SlideShare a Scribd company logo
1 of 28
Kelompok 1
Kepemilikan
♫       (Al-Milkiyyah)

      Pengelolaan Kepemilikan
♫   (at-tasharruf fi al milkiyah)

         Distribusi Kekayaan
♫    di Tengah-tengah Manusia
Dengan melakukan istiqra` (penelahaan induktif) terhadap
hukum-hukum syara’ yang menyangkut masalah ekonomi, akan
dapat disimpulkan bahwa Sistem Ekonomi (an-nizham al-iqtishady)
dalam Islam mencakup pembahasan yang menjelaskan bagaimana
memperoleh harta kekayaan (barang dan jasa), bagaimana mengelola
(mengkonsumsi dan mengembangkan) harta tersebut, serta
bagaimana mendistribusikan kekayaan yang ada.
          Sehingga ketika membahas ekonomi, Islam hanya
membahas masalah bagaimana cara memperoleh kepemilikan harta
kekayaan, bagaimana mengelola kepemilikan harta kekayaan yang
telah dimiliki, serta cara mendistribusikan kekayaan tersebut di
tengah-tengah masyarakat.
           Atas dasar pandangan di atas, maka menurut Zallum
(1983), Az-Zain (1981), An-Nabhaniy (1990), dan Abdullah (1990),
asas-asas yang membangun sistem ekonomi Islam terdiri dari atas
tiga asas, yakni :
(1)bagaimana harta diperoleh yakni menyangkut kepemilikan (al-
milkiyah),
(2)bagaimana pengelolaan kepemilikan harta (tasharruf fil milkiyah),
serta
(3)bagaimana distribusi kekayaan di tengah masyarakat (tauzi’ul
tsarwah bayna an-naas).
Kepemilikan (Al-Milkiyyah)
       Kepemilikan adalah tatacara yang ditempuh oleh
manusia untuk memperoleh kegunaan dari suatu jasa
ataupun barang. Adapun definisi kepemilikan menurut syara’
adalah idzin dari al-syaari’ (pembuat hukum) untuk
memanfaatkan suatu al-‘ain (dzat). Al-Syaari’ di sini adalah
Allah swt. Adapun al-‘ain adalah sesuatu yang bisa
dimanfaatkan. Sedangkan ‘izin’ adalah hukum syara’.
Makna Kepemilikan

        Kepemilikan (property), dari segi kepemilikan itu sendiri, pada
hakikatnya merupakan milik Allah SWT, dimana Allah SWT adalah
Pemilik kepemilikan tersebut sekaligus juga Allahlah sebagai Dzat Yang
memiliki kekayaan. Dalam hal ini Allah SWT berfirman :

   ‘Dan berikanlah kepada mereka, harta (milik) Allah yang telah Dia
              berikan kepada kalian.’ (QS. An-Nuur : 33)

Oleh karena itu, harta kekayaan itu adalah milik Allah semata. Kemudian
Allah SWT telah menyerahkan harta kekayaan kepada manusia untuk
diatur dan dibagikan kepada mereka. Karena itulah maka sebenarnya
manusia telah diberi hak untuk memiliki dan menguasai harta tersebut.
Sebagaimana firman-Nya :

   ‘Dan nafkahkanlah apa saja. yang kalian telah dijadikan (oleh Allah)
              berkuasa terhadapnya. ‘(QS. Al-Hadid : 7)

   ‘Dan (Allah) membanyakkan harta dan anak-anakmu.’ (QS. Nuh : 12)
Dari sinilah kita temukan, bahwa ketika Allah SWT
menjelaskan tentang status asal kepemilikan harta
kekayaan tersebut, Allah SWT menyandarkan kepada diri-
Nya, dimana Allah SWT menyatakan ‘Maalillah’ (harta
kekayaan milik Allah). Sementara ketika Allah SWT
menjelaskan tentang perubahan kepemilikan kepada
manusia, maka Allah menyandarkan kepemilikan tersebut
kepada manusia. Dimana Allah SWT menyatakan dengan
firman-Nya :

‘Maka berikanlah kepada mereka harta-hartanya. ‘(QS. An-
                       Nisaa` : 6)

‘Ambillah dari harta-harta mereka. ‘(QS. Al-Baqarah : 279)

 ‘Dan harta-harta yang kalian usahakan.’ (QS. At-Taubah :
                            24)

   ‘Dan hartanya tidak bermanfaat baginya, bila ia telah
Macam-Macam Kepemilikan
   Zallum (1983); Az-Zain (1981); An-Nabhaniy (1990);
    Abdullah (1990) mengemukakan bahwa kepemilikan
 (property) menurut pandangan Islam dibedakan menjadi
                  tiga kelompok, yaitu :
1) Kepemilikan Individu (private property)
        Kepemilikan individu adalah ketetapan hukum syara’ yang
berlaku bagi zat ataupun manfaat (jasa) tertentu, yang
memungkinkan siapa saja yang mendapatkannya untuk
memanfaatkan barang tersebut, serta memperoleh kompensasi dari
barang tersebut (jika barangnya diambil kegunaannya oleh orang
lain seperti disewa, ataupun karena dikonsumsi untuk dihabiskan
zatnya seperti dibeli).
        An-Nabhaniy (1990) mengemukakan sebab-sebab
kepemilikan tersebut terbatas pada lima sebab berikut ini :
(1) Bekerja.
(2) Warisan.
(3) Kebutuhan akan harta untuk mempertahankan hidup.
(4) Harta pemberian negara yang diberikan kepada rakyat.
2). Kepemilikan Umum (collective property)
      Kepemilikan umum adalah izin As-Syari’ kepada suatu
komunitas untuk sama-sama memanfaatkan benda. Benda-
benda yang termasuk dalam kategori kepemilikan umum
adalah benda-benda yang telah dinyatakan oleh Allah SWT
dan Rasulullah saw bahwa benda-benda tersebut untuk
suatu komunitas dimana mereka masing-masing saling
membutuhkan. Berkaitan dengan pemilikan umum ini, hukum
Islam melarang benda tersebut dikuasai hanya oleh
seseorang akan sekelompok kecil orang. Dan pengertian di
atas maka benda-benda yang termasuk dalam kepemilikan
umum dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok :

a. Benda-benda yang merupakan fasilitas umum, dimana
kalau tidak ada di dalam suatu
b. Benda-benda yang sifat pembentukannya menghalangi
untuk dimiliki hanya oleh individu secara perorangan.
c. Bahan tambang yang jumlahnya sangat besar
3). Kepemilikan Negara (state properti)

     Kepemilikan negara adalah setiap harta
yang pengelolaannya diwakilkan pada khalifah
sebagai kepala negara. Jenis-jenis harta
tersebut adalah seperti; ghanimah (rampasan
perang), jizyah (pajak untuk orang kafir),
kharâj, pajak, harta orang-orang murtad,
harta orang yang tidak memiliki ahli waris,
panti-panti dan wisma-wisma bagi aparat
pemerintahan yang dibuka oleh daulah Islam,
dan tanah-tanah yang dimiliki oleh negara.
Pengelolaan Kepemilikan
       (at-tasharruf fi al milkiyah)
    Pengelolaan kepemilikan adalah
tata cara yang seorang muslim wajib
terikat dengan tata cara tersebut
tatkala ia mempergunakan harta.
Syari’at Islam telah membatasi tata
cara ini dengan hukum-hukum syara’;
dalam dua perkara, yaitu
1) Pembelanjaan Harta

    Pembelanjaan harta (infaqul mal) adalah
pemberian harta tanpa adanya kompensasi (An-
Nabhani, 1990).

       Dalam pembelanjaan harta milik individu yang
ada, Islam memberikan tuntunan bahwa harta
tersebut pertama-tama haruslah dimanfaatkan
untuk nafkah wajib seperti nafkah keluarga, infak fi
sabilillah, membayar zakat, dan lain-lain. Kemudian
nafkah sunnah seperti sedekah, hadiah dan lain-lain.
Baru kemudian dimanfaatkan untuk hal-hal yang
mubah. Dan hendaknya harta tersebut tidak
dimanfaatkan untuk sesuatu yang terlarang seperti
untuk membeli barang-barang yang haram seperti
2) Pengembangan Harta

      Islam telah mensyari’atkan hukum-hukum tertentu bagi
pengembangan kepemilikan, baik dalam perdagangan,
pertanian, ataupun industri. Dalam urusan perdagangan Islam
telah memperbolehkan jual-beli, ijaarah (upah mengupahi)
dan syirkah (perseroan). Selain itu, Islam telah
mengharamkan riba, penimbunan (ihtikaar), penipuan,
perjudian, dan lain-lain.

      Dalam masalah pertanian, Islam membolehkan untuk
memiliki tanah untuk ditanami. Di sisi lain, Islam telah
mengizinkan mengambil tanah tersebut dari pemiliknya jika ia
tidak mengelolanya selama 3 tahun berturut-turut.

       Dalam persoalan industri, Islam membolehkan seorang
muslim memiliki pabrik, memproduksi, dan menjual hasil-hasil
produksinya. Akan tetapi produk tersebut terbatas pada hal-
hal (benda/barang) yang dihalalkan.
Distribusi Kekayaan di Tengah-tengah Manusia
        Karena distribusi kekayaan termasuk masalah yang
sangat penting, maka Islam memberikan juga berbagai
ketentuan yang berkaitan dengan hal ini. Mekanisme
distribusi kekayaan terwujud dalam sekumpulan hukum syara’
yang ditetapkan untuk menjamin pemenuhan barang dan jasa
bagi setiap individu rakyat. Mekanisme ini dilakukan dengan
mengikuti ketentuan sebab-sebab kepemilikan (misalnya,
bekerja) serta akad-akad muamalah yang wajar (misalnya
jual-beli dan ijarah).
        Namun demikian, perbedaan potensi individu dalam
masalah kemampuan dan pemenuhan terhadap suatu
kebutuhan, bisa menyebabkan perbedaan distribusi kekayaan
tersebut di antara mereka. Selain itu perbedaan antara
masing-masing individu mungkin saja menyebabkan terjadinya
kesalahan dalam distribusi kekayaan. Kemudian kesalahan
tersebut akan membawa konsekuensi terdistribusikannya
kekayaan kepada segelintir orang saja, sementara yang lain
kekurangan, sebagaimana yang terjadi akibat penimbunan alat
tukar yang fixed, seperti emas dan perak.
Oleh karena itu, syara’ melarang perputaran kekayaan
hanya di antara orang-orang kaya namun mewajibkan
perputaran tersebut terjadi di antara semua orang. Allah
SWT berfirman :
‘Supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-
   orang kaya saja di antara kamu.’ (QS. Al-Hasyr : 7)
Di samping itu syara’ juga telah mengharamkan
penimbunan emas dan perak (harta kekayaan) meskipun
zakatnya tetap dikeluarkan. Dalam hal ini Allah SWT
berfirman :
 ‘Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan
     tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka
  beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan
   mendapat) siksa yang pedih.’ (QS. At-Taubah : 34)
Secara umum mekanisme yang ditempuh oleh sistem
Mekanisme Ekonomi

       Mekanisme ekonomi adalah mekanisme melalui
aktivitas ekonomi yang bersifat produktif, berupa
berbagai kegiatan pengembangan harta (tanmiyatul
mal) dalam akad-akad muamalah dan sebab-sebab
kepemilikan (asbab at-tamalluk). Berbagai cara dala
mekanisme ekonomi ini, antara lain :
       1. Membuka kesempatan seluas-luasnya bagi
       berlangsungnya sebab-sebab kepemilikan
dalam kepemilikan individu (misalnya, bekerja di
sektor       pertanian, industru, dan perdagangan)
       2. Memberikan kesempatan seluas-luasnya
bagi berlangsungnya pengembangan harta
(tanmiyah mal) melalui kegiatan investasi
(misalnya, dengan syirkah inan, mudharabah, dan
sebagainya).
3. Larangan menimbun harta benda (uang, emas, dan
perak) walaupun telah dikeluarkan zakatnya. Harta
yang ditimbun tidak akan berfungsi ekonomi. Pada
gilirannya akan menghambat distribusi karena tidak
terjadi perputaran harta.

4. Mengatasi peredaran dan pemusatan kekayaan di
satu daerah tertentu saja misalnya dengan
memeratakan peredaran modal dan mendorong
tersebarnya pusat-pusat pertumbuhan.

5. Larangan kegiatan monopoli, serta berbagai
penipuan yang dapat mendistorsi pasar.
6. Larangan judi, riba, korupsi, pemberian
suap dan hadiah kepada penguasa. Semua ini
ujung-ujungnya akan mengakumulasikan
kekayaan pada pihak yang kuat semata
(seperti penguasa atau konglomerat).

7. Memberikan kepada rakyat hak
pemanfaatan barang-barang (SDA) milik
umum (al- milkiyah al-amah) yang dikelola
negara seperti hasil hutan, barang tambang,
minyak, listrik, air dan sebagainya demi
kesejahteraan rakyat.
Mekanisme Non-Ekonomi

     Mekanisme non-ekonomi adalah
mekanisme yang tidak melalui aktivitas
ekonomi yang produktif, melainkan
melalui aktivitas non-produktif,
misalnya pemberian (hibah, shadakah,
zakat, dll) atau warisan. Mekanisme
non-ekonomi dimaksudkan untuk
melengkapi mekanisme ekonomi. Yaitu
untuk mengatasi distribusi kekayaan
yang tidak berjalan sempurna jika
hanya mengandalkan mekanisme
ekonomi semata.
Mekanisme non-ekonomi diperlukan baik karena
adanya sebab-sebab alamiah maupun non-alamiah. Sebab
alamiah misalnya keadaan alam yang tandus, badan yang
cacat, akal yang lemah atau terjadinya musibah bencana
alam.
       Semua ini akan dapat menimbulkan terjadinya
kesenjangan ekonomi dan terhambatnya distribusi
kekayaan kepada orang-orang yang memiliki keadaan
tersebut.
       Dengan mekanisme ekonomi biasa, distribusi
kekayaan bisa tidak berjalan karena orang-orang yang
memiliki hambatan yang bersifat alamiah tadi tidak dapat
mengikuti kompetisi kegiatan ekonomi secara normal
sebagaimana orang lain.
       Bila dibiarkan saja, orang-orang itu, termasuk
mereka yang tertimpa musibah (kecelakaan, bencana alam
dan sebagainya) makin terpinggirkan secara ekonomi.
Mereka akan menjadi masyarakat yang rentan terhadap
perubahan ekonomi.
       Bila terus berlanjut, bisa memicu munculnya
Mekanisme non-ekonomi juga diperlukan
karena adanya sebab-sebab non-alamiah, yaitu
adanya penyimpangan mekanisme ekonomi.
Penyimpangan mekanisme ekonomi ini jika dibiarkan
akan bisa menimbulkan ketimpangan distribusi
kekayaan. Bila penyimpangan terjadi, negara wajib
menghilangkannya.

      Misalnya jika terjadi monopoli, hambatan
masuk (barrier to entry) –baik administratif maupun
non-adminitratif– dan sebagainya, atau kejahatan
dalam mekanisme ekonomi (misalnya penimbunan),
harus segera dihilangkan oleh negara.
Mekanisme non-ekonomi bertujuan agar di tengah
masyarakat segera terwujud keseimbangan (al-
tawazun) ekonomi, yang akan ditempuh dengan
beberapa cara. Pendistribusian harta dengan
mekanisme non-ekonomi antara lain adalah :

1. Pemberian harta negara kepada warga negara yang
dinilai memerlukan.

2. Pemberian harta zakat yang dibayarkan oleh
muzakki kepada para mustahik.

3. Pemberian infaq, sedekah, wakaf, hibah dan
hadiah dari orang yang mampu kepada yang
memerlukan.

4. Pembagian harta waris kepada ahli waris dan lain-
lain.
Adakah kawan yang ingin bertanya?
Sampai Jumpa Teman

     Tetaplah Berjuang

Semoga Kita Bertemu Kemba

ng Masa Indah Kita Sebiru Ha

More Related Content

What's hot

Ppt presentasi ekonomi islam pengertian harta dalam islam
Ppt presentasi ekonomi islam pengertian harta dalam islamPpt presentasi ekonomi islam pengertian harta dalam islam
Ppt presentasi ekonomi islam pengertian harta dalam islam
ppt education
 
Konsep harta dalam ekonomi islam
Konsep harta dalam ekonomi islamKonsep harta dalam ekonomi islam
Konsep harta dalam ekonomi islam
Gazali Mdr
 
Pengertian hak
Pengertian hakPengertian hak
Pengertian hak
heru_UMY
 
1 a kump 3_bab 10_memahami islam dan harta
1 a kump 3_bab 10_memahami islam dan harta1 a kump 3_bab 10_memahami islam dan harta
1 a kump 3_bab 10_memahami islam dan harta
8arbi8
 

What's hot (19)

Konsep Harta Dalam Islam
Konsep Harta Dalam IslamKonsep Harta Dalam Islam
Konsep Harta Dalam Islam
 
Ppt presentasi ekonomi islam pengertian harta dalam islam
Ppt presentasi ekonomi islam pengertian harta dalam islamPpt presentasi ekonomi islam pengertian harta dalam islam
Ppt presentasi ekonomi islam pengertian harta dalam islam
 
Konsep harta dalam ekonomi islam
Konsep harta dalam ekonomi islamKonsep harta dalam ekonomi islam
Konsep harta dalam ekonomi islam
 
Makalah ayat dan hadits ekonomi - harta dan hak kepemilikan
Makalah ayat dan hadits ekonomi - harta dan hak kepemilikanMakalah ayat dan hadits ekonomi - harta dan hak kepemilikan
Makalah ayat dan hadits ekonomi - harta dan hak kepemilikan
 
Fiqih Muamalah - Konsep Harta dalam Islam
Fiqih Muamalah - Konsep Harta dalam IslamFiqih Muamalah - Konsep Harta dalam Islam
Fiqih Muamalah - Konsep Harta dalam Islam
 
Konsep
KonsepKonsep
Konsep
 
Harta dari perspektif islam 2
Harta dari perspektif islam 2Harta dari perspektif islam 2
Harta dari perspektif islam 2
 
Pengertian hak
Pengertian hakPengertian hak
Pengertian hak
 
Teori Pemilikan
Teori PemilikanTeori Pemilikan
Teori Pemilikan
 
Konsep kepemilikan dalam islam
Konsep kepemilikan dalam islamKonsep kepemilikan dalam islam
Konsep kepemilikan dalam islam
 
02 konsep harta dan kepemilikan dalam islam 2014
02 konsep harta dan kepemilikan dalam islam 201402 konsep harta dan kepemilikan dalam islam 2014
02 konsep harta dan kepemilikan dalam islam 2014
 
Teori Harta dalam Muamalat
Teori Harta dalam MuamalatTeori Harta dalam Muamalat
Teori Harta dalam Muamalat
 
03 KONSEP HARTA & KEPEMILIKAN DALAM ISLAM
03 KONSEP HARTA & KEPEMILIKAN DALAM ISLAM03 KONSEP HARTA & KEPEMILIKAN DALAM ISLAM
03 KONSEP HARTA & KEPEMILIKAN DALAM ISLAM
 
Harta
HartaHarta
Harta
 
Hak milik
Hak milikHak milik
Hak milik
 
1 a kump 3_bab 10_memahami islam dan harta
1 a kump 3_bab 10_memahami islam dan harta1 a kump 3_bab 10_memahami islam dan harta
1 a kump 3_bab 10_memahami islam dan harta
 
Nota lengkap tasawwur islam ting 5
Nota lengkap tasawwur islam ting 5Nota lengkap tasawwur islam ting 5
Nota lengkap tasawwur islam ting 5
 
Wakaf
WakafWakaf
Wakaf
 
Ekonomi syariah konsep harta dan kepemilikan dalam islam
Ekonomi syariah konsep harta dan kepemilikan dalam islamEkonomi syariah konsep harta dan kepemilikan dalam islam
Ekonomi syariah konsep harta dan kepemilikan dalam islam
 

Viewers also liked

Angela Belfield's PPT for Course
Angela Belfield's PPT for CourseAngela Belfield's PPT for Course
Angela Belfield's PPT for Course
AngieCMS
 
Diversity who me-yes_you_not_me_but_you
Diversity who me-yes_you_not_me_but_youDiversity who me-yes_you_not_me_but_you
Diversity who me-yes_you_not_me_but_you
AngieCMS
 
Evaluación webquest
Evaluación webquestEvaluación webquest
Evaluación webquest
inesnavarrog
 
Zasady publikacji w Internecie
Zasady publikacji w InternecieZasady publikacji w Internecie
Zasady publikacji w Internecie
malgorzata123
 
Zasady publikacji w_internecie_n
Zasady publikacji w_internecie_nZasady publikacji w_internecie_n
Zasady publikacji w_internecie_n
malgorzata123
 
Zasady publikacji w Internecie
Zasady publikacji w InternecieZasady publikacji w Internecie
Zasady publikacji w Internecie
malgorzata123
 
Refleksi sintaksis
Refleksi sintaksisRefleksi sintaksis
Refleksi sintaksis
riduan92
 
Culturally responsive teaching
Culturally responsive teachingCulturally responsive teaching
Culturally responsive teaching
AngieCMS
 
9886043 indian-pharma-industry-
9886043 indian-pharma-industry-9886043 indian-pharma-industry-
9886043 indian-pharma-industry-
kathiriyamehul
 

Viewers also liked (18)

Angela Belfield's PPT for Course
Angela Belfield's PPT for CourseAngela Belfield's PPT for Course
Angela Belfield's PPT for Course
 
Ecuador 2014: A Year of Libraries and Archives
Ecuador 2014: A Year of Libraries and ArchivesEcuador 2014: A Year of Libraries and Archives
Ecuador 2014: A Year of Libraries and Archives
 
Diversity who me-yes_you_not_me_but_you
Diversity who me-yes_you_not_me_but_youDiversity who me-yes_you_not_me_but_you
Diversity who me-yes_you_not_me_but_you
 
Numis Opportunity
Numis OpportunityNumis Opportunity
Numis Opportunity
 
Comets get connected
Comets get connectedComets get connected
Comets get connected
 
Ppt dolcet
Ppt dolcetPpt dolcet
Ppt dolcet
 
Evaluación webquest
Evaluación webquestEvaluación webquest
Evaluación webquest
 
Me3
Me3Me3
Me3
 
Zasady publikacji w Internecie
Zasady publikacji w InternecieZasady publikacji w Internecie
Zasady publikacji w Internecie
 
Zasady publikacji w_internecie_n
Zasady publikacji w_internecie_nZasady publikacji w_internecie_n
Zasady publikacji w_internecie_n
 
Zasady publikacji w Internecie
Zasady publikacji w InternecieZasady publikacji w Internecie
Zasady publikacji w Internecie
 
Morfologi - Proses pembentukan kata
Morfologi - Proses pembentukan kataMorfologi - Proses pembentukan kata
Morfologi - Proses pembentukan kata
 
Morfologi- Refleksi(Sem 5)
Morfologi- Refleksi(Sem 5)Morfologi- Refleksi(Sem 5)
Morfologi- Refleksi(Sem 5)
 
Refleksi sintaksis
Refleksi sintaksisRefleksi sintaksis
Refleksi sintaksis
 
Culturally responsive teaching
Culturally responsive teachingCulturally responsive teaching
Culturally responsive teaching
 
Sample report
Sample reportSample report
Sample report
 
Gender power point
Gender power pointGender power point
Gender power point
 
9886043 indian-pharma-industry-
9886043 indian-pharma-industry-9886043 indian-pharma-industry-
9886043 indian-pharma-industry-
 

Similar to Agama

1sistemkepemilikandalamislam 100428030444-phpapp02
1sistemkepemilikandalamislam 100428030444-phpapp021sistemkepemilikandalamislam 100428030444-phpapp02
1sistemkepemilikandalamislam 100428030444-phpapp02
Hamzah Robbani
 
Konsep harta dalam ekonomi islam
Konsep harta dalam ekonomi islamKonsep harta dalam ekonomi islam
Konsep harta dalam ekonomi islam
Gazali Mdr
 
Sources of Islamic law or jurisdiction
Sources of Islamic law or jurisdictionSources of Islamic law or jurisdiction
Sources of Islamic law or jurisdiction
mandalina landy
 
Sistem ekonomi dalam islam
Sistem ekonomi dalam islamSistem ekonomi dalam islam
Sistem ekonomi dalam islam
Arham Gensida
 

Similar to Agama (20)

1sistemkepemilikandalamislam 100428030444-phpapp02
1sistemkepemilikandalamislam 100428030444-phpapp021sistemkepemilikandalamislam 100428030444-phpapp02
1sistemkepemilikandalamislam 100428030444-phpapp02
 
Harta Kepemilikan.pptx
Harta Kepemilikan.pptxHarta Kepemilikan.pptx
Harta Kepemilikan.pptx
 
Presentasi Sistem Ekonomi Islam PAI Kelompok 7.pptx
Presentasi Sistem Ekonomi Islam PAI Kelompok 7.pptxPresentasi Sistem Ekonomi Islam PAI Kelompok 7.pptx
Presentasi Sistem Ekonomi Islam PAI Kelompok 7.pptx
 
Harta dan Kepemilikan
Harta dan Kepemilikan Harta dan Kepemilikan
Harta dan Kepemilikan
 
Konsep harta dalam ekonomi islam
Konsep harta dalam ekonomi islamKonsep harta dalam ekonomi islam
Konsep harta dalam ekonomi islam
 
Pengantar fiqh muamalat maliah dalam islam
Pengantar fiqh muamalat maliah dalam islamPengantar fiqh muamalat maliah dalam islam
Pengantar fiqh muamalat maliah dalam islam
 
Fiqmul sessi 2
Fiqmul sessi 2Fiqmul sessi 2
Fiqmul sessi 2
 
Fiqmul sessi 2
Fiqmul sessi 2Fiqmul sessi 2
Fiqmul sessi 2
 
Sistem keuangan syariah
Sistem keuangan syariahSistem keuangan syariah
Sistem keuangan syariah
 
Muamalat harta dalam islam
Muamalat harta dalam islamMuamalat harta dalam islam
Muamalat harta dalam islam
 
IBADAH DAN MUAMALAH - KONSEP HAK MILIK DALAM ISLAM
IBADAH DAN MUAMALAH - KONSEP HAK MILIK DALAM ISLAMIBADAH DAN MUAMALAH - KONSEP HAK MILIK DALAM ISLAM
IBADAH DAN MUAMALAH - KONSEP HAK MILIK DALAM ISLAM
 
kuliah 5 per 11 (hak dan kepemilikan).pdf
kuliah 5 per 11 (hak dan kepemilikan).pdfkuliah 5 per 11 (hak dan kepemilikan).pdf
kuliah 5 per 11 (hak dan kepemilikan).pdf
 
sistemekonomiislam-101104183222-phpapp01.pdf
sistemekonomiislam-101104183222-phpapp01.pdfsistemekonomiislam-101104183222-phpapp01.pdf
sistemekonomiislam-101104183222-phpapp01.pdf
 
Sources of Islamic law or jurisdiction
Sources of Islamic law or jurisdictionSources of Islamic law or jurisdiction
Sources of Islamic law or jurisdiction
 
Ekonomi syari’ah
Ekonomi syari’ahEkonomi syari’ah
Ekonomi syari’ah
 
Makalah harta dalam islam
Makalah harta dalam islamMakalah harta dalam islam
Makalah harta dalam islam
 
Sistem ekonomi dalam islam
Sistem ekonomi dalam islamSistem ekonomi dalam islam
Sistem ekonomi dalam islam
 
Model Pengelolaan Kekayaan Alam dan Energi dalam Islam
Model Pengelolaan Kekayaan Alam dan Energi dalam IslamModel Pengelolaan Kekayaan Alam dan Energi dalam Islam
Model Pengelolaan Kekayaan Alam dan Energi dalam Islam
 
001-konsep-harta-dan-kepemilikan-dalam-islam (2).ppt
001-konsep-harta-dan-kepemilikan-dalam-islam (2).ppt001-konsep-harta-dan-kepemilikan-dalam-islam (2).ppt
001-konsep-harta-dan-kepemilikan-dalam-islam (2).ppt
 
Eko slide
Eko slideEko slide
Eko slide
 

Recently uploaded (6)

ALIRAN ALIRAN ILMU KALAMyang ada di indonesia .pptx
ALIRAN ALIRAN ILMU KALAMyang ada di indonesia .pptxALIRAN ALIRAN ILMU KALAMyang ada di indonesia .pptx
ALIRAN ALIRAN ILMU KALAMyang ada di indonesia .pptx
 
SIAPAKAH KITA DI DALAM KRISTUS.pptx BULAN MEI
SIAPAKAH KITA DI DALAM KRISTUS.pptx BULAN MEISIAPAKAH KITA DI DALAM KRISTUS.pptx BULAN MEI
SIAPAKAH KITA DI DALAM KRISTUS.pptx BULAN MEI
 
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6
 
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 7
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 7Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 7
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 7
 
APA YANG TERJADI SEKARANG NEW.pptx BULAN MEI 2024
APA YANG TERJADI SEKARANG NEW.pptx BULAN MEI 2024APA YANG TERJADI SEKARANG NEW.pptx BULAN MEI 2024
APA YANG TERJADI SEKARANG NEW.pptx BULAN MEI 2024
 
Hadits Arbain 35 tentang Sesama Muslim Bersaudara.pptx
Hadits Arbain 35 tentang Sesama Muslim Bersaudara.pptxHadits Arbain 35 tentang Sesama Muslim Bersaudara.pptx
Hadits Arbain 35 tentang Sesama Muslim Bersaudara.pptx
 

Agama

  • 1.
  • 2.
  • 3.
  • 4.
  • 6.
  • 7. Kepemilikan ♫ (Al-Milkiyyah) Pengelolaan Kepemilikan ♫ (at-tasharruf fi al milkiyah) Distribusi Kekayaan ♫ di Tengah-tengah Manusia
  • 8. Dengan melakukan istiqra` (penelahaan induktif) terhadap hukum-hukum syara’ yang menyangkut masalah ekonomi, akan dapat disimpulkan bahwa Sistem Ekonomi (an-nizham al-iqtishady) dalam Islam mencakup pembahasan yang menjelaskan bagaimana memperoleh harta kekayaan (barang dan jasa), bagaimana mengelola (mengkonsumsi dan mengembangkan) harta tersebut, serta bagaimana mendistribusikan kekayaan yang ada. Sehingga ketika membahas ekonomi, Islam hanya membahas masalah bagaimana cara memperoleh kepemilikan harta kekayaan, bagaimana mengelola kepemilikan harta kekayaan yang telah dimiliki, serta cara mendistribusikan kekayaan tersebut di tengah-tengah masyarakat. Atas dasar pandangan di atas, maka menurut Zallum (1983), Az-Zain (1981), An-Nabhaniy (1990), dan Abdullah (1990), asas-asas yang membangun sistem ekonomi Islam terdiri dari atas tiga asas, yakni : (1)bagaimana harta diperoleh yakni menyangkut kepemilikan (al- milkiyah), (2)bagaimana pengelolaan kepemilikan harta (tasharruf fil milkiyah), serta (3)bagaimana distribusi kekayaan di tengah masyarakat (tauzi’ul tsarwah bayna an-naas).
  • 9. Kepemilikan (Al-Milkiyyah) Kepemilikan adalah tatacara yang ditempuh oleh manusia untuk memperoleh kegunaan dari suatu jasa ataupun barang. Adapun definisi kepemilikan menurut syara’ adalah idzin dari al-syaari’ (pembuat hukum) untuk memanfaatkan suatu al-‘ain (dzat). Al-Syaari’ di sini adalah Allah swt. Adapun al-‘ain adalah sesuatu yang bisa dimanfaatkan. Sedangkan ‘izin’ adalah hukum syara’.
  • 10. Makna Kepemilikan Kepemilikan (property), dari segi kepemilikan itu sendiri, pada hakikatnya merupakan milik Allah SWT, dimana Allah SWT adalah Pemilik kepemilikan tersebut sekaligus juga Allahlah sebagai Dzat Yang memiliki kekayaan. Dalam hal ini Allah SWT berfirman : ‘Dan berikanlah kepada mereka, harta (milik) Allah yang telah Dia berikan kepada kalian.’ (QS. An-Nuur : 33) Oleh karena itu, harta kekayaan itu adalah milik Allah semata. Kemudian Allah SWT telah menyerahkan harta kekayaan kepada manusia untuk diatur dan dibagikan kepada mereka. Karena itulah maka sebenarnya manusia telah diberi hak untuk memiliki dan menguasai harta tersebut. Sebagaimana firman-Nya : ‘Dan nafkahkanlah apa saja. yang kalian telah dijadikan (oleh Allah) berkuasa terhadapnya. ‘(QS. Al-Hadid : 7) ‘Dan (Allah) membanyakkan harta dan anak-anakmu.’ (QS. Nuh : 12)
  • 11. Dari sinilah kita temukan, bahwa ketika Allah SWT menjelaskan tentang status asal kepemilikan harta kekayaan tersebut, Allah SWT menyandarkan kepada diri- Nya, dimana Allah SWT menyatakan ‘Maalillah’ (harta kekayaan milik Allah). Sementara ketika Allah SWT menjelaskan tentang perubahan kepemilikan kepada manusia, maka Allah menyandarkan kepemilikan tersebut kepada manusia. Dimana Allah SWT menyatakan dengan firman-Nya : ‘Maka berikanlah kepada mereka harta-hartanya. ‘(QS. An- Nisaa` : 6) ‘Ambillah dari harta-harta mereka. ‘(QS. Al-Baqarah : 279) ‘Dan harta-harta yang kalian usahakan.’ (QS. At-Taubah : 24) ‘Dan hartanya tidak bermanfaat baginya, bila ia telah
  • 12. Macam-Macam Kepemilikan Zallum (1983); Az-Zain (1981); An-Nabhaniy (1990); Abdullah (1990) mengemukakan bahwa kepemilikan (property) menurut pandangan Islam dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu : 1) Kepemilikan Individu (private property) Kepemilikan individu adalah ketetapan hukum syara’ yang berlaku bagi zat ataupun manfaat (jasa) tertentu, yang memungkinkan siapa saja yang mendapatkannya untuk memanfaatkan barang tersebut, serta memperoleh kompensasi dari barang tersebut (jika barangnya diambil kegunaannya oleh orang lain seperti disewa, ataupun karena dikonsumsi untuk dihabiskan zatnya seperti dibeli). An-Nabhaniy (1990) mengemukakan sebab-sebab kepemilikan tersebut terbatas pada lima sebab berikut ini : (1) Bekerja. (2) Warisan. (3) Kebutuhan akan harta untuk mempertahankan hidup. (4) Harta pemberian negara yang diberikan kepada rakyat.
  • 13. 2). Kepemilikan Umum (collective property) Kepemilikan umum adalah izin As-Syari’ kepada suatu komunitas untuk sama-sama memanfaatkan benda. Benda- benda yang termasuk dalam kategori kepemilikan umum adalah benda-benda yang telah dinyatakan oleh Allah SWT dan Rasulullah saw bahwa benda-benda tersebut untuk suatu komunitas dimana mereka masing-masing saling membutuhkan. Berkaitan dengan pemilikan umum ini, hukum Islam melarang benda tersebut dikuasai hanya oleh seseorang akan sekelompok kecil orang. Dan pengertian di atas maka benda-benda yang termasuk dalam kepemilikan umum dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok : a. Benda-benda yang merupakan fasilitas umum, dimana kalau tidak ada di dalam suatu b. Benda-benda yang sifat pembentukannya menghalangi untuk dimiliki hanya oleh individu secara perorangan. c. Bahan tambang yang jumlahnya sangat besar
  • 14. 3). Kepemilikan Negara (state properti) Kepemilikan negara adalah setiap harta yang pengelolaannya diwakilkan pada khalifah sebagai kepala negara. Jenis-jenis harta tersebut adalah seperti; ghanimah (rampasan perang), jizyah (pajak untuk orang kafir), kharâj, pajak, harta orang-orang murtad, harta orang yang tidak memiliki ahli waris, panti-panti dan wisma-wisma bagi aparat pemerintahan yang dibuka oleh daulah Islam, dan tanah-tanah yang dimiliki oleh negara.
  • 15. Pengelolaan Kepemilikan (at-tasharruf fi al milkiyah) Pengelolaan kepemilikan adalah tata cara yang seorang muslim wajib terikat dengan tata cara tersebut tatkala ia mempergunakan harta. Syari’at Islam telah membatasi tata cara ini dengan hukum-hukum syara’; dalam dua perkara, yaitu
  • 16. 1) Pembelanjaan Harta Pembelanjaan harta (infaqul mal) adalah pemberian harta tanpa adanya kompensasi (An- Nabhani, 1990). Dalam pembelanjaan harta milik individu yang ada, Islam memberikan tuntunan bahwa harta tersebut pertama-tama haruslah dimanfaatkan untuk nafkah wajib seperti nafkah keluarga, infak fi sabilillah, membayar zakat, dan lain-lain. Kemudian nafkah sunnah seperti sedekah, hadiah dan lain-lain. Baru kemudian dimanfaatkan untuk hal-hal yang mubah. Dan hendaknya harta tersebut tidak dimanfaatkan untuk sesuatu yang terlarang seperti untuk membeli barang-barang yang haram seperti
  • 17. 2) Pengembangan Harta Islam telah mensyari’atkan hukum-hukum tertentu bagi pengembangan kepemilikan, baik dalam perdagangan, pertanian, ataupun industri. Dalam urusan perdagangan Islam telah memperbolehkan jual-beli, ijaarah (upah mengupahi) dan syirkah (perseroan). Selain itu, Islam telah mengharamkan riba, penimbunan (ihtikaar), penipuan, perjudian, dan lain-lain. Dalam masalah pertanian, Islam membolehkan untuk memiliki tanah untuk ditanami. Di sisi lain, Islam telah mengizinkan mengambil tanah tersebut dari pemiliknya jika ia tidak mengelolanya selama 3 tahun berturut-turut. Dalam persoalan industri, Islam membolehkan seorang muslim memiliki pabrik, memproduksi, dan menjual hasil-hasil produksinya. Akan tetapi produk tersebut terbatas pada hal- hal (benda/barang) yang dihalalkan.
  • 18. Distribusi Kekayaan di Tengah-tengah Manusia Karena distribusi kekayaan termasuk masalah yang sangat penting, maka Islam memberikan juga berbagai ketentuan yang berkaitan dengan hal ini. Mekanisme distribusi kekayaan terwujud dalam sekumpulan hukum syara’ yang ditetapkan untuk menjamin pemenuhan barang dan jasa bagi setiap individu rakyat. Mekanisme ini dilakukan dengan mengikuti ketentuan sebab-sebab kepemilikan (misalnya, bekerja) serta akad-akad muamalah yang wajar (misalnya jual-beli dan ijarah). Namun demikian, perbedaan potensi individu dalam masalah kemampuan dan pemenuhan terhadap suatu kebutuhan, bisa menyebabkan perbedaan distribusi kekayaan tersebut di antara mereka. Selain itu perbedaan antara masing-masing individu mungkin saja menyebabkan terjadinya kesalahan dalam distribusi kekayaan. Kemudian kesalahan tersebut akan membawa konsekuensi terdistribusikannya kekayaan kepada segelintir orang saja, sementara yang lain kekurangan, sebagaimana yang terjadi akibat penimbunan alat tukar yang fixed, seperti emas dan perak.
  • 19. Oleh karena itu, syara’ melarang perputaran kekayaan hanya di antara orang-orang kaya namun mewajibkan perputaran tersebut terjadi di antara semua orang. Allah SWT berfirman : ‘Supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang- orang kaya saja di antara kamu.’ (QS. Al-Hasyr : 7) Di samping itu syara’ juga telah mengharamkan penimbunan emas dan perak (harta kekayaan) meskipun zakatnya tetap dikeluarkan. Dalam hal ini Allah SWT berfirman : ‘Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih.’ (QS. At-Taubah : 34) Secara umum mekanisme yang ditempuh oleh sistem
  • 20. Mekanisme Ekonomi Mekanisme ekonomi adalah mekanisme melalui aktivitas ekonomi yang bersifat produktif, berupa berbagai kegiatan pengembangan harta (tanmiyatul mal) dalam akad-akad muamalah dan sebab-sebab kepemilikan (asbab at-tamalluk). Berbagai cara dala mekanisme ekonomi ini, antara lain : 1. Membuka kesempatan seluas-luasnya bagi berlangsungnya sebab-sebab kepemilikan dalam kepemilikan individu (misalnya, bekerja di sektor pertanian, industru, dan perdagangan) 2. Memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi berlangsungnya pengembangan harta (tanmiyah mal) melalui kegiatan investasi (misalnya, dengan syirkah inan, mudharabah, dan sebagainya).
  • 21. 3. Larangan menimbun harta benda (uang, emas, dan perak) walaupun telah dikeluarkan zakatnya. Harta yang ditimbun tidak akan berfungsi ekonomi. Pada gilirannya akan menghambat distribusi karena tidak terjadi perputaran harta. 4. Mengatasi peredaran dan pemusatan kekayaan di satu daerah tertentu saja misalnya dengan memeratakan peredaran modal dan mendorong tersebarnya pusat-pusat pertumbuhan. 5. Larangan kegiatan monopoli, serta berbagai penipuan yang dapat mendistorsi pasar.
  • 22. 6. Larangan judi, riba, korupsi, pemberian suap dan hadiah kepada penguasa. Semua ini ujung-ujungnya akan mengakumulasikan kekayaan pada pihak yang kuat semata (seperti penguasa atau konglomerat). 7. Memberikan kepada rakyat hak pemanfaatan barang-barang (SDA) milik umum (al- milkiyah al-amah) yang dikelola negara seperti hasil hutan, barang tambang, minyak, listrik, air dan sebagainya demi kesejahteraan rakyat.
  • 23. Mekanisme Non-Ekonomi Mekanisme non-ekonomi adalah mekanisme yang tidak melalui aktivitas ekonomi yang produktif, melainkan melalui aktivitas non-produktif, misalnya pemberian (hibah, shadakah, zakat, dll) atau warisan. Mekanisme non-ekonomi dimaksudkan untuk melengkapi mekanisme ekonomi. Yaitu untuk mengatasi distribusi kekayaan yang tidak berjalan sempurna jika hanya mengandalkan mekanisme ekonomi semata.
  • 24. Mekanisme non-ekonomi diperlukan baik karena adanya sebab-sebab alamiah maupun non-alamiah. Sebab alamiah misalnya keadaan alam yang tandus, badan yang cacat, akal yang lemah atau terjadinya musibah bencana alam. Semua ini akan dapat menimbulkan terjadinya kesenjangan ekonomi dan terhambatnya distribusi kekayaan kepada orang-orang yang memiliki keadaan tersebut. Dengan mekanisme ekonomi biasa, distribusi kekayaan bisa tidak berjalan karena orang-orang yang memiliki hambatan yang bersifat alamiah tadi tidak dapat mengikuti kompetisi kegiatan ekonomi secara normal sebagaimana orang lain. Bila dibiarkan saja, orang-orang itu, termasuk mereka yang tertimpa musibah (kecelakaan, bencana alam dan sebagainya) makin terpinggirkan secara ekonomi. Mereka akan menjadi masyarakat yang rentan terhadap perubahan ekonomi. Bila terus berlanjut, bisa memicu munculnya
  • 25. Mekanisme non-ekonomi juga diperlukan karena adanya sebab-sebab non-alamiah, yaitu adanya penyimpangan mekanisme ekonomi. Penyimpangan mekanisme ekonomi ini jika dibiarkan akan bisa menimbulkan ketimpangan distribusi kekayaan. Bila penyimpangan terjadi, negara wajib menghilangkannya. Misalnya jika terjadi monopoli, hambatan masuk (barrier to entry) –baik administratif maupun non-adminitratif– dan sebagainya, atau kejahatan dalam mekanisme ekonomi (misalnya penimbunan), harus segera dihilangkan oleh negara.
  • 26. Mekanisme non-ekonomi bertujuan agar di tengah masyarakat segera terwujud keseimbangan (al- tawazun) ekonomi, yang akan ditempuh dengan beberapa cara. Pendistribusian harta dengan mekanisme non-ekonomi antara lain adalah : 1. Pemberian harta negara kepada warga negara yang dinilai memerlukan. 2. Pemberian harta zakat yang dibayarkan oleh muzakki kepada para mustahik. 3. Pemberian infaq, sedekah, wakaf, hibah dan hadiah dari orang yang mampu kepada yang memerlukan. 4. Pembagian harta waris kepada ahli waris dan lain- lain.
  • 27. Adakah kawan yang ingin bertanya?
  • 28. Sampai Jumpa Teman Tetaplah Berjuang Semoga Kita Bertemu Kemba ng Masa Indah Kita Sebiru Ha

Editor's Notes

  1. Azas-AzasEkonomi Islam