perbaiki sistem aliran (sirkulasi) dengan menambahkan inlet mengakibatkan efisiensi atau outlet dengan penyekat (baffle), perbaiki sistem sirkulasi treatment rendah arah air bila mungkin dan bersihkan lumpur serta daur ulang Sumber: Balai Pelatihan Air Bersih Dan Penyehatan Lingkungan Permukiman, 2000 • Pengukuran Biomasa • Untuk mengetahui beban lumpur yang mengendap digunakan pengukuran secara manual dengan melihat ketinggian yang ada. Konsentrais lumpur sebaiknya diukur di laboratorium sebagai MLVSS (Mixed Liquor Volatile Suspended Solid), tingkat keterendapan lumpur sebaiknya diukur sebagai SVI (Sludge Volume Index). • Pengolahan lumpur ‐ Lumpur berlebihan yang dihasilkan setiap hari harus dibuang untuk menjaga F/M ratio (rasio makanan dengan jumlah mikroba) atau waktu tinggal sel yang sudah ditetapkan ‐ Kelebihan lumpur dialirkan ke tangki primer/tangki pengentalan ‐ Kelebihan lumpur juga dapat dikeluarkan dengan cara membuang mixed liquor langsung dari pipa effluent ke tangki aerasi Gambar 2. Pengolahan Biologis Pada IPLT (Sumber: Dirjen Tata Perkotaan Dan Tata Perdesaan, 2003) 17
  • 18. 5.7 Operasi dan Pemeliharaan Kolam Pengering Lumpur Untuk mengoperasikan kolam ini dengan efisien perlu diketahui sumber, karakteristik dan kuantitas dari lumpur yang akan diolah. Permasalahan yang terkait dengan penanganan lumpur sangat kompleks karena: • Komposisi lumpur sebagian besar memiliki karakter buangan yang tidak terolah • Lumpur yang berasal dari pengolahan biologi memerlukan pembuangan terdiri dari materi organik yang berasal dari lumpur tinja atau air limbah tetapi dalam bentuk yang berbeda, dimana lumpur tersebut dapat terdekomposisi dan menjadi tidak stabil • Hanya sedikit bagian dari lumpur yang berupa materi padat Perbedaan karakteristik lumpur tergantung dari sumber lumpur, tipe pengolahan yang menghasilkan lumpur tersebut, penambahan zat-zat kimia dalam proses pengolahan, kandungan pH, alkanitas serta asam organik. Adapun karakteristik lumpur dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Sumber dan Karakteristik Lumpur di IPLT No. Lumpur/Padatan Karakteristik 1. Penyaring/screening Menyangkut semua tipe materi organik and anorganik yang banyak tersaring pada jaring-jaring 2. Buih dan lemak Buih mengandung materi-materi terapung yang tersaring dipermukaan pada proses pengendapan. Buih mengandung lemak dan minyak yang berasal dari hewan dan tumbuhan 3. Lumpur pada pengolahan Biasanya tipis, berwarna abu-abu, dan sering berbau menusuk. primer Lumpur ini mudah terurai 4. Lumpur aktif/activated Umumnya berwarna coklat dan berupa gumpalan-gumpalan. Jika sludge berwarna hitam maka lumpur tersebut dalam kondisi septik (tidak mengandung oksigen). Jika berwarna lebih terang maka lumpur tersebut telah diaerasi. Lumpur aktif akan terurai dengan sendirinya atau ketika bercampur dengan lumpur primer 5. Lumpur yang terurai Umumnya berwarna hitam kecoklatan dan berupa gumpalan. secara aerobik Baunya tidak terlalu menusuk dan lumpur yang terurai dengan baik secara biologi akan mudah dikeringkan pada bak pengering lumpur 6. Lumpur yang terurai Umumnya berwarna kehitaman dan banyak mengandung gas secara anaerob ketika terjadi proses penguraian sehingga menimbulkan bau menusuk 18
  • 19. Tabel 5. Sumber dan Karakteristik Lumpur di IPLT (lanjutan) No. Lumpur/Padatan Karakteristik 7. Lumpur hasil Umumnya berwarna coklat kehitaman, namun juga bervariasi jika pengomposan terdapat zat-zat lain dalam proses pengomposan seperti golongan- golongan kayu tidak akan menimbulkan bau busuk 8. Lumpur tangki septik Umumnya berwarna hitam walaupun lumpur tersebut terurai dengan baik melalui proses penyimpanan yang lama, berbau menusuk karena mengandung gas H2S Sumber: Balai Pelatihan Air Bersih Dan Penyehatan Lingkungan Permukiman, 2000 Volume Lumpur Volume lumpur bergantung pada kandungan airnya. Sebagai contoh lumpur yang terdiri dari 90% air dan 10% materi padatan akan disebut lumpur 10%. Kuantitas lumpur yang memasuki suatu sistem pengolahan akan berfluktuatif sehingga faktor-faktor seperti rata-rata aliran lumpur maksimum dan kapasitas penyimpanan dari unit pengolahan harus diperhatikan saat mendesain sebuah IPLT. Operasional Pengolahan Lumpur Secara umum, pengolahan lumpur terbagi atas 2 jenis yaitu pengolahan secara biologi dan bukan biologi dengan tahapan mulai dari stabilisasi, pengkondisian dan akhirnya pengeringan. a) Stabilisasi Lumpur Tujuannya adalah: • Mereduksi bakteri patogen • Mengurangi bau • Mencegah, mengurangi atau menghilangkan faktor-faktor pembusukan Keberhasilan dari stabilisasi lumpur tergantung dari pengaruh proses stabilisasi terhapat materi-materi organik yang dikandung oleh lumpur tersebut. Kemampuan hidup bakteri patogen, pembebasan bau dan pembusukan yang terjadi selama mikroorganisme menghancurkan materi organik di dalam lumpur, yang meliputi: • Pengurugan meteri organik secara biologi • Oksidasi secara kimia materi organik • Penambahan zat-zat kimia ke dalam lumpur • Pengolahan dengan proses untuk mendefinisikan atau menstrerilkan lumpur 19
  • 20. b) Pengkondisian Bertujuan untuk mempermudah pengeringan, yang dapat dilakukan dengan metode kimia maupun metode panas. c) Pengeringan Bertujuan untuk menurunkan kadar air yang terkandung dalam lumpur. Hal yang harus dipertimbangkan dalam tahap pengeringan antara lain: • Biaya yang diperlukan untuk mengangkut lumpur kering akan lebih murah apabila telah dikeringkan • Penguraian kadar air dilakukan untuk mencegah bau dan pembusukan • Lahan yang tersedia Pengeringan dapat di lalukan pada bak pengering lumpur, dimana keuntungannya antara lain biaya operasi yang murah, tidak dibutuhkan operator yang banyak, tidak dibutuhkan keahlian khusus untuk mengoperasikannya, keperluan energi yang kecil, serta tidak terlalu sensitif terhadap variasi perubahan lumpur. Lumpur dapat diperoleh dari dua sumber, yaitu dari unit pengolahan awal (preliminary treatment) dan dari unit pengolahan sekunder (kolam fakultatif dan kolam maturasi). Lama waktu yang diperlukan untuk mengeringkan lumpur adalah sekitar (1-2) minggu (tergantung pada ketebalan lumpur yang ditampung). Hal yang harus diperhatikan dalam pengoperasian dan pemeliharaan bak pengering lumpur adalah: • Ketebalan lumpur di dalam setiap sel bak pengering harus selalu dijaga setebal 0,1-0,3 m • Pengisian bak pengering lumpur dilakukan secara bertahap (satu per satu atau sel demi sel) • Pengambilan lumpur kering dari setiap sel kolam pengering dilakukan setelah lumpur menetap selama 10 hari setelah waktu pengisiannya • Apabila setelah hujan lebat, di atas permukaan pasir yang masih kosong biasanya akan terdapat kotoran-kotoran yang menggumpal dan akan mengganggu proses perembesan sehingga perlu dibersihkan atau dikeruk • Pada saat pengerukan, perhatikan apakah ada lapisan pasir yang terangkat. Apabila ada maka perlu penambahan pasir agar ketebalan media di dalam bak pengering lumpur tetap terjaga Hasil buangan endapan lumpur dari Tangki Imhoff akan mengalami pengeringan dengan panas matahari yang berlangsung selama 14 hari (saat kemarau). Tanah/hasil dari proses pengeringan dapat dibuang ke TPA atau digunakan sebagai pupuk alam. 20
  • 21. 5.8 Operasi dan Pemeliharaan Unit Pengolahan Kimia • Sebagian besar klorin digunakan di pengolahan air limbah domestik untuk desinfeksi dan mengontrol bau busuk • Klorin juga digunakan pada pembersih nitrogen, melalui sebuah proses yang menghubungkan titik patah klorinasi (break point chlorination). Untuk pembersihan nitrogen cukup ditambahkan klorin ke air limbah untuk mengkonversi mengubah semua amonium nitrogen ke gas nitrogen. Kira-kira 10 mg/liter klorin harus ditambahkan setiap 1 mg/liter amonium nitrogen air limbah • Untuk desinfeksi dengan klorin, waktu kontak antara klorin dengan aliran air limbah selama direncanakan selama 30 menit sehingga dapat mematikan organisme penyebab penyakit yang ditemukan di pengolahan air limbah domestik. 6 PEDOMAN PEMELIHARAAN SISTEM DAN PROSES/TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH 6.1 Program Pemeliharaan Tujuan utama program pemeliharaan adalah untuk memanfaatkan modal investasi yang telah ditanam dalam pembangunan sistem pengolahan air limbah domestik, agar dapat dioperasikan dengan efisien dan kinerja yang optimum. Jenis-jenis program pemeliharaan diantaranya yang penting adalah sebagai berikut: • Pemeliharaan Pencegahan (Preventive Maintenance): jadwal operasi pemeliharaan harus direncanakan dengan sistematis dan ketat, agar dapat memperkecil gangguan (misal: pelapis/coating tidak cepat keropos akibat korosi) dan memperbaiki kemacetan (misal: pelumasan peralatan) serta memperlancar operasi setempat (misal: pengetesan alat-alat seperti ada mur baut yang akan lepas) sehingga umur efektifnya panjang • Pemeliharaan Perbaikan (Corrective Maintenance): Pemerliharaan perbaikan meliputi normalisasi jaringan pipa, perbaikan atau mengganti peralatan atau perlengkapan yang telah rusak. Kerusakan pada saluran diklasifikasikan ke dalam 2 tipe yaitu kerusakan struktur dan kerusakan fungsi • Pemeliharaan Urusan Rumah Tangga (House Keeping Maintenance): menjaga kebersihan dan keindahan semua unit fasilitas yang ada • Pendataan dan Pelaporan (Records and Report): Pendataan dan pelaporan ada dua kelompok, yaitu data intern dan ekstern. Data internal yaitu data sistem organisasi dan sumber daya manusia, desain dan pelaksanaan pembangunan, investasi pelaksanaan dan pembiayaan operasi dan pemeliharaan. Sedangkan data eksternal adalah dampaknya terhadap lingkungan sekitar 21
  • 22. 6.2 Permasalahan Operasi yang Sering Terjadi dan Penanganannya Permasalah hidrolis Ketersediaan air penggelontor sangat kecil, sehingga transportasi tinja tidak selalu dapat berang hanyut, melainkan sebagian kandas, tertinggal dan lengket pada dasar saluran. Hal ini dapat mengakibatkan kekerasan pipa menjadi besar dan mengecilnya ruang dalam pipa, di samping itu emisi gas H2S tidak dapat dihindari. Alternatif penanganan: • Sistem penggelontor di setiap WC distandarisasi, misal 15 liter • Mejaga agar kotoran pada dari luar tidak masuk ke dalam pipa dengan membuat saringan pada setiap inlet pemasukan, misal inlet pengenceran air hujan dan pada bak kontrol pada tanah persil • Pembersihan saluran diintensifkan, terutama pembilasan air dari terminal clean out sering dilakukan, serta sistem penggelontor yang ada diefektifkan • Elevasi setiap bak kontrol dibuat lebih tinggi dari elevasi permukaan tanah disektiarnya, agar tidak terbenan oleh limpasan air hujan yang mungkin dapat masuk dan membawa kotoran yang hanyut • Sistem drainase jalan yang dilalui jalur perpipaan diperbaiki, agar air infiltrasi yang masuk celah-celah lubang tutup manhole tidak membawa hanyutan benda-benda padat kasar yang berpotensi menyebabkan penyumbatan Program kerja pemeliharaan pencegahan meliputi pekerjaan rutin terjadwal pengawasan dan pembersihan saluran. Dimulai dengan pengawasan pendahuluan diperoleh metoda dan jenis pemeliharaan dan pencegahan berikutnya sehingga dapat diketahui peralatan yang diperlukan. Permasalah Endapan dan Sampah Sistem drainasei yang buruk menyebabkan infiltrasi air hujan yang membawa hanyutan suspensi diskrit padat dan sampah. Hal ini berpotensi untuk membuat sumbatan-sumbatan aliran sehingga menghasilkan gas H2S, CO2 dan methan. Permasalahannya adalah operasi pembersihan endapan tidak dapat dilakukan karena adanya gas CO2 yang bisa meracuni operator. Agar dihindari pengujian dengan nyala lampu lilin atau lantera, karena bisa menimbulkan ledakan bila konsentrasi gas methan tinggi. Disarankan untuk perbaikan di dalam pipa menggunakan tabung udara. Alternatif penanganan: • Perbaikan sistem drainase • Kebersihan jalan masuk dan jalan akses dijaga • Tutup manhole(lubang kontrol) dikunci sehingga tidak dapat diisi sampah 22
  • 23. Inspeksi rutin sistem penyaluran air limbah baik kinerja maupun peralatan dan perlengkapan Permasalah Akar Pohon Akar pepohonan disekitar jalur perpipaan berpotensi untuk: • Merubah dudukan peletakan pipa, yang dapat mengangkat, menurunkan, menggeser, dan mungkin mengakitbatkan sambungan pipa lepas atau patah • Akar serabut yang halus dapat masuk ke dalam celah-celah sambungan pipa sehingga mengakibatkan kebocoran dan mengganggu jalannya aliran yang akhirnya dapat menyebabkan penyumbatan Alternatif Penanganan: • Dilarang menanam pohon terlalu dekat dengan jalur perpipaan, terutama jenis pohon berakar panjang dan serabut • Pemeliharaan rutin dan bila telah diperlukan harus dilakukan pembersihan dengan alat (root cutting saw) 7. PEMELIHARAAN SISTEM PERPIPAAN Beberapa masalah teknis yang sering terjadi dalam pemeliharaan suatu sistem perpipaan air limbah adalah: Masalah Hidrolis • Belum seluruh saluran kakus (water closet) memakai tangki penggelontor, sehingga air untuk menggelontor saluran tidak mencukupi dan ini akan dapat mengakibatkan terjadinya pengendapan partikel-partikel padat sepanjang saluran • Perlu dilakukan upaya penggelontoran yang cukup keras, sehingga adanya kedalaman berenang yang cukup untuk menghanyutkan benda-benda keras yang ada di dalamnya Masalah Endapan • Sistem drainase sepanjang jalur air limbah domestik harus diperbaiki • Tutup manhole air limbah harus jauh dari bahaya limpasan air hujan, yakni harus dijaga jangan sampai terbuka • Perlu membangun kesadaran masyarakat melalui penyuluhan dan penetapan peraturan agar tidak membuang sampah ke dalam manhole • Perlu program inspeksi yang terjadwal terhadap setiapmanhole jaringan penyaluran air limbah yang ada untuk dapat mengatasi masalah yang timbul sedini mungkin 23
  • 24. Untuk sistem setempat perlu dilakukan penggelontoran secara periodik dan pembuatan bak kontrol untuk mengawasi timbul endapan yang berlebihan Metoda Pembersihan Endapan • Pembersihan manual menggunakan pipa bambu dengan sikat kawat • Alat angkat dengan gulungan tangan harus digunakan dalam satu set yang terdiri dari 2 unit. Alat gulung mempunyai tali kawat yang akan dimasukkan ke dalam saluran pipa yang akan dibersihkan melalui manhole. Sebelum dimasukkan, pasang ember pada ujung kawat. Dengan alat angkat ini, tanah dan pasir dapat diangkat dari dasar lautan Gambar 3. Metoda Pembersihan Endapan Dalam Pipa • Mesin pengangkat dengan ember penjepit (bucket machine), yaitu mesin yang dilengkapi dengan alat angkat dengan gulungan mesin dilengkapi dengan suatu rangka dengan alat penarik dipasang pada kendaraan atau traktor trailer • Mesin pemberih khusus, yang terdiri dari 2 tipe yaitu tipe manual dan tipe tenaga penggerak. Pembersih dipasang pada tongkat (rod) yang dapat diputar dengan handle dan bergerak maju mundur untuk membuang tanah, pasir dan sampah • Kendaraan pembersih berkecepatan tinggi dilengkapi dengan pompa dan tangki air. Dengan mengoperasikan pompa bertekanan tinggi, mesin menekan air dalam tangki air sehinigga terbentuk pancaran air (water jet) sebesar 70-100 kg/cm2 yang keluar dari nozzle khusus yang dipasang pada kepala/ujung pipa dan mendorong pasir dan tanah yang berada dalam pipa saluran keluar melalui manhole • Mesin pembersih berkecepatan tinggi ukuran kecil, yaitu sebuah mesin yang dilengkapi dengan pompa dan tangki air. Pipa mensuplai air dari tangki dan pompa bertekanan tinggi memompa air tersebut dan disemprotkan melalui nozzle khusus yang dipasang pada kepala pipa, semprotan air dapat membersihkan tanah dan pasir 24
  • 25. Mobil penghisap (vaccum vehicle/vaccum truck), yang dapat diklasifikasikan dalam 2 tipe yaitu tipe mobil penghisap dengan tenaga reguler dan mobilpenghisap dengan tenaga tinggi Sistem pemeliharaan tutup manhole, yang diterapkan sebagai berikut: • Konstruksi tutup manhole harus diberi lubang penghawaan (vent) dan dikunci • Harus dihindarkan jalur saluran air limbah domestik, khususnya yang memiliki banyak manhole, berada pada jalur jalan lalu lintas kelas berat • Perlu dilalukan upaya peningkatan kesadaran masyarakat terhadap urgensi pemeliharaan sistem penyaluran air limbah domestik melalui program penyuluhan 8. PEMELIHARAAN BANGUNAN PADA IPLT Pemeliharaan bangunan pengolahan air limbah sistem terpusat maupun setempat merupakan upaya menjamin operasional bangunan berjalan optimal sesuai dengan tujuan dari pengelolaan yang dilakukan. Faktor-faktor yang menentukan keberhasilan operasi dan pemeliharaan, antara lain: a. Pemeriksaan peralatan dan memastikan bahwa semua peralatan yang ada sesuai dengan petunjuk pelaksanaan (juklak) atau manual operasi yang dikeluarkan oleh pabrik pembuatnya b. Seluruh operator yang bertugas harus melewati penataran/training agar dapat melakukan operasisesuai denganjuklak yang ada c. Seluruh operator dan pengawas yang bertugas pada bangunan pengolahan air limbah domestik tersebut mengerti fungsi dan letak dari masing-masing peralatan yang ada dalam bangunan tersebut d. Program pemeliharaan harus sesuai dengan instruksi yang ada pada manual operasi dan pemeliharaan e. Semua buku juklak harus siap dibaca sesuai dengan kepentingan/keperluan serta harus diletakkan pada tempat yang mudah untuk ditemukan secara cepat f. Buku catatan/laporan harian harus dipergunakan setiap hari/dibuat untuk memudahkan pengawasan keadaan sehari-hari 9. PEMANTAUAN (MONITORING) Pemantauan perlu dilakukan tidak hanya untuk melihat efisiensi pengolahan yang ada juga untuk melihat bagaimana kualitas effluent limbah (baik lumpur maupun airnya) sebelum dibuang ke badan air ataupun ke lingkungan lainnya. Kualitas effluent diperiksa di laboratorium dan selanjutnya dibandingkan dengan standar baku mutu yang ada. Jika konsentrasi (beberapa paramater seperti KOB, TSS dan mikrobiologi masih tinggi, maka kondisi ini menunjukkan 25
  • 26. bahwa IPLT bermasalah dan tidak berjalan dengan baik. Parameter yang rutin dipantau dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini. Tabel 6. Lembar Pemantauan Pengujian Kuantitas Dan Kualitas Air Limbah Pada IPLT 26
  • 27. Tabel 6. Lembar Pemantauan Pengujian Kuantitas Dan Kualitas Air Limbah Pada IPLT (Lanjutan) Sumber: Petunjuk Teknis No. CT/AL/Op-TC/003/98 27