Dokumen tersebut membahas gangguan ansietas dan obsesif kompulsif. Secara ringkas, dokumen menjelaskan bahwa gangguan ansietas dan obsesif kompulsif merupakan gangguan psikiatri yang umum dengan prevalensi tinggi. Dokumen juga menjelaskan berbagai jenis gangguan ansietas seperti agorafobia, fobia sosial, dan fobia spesifik beserta gejala, diagnosis, dan penatalaksanaannya."
2. LATAR BELAKANG
Gangguan cemas atau gangguan ansietas merupakan keadaan psikiatri yang
paling sering ditemukan di Amerika Serikat dan di seluruh dunia
National Comorbidity: satu diantara empat orang memenuhi kriteria untuk
sedikitnya satu gangguan ansietas dan terdapat angka prevalensi 12 bulan
sebesar 17,7 persen
Distorsi pada gangguan cemas dapat menganggu proses pembelajaran dan
menurunkan konsentrasi, mengurangi daya ingat, dan menganggu kemampuan
menghubungkan satu hal dengan hal lain yaitu membuat asosiasi
Prevalensi obsesif-kompulsif sebesar 2-2,4%
Gangguan obsesif-kompulsif dapat menyebabkan ketidakberdayaan karena obsesi
dapat menghabiskan waktu dan dapat mengganggu secara bermakna pada
rutinitas penderitanya, fungsi pekerjaan, aktivitas sosial yang biasanya, atau
hubungan dengan teman dan anggota keluarga
4. GANGGUAN CEMAS
Pengalaman ansietas:
1) kesadaran akan sensasi fisiologis
2) kesadaran bahwa dirinya gugup atau ketakutan
Ansietas mempengaruhi viseral, motorik, pikiran, persepsi dan pembelajaran
Manifestasi perifer ansietas: diare, pusing, kepala terasa ringan, hiperhidrosis,
hiperrefleksia, hipertensi, palpitasi, midriasis pupil, gelisah (contoh berjalan
mondar mandir), sinkop, kesemutan di extremitas, tremor, gangguan perut
(“seperti ada kupu-kupu”), frekuensi, hesitansi, dan urgensi urin
5. GANGGUAN CEMAS
Menurut PPDGJ -III dan DSM-V, gangguan cemas meliputi:
F40 Gangguan ansietas fobik
F40.0 Agorafobia
.00 Tanpa gangguan panik
.01 Dengan gangguan panik
F40.1 Fobia Sosial
F40.2 Fobia Spesifik
F40.8 Gangguan ansietas fobik lainnya
F40.9 Gangguan ansietas fobik yang tidak tergolongkan
F41 Gangguan ansietas lainnya
F41.0 Gangguan panik
F41.1 Gangguan ansietas menyeluruh
F41.2 Gangguan campuran ansietas dan depresif
F41.3 Gangguan ansietas campuran lainnya
F41.8 Gangguan ansietas lainnya yang ditentukan
F41.9 Gangguan ansietas yang tidak tergolongkan
6. ANSIETAS PATOLOGIS
Ilmu psikologis
Teori psikoanalitik
Akibat konflik psikis antara keinginan tidak disadari yang bersifat seksual atau agresif
dan ancaman terhadap hal tersebut dari superego atau realitas eksternal
Teori perilaku kognitif
Respon yang dipelajari terhadap stimulus lingkungan spesifik
Teori Eksistensial
Respon mereka terhadap kehampaan yang luas mengenai keberadaan dan arti
Studi genetik
Hampir separuh dari semua pasien dengan gangguan panik setidaknya memiliki satu
kerabat yang juga mengalami gangguan tersebut
7. ANSIETAS PATOLOGIS
Ilmu Biologi
Norepinefrin
Sistem adrenergik yang diatur dengan buruk dan ledakan aktivitas yang kadang-
kadang terjadi
Serotonin
Antidepresan serotonergik memiliki efek terapeutik pada sejumlah gangguan
ansietas
GABA
Peran gaba dalam gangguan ansietas paling kuat didukung oleh efektivitas
benzodiazepine yang tidak meragukan
Studi pencitraan otak
Sejumlah pasien dengan gangguan ansietas memiliki keadaan patologi serebral
fungsional yang terlihat
Pertimbangan Neuroanatomis
Sistem limbik: meningkatnya aktivitas di jaras septohipokampus dan girus cinguli
Korteks serebri: gambaran klinis dan elektrofisiologi antara sejumlah pasien dengan
epilepsi lobus temporalis dan pasien dengan obsesif kompulsif
8. Gangguan ansietas fobik
Fobia: suatu ketakutan irasional yang jelas, menetap, dan berlebihan terhadap
suatu objek spesifik, keadaan atau situasi
Berasal dari bahasa Yunani yaitu Fobos yang berarti ketakutan
Tiga jenis berdasarkan jenis objek atau situasi ketakutan
Agorafobia
Ketakutan terhadap ruang terbuka, orang banyak, serta adanya kesulitan untuk
segera menyingkir ke tempat aman berhubungan erat dengan gangguan panik
Fobia sosial
Ketakutan irasional pada situasi sosial tertentu
Fobia spesifik
Ketakutan irasional terhadap objek tertentu
Diperkirakan prevalensi agorafobia adalah 2-6%, fobia spesifik sekitar 11%, dan
fobia sosial 3-13%
9. Diagnosis ansietas fobik
Wawancara psikiatrik: keluhan-keluhan, sejarah pasien dan keluarga
lengkap, termasuk anggota keluarga dengan fobia, pengalaman atau
trauma yang menyebabkan fobia
Perlu ditanyakan tentang reaksi setelah dikonfrontasikan dengan objek
ketakutan dan bagaimana menghindarinya.
Penting untuk mengetahui tentang dampak fobia terhadap kehidupan
sehari-hari, pekerjaan, dan hubungan dengan orang-orang terdekat.
Masalah tentang depresi dan penyalahgunaan zat yang sering menjadi
komorbiditas fobia
10. Gangguan ansietas fobik - Agorafobia
Kriteria diagnostik DSM-IV agorafobia
A. Ansietas saat berada ditempat atau situasi yang jalan keluarnya sulit (atau memalukan) atau
tidak ada pertolongan saat mengalami serangan panik dengan predisposisi situasional atau
tidak terduga atau gejala mirip panik. Rasa takut agorafobik secara khas melibatkan kelompok
khas situasi yang mencakup berada jauh dari rumah sendiri; berada di keramaian atau
mengantri; berada di jembatan; dan berjalan-jalan dengan bus, kereta atau mobil.
Catatan: Pertimbangkan diagnosis fobia spesifik jika penghindaran terbatas pada satu atau
hanya sedikit situasi spesifik, atau
B. Situasi tersebut dihindari (contoh bepergian sangat terbatas) atau dijalani dengan
penderitaan yang jelas atau dengan ansietas akan mengalami serangan panik atau gejala mirip
panik, atau membutuhkan adanya teman.
C. Ansietas atau penghindaran fobik tidak disebabkan gangguan jiwa lain, seperti fobia sosial
(cth., penghindaran terbatas pada lingkungan sosial karena rasa takut malu), fobia spesifik
(cth., penghindaran terbatas pada satu situasi seperti pada lift), gangguan obsesif kompulsif
(cth., penghindaran kotoran oleh seseorang dengan obsesi tentang kontaminasi), gangguan
stres pascatrauma (cth, penghindaran stimulus terkait stressor berat), atau gangguan ansietas
perpisahan (cth., menghindari meninggalkan rumah atau kerabat)
11. Gangguan ansietas fobik – fobia spesifik
Kriteria diagnostik DSM-IV fobia spesifik
A. Rasa takut berlebihan yang nyata, menetap dan tidak beralasan, dicetuskan oleh adanya atau
antisipasi terhadap suatu objek atau situasi spesifik (cth., terbang, ketinggian, hewan, disuntik,
melihat darah).
B. Pajanan terhadap stimulus fobik hampir selalu mencetuskan respon ansietas segera, dapat
berupa serangan panik terikat secara situasional atau serangan panik dengan predisposisi
situasional.
C. Orang tersebut menyadari bahwa rasa takutnya berlebihan atau tidak beralasan.
D. Situasi fobik dihindari atau dihadapi dengan ansietas maupun penderitaan yang intens.
E. Penghindaran, antisipasi ansietas, atau distress pada situasi yang ditakuti menganggu fungsi
rutin normal, pekerjaan (atau akademik), atau aktivitas maupun hubungan sosial secara
bermakna, atau terdapat distress yang nyata karena memiliki fobia ini.
F. Pada seseorang berusia dibawah 18 tahun, durasinya sedikitnya 6 bulan.
12. Gangguan ansietas fobik – fobia spesifik
G. Ansietas, serangan panik, atau penghindaran fobik yang berkaitan dengan objek atau situasi
spesifik tidak disebabkan gangguan jiwa lain, seperti gangguan obsesif kompulsif (cth.,
penghindaran kotoran oleh seseorang dengan obsesi tentang kontaminasi), gangguan stres
pascatrauma (cth, penghindaran stimulus terkait stressor hebat), atau gangguan ansietas
perpisahan (cth., menghindari sekolah), fobia sosial (cth., penghindaran situasi sosial karena
takut malu), gangguan panik dengan agorafobia, atau agorafobia tanpa riwayat gangguan
panik.
Tentukan tipe:
Tipe hewan
Tipe lingkungan alami (cth., ketinggian, badai, air)
Tipe cedera-darah-suntikan
Tipe situasional (cth., pesawat terbang, lift, tempat tertutup)
Tipe lain (cth., takut tersedak, muntah, atau menderita penyakit; pada anak, takut suara keras
atau kerakter berkostum)
13. Gangguan ansietas fobik – fobia sosial
Kriteria diagnostik DSM-IV fobia sosial
A. Rasa takut yang nyata dan menetap terhadap satu atau lebih situasi sosial atau penampilan
saat seseorang terpajan dengan orang yang tidak dikenalnya atau terpajan dengan kemungkinan
akan diperhatikan secara seksama oleh orang lain. Individu ini takut kalau ia akan bertindak
sedemikian rupa (atau menunjukkan gejala ansietas) yang akan membuatnya dipermalukan atau
memalukan.
B. Pajanan terhadap situasi sosial yang ditakuti hampir selalu mencetuskan ansietas yang dapat
berupa serangan panik terikat secara situasional atau serangan panik dengan predisposisi
situasional.
C. Orang tersebut menyadari rasa takutnya berlebihan atau tidak beralasan.
D. Situasi sosial atau penampilan sosial yang ditakuti dihindari atau dihadapi dengan ansietas
maupun maupun penderitaan yang intens.
E. Penghindaran, antisipasi ansietas, atau distres pada situasi sosial atau penampilan yang
ditakuti menganggu fungsi rutin normal, pekerjaan (atau akademik), atau aktivitas maupun
hubungan sosial secara bermakna, atau terdapat distres yang nyata karena memiliki fobia ini.
F. Pada seseorang yang berusia dibawah 18 tahun, durasinya sedikitnya 6 bulan.
14. Gangguan ansietas fobik – fobia sosial
G. Rasa takut atau penghindaran tidak disebabkan efek fisiologis langsung suatu zat
(cth., penyalahgunaan obat, obat) atau keadaan medis umum dan tidak dapat
digolongkan sebagai gangguan jiwa lain (cth., gangguan panik dengan atau tanpa
agorafobia, gangguan ansietas perpisahan, gangguan dismorfik tubuh, gangguan
perkembangan pervasif, atau gangguan kepribadian skizoid).
H. Jika terdapat keadaan medis umum atau gangguan jiwa lain, rasa takut pada
kriteria A tidak terkait dengannya, cth., rasa takut bukan pada gagap atau gemetar
pada penyakit Parkinson, atau takut pada perilaku makan abnormal pada anoreksia
nervosa atau bulimia nervosa.
Tentukan jika:
Menyeluruh: jika rasa takut mencakup sebagian besar situasi sosial (juga
pertimbangkan diagnosis tambahan gangguan kepribadian menghindar).
15. Tatalaksana Ansietas Fobik
Terapi psikologik
1) Terapi perilaku merupakan terapi yang paling efektif dan sering diteliti. Seperti desensitisasi
sistematik yang sering dilakukan; terapi pemaparan (exposure), imaginal exposure, participent
modelling, guided mastery, imaginal flooding
2) Psikoterapi berorientasi tilikan
3) Terapi lain: hypnotherapy, psikoterapi suportif, terapi keluarga bila diperlukan
Terapi farmakologi
Obat-obat yang efektif : SSRI (Serotonin Selective Re-uptake Inhibtor), khususnya untuk fobia
sosial umum merupakan pilihan pertama
Benzodiazepine, Venlafaxine, Buspirone, MAOI, antagonis B-adrenergik reseptor dapat
diberikan satu jam sebelum terpapar dengan stimulus fobia, misalnya bicara didepan publik
Terapi agorafobia obat-obatan antiansietas dan antidepresan serta psikoterapi khususnya
terapi kognitif perilaku
Terapi terhadap fobia spesifik yang terutama adalah terapi perilaku yaitu terapi pemaparan
(Exposure therapy) antiansietas terapi jangka pendek
Fobia sosial terbatas, dapat menggunakan obat beta blocker seperti propanolol beberapa saat
sebelum tampil didepan umum
Fobia sosial umum dapat menggunakan anti ansietas dan antidepresan
16. Prognosis ansietas Fobik
Belum banyak diketahui tentang prognosis fobia, namun kecenderungan menjadi kronik dan dapat
terjadi komorbiditas dengan gangguan lain seperti depresi, penyalahgunaan alkohol dan obat bila tidak
mendapat terapi
Fobia spesifik: mengatasi ketakutannya dengan terapi kognitif perilaku
Fobia sosial 80% membaik dengan farmakoterapi, terapi kognitif perilaku atau kombinasi
Agorafobia dengan gangguan panik mendapat terapi: 30%-40% bebas gejala untuk waktu lama
50% masih ada gejala ringan yang secara bermakna tidak menganggu kehidupan sehari-hari
Hanya 10% hingga 20% yang tidak membaik.
17. Gangguan panik
Gangguan panik ditandai dengan serangan panik yang bersifat spontan
dan tidak diprediksi
Serangan panik: periode kecemasan atau ketakutan yang kuat dan
relative singkat biasanya kurang dari setahun yang disertai oleh gejala
somatik seperti palpitasi dan takipnea
Gangguan panik 1,5 – 5 % angka kejadian sepanjang hidup, serangan
panik sebanyak 3 – 5,6%.
Gangguan panik lebih banyak pada perempuan dibandingkan laki-laki
dengan usia dewasa muda
Faktor sosial seperti riwayat perceraian atau perpisahan berperan
dalam perkembangan gangguan panik
18. Diagnosis gangguan panik
Berdasarkan PPDGJ-III dan DSM 5, kriteria diagnostik gangguan panik:
1. Gangguan panik baru ditegakkan sebagai diagnosis utama bila tidak ditemukan
adanya gangguan anxietas fobik (F40.-)
2. Untuk diagnosis pasti harus ditemukan adanya beberapa kali serangan anxietas
berat (severe attack of autonomic anxiety) dalam masa kira- kira satu bulan:
- Pada keadaan-keadaan dimana sebenarnya secara objektif tidak ada bahaya
- Tidak terbatas pada situasi yang telah diketahui atau yang dapat diduga
sebelumnya (unpredictable situation)
- Dengan keadaan yang relative bebas dari gejala-gejala anxietas pada periode
diantara serangan-serangan panik (meskipun demikian, umumnya dapat terjadi
juga “anxietas antisipatorik” yaitu anxietas yang terjadi setelah membayangkan
sesuatu yang mengkhawatirkan akan terjadi)
19. Diagnosis gangguan panik
Kriteria diagnostik DSM-IV gangguan panik tanpa agorafobia
A. Mengalami (1) dan (2):
(1) serangan panik berulang yang tidak diduga
(2) sedikitnya satu serangan telah diikuti selama 1 bulan (atau lebih) oleh salah satu (atau
lebih) hal berikut:
(a) kekhawatiran menetap akan mengalami serangan tambahan
(b) khawatir akan akibat atau konsekuensi serangan (cth., hilang kendali, serangan
jantung, “menjadi gila”)
(c) perubahan perilaku bermakna terkait serangan
B. Tidak ada agorafobia
C. Serangan panik tidak disebabkan efek fisiologis langsung zat (cth., penyalahgunaan obat,
pengobatan) atau keadaan medis umum (cth., hipertiroidisme)
D. Serangan panik tidak dapat dimasukkan ke dalam gangguan jiwa lain, seperti fobia sosial (cth.,
pajanan terhadap situasi sosial yang ditakuti), fobia spesifik (cth., pajanan terhadap situasi
fobik tertentu), gangguan obsesif kompulsif (cth., pajanan terhadap kotoran pada seseorang
dengan obsesi kontaminasi), gangguan stress pasca trauma (cth., respon terhadap rangsangan
terkait stresor berat), atau gangguan ansietas perpisahan (cth., respons terhadap jauh dari
rumah atau kerabat dekat).
20. Diagnosis gangguan panik
Kriteria diagnostik DSM-IV gangguan panik dengan agorafobia
A. Mengalami (1) dan (2):
(1) serangan panik berulang yang tidak diduga
(2) sedikitnya satu serangan telah diikuti selama 1 bulan (atau lebih) oleh salah satu (atau lebih) hal
berikut:
(a) kekhawatiran menetap akan mengalami serangan tambahan
(b) khawatir akan akibat atau konsekuensi serangan (cth., hilang kendali, serangan
jantung, “menjadi gila”)
(c) Perubahan perilaku bermakna terkait serangan
B. Adanya agorafobia
C. Serangan panik tidak disebabkan efek fisiologis langsung zat (cth., penyalahgunaan obat, pengobatan)
atau keadaan medis umum (cth., hipertiroidisme)
D. Serangan panik tidak dapat dimasukkan ke dalam gangguan jiwa lain, seperti fobia sosial (cth., pajanan
terhadap situasi sosial yang ditakuti), fobia spesifik (cth., pajanan terhadap situasi fobik tertentu),
gangguan obsesif kompulsif (cth., pajanan terhadap kotoran pada seseorang dengan obsesi
kontaminasi), gangguan stress pasca trauma (cth., respon terhadap rangsangan terkait stresor berat),
atau gangguan ansietas perpisahan (cth., respons terhadap jauh dari rumah atau kerabat dekat).
21. Serangan panik
Suatu periode tertentu adanya rasa takut atau ketidaknyamanan dimana
empat (atau lebih) gejala berikut ini terjadi secara tiba-tiba dan mencapai
puncaknya dalam 10 menit:
1. Palpitasi
2. Berkeringat
3. Gemetar atau bergoncang
4. Rasa napas sesak atau tertahan
5. Perasaan tercekik
6. Nyeri dada atau perasaan tidak nyaman
7. Mual atau gangguan perut
8. Perasaan pusing, bergoyang, melayang atau pingsan
9. Derealisasi (perasaan tidak realitas) atau depersonalisasi (bukan merasa
diri sendiri)
22. Penatalaksanaan gangguan panik
Farmakoterapi
Obat yang efektif: golongan trisiklik dan tetrasiklik, inhibitor monoamine
oksidase (IMAO), inhibitor reuptake spesifik serotonin (SSRI), dan golongan
benzodiazepine
Trisiklik: imipramine, clomipramine, nortriptyline, amitriptylin, dan doxepin
MAOI: phenelzine dan tranylcypromine
SSRI: clomipramide, fluoxetine, sertraline, dan paroxetine 3 – 6 bulan atau
lebih tergantung kondisi individu agar mencegah kekambuhan
Alprazolam: awitan cepat
Psikoterapi
Terapi relaksasi
Terapi kognitif dan perilaku
Terapi psikososial lain: terapi keluarga dan psikoterapi berorientasi tilikan
24. Gangguan cemas menyeluruh (GAD)
Gangguan ansietas menyeluruh sebagai ansietas dan kekhawatiran
yang berlebihan mengenai beberapa peristiwa atau aktivitas hampir
sepanjang hari selama sedikitnya 6 bulan
prevalensi 1 tahun berkisar antara 3 dan 8 persen
Prevalensi seumur hidup 45 persen
Wanita : laki-laki = 2 : 1
25. Diagnosis GAD
Kriteria diagnostik DSM IV
A. Ansietas dan kekhawatiran berlebihan (perkiraan yang menakutkan), terjadi hampir setiap
hari selama setidaknya selama 6 bulan, mengenal sejumlah kejadian atau aktivitas (seperti
bekerja atau bersekolah)
B. Orang tersebut merasa sulit mengendalikan kekhawatirannya.
C. Ansietas dan kekhawatiran dikaitkan dengan tiga (atau lebih) dari keenam gejala berikut,
(dengan beberapa gejala setidaknya muncul hampir setiap hari selama 6 bulan). Perhatian:
hanya satu gejala yang diperlukan pada anak-anak
1. gelisah atau merasa terperangkap atau terpojok
2. mudah merasa lelah
3. sulit berkonsentrasi atau pikiran menjadi kosong
4. mudah marah
5. otot tegang
6. gangguan tidur (sulit tertidur atau tetap tidur, atau tidur yang gelisah dan tidak puas)
26. Diagnosis GAD
D. Gangguan tersebut tidak lebih baik dijelaskan oleh gangguan mental lain
(misalnya kecemasan atau kekhawatiran tentang serangan panik dalam
gangguan panik, evaluasi negatif dalam gangguan kecemasan sosial (fobia
sosial), kontaminasi atau obsesi lain dalam gangguan obsesif kompulsif,
pemisahan dari figur keterikatan dalam kecemasan pemisahan gangguan,
pengingat trauma, peristiwa pada gangguan stres pasca trauma, bertambahnya
berat badan ini anorexia nervosa, keluhan fisik pada gangguan gejala somatik,
kekurangan penampilan yang dirasakan pada gangguan dismorfik tubuh,
mengalami penyakit serius pada penyakit disoder kecemasan, atau kandungan
keyakinan delusi pada skizofrenia atau disoder delusi)
E. Ansietas, kekhawatiran atau gejala fisis menyebabkan distress yaitu secara klinis
bermakna atau hendaya sosial, pekerjaan, atau area penting fungsi lainnya.
F. Gangguan tersebut tidak disebabkan oleh efek psikologis suatu zat (misalnya
penyalahgunaan obat, pengobatan) atau kondisi medis lain (misalnya hipertiroid)
27. Tatalaksana gangguan cemas menyeluruh
1. Psikoterapi
Terapi perilaku kognitif
Terapi supportif
Psikoterapi berorientasi tilikan
2. Farmakoterapi: benzodiazepine (obat pilihan pertama), buspiron, dan
Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI) sertraline dan
paroxetine
Obat lain yang dianggap berguna: obat trisiklik (contohnya imipramin
[Tofranil], antihistamin, dan antagonis β-adrenergik (contohnya
propanolol[Indiral]
28. Pharmacological treatment recommendations for anxiety
disorders in adults
Medication Drugs Efficacy shown in RCTs Daily dose Adverse Effect
PDA GAD SAD
SSRI Citalopram X X 20-40 mg Jitteriness, nausea, restlessness, headache,
fatigue, increased or decreased appetite,
weight gain, weight loss, tremor, sweating,
QTC prolongation, sexual dysfunction,
diarrhea, constipation, and other side effects
Escitalopram X X X 10-20 mg
Fluoxetine X 10-20 mg
Fluvox-amine X X 10-20 mg
Paroxetine X X X 20-50 mg
Sertraline X X X 50-150 mg
SNRI Duloxetine X 60-120 mg Jitteriness, nausea, restlessness, headache,
fatigue, increased or decreased appetite,
weight gain, weight loss, tremor, sweating,
sexual dysfunction, diarrhea, constipation,
urination problems, and other side effects
Venlafaxine 75-225 mg
29. Pharmacological treatment recommendations for anxiety disorders in
adults
Medication Drugs Efficacy shown in RCTs Daily dose Adverse Effect
PDA GAD SAD
Tricyclic
anti-
depressant
Clomipramine X 75-250 mg Anticholinergic effects, somnolence,
dizziness, cardiovascular side effects, weight
gain, nausea, headache, sexual
dysfunc¬tion, and other side effects
Calcium
modulator
Pregabalin X X 150-600 mg Dizziness, somnolence, dry mouth, edema,
blurred vision, weight gain, constipation,
euphoric mood, balance disorder, increased
appetite, difficulty with
concentration/attention, withdrawal
symptoms after abrupt discontinuation, and
other side effects
Azapirone Buspirone X 15-60 mg Dizziness, nausea, headache, nervousness,
light-headedness, excitement, insomnia, and
other side effects
RIMA Moclobemide X 300-600 mg Restlessness, insomnia, dry mouth,
headache, dizziness, gastrointestinal
symptoms, nausea, and other side effects
31. Gangguan obsesif-kompulsif
Obsesi: pikiran, perasaan, ide atau sensasi yang mengganggu
(intrusive) yang dapat meningkatkan kecemasan seseorang
Kompulsif: pikiran atau perasaan yang disadari, dibakukan dan rekuren
seperti menghitung, memeriksa atau menghindari
Seseorang dengan gangguan obsesif kompulsif biasanya menyadari
irasionalitas dari obsesi dan merasakan bahwa obsesi dan kompulsi
sebagai egodistonik
Gangguan menyebabkan ketidakberdayaan karena obsesi dapat
menghabiskan waktu dan dapat mengganggu secara bermakna pada
rutinitas penderitanya, fungsi pekerjaan, aktivitas sosial yang biasanya,
atau hubungan dengan teman dan anggota keluarga
32. Epidemiologi
Prevalensi obsesif-kompulsif sebesar 2-2,4%
Sebagian besar gangguan mulai muncul pada usia dewasa muda (18-24
tahun)
Dua pertiga dari pasien memiliki onset gejala sebelum usia 25 tahun,
dan kurang dari 15 persen setelah usia 35 tahun
33. Gejala dan Tanda
Umumnya terdapat ciri tertentu secara umum:
Adanya ide atau impuls yang terus menerus menekan ke dalam
kesadaran individu.
Perasaan cemas/ takut akan ide atau impuls yang aneh
Obsesi dan kompulsi egoalien
Pasien mengenali obsesi dan kompulsi merupakan sesuatu yang
abstrak dan irasional
Individu yang menderita obsesi kompulsi merasa adanya keinginan
kuat untuk melawan.
34. Gejala dan Tanda
Ada empat pola gejala utama gangguan obsesi kompulsi, yaitu:
Kontaminasi
Merupakan pola yang paling sering, yang diikuti dengan perilaku mencuci dan
membersihkan atau menghindari obyek yang dicurigai terkontaminasi.
Sikap ragu-ragu yang patologik
Obsesi tentang ragu-ragu diikuti dengan tindakan kompulsi mengecek/memeriksa. Tema
obsesi tentang situasi yang berbahaya atau kekerasan (seperti lupa mematikan kompor
atau tidak mengunci pintu)
Pikiran yang intrusive
Pola ini jarang, berupa pikiran yang intrusif tidak disertai kompulsi, biasanya pikiran
berulang tentang sexual atau tindakan agresif.
Simetri
Obsesi yang temanya kebutuhan untuk simetri, ketepatan sehingga bertindak lamban,
misalnya makan berjam-jam.
Pola yang lain : obsesi bertemakan keagamaan, trichotillomania, dan kebiasaan
menggigit-gigit jari.
35. Kriteria diagnostik PPDGJ III dan DSM V
1. Untuk menegakkan diagnosis pasti, gejala-gejala obsesif atau tindakan kompulsif, atau
kedua-duanya harus ada hampir setiap hari selama sedikitnya dua minggu berturut-turut.
2. Hal tersebut merupakan sumber penderitaan (distress) atau mengganggu aktivitas penderita
3. Gejala-gejala obsesif harus mencakup hal-hal berikut:
- Harus disadari sebagai pikiran atau impuls diri sendiri
- Sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan yang tidak berhasil dilawan, meskipun ada
lainnya yang tidak lagi dilawan oleh penderita
- Pikiran untuk melakukan tindakan tersebut bukan merupakan hal yang memberi kepuasan
atau kesenangan (sekedar rasa lega dari ketegangan atau anxietas, tidak dianggap sebagai
kesenangan)
- Gagasan, bayangan pikiran, atau impuls tersebut harus merupakan pengulangan yang tidak
menyenangkan (unpleasantly repetitive)
4. Ada kaitan erat antara gejala obsesif, terutama pikiran obsesif dengan depresi. Penderita
OCD sering kali memperlihatkan gejala depresi, demikian pula pada gangguan depresi
berulang dapat menunjukkan pikiran-pikiran obsesif selama episode depresifnya. Meningkat
atau menurunnya gejala depresif umumnya dibarengi dengan perubahan gejala obsesif,
sehingga bila terjadi episode akut dari gangguan tersebut, maka diagnosis diutamakan pada
gejala yang timbul lebih dahulu
36. Penatalaksanaan
1. Psikoterapi
Terapi suportif
Terapi perilaku
Terapi perilaku kognitif
Psikoterapi dinamik
2. Farmakoterapi
- Clomiperamid : 3 x 25 mg
- Inhibitor reuptake serotonin selektif (SSRI)
Fluoxetin: 2 x 20 mg
Sertralin: 2 x 50 mg
Esitalopram: 2 x 10 mg
Fluvoxamine : 2 x 50 mg
37. DAFTAR PUSTAKA
1. Saddock BJ, Saddock VA. Buku Ajar Psikiatri Klinis Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2015. 230-52
2. Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa,Rujukan Ringkas PPDGJ-III dan DSM-5. Jakarta: PT Nuh Jaya;
2013.
3. Kusumawardhani I, Elvira SD. Buku Ajar Psikiatri. 2nd ed., Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2015.
4. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Sinopsis Psikiatri. Jilid 2. Tangerang: Binarupa Aksara Publisher;
2010. 253-73
5. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan and Sadock’s Synopsis of Psychiatry. 10th ed. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins; 2007. https://doi.org/10.4088/jcp.09bk05044.
6. American Psychiatric Association. Practice Guideline For the Treatment of Patients With Panic Disorder.
2nd ed. Amerincan Psychiatric Association; 2009.
7. Munir, S., & Takov, V. (2020). Generalized Anxiety Disorder (GAD). StatPearls Publishing LLC.
8. Bandelow, B., J, R. B., Kasper, S., Linden, M., Wittchen, H.-U., & Möller, d. H.-J. (2013). The Diagnosis
and Treatment of Generalized Anxiety Disorde. Deutsches Arzteblatt, 300–310.
9. American Psychiatric Association. Obsessive Compulsive Disorder. Obs Compuls Disord 2007.
https://www.psychiatry.org/patients- families/ocd/what-is-obsessive-compulsive-disorder (accessed
Desember 19, 2020).