SlideShare a Scribd company logo
1 of 11
Pertemuan ke-4



                                         BAB 4

                                    BELAJAR



                 Kimble (dalam Hergenhahn dan Olson, 2008) mendefinisikan
                 belajar sebagai perubahan yang relatif permanen di behavioral
                 potentiality (potensi perilaku) yang terjadi sebagai akibat dari
                 reinforced   practice    (praktik     yang     diperkuat).      Definisi   ini
mengandung pengertian sebagai berikut:
1) Belajar diukur berdasarkan perubahan dalam perilaku; dengan kata lain, hasil
   dari belajar harus selalu diterjemahkan ke dalam perilaku atau tindakan yang
   dapat diamati. Setelah menjadi proses belajar, pembelajar (learner) akan
   mampu melakukan sesuatu yang tidak bisa mereka lakukan sebelum mereka
   belajar;
2) Perubahan behavioral ini relative permanen; artinya hanya sementara dan
   tidak menetap;
3) Perubahan perilaku itu tidak selalu terjadi secara langsung setelah proses
   belajar selesai. Kendati ada potensi untuk bertindak secara berbeda, potensi
   untuk bertindak ini mungkin tidak akan diterjemahkan ke dalam bentuk
   perilaku secara langsung;
4) Perubahan perilaku (atau potensi behavioral) berasal dari pengalaman atau
   praktik (latihan);
5) Pengalaman atau praktik harus diperkuat; artinya hanya respons-respons
   yang menyebabkan penguatanlah yang akan dipelajari;
       Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon
(Slavin, 2000:143). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat
menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang
penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon.
       Berikut adalah beberapa tokoh yang mengungkap belajar melalui teori-
teorinya.
A. IVAN PETROVICH PAVLOV : PENGKONDISIAN KLASIK
                 Teori pengkondisian klasik (Classical Conditioning) adalah
                 memasangkan stimuli yang netral atau stimuli yang terkondisi
                 dengan   stimuli   tertentu     yang       tidak    terkondisikan,     yang
                 melahirkan perilaku tertentu. Setelah pemasangan ini terjadi



                                                     Psikologi Umum II | Oktober 2012       1
Pertemuan ke-4



berulang-ulang,     stimuli   yang   netral   melahirkan     respons       terkondisikan.
Pengkondisian klasik dapat diringkas sebagai berikut:
1. Sebuah stimulus, seperti makanan, disajikan kepada suatu organisme dan
     akan menyebabkan reaksi natural dan otomatis, seperti keluarnya air liur.
     Stimulus yang menyebabkan reaksi natural ini dinamakan unconditioned
     stimulus (US) (stimulus tak bersyarat). Dalam kasus ini, makanan adalah US.
     Reaksi natural dan otomatis terhadapt US ini dinamakan unconditioned
     response (UR) (respons tak bersyarat). Dalam kasus ini, keluarnya air liur
     adalah UR.
2. Suatu stimulus netral (stimulus yang tidak menimbulkan UR), seperti suara
     atau cahaya, disajikan kepada organisme itu tepat sebelum penyajian
     makanan US (makanan). Stimulus netral ini dinamakan conditioned stimulus
     (CS) (stimulus bersyarat atau terkondisikan).
3.    Setelah CS dan US dipasangkan beberapa kali, dengan CS selalu
     mendahului US, kemudian diajikan CS saja, dan organisme itu akan
     mengeluarkan air liur. Respons air liur ini, yang sama dengan respons
     organisme tersebut tersebut terhadap US, kini terjadi saat merespons CS,
     yakni suara atau cahaya. Kini kita megatakan bahwa tampak ada conditioned
     response (CR) (respons yang bersyarat
     atau terkondisikan). Dalam pengkondisian
     klasik,   US      dinamakan       penguatan
     (reinforcement) karena seluruh prosedur
     pengkondisian bergantung kepadanya.


 Aplikasi Teori Pavlov
         Meskipun eksperimen pengondisian awal dilakukan pada binatang,
prinsip-prinsip pengondisian klasik kemudian ditenggarai dapat menjelaskan
banyak aspek dari kehidupan manusia sehari-hari. Misalnya, ilustrasi yang telah
disebutkan sebelumnya tentang bagaimana seseorang dapat mengalami
serangan rasa lapar ketika melihat panah emas McDonald. Penyebab dari reaksi
ini adalah pengondisian klasik: panah yang sebelumnya netral telah menjadi
terasosiasi dengan makanan didalam             restoran tersebut        (stimulus tidak
terkondisi), yang menyebabkan panah tersebut menjadi stimulus terkondisi yang
memunculkan respons terkondisi, yaitu rasa lapar.




                                                 Psikologi Umum II | Oktober 2012     2
Pertemuan ke-4



       Respons-respons emosional biasanya dipelajari melalui pengondisian
klasik. Misalnya, bagaiman beberapa dari kita mengembangkan rasa takut
kepada tikus, laba-laba dan makhluk lain yang sebenarnya tidak berbahaya?
Dalam studi kasus, psikolog John B. Watson dan kolega Rosalie Rayner (1920)
memperlihatkan bahwa pengondisian klasik adalah akar dari rasa takut dengan
mengkondisikan seorang bayi berusia 11 bulan yang bernama Albert yang takut
pada tikus. “Albert kecil”, sebagaimana kebanyakan bayi, pada awalnya takut
dengan suara keras, namun tidak takut terhadap tikus.
                       Pada penelitian ini, eksperimenter memperdengarkan
                       suara yang keras setiap Albert menyentuh tikus putih
                       dan    berbulu.   Suara     (stimulus      tidak     terkondisi)
                       membangkitkan rasa takut (respons tidak terkondisi).
                       Setelah beberapa kali pemasangan suara dengan tikus,
                       Albert mulai memperlihatkan rasa takut terhadap tikus
dan menangis setiap kali melihatnya. Tikus tersebut, kemudian, telah menjadi
stimulus terkondisi yang menyebabkan respons terkondisi, rasa takut. Lebih jauh
lagi, efek dari pengondisian ini bertahan lama: lima hari kemudian, Albert
bereaksi dengan tingkat rasa takut yang kurang kebih sama tidak hanya ketika
diperlihatkan seekor tikus, namun juga ketika diperlihatkan objek yang terlihat
mirip dengan tikus yang berwarna putih dan berbulu, termasuk kelinci berwarna
putih, jaket bulu berwarna putih, dan bahkan topeng sinterklas berwarna putih.
(meskipun kita tidak tahu pasti apa yang terjadi dengan Albert kecil yang malang,
sepertinya ia adalah seorang anak yang sakit-sakitan dan meninggal pada usia 5
tahun. Dalam kasus ini, Watson sang ekpserimenter telah dituding menggunakan
prosedur yang berlawanan dengan etika, sehingga cara yang sama tidak boleh
lagi digunakan; Beck, Levinson, & Irons, 2009).
       Belajar melalui pengongidisian klasik juga terjadi pada masa dewasa.
Misalnya, Anda mungkin tidak pergi ke dokter gigi sesering seharusnya karena
asosiasi dokter gigi dengan rasa sakit. Pada kasus-kasus yang lebih ekstrem,
pengondisian klasik dapat menyebabkan perkembangan fobia, yang mana
merupakan rasa takut yang intens dan tidak rasional yang akan kita bahas lebih
lanjut pada bab-bab berikutnya dalam buku ini. Misalnya, fobia terhadap
serangga mungkin berkembang pada seseorang yang pernah tersengat lebah.
Fobia terhadap serangga ini dapat sangat parah sehingga orang tersebut takut
untuk meninggalkan rumah. Posttraumatic Stress Disorder (PTSD), yang dialami


                                              Psikologi Umum II | Oktober 2012      3
Pertemuan ke-4



oleh beberaoa veteran perang dan mereka yang memiliki pengalaman traumatis,
juga dapat dihasilkan oleh pengondisian klasik. Bahkan bertahun-tahun setelah
bertempur di medan perang, para veteran dapat merasakan takut atau cemas
ketika menghadapi stimulus seperti suara yang keras (Kastelan, et al., 2007;
Kozarick-Kovavic, & Borovecki, 2005; Roberts, Moore, & Bechkam, 2007).
       Bagaimanapun, pengondisian klasik juga terjadi pada pengalaman yang
menyenangkan. Misalnya, Anda mungkin memliki kesenangan tersendiri
terhadap aroma parfum atau lotion tertentu karena pikiran tentang cinta pertama
Anda kembali muncul setiap kali Anda menghadapi stimulus tersebut. Atau
mendengarkan sebuah lagu dapat membawa kembali kenangan manis karena
sosiasi yang telah Anda kembangkan di masa lalu. Pengondisian klasik,
kemudian, dapat menjelaskan banyak reaksi yang kita miliki terhadap stimulus
dalam dunia disekitar kita.


B. EDWARD LEE THORNDIKE : KAIDAH EFEK
                Menurut Thorndike belajar merupakan peristiwa terbentuknya
                asosiasi-asosiasi anatara peristiwa yang disebut stimulus dan
                respon. Teori belajar ini disebut teori “connectionism”. Eksperimen
                yang dilakukan adalah dengan kucing yang dimasukkan pada
sangkar tertutup yang apabila pintunya dapat dibuka secara otomatis bila knop di
dalam sangkar disentuh. Percobaan tersebut menghasilkan teori Trial dan Error.
Ciri-ciri belajar dengan Trial dan Error, yaitu : adanya aktivitas, ada berbagai
respon terhadap berbagai situasi, adalah eliminasi terhadap berbagai respon
yang salah, ada kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan.
       Menurut       Thorndike     belajar       itu   bersifat    incremental
(inkremental/     bertahap),     bukan     insightful     (berlangsung         ke
pengertian). Dengan kata lain, belajar dilakukan dalam langkah-
langkah kecil yang sistematis, bukan langsung melompat ke
pengertian mendalam.
       Pemikiran Thorndike mengenai proses belajar yaitu:
1. Hukum kesiapan (Law of Readiness)
   •   Ketika     seseorang      siap    untuk     melakukan       suatu     tindakan,     maka
       melakukannya akan memuaskan.
   •   Ketika     sesorang     siap     untuk      melakukan       tindakan,        maka   tidak
       melakukannya akan menjengkelkan.


                                                       Psikologi Umum II | Oktober 2012      4
Pertemuan ke-4



   •   Ketika seseorang belum siap melakukan suatu tindakan tetapi dipaksa
       melakukannya maka melakukannya akan menjengkelkan.
2. Hukum latihan (Law of Exercise)
   Artinya bahwa hubungan antara stimulus dengan respons akan semakin
   bertambah erat (law of use), jika sering dilatih dan akan semakin berkurang
   apabila jarang atau tidak dilatih (law of disuse).
3. Hukum akibat (Law of Effect)
   Artinya jika sebuah respons menghasilkan efek yang memuaskan, maka
   hubungan stimulus - respons akan semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak
   memuaskan efek yang dicapai respons, maka semakin lemah pula hubungan
   yang terjadi antara stimulus- respons.


 Aplikasi Teori Thorndike
       Thorndike percaya bahwa proses belajar berlangsung dari yang
sederhana ke yang rumit (kompleks). Motivasi relatif tidak penting, kecuali
menentukan       apa   yang   merupakan     ”keadaan    yang     memuaskan”        untuk
pembelajar. Perilaku pembelajar (mahasiswa) terutama ditentukan oleh penguat
eksternal dan bukan oleh motivasi intrinsik. Situasi belajar harus sebisa mungkin
dibuat menyerupai dunia riil. Dalam hal ini Thorndike percaya bahwa proses
belajar akan ditransfer dari ruang kelas ke lingkungan luar sepanjang dua situasi
itu mirip. Mengajari mahasiswa memecahkan problem sulit tidak selalu
memperkaya kapasitas penalaran mereka. Pertukaran mahasiswa dan magang
adalah model belajar yang menganut paham Thorndike. Proses belajar
eksperiensial (berbasis pengalaman) yang terkait erat dengan lapangan kerja
dan dunia di luar pagar kampus/ sekolah.


C. BURRHUS FREDERICK SKINNER : PENGKONDISIAN OPERAN
                 Skinner menganggap reinforcement (penguat) merupakan faktor
                 penting dalan belajar. Skinner membedakan dua (2) jenis
                 perilaku, yaitu (1) Respondent Behavior (perilaku responden),
                 adalah perilaku yang ditimbulkan oleh suatu stimulus yang
dikenali; (2) Operant Behavior (perilaku operan), adalah perilaku yang tidak
diakibatkan oleh stimulus yang dikenal tetapi dilakukan sendiri oleh organisme.
       Respons yang tidak terkondisikan (bersyarat) atau unconditioned
response adalah contoh dari perilaku responden karena respons ini ditimbulkan


                                                Psikologi Umum II | Oktober 2012     5
Pertemuan ke-4



oleh stimuli yang tidak terkondisikan. Contoh dari perilaku responden adalah
semua gerak refleks, seperti menarik tangan ketika tertusuk jarum, menutup
mata saat terkena cahaya yang menyilaukan, dan keluarnya air liur saat ada
makanan.
       Karya Skinner terfokus pada penempatan subyek dalam situasi yang
dikendalikan dan pada pengamatan perubahan perilaku mereka. Skinner
terkenal karena dia mengembangkan dan menggunakan alat yang lazim disebut
kotak Skinner. Kotak Skinner berisi alat yang sangat sederhana untuk
mempelajari perilaku binatang, biasanya tikus dan merpati. Dalam beberapa
eksperimen yang paling awal yang melibatkan kotak Skinner,
alat itu pertama-tama dibentuk sehingga apabila tikus
tersebut kebetulan menekan baloknya, tikus tersebut akan
mulai sering menekan balok itu, dengan memperoleh butiran
setiap saat. Imbalan makanan itu telah mengkondisikan perilaku tikus tersebut,
yang memperkuat penekanan balok dan memperlemah semua perilaku lain
(seperti berputar-putar mengelilingi kotak tersebut).
       Ada dua (2) prinsip umum dalam pengkondisian: (1) Setiap respons yang
diikuti dengan stimulus yang menguatkan cenderung akan diulang; dan (2)
Stimulus yang menguatkan adalah segala sesuatu yang memperbesar rata-rata
terjadinya respons operan. Prinsip penguatan menurut Skinner ada 2, yaitu:
1) Primary positive reinforcement (penguatan positif primer)
   Ini adalah sesuatu yang secara alamiah memperkuat bagi organisme dan
   berkaitan dengan survival, seperti makanan dan minuman.
2) Primary negatif reinforcer (penguat negatif primer)
   Adalah sesuatu yang membahayakan secara tidak alamiah bagi organisme,
   seperti suara yang amat tinggi atau setrum listrik.
              Punishment       (hukuman)      terjadi      ketika      suatu       respons
              menghilangkan      sesuatu     yang       positif     dari   situasi    atau
              menambahkan sesuatu yang negatif. Hukuman adalah mencegah
              pemberian sesuatu yang diharapkan organisme, atau memberi
organisme sesuatu yang tidak diinginkannya. Dalam hal ini Skinner menentang
penggunaan hukuman adalah bahwa hukuman itu dalam jangka panjang tidak
akan efektif. Hukuman hanya menekan perilaku, dan ketika ancaman hukuman
dihilangkan, tingkat perilaku akan kembali ke level semula. Jadi hukuman sering




                                                Psikologi Umum II | Oktober 2012        6
Pertemuan ke-4



kelihatannya sangat berhasil padahal ia sebenarnya hanya menghasilkan efek
temporer.


 Aplikasi Teori Skinner
       Prinsip-prinsip kondisioning operan dapat menjelaskan banyak sekali
misteri mengapa seseorang berlaku seperti apa adanya, dan mengapa, terlepas
dari segala macam seminar mengenai motivasi yang telah mereka ikuti atau
hadiri, atau juga setelah membuat resolusi tahun baru, mereka tetap mengalami
kesulitan untuk berubaj menjadi seperti yang mereka harapkan. Bila, dalam
dunia kerja dan rumah tangga masih tetap dipenuhi oleh reinforcement ,
hukuman, maupun stimulus diskriminan yang lama (bos yang selalu menggerutu,
pasangan yang tidak responsif, kulkas yang senantiasa penuh dengan makanan
berkalori tinggi), setiap respons terbaru yang telah diperoleh dapat saja gagal
untuk tergeneralisasi.
       Untuk membantu orang mengubah perilaku dan kebiasaan yang tidak
diharapkan, berbahaya ataupun merugikan diri sendiri, para ahli dalam aliran
behaviorisme telah menggunakan prinsip-prinsip kondisioning operan di luar
konteks laboratorium dan juga dalam dunia yang lebih luas, seperti dalam kelas,
lapangan atletik, penjara, rumah sakit jiwa, rumah perawatan, atau panti, tempat
                          rehabilitasi, penitipan anak, pabrik, dan perusahaan.
                          Penggunaan teknik-teknik kondisioning operant dalam
                          latar belakang dunia nyata ini sering kali disebut
                          sebagai modifikasi perilaku (behaviour modification-
                          juga dikenal sebagai analisis perilaku terapan).
       Modifikasi perilaku telah mencapai kisah sukses yang luar biasa (Kazdin,
2001). Para ahli behaviourisme telah mengajarkan orangtua bagaimana melatih
kemampuan mengatur perilaku buang air anak-anaknya hanya dalam beberapa
sesi (Azrin & Foxx, 1974). Mereka telah melatih orang dewasa yang mengalami
gangguan kejiwaan maupun yang memiliki keterbelakangan mental untuk
berkomunnikasi, menggunakan pakaian secara mandiri, dan juga berbaur secara
sosial dengan orang lain dan juga mendapatkan pelerjaan dan penghasilan
mereka sendiri (Lent, 1968; McLeod, 1985). Mereka telah mengajarkan kepada
pasien dengan kerusakan otak untuk mengukur perilaku yang kurang tepat,
memusatkan perhatian mereka dan meningkatkan kemampuan berbahasa
mereka (McGlynn, 1990). Mereka telah mengembangkan program-program yang


                                              Psikologi Umum II | Oktober 2012   7
Pertemuan ke-4



efektif untuk pada anak yang menderita autisme untuk meningkatkan
kemampuan dan keterampilan sosial, bahasa dan akademiknya (Green,
1996,a,b). mereka telah membantu orang-orang yang menghilangkan segala
kebiasaan yang tidak diinginkan seoertu merokok dan mengigit kuku, atau
menghasilkan kebiasaan baru yang diharapkan, seperti berlatih bermain piano
ataupun belajar.
       Meskipun demikian, ketika orang-orang berupaya untuk mengaplikasikan
prinsip-prinsip kondisioning pada masalah di tempat-tempat umum, usaha
mereka sering kali gagal. Mereka mungkin saja tidak memiliki pemahaman yang
kuat mengenai prinsip-psinsip perilaku; misalnya saja, mereka mungkin saja
menunda pemberian penghargaan terlalu lamam atau memberikan partial
reinforcement atas perilaku yang tidak diharapkan. Dan satu yang harus diingat
adalah bahwa baik hukuman dan reinforcement perilaku, memiliki keterbatasan
masing-masing.


D. ALBERT BANDURA: BELAJAR SOSIAL – KOGNITIF SOSIAL
                 Ternyata   tidak   semua   perilaku    dapat     dijelaskan       dengan
                 pengkondisian. Bandura menambahkan konsep belajar sosial
                 (social learning). Teori ini perkembangan dari teori behavioral
                 tetapi lebih mengarah ke aspek kognitif. Ia mempermasalahkan
                 peranan ganjaran dan hukuman dalam proses belajar. Kaum
behaviorisme tradisional menjelaskan bahwa kata-kata yang semula tidak ada
maknanya, dipasangkan dengan lambang atau obyek yang punya makna
(pengkondisian klasik).
       Albert Bandura mengadopsi suatu pendirian yang cukup berbeda. Teori
kognisinya sosialnya menjelaskan fungsi psikologis dalam kondisi triardic
reciprocal determinan. Sistem ini mengasumsikan bahwa tindakan manusia
adalah hasil dari interaksi antara tiga (3) variabel, yaitu lingkungan, perilaku, dan
manusia. “Manusia” yang dimaksud oleh Bandura diaplikasikan secara umum,
walaupun tidak eksklusif, seperti faktor kognitif; yaitu memori, antisipasi,
perencanaan, dan penilaian. Oleh karena manusia memiliki atau melakukan
restrukturisasi pada lingkungan mereka, yaitu kognisi merupakan sebagian hal
yang menentukan kejadian apa yang diperhatikan oleh seseorang, nilai-nilai apa
yang mereka letakkan pada kejadian tersebut, dan bagaimana mereka
mengorganisasikan kejadian tersebut untuk digunakan di masa depan.


                                                Psikologi Umum II | Oktober 2012       8
Pertemuan ke-4



Walaupun kognisi mempunyai dampak kausal yang kuat pada lingkungan dan
perilaku, tetapi kognisi bukanlah sebuah entitas yang otonom atau bersifat
independen dari kedua variabel lainnya.
Triardic     reciprocal     determinan   direpresentasikan      secara      sistematis;      B
                              mengimplikasikan        perilaku         (behavior),           E
                              merepresentasikan    lingkungan       eksternal         (external
                              environtment), dan P merepresentasikan manusia itu
                              sendiri (person), termasuk gender, kedudukan sosial,
ukuran, penampilan fisik yang menarik dari orang tersebut, tetapi lebih
ditekankan pada faktor kognitif, seperti pikiran, memori, penilaian, insight, dan
lain-lain.


Pembelajaran Observasional
                          Pembelajaran observasional disebut juga dengan imitasi
                          atau modeling, yaitu pembelajaran yang dilakukan ketika
                          seseorang mengamati dan meniru perilaku orang lain.
                          Kapasitas untuk mempelajari pola perilaku dengan observasi
dapat mengeliminasi pembelajaran trial dan error yang membosankan. Dalam
banyak kasus, pembelajaran observasional membutuhkan lebih sedikit waktu
ketimbang pengkondisian operan.
        Model pembelajaran observasional kontemporer Bandura, memfokuskan
pada proses spesifik yang terlibat dalam pembelajaran observasional, yaitu :
a) Atensi (perhatian), sebelum anak dapat meniru tindakan model, mereka
    harus memperhatikan apa yang dilakukan atau dikatakan si model sehingga
    model harus memiliki sejumlah karakteristik agar dapat diperhatikan oleh
    anak seperti orang yang hangat, kuat dan ramah. Anak juga lebih mungkin
    memperhatikan model berstatus tinggi ketimbang model berstatus rendah.
    Contohnya: orang tua merupakan model berstatus tinggi dimata anak.
b) Retensi, untuk meniru tindakan dari model maka anak harus dapat
    menyimpannya di dalam ingatan (memori). Retensi anak akan meningkat jika
    model atau orang tua memberikan demonstrasi atau contoh yang hidup dan
    jelas.
c) Produksi, anak mungkin memperhatikan model dan mengingat apa yang
    mereka lihat, tetapi karena keterbatasan dan kemampuan geraknya, mereka
    tidak bisa meniru perilaku model. Misalnya seorang anak 13 tahun yang


                                                   Psikologi Umum II | Oktober 2012         9
Pertemuan ke-4



    menyaksikan pemain basket Michael Jordan yang melakukan shoot dengan
    sempurna. Tetapi anak itu tidak mampu meniru apa yang dilakukan model
    tersebut sehingga diperlukan belajar, berlatih dan berusaha dapat membantu
    murid untuk meningkatkan kinerja motor mereka.
d) Motivasi, meski anak memperhatikan, mengingat dan memiliki kemampuan
    untuk dapat meniru tindakan model, tetapi sering kali tidak termotivasi untuk
    melakukannya.


•   Modeling
        Inti dari pembelajaran melalui proses observasi adalah modeling.
Modeling meliputi menambahi atau mengurangi suatu perilaku yang diobservasi
dan menggeneralisasi dari satu observasi ke observasi yang lainnya. Modeling
meliputi proses kognitif dan bukan sekedar melakukan imitasi. Modeling lebih
dari   sekedar       mencocokkan      perilaku     dari     orang       lain,    melainkan
merepresentasikan secara simbolis suatu informasi dan mneyimpannya untuk
digunakan di masa depan.


Pembelajaran Aktif
        Bandura meyakini bahwa perilaku manusia yang kompleks dapat
dipelajari saat seseorang memikirkan dan mengevaluasi konsekuensi perilaku
mereka. Konsekuensi dari respon ini memiliki setidaknya tiga (3) fungsi, yaitu:
•   Konsekuensi dari respons memberikan kita informasi mengenai dampak
    perilaku kita.
•   Konsekuensi dari respon-respon memotivasi perilaku kita yang bersifat
    antisipasi, yaitu bahwa kita mampu secara simbolik merepresentasikan
    pencapaian di masa depan dan bertindak sesuai dengan hal tersebut.
•   Konsekuensi      dari   respons    berfungsi     untuk      menguatkan            perilaku.
    Pembelajaran terjadi lebih efisien saat pihak yang belajar terlibat secara
    kognitif dalam situasi belajar, dan mengerti perilaku apa yang mendahului
    respon-respon yang berhasil.


 Aplikasi Teori Albert Bandura
        Bandura secara dramatis mendemontrasikan kemampuan model untuk
menstimulasi belajar dalam suatu eksperimen klasik. Dalam penelitian ini, anak
muda melihat sebuah film tentang seorang dewasa yang dengan brutal memukul

                                                   Psikologi Umum II | Oktober 2012        10
Pertemuan ke-4



                     permainan pukul setinggi 5 kaki yang disebut dengan
                     boneka    Bobo   (Bandura,       Ross&Ross,         1963a,       1963b).
                     kemudian, anak tersebut diberikan kesempatan untuk
                     bermain   dengan     boneka       Bobo      tersebut,      dan    dapat
                     dipastikan bahwa kebanyakan anak akan memperlihatkan
                     perilaku yang sama, bahkan pada beberapa kasus meniru
perilaku agresif tersebut secara hampir identik.
       Tidak hanya perilaku negatif yang diperoleh melalui belajar observasional.
Dalam suatu eksperimen misalnya, seorang anak yang takut kepada anjing
dihadapkan pada seorang model--yang merupakan anak yang tidak punya rasa
takut—yang sedang bermain dengan seekor anjing (Bandura, Grusec &
Menlove, 1967). Setelah penghadapan ini, besar kemungkinan observer akan
mendekati seekor anjing asing yang belum pernah ia lihat sebelumnya.




                                  DAFTAR PUSTAKA


Hergenhahn, B.R., & Olson, M.H. (2008). Theories of Learning (Teori Belajar).
(Terjemahan). Jakarta: Prenada Media Group

King, L.A. (2010). Psikologi Umum, Sebuah Pandangan Apresiatif. Buku 1.
Jakarta: Salemba Humanika

Wade, Carol., & Tavris, Carol. (2007). Psikologi Edisi Kesembilan (Terjemahan).
Jakarta: Penerbit Erlangga

Feldman, Robert S. (2012). Pengantar Psilologi “Understanding Psychology”
(Terjemahan). Jakarta: Penerbit Salemba Humanika.




                                                   Psikologi Umum II | Oktober 2012      11

More Related Content

What's hot (13)

Ppt psikologi purposif, refleksisme dan behaviorisme
Ppt psikologi purposif, refleksisme dan behaviorismePpt psikologi purposif, refleksisme dan behaviorisme
Ppt psikologi purposif, refleksisme dan behaviorisme
 
Behaviourisme
BehaviourismeBehaviourisme
Behaviourisme
 
Teori pembelajaran
Teori pembelajaranTeori pembelajaran
Teori pembelajaran
 
Ivan Pavlov
Ivan PavlovIvan Pavlov
Ivan Pavlov
 
Psikologi purposive, refleksive dan behaviorisme Makalah
Psikologi purposive, refleksive dan behaviorisme MakalahPsikologi purposive, refleksive dan behaviorisme Makalah
Psikologi purposive, refleksive dan behaviorisme Makalah
 
pertemuan 7
pertemuan 7pertemuan 7
pertemuan 7
 
Murid dan Alam Belajar - Teori Behavioris
Murid dan Alam Belajar - Teori BehaviorisMurid dan Alam Belajar - Teori Behavioris
Murid dan Alam Belajar - Teori Behavioris
 
Psikologi purposif, refleksive dan behaviorisme
Psikologi purposif, refleksive dan behaviorismePsikologi purposif, refleksive dan behaviorisme
Psikologi purposif, refleksive dan behaviorisme
 
Teori Belajar Pavlov
Teori Belajar PavlovTeori Belajar Pavlov
Teori Belajar Pavlov
 
JURNAL BEHAVIORISTIK (REFERENSI)
JURNAL BEHAVIORISTIK (REFERENSI)JURNAL BEHAVIORISTIK (REFERENSI)
JURNAL BEHAVIORISTIK (REFERENSI)
 
Emosi, Stress dan Adaptasi
Emosi, Stress dan AdaptasiEmosi, Stress dan Adaptasi
Emosi, Stress dan Adaptasi
 
Teori Behaviorisme
Teori BehaviorismeTeori Behaviorisme
Teori Behaviorisme
 
Gangguan jiwa dalam perspektif behavioristik
Gangguan jiwa dalam perspektif behavioristikGangguan jiwa dalam perspektif behavioristik
Gangguan jiwa dalam perspektif behavioristik
 

Viewers also liked (13)

Ca 260 powerpoint project
Ca 260 powerpoint projectCa 260 powerpoint project
Ca 260 powerpoint project
 
Spring 2013 fin722 1
Spring 2013 fin722 1Spring 2013 fin722 1
Spring 2013 fin722 1
 
Marijuana laws
Marijuana lawsMarijuana laws
Marijuana laws
 
presentasi memori
 presentasi memori presentasi memori
presentasi memori
 
UU NO 45 2007 l2
UU NO 45 2007 l2UU NO 45 2007 l2
UU NO 45 2007 l2
 
Modul 5 pio penilaian kinerja karyawan
Modul 5 pio penilaian kinerja karyawanModul 5 pio penilaian kinerja karyawan
Modul 5 pio penilaian kinerja karyawan
 
kesadaran
 kesadaran kesadaran
kesadaran
 
geopolitik
 geopolitik geopolitik
geopolitik
 
masyarakat madani
masyarakat madanimasyarakat madani
masyarakat madani
 
Behavioral finance (2008)
Behavioral finance (2008)Behavioral finance (2008)
Behavioral finance (2008)
 
tatanan sosial dan pengendalian sosial
 tatanan sosial dan pengendalian sosial tatanan sosial dan pengendalian sosial
tatanan sosial dan pengendalian sosial
 
bela-negara
bela-negarabela-negara
bela-negara
 
THE ARENA (A Project of Bahria Town)
THE ARENA (A Project of Bahria Town)THE ARENA (A Project of Bahria Town)
THE ARENA (A Project of Bahria Town)
 

Similar to belajar

Teori Belajar dan Pembelajaran (1 - 2) -teori-belajar-behavioristik1
Teori Belajar dan Pembelajaran (1 - 2) -teori-belajar-behavioristik1Teori Belajar dan Pembelajaran (1 - 2) -teori-belajar-behavioristik1
Teori Belajar dan Pembelajaran (1 - 2) -teori-belajar-behavioristik1
jayamartha
 
Materi Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran oleh Pak La Ode Supardi, M.Pd: Te...
Materi Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran oleh Pak La Ode Supardi, M.Pd: Te...Materi Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran oleh Pak La Ode Supardi, M.Pd: Te...
Materi Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran oleh Pak La Ode Supardi, M.Pd: Te...
-Nining Syafitri
 
01. teori behaviorisme
01. teori behaviorisme01. teori behaviorisme
01. teori behaviorisme
syahri93
 
Teori Evolusioner dan Psikologi Evolusioner dalam Psikologi Belajar
Teori Evolusioner dan Psikologi Evolusioner dalam Psikologi BelajarTeori Evolusioner dan Psikologi Evolusioner dalam Psikologi Belajar
Teori Evolusioner dan Psikologi Evolusioner dalam Psikologi Belajar
Rifqi 8
 

Similar to belajar (20)

Makalah teori belajar
Makalah teori belajarMakalah teori belajar
Makalah teori belajar
 
Teori belajar.pdf
Teori belajar.pdfTeori belajar.pdf
Teori belajar.pdf
 
Teori belajar-behavioristik
Teori belajar-behavioristikTeori belajar-behavioristik
Teori belajar-behavioristik
 
Teori behaviorisme
Teori behaviorismeTeori behaviorisme
Teori behaviorisme
 
EK Teori Belajar.pdf
EK Teori Belajar.pdfEK Teori Belajar.pdf
EK Teori Belajar.pdf
 
Teori Belajar
Teori BelajarTeori Belajar
Teori Belajar
 
Kelompok 3 Psikolinguistik - Teori Stimulus Respon
Kelompok 3 Psikolinguistik - Teori Stimulus ResponKelompok 3 Psikolinguistik - Teori Stimulus Respon
Kelompok 3 Psikolinguistik - Teori Stimulus Respon
 
Teori Behavioristik
Teori BehavioristikTeori Behavioristik
Teori Behavioristik
 
Teori Belajar dan Pembelajaran (1 - 2) -teori-belajar-behavioristik1
Teori Belajar dan Pembelajaran (1 - 2) -teori-belajar-behavioristik1Teori Belajar dan Pembelajaran (1 - 2) -teori-belajar-behavioristik1
Teori Belajar dan Pembelajaran (1 - 2) -teori-belajar-behavioristik1
 
Psikologi Behavioristik
Psikologi BehavioristikPsikologi Behavioristik
Psikologi Behavioristik
 
Week1- 2 b -teori-belajar-behavioristik
Week1- 2 b -teori-belajar-behavioristikWeek1- 2 b -teori-belajar-behavioristik
Week1- 2 b -teori-belajar-behavioristik
 
Week1-2 -teori-belajar-behavioristik
Week1-2 -teori-belajar-behavioristikWeek1-2 -teori-belajar-behavioristik
Week1-2 -teori-belajar-behavioristik
 
Week1-2b -teori-belajar-behavioristik
Week1-2b -teori-belajar-behavioristikWeek1-2b -teori-belajar-behavioristik
Week1-2b -teori-belajar-behavioristik
 
Materi Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran oleh Pak La Ode Supardi, M.Pd: Te...
Materi Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran oleh Pak La Ode Supardi, M.Pd: Te...Materi Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran oleh Pak La Ode Supardi, M.Pd: Te...
Materi Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran oleh Pak La Ode Supardi, M.Pd: Te...
 
01. teori behaviorisme
01. teori behaviorisme01. teori behaviorisme
01. teori behaviorisme
 
Presentation Topic 6 Psikologi
Presentation Topic 6 Psikologi Presentation Topic 6 Psikologi
Presentation Topic 6 Psikologi
 
Teori Belajar Behavioristik
Teori Belajar BehavioristikTeori Belajar Behavioristik
Teori Belajar Behavioristik
 
Belajar.pptx
Belajar.pptxBelajar.pptx
Belajar.pptx
 
Teori Evolusioner dan Psikologi Evolusioner dalam Psikologi Belajar
Teori Evolusioner dan Psikologi Evolusioner dalam Psikologi BelajarTeori Evolusioner dan Psikologi Evolusioner dalam Psikologi Belajar
Teori Evolusioner dan Psikologi Evolusioner dalam Psikologi Belajar
 
Teori Belajar dalam Pembelajaran Bahasa
Teori Belajar dalam Pembelajaran BahasaTeori Belajar dalam Pembelajaran Bahasa
Teori Belajar dalam Pembelajaran Bahasa
 

More from suher lambang

Makalah agama islam 1234
Makalah agama islam 1234Makalah agama islam 1234
Makalah agama islam 1234
suher lambang
 
Modul pertemuan psy faal pkk ke 7 materi otak dan
Modul pertemuan psy faal pkk ke 7 materi otak dan Modul pertemuan psy faal pkk ke 7 materi otak dan
Modul pertemuan psy faal pkk ke 7 materi otak dan
suher lambang
 
Modul pertemuan psy faal pkk ke 6 materi perkemban
Modul pertemuan psy faal pkk ke 6 materi perkembanModul pertemuan psy faal pkk ke 6 materi perkemban
Modul pertemuan psy faal pkk ke 6 materi perkemban
suher lambang
 
Modul pertemuan psy faal pkk ke 5 materi sistem ho
Modul pertemuan psy faal pkk ke 5 materi sistem hoModul pertemuan psy faal pkk ke 5 materi sistem ho
Modul pertemuan psy faal pkk ke 5 materi sistem ho
suher lambang
 
Modul pertemuan psy faal pkk ke 4 materi sel sarap
Modul pertemuan psy faal pkk ke 4 materi sel sarapModul pertemuan psy faal pkk ke 4 materi sel sarap
Modul pertemuan psy faal pkk ke 4 materi sel sarap
suher lambang
 
Modul pertemuan psy faal pkk ke 3 materi sistem sa
Modul pertemuan psy faal pkk ke 3 materi sistem saModul pertemuan psy faal pkk ke 3 materi sistem sa
Modul pertemuan psy faal pkk ke 3 materi sistem sa
suher lambang
 
Modul pertemuan psy faal pkk ke 2 materi sistem se
Modul pertemuan psy faal pkk ke 2 materi sistem seModul pertemuan psy faal pkk ke 2 materi sistem se
Modul pertemuan psy faal pkk ke 2 materi sistem se
suher lambang
 
Modul pertemuan psy faal pkk ke 1 materi pengantar
Modul pertemuan psy faal pkk ke 1 materi pengantarModul pertemuan psy faal pkk ke 1 materi pengantar
Modul pertemuan psy faal pkk ke 1 materi pengantar
suher lambang
 
Stress.kesehatan dan coping
Stress.kesehatan dan coping Stress.kesehatan dan coping
Stress.kesehatan dan coping
suher lambang
 
Presentation1.ppt.filsafat.afektivitas
Presentation1.ppt.filsafat.afektivitasPresentation1.ppt.filsafat.afektivitas
Presentation1.ppt.filsafat.afektivitas
suher lambang
 
Presentasi ppt.antropologi.mitos.repb-repb
Presentasi ppt.antropologi.mitos.repb-repbPresentasi ppt.antropologi.mitos.repb-repb
Presentasi ppt.antropologi.mitos.repb-repb
suher lambang
 
Mitos pulung gantung di gunung kidul
Mitos pulung gantung di gunung kidulMitos pulung gantung di gunung kidul
Mitos pulung gantung di gunung kidul
suher lambang
 
Mitos pulung gantung pp
Mitos pulung gantung ppMitos pulung gantung pp
Mitos pulung gantung pp
suher lambang
 
good governance (2012)
good governance (2012)good governance (2012)
good governance (2012)
suher lambang
 
perilaku_kolektif_dan_gerakan_sosial
perilaku_kolektif_dan_gerakan_sosialperilaku_kolektif_dan_gerakan_sosial
perilaku_kolektif_dan_gerakan_sosial
suher lambang
 

More from suher lambang (20)

Makalah agama islam 1234
Makalah agama islam 1234Makalah agama islam 1234
Makalah agama islam 1234
 
Modul pertemuan psy faal pkk ke 7 materi otak dan
Modul pertemuan psy faal pkk ke 7 materi otak dan Modul pertemuan psy faal pkk ke 7 materi otak dan
Modul pertemuan psy faal pkk ke 7 materi otak dan
 
Modul pertemuan psy faal pkk ke 6 materi perkemban
Modul pertemuan psy faal pkk ke 6 materi perkembanModul pertemuan psy faal pkk ke 6 materi perkemban
Modul pertemuan psy faal pkk ke 6 materi perkemban
 
Modul pertemuan psy faal pkk ke 5 materi sistem ho
Modul pertemuan psy faal pkk ke 5 materi sistem hoModul pertemuan psy faal pkk ke 5 materi sistem ho
Modul pertemuan psy faal pkk ke 5 materi sistem ho
 
Modul pertemuan psy faal pkk ke 4 materi sel sarap
Modul pertemuan psy faal pkk ke 4 materi sel sarapModul pertemuan psy faal pkk ke 4 materi sel sarap
Modul pertemuan psy faal pkk ke 4 materi sel sarap
 
Modul pertemuan psy faal pkk ke 3 materi sistem sa
Modul pertemuan psy faal pkk ke 3 materi sistem saModul pertemuan psy faal pkk ke 3 materi sistem sa
Modul pertemuan psy faal pkk ke 3 materi sistem sa
 
Modul pertemuan psy faal pkk ke 2 materi sistem se
Modul pertemuan psy faal pkk ke 2 materi sistem seModul pertemuan psy faal pkk ke 2 materi sistem se
Modul pertemuan psy faal pkk ke 2 materi sistem se
 
Modul pertemuan psy faal pkk ke 1 materi pengantar
Modul pertemuan psy faal pkk ke 1 materi pengantarModul pertemuan psy faal pkk ke 1 materi pengantar
Modul pertemuan psy faal pkk ke 1 materi pengantar
 
Stress.kesehatan dan coping
Stress.kesehatan dan coping Stress.kesehatan dan coping
Stress.kesehatan dan coping
 
Mitos.dewa yunani
Mitos.dewa yunaniMitos.dewa yunani
Mitos.dewa yunani
 
Presentation1.ppt.filsafat.afektivitas
Presentation1.ppt.filsafat.afektivitasPresentation1.ppt.filsafat.afektivitas
Presentation1.ppt.filsafat.afektivitas
 
Presentasi ppt.antropologi.mitos.repb-repb
Presentasi ppt.antropologi.mitos.repb-repbPresentasi ppt.antropologi.mitos.repb-repb
Presentasi ppt.antropologi.mitos.repb-repb
 
Mitos pulung gantung di gunung kidul
Mitos pulung gantung di gunung kidulMitos pulung gantung di gunung kidul
Mitos pulung gantung di gunung kidul
 
Mitos pulung gantung pp
Mitos pulung gantung ppMitos pulung gantung pp
Mitos pulung gantung pp
 
Presentasi kanibal
Presentasi kanibalPresentasi kanibal
Presentasi kanibal
 
good governance (2012)
good governance (2012)good governance (2012)
good governance (2012)
 
perilaku_kolektif_dan_gerakan_sosial
perilaku_kolektif_dan_gerakan_sosialperilaku_kolektif_dan_gerakan_sosial
perilaku_kolektif_dan_gerakan_sosial
 
geopolitik
geopolitikgeopolitik
geopolitik
 
otonomi daerah
otonomi daerahotonomi daerah
otonomi daerah
 
(Bab 9) geostrategi
(Bab 9) geostrategi(Bab 9) geostrategi
(Bab 9) geostrategi
 

belajar

  • 1. Pertemuan ke-4 BAB 4 BELAJAR Kimble (dalam Hergenhahn dan Olson, 2008) mendefinisikan belajar sebagai perubahan yang relatif permanen di behavioral potentiality (potensi perilaku) yang terjadi sebagai akibat dari reinforced practice (praktik yang diperkuat). Definisi ini mengandung pengertian sebagai berikut: 1) Belajar diukur berdasarkan perubahan dalam perilaku; dengan kata lain, hasil dari belajar harus selalu diterjemahkan ke dalam perilaku atau tindakan yang dapat diamati. Setelah menjadi proses belajar, pembelajar (learner) akan mampu melakukan sesuatu yang tidak bisa mereka lakukan sebelum mereka belajar; 2) Perubahan behavioral ini relative permanen; artinya hanya sementara dan tidak menetap; 3) Perubahan perilaku itu tidak selalu terjadi secara langsung setelah proses belajar selesai. Kendati ada potensi untuk bertindak secara berbeda, potensi untuk bertindak ini mungkin tidak akan diterjemahkan ke dalam bentuk perilaku secara langsung; 4) Perubahan perilaku (atau potensi behavioral) berasal dari pengalaman atau praktik (latihan); 5) Pengalaman atau praktik harus diperkuat; artinya hanya respons-respons yang menyebabkan penguatanlah yang akan dipelajari; Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000:143). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Berikut adalah beberapa tokoh yang mengungkap belajar melalui teori- teorinya. A. IVAN PETROVICH PAVLOV : PENGKONDISIAN KLASIK Teori pengkondisian klasik (Classical Conditioning) adalah memasangkan stimuli yang netral atau stimuli yang terkondisi dengan stimuli tertentu yang tidak terkondisikan, yang melahirkan perilaku tertentu. Setelah pemasangan ini terjadi Psikologi Umum II | Oktober 2012 1
  • 2. Pertemuan ke-4 berulang-ulang, stimuli yang netral melahirkan respons terkondisikan. Pengkondisian klasik dapat diringkas sebagai berikut: 1. Sebuah stimulus, seperti makanan, disajikan kepada suatu organisme dan akan menyebabkan reaksi natural dan otomatis, seperti keluarnya air liur. Stimulus yang menyebabkan reaksi natural ini dinamakan unconditioned stimulus (US) (stimulus tak bersyarat). Dalam kasus ini, makanan adalah US. Reaksi natural dan otomatis terhadapt US ini dinamakan unconditioned response (UR) (respons tak bersyarat). Dalam kasus ini, keluarnya air liur adalah UR. 2. Suatu stimulus netral (stimulus yang tidak menimbulkan UR), seperti suara atau cahaya, disajikan kepada organisme itu tepat sebelum penyajian makanan US (makanan). Stimulus netral ini dinamakan conditioned stimulus (CS) (stimulus bersyarat atau terkondisikan). 3. Setelah CS dan US dipasangkan beberapa kali, dengan CS selalu mendahului US, kemudian diajikan CS saja, dan organisme itu akan mengeluarkan air liur. Respons air liur ini, yang sama dengan respons organisme tersebut tersebut terhadap US, kini terjadi saat merespons CS, yakni suara atau cahaya. Kini kita megatakan bahwa tampak ada conditioned response (CR) (respons yang bersyarat atau terkondisikan). Dalam pengkondisian klasik, US dinamakan penguatan (reinforcement) karena seluruh prosedur pengkondisian bergantung kepadanya.  Aplikasi Teori Pavlov Meskipun eksperimen pengondisian awal dilakukan pada binatang, prinsip-prinsip pengondisian klasik kemudian ditenggarai dapat menjelaskan banyak aspek dari kehidupan manusia sehari-hari. Misalnya, ilustrasi yang telah disebutkan sebelumnya tentang bagaimana seseorang dapat mengalami serangan rasa lapar ketika melihat panah emas McDonald. Penyebab dari reaksi ini adalah pengondisian klasik: panah yang sebelumnya netral telah menjadi terasosiasi dengan makanan didalam restoran tersebut (stimulus tidak terkondisi), yang menyebabkan panah tersebut menjadi stimulus terkondisi yang memunculkan respons terkondisi, yaitu rasa lapar. Psikologi Umum II | Oktober 2012 2
  • 3. Pertemuan ke-4 Respons-respons emosional biasanya dipelajari melalui pengondisian klasik. Misalnya, bagaiman beberapa dari kita mengembangkan rasa takut kepada tikus, laba-laba dan makhluk lain yang sebenarnya tidak berbahaya? Dalam studi kasus, psikolog John B. Watson dan kolega Rosalie Rayner (1920) memperlihatkan bahwa pengondisian klasik adalah akar dari rasa takut dengan mengkondisikan seorang bayi berusia 11 bulan yang bernama Albert yang takut pada tikus. “Albert kecil”, sebagaimana kebanyakan bayi, pada awalnya takut dengan suara keras, namun tidak takut terhadap tikus. Pada penelitian ini, eksperimenter memperdengarkan suara yang keras setiap Albert menyentuh tikus putih dan berbulu. Suara (stimulus tidak terkondisi) membangkitkan rasa takut (respons tidak terkondisi). Setelah beberapa kali pemasangan suara dengan tikus, Albert mulai memperlihatkan rasa takut terhadap tikus dan menangis setiap kali melihatnya. Tikus tersebut, kemudian, telah menjadi stimulus terkondisi yang menyebabkan respons terkondisi, rasa takut. Lebih jauh lagi, efek dari pengondisian ini bertahan lama: lima hari kemudian, Albert bereaksi dengan tingkat rasa takut yang kurang kebih sama tidak hanya ketika diperlihatkan seekor tikus, namun juga ketika diperlihatkan objek yang terlihat mirip dengan tikus yang berwarna putih dan berbulu, termasuk kelinci berwarna putih, jaket bulu berwarna putih, dan bahkan topeng sinterklas berwarna putih. (meskipun kita tidak tahu pasti apa yang terjadi dengan Albert kecil yang malang, sepertinya ia adalah seorang anak yang sakit-sakitan dan meninggal pada usia 5 tahun. Dalam kasus ini, Watson sang ekpserimenter telah dituding menggunakan prosedur yang berlawanan dengan etika, sehingga cara yang sama tidak boleh lagi digunakan; Beck, Levinson, & Irons, 2009). Belajar melalui pengongidisian klasik juga terjadi pada masa dewasa. Misalnya, Anda mungkin tidak pergi ke dokter gigi sesering seharusnya karena asosiasi dokter gigi dengan rasa sakit. Pada kasus-kasus yang lebih ekstrem, pengondisian klasik dapat menyebabkan perkembangan fobia, yang mana merupakan rasa takut yang intens dan tidak rasional yang akan kita bahas lebih lanjut pada bab-bab berikutnya dalam buku ini. Misalnya, fobia terhadap serangga mungkin berkembang pada seseorang yang pernah tersengat lebah. Fobia terhadap serangga ini dapat sangat parah sehingga orang tersebut takut untuk meninggalkan rumah. Posttraumatic Stress Disorder (PTSD), yang dialami Psikologi Umum II | Oktober 2012 3
  • 4. Pertemuan ke-4 oleh beberaoa veteran perang dan mereka yang memiliki pengalaman traumatis, juga dapat dihasilkan oleh pengondisian klasik. Bahkan bertahun-tahun setelah bertempur di medan perang, para veteran dapat merasakan takut atau cemas ketika menghadapi stimulus seperti suara yang keras (Kastelan, et al., 2007; Kozarick-Kovavic, & Borovecki, 2005; Roberts, Moore, & Bechkam, 2007). Bagaimanapun, pengondisian klasik juga terjadi pada pengalaman yang menyenangkan. Misalnya, Anda mungkin memliki kesenangan tersendiri terhadap aroma parfum atau lotion tertentu karena pikiran tentang cinta pertama Anda kembali muncul setiap kali Anda menghadapi stimulus tersebut. Atau mendengarkan sebuah lagu dapat membawa kembali kenangan manis karena sosiasi yang telah Anda kembangkan di masa lalu. Pengondisian klasik, kemudian, dapat menjelaskan banyak reaksi yang kita miliki terhadap stimulus dalam dunia disekitar kita. B. EDWARD LEE THORNDIKE : KAIDAH EFEK Menurut Thorndike belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi anatara peristiwa yang disebut stimulus dan respon. Teori belajar ini disebut teori “connectionism”. Eksperimen yang dilakukan adalah dengan kucing yang dimasukkan pada sangkar tertutup yang apabila pintunya dapat dibuka secara otomatis bila knop di dalam sangkar disentuh. Percobaan tersebut menghasilkan teori Trial dan Error. Ciri-ciri belajar dengan Trial dan Error, yaitu : adanya aktivitas, ada berbagai respon terhadap berbagai situasi, adalah eliminasi terhadap berbagai respon yang salah, ada kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan. Menurut Thorndike belajar itu bersifat incremental (inkremental/ bertahap), bukan insightful (berlangsung ke pengertian). Dengan kata lain, belajar dilakukan dalam langkah- langkah kecil yang sistematis, bukan langsung melompat ke pengertian mendalam. Pemikiran Thorndike mengenai proses belajar yaitu: 1. Hukum kesiapan (Law of Readiness) • Ketika seseorang siap untuk melakukan suatu tindakan, maka melakukannya akan memuaskan. • Ketika sesorang siap untuk melakukan tindakan, maka tidak melakukannya akan menjengkelkan. Psikologi Umum II | Oktober 2012 4
  • 5. Pertemuan ke-4 • Ketika seseorang belum siap melakukan suatu tindakan tetapi dipaksa melakukannya maka melakukannya akan menjengkelkan. 2. Hukum latihan (Law of Exercise) Artinya bahwa hubungan antara stimulus dengan respons akan semakin bertambah erat (law of use), jika sering dilatih dan akan semakin berkurang apabila jarang atau tidak dilatih (law of disuse). 3. Hukum akibat (Law of Effect) Artinya jika sebuah respons menghasilkan efek yang memuaskan, maka hubungan stimulus - respons akan semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak memuaskan efek yang dicapai respons, maka semakin lemah pula hubungan yang terjadi antara stimulus- respons.  Aplikasi Teori Thorndike Thorndike percaya bahwa proses belajar berlangsung dari yang sederhana ke yang rumit (kompleks). Motivasi relatif tidak penting, kecuali menentukan apa yang merupakan ”keadaan yang memuaskan” untuk pembelajar. Perilaku pembelajar (mahasiswa) terutama ditentukan oleh penguat eksternal dan bukan oleh motivasi intrinsik. Situasi belajar harus sebisa mungkin dibuat menyerupai dunia riil. Dalam hal ini Thorndike percaya bahwa proses belajar akan ditransfer dari ruang kelas ke lingkungan luar sepanjang dua situasi itu mirip. Mengajari mahasiswa memecahkan problem sulit tidak selalu memperkaya kapasitas penalaran mereka. Pertukaran mahasiswa dan magang adalah model belajar yang menganut paham Thorndike. Proses belajar eksperiensial (berbasis pengalaman) yang terkait erat dengan lapangan kerja dan dunia di luar pagar kampus/ sekolah. C. BURRHUS FREDERICK SKINNER : PENGKONDISIAN OPERAN Skinner menganggap reinforcement (penguat) merupakan faktor penting dalan belajar. Skinner membedakan dua (2) jenis perilaku, yaitu (1) Respondent Behavior (perilaku responden), adalah perilaku yang ditimbulkan oleh suatu stimulus yang dikenali; (2) Operant Behavior (perilaku operan), adalah perilaku yang tidak diakibatkan oleh stimulus yang dikenal tetapi dilakukan sendiri oleh organisme. Respons yang tidak terkondisikan (bersyarat) atau unconditioned response adalah contoh dari perilaku responden karena respons ini ditimbulkan Psikologi Umum II | Oktober 2012 5
  • 6. Pertemuan ke-4 oleh stimuli yang tidak terkondisikan. Contoh dari perilaku responden adalah semua gerak refleks, seperti menarik tangan ketika tertusuk jarum, menutup mata saat terkena cahaya yang menyilaukan, dan keluarnya air liur saat ada makanan. Karya Skinner terfokus pada penempatan subyek dalam situasi yang dikendalikan dan pada pengamatan perubahan perilaku mereka. Skinner terkenal karena dia mengembangkan dan menggunakan alat yang lazim disebut kotak Skinner. Kotak Skinner berisi alat yang sangat sederhana untuk mempelajari perilaku binatang, biasanya tikus dan merpati. Dalam beberapa eksperimen yang paling awal yang melibatkan kotak Skinner, alat itu pertama-tama dibentuk sehingga apabila tikus tersebut kebetulan menekan baloknya, tikus tersebut akan mulai sering menekan balok itu, dengan memperoleh butiran setiap saat. Imbalan makanan itu telah mengkondisikan perilaku tikus tersebut, yang memperkuat penekanan balok dan memperlemah semua perilaku lain (seperti berputar-putar mengelilingi kotak tersebut). Ada dua (2) prinsip umum dalam pengkondisian: (1) Setiap respons yang diikuti dengan stimulus yang menguatkan cenderung akan diulang; dan (2) Stimulus yang menguatkan adalah segala sesuatu yang memperbesar rata-rata terjadinya respons operan. Prinsip penguatan menurut Skinner ada 2, yaitu: 1) Primary positive reinforcement (penguatan positif primer) Ini adalah sesuatu yang secara alamiah memperkuat bagi organisme dan berkaitan dengan survival, seperti makanan dan minuman. 2) Primary negatif reinforcer (penguat negatif primer) Adalah sesuatu yang membahayakan secara tidak alamiah bagi organisme, seperti suara yang amat tinggi atau setrum listrik. Punishment (hukuman) terjadi ketika suatu respons menghilangkan sesuatu yang positif dari situasi atau menambahkan sesuatu yang negatif. Hukuman adalah mencegah pemberian sesuatu yang diharapkan organisme, atau memberi organisme sesuatu yang tidak diinginkannya. Dalam hal ini Skinner menentang penggunaan hukuman adalah bahwa hukuman itu dalam jangka panjang tidak akan efektif. Hukuman hanya menekan perilaku, dan ketika ancaman hukuman dihilangkan, tingkat perilaku akan kembali ke level semula. Jadi hukuman sering Psikologi Umum II | Oktober 2012 6
  • 7. Pertemuan ke-4 kelihatannya sangat berhasil padahal ia sebenarnya hanya menghasilkan efek temporer.  Aplikasi Teori Skinner Prinsip-prinsip kondisioning operan dapat menjelaskan banyak sekali misteri mengapa seseorang berlaku seperti apa adanya, dan mengapa, terlepas dari segala macam seminar mengenai motivasi yang telah mereka ikuti atau hadiri, atau juga setelah membuat resolusi tahun baru, mereka tetap mengalami kesulitan untuk berubaj menjadi seperti yang mereka harapkan. Bila, dalam dunia kerja dan rumah tangga masih tetap dipenuhi oleh reinforcement , hukuman, maupun stimulus diskriminan yang lama (bos yang selalu menggerutu, pasangan yang tidak responsif, kulkas yang senantiasa penuh dengan makanan berkalori tinggi), setiap respons terbaru yang telah diperoleh dapat saja gagal untuk tergeneralisasi. Untuk membantu orang mengubah perilaku dan kebiasaan yang tidak diharapkan, berbahaya ataupun merugikan diri sendiri, para ahli dalam aliran behaviorisme telah menggunakan prinsip-prinsip kondisioning operan di luar konteks laboratorium dan juga dalam dunia yang lebih luas, seperti dalam kelas, lapangan atletik, penjara, rumah sakit jiwa, rumah perawatan, atau panti, tempat rehabilitasi, penitipan anak, pabrik, dan perusahaan. Penggunaan teknik-teknik kondisioning operant dalam latar belakang dunia nyata ini sering kali disebut sebagai modifikasi perilaku (behaviour modification- juga dikenal sebagai analisis perilaku terapan). Modifikasi perilaku telah mencapai kisah sukses yang luar biasa (Kazdin, 2001). Para ahli behaviourisme telah mengajarkan orangtua bagaimana melatih kemampuan mengatur perilaku buang air anak-anaknya hanya dalam beberapa sesi (Azrin & Foxx, 1974). Mereka telah melatih orang dewasa yang mengalami gangguan kejiwaan maupun yang memiliki keterbelakangan mental untuk berkomunnikasi, menggunakan pakaian secara mandiri, dan juga berbaur secara sosial dengan orang lain dan juga mendapatkan pelerjaan dan penghasilan mereka sendiri (Lent, 1968; McLeod, 1985). Mereka telah mengajarkan kepada pasien dengan kerusakan otak untuk mengukur perilaku yang kurang tepat, memusatkan perhatian mereka dan meningkatkan kemampuan berbahasa mereka (McGlynn, 1990). Mereka telah mengembangkan program-program yang Psikologi Umum II | Oktober 2012 7
  • 8. Pertemuan ke-4 efektif untuk pada anak yang menderita autisme untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan sosial, bahasa dan akademiknya (Green, 1996,a,b). mereka telah membantu orang-orang yang menghilangkan segala kebiasaan yang tidak diinginkan seoertu merokok dan mengigit kuku, atau menghasilkan kebiasaan baru yang diharapkan, seperti berlatih bermain piano ataupun belajar. Meskipun demikian, ketika orang-orang berupaya untuk mengaplikasikan prinsip-prinsip kondisioning pada masalah di tempat-tempat umum, usaha mereka sering kali gagal. Mereka mungkin saja tidak memiliki pemahaman yang kuat mengenai prinsip-psinsip perilaku; misalnya saja, mereka mungkin saja menunda pemberian penghargaan terlalu lamam atau memberikan partial reinforcement atas perilaku yang tidak diharapkan. Dan satu yang harus diingat adalah bahwa baik hukuman dan reinforcement perilaku, memiliki keterbatasan masing-masing. D. ALBERT BANDURA: BELAJAR SOSIAL – KOGNITIF SOSIAL Ternyata tidak semua perilaku dapat dijelaskan dengan pengkondisian. Bandura menambahkan konsep belajar sosial (social learning). Teori ini perkembangan dari teori behavioral tetapi lebih mengarah ke aspek kognitif. Ia mempermasalahkan peranan ganjaran dan hukuman dalam proses belajar. Kaum behaviorisme tradisional menjelaskan bahwa kata-kata yang semula tidak ada maknanya, dipasangkan dengan lambang atau obyek yang punya makna (pengkondisian klasik). Albert Bandura mengadopsi suatu pendirian yang cukup berbeda. Teori kognisinya sosialnya menjelaskan fungsi psikologis dalam kondisi triardic reciprocal determinan. Sistem ini mengasumsikan bahwa tindakan manusia adalah hasil dari interaksi antara tiga (3) variabel, yaitu lingkungan, perilaku, dan manusia. “Manusia” yang dimaksud oleh Bandura diaplikasikan secara umum, walaupun tidak eksklusif, seperti faktor kognitif; yaitu memori, antisipasi, perencanaan, dan penilaian. Oleh karena manusia memiliki atau melakukan restrukturisasi pada lingkungan mereka, yaitu kognisi merupakan sebagian hal yang menentukan kejadian apa yang diperhatikan oleh seseorang, nilai-nilai apa yang mereka letakkan pada kejadian tersebut, dan bagaimana mereka mengorganisasikan kejadian tersebut untuk digunakan di masa depan. Psikologi Umum II | Oktober 2012 8
  • 9. Pertemuan ke-4 Walaupun kognisi mempunyai dampak kausal yang kuat pada lingkungan dan perilaku, tetapi kognisi bukanlah sebuah entitas yang otonom atau bersifat independen dari kedua variabel lainnya. Triardic reciprocal determinan direpresentasikan secara sistematis; B mengimplikasikan perilaku (behavior), E merepresentasikan lingkungan eksternal (external environtment), dan P merepresentasikan manusia itu sendiri (person), termasuk gender, kedudukan sosial, ukuran, penampilan fisik yang menarik dari orang tersebut, tetapi lebih ditekankan pada faktor kognitif, seperti pikiran, memori, penilaian, insight, dan lain-lain. Pembelajaran Observasional Pembelajaran observasional disebut juga dengan imitasi atau modeling, yaitu pembelajaran yang dilakukan ketika seseorang mengamati dan meniru perilaku orang lain. Kapasitas untuk mempelajari pola perilaku dengan observasi dapat mengeliminasi pembelajaran trial dan error yang membosankan. Dalam banyak kasus, pembelajaran observasional membutuhkan lebih sedikit waktu ketimbang pengkondisian operan. Model pembelajaran observasional kontemporer Bandura, memfokuskan pada proses spesifik yang terlibat dalam pembelajaran observasional, yaitu : a) Atensi (perhatian), sebelum anak dapat meniru tindakan model, mereka harus memperhatikan apa yang dilakukan atau dikatakan si model sehingga model harus memiliki sejumlah karakteristik agar dapat diperhatikan oleh anak seperti orang yang hangat, kuat dan ramah. Anak juga lebih mungkin memperhatikan model berstatus tinggi ketimbang model berstatus rendah. Contohnya: orang tua merupakan model berstatus tinggi dimata anak. b) Retensi, untuk meniru tindakan dari model maka anak harus dapat menyimpannya di dalam ingatan (memori). Retensi anak akan meningkat jika model atau orang tua memberikan demonstrasi atau contoh yang hidup dan jelas. c) Produksi, anak mungkin memperhatikan model dan mengingat apa yang mereka lihat, tetapi karena keterbatasan dan kemampuan geraknya, mereka tidak bisa meniru perilaku model. Misalnya seorang anak 13 tahun yang Psikologi Umum II | Oktober 2012 9
  • 10. Pertemuan ke-4 menyaksikan pemain basket Michael Jordan yang melakukan shoot dengan sempurna. Tetapi anak itu tidak mampu meniru apa yang dilakukan model tersebut sehingga diperlukan belajar, berlatih dan berusaha dapat membantu murid untuk meningkatkan kinerja motor mereka. d) Motivasi, meski anak memperhatikan, mengingat dan memiliki kemampuan untuk dapat meniru tindakan model, tetapi sering kali tidak termotivasi untuk melakukannya. • Modeling Inti dari pembelajaran melalui proses observasi adalah modeling. Modeling meliputi menambahi atau mengurangi suatu perilaku yang diobservasi dan menggeneralisasi dari satu observasi ke observasi yang lainnya. Modeling meliputi proses kognitif dan bukan sekedar melakukan imitasi. Modeling lebih dari sekedar mencocokkan perilaku dari orang lain, melainkan merepresentasikan secara simbolis suatu informasi dan mneyimpannya untuk digunakan di masa depan. Pembelajaran Aktif Bandura meyakini bahwa perilaku manusia yang kompleks dapat dipelajari saat seseorang memikirkan dan mengevaluasi konsekuensi perilaku mereka. Konsekuensi dari respon ini memiliki setidaknya tiga (3) fungsi, yaitu: • Konsekuensi dari respons memberikan kita informasi mengenai dampak perilaku kita. • Konsekuensi dari respon-respon memotivasi perilaku kita yang bersifat antisipasi, yaitu bahwa kita mampu secara simbolik merepresentasikan pencapaian di masa depan dan bertindak sesuai dengan hal tersebut. • Konsekuensi dari respons berfungsi untuk menguatkan perilaku. Pembelajaran terjadi lebih efisien saat pihak yang belajar terlibat secara kognitif dalam situasi belajar, dan mengerti perilaku apa yang mendahului respon-respon yang berhasil.  Aplikasi Teori Albert Bandura Bandura secara dramatis mendemontrasikan kemampuan model untuk menstimulasi belajar dalam suatu eksperimen klasik. Dalam penelitian ini, anak muda melihat sebuah film tentang seorang dewasa yang dengan brutal memukul Psikologi Umum II | Oktober 2012 10
  • 11. Pertemuan ke-4 permainan pukul setinggi 5 kaki yang disebut dengan boneka Bobo (Bandura, Ross&Ross, 1963a, 1963b). kemudian, anak tersebut diberikan kesempatan untuk bermain dengan boneka Bobo tersebut, dan dapat dipastikan bahwa kebanyakan anak akan memperlihatkan perilaku yang sama, bahkan pada beberapa kasus meniru perilaku agresif tersebut secara hampir identik. Tidak hanya perilaku negatif yang diperoleh melalui belajar observasional. Dalam suatu eksperimen misalnya, seorang anak yang takut kepada anjing dihadapkan pada seorang model--yang merupakan anak yang tidak punya rasa takut—yang sedang bermain dengan seekor anjing (Bandura, Grusec & Menlove, 1967). Setelah penghadapan ini, besar kemungkinan observer akan mendekati seekor anjing asing yang belum pernah ia lihat sebelumnya. DAFTAR PUSTAKA Hergenhahn, B.R., & Olson, M.H. (2008). Theories of Learning (Teori Belajar). (Terjemahan). Jakarta: Prenada Media Group King, L.A. (2010). Psikologi Umum, Sebuah Pandangan Apresiatif. Buku 1. Jakarta: Salemba Humanika Wade, Carol., & Tavris, Carol. (2007). Psikologi Edisi Kesembilan (Terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga Feldman, Robert S. (2012). Pengantar Psilologi “Understanding Psychology” (Terjemahan). Jakarta: Penerbit Salemba Humanika. Psikologi Umum II | Oktober 2012 11