SlideShare a Scribd company logo
1 of 12
1
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Leasing memiliki sejarah yang cukup panjang. Meskipun tidak diketahui secara pasti,
namun diyakini kegiatan transaksi leasing ini telah terjadi sejak tahun 2000 SM yang
dilakukan oleh orang-orang Sumeria.1 Sesuai dengan dokumen, pada awalnya transaksi
leasing dilakukan oleh orang-orang Sumeria yang dimulai dari peralatan pertanian, hak-hak
penggunaan tanah dan air sampai binatang ternak. Pada awalnya leasing merupakan usaha
pembiayaan peralatan, pertanahan dan peternakan. Seiring dengan perkembangan industri,
manufaktur dan transportasi menjadikan bertambahnya obyek leasing di Inggris. Di samping
di Inggris, praktek pembiayaan dengan menggunakan leasing di Amerika juga telah mulai
dikenal sejak tahun 1970-an. Praktek leasing di Amerika tumbuh dengan pesatnya setelah
adanya pembangunan rel kereta api, yang rata-rata pembiayaannya dilakukan dengan cara
leasing. Selanjutnya kegiatan usaha leasing menyebar ke berbagai negara dengan pesatnya
setelah tahun 1950-an, khususnya di Eropa dan Amerika.
Leasing diperkenalkan di Indonesia untuk kali pertama pada tahun 1974 dengan
dikeluarkannya Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, Menteri Perdagangan dan
Menteri Perindustrian No. Kep. 122/MK/2/974 dan No.30/Kpb/I/974 tanggal 7 Pebruari 1974
tentang”Perizinan Usaha Leasing”2 Pada dekade 80-an perusahaan leasing semakin
bertambah banyak sejalan dengan itu volume transaksinya mengalami kenaikan dari tahun ke
tahun. Dalam masa perkembangannya, leasing dikenal sebagai salah satu jalan atau cara
untuk memperoleh modal bagi perusahaan yang tidak memiliki modal.3 Di samping tidak
cukup modal, juga kurang mampu membayar bunga, jika modal yang diperlukan berasal dari
kridet.
Bagi sebagian masyarakat Indonesia berpandangan bahwa pembiayaan leasing identik
dengan jual beli angsuran dalam bentuk sewa beli.4 Hal ini dapat dimengerti, karena dalam
1 Tom Clark.1985.TheWordof Leasing, dalam LeasingFinance. London: EuromoneyPublications.hlm.1.
2
Y, Sri Susilo. 2000. Bankdan Lembaga KeuanganLain.Jakarta: Salemba Empat. hlm. 129.
3
Tom Clark. Loc. cit
4
Sebagian masyarakat yangmenganggap leasingsebagai pembiayaanperalatan/barang modal untuk digunakan pada proses produksi
suatuperusahaan, baik secara langsungmaupuntidaklangsung. Dengandemikian pada hakekatnya leasing merupakan salah satu cara
pembiayaan yangmirip dengan kredit bank. Perbedaan antara keduanya hanya terletak pada bentuk barang yang diberikan, leasing
2
perjanjian “leasing” memuat klausula “hak opsi” bentuk hak opsinya adalah“opsi beli”atau
opsi perpanjangan waktu. Pada klausula opsi beli, memberi hak kepada lessee untuk membeli
barang-barang modal yang menjadi obyek leasing setelah sampai pada waktu yang dijanjikan.
Sedang pada opsi perpanjangan waktu, memberi hak kepada lessee untuk memperpanjang
waktu leasing dari batas jangka waktu perjanjian.5 Dengan mengaitkan leasing dengan opsi
beli, perjanjian leasing memiliki aspek hukum ganda. Pada satu segi seolah-olah sebagai
pejanjian sewa menyewa, pada segi yang lain mirip dengan perjanjian jual beli sewa atau jual
beli angsuran, apabila dalam perjanjian tercantum “buy decision”
Leasing menurut peraturan yang ada disebut juga Sewa-guna-usaha. Dalam kep.
Menkeu no. 1169/KMK.01/1999 tentang Kegiatan Sewa-Guna-Usaha (Leasing) dinyatakan:
”Sewa-guna-usaha (Leasing) adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang
modal baik secara sewa-guna-usaha dengan hak opsi (Finance Lease) maupun sewa-guna-
usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh Lessee selama jangka waktu
tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala.” Yang dimaksud dengan opsi adalah hak
Lessee untuk membeli barang modal yang disewa-guna-usaha atau memperpanjang jangka
waktu perjanjian sewa-guna-usaha.
Karena ijarah adalah akad yang mengatur pemanfaatan hak guna tanpa terjadi
pemindahan kepemilikan, maka banyak orang yang menyamakan ijarah ini dengan leasing.
Hal ini terjadi karena kedua istilah tersebut sama-sama mengacu pada hal-ihwal sewa-
menyewa. Menyamakan ijarah dengan leasing tidak sepenuhnya salah, tapi tidak sepenuhnya
benar pula. Karena pada dasarnya, walaupun tedapat kesamaan antara ijarah dan leasing, tapi
ada beberapa karekteristik yang membedakannya.
memberikanbantuan dalam bentukbarangmodal sedangkanbankmemberikanbantuan berupa permodalan.RichardBurtonSimatupang.
1996. Aspek Hukum dalam Bisnis. Jakarta: Rineka Cipta. hlm. 134.
5 M.Yahya Harahap.1991.Leasingdan Surat-suratBerharga Serta Kaitannya dengan Sengketa HartaBersama
dan Waris di Pengadilan Agama,dalam Mimbar Hukum. No.3 Thn.II,1991,hlm.43
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Leasing
Leasing ini ada dua katagori global, yaitu operating lease dan financial lease.
Operating lease merupakan suatu proses menyewa suatu barang untuk mendapatkan hanya
manfaat barang yang disewanya, sedangkan barangnya itu sendiri tetap merupakan milik bagi
pihak pemberi sewa. Sewa jenis pertama ini berpadanan dengan konsep ijarah di dalam
syariah Islam yang secara hukum Islam diperbolehkan dan tidak ada masalah.
Adapun financial lease merupakan suatu bentuk sewa dimana kepemilikan barang
tersebut berpindah dari pihak pemberi sewa kepada penyewa. Bila dalam masa akhir sewa
pihak penyewa tidak dapat melunasi sewanya, barang tersebut tetap merupakan milik
pemberi sewa (perusahaan leasing). Akadnya dianggap sebagai akad sewa. Sedangkan bila
pada masa akhir sewa pihak penyewa dapat melunasi cicilannya maka barang tersebut
menjadi milik penyewa. Biasanya pengalihan pemilikan ini dengan alasan hadiah pada akhir
penyewaan, pemberian cuma-cuma, atau janji dan alasan lainnya. Intinya, dalam financial
lease terdapat dua proses akad sekaligus : sewa sekaligus beli. Dan inilah sebabnya mengapa
leasing bentuk ini disebut sebagai sewa-beli.
Merujuk pada kenyataan di atas, nampak bahwa dalam sewa-beli terdapat dua bentuk
muamalah yang berbeda dalam satu proses yang bersamaan. Sewa sekaligus beli. Sampai di
sini terdapat minimal dua persoalan yang memerlukan kajian, yaitu perbedaan sewa dan beli,
serta kedudukan dua akad sekaligus dalam suatu proses muamalah.
Pertama, perbedaan sewa dan beli. Dalam hukum muamalah Islam sangat berbeda
antara sewa dengan beli. Sewa (ijarah) merupakan suatu akad untuk mendapatkan suatu
manfaat dari barang, jasa, ataupun orang dengan adanya kompensasi tertentu, biasanya
berupa uang (‘aqdun ‘alal manfaat bi ‘iwadh). Jadi, pihak penyewa mendapatkan hanya
manfaat yang dikandung oleh barang yang disewanya. Adapun barangnya itu sendiri tetap
merupakan hak milik pihak pemberi sewa.
4
Hal ini berbeda sekali dengan jual beli. Secara syar’iy, jual-beli (al bai’) merupakan
mubadalatu malin bi malin tamlikan wa tamallukan ‘ala sabilit taradhi, yaitu pertukaran
antara suatu barang dengan barang lain (termasuk uang) untuk pertukaran kepemilikan di atas
dasar saling meridloi satu sama lain. Berdasarkan hal ini, barang dari pihak penjual akan
menjadi milik dari pihak pembeli. Sebaliknya, uang atau barang (bila barter) dari pihak
pembeli akan langsung menjadi milik pihak penjual. Proses jual-beli ini, tentu saja, dapat
kontan dan bisa pula dilakukan dengan cicilan (kredit). Jelaslah, perbedaan mendasar antara
sewa dengan beli terletak pada siapa yang berhak memiliki barang pada akhir masa transaksi.
Dengan demikian, akad yang terjadi antara sewa sangat berbeda dengan akad pada jual-beli.
Akad sewa berkonsekuensi pada tetap dimilikinya barang oleh pihak pemilik barang,
sedangkan pihak penyewa hanya boleh memanfaatkan barang tersebut selama masa
penyewaan. Sedangkan akad jual-beli berujung pada pertukaran kepemilikan dari penjual ke
pembeli dan dari pembeli ke penjual.
Kedua, kedudukan dua akad. Rasulullah SAW melarang dua akad berbeda terjadi
dalam satu aktivitas muamalah. “Rasulullah SAW melarang (kaum muslimin) dua akad
dalam suatu proses akad tertentu, “ demikian diriwayatkan oleh Imam Ahmad tentang
larangan Rasulullah SAW.
Hadits ini maksudnya adalah tidak boleh seseorang melakukan dua akad berbeda
dalam suatu proses muamalah tertentu. Tidak boleh, misalnya, seseorang menyatakan ‘Saya
menjual rumah saya ini kepada Anda dengan syarat Anda menjual rumah Anda yang di
Puncak pada saya’, ‘Saya menjual perusahaan ini pada Anda dengan catatan Anda
menikahkan putri Anda kepada saya’, atau ‘Saya menjual barang ini dengan harga 10 juta
rupiah pada Anda dengan cicilan selama 2 tahun, tetapi bila di tengah jalan Anda tidak dapat
melunasinya maka barang tersebut tetap menjadi milik saya dan uang yang telah Anda
berikan dianggap sebagai sewa barang selama Anda menggunakannya.’ Di dalam muamalah
tadi terdapat dua akad sekaligus, menjual rumahnya sekaligus membeli rumah pembeli
rumahnya dalam satu akad, menjual perusahaan sekaligus menikahi putri pembeli
perusahaannya dengan hanya satu akad, dan jual-beli sekaligus sewa dalam satu akad
tertentu. Semua ini bertentangan dengan sikap Rasulullah SAW tadi.
5
Berdasarkan hal ini nampaklah bahwa dalam muamalah financial leasing (yang secara
umum dikenal dengan istilah ‘leasing’ saja) terdapat dua akad sekaligus dalam satu proses
muamalah tertentu. Dan hal ini tidak sesuai dengan titah Rasulullah SAW. Padahal, dalam
syariat Islam, bila akad yang terjadi sewa maka tetap berlaku sewa sampai batas akhir waktu
penyewaan. Demikian pula, suatu akad jual-beli tetap sebagai jual beli. Andaikan jual-beli itu
dilakukan dengan mencicil dan pihak pembeli belum dapat melunasi seluruh utang
pembeliannya pada waktu yang telah disepakati, akad tersebut tetap jual-beli dan tidak dapat
dialihkan menjadi akad apapun, termasuk diubah menjadi akad sewa.
Selain itu, bila dilihat dari realitasnya, muamalah jenis ini nampak mengunggulkan
pemberi sewa (perusahaan leasing) dibandingkan dengan penyewa. Terlebih-lebih bila pihak
pembeli merasa mencicil barang dengan harga ‘pembelian’. Di tegah jalan, karena sesuatu
hal, ia tidak mampu melunasinya. Akhirnya, barang yang diangankan untuk dimilikinya pada
akhir cicilan nanti harus dikembalikan, dan ia hanya menyewa saja. Padahal, tentu saja, harga
sewa logisnya lebih kecil dibandingkan dengan harga beli dengan cicilan.
Satu hal lagi, persoalan leasing menjadi bertambah bila dalam cicilannya itu
melibatkan riba (bunga). Sebab, Allah SWT memfirmankan : “Dan Allah telah menghalalkan
jual beli serta mengharamkan seluruh riba” (QS. Al Baqarah [2] : 275).
B. Pengertian Ijarah Muntahiya Bit-Tamlik (IMBT)
Adapun didalam Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan
(Bapepam dan LK) Nomor : PER.04/BI/2007 dalam Bab ketentuan Umum IMBT adalah
akad penyaluran dana untuk pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang dalam waktu
tertentu dengan pembayaran sewa (Ujrah) antara Perusahaan pembiayaan sebagai pemberi
sewa ( mu’ajjir ) dengan penyewa (musta’jir) disertai opsi pemindahan hak milik atas barang
tersebut kepada penyewa setelah selesai masa sewa.
Sedangkan Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES) menjelaskan IMBT pada
pasal 323 yaitu Dalam akad ijarah Muntahiyah bit tamlik suatu benda antara Mua’jir/pihak
yang menyewakan dengan Musta’jir/pihak penyewa diakhiri dengan pembelian ma’jur/objek
ijarah oleh musta’jir/pihak penyewa.
6
Dari ketiga pengertian tersebut dapat di ambil pemahaman bahwa akad IMBT
merupakan akad Ijarah (sewa) sehingga syarat dan rukun Ijarah dapat diterapkan dalam
pelaksanaan Ijarah muntahiyah bit tamlik (IMBT), Ijarah dimaknai dengan dua dimensi
kehidupan, Ijarah dimaknai sebagai proses perjanjian para pihak, salah satu pihak
berkedudukan sebagai penyedia barang/jasa (muajir) dan pihak lain berkedudukan sebagai
pengguna/penerima manfaat barang/jasa (musta’jir) Ijarah yang obyeknya berupa barang
dimaknai sebagai sewa, sedangkan Ijarah yang obyeknya berupa jasa dimaknai sebagai
Upah , ijarah yang demikian berdimensi duniawi, istilah tehnis bagi sewa/upah yang
digunakan adalah Ujrah (imbalan). Disisi lain umat Islam berkeyakinan bahwa dunia ini
adalah Mazra’at (tempat bercocok tanam) yang berakibat pada kehidupan akhirat nanti.
Dalam dimensi kebaikan , orang yang bermuamalah dengan baik diantaranya melakukan
ijarah dengan baik, maka akan mendapat pahala yang terkadang disebut ” Ajrun ” . jadi
Ujrah berdimensi duniawi, sedangkan ajrun berdimensi ukhrawi. Ujrah yang termasuk akad
dalam bidang jasa sekarang ini telah diperluas dengan dihubungkan konsep intiqal al-
milkiyah, ( berpindah kepemilikan) oleh karena itu salah satu jasa yang berkembang dalam
ekonomi syariah adalah produk Ijarah muntahiyah bit tamlik ( IMBT).
Secara konseptual IMBT hampir sama dengan leasing , bahwa leasing merupakan
bentuk pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang barang modal untuk digunakan oleh
perusahaan tertentu, berdasarkan pembayaran secara berkala, disertai dengan hak pilih/opsi
bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang modal yang bersangkutan atau
memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama.
Dalam pelaksanaan akad IMBT ada ketentuan ketentuan yang bersifat umum dan ketentuan
bersifat khusus, ketentuan bersifat umum yaitu 1). rukun dan syarat yang berlaku dalam akad
ijarah berlaku pula dalam aqad IMBT 2.) perjanjian untuk melakukan akad IMBT harus
disepakati ketika akad ijarah ditandatangani dan 3). hak dan kewajiban setiap pihak
dijelaskan dalam aqad, sedangkan yang bersifat khusus 1). pihak yang melakukan IMBT
harus melakukan akad ijarah terlebih dahulu. Akad pemindahan kepemilikan baik dengan jual
beli (bai’) atau pemberian (hibah) hanya dapat dilakukan setelah masa ijarah selesai.2). .
janji pemindahan kepemilikan yang disepakati diawal akad ijarah adalah wa’ad (janji) yang
hukumnya tidak mengikat. Apabila wa’ad (janji) dilaksanakan, maka pada akhir masa
ijarah(sewa) wajib dibuat akad pemindahan kepemilikan. Artinya dalam akad IMBT tidak
bertentangan dengan prinsip syariah yaitu melarang 2 (dua)akad dalam 1 perjanjian, akan
tetapi membolehkan mengatur 1 akad dan 1 wa’ad dalam 1 perjanjian. Oleh karena itu
7
tidaklah beralasan jika lembaga-lembaga keuangan syariah menghindari dari akad IMBT
,sebenarnya IMBT dipraktekan dalam rangka memperluas produk lembaga keuangan syraiah
serta memperkaya khazanah umat islam dalam bermu’amalah, sebab akan tidak mungkin
dikemuadian hari akan lahir bentuk bentuk akad paralel lainnya.
C. Perbedaan dan persamaannya pembiayaan syari’ah/IMBT dengan
Konvensional/leasing
BIDANG IMBT/SYARIAH KONVENSIONAL/LEASING
a.Aset/Obyek
- Aset selama masa sewa
menjadi pemilik Bank/
muajjir
- Bank/muajjir tetap
menjadi pemilik aset setelah
masa sewa berakhir, jika
nasabah tidak bersedia
membuat akad pemindahan
kepemilikan (dengan jual
beli/hibah).
- sama seperti dalam
financial lease nasabah
membeli aset dari suplier
dengan dana pembiayaan dari
bank dan aset langsung
dicatatkan atas nama nasabah.
- Aset kemudian
dikontruksikan sebagai milik
Bank ( karena dibeli dengan
uang Bank) dan Bank
menyewakannya kepada
nasabah.
b.Aqad/perjanjian
- 1 perjanjian menggunakan
dengan 1 akad dan 1
wa’ad.( akadnya ijarah
(sewa) dan wa’adnya jual
beli atau hibah) yang akan
ditanda tangani setelah
ijarah berakhir( jika nasabah
menghendaki),maka perlu
dilampirkan konsep
perjanjian jual beli/hibah.
Juga dilampirkan konsep
kuasa kepada bank untuk
menjual aset jika pada akhir
masa ijarah nasabah tidak
menginginkan aset.
- sewa dan jual beli menjadi
satu kesatuan dalam 1
perjanjian.
c. Perpindahan
kepemilikan.
- perpindahan kepemilikan
dengan menggunakan jual
beli dan hibah.
- Perpindahan kepemilikan
dilaksanakan setelah masa
ijarah selesai.
- perpindahan kepemilikan
dengan menggunakan jual
beli.
- Perpindahan kepemilikan
diakui setelah seluruh
pembayaran sewa telah
8
diselesaiakan.
d. Pembuktian
kepemilikan obyek.
- Bank/Muajjir dianggap
pemilik dari obyek yang
disewakan logikanya
banklah yang membeli
barang dari suplier. Dan
nasabah untuk membeli
barang atas surat kuasa
dari bank.
- dalam financial lease tidak
mengkontruksikan bahwa
lessorlah yang membeli
barang dari suplier.
Walaupun secara konsep umumnya IMBT sama dengan leasing (sewa-beli), tapi
terdapat perbedaan dalam bentuk peralihan hak pada akhir masa sewanya. Dalam perjanjian
leasing (sewa-beli), pada akhir masa sewa terdapat suatu nilai tebus tertentu, yang
memberikan opsi bagi penyewa untuk menebus barang yang disewa dengan mekanisme
jual-beli6. Sementara pada skema IMBT, berdasarkan Pasal 16 ayat 1 c Peraturan Bank
Indonesia No. 7/46/PBI/2005, peralihan hak yang terjadi pada akhir masa sewa (ijarah)
dilakukan dengan mekanisme hibah.7
Contoh kasus:
Ada seorang pengusaha yang bekerja dibidang industri pariwisata. Menjelang
lebaran hari raya idul fitri, ia ingin menambah armada angkutan bus pariwisatanya sebanyak
10 unit. Untuk itu ia mengajukan pemohonan kepada bank syari’ah untuk membiayai
pembelian 10 unit bus pariwisatanya. Bank syari’ah kemudian menawarkan skema
pembiayaan sewa-menyewa yang diakhiri dengan peralihan kepemilikan pada akhir masa
sewanya. Harga mobil sebesar Rp 100 juta/unit. Jangka waktu sewa selama 24 bulan (2
tahun). Pembayaran sewa bulanan atas mobil oleh bank syari’ah ditetapkan sebesar sekitar
4.166.000/bulan. Selama bulan ke-1 sampai bulan ke-24, ia bertindak sebagai penyewa atas
mobil, dan kepemilikan hak barang tersebut masih berada di tangan bank. Pada akhir bulan
ke-24, barulah terjadi perpindahan kepemilikan atas mobil dari bank syaria’ah kepadanya.
Perpindahan kepemilikan tersebut dapat dituangkan dalam suatu akad tertentu.
Dalam konsep syari’ah dikenal dengan istilah IMBT. Konsep awal dari perjanjian
bank syari’ah dengan si pengusaha bus pariwisata pada kasus ini adalah perjanjian sewa-
6 Irma Devita Purnamasari dan Suswinarto.2011.Akad Syari’ah .hal.106
7 Peraturan Bank Indonesia No.7/46/PBI/2005 Ttg Akad Penghimpunan dan Penyaluran Dana bagi Bank yang
melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syari’ah
9
menyewa. Pada saat pembayaran sewa, posisi si pengusaha bus pariwisata di mata hukum
adalah selaku penyewa dan objek yang di IMBT-kan kepemilikannya masih berada
ditangan bank syari’ah selaku pemilik barang, oleh karena itu, cicilan atau angsuran yang
dilakukan oleh si pengusaha bus pariwisata setiap bulannya adalah biaya sewa. Pada akhir
masa sewa terjdi perpindahan kepemilikan atas barang yang disewa oleh si pengusaha bus
pariwiasata tersebut dari bank kepada si pengusaha bus pariwisata.
10
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dalam operating lease, lessee boleh menunda atau membatalkan pembayaran
asalkan sejak awal ia memberitahu kepada lessor. Dengan demikian bentuk ini dapat
dikategorikan sebagai sumber pembiayaan jangka pendek. Jenis ini memiliki ciri-ciri: (1)
waktunya relatif singkat jika dibandingkan dengan umur barang obyek leasing, (2)
tersedianya secara khusus service termasuk pemeliharaan, (3) hak atau kebebasan untuk
membatalkan leasing hanya di benarkan dalam alasan-alasan yang sangat terbatas sekali,
dan (4) segala resiko kerusakan yang timbul, pemeliharaan dan service menjadi tanggung
jawab lessor. Dari keempat ciri tersebut menunjukkan bahwa dalam operating lease tidak
ada tujuan untuk membebani pihak lessee untuk membayar sewa cicilan kepada lessor
sebesar jumlah harga modal yang ditanamkannya kepada obyek leasing.
Dalam tehnik pembiayaan jenis Financial leases, perusahaan leasing sebagai lessor
adalah pihak yang membiayai penyediaan barang modal, sedangkan lessee hanya
melakukan pemesanan, pemeriksaan serta pemeliharaan barang modal yang menjadi obyek
transaksi leasing. Selama masa leasing inilah, lessee melakukan pembayaran sewa secara
berkala di mana jumlah seluruhnya ditambah dengan pembayaran sisa residu. Dalam
Financial leases termuat ketentuan kontraktual bahwa pihak lessee tidak boleh menunda
atau membatalkan serangkaian pembayaran kepada lessor sebagai imbalan atas
pemanfaatan aktiva. Tehnik ini sering disebut sebagai full pay out lease, yaitu suatu bentuk
pembiayaan dengan cara kontrak antara lessor dengan lessee.
Leasing merupakan suatu akad untuk menyewa sesuatu barang dalam kurun waktu
tertentu. Dalam hukum muamalah Islam sangat berbeda antara sewa dengan beli. Sewa
(ijarah) merupakan suatu akad untuk mendapatkan suatu manfaat dari barang, jasa, ataupun
orang dengan adanya kompensasi tertentu, biasanya berupa uang (‘aqdun ‘alal manfaat bi
‘iwadh). Jadi, pihak penyewa mendapatkan hanya manfaat yang dikandung oleh barang
yang disewanya. Adapun barangnya itu sendiri tetap merupakan hak milik pihak pemberi
sewa.
11
Sedangkan jual beli merupakan mubadalatu malin bi malin tamlikan wa tamallukan
‘ala sabilit taradhi, yaitu pertukaran antara suatu barang dengan barang lain (termasuk uang)
untuk pertukaran kepemilikan di atas dasar saling meridloi satu sama lain. Berdasarkan hal
ini, barang dari pihak penjual akan menjadi milik dari pihak pembeli. Sebaliknya, uang atau
barang (bila barter) dari pihak pembeli akan langsung menjadi milik pihak penjual. Proses
jual-beli ini, tentu saja, dapat kontan dan bisa pula dilakukan dengan cicilan (kredit).
Jelaslah, perbedaan mendasar antara sewa dengan beli terletak pada siapa yang berhak
memiliki barang pada akhir masa transaksi. Dengan demikian, akad yang terjadi antara sewa
sangat berbeda dengan akad pada jual-beli
Tabel: perbedaan dan persamaan antara Ijarah dan Leasing
Ijarah Leasing
1 Objek: manfaat barang dan jasa Objek: manfaat barang saja
2 Metode pembayaran :
-pembayarannya tergantung pada kinerja objek
yang disewa
-pembayarannya tidak tergantung pada kinerja
objek yang disewa
Metode pembayaran :
-pembayarannya tidak
tergantung pada kinerja
objek yang disewa
3 Pemindahan kepemilikan :
-Ijarah = tidak ada pemindahan kepemilikan
-IMBT(Ijarah Muntahia Bit-Tamlik) = perjanjian
menjual barang atau menghibahkannya di awal
periode.
Pemindahan kepemilikan :
-operating lease = tidak ada
pemindahan kepemilikan
-financial lease = diberi
pilihan untuk membeli atau
tidak membeli barang yang
disewa yang dilakukan di
akhir periode
4 Sewa-beli : bentuk leasing seperti ini haram karena
adanya gharar/ketidak jelasan akad ( yakni antara
sewa dan beli )
Sewa-beli : ok
5 Sale and lease back : ok Sale and lease back : ok
12
DAFTAR PUSTAKA
Karim. Adiwarman A, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, PT RajaGrafindo, Jakarta.2008
Susilo, Y. Sri. Et.al., Bank dan Lembaga Keuangan Lain,Jakarta:Salemba Empat, 2000
Clark, Tom (Ed.), (1985), Leasing Finance,London: Euromoney Publications.
An Nabhani, Taqyuddin, (1996), Membangun Sistem Ekonomi Alternatif Perspektif Islam,
Surabaya: Risalah Gusti.
M. Yahya Harahap, Leasing dan Surat-surat Berharga serta Kaitannya dengan Sengketa harta
Bersama dan Waris di Pengadilan Agama, dalam Dirjen Binbaga Islam, Mimbar
Hukum, Aktualisasi Hukum Islam No.3 Thn.II,1991.
Ahmad Kamil dan M.Fauzan, Kitab Undang-undang hukumperbankan dan ekonomi Islam,Prenada
Media, Jakarta,2007
Devita Purnamasari Irma dan Suswinarno, Akad Syari’ah.Bandung: PT Mizan Pustaka,2011

More Related Content

What's hot

Pembiayaan Murabahah
Pembiayaan MurabahahPembiayaan Murabahah
Pembiayaan Murabahahdwi_rahmamosa
 
TEORI PERUSAHAAN / THEORY OF THE FIRM : KAJIAN TENTANG TEORI BAGI HASIL PERUS...
TEORI PERUSAHAAN / THEORY OF THE FIRM : KAJIAN TENTANG TEORI BAGI HASIL PERUS...TEORI PERUSAHAAN / THEORY OF THE FIRM : KAJIAN TENTANG TEORI BAGI HASIL PERUS...
TEORI PERUSAHAAN / THEORY OF THE FIRM : KAJIAN TENTANG TEORI BAGI HASIL PERUS...bennyagussetiono
 
Contoh obligasi amortisasi
Contoh obligasi amortisasiContoh obligasi amortisasi
Contoh obligasi amortisasiFransisco Laben
 
Hak kewajiban konsumen dan produsen sesuai dengan etika bisnis
Hak kewajiban konsumen dan produsen sesuai dengan etika bisnisHak kewajiban konsumen dan produsen sesuai dengan etika bisnis
Hak kewajiban konsumen dan produsen sesuai dengan etika bisnisDini Rahmi Hasibuan
 
Proses pengawasan dalam manajemen
Proses pengawasan dalam manajemenProses pengawasan dalam manajemen
Proses pengawasan dalam manajemenUni Azza Aunillah
 
10 sistem persediaan periodik
10   sistem persediaan periodik10   sistem persediaan periodik
10 sistem persediaan periodikMainatul Ilmi
 
Anggaran piutang
Anggaran piutangAnggaran piutang
Anggaran piutangSri Rahayu
 
Agama Islam - Muamalah (Kelas XI Seemester 2)
Agama Islam - Muamalah (Kelas XI Seemester 2)Agama Islam - Muamalah (Kelas XI Seemester 2)
Agama Islam - Muamalah (Kelas XI Seemester 2)maghfiraputeri
 
27801452 contoh-soal-pajak-dan-pembahasannya
27801452 contoh-soal-pajak-dan-pembahasannya27801452 contoh-soal-pajak-dan-pembahasannya
27801452 contoh-soal-pajak-dan-pembahasannyaRPG Gultom
 
Analisis laporan keuangan bank syariah
Analisis laporan keuangan bank syariahAnalisis laporan keuangan bank syariah
Analisis laporan keuangan bank syariahImba Alfiani
 
Persamaan dasar-akuntansi
Persamaan dasar-akuntansiPersamaan dasar-akuntansi
Persamaan dasar-akuntansiadaaje
 
Soal latiahan bab 2 semester 3
Soal latiahan bab 2 semester 3Soal latiahan bab 2 semester 3
Soal latiahan bab 2 semester 3Asep suryadi
 
Akuntansi sewa full
Akuntansi sewa fullAkuntansi sewa full
Akuntansi sewa fullshandyaa
 
ETIKA BISNIS DAN BUDAYA
ETIKA BISNIS DAN BUDAYAETIKA BISNIS DAN BUDAYA
ETIKA BISNIS DAN BUDAYAfathiyahfenny
 
Penggunaan dana bank
Penggunaan dana bankPenggunaan dana bank
Penggunaan dana bankEva Andini
 

What's hot (20)

Pembiayaan Murabahah
Pembiayaan MurabahahPembiayaan Murabahah
Pembiayaan Murabahah
 
TEORI PERUSAHAAN / THEORY OF THE FIRM : KAJIAN TENTANG TEORI BAGI HASIL PERUS...
TEORI PERUSAHAAN / THEORY OF THE FIRM : KAJIAN TENTANG TEORI BAGI HASIL PERUS...TEORI PERUSAHAAN / THEORY OF THE FIRM : KAJIAN TENTANG TEORI BAGI HASIL PERUS...
TEORI PERUSAHAAN / THEORY OF THE FIRM : KAJIAN TENTANG TEORI BAGI HASIL PERUS...
 
Contoh obligasi amortisasi
Contoh obligasi amortisasiContoh obligasi amortisasi
Contoh obligasi amortisasi
 
Hak kewajiban konsumen dan produsen sesuai dengan etika bisnis
Hak kewajiban konsumen dan produsen sesuai dengan etika bisnisHak kewajiban konsumen dan produsen sesuai dengan etika bisnis
Hak kewajiban konsumen dan produsen sesuai dengan etika bisnis
 
Proses pengawasan dalam manajemen
Proses pengawasan dalam manajemenProses pengawasan dalam manajemen
Proses pengawasan dalam manajemen
 
Presentasi ijarah
Presentasi ijarahPresentasi ijarah
Presentasi ijarah
 
10 sistem persediaan periodik
10   sistem persediaan periodik10   sistem persediaan periodik
10 sistem persediaan periodik
 
Anggaran piutang
Anggaran piutangAnggaran piutang
Anggaran piutang
 
Agama Islam - Muamalah (Kelas XI Seemester 2)
Agama Islam - Muamalah (Kelas XI Seemester 2)Agama Islam - Muamalah (Kelas XI Seemester 2)
Agama Islam - Muamalah (Kelas XI Seemester 2)
 
Partisipasi Koperasi Dalam Berbagai Pasar (BAB 7)
Partisipasi Koperasi Dalam Berbagai Pasar (BAB 7)Partisipasi Koperasi Dalam Berbagai Pasar (BAB 7)
Partisipasi Koperasi Dalam Berbagai Pasar (BAB 7)
 
MUSYARAKAH
MUSYARAKAHMUSYARAKAH
MUSYARAKAH
 
27801452 contoh-soal-pajak-dan-pembahasannya
27801452 contoh-soal-pajak-dan-pembahasannya27801452 contoh-soal-pajak-dan-pembahasannya
27801452 contoh-soal-pajak-dan-pembahasannya
 
Analisis laporan keuangan bank syariah
Analisis laporan keuangan bank syariahAnalisis laporan keuangan bank syariah
Analisis laporan keuangan bank syariah
 
Persamaan dasar-akuntansi
Persamaan dasar-akuntansiPersamaan dasar-akuntansi
Persamaan dasar-akuntansi
 
Makalah leasing
Makalah leasingMakalah leasing
Makalah leasing
 
Soal latiahan bab 2 semester 3
Soal latiahan bab 2 semester 3Soal latiahan bab 2 semester 3
Soal latiahan bab 2 semester 3
 
Akuntansi sewa full
Akuntansi sewa fullAkuntansi sewa full
Akuntansi sewa full
 
ETIKA BISNIS DAN BUDAYA
ETIKA BISNIS DAN BUDAYAETIKA BISNIS DAN BUDAYA
ETIKA BISNIS DAN BUDAYA
 
Penggunaan dana bank
Penggunaan dana bankPenggunaan dana bank
Penggunaan dana bank
 
akad wadiah
akad wadiahakad wadiah
akad wadiah
 

Similar to Leasing Pengertian

Makalah leasing( fiqih muamalat)
Makalah leasing( fiqih muamalat)Makalah leasing( fiqih muamalat)
Makalah leasing( fiqih muamalat)Taufik Rahman
 
MATERI HUKUM PEMBIAYAAN Fenti Anita Sari
MATERI HUKUM PEMBIAYAAN Fenti Anita SariMATERI HUKUM PEMBIAYAAN Fenti Anita Sari
MATERI HUKUM PEMBIAYAAN Fenti Anita SariFenti Anita Sari
 
Perbankan Syariah
Perbankan SyariahPerbankan Syariah
Perbankan Syariahasksalman
 
Pengertian leasing, contoh dan kegiatan leasing
Pengertian leasing, contoh dan kegiatan leasingPengertian leasing, contoh dan kegiatan leasing
Pengertian leasing, contoh dan kegiatan leasingcekkembali dotcom
 
Lembaga Keuanagan - Leasing
Lembaga Keuanagan - LeasingLembaga Keuanagan - Leasing
Lembaga Keuanagan - LeasingAde Ratna
 
BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN - "SEWA GUNA USAHA (LEASING)"
BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN - "SEWA GUNA USAHA (LEASING)"BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN - "SEWA GUNA USAHA (LEASING)"
BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN - "SEWA GUNA USAHA (LEASING)"Miftah Iqtishoduna
 
6. Perbandingan Perjanjian Leasing dengan Perjanjian Lain.pptx
6. Perbandingan Perjanjian Leasing dengan Perjanjian Lain.pptx6. Perbandingan Perjanjian Leasing dengan Perjanjian Lain.pptx
6. Perbandingan Perjanjian Leasing dengan Perjanjian Lain.pptxdonihasmanto
 
powerpoint_Leasing_sewa_guna_usaha.pptx
powerpoint_Leasing_sewa_guna_usaha.pptxpowerpoint_Leasing_sewa_guna_usaha.pptx
powerpoint_Leasing_sewa_guna_usaha.pptxFahrulFauzan2
 
5.Pembiayaan Sewa Guna Usaha (Leasing).pptx
5.Pembiayaan Sewa Guna Usaha (Leasing).pptx5.Pembiayaan Sewa Guna Usaha (Leasing).pptx
5.Pembiayaan Sewa Guna Usaha (Leasing).pptxdonihasmanto
 
Manajemen keuangan bab 19
Manajemen keuangan bab 19Manajemen keuangan bab 19
Manajemen keuangan bab 19Lia Ivvana
 
TINJAUAN SYARIAH TENTANG PENERAPAN AKAD IJARAH AL MUNTAHIYAH BI AL-TAMLIK ...
TINJAUAN SYARIAH TENTANG  PENERAPAN  AKAD IJARAH AL MUNTAHIYAH BI AL-TAMLIK  ...TINJAUAN SYARIAH TENTANG  PENERAPAN  AKAD IJARAH AL MUNTAHIYAH BI AL-TAMLIK  ...
TINJAUAN SYARIAH TENTANG PENERAPAN AKAD IJARAH AL MUNTAHIYAH BI AL-TAMLIK ...An Nisbah
 
Pengertian leasing
Pengertian leasingPengertian leasing
Pengertian leasingArif Mulyono
 

Similar to Leasing Pengertian (20)

Makalah leasing( fiqih muamalat)
Makalah leasing( fiqih muamalat)Makalah leasing( fiqih muamalat)
Makalah leasing( fiqih muamalat)
 
Leasing
LeasingLeasing
Leasing
 
MATERI HUKUM PEMBIAYAAN Fenti Anita Sari
MATERI HUKUM PEMBIAYAAN Fenti Anita SariMATERI HUKUM PEMBIAYAAN Fenti Anita Sari
MATERI HUKUM PEMBIAYAAN Fenti Anita Sari
 
Perbankan Syariah
Perbankan SyariahPerbankan Syariah
Perbankan Syariah
 
Pengertian leasing, contoh dan kegiatan leasing
Pengertian leasing, contoh dan kegiatan leasingPengertian leasing, contoh dan kegiatan leasing
Pengertian leasing, contoh dan kegiatan leasing
 
Lembaga Keuanagan - Leasing
Lembaga Keuanagan - LeasingLembaga Keuanagan - Leasing
Lembaga Keuanagan - Leasing
 
BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN - "SEWA GUNA USAHA (LEASING)"
BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN - "SEWA GUNA USAHA (LEASING)"BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN - "SEWA GUNA USAHA (LEASING)"
BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN - "SEWA GUNA USAHA (LEASING)"
 
LEASING
LEASINGLEASING
LEASING
 
6. Perbandingan Perjanjian Leasing dengan Perjanjian Lain.pptx
6. Perbandingan Perjanjian Leasing dengan Perjanjian Lain.pptx6. Perbandingan Perjanjian Leasing dengan Perjanjian Lain.pptx
6. Perbandingan Perjanjian Leasing dengan Perjanjian Lain.pptx
 
Leasing
Leasing Leasing
Leasing
 
powerpoint_Leasing_sewa_guna_usaha.pptx
powerpoint_Leasing_sewa_guna_usaha.pptxpowerpoint_Leasing_sewa_guna_usaha.pptx
powerpoint_Leasing_sewa_guna_usaha.pptx
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
5.Pembiayaan Sewa Guna Usaha (Leasing).pptx
5.Pembiayaan Sewa Guna Usaha (Leasing).pptx5.Pembiayaan Sewa Guna Usaha (Leasing).pptx
5.Pembiayaan Sewa Guna Usaha (Leasing).pptx
 
Presentasi leasing
Presentasi leasingPresentasi leasing
Presentasi leasing
 
Leasing Syariah
Leasing SyariahLeasing Syariah
Leasing Syariah
 
94262893 makalah-fiqih-muamalat
94262893 makalah-fiqih-muamalat94262893 makalah-fiqih-muamalat
94262893 makalah-fiqih-muamalat
 
94262893 makalah-fiqih-muamalat
94262893 makalah-fiqih-muamalat94262893 makalah-fiqih-muamalat
94262893 makalah-fiqih-muamalat
 
Manajemen keuangan bab 19
Manajemen keuangan bab 19Manajemen keuangan bab 19
Manajemen keuangan bab 19
 
TINJAUAN SYARIAH TENTANG PENERAPAN AKAD IJARAH AL MUNTAHIYAH BI AL-TAMLIK ...
TINJAUAN SYARIAH TENTANG  PENERAPAN  AKAD IJARAH AL MUNTAHIYAH BI AL-TAMLIK  ...TINJAUAN SYARIAH TENTANG  PENERAPAN  AKAD IJARAH AL MUNTAHIYAH BI AL-TAMLIK  ...
TINJAUAN SYARIAH TENTANG PENERAPAN AKAD IJARAH AL MUNTAHIYAH BI AL-TAMLIK ...
 
Pengertian leasing
Pengertian leasingPengertian leasing
Pengertian leasing
 

More from Taufik Rahman

Tugas laporan akhir KKN
Tugas laporan akhir KKNTugas laporan akhir KKN
Tugas laporan akhir KKNTaufik Rahman
 
laporan magang/praktikum di lembaga keuangan syariah
laporan magang/praktikum di lembaga keuangan syariah laporan magang/praktikum di lembaga keuangan syariah
laporan magang/praktikum di lembaga keuangan syariah Taufik Rahman
 
Jadwal kegiatan harian peserta praktikum di Pengadilan Agama Kandangan
Jadwal kegiatan harian peserta praktikum di Pengadilan Agama KandanganJadwal kegiatan harian peserta praktikum di Pengadilan Agama Kandangan
Jadwal kegiatan harian peserta praktikum di Pengadilan Agama KandanganTaufik Rahman
 
Laporan kelompok praktikum Di Pengadilan Agama Kandangan
Laporan kelompok praktikum Di Pengadilan Agama Kandangan Laporan kelompok praktikum Di Pengadilan Agama Kandangan
Laporan kelompok praktikum Di Pengadilan Agama Kandangan Taufik Rahman
 
Sejarah berdirnya Pondok Pesantren Darul Amien TMI Negara
Sejarah berdirnya Pondok Pesantren Darul Amien TMI NegaraSejarah berdirnya Pondok Pesantren Darul Amien TMI Negara
Sejarah berdirnya Pondok Pesantren Darul Amien TMI NegaraTaufik Rahman
 
Sejarah berdirnya Pondok Pesantren Darul Amien TMI Negara
Sejarah berdirnya Pondok Pesantren Darul Amien TMI NegaraSejarah berdirnya Pondok Pesantren Darul Amien TMI Negara
Sejarah berdirnya Pondok Pesantren Darul Amien TMI NegaraTaufik Rahman
 
Nama nama anak laki-laki dari gelar nabi muhammad
Nama nama anak laki-laki dari gelar nabi muhammadNama nama anak laki-laki dari gelar nabi muhammad
Nama nama anak laki-laki dari gelar nabi muhammadTaufik Rahman
 
Daftar fatwa dewan syariah
Daftar fatwa dewan syariahDaftar fatwa dewan syariah
Daftar fatwa dewan syariahTaufik Rahman
 
ayat muamalat jual beli
ayat muamalat jual beliayat muamalat jual beli
ayat muamalat jual beliTaufik Rahman
 
regulasi undang-undang bisnis syari'ah
regulasi undang-undang bisnis syari'ahregulasi undang-undang bisnis syari'ah
regulasi undang-undang bisnis syari'ahTaufik Rahman
 
manajemen bisnis (muamalat love cafe)
manajemen bisnis (muamalat love cafe)manajemen bisnis (muamalat love cafe)
manajemen bisnis (muamalat love cafe)Taufik Rahman
 
Hukum pertanahan indonesia
Hukum pertanahan indonesiaHukum pertanahan indonesia
Hukum pertanahan indonesiaTaufik Rahman
 
Hukumk zakat & perwakafan
Hukumk zakat & perwakafanHukumk zakat & perwakafan
Hukumk zakat & perwakafanTaufik Rahman
 
RAHASIA DIBALIK AYAT
RAHASIA DIBALIK AYATRAHASIA DIBALIK AYAT
RAHASIA DIBALIK AYATTaufik Rahman
 
Daftar saluran tv lengkap dengan kode kodenya
Daftar saluran tv lengkap dengan kode kodenyaDaftar saluran tv lengkap dengan kode kodenya
Daftar saluran tv lengkap dengan kode kodenyaTaufik Rahman
 
Skripsi "Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen ( Dalam Perjanjian Jual beli te...
Skripsi "Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen ( Dalam Perjanjian Jual beli te...Skripsi "Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen ( Dalam Perjanjian Jual beli te...
Skripsi "Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen ( Dalam Perjanjian Jual beli te...Taufik Rahman
 

More from Taufik Rahman (20)

Tugas laporan akhir KKN
Tugas laporan akhir KKNTugas laporan akhir KKN
Tugas laporan akhir KKN
 
laporan magang/praktikum di lembaga keuangan syariah
laporan magang/praktikum di lembaga keuangan syariah laporan magang/praktikum di lembaga keuangan syariah
laporan magang/praktikum di lembaga keuangan syariah
 
Jadwal kegiatan harian peserta praktikum di Pengadilan Agama Kandangan
Jadwal kegiatan harian peserta praktikum di Pengadilan Agama KandanganJadwal kegiatan harian peserta praktikum di Pengadilan Agama Kandangan
Jadwal kegiatan harian peserta praktikum di Pengadilan Agama Kandangan
 
Laporan kelompok praktikum Di Pengadilan Agama Kandangan
Laporan kelompok praktikum Di Pengadilan Agama Kandangan Laporan kelompok praktikum Di Pengadilan Agama Kandangan
Laporan kelompok praktikum Di Pengadilan Agama Kandangan
 
Sejarah berdirnya Pondok Pesantren Darul Amien TMI Negara
Sejarah berdirnya Pondok Pesantren Darul Amien TMI NegaraSejarah berdirnya Pondok Pesantren Darul Amien TMI Negara
Sejarah berdirnya Pondok Pesantren Darul Amien TMI Negara
 
Sejarah berdirnya Pondok Pesantren Darul Amien TMI Negara
Sejarah berdirnya Pondok Pesantren Darul Amien TMI NegaraSejarah berdirnya Pondok Pesantren Darul Amien TMI Negara
Sejarah berdirnya Pondok Pesantren Darul Amien TMI Negara
 
Nama nama anak laki-laki dari gelar nabi muhammad
Nama nama anak laki-laki dari gelar nabi muhammadNama nama anak laki-laki dari gelar nabi muhammad
Nama nama anak laki-laki dari gelar nabi muhammad
 
Daftar fatwa dewan syariah
Daftar fatwa dewan syariahDaftar fatwa dewan syariah
Daftar fatwa dewan syariah
 
Ayat ayat muamalat
Ayat ayat muamalatAyat ayat muamalat
Ayat ayat muamalat
 
ayat muamalat jual beli
ayat muamalat jual beliayat muamalat jual beli
ayat muamalat jual beli
 
perwalian
perwalianperwalian
perwalian
 
etika bisnis
etika bisnisetika bisnis
etika bisnis
 
regulasi undang-undang bisnis syari'ah
regulasi undang-undang bisnis syari'ahregulasi undang-undang bisnis syari'ah
regulasi undang-undang bisnis syari'ah
 
manajemen bisnis (muamalat love cafe)
manajemen bisnis (muamalat love cafe)manajemen bisnis (muamalat love cafe)
manajemen bisnis (muamalat love cafe)
 
Hukum pertanahan indonesia
Hukum pertanahan indonesiaHukum pertanahan indonesia
Hukum pertanahan indonesia
 
Hukumk zakat & perwakafan
Hukumk zakat & perwakafanHukumk zakat & perwakafan
Hukumk zakat & perwakafan
 
Viva darul amien
Viva darul amienViva darul amien
Viva darul amien
 
RAHASIA DIBALIK AYAT
RAHASIA DIBALIK AYATRAHASIA DIBALIK AYAT
RAHASIA DIBALIK AYAT
 
Daftar saluran tv lengkap dengan kode kodenya
Daftar saluran tv lengkap dengan kode kodenyaDaftar saluran tv lengkap dengan kode kodenya
Daftar saluran tv lengkap dengan kode kodenya
 
Skripsi "Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen ( Dalam Perjanjian Jual beli te...
Skripsi "Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen ( Dalam Perjanjian Jual beli te...Skripsi "Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen ( Dalam Perjanjian Jual beli te...
Skripsi "Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen ( Dalam Perjanjian Jual beli te...
 

Recently uploaded

Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxc9fhbm7gzj
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 

Recently uploaded (20)

Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 

Leasing Pengertian

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Leasing memiliki sejarah yang cukup panjang. Meskipun tidak diketahui secara pasti, namun diyakini kegiatan transaksi leasing ini telah terjadi sejak tahun 2000 SM yang dilakukan oleh orang-orang Sumeria.1 Sesuai dengan dokumen, pada awalnya transaksi leasing dilakukan oleh orang-orang Sumeria yang dimulai dari peralatan pertanian, hak-hak penggunaan tanah dan air sampai binatang ternak. Pada awalnya leasing merupakan usaha pembiayaan peralatan, pertanahan dan peternakan. Seiring dengan perkembangan industri, manufaktur dan transportasi menjadikan bertambahnya obyek leasing di Inggris. Di samping di Inggris, praktek pembiayaan dengan menggunakan leasing di Amerika juga telah mulai dikenal sejak tahun 1970-an. Praktek leasing di Amerika tumbuh dengan pesatnya setelah adanya pembangunan rel kereta api, yang rata-rata pembiayaannya dilakukan dengan cara leasing. Selanjutnya kegiatan usaha leasing menyebar ke berbagai negara dengan pesatnya setelah tahun 1950-an, khususnya di Eropa dan Amerika. Leasing diperkenalkan di Indonesia untuk kali pertama pada tahun 1974 dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, Menteri Perdagangan dan Menteri Perindustrian No. Kep. 122/MK/2/974 dan No.30/Kpb/I/974 tanggal 7 Pebruari 1974 tentang”Perizinan Usaha Leasing”2 Pada dekade 80-an perusahaan leasing semakin bertambah banyak sejalan dengan itu volume transaksinya mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Dalam masa perkembangannya, leasing dikenal sebagai salah satu jalan atau cara untuk memperoleh modal bagi perusahaan yang tidak memiliki modal.3 Di samping tidak cukup modal, juga kurang mampu membayar bunga, jika modal yang diperlukan berasal dari kridet. Bagi sebagian masyarakat Indonesia berpandangan bahwa pembiayaan leasing identik dengan jual beli angsuran dalam bentuk sewa beli.4 Hal ini dapat dimengerti, karena dalam 1 Tom Clark.1985.TheWordof Leasing, dalam LeasingFinance. London: EuromoneyPublications.hlm.1. 2 Y, Sri Susilo. 2000. Bankdan Lembaga KeuanganLain.Jakarta: Salemba Empat. hlm. 129. 3 Tom Clark. Loc. cit 4 Sebagian masyarakat yangmenganggap leasingsebagai pembiayaanperalatan/barang modal untuk digunakan pada proses produksi suatuperusahaan, baik secara langsungmaupuntidaklangsung. Dengandemikian pada hakekatnya leasing merupakan salah satu cara pembiayaan yangmirip dengan kredit bank. Perbedaan antara keduanya hanya terletak pada bentuk barang yang diberikan, leasing
  • 2. 2 perjanjian “leasing” memuat klausula “hak opsi” bentuk hak opsinya adalah“opsi beli”atau opsi perpanjangan waktu. Pada klausula opsi beli, memberi hak kepada lessee untuk membeli barang-barang modal yang menjadi obyek leasing setelah sampai pada waktu yang dijanjikan. Sedang pada opsi perpanjangan waktu, memberi hak kepada lessee untuk memperpanjang waktu leasing dari batas jangka waktu perjanjian.5 Dengan mengaitkan leasing dengan opsi beli, perjanjian leasing memiliki aspek hukum ganda. Pada satu segi seolah-olah sebagai pejanjian sewa menyewa, pada segi yang lain mirip dengan perjanjian jual beli sewa atau jual beli angsuran, apabila dalam perjanjian tercantum “buy decision” Leasing menurut peraturan yang ada disebut juga Sewa-guna-usaha. Dalam kep. Menkeu no. 1169/KMK.01/1999 tentang Kegiatan Sewa-Guna-Usaha (Leasing) dinyatakan: ”Sewa-guna-usaha (Leasing) adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara sewa-guna-usaha dengan hak opsi (Finance Lease) maupun sewa-guna- usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh Lessee selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala.” Yang dimaksud dengan opsi adalah hak Lessee untuk membeli barang modal yang disewa-guna-usaha atau memperpanjang jangka waktu perjanjian sewa-guna-usaha. Karena ijarah adalah akad yang mengatur pemanfaatan hak guna tanpa terjadi pemindahan kepemilikan, maka banyak orang yang menyamakan ijarah ini dengan leasing. Hal ini terjadi karena kedua istilah tersebut sama-sama mengacu pada hal-ihwal sewa- menyewa. Menyamakan ijarah dengan leasing tidak sepenuhnya salah, tapi tidak sepenuhnya benar pula. Karena pada dasarnya, walaupun tedapat kesamaan antara ijarah dan leasing, tapi ada beberapa karekteristik yang membedakannya. memberikanbantuan dalam bentukbarangmodal sedangkanbankmemberikanbantuan berupa permodalan.RichardBurtonSimatupang. 1996. Aspek Hukum dalam Bisnis. Jakarta: Rineka Cipta. hlm. 134. 5 M.Yahya Harahap.1991.Leasingdan Surat-suratBerharga Serta Kaitannya dengan Sengketa HartaBersama dan Waris di Pengadilan Agama,dalam Mimbar Hukum. No.3 Thn.II,1991,hlm.43
  • 3. 3 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Leasing Leasing ini ada dua katagori global, yaitu operating lease dan financial lease. Operating lease merupakan suatu proses menyewa suatu barang untuk mendapatkan hanya manfaat barang yang disewanya, sedangkan barangnya itu sendiri tetap merupakan milik bagi pihak pemberi sewa. Sewa jenis pertama ini berpadanan dengan konsep ijarah di dalam syariah Islam yang secara hukum Islam diperbolehkan dan tidak ada masalah. Adapun financial lease merupakan suatu bentuk sewa dimana kepemilikan barang tersebut berpindah dari pihak pemberi sewa kepada penyewa. Bila dalam masa akhir sewa pihak penyewa tidak dapat melunasi sewanya, barang tersebut tetap merupakan milik pemberi sewa (perusahaan leasing). Akadnya dianggap sebagai akad sewa. Sedangkan bila pada masa akhir sewa pihak penyewa dapat melunasi cicilannya maka barang tersebut menjadi milik penyewa. Biasanya pengalihan pemilikan ini dengan alasan hadiah pada akhir penyewaan, pemberian cuma-cuma, atau janji dan alasan lainnya. Intinya, dalam financial lease terdapat dua proses akad sekaligus : sewa sekaligus beli. Dan inilah sebabnya mengapa leasing bentuk ini disebut sebagai sewa-beli. Merujuk pada kenyataan di atas, nampak bahwa dalam sewa-beli terdapat dua bentuk muamalah yang berbeda dalam satu proses yang bersamaan. Sewa sekaligus beli. Sampai di sini terdapat minimal dua persoalan yang memerlukan kajian, yaitu perbedaan sewa dan beli, serta kedudukan dua akad sekaligus dalam suatu proses muamalah. Pertama, perbedaan sewa dan beli. Dalam hukum muamalah Islam sangat berbeda antara sewa dengan beli. Sewa (ijarah) merupakan suatu akad untuk mendapatkan suatu manfaat dari barang, jasa, ataupun orang dengan adanya kompensasi tertentu, biasanya berupa uang (‘aqdun ‘alal manfaat bi ‘iwadh). Jadi, pihak penyewa mendapatkan hanya manfaat yang dikandung oleh barang yang disewanya. Adapun barangnya itu sendiri tetap merupakan hak milik pihak pemberi sewa.
  • 4. 4 Hal ini berbeda sekali dengan jual beli. Secara syar’iy, jual-beli (al bai’) merupakan mubadalatu malin bi malin tamlikan wa tamallukan ‘ala sabilit taradhi, yaitu pertukaran antara suatu barang dengan barang lain (termasuk uang) untuk pertukaran kepemilikan di atas dasar saling meridloi satu sama lain. Berdasarkan hal ini, barang dari pihak penjual akan menjadi milik dari pihak pembeli. Sebaliknya, uang atau barang (bila barter) dari pihak pembeli akan langsung menjadi milik pihak penjual. Proses jual-beli ini, tentu saja, dapat kontan dan bisa pula dilakukan dengan cicilan (kredit). Jelaslah, perbedaan mendasar antara sewa dengan beli terletak pada siapa yang berhak memiliki barang pada akhir masa transaksi. Dengan demikian, akad yang terjadi antara sewa sangat berbeda dengan akad pada jual-beli. Akad sewa berkonsekuensi pada tetap dimilikinya barang oleh pihak pemilik barang, sedangkan pihak penyewa hanya boleh memanfaatkan barang tersebut selama masa penyewaan. Sedangkan akad jual-beli berujung pada pertukaran kepemilikan dari penjual ke pembeli dan dari pembeli ke penjual. Kedua, kedudukan dua akad. Rasulullah SAW melarang dua akad berbeda terjadi dalam satu aktivitas muamalah. “Rasulullah SAW melarang (kaum muslimin) dua akad dalam suatu proses akad tertentu, “ demikian diriwayatkan oleh Imam Ahmad tentang larangan Rasulullah SAW. Hadits ini maksudnya adalah tidak boleh seseorang melakukan dua akad berbeda dalam suatu proses muamalah tertentu. Tidak boleh, misalnya, seseorang menyatakan ‘Saya menjual rumah saya ini kepada Anda dengan syarat Anda menjual rumah Anda yang di Puncak pada saya’, ‘Saya menjual perusahaan ini pada Anda dengan catatan Anda menikahkan putri Anda kepada saya’, atau ‘Saya menjual barang ini dengan harga 10 juta rupiah pada Anda dengan cicilan selama 2 tahun, tetapi bila di tengah jalan Anda tidak dapat melunasinya maka barang tersebut tetap menjadi milik saya dan uang yang telah Anda berikan dianggap sebagai sewa barang selama Anda menggunakannya.’ Di dalam muamalah tadi terdapat dua akad sekaligus, menjual rumahnya sekaligus membeli rumah pembeli rumahnya dalam satu akad, menjual perusahaan sekaligus menikahi putri pembeli perusahaannya dengan hanya satu akad, dan jual-beli sekaligus sewa dalam satu akad tertentu. Semua ini bertentangan dengan sikap Rasulullah SAW tadi.
  • 5. 5 Berdasarkan hal ini nampaklah bahwa dalam muamalah financial leasing (yang secara umum dikenal dengan istilah ‘leasing’ saja) terdapat dua akad sekaligus dalam satu proses muamalah tertentu. Dan hal ini tidak sesuai dengan titah Rasulullah SAW. Padahal, dalam syariat Islam, bila akad yang terjadi sewa maka tetap berlaku sewa sampai batas akhir waktu penyewaan. Demikian pula, suatu akad jual-beli tetap sebagai jual beli. Andaikan jual-beli itu dilakukan dengan mencicil dan pihak pembeli belum dapat melunasi seluruh utang pembeliannya pada waktu yang telah disepakati, akad tersebut tetap jual-beli dan tidak dapat dialihkan menjadi akad apapun, termasuk diubah menjadi akad sewa. Selain itu, bila dilihat dari realitasnya, muamalah jenis ini nampak mengunggulkan pemberi sewa (perusahaan leasing) dibandingkan dengan penyewa. Terlebih-lebih bila pihak pembeli merasa mencicil barang dengan harga ‘pembelian’. Di tegah jalan, karena sesuatu hal, ia tidak mampu melunasinya. Akhirnya, barang yang diangankan untuk dimilikinya pada akhir cicilan nanti harus dikembalikan, dan ia hanya menyewa saja. Padahal, tentu saja, harga sewa logisnya lebih kecil dibandingkan dengan harga beli dengan cicilan. Satu hal lagi, persoalan leasing menjadi bertambah bila dalam cicilannya itu melibatkan riba (bunga). Sebab, Allah SWT memfirmankan : “Dan Allah telah menghalalkan jual beli serta mengharamkan seluruh riba” (QS. Al Baqarah [2] : 275). B. Pengertian Ijarah Muntahiya Bit-Tamlik (IMBT) Adapun didalam Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam dan LK) Nomor : PER.04/BI/2007 dalam Bab ketentuan Umum IMBT adalah akad penyaluran dana untuk pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa (Ujrah) antara Perusahaan pembiayaan sebagai pemberi sewa ( mu’ajjir ) dengan penyewa (musta’jir) disertai opsi pemindahan hak milik atas barang tersebut kepada penyewa setelah selesai masa sewa. Sedangkan Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES) menjelaskan IMBT pada pasal 323 yaitu Dalam akad ijarah Muntahiyah bit tamlik suatu benda antara Mua’jir/pihak yang menyewakan dengan Musta’jir/pihak penyewa diakhiri dengan pembelian ma’jur/objek ijarah oleh musta’jir/pihak penyewa.
  • 6. 6 Dari ketiga pengertian tersebut dapat di ambil pemahaman bahwa akad IMBT merupakan akad Ijarah (sewa) sehingga syarat dan rukun Ijarah dapat diterapkan dalam pelaksanaan Ijarah muntahiyah bit tamlik (IMBT), Ijarah dimaknai dengan dua dimensi kehidupan, Ijarah dimaknai sebagai proses perjanjian para pihak, salah satu pihak berkedudukan sebagai penyedia barang/jasa (muajir) dan pihak lain berkedudukan sebagai pengguna/penerima manfaat barang/jasa (musta’jir) Ijarah yang obyeknya berupa barang dimaknai sebagai sewa, sedangkan Ijarah yang obyeknya berupa jasa dimaknai sebagai Upah , ijarah yang demikian berdimensi duniawi, istilah tehnis bagi sewa/upah yang digunakan adalah Ujrah (imbalan). Disisi lain umat Islam berkeyakinan bahwa dunia ini adalah Mazra’at (tempat bercocok tanam) yang berakibat pada kehidupan akhirat nanti. Dalam dimensi kebaikan , orang yang bermuamalah dengan baik diantaranya melakukan ijarah dengan baik, maka akan mendapat pahala yang terkadang disebut ” Ajrun ” . jadi Ujrah berdimensi duniawi, sedangkan ajrun berdimensi ukhrawi. Ujrah yang termasuk akad dalam bidang jasa sekarang ini telah diperluas dengan dihubungkan konsep intiqal al- milkiyah, ( berpindah kepemilikan) oleh karena itu salah satu jasa yang berkembang dalam ekonomi syariah adalah produk Ijarah muntahiyah bit tamlik ( IMBT). Secara konseptual IMBT hampir sama dengan leasing , bahwa leasing merupakan bentuk pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang barang modal untuk digunakan oleh perusahaan tertentu, berdasarkan pembayaran secara berkala, disertai dengan hak pilih/opsi bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama. Dalam pelaksanaan akad IMBT ada ketentuan ketentuan yang bersifat umum dan ketentuan bersifat khusus, ketentuan bersifat umum yaitu 1). rukun dan syarat yang berlaku dalam akad ijarah berlaku pula dalam aqad IMBT 2.) perjanjian untuk melakukan akad IMBT harus disepakati ketika akad ijarah ditandatangani dan 3). hak dan kewajiban setiap pihak dijelaskan dalam aqad, sedangkan yang bersifat khusus 1). pihak yang melakukan IMBT harus melakukan akad ijarah terlebih dahulu. Akad pemindahan kepemilikan baik dengan jual beli (bai’) atau pemberian (hibah) hanya dapat dilakukan setelah masa ijarah selesai.2). . janji pemindahan kepemilikan yang disepakati diawal akad ijarah adalah wa’ad (janji) yang hukumnya tidak mengikat. Apabila wa’ad (janji) dilaksanakan, maka pada akhir masa ijarah(sewa) wajib dibuat akad pemindahan kepemilikan. Artinya dalam akad IMBT tidak bertentangan dengan prinsip syariah yaitu melarang 2 (dua)akad dalam 1 perjanjian, akan tetapi membolehkan mengatur 1 akad dan 1 wa’ad dalam 1 perjanjian. Oleh karena itu
  • 7. 7 tidaklah beralasan jika lembaga-lembaga keuangan syariah menghindari dari akad IMBT ,sebenarnya IMBT dipraktekan dalam rangka memperluas produk lembaga keuangan syraiah serta memperkaya khazanah umat islam dalam bermu’amalah, sebab akan tidak mungkin dikemuadian hari akan lahir bentuk bentuk akad paralel lainnya. C. Perbedaan dan persamaannya pembiayaan syari’ah/IMBT dengan Konvensional/leasing BIDANG IMBT/SYARIAH KONVENSIONAL/LEASING a.Aset/Obyek - Aset selama masa sewa menjadi pemilik Bank/ muajjir - Bank/muajjir tetap menjadi pemilik aset setelah masa sewa berakhir, jika nasabah tidak bersedia membuat akad pemindahan kepemilikan (dengan jual beli/hibah). - sama seperti dalam financial lease nasabah membeli aset dari suplier dengan dana pembiayaan dari bank dan aset langsung dicatatkan atas nama nasabah. - Aset kemudian dikontruksikan sebagai milik Bank ( karena dibeli dengan uang Bank) dan Bank menyewakannya kepada nasabah. b.Aqad/perjanjian - 1 perjanjian menggunakan dengan 1 akad dan 1 wa’ad.( akadnya ijarah (sewa) dan wa’adnya jual beli atau hibah) yang akan ditanda tangani setelah ijarah berakhir( jika nasabah menghendaki),maka perlu dilampirkan konsep perjanjian jual beli/hibah. Juga dilampirkan konsep kuasa kepada bank untuk menjual aset jika pada akhir masa ijarah nasabah tidak menginginkan aset. - sewa dan jual beli menjadi satu kesatuan dalam 1 perjanjian. c. Perpindahan kepemilikan. - perpindahan kepemilikan dengan menggunakan jual beli dan hibah. - Perpindahan kepemilikan dilaksanakan setelah masa ijarah selesai. - perpindahan kepemilikan dengan menggunakan jual beli. - Perpindahan kepemilikan diakui setelah seluruh pembayaran sewa telah
  • 8. 8 diselesaiakan. d. Pembuktian kepemilikan obyek. - Bank/Muajjir dianggap pemilik dari obyek yang disewakan logikanya banklah yang membeli barang dari suplier. Dan nasabah untuk membeli barang atas surat kuasa dari bank. - dalam financial lease tidak mengkontruksikan bahwa lessorlah yang membeli barang dari suplier. Walaupun secara konsep umumnya IMBT sama dengan leasing (sewa-beli), tapi terdapat perbedaan dalam bentuk peralihan hak pada akhir masa sewanya. Dalam perjanjian leasing (sewa-beli), pada akhir masa sewa terdapat suatu nilai tebus tertentu, yang memberikan opsi bagi penyewa untuk menebus barang yang disewa dengan mekanisme jual-beli6. Sementara pada skema IMBT, berdasarkan Pasal 16 ayat 1 c Peraturan Bank Indonesia No. 7/46/PBI/2005, peralihan hak yang terjadi pada akhir masa sewa (ijarah) dilakukan dengan mekanisme hibah.7 Contoh kasus: Ada seorang pengusaha yang bekerja dibidang industri pariwisata. Menjelang lebaran hari raya idul fitri, ia ingin menambah armada angkutan bus pariwisatanya sebanyak 10 unit. Untuk itu ia mengajukan pemohonan kepada bank syari’ah untuk membiayai pembelian 10 unit bus pariwisatanya. Bank syari’ah kemudian menawarkan skema pembiayaan sewa-menyewa yang diakhiri dengan peralihan kepemilikan pada akhir masa sewanya. Harga mobil sebesar Rp 100 juta/unit. Jangka waktu sewa selama 24 bulan (2 tahun). Pembayaran sewa bulanan atas mobil oleh bank syari’ah ditetapkan sebesar sekitar 4.166.000/bulan. Selama bulan ke-1 sampai bulan ke-24, ia bertindak sebagai penyewa atas mobil, dan kepemilikan hak barang tersebut masih berada di tangan bank. Pada akhir bulan ke-24, barulah terjadi perpindahan kepemilikan atas mobil dari bank syaria’ah kepadanya. Perpindahan kepemilikan tersebut dapat dituangkan dalam suatu akad tertentu. Dalam konsep syari’ah dikenal dengan istilah IMBT. Konsep awal dari perjanjian bank syari’ah dengan si pengusaha bus pariwisata pada kasus ini adalah perjanjian sewa- 6 Irma Devita Purnamasari dan Suswinarto.2011.Akad Syari’ah .hal.106 7 Peraturan Bank Indonesia No.7/46/PBI/2005 Ttg Akad Penghimpunan dan Penyaluran Dana bagi Bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syari’ah
  • 9. 9 menyewa. Pada saat pembayaran sewa, posisi si pengusaha bus pariwisata di mata hukum adalah selaku penyewa dan objek yang di IMBT-kan kepemilikannya masih berada ditangan bank syari’ah selaku pemilik barang, oleh karena itu, cicilan atau angsuran yang dilakukan oleh si pengusaha bus pariwisata setiap bulannya adalah biaya sewa. Pada akhir masa sewa terjdi perpindahan kepemilikan atas barang yang disewa oleh si pengusaha bus pariwiasata tersebut dari bank kepada si pengusaha bus pariwisata.
  • 10. 10 BAB III PENUTUP KESIMPULAN Dalam operating lease, lessee boleh menunda atau membatalkan pembayaran asalkan sejak awal ia memberitahu kepada lessor. Dengan demikian bentuk ini dapat dikategorikan sebagai sumber pembiayaan jangka pendek. Jenis ini memiliki ciri-ciri: (1) waktunya relatif singkat jika dibandingkan dengan umur barang obyek leasing, (2) tersedianya secara khusus service termasuk pemeliharaan, (3) hak atau kebebasan untuk membatalkan leasing hanya di benarkan dalam alasan-alasan yang sangat terbatas sekali, dan (4) segala resiko kerusakan yang timbul, pemeliharaan dan service menjadi tanggung jawab lessor. Dari keempat ciri tersebut menunjukkan bahwa dalam operating lease tidak ada tujuan untuk membebani pihak lessee untuk membayar sewa cicilan kepada lessor sebesar jumlah harga modal yang ditanamkannya kepada obyek leasing. Dalam tehnik pembiayaan jenis Financial leases, perusahaan leasing sebagai lessor adalah pihak yang membiayai penyediaan barang modal, sedangkan lessee hanya melakukan pemesanan, pemeriksaan serta pemeliharaan barang modal yang menjadi obyek transaksi leasing. Selama masa leasing inilah, lessee melakukan pembayaran sewa secara berkala di mana jumlah seluruhnya ditambah dengan pembayaran sisa residu. Dalam Financial leases termuat ketentuan kontraktual bahwa pihak lessee tidak boleh menunda atau membatalkan serangkaian pembayaran kepada lessor sebagai imbalan atas pemanfaatan aktiva. Tehnik ini sering disebut sebagai full pay out lease, yaitu suatu bentuk pembiayaan dengan cara kontrak antara lessor dengan lessee. Leasing merupakan suatu akad untuk menyewa sesuatu barang dalam kurun waktu tertentu. Dalam hukum muamalah Islam sangat berbeda antara sewa dengan beli. Sewa (ijarah) merupakan suatu akad untuk mendapatkan suatu manfaat dari barang, jasa, ataupun orang dengan adanya kompensasi tertentu, biasanya berupa uang (‘aqdun ‘alal manfaat bi ‘iwadh). Jadi, pihak penyewa mendapatkan hanya manfaat yang dikandung oleh barang yang disewanya. Adapun barangnya itu sendiri tetap merupakan hak milik pihak pemberi sewa.
  • 11. 11 Sedangkan jual beli merupakan mubadalatu malin bi malin tamlikan wa tamallukan ‘ala sabilit taradhi, yaitu pertukaran antara suatu barang dengan barang lain (termasuk uang) untuk pertukaran kepemilikan di atas dasar saling meridloi satu sama lain. Berdasarkan hal ini, barang dari pihak penjual akan menjadi milik dari pihak pembeli. Sebaliknya, uang atau barang (bila barter) dari pihak pembeli akan langsung menjadi milik pihak penjual. Proses jual-beli ini, tentu saja, dapat kontan dan bisa pula dilakukan dengan cicilan (kredit). Jelaslah, perbedaan mendasar antara sewa dengan beli terletak pada siapa yang berhak memiliki barang pada akhir masa transaksi. Dengan demikian, akad yang terjadi antara sewa sangat berbeda dengan akad pada jual-beli Tabel: perbedaan dan persamaan antara Ijarah dan Leasing Ijarah Leasing 1 Objek: manfaat barang dan jasa Objek: manfaat barang saja 2 Metode pembayaran : -pembayarannya tergantung pada kinerja objek yang disewa -pembayarannya tidak tergantung pada kinerja objek yang disewa Metode pembayaran : -pembayarannya tidak tergantung pada kinerja objek yang disewa 3 Pemindahan kepemilikan : -Ijarah = tidak ada pemindahan kepemilikan -IMBT(Ijarah Muntahia Bit-Tamlik) = perjanjian menjual barang atau menghibahkannya di awal periode. Pemindahan kepemilikan : -operating lease = tidak ada pemindahan kepemilikan -financial lease = diberi pilihan untuk membeli atau tidak membeli barang yang disewa yang dilakukan di akhir periode 4 Sewa-beli : bentuk leasing seperti ini haram karena adanya gharar/ketidak jelasan akad ( yakni antara sewa dan beli ) Sewa-beli : ok 5 Sale and lease back : ok Sale and lease back : ok
  • 12. 12 DAFTAR PUSTAKA Karim. Adiwarman A, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, PT RajaGrafindo, Jakarta.2008 Susilo, Y. Sri. Et.al., Bank dan Lembaga Keuangan Lain,Jakarta:Salemba Empat, 2000 Clark, Tom (Ed.), (1985), Leasing Finance,London: Euromoney Publications. An Nabhani, Taqyuddin, (1996), Membangun Sistem Ekonomi Alternatif Perspektif Islam, Surabaya: Risalah Gusti. M. Yahya Harahap, Leasing dan Surat-surat Berharga serta Kaitannya dengan Sengketa harta Bersama dan Waris di Pengadilan Agama, dalam Dirjen Binbaga Islam, Mimbar Hukum, Aktualisasi Hukum Islam No.3 Thn.II,1991. Ahmad Kamil dan M.Fauzan, Kitab Undang-undang hukumperbankan dan ekonomi Islam,Prenada Media, Jakarta,2007 Devita Purnamasari Irma dan Suswinarno, Akad Syari’ah.Bandung: PT Mizan Pustaka,2011