Tesis ini membahas tentang internalisasi nilai-nilai pendidikan agama di sekolah dasar di tengah arus moderasi beragama. Penelitian dilakukan di SDIT At Taqwa O2 Kota Bekasi Jawa Barat untuk melihat bagaimana internalisasi nilai-nilai agama Islam di sekolah tersebut di tengah arus pemahaman toleransi agama yang menurunkan penanaman aqidah siswa. Penelitian menemukan bahwa sekolah tersebut berupaya menanam
1. INTERNALISASI NILAI-NILAIPENDIDIKAN AGAMA DI SEKOLAH DASAR
DI TENGAH ARUS MODERASI BERAGAMA
(Studi Kasus SDIT AT TAQWA O2, Kota Bekasi Utara, Jawa Barat, Indonesia)
TESIS
Oleh :
DIAN CHOIRUNNISA
NIM.
PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM(MPAI)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1441
H./2020 M.
i
3. BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.
Indonesia merupakan negara kepulauan yang
mencakup lebihdari 17.000 pulau yang dihuni oleh sekitar 255
jutapenduduk,sebuahangkayangmembuatIndonesiamenjadi
negara di urutan keempat dalam hal negara dengan jumlah
populasi yang terbesar di dunia. Angka ini juga
mengimplikasikan bahwa banyak keanekaragaman budaya,
etnis,agamamaupun linguistikyangdapatditemukandi dalam
negara ini. Budaya tersebut sangat bervariasi, dari ritual Hindu
yang dipraktekkan sehari-hari di pulau Bali, sampai
pemberlakuan (parsial) hukum syariah di Aceh dan gaya hidup
pemburu-pengumpul orang Mentawai.
Selainitu,sebelumkerangkanasional dibentuk,daerah-
daerah di Indonesia mengalami sejarah politik dan ekonomi
yang terpisah; keadaan yang masih terlihat dalam dinamika
daerah saat ini. Semboyan nasional Bhinekka Tunggal Ika
(Kesatuan dalam Keragaman) mengacu pada komposisi
beragam negara ini. Motto ini juga menunjukkan bahwa,
biarpunmasyarakatmultikultural,adaperasaankesatuansejati
di pikiran dan hati masyarakat Indonesia.
Keberagamantersebutterikatdalamsebuahsemboyan
“Bhinneka
Tunggal Ika” bisa diartikan “Berbeda-beda tetapi tetap satu
jua”. Dengan bhineka tunggal ika menggambarkan bahwa
keharmonisan dalam keberagaman, mampu hidup bersama
dalam perbedaan dan bekerja sama mencapai tujuan meski
antar kepercayaan yang berbeda.
Melindungi seluruh tumpah darah Indonesia yang di
dalamnyaterdapatkeberagamanmembutuhkanpedomanyang
4. 2
sangat universal diterima oleh setiap kelompok, salah satu
sumber aturan yang universal adalah nilai-nilai agama. Para
pendiri negara kita sangatlah paham akan kebutuhan ini, oleh
sebab itu atas rahmat Allah yang Maha Kuasa dan dengan
didorongkan oleh keinginan luhur maka Negara Indonesia
berdiri.Meski negaraini bukannegaraagama,tetapiKetuhanan
menjadi landasan dasar negara yang harus diterjemahkan
dalam semua lini kehidupan, terutama dalam mengelola dan
melindungi seluruh tumpah darah Indonesia.
Al-Quran adalah Kitab Toleransi: Inklusivisme,
Pluralisme, Dan
Multikulturalisme”menyebutkantemuanbahwadari 6666 ayat
di dalam AlQuran ada sekitar 300 ayat yang secara eksplisit
menegaskan pentingnya toleransi dan perdamaian. Dan ada
sekitar 176 ayat yang dapat ditafsirkan untuk tindak intoleran
atau kekerasan atas nama agama1
. toleransi dan perdamaian
merupakan fundamen Al-Quran, sedangkan intoleransi atau
kekerasan merupakan ayat yang berkaitan dengan konteks
sosial tertentu, dan karenanya perlu ditafsirkan3
. Allah
berfirman di dalam Qur’an Surat Al-Hujraat
(49): 13
يا
أي
َاه
ُ
الناس
إنا
ُْمناكْقلَخ
ُْنِم
ُ
رَكذ
ُْأن َو
ُ
ىَث
َُعَج َو
ُْمناكْل
ُ
عش
وبا
َُ
ق َو
َُبائل
لت
فواَُارَع
ُ
إن
ُْمكَرمْكأ
ُ
َدْنِع
ُ
ِللا
ُْأت
ُْماكَق
ُ
إن
ُ
َللا
ُ
ليمَع
ُ
بيرَخ
Terjemah:
1 Zuhairi Misrawi, Pandangan Muslim Moderat: Toleransi,
Terorisme, dan Oase Perdamaian, (Jakarta, Kompas, 2010), xxvi. 3ibid.
5. 3
“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami
jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu
saling mengenal.Sesungguhnya yang palingmulia di antarakamu
di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah
Maha Mengetahui, Maha teliti“2
Ayat ini jelas menunjukkan bahwa manusia secara
sosiologisterdiri dari berbagai macam suku bangsa, agama, ras
dan golongan (SARA). Keberadaan sosiologis yang majemuk,
atau multikultural tersebut adalah sesuatu yang sudah given
atau sunnatullah. Yang tidak bisa semua orang merubah atau
mengingkarinya.
Al qur’anmelanjutkandengankalimatsalingmengenal,
mengkaji kalimat “saling mengenal” sangatlah menarik,karena
disitulah letaknya aksi sosialisasi dengan arti ada proses
interaksi, komunikasi, membangun kebersamaan, saling
kontribusi tanpa harus melihat latar belakang karena SARA
merupakan wilayah illahi tidak satupun yang berhak dan
mampu merubahnya dan manusia hanya menjalani takdir
dalam keberagaman.
Toleransi bukanlah perkara baru dalam Islam karena
Rasulullah saw.
telah mencontohkan bagaimana menerapkan toleransi yang
sebenarnya tanpa harus kehilangan idiologi, tetapi
mempersilahkan kepada orang lain berkeyakinan berbeda. Di
dalamal Qur’ansuratal Kafirun(6) ayat1-5 Allahswt.berfirman:
2 Kementerian Agama Republik Indonesia,Al qur’an dan
Terjemahnya
6. 4
ُْلق
ياي
اَه
َُن ْروِفالك
- ١ َُ
ل
ُ
بْعا
ُ
د
اَم
َُت
َُن ْوبدْع
- ٢ َُ
ول
ُْان
ُ
ْمت
َُن ْوبدع
اَم
ُ
بدْعا
- ٣ َُ
ول
َُنا
ا
ُ
ابدَع
ام
ُ
ْمُّتْدبَع
-
٤
َُ
ول
ُْان
ُ
ْمت
َُن ْوبدع
اَم
ُ
بدْعا
-
٥
ُ
ْملك
ُْيِد
ُْمنك
ُ
َليَو
ُِِيند
-
٦
Terjemah:
Katakanlah (Muhammad), “Wahai orang-
orang kafir! (1) dan kamu bukan penyembah
apa yang aku sembah,(3)aku tidak akan
menyembah apa yang kamu sembah,(2) dan
aku tidak pernahmenjadipenyembah apa yang
kamu sembah,(4) dankamu tidak pernah (pula)
menjadi penyembah apa yang aku sembah.(5)
Untukmu agamamu, dan untukku agamaku.(6)”3
.
Terjadi satuperdebatansengitdalamdiriRasulullahantara
logika dan kebenaran yang akhirnya diputuskan oleh sebuah
ketegasan wahyu dari Allah swt..Orang kafir Quraisy mengajukan
satu pilihan yang menurut mereka sebuah solusi yang toleran,
dalamasbabunnuzul Suratal-Kafirunini diceritakan,salahsatudari
mereka berkata, "Wahai Muhammad. Marilah bersama kita
menyembah Tuhan yang kami sembah. Kami akan bergantian
menyembah Tuhan yang kamu sembah. Kita akan bersekutu dalam
segala urusan, engkaulah yang akan memimpin kami". Ajakan
tersebut Nabi Muhammad saw. tolak. Menterjemahkan toleransi
tidak harus mengorbankan akidah, keyakinan dan penyembahan
terhadap Tuhan bahkan Allah swt. sekalipun sudah berlangsung
sejak lama, justru ajaran Nabi Muhammad saw. Meluruskan tata
cara beribadah yang tidak tercapur aduk dengan kebatilan,
3 https://quran.kemenag.go.id/index.php/sura/109
7. 5
Peristiwa inilah yang menjadi asbabun nuzul Surat al-Kafirun (6)
ayat 1-6.
Surat al-Kafirun, menyatakan: "Bagimu agamamu, bagiku
agamaku".
dipahami sebagai ayat toleransi antar umat beragama.
Toleransi bukan dengan kebersamaan dalam satu ibadah tetapi
diimplentasikan dengan saling menghormati dan saling
memberikan kebebasan kepada yang berbeda keyakinan dan
berbeda dalam beribadah.
Sejak 14 abad yang lalu Nabi Muhammad swt. telah
mencontohkan tentang prinsipdasar fondasi toleransi antar umat
beragama. Surat al-Kafirun telah menjadi contoh dari Nabi
Muhammad saw. bagaimana bersikap tegas dengan orang kafir
dalamhal akidahtetapi bersosialisasidenganbaikkepadamereka.,
Hal ini tentunya masih relevan jika diterapkan di zaman sekarang.
Tentusajadiiringidengankontekstualisasiyangtidakbertentangan
dengan nilai-nilai keislaman.4
Penanaman Aqidah harus mendapatkan perhatian besar
dari para guru. Menanamkanke dalamjiwaanak tentangke-Esaan
Allah SWT, dan menjauhkan mereka dari perbuatan syirik. Ini
dilakukan dengan menunjukkan dalil-dalil logis dan bukti-bukti
yang masuk akal bagi anak-anak tentang keberadaan Allah.
Pendidikan anak usia dini yang berbasis aqidah bertujuan untuk
membentukanakyangberkepribadianIslam,yaitumemilikiaqidah
Islam sebagai landasan ketika berpikir dan bersikap didalam
menjalani kehidupan.
Anak yang memiliki kepribadian Islam adalah anak yang
memiliki kelebihan dalam banyak hal, sehingga mereka bisa
dikatakan sebagai anak unggul. Anak unggul adalah anak yang
4 https://www.dutaislam.com/2018/04/asbabun-nuzul-surat-al-
kafirun-prinsipdasar-toleransi-antarumat-beragama.html
8. 6
terarah cara berpikir dan bersikapnya berdasarkan aqidah Islam
dan memiliki kemampuansertaketerampilanyangbisa iagunakan
untuk kehidupannya sendiri maupun kehidupan bermasyarakat
dan bernegara.
Tujuan pendidikan aqidah kepada anak adalah untuk, (1)
memperkokoh keyakinan anak bahwa Allah-lah satu-satunya
Tuhan pencipta alam, sehingga dia terhindar dari perbutan syirik,
(2) agar anak mengetahui hakikatkeberadaannya sebagai manusia
makhlukAllah,dan(3) mencetaktingkahlakuanakmenjadi tingkah
laku yang Islami yang berakhlaq mulia
Perkembangan pada tahun-tahun pertama sangat penting
menentukan kualitas anak di masa depan. Perkembangan
intelektual anak usia 4 tahun telah mencapai 50%, pada usia 8
tahun mencapai 80% dan pada saat mencapai sekitar 18 tahun
perkembangan telah mencapai 100%. Tim Balai Penelitian dan
Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional.5
Namun di tengah arus moderasi agama ini. Yang
mengajarkan toleransi. Pada faktanya mengalami penurunan
aqidah. Seperti mengartikan bahwa toleransi yaitu mengucapkan
selamat pada non muslim.
Toleransi (tasamuh) memiliki arti sikap membiarkan
(menghargai),berlapang dada. Jadi, toleransi umat Islam terhadap
kaumnon muslimyangmerayakanhari raya mereka,cukupdengan
sikap membiarkan.
Membiarkandi sini maksudnyabukanberarti mengakuinya
sebagai kebenaran, tetapi dalam arti tidak melarang atau tidak
menghalang-halangi. Inilah toleransi yang diajarkan dalam Islam,
karena Islam mengajarkan bahwa kaum non-muslim hendaknya
5 Tim Balai Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan
Nasional,Konsepsi
Pengembangan KurikulumInovatif Penerapan Pembelajaran Berbasis
Alam Pendidikan Anak Usia Dini Formal Dan Nonformal (Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional,2005),p.1.
9. 7
dibiarkan untuk beragama dan beribadah menurut keyakinan
mereka,merekatidakdiganggudantidakjugadipaksauntukmasuk
Islam.6
Penyadarandanpengenalankeberagamanharusdilakukan
sejak dini, sikap toleransi harus di pupuk di masyarakat yang
beragam namun jangan sampai aqidah seseorang luntur karna
memahami toleransi yang kebablasan. Sehinnga penulis tertarik
untuk meneliti bagaimana para pendidik terutama guru agama
islammemperkuatnilai nilai agamaislam di tengah arus moderasi
beragama.
B. Batasan dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
a. Dinamika keberagaman menjadi ancaman tersendiri
dalam keutuhan bangsa dan negara kesatuan Republik
Indonesia.
b. Kesatuan dan persatuan bangsa dan negara bisa
dilakukan melalui pemahaman masyarakat akan
moderasi yang benar
c. Nilai-nilai agama adalah nilai-nilai yang universal.
d. Sekolah adalah miniature masyarakat dan tempat yang
strategis untuk membangun moderasi dengan cara
internalisasi nilai-nilai agama di sekolah.
2. Pembatasan Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam tesis ini, dibatasi pada
aspek internalisasi nilai-nilai agama di sekolah dasar di
tengah arus moderasi beragama.
3. Rumusan Masalah
Merujukkepadaidentifikasi danpembatasanmasalah,dapat
dirumuskanmasalahyangakanditeliti dalamtesisini adalah
bagaimana strategi internalisasi nilai-nilai agama di sekolah
dasar di tengah arus moderasi beragama
6 Kitab Muqaddimah Al Dustur, 1/32 Syeikh Taqiyuddin An Nabhani)
10. 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuanpenelitiansecaraumumditujukanuntukmengetahui
sikap toleransi yang benar dikalangan pendidik dan peserta
didik. Sesuai dengan rumusan masalah yang diajukan.yaitu
strategi internalisasi nilai-nilai agama di sekolah di tengah
arus moderasi beragama.
Tujuanterapansecarakonsepsebagai referensibagi sekolah
dalam memaksimalkan peran pendidikan Agama dalam
mengembangkan sikap toleransi dan mencegah toleransi
kebablasan
2. Manfaat Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan permasalah di atas,
penelitian ini secara akademis penting dilakukan untuk
melihat dan mengungkap hal-hal sebagai berikut:
a. Peran Pendidikan dalam menyemai nilai-nilai toleransi
dan mencegah toleransi kebablasan dilihat dari peran
guru, kurikulum. kegiatan eskstrkurikuler dan
pembiasaan.
b. Internalisasi nilai-nilai agama di sekolah dalam
menumbuhkan moderasi beragama yang sesuai dengan
syariat islam
Sementaradilihatdari kegunaannya,penelitianini berguna
untuk:
1). MelihatpotensiPendidikansebagai penyemai nilai-nilai
toleransi,
2). Internalisasi nilai-nilai agama di sekolah dalam
menumbuhkan moderasi beragama yang benar
11. 9
3). Implementasi yang di lakukan guru untuk menyaring
atau menangkal toleransi yang kebablasan.
D. Sistematika Penulisan
Bab pertama,Pendahuluan;babini meliputi:latar
belakangmasalah,batasandanperumusanmasalah,tujuandan
manfaatpenelitian,metodologi penelitian,danterakhirdilengkapi
dengansistematikapenulisan,Babini sangatpentingdikemukakan
karenamenggambarkanmengapapenelitianini dianggapperlu
untukdilaksanakan.
Bab dua tentangkajianteori,dibagi menjadi 5bahasan
A. TentangModerasi Beragama;
1 menjelaskandari pengertianmoderasi beragama,
2 Landasan idiologi moderasi beragama,
3 Kajianteori moderasi beragama,
4 Moderasi beragamadilihatdari berbagai aspek,
5 Prinsip-prinsipmoderasi beragama,
6. Nilai-nilai moderasi beragama,
B. 1. Program Internalisasinilai-nilai Pendidikanislam di
sekolah dasar,
2. Strategi sertaTeknikinternalisasi danimplementasi
nilai-nilaimoderasi beragamadi sekolah dasar
dengantoleransi yangbenar
Bab tiga menjelaskantentangmetodologi penelitian
meliputi tentangA.PendekatandanjenisPenelitian,B.Sumber
Data Penelitian,C.Lokasi Penelitian,D.SubyekPeneltiandan
InformanPenelitian,E.KehadiranPenelitian,F.Teknik
PengumpulanData,G.TeknikAnalisaData,H.KeabsahanData
atau Validasi Data.
Bab empatmenjelaskantentangpaparandatadan temuan
penelitian.Padababini akanmembahastentangA.Deskripsi objek
12. 10
penelitian,menjelaskantentanginternalisasi nilai-nilai moderasi
beragamadi sekolahmelalui kuriklumdanpembelajaran.
MembahasA. KurikulumdanB.Pembelajaran,C.internalisasi nilai-
nilai modersi beragamadi sekolahmelalui intrakurikuler,
kokurikuler,ekstrakurikulerdanpembiasaan,selanjutnyatentang
analisisdatadanpembahasanhasil penelitian.
Bab limamerupakanbabterakhirmembahastentang
kesimpulanberupaimplikasidanrekomendasi dari hasil penelitian
Bab tiga menjelaskantentangmetodologi penelitianmeliputi
tentangA.PendekatandanjenisPenelitian,B.SumberData
Penelitian,C.Lokasi Penelitian,D.SubyekPeneltiandanInforman
Penelitian,E.KehadiranPenelitian,F.TeknikPengumpulanData,
G. TeknikAnalisaData,H. KeabsahanDataatau Validasi Data.
13. BAB II KAJIAN TEORI
A. Moderasi Beragama
Indonesia yang terbentang dari sabang sampai merauke
memiliki kekayaan pulau, suku, bahasa, agama, ras, golongan
dan budaya yang sangat beragam. Hal tersebut menjadi modal
dasar budaya yang sangat besar. Masyarakat Indonesia adalah
plural,7
ini merupakananugerahAllahswt.yangperludisyukuri,
Indonesia adalah miniatur dari sabda Illahi.8
Tidak kurang dari
500 suku bangsa di Indonesia yang menjadi sumber kekayaan
plural bangsa Indonesia.
Untuk mengelola kekayaan serta keragaman budaya
tersebutdibutuhkansebuahsikapyangmoderatatauseimbang
atau tengah-tengah.Sikapini wajibdimiliki olehsetiapindividu
dari setiap entitas budaya yang ada di Indonesia. Kesadaran
akan entitas budaya yang beragaman tersebut menjadi dasar
dari sikap moderat. Rujukan utama dari sikap moderat tentu
saja adalah Rasulullah saw. Beliau menjadi contoh terbaik dari
sikap moderat yang tetap mengusung keadilan terhadap
sesama serta sikap tegas. Namun demikian, dalam konteks
kekinian,sikapmoderasi mendapattantangandari menguatnya
politik identitas.9
7 plural adalah plural/plu·ral/a Ling jamak; lebih dari satumenurut
Pranala link):https://kbbi.web.id/plural.
8 Q.S. Al-Hujarat: 13
9 Politik identitas: adalah politis untuk mengedepankan
kepentingan-kepentingan dari anggota-anggota suatu kelompok karena
memiliki kesamaan identitas atau karakteristik, baik berbasiskan pada ras,
etnisitas,jender, atau keagamaan. Politik identitas merupakan rumusan
14. 12
.
Pertentangan antara kelompok yang mengusung manhaj
tekstualisdankelompokkontekstualisinimelahirkanpemikiran-
pemikiran ekstrim dalam memandang persoalan kehidupan
sosial, agama dan politik. Pandangan ekstrim tersebut juga
ditujukan kepada masyarakat seagama dan pada masyarakat
yang tidak seagama. Pandangan dikotomisasi21
kelompok
tekstualis melahirkan pandangan intoleran terhadap
pandangan yang berbeda. Kelompok tekstualis melahirkan
pandangan ekslusivisme yaitu paradigma berfikir yang
cenderung tertutup terhadap keanekaragaman.22
1. Pengertian Moderasi Beragama
Menurut kamus besar bahasa indonesia
moderat/mo·de·rat/a 1 selalu menghindarkan perilaku
atau pengungkapanyangekstrem; 2 berkecenderunganke
arah dimensi atau jalan tengah: pandangannya cukup- , ia
mau mempertimbangkan pandangan pihak lain.10
Kata moderasi berasal dari bahasa inggris,
moderation, yang artinya adalah sikap sedang atau sikap
tidakberlebihan.Jikadikatakanorangitubersikapmoderat
berarti ia wajar, biasa-biasa saja, dan tidak ekstrim.
Dalam kata lain adalah moderator yaitu; a. orang
yang bertindak sebagai penengah (hakim, wasit, dsb.); b.
pemimpin sidang (rapat atau diskusi) yang menjadi
pengaruh pada acara pembicaraan atau perdiskusian
lain dari politik perbedaan.Politik Identitas merupakan tidakan politis
dengan upaya-upaya penyaluran aspirasi untuk mempengaruhi kebijakan,
penguasaan atas 22
10 Pranala (link):https://kbbi.web.id/moderat
15. 13
masalah.11
Moderator tidak boleh memihak, tetapi dia
menguasai masalah yang dibahas, sama dengan kata
“wasit” orang yang mengatur jalannya pertandingan,
wasit sangat paham akan aturan main tetapi posisinya
berada di tengah dan tidak memihak kepada salah satu.
Kata wasit sudah menjadi bahasa Indonesia,
merupakan kata serapan berasal dari bahasa arab
diistilahkan dengan wasat atau wasatiyah: yang dalam
bahasa Inggris disebut moderasi orangnya disebut wasit.
Dalam bahasa arab moderasi berarti wasathiyyah,
()وسطية terambil dari kata wasatha ( )وسط yang
mempunyai sekian banyak arti.12
Wasathiyah adalah sebuah kondisi terpuji yang
menjagaseseorangdari kecenderunganmenujuduasikap
ekstrem; sikap berlebih-lebihan (ifrath) dan sikap
muqashshir yang mengurangngurangi sesuatu yang
dibatasi Allah swt. Sifat wasathiyah umat Islam adalah
anugerah yang diberikan Allah swt secara khusus. Saat
mereka konsisten menjalankan ajaran-ajaran Allah swt.,
maka saat itulah mereka menjadi umat terbaik dan
terpilih. Sifat ini telah menjadikan umat Islam sebagai
umatmoderat;moderatdalamsegalaurusan,baikurusan
agama atau urusan sosial di dunia.
Kata wasit memiliki tiga pengertian, yaitu: 1) penengah,
pengantara (misalnya dalam perdagangan, bisnis, dan
sebagainya), 2) pelerai (pemisah, pendamai) antara yang
berselisih, dan 3) pemimpin di pertandingan. Yang jelas,
menurut pakar bahasa arab, kata tersebut merupakan
11 M. Quraish Shihab, Wasathiyyah,Wawasan Islam tentang
Moderasitentang ModerasiBeragama, Tengerang, PT. Lentera Hati,2019,
h. 2
12 Shihab, Wasathiyyah,Wawasan Islam ... h. 2
16. 14
“segalayangbaiksesuaiobjeknya”.Dalamsebuahungkapan
bahasa Arab disebutkan خلذ
جماوز
االعتدال ) (sebaik-baik
segala sesuatu
adalah yang berada di tengah-tengah. Misalnya dermawan
yaitu sikap di antara kikir dan boros, pemberani yaitu sikap
di antara penakut dan nekat, dan lain-lain.13
Kata selanjutnya adalah beragama/ber·a·ga·ma/v 1
menganut(memeluk) agama: saya~Islamdan dia~Kristen;2
beribadat; taat kepada agama; baik hidupnya (menurut
agama): ia datang dari keluarga yang~; 3 cak sangat
memuja-muja;gemarsekali pada;mementingkan: mereka ~
pada harta benda.14
Jadi “moderasi beragama” bisa diartikan memeluk agama
dengan berkecenderungan ke arah dimensi atau jalan
tengah. Sikap sedang atau sikap tidak berlebihan (tidak
ekstrim).
Sikap jalan tengah bukanlah berada dalam dunia abu-abu,
lemah,tidakjelasatautidaktegasterhadapsesuatubagaikan
sikaf netral yang pasif.15
tidak memiliki kesungguhan
sebagaimanayangseringdialamatkankepadatermtersebut,
Tidak juga berarti diidentikan dengan bias paradigma barat
yang cenderung memperjuangkan kebebasan yang
kebablasan. Tetapi sikaf tersebut justru sebuah kekuatan
yangluarbiasakarenadiaberadadiatasmercusuaryangbisa
melihat segalanya dari berbagai sudut sehingga bisa
13 Departemen Agama RI, Moderasi Islam (Jakarta: Lajnah
Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2012), hal. 5
14 Pranala (link):https://kbbi.web.id/agama
15 M. Quraish Shihab, Wasathiyyah,Wawasan Islam tentang
Moderasitentang
Moderasi Beragama, Tengerang, PT. Lentera Hati, 2019, h. xi
17. 15
memahami pandangan orang lain dengan arif dan
bijakasana.Diamemiliki nilai-nilai universalseperti keadilan,
persamaan, kerahmatan, keseimbangan dalam bersikaf dan
bertindak.
Pada tataran yang lebih rinci bentuk-bentuk keseimbangan
dalam Islam dapat diklasifikasikan ke dalamberbagai ragam
pranata kehidupan beragama sebagai berikut: a.
Keseimbanganteologi;b.Kesimbanganritual keagamaan;c.
Keseimbangan moralitas dan budi pekerti; d. Keseimbangan
proses tasyri’ (pembentukan hukum).16
Al-Qaradawi menyebut beberapa kosakata yang serupa
makna dengannya termasuk katan Tawazun, I'tidal, Ta'adul
dan Istiqamah. Sementara dalam bahasa inggris sebagai
Islamic Moderation. Moderasi Islam adalah sebuah
pandanganatausikapyangselaluberusahamengambil posisi
tengah dari dua sikap yang berseberangan dan berlebihan
sehingga salah satu dari kedua sikap yang dimaksud tidak
mendominasi dalam pikiran dan sikap seseorang.17
Moderasi beragama mengarahkan manusia cerdas melihat,
membaca, memahami dan memperlakukan semua sudut
pandang secara adil, tidak memihak dan merugikan.
Moderasi beragamamenyadarkanmanusiaakanfungsi yang
sebenarnya yaitu sebagai kholifah di muka bumi seperti
firman Allah swt. dalam al qur’an surat al Baqarah (2) ayat:
3018
16 Abu Yasid, Islam Moderat (Jakarta: Erlangga, 2014), hal. 52
17 Abd. Rauf Muhammad Amin,Prinsip Dan Fenomena Moderasi
Islam Dalam Tradisihukum Islam, Jurnal "Al-Qalam" Volum'e 20 Edisi
Khusus Desember 2014.
18 https://quran.kemenag.go.id/sura/2/30
18. 16
ُ
ْذا َو
َُقال
َُربك
ُِ
ُِةَكىِّٰٕلَمْلل
ُِ
ُّْْاين
ُ
لِاعَج
ُِ
ُِف
ُ
َ ْ
ال
ُ ِ
ض ْر
َُخ
ُْيِل
ُ
ةَف
ا ْقالو
ُ
لَع َ
ُ َ
ُْات
ُْفي
ُ
َه
ا
ُْنَم
ي
ُ
دِسْف
ُْفي
َاه
ُ
كِفْسي َو
َُاءَاليدم
ُ
ن َ
ُ َ
ُْن َو
ُ
بيحَسن
َُكِدْم ِ
ُِب
ن َو
ُ
يدسَق
َُلك
َُالَق
ُِ
ُّْْاين
ُ
لمْعا
َُم
ا
َُ
ل
َُت
َُن ْولمْع
-
٣٠
Terjemah:
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada
para malaikat,
“Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka
berkata,“Apakah Engkau hendak menjadikan orang
yang merusak dan menumpahkan darah di sana,
sedangkan kami bertasbih memuji-
Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman,
“Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui.”
Sedangkan tugas manusia di bumi adalah untuk
menghambakan diri kepada Allah swt. (ibadah), oleh sebab
itutidakada aktifitasapapunkecualiatasperintahAllahswt.
Seperti termaktubdalamal qur’an Az zariyat (51) ayat : 5619
٥٦ - ما َ
َُو
ُ
تْقَلَخ
ُ
ن ْ
ُ ْ
ُِال
َُ
انس ْ
ُِال َو
ُ
ال
لي
ُِن ْوبدْع
Terjemah:
Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
agar mereka beribadah kepada-Ku.
Melaksanakan fungsi kekholifahan manusia adalah wujud
dari penghambaan diri kepada Allah swt. Dengan demikian
seorangkholifahakanmelaksanakankekholifahannyasesuai
19 https://quran.kemenag.go.id/sura/51/56
19. 17
dengan aturan Allah swt. Dan Rasulullah saw. Seorang
kholifah dalam menjalankan fungsinya akan
‘islami’,20
tidakakankeluardari jalurillaahi,beradaditengah-
tengah tidak terbawa emosi dan memihak salah satu
kelompok. Kholifah mempunyai kecerdasan memimpindiri
dan orang lain, mampu memerankan dirinya berfungsi
sebagai Legislatif, Eksekutif maupun Yudikatif,
menempatkan dirinya menjadi rahmat bagi semuanya.
Seperti firmanAllahswt.dalam surat Al An’am (6) ayat 165.
ُ
َُوه َو
ُْيِالذ
ُْملكَعَج
َُ
ىفِّٰٕلَخ
ُ
َ ْ
ال
ُ ِ
ض ْر
َُرفعَو
َُب
ُْع
ُ
كَض
ُْم
َُ
ف
َُق ْو
َُب
ُ
ضْع
ُ
َد
ُ
ترج
ُْلييب
ُْملوك
ُْفي
اَم
ىتا
ُْمك
ُ
ان
َُربك
ُ
ريعَس
ُِباَقالع
انه َو
ُ
رْولغف
ُ
مْي ِ
رح
-
١٦٥
Terjemah:
Dan Dialah yang menjadikan kamu sebagai khalifah-
khalifah di bumi dan Dia mengangkat (derajat) sebagian
kamu di atas yang lain, untuk mengujimu atas (karunia)
yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu
sangat cepat memberi hukuman dan sungguh,Dia Maha
Pengampun, Maha Penyayang.34
Jadi moderasi beragamadalam tesisini adalah sebuahsikap
yang seimbang dalam merespon berbagai aspek kehidupan
ditinjau dari pranata kehidupan agama, sosial serta moral
yang dianut masyarakat. Karena itu menjadi penting
memahami posisi seimbang dalam semua pranata sosial
kemasyarakatan.
20 islami/is·la·mi/ a bersifat keislaman: akhlak,
https://kbbi.web.id/islami 34
https://quran.kemenag.go.id/sura/6
20. 18
2. Landasan Moderasi Beragama
NegaraKesatuanRepublikIndonensiaadalahsebuahnegara
yang menjamin kebebasan kepada setiap penduduknya
untuk menganut dan menjalankanagamanya. Dasar hukum
yang menjamin kebebasanberagama di Indonesia ada pada
konstitusi kita, yaitu Pasal 28E ayat (1) Undang-
Undang Dasar Tahun 1945 (“UUD 1945”):
“Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat
menurut agamanya, memilih pendidikan dan
pengajaran, memilih pekerjaan, memilih
kewarganegaraan,memilih tempattinggaldiwilayah
negara dan meninggalkannya, serta berhak
kembali.”
Pasal 28E ayat (2) UUD 1945 juga menyatakanbahwasetiap
orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan. Selain
itudalamPasal 28I ayat (1) UUD 1945 jugadiakui bahwahak
untuk beragama merupakan hak asasi manusia.Selanjutnya
Pasal 29 ayat (2) UUD 1945 juga menyatakanbahwaNegara
menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduknya untuk
memeluk agama.
Akantetapi,hakasasi tersebutbukannyatanpapembatasan.
DalamPasal 28Jayat(1) UUD 1945 diaturbahwasetiaporang
wajib menghormati hak asasi orang lain. Pasal 28J ayat (2)
UUD 1945 selanjutnya mengatur bahwa pelaksanaan hak
tersebutwajibtundukpadapembatasan-pembatasandalam
undang-undang. Jadi, hak asasi manusia tersebut dalam
pelaksanaannya tetappatuh pada pembatasan-pembatasan
yang diatur dalam undang-undang.
AyatAl-qur’anyangseringdijadikanrujukanolehparapakar
dalam konteks uraian tentang moderasi beragama adalah
Q.S. Al-Baqarah (2) ayat 143:
َُلكذَكو
ُْمكنْلَعَج
ُ
ةام
طاَسو
ن ْوليتك
ا ْو
ُ
َدَهش
َُءا
لىَع
ُ ِ
الناس
َُن ْويك َ
َُو
ُ
ل ْوالرس
ُْمكْيَلَع
ادْيَِهش
اَمَو
ناْلَعَج
ُْبِقال
ُ
َةل
ُْيِتال
َُ
تْنك
21. 19
ُْليَع
َاه
ُ
ال
لن
ُْع
َُمَل
َُم
ُْن
ُ
ي
ُ
تبع
ال
َُل ْوسر
ُْممن
ي
ُْن
َُق
ُ
بِل
ىلَع
بِقَع
ُِهْي
ُْان َو
ُْانتَك
ُْبيَكَل
ُ
رة
ُ
ال
ىَلَع
َُينِالذ
ُ
َدَه
ى
ُ
الل
ُ
ه
اَمَو
اَك
َُ
ن
ُ
الل
ُ
ه
َُعْي ِ
يضِل
ُْممانكْيا
ُ
ان
ُ
الل
ُ
َه
ُ ِ
الناسِب
ُ
ف ْلرءو
ُ
مْي ِ
رح
Terjemah:
Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu
(umat Islam) ”umat pertengahan” agar kamu
menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar
Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan)
kamu. Kami tidak menjadikan kiblat yang (dahulu)
kamu (berkiblat) kepadanya melainkan agar Kami
mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan siapa
yang berbalik ke belakang.
Sungguh, (pemindahan kiblat) itu sangat berat,
kecuali bagi orang yang telah diberi petunjuk oleh
Allah. Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan
imanmu. Sungguh, Allah Maha Pengasih, Maha
Penyayang kepada manusia.2122
(Q.S al Baqarah/2:
143).
Menurut Jalaludinas-Syuyuthi,tentangasbabunnuzul surat
alBaqarah ayat 143, ia meriwayatkan dari Bukhari dan
Muslim, yaitu Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari al-
Barra‟, dia berkata, “Beberapa orang meninggal dan
terbunuh sebelum arah kiblat diubah sehingga kami tidak
tahu apa yang kami katakan tentang mereka.” Makaturunlah
ayat 143.36
Menurut Muhammad Husain Thabathaba‟i dalam ayat ini,
mereka (umat Islam) dijadikan sebagai sebuah bangsa
tengah untuk menjadi saksi atas orang-orang. Tengah
21 https://quran.kemenag.go.id/sura/2/143
22 Jalaludin as-Syuyuthi, Asbabun Nuzul, terj. Jabal, (Bandung:
Penerbit Jabal, 2013), hlm. 22.
22. 20
merupakansesuatuyang adadi tengah,tidakkesini dantidak
pula kesitu.
Umat Islam memiliki posisi yang tidak sama dengan orang-
orang Ahli kitabdankaummusyrik.Kaummusyrikdankaum
penganut dualisme menekankan aspek-aspek kehidupan
yang bersifat fisik. Segenap perhatian mereka terpaku
kepada kehidupan duniawi ini; desain dan skema mereka
terpusat kepada tetekbengek dan kenikmatan-
kenikmatannya. Mereka tidak mempercayai kebangkiatan
atau akhirat; kesempurnaan spiritual dan kualitas-kualitas
esoteris tidak begitu penting bagi mereka.
Di ujunglainada beberapakelompok,seperti kaumNasrani,
yang sepenuhnya menekankan aspek-aspek spiritual
sehingga sampai merugikan aspek-aspek fisik. Mereka
mengajarkan monasistisme (sitem hidup yang
berkaraktersistik kerahiban) dan penolakan terhadap dunia.
Mereka nampaknya tidak menghiraukan fakta bahwa Sang
Pencipta telah menjadikan kesempurnaan fisik sebagai
sarana bagi manusia untuk menggapai tujuan penciptaan
dirinya.
Pendekkata,kelompokkeduaini menafikkantujuanmereka
denganmenafikansaranaini,sedangkankelompokpertama
menafikan tujuan mereka dengan memusatkan segenap
perhatiankepadasaranaini solah-olahsaranaini merupakan
tujuan itu sendiri.
Pemindahan arah kiblat mengandung pelajaran yang sangat
hebat,karenamenghancurkankebiasaanyangsudahberurat
berakar akan keyakinan golongan dan ketaklidan serta
dogma keagamaan, sekaligus menguji keimanan kaum
muslimin. Orang Yahudi dan Nasrani menyakini bahwa
Agama para nabi berkiblat ke Masjid Al Aqsha seakan Allah
hanya ada disana. Begitupun dengan kaum munafik yang
mempertanyakan kebenaran, “kalau dahulu salah mengapa
23. 21
sebelumnya ini diperintahkan?.23
Dan orang musyrik pun
menyebarkan isu bahwa Muhammad saw.
kembali mengarahkan ke arah kiblat mereka. Kutub-kutub
keyakinan itulah yang menempatkan Islam berada di posisi
ummatan Wasathan.
Kejadian tersebut juga menyadarkan umat islam tentang
keharusan mengarahkan hati hanya kepada Allah bukan
kepada (kandungan) hukum (arah) yang ditetapkan karena
Allah ada dimana-mana. Seperti firman Allah swt. dalam al
Qur’an surat Al Baqarah (2) ayat 115:
ُ
ُ
لل َو
ُِه
ُ
رقْشَالم
ُ
ربْغَالم َو
ُْفاي
اَنم
ُ
ت
ا ْلو َو
َُ
ف
ُ
ثم
ُْوج
ُ
ه
ُ
الل
ُِه
ُ
ان
ُ
الل
ُ
َه
ُ
عِاس َو
مْيلَع
Terjemah:
“Dan milik Allah timur dan barat. Kemanapun kamu
menghadap di sanalah wajah Allah. Sungguh, Allah
Mahaluas, Maha
Mengetahui”24
Penjelas penafsiran tentang umat Islam sebagai ummatan
wasthan berbeda dengan umat yang lain adalah penegasan
Allah swt. dengan menyebutkan umat Islam sebagai khoeru
ummah (umat terbaik). Seperti firman-Nya dalam al Qur’an
surat Al Imran (3) ayat 110:
23 M. Quraish Shihab, Wasathiyyah, Wawasan Islam tentang
Moderasitentang Moderasi Beragama, Tengerang, PT. Lentera Hati, 2019,
h. 158
24 https://quran.kemenag.go.id/sura/2/115
24. 22
ُْمتْنك
ُْخَي
َُر
ُ
ةام
ُْتَرجْاخ
ُ ِ
للناس
َُن ْروتأم
َُالمِب
ُِف ْروْع
ت َ
َُو
ُْن
َُن َْوه
ُِنَع
ُ
الم
ُِ
رَكْن
ُ
ت َو
ُِؤْم
ُ
ن
َُن ْو
ُ
بالل
ُِه
ُْلو َو
َُنَام
ُ
لْها
ُِبتِالك
َُانَكل
ُْخَي
را
ُْم َ
ُ ّْ
ُل
ُ
َُ
ُُ
ُِم
ُْن
ُ
مه
ُ
ن ِؤْمالم
َُن ْو
َُثْكا َو
ُ
مره
ُْوقِسالف
َُن
Terjemah:
Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang
dilahirkan untuk manusia,(karena kamu) menyuruh
(berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang
mungkar, dan beriman kepada Allah.Sekiranya Ahli
Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka.
Di antara mereka ada yang beriman, namun
kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik. (Q.S.
Al Imran (3): 110)25
Untuk menjadi umat terbaik maka harus memenuhi tiga
syarat: a. Amar makruf, b. Nahi munkar, dan c. Beriman
kepadaAllah.26
Seperti firmanAllahdalamQ.S.Ali Imran (3)
ayat 104:
ُْنلتك َو
ُْمكْنيم
ُ
ةام
َُن ْوْعدي
ىَلا
ر ْ
ُِي ْ
ُْال
َُ
َُو
ُ
يأم
َُون ْ
ُر
با
ُِف ْروْعَمْل
َُي َو
ُْن
ُ
َه
َُن ْو
ُِنَع
ُِ
رَكْنالم
َُىكِّٰٕاول َو
ُ
مه
َُن ْولحْفالم
Terjemah:
“Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan
orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh
(berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang
25 https://quran.kemenag.go.id/sura/3/110
26 M. Quraish Shihab, Wasathiyyah, Wawasan Islam tentang
Moderasitentang Moderasi Beragama, Tengerang, PT. Lentera Hati, 2019,
h. 162
25. 23
mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang
beruntung….”27
(Q.S. Ali Imran (3): 104)
3. Kajian Teori Moderasi Beragama
Keberagamanadalahkeniscayaanyangtidaksatuorang pun
merasa menciptakan atau mengkondisikannya, semua
berjalan dalam kehendak Allah swt. dan pada takdirnya
masing-masing. Akan tetapi keberagaman kalau tidak
disadarkan berpotensi mengalami pergesekan yang luar
biasa.
ُ
انا
ُ
لك
ُ
ءَْيش
ُ
هنْقلَخ
ُ
رَدَقب
-
٤٩
Terjemah:
Sungguh, Kami menciptakan segala sesuatu menurut
ukuran.28
Q.S. al
Qamar (54) : 49
Allah swt. telah menciptakan manusia dengan pluralisme,29
bersuku-suku dan berbangsa-bangsa dengan bahasa dan
warnakulityangberbeda.Perbedaanitumutlakdanmanusia
harus survive hidup dalam keberagaman tersebut, karena
sebagai mahluk sosial manusia tidak mungkin hidup
sendirian,membutuhkanperanoranglain yangdibahasakan
dalam al qur’an dengan “untuk saling mengenal”, artinya
terjadi interaksi sosial, saling mengisi, saling menghormati
satu sama yang lain QS. Al-Hujraat
27 https://quran.kemenag.go.id/sura/3/104
28 https://quran.kemenag.go.id/index.php/sura/54/49
29 pluralisme/plu·ra·lis·me/ n keadaan masyarakat yang majemuk
(bersangkutan dengan sistemsosialdan politiknya);-- kebudayaan berbagai
kebudayaan yang berbedabeda dalam suatu masyarakat
(https://kbbi.web.id/pluralisme)
26. 24
(49): 13
ُ
يا
أي
َاه
ُ
الناس
إنا
ُْمناكْقلَخ
ُْنِم
ُ
رَكذ
ُْأن َو
ُ
ثى
َُوج
ُْمناكْلَع
وباعش
َُق َو
َُبائل
لت
ارفواَع
ُ
إن
ُْمكَرمْكأ
ُ
َدْنِع
ُ
ِللا
ُْأت
ُْماكَق
ُ
إن
ُ
َللا
ُ
يمِلَع
ُ
بيرَخ
Terjemah:
“Wahaimanusia! Sungguh, Kami telah menciptakan
kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan,
kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku agar kamu saling mengenal.
Sesungguhnya yang paling mulia di antarakamu di sisi
Allah ialah orangyangpaling bertakwa.Sungguh,Allah
Maha Mengetahui, Maha teliti“30
Begitu sempurnanya Islam mengajarkan moderasi dalam
kehidupantidakadasatumanusiapunyangdiperlakukankhusus
bahkan derajatnya pun sama, oleh sebab itu menghormati
perbedaan dengan toleransi/tasamuh kepada orang lain
menjadi hal yang sangat penting.
Jika ada manusia yang memaksakan kehendakmerasa dirinya
paling berhak dibandingkan yang lain, tidak memberikan
kesempatan dan tidak ada ruang selain untuk diri dan
golongannya,memaksakankehendakkepadaoranglain, maka
sesungguhnya mereka sedang menentang takdir Allah swt.
َُينِالذ
ا ْورجْاخ
ُْنِم
ُْمِهيارِد
ر ْ
ُِبغي
ُّْقَح
ُ
ال
ا
ُْن
ي
ُ
ق
ا ْلو ْو
بُر
نا
ُ
الل
ُ
ه
َُ
لول َو
ُ
فعَد
ُ
الل
ُِه
َُ
الناس
َُب
ُْمهَضْع
بب
ُ
ضْع
30 https://quran.kemenag.go.id/index.php/sura/49/13.
27. 25
ُْتَيدم َ
ُ ّْ
ُل
َُ
ص
ُ
عِوام
ُ
بيع َو
ُ
تلوَصو
ُ
سَمو
ُ
د ِ
ج
ُ
رَكذي
ُْفي
َاه
ُ
مْسا
ُ
الل
ُِه
ُْثيَك
را
لي َ
َُو
ُ
رنصْن
ُ
الل
ُ
ه
ُْنَم
ي
رهصْن
ُ
ان
ُ
الل
ُ
َه
ُ
ويَقل
ُْزيَع
ُ
ز
-
٤٠
ُ
Terjemah:
“(yaitu) orang-orang yang diusir dari kampung
halamannya tanpa alasan yang benar, hanya karena
mereka berkata,“Tuhan kami ialah Allah.” Seandainya
Allah tidak menolak (keganasan) sebagian manusia
dengan sebagian yang lain, tentu telah dirobohkan
biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah
ibadah orang Yahudi dan masjid-masjid, yang di
dalamnya banyak disebut nama Allah. Allah pasti akan
menolong orang yangmenolong (agama)-Nya.Sungguh,
Allah
Mahakuat, Mahaperkasa.”31
Sejalan dengan keberagaman yang diciptakan, Allah swt. pun
tidak memaksakan semuanya menjadi satu, tetapi diberikan
kebebasan untuk menentukan keyakinannya masing-masing.
َُ
ل
ُ
َهراْكا
ُِ
ُِف
ُِاليدين
ْدق
ُ
ت
ب
َُني
ُ
دْش ُّالر
َُنِم
ال
َُغ
يي
ُْنَمَف
ُْيك
ُْرف
ُِت ْوبالطاغ
ي َو
ُْنِؤْم
ُ
بالل
ُِه
َُ
ف
ُِدَق
َُكَسْتمْسا
ُ
ِةَوْربالع
ُْثالو
ىق
َُ
ل
َُامَصِفان
ا َ
ُل
ُ
الل َو
ُ
ه
َُ
ُ ِ
س
ُ
عْي
َُع
ُ
مْيِل
-
٢٥٦
Terjemah:
Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam),
sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang
benar dengan jalan yang sesat. Barang siapa ingkar
31 https://quran.kemenag.go.id/index.php/sura/22/40
28. 26
kepadaTagutdanberimankepadaAllah,makasungguh,
dia telah berpegang (teguh)pada tali yang sangat kuat
yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar, Maha
Mengetahui.32
Q.S. Al Baqarah: 256
Bagi Allah swt. segalanya mudah untuk dilakukan termasuk
menjadikan semuanya sama, sejenis, sewarna, seirama, tetapi
itu tidak Allah swt. lakukan, dan justru disitulah letak Maha
kuasa dan hebatnya Allah swt. menciptakan segalanya dengan
beragam. Malah yang sering memaksakan untuk sama itu
adalah manusia. Seperti firman-Nya dalam al Qur’an surat
Yunus (10) ayat 99.
ُ
ُْلو َو
َُءَاش
َُربك
َُنَم َ
ل
ُْنَم
ُِ
ُِف
ُ ِ
ض ْرَ ْ
ال
ُْملهك
ُْيِمَج
اع
ُ
َافَا
َُتْن
ُ
رهْكت
َُ
اسالن
َُح
ُّْ
ُت
ن ْويك
ا ْو
َُنْينِؤْمم
-
٩٩
Terjemah:
Dan jika Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman
semua orang di bumi seluruhnya. Tetapi apakah kamu
(hendak) memaksa manusia agar mereka menjadi
orang-orang yang beriman?33
Q.S. Yunus (10): 99
4. Moderasi beragama dilihat dari berbagai aspek (akidah,
syariah, tasawuf, tafsir, hadis dan dakwah)
Islam lahir untuk memerdekankan manusia dari segala hal
yang memperbudak dirinya, merdeka tidak terjajah oleh
keharusan yang telah menjadi adat istiadat dan budaya
bahkankarakter diri seseorang.Islammemerdekanmanusia
dengan cara menghapuskan penuhanan terhadap sesuatu,
32 https://quran.kemenag.go.id/index.php/sura/2/256
33 https://quran.kemenag.go.id/index.php/sura/10/99
29. 27
dan mengkhususkan segalanya hanya untuk Allah swt.
seperti difirmankandalamal Qur’ansurat al An’am ayat 162
ُ
ُْقل
ُ
ان
ُِ
ُْتِ َ
َلَص
ن َو
ُْيِكس
َُياي َ
ُ َ
ُْمَو
ُِ
ُْماتَمَو
ُ
لل
ُِه
َُر
يب
ُِلمالع
َُنْي
-
١٦٢
Terjemah:
Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya salatku,
ibadahku,hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah,
Tuhan seluruh
alam.34
(Q.S. Al An’am (6): 162)
Ada beberapa sikap yang mempengaruhi perilaku
moderasi yaitu:
dogma, taklid, militan, intoleran, ekstrim, radikal,
fundamental, dan fanatik. Sikap-sikap tersebut sering kali
mewakili kondisi pembelengguan manusia dan menjadi
mahluk terjajah, setidaknya terjajah oleh ego dan hawa
nafsunya,tersingkirdari kebenaranmenapikanyanglaindan
hanya fokus dengan kebenaran sendiri saja.
Dogma/dog·ma/ n 1 pokokajaran(tentangkepercayaandan
sebagainya) yangharusditerimasebagai hal yangbenar dan
baik, tidak boleh dibantah dan diragukan; 2 keyakinan
tertentu.35
Taklid/tak·lid/ n Isl keyakinan atau kepercayaan kepada
suatupaham(pendapat)ahlihukumyangsudah-sudahtanpa
mengetahui dasar atau alasannya; peniruan;
Bertaklid/ber·tak·lid/ v 1 berpegang pada pendapat ahli
hukum yang sudah-sudah; 2 tundukatau percaya pada kata
34 https://quran.kemenag.go.id/index.php/sura/6/162
35 Pranala (link):https://kbbi.web.id/dogma
30. 28
orang; mengikuti (menurut) orang lain; 3 meniru atau
mengikuti suatu paham dan sebagainya tanpa mengetahui
dalil ataualasannya;~ buta hanya meniru(menuruti) paham
dan sebagainyatanpamengetahui dasar,hukum,bukti,atau
alasan.36
Intoleran/in·to·le·ran/ a tidak tenggang rasa; tidak
toleran37
Ekstrem/ek·strem/ékstrém/ a 1 paling ujung (paling tinggi,
paling keras, dan sebagainya); 2 sangat keras dan teguh;
fanatik: mereka termasuk golongan-dalam pendirian
mereka;38
Radikal1
/ra·di·kal/ a 1 secara mendasar(sampai kepadahal
yang prinsip): perubahan yang-;2 Pol amat kerasmenuntut
perubahan (undangundang, pemerintahan); 3 maju dalam
berpikir atau bertindak;39
Arti dari: fanatik/fa·na·tik/ a teramat kuat kepercayaan
(keyakinan) terhadap ajaran (politik, agama, dan
sebagainya): tokoh partai itu berada di tengah-tengah
pengikutnya yang-;40
Sikap fanatik merupakan sifat natural dari manusia, dengan
alasan bahwa pada lapisan masyarakat dimanapun dapat
dijumpai individuataukelompokyangmemiliki sikapfanatik.
fanatisme merupakan konsekuensi logis dari kemajemukan
sosial karena sikap fanatik tidak mungkin timbul tanpa
didahului perjumpaan kelompok sosial
36 Pranala (link):https://kbbi.web.id/taklid
37 Pranala (link):https://kbbi.web.id/intoleran
38 Pranala (link):https://kbbi.web.id/ekstrem
39 Pranala (link):https://kbbi.web.id/radikal
40 Pranala (link):https://kbbi.web.id/fanatik
31. 29
Menurut Wolman, fanatisme mengandung pengertian
sebagai suatu antusiasme, pandangan yang bersifat fanatik
yang diwujudkan dalam intensitas emosi dan bersifat
ekstrem.ciri-ciri fanatisme diantaralainnya,kurangrasional,
pandangan sempit, bersemangat untuk mengejar sesuatu
tujuan tertentu.
Fanatisme yangmenjuruskearahnegatif denganpengertian,
Fanatisme akan menyamarkan sifat asli individu. Sehingga
setiaptindakanyangdilakukanolehindividuakanmengikuti
tindakan yang dilakukan oleh kelompoknya, sebagai
perwujudan dalam mematuhi peraturan kelompok yang
sudah disepakati bersama-sama.
Keberagaman yang ada di Nusantara sangatlah rawan akan
kefanatikan, baik secara individu atau kelompok. Masing-
masing suku akan fanatik dengan sukunya, masing-masing
agama akan fanatik dengan agamanya, masing-masing
kelompok akan fanatik dengan kelompoknya.
Oleh sebab itu moderasi beragama merupakan suatu yang
harus diajarkandanbiasakandalammasyarakatkita,supaya
tidak terjadi fanatisme kacamata kuda.
Tidak jarang orang mencela sikap fanatis atau yang
kemudian dikenal dengan istilah fanatisme. Celaan itu bisa
pada tempatnyadanbisajugatidakkarenafantisme dalam
pengertian bahasasebagaimanaolehKamus BesarBahasa
Indonesiaadalah“keyakinanataukepercayaanyangterlalu
kuat terhadapajaran (politik,agama,dansebagainya).Sifat
ini bila menghiasi diri seseorang dalam agama dan
keyakinan dapat dibenarkan bahkan terpuji.
Untuk menghindari fanatisme yang berlebihan maka
kerukunanhidupantarpemelukagamayangberbedadalam
masyarakatyangplural harusdiperjuangkandengancatatan
tidak mengorbankan akidah. Maka jelaslah bahwa fanatik
32. 30
adalahsesuatuyangburuk.Alquranhadirsalahsatumisinya
adalah untuk menghilangkan sikap fanatik tersebut.
Moderasi beragama adalah sebuah pandangan atau sikap
yangselaluberusahamengambil posisitengahdari duasikap
yang berseberangandanberlebihansehinggasalahsatudari
keduasikapyangdimaksudtidakmendominasidalampikiran
dan sikap seseorang. Dengan kata lain seorang Muslim
moderat adalah Muslim yang memberi setiap nilai atau
aspek yang berseberangan bagian tertentu tidak lebih dari
porsi yang semestinya
Penerapan moderasi beragama harus menyeluruh,
mencakup berbagai hal kehidupan. Oleh sebab itu perlu kita
melihat moderasi dari berbagai aspek:
a. Aspek Akidah
Akidah barasal dari akar kata bahasa arab I’tiqad yang
berarti keyakinanataukepercayaan.Akidahmengandung
perangkat keimanan dan keyakinan akan adanya Sang
Pencipta jagad raya dengan kekuasaan mutlak yang
dimilikinya. Akidah pun dapat didiversifikasikan dalam
empat istilah yaitu Akidah ketuhanan, Akidah Kenabian,
Akidah Kerohanian, dan Akidah Kegaiban.41
Aspekini meliputi sisi,ke akidahdi luarkelompokdanke
dalam kelompok.Keluar kelompokdimaksudkanadalah
kepada agama di luar Islam, keberadaan agama-agama
dan kepercayaan adalah kebebasanyang dijamin negara
dan dipersilahkanal qur’an.Suratal Baqarah (2) ayat 256
َُ
ل
ُ
َهراْكا
ُِ
ُِف
ُِاليدين
ْدق
ُ
ت
ب
َُني
ُ
دْشالر
َُنِم
َُالغ
يي
ُْنَمَف
ُْكي
ُ
ف
ُْر
ُِت ْبالطاغو
ي َو
ُْنِؤْم
ُ
بالل
ُِه
َُ
ف
ُِدَق
41 Abu Yasid, Islam Moderat (Jakarata: Erlangga, 2014), hal. 8-9
33. 31
َُكَسْتمْسا
ُ
ِةَوْربالع
ُْثالو
ىق
َُ
ل
َُامَصِفان
ا َ
ُل
ُ
الل َو
ُ
ه
ُ
عْي َ
ُ ِ
س
لَع
ُ
مْي
-
٢٥٦
Terjemah:
Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam),
sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang
benar dengan jalan yang sesat. Barang siapa ingkar
kepada Tagut dan beriman kepada Allah, maka sungguh,
dia telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat
yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar, Maha
Mengetahui.42
Rasulullah saw. telah mencontohkan bagaimana
moderasi beragama itu diterapkan. Piagam madinah
merupakan contoh bagaimana Rasulullah saw.
membumikan moderasi beragama.
Moderasi beragama juga perlu dibangun dengan orang
yangseakidah,karenajustrupergesekanyanglebihtinggi
seringkali terjadi di kalangan orang yang seakidah.
Menyusuri sejarah timbulnya persoalan-persoalan
teologi dalam Islam agak aneh karena justru yang
pertama kali timbul adalah persoalan politik bukan
bidang teologi tetapi kemudian meningkat menjadi
persoalan teologi.43
Pada waktuwafatnyaNabi Muhammadsaw. masyarakat
Madinah pada waktu itu sibuk memikirkan pengganti
beliauuntukmengepalainegarayangbarulahir,sehingga
penguburan Nabi merupakan soal kedua bagi mereka.
Timbullahsoal khilafah,soal pengganti Nabi Muhammad
42 https://quran.kemenag.go.id/sura/2/256
43 Harun Nasution, Teologi Islam aliran aliran
sejarah analisa perbandingan(Jakarta,Universitas Indonesia (UI
Press), 1986), h. 1
34. 32
sebagai kepala negara. Sebagai Nabi atau Rasul Nabi
tentu tak dapat digantikan.44
Persoalan-persoalan yang terjadi dalam politik akhirnya
membawa kepada timbulnya persoalan-persoalan
teologi.Timbul persoalansiapayangkafirdansiapa yang
bukan kafir, hal itu menyebabkan perilaku lain yaitu
penghalalan darah orang yang tidak sepaham (kafir)
karenasudahkeluardari Islam.MerakamemakaidasarAl
qur’an surat al Maidah ayat 44.
انا
ُْان
زلنا
ُ
الت
ُ
َةىرْو
ُْفي
َاه
ىده
نو
ُ
رْو
ُ
مكْحَي
ا ِ
ُِب
ُُّالنبي
َُن ْو
َُينِالذ
ا ْولمْسا
َُينِللذ
ُ
َاده
ا ْو
ُُّالرباني َو
َُن ْو
َُو
ُْح ْ
ال
ُ
بار
بما
ا ْظوِفْتحْسا
ُْنِم
ُ
كت
ُِب
ُ
الل
ُِه
انَكو
ا ْو
ُِهْيلَع
اَدَهش
َُء
َُ
فَل
َواش َ
َُت
َُ
الناس
ُِن َْوشْاخ َو
َُ
ول
تْشت
ا ْرو
ُْيِتباي
نا َ
ُ َ
َُث
ُ
َلْيقل
ُْنَمَو
َُ
ُ ّْ
ُ َ
ُّْْل
ُْمكْحَي
بما
ُْان
َُزل
ُ
الل
ُ
ه
َُىكِّٰٕفاول
ُ
مه
ا
َُن ْروِفكْل
-
Terjemah:
Sungguh, Kami yang menurunkan Kitab Taurat; di
dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya. Yang dengan
Kitab itu para nabi yang berserah diri kepada Allah
memberi putusan atas perkara orang Yahudi,
demikian juga para ulama dan pendeta-pendeta
mereka, sebab mereka diperintahkan memelihara
kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi
terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut
kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan
janganlah kamu jual ayat-ayat-Ku dengan harga
murah. Barangsiapa tidak memutuskan dengan apa
44 Nasution, Teologi Islam aliran aliran ..., h. 3
35. 33
yang diturunkan Allah, maka mereka itulah orang-
orang kafir.45
( Q.S. Al maidah (5): 44)
Permasalahan orang berbuat dosa inilah kemudian yang
mempunyai pengaruhbesardalampertumbuhanteologi
selanjutnyadalamIslam.Persoalannyaialah: masihkah ia
bisa dipandang seorang mukmin ataukah ia sudah
menjadi kafir karena berbuat dosa besar itu?, Persoalan
itulah yang dikemudian hari melahirkan aliran-aliran
teologi dalam Islam.
1) Lahir kelompok Khawarij yang mengatakan bahwa
orang berdosa besar adalah kafir/murtad. Dalam
Khawarij sendiri terpecah menjadi delapan belas sub
sekte dan menurut al Baghdadi dua puluh sub sekter
Al Asy’ari menyebut sub sekte-sub sekter yang
jumlahnya lebih besar lagi.46
2) Aliran Murji’ah yang menegaskan bahwa orang yang
berbuat dosa besar tetap masih mukmin dan bukan
kafir,masalahdosayang dilakukknyaterserahkepada
Allah swt. ,
3) Lahir kelompok mu’tazilah yang mengatakan orang
yang berdosa besar bukan kafir tetapi bukan juga
mukmin. Ada diantara keduanya. Istilah al manzilah
bain al manzilitain (posisi di antar dua posisi)4748
4) Aliran al Qodariah mereka berpendapat manusia
mempunyai kemerdekaan dalam kehendak dan
perbuatannya (free will dan ferr act)
45 https://quran.kemenag.go.id/sura/5/44
46 Harun Nasution, Teologi Islam aliran aliran
sejarah analisa perbandingan(Jakarta,Universitas Indonesia (UI
Press), 1986), h. 13
47 Nasution, Teologi Islam aliran... (Jakarta, Universitas Indonesia (UI
Press),
48 ), h. 7
36. 34
5) Aliranal Jabariah yangberpendapatsebaliknyadari al
Qadariah bahwa manusia tidak mempunyai
kemerdekaan dalam kehendak dan perbuatanya.
Segala gerak gerik manusia ditentukan oleh Tuhan
(predestination atau fatalism dalam istilah inggris.49
Kefanatikanaliran-alirantersebutmenyebabkanlahirnya
alairan yang tengah tidak ke kanan dan ke kiri, yang
dinamakan aliran al
Asy’ariah yang disebut ahl sunnah wa al jama’ah.
Kalau kita melihat kepada perkembangan teologi/akidah
di atas maka justru perbedaan pemahaman meraka
sangat dipengaruhi oleh perbedaan politiknya, masing-
masing merujuk kepada al qur’an dan al hadist, akan
tetapi pemahaman referensi adalah pemahaman
berdasarkan pola pikirnya dan sering menapikan pola
pikir orang lain. Apalagi dalam menggambil hadist
seringgakali mereka menerima dan menolak hadist
sesuai penilaian kepada perowinya, mana perowi dari
pihaknya dan dari bukan pihaknya.
b. Syariah Ada 3 hal yang sering terwakili dengan kata
syari’ah, yaitu Syari’at, fikih dan hukumIslam. Ketiganya
memiliki terminologi yang berbeda. Akan tetapi arti
secara luas“al-syari’ah”berarti seluruhajaranIslamyang
berupa norma-norma ilahiyah, baik yang mengatur
tingkah laku batin (sistem kepercayaan/doktrinal)
maupun tingkah laku konkrit (legal-formal) yang
individual dan kolektif.
Syaikh Al-Qardhawi mengatakan, cakupan dari
pengertian syariah menurut pandangan islam sangatlah
luas dan komprehensif (alsyumul). Di dalamnya
49 Nasution, Teologi Islam aliran ... h.8
37. 35
mengandungmaknamengaturseluruhaspekkehidupan,
mulai dari aspek ibadah (hubungan manusia dengan
Tuhan nya), aspek keluarga (seperti nikah, talak, nafkah,
wasiat, warisan), aspek bisnis (perdagangan, industri,
perbankan, asuransi, utang-piutang,
pemasaran, hibah), aspek ekonomi (permodalan, zakat,
bait al-mal, fa’I, ghanimah), aspek hukum peradilan,
aspek undang-undang hingga hubungan antar negara.
Syariah merupakan hukum islam karena bersumber dari al-
Qur’an dan Rasul-Nya, kemudian yang disepakati para
sahabat dari hukum-hukum yang tidak datang mengenai
urusannya sesuatu nas dari al-Qur’an atau sunah.
Kemudianhukumyangdiistinbatkandenganjalanijtihad,
dan masuk ke ruang ijtihad menetapkan hukum dengan
perantara kias, karinah, tanda-tanda dan dalil-dalil.50
Hukum islam merupakan alat untuk mengetahui
kebenaran,sedangkankebenaranmenjadidasardari hak
dan batil. Kebenaran adalah relatif, sejalan dengan
hukum islam yang flesibel.
Hukum Islam fleksibel dan dapat diperbarui karena ia
sangat terpengaruh oleh banuak factor. Ibn al Qayyim
menegaskanbahwafatwa(hukumIslam) dapatberubah
karena perubahan zaman, waktu, kondisi, tradisi dan
niat.51
Selain kelima faktor di tersebut, al-Syatibi
menambah faktor lainnya yaitu mempertimbangkan
efek atau implikasi perbuatan muallaf dan
mempertimbangkan tujuan-tujuan
50 https://www.tongkronganislami.net/definisi-makna-dan-
pengertian-syariah/
51 (Ibn al-Qayyim,1973, 2 :425).
38. 36
mukallaf dari perbuatannya, baik itu tujuan baik atau
buruk.52
Faktorlainyangdapatmemperkokohfleksibilitashukum
Islam adalah karena teks-teks hukum, baik Alquran
maupun al-Sunnah sendiri yang fleksibel, yang dapat
mengakomodirsegalabentukperkembanganzamandan
kebaruan yang mengemuka dalam dunia realitas. Ia
relevan pada zaman sebelum Islam, masa Nabi, masa
setelahnya,masasekarangdan masa yang akan datang.
Beberapa ayat al qur’an yang mengajarkan flesibel dan
kemudahan ialah
ُ
ُ
يريد
ُ
الل
ُ
ه
ُ
مبك
َُرْسالي
َُ
ول
ُ
يريد
ُ
مبك
ُ
الع
َُرْس
لوِمْكلت َ
ُِو
ا
َُةالعد
بيَكلت َو
روا
ُ
الل
ُ
َه
ىلَع
اَم
ُْمىكَده
ُْملكَعل َو
َُن ْروكْشت
-
١٨٥
Terjemah:
Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak
menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah kamu
mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas
petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu
bersyukur53
Q.S. Al Baqarah (2): 185
ايي
َاه
َُينِالذ
ُ
نَام
ا ْو
اذا
ُْمتْقم
ىَلا
ُ
الص
ُ
ِةول
ُ ِ
سْغاَف
ا ْلو
ُ
وج
ُْمَكه ْو
ُْميكِايد َو
ىَلا
ُِرافقَالم
ا ْوحَسْام َو
ُْمكِس ْبرءو
ُْملكارج َو
ا
ىَل
بْعَكال
ُِنْي
ُْان َو
ُ
ك
ُْمتْن
ُ
ج
بان
فاطه
ا ْرو
ُْان َو
ُْنك
ُْمت
ىض ْرم
ُْاو
ىلَع
ُ
رَفَس
ُْاو
َُءاَج
ُ
دَاح
ُْمكْنيم
َُيمن
ُِِّٰٕىطاالغ
ُْاو
ُ
تمْسَمل
ال
ن
َُاءَسي
َُ
ف
ُْمل
ا ْود َ
ُ َ
ُِت
ُ
اءَم
َُ
ف
ت
ُ
يم
ا ْوم
ادْيعَص
باطيي
ا ْ
وحَسْفام
52 al- Syatibi, t.th: 194) .
53 https://quran.kemenag.go.id/index.php/sura/2/185
39. 37
ُْمكِه ْوبوج
ُِايد َو
ُْمكْي
ُ
هْنيم
اَم
ير
ُ
دْي
ُ
الل
ُ
ه
َُلَعْليج
ُْمكْيلَع
ي
ُْمن
َُح
ُ
رج
ُْنِكلو
ُ
يريد
ُْمَُليطيهرك
ُ
ليتم َو
ُ
ْعن
تهَم
ُْمكْيَلَع
ُْملكَعل
َُن ْروكْشَت
-
٦
Terjemah:
Wahai orang-orang yang beriman!Apabila kamu hendak
melaksanakan salat, maka basuhlah wajahmu dan
tanganmu sampai ke siku, dan sapulah kepalamu dan
(basuh) kedua kakimu sampai ke kedua mata kaki. Jika
kamu junub, maka mandilah. Dan jika kamu sakit atau
dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air
(kakus)atau menyentuhperempuan,makajikakamu tidak
memperoleh air, maka bertayamumlah dengan debu yang
baik (suci); usaplah wajahmu dan tanganmu dengan
(debu) itu. Allah tidak ingin menyulitkan kamu, tetapi Dia
hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan
nikmat-Nya bagimu, agar kamu bersyukur.54
Fleksibilitas Islam juga ditopang oleh kondisi di mana
Allahsebagai sumberhukumtelahmemberi ruangyang
sangat luas bagi ulama untuk menetapkan hukum bagi
perkara-perkara yang lepas dari sentuhan teks-teks
Alquran. Perkara-perkara yang dimaksud dipopulerkan
dengan istilah 'Mantiqat al-Fardg al- Tasyri 'i
Yusuf al-Qaradawi berpendapat bahwa setidaknya ada
limafaktoryang menyebabkan hukum Islam fleksibel;55
1) Perhatian Syariat Islam terhadap kondisi-kondisi
darurat;
2) Eksistensi teks-tekshukum yang bersifat global yang
hanya memuat prinsip-prinsip umum;
54 https://quran.kemenag.go.id/index.php/sura/5/6
55 (Yusuf al-qaradawi, 1999: 84)
40. 38
3) Eksistensi teks-tekshukumparsialyangterbukauntuk
berbagai interpretasi dan pemahaman;
4) Adanya wilayah yang terbuka lebar bagi ijtihad
5) Perubahan fatwa karena perubahan zaman, tempat,
kondisi, tradisi
Terbentuknya kelompok paham-paham syariah yang
mengkristal menjadi fanatik golongan menyebabkan
resistensidi bidangsyariahsangatlahbesardibandingkan
dengan resistensi perbedaan keyakinan beragama.
Tentunya itu adalah kasuistik bukan ajaran Islam karena
sering kali mereka terjebak dengan politik identitas.
Fleksibilitas hukum islam dan penerimaan hukum Islam
terhadap pembaharuan serta akomodatif terhadap
kondisikondisi manusia yang berbeda menjadi indikator
kuat bagi prinsip moderasi, dan moderasi ini perlu
dibangundenganupaya penyederhanaanhukum-hukum
fiqih untuk mendorong umat Islammenjalankan hukum-
hukum agamanya dengan mudah sehingga mereka bisa
konsisten selamanya.
5. Prinsip-prinsip Moderasi Beragama
Menurut Abudin Nata, pendidikan moderasi Islam atau
disebutnya sebagai pendidikan Islam rahmah li al-alamin,
memiliki sepuluh nilai dasar yang menjadi indikatornya,
yaitu:
a. Pendidikan damai, yang menghormati hak asasi manusia
dan persahabatan antara bangsa, ras, atau kelompok
agama;
b. Pendidikan yang mengembangkan kewirausahaan dan
kemitraan dengan dunia industri;
c. Pendidikan yang memperhatikan isi profetik islam, yaitu
humanisasi, liberasi dan transendensi untuk perubahan
sosial;
41. 39
d. Pendidikan yang memuat ajaran toleransi beragama;
Kata الوسطية (al-wasathiyah) telah termaktub dalam al-
Qur’an surat. Al-Baqarah (2) ayat 143: sebagai berikut:
َُلكذَكو
ُْمكنْلَعَج
ُ
ةام
طاَسو
ن ْوليتك
ا ْو
ُ
َهش
ُ
َد
َُءا
َُلَع
ى
ُِ
الناس
َُن ْويك َو
ُ
ل ْوالرس
ُْمكْيلَع
ادْيَِهش
ُ
َُ
ُُ
Terjemah:
“Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu
(umat Islam) ”umat pertengahan” agar kamu
menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar
Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas
(perbuatan) kamu...” (Q.S al Baqarah(2): 143).56
Pada kata وسطا berarti atau bermakna adil57
, namun dapat
diartikan tengah yang ditulis (اوساط )وسط.58
. Pada kata
وسطا saat diartikan sebagai moderat memiliki arti
kemajemukan.59
al-qardawi menyebut beberapa kosa kata
yang serupa makna dengannya termasuk katan Tawazun,
I'tidal, Ta'adul dan Istiqamah.
56 Aplikasi Quran Kementrian Agama Republik Indonesia
57 Ismail bin al-Katsir al-Dimisyqiy: 2000)
58 Munawwir: 2007
59 Departemen Agama RI, Moderasi Islam (Jakarta: Lajnah
Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2012), hal. 5
42. 40
Menurut Khaled Abou el Fadl dalam The Great Theft istilah
moderasi adalahpahamyang mengambil jalantengah,yaitu
pahamyangtidakekstemkanandantidakpulaekstremkiri.60
K.H.AbdurrahmanWahidpunmerumuskanbahwamoderasi
harus senantiasa mendorong upaya untuk mewujudkan
keadilan sosial yang dalam agama dikenal dengan al-
maslahah al-‘ammah. Dalam realitas kehidupan nyata,
manusia tidak dapat menghindarkan diri dari perkara-
perkara yang berseberangan.
Karena itu al-Wasathiyyah Islamiyyah mengapresiasi unsur
rabbaniyyah (ketuhanan) dan Insaniyyah (kemanusiaan),
mengkombinasi antara Maddiyyah (materialisme) dan
ruhiyyah (spiritualisme), menggabungkan antara wahyu
(revelation) dan aql (reason), antara maslahah ammah (al-
jamāiyyah) dan maslahah individu (al-fardiyyah).
Keseimbangan merupakan keharusan sosial, dengan
demikian seseorang yang tidak seimbang dalam kehidupan
individu dan sosialnya, bahkan interaksi sosialnya akan
rusak.61
Agamasenantiasamenuntutsegalaaspekkehidupan
kita untuk seimbang, tidak boleh belebihan dan tidak boleh
kekurangan. Salah satu yang menjadikan Islam agama yang
sempurna adalah karena keseimbangannya.
Dengan demikian Sikap moderat atau wasaṭiyah telah
memberikan porsi yang proporsional antara hubungan
manusia sebagai mahluk sosial (hab min al-nās), dan
60 Zuhairi Misrawi, Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari Moderasi,
Keutamaan, dan Kebangsaan (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara,
2010), hal.13
61 Departemen Agama RI, Moderasi Islam (Jakarta: Lajnah
Pentashihan Mushaf AlQur’an, 2012), hal.34
43. 41
hubungan manusia dengan Allah (hab min Allāh) dan
hubungan dengan lingkungan alam (hab min ‘alam)62
.
Keseimbangan untuk mampu berinteraksi dan
berkomunikasi secara proporsional tersebut menjadi titik
pointdari sikapmoderat.Sikapseseorangyangmoderatatau
wasaṭiyah tersebutmemiliki ciri-ciri sikapsebagai berikut:63
a. Khusnudan (positif thingking, berbaik sangka), yaitu
selalu mendahulukan prasangka baik terhadap apapun
pendapat dan sikap orang lain
b. Tabayyun (Konfirmasi) yaitu selalu cek and ricek setiap
informasi yang didapat, menghindari ghibah
(menggunjing) dan su’udzan (buruk sangkat)
c. Tahaḍḍur (berkeadaban),yaitumenjunjungtinggi akhlak
mulia,karakter,identitas,danintegritassebagai khair al-
ummah dalam kehidupan kemanusiaan dan peradaban
d. Aulawiyah (mendahulukan yang prioritas), yaitu
kemampuan mengidentifikasi hal ihwal yang lebih
penting harus diutamakan untuk diimplementasikan
dibandingkandenganyangkepentingannyalebihrendah;
e. Syura (musyawarah), yaitusetiappersoalan diselesaikan
dengan jalan musyawarah untuk mencapai mufakat
dengan prinsip menempatkan kemaslahatan di atas
segalanya;
f. Iṣlah(reformasi),yaitu mengutamakanprinsipreformatif
untukmencapai keadaanlebihbaikyangmengakomodasi
perubahan dan kemajuan zaman dengan berpijak pada
kemaslahatan umum (maṣlahah
‘ammah) dengan tetap berpegang pada prinsip al-
muhafaẓah ‘alā alqadimi al-ṣalih wa al-akhzu bi al-jadidi
62 Mahnan Marbawi, Ideologi Pendidikan:Studi Penguatan
Pancasila Pasca Orde Baru Melalui PAI di Sekolah, 2019, 137.
63 Mahnan Marbawi, Ideologi Pendidikan:Studi Penguatan
Pancasila Pasca Orde Baru Melalui PAI di Sekolah, 2019, 186.
44. 42
al-aṣlah (melestarikan tradisi lama yang masih relevan,
dan menerapkan hal-hal baru yang lebih relevan);
g. Tawassuṭ (mengambil jalan tengah), yaitu pemahaman
dan pengamalanyangtidak ifrāṭ (berlebih-lebihandalam
beragama) dan tafrīṭ
(mengurangi ajaran agama);
h. Musawah (egaliter), yaitu tidak bersikap diskriminatif
pada yang lain disebabkan perbedaan keyakinan, tradisi
dan asal usul seseorang;
i. I’tidal (lurus dan tegas), yaitu menempatkan sesuatu
pada tempatnya dan melaksanakan hak dan memenuhi
kewajiban secara proporsional;
j. Tasamuh (toleransi), yaitu mengakui dan menghormati
perbedaan, baik dalam aspek keagamaan dan berbagai
aspek kehidupan lainnya;Tawāzun (berkeseimbangan),
yaitu pemahaman dan pengamalan agama secara
seimbang yang meliputi semua aspek kehidupan, baik
duniawi maupun ukhrawi, tegas dalam menyatakan
prinsip yang dapat membedakan antara inhiraf,
(penyimpangan) dan ikhtilaf (perbedaan);
k. Taṭawwur wa Ibtikar (dinamis dan inovatif), yaitu selalu
terbuka untuk melakukan perubahan-perubahan sesuai
dengan perkembangan zaman serta menciptakan hal
baru untuk kemaslahatan dan kemajuan umat manusia.
6. Nilai-nilai Moderasi Beragama
Pendapat para mufassir terkait konsep nilai-nilai moderasi
dalam Q.S. al-Baqarah ayat 143 adalah sebagai berikut:
a. Al-Qurtubi Menurutal-Qurtubidalamkitabnyaal-Jami’al-
ahkam, firman
ُُ
َُلكذَكو
ُْمكنْلَعَج
ُ
ةام
طاَسو
ن ْوليتك
ا ْو
َُءاَدَهش
َُع
لى
ُ
الن
ُ ِ
اس
ُ
يك َو
َُن ْو
ُ
ل ْوالرس
ُْمكْيلَع
َُ
ش
ادْيِه
45. 43
Tarjamah:
“Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat
Islam) ”umatpertengahan”agarkamu menjadisaksiatas
(perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad)
menjadi saksi atas (perbuatan) kamu…”.64
Makna dari firman Allah ini adalah,sebagaimana ka‟bah
merupakan tengah-tengah bumi, maka demikian pula
kami menjadikan kalian umat yang pertengahan. Yakni
kami jadikan kalian dibawah para nabi tapi di atas umat-
umat yang lain.Makna al-wastadalahadil.Asal dari kata
ini adalahbahwa sesuatuyangpalingterpuji adalahyang
pertengahan.65
b. Muhammad Jawad Mughniyah Jawad Mughniyah dalam
kitabnya tafsir al-kaasyif, kalam Alllah yakni وكذا
,
لك
جعلناكم
أمة
وسطا bahwaAllahakanmemberikanhidayah
atau petunjukkepadasiapayangDiadikehendakimenuju
jalan yang lurus (shirath al66
-mustaqim). Allah
memberikan kenikmatan kepada pengikut Nabi
Muhammadsaw.yakni berupahidayahtersebut.Hidayah
yangAllahberikansangatluasjangkauannya,diantaranya
Allah telah menjadikan pengikut Nabi Muhammad saw.
dalam beragama berlaku tegak atau adil, serta
tengahtengah diantara hal yang berlebihan, yakni
64 https://quran.kemenag.go.id/sura/2/143
65 Muhammad bin Ahmad al-Anshori al-Qurthubi, al-Jami’
alahkam al-Qur’an, (Mesir: Dar al-Kutub, tt), hlm. 359.
66 Muhammad Jawad Mughniyah, Tafsir al-Kaasif, (Beirut: Darr
alIlmi, 1968), hlm. 224.
46. 44
menambah-nambahi seperti seperti mempertuhankan
lebih dari satu Tuhan atau menduakan Allah. Juga
berlebih-lebihan dalam hal mengurang-ngurangi, seperti
berpaling dari agama yang benar.79
c. AbdurrahmanbinNashras-Sa‟di AbdurrahmanbinNashr
as-Sa‟di dalamkitabnyaTafsiral-Karimar-Rahman,dalam
menafsirkan ayat وكذا
لك
َُُ
جعلناكم
أمة
,
وسط
ا bahwa
Allah swt menjadikan umat Islam umat
yang adil dalamsetiapurusan agaman, adil pada utusan-
utusannya dalam dalam hal tidak berlebih-lebihan,
sebagaimana yang dilakukan oleh umat Yahudi dan
Nasrani. Yang mana mereka lebih banyak mengurusi
urusan dunianya. Adil dalam syariat agama juga
perintahkan, tidak menyekutukan Allah sebagaimana
yang dilakukan oleh umat di atas.
Tidakmengharamkanyanghalal dan tidakmenghalalkanyang
haram.67
d. Musththafa al-Maraghi Menurut al-Maraghi, sebelum
lahirnya Islam, umat manusia terbagi menjadi dua
kelompok. Pertama, ialah orangorang yang selalu
cenderung pada kepentingan dunia dan kebutuhan
jasmaniyah, seperti kaum Yahudi dan musyrikin. Kedua,
adalah orangorang yang mengekang atau membelenggu
diri dengan adat kebiasaan dan kepentingan rohaniah
secara total, sehingga sama sekali meninggalkanhal-hal
yang bersifat duniawiyah, termasuk kebutuhan
jasmaniyah mereka. Diantara mereka adalah kaum
67 Abdurrahman bin Nashr as-Sa‟di,Tafsir al-Karim ar-Rahman,
(Kuwait: Maktabah Tholibul Ilmi, 2000), hlm. 72.
47. 45
Nasrani dan Sabi‟in, disamping beberapa pengikut sekte
agama Hindu penyembah berhala.68
e. Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy Pada ayat ini
ash-Shiddieqy menafsirkan bahwa umat Islam itu umat
yangbaik,adil,seimbang(moderat),tidaktermasukumat
yang berlebih-lebihan dalam beragama (ekstrem), dan
tidak pula termasuk golongan orang yang terlalu kurang
dalam menunaikan kewajiban agamanya.
Islam datang untuk mempertemukan hak jiwa dan hak
tubuh. Islam juga memberikan kepada para pemeluknya
segala hak kemanusiaan. Manusia memang terdiri dari
jiwa dan jasad. Tegasnya, dalam hidup ini mereka
mengharamkan dirinya dari segala yang disediakanoleh
Allah untuknya.
Dengan demikian, mereka keluar dari jalan yang benar
dan berbuatkejahatanatas dirinyadenganjalanberbuat
jahat atas fisiknya. Kamu menjadi saksi terhadap
golongan pertama dan golongan kedua, serta kamu
melebihi seluruh umat dengan jalanmu berlaku imbang
(moderat) dalam segala urusan.
Nabi menjadi saksi terhadap kamu, karena Nabi
Muhammad saw. sebagai teladan yang paling tinggi bagi
martabat keseimbangan. Kita umat Islam berhak
menerima sifat tersebut, apabila kita mengikuti
perjalananNabi dansyariatnya.Dialahyangmenentukan
siapa yang mengikutinya, dan siapa pula yang
menyimpang, lalu mengadakan
berbagai rupa tradisi yang lain serta berpaling dari jalan
yang lurus.82
68 Musththafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, (Semarang, Toha
Putra, 1993), hlm. 6-7.
48. 46
f. Menurut Muhammad Quraish Shihab, ayat 143 surat al-
Baqarah ini telah memberi petunjuk tentang posisi yang
ideal atau baik, yaitu posisi tengah. Posisi pertengahan
menjadikanmanusiatidakmemihakke kiri danke kanan,
suatuhal di manadapat mengantarmanusiaberlakuadil.
Posisi pertengahanmenjadikan seorangdapatdilihatoleh
siapapun dalam penjuru yang berbeda, dan ketika itu ia
dapat menjadi teladan bagi semua pihak. Posisi itu juga
menjadikannya dapat menyaksikan siapa pun dan di
mana pun. Allah menjadikan umat Islam pada posisi
pertengahanagarkamu,wahai umatIslam,menjadi saksi
atas perbuatan manusia yakni umat yang lain, tetapi ini
tidak dapat kalian lakukan kecuali jika kalian menjadikan
Rasul SAW syahid, yakni saksi yang menyaksikan
kebenaran sikap dan perbuatan kamu dan ia pun kalian
saksikan, yakni kalian jadikan teladan dalam segala
tingkah laku.83
g. MenurutWahbahaz-Zuhaili dalamayat143ini,ummatan
wasathan diartikan sebagai pertengahan dalam
pandangan tentang Tuhan dan dunia. Tidak mengingkari
wujud Tuhan, tetapi tidak juga menganut paham
politeisme (banyak Tuhan). Pandangan Islam adalah
Tuhan Mahawujud, dan Dia Yang Maha Esa.
Pertengahan adalah pandangan umat Islam tentang
kehidupan dunia ini; tidak mengingkari dan menilainya
maya, tetapi tidak juga berpandangan bahwa kehidupan
dunia adalah segalanya. Pandangan Islam tentang hidup
adalah disamping ada dunia ada juga akhirat.
Keberhasilan di akhirat ditentukan oleh iman dan amal
saleh di dunia. Manusia tidak boleh tenggelam dalam
materialisme, tidak juga membumbung tinggi dalam
spiritualisme,ketikapandanganmengarahke langit,kaki
harustetapberpijakdi bumi.Islammengajarkanumatnya
agar meraih materi yang bersifat duniawi, tetapi dengan
nilai-nilai samawi.
49. 47
828Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Tafsir al-Qur‟anul
Majid, (Jakarta: Cakrawala Publishing, 2011), hlm. 144-145.
83M.Quraish Shihab,TafsirAl-Misbah Volume 1, (Ciputat, Lentera
Hati, 2010), hlm. 415
Penggalan ayat di atas yang menyatakan agar kamu,
wahai umat Islam,menjadi saksi atasperbuatanmanusia
dipahami juga dalam arti bahwa kaum muslimin akan
menjadi saksi di masa datang atas baik buruknya
pandangan dan kelakuan manusia.
Pengertian masa datang itu mereka pahami dari
penggunaankatakerjamasa datang (mudhari) padakata
()لتكىنىا. Penggalan ayat ini menurut penganut
penafsiran tersebut mengisyaratkan pergulatan
pandangan dan pertarungan aneka isme. Tetapi, pada
akhirnya ummatan wasathan inilah yang akan dijadikan
rujukan dan saksi tentang kebenaran dan kekeliruan
pandangan serta isme-isme itu.69
h. Sayyid Quthb Menurut Qutb dalam memahami al Qur’an
SuratalBaqarahayat 143 ini,membagi umatpertengahan
menjadi tiga, yaitu: Umat pertengahan dalam pemikiran
dan perasaan, Umat pertengahan dalam pandangan
hidup, dan Umat pertengahan dalam ikatan dan
hubungan:
1) Umat pertengahan dalam pemikiran dan perasaan.
Umat Islam bukanlah umat yang beku dan stagnan
dengan apa yang dia ketahui. Juga bukan umat yang
tertutup terhadap eksperimentasi ilmiah dan
pengetahuan-pengetahuan lain.
69 Wahbah az-Zuhaili, At-Tafsir Al-Wasith, Terj. Muhtadi,
(Jakarta: Gema Insani, 2012), hlm. 58.
50. 48
Mereka juga bukan umat yang mudah mengikuti
suara-suara yang didengung-dengungkan orang lain
dengan taqlid buta. Akan tetapi, umat Islam adalah
umat yangberpegangpadapandanganhidup,manhaj
dan prinsip-prinsipnya. Kemudian mereka melihat,
memerhatikan, dan meneliti pemikiran yang
merupakan hasil pemikiran dan eksperimen.
Semboyan mereka yang abadi adalah, “Hikmah (ilmu
pengetahuan) itu adalah barang milik orang mukmin
yanghilang,makadi manasajaiamenjumpainyamaka
ia berhakmengambilnya dengan mantap dan yakin.”
2) Umat pertengahan dalam pandangan hidup. Umat
Islam tidak hanya bergelut dalam hidupnya dengan
perasaan dan hati nurani. Juga tidak terpaku dengan
adab dan aturan manusia. Akan tetapi, umat Islam
mengangkatnurani manusiadenganaturandari Allah
SWT, serta dengansuatu arahan dan pengajaran.Dan
menjamin aturan masyarakat dengan suatu
pengetahuan yang menyeluruh. Islam tidak
membiarkan aturan kemasyarakatan dibuat oleh
penguasa, dan juga tidak dilakukan secara langsung
oleh wahyu.
Tetapi, aturan kemasyarakatan itu adalah
percampuran antara keduanya, yakni aturan yang
berasal dari wahyu dan dilaksanakan oleh penguasa.
3) Umat pertengahan dalam pandangan hidup. Islam
tidak membiarkan manusia melepaskan dan
melampaui batas dalam individualnya dan juga tidak
meniadakan peran individualnya dalam masyarakat
atau negara. Islam juga tidak membiarkan manusia
serakah dan tamak dalam kehidupan
kemasyarakatannya.
Akan tetapi, Islam memberi kebebasan yang positif
saja, seperti kebebasan menuju kemajuan dan
51. 49
pertumbuhan. Sehingga akan tumbuh suatu
keterkaitan yang sinergis antara individu dan
masyarakat atau negara. Dan akan tercipta rasa
senangsetiapindividudalammelayani masyarakat.70
B. Internalisasi Nilai-nilai Moderasi Beragama di Sekolah
1. Program Internalisasi Nilai-nilai Moderasi Beragama di
Sekolah
Menanamkan nilai-nilai moderasi beragama akan lebih
efektif jika dimulai dari lingkungan sekolah. Apa yang kita
tanam sekarang menentukan buah yang akan kita petik
kemudian.
Sebagai bentuk negara melindungi seluruh tumpah darah
Indonesia adalah menjadikan bangsa Indonesia cerdas
mengelola kehidupan, sehingga menjadi bangsa yang
berdaulat.dan bermartabat. Oleh sebab itu negara
berkewajinban mencerdaskan kehidupan bangsa, seperti
telah diuraikan dalam UU 20 tahun 2003 dengan fungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Secara tegas tujuan pendidikan nasional menekankan
pentingnyapembentukan akhlak alkarimah71
karenadengan
70 Sayyid Quthb, Zhilalil Qur‟an, Terj. As‟ad Yasin, (Jakarta:
Gema Insani, 2008), hlm. 158-159.
71 Rohmat Mulyana, Model Pembelajaran N-I-L-A-I melalui
Pendidikan Agama Islam (PAI), (Jakarta, PT. Saadah Pustaja Mandiri,
2013) h.3
52. 50
hadirnyaidiomkeimanandanketakwaansebagaiaspekyang
sangat penting dalam membentuk karakter bangsa dan
sekaligus menjadi patokan dasar arah pendidikan di
Indonesia tidak sekuler.
Semua perkara beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu,cakap,kratif,mandiri,demokratisdanbertanggung
jawab merupakan nilainilai agama yang universal, dan tidak
berbenturandengankepercayaandankeberagaman,bahkan
justru saling menguatkan kebersamaan dalam perbedaan.
Disitulahpentingnyapenguatanmoderasiberagamadengan
budaya toleransi saling hormat menghormati ditengah
perbedaan.
Penguatan moderasi beragama bukanlah suatu hal yang
gampang tetapi sesuatu yang berproses, perlu adanya
rekayasa, pembiasaan dan intervensi, Dalam rangka
membentuk karakter dan mencerdaskan kehidupan bangsa
yangmoderat,ke depandibutuhkansebuahpendidikanyang
baik, dan salah satu dari pendidikan adalah disebut
“sekolah”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
“sekolah”adalahlembagaataubangunanyangdipakai untuk
aktivitas belajar dan mengajar sesuai dengan jenjang
pendidikannya (TK, SD, SLTP, SLTA).
“Sekolah” adalah lembaga pendidikan yang sifatnya formal,
non formal, dan informal, dimana pendiriannya dilakukan
oleh negara maupun swasta dengan tujuan untuk
memberikan pengajaran, mengelola, dan mendidik para
peserta didik melalui bimbingan yang diberikan oleh para
pendidik atau guru. Ada juga yang menyebutkan definisi
sekolah adalah suatu lembaga pendidikan yang dirancang
secara khusus untuk mendidik peserta didik dalam
pengawasan para pendidik (pengajar atau guru).
Sekolah adalah miniatur masyarakat sekaligus tempat
pembentukan karakter anak bangsa yang akan menjalani
53. 51
kehidupan dan menjadi pelaku budaya masa depan. Oleh
sebab itu sekolah adalah tempat yang strategis untuk
mengintervensi budaya-budaya baik atau akhlakulkarimah,
sedangkan akhlakulkarimah terbentuk dari pembiasaan
pengamalan nilai-nilai agama, karena agama hadir untuk
memperbaikiakhlakmanusia,sepertihadistNabi Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam:
ُ
عن
مالك
ان
رسول
للا
صلى
للا
عليه
و
سلم
بعثت
لتمم
حسن
الخَلق
Terjamah:
“Dari Malik, bahwa Rasulullah saw. Besabda: “Aku
diutus (oleh Allah swt. menyempurnakan akhlak
yang baik”.72
Akhlakulkarimah secara otomatis akan menciptakan
keharmonisan dalam kehidupan, keharmonisan
menciptakan kedamaian, kedamaian mewujudkan keadilan
sosial, disini negara harus hadir secara maksimal karena
sesuai fungsi negara memajukan kesejahteraan umum dan
keadilan sosial dengan kata lain negara harus berupaya
menciptakan kedamaian.
“Damai” adalah kata yang penuh imajinasi kesempurnaan
dalam ketenangan, kebaikan, keindahan, kenikmatan,
sehingga menjadi kebutuhan dasar manusia, suasana tanpa
kekerasan,adanyaharmoni,toleransi,salingmenghargaidan
relasi yang setara antar individu maupun komunitas yang
hidupbersamauntukmencapai tujuantertentudalamsuatu
wilayah tertentu pula, kedamaian tertinggi sering
72 Malik, al-Muwatta, Kitab Husn al Khuluq,Bab Ma Ja’a fi Husni
Al –Akhlaq, No.8, h. 479,
54. 52
disimbolkan dengan syurga karena asal dan akhir manusia
damai adalah di sana.
Dalam konsepsi UNESCO, damai (peace) diartikan secara
luas.“Peace is more than an absence of war.It means justice
and equity forall as the basis for living together in harmony
and free fromviolence,now,butevenmore so forourchildren
and succeeding generations”. Kata damai mengandung
makna lebih dari sekedar ‘bebas dari perang’. Damai,
bermakna keadilan dan kesetaraan untuk semua, sebagai
landasan untuk hidup bersama secara hormonis dan bebas
dari kekerasan, baik pada masa sekarang, ataupun untuk
anak–anak generasi yang akan datang.
Dalam kehidupan yang beragam “damai” harus menjadi
acuan dan dibudayakan, budaya damai (culture of peace)
harus dilihat sebagai essensi baru kemanusiaan. Peradaban
global baru mesti didasarkan kepada kesatuan internal dan
keanakeragamanan eksternal serta mengendalikan
subyektifitas dan mengelola obyektifitas. Dalam kontesk ini
maka penyebaran budaya damai akan mempengaruhi
kerangkapikir(mind set) kitayang dibutuhkandalamrangka
perubahan mengandalkan kekuatan paksaan (force) kepada
akal budi, dari konflik dan kekerasan menjadi dialog dan
damai
Bukanhanyaitu,Budayadamai (cultureof peace)merupakan
dambaan semua umat manusia serta tumpuan bagi
penciptaan stabilitas, kemajuan dan kesejahteraan dunia.
Kehidupandamai yangdilandasiolehkesadaranuntuksaling
memahami,menghargai,menghormati danmengakuiorang
lain atau sekelompok orang lain yang secara given berbeda
(suku, agama, ras, etnis dan golongan) akan menciptakan
persamaan, keadilan, keharmonisan, kesejahteraan,
ketenangan dalam kehidupan sosial. Sebaliknya, kehidupan
55. 53
yangpenuhkonflikakanmenciptakankekacauandanbahkan
menimbulkanberbagai tindakkekerasan dalam kehidupan.
Membangun budaya damai (culture of peace) harus
bersamaan dengan menguatkan budaya toleransi, Istilah
toleransi berasal dari kata “toleran” (Inggris: tolerance;
dalam bahasa Arab: tasamuh) yang berarti ambang batas
ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih
diperbolehkan.
Secara Etimologi, toleransi adalah kesabaran, ketahanan
emosional, dan kelapangan dada. Sedangkan menurut
istilah, toleransi berati bersifat atau bersikap menenggang
(menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian
(pendapat pandangan, kepercayaan, kebiasaan dsb.) yang
berbeda dan atau yang bertentangan dengan pendiriannya.
Toleransi dapat dibudayakan dalam kehidupan
bermasyarakatsepertidi Indonesia,karenabangsaIndonesia
memiliki keragaman serta akar keagamaan dan budaya
toleransi yang kokoh.
Pembudayaan toleransi mengarah pada terciptanya sebuah
bentuk pikiran, sikap, prilaku, tindakan untuk bersabar,
menahandiri,menghargai,menghormati,tidakmengganggu
atau melecehkanpihakpihaklain,siapapunjeniskelaminnya,
sukunya, bangsanya, warna kulitnya, adat istiadatnya,
bahasanya, agamanya, pendapatnya serta keyakinannya.
2. Strategi Internalisasi dan Implementasi Nilai-nilai
Moderasi Beragama di Sekolah
Moderasi beragama dimaksudkan sebagai upaya
untuk bisa bersikap seimbang dalam menghadapi semua
persoalan yang terjadi dalam hidup. Sikap seimbang
tersebut diwujudkan dalam pikiran dan tindakan serta
implementasi dalam kehidupan. Implementasi tersebut
56. 54
tidak saja harus diusahakan namun juga harus
diinternalisasi, khususnya melalui proses pendidikan di
sekolah.
Dalam konteks penguatan moderasi beragama di sektor
pendidikan,diperlukanupayayangterintegrasidalamproses
pendidikan. Maka strategi budaya yang harus dilakukan
dalam penguatan nilai-nilai moderasi beragama di sekolah
adalah melalui proses pembelajaran di kelas (class room
culture) dan pembudayaan/pembiasaan di sekolah (school
culture). Selain itu harus ada intervensi dalam penguatan
materi PAI yang mengandung nilai-nilai Pancasila dan Islam
rahmatan li al-‘alamin atau ISRA.
Budaya kelas yaitu penguatan nilai-nilai moderasi
di kelas meliputi bagaimana guru menyiapkan materi
pembelajaranyangmenanamkannilainilaimoderat.73
Nilai
moderasi beragama di sekolah bisa juga dengan
menguatkan nilai-nilai Pancasila. Kompatibilitas nilai-nilai
Pancasila dengan nilai-nilai Pancasila dielaborasi dan
dieksplorasi dalam semua proses pembelajaran dengan
cara mengintegrasikan Pancasila dalam proses
pembelajaran.74
Selain itu menanamkan penghargaan
terhadap perbedaan, menguatkan nilai-nilai Islam
rahmatan li al-‘alamin serta menghadirkan nilai Pancasila
di kelas. Budaya kelas juga bertujuan untuk
mengembangkan pembelajaran yang lebih terbuka,
inklusif, toleran, menghadirkan perbedaan di dalam kelas
baik dalam wacana, pendapat, paham, agama, golongan
atau keyakinan untuk dihargai dan di hormati serta
didiskusikan dalam kerangka mewujudkan pemahaman
73 Mahnan Marbawi, Ideologi Pendidikan:Studi Penguatan
Pancasila Pasca Orde Baru Melalui PAI di Sekolah, 2019, 144.
74 Mahnan Marbawi, Ideologi Pendidikan:Studi Penguatan
Pancasila Pasca Orde Baru Melalui PAI di Sekolah, 2019, 145
57. 55
dan kesaling pengertian. Termasuk di dalamnya adalah
pengelolaan kelas yang lebih variatif, suasana kelas yang
menunjukkan penguatan isu-isu perdamaian dan
penghargaan terhadap perbedaan. Seperti adanya quote
damai di kelas, pengelolaan kerja kelompok yang
heterogen, perjumpaan dengan orang yang berbeda
melalui program live in internal kelas atau lainnya.
Program budaya kelas ini mendorongpraktekpembelajaran
lebih menyenangkan dan menguatkan nilai-nilai Pancasila.
Salah satunya penghargaan terhadap perbedaan, interaksi
yang tanpa diskriminasi/bully, menguatkan nilai-nilai
wasyatiah, nasionalisme, mengukuhkan sikap toleran dan
anti paham radikal terorisme. Termasuk mengembangkan
pembelajaran yang lebih terbuka, inklusif, menghadirkan
perbedaan di dalam kelas baik dalam wacana, pendapat,
paham,agama, golonganatau keyakinanuntukdihargai dan
di hormati serta didiskusikandalam kerangka mewujudkan
pemahaman dan kesaling pengertian dan menguatkan nilai-
nilai IslamRahmatan lilAlamiin.Hal ini sebagai upayakonkrit
intervensi pembelajaran yang mengedepankan nilai-nilai
Islam wasyatiah dalam pembelajaran.
Sementara yang dimaksud dengan penguatan melalui
budaya sekolah yaitu menguatkan moderasi beragama
melalui yang salah satunya dengan menguatkan ideologi
Pancasila dengan mengimplementasikan nilainilai dari sila-
sila Pancasila dalam kehidupansekolah melalui pembiasaan
dan pengembangan interaksi sosial antar warga sekolah.
Interaksi tersebut dilakukan dengan mengembangkan
penghargaan terhadap semua warga sekolah tanpa
diskriminasi karena agama, suku, paham, keyakinan,
pandangan keagamaan, status sosial, ekonomi, latar
belakang serta menguatkan interaksi antar warga sekolah
yang harmoni,rasa aman dan nyaman dalaminteraksi antar
warga sekolah. Penguatan
58. 56
Internalisasi nilai-nilai moderasi beragama merupakan
sebuah upaya untuk menanamkan secara permanen nilai-
nilai tersebutkedalampikiranpesertadidik.Penanamannilai
tersebut diharapkan menjadi sebuah pemahaman yang
memberikan pengaruh terhadap sikap dan perilaku peserta
didik. Internalisasi tersebut harus dilakukan dalam semua
proses pembelajaran di sekolah melalui proses
pembudayaan yang bersifat long term atau membutuhkan
proses yang lama.
Selain membutuhkan jangka waktu yang lama, proses
internalisasi tersebutmembutuhkan role modelataucontoh
keteladanan nilai moderasi dalam semua aspek kehidupan
yangtergambardalambudayasekolahdanbudayakelas.Hal
ini menjadi penting agar peserta didik memiliki gambaran
utuh bagaimana sebuah nilai baik yang berasal dari norma
agama,norma sosial maupunberasal dari nilaiPancasilabisa
tergambar jelas dalam implementasinya. Selain itu, peserta
didik juga mampu berdiskusi secara langsung menghadapi
berbagai isu-isu yang aktual dengan dipandu oleh para
gurunya.
59. BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam penelitian ilmuah, metode penelitian merupakan sitem kerja yang perlu
dilaksanakan. Karena metode penelitian merupakan hal yang sangat penting untuk
menentukanLangkah-langkahkerjauntukmencapai tujuanpenelitian.Dengandemikian
penelitianharus memilihdanmenentukanmetode yangtepatgunamencapai hasil yang
maksimal.
Metode penelitianadalahcara-carayangdigunakanolehpeneliti dalammendekati objek
yang diteliti, cara-cara tersebut merupakan pedoman bagi seorang peneliti dalam
melaksanakan penelitian sehingga dapa dikumpulkan secara efektif dan efisien guna
dianalisis sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.75
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian memakai metode kualitatif deskriptif76
untuk menggambarkan fakta atau
gejalaapa adanya atau penelitianyangdilakukandengancara menemukaninformasi
mengenai statussuatugejalayangada,yaitukeadaangejalamenurutapaadanyapada
saat penelitian dilakukan.77
Metode kualitatif hadirsebagi responsterhadapkeberadaanmetode kuantitatifyang
dianggap tidak mampu lagi menjawab berbagai persoalan kehidupan yang ada.
Metode ini memposisikan manusia sebagai subjek penelitian bukan sebagai objek
penelitian (metode kuantitatif) yang mendapat sedikit porsi di dalamnya. Metode
kualitatif dengan pendekatan fenomenologi berupaya untuk menangkap berbagai
persoalan yang ada di masyarakat dan mengungkap makna yang terkandung di
dalamnya
Penelitian kualitatif bertujuanuntuk memahami fenomena atau gejala social dengan
cara memberikan pemaparan berupa gambaran yang jelas tentang fenomena atau
75 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: rineka Cipta,
1998), hal. 3
76 Penelitian kualitatif adalah penelitian yang brdasarkan filsafat postpositivisme, digunakan
untuk meneliti pada kondisi obyek yang dialami, dimana peneliti sebagai instrumen kunci mengambil
sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowbaal, teknik pengumplan trigulasi, analisis
data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan maksan daripada
negeralisasi. Lihat Sugiyono, Metode Peneltian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R &
D (Cet. III; Bandung: Alfabeta, 2008), h. 15
77 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian (Cet. VII; Jakarta: Rineka Cipta, 2005I; h. 234
60. 58
gejala social tersebut dalam bentuk rangkaian kata yang pada akhirnya akan
menghasilkan sebuah teori. Hasil dari peneltian kualitatif diharapkan dapat
memperoleh pemahaman fenomena tertentu dari perspektif partisipasi yang
mengalami fenomena.Data kualitatif bersifat tidak terstruktur dalam arti variasi data
yang diberikan oleh sumbernya (orang, partisipan, atau responden yang ditanya)
sangat beragam. Kondisi ini memang disengaja oleh pariset karena tujuannya untuk
memperoleh ide atau pandanga yang mendalam dan luas dari tiap partisipan.
Kebebasan partisipan dalam menyampaikan pendapat membuat pariset mampu
memperoleh pemahaman yang lebih baik atas masalah yang sedang diteliti. Oleh
karena itu, data kualitatif cenderung digunakan dalam riset eksploratori.78
Penelitian ini dimaksudkan untuk menggambarkan internalisasi nilai-nilai agama di
sekolah dalam menumbuhkan moderasi beragama. Strategi penelitian ini mengarah
pada fenomenologissehinggamemungkinkanpeneliti bertolakdari dataempirisyang
ditemukan dilapangan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan studi fenomenologi, yaitu berhubungan
dengan pemahaman tentang bagaimana keseharian, dunia intersubyektif (dunia
kehidupan). Fenomenologi bertujuan untuk menginterpretasikan tindakan sosial kita
dan orang lainsebagai sebuahyangbermakna(dimaknai) sertadapatmerekonstruksi
78 Istijanto, aplikasi Praktis Reset Pemasaran, (Jakara: PT Gramedia Pustaka Utama, 2005), hal
46
61. 59
kembali turunan makna (makna yang digunakan saat berikutnya) dari tindakan yang
bermaknapadakomunikasi intersubjektifindividudalamduniakehidupansosial. (Rini
Sudarmanti, 2005)
Penelitianfenomenologi mencobamenjelaskanataumengungkapmaknakonsepatau
fenomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa
individu.Fenomenologidilakukandalamsituasiyangalami,sehinggatidakadabatasan
dalam memaknai atau memahami fenomena yang dikaji dan peneliti bebas untuk
menganalisi data yang diperoleh.
Menurut Creswell (1998), Pendekatan fenomenologi menunda semua penilaian
tentang sikap yang alami sampai ditemukan dasar tertentu. Penundaan ini biasa
disebut epoche (jangka waktu). Konsep epoche adalah membedakan wilayah data
(subjek) dengan interpretasi peneliti. Konsep epoche menjadi pusat dimana peneliti
menyusun dan mengelompokkan dugaan awal tentang fenomena untuk mengerti
tentang apa yang dikatakan oleh responden.
Metode Fenomenologi, menurut Polkinghorne (Creswell,1998) Studi fenomenologi
menggambarkanarti sebuahpengalamanhidupuntukbeberapaorangtentangsebuah
konsep atau fenomena. Orang-orang yang terlibat dalam menangani sebuah
fenomena melakukan eksplorasi terhadap struktur kesadaran pengalaman hidup
manusia. Sedangkan menurut Husserl (Creswell, 1998) peneliti fenomenologis
berusahamencari tentanghal-hal yangperlu(esensial),strukturinvarian(esensi)atau
arti pengalaman yang mendasar dan menekankanpada intensitas kesadaran dimana
pengalaman terdiri hal-hal yang tampak dari luar dan hal-hal yang berada dalam
kesadaran masing-masing berdasarkan memori, image dan arti.
Fenomenologmencari pemahamanseseorangdalammembangunmaknadankonsep
kunci yang intersubyektif. Karena itu, menurut Kuswarno “penelitian fenomenologis
harusberupayauntukmenjelaskanmaknapengalamanhidupsejumlahorangtentang
suatu konsep atau gejala”
Merupakan studi yang berusaha mencari "esensi" makna dari suatu fenomena yang
dialami oleh beberapa individu. untukmenerapkanriset fenomenologis, peneliti bisa
memilihantarafenomenologi hermeneutik yaituyangberfokuspada"penafsiran"teks-
teks kehidupan dan pengalaman hidup atau fenomenologi transendental dimana
peneliti berusaha meneliti suatu fenomena dengan mengesampingkan prasangka
tentang fenomena tersebut.
Prosedurnyayangterkenal adalah Epoche (pengurungan),yakni suatuprosesdi mana
peneliti harus mengesampingkan seluruhpengalaman sebelumnya untukmemahami
semaksimal mungkin pengalaman dari para partisipan. Analisisnya berpijak pada
horizonalisasi,di manapenelitiberusahameneliti datadenganmenyoroti pernyataan