SlideShare a Scribd company logo
1 of 49
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
BAYI BARU LAHIR (BBL)
DI SUSUN OLEH :
TIM PRAKTIKUM
YAYASAN PENDIDIKAN KURNIA JAYA PERTIWI
AKADEMI KEBIDANAN ANDI MAKKASAU PAREPARE
TAHUN 2013
HALAMAN PENGESAHAN
PANDUAN PRAKTIKUM BAYI BARU LAHIR (BBL)
KODE MATA KULIAH : Bd. 303
SEMESTER III
TIM :
Koordinator :
Sekretaris :
Anggota : 1.
2.
PUDIR I Penanggung Jawab
DIII Kebidanan Lab. Kebidanan
Ayu Irawati, S.ST Arifa Usman, S.ST
KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada kami semua sehingga kami dapat menyelesaikan
Panduan Praktikum Asuhan Bayi Baru Lahir (BBL) untuk mahasiswa Semester III
Program studi Diploma III Kebidanan Akademi Kebidanan Andi Makkasau Parepare
dengan semaksimal mungkin. Tak lupa pula kami mengucapkan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan panduan
praktikum ini sehingga dapat digunakan sebagai acuan bagi mahasiswa,
pembimbing dan semua pihak untuk kelancaran pelaksanan kegiatan praktikum
sehingga diperoleh kesatuan persepsi dan langkah untuk mencapai kompetensi
dalam mata kuliah Asuhan Bayi Baru Lahir (BBL).
Panduan Praktikum Asuhan Bayi Baru Lahir (BBL) dapat disusun atas
bantuan dan kerjasama dari semua pihak dengan harapan dapat membantu
mahasiswa dalam menjalani proses perkuliahan dengan baik. Serta diharapkan
dapat lebih menambah pengetahuan dan pengalaman untuk semua yang membaca.
Semoga Allah SWT membalas semua bantuan dan kerjasama tersebutu dengan
kebaikan pula, Amin..
Kami menyadari bahwa panduan ini masih jauh dari kesempurnaan.
Sesungguhnya kesempurnaan hanya milik Allah semata. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak guna untuk
penyempurnaan panduan ini.
Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh..
Parepare, Juli 2013
PENYUSUN
PENDAHULUAN
A. DESKRIPSI MATA KULIAH
Mata kuliah ini memberikan kemampuan kepada mahasiswa untuk memberikan
asuhan kebidanan Bayi Baru Lahir di dasari konsep-konsep, sikap dan
keterampilan serta evidence based dalam Asuhan Bayi Baru Lahir yang
menggunakan pendekatan manajemen kebidanan.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu memberikan asuhan
kebidanan pada bayi baru lahir yang didasari dengan konsep-konsep, sikap
dan keterampilan serta hasil evidence based yang menggunakan manajemen
kebidanan
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu melakukan :
a. Pemeriksaan Fisik
b. Memandikan Bayi
c. Perawatan Tali Pusat
d. Imunisasi Hepatitis B
e. Imunisasi BCG
f. Imunisasi Polio
g. Imunisasi DPT
h. Imunisasi Campak
i. Asfiksia
j. Ikterus
k. Hipotermia
C. SASARAN
Mahasiswa Semester III
D. BEBAN SKS
Beban 2 SKS praktikum
E. DAFTAR ALAT YANG DIPERLUKAN
1. Pemeriksaan Fisik
a. Temperatur suhu untuk bayi dan tempatnya
b. Stetokop
c. Timbangan bayi
d. Pita ukuran
e. Kapas kering
f. Senter
g. ASI dalam gelas dan senok kecil yang bersih
h. Air putih matang yang hangat
i. Alas dada
j. Selimut, kain bersih, kering dan hangat
k. Com kecil 1 buah
l. Baki dan alasnya
m.Wastafel
n. Sarung tangan
o. Sabun mandi/cairan untuk cuci tangan
2. Memandikan Bayi
a. Menyiapkan alat untuk mandi
1) Schort
2) Handscoon
3) Handuk
4) Washlap
5) Sabun mandi
6) Kapas lembab dan kering pada tempatnya
7) Minyak baby pada tempatnya
8) Bengkok
9) Air hangat
10) Pakaian bayi
11) Waskom besar
12) Sisir
13) Kain flanel
14) Shampoo
15) Ember tertutup
16) Perlak
17) Selimut
b. Menyiapkan tempat
Meja mandi yang dialasi dengan perlak
3. Perawatan Tali Pusat
a. Menyiapkan alat untuk perawatan tali pusat
1) Bak instrumen : khasa steril, lidi kapas
4. Imunisasi Hepatitis B
a. Vaksi hepatitis dalam thermos es (flacon uniject)
b. Spuit disposible 2.5 cc
c. Bengkok
d. KMS
e. Status bayi / balita
f. Formulir tindakan
5. Imunisasi BCG
a. Vaksin BCG
b. Jarum dan semprit disposibel 1 ml
c. Disposibel 5 cc untuk melarutkan
d. Kapas
e. Kartu imunisasi
6. Imunisasi Polio
a. Pinset/Gunting kecil
b. Vaksin Polio
c. Pippet Polio
7. Imunisasi DPT
a. Spuit disposibel 2,5 cc dan jarumnya
b. Vaksin DPT dan pelarutnya dalam termos es
c. Kapas alkohol
d. Sarung tangan
8. Imunisasi Campak
a. Pinset
b. Disposible Spuit 2 cc dan 5 cc
c. Vaksin campak
d. Pelarut
e. Kapas
f. Air
9. Asfiksia
a. Meja Resusitasi
b. Handuk 2 buah
c. Hanscoon
d. APD lengkap (masker, topi, celemek, kacamata, alas kaki)
e. Jam
f. Tabung dan sungkup
g. DeLee
h. Lampu penghangat
i. Spuit 1cc
10. Ikterus
11. Hipotermia
F. TATA TERTIB
1. Tata tertib praktikum
a. Mahasiswa menyiapkan diri 15 menit di depan laboratorium sebelum
praktikum dimulai
b. Mahasiswa yang terlambat 15 menit atau lebih tidak diizinkan mengikuti
praktikum
c. Setiap akan praktikum, diadakan pre test dengan materi yang akan
dipraktikumkan
d. Mahasiwa tidak boleh bersenda gurau dan harus bersikap sopan serta tidak
diperbolehkan makan dan minum selama mengikuti praktikum
e. Selama praktikum berlangsung, mahasiswa tidak boleh meninggalkan
laboratorium tanpa izin dosen
f. Mahasiswa wajib membereskan alat-alat yang dipakai untuk praktikum dan
dikembalikan dalam keadaan rapi dan bersih
g. Bila mahasiswa memecahkan/merusakaan alat, diwajibkan mengganti alat
tersebut paling lambat 2 hari setelah praktikum
h. Mahasiswa yang tidak dapat mengikuti praktikum karena berhalangan atau
gagal dalam praktikum harus mengulang atau mengganti pada hari lain
sesua dengan jadwal yang telah diatur (sesuai kebijakan dosen)
i. Mahasiswa wajib mengikuti praktikum 100% dari kegiatan praktikum
2. Tata tertib pemakaian alat praktikum
a. Setiap mahasiswa berhak meminjam/menggunakan alat-alat laboratorium
dengan persetujuan kepala laboratorium
b. Setiap mahasiswa yang akan praktik laboratorium wajib memberitahu/pesan
alat kepada petugas 1 hari sebelum praktik dilaksanakan
c. Mahasiswa/peminjam wajib mengisi formulir alat/bon alat yang telah
disediakan dengan lengkap yang menliputi (nama, kelas/jurusan,
hari/tanggal, waktu, dosen, jenis keterampilan, nama alat, jumlah,
keterangan, tanda tangan)
d. Mahasiswa atau Peminjam bertanggung jawab atas kebersihan dan
keutuhan alat-alat yang dipinjam
e. Mahasiswa wajib merapikan dan membersihkan kembali peralatan yang
dipinjam setelah selesai menggunakan alat laboratorium
f. Alat-alat laboratorium dikembalikan segera setelah melaksanakan kegiatan
praktik
g. Alat-alat laboratorium yang dipinjam dikembalikan tepat waktu dan dalam
keadaan bersih dan utuh
h. Mahasiswa diperbolehkan meninggalkan ruangan setelah serah terima alat-
alat yang dipinjam kepada laboratorium
i. Keterlambatan mengembalikan alat atau mengembalikan dalam keadaan
kotor maka mahasiswa dikenakan denda Rp 10.000/hari/alat
j. Peminjam alat laboratorium harus mengganti alat yang rusak/hilang dalam
waktu kurang dari dua hari setelah alat rusak/hilang.
RINGKASAN MATERI
1. Pemeriksaan Fisik Pada Bayi Baru Lahir
a. Defenisi
Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari
seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis
penyakit. hasil pemeriksaan akan di catat dalam rekam medis. Rekam medis dan
pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan
perencanaan perawatan pasien. pemeriksaan fisik pada bayi dapat dilakukan oleh
bidan untuk menilai status kesehatannya.
Waktu pemeriksaan dapat di lakukan saat bayi baru lahir, 24 jam setelah lahir
(sesaat sesudah bayi lahir pada saat kondisi atau suhu tubuh sudah stabil dan
setelah di lakukanpembersihan jalan nafas/resisutasi, pembersihan badan bayi,
perawatan tali pusat ) dan akan pulang pulang dari rumah sakit.
b. Tujuan dari Pemeriksaan Fisik
1) Untuk menentukan status kesehatan klien
2) Mengidentifikasi masalah
3) Mengambil data dasar untuk menentukan rencana tindakan
4) Untuk untuk mengenal dan menemukan kelainan yang perlu mendapat
tindakan segera.
5) Untuk menentukan data objektif dari riwayat keperawatan klien.
Pada Pengkajian ini dapat ditemukan indikasi tentang seberapa baik
bayi melakukan penyesuaian terhadap kehidupan di luar uterus dan bantuan
apa yang diperlukan. Dalam pelaksanaannya harus diperhatikan agar bayi
tidak kedinginan, dan dapat ditunda apabila suhu tubuh bayi rendah atau bayi
tampak tidak sehat.
Sebelum melakukan pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir ada
beberapa hal yang perlu di perhatikan, antara lain :
1) Bayi sebaiknya dalam keadaan telanjang di bawah lampu terang sehingga
bayi tidak mudah kehilangan panas atau lepaskan pakaian hanya pada
daerah yang di periksa.
2) Lakukan prosedur secara berurutan dari kepala ke kaki atau lakukan
prosedur yang memerlukan observasi ketat lebih dahulu, seperti paru,
jantung dan abdomen.
3) Lakukan prosedur yang menggangu bayi, seperti pemeriksaan refleks pada
tahap akhir bicara lembut, pegang tangan bayi di atas dadanya atau lainnya.
c. Prinsip Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir
1) Jelaskan prosedur pada orang tua dan minta persetujuan tindakan .
2) Cuci dan keringkan tangan , pakai sarung tangan .
3) Pastikan pencahayaan baik.
4) Periksa apakah bayi dalam keadaan hangat, buka bagian yangg akan
diperiksa (jika bayi telanjang pemeriksaan harus dibawah lampu pemancar)
dan segera selimuti kembali dengan cepat.
5) Periksa bayi secara sistematis dan menyeluruh.
Prosedur Pelaksanaan:
a. Penilaian Apgar score
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai kemampuan laju jantung, kemampuan
bernafas, kekuatan tonus otot, kemampuan refleks dan warna kulit. Caranya:
1) Lakukan penilaian apgar Score dengan cara menjumlahkan hasil penilaian
tanda, seperti laju jantung, kemampuan bernafas, kekuatan tonus otot,
kemampuan refleks dan warna kulit.
2) Tentukan hasil penilaian, sebagai berikut :
a) Adaptasi baik : skor 7-10
b) Asfiksia ringan-sedang : skor 4-6
c) Asfiksia berat : skor 0-3
Tabel Penilaian Apgar Score
TANDA 0 1 2
Frekuensi jantung Tidak ada ≤100 ≥100
Usaha bernafas Tidak ada Lambat Menangis kuat
Tonus otot Lumpuh
Ekstermitas fleksi
sedikit
Gerakan Aktif
Refleks Tidak bereaksi Gerakan sedikit Melawan
Warna Kulit
Seluruh tubuh
biru / pucat
Tubuh Kemerahan,
Ekstermitas Atas Biru
Seluruh tubuh
kemerahan
a. Pengukuran Antropometri
1) Lakukan Penimbangan berat badan
Letakkan kain atau kertas pelindung dan atur skala penimbangan ke titik nol
sebelum penimbangan. Hasil timbangan dikurangi berat alas dan
pembungkus bayi. Berat badan normal adalah 2500-3500 gram apabila BB
kurang dari 2500 gram disebut bayi Premature dan apabila BB bayi lebih
dari 3500 gram maka bayi disebut Macrosomia.
2) Lakukan Pengukuran panjang badan
Letakkan bayi di tempat yang datar. Ukur panjang badan dari kepala sampai
tumit dengan kaki/badan bayi diluruskan. Alat ukur harus terbuat dari bahan
yang tidak lentur. Panjang badan normal adalah 45-50 cm
3) Ukur lingkar kepala
Pengukuran dilakukan dari dahi kemudian melingkari kepala kembali lagi ke
dahi. Lingkar kepala normal adalah 33-35 cm.
4) Ukur lingkar dada
Ukur lingkar dada dari daerah dada ke punggung kembali ke dada
(pengukuran dilakukan melalui kedua puting susu). Lingkar dada normal
adalah 30 -33 cm. Apabila diameter kepala lebih besar 3 cm dari lingkar
dada maka bayi mengalami Hidrocephalus. Dan apabila diameter kepala
lebih kecil 3 cm dari dada maka bayi mengalami Microcephalus.
5) Mengukur Lingkar Lengan atas (LILA)
Normalnya 11-15 cm. Untuk LILA pada BBL belum mencerminkan keadaan
tumbuh kembang bayi.
Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
1) Lakukan Inspeksi pada daerah kepala. Raba sepanjang garis sutura dan
fontanel ,apakah ukuran dan tampilannya normal. Sutura yang berjarak lebar
mengindikasikan bayi preterm,moulding yang buruk atau hidrosefalus. Pada
kelahiran spontan letak kepala, sering terlihat tulang kepala tumpang tindih
yang disebut moulding/moulase. Keadaan ini normal kembali setelah
beberapa hari sehingga ubun-ubun mudah diraba. Perhatikan ukuran dan
ketegangannya. Fontanel anterior harus diraba, fontanel yang besar dapat
terjadi akibat prematuritas atau hidrosefalus, sedangkan yang terlalu kecil
terjadi pada mikrosefali. Jika fontanel menonjol, hal ini diakibatkan
peningkatan tekanan intakranial, sedangkan yang cekung dapat tejadi akibat
deidrasi. Terkadang teraba fontanel ketiga antara fontanel anterior dan
posterior, hal ini terjadi karena adanya trisomi 21.
2) Periksa adanya tauma kelahiran misalnya; caput suksedaneum, sefal
hematoma, perdarahan subaponeurotik/fraktur tulang tengkorak.
3) Perhatikan adanya kelainan kongenital seperti ; anensefali, mikrosefali,
kraniotabes dan sebagainya.
b. Wajah
1) Wajah harus tampak simetris. Terkadang wajah bayi tampak asimetris hal ini
dikarenakan posisi bayi di intrauteri.
2) Perhatikan kelainan wajah yang khas seperti sindrom down atau sindrom
piere robin.
3) Perhatikan juga kelainan wajah akibat trauma lahir seperti laserasi, paresi
N.fasialis.
c. Mata
1) Goyangkan kepala bayi secara perlahan-lahan supaya mata bayi terbuka.
2) Lakukan inspeksi daerah mata. Periksa jumlah, posisi atau letak mata
3) Perksa adanya strabismus yaitu koordinasi mata yang belum sempurna
4) Periksa adanya glaukoma kongenital, mulanya akan tampak sebagai
pembesaran kemudian sebagai kekeruhan pada kornea
5) Katarak kongenital akan mudah terlihat yaitu pupil berwarna putih. Pupil
harus tampak bulat. Terkadang ditemukan bentuk seperti lubang kunci
(kolobama) yang dapat mengindikasikan adanya defek retina
6) Periksa adanya trauma seperti palpebra, perdarahan konjungtiva atau retina
7) Periksa adanya sekret pada mata, konjungtivitis oleh kuman gonokokus
dapat menjadi panoftalmia dan menyebabkan kebutaan
8) Apabila ditemukan epichantus melebar kemungkinan bayi mengalami
sindrom down.
d. Hidung
1) Kaji bentuk dan lebar hidung, pada bayi cukup bulan lebarnya harus lebih
dari 2,5 cm. Bayi harus bernapas dengan hidung, jika melalui mulut harus
diperhatikan kemungkinan ada obstruksi jalan napas akarena atresia koana
bilateral, fraktur tulang hidung atau ensefalokel yang menonjol ke
nasofaring.
2) Periksa adanya sekret yang mukopurulen yang terkadang berdarah , hal ini
kemungkinan adanya sifilis congenital.
3) Periksa adanya pernapasa cuping hidung, jika cuping hidung mengembang
menunjukkan adanya gangguan pernapasan.
e. Mulut
1) Lakukan Inspeksi apakah ada kista yang ada pada mukosa mulut.
2) Perhatikan mulut bayi, bibir harus berbentuk dan simetris. Ketidaksimetrisan
bibir menunjukkan adanya palsi wajah. Mulut yang kecil menunjukkan
mikrognatia.
3) Periksa adanya bibir sumbing, adanya gigi atau ranula (kista lunak yang
berasal dari dasar mulut)
4) Periksa keutuhan langit-langit, terutama pada persambungan antara palatum
keras dan lunak.
5) Perhatikan adanya bercak putih pada gusi atau palatum yang biasanya
terjadi akibat Epistein’s pearl atau gigi.
6) Periksa lidah apakah membesar atau sering bergerak. Bayi dengan edema
otak atau tekanan intrakranial meninggi seringkali lidahnya keluar masuk
(tanda foote).
f. Telinga
1) Periksa dan pastikan jumlah, bentuk dan posisinya.
2) Pada bayi cukup bulan, tulang rawan sudah matang.
3) Daun telinga harus berbentuk sempurna dengan lengkungan yang jelas
dibagia atas.
4) Perhatikan letak daun telinga. Daun telinga yang letaknya rendah (low set
ears) terdapat pada bayi yangmengalami sindrom tertentu (Pierre-robin).
5) Perhatikan adanya kulit tambahan atau aurikel hal ini dapat berhubungan
dengan abnormalitas ginjal.
6) Bunyikan bel atau suara. Apabila terjadi refleks terkejut maka
pendengarannya baik, kemudian apabila tidak terjadi refleks maka
kemungkinan terjadi gangguan pendengaran.
g. Leher
1) Leher bayi biasanya pendek dan harus diperiksa kesimetrisannya.
Pergerakannya harus baik. Jika terdapat keterbatasan pergerakan
kemungkinan ada kelainan tulang leher.
2) Periksa adanya trauma leher yang dapat menyebabkan kerusakan pad
fleksus brakhialis
3) Lakukan perabaan untuk mengidentifikasi adanya pembengkakan.periksa
adanya pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis
4) Adanya lipata kulit yang berlebihan di bagian belakang leher menunjukkan
adanya kemungkinan trisomi 21.
5) Raba seluruh klavikula untuk memastikan keutuhannya terutama pada bayi
yang lahir dengan presentasi bokong atau distosia bahu. Periksa
kemungkinan adanya fraktur.
h. Dada, Paru dan Jantung
1) Periksa kesimetrisan gerakan dada saat bernapas. Apabila tidak simetris
kemungkinan bayi mengalami pneumotoraks, paresis diafragma atau hernia
diafragmatika. Pernapasan bayi yang normal dinding dada dan abdomen
bergerak secara bersamaan. Tarikan sternum atau interkostal pada saat
bernapas perlu diperhatikan. Frekuensi pernapasan bayi normal antara 40-
60 kali permenit. Perhitungannya harus satu menit penuh karena terdapat
periodic breathing, dimana pola pernapasan pada neonatus terutama pada
premature ada henti nafas yang berlangsung 20 detik dan terjadi secara
berkala. Pada bayi cukup bulan, puting susu sudah terbentuk dengan baik
dan tampak simetris
2) Payudara dapat tampak membesar tetapi ini normal.
3) Lakukan palpasi pada daerah dada, untuk menentukan ada tidaknya fraktur
klavikula dengan cara meraba ictus cordis dengan menentukan posisi
jantung.
4) Lakukan Auskultasi paru dan jantung dengan menggunakan stetoskop untuk
menlai frekuensi dan suara napa/jantung. Secara normal frekuensi denyut
jantung antara 120-160 x / menit.
i. Abdomen
1) Abdomen harus tampak bulat dan bergerak secara bersamaan dengan
gerakan dada saat bernapas. Kaji adanya pembengkakan
2) Lakukan pemeriksaan pada tali pusat bertujuan untuk menilai ada tidaknya
kelainan pada tali pusat seperti, ada tidaknya vena dan arteri, tali simpul
pada tali pusat dan lain-lain.
3) Jika perut sangat cekung kemungkinan terdapat hernia diafragmatika
4) Abdomen yang membuncit kemungkinan karena hepato-splenomegali atau
tumor lainnya
5) Jika perut kembung kemungkinan adanya enterokolitis vesikalis, omfalokel
atau ductus omfaloentriskus persisten.
6) Lakukan Auskultasi adanya bising Usus.
7) Lakukan perabaan hati, umumnya teraba 2-3 cm di bawah arkus kosta
kanan. Limpa teraba 1 cm di bawah arkus kosta kiri.
8) Lakukan palpasi ginjal, dengan cara atur posisi terlentang dan tungkai bayidi
lipat agar otot-otot dinding perut dalam keadaan relaksasi, batas bawah
ginjal dapat di raba setinggi umbilikus di antara garis tengah dan tepi perut
bagian ginjal dapat di raba sekitar 2-3 cm. Adanya pembesaran pada ginjal
dapat di sebabkan oleh neoplasma, kelainan bawaan, atau trombosis vena
renalis
j. Ekstermitas Atas
1) Kedua lengan harus sama panjang, periksa dengan cara meluruskan kedua
lengan ke bawah
2) Kedua lengan harus bebas bergerak, jika gerakan kurang kemungkinan
adanya kerusakan neurologis atau fraktur
3) Periksa jumlah jari. Perhatikan adanya polidaktili atau sidaktili
4) Telapak tangan harus dapat terbuka, garis tangan yang hanya satu buah
berkaitan dengan abnormaltas kromosom, seperti trisomi 21
5) Periksa adanya paronisia pada kuku yang dapat terinfeksi atau tercabut
sehingga menimbulkan luka dan perdarahan.
k. Ekstermitas Bawah
1) Periksa kesimetrisan tungkai dan kaki. Periksa panjang kedua kaki dengan
meluruskan keduanya dan bandingkan
2) Kedua tungkai harus dapat bergerak bebas. Kuraknya gerakan berkaitan
dengan adanya trauma, misalnya fraktur, kerusakan neurologis.
3) Periksa adanya polidaktili atau sidaktili padajari kaki.
l. Spinal
1) Periksa spina dengan cara menelungkupkan bayi, cari adanya tanda-tanda
abnormalitas seperti spina bifida, pembengkakan, lesung atau bercak kecil
berambut yang dapat menunjukkan adanya abdormalitas medula spinalis
atau kolumna vertebra
m.Genetalia
1) Pada bayi laki-laki panjang penis 3-4 cm dan lebar 1-1,3 cm.Periksa posisi
lubang uretra. Prepusium tidak boleh ditarik karena akan menyebabkan
fimosis
2) Periksa adanya hipospadia dan epispadia
3) Skrotum harus dipalpasi untuk memastikan jumlah testis ada dua
4) Pada bayi perempuan cukup bulan labia mayora menutupi labia minora
5) Lubang uretra terpisah dengan lubang vagina
6) Terkadang tampak adanya sekret yang berdarah dari vagina, hal ini
disebabkan oleh pengaruh hormon ibu (withdrawl bedding)
n. Anus dan Rectum
1) Periksa adanya kelainan atresia ani , kaji posisinya
2) Mekonium secara umum keluar pada 24 jam pertama, jika sampai 48 jam
belum keluar kemungkinan adanya mekonium plug syndrom, megakolon
atau obstruksi saluran pencernaan
o. Kulit
1) Perhatikan kondisi kulit bayi.
2) Periksa adanya ruam dan bercak atau tanda lahir
3) Periksa adanya pembekakan
4) Perhatinan adanya vernik kaseosa ( zat yang bersifat seperti lemak
berfungsi sebagai pelumas atau sebagai isolasi panas yang akan menutupi
bayi cukup bulan).
5) Perhatikan adanya lanugo(rambut halus yang terdapat pada punggung bayi)
jumlah yang banyak terdapat pada bayi kurang bulan daripada bayi cukup
bulan.
p. Refleks-Refleks
Pemeriksaan
Refleks
Cara
Pengukuran
Kondisi Normal Kondisi Patologis
Berkedip Sorotkan cahaya
ke mata bayi.
Dijumpai pada tahun
pertama
Jika tidak di jumpai
menunjukkan
kebutaan.
Tanda
babinski
Gores telapak
kaki sepanjang
tepi luar, di ulai
dari tumit
Jari kaki
mengembang dan ibu
jari kaki dorsofleksi,
di jumpai sampai
umur 2 tahun.
Bila pengembangan
jari kaki dorsofleksi
setelah umur 2 tahun
adanya tanda lesi
ekstrapiramidal.
Moro’s Ubah posisi
dengan tiba-tiba
atau pukul
meja/tempat
tidur.
Lengan Ekstensi, jari-
jari mengembang
kepala terlempar ke
belakang, tungkai
sedikit ekstensi,
lengan kembali ke
tengah dengan
tangan
menggenggam tulang
belakang dan
ekstermitas bawah
ekstens. Lebih kuat
selama 2 bulan
menghilang pada
umur 3-4 bulan.
Refleks yang
menetap lebih 4
bulan adanya
kerusakan otak,
respon tidak simetris
adanya hemiparesis,
fraktur klavikula, atau
cidera fleksus
brachialis. Tidak ada
respons ekstermitas
bawah adanya
dislokasi pinggul atau
cidera medulla
spinalis.
Mengenggam
(palmar
grap’s)
Letakkan jari di
telapak tangan
bayi dari sisi
ulnar, jika refleks
lemah atau tidak
ada berikan bayi
botol atau dot,
karena mengjisap
akan
mengeluarkan
refleks.
Jari-jari bayi
melengkung di sekitar
jari yang di letakkan
di telapak tangan bayi
dari sisi ulnar, refleks
ini menghilang dari
umur 3-4 bulan.
Fleksi yang tidak
simetris menunjukkan
adanya paralysis,
refleks
menggenggam yang
menetap
menunjukkan
gangguan serebral
Rooting Gores sudut
mulut bayi garis
tengah bibir.
Bayi memutar kea
rah pipi yang di
gores, refleks ini
menghilang pada
umur 3-4 bulan.
Tetapi bias menetap
sampai umur 12
bulan khususnya
selama tidur.
Tidak adanya reflek
menunjukkan adanya
gangguan neurology
berat
Kaget
(startle)
Bertepuk tangan
dengan keras.
Bayi mengekstensi
dan memfleksi lengan
dalam berespon
terhadap suara yang
keras tangan tetap
rapat, refleks ini akan
menghilang setelah
umur 4 bulan.
Tidak adanya refleks
menunjkkan adanya
gangguan
pendengaran
Menghisap Berikan bayi botol
dan dot.
Bayi menghisap
dengan kuat dalam
berespons terhadap
stimulasi, reflek ini
menetap selama
masa bayi dan
mungkin terjadi
Reflek yang lemah
atau tidak ada
menunjukkan
kelambatan
perkembangan atau
keadaan neurologi
yang abnormal
selama tidur tanpa
stimulasi
2. Memandikan Bayi
Memandikan bayi adalah suatu cara membersihkan tubuh bayi dengan air
dengan cara menyiram, merendam diri dalam air berdasarkan urut-urutan yang
sesuai. Memandikan bayi baru lahir bukanlah hal yang mudah, terutama bagi ibu
baru. Dibutuhkan ekstra hati-hati serta persiapan yang benar agar mandi si kecil
tak hanya berjalan lancar namun juga menyenangkan bagi mereka (Naureh,
2009,p.35). Memandikan bayi memiliki tantangan tersendiri bagi orang tua
terutama bila mereka baru pertama kali mempunyai seorang bayi
Memandikan bayi merupakan saat-saat yang menyenangkan untuk
membangun hubungan yang sangat erat antara ibu dan anak. Jika bayi sedang
gelisah, maka mandi dengan air hangat akan menjadi hal yang baik untuk
menenangkan dan membantunya untuk dapat tidur dengan nyaman (Iskarina,
2008,p.67). Mandi mempunyai manfaat yang sangat bagus untuk kebersihan dan
kesehatan bayi, mandi akan memberikan rasa nyaman bagi tubuh bayi
(Choirunisa, 2009,p.92). Memandikan bayi adalah cara yang tepat bagi ibu untuk
mengajarkan cara membersihkan tubuh mereka sendiri (Iskarina, 2008,p.68).
Memandikan bayi dengan cara yang salah dapat mengakibatkan kondisi yang
buruk seperti celaka (jatuh dan tenggelam), air masuk ke dalam telinga atau
hidung dan dapat mengalami hipotermi
Prinsip yang perlu diperhatikan pada saat memandikan bayi antara lain :
a) Menjaga bayi agar tetap hangat
b) Menjaga bayi agar tetap aman dan selamat
c) Suhu air tidak boleh terlalu panas atau terlalu dingin.
Memandikan bayi dianjurkan memakai sabun dengan pH netral dengan
sedikit bahkan tanpa parfum atau pewarna (jangan gunakan sabun mandi
dewasa). Permukaan kulit yang asam (acid mantle) memberi perlindungan
kepada bayi terhadap infeksi, sedangkan pH kulit yang kurang dari 5,0 bersifat
bakteriostatik. Pada saat lahir kulit bayi tidak begitu asam (pH 6,34) kemudian
menurun sampai 4,95 dalam 4 hari. Memandikan bayi dengan sabun alkalin
(sabun dewasa) akan meningkatkan pH kulit sehingga keasaman kulit menurun
(dapat menimbulkan infeksi pada bayi).
Kapan sebaiknya memandikan bayi
dapat dilakukan minimal 6-24 jam setelah melahirkna. verniks, suatu zat
yang menyerupai lilin yang menutupi bayi saat lahir, harus dibiarkan terserap ke
dalam kulit karena ini merupakan pelembab yang luar biasa. Jika rambut bayi
perlu dicuci, gunakan air dan sisir saja untuk mengangkat kotoran. Anda dapat
membersihkan bagian atas dan bawah bayi anda dalam beberapa hari pertama,
dengan menggunakan kapas (organic jika memungkinkan) dan air, dengan
lembut membasuh mukanya (hati-hati di sekitar area halus sekitar mata) dan area
popok. Ini memungkinkan kulit bayi anda menyesuaikan diri dengan dunia luar.
Kemudian, jika anda memandikan bayi, peganglah dengan lembut di dalam air,
dua atau tiga kali seminggu.
Peralatan Memandikan Bayi
Menyiapkan Keperluan Mandi
Menurut (Choirunisa, Ana Maria, 2009, p.59) salah satu kebutuhan bayi
antara lain memandikan bayi. Oleh karena itu memandikan bayipun ada cara
yang benar. Untuk itu diperlukan perlengkapan yang sesuai agar acara
memandikan bayi lancar, dan tidak tertunda yang mungkin saja menyebabkan
bayi kedinginan.
Berikut ini daftar lengkap keperluan untuk memandikan bayi:
a) Meja mandi khusus
b) Handuk mandi
c) Popok atau handuk bersih untuk alas mandi
d) Waslap 2
e) Kapas lembab di tempatnya
f) Kapas kering di tempatnya
g) Kapas pembersih bertangkai (Cotten bud)
h) Baby oil
i) Sabun
j) Bedak
k) Tempat pakaian kotor
l) Perlengkapan pakaian bayi
m) Pakaian untuk ganti
n) Perlak dan alasnya
o) waskom / ember berisi air hangat
p) Alkohol dan kasa steril untuk merawat tali pusat
q) celemek
Dampak positif dan Dampak Negatif Memandikan Bayi
Keuntungan memandikan bayi merupakan saat-saat yang menyenangkan
untuk membangun hubungan yang sangat erat antara ibu dan anak. Jika bayi
sedang gelisah, maka mandi dengan air hangat akan menjadi akan menjadi hal
yang baik untuk menenangkan dan membantnya untuk dapat tidur dengan
nyaman (Iskarina,2008. 67).
Mandi mempunyai manfaat yang sangat bagus untuk kebersihan dan
kesehatan bayi, mandi akan memberikan rasa nyaman bagi tubuh bayi
(Choirunisa,2009.92).
Memandikan bayi adalah cara yang tepat bagi ibu untuk mengajarkan
cara membersihkan tubuh mereka sendiri (Iskarina,2008).
Memandikan bayi harus menggunakan air yang hangat jika menggunakan
air yang dingin akan menakutkan mereka. Gunakan bak mandi yang khusus untuk
memandikan bayi, selalu memegang bayi secara hati-hati karena bayi akan licin
saat dibasahi sehingga ibu harus memegang bayi secara kuat tetapi harus tetap
dengan kelembutan untuk menjaga bayi agar tidak celaka, jatuh, tenggelam, air
juga dapat masuk kedalam telinga bayi, jangan memandikan bayi terlalu lama
karena dapat menyebabkan perubahan suhu tubuh bayi (hipotermi) dan air juga
dapat masuk lewat hidung.
Prosedur Pelaksanaan Memandikan Bayi
a. Siapkan keperluan mandi dan pakaian bayi sebelum pakaian bayi dilepas,
seperti sabun, sampo bayi, waslap pembasuh, gumpalan kapas untuk
membersihkan mata, handuk, popok, dan pakaian bersih dan air hangat
b. Cuci tangan dan pakai celemek
c. Menutup pintu dan jendela ruangan serta membuka pakaian bayi
d. Memeriksa air:
Periksalah suhu air dengan siku atau bagian dalam pergelangan tangan. Air
tidak boleh terlalu panas atau terlalu dingin.jika anda ingin memeriksa air
dengan thermometer, suhu sebaiknya 290C .
e. Buka pakaian bayi dan masukkan pakaian ke ketempat kotor
f. Bersihkan bokong dengan kapas bila bayi BAB
g. Angkat bayi dari tempat tidur : Tangan kanan memegang kaki, tangan kiri
masuk melalui kuduk, kemudian menuju ke ketiak
h. Masukkan bayi dalam baskom berisi air hangat
i. Bayi masukkan ke dalam bak mandi bayi dengan cara memegang kepala dan
bahu kiri bayi dengan tangan memegang lengan kiri bayi dan tangan kanan
mengangkat bokong, kepala berada di atas air.
j. Dengan menggunakan kapas depper / sisi handuk, seka mata menggunakan
kapas lembab dengan cara menghapus dari bagian dalam ke arah luar.
Setiap mengusap kapas harus diganti
k. Telinga bersihkan dengan kapas pembersih, setiap usapan kapas harus
diganti
l. Cuci muka bayi dengan washlap tanpa menggunakan sabun. setelah itu
keringkan dengan handuk (Keringkan muka dengan 1 sudut handuk) Boleh
menggunakan sabun tetapi hati-hati karena sabun dapat menyebabkan iritasi
pada mata dan kulit bayi
m. Mulailah membasuh tubuh bayi dari bagian terbersih hingga terkotor.
n. Kemudian kepala bayi ditaruh di atas tangan kiri, lalu disabun kemudian
bersihkan dengan waslap sampai bersih.
o. Bersihkan dengan washlap bersabun pada area kepala dengan gerakan
memutar, leher, ketiak, badan, sela paha, dan sela bokong bayi hingga rata,
p. Bagian punggung dibersihkan dengan menggnti tangan kiri, dan bayi dengan
bagian muka bersandar pada lengan kanan dengan waslap basah sampai
bersih, lihat daerah-daerah lipatan jangan ada yang tersisa.
q. Bokong, perineum, genetalia dibersihkan paling akhir untuk mencegah
kontaminasi karena daerah ini paling kotor.
r. Angkat bayi seperti pada waktu memasukkan bayi ke dalam bak mandi.
s. Letakkan kembali bayi diatas meja dengan alas handuk
t. Kepala, badan dan anggota tubuh lainnya dibersihkan dengan waslap yang
satunya (yang belum kena sabun) dengan menggunakan tangan kanan
u. Keringkan dengan handuk sampai ke sela- sela badan, Keringkan kepala bayi
diatas meja dengan gerakan memutar. Gosok kepala dengan baby oil bila
ada kotorannya, beri minyak telon, baby oil dan talk
v. Bila tali pusat belum lepas, lakukan perawatan tali pusat
w. Pakaikan pakaian bayi
x. Bersihkan telinga dan hidung dengan kapas pembersih, rambut disisir
y. Bila kuku panjang, potong kuku
z. Bungkus bayi dengan selimut
aa.Bereskan tempat tidur dan alat
bb.Cuci tangan
Waktu yang tepat untuk memandikan bayi adalah sebelum bayi tidur,
karena dapat membuatnya rileks hingga memudahkan bayi tidur. Hindari
memandikan bayi sebelum atau setelah makan karena perut bayi yang tertekan
akan membuatnya muntah.
3. Merawat Tali Pusat
a. Defenisi
Perawatan tali pusat pada bayi baru lahir ialah menjaga agar tali pusat
tetap kering dan bersih. Perawatan tali pusat yang benar dan lepasnya tali
pusat dalam minggu pertama secara bermakna mengurangi insiden infeksi
pada neonatus (Sarwono, 2008).
Tali pusat atau umbilical cord adalah saluran kehidupan bagi janin
selama dalam kandungan. Dikatakan saluran kehidupan karena saluran inilah
yang selama 9 bulan 10 hari menyuplai zat-zat gizi dan oksigen ke
janin. Tetapi begitu bayi lahir, saluran ini sudah tak diperlukan lagi sehingga
harus dipotong dan diikat atau dijepit.
Perawatan tali pusat pada bayi baru lahir sebaiknya dijaga tetap kering
setiap hari untuk menghindari terjadinya infeksi. Bila sampai terdapat nanah
dan darah berarti terdapat infeksi dan harus segera diobati (Iis Sinsin, 2008).
b. Tujuan Perawatan Tali Pusat
Tujuan perawatan tali pusat pada bayi baru lahir adalah mencegah dan
mengidentifikasi perdarahan atau infeksi secara dini. Apabila ada perdarahan
dari pembuluh darah tali pusat, perawatan harus memeriksa keadaan klem
(atau ikatan) dan pasang klem kedua dekat klem pertama (Irene, 2005).
Perawatan tali pusat secara umum bertujuan untuk mencegah
terjadinya infeksi dan mempercepat putusnya tali pusat. Infeksi tali pusat pada
dasarnya dapat dicegah dengan melakukan perawatan tali pusat yang baik dan
benar, yaitu dengan prinsip perawatan kering dan bersih. Banyak pendapat
tentang cara terbaik untuk merawat tali pusat.
Ujung tali pusat akan mengering dan putus pada 7 – 10 hari sesudah
bayi lahir, bisa juga 15 – 18 hari atau lebih. Orang tua dianjurkan untuk
meletakkan popok yang dilipat di bawah area tali pusat dan menggunakan
alkohol pada pusat beberapa kali sehari agar tali pusat dalam keadaan bersih
dan kering. Tali pusat dibersihkan dengan menggunakan alkohol dimulai
disekitar hubungan antara tali pusat dan kulit.
Untuk meningkatkan proses pengeringan dan penyembuhan pada saat
memandikan bayi baru lahir tidak dianjurkan untuk di celupkan dalam bak
mandi asampai tali pusat putus dan umbilikus sembuh.
Orang tua dapat menggunakan metode sponge bath sampai jaringan
granulasi menutupi bagian tali pusat yang lepas. Penutupan tali pusat tidak
dianjurkan karena akan memperlambat proses pengeringan.
Warna merah dan pengeluaran bau yang tidak sedap disekitar
umbilikus harus diperhatikan karena sebagai tanda adanya infeksi tali pusat
dan dilaporkan untuk mendapatkan perawatan dan pengobatan yang lebih
lanjut.
Tujuan tali pusat terbuka atau tidak ditutup dengan kassa alkohol adalah :
1) Meningkatkan granulasi
2) Memudahkan dan mempercepat pengeringan pada tali pusat (Sarwono,
2008).
c. Prinsip-Prinsip Pada Saat Perawatan Tali Pusat Pada Bayi Baru Lahir:
1) Setelah memandikan bayi, tutuplah pusat bayi dengan kapas kering dan
kasa. Biasanya 5-7 hari tali pusat ini akan lepas sendiri bahkan tanpa ibu
ketahui dimana dan kapan sisa jaringan tali pusat ini terlepas.
2) Tali pusat ini sebaiknya dijaga tetap kering setiap hari untuk menghindari
terjadinya infeksi. Bila sampai terdapat nanah dan darah berarti terdapat
infeksi dan harus segera diobati. Tali pusat yang luka bernanah akan
memudahkan perkembangan kuman-kuman anaerob, yaitu kuman yang
tidak membutuhkan udara dalam hidupnya. Biasanya penyakit tetanus
neonatorum akan mengintai tempat tersebut (Iis Sinsin, 2008).
3) Perlu diperhatikan kesegaran tali pusat, ada tidaknya simpul pada tali pusat.
Pada potongan tali pusat(Corry Matondang, 2007).
d. Hal-hal Yang Harus Diperhatikan Pada Saat Perawatan Tali Pusat Pada
Bayi Baru Lahir
Untuk mencegah tali pusat dari infeksi, maka tali pusat harus tetap bersih dan
kering. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
1) Selalu cuci tangan sebelum menyentuh plasenta.
2) Jika tali plasenta kotor atau memiliki banyak darah kering, bersihkan dengan
alkohol 70% atau minuman alkohol dosis tinggi atau gentian violet. Bisa juga
menggunakan sabun dan air.
3) Jangan meletakan benda apapun di atas tali plasenta.
4) Sisa tali pusat biasanya jatuh sekitar 5-7 hari setelah lahir. Mungkin akan
keluar beberapa tetes darah atau lendir saat tali pusat terlepas. Ini normal-
normal saja. Namun, jika ternyata masih keluar banyak darah atau muncul
nanah, segera minta bantuan medis (Siti Saleha, 2009).
e. Gejala-Gejala Yang Timbul Akibat Kurangnya Perawatan Tali Pusat Pada
Bayi Baru Lahir
Kurangnya perawatan tali pusat pada bayi baru lahir dapat menyebabkan
tetanus bayi, yang ditandai dengan :
1) Tali pusat berwarna merah, basah, dan kotor, yang kemungkinan tapi pusat
bernanah.
2) Kesulitan menyusui
3) Mulut tidak bisa dibuka
4) Kejang-kejang bila disentuh, kena sinar atau mendengar suara keras
5) Kadang demam (Iis Sinsin, 2008).
f. Langkah-langkah perawatan tali pusat
1) Ketika mengganti popok atau diaper, pastikan memasangnya di bagian
bawah perut bayi (di bawah tali pusat), ini untuk menjaga agar tali pusat
tidak terkena air kencing atau kotoran bayi.
2) Gunakan pakaian yang agak longgar untuk sirkulasi udara di sekitar tali
pusat, sampai tali pusat puput.
3) Jangan pernah menarik-narik tali pusat, walaupun seakan-akan tampak
sudah terlepas.
4) Mandikan bayi dengan menggunakan washlap atau sponge bath dan air
hangat sampai tali pusat puput.
5) Adanya sedikit pendarahan adalah normal sebelum dan sesudah tali pusat
puput. Gunakan kasa steril, lalu bersikan bagian sekeliling pangkal tali pusat
dengan menggunakan kasa steril yang dibasahi larutan alkohol 70%.
6) Bersihkan tali pusat setiap hari secara teratur dengan mengeringkan tali
pusat dengan kasa steril, lalu bersihkan bagian sekeliling pangkal tali pusat
dengan menggunakan kasa steril yang dibasahi larutan alkohol 70%.
7) Jangan pernah meletakkan ramuan atau bubuk apa pun kebagian pangkal
tali pusat bayi.
8) Ketika tati pusat sudah puput, biarkan area pusar sembuh dalam beberapa
hari. Tidak perlu menggunakan plester untuk menutupinya, tapi biarkan
kering secara alamiah untuk mencegah infeksi. Teruskan menggunakan
popok atau diaper dibawah perut untuk memberi tempat bagi pusat yang
belum sembuh. (dr.Suririnah:80,2009)
4. Asfiksia
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas
secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir,
umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat
hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau
masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah
persalinan (Asuhan Persalinan Normal, 2007).
Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera
bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh
hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor
yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat-
akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan
secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan
mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut
yang mungkin timbul. (Wiknjosastro, 1999)
a. Etiologi
Pengembangan paru bayi baru lahir terjadi pada menit-menit pertama kelahiran
dan kemudian disusul dengan pernafasan teratur. Bila terdapat gangguan
pertukaran gas atau pengangkutan oksigen dari ibu ke janin, akan terjadi
asfiksia janin atau neonatus. Gangguan ini dapat timbul pada masa kehamilan,
persalinan atau segera setelah lahir. Hampir sebagian besar asfiksia bayi baru
lahir ini merupakan kelanjutan asfiksia janin, karena itu penilaian janin selama
masa kehamilan, persalinan memegang peranan yang sangat penting untuk
keselamatan bayi. Gangguan yang timbul pada akhir kehamilan atau
persalinan hampir selalu disertai anoksia/hipoksia janin dan berakhir dengan
asfiksia neonatus dan bayi mendapat perawatan yang adekuat dan maksimal
pada saat lahir
Penyebab kegagalan pernafasan pada bayi, adalah :
a. Faktor ibu
Hipoksia ibu dapat menimbulkan hipoksia janin dengan segala
akibatnya. Hipoksia ibu ini dapat terjadi kerena hipoventilasi akibat
pemberian obat analgetika atau anastesia dalam.Gangguan aliran darah
uterus dapat mengurangi aliran darah pada uterus yang menyebabkan
berkurangnya aliran oksigen ke plasenta dan janin. Hal ini sering ditemukan
pada keadaan ; gangguan kontraksi uterus, misalnya hipertoni, hipotoni,
atau tetani uterus akibat penyakit atau obat, hipotensi mendadak pada ibu
karna perdarahan, hipertensi pada penyakit eklamsi dan lain-lain.
b. Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi
plasenta. Asfiksi janin akan terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada
plasenta, misalnya solusio plasenta, perdarahan plasenta, dan lain-lain.
c. Faktor fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan gangguan aliran darah dalam
pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan
janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan tali pusat
menumbung, melilit leher, kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir dan
lain-lain.
d. Faktor neonatus
Depresi pusat pernafasan pada BBL dapat terjadi karena; pemakaian obat
anastesi/analgetika yang berlebihan pada ibu secara langsung dapat
menimbulkan depresi pusat pernafasan janin, traoma yang terjadi pada
persalinan mosalnya perdarahan intra cranial, kelainan kongenital pada bayi
masalnya hernia diafragmatika, atresia atau stenosis saluran
pernafasan,hipoplasia paru dan lain-lain.
b. Penatalaksanaan
1) Memastikan saluran terbuka: Meletakkan bayi dalam posisi kepala
defleksi bahu diganjal 2-3 cm. – Menghisap mulut, hidung dan kadang
trachea. – Bila perlu masukkan pipa endo trachel (pipa ET) untuk
memastikan saluran pernafasan terbuka.
2) Memulai pernafasan : Memakai rangsangan taksil untuk memulai
pernafasan – Memakai VTP bila perlu seperti : sungkup dan balon pipa
ETdan balon atau mulut ke mulut (hindari paparan infeksi).
3) Mempertahankan sirkulasi :Rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah
dengan cara – Kompresi dada.
Langkah-Langkah Resusitasi
1) Letakkan bayi di lingkungan yang hangat kemudian keringkan tubuh bayi
dan selimuti tubuh bayi untuk mengurangi evaporasi.
2) Sisihkan kain yang basah kemudian tidurkan bayi terlentang pada alas
yang datar.
3) Ganjal bahu dengan kain setinggi 1 cm (snifing positor).
4) Hisap lendir dengan penghisap lendir de lee dari mulut, apabila mulut
sudah bersih kemudian lanjutkan ke hidung.
5) Lakukan rangsangan taktil dengan cara menyentil telapak kaki bayi dan
mengusap-usap punggung bayi.
6) Nilai pernafasanJika nafas spontan lakukan penilaian denyut jantung
selama 6 detik, hasil kalikan 10. Denyut jantung > 100 x / menit, nilai warna
kulit jika merah / sinosis penfer lakukan observasi, apabila biru beri
oksigen. Denyut jantung < 100 x / menit, lakukan ventilasi tekanan positif.
7) Jika pernapasan sulit (megap-megap) lakukan ventilasi tekanan positif.
8) Ventilasi tekanan positif / PPV dengan memberikan O2 100 % melalui
ambubag atau masker, masker harus menutupi hidung dan mulut tetapi
tidak menutupi mata, jika tidak ada ambubag beri bantuan dari mulur ke
mulut, kecepatan PPV 40 – 60 x / menit.
9) Setelah 30 detik lakukan penilaian denyut jantung selama 6 detik, hasil
kalikan 10. Bila: 100 hentikan bantuan nafas, observasi nafas spontan. 60
– 100 ada peningkatan denyut jantung teruskan pemberian PPV. 60 – 100
dan tidak ada peningkatan denyut jantung, lakukan PPV, disertai kompresi
jantung. < 10 x / menit, lakukan PPV disertai kompresi jantung. Kompresi
jantung
10) Perbandingan kompresi jantung dengan ventilasi adalah 3 : 1, ada 2 cara
kompresi jantung : Kedua ibu jari menekan stemun sedalam 1 cm dan
tangan lain mengelilingi tubuh bayi. Jari tengah dan telunjuk menekan
sternum dan tangan lain menahan belakang tubuh bayi.
11) Lakukan penilaian denyut jantung setiap 30 detik setelah kompresi dada.
Denyut jantung 80x./menit kompresi jantung dihentikan, lakukan PPV
sampai denyut jantung > 100 x / menit dan bayi dapat nafas spontan. Jika
denyut jantung 0 atau < 10 x / menit, lakukan pemberian obat epineprin 1 :
10.000 dosis 0,2 – 0,3 mL / kg BB secara IV.
12) Lakukan penilaian denyut jantung janin, jika > 100 x / menit hentikan obat.
Jika denyut jantung < 80 x / menit ulangi pemberian epineprin sesuai dosis
diatas tiap 3 – 5 menit.
13) Lakukan penilaian denyut jantung, jika denyut jantung tetap / tidak rewspon
terhadap di atas dan tanpa ada hiporolemi beri bikarbonat dengan dosis 2
MEQ/kg BB secara IV selama 2 menit. (Wiknjosastro, 2007)
Persiapan resusitasi
Agar tindakan untuk resusitasi dapat dilaksanakan dengan cepat dan
efektif, kedua faktor utama yang perlu dilakukan adalah : 1. Mengantisipasi
kebutuhan akan resusitasi lahirannya bayi dengan depresi dapat terjadi tanpa
diduga, tetapi tidak jarang kelahiran bayi dengan depresi atau asfiksia dapat
diantisipasi dengan meninjau riwayat antepartum dan intrapartum. 2.
Mempersiapkan alat dan tenaga kesehatan yang siap dan terampil. Persiapan
minumum antara lain : – Alat pemanas siap pakai – Oksigen – Alat pengisap –
Alat sungkup dan balon resusitasi – Alat intubasi – Obat-obatan
Prinsip-prinsip resusitasi yang efektif :
1) Tenaga kesehatan yang slap pakai dan terlatih dalam resusitasi neonatal
harus rnerupakan tim yang hadir pada setiap persalinan.
2) Tenaga kesehatan di kamar bersalin tidak hanya harus mengetahui apa
yang harus dilakukan, tetapi juga harus melakukannya dengan efektif dan
efesien
3) Tenaga kesehatan yang terlibat dalam resusitasi bayi harus bekerjasama
sebagai suatu tim yang terkoordinasi.
4) Prosedur resusitasi harus dilaksanakan dengan segera dan tiap tahapan
berikutnya ditentukan khusus atas dasar kebutuhan dan reaksi dari pasien.
5) Segera seorang bayi memerlukan alat-alat dan resusitasi harus tersedia
clan siap pakai.
5. Ikterus
Ikterus adalah warna kuning pada kulit, konjungtiva dan selaput akibat
penumpukan bilirubin. Sedangkan hiperbilirubinemia adalah ikterus dengan
konsentrasi bilirubin serum yang menjurus ke arah terjadinya kernikterus atau
ensefalopati bilirubin bila kadar bilirubin yang tidak dikendalikan
i. Etiologi
Hiperbilirubinemia dapat disebabkan oleh bermacam-macam keadaan.
Penyebab yang tersering ditemukan disini adalah hemolisis yang timbul akibat
inkompabilitas golongan darah ABO atau defisiensi enzim G6PD. Hemolisis ini
juga dapat timbul akibat perdarahan tertutup (hematom cefal, perdarahan
subaponeurotik) atau inkompabilitas darah Rh, infeksi juga memegang peranan
penting dalam terjadinya hiperbilirubinemia; keadaan ini terutama terjadi pada
penderita sepsis dan gastroenteritis. Beberapa faktor lain adalah
hipoksia/anoksia, dehidrasi dan asidosis, hipoglikemia, dan polisitemia.
1) Ikterus fisiologis
Ikterus fisiologis adalah ikterus normal yang dialami oleh bayi baru lahir,tidak
mempunyai dasar patologis sehingga tidak berpotensi menjadi kern
ikterus.yang tanda-tandanya sebagai berikut :
a) Timbul pada hari kedua dan ketiga setelah bayi lahir.
b) Kadar bilirubin indirect tidak lebih dari 10mg% pada neonatus cukup bulan
dan 12,5mg% pada neonatus kurang bulan
c) Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak lebih dari 5mg% per hari
d) Kadar bilirubin direct tidak lebih dari 1mg%
e) Ikterus menghilang pada 10 hari pertama
f) Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan patologis
2) Ikterus patologis
Ikterus patologis adalah ikterus yang mempunyai dasar patologis dengan
kadar bilirubin mencapai suatu nilai yang disebut hiperbilirubinemia.tanda-
tandanya sebagai berikut :
a) Ikterus klinis terjadi pada 24 jam pertama kehidupan
b) Peningkatan kadar bilirubin serum sebanyak 5mg/dL atau lebih setiap 24
jam
c) Ikterus yang disertai proses hemolisis (inkompatabilitas darah, defisiensi
G6PD, atau sepsis)
d) Ikterus yang disertai oleh:
(1) Berat lahir <2000 gram
(2) Masa gestasi 36 minggu
(3) Asfiksia, hipoksia, sindrom gawat napas pada neonates (SGNN)
(4) Infeksi
(5) Trauma lahir pada kepala
(6) Hipoglikemia, hiperkarbia
(7) Hiperosmolaritas darah
(8) Ikterus klinis yang menetap setelah bayi berusia >8 hari (pada NCB)
atau >14 hari (pada NKB)
6. Hipotermia
Hypotermia adalah penurunan suhu tubuh dibawah 36,5 ºC atau lebih rendah.
Hypotermia ini dapat disebabkan oleh lingkungan yang dingin atau bayi dalam
keadaan basah atau tidak berpakaian. Akibat dari hypotermia adalah bayi akan
mengalami stress dingin (”cold stress”).
Hypotermia ada dua bagaian yaitu :
i. Hypotermia sedang (apabila seluruh tubuh bayi teraba dingin, suhu tubuh
32ºC-36ºC
ii. Hypotermia berat (apabila suhu tubuh bayi < 32ºC)
Mekanisme kehilangan panas pada bayi adalah :
a. Radiasi
Yaitu dari objek ke panas bayi, contoh timbangan bayi tanpa panas
b. Evaporasi
Yaitu karena penguapan cairan yang menguap pada kulit bayi, contoh air
ketuban pada tubuh bayi baru lahir tidak cepat dikeringkan
c. Konduksi
Yaitu panas tubuh bayi diambil oleh suatu permukaan yang melekat di tubuh
abyi, contoh pakaian bayi yang basah tidak cepat diganti
d. Konveksi
Yaitu penguapan dari tubuh bayi ke udara, contoh angin disekitar tubuh bayi
Tanda dan gejala
a. Tanda-tanda hypotermia bayi baru lahir
1) Bayi tidak mau menyusui/minum
2) Bayi tampak mengantuk atau lesu
3) Tubuh bayi teraba dingin
4) Dalam keadaan berat, denyut jantung menurun dan kulit bayi mengeras
b. Tanda-tanda klinis awal stress dingin adalah :
1) Kaki teraba dingin
2) Kemampuan mengisap lemah
3) Aktivitas berkurang-letargi
4) Tangisan lemah
5) Jika hipotermia berlanjut akan timbul cidera dingin (”cold injury”)
c. Tanda-tanda cidera dingin adalah :
1) Bayi letargi
2) Pernafasan lambat
3) Pernafasan tidak teratur
4) Bunyi jantung lambat
5) Selanjutnya mungkin timbul hipoglikemia dan asidosis metabolisme
Kejadian ini merupakan resiko kematian bayi
d. Tanda-tanda stadium lanjut akibat hipotermia dalah :
1) Muka, ujung kaki dan tangan bayi berwarna merah terang (bright-red)
2) Bagian tubuh bayi lainnya pucat
3) Mungkin terjadi sklerema, yaitu kulit mengeras dan menjadi lemah
4) Cidera timbul terutama pada punggung dan ekstermitas (dapat juga
mengenai seluruh tubuh)
Penatalaksanaan
Prinsip dasarnya mengembalikan suhu tubuh bayi dengan berbagai cara
diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Segera hangatkan bayi dibawah pemancar panas yang telah dinyalakan
sebelumnya. Bila mungkin masukkan kedalam inkubator atau ruangan
hangat.
b. Ganti baju yang dingin/basah, beri pakaian yang hangat, pakai topi dan
selimut hangat
c. Hindari paparan panas yang berlebihan dan posisi bayi sering dirubah
d. Bila ada ibu/pengganti ibu, anjurkan menghangatkan bayi melakukan kontak
kulit dengan kulit atau dengan metode kangguru
e. Periksa kadar glukosa darah, bila kurang 45 mg/dl (2,6 mmol/l), tangani
hipotermi dengan cara berikan ASI sedikit tapi sering. Bila tidak dapat
mengisap berikan infus glukosa 10% (60-80 ml/kg BB/hari)
f. Periksa suhu tubuh bayi setiap jam, bila suhu naik 0,5ºC/jam, berarti usaha
menghangatkan berhasil, lanjutkan memeriksa suhu setiap 2 jam
g. Bila suhu tidak naik atau naik terlalu pelan, kurang dari 0,5ºC/jam, cari tanda
sepsis
h. Periksa juga suhu alat yang dipakai atau suhu ruangan setiap jam
i. Setelah suhu tubuh bayi normal, maka :
1) Lanjutkan perawatan lanjutan untuk bayi
2) Pantau bayi 12 jam kemudian, ukur suhunya setiap 3 jam sekali
j. Bila suhu tetap dalam batas normal dan bayi dapat minum dengan baik dan
tidak ada masalah lain, bayi dapat dipulangkan dan nasehati ibu cara
menghangatkan bayi dirumah
Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir :
a. Segera menghangatkan bayi di dalam inkubator atau melalui penyinaran
lampu
b. Dengan cara paling sederhana, yaitu meletakkan bayi telungkup di dada ibu
agar terjadi kontak kulit langsung antara ibu dengan bayi (tubuh ibu dan bayi
harus berada dalam satu pakaian agar bayi hangat)
c. Bila tubuh bayi masih dingin, gunakan selimut atau kain hangat yang
disetrika terlebih dahulu untuk menutupi tubuh bayi dan ibu, lakukan
berulang kali sampai tubuh bayi hangat
d. Biasanya bayi hipotermi menderita hipoglikemia, sehingga bayi harus diberi
ASI sedikit-sedikit dan sesering mungkin. Bila bayi tidak menghisap, beri
infus glukosa 10% sebanyak 60-80 ml/kg per hari
7. Imunisasi Hepatitis B
a. Defenisi
Imunisasi hepatitis B adalah suatu upaya pencegahan penyakit agar anak
terhindar dari penyak it hepatitis
imunisasi hepatitis B dilakukan untuk mencegah terjangkitnya penyakit hepatitis
B. Hal ini dikarenakan penyakit hepatitis B merupakan salah satu penyakit yang
mudah menular. Dengan imunisasi diharapkan, virus hepatitis B tidak mudah
masuk ke dalam tubuh.
Penyakit hepatitis B adalah jenis penyakit liver berbahaya dan dapat berakibat
fatal. Virus Hepatitis B (HBV) ditularkan melalui hubungan seksual, darah
(injeksi intravena, transfusi), peralatan medis yang tidak steril atau dari ibu ke
anak pada saat melahirkan.
b. Efek samping imunisasi Hepatitis B
Mengenai efek samping imunisasi hepatitis B, biasanya memang tidak
ditemukan efek samping yang serius karena imunisasi Hepatitis B ini. Kalaupun
ada, biasanya sangat ringan dan bisa cepat hilang. Yang biasanya dirasakan
pasca imunisasi ini adalah rasa sakit di tempat yang disuntik, demam dan sakit
pada tulang sendi, namun akan segera hilang dalam beberapa hari.
Jika setelah di imunisasi Hepatitis B, Anda masih khawatir dengan efek
samping tersebut, maka sebaiknya segera hubungi dokter atau bidan Anda.
Keputusan untuk imunisasi atau tidak memang ada di tangan Anda. Jika masih
ragu, sebaiknya Anda berkonsultasi dengan dokter atau bidan terlebih dahulu.
c. Keberhasilan imunisasi hepatitis B
Tak ada tanda klinis yang dapat dijadikan patokan bahwa imunisasi hepatitis B
ini berhasil. Namun dapat dilakukan pengukuran keberhasilan melalui
pemeriksaan darah dengan mengecek kadar hepatitis B-nya setelah anak
berusia setahun. Bila kadarnya di atas 1000, berarti daya tahannya 8 tahun;
diatas 500, tahan 5 tahun; diatas 200 tahan 3 tahun. Tetapi kalau angkanya
cuma 100, maka dalam setahun akan hilang. Sementara bila angkanya 0
berarti si bayi harus disuntik ulang 3 kali lagi.
Sekalipun tidak ada tanda klinis bahwa imunisasi hepatitis B berhasil, yang
pasti dengan imunisasi hepatitis B, vaksin yang disuntikan mampu memotong
rantai penyebaran virus hepatitis B ini. Ketika diimunisasi vaksin dan virus
Hepatitis B menyebar ke seluruh tubuh. Saat inilah vaksin mematikan virus
hepatitis B tersebut. Tapi jika virus sudah tersebar lebih dahulu, maka
imunisasi hepatitis B ini menjadi sia-sia. Karena itu, pencegahan penyakit
hepatitis B sebaiknya dilakukan ketika masih bayi.
Membaca penjelasan tentang imunisasi hepatitis B di atas, maka sudah
selayaknya kita melaksanakannya, terutama kepada bayi Anda yang baru lahir.
Agar bayi Anda bisa terhindari dari penyakit hepatitis B yang membahayakan.
d. Langkah - langkah
1) Perawat mencuci tangan & mengeringkannya
2) Melakukan anamnesa bayi & melakukan penimbangan BB
3) Menenangnkan Pasien
4) Mengatur posisi pasien, meminta Ibu untuk membantu memegang bayi,
membaringkan ditempat pemeriksaan
5) Menyiapkan spuit disposable
6) Mengambil vaksin dari dalam thermos es
7) Menutup kembali thermos es
Flacon
a) Mendesinfeksi tutup flacon dengan kapas alkohol
b) Menghisap vaksin sesui dengan dosis (0,5 cc)
c) Mengembalikan vaksin ke dalam thermos es
Uniject
a) Membuka vaksin, kemudian tekan tutup spuit sampai terdengan bunyi
tanda “klik”
b) Mendesinfeksikan daerah yang akan di suntik
c) Membuka tutup spuit
8) Menyuntik pasien secara IN
9) Merapikan pasien & lingkungan
10) Memberitahu ibu bahwa prosedur tindakan telah selesai dilakukan
11) Memberi penyuluhan tentang efek samping dari pemberian vaksinasi
12) Mencatat tindakan pada status & KMS
13) Memberitahu pada orang tua pasien kapan jadwal kembali lagi untuk
imunisasi berikutnya
14) Merapikan alat - alat
15) Perawat mencuci tangan & mengeringkannya
16) Melakukan tindakan dengan hati – hati
e. Reaksi Pemberian
Bayi / balita yang telah mendapat imunisasi dasar hepatitis B Tiga kali sebelum
umur 1 tahun, pada umur 5 tahun 90,7 % diantaranya masih mempunyai teter
antibiotic hepatitis B protektif atau diatas ambang pencegahan (titer antibody
anti HB sA9 > 10 mg (mcg / ml) sehingga tidak diperlukan imunisasi ulangan
pada 5 tahun. Setiap bayi/ balita sebaiknya diperiksa titer anti - HbsA9 nya. Bila
titer berada dibawah ambang pencegahan atau negatif, dapat diberikan
imunisasi ulangan. Namun, apabila pada umur 5 tahun bayi / balita belum
pernah mendapatkan imunisasi hepatitis B, berikan imunisasi hepatitis B tiga
kali
8. Imunisasi BCG
YAYASAN PENDIDIKAN KURNIA JAYA
AKADEMI KEBIDANAN ANDI MAKKASAU PAREPARE
Jl. Lasangga No.111 Wekke’e Kota Parepare Tlp (0421) 3310985
KETERAMPILAN KLINIK PEMERIKSAAN FISIK BBL
NO BUTIR YANG DINILAI
NILAI
2 1 0
A Sikap dan perilaku Mahasiswa
1 Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan
2 Bersikap sopan pada saat pemeriksaan
3 Tanggap terhadap reaksi pasien
4 Sabar dan teliti pada saat melakukan pemeriksaan
B Isi
Persiapan
5 Menyiapkan alat :
a. Temperatur suhu untuk bayi dan tempatnya
b. Stetokop
c. Timbangan bayi
d. Pita ukuran
e. Kapas kering
f. Senter
g. ASI dalam gelas dan senok kecil yang bersih
h. Air putih matang yang hangat
i. Alas dada
j. Selimut, kain bersih, kering dan hangat
k. Com kecil 1 buah
l. Baki dan alasnya
m. Wastafel
n. Sarung tangan
o. Sabun mandi/cairan untuk cuci tangan
Pelaksanaan pemeriksaan fisik pada BBL
6 Mencuci tangan
7
Meletakkan bayi ditempat yang bersih, kering dan hangat
8 Mengatur posisi bayi tidur terlentang, kemudian sesuaikan dengan jenis
pemeriksaan yang akan dilakukan
9
Membuka semua baju bayi dan menyelimuti. Membuka pada bagian yang
akan dilakukan pemeriksaan saja.
10 Melakukan pemeriksaan bayi dengan teliti dan cermat yang dimulai dari
bagian atas sampai kebagian bawah bayi secara berurutan. Bagian-bagian
yang akan diperiksa :
a. Penampilan fisik (kesadaran, raut muka dan ekspresi wajah)
1) Keaktifan
2) Kesimetrisan
3) Ukuran panjang
a) Letakkan kepala bayi pada garis tengah alat pengukur
b) Luruskan dan letakkan lutut bayi secara lembut
c) Dorong sehingga kaki ekstensi, penuh dan mendatar pada
meja ukuran
d) Hitung berapa panjang bayi tersebut dengan melihat angka
pada tumit bayi
4) Timbang berat badan bayi
5) Kepala (ubun-ubun, sutura, caput succadenum, cephal
hematoma, ukuran lingkar kepala)
6) Telinga (kesimetrisan, letak dengan mata dan kepala)
7) Mata (tanda-tanda infeksi, struktur, ukuran simetris, kornea dan
keadaan retina)
8) Hidung dan mulut ( bibir, palatum bentuk)
9) Leher ( pembengkakan, benjolan)
10) Dada ( ukuran lingkar dada, bentuk, bunyi nafas dan jantung,
kesimetrisan, jarak puting susu)
11) Bahu, lengan dan tangan (gerakan, jumlah jari)
12) Sistem saraf (refleks)
a) Menggenggam
b) Rooting
c) Pasanglah perlak di dada dan lakukan refleks
suckling/menelan
13) Perut (ukuran lingkar perut, bentuk, penonjolan sekitar tali
pusat saat menangis, perdarahan tali pusat, jumlah pembuluh
darah)
14) Kelamin
a) Laki-laki : testis berada dalam skrotum, lubang penis dan
letaknya.
b) Perempuan : lubang vagina, uretra, dan labia mayor dan
minora
15) Punggung/spina (pembengkakan/cekungan, spina bifida) dan
refleks:
a) Refleks morrow dan traksi
b) Tonik leher, membengkak badan dan merangkak
c) Babinsky dan ekstensi menyilang
d) Menginjak/jalan
16) Anus (spinter ani, reaksi wink anal)
17) Tungkai (gerakan, bentuk, jumlah jari)
18) Kulit dan kuku (warna, pembengkakan, bercak, tanda lahir,
keutuhan)
19) Pengeluaran tinja dan kemih (diharapkan keluar dalam 24 jam
pertama)
b. Tanda-tanda vital
1) Suhu tubuh aksilla
2) Detak jantung
3) Respirasi
11 Mencegah kedinginan pada bayi selama pemeriksaan dan melakukan urutan
pemeriksaan
12
Merangkaikan pakaian bayi dan membungkus dengan kain hangat dan bersih
13
Meletakkan bayi ditempat yang hangat dan kering
14 Membereskan peralatan yang dipergunakan (mencuci alat yang digunakan
dan membuang sampah pada tempatnya)
15 Melepas sarung tangan secara terbalik
16 Mencuci tangan setelah melakukan pekerjaan di air yang mengair dengan
sabun
17 Mendokumentasikan hasil dari pemeriksaan fisik yang didapat
C TEKNIK
18 Melaksanakan tindakan secara sistematis dan berurutan
19 Memberi perhatian terhadap respon pasien
20 Melaksanakan tindakan dengan percaya diri dan tidak ragu-ragu
21 Mendokumentasikan hasil tindakan
Parepare,........................................
Keterangan
Evaluator
0 = Tidak dilakukan sama sekali
1 = Dilakukan tetapi kurang sempurna
2 = Dilakukan dengan sempurna (.................................)
Nilai batas lulus = 75%
Nilai yang didapat
Nilai = x 100%
(Jumlah aspek yang dinilai x 2)
YAYASAN PENDIDIKAN KURNIA JAYA
AKADEMI KEBIDANAN ANDI MAKKASAU PAREPARE
Jl. Lasangga No.111 Wekke’e Kota Parepare Tlp (0421) 3310985
KETERAMPILAN KLINIK MEMANDIKAN DAN
MERAWAT TALI PUSAT
NO BUTIR YANG DINILAI
NILAI
2 1 0
A Sikap dan perilaku Mahasiswa
1 Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan
2 Bersikap sopan pada saat pemeriksaan
3 Tanggap terhadap reaksi pasien
4 Sabar dan teliti pada saat melakukan pemeriksaan
B Isi
5 Menyiapkan alat dan tempat
c. Menyiapkan alat untuk mandi
18) Schort
19) Handscoon
20) Handuk
21) Washlap
22) Sabun mandi
23) Kapas lembab dan kering pada tempatnya
24) Minyak baby pada tempatnya
25) Bengkok
26) Air hangat
27) Pakaian bayi
28) Waskom besar
29) Sisir
30) Kain flanel
31) Shampoo
32) Ember tertutup
33) Perlak
34) Selimut
d. Menyiapkan alat untuk perawatan tali pusat
1) Bak instrumen : khasa steril, lidi kapas
e. Menyiapkan tempat
1) Meja mandi yang dialasi dengan perlak
6 Mencuci tangan
7 Memastikan suhu ruangan dalam keadaan normal
8 Menuangkan air dingin kedalam waskom mandi, tambahkan air hangat
secukupnya
9 Membawa dan meletakkan bayi di atas meja mandi
10 Membuka pakaian bayi
11
Membersihkan tinja dari daerah pantat sebelum dimandikan agar air mandi
tetap segar
12
Meletakkan bayi di atas handuk kering di atas permukaan datar (perlak) dan
ditutupi tubuh bayi samapai kepala, kecuali wajah, bersihkan dahulu muka,
mata mulai dari kantus dalam ke kantus luar dan telinga dengan kapas
13 Membersihkan dengan lembut muka bayi dengan waslap
14
Memegang bayi dalam posisi aman, basahi rambut, usapkan shampoo bayi
dengan khasa dan bilas rambut dan keringkan kepala dengan cepat
15 Membersihkan dengan waslap leher, dada, lengan, punggung, dan kaki.
membersihkan genetalia pada daerah labia secara perlahan dengan arah dari
depan ke belakang untuk bayi perempuan dan untuk bayi laki-laki tarik kulup
(preputium)dengan lembut kebelakang dan cucuilah liipatan-lipatan pada
penis
16 Membilas sabun dengan hati-hati dan cepat dalam waskom mandi
17 Mengeringkan bayi dengan handuk kering dan hangat
18 Merawat tali pusat
19 Memassage tubuh bayi dengan baby oil/minyak telon
20 Menempatkan bayi pada alas, dan popok yang hangat dan kering
21 Mengenakan popok :
a. Kenakan popok dengan pas, tidak terlalu ketat
b. Jika menggunakan peniti, tusukkan jauh dari perut untuk
menghindari terbuka sendiri
c. Yakinkan bahwa ujung atas popok berada dibawah sisa tali pusat
d. Kenakan celana plastik jika tidak terdapat ruam atau gangguan kulit
e. Kenakan pakaian yang bersih dan kering
f. Bungkuslah dalam selimut yang bersih dan kering
22 Merawat tali pusat :
a. Cuci tangan dengan air bersih dan sabun
b. Cuci tali pusat dengan air bersih dan sabun, bilas dan keringkan
c. Mempertahankan sisa tali pusatdalam keadaan terbuka agar terkena
udara dan ditutupi khasa steril
d. Melipat popok dibawah tali pusat
e. Jika tali pusat terkena kotoran atau tinja cuci dengan sabun dan air
bersih dan keringkan
f. Cuci tangan
23 Menyelimuti bayi dengan rapi dan letakkan pada tempat yang aman
24 Meletakkan pakaian kotor kedalam ember tertutup
25 Membersihkan alat-alat
26 Mencuci tangan
C TEKNIK
27 Melaksanakan tindakan secara sistematis dan berurutan
28 Memberi perhatian terhadap respon pasien
29 Melaksanakan tindakan dengan percaya diri dan tidak ragu-ragu
30 Mendokumentasikan hasil tindakan
Parepare,........................................
Keterangan
Evaluator
0 = Tidak dilakukan sama sekali
1 = Dilakukan tetapi kurang sempurna
2 = Dilakukan dengan sempurna (.................................)
Nilai batas lulus = 75%
Nilai yang didapat
Nilai = x 100%
(Jumlah aspek yang dinilai x 2)
YAYASAN PENDIDIKAN KURNIA JAYA PERTIWI
AKADEMI KEBIDANAN ANDI MAKKASAU PAREPARE
Jl. Lasangga No. 111 Wekke’e Telp. (0421) 3310985 Kota Parepare
PENUNTUN BELAJAR
ASFIKSIA
RESUSITASI BAYI BARU LAHIR
No Aspek yang dinilai 0 1 2
A Sikap dan Perilaku
1 Menyambut klien dengan sopan dan ramah dan jelaskan bahwa anda
adalah petugas yang berwenang memberi tindakan pada bayi
2 Jelaskan diagnosis, penatalaksanaan asfeksia neonatal
3 Jelaskan bahwa tindakan klinik juga mengandung resiko
4 Pastikan ayah/wali pasien paham tentang aspek yang telah dijelaskan
5 Buat persetujuan tindakan medik
B Persiapan Resusitasi
6 Meninjau riawayt antepartum
7 Meninjau riwayat intrapartum
8  Persiapan Tempat :
- Ruangan hangat dan terang
- Tempat resusitasi datar, rata, keras, bersih, kering, dan hangat
 Persiapan Alat :
- Kain I (mengeringkan bayi)
- Kain II (menyelimuti bayi)
- Kain III (ganjal bahu bayi)
- De Lee atau bola karet
- Tabung dan sungkup/balon dan sungkup
- Sarung tangan
- Jam atau pencatat waktu
 Persiapan Diri :
- Pakai alat pelindung diri pada persalinan (celemek plastik, masker,
penutp kepala, kacamata, sepatu tertutup)
- Lepaskan perhiasan, jam tangan sebelum cuci tangan
- Keringkan
- Gunakan sarung tangan
9 Lakukan penilaian untuk mengambil keputusan
- Apakah kehamilan cukup bulan?*
- Apakah ketuban jernih?
- Apakah bayi menangis atau bernafas atau megap-megap?
- Apakah tonus otot baik?
Jika ditemukan satu jawaban tidak dari pertanyaan diatas,maka lakukan
resusitasi
C Tindakan Resusitasi
TAHAP I : LANGKAH AWAL RESUSITASI
10 Hangatkan
11 Atur Posisi Bayi
12 Isap Lendir
13 Keringkan
14 Atur kembali Posisi kepala bayi dan selimuti bayi
15 Lakukan Penilaian
TAHAP II : VENTILASI
16 Pasang sungkup dengan benar
17 Lakukan tiupan/pemompaan dengn tekanan 30 cm Air sebanyak 2x untuk
memastikan jalan nafas bayi terbuka
18 Lihat apakah ada bayi mengembang
- Bila tidak : periksa posisi sungkup, pastikan tidak ada udara bocor,
periksa posisi kepala, periksa cairan atau lendir di mulut (bila ada,
lakukan isap lendir)
- Bila ya : lakukan tahap berikutnya
19 Lakukan ventilasi 20 kali dalam 30 detik dengan tekanan 20 cm air sampai
bayi mulai menangis dan bernafas spontan
20 Lakukan penilaian
- Bila bayi mulai bernafas spontan, hentikan ventilasi bertahap,
hitung frekuensi nafas permenit (jika > 40 dan tidak ada retraksi
berat jangan ventilasi lagi, skin to skin dengan ibu, pantau setiap 15
menit, dan jelaskan pada ibu kemungkinan besar keadaan bayi
membaik)
- Jika bayi megap – megap dan tidak bernafas lanjutkan ventilasi
21 Lakukan ventilasi 20 kali dalam 30 detik dengan tekanan 20 cm air dan
hentikan ventilasi setiap 30 detik, lakukan penilaian apakah bayi bernafas
atau megap – megap
- Jika bayi mulai bernafas spontan, hentikan ventilasi bertahap dan
lakukan asuhan pascaresusitas
- Jika bayi megap – megap atau tidak bernafas, teruskan ventilasi
22 Siapkan rujukan jika bayi belum bernafas spontan sesudah 2 menit
resusitasi :
- Jelaskan pada ibu apa yang terjadi, apa yang telah dilakukan, dan
mengapa
- Mintalah keluarga untuk mempersiapkan rujukan
- Teruskan ventilasi selama mempersiapkan rujukan
- Catat keadaan bayi pada formulir rujukan dan rekam medik
persalinan
23 Lanjutkan ventilasi sambil memeriksa denyut jantung bayi
- Bila dipastikan tidak ada denyut jantung, lakukan ventilasi selama
10 menit
- Jika setelah 10 menit denyut jantung tetap tidak ada, jelaskan dan
beri dukungan pada ibu bahwa bayi yang mengalami asistol selama
10 menit kemungkinan besar mengalami kerusakan otak yang
permanen.
C Teknik
28 Teruji melaksanakan secara sistematis
29 Teruji menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
30 Memperhatikan keamanan saat pelaksanaan
31 Memberikan kesempatan kepada klien untuk mengajukan pertanyaan apa
yang belum dimengerti dan segera memberikan tanggapan dari apa yaang
menjadi pertanyaan klien
32 Mendokumentasikan hasil penkes disertai dengan tanggal, jam, nama dan
tanda tangan pelaksana
Parepare,........................................
Keterangan
Evaluator
0 = Tidak dilakukan sama sekali
1 = Dilakukan tetapi kurang sempurna
2 = Dilakukan dengan sempurna (.................................)
Nilai batas lulus = 75%
Nilai yang didapat
Nilai = x 100%
(Jumlah aspek yang dinilai x 2)
YAYASAN PENDIDIKAN KURNIA JAYA PERTIWI
AKADEMI KEBIDANAN ANDI MAKKASAU PAREPARE
Jl. Lasangga No. 111 Wekke’e Telp. (0421) 3310985 Kota Parepare
PENUNTUN BELAJAR
BAGAN PENANGANAN IKTERUS PADA BAYI BARU LAHIR
TANDA-TANDA Warna kuning pada kulit dan sklera mata (tanpa hepatomegali,
perdarahan kulit, dan kejang-kejang
KATEGORI Normal Fisiologik Patologik
PENILAIAN
 Daerah ikterus
(rumusKramer)
 Kuninghari ke :
 Kadar bilirubin
1
1-2
≤5 mg%
1 + 2
>3
5-9 mg%
1 – 4
>3
11-15
mg%
1 – 5
>3
>15-20 mg%
PENANGANAN
Bidanatau Puskesmas Terus
diberi ASI
 Jemurdi bawah matahari pagi jam 7-9 selama10
mwnit
 Badan bayi telanjang
 Terusdiberi ASI
 Banyakminum
Rumah sakit Sama
dengan di
atas
Sama
dengan di
atas
Terapi
sinar
Terapi sinar
 Periksa golongan darah ibu dan bayi.
 Periksa kadar bilirubin
Nasihat
bila
semakin
kuning
kembali
Waspadai bilakadar bilirubinnaik
> 0,5 mg/jam Coom`s test
YAYASAN PENDIDIKAN KURNIA JAYA PERTIWI
AKADEMI KEBIDANAN ANDI MAKKASAU PAREPARE
Jl. Lasangga No. 111 Wekke’e Telp. (0421) 3310985 Kota Parepare
PENUNTUN BELAJAR
HIPOTERMIA

More Related Content

What's hot

Prosedur Melepaskan Infus
Prosedur Melepaskan InfusProsedur Melepaskan Infus
Prosedur Melepaskan Infuspjj_kemenkes
 
Modul 4 kdk ii kb 2
Modul 4 kdk ii kb 2Modul 4 kdk ii kb 2
Modul 4 kdk ii kb 2pjj_kemenkes
 
Prosedur Pemasangan Keteter Pada Pasien Wanita
Prosedur Pemasangan Keteter Pada Pasien WanitaProsedur Pemasangan Keteter Pada Pasien Wanita
Prosedur Pemasangan Keteter Pada Pasien Wanitapjj_kemenkes
 
Pedoman praktikum 2 kdk 1
Pedoman praktikum 2 kdk 1Pedoman praktikum 2 kdk 1
Pedoman praktikum 2 kdk 1pjj_kemenkes
 
Job sheet PAP Smear dan IVA Test
Job sheet PAP Smear dan IVA TestJob sheet PAP Smear dan IVA Test
Job sheet PAP Smear dan IVA TestAyunina2
 
M6 panduan 2 pembelajaran praktik klinik kdk ii
M6 panduan 2 pembelajaran praktik klinik kdk iiM6 panduan 2 pembelajaran praktik klinik kdk ii
M6 panduan 2 pembelajaran praktik klinik kdk iipjj_kemenkes
 
Pemenuhan kebutuhan Personal Hygiene
Pemenuhan kebutuhan Personal Hygiene Pemenuhan kebutuhan Personal Hygiene
Pemenuhan kebutuhan Personal Hygiene pjj_kemenkes
 
Prosedur Memasang Infus
Prosedur Memasang InfusProsedur Memasang Infus
Prosedur Memasang Infuspjj_kemenkes
 
M5 panduan 1 pembelajaran praktik klinik kdk ii
M5 panduan 1 pembelajaran praktik klinik kdk iiM5 panduan 1 pembelajaran praktik klinik kdk ii
M5 panduan 1 pembelajaran praktik klinik kdk iipjj_kemenkes
 
Tugas warden asrama
Tugas warden asramaTugas warden asrama
Tugas warden asramafakurol
 

What's hot (20)

Prosedur Melepaskan Infus
Prosedur Melepaskan InfusProsedur Melepaskan Infus
Prosedur Melepaskan Infus
 
Modul 4 kdk ii kb 2
Modul 4 kdk ii kb 2Modul 4 kdk ii kb 2
Modul 4 kdk ii kb 2
 
Prosedur Pemasangan Keteter Pada Pasien Wanita
Prosedur Pemasangan Keteter Pada Pasien WanitaProsedur Pemasangan Keteter Pada Pasien Wanita
Prosedur Pemasangan Keteter Pada Pasien Wanita
 
Pedoman praktikum 2 kdk 1
Pedoman praktikum 2 kdk 1Pedoman praktikum 2 kdk 1
Pedoman praktikum 2 kdk 1
 
Modul 3 kdk 1
Modul 3 kdk 1Modul 3 kdk 1
Modul 3 kdk 1
 
Job sheet PAP Smear dan IVA Test
Job sheet PAP Smear dan IVA TestJob sheet PAP Smear dan IVA Test
Job sheet PAP Smear dan IVA Test
 
Kb 4
Kb 4Kb 4
Kb 4
 
Modul 4 cetak
Modul 4 cetakModul 4 cetak
Modul 4 cetak
 
Modul 3 cetak
Modul 3 cetakModul 3 cetak
Modul 3 cetak
 
M6 panduan 2 pembelajaran praktik klinik kdk ii
M6 panduan 2 pembelajaran praktik klinik kdk iiM6 panduan 2 pembelajaran praktik klinik kdk ii
M6 panduan 2 pembelajaran praktik klinik kdk ii
 
Pemenuhan kebutuhan Personal Hygiene
Pemenuhan kebutuhan Personal Hygiene Pemenuhan kebutuhan Personal Hygiene
Pemenuhan kebutuhan Personal Hygiene
 
Prosedur Memasang Infus
Prosedur Memasang InfusProsedur Memasang Infus
Prosedur Memasang Infus
 
M5 panduan 1 pembelajaran praktik klinik kdk ii
M5 panduan 1 pembelajaran praktik klinik kdk iiM5 panduan 1 pembelajaran praktik klinik kdk ii
M5 panduan 1 pembelajaran praktik klinik kdk ii
 
Modul 7 kb 1
Modul 7   kb 1Modul 7   kb 1
Modul 7 kb 1
 
Modul 2 cetak
Modul 2 cetakModul 2 cetak
Modul 2 cetak
 
Tugas warden asrama
Tugas warden asramaTugas warden asrama
Tugas warden asrama
 
Batuk efektif
Batuk efektifBatuk efektif
Batuk efektif
 
Modul 2 cetak
Modul 2 cetakModul 2 cetak
Modul 2 cetak
 
Huknah tinggi & rendah
Huknah tinggi & rendahHuknah tinggi & rendah
Huknah tinggi & rendah
 
Modul 1 cetak
Modul 1 cetakModul 1 cetak
Modul 1 cetak
 

Similar to PEMERIKSAAN FISIK BBL

KDK III Modul 1 Kb 3
KDK III Modul 1 Kb 3KDK III Modul 1 Kb 3
KDK III Modul 1 Kb 3pjj_kemenkes
 
Pertolongan Persalinan Sungsang
Pertolongan Persalinan SungsangPertolongan Persalinan Sungsang
Pertolongan Persalinan Sungsangpjj_kemenkes
 
Penatalaksanaan Asfiksia Pada BBL
Penatalaksanaan Asfiksia Pada BBLPenatalaksanaan Asfiksia Pada BBL
Penatalaksanaan Asfiksia Pada BBLpjj_kemenkes
 
Memberi Makan Melalui NGT
Memberi Makan Melalui NGTMemberi Makan Melalui NGT
Memberi Makan Melalui NGTpjj_kemenkes
 
KDK III Modul 3 Kb 3
KDK III Modul 3 Kb 3KDK III Modul 3 Kb 3
KDK III Modul 3 Kb 3pjj_kemenkes
 
MODUL PEMERIKSAAN FISIK BBL.pdf
MODUL PEMERIKSAAN FISIK BBL.pdfMODUL PEMERIKSAAN FISIK BBL.pdf
MODUL PEMERIKSAAN FISIK BBL.pdfhikmandayanisst
 
Penatalaksanaan Retensio Plasenta
Penatalaksanaan Retensio PlasentaPenatalaksanaan Retensio Plasenta
Penatalaksanaan Retensio Plasentapjj_kemenkes
 
Kb 4 asuhan dengan hipotermi dan hipertermi
Kb 4 asuhan dengan hipotermi dan hipertermiKb 4 asuhan dengan hipotermi dan hipertermi
Kb 4 asuhan dengan hipotermi dan hipertermipjj_kemenkes
 
TATA TERTIB PRAKTIKUM DI LABORATORIUM.pdf
TATA TERTIB PRAKTIKUM DI LABORATORIUM.pdfTATA TERTIB PRAKTIKUM DI LABORATORIUM.pdf
TATA TERTIB PRAKTIKUM DI LABORATORIUM.pdfPedroDaSilvaTL
 
Praktikum Modul 4 Fisika dan Biologi
Praktikum Modul 4 Fisika dan BiologiPraktikum Modul 4 Fisika dan Biologi
Praktikum Modul 4 Fisika dan Biologipjj_kemenkes
 
Modul 1 pedoman praktek klinik keperawatan anak 2
Modul 1 pedoman praktek klinik keperawatan anak 2Modul 1 pedoman praktek klinik keperawatan anak 2
Modul 1 pedoman praktek klinik keperawatan anak 2pjj_kemenkes
 
Prosedur Pemberian Terapi Oksigen via Face Mask
Prosedur Pemberian Terapi Oksigen via Face MaskProsedur Pemberian Terapi Oksigen via Face Mask
Prosedur Pemberian Terapi Oksigen via Face Maskpjj_kemenkes
 
KDK III Modul 2 Kb 2
KDK III Modul 2 Kb 2KDK III Modul 2 Kb 2
KDK III Modul 2 Kb 2pjj_kemenkes
 
KDK III Modul 3 Kb 2
KDK III Modul 3 Kb 2KDK III Modul 3 Kb 2
KDK III Modul 3 Kb 2pjj_kemenkes
 
Prosedur Pemasangan NGT
Prosedur Pemasangan NGTProsedur Pemasangan NGT
Prosedur Pemasangan NGTpjj_kemenkes
 
Examination of vaginal discharge with the prosedure
Examination of vaginal discharge with the prosedureExamination of vaginal discharge with the prosedure
Examination of vaginal discharge with the prosedureyetiindrawati3
 
Pedoman praktikum 1 kdk 1
Pedoman praktikum 1 kdk 1Pedoman praktikum 1 kdk 1
Pedoman praktikum 1 kdk 1pjj_kemenkes
 

Similar to PEMERIKSAAN FISIK BBL (20)

KDK III Modul 1 Kb 3
KDK III Modul 1 Kb 3KDK III Modul 1 Kb 3
KDK III Modul 1 Kb 3
 
Pertolongan Persalinan Sungsang
Pertolongan Persalinan SungsangPertolongan Persalinan Sungsang
Pertolongan Persalinan Sungsang
 
Penatalaksanaan Asfiksia Pada BBL
Penatalaksanaan Asfiksia Pada BBLPenatalaksanaan Asfiksia Pada BBL
Penatalaksanaan Asfiksia Pada BBL
 
Memberi Makan Melalui NGT
Memberi Makan Melalui NGTMemberi Makan Melalui NGT
Memberi Makan Melalui NGT
 
KDK III Modul 3 Kb 3
KDK III Modul 3 Kb 3KDK III Modul 3 Kb 3
KDK III Modul 3 Kb 3
 
MODUL PEMERIKSAAN FISIK BBL.pdf
MODUL PEMERIKSAAN FISIK BBL.pdfMODUL PEMERIKSAAN FISIK BBL.pdf
MODUL PEMERIKSAAN FISIK BBL.pdf
 
Penatalaksanaan Retensio Plasenta
Penatalaksanaan Retensio PlasentaPenatalaksanaan Retensio Plasenta
Penatalaksanaan Retensio Plasenta
 
Sap kebidanan contoh
Sap kebidanan contohSap kebidanan contoh
Sap kebidanan contoh
 
Kb 4 asuhan dengan hipotermi dan hipertermi
Kb 4 asuhan dengan hipotermi dan hipertermiKb 4 asuhan dengan hipotermi dan hipertermi
Kb 4 asuhan dengan hipotermi dan hipertermi
 
TATA TERTIB PRAKTIKUM DI LABORATORIUM.pdf
TATA TERTIB PRAKTIKUM DI LABORATORIUM.pdfTATA TERTIB PRAKTIKUM DI LABORATORIUM.pdf
TATA TERTIB PRAKTIKUM DI LABORATORIUM.pdf
 
Praktikum Modul 4 Fisika dan Biologi
Praktikum Modul 4 Fisika dan BiologiPraktikum Modul 4 Fisika dan Biologi
Praktikum Modul 4 Fisika dan Biologi
 
Modul 1 pedoman praktek klinik keperawatan anak 2
Modul 1 pedoman praktek klinik keperawatan anak 2Modul 1 pedoman praktek klinik keperawatan anak 2
Modul 1 pedoman praktek klinik keperawatan anak 2
 
Sap perawatan bbl
Sap perawatan bblSap perawatan bbl
Sap perawatan bbl
 
Prosedur Pemberian Terapi Oksigen via Face Mask
Prosedur Pemberian Terapi Oksigen via Face MaskProsedur Pemberian Terapi Oksigen via Face Mask
Prosedur Pemberian Terapi Oksigen via Face Mask
 
KDK III Modul 2 Kb 2
KDK III Modul 2 Kb 2KDK III Modul 2 Kb 2
KDK III Modul 2 Kb 2
 
KDK III Modul 3 Kb 2
KDK III Modul 3 Kb 2KDK III Modul 3 Kb 2
KDK III Modul 3 Kb 2
 
Prosedur Pemasangan NGT
Prosedur Pemasangan NGTProsedur Pemasangan NGT
Prosedur Pemasangan NGT
 
Examination of vaginal discharge with the prosedure
Examination of vaginal discharge with the prosedureExamination of vaginal discharge with the prosedure
Examination of vaginal discharge with the prosedure
 
Pedoman praktikum 1 kdk 1
Pedoman praktikum 1 kdk 1Pedoman praktikum 1 kdk 1
Pedoman praktikum 1 kdk 1
 
Ka pbl 2018
Ka pbl 2018Ka pbl 2018
Ka pbl 2018
 

Recently uploaded

MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 

Recently uploaded (20)

MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 

PEMERIKSAAN FISIK BBL

  • 1. BUKU PANDUAN PRAKTIKUM BAYI BARU LAHIR (BBL) DI SUSUN OLEH : TIM PRAKTIKUM YAYASAN PENDIDIKAN KURNIA JAYA PERTIWI AKADEMI KEBIDANAN ANDI MAKKASAU PAREPARE TAHUN 2013
  • 2. HALAMAN PENGESAHAN PANDUAN PRAKTIKUM BAYI BARU LAHIR (BBL) KODE MATA KULIAH : Bd. 303 SEMESTER III TIM : Koordinator : Sekretaris : Anggota : 1. 2. PUDIR I Penanggung Jawab DIII Kebidanan Lab. Kebidanan Ayu Irawati, S.ST Arifa Usman, S.ST
  • 3. KATA PENGANTAR Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami semua sehingga kami dapat menyelesaikan Panduan Praktikum Asuhan Bayi Baru Lahir (BBL) untuk mahasiswa Semester III Program studi Diploma III Kebidanan Akademi Kebidanan Andi Makkasau Parepare dengan semaksimal mungkin. Tak lupa pula kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan panduan praktikum ini sehingga dapat digunakan sebagai acuan bagi mahasiswa, pembimbing dan semua pihak untuk kelancaran pelaksanan kegiatan praktikum sehingga diperoleh kesatuan persepsi dan langkah untuk mencapai kompetensi dalam mata kuliah Asuhan Bayi Baru Lahir (BBL). Panduan Praktikum Asuhan Bayi Baru Lahir (BBL) dapat disusun atas bantuan dan kerjasama dari semua pihak dengan harapan dapat membantu mahasiswa dalam menjalani proses perkuliahan dengan baik. Serta diharapkan dapat lebih menambah pengetahuan dan pengalaman untuk semua yang membaca. Semoga Allah SWT membalas semua bantuan dan kerjasama tersebutu dengan kebaikan pula, Amin.. Kami menyadari bahwa panduan ini masih jauh dari kesempurnaan. Sesungguhnya kesempurnaan hanya milik Allah semata. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak guna untuk penyempurnaan panduan ini. Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.. Parepare, Juli 2013 PENYUSUN
  • 4. PENDAHULUAN A. DESKRIPSI MATA KULIAH Mata kuliah ini memberikan kemampuan kepada mahasiswa untuk memberikan asuhan kebidanan Bayi Baru Lahir di dasari konsep-konsep, sikap dan keterampilan serta evidence based dalam Asuhan Bayi Baru Lahir yang menggunakan pendekatan manajemen kebidanan. B. TUJUAN 1. Tujuan Umum Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir yang didasari dengan konsep-konsep, sikap dan keterampilan serta hasil evidence based yang menggunakan manajemen kebidanan 2. Tujuan Khusus Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu melakukan : a. Pemeriksaan Fisik b. Memandikan Bayi c. Perawatan Tali Pusat d. Imunisasi Hepatitis B e. Imunisasi BCG f. Imunisasi Polio g. Imunisasi DPT h. Imunisasi Campak i. Asfiksia j. Ikterus k. Hipotermia C. SASARAN Mahasiswa Semester III D. BEBAN SKS Beban 2 SKS praktikum E. DAFTAR ALAT YANG DIPERLUKAN 1. Pemeriksaan Fisik a. Temperatur suhu untuk bayi dan tempatnya b. Stetokop c. Timbangan bayi d. Pita ukuran e. Kapas kering f. Senter g. ASI dalam gelas dan senok kecil yang bersih h. Air putih matang yang hangat i. Alas dada
  • 5. j. Selimut, kain bersih, kering dan hangat k. Com kecil 1 buah l. Baki dan alasnya m.Wastafel n. Sarung tangan o. Sabun mandi/cairan untuk cuci tangan 2. Memandikan Bayi a. Menyiapkan alat untuk mandi 1) Schort 2) Handscoon 3) Handuk 4) Washlap 5) Sabun mandi 6) Kapas lembab dan kering pada tempatnya 7) Minyak baby pada tempatnya 8) Bengkok 9) Air hangat 10) Pakaian bayi 11) Waskom besar 12) Sisir 13) Kain flanel 14) Shampoo 15) Ember tertutup 16) Perlak 17) Selimut b. Menyiapkan tempat Meja mandi yang dialasi dengan perlak 3. Perawatan Tali Pusat a. Menyiapkan alat untuk perawatan tali pusat 1) Bak instrumen : khasa steril, lidi kapas 4. Imunisasi Hepatitis B a. Vaksi hepatitis dalam thermos es (flacon uniject) b. Spuit disposible 2.5 cc c. Bengkok
  • 6. d. KMS e. Status bayi / balita f. Formulir tindakan 5. Imunisasi BCG a. Vaksin BCG b. Jarum dan semprit disposibel 1 ml c. Disposibel 5 cc untuk melarutkan d. Kapas e. Kartu imunisasi 6. Imunisasi Polio a. Pinset/Gunting kecil b. Vaksin Polio c. Pippet Polio 7. Imunisasi DPT a. Spuit disposibel 2,5 cc dan jarumnya b. Vaksin DPT dan pelarutnya dalam termos es c. Kapas alkohol d. Sarung tangan 8. Imunisasi Campak a. Pinset b. Disposible Spuit 2 cc dan 5 cc c. Vaksin campak d. Pelarut e. Kapas f. Air 9. Asfiksia a. Meja Resusitasi b. Handuk 2 buah c. Hanscoon d. APD lengkap (masker, topi, celemek, kacamata, alas kaki) e. Jam f. Tabung dan sungkup g. DeLee h. Lampu penghangat i. Spuit 1cc 10. Ikterus 11. Hipotermia F. TATA TERTIB 1. Tata tertib praktikum
  • 7. a. Mahasiswa menyiapkan diri 15 menit di depan laboratorium sebelum praktikum dimulai b. Mahasiswa yang terlambat 15 menit atau lebih tidak diizinkan mengikuti praktikum c. Setiap akan praktikum, diadakan pre test dengan materi yang akan dipraktikumkan d. Mahasiwa tidak boleh bersenda gurau dan harus bersikap sopan serta tidak diperbolehkan makan dan minum selama mengikuti praktikum e. Selama praktikum berlangsung, mahasiswa tidak boleh meninggalkan laboratorium tanpa izin dosen f. Mahasiswa wajib membereskan alat-alat yang dipakai untuk praktikum dan dikembalikan dalam keadaan rapi dan bersih g. Bila mahasiswa memecahkan/merusakaan alat, diwajibkan mengganti alat tersebut paling lambat 2 hari setelah praktikum h. Mahasiswa yang tidak dapat mengikuti praktikum karena berhalangan atau gagal dalam praktikum harus mengulang atau mengganti pada hari lain sesua dengan jadwal yang telah diatur (sesuai kebijakan dosen) i. Mahasiswa wajib mengikuti praktikum 100% dari kegiatan praktikum 2. Tata tertib pemakaian alat praktikum a. Setiap mahasiswa berhak meminjam/menggunakan alat-alat laboratorium dengan persetujuan kepala laboratorium b. Setiap mahasiswa yang akan praktik laboratorium wajib memberitahu/pesan alat kepada petugas 1 hari sebelum praktik dilaksanakan c. Mahasiswa/peminjam wajib mengisi formulir alat/bon alat yang telah disediakan dengan lengkap yang menliputi (nama, kelas/jurusan, hari/tanggal, waktu, dosen, jenis keterampilan, nama alat, jumlah, keterangan, tanda tangan) d. Mahasiswa atau Peminjam bertanggung jawab atas kebersihan dan keutuhan alat-alat yang dipinjam e. Mahasiswa wajib merapikan dan membersihkan kembali peralatan yang dipinjam setelah selesai menggunakan alat laboratorium f. Alat-alat laboratorium dikembalikan segera setelah melaksanakan kegiatan praktik g. Alat-alat laboratorium yang dipinjam dikembalikan tepat waktu dan dalam keadaan bersih dan utuh h. Mahasiswa diperbolehkan meninggalkan ruangan setelah serah terima alat- alat yang dipinjam kepada laboratorium i. Keterlambatan mengembalikan alat atau mengembalikan dalam keadaan kotor maka mahasiswa dikenakan denda Rp 10.000/hari/alat j. Peminjam alat laboratorium harus mengganti alat yang rusak/hilang dalam waktu kurang dari dua hari setelah alat rusak/hilang.
  • 8. RINGKASAN MATERI 1. Pemeriksaan Fisik Pada Bayi Baru Lahir a. Defenisi Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. hasil pemeriksaan akan di catat dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien. pemeriksaan fisik pada bayi dapat dilakukan oleh bidan untuk menilai status kesehatannya. Waktu pemeriksaan dapat di lakukan saat bayi baru lahir, 24 jam setelah lahir (sesaat sesudah bayi lahir pada saat kondisi atau suhu tubuh sudah stabil dan setelah di lakukanpembersihan jalan nafas/resisutasi, pembersihan badan bayi, perawatan tali pusat ) dan akan pulang pulang dari rumah sakit. b. Tujuan dari Pemeriksaan Fisik 1) Untuk menentukan status kesehatan klien 2) Mengidentifikasi masalah 3) Mengambil data dasar untuk menentukan rencana tindakan 4) Untuk untuk mengenal dan menemukan kelainan yang perlu mendapat tindakan segera. 5) Untuk menentukan data objektif dari riwayat keperawatan klien. Pada Pengkajian ini dapat ditemukan indikasi tentang seberapa baik bayi melakukan penyesuaian terhadap kehidupan di luar uterus dan bantuan apa yang diperlukan. Dalam pelaksanaannya harus diperhatikan agar bayi tidak kedinginan, dan dapat ditunda apabila suhu tubuh bayi rendah atau bayi tampak tidak sehat. Sebelum melakukan pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir ada beberapa hal yang perlu di perhatikan, antara lain : 1) Bayi sebaiknya dalam keadaan telanjang di bawah lampu terang sehingga bayi tidak mudah kehilangan panas atau lepaskan pakaian hanya pada daerah yang di periksa. 2) Lakukan prosedur secara berurutan dari kepala ke kaki atau lakukan prosedur yang memerlukan observasi ketat lebih dahulu, seperti paru, jantung dan abdomen.
  • 9. 3) Lakukan prosedur yang menggangu bayi, seperti pemeriksaan refleks pada tahap akhir bicara lembut, pegang tangan bayi di atas dadanya atau lainnya. c. Prinsip Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir 1) Jelaskan prosedur pada orang tua dan minta persetujuan tindakan . 2) Cuci dan keringkan tangan , pakai sarung tangan . 3) Pastikan pencahayaan baik. 4) Periksa apakah bayi dalam keadaan hangat, buka bagian yangg akan diperiksa (jika bayi telanjang pemeriksaan harus dibawah lampu pemancar) dan segera selimuti kembali dengan cepat. 5) Periksa bayi secara sistematis dan menyeluruh. Prosedur Pelaksanaan: a. Penilaian Apgar score Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai kemampuan laju jantung, kemampuan bernafas, kekuatan tonus otot, kemampuan refleks dan warna kulit. Caranya: 1) Lakukan penilaian apgar Score dengan cara menjumlahkan hasil penilaian tanda, seperti laju jantung, kemampuan bernafas, kekuatan tonus otot, kemampuan refleks dan warna kulit. 2) Tentukan hasil penilaian, sebagai berikut : a) Adaptasi baik : skor 7-10 b) Asfiksia ringan-sedang : skor 4-6 c) Asfiksia berat : skor 0-3 Tabel Penilaian Apgar Score TANDA 0 1 2 Frekuensi jantung Tidak ada ≤100 ≥100 Usaha bernafas Tidak ada Lambat Menangis kuat Tonus otot Lumpuh Ekstermitas fleksi sedikit Gerakan Aktif Refleks Tidak bereaksi Gerakan sedikit Melawan Warna Kulit Seluruh tubuh biru / pucat Tubuh Kemerahan, Ekstermitas Atas Biru Seluruh tubuh kemerahan a. Pengukuran Antropometri 1) Lakukan Penimbangan berat badan
  • 10. Letakkan kain atau kertas pelindung dan atur skala penimbangan ke titik nol sebelum penimbangan. Hasil timbangan dikurangi berat alas dan pembungkus bayi. Berat badan normal adalah 2500-3500 gram apabila BB kurang dari 2500 gram disebut bayi Premature dan apabila BB bayi lebih dari 3500 gram maka bayi disebut Macrosomia. 2) Lakukan Pengukuran panjang badan Letakkan bayi di tempat yang datar. Ukur panjang badan dari kepala sampai tumit dengan kaki/badan bayi diluruskan. Alat ukur harus terbuat dari bahan yang tidak lentur. Panjang badan normal adalah 45-50 cm 3) Ukur lingkar kepala Pengukuran dilakukan dari dahi kemudian melingkari kepala kembali lagi ke dahi. Lingkar kepala normal adalah 33-35 cm. 4) Ukur lingkar dada Ukur lingkar dada dari daerah dada ke punggung kembali ke dada (pengukuran dilakukan melalui kedua puting susu). Lingkar dada normal adalah 30 -33 cm. Apabila diameter kepala lebih besar 3 cm dari lingkar dada maka bayi mengalami Hidrocephalus. Dan apabila diameter kepala lebih kecil 3 cm dari dada maka bayi mengalami Microcephalus. 5) Mengukur Lingkar Lengan atas (LILA) Normalnya 11-15 cm. Untuk LILA pada BBL belum mencerminkan keadaan tumbuh kembang bayi. Pemeriksaan Fisik a. Kepala 1) Lakukan Inspeksi pada daerah kepala. Raba sepanjang garis sutura dan fontanel ,apakah ukuran dan tampilannya normal. Sutura yang berjarak lebar mengindikasikan bayi preterm,moulding yang buruk atau hidrosefalus. Pada kelahiran spontan letak kepala, sering terlihat tulang kepala tumpang tindih yang disebut moulding/moulase. Keadaan ini normal kembali setelah beberapa hari sehingga ubun-ubun mudah diraba. Perhatikan ukuran dan ketegangannya. Fontanel anterior harus diraba, fontanel yang besar dapat terjadi akibat prematuritas atau hidrosefalus, sedangkan yang terlalu kecil terjadi pada mikrosefali. Jika fontanel menonjol, hal ini diakibatkan peningkatan tekanan intakranial, sedangkan yang cekung dapat tejadi akibat
  • 11. deidrasi. Terkadang teraba fontanel ketiga antara fontanel anterior dan posterior, hal ini terjadi karena adanya trisomi 21. 2) Periksa adanya tauma kelahiran misalnya; caput suksedaneum, sefal hematoma, perdarahan subaponeurotik/fraktur tulang tengkorak. 3) Perhatikan adanya kelainan kongenital seperti ; anensefali, mikrosefali, kraniotabes dan sebagainya. b. Wajah 1) Wajah harus tampak simetris. Terkadang wajah bayi tampak asimetris hal ini dikarenakan posisi bayi di intrauteri. 2) Perhatikan kelainan wajah yang khas seperti sindrom down atau sindrom piere robin. 3) Perhatikan juga kelainan wajah akibat trauma lahir seperti laserasi, paresi N.fasialis. c. Mata 1) Goyangkan kepala bayi secara perlahan-lahan supaya mata bayi terbuka. 2) Lakukan inspeksi daerah mata. Periksa jumlah, posisi atau letak mata 3) Perksa adanya strabismus yaitu koordinasi mata yang belum sempurna 4) Periksa adanya glaukoma kongenital, mulanya akan tampak sebagai pembesaran kemudian sebagai kekeruhan pada kornea 5) Katarak kongenital akan mudah terlihat yaitu pupil berwarna putih. Pupil harus tampak bulat. Terkadang ditemukan bentuk seperti lubang kunci (kolobama) yang dapat mengindikasikan adanya defek retina 6) Periksa adanya trauma seperti palpebra, perdarahan konjungtiva atau retina 7) Periksa adanya sekret pada mata, konjungtivitis oleh kuman gonokokus dapat menjadi panoftalmia dan menyebabkan kebutaan 8) Apabila ditemukan epichantus melebar kemungkinan bayi mengalami sindrom down. d. Hidung 1) Kaji bentuk dan lebar hidung, pada bayi cukup bulan lebarnya harus lebih dari 2,5 cm. Bayi harus bernapas dengan hidung, jika melalui mulut harus diperhatikan kemungkinan ada obstruksi jalan napas akarena atresia koana bilateral, fraktur tulang hidung atau ensefalokel yang menonjol ke nasofaring.
  • 12. 2) Periksa adanya sekret yang mukopurulen yang terkadang berdarah , hal ini kemungkinan adanya sifilis congenital. 3) Periksa adanya pernapasa cuping hidung, jika cuping hidung mengembang menunjukkan adanya gangguan pernapasan. e. Mulut 1) Lakukan Inspeksi apakah ada kista yang ada pada mukosa mulut. 2) Perhatikan mulut bayi, bibir harus berbentuk dan simetris. Ketidaksimetrisan bibir menunjukkan adanya palsi wajah. Mulut yang kecil menunjukkan mikrognatia. 3) Periksa adanya bibir sumbing, adanya gigi atau ranula (kista lunak yang berasal dari dasar mulut) 4) Periksa keutuhan langit-langit, terutama pada persambungan antara palatum keras dan lunak. 5) Perhatikan adanya bercak putih pada gusi atau palatum yang biasanya terjadi akibat Epistein’s pearl atau gigi. 6) Periksa lidah apakah membesar atau sering bergerak. Bayi dengan edema otak atau tekanan intrakranial meninggi seringkali lidahnya keluar masuk (tanda foote). f. Telinga 1) Periksa dan pastikan jumlah, bentuk dan posisinya. 2) Pada bayi cukup bulan, tulang rawan sudah matang. 3) Daun telinga harus berbentuk sempurna dengan lengkungan yang jelas dibagia atas. 4) Perhatikan letak daun telinga. Daun telinga yang letaknya rendah (low set ears) terdapat pada bayi yangmengalami sindrom tertentu (Pierre-robin). 5) Perhatikan adanya kulit tambahan atau aurikel hal ini dapat berhubungan dengan abnormalitas ginjal. 6) Bunyikan bel atau suara. Apabila terjadi refleks terkejut maka pendengarannya baik, kemudian apabila tidak terjadi refleks maka kemungkinan terjadi gangguan pendengaran. g. Leher 1) Leher bayi biasanya pendek dan harus diperiksa kesimetrisannya. Pergerakannya harus baik. Jika terdapat keterbatasan pergerakan kemungkinan ada kelainan tulang leher.
  • 13. 2) Periksa adanya trauma leher yang dapat menyebabkan kerusakan pad fleksus brakhialis 3) Lakukan perabaan untuk mengidentifikasi adanya pembengkakan.periksa adanya pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis 4) Adanya lipata kulit yang berlebihan di bagian belakang leher menunjukkan adanya kemungkinan trisomi 21. 5) Raba seluruh klavikula untuk memastikan keutuhannya terutama pada bayi yang lahir dengan presentasi bokong atau distosia bahu. Periksa kemungkinan adanya fraktur. h. Dada, Paru dan Jantung 1) Periksa kesimetrisan gerakan dada saat bernapas. Apabila tidak simetris kemungkinan bayi mengalami pneumotoraks, paresis diafragma atau hernia diafragmatika. Pernapasan bayi yang normal dinding dada dan abdomen bergerak secara bersamaan. Tarikan sternum atau interkostal pada saat bernapas perlu diperhatikan. Frekuensi pernapasan bayi normal antara 40- 60 kali permenit. Perhitungannya harus satu menit penuh karena terdapat periodic breathing, dimana pola pernapasan pada neonatus terutama pada premature ada henti nafas yang berlangsung 20 detik dan terjadi secara berkala. Pada bayi cukup bulan, puting susu sudah terbentuk dengan baik dan tampak simetris 2) Payudara dapat tampak membesar tetapi ini normal. 3) Lakukan palpasi pada daerah dada, untuk menentukan ada tidaknya fraktur klavikula dengan cara meraba ictus cordis dengan menentukan posisi jantung. 4) Lakukan Auskultasi paru dan jantung dengan menggunakan stetoskop untuk menlai frekuensi dan suara napa/jantung. Secara normal frekuensi denyut jantung antara 120-160 x / menit. i. Abdomen 1) Abdomen harus tampak bulat dan bergerak secara bersamaan dengan gerakan dada saat bernapas. Kaji adanya pembengkakan 2) Lakukan pemeriksaan pada tali pusat bertujuan untuk menilai ada tidaknya kelainan pada tali pusat seperti, ada tidaknya vena dan arteri, tali simpul pada tali pusat dan lain-lain. 3) Jika perut sangat cekung kemungkinan terdapat hernia diafragmatika
  • 14. 4) Abdomen yang membuncit kemungkinan karena hepato-splenomegali atau tumor lainnya 5) Jika perut kembung kemungkinan adanya enterokolitis vesikalis, omfalokel atau ductus omfaloentriskus persisten. 6) Lakukan Auskultasi adanya bising Usus. 7) Lakukan perabaan hati, umumnya teraba 2-3 cm di bawah arkus kosta kanan. Limpa teraba 1 cm di bawah arkus kosta kiri. 8) Lakukan palpasi ginjal, dengan cara atur posisi terlentang dan tungkai bayidi lipat agar otot-otot dinding perut dalam keadaan relaksasi, batas bawah ginjal dapat di raba setinggi umbilikus di antara garis tengah dan tepi perut bagian ginjal dapat di raba sekitar 2-3 cm. Adanya pembesaran pada ginjal dapat di sebabkan oleh neoplasma, kelainan bawaan, atau trombosis vena renalis j. Ekstermitas Atas 1) Kedua lengan harus sama panjang, periksa dengan cara meluruskan kedua lengan ke bawah 2) Kedua lengan harus bebas bergerak, jika gerakan kurang kemungkinan adanya kerusakan neurologis atau fraktur 3) Periksa jumlah jari. Perhatikan adanya polidaktili atau sidaktili 4) Telapak tangan harus dapat terbuka, garis tangan yang hanya satu buah berkaitan dengan abnormaltas kromosom, seperti trisomi 21 5) Periksa adanya paronisia pada kuku yang dapat terinfeksi atau tercabut sehingga menimbulkan luka dan perdarahan. k. Ekstermitas Bawah 1) Periksa kesimetrisan tungkai dan kaki. Periksa panjang kedua kaki dengan meluruskan keduanya dan bandingkan 2) Kedua tungkai harus dapat bergerak bebas. Kuraknya gerakan berkaitan dengan adanya trauma, misalnya fraktur, kerusakan neurologis. 3) Periksa adanya polidaktili atau sidaktili padajari kaki. l. Spinal 1) Periksa spina dengan cara menelungkupkan bayi, cari adanya tanda-tanda abnormalitas seperti spina bifida, pembengkakan, lesung atau bercak kecil berambut yang dapat menunjukkan adanya abdormalitas medula spinalis atau kolumna vertebra
  • 15. m.Genetalia 1) Pada bayi laki-laki panjang penis 3-4 cm dan lebar 1-1,3 cm.Periksa posisi lubang uretra. Prepusium tidak boleh ditarik karena akan menyebabkan fimosis 2) Periksa adanya hipospadia dan epispadia 3) Skrotum harus dipalpasi untuk memastikan jumlah testis ada dua 4) Pada bayi perempuan cukup bulan labia mayora menutupi labia minora 5) Lubang uretra terpisah dengan lubang vagina 6) Terkadang tampak adanya sekret yang berdarah dari vagina, hal ini disebabkan oleh pengaruh hormon ibu (withdrawl bedding) n. Anus dan Rectum 1) Periksa adanya kelainan atresia ani , kaji posisinya 2) Mekonium secara umum keluar pada 24 jam pertama, jika sampai 48 jam belum keluar kemungkinan adanya mekonium plug syndrom, megakolon atau obstruksi saluran pencernaan o. Kulit 1) Perhatikan kondisi kulit bayi. 2) Periksa adanya ruam dan bercak atau tanda lahir 3) Periksa adanya pembekakan 4) Perhatinan adanya vernik kaseosa ( zat yang bersifat seperti lemak berfungsi sebagai pelumas atau sebagai isolasi panas yang akan menutupi bayi cukup bulan). 5) Perhatikan adanya lanugo(rambut halus yang terdapat pada punggung bayi) jumlah yang banyak terdapat pada bayi kurang bulan daripada bayi cukup bulan. p. Refleks-Refleks Pemeriksaan Refleks Cara Pengukuran Kondisi Normal Kondisi Patologis Berkedip Sorotkan cahaya ke mata bayi. Dijumpai pada tahun pertama Jika tidak di jumpai menunjukkan kebutaan. Tanda babinski Gores telapak kaki sepanjang tepi luar, di ulai dari tumit Jari kaki mengembang dan ibu jari kaki dorsofleksi, di jumpai sampai umur 2 tahun. Bila pengembangan jari kaki dorsofleksi setelah umur 2 tahun adanya tanda lesi ekstrapiramidal.
  • 16. Moro’s Ubah posisi dengan tiba-tiba atau pukul meja/tempat tidur. Lengan Ekstensi, jari- jari mengembang kepala terlempar ke belakang, tungkai sedikit ekstensi, lengan kembali ke tengah dengan tangan menggenggam tulang belakang dan ekstermitas bawah ekstens. Lebih kuat selama 2 bulan menghilang pada umur 3-4 bulan. Refleks yang menetap lebih 4 bulan adanya kerusakan otak, respon tidak simetris adanya hemiparesis, fraktur klavikula, atau cidera fleksus brachialis. Tidak ada respons ekstermitas bawah adanya dislokasi pinggul atau cidera medulla spinalis. Mengenggam (palmar grap’s) Letakkan jari di telapak tangan bayi dari sisi ulnar, jika refleks lemah atau tidak ada berikan bayi botol atau dot, karena mengjisap akan mengeluarkan refleks. Jari-jari bayi melengkung di sekitar jari yang di letakkan di telapak tangan bayi dari sisi ulnar, refleks ini menghilang dari umur 3-4 bulan. Fleksi yang tidak simetris menunjukkan adanya paralysis, refleks menggenggam yang menetap menunjukkan gangguan serebral Rooting Gores sudut mulut bayi garis tengah bibir. Bayi memutar kea rah pipi yang di gores, refleks ini menghilang pada umur 3-4 bulan. Tetapi bias menetap sampai umur 12 bulan khususnya selama tidur. Tidak adanya reflek menunjukkan adanya gangguan neurology berat Kaget (startle) Bertepuk tangan dengan keras. Bayi mengekstensi dan memfleksi lengan dalam berespon terhadap suara yang keras tangan tetap rapat, refleks ini akan menghilang setelah umur 4 bulan. Tidak adanya refleks menunjkkan adanya gangguan pendengaran Menghisap Berikan bayi botol dan dot. Bayi menghisap dengan kuat dalam berespons terhadap stimulasi, reflek ini menetap selama masa bayi dan mungkin terjadi Reflek yang lemah atau tidak ada menunjukkan kelambatan perkembangan atau keadaan neurologi yang abnormal
  • 18. 2. Memandikan Bayi Memandikan bayi adalah suatu cara membersihkan tubuh bayi dengan air dengan cara menyiram, merendam diri dalam air berdasarkan urut-urutan yang sesuai. Memandikan bayi baru lahir bukanlah hal yang mudah, terutama bagi ibu baru. Dibutuhkan ekstra hati-hati serta persiapan yang benar agar mandi si kecil tak hanya berjalan lancar namun juga menyenangkan bagi mereka (Naureh, 2009,p.35). Memandikan bayi memiliki tantangan tersendiri bagi orang tua terutama bila mereka baru pertama kali mempunyai seorang bayi Memandikan bayi merupakan saat-saat yang menyenangkan untuk membangun hubungan yang sangat erat antara ibu dan anak. Jika bayi sedang gelisah, maka mandi dengan air hangat akan menjadi hal yang baik untuk menenangkan dan membantunya untuk dapat tidur dengan nyaman (Iskarina, 2008,p.67). Mandi mempunyai manfaat yang sangat bagus untuk kebersihan dan kesehatan bayi, mandi akan memberikan rasa nyaman bagi tubuh bayi (Choirunisa, 2009,p.92). Memandikan bayi adalah cara yang tepat bagi ibu untuk mengajarkan cara membersihkan tubuh mereka sendiri (Iskarina, 2008,p.68). Memandikan bayi dengan cara yang salah dapat mengakibatkan kondisi yang buruk seperti celaka (jatuh dan tenggelam), air masuk ke dalam telinga atau hidung dan dapat mengalami hipotermi Prinsip yang perlu diperhatikan pada saat memandikan bayi antara lain : a) Menjaga bayi agar tetap hangat b) Menjaga bayi agar tetap aman dan selamat c) Suhu air tidak boleh terlalu panas atau terlalu dingin. Memandikan bayi dianjurkan memakai sabun dengan pH netral dengan sedikit bahkan tanpa parfum atau pewarna (jangan gunakan sabun mandi dewasa). Permukaan kulit yang asam (acid mantle) memberi perlindungan kepada bayi terhadap infeksi, sedangkan pH kulit yang kurang dari 5,0 bersifat bakteriostatik. Pada saat lahir kulit bayi tidak begitu asam (pH 6,34) kemudian menurun sampai 4,95 dalam 4 hari. Memandikan bayi dengan sabun alkalin (sabun dewasa) akan meningkatkan pH kulit sehingga keasaman kulit menurun (dapat menimbulkan infeksi pada bayi). Kapan sebaiknya memandikan bayi dapat dilakukan minimal 6-24 jam setelah melahirkna. verniks, suatu zat yang menyerupai lilin yang menutupi bayi saat lahir, harus dibiarkan terserap ke dalam kulit karena ini merupakan pelembab yang luar biasa. Jika rambut bayi perlu dicuci, gunakan air dan sisir saja untuk mengangkat kotoran. Anda dapat membersihkan bagian atas dan bawah bayi anda dalam beberapa hari pertama, dengan menggunakan kapas (organic jika memungkinkan) dan air, dengan lembut membasuh mukanya (hati-hati di sekitar area halus sekitar mata) dan area popok. Ini memungkinkan kulit bayi anda menyesuaikan diri dengan dunia luar.
  • 19. Kemudian, jika anda memandikan bayi, peganglah dengan lembut di dalam air, dua atau tiga kali seminggu. Peralatan Memandikan Bayi Menyiapkan Keperluan Mandi Menurut (Choirunisa, Ana Maria, 2009, p.59) salah satu kebutuhan bayi antara lain memandikan bayi. Oleh karena itu memandikan bayipun ada cara yang benar. Untuk itu diperlukan perlengkapan yang sesuai agar acara memandikan bayi lancar, dan tidak tertunda yang mungkin saja menyebabkan bayi kedinginan. Berikut ini daftar lengkap keperluan untuk memandikan bayi: a) Meja mandi khusus b) Handuk mandi c) Popok atau handuk bersih untuk alas mandi d) Waslap 2 e) Kapas lembab di tempatnya f) Kapas kering di tempatnya g) Kapas pembersih bertangkai (Cotten bud) h) Baby oil i) Sabun j) Bedak k) Tempat pakaian kotor l) Perlengkapan pakaian bayi m) Pakaian untuk ganti n) Perlak dan alasnya o) waskom / ember berisi air hangat p) Alkohol dan kasa steril untuk merawat tali pusat q) celemek Dampak positif dan Dampak Negatif Memandikan Bayi Keuntungan memandikan bayi merupakan saat-saat yang menyenangkan untuk membangun hubungan yang sangat erat antara ibu dan anak. Jika bayi
  • 20. sedang gelisah, maka mandi dengan air hangat akan menjadi akan menjadi hal yang baik untuk menenangkan dan membantnya untuk dapat tidur dengan nyaman (Iskarina,2008. 67). Mandi mempunyai manfaat yang sangat bagus untuk kebersihan dan kesehatan bayi, mandi akan memberikan rasa nyaman bagi tubuh bayi (Choirunisa,2009.92). Memandikan bayi adalah cara yang tepat bagi ibu untuk mengajarkan cara membersihkan tubuh mereka sendiri (Iskarina,2008). Memandikan bayi harus menggunakan air yang hangat jika menggunakan air yang dingin akan menakutkan mereka. Gunakan bak mandi yang khusus untuk memandikan bayi, selalu memegang bayi secara hati-hati karena bayi akan licin saat dibasahi sehingga ibu harus memegang bayi secara kuat tetapi harus tetap dengan kelembutan untuk menjaga bayi agar tidak celaka, jatuh, tenggelam, air juga dapat masuk kedalam telinga bayi, jangan memandikan bayi terlalu lama karena dapat menyebabkan perubahan suhu tubuh bayi (hipotermi) dan air juga dapat masuk lewat hidung. Prosedur Pelaksanaan Memandikan Bayi a. Siapkan keperluan mandi dan pakaian bayi sebelum pakaian bayi dilepas, seperti sabun, sampo bayi, waslap pembasuh, gumpalan kapas untuk membersihkan mata, handuk, popok, dan pakaian bersih dan air hangat b. Cuci tangan dan pakai celemek c. Menutup pintu dan jendela ruangan serta membuka pakaian bayi d. Memeriksa air: Periksalah suhu air dengan siku atau bagian dalam pergelangan tangan. Air tidak boleh terlalu panas atau terlalu dingin.jika anda ingin memeriksa air dengan thermometer, suhu sebaiknya 290C . e. Buka pakaian bayi dan masukkan pakaian ke ketempat kotor f. Bersihkan bokong dengan kapas bila bayi BAB g. Angkat bayi dari tempat tidur : Tangan kanan memegang kaki, tangan kiri masuk melalui kuduk, kemudian menuju ke ketiak h. Masukkan bayi dalam baskom berisi air hangat i. Bayi masukkan ke dalam bak mandi bayi dengan cara memegang kepala dan bahu kiri bayi dengan tangan memegang lengan kiri bayi dan tangan kanan mengangkat bokong, kepala berada di atas air.
  • 21. j. Dengan menggunakan kapas depper / sisi handuk, seka mata menggunakan kapas lembab dengan cara menghapus dari bagian dalam ke arah luar. Setiap mengusap kapas harus diganti k. Telinga bersihkan dengan kapas pembersih, setiap usapan kapas harus diganti l. Cuci muka bayi dengan washlap tanpa menggunakan sabun. setelah itu keringkan dengan handuk (Keringkan muka dengan 1 sudut handuk) Boleh menggunakan sabun tetapi hati-hati karena sabun dapat menyebabkan iritasi pada mata dan kulit bayi m. Mulailah membasuh tubuh bayi dari bagian terbersih hingga terkotor. n. Kemudian kepala bayi ditaruh di atas tangan kiri, lalu disabun kemudian bersihkan dengan waslap sampai bersih. o. Bersihkan dengan washlap bersabun pada area kepala dengan gerakan memutar, leher, ketiak, badan, sela paha, dan sela bokong bayi hingga rata, p. Bagian punggung dibersihkan dengan menggnti tangan kiri, dan bayi dengan bagian muka bersandar pada lengan kanan dengan waslap basah sampai bersih, lihat daerah-daerah lipatan jangan ada yang tersisa. q. Bokong, perineum, genetalia dibersihkan paling akhir untuk mencegah kontaminasi karena daerah ini paling kotor. r. Angkat bayi seperti pada waktu memasukkan bayi ke dalam bak mandi. s. Letakkan kembali bayi diatas meja dengan alas handuk t. Kepala, badan dan anggota tubuh lainnya dibersihkan dengan waslap yang satunya (yang belum kena sabun) dengan menggunakan tangan kanan u. Keringkan dengan handuk sampai ke sela- sela badan, Keringkan kepala bayi diatas meja dengan gerakan memutar. Gosok kepala dengan baby oil bila ada kotorannya, beri minyak telon, baby oil dan talk v. Bila tali pusat belum lepas, lakukan perawatan tali pusat w. Pakaikan pakaian bayi x. Bersihkan telinga dan hidung dengan kapas pembersih, rambut disisir y. Bila kuku panjang, potong kuku z. Bungkus bayi dengan selimut aa.Bereskan tempat tidur dan alat bb.Cuci tangan
  • 22. Waktu yang tepat untuk memandikan bayi adalah sebelum bayi tidur, karena dapat membuatnya rileks hingga memudahkan bayi tidur. Hindari memandikan bayi sebelum atau setelah makan karena perut bayi yang tertekan akan membuatnya muntah.
  • 23. 3. Merawat Tali Pusat a. Defenisi Perawatan tali pusat pada bayi baru lahir ialah menjaga agar tali pusat tetap kering dan bersih. Perawatan tali pusat yang benar dan lepasnya tali pusat dalam minggu pertama secara bermakna mengurangi insiden infeksi pada neonatus (Sarwono, 2008). Tali pusat atau umbilical cord adalah saluran kehidupan bagi janin selama dalam kandungan. Dikatakan saluran kehidupan karena saluran inilah yang selama 9 bulan 10 hari menyuplai zat-zat gizi dan oksigen ke janin. Tetapi begitu bayi lahir, saluran ini sudah tak diperlukan lagi sehingga harus dipotong dan diikat atau dijepit. Perawatan tali pusat pada bayi baru lahir sebaiknya dijaga tetap kering setiap hari untuk menghindari terjadinya infeksi. Bila sampai terdapat nanah dan darah berarti terdapat infeksi dan harus segera diobati (Iis Sinsin, 2008). b. Tujuan Perawatan Tali Pusat Tujuan perawatan tali pusat pada bayi baru lahir adalah mencegah dan mengidentifikasi perdarahan atau infeksi secara dini. Apabila ada perdarahan dari pembuluh darah tali pusat, perawatan harus memeriksa keadaan klem (atau ikatan) dan pasang klem kedua dekat klem pertama (Irene, 2005). Perawatan tali pusat secara umum bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi dan mempercepat putusnya tali pusat. Infeksi tali pusat pada dasarnya dapat dicegah dengan melakukan perawatan tali pusat yang baik dan benar, yaitu dengan prinsip perawatan kering dan bersih. Banyak pendapat tentang cara terbaik untuk merawat tali pusat. Ujung tali pusat akan mengering dan putus pada 7 – 10 hari sesudah bayi lahir, bisa juga 15 – 18 hari atau lebih. Orang tua dianjurkan untuk
  • 24. meletakkan popok yang dilipat di bawah area tali pusat dan menggunakan alkohol pada pusat beberapa kali sehari agar tali pusat dalam keadaan bersih dan kering. Tali pusat dibersihkan dengan menggunakan alkohol dimulai disekitar hubungan antara tali pusat dan kulit. Untuk meningkatkan proses pengeringan dan penyembuhan pada saat memandikan bayi baru lahir tidak dianjurkan untuk di celupkan dalam bak mandi asampai tali pusat putus dan umbilikus sembuh. Orang tua dapat menggunakan metode sponge bath sampai jaringan granulasi menutupi bagian tali pusat yang lepas. Penutupan tali pusat tidak dianjurkan karena akan memperlambat proses pengeringan. Warna merah dan pengeluaran bau yang tidak sedap disekitar umbilikus harus diperhatikan karena sebagai tanda adanya infeksi tali pusat dan dilaporkan untuk mendapatkan perawatan dan pengobatan yang lebih lanjut. Tujuan tali pusat terbuka atau tidak ditutup dengan kassa alkohol adalah : 1) Meningkatkan granulasi 2) Memudahkan dan mempercepat pengeringan pada tali pusat (Sarwono, 2008). c. Prinsip-Prinsip Pada Saat Perawatan Tali Pusat Pada Bayi Baru Lahir: 1) Setelah memandikan bayi, tutuplah pusat bayi dengan kapas kering dan kasa. Biasanya 5-7 hari tali pusat ini akan lepas sendiri bahkan tanpa ibu ketahui dimana dan kapan sisa jaringan tali pusat ini terlepas. 2) Tali pusat ini sebaiknya dijaga tetap kering setiap hari untuk menghindari terjadinya infeksi. Bila sampai terdapat nanah dan darah berarti terdapat infeksi dan harus segera diobati. Tali pusat yang luka bernanah akan
  • 25. memudahkan perkembangan kuman-kuman anaerob, yaitu kuman yang tidak membutuhkan udara dalam hidupnya. Biasanya penyakit tetanus neonatorum akan mengintai tempat tersebut (Iis Sinsin, 2008). 3) Perlu diperhatikan kesegaran tali pusat, ada tidaknya simpul pada tali pusat. Pada potongan tali pusat(Corry Matondang, 2007). d. Hal-hal Yang Harus Diperhatikan Pada Saat Perawatan Tali Pusat Pada Bayi Baru Lahir Untuk mencegah tali pusat dari infeksi, maka tali pusat harus tetap bersih dan kering. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut : 1) Selalu cuci tangan sebelum menyentuh plasenta. 2) Jika tali plasenta kotor atau memiliki banyak darah kering, bersihkan dengan alkohol 70% atau minuman alkohol dosis tinggi atau gentian violet. Bisa juga menggunakan sabun dan air. 3) Jangan meletakan benda apapun di atas tali plasenta. 4) Sisa tali pusat biasanya jatuh sekitar 5-7 hari setelah lahir. Mungkin akan keluar beberapa tetes darah atau lendir saat tali pusat terlepas. Ini normal- normal saja. Namun, jika ternyata masih keluar banyak darah atau muncul nanah, segera minta bantuan medis (Siti Saleha, 2009). e. Gejala-Gejala Yang Timbul Akibat Kurangnya Perawatan Tali Pusat Pada Bayi Baru Lahir Kurangnya perawatan tali pusat pada bayi baru lahir dapat menyebabkan tetanus bayi, yang ditandai dengan : 1) Tali pusat berwarna merah, basah, dan kotor, yang kemungkinan tapi pusat bernanah. 2) Kesulitan menyusui 3) Mulut tidak bisa dibuka
  • 26. 4) Kejang-kejang bila disentuh, kena sinar atau mendengar suara keras 5) Kadang demam (Iis Sinsin, 2008). f. Langkah-langkah perawatan tali pusat 1) Ketika mengganti popok atau diaper, pastikan memasangnya di bagian bawah perut bayi (di bawah tali pusat), ini untuk menjaga agar tali pusat tidak terkena air kencing atau kotoran bayi. 2) Gunakan pakaian yang agak longgar untuk sirkulasi udara di sekitar tali pusat, sampai tali pusat puput. 3) Jangan pernah menarik-narik tali pusat, walaupun seakan-akan tampak sudah terlepas. 4) Mandikan bayi dengan menggunakan washlap atau sponge bath dan air hangat sampai tali pusat puput. 5) Adanya sedikit pendarahan adalah normal sebelum dan sesudah tali pusat puput. Gunakan kasa steril, lalu bersikan bagian sekeliling pangkal tali pusat dengan menggunakan kasa steril yang dibasahi larutan alkohol 70%. 6) Bersihkan tali pusat setiap hari secara teratur dengan mengeringkan tali pusat dengan kasa steril, lalu bersihkan bagian sekeliling pangkal tali pusat dengan menggunakan kasa steril yang dibasahi larutan alkohol 70%. 7) Jangan pernah meletakkan ramuan atau bubuk apa pun kebagian pangkal tali pusat bayi. 8) Ketika tati pusat sudah puput, biarkan area pusar sembuh dalam beberapa hari. Tidak perlu menggunakan plester untuk menutupinya, tapi biarkan kering secara alamiah untuk mencegah infeksi. Teruskan menggunakan popok atau diaper dibawah perut untuk memberi tempat bagi pusat yang belum sembuh. (dr.Suririnah:80,2009)
  • 27. 4. Asfiksia Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan (Asuhan Persalinan Normal, 2007). Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat- akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul. (Wiknjosastro, 1999) a. Etiologi Pengembangan paru bayi baru lahir terjadi pada menit-menit pertama kelahiran dan kemudian disusul dengan pernafasan teratur. Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan oksigen dari ibu ke janin, akan terjadi asfiksia janin atau neonatus. Gangguan ini dapat timbul pada masa kehamilan, persalinan atau segera setelah lahir. Hampir sebagian besar asfiksia bayi baru lahir ini merupakan kelanjutan asfiksia janin, karena itu penilaian janin selama masa kehamilan, persalinan memegang peranan yang sangat penting untuk keselamatan bayi. Gangguan yang timbul pada akhir kehamilan atau persalinan hampir selalu disertai anoksia/hipoksia janin dan berakhir dengan asfiksia neonatus dan bayi mendapat perawatan yang adekuat dan maksimal pada saat lahir Penyebab kegagalan pernafasan pada bayi, adalah : a. Faktor ibu Hipoksia ibu dapat menimbulkan hipoksia janin dengan segala akibatnya. Hipoksia ibu ini dapat terjadi kerena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetika atau anastesia dalam.Gangguan aliran darah uterus dapat mengurangi aliran darah pada uterus yang menyebabkan berkurangnya aliran oksigen ke plasenta dan janin. Hal ini sering ditemukan
  • 28. pada keadaan ; gangguan kontraksi uterus, misalnya hipertoni, hipotoni, atau tetani uterus akibat penyakit atau obat, hipotensi mendadak pada ibu karna perdarahan, hipertensi pada penyakit eklamsi dan lain-lain. b. Faktor plasenta Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta. Asfiksi janin akan terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta, misalnya solusio plasenta, perdarahan plasenta, dan lain-lain. c. Faktor fetus Kompresi umbilikus akan mengakibatkan gangguan aliran darah dalam pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan tali pusat menumbung, melilit leher, kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir dan lain-lain. d. Faktor neonatus Depresi pusat pernafasan pada BBL dapat terjadi karena; pemakaian obat anastesi/analgetika yang berlebihan pada ibu secara langsung dapat menimbulkan depresi pusat pernafasan janin, traoma yang terjadi pada persalinan mosalnya perdarahan intra cranial, kelainan kongenital pada bayi masalnya hernia diafragmatika, atresia atau stenosis saluran pernafasan,hipoplasia paru dan lain-lain. b. Penatalaksanaan 1) Memastikan saluran terbuka: Meletakkan bayi dalam posisi kepala defleksi bahu diganjal 2-3 cm. – Menghisap mulut, hidung dan kadang trachea. – Bila perlu masukkan pipa endo trachel (pipa ET) untuk memastikan saluran pernafasan terbuka. 2) Memulai pernafasan : Memakai rangsangan taksil untuk memulai pernafasan – Memakai VTP bila perlu seperti : sungkup dan balon pipa ETdan balon atau mulut ke mulut (hindari paparan infeksi). 3) Mempertahankan sirkulasi :Rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara – Kompresi dada. Langkah-Langkah Resusitasi 1) Letakkan bayi di lingkungan yang hangat kemudian keringkan tubuh bayi dan selimuti tubuh bayi untuk mengurangi evaporasi. 2) Sisihkan kain yang basah kemudian tidurkan bayi terlentang pada alas yang datar.
  • 29. 3) Ganjal bahu dengan kain setinggi 1 cm (snifing positor). 4) Hisap lendir dengan penghisap lendir de lee dari mulut, apabila mulut sudah bersih kemudian lanjutkan ke hidung. 5) Lakukan rangsangan taktil dengan cara menyentil telapak kaki bayi dan mengusap-usap punggung bayi. 6) Nilai pernafasanJika nafas spontan lakukan penilaian denyut jantung selama 6 detik, hasil kalikan 10. Denyut jantung > 100 x / menit, nilai warna kulit jika merah / sinosis penfer lakukan observasi, apabila biru beri oksigen. Denyut jantung < 100 x / menit, lakukan ventilasi tekanan positif. 7) Jika pernapasan sulit (megap-megap) lakukan ventilasi tekanan positif. 8) Ventilasi tekanan positif / PPV dengan memberikan O2 100 % melalui ambubag atau masker, masker harus menutupi hidung dan mulut tetapi tidak menutupi mata, jika tidak ada ambubag beri bantuan dari mulur ke mulut, kecepatan PPV 40 – 60 x / menit. 9) Setelah 30 detik lakukan penilaian denyut jantung selama 6 detik, hasil kalikan 10. Bila: 100 hentikan bantuan nafas, observasi nafas spontan. 60 – 100 ada peningkatan denyut jantung teruskan pemberian PPV. 60 – 100 dan tidak ada peningkatan denyut jantung, lakukan PPV, disertai kompresi jantung. < 10 x / menit, lakukan PPV disertai kompresi jantung. Kompresi jantung 10) Perbandingan kompresi jantung dengan ventilasi adalah 3 : 1, ada 2 cara kompresi jantung : Kedua ibu jari menekan stemun sedalam 1 cm dan tangan lain mengelilingi tubuh bayi. Jari tengah dan telunjuk menekan sternum dan tangan lain menahan belakang tubuh bayi. 11) Lakukan penilaian denyut jantung setiap 30 detik setelah kompresi dada. Denyut jantung 80x./menit kompresi jantung dihentikan, lakukan PPV sampai denyut jantung > 100 x / menit dan bayi dapat nafas spontan. Jika denyut jantung 0 atau < 10 x / menit, lakukan pemberian obat epineprin 1 : 10.000 dosis 0,2 – 0,3 mL / kg BB secara IV. 12) Lakukan penilaian denyut jantung janin, jika > 100 x / menit hentikan obat. Jika denyut jantung < 80 x / menit ulangi pemberian epineprin sesuai dosis diatas tiap 3 – 5 menit. 13) Lakukan penilaian denyut jantung, jika denyut jantung tetap / tidak rewspon terhadap di atas dan tanpa ada hiporolemi beri bikarbonat dengan dosis 2 MEQ/kg BB secara IV selama 2 menit. (Wiknjosastro, 2007) Persiapan resusitasi Agar tindakan untuk resusitasi dapat dilaksanakan dengan cepat dan efektif, kedua faktor utama yang perlu dilakukan adalah : 1. Mengantisipasi kebutuhan akan resusitasi lahirannya bayi dengan depresi dapat terjadi tanpa diduga, tetapi tidak jarang kelahiran bayi dengan depresi atau asfiksia dapat diantisipasi dengan meninjau riwayat antepartum dan intrapartum. 2. Mempersiapkan alat dan tenaga kesehatan yang siap dan terampil. Persiapan minumum antara lain : – Alat pemanas siap pakai – Oksigen – Alat pengisap – Alat sungkup dan balon resusitasi – Alat intubasi – Obat-obatan
  • 30. Prinsip-prinsip resusitasi yang efektif : 1) Tenaga kesehatan yang slap pakai dan terlatih dalam resusitasi neonatal harus rnerupakan tim yang hadir pada setiap persalinan. 2) Tenaga kesehatan di kamar bersalin tidak hanya harus mengetahui apa yang harus dilakukan, tetapi juga harus melakukannya dengan efektif dan efesien 3) Tenaga kesehatan yang terlibat dalam resusitasi bayi harus bekerjasama sebagai suatu tim yang terkoordinasi. 4) Prosedur resusitasi harus dilaksanakan dengan segera dan tiap tahapan berikutnya ditentukan khusus atas dasar kebutuhan dan reaksi dari pasien. 5) Segera seorang bayi memerlukan alat-alat dan resusitasi harus tersedia clan siap pakai.
  • 31. 5. Ikterus Ikterus adalah warna kuning pada kulit, konjungtiva dan selaput akibat penumpukan bilirubin. Sedangkan hiperbilirubinemia adalah ikterus dengan konsentrasi bilirubin serum yang menjurus ke arah terjadinya kernikterus atau ensefalopati bilirubin bila kadar bilirubin yang tidak dikendalikan i. Etiologi Hiperbilirubinemia dapat disebabkan oleh bermacam-macam keadaan. Penyebab yang tersering ditemukan disini adalah hemolisis yang timbul akibat inkompabilitas golongan darah ABO atau defisiensi enzim G6PD. Hemolisis ini juga dapat timbul akibat perdarahan tertutup (hematom cefal, perdarahan subaponeurotik) atau inkompabilitas darah Rh, infeksi juga memegang peranan penting dalam terjadinya hiperbilirubinemia; keadaan ini terutama terjadi pada penderita sepsis dan gastroenteritis. Beberapa faktor lain adalah hipoksia/anoksia, dehidrasi dan asidosis, hipoglikemia, dan polisitemia. 1) Ikterus fisiologis Ikterus fisiologis adalah ikterus normal yang dialami oleh bayi baru lahir,tidak mempunyai dasar patologis sehingga tidak berpotensi menjadi kern ikterus.yang tanda-tandanya sebagai berikut : a) Timbul pada hari kedua dan ketiga setelah bayi lahir. b) Kadar bilirubin indirect tidak lebih dari 10mg% pada neonatus cukup bulan dan 12,5mg% pada neonatus kurang bulan c) Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak lebih dari 5mg% per hari d) Kadar bilirubin direct tidak lebih dari 1mg% e) Ikterus menghilang pada 10 hari pertama f) Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan patologis 2) Ikterus patologis Ikterus patologis adalah ikterus yang mempunyai dasar patologis dengan kadar bilirubin mencapai suatu nilai yang disebut hiperbilirubinemia.tanda- tandanya sebagai berikut : a) Ikterus klinis terjadi pada 24 jam pertama kehidupan b) Peningkatan kadar bilirubin serum sebanyak 5mg/dL atau lebih setiap 24 jam c) Ikterus yang disertai proses hemolisis (inkompatabilitas darah, defisiensi G6PD, atau sepsis)
  • 32. d) Ikterus yang disertai oleh: (1) Berat lahir <2000 gram (2) Masa gestasi 36 minggu (3) Asfiksia, hipoksia, sindrom gawat napas pada neonates (SGNN) (4) Infeksi (5) Trauma lahir pada kepala (6) Hipoglikemia, hiperkarbia (7) Hiperosmolaritas darah (8) Ikterus klinis yang menetap setelah bayi berusia >8 hari (pada NCB) atau >14 hari (pada NKB) 6. Hipotermia Hypotermia adalah penurunan suhu tubuh dibawah 36,5 ºC atau lebih rendah. Hypotermia ini dapat disebabkan oleh lingkungan yang dingin atau bayi dalam keadaan basah atau tidak berpakaian. Akibat dari hypotermia adalah bayi akan mengalami stress dingin (”cold stress”). Hypotermia ada dua bagaian yaitu : i. Hypotermia sedang (apabila seluruh tubuh bayi teraba dingin, suhu tubuh 32ºC-36ºC ii. Hypotermia berat (apabila suhu tubuh bayi < 32ºC) Mekanisme kehilangan panas pada bayi adalah :
  • 33. a. Radiasi Yaitu dari objek ke panas bayi, contoh timbangan bayi tanpa panas b. Evaporasi Yaitu karena penguapan cairan yang menguap pada kulit bayi, contoh air ketuban pada tubuh bayi baru lahir tidak cepat dikeringkan c. Konduksi Yaitu panas tubuh bayi diambil oleh suatu permukaan yang melekat di tubuh abyi, contoh pakaian bayi yang basah tidak cepat diganti d. Konveksi Yaitu penguapan dari tubuh bayi ke udara, contoh angin disekitar tubuh bayi Tanda dan gejala a. Tanda-tanda hypotermia bayi baru lahir 1) Bayi tidak mau menyusui/minum 2) Bayi tampak mengantuk atau lesu 3) Tubuh bayi teraba dingin 4) Dalam keadaan berat, denyut jantung menurun dan kulit bayi mengeras b. Tanda-tanda klinis awal stress dingin adalah : 1) Kaki teraba dingin 2) Kemampuan mengisap lemah 3) Aktivitas berkurang-letargi 4) Tangisan lemah 5) Jika hipotermia berlanjut akan timbul cidera dingin (”cold injury”) c. Tanda-tanda cidera dingin adalah : 1) Bayi letargi 2) Pernafasan lambat 3) Pernafasan tidak teratur 4) Bunyi jantung lambat 5) Selanjutnya mungkin timbul hipoglikemia dan asidosis metabolisme Kejadian ini merupakan resiko kematian bayi d. Tanda-tanda stadium lanjut akibat hipotermia dalah : 1) Muka, ujung kaki dan tangan bayi berwarna merah terang (bright-red) 2) Bagian tubuh bayi lainnya pucat 3) Mungkin terjadi sklerema, yaitu kulit mengeras dan menjadi lemah
  • 34. 4) Cidera timbul terutama pada punggung dan ekstermitas (dapat juga mengenai seluruh tubuh) Penatalaksanaan Prinsip dasarnya mengembalikan suhu tubuh bayi dengan berbagai cara diantaranya adalah sebagai berikut : a. Segera hangatkan bayi dibawah pemancar panas yang telah dinyalakan sebelumnya. Bila mungkin masukkan kedalam inkubator atau ruangan hangat. b. Ganti baju yang dingin/basah, beri pakaian yang hangat, pakai topi dan selimut hangat c. Hindari paparan panas yang berlebihan dan posisi bayi sering dirubah d. Bila ada ibu/pengganti ibu, anjurkan menghangatkan bayi melakukan kontak kulit dengan kulit atau dengan metode kangguru e. Periksa kadar glukosa darah, bila kurang 45 mg/dl (2,6 mmol/l), tangani hipotermi dengan cara berikan ASI sedikit tapi sering. Bila tidak dapat mengisap berikan infus glukosa 10% (60-80 ml/kg BB/hari) f. Periksa suhu tubuh bayi setiap jam, bila suhu naik 0,5ºC/jam, berarti usaha menghangatkan berhasil, lanjutkan memeriksa suhu setiap 2 jam g. Bila suhu tidak naik atau naik terlalu pelan, kurang dari 0,5ºC/jam, cari tanda sepsis h. Periksa juga suhu alat yang dipakai atau suhu ruangan setiap jam i. Setelah suhu tubuh bayi normal, maka : 1) Lanjutkan perawatan lanjutan untuk bayi 2) Pantau bayi 12 jam kemudian, ukur suhunya setiap 3 jam sekali j. Bila suhu tetap dalam batas normal dan bayi dapat minum dengan baik dan tidak ada masalah lain, bayi dapat dipulangkan dan nasehati ibu cara menghangatkan bayi dirumah Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir : a. Segera menghangatkan bayi di dalam inkubator atau melalui penyinaran lampu b. Dengan cara paling sederhana, yaitu meletakkan bayi telungkup di dada ibu agar terjadi kontak kulit langsung antara ibu dengan bayi (tubuh ibu dan bayi harus berada dalam satu pakaian agar bayi hangat)
  • 35. c. Bila tubuh bayi masih dingin, gunakan selimut atau kain hangat yang disetrika terlebih dahulu untuk menutupi tubuh bayi dan ibu, lakukan berulang kali sampai tubuh bayi hangat d. Biasanya bayi hipotermi menderita hipoglikemia, sehingga bayi harus diberi ASI sedikit-sedikit dan sesering mungkin. Bila bayi tidak menghisap, beri infus glukosa 10% sebanyak 60-80 ml/kg per hari
  • 36. 7. Imunisasi Hepatitis B a. Defenisi Imunisasi hepatitis B adalah suatu upaya pencegahan penyakit agar anak terhindar dari penyak it hepatitis imunisasi hepatitis B dilakukan untuk mencegah terjangkitnya penyakit hepatitis B. Hal ini dikarenakan penyakit hepatitis B merupakan salah satu penyakit yang mudah menular. Dengan imunisasi diharapkan, virus hepatitis B tidak mudah masuk ke dalam tubuh. Penyakit hepatitis B adalah jenis penyakit liver berbahaya dan dapat berakibat fatal. Virus Hepatitis B (HBV) ditularkan melalui hubungan seksual, darah (injeksi intravena, transfusi), peralatan medis yang tidak steril atau dari ibu ke anak pada saat melahirkan. b. Efek samping imunisasi Hepatitis B Mengenai efek samping imunisasi hepatitis B, biasanya memang tidak ditemukan efek samping yang serius karena imunisasi Hepatitis B ini. Kalaupun ada, biasanya sangat ringan dan bisa cepat hilang. Yang biasanya dirasakan pasca imunisasi ini adalah rasa sakit di tempat yang disuntik, demam dan sakit pada tulang sendi, namun akan segera hilang dalam beberapa hari. Jika setelah di imunisasi Hepatitis B, Anda masih khawatir dengan efek samping tersebut, maka sebaiknya segera hubungi dokter atau bidan Anda. Keputusan untuk imunisasi atau tidak memang ada di tangan Anda. Jika masih ragu, sebaiknya Anda berkonsultasi dengan dokter atau bidan terlebih dahulu. c. Keberhasilan imunisasi hepatitis B Tak ada tanda klinis yang dapat dijadikan patokan bahwa imunisasi hepatitis B ini berhasil. Namun dapat dilakukan pengukuran keberhasilan melalui pemeriksaan darah dengan mengecek kadar hepatitis B-nya setelah anak berusia setahun. Bila kadarnya di atas 1000, berarti daya tahannya 8 tahun; diatas 500, tahan 5 tahun; diatas 200 tahan 3 tahun. Tetapi kalau angkanya cuma 100, maka dalam setahun akan hilang. Sementara bila angkanya 0 berarti si bayi harus disuntik ulang 3 kali lagi. Sekalipun tidak ada tanda klinis bahwa imunisasi hepatitis B berhasil, yang pasti dengan imunisasi hepatitis B, vaksin yang disuntikan mampu memotong rantai penyebaran virus hepatitis B ini. Ketika diimunisasi vaksin dan virus Hepatitis B menyebar ke seluruh tubuh. Saat inilah vaksin mematikan virus
  • 37. hepatitis B tersebut. Tapi jika virus sudah tersebar lebih dahulu, maka imunisasi hepatitis B ini menjadi sia-sia. Karena itu, pencegahan penyakit hepatitis B sebaiknya dilakukan ketika masih bayi. Membaca penjelasan tentang imunisasi hepatitis B di atas, maka sudah selayaknya kita melaksanakannya, terutama kepada bayi Anda yang baru lahir. Agar bayi Anda bisa terhindari dari penyakit hepatitis B yang membahayakan. d. Langkah - langkah 1) Perawat mencuci tangan & mengeringkannya 2) Melakukan anamnesa bayi & melakukan penimbangan BB 3) Menenangnkan Pasien 4) Mengatur posisi pasien, meminta Ibu untuk membantu memegang bayi, membaringkan ditempat pemeriksaan 5) Menyiapkan spuit disposable 6) Mengambil vaksin dari dalam thermos es 7) Menutup kembali thermos es Flacon a) Mendesinfeksi tutup flacon dengan kapas alkohol b) Menghisap vaksin sesui dengan dosis (0,5 cc) c) Mengembalikan vaksin ke dalam thermos es Uniject a) Membuka vaksin, kemudian tekan tutup spuit sampai terdengan bunyi tanda “klik” b) Mendesinfeksikan daerah yang akan di suntik c) Membuka tutup spuit 8) Menyuntik pasien secara IN 9) Merapikan pasien & lingkungan 10) Memberitahu ibu bahwa prosedur tindakan telah selesai dilakukan 11) Memberi penyuluhan tentang efek samping dari pemberian vaksinasi 12) Mencatat tindakan pada status & KMS 13) Memberitahu pada orang tua pasien kapan jadwal kembali lagi untuk imunisasi berikutnya 14) Merapikan alat - alat 15) Perawat mencuci tangan & mengeringkannya 16) Melakukan tindakan dengan hati – hati
  • 38. e. Reaksi Pemberian Bayi / balita yang telah mendapat imunisasi dasar hepatitis B Tiga kali sebelum umur 1 tahun, pada umur 5 tahun 90,7 % diantaranya masih mempunyai teter antibiotic hepatitis B protektif atau diatas ambang pencegahan (titer antibody anti HB sA9 > 10 mg (mcg / ml) sehingga tidak diperlukan imunisasi ulangan pada 5 tahun. Setiap bayi/ balita sebaiknya diperiksa titer anti - HbsA9 nya. Bila titer berada dibawah ambang pencegahan atau negatif, dapat diberikan imunisasi ulangan. Namun, apabila pada umur 5 tahun bayi / balita belum pernah mendapatkan imunisasi hepatitis B, berikan imunisasi hepatitis B tiga kali 8. Imunisasi BCG
  • 39. YAYASAN PENDIDIKAN KURNIA JAYA AKADEMI KEBIDANAN ANDI MAKKASAU PAREPARE Jl. Lasangga No.111 Wekke’e Kota Parepare Tlp (0421) 3310985 KETERAMPILAN KLINIK PEMERIKSAAN FISIK BBL NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 2 1 0 A Sikap dan perilaku Mahasiswa 1 Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan 2 Bersikap sopan pada saat pemeriksaan 3 Tanggap terhadap reaksi pasien 4 Sabar dan teliti pada saat melakukan pemeriksaan B Isi Persiapan 5 Menyiapkan alat : a. Temperatur suhu untuk bayi dan tempatnya b. Stetokop c. Timbangan bayi d. Pita ukuran e. Kapas kering f. Senter g. ASI dalam gelas dan senok kecil yang bersih h. Air putih matang yang hangat i. Alas dada j. Selimut, kain bersih, kering dan hangat
  • 40. k. Com kecil 1 buah l. Baki dan alasnya m. Wastafel n. Sarung tangan o. Sabun mandi/cairan untuk cuci tangan Pelaksanaan pemeriksaan fisik pada BBL 6 Mencuci tangan 7 Meletakkan bayi ditempat yang bersih, kering dan hangat 8 Mengatur posisi bayi tidur terlentang, kemudian sesuaikan dengan jenis pemeriksaan yang akan dilakukan 9 Membuka semua baju bayi dan menyelimuti. Membuka pada bagian yang akan dilakukan pemeriksaan saja. 10 Melakukan pemeriksaan bayi dengan teliti dan cermat yang dimulai dari bagian atas sampai kebagian bawah bayi secara berurutan. Bagian-bagian yang akan diperiksa : a. Penampilan fisik (kesadaran, raut muka dan ekspresi wajah) 1) Keaktifan 2) Kesimetrisan 3) Ukuran panjang a) Letakkan kepala bayi pada garis tengah alat pengukur b) Luruskan dan letakkan lutut bayi secara lembut c) Dorong sehingga kaki ekstensi, penuh dan mendatar pada meja ukuran d) Hitung berapa panjang bayi tersebut dengan melihat angka pada tumit bayi 4) Timbang berat badan bayi 5) Kepala (ubun-ubun, sutura, caput succadenum, cephal hematoma, ukuran lingkar kepala) 6) Telinga (kesimetrisan, letak dengan mata dan kepala) 7) Mata (tanda-tanda infeksi, struktur, ukuran simetris, kornea dan keadaan retina) 8) Hidung dan mulut ( bibir, palatum bentuk) 9) Leher ( pembengkakan, benjolan) 10) Dada ( ukuran lingkar dada, bentuk, bunyi nafas dan jantung, kesimetrisan, jarak puting susu) 11) Bahu, lengan dan tangan (gerakan, jumlah jari) 12) Sistem saraf (refleks) a) Menggenggam b) Rooting c) Pasanglah perlak di dada dan lakukan refleks suckling/menelan 13) Perut (ukuran lingkar perut, bentuk, penonjolan sekitar tali pusat saat menangis, perdarahan tali pusat, jumlah pembuluh darah) 14) Kelamin a) Laki-laki : testis berada dalam skrotum, lubang penis dan letaknya. b) Perempuan : lubang vagina, uretra, dan labia mayor dan minora 15) Punggung/spina (pembengkakan/cekungan, spina bifida) dan refleks: a) Refleks morrow dan traksi b) Tonik leher, membengkak badan dan merangkak c) Babinsky dan ekstensi menyilang
  • 41. d) Menginjak/jalan 16) Anus (spinter ani, reaksi wink anal) 17) Tungkai (gerakan, bentuk, jumlah jari) 18) Kulit dan kuku (warna, pembengkakan, bercak, tanda lahir, keutuhan) 19) Pengeluaran tinja dan kemih (diharapkan keluar dalam 24 jam pertama) b. Tanda-tanda vital 1) Suhu tubuh aksilla 2) Detak jantung 3) Respirasi 11 Mencegah kedinginan pada bayi selama pemeriksaan dan melakukan urutan pemeriksaan 12 Merangkaikan pakaian bayi dan membungkus dengan kain hangat dan bersih 13 Meletakkan bayi ditempat yang hangat dan kering 14 Membereskan peralatan yang dipergunakan (mencuci alat yang digunakan dan membuang sampah pada tempatnya) 15 Melepas sarung tangan secara terbalik 16 Mencuci tangan setelah melakukan pekerjaan di air yang mengair dengan sabun 17 Mendokumentasikan hasil dari pemeriksaan fisik yang didapat C TEKNIK 18 Melaksanakan tindakan secara sistematis dan berurutan 19 Memberi perhatian terhadap respon pasien 20 Melaksanakan tindakan dengan percaya diri dan tidak ragu-ragu 21 Mendokumentasikan hasil tindakan Parepare,........................................ Keterangan Evaluator 0 = Tidak dilakukan sama sekali 1 = Dilakukan tetapi kurang sempurna 2 = Dilakukan dengan sempurna (.................................) Nilai batas lulus = 75% Nilai yang didapat Nilai = x 100% (Jumlah aspek yang dinilai x 2)
  • 42. YAYASAN PENDIDIKAN KURNIA JAYA AKADEMI KEBIDANAN ANDI MAKKASAU PAREPARE Jl. Lasangga No.111 Wekke’e Kota Parepare Tlp (0421) 3310985 KETERAMPILAN KLINIK MEMANDIKAN DAN MERAWAT TALI PUSAT NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 2 1 0 A Sikap dan perilaku Mahasiswa 1 Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan 2 Bersikap sopan pada saat pemeriksaan 3 Tanggap terhadap reaksi pasien 4 Sabar dan teliti pada saat melakukan pemeriksaan B Isi 5 Menyiapkan alat dan tempat c. Menyiapkan alat untuk mandi 18) Schort 19) Handscoon 20) Handuk 21) Washlap 22) Sabun mandi 23) Kapas lembab dan kering pada tempatnya 24) Minyak baby pada tempatnya 25) Bengkok 26) Air hangat 27) Pakaian bayi 28) Waskom besar
  • 43. 29) Sisir 30) Kain flanel 31) Shampoo 32) Ember tertutup 33) Perlak 34) Selimut d. Menyiapkan alat untuk perawatan tali pusat 1) Bak instrumen : khasa steril, lidi kapas e. Menyiapkan tempat 1) Meja mandi yang dialasi dengan perlak 6 Mencuci tangan 7 Memastikan suhu ruangan dalam keadaan normal 8 Menuangkan air dingin kedalam waskom mandi, tambahkan air hangat secukupnya 9 Membawa dan meletakkan bayi di atas meja mandi 10 Membuka pakaian bayi 11 Membersihkan tinja dari daerah pantat sebelum dimandikan agar air mandi tetap segar 12 Meletakkan bayi di atas handuk kering di atas permukaan datar (perlak) dan ditutupi tubuh bayi samapai kepala, kecuali wajah, bersihkan dahulu muka, mata mulai dari kantus dalam ke kantus luar dan telinga dengan kapas 13 Membersihkan dengan lembut muka bayi dengan waslap 14 Memegang bayi dalam posisi aman, basahi rambut, usapkan shampoo bayi dengan khasa dan bilas rambut dan keringkan kepala dengan cepat 15 Membersihkan dengan waslap leher, dada, lengan, punggung, dan kaki. membersihkan genetalia pada daerah labia secara perlahan dengan arah dari depan ke belakang untuk bayi perempuan dan untuk bayi laki-laki tarik kulup (preputium)dengan lembut kebelakang dan cucuilah liipatan-lipatan pada penis 16 Membilas sabun dengan hati-hati dan cepat dalam waskom mandi 17 Mengeringkan bayi dengan handuk kering dan hangat 18 Merawat tali pusat 19 Memassage tubuh bayi dengan baby oil/minyak telon 20 Menempatkan bayi pada alas, dan popok yang hangat dan kering 21 Mengenakan popok : a. Kenakan popok dengan pas, tidak terlalu ketat b. Jika menggunakan peniti, tusukkan jauh dari perut untuk menghindari terbuka sendiri c. Yakinkan bahwa ujung atas popok berada dibawah sisa tali pusat d. Kenakan celana plastik jika tidak terdapat ruam atau gangguan kulit e. Kenakan pakaian yang bersih dan kering f. Bungkuslah dalam selimut yang bersih dan kering 22 Merawat tali pusat : a. Cuci tangan dengan air bersih dan sabun b. Cuci tali pusat dengan air bersih dan sabun, bilas dan keringkan c. Mempertahankan sisa tali pusatdalam keadaan terbuka agar terkena udara dan ditutupi khasa steril d. Melipat popok dibawah tali pusat
  • 44. e. Jika tali pusat terkena kotoran atau tinja cuci dengan sabun dan air bersih dan keringkan f. Cuci tangan 23 Menyelimuti bayi dengan rapi dan letakkan pada tempat yang aman 24 Meletakkan pakaian kotor kedalam ember tertutup 25 Membersihkan alat-alat 26 Mencuci tangan C TEKNIK 27 Melaksanakan tindakan secara sistematis dan berurutan 28 Memberi perhatian terhadap respon pasien 29 Melaksanakan tindakan dengan percaya diri dan tidak ragu-ragu 30 Mendokumentasikan hasil tindakan Parepare,........................................ Keterangan Evaluator 0 = Tidak dilakukan sama sekali 1 = Dilakukan tetapi kurang sempurna 2 = Dilakukan dengan sempurna (.................................) Nilai batas lulus = 75% Nilai yang didapat Nilai = x 100% (Jumlah aspek yang dinilai x 2)
  • 45. YAYASAN PENDIDIKAN KURNIA JAYA PERTIWI AKADEMI KEBIDANAN ANDI MAKKASAU PAREPARE Jl. Lasangga No. 111 Wekke’e Telp. (0421) 3310985 Kota Parepare PENUNTUN BELAJAR ASFIKSIA RESUSITASI BAYI BARU LAHIR No Aspek yang dinilai 0 1 2 A Sikap dan Perilaku 1 Menyambut klien dengan sopan dan ramah dan jelaskan bahwa anda adalah petugas yang berwenang memberi tindakan pada bayi 2 Jelaskan diagnosis, penatalaksanaan asfeksia neonatal 3 Jelaskan bahwa tindakan klinik juga mengandung resiko 4 Pastikan ayah/wali pasien paham tentang aspek yang telah dijelaskan 5 Buat persetujuan tindakan medik B Persiapan Resusitasi 6 Meninjau riawayt antepartum 7 Meninjau riwayat intrapartum 8  Persiapan Tempat : - Ruangan hangat dan terang - Tempat resusitasi datar, rata, keras, bersih, kering, dan hangat  Persiapan Alat : - Kain I (mengeringkan bayi) - Kain II (menyelimuti bayi) - Kain III (ganjal bahu bayi) - De Lee atau bola karet
  • 46. - Tabung dan sungkup/balon dan sungkup - Sarung tangan - Jam atau pencatat waktu  Persiapan Diri : - Pakai alat pelindung diri pada persalinan (celemek plastik, masker, penutp kepala, kacamata, sepatu tertutup) - Lepaskan perhiasan, jam tangan sebelum cuci tangan - Keringkan - Gunakan sarung tangan 9 Lakukan penilaian untuk mengambil keputusan - Apakah kehamilan cukup bulan?* - Apakah ketuban jernih? - Apakah bayi menangis atau bernafas atau megap-megap? - Apakah tonus otot baik? Jika ditemukan satu jawaban tidak dari pertanyaan diatas,maka lakukan resusitasi C Tindakan Resusitasi TAHAP I : LANGKAH AWAL RESUSITASI 10 Hangatkan 11 Atur Posisi Bayi 12 Isap Lendir 13 Keringkan 14 Atur kembali Posisi kepala bayi dan selimuti bayi 15 Lakukan Penilaian TAHAP II : VENTILASI 16 Pasang sungkup dengan benar 17 Lakukan tiupan/pemompaan dengn tekanan 30 cm Air sebanyak 2x untuk memastikan jalan nafas bayi terbuka 18 Lihat apakah ada bayi mengembang - Bila tidak : periksa posisi sungkup, pastikan tidak ada udara bocor, periksa posisi kepala, periksa cairan atau lendir di mulut (bila ada, lakukan isap lendir) - Bila ya : lakukan tahap berikutnya 19 Lakukan ventilasi 20 kali dalam 30 detik dengan tekanan 20 cm air sampai bayi mulai menangis dan bernafas spontan 20 Lakukan penilaian - Bila bayi mulai bernafas spontan, hentikan ventilasi bertahap, hitung frekuensi nafas permenit (jika > 40 dan tidak ada retraksi berat jangan ventilasi lagi, skin to skin dengan ibu, pantau setiap 15 menit, dan jelaskan pada ibu kemungkinan besar keadaan bayi membaik) - Jika bayi megap – megap dan tidak bernafas lanjutkan ventilasi 21 Lakukan ventilasi 20 kali dalam 30 detik dengan tekanan 20 cm air dan hentikan ventilasi setiap 30 detik, lakukan penilaian apakah bayi bernafas atau megap – megap - Jika bayi mulai bernafas spontan, hentikan ventilasi bertahap dan lakukan asuhan pascaresusitas - Jika bayi megap – megap atau tidak bernafas, teruskan ventilasi 22 Siapkan rujukan jika bayi belum bernafas spontan sesudah 2 menit
  • 47. resusitasi : - Jelaskan pada ibu apa yang terjadi, apa yang telah dilakukan, dan mengapa - Mintalah keluarga untuk mempersiapkan rujukan - Teruskan ventilasi selama mempersiapkan rujukan - Catat keadaan bayi pada formulir rujukan dan rekam medik persalinan 23 Lanjutkan ventilasi sambil memeriksa denyut jantung bayi - Bila dipastikan tidak ada denyut jantung, lakukan ventilasi selama 10 menit - Jika setelah 10 menit denyut jantung tetap tidak ada, jelaskan dan beri dukungan pada ibu bahwa bayi yang mengalami asistol selama 10 menit kemungkinan besar mengalami kerusakan otak yang permanen. C Teknik 28 Teruji melaksanakan secara sistematis 29 Teruji menggunakan bahasa yang mudah dimengerti 30 Memperhatikan keamanan saat pelaksanaan 31 Memberikan kesempatan kepada klien untuk mengajukan pertanyaan apa yang belum dimengerti dan segera memberikan tanggapan dari apa yaang menjadi pertanyaan klien 32 Mendokumentasikan hasil penkes disertai dengan tanggal, jam, nama dan tanda tangan pelaksana Parepare,........................................ Keterangan Evaluator 0 = Tidak dilakukan sama sekali 1 = Dilakukan tetapi kurang sempurna 2 = Dilakukan dengan sempurna (.................................) Nilai batas lulus = 75% Nilai yang didapat Nilai = x 100% (Jumlah aspek yang dinilai x 2)
  • 48. YAYASAN PENDIDIKAN KURNIA JAYA PERTIWI AKADEMI KEBIDANAN ANDI MAKKASAU PAREPARE Jl. Lasangga No. 111 Wekke’e Telp. (0421) 3310985 Kota Parepare PENUNTUN BELAJAR BAGAN PENANGANAN IKTERUS PADA BAYI BARU LAHIR TANDA-TANDA Warna kuning pada kulit dan sklera mata (tanpa hepatomegali, perdarahan kulit, dan kejang-kejang KATEGORI Normal Fisiologik Patologik PENILAIAN  Daerah ikterus (rumusKramer)  Kuninghari ke :  Kadar bilirubin 1 1-2 ≤5 mg% 1 + 2 >3 5-9 mg% 1 – 4 >3 11-15 mg% 1 – 5 >3 >15-20 mg% PENANGANAN Bidanatau Puskesmas Terus diberi ASI  Jemurdi bawah matahari pagi jam 7-9 selama10 mwnit  Badan bayi telanjang  Terusdiberi ASI  Banyakminum
  • 49. Rumah sakit Sama dengan di atas Sama dengan di atas Terapi sinar Terapi sinar  Periksa golongan darah ibu dan bayi.  Periksa kadar bilirubin Nasihat bila semakin kuning kembali Waspadai bilakadar bilirubinnaik > 0,5 mg/jam Coom`s test YAYASAN PENDIDIKAN KURNIA JAYA PERTIWI AKADEMI KEBIDANAN ANDI MAKKASAU PAREPARE Jl. Lasangga No. 111 Wekke’e Telp. (0421) 3310985 Kota Parepare PENUNTUN BELAJAR HIPOTERMIA