Surat Al-‘Alaq membahas tentang kewajiban menuntut ilmu, terutama ilmu agama. Proses penciptaan manusia dari setitik darah menunjukkan potensi untuk menuntut ilmu. Namun, sikap sombong dan merasa cukup menjadi penghalang. Kunci sukses menuntut ilmu adalah ikhlas, sabar menghadapi rintangan, dan mengamalkan ilmu yang dipelajari.
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
MENUNTUT ILMU
1. KAJIAN SURAT AL - ’ALAQ
“SEMANGAT MENUNTUT ILMU”
“Allah memberikan hikmah kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan
barang siapa yang diberi hikmah, sungguh telah diberi kebajikan yang
banyak. Dan tak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-
orang yang berakal.” (Al-Baqarah, ayat 269)
2. TUJUAN MATERI
1. Memahami keutamaan menuntut ilmu
2. Memahami bahwa kesombongan merupakan
penghalang dalam menuntut ilmu
3. Memahami hakikat proses penciptaan
manusia dan kaitanya dengan menuntut ilmu
4. Memahami kunci keberhasilan dalam
menuntut ilmu
3. PETA KONSEP
KAJIAN
SURAT AL
‘ALAQ
“SEMANGAT
MENUNTUT
ILMU”
Kewajiban
Menuntut Ilmu
Proses Penciptaan
manusia
Kunci Sukses
menuntut ilmu
Melampaui batas, tidak mau bersyukur
kepada Allah dengan ilmu yang diberikan
Utamanya: Ilmu tentang dinul Islam yang
menjadi sarana untuk menunaikan perintah
Allah
Memudahkan jalan menuju surga, Warisan
para Nabi, Ilmu Kekal, Allah angkat
derajatnya orang berilmu
Hakikat Ilmu
Keutamaan
Menuntut ilmu
Penghalang
menuntut ilmu
Ikhlas
Sabar menghadapi rintangan
Menghormati dan menghargai guru
Setitik darah beku yang melekat di dinding Rahim menjadi
makhluk yang memiliki potensi dan pengetahuan
Mengamalkan ilmu dan menjauhi maksiat
4. • َقَلَخ ِيذَّلا َكِبَر ِمْساِب ْأَرْاق
(
1
)
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan (QS. al ‘alaq : 1)
Di awal surat, Allah memerintahkan kita untuk membaca. Yang dengan
membaca dapat diketahui perintah dan larangan Allah, serta dapat
membedakan yang benar dan salah.
KEWAJIBAN MENUNTUT ILMU
ُ
بَلَط
ُِمْلِعْال
ُ
ةَضْي ِ
رَف
ىَلَع
ُِلك
ُ
مِلْسم
“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim” (HR. Ibnu Majah)
Menuntut ilmu itu hukumnya wajib atas setiap muslim (fardhu ‘ain), bukan bagi sebagian orang
muslim saja, sehingga berdosalah setiap orang yang meninggalkannya.
KEWAJIBAN MENUNTUT
ILMU
5. • ْلُقَو
ِبَر
يِنْد ِ
ز
اًمْلِع
• “Dan katakanlah,‘Wahai Rabb-ku, tambahkanlah kepadaku ilmu’“. (QS. Thaaha [20] : 114)
Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah berkata:
“Firman Allah Ta’ala (yang artinya),’Wahai Rabb-ku, tambahkanlah kepadaku ilmu’ mengandung dalil yang tegas tentang
keutamaan ilmu. Karena sesungguhnya Allah Ta’ala tidaklah memerintahkan Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk
meminta tambahan sesuatu kecuali (tambahan) ilmu. Adapun yang dimaksud dengan (kata) ilmu di sini adalah ilmu
syar’i. Yaitu ilmu yang akan menjadikan seorang mukallaf mengetahui kewajibannya berupa masalah-masalah ibadah dan
muamalah, juga ilmu tentang Allah dan sifat-sifatNya, hak apa saja yang harus dia tunaikan dalam beribadah kepada-Nya, dan
mensucikan-Nya dari berbagai kekurangan”. (Fathul Baari, 1/92)
HAKIKAT ILMU DALAM AL-QUR’ANDAN HADITS
Maka ilmu yang dimaksud dalam al Qur’an dan Hadits adalah ILMU SYAR’I )ILMU AGAMA(, TETAPI
bukan berarti kita mengingkari manfaat belajar ilmu duniawi. Sehingga setelah kita menunaikan
kewajiban belajar ilmu syar’i, harus diiringi dengan belajar ilmu dunia.
6. Ilmu syar’i yang wajib dipelajari oleh setiap muslim menurut Ibnul
Qoyyim rahimahullah adalah :
1. Ilmu tentang pokok-pokok keimanan, yaitu keimanan kepada Allah Ta’ala, malaikat-Nya, kitab-
kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari akhir.
2. Ilmu tentang syariat-syariat Islam, diantaranya yaitu tentang wudhu, shalat, puasa, haji, zakat.
Kita wajib untuk mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan ibadah-ibadah tersebut, misalnya
tentang syarat, rukun dan pembatalnya.
3. Ilmu tentang lima hal yang diharamkan yang disepakati oleh para Rasul dan syariat sebelumnya.
Kelima hal ini disebutkan dalam firman Allah Ta’ala :
4. Ilmu yang berkaitan dengan interaksi yang terjadi antara seseorang dengan orang lain secara
khusus (misalnya istri, anak, dan keluarga dekatnya) atau dengan orang lain secara umum.
ILMU AGAMA APA SAJA YANG WAJIB KITA PELAJARI?
“Katakanlah,’Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang tampak maupun yang tersembunyi, dan
perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan
sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang
tidak kamu ketahui’”. (QS. Al-A’raf [7]: 33)
7. KEUTAMAAN MENUNTUT ILMU
1.Ilmu Menyebabkan Dimudahkannya Jalan Menuju Surga “Barang siapa menelusuri
jalan untuk mencari ilmu padanya, Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim).
2.Ilmu Adalah Warisan Para Nabi “Para ulama adalah pewaris para nabi. Sesungguhnya para nabi
tidak mewariskan dinar ataupun dirham, tetapi mewariskan ilmu. Maka dari itu, barang siapa mengambilnya, ia
telah mengambil bagian yang cukup.” (HR. Abu Dawud, at-Tirmidzi, dan Ibnu Majah);
3.Ilmu Akan Kekal Dan Akan Bermanfaat Bagi Pemiliknya Walaupun Dia Telah
Meninggal “Jika seorang manusia meninggal, terputuslah amalnya, kecuali dari tiga hal: sedekah jariyah,
ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang berdoa untuknya” (HR. Muslim).
4.Orang Yang Berilmu Akan Allah Angkat Derajatnya “…Niscaya Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat…” (QS. Al-Mujadilah [58]: 11).
8. • َقَلَخ ِيذَّلا َكِبَر ِمْساِب ْأَرْاق
(
1
)
ٍقَلَع ْنِم َانَسْنِْ
اْل َقَلَخ
(
2
)
ُمَرْكَ ْ
اْل َكُّبَرَو ْأَرْاق
(
3
)
ِمَلَقْلاِب َمَّلَع ِيذَّلا
(
4
)
ْمَلْعَي ْمَل اَم َانَسْنِْ
اْل َمَّلَع
(
5
)
• Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari
segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan
perantaraan qalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (al ‘Alaq : 1-5)
• Allah Yang Maha Menciptakan, mengingatkan kepada manusia tentang asal usulnya, yaitu
dari setitik darah beku yang melekat di dinding Rahim menjadi makhluk yang memiliki potensi untuk
mengetahui melalui proses belajar.
• Allah Yang Maha Mengetahui, adalah sumber pengajaran dan sumber ilmu pengetahuan.
PENCIPTAAN MANUSIA DAN PROSES BELAJAR
PROSES PENCIPTAAN -> PROSES PENGAJARAN -> MANUSIA
YANG PERPENGETAHUAN-> MAKHLUK YANG MULIA
Manusia yang tidak mau menuntut ilmu, hanya akan menjadi makhluk kecil yang tidak bernilai,
layaknya segumpal darah.
9. PENGHALANG MENUNTUT ILMU
ىَغْطَيَل َانَسْنِْ
اْل َّنِإ َّ
ََّلك
(
6
)
ىَنْغَتْسا ُهآَر ْنَأ
(
7
)
ىَعْجُّالر َكِبَر ىَلِإ َّنِإ
(
8
Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas (6), karena dia melihat dirinya serba cukup (7).
Sesungguhnya hanya kepada Tuhanmulah kembali (mu). (8) (QS. Al-Alaq : 6-8)
Melampaui batas : Durhaka, congkak, sombong
Merasa serba cukup : merasa diri kaya, tidak mengakui sumber kecukupan (yaitu Allah), tidak
bersyukur dengan nikmat Allah
Hanya kepada Allah tempat kembali : orang-orang yang melampaui batas dan orang yang merasa
serba cukup, mereka harus mempertanggungjawabkan segala amal perbuatan di dunia.
“Sesungguhnya Allah swt. mencintai seorang ‘alim yang tawadhu, dan membenci seorang ‘alim yang
arogan (sombong). Barang siapa bertawadhu karena Allah, niscaya Allah wariskan kepadanya ilmu
hikmah” (Fudhail bin ‘iyadh ra)
Penuntut ilmu wajib memiliki sifat tawadhu, tidak melampaui batas (‘ujub/bangga dan menyombongkan
diri dengan ilmu yang Allah berikan kepada nya).
10. 1. Ikhlas
2. Sabar menghadapi rintangan dalam menuntut ilmu
3. Menghargai dan menghormati guru
4. Mengamalkan ilmu dan menjauhi maksiat
KUNCI SUKSES MENUNTUT ILMU
“Barang siapa mempelajari ilmu yang seharusnya karena Allah ‘azza wa jalla, (sedangkan) ia mempelajarinya
tidak lain hanya karena materi dunia, ia tidak akan mencium bau harumnya surga” (HR. Abu Dawud)
“Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridaan Tuhannya, mendirikan salat, dan menafkahkan sebagian
rezeki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan
dengan kebaikan, orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik), (Ar Ra’d : 22)
“Diantara hak seorang ‘alim atas kamu adalah ketika kamu menyampaikan salam kepada orang banyak secara
umum, maka kamu khususkan untuknya dengan satu pernghormatan, hendaklah kamu duduk di depan dan jangan
memberikan isyarat dengan tanganmu di sampingnya, janganlah kamu memejamkan matamu, dan janganlah
mengatakan, “fulan berpendapat lain dengan pendapatmu,” dan janganlah menggunjing seseorang di hadapanya”
(Ali bin Abi Thalib ra)
“Kedua Kaki seorang hamba tak akan bergeser pada hari kiamat sehingga ia ditanya tentang umurnya : dalam hal
apa ia habiskan; tentang ilmunya: dalam hal apa telah ia amalkan, tentang hartanya : dari mana ia peroleh dan
dalam hal apa ia belanjakan; dan tentang tubuhnya: dalam hal apa ia hancurkan, (HR. Muslim)
11. “Sesungguhnya seseorang ketika keluar dari rumahnya dengan
membawa dosa-dosa bagai gunung-gunung yang menjulang tinggi,
kemudian ketika ia mendengarkan ilmu, ia menjadi takut dan kembali
kepada kebenaran serta bertaubat, maka ia kembali ke rumahnya
tanpa membawa dosa sedikitpun. Maka janganlah kalian
meninggalkan majlis para ulama”
(Umar bin Khattab ra)
REFERENSI
AL QUR’AN
TAFSIR IBNU KATSIR
TAFSIR FI ZILALIL QUR’AN
KITAB RIYADUH SHALIHIN IMAM AN NAWAWI