SlideShare a Scribd company logo
1 of 15
Download to read offline
PENTINGNYA ENTREPRENEURSHIP
Setelah menyelesaikan bab ini, Anda diharapkan mampu
1. Menjelaskan sejarah perkembangan konsep dan pendidikan entrepreneurship,
2. Memahami berbagai aliran pemikiran entrepreneurship,
3. Memahami pentingnya entrepreneurship bagi suatu negara, dan
4. Memahami proses entrepreneurial
1.1 Sejarah Perkembangan Konsep dan Pendidikan Entrepreneurship
Minat terhadap kewirausahaan (entrepreneurship) berkembang pesat sepuluh
tahun terakhir ini. Selain karena entrepreneurship memang penting untuk semua
aspek kehidupan juga terdapat dorongan yang kuat dari pemerintah untuk
mempertimbangkan dampak positif entrepreneurship bagi perkembangan
perekonomian suatu negara. Hal ini tidak terlepas dari peran entrepreneurship yang
dalam sejarahnya telah terbukti sebagai sumber pekerjaan bagi segala lapisan
masyarakat.
Pemahaman terhadap entrepreneurship perlu memperhatikan sejarah
perkembangan konsep entrepreneurship. Frederick, Kuratko & Hodgetts (2006)
menjelaskan bahwa entrepreneurship sebenarnya telah berkembang sejak abad ke-
11 sebelum Masehi di Phoenicia kuno. Pada saat itu telah terjadi arus perdagangan
dari Syria sampai Spanyol yang dilakukan oleh orang-orang yang telah berani
mengambil risiko, menghadapi ketidakpastian, dan mengeksplorasi sesuatu yang
belum diketahui sebelumnya.
Istilah entrepreneurship baru mulai terkenal dalam kosakata bisnis pada tahun
1980-an, walaupun istilah entrepreneurship telah muncul pada abad ke-18 ketika
ekonom Prancis Richard Cantillon mengaitkan entrepreneur dengan aktivitas
menanggung risiko dalam perekonomian. Pada tahun 1800-an, J.B. Say
memperkenalkan istilah entrepreneurship dalam diskusi entrepreneur sebagai orang
yang memindahkan sumber daya ekonomi dari area yang produktivitasnya rendah
ke area yang produktivitasnya tinggi (Zimmerer, Scarborough, & Wilson, 2008)
Kata entrepreneur berasal dari bahasa Prancis, entre berarti 'antara' dan
prendre berarti 'mengambil'. Kata ini pada dasarnya digunakan untuk
menggambarkan orang-orang yang berani mengambil risiko dan memulai sesuatu
yang baru. Selanjutnya, pengertian entrepreneurship diperluas hingga mencakup
inovasi. Melalui inovasi munculah kebaharuan yang dapat berbentuk produk baru
hingga sistem distribusi baru. Produk baru misalnya, tidak mesti terkait dengan
teknologi canggih karena produk yang sederhana juga dapat menyajikan
kebaharuan, contohnya rasa baru pada produk makanan.
Kemampuan inovasi dapat diamati dari sejarah suatu bangsa. Bangsa
Indonesia telah mampu mendirikan bangunan tinggi seperti Candi Borobudur pada
tahun 825. Kemampuan inovasi tetap dimiliki bangsa Indonesia hingga kini, misalnya
dapat dilihat dari kemampuan untuk menghubungkan Pulau Jawa dengan Pulau
Madura melalui Jembatan Suramadu pada tahun 2009.
1.1.1 Definisi Entrepreneurship
Dari uraian tentang sejarah perkembangan entrepreneurship tersebut, terlihat
bahwa entrepreneurship dapat diartikan sebagai aktivitas untuk menciptakan
sesuatu yang baru. Bird (1989) memberikan definisi sederhana dari
entrepreneurship sebagai penciptaan nilai melalui penciptaan organisasi.
Sejauh ini, juga telah terdapat definisi mengenai entrepreneurship yang
mempertimbangkan perspektif bisnis manajerial dan personal. Stevenson, Roberts,
dan Grousbeck (1994) memandang entrepreneurship sebagai suatu pendekatan
manajemen dan mendefinisikannya sebagai "pengejaran peluang tanpa
memperhatikan sumber daya yang dikendalikan saat ini". Schraam (2006)
mendefinisikan entrepreneurship sebagai proses seseorang atau sekelompok orang
memikul risiko ekonomi untuk menciptakan organisasi baru yang akan
mengeksploitasi teknologi baru atau proses inovasi yang menghasilkan nilai untuk
orang lain. Baringer&lreland (2008) mendefinisikan entrepreneurship sebagai proses
seorang individu mengejar peluang tanpa memperhatikan sumberdaya yang dimiliki
saat ini. Hisrich, Peters, dan Shepherd (2008) memberikan definisi entrepreneurship
sebagai "proses penciptaan kekayaan incremental. Karena entrepreneurship ditemui
di semua profesi, definisi di atas dipandang terbatas.
Hisrich et al (2008) memberikan definisi yang telah mengakomodir semua tipe
perilaku entrepreneurship sebagai "proses menciptakan sesuatu yang baru, yang
bernilai, dengan memanfaatkan usaha dan waktu yang diperlukan, dengan
memperhatikan risiko sosial, fisik, dan keuangan, dan menerima imbalan dalam
bentuk uang dan kepuasan personal serta independensi".
Definisi entrepreneurship oleh Hisrich et al (2008) di atas menekankan empat
aspek dasar bagi seorang entrepreneur, yakni (1) entrepreneurship melibatkan
proses penciptaan, ialah menciptakan sesuatu yang baru. Penciptaan harus
memiliki nilai baik "untuk entrepreneur maupun audiensnya. (2) entrepreneurship
memerlukan waktu dan usaha. Hanya mereka yang melalui proses entrepreneurship
menghargai waktu dan usaha yang mereka gunakan untuk menciptakan sesuatu
yang baru. (3) entrepreneurship memiliki risiko tertentu. Risiko ini mengambil
berbagai bentuk pada area keuangan, psikologi, dan sosial. (4) entrepreneurship
melibatkan imbalan sebagai entrepreneur, imbalan yang paling penting adalah
independensi, diikuti oleh kepuasan pribadi.
Jadi secara singkat entrepreneurship adalah suatu proses inovatif yang
menghasilkan sesuatu yang baru. Entrepreneurship selanjutnya menjadi salah satu
istilah bisnis yang "seksi". Tokoh-tokoh bisnis populer seperti Steven Jobs, pendiri
Apple Computer; Frederick Smith, pendiri Federal Express; Ted Turner, pendiri
Turner Broadcasting; An Wang, pendiri Wang Laboratories, adalah entrepreneur
yang memberikan perhatian yang besar kepada entrepreneurship (Bird, 1989).
Lalu, siapakah yang dapat disebut sebagai entrepreneur? Schumpeter (1934)
menyatakan bahwa entrepreneur adalah seseorang yang melaksanakan kombinasi-
kombinasi baru. Entrepreneur adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk
melihat dan mengevaluasi peluang bisnis, memperoleh sumber daya yang
diperlukan untuk mengambil keunggulan darinya dan berinisiatif mengambil tindakan
yang tepat untuk menjamin sukses. Zimmerer et al (2008) menggambarkan
entrepreneur sebagai seseorang yang menciptakan usaha baru dengan
menghadapi ketidakpastian dan risiko dengan maksud untuk mencapai keuntungan
dan pertumbuhan usaha melalui pengidentifikasian peluang yang signifikan dan
penggunaan sumber daya yang diperlukan. Frederick et al (2006) memandang
entrepreneur sebagai agen perubahan yang melakukan pencarian secara sengaja,
perencanaan yang hati-hati, dan pertimbangan yang seksama ketika melakukan
proses entrepreneurial.
Jadi entrepreneur adalah seseorang yang berani mengambil risiko, mampu
mencium adanya peluang bisnis, mampu mendayagunakan sumber daya secara
efektif dan efisien untuk memperoleh profit. Ciri-ciri entrepreneur sukses selanjutnya
akan dibahas pada Bab 2.
1.1.2 Sejarah Pendidikan Entrepreneurship
Pendidikan entrepreneurship mulai berkembang sekitar 60-an tahun yang lalu
di Amerika Serikat. Studi yang dilakukan Katz (2003) memperlihatkan bahwa mata
kuliah entrepreneurship pertama diberikan di Harvard Business School pada 1947.
Setelah itu, beberapa universitas besar di sana juga memberikan mata kuliah yang
sama pada tahun 1950-an, misalnya New York University menawarkan mata kuliah
Entrepreneurship and Innovation, University of Illinois menyelenggarakan mata
kuliah Small Business or Entrepreneurship Development dan Stanford University
memberikan mata kuliah Small Business Management.
Pada tahun 1975 telah lebih dari seratus perguruan tinggi di Amerika Serikat
yang menawarkan mata kuliah enrepreneurship. Saat ini telah lebih dari 2000
perguruan tinggi di Amerika Serikat menawarkan mata kuliah entrepreneurship.
Adapun konsentrasi / peminatan entrepreneurship di sekolah bisnis dimulai pertama
kali pada 1968 di Babson College yang kemudian diikuti oleh University of Southern
California pada tahun 1972. Saat ini berbagai universitas besar di Amerika Serikat
umumnya memiliki program studi/konsentrasi entrepreneurship.
Di Indonesia, pendidikan entrepreneurship mulai bermunculan pada tahun
1980-an. Pada tahun 2000-an pendidikan entrepreneurship semakin digalakkan di
Indonesia. Pemerintah Indonesia melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
mendorong berkembangnya pendidikan entrepreneurship, di antaranya melalui
pendanaan kegiatan kemahasiswaan dalam bidang entrepreneurship.
1.1.3 Berbagai Aliran Pemikiran Entrepreneurship
Selain sejarah tentang entrepreneurship, pemahaman terhadap
entrepreneurship perlu memperhatikan aliran pemikiran yang muncul dalam
entrepreneurship. Aliran pemikiran ini membagi entrepreneurship menjadi aktivitas
tertentu. Aktivitas ini mungkin berada pada pandangan makro atau pandangan mikro
dalam entrepreneurship sehingga pada dasarnya aliran pemikiran entrepreneurship
dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu Pandangan Makro dan Pandangan
Mikro seperti disajikan pada Gambar 1.1 (Barringer & Ireland, 2008).
Gambar 1.1 Aliran Pemikiran Entrepreneurship
1. Pemikiran lingkungan
2. Pemikiran finansial/kapital
3. Pemikiran displacement
Pandangan
makro
4. Pemikiran trait (ciri) entrepreneurial
5. Pemikiran peluang perusahaan
6. Pemikiran formulasi strategis
Sumber: Howard H. Frederick, Donald F. Kuratko, & Richard M. Hodgetts. (2006).
Entrepreneurship: Theory, Process, and Practice, 1st
Asia Pacific Edition, Australia:
Cengage Learning Australia Pty Limited, hal 32.
a. Pandangan Makro
Pandangan Makro menjabarkan faktor-faktor yang mem-pengaruhi sukses
gagalnya suatu perusahaan entrepreneurial. Faktor-faktor ini umumnya merupakan
kondisi eksternal yang berada di luar kontrol seorang entrepreneur. Terdapat tiga
aliran pemikiran dalam pandangan makro yaitu aliran pemikiran lingkungan,
finansial/kapital, displacement.
Aliran Pemikiran Lingkungan: aliran pemikiran ini berkaitan dengan faktor
eksternal yang mempengaruhi gaya hidup entrepreneur. Faktor eksternal ini
misalnya lingkungan sosial politik yang mempengaruhi pengembangan entrepreneur
dan kelompok sosial seperti teman dan kerabat yang mempengaruhi keinginan
untuk menjadi entrepreneur.
Aliran Pemikiran Finansial/Kapital: dasar dan fokus dari aliran pemikiran ini
adalah proses pencarian kapital. Aliran pemikiran ini memandang keseluruhan
perusahaan entrepreneurial dari sudut pandang manajemen finansial. Keputusan
finansial terjadi pada setiap tahapan daur hidup perusahaan.
Aliran Pemikiran Displacement: aliran pemikiran ini berfokus pada fenomena
kelompok. Seorang individu dipandang tidak akan mendirikan perusahaan kecuali
individu tersebut dihambat untuk melakukan aktivitas lain. Contoh sederhana adalah
seorang individu yang kehilangan pekerjaan karena adanya hambatan untuk terus
bekerja di suatu perusahaan maka individu tersebut beralih menjadi entrepreneur.
b. Pandangan Mikro
Pandangan Mikro mengevaluasi faktor-faktor spesifik pada entrepreneurship.
Entrepreneur potensial memiliki kemampuan atau kontrol untuk mengarahkan atau
menyesuaikan keluaran dari setiap pengaruh dalam pandangan ini. Tidak seperti
Pandangan Makro yang berfokus pada kejadian dari pandangan luar, Pendekatan
Mikro berfokus pada sesuatu dengan memandang dari dalam ke luar. Terdapat tiga
Pandangan
mikro
aliran pemikiran pada Pandangan Mikro, yaitu aliran pemikiran trait (ciri)
entrepreneurial, peluang perusahaan, dan formulasi strategis.
a) Aliran Pemikiran Trait Entrepreneurial: pendekatan ini berdasarkan pada
pandangan bahwa terdapat ciri-ciri umum dari entrepreneur sukses seperti
kreatif, rasa percaya diri tinggi, keinginan untuk maju, dan berani menempuh
risiko. Ciri-ciri ini apabila dapat ditumbuhkan akan memberikan kemungkinan
keberhasilan yang tinggi dari seorang entrepreneur.
b) Aliran Pemikiran Peluang Perusahaan: aliran pemikiran ini berfokus pada aspek
peluang dari pengembangan suatu perusahaan. Pengembangan ide yang tepat
pada waktu yang tepat untuk pasar yang tepat dipandang merupakan kunci
suksesnya perusahaan.
c) Aliran Pemikiran Formulasi Strategis: aliran pemikiran ini berpendapat bahwa
proses perencanaan merupakan bagian terpenting dalam pengembangan suatu
perusahaan. Formulasi strategis merupakan hasil dari gabungan elemen unik
yang terdiri dari pasar, orang, produk, dan sumber daya unik.
Dari sudut pandang ilmu ekonomi, perkembangan entrepreneurship dapat
ditelusuri mulai dari pendekatan classical, neoclassical sampai dengan Austrian
Market Process (AMP) movement (Murphy, Liao, & Welsch, 2006).
a) Classical
Cantillon, seorang bankir yang bekerja di Prancis, pada tahun 1700-an
memperkenalkan konsep formal entrepreneurship ke dalam literatur ekonomi dan
bisnis. Dia menggambarkan perbedaan antara pasokan dan permintaan sebagai
opsi untuk membeli dengan harga murah dan menjual dengan harga yang lebih
tinggi. Entrepreneur memahami kondisi ini, membeli input pada tingkat harga
tertentu dan menjual output pada tingkat harga yang belum pasti, membawa sistem
pasarmenuju stabilitas. Pendekatan classical menekankan pentingnya
ketidakpastian dan risiko. Kepemilikan dan status tidak dilihat sebagai sesuatu yang
mutlak diperlukan entrepreneur. Inovasi dan koordinasi merupakan aspek dominan
dalam aktivitas entrepreneurial. Inti dari pendekatan classical adalah pasokan,
permintaan, dan harga jangka pendek.
b) Neoclassical
Pendekatan neoclassical muncul sebagai respon kelemahan pendekatan
classical yang mengasumsikan adanya keseimbangan. Pendukung pendekatan
neoclassical berpendapat bahwa asumsi keseimbangan tidak kompatibel dengan
harga jangka pendek dan biaya produksi relatif. Konsep utilitas marginal yang
menurun (diminishing marginal utility) muncul sebagai penjelasan dari aktivitas
ekonomi. Fokusnya bukan pada akumulasi kapital namun lebih pada kombinasi baru
dari sumber daya yang dimiliki. Entrepreneur berperan dalam menyesuaikan alokasi
sumber daya karena perubahan seperti peningkatan pasokan, penurunan
permintaan, dan kondisi keseimbangan. Pada masa ini muncul istilah creative
destruction-nya Schumpeter yang menggambarkan keterlibatan entrepreneur dalam
inovasi. Entrepreneur menciptakan produk baru, metode produksi baru,
memperkenalkan sumber daya baru, atau bentuk organisasi baru yang kemudian
menyebabkan kondisi lama menjadi usang. Entrepreneur melakukan perubahan
dalam lingkungan dan memberikan respon terhadap perubahan tersebut.
c) Austrian Market Process
Pendekatan ini menekankan pada aktivitas manusia dan memberikan rerangka
konseptual yang lebih kaya pada entrepreneurship. Penekanannya adalah pada
bagaimana menumbuhkan pengetahuan yang dibutuhkan untuk menemukan
peluang dan membuat keputusan yang tepat. Pendekatan ini menjelaskan apabila
pengetahuan dikomunikasikan dalam sistem pasar, misalnya melalui infomasi harga,
maka inovasi akan muncul dan entrepreneur akan memuaskan kebutuhan pasar.
Apabila entrepreneur mengetahui bagaimana menghasilkan produk baru atau cara
yang lebih efektif untuk menghasilkan produk baru, maka manfaat dapat diperoleh
dari pengetahuan ini. Pendekatan neoclassical tidak menjelaskan aktivitas ini.
Austrian market process memandang lingkungan tidak dapat diulangi atau tidak
selalu memberikan keluaran yang sama dalam sistem ekonomi. Enterpeneur
memperoleh insentif dengan menggunakan pengetahuan untuk menghasilkan nilai.
Dibangun berdasarkan ide neoclassical, Austrian market process mendudukkan
entrepreneurship sebagai pendorong sistem pasar.
1.2 Pentingnya Entrepreneurship bagi Suatu Negara
1.2.1 Entrepreneurship memiliki dampak positif bagi suatu perekonomian dan
masyarakat. Salah satu penjelasannya adalah konsep creative destruction-nya
Schumpeter. Dia menjelaskan bahwa entrepreneur mengembangkan produk baru
dan teknologi baru yang kemudian membuat produk dan teknologi saat ini menjadi
usang. Karena produk dan teknologi baru memiliki kinerja yang lebih baik daripada
produk dan teknologi lama, dan keberadaan produk dan teknologi baru
meningkatkan permintaan konsumen, maka proses creative destruction
menstimulasi aktivitas ekonomi. Produk dan teknologi baru juga dapat meningkatkan
produktivitas dari semua elemen dalam masyarakat. Proses creative destruction
tidak hanya terbatas pada produk dan teknologi baru namun juga termasuk teknik
penetapan harga baru, sistem distribusi baru, atau format ritel (retail) yang baru.
Barringerdan Ireland (2006) mengemukakan tiga alasan mengapa perilaku
entrepreneurial memiliki efek positif terhadap kekuatan dan stabilitas ekonomi. Salah
satu dampak terpenting dari entrepreneurship adalah penyediaan lapangan
pekerjaan. Entrepreneurship telah terbukti mampu mengatasi tingkat pengangguran
melalui penciptaan lapangan pekerjaan oleh entrepreneur. Selain diri entrepreneur
sendiri yang tidak menambah angka pengangguran karena entrepreneur
menciptakan pekerjaan dan bukan mencari pekerjaan, entrepreneur marnpu
menciptakan pekerjaan mulai dari untuk beberapa tenaga kerja saja sampai dengan
ribuan pekerjaan.
1.2.2 Inovasi merupakan alasan kedua yang memberikan dampak positif bagi
kekuatan ekonomi dan masyarakat. Inovasi berkaitan dengan proses menciptakan
sesuatu yang baru, dan merupakan isu utama dalam proses entrepreneurial. Inovasi
membantu individu dan bisnis untuk bekerja secara lebih efekif dan efisien.
1.2.3 Alasan ketiga adalah globalisasi. Fenomena ini sangat vital bagi
perekonomian karena menyediakan outlet untuk memasarkan produk ke luar negeri.
Zimmerer et al (2008) menyatakan bahwa peran entrepreneurship dalam
pembangunan ekonomi tidak hanya terbatas pada peningkatan output per kapita
dan pendapatan namun juga sebagai inisiator perubahan dalam struktur bisnis dan
masyarakat. Perubahan ini diikuti oleh pertumbuhan dan peningkatan output yang
memungkinkan kesejahteraan dibagi ke seluruh partisipan. Inovasi merupakan kunci
yang memfasilitasi perlunya perubahan dan pengembangan, inovasi bukan hanya
berperan dalam pengembangan produk baru untuk suatu pasar namun juga
menstimulasi minat investasi pada suatu bisnis. Investasi dan inovasi berperan
penting dalam pembangunan ekonomi suatu area. Proses inilah yang selanjutnya
menstimulasi pertumbuhan ekonomi
Andretsch & Keilbach (2004) mengatakan bahwa entrepreneurship
merupakan mekanisme penting yang mendorong proses seleksi yaitu menciptakan
keragaman pengetahuan yang kemudian berperan penting dalam pertumbuhan
ekonomi. Yang menarik adalah adanya kenyataan bahwa bisnis baru memberikan
kontribusi terhadap keragaman (diversity). Keragaman ini merupakan driving force
pertumbuhan ekonomi. Pengetahuan saja tidak cukup mampu untuk menghasilkan
keragaman. Entrepreneurship berperan dalam mentransformasikan pengetahuan
menjadi keragaman.
Entrepreneurship juga berperan dalam menjembatani ke-senjangan antara
pengetahuan dan pasar, menciptakan bisnis baru, dan membawa produk baru ke
pasar. Aktivitas entrepreneurial mempengaruhi ekonomi dengan membangun dasar
ekonomi dan menyediakan lapangan pekerjaan.
Berbagai penelitian juga memperlihatkan peran entrepreneurship dalam
peningkatan perekonomian suatu negara. Van Stel, Carree & Thurik (2005)
memperlihatkan bahwa aktivitas entrepreneurial mempengaruhi tingkat
pertumbuhan ekonomi. Aktivitas entrepreneurial diukur melalui TEA (total
entrepreneurial activity) yang datanya diperoleh melalui GEM (global
entrepreneurship monitor). GEM memberikan data empiris tentang pengaruh
aktivitas entrepreneurial terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi di berbagai negara.
TEA merupakan proporsi orang dewasa dalam usia kerja di suatu negara yang
terlibat dalam proses memulai bisnis baru atau aktif sebagai manajer pemilik dari
perusahaan-perusahaan yang berumur kurang dari 42 bulan.
Frankel (2005) memperlihatkan bahwa entrepreneurship mengakselerasi
pertumbuhan ekonomi karena entrepreneur menciptakan pekerjaan, memfasilitasi
mobilitas sosial, dan memunculkan berbagai kemungkinan positif. Entrepreneurship
mempengaruhi secara positif tingkat produktivitas. Output yang meningkat ini
kemudian mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara.
Dalam konteks Indonesia, Fadel Muhammad, Menteri Kelautan dan
Perikanan, dalam disertasinya memperlihatkan bahwa entrepreneurship dapat
meningkatkan kinerja pemerintah daerah. Pemerintah daerah disarankan untuk tidak
mengutamakan sistem dan prosedur namun lebih berorientasi pada kinerja dan hasil
kerja dengan mengutamakan jiwa dan semangat kewirausahaan. Kinerja yang baik
ini kemudian dapat menjadi salah satu faktor yang mendorong pertumbuhan
perekonomian daerah. (Kompas, 28 Oktober 2007)
Begitu pentingnya entrepreneurship bagi suatu negara sehingga membuat
Serian (2009) mengemukakan pendapat mengenai penting dan perlunya presiden
yang mampu membangun entrepreneurship (Boks 1.1 Mencari Presiden yang
Mampu Membangun Entrepreneurship - Seputar Indonesia, 16 Juni 2009).
1.3 Proses Entrepreneurial
Proses entrepreneurial mencakup empat fase yang berbeda di mana proses
ini mencakup lebih dari sekadar pemecahan masalah dalam manajemen umum.
Seorang entrepreneur harus mencari, mengevaluasi, dan mengembangkan peluang
dengan mengatasi kekuatan-kekuatan yang menghalangi proses kreasi sesuatu
yang baru. Adapun keempat fase dalam proses entrepreneurial adalah (Hisrich ef al
2008) yakni…
(1) identifikasi dan evaluasi peluang,
(2) pengembangan rencana bisnis,
(3) penentuan sumber daya yang dibutuhkan, dan
(4) pengelolaan perusahaan yang dibentuk, seperti disajikan pada Gambar
2.1.
Fase pertama adalah identifikasi dan evaluasi peluang. Fase ini merupakan
fase yang tersulit karena peluang bisnis yang bagus tidak muncul begitu saja namun
merupakan kejelian entrepreneur terhadap lingkungannya. Peluang ini kemudian
perlu dievaluasi. Kegiatan evaluasi merupakan elemen paling kritis dalam proses
entrepreneurial karena melalui kegiatan ini entrepreneur dapat menilai apakah
produk tertentu akan memberikan hasil yang memadai dibandingkan dengan sumber
daya yang diperlukan. Peluang ini juga harus sesuai dengan keterampilan personal
dan tujuan seorang entrepreneur.
Fase kedua adalah mengembangkan rencana bisnis dalam rangka
memanfaatkan peluang. Suatu rencana bisnis diperlukan untuk memanfaatkan
peluang dan menetapkan sumber daya yang diperlukan, memperoleh sumber daya
tersebut, dan mengelola dengan baik usaha yang terbentuk.
Fase ketiga adalah menentukan sumber daya yang diperlukan dalam rangka
memanfaatkan peluang yang ada. Proses ini dimulai dengan menilai sumber daya
yang dimiliki seorang entrepreneur. Langkah selanjutnya adalah berusaha
memperoleh sumber daya yang diperlukan.
Fase terakhir adalah mengevaluasi usaha yang terbentuk. Setelah
memperoleh sumber daya, entrepreneur menggunakan sumber daya ini untuk
mengimplementasikan rencana bisnisnya.
Gambar 2.1 Proses Entrepreneurial
Sumber: Robert D. Hisrich, Michael P. Peter, & Dean A. Shepherd. (2008).
Entrepreneurship, 7th
ed. Boston: McGraw Hill, hal 38.
Rangkuman
Entrepreneurship telah berkembang sejak abad ke-11 sebelum Masehi di
Phoenicia kuno namun entrepreneurship sebagai istilah bisnis baru mulai dikenal
pada tahun 1980-an, walaupun istilah entrepreneurship telah muncul pada abad ke-
18 ketika ekonom Perancis Richard Cantillon mengaitkan entrepreneur dengan
aktivitas menanggung risiko dalam perekonomian.
Kata entrepreneur berasal dari bahasa Prancis, entre berarti 'antara' dan
prendre berarti 'mengambil'. Istilah ini menggambarkan orang-orang yang
menciptakan usaha baru dengan menghadapi ketidakpastian dan risiko dengan
maksud untuk mencapai keuntungan dan pertumbuhan usaha melalui
pengidentifikasian peluang yang signifikan dan penggunaan sumber daya yang
diperlukan.
Pendidikan entrepreneurship mulai berkembang sekitar 60-an tahun yang lalu
di Amerika Serikat yang dimulai dengan mata kuliah entrepreneurship pertama yang
diberikan di Harvard Business School pada 1947. Di Indonesia, pendidikan
entrepreneurship mulai bermunculan pada tahun 1980-an dan pada tahun 2000-an
pendidikan entrepreneurship semakin digalakkan di Indonesia.
Identifikasi dan evaluasi
peluang
Pengembangan rencana
bisnis
Penentuan sumber daya
yang dibutuhkan
Pengelolaan perusahaan
yangdibentuk
Aliran pemikiran dalam entrepreneurship dapat dibagi menjadi dua kelompok
besar, yaitu Pandangan Makro dan Pandangan Mikro. Pandangan Makro
menjabarkan faktor-faktor yang mempengaruhi sukses gagalnya suatu perusahaan
entrepreneurial sedangkan Pandangan Mikro mengevaluasi faktor-faktor spesifik
pada entrepreneurship. Dari sudut pandang ilmu ekonomi, perkembangan
entrepreneurship dapat ditelusuri mulai dari pendekatan classical, neoclassical
sampai dengan Austrian Market Process (AMP) movement.
Entrepreneurship memiliki dampak positif bagi suatu perekonomian dan
masyarakat terutama terhadap kekuatan dan stabilitas ekonomi. Salah satu dampak
terpenting dari entreprenership adalah penyediaan lapangan pekerjaan.
Entrepreneurship telah terbukti mampu mengatasi tingkat pengangguran melalui
penciptaan lapangan pekerjaan oleh entrepreneur. Selain itu, entrepreneurship juga
dikenal sebagai inisiator perubahan dalam struktur bisnis dan masyarakat.
Entrepreneurship juga berperan dalam menjembatani kesenjangan antara
pengetahuan dan pasar, menciptakan bisnis baru, dan membawa produk baru ke
pasar.
Aktivitas entrepreneurial memengaruhi ekonomi dengan membangun dasar
ekonomi dan menyediakan lapangan pekerjaan. Proses entrepreneurial mencakup
empat fase yang berbeda, yaitu identifikasi dan evaluasi peluang, pengembangan
rencana bisnis, penentuan sumber daya yang dibutuhkan, dan pengelolaan
perusahaan yang dibentuk.
Chapter 1   pentingnya entreprenuership

More Related Content

What's hot

Manajemen Chapter 4 (Keragaman Tenaga Kerja)
Manajemen Chapter 4 (Keragaman Tenaga Kerja)Manajemen Chapter 4 (Keragaman Tenaga Kerja)
Manajemen Chapter 4 (Keragaman Tenaga Kerja)Fathi Arief
 
Konsep dasar kewirausahaan
Konsep dasar kewirausahaanKonsep dasar kewirausahaan
Konsep dasar kewirausahaanFira Nursya`bani
 
Bahan ajar kewirausahaan
Bahan ajar kewirausahaanBahan ajar kewirausahaan
Bahan ajar kewirausahaanZul Karnain
 
Bab i kewirausahaan
Bab i kewirausahaanBab i kewirausahaan
Bab i kewirausahaanDwi Anita
 
etika-bisnis-dalam-kewirausahaan.ppt
etika-bisnis-dalam-kewirausahaan.pptetika-bisnis-dalam-kewirausahaan.ppt
etika-bisnis-dalam-kewirausahaan.pptRicoPahalaSihombing
 
Materi Kewirausahaan
Materi KewirausahaanMateri Kewirausahaan
Materi KewirausahaanAlir Retno
 
Bab ii ciri ciri pribadi wirausaha
Bab ii ciri ciri pribadi wirausahaBab ii ciri ciri pribadi wirausaha
Bab ii ciri ciri pribadi wirausahaDwi Anita
 
1.A. Ruang Lingkup Kewirausahaan.pptx
1.A. Ruang Lingkup Kewirausahaan.pptx1.A. Ruang Lingkup Kewirausahaan.pptx
1.A. Ruang Lingkup Kewirausahaan.pptxIrman Aras
 
Makalah lingkungan bisnis ( pengantar bisnis)
Makalah lingkungan  bisnis ( pengantar bisnis)Makalah lingkungan  bisnis ( pengantar bisnis)
Makalah lingkungan bisnis ( pengantar bisnis)Ruhilatul Ilma
 
bentuk- bentuk organisasi bisnis
bentuk- bentuk organisasi bisnisbentuk- bentuk organisasi bisnis
bentuk- bentuk organisasi bisnisayudya fitri
 
RESUME BAB 7 BUKU INTRODUCTION TO BUSINESS JEFF MADURA
RESUME BAB 7 BUKU INTRODUCTION TO BUSINESS JEFF MADURARESUME BAB 7 BUKU INTRODUCTION TO BUSINESS JEFF MADURA
RESUME BAB 7 BUKU INTRODUCTION TO BUSINESS JEFF MADURAfiqifazriana
 
Entrepreneur ppt
Entrepreneur pptEntrepreneur ppt
Entrepreneur pptFariz Mido
 
Bab viii mengelola sumber daya manusia dan hubungan tenaga kerja
Bab viii mengelola sumber daya manusia dan hubungan tenaga kerjaBab viii mengelola sumber daya manusia dan hubungan tenaga kerja
Bab viii mengelola sumber daya manusia dan hubungan tenaga kerjaShelly Intan Permatasari
 
BAB 2 - LINGKUNGAN BISNIS BISNIS INTERNASIONAL
BAB 2 - LINGKUNGAN BISNIS BISNIS INTERNASIONAL BAB 2 - LINGKUNGAN BISNIS BISNIS INTERNASIONAL
BAB 2 - LINGKUNGAN BISNIS BISNIS INTERNASIONAL Heriansyah Effendi
 
Makalah kewirausahaan mindset entrepreneur
Makalah kewirausahaan mindset entrepreneurMakalah kewirausahaan mindset entrepreneur
Makalah kewirausahaan mindset entrepreneurAnindya Zulatsari
 

What's hot (20)

Manajemen Chapter 4 (Keragaman Tenaga Kerja)
Manajemen Chapter 4 (Keragaman Tenaga Kerja)Manajemen Chapter 4 (Keragaman Tenaga Kerja)
Manajemen Chapter 4 (Keragaman Tenaga Kerja)
 
Konsep dasar kewirausahaan
Konsep dasar kewirausahaanKonsep dasar kewirausahaan
Konsep dasar kewirausahaan
 
Pemasaran global ppt
Pemasaran global pptPemasaran global ppt
Pemasaran global ppt
 
Bahan ajar kewirausahaan
Bahan ajar kewirausahaanBahan ajar kewirausahaan
Bahan ajar kewirausahaan
 
Bab i kewirausahaan
Bab i kewirausahaanBab i kewirausahaan
Bab i kewirausahaan
 
etika-bisnis-dalam-kewirausahaan.ppt
etika-bisnis-dalam-kewirausahaan.pptetika-bisnis-dalam-kewirausahaan.ppt
etika-bisnis-dalam-kewirausahaan.ppt
 
Materi Kewirausahaan
Materi KewirausahaanMateri Kewirausahaan
Materi Kewirausahaan
 
Bab ii ciri ciri pribadi wirausaha
Bab ii ciri ciri pribadi wirausahaBab ii ciri ciri pribadi wirausaha
Bab ii ciri ciri pribadi wirausaha
 
Kunci jawaban entrepreneurship kelas viii
Kunci jawaban entrepreneurship kelas viiiKunci jawaban entrepreneurship kelas viii
Kunci jawaban entrepreneurship kelas viii
 
1.A. Ruang Lingkup Kewirausahaan.pptx
1.A. Ruang Lingkup Kewirausahaan.pptx1.A. Ruang Lingkup Kewirausahaan.pptx
1.A. Ruang Lingkup Kewirausahaan.pptx
 
Proses kewirausahaan
Proses kewirausahaanProses kewirausahaan
Proses kewirausahaan
 
Makalah lingkungan bisnis ( pengantar bisnis)
Makalah lingkungan  bisnis ( pengantar bisnis)Makalah lingkungan  bisnis ( pengantar bisnis)
Makalah lingkungan bisnis ( pengantar bisnis)
 
bentuk- bentuk organisasi bisnis
bentuk- bentuk organisasi bisnisbentuk- bentuk organisasi bisnis
bentuk- bentuk organisasi bisnis
 
RESUME BAB 7 BUKU INTRODUCTION TO BUSINESS JEFF MADURA
RESUME BAB 7 BUKU INTRODUCTION TO BUSINESS JEFF MADURARESUME BAB 7 BUKU INTRODUCTION TO BUSINESS JEFF MADURA
RESUME BAB 7 BUKU INTRODUCTION TO BUSINESS JEFF MADURA
 
Entrepreneur ppt
Entrepreneur pptEntrepreneur ppt
Entrepreneur ppt
 
Bab viii mengelola sumber daya manusia dan hubungan tenaga kerja
Bab viii mengelola sumber daya manusia dan hubungan tenaga kerjaBab viii mengelola sumber daya manusia dan hubungan tenaga kerja
Bab viii mengelola sumber daya manusia dan hubungan tenaga kerja
 
Studi kasus msdm
Studi kasus msdmStudi kasus msdm
Studi kasus msdm
 
BAB 2 - LINGKUNGAN BISNIS BISNIS INTERNASIONAL
BAB 2 - LINGKUNGAN BISNIS BISNIS INTERNASIONAL BAB 2 - LINGKUNGAN BISNIS BISNIS INTERNASIONAL
BAB 2 - LINGKUNGAN BISNIS BISNIS INTERNASIONAL
 
Makalah kewirausahaan mindset entrepreneur
Makalah kewirausahaan mindset entrepreneurMakalah kewirausahaan mindset entrepreneur
Makalah kewirausahaan mindset entrepreneur
 
Ppt menjadi wirausaha sukses
Ppt menjadi wirausaha suksesPpt menjadi wirausaha sukses
Ppt menjadi wirausaha sukses
 

Viewers also liked

Entrepreneurship in hospitality and tourism
Entrepreneurship in hospitality and tourismEntrepreneurship in hospitality and tourism
Entrepreneurship in hospitality and tourismtellstptrisakti
 
Marketing - Micro environment
Marketing - Micro environmentMarketing - Micro environment
Marketing - Micro environmenttellstptrisakti
 
2 .responding to the marketing environment
2 .responding to the marketing environment2 .responding to the marketing environment
2 .responding to the marketing environmenttellstptrisakti
 
Analisa Industri dan Target Pasar
Analisa Industri dan Target PasarAnalisa Industri dan Target Pasar
Analisa Industri dan Target Pasartellstptrisakti
 
Analisa Kelayakan Produk
Analisa Kelayakan ProdukAnalisa Kelayakan Produk
Analisa Kelayakan Produktellstptrisakti
 
Chapter 3 analisa kelayakan
Chapter 3   analisa kelayakanChapter 3   analisa kelayakan
Chapter 3 analisa kelayakantellstptrisakti
 
Winning customers in the marketplace
Winning customers in the marketplaceWinning customers in the marketplace
Winning customers in the marketplacetellstptrisakti
 
C2S5 - Mendorong dan Melindungi Ide Ide Bisnis
C2S5 - Mendorong dan Melindungi Ide Ide BisnisC2S5 - Mendorong dan Melindungi Ide Ide Bisnis
C2S5 - Mendorong dan Melindungi Ide Ide Bisnistellstptrisakti
 
Chapter 2 mengembangkan ide bisnis
Chapter 2   mengembangkan ide bisnisChapter 2   mengembangkan ide bisnis
Chapter 2 mengembangkan ide bisnistellstptrisakti
 
Marketing - customer need, wants, and demands
Marketing - customer need, wants, and demandsMarketing - customer need, wants, and demands
Marketing - customer need, wants, and demandstellstptrisakti
 

Viewers also liked (19)

Entrepreneurship in hospitality and tourism
Entrepreneurship in hospitality and tourismEntrepreneurship in hospitality and tourism
Entrepreneurship in hospitality and tourism
 
C3S1 Analisa Kelayakan
C3S1   Analisa KelayakanC3S1   Analisa Kelayakan
C3S1 Analisa Kelayakan
 
Marketing - Micro environment
Marketing - Micro environmentMarketing - Micro environment
Marketing - Micro environment
 
2 .responding to the marketing environment
2 .responding to the marketing environment2 .responding to the marketing environment
2 .responding to the marketing environment
 
Analisa Industri dan Target Pasar
Analisa Industri dan Target PasarAnalisa Industri dan Target Pasar
Analisa Industri dan Target Pasar
 
Macro Environment
Macro EnvironmentMacro Environment
Macro Environment
 
Analisa Kelayakan Produk
Analisa Kelayakan ProdukAnalisa Kelayakan Produk
Analisa Kelayakan Produk
 
Chapter 3 analisa kelayakan
Chapter 3   analisa kelayakanChapter 3   analisa kelayakan
Chapter 3 analisa kelayakan
 
Topik 1 sub 2.1
Topik 1 sub 2.1Topik 1 sub 2.1
Topik 1 sub 2.1
 
Chapter 2-section 1
Chapter 2-section 1Chapter 2-section 1
Chapter 2-section 1
 
Winning customers in the marketplace
Winning customers in the marketplaceWinning customers in the marketplace
Winning customers in the marketplace
 
C2S5 - Mendorong dan Melindungi Ide Ide Bisnis
C2S5 - Mendorong dan Melindungi Ide Ide BisnisC2S5 - Mendorong dan Melindungi Ide Ide Bisnis
C2S5 - Mendorong dan Melindungi Ide Ide Bisnis
 
Swot analysis
Swot analysisSwot analysis
Swot analysis
 
Topik 2 sub 1
Topik 2 sub 1Topik 2 sub 1
Topik 2 sub 1
 
Chapter 2 mengembangkan ide bisnis
Chapter 2   mengembangkan ide bisnisChapter 2   mengembangkan ide bisnis
Chapter 2 mengembangkan ide bisnis
 
Topic 3 sub 2
Topic 3 sub 2Topic 3 sub 2
Topic 3 sub 2
 
Topic 3 sub 1
Topic 3 sub 1Topic 3 sub 1
Topic 3 sub 1
 
Marketing process
Marketing processMarketing process
Marketing process
 
Marketing - customer need, wants, and demands
Marketing - customer need, wants, and demandsMarketing - customer need, wants, and demands
Marketing - customer need, wants, and demands
 

Similar to Chapter 1 pentingnya entreprenuership

Pengantar Kewirausahaan (Dr. Toto S)
Pengantar Kewirausahaan (Dr. Toto S)Pengantar Kewirausahaan (Dr. Toto S)
Pengantar Kewirausahaan (Dr. Toto S)TotoSiswantoro
 
BMP EKMA4370 Kewirausahaan
BMP EKMA4370 KewirausahaanBMP EKMA4370 Kewirausahaan
BMP EKMA4370 KewirausahaanMang Engkus
 
Makalah Kewirausahaan dalam Bidang Jasa Pendidikan
Makalah Kewirausahaan dalam Bidang Jasa PendidikanMakalah Kewirausahaan dalam Bidang Jasa Pendidikan
Makalah Kewirausahaan dalam Bidang Jasa PendidikanSTKIP PGRI BANDAR LAMPUNG
 
Bab 1 pengenalan keusahawanan
Bab 1   pengenalan keusahawananBab 1   pengenalan keusahawanan
Bab 1 pengenalan keusahawananWanBK Leo
 
1. konsep dasar kewirausahaan ba
1. konsep dasar kewirausahaan ba1. konsep dasar kewirausahaan ba
1. konsep dasar kewirausahaan baBebaskita Ginting
 
Buku_6_Kewirausahaan_pdf.pdf
Buku_6_Kewirausahaan_pdf.pdfBuku_6_Kewirausahaan_pdf.pdf
Buku_6_Kewirausahaan_pdf.pdfrikza3
 
1. kewirausahaan, marini khalishah khansa, hapzi ali, pengenalan kewirausahaa...
1. kewirausahaan, marini khalishah khansa, hapzi ali, pengenalan kewirausahaa...1. kewirausahaan, marini khalishah khansa, hapzi ali, pengenalan kewirausahaa...
1. kewirausahaan, marini khalishah khansa, hapzi ali, pengenalan kewirausahaa...Marini Khalishah Khansa
 
TOPIK 1- PENGENALAN KEPADA KEUSAHAWANAN.pptx
TOPIK 1- PENGENALAN KEPADA KEUSAHAWANAN.pptxTOPIK 1- PENGENALAN KEPADA KEUSAHAWANAN.pptx
TOPIK 1- PENGENALAN KEPADA KEUSAHAWANAN.pptxNursKitchen
 
Konsep Kewirausahaan Dalam Islam
Konsep Kewirausahaan Dalam IslamKonsep Kewirausahaan Dalam Islam
Konsep Kewirausahaan Dalam IslamAbida Muttaqiena
 
PERTEMUAN-2-.KONSEP DASAR.pptx
PERTEMUAN-2-.KONSEP DASAR.pptxPERTEMUAN-2-.KONSEP DASAR.pptx
PERTEMUAN-2-.KONSEP DASAR.pptxAleppoal
 
Ppt 1- kwu
Ppt 1- kwuPpt 1- kwu
Ppt 1- kwuparulian
 
TOPIK 1- PENGENALAN KEPADA KEUSAHAWANAN.pdf
TOPIK 1- PENGENALAN KEPADA KEUSAHAWANAN.pdfTOPIK 1- PENGENALAN KEPADA KEUSAHAWANAN.pdf
TOPIK 1- PENGENALAN KEPADA KEUSAHAWANAN.pdfNursKitchen
 
1. kwh, lina putri yani, hapzi ali, kewirausahaan, universitas mercu buana, 2018
1. kwh, lina putri yani, hapzi ali, kewirausahaan, universitas mercu buana, 20181. kwh, lina putri yani, hapzi ali, kewirausahaan, universitas mercu buana, 2018
1. kwh, lina putri yani, hapzi ali, kewirausahaan, universitas mercu buana, 2018Linaputri03
 
1. kewirausahaan, setya darmawan, hapzi ali, pengenalan kewirausahaan, univer...
1. kewirausahaan, setya darmawan, hapzi ali, pengenalan kewirausahaan, univer...1. kewirausahaan, setya darmawan, hapzi ali, pengenalan kewirausahaan, univer...
1. kewirausahaan, setya darmawan, hapzi ali, pengenalan kewirausahaan, univer...SetyaDarmawan
 
Usaha, rorie permony suci, hapzi ali, pengenalan kewirausahaan , universitas ...
Usaha, rorie permony suci, hapzi ali, pengenalan kewirausahaan , universitas ...Usaha, rorie permony suci, hapzi ali, pengenalan kewirausahaan , universitas ...
Usaha, rorie permony suci, hapzi ali, pengenalan kewirausahaan , universitas ...roriepermony
 
Gbpp kewirausahaan
Gbpp kewirausahaanGbpp kewirausahaan
Gbpp kewirausahaanRicky Foeh
 
Entrepreneurship pendidikan islam
Entrepreneurship pendidikan islamEntrepreneurship pendidikan islam
Entrepreneurship pendidikan islamUIN STS Jambi
 

Similar to Chapter 1 pentingnya entreprenuership (20)

Pengantar Kewirausahaan (Dr. Toto S)
Pengantar Kewirausahaan (Dr. Toto S)Pengantar Kewirausahaan (Dr. Toto S)
Pengantar Kewirausahaan (Dr. Toto S)
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
BMP EKMA4370 Kewirausahaan
BMP EKMA4370 KewirausahaanBMP EKMA4370 Kewirausahaan
BMP EKMA4370 Kewirausahaan
 
Makalah Kewirausahaan dalam Bidang Jasa Pendidikan
Makalah Kewirausahaan dalam Bidang Jasa PendidikanMakalah Kewirausahaan dalam Bidang Jasa Pendidikan
Makalah Kewirausahaan dalam Bidang Jasa Pendidikan
 
Bab 1 pengenalan keusahawanan
Bab 1   pengenalan keusahawananBab 1   pengenalan keusahawanan
Bab 1 pengenalan keusahawanan
 
1. konsep dasar kewirausahaan ba
1. konsep dasar kewirausahaan ba1. konsep dasar kewirausahaan ba
1. konsep dasar kewirausahaan ba
 
Buku_6_Kewirausahaan_pdf.pdf
Buku_6_Kewirausahaan_pdf.pdfBuku_6_Kewirausahaan_pdf.pdf
Buku_6_Kewirausahaan_pdf.pdf
 
1. kewirausahaan, marini khalishah khansa, hapzi ali, pengenalan kewirausahaa...
1. kewirausahaan, marini khalishah khansa, hapzi ali, pengenalan kewirausahaa...1. kewirausahaan, marini khalishah khansa, hapzi ali, pengenalan kewirausahaa...
1. kewirausahaan, marini khalishah khansa, hapzi ali, pengenalan kewirausahaa...
 
Ppt k el_1_b_19
Ppt k el_1_b_19Ppt k el_1_b_19
Ppt k el_1_b_19
 
TOPIK 1- PENGENALAN KEPADA KEUSAHAWANAN.pptx
TOPIK 1- PENGENALAN KEPADA KEUSAHAWANAN.pptxTOPIK 1- PENGENALAN KEPADA KEUSAHAWANAN.pptx
TOPIK 1- PENGENALAN KEPADA KEUSAHAWANAN.pptx
 
Konsep Kewirausahaan Dalam Islam
Konsep Kewirausahaan Dalam IslamKonsep Kewirausahaan Dalam Islam
Konsep Kewirausahaan Dalam Islam
 
PERTEMUAN-2-.KONSEP DASAR.pptx
PERTEMUAN-2-.KONSEP DASAR.pptxPERTEMUAN-2-.KONSEP DASAR.pptx
PERTEMUAN-2-.KONSEP DASAR.pptx
 
Ppt 1- kwu
Ppt 1- kwuPpt 1- kwu
Ppt 1- kwu
 
TOPIK 1- PENGENALAN KEPADA KEUSAHAWANAN.pdf
TOPIK 1- PENGENALAN KEPADA KEUSAHAWANAN.pdfTOPIK 1- PENGENALAN KEPADA KEUSAHAWANAN.pdf
TOPIK 1- PENGENALAN KEPADA KEUSAHAWANAN.pdf
 
1. kwh, lina putri yani, hapzi ali, kewirausahaan, universitas mercu buana, 2018
1. kwh, lina putri yani, hapzi ali, kewirausahaan, universitas mercu buana, 20181. kwh, lina putri yani, hapzi ali, kewirausahaan, universitas mercu buana, 2018
1. kwh, lina putri yani, hapzi ali, kewirausahaan, universitas mercu buana, 2018
 
1. kewirausahaan, setya darmawan, hapzi ali, pengenalan kewirausahaan, univer...
1. kewirausahaan, setya darmawan, hapzi ali, pengenalan kewirausahaan, univer...1. kewirausahaan, setya darmawan, hapzi ali, pengenalan kewirausahaan, univer...
1. kewirausahaan, setya darmawan, hapzi ali, pengenalan kewirausahaan, univer...
 
Usaha, rorie permony suci, hapzi ali, pengenalan kewirausahaan , universitas ...
Usaha, rorie permony suci, hapzi ali, pengenalan kewirausahaan , universitas ...Usaha, rorie permony suci, hapzi ali, pengenalan kewirausahaan , universitas ...
Usaha, rorie permony suci, hapzi ali, pengenalan kewirausahaan , universitas ...
 
BAB 2.pptx
BAB 2.pptxBAB 2.pptx
BAB 2.pptx
 
Gbpp kewirausahaan
Gbpp kewirausahaanGbpp kewirausahaan
Gbpp kewirausahaan
 
Entrepreneurship pendidikan islam
Entrepreneurship pendidikan islamEntrepreneurship pendidikan islam
Entrepreneurship pendidikan islam
 

More from tellstptrisakti

8.1. ethics and sr in ms
8.1. ethics and sr in ms8.1. ethics and sr in ms
8.1. ethics and sr in mstellstptrisakti
 
6.2. evaluating and controlling marketing activities
6.2. evaluating and controlling marketing activities6.2. evaluating and controlling marketing activities
6.2. evaluating and controlling marketing activitiestellstptrisakti
 
6.1. marketing implementation
6.1. marketing implementation6.1. marketing implementation
6.1. marketing implementationtellstptrisakti
 
5.2. mlc introduction stage
5.2. mlc introduction stage5.2. mlc introduction stage
5.2. mlc introduction stagetellstptrisakti
 
5.1. mlc development stage
5.1. mlc development stage5.1. mlc development stage
5.1. mlc development stagetellstptrisakti
 
4.4. market differentiating
4.4. market differentiating4.4. market differentiating
4.4. market differentiatingtellstptrisakti
 
4.1. market segmentation
4.1. market segmentation4.1. market segmentation
4.1. market segmentationtellstptrisakti
 
3.3. forecasting market opportunities
3.3. forecasting market opportunities3.3. forecasting market opportunities
3.3. forecasting market opportunitiestellstptrisakti
 
3.2. measuring market opportunities
3.2. measuring market opportunities3.2. measuring market opportunities
3.2. measuring market opportunitiestellstptrisakti
 
3.1. understanding market opportunities test
3.1. understanding market opportunities test3.1. understanding market opportunities test
3.1. understanding market opportunities testtellstptrisakti
 
Topic7.1c2 compensation how_to_createa_market-competitive_payplannew
Topic7.1c2 compensation how_to_createa_market-competitive_payplannewTopic7.1c2 compensation how_to_createa_market-competitive_payplannew
Topic7.1c2 compensation how_to_createa_market-competitive_payplannewtellstptrisakti
 
Topic7.1c compensation how_to_createa_market-competitive_payplannew
Topic7.1c compensation how_to_createa_market-competitive_payplannewTopic7.1c compensation how_to_createa_market-competitive_payplannew
Topic7.1c compensation how_to_createa_market-competitive_payplannewtellstptrisakti
 
Topic7.1b compensation job_evaluation_methods new
Topic7.1b compensation job_evaluation_methods newTopic7.1b compensation job_evaluation_methods new
Topic7.1b compensation job_evaluation_methods newtellstptrisakti
 

More from tellstptrisakti (20)

8.1. ethics and sr in ms
8.1. ethics and sr in ms8.1. ethics and sr in ms
8.1. ethics and sr in ms
 
6.2. evaluating and controlling marketing activities
6.2. evaluating and controlling marketing activities6.2. evaluating and controlling marketing activities
6.2. evaluating and controlling marketing activities
 
6.1. marketing implementation
6.1. marketing implementation6.1. marketing implementation
6.1. marketing implementation
 
5.5. mlc decline stage
5.5. mlc decline stage5.5. mlc decline stage
5.5. mlc decline stage
 
5.4. mlc maturity stage
5.4. mlc maturity stage5.4. mlc maturity stage
5.4. mlc maturity stage
 
5.3. mlc growth stage
5.3. mlc growth stage5.3. mlc growth stage
5.3. mlc growth stage
 
5.2. mlc introduction stage
5.2. mlc introduction stage5.2. mlc introduction stage
5.2. mlc introduction stage
 
5.1. mlc development stage
5.1. mlc development stage5.1. mlc development stage
5.1. mlc development stage
 
4.5. market positioning
4.5. market positioning4.5. market positioning
4.5. market positioning
 
4.4. market differentiating
4.4. market differentiating4.4. market differentiating
4.4. market differentiating
 
4.3. market branding
4.3. market branding4.3. market branding
4.3. market branding
 
4.2. market targeting
4.2. market targeting4.2. market targeting
4.2. market targeting
 
4.1. market segmentation
4.1. market segmentation4.1. market segmentation
4.1. market segmentation
 
3.3. forecasting market opportunities
3.3. forecasting market opportunities3.3. forecasting market opportunities
3.3. forecasting market opportunities
 
3.2. measuring market opportunities
3.2. measuring market opportunities3.2. measuring market opportunities
3.2. measuring market opportunities
 
3.1. understanding market opportunities test
3.1. understanding market opportunities test3.1. understanding market opportunities test
3.1. understanding market opportunities test
 
Cost based pricing
Cost based pricingCost based pricing
Cost based pricing
 
Topic7.1c2 compensation how_to_createa_market-competitive_payplannew
Topic7.1c2 compensation how_to_createa_market-competitive_payplannewTopic7.1c2 compensation how_to_createa_market-competitive_payplannew
Topic7.1c2 compensation how_to_createa_market-competitive_payplannew
 
Topic7.1c compensation how_to_createa_market-competitive_payplannew
Topic7.1c compensation how_to_createa_market-competitive_payplannewTopic7.1c compensation how_to_createa_market-competitive_payplannew
Topic7.1c compensation how_to_createa_market-competitive_payplannew
 
Topic7.1b compensation job_evaluation_methods new
Topic7.1b compensation job_evaluation_methods newTopic7.1b compensation job_evaluation_methods new
Topic7.1b compensation job_evaluation_methods new
 

Chapter 1 pentingnya entreprenuership

  • 1.
  • 2. PENTINGNYA ENTREPRENEURSHIP Setelah menyelesaikan bab ini, Anda diharapkan mampu 1. Menjelaskan sejarah perkembangan konsep dan pendidikan entrepreneurship, 2. Memahami berbagai aliran pemikiran entrepreneurship, 3. Memahami pentingnya entrepreneurship bagi suatu negara, dan 4. Memahami proses entrepreneurial 1.1 Sejarah Perkembangan Konsep dan Pendidikan Entrepreneurship Minat terhadap kewirausahaan (entrepreneurship) berkembang pesat sepuluh tahun terakhir ini. Selain karena entrepreneurship memang penting untuk semua aspek kehidupan juga terdapat dorongan yang kuat dari pemerintah untuk mempertimbangkan dampak positif entrepreneurship bagi perkembangan perekonomian suatu negara. Hal ini tidak terlepas dari peran entrepreneurship yang dalam sejarahnya telah terbukti sebagai sumber pekerjaan bagi segala lapisan masyarakat. Pemahaman terhadap entrepreneurship perlu memperhatikan sejarah perkembangan konsep entrepreneurship. Frederick, Kuratko & Hodgetts (2006) menjelaskan bahwa entrepreneurship sebenarnya telah berkembang sejak abad ke- 11 sebelum Masehi di Phoenicia kuno. Pada saat itu telah terjadi arus perdagangan dari Syria sampai Spanyol yang dilakukan oleh orang-orang yang telah berani mengambil risiko, menghadapi ketidakpastian, dan mengeksplorasi sesuatu yang belum diketahui sebelumnya. Istilah entrepreneurship baru mulai terkenal dalam kosakata bisnis pada tahun 1980-an, walaupun istilah entrepreneurship telah muncul pada abad ke-18 ketika ekonom Prancis Richard Cantillon mengaitkan entrepreneur dengan aktivitas menanggung risiko dalam perekonomian. Pada tahun 1800-an, J.B. Say memperkenalkan istilah entrepreneurship dalam diskusi entrepreneur sebagai orang yang memindahkan sumber daya ekonomi dari area yang produktivitasnya rendah ke area yang produktivitasnya tinggi (Zimmerer, Scarborough, & Wilson, 2008) Kata entrepreneur berasal dari bahasa Prancis, entre berarti 'antara' dan prendre berarti 'mengambil'. Kata ini pada dasarnya digunakan untuk menggambarkan orang-orang yang berani mengambil risiko dan memulai sesuatu yang baru. Selanjutnya, pengertian entrepreneurship diperluas hingga mencakup
  • 3. inovasi. Melalui inovasi munculah kebaharuan yang dapat berbentuk produk baru hingga sistem distribusi baru. Produk baru misalnya, tidak mesti terkait dengan teknologi canggih karena produk yang sederhana juga dapat menyajikan kebaharuan, contohnya rasa baru pada produk makanan. Kemampuan inovasi dapat diamati dari sejarah suatu bangsa. Bangsa Indonesia telah mampu mendirikan bangunan tinggi seperti Candi Borobudur pada tahun 825. Kemampuan inovasi tetap dimiliki bangsa Indonesia hingga kini, misalnya dapat dilihat dari kemampuan untuk menghubungkan Pulau Jawa dengan Pulau Madura melalui Jembatan Suramadu pada tahun 2009. 1.1.1 Definisi Entrepreneurship Dari uraian tentang sejarah perkembangan entrepreneurship tersebut, terlihat bahwa entrepreneurship dapat diartikan sebagai aktivitas untuk menciptakan sesuatu yang baru. Bird (1989) memberikan definisi sederhana dari entrepreneurship sebagai penciptaan nilai melalui penciptaan organisasi. Sejauh ini, juga telah terdapat definisi mengenai entrepreneurship yang mempertimbangkan perspektif bisnis manajerial dan personal. Stevenson, Roberts, dan Grousbeck (1994) memandang entrepreneurship sebagai suatu pendekatan manajemen dan mendefinisikannya sebagai "pengejaran peluang tanpa memperhatikan sumber daya yang dikendalikan saat ini". Schraam (2006) mendefinisikan entrepreneurship sebagai proses seseorang atau sekelompok orang memikul risiko ekonomi untuk menciptakan organisasi baru yang akan mengeksploitasi teknologi baru atau proses inovasi yang menghasilkan nilai untuk orang lain. Baringer&lreland (2008) mendefinisikan entrepreneurship sebagai proses seorang individu mengejar peluang tanpa memperhatikan sumberdaya yang dimiliki saat ini. Hisrich, Peters, dan Shepherd (2008) memberikan definisi entrepreneurship sebagai "proses penciptaan kekayaan incremental. Karena entrepreneurship ditemui di semua profesi, definisi di atas dipandang terbatas. Hisrich et al (2008) memberikan definisi yang telah mengakomodir semua tipe perilaku entrepreneurship sebagai "proses menciptakan sesuatu yang baru, yang bernilai, dengan memanfaatkan usaha dan waktu yang diperlukan, dengan memperhatikan risiko sosial, fisik, dan keuangan, dan menerima imbalan dalam bentuk uang dan kepuasan personal serta independensi". Definisi entrepreneurship oleh Hisrich et al (2008) di atas menekankan empat
  • 4. aspek dasar bagi seorang entrepreneur, yakni (1) entrepreneurship melibatkan proses penciptaan, ialah menciptakan sesuatu yang baru. Penciptaan harus memiliki nilai baik "untuk entrepreneur maupun audiensnya. (2) entrepreneurship memerlukan waktu dan usaha. Hanya mereka yang melalui proses entrepreneurship menghargai waktu dan usaha yang mereka gunakan untuk menciptakan sesuatu yang baru. (3) entrepreneurship memiliki risiko tertentu. Risiko ini mengambil berbagai bentuk pada area keuangan, psikologi, dan sosial. (4) entrepreneurship melibatkan imbalan sebagai entrepreneur, imbalan yang paling penting adalah independensi, diikuti oleh kepuasan pribadi. Jadi secara singkat entrepreneurship adalah suatu proses inovatif yang menghasilkan sesuatu yang baru. Entrepreneurship selanjutnya menjadi salah satu istilah bisnis yang "seksi". Tokoh-tokoh bisnis populer seperti Steven Jobs, pendiri Apple Computer; Frederick Smith, pendiri Federal Express; Ted Turner, pendiri Turner Broadcasting; An Wang, pendiri Wang Laboratories, adalah entrepreneur yang memberikan perhatian yang besar kepada entrepreneurship (Bird, 1989). Lalu, siapakah yang dapat disebut sebagai entrepreneur? Schumpeter (1934) menyatakan bahwa entrepreneur adalah seseorang yang melaksanakan kombinasi- kombinasi baru. Entrepreneur adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk melihat dan mengevaluasi peluang bisnis, memperoleh sumber daya yang diperlukan untuk mengambil keunggulan darinya dan berinisiatif mengambil tindakan yang tepat untuk menjamin sukses. Zimmerer et al (2008) menggambarkan entrepreneur sebagai seseorang yang menciptakan usaha baru dengan menghadapi ketidakpastian dan risiko dengan maksud untuk mencapai keuntungan dan pertumbuhan usaha melalui pengidentifikasian peluang yang signifikan dan penggunaan sumber daya yang diperlukan. Frederick et al (2006) memandang entrepreneur sebagai agen perubahan yang melakukan pencarian secara sengaja, perencanaan yang hati-hati, dan pertimbangan yang seksama ketika melakukan proses entrepreneurial. Jadi entrepreneur adalah seseorang yang berani mengambil risiko, mampu mencium adanya peluang bisnis, mampu mendayagunakan sumber daya secara efektif dan efisien untuk memperoleh profit. Ciri-ciri entrepreneur sukses selanjutnya akan dibahas pada Bab 2. 1.1.2 Sejarah Pendidikan Entrepreneurship
  • 5. Pendidikan entrepreneurship mulai berkembang sekitar 60-an tahun yang lalu di Amerika Serikat. Studi yang dilakukan Katz (2003) memperlihatkan bahwa mata kuliah entrepreneurship pertama diberikan di Harvard Business School pada 1947. Setelah itu, beberapa universitas besar di sana juga memberikan mata kuliah yang sama pada tahun 1950-an, misalnya New York University menawarkan mata kuliah Entrepreneurship and Innovation, University of Illinois menyelenggarakan mata kuliah Small Business or Entrepreneurship Development dan Stanford University memberikan mata kuliah Small Business Management. Pada tahun 1975 telah lebih dari seratus perguruan tinggi di Amerika Serikat yang menawarkan mata kuliah enrepreneurship. Saat ini telah lebih dari 2000 perguruan tinggi di Amerika Serikat menawarkan mata kuliah entrepreneurship. Adapun konsentrasi / peminatan entrepreneurship di sekolah bisnis dimulai pertama kali pada 1968 di Babson College yang kemudian diikuti oleh University of Southern California pada tahun 1972. Saat ini berbagai universitas besar di Amerika Serikat umumnya memiliki program studi/konsentrasi entrepreneurship. Di Indonesia, pendidikan entrepreneurship mulai bermunculan pada tahun 1980-an. Pada tahun 2000-an pendidikan entrepreneurship semakin digalakkan di Indonesia. Pemerintah Indonesia melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi mendorong berkembangnya pendidikan entrepreneurship, di antaranya melalui pendanaan kegiatan kemahasiswaan dalam bidang entrepreneurship. 1.1.3 Berbagai Aliran Pemikiran Entrepreneurship Selain sejarah tentang entrepreneurship, pemahaman terhadap entrepreneurship perlu memperhatikan aliran pemikiran yang muncul dalam entrepreneurship. Aliran pemikiran ini membagi entrepreneurship menjadi aktivitas tertentu. Aktivitas ini mungkin berada pada pandangan makro atau pandangan mikro dalam entrepreneurship sehingga pada dasarnya aliran pemikiran entrepreneurship dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu Pandangan Makro dan Pandangan Mikro seperti disajikan pada Gambar 1.1 (Barringer & Ireland, 2008). Gambar 1.1 Aliran Pemikiran Entrepreneurship 1. Pemikiran lingkungan 2. Pemikiran finansial/kapital 3. Pemikiran displacement Pandangan makro
  • 6. 4. Pemikiran trait (ciri) entrepreneurial 5. Pemikiran peluang perusahaan 6. Pemikiran formulasi strategis Sumber: Howard H. Frederick, Donald F. Kuratko, & Richard M. Hodgetts. (2006). Entrepreneurship: Theory, Process, and Practice, 1st Asia Pacific Edition, Australia: Cengage Learning Australia Pty Limited, hal 32. a. Pandangan Makro Pandangan Makro menjabarkan faktor-faktor yang mem-pengaruhi sukses gagalnya suatu perusahaan entrepreneurial. Faktor-faktor ini umumnya merupakan kondisi eksternal yang berada di luar kontrol seorang entrepreneur. Terdapat tiga aliran pemikiran dalam pandangan makro yaitu aliran pemikiran lingkungan, finansial/kapital, displacement. Aliran Pemikiran Lingkungan: aliran pemikiran ini berkaitan dengan faktor eksternal yang mempengaruhi gaya hidup entrepreneur. Faktor eksternal ini misalnya lingkungan sosial politik yang mempengaruhi pengembangan entrepreneur dan kelompok sosial seperti teman dan kerabat yang mempengaruhi keinginan untuk menjadi entrepreneur. Aliran Pemikiran Finansial/Kapital: dasar dan fokus dari aliran pemikiran ini adalah proses pencarian kapital. Aliran pemikiran ini memandang keseluruhan perusahaan entrepreneurial dari sudut pandang manajemen finansial. Keputusan finansial terjadi pada setiap tahapan daur hidup perusahaan. Aliran Pemikiran Displacement: aliran pemikiran ini berfokus pada fenomena kelompok. Seorang individu dipandang tidak akan mendirikan perusahaan kecuali individu tersebut dihambat untuk melakukan aktivitas lain. Contoh sederhana adalah seorang individu yang kehilangan pekerjaan karena adanya hambatan untuk terus bekerja di suatu perusahaan maka individu tersebut beralih menjadi entrepreneur. b. Pandangan Mikro Pandangan Mikro mengevaluasi faktor-faktor spesifik pada entrepreneurship. Entrepreneur potensial memiliki kemampuan atau kontrol untuk mengarahkan atau menyesuaikan keluaran dari setiap pengaruh dalam pandangan ini. Tidak seperti Pandangan Makro yang berfokus pada kejadian dari pandangan luar, Pendekatan Mikro berfokus pada sesuatu dengan memandang dari dalam ke luar. Terdapat tiga Pandangan mikro
  • 7. aliran pemikiran pada Pandangan Mikro, yaitu aliran pemikiran trait (ciri) entrepreneurial, peluang perusahaan, dan formulasi strategis. a) Aliran Pemikiran Trait Entrepreneurial: pendekatan ini berdasarkan pada pandangan bahwa terdapat ciri-ciri umum dari entrepreneur sukses seperti kreatif, rasa percaya diri tinggi, keinginan untuk maju, dan berani menempuh risiko. Ciri-ciri ini apabila dapat ditumbuhkan akan memberikan kemungkinan keberhasilan yang tinggi dari seorang entrepreneur. b) Aliran Pemikiran Peluang Perusahaan: aliran pemikiran ini berfokus pada aspek peluang dari pengembangan suatu perusahaan. Pengembangan ide yang tepat pada waktu yang tepat untuk pasar yang tepat dipandang merupakan kunci suksesnya perusahaan. c) Aliran Pemikiran Formulasi Strategis: aliran pemikiran ini berpendapat bahwa proses perencanaan merupakan bagian terpenting dalam pengembangan suatu perusahaan. Formulasi strategis merupakan hasil dari gabungan elemen unik yang terdiri dari pasar, orang, produk, dan sumber daya unik. Dari sudut pandang ilmu ekonomi, perkembangan entrepreneurship dapat ditelusuri mulai dari pendekatan classical, neoclassical sampai dengan Austrian Market Process (AMP) movement (Murphy, Liao, & Welsch, 2006). a) Classical Cantillon, seorang bankir yang bekerja di Prancis, pada tahun 1700-an memperkenalkan konsep formal entrepreneurship ke dalam literatur ekonomi dan bisnis. Dia menggambarkan perbedaan antara pasokan dan permintaan sebagai opsi untuk membeli dengan harga murah dan menjual dengan harga yang lebih tinggi. Entrepreneur memahami kondisi ini, membeli input pada tingkat harga tertentu dan menjual output pada tingkat harga yang belum pasti, membawa sistem pasarmenuju stabilitas. Pendekatan classical menekankan pentingnya ketidakpastian dan risiko. Kepemilikan dan status tidak dilihat sebagai sesuatu yang mutlak diperlukan entrepreneur. Inovasi dan koordinasi merupakan aspek dominan dalam aktivitas entrepreneurial. Inti dari pendekatan classical adalah pasokan, permintaan, dan harga jangka pendek. b) Neoclassical Pendekatan neoclassical muncul sebagai respon kelemahan pendekatan classical yang mengasumsikan adanya keseimbangan. Pendukung pendekatan neoclassical berpendapat bahwa asumsi keseimbangan tidak kompatibel dengan
  • 8. harga jangka pendek dan biaya produksi relatif. Konsep utilitas marginal yang menurun (diminishing marginal utility) muncul sebagai penjelasan dari aktivitas ekonomi. Fokusnya bukan pada akumulasi kapital namun lebih pada kombinasi baru dari sumber daya yang dimiliki. Entrepreneur berperan dalam menyesuaikan alokasi sumber daya karena perubahan seperti peningkatan pasokan, penurunan permintaan, dan kondisi keseimbangan. Pada masa ini muncul istilah creative destruction-nya Schumpeter yang menggambarkan keterlibatan entrepreneur dalam inovasi. Entrepreneur menciptakan produk baru, metode produksi baru, memperkenalkan sumber daya baru, atau bentuk organisasi baru yang kemudian menyebabkan kondisi lama menjadi usang. Entrepreneur melakukan perubahan dalam lingkungan dan memberikan respon terhadap perubahan tersebut. c) Austrian Market Process Pendekatan ini menekankan pada aktivitas manusia dan memberikan rerangka konseptual yang lebih kaya pada entrepreneurship. Penekanannya adalah pada bagaimana menumbuhkan pengetahuan yang dibutuhkan untuk menemukan peluang dan membuat keputusan yang tepat. Pendekatan ini menjelaskan apabila pengetahuan dikomunikasikan dalam sistem pasar, misalnya melalui infomasi harga, maka inovasi akan muncul dan entrepreneur akan memuaskan kebutuhan pasar. Apabila entrepreneur mengetahui bagaimana menghasilkan produk baru atau cara yang lebih efektif untuk menghasilkan produk baru, maka manfaat dapat diperoleh dari pengetahuan ini. Pendekatan neoclassical tidak menjelaskan aktivitas ini. Austrian market process memandang lingkungan tidak dapat diulangi atau tidak selalu memberikan keluaran yang sama dalam sistem ekonomi. Enterpeneur memperoleh insentif dengan menggunakan pengetahuan untuk menghasilkan nilai. Dibangun berdasarkan ide neoclassical, Austrian market process mendudukkan entrepreneurship sebagai pendorong sistem pasar. 1.2 Pentingnya Entrepreneurship bagi Suatu Negara 1.2.1 Entrepreneurship memiliki dampak positif bagi suatu perekonomian dan masyarakat. Salah satu penjelasannya adalah konsep creative destruction-nya Schumpeter. Dia menjelaskan bahwa entrepreneur mengembangkan produk baru dan teknologi baru yang kemudian membuat produk dan teknologi saat ini menjadi
  • 9. usang. Karena produk dan teknologi baru memiliki kinerja yang lebih baik daripada produk dan teknologi lama, dan keberadaan produk dan teknologi baru meningkatkan permintaan konsumen, maka proses creative destruction menstimulasi aktivitas ekonomi. Produk dan teknologi baru juga dapat meningkatkan produktivitas dari semua elemen dalam masyarakat. Proses creative destruction tidak hanya terbatas pada produk dan teknologi baru namun juga termasuk teknik penetapan harga baru, sistem distribusi baru, atau format ritel (retail) yang baru. Barringerdan Ireland (2006) mengemukakan tiga alasan mengapa perilaku entrepreneurial memiliki efek positif terhadap kekuatan dan stabilitas ekonomi. Salah satu dampak terpenting dari entrepreneurship adalah penyediaan lapangan pekerjaan. Entrepreneurship telah terbukti mampu mengatasi tingkat pengangguran melalui penciptaan lapangan pekerjaan oleh entrepreneur. Selain diri entrepreneur sendiri yang tidak menambah angka pengangguran karena entrepreneur menciptakan pekerjaan dan bukan mencari pekerjaan, entrepreneur marnpu menciptakan pekerjaan mulai dari untuk beberapa tenaga kerja saja sampai dengan ribuan pekerjaan. 1.2.2 Inovasi merupakan alasan kedua yang memberikan dampak positif bagi kekuatan ekonomi dan masyarakat. Inovasi berkaitan dengan proses menciptakan sesuatu yang baru, dan merupakan isu utama dalam proses entrepreneurial. Inovasi membantu individu dan bisnis untuk bekerja secara lebih efekif dan efisien. 1.2.3 Alasan ketiga adalah globalisasi. Fenomena ini sangat vital bagi perekonomian karena menyediakan outlet untuk memasarkan produk ke luar negeri. Zimmerer et al (2008) menyatakan bahwa peran entrepreneurship dalam pembangunan ekonomi tidak hanya terbatas pada peningkatan output per kapita dan pendapatan namun juga sebagai inisiator perubahan dalam struktur bisnis dan masyarakat. Perubahan ini diikuti oleh pertumbuhan dan peningkatan output yang memungkinkan kesejahteraan dibagi ke seluruh partisipan. Inovasi merupakan kunci yang memfasilitasi perlunya perubahan dan pengembangan, inovasi bukan hanya berperan dalam pengembangan produk baru untuk suatu pasar namun juga menstimulasi minat investasi pada suatu bisnis. Investasi dan inovasi berperan penting dalam pembangunan ekonomi suatu area. Proses inilah yang selanjutnya menstimulasi pertumbuhan ekonomi Andretsch & Keilbach (2004) mengatakan bahwa entrepreneurship merupakan mekanisme penting yang mendorong proses seleksi yaitu menciptakan
  • 10. keragaman pengetahuan yang kemudian berperan penting dalam pertumbuhan ekonomi. Yang menarik adalah adanya kenyataan bahwa bisnis baru memberikan kontribusi terhadap keragaman (diversity). Keragaman ini merupakan driving force pertumbuhan ekonomi. Pengetahuan saja tidak cukup mampu untuk menghasilkan keragaman. Entrepreneurship berperan dalam mentransformasikan pengetahuan menjadi keragaman. Entrepreneurship juga berperan dalam menjembatani ke-senjangan antara pengetahuan dan pasar, menciptakan bisnis baru, dan membawa produk baru ke pasar. Aktivitas entrepreneurial mempengaruhi ekonomi dengan membangun dasar ekonomi dan menyediakan lapangan pekerjaan. Berbagai penelitian juga memperlihatkan peran entrepreneurship dalam peningkatan perekonomian suatu negara. Van Stel, Carree & Thurik (2005) memperlihatkan bahwa aktivitas entrepreneurial mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi. Aktivitas entrepreneurial diukur melalui TEA (total entrepreneurial activity) yang datanya diperoleh melalui GEM (global entrepreneurship monitor). GEM memberikan data empiris tentang pengaruh aktivitas entrepreneurial terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi di berbagai negara. TEA merupakan proporsi orang dewasa dalam usia kerja di suatu negara yang terlibat dalam proses memulai bisnis baru atau aktif sebagai manajer pemilik dari perusahaan-perusahaan yang berumur kurang dari 42 bulan. Frankel (2005) memperlihatkan bahwa entrepreneurship mengakselerasi pertumbuhan ekonomi karena entrepreneur menciptakan pekerjaan, memfasilitasi mobilitas sosial, dan memunculkan berbagai kemungkinan positif. Entrepreneurship mempengaruhi secara positif tingkat produktivitas. Output yang meningkat ini kemudian mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara. Dalam konteks Indonesia, Fadel Muhammad, Menteri Kelautan dan Perikanan, dalam disertasinya memperlihatkan bahwa entrepreneurship dapat meningkatkan kinerja pemerintah daerah. Pemerintah daerah disarankan untuk tidak mengutamakan sistem dan prosedur namun lebih berorientasi pada kinerja dan hasil kerja dengan mengutamakan jiwa dan semangat kewirausahaan. Kinerja yang baik ini kemudian dapat menjadi salah satu faktor yang mendorong pertumbuhan perekonomian daerah. (Kompas, 28 Oktober 2007) Begitu pentingnya entrepreneurship bagi suatu negara sehingga membuat Serian (2009) mengemukakan pendapat mengenai penting dan perlunya presiden
  • 11. yang mampu membangun entrepreneurship (Boks 1.1 Mencari Presiden yang Mampu Membangun Entrepreneurship - Seputar Indonesia, 16 Juni 2009). 1.3 Proses Entrepreneurial Proses entrepreneurial mencakup empat fase yang berbeda di mana proses ini mencakup lebih dari sekadar pemecahan masalah dalam manajemen umum. Seorang entrepreneur harus mencari, mengevaluasi, dan mengembangkan peluang dengan mengatasi kekuatan-kekuatan yang menghalangi proses kreasi sesuatu yang baru. Adapun keempat fase dalam proses entrepreneurial adalah (Hisrich ef al 2008) yakni… (1) identifikasi dan evaluasi peluang, (2) pengembangan rencana bisnis, (3) penentuan sumber daya yang dibutuhkan, dan (4) pengelolaan perusahaan yang dibentuk, seperti disajikan pada Gambar 2.1. Fase pertama adalah identifikasi dan evaluasi peluang. Fase ini merupakan fase yang tersulit karena peluang bisnis yang bagus tidak muncul begitu saja namun merupakan kejelian entrepreneur terhadap lingkungannya. Peluang ini kemudian perlu dievaluasi. Kegiatan evaluasi merupakan elemen paling kritis dalam proses entrepreneurial karena melalui kegiatan ini entrepreneur dapat menilai apakah produk tertentu akan memberikan hasil yang memadai dibandingkan dengan sumber daya yang diperlukan. Peluang ini juga harus sesuai dengan keterampilan personal dan tujuan seorang entrepreneur. Fase kedua adalah mengembangkan rencana bisnis dalam rangka memanfaatkan peluang. Suatu rencana bisnis diperlukan untuk memanfaatkan peluang dan menetapkan sumber daya yang diperlukan, memperoleh sumber daya tersebut, dan mengelola dengan baik usaha yang terbentuk. Fase ketiga adalah menentukan sumber daya yang diperlukan dalam rangka memanfaatkan peluang yang ada. Proses ini dimulai dengan menilai sumber daya yang dimiliki seorang entrepreneur. Langkah selanjutnya adalah berusaha memperoleh sumber daya yang diperlukan. Fase terakhir adalah mengevaluasi usaha yang terbentuk. Setelah memperoleh sumber daya, entrepreneur menggunakan sumber daya ini untuk mengimplementasikan rencana bisnisnya.
  • 12.
  • 13. Gambar 2.1 Proses Entrepreneurial Sumber: Robert D. Hisrich, Michael P. Peter, & Dean A. Shepherd. (2008). Entrepreneurship, 7th ed. Boston: McGraw Hill, hal 38. Rangkuman Entrepreneurship telah berkembang sejak abad ke-11 sebelum Masehi di Phoenicia kuno namun entrepreneurship sebagai istilah bisnis baru mulai dikenal pada tahun 1980-an, walaupun istilah entrepreneurship telah muncul pada abad ke- 18 ketika ekonom Perancis Richard Cantillon mengaitkan entrepreneur dengan aktivitas menanggung risiko dalam perekonomian. Kata entrepreneur berasal dari bahasa Prancis, entre berarti 'antara' dan prendre berarti 'mengambil'. Istilah ini menggambarkan orang-orang yang menciptakan usaha baru dengan menghadapi ketidakpastian dan risiko dengan maksud untuk mencapai keuntungan dan pertumbuhan usaha melalui pengidentifikasian peluang yang signifikan dan penggunaan sumber daya yang diperlukan. Pendidikan entrepreneurship mulai berkembang sekitar 60-an tahun yang lalu di Amerika Serikat yang dimulai dengan mata kuliah entrepreneurship pertama yang diberikan di Harvard Business School pada 1947. Di Indonesia, pendidikan entrepreneurship mulai bermunculan pada tahun 1980-an dan pada tahun 2000-an pendidikan entrepreneurship semakin digalakkan di Indonesia. Identifikasi dan evaluasi peluang Pengembangan rencana bisnis Penentuan sumber daya yang dibutuhkan Pengelolaan perusahaan yangdibentuk
  • 14. Aliran pemikiran dalam entrepreneurship dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu Pandangan Makro dan Pandangan Mikro. Pandangan Makro menjabarkan faktor-faktor yang mempengaruhi sukses gagalnya suatu perusahaan entrepreneurial sedangkan Pandangan Mikro mengevaluasi faktor-faktor spesifik pada entrepreneurship. Dari sudut pandang ilmu ekonomi, perkembangan entrepreneurship dapat ditelusuri mulai dari pendekatan classical, neoclassical sampai dengan Austrian Market Process (AMP) movement. Entrepreneurship memiliki dampak positif bagi suatu perekonomian dan masyarakat terutama terhadap kekuatan dan stabilitas ekonomi. Salah satu dampak terpenting dari entreprenership adalah penyediaan lapangan pekerjaan. Entrepreneurship telah terbukti mampu mengatasi tingkat pengangguran melalui penciptaan lapangan pekerjaan oleh entrepreneur. Selain itu, entrepreneurship juga dikenal sebagai inisiator perubahan dalam struktur bisnis dan masyarakat. Entrepreneurship juga berperan dalam menjembatani kesenjangan antara pengetahuan dan pasar, menciptakan bisnis baru, dan membawa produk baru ke pasar. Aktivitas entrepreneurial memengaruhi ekonomi dengan membangun dasar ekonomi dan menyediakan lapangan pekerjaan. Proses entrepreneurial mencakup empat fase yang berbeda, yaitu identifikasi dan evaluasi peluang, pengembangan rencana bisnis, penentuan sumber daya yang dibutuhkan, dan pengelolaan perusahaan yang dibentuk.