SlideShare a Scribd company logo
1 of 13
WAHYU PANCASILA
Oleh Mas Kumitir
Sebuah Bahan Renungan Perjalanan Bangsa
Oleh :
K.R.T.H. RONO HADINAGORO
LIMA PULUH DELAPAN TAHUN PERJALANAN PANCASILA
Sebagian besar masyarakat yakin bahwa Rumusan Pancasila dicetuskan pertama kali oleh
Bung Karno pada tanggal 1 Juni 1945, sehingga tanggal tersebut pernah dijadikan
tonggak sejarah hari kelahiran Pancasila. Namun perkembangan jaman sempat
memudarkan keyakinan itu. Pada era orde baru, ada pergeseran paradigma sejarah,
sehingga peran Bung Karno sebagai pencetus pertama Pancasila sebagai dasar negara
sempat menjadi dikaburkan. Hal seperti ini wajar, karena sejarah itu adalah history (his
story/cerita dia), sehingga wajar saja jika peran seorang tokoh sangat bergantung pada
kesan dan pesan subyektif si pembuat versi sejarah itu kepada tokoh yang akan
diceritakan.
Upaya pengubahan orientasi serta paradigma sejarah Pancasila pada era orde baru
sebenarnya membawa dampak positif terhadap citra Pancasila itu. Momentum kesaktian
Pancasila, terlepas dari versi sejarah mana yang benar, disengaja atau tidak, justru
mengangkat harkat Pancasila, karena terdapat kesan bahwa Pancasila itu dirumuskan oleh
seseorang yang dianggap memiliki catatan negatif menurut anggapan yang beredar luas
pada saat itu. Bahkan paradigma sejarah versi rezim orde baru yang menganggap bahwa
rezim orde lama di bawah pimpinan sang pencetus rumusan Pancasila itu terlibat dalam
pengkhianatan Pancasila, turut serta membersihkan pamor Pancasila.
Akan tetapi sayang seribu kali sayang, penyelewengan yang dilakukan oleh sebagian
tokoh serta pemimpin orde baru yang berhasil secara halus bernaung atau berlindung di
balik jubah Pancasila, nilai luhur Pancasila itu menjadi kusam. Pada masa orde baru
banyak orang mencari pembenaran atas hasrat serta kepentingannya dengan
menggunakan dalih Pancasila. Dengan alasan “musyawarah mufakat”, maka
dihalalkanlah praktek-praktek korupsi, kolusi, dan manipulasi. Dengan alasan “ini negeri
Pancasila”, “demi menyelamatkan Pancasila”,… ini dan itu,… maka dibebaskanlah para
pelaku kecurangan, penyelewengan, kedzaliman, kemunafikan, kemungkaran,
kemaksiatan, dan berbagai bentuk penyimpangan lain di satu sisi, sementara di sisi lain
tidak sedikit orang yang benar-benar membela kebenaran malah dipersalahkan bahkan
harus mendekam di dalam ruang bertirai besi dengan tuduhan “ ekstrimis, .. anti
pancasila, orde lama, komunis, dsb…
Kemahiran oknum penguasa orde baru berlindung di balik Pancasila telah menyebabkan
pencemaran keluhuran Pancasila. Menjelang akhir dari kejayaan rezim orde baru, secara
terbuka sudah mulai bermunculan pernyataan yang mempertanyakan Pancasila. Bahkan
tidak sedikit yang membuat pernyataan anti sakralisasi Pancasila, dengan alasan bahwa
Pancasila telah disakralkan oleh rezim orde baru.
Anggapan sakralisasi Pancasila pada masa rezim orde baru sebenarnya tidaklah tepat,
karena sebenarnya pada masa orde baru itulah terjadi proses pelecehan Pancasila. Pada
masa itu Pancasila dijadikan tameng atau bumper kedzaliman, kemaksiyatan,
keserakahan, dan kesewenang-wenangan oleh sebagian besar penguasa. Betapa tidak,…
sosok-sosok yang disebut Manggala ( penatar tingkat tertinggi ilmu tafsir Pancasila
madzhab orde baru ) pun, ternyata sebagian besar malah pelaku Kedzaliman dan
Kemunafikan Nasional ( KKN, yang salah satu bentuk anaknya adalah Korupsi Kolusi
dan Nepotisme ). Fenomena itu lah yang menyebabkan bermunculannya kesan bahwa
Pancasila identik dengan orde baru dengan berbagai macam ragam bentuk jurus KKN-
nya, yang menyebabkan kehancuran negeri tercinta. Padahal sebenarnya, jika kita gali
nilai-nila Pancasila dari ajaran budaya Jawa, sejak Prolamasi kemerdekaan Negara
Kesatuan Republik Indonesia hingga saat ini Pancasila belum pernah dilaksanakan satu
sila pun oleh para pemimpin bangsa ini secara benar. Selama 58 tahun terakhir ini
Pancasila hanya bagaikan Mahkota emas yang dipakai bergantian oleh para perampok
dan pemerkosa, yang akhirnya banyak orang muak melihat mahkota itu karena selalu
melekat di kepala makhluk yang tidak berperadaban serta tidak berbudaya.
WAHYU SAPTA WARSITA PANCA PANCATANING MULYA
Menurut sebagian dari faham ajaran spiritual Budaya Jawa, Pancasila itu merupakan
bagian dari Wahyu Sapta Warsita Panca Pancataning Mulya ( Wahyu tujuh kelompok
ajaran yang masing-masing kelompok berisi lima butir ajaran untuk mencapai kemuliaan,
ketenteraman, dan kesejahteraan kehidupan alam semesta hingga alam keabadian/ akhirat
). Sementara itu ada tokoh spiritual lain menyebutkan Panca Mukti Muni Wacana yang
hanya terdiri atas lima kelompok ( bukan tujuh ).
Sapta Warsita Panca Pancataning Mulya itu terdiri atas :
1. Pancasila
Pancasila merupakan butir-butir ajaran yang perlu dijadikan rujukan pembentukan sikap
dasar atau akhlak manusia.
1.1. Hambeg Manembah
Hambeg manembah adalah sikap ketakwaan seseorang kepada Tuhan Yang Mahaesa.
Manusia sebagai makhluk ciptaanNya wajib memiliki rasa rumangsa lan pangrasa
(menyadari) bahwa keberadaannya di dunia ini sebagai hamba ciptaan Ilahi, yang
mengemban tugas untuk selalu mengabdi hanya kepadaNya. Dengan pengabdian yang
hanya kepadaNya itu, manusia wajib melaksanakan tugas amanah yang diemban, yaitu
menjadi khalifah pembangun peradaban serta tatanan kehidupan di alam semesta ini, agar
kehidupan umat manusia, makhluk hidup serta alam sekitarnya dapat tenteram, sejahtera,
damai, aman sentosa, sehingga dapat menjadi wahana mencapai kebahagiaan abadi di
alam kelanggengan ( akhirat ) kelak ( Memayu hayu harjaning Bawana, Memayu hayu
harjaning Jagad Traya, Nggayuh kasampurnaning hurip hing Alam Langgeng ).
Dengan sikap ketakwaan ini, semua manusia akan merasa sama, yaitu berorientasi serta
merujukkan semua gerak langkah, serta sepak terjangnya, demi mencapai ridlo Ilahi,
Tuhan Yang Maha Bijaksana ( Hyang Suksma Kawekas ).
Hambeg Mangeran ini mendasari pembangunan watak, perilaku, serta akhlak manusia.
Sedangkang akhlak manusia akan menentukan kualitas hidup dan kehidupan, pribadi,
keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara.
1.2. Hambeg Manunggal
Hambeg manunggal adalah sikap bersatu. Manusia yang hambeg mangeran akan
menyadari bahwa manusia itu terlahir di alam dunia ini pada hakekatnya sama. Kelebihan
dan kekurangan yang dimiliki oleh setiap insan itu memang merupakan tanda-tanda
kebesaran Hyang Suksma Adi Luwih ( Tuhan Yang Maha Luhur ). Oleh karena itu
sebagai salah satu bentuk dari sikap ketakwaan seseorang adalah sikap hasrat serta
kemauan kerasnya untuk bersatu. Perbedaan tingkatan sosial, tingkat kecerdasan, dan
perbedaan-perbedaan lain sebenarnya bukan alat untuk saling berpecah belah, tetapi
malah harus dapat dipersatukan dalam komposisi kehidupan yang serasi serta bersinergi.
Hanya ketakwaan lah yang mampu menjadi pendorong tumbuhnya hambeg manunggal
ini, karena manusia akan merasa memiliki satu tujuan hidup, satu orientasi hidup, dan
satu visi di dalam kehidupannya.
Di dalam salah satu ajaran spiritual, hambeg manunggal itu dinyatakan sebagai,
manunggaling kawula lan gustine (bersatunya antara rakyat dengan pemimpin),
manunggale jagad gedhe lan jagad cilik ( bersatunya jagad besar dengan jagad kecil ),
manunggale manungsa lan alame ( bersatunya manusia dengan alam sekitarnya ),
manunggale dhiri lan bebrayan ( bersatunya individu dengan masyarakat luas ),
manunggaling sapadha-padha ( persatuan di antara sesama ), dan sebagainya.
1.3. Hambeg Welas Asih
Hambeg welas asih adalah sikap kasih sayang. Manusia yang hambeg mangeran, akan
merasa dhirinya dengan sesama manusia memiliki kesamaan hakikat di dalam hidup.
Dengan kesadaran itu, setelah hambeg manunggal, manusia wajib memiliki rasa welas
asih atau kasih sayang di antara sesamanya. Sikap kasih sayang itu akan mampu semakin
mempererat persatuan dan kesatuan.
1.4. Hambeg Wisata.
Hambeg wisata adalah sikap tenteram dan mantap. Karena ketakwaannya kepada Tuhan
Yang Maha Kuasa, manusia akan bersikap tenteram dan merasa mantap di dalam
kehidupannya. Sikap ini tumbuh karena keyakinannya bahwa semua kejadian ini
merupakan kehendak Sang Pencipta.
Hambeg wisata bukan berarti pasrah menyerah tanpa usaha, tetapi justru karena
kesadaran bahwa semua kejadian di alam semesta ini terjadi karena kehendakNya,
sedangkan Tuhan juga menghendaki manusia harus membangun tata kehidupan untuk
mensejahterakan kehidupan alam semesta, maka dalam rangka hambeg wisata itu
manusia juga merasa tenteram dan mantap dalam melakukan usaha, berkarya, dan upaya
di dalam membangun kesejahteraan alam semesta. Manusia akan merasa mantap dan
tenteram hidup berinteraksi dengan sesamanya, untuk saling membantu, bahu membahu,
saling mengingatkan, saling mat sinamatan, di dalam kehidupan.
1.5. Hambeg Makarya Jaya Sasama
Hambeg Makarya Jaya Sasama adalah sikap kemauan keras berkarya, untuk mencapai
kehidupan, kejayaan sesama manusia. Manusia wajib menyadari bahwa keberadaannya
berasal dari asal yang sama, oleh karena itu manusia wajib berkarya bersama-sama
menurut potensi yang ada pada dirinya masing-masing, sehingga membentuk sinergi
yang luar biasa untuk menjapai kesejahteraan hidup bersama. Sikap hambeg makarya
jaya sesama akan membangun rasa “tidak rela” jika masih ada sesama manusia yang
hidup kekurangan atau kesengsaraan.
2. Panca Karya
Panca karya merupakan butir-butir ajaran sebagai rujukan berkarya di dalam kehidupan.
2.1. Karyaning Cipta Tata
Karyaning Cipta Tata adalah kemampuan berfikir secara runtut, sistematis, tidak
semrawut ( tidak worsuh, tidak tumpang tindih ).
Manusia wajib mengolah kemampuan berfikir agar mampu menyelesaikan semua
persoalan hidup yang dihadapinya secara sistematis dan tuntas. Setiap menghadapi
permasalahan wajib mengetahui duduk permasalahannya secara benar, mengetahui tujuan
penyelesaian masalah yang benar beserta berbagai standar kriteria kinerja yang hendak
dicapainya, mengetahui kendala-kendala yang ada, dan menyusun langkah atau strategi
penyelesaian masalah yang optimal.
2.2. Karyaning Rasa Resik
Karyaning rasa resik adalah kemampuan bertindak obyektif, bersih, tanpa dipengaruhi
dorongan hawa nafsu, keserakahan, ketamakan, atau kepentingan-kepentingan pribadi
yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kebenaran/budi luhur.
2.3. Karyaning Karsa Lugu
Karyaning Karsa Lugu adalah kemampuan berbuat bertindak sesuai suara kesucian
relung kalbu yang paling dalam, yang pada dasarnya adalah hakekat kejujuran fitrah
Ilahiyah ( sesuai kebenaran sejati yang datang dari Tuhan Yang Maha Suci/Hyang
Suksma Jati Kawekas ).
2.4. Karyaning Jiwa Mardika
Karyaning Jiwa Mardika adalah kemampuan berbuat sesuai dengan dorongan Sang Jiwa
yang hanya menambatkan segala hasil karya, daya upaya, serta cita-cita kepada Tuhan
Yang Maha Kuasa, terbebas dari cengkeraman pancaindera dan hawa nafsu keserakahan
serta ketamakan akan keduniawian. Karyaning Jiwa Mardika akan mampu
mengendalikan keduniaan, bukan diperbudak oleh keduniawian ( Sang Jiwa wus bisa
murba lan mardikaake sagung paraboting kadonyan ).
2.5. Karyaning Suksma Meneng
Karyaning Suksma Meneng adalah kemampuan berbuat berlandaskan kemantapan
peribadatannya kepada Tuhan Yang Maha Bijaksana, berlandaskan kebenaran, keadilan,
kesucian fitrah hidup, “ teguh jiwa, teguh suksma, teguh hing panembah “.
Di dalam setiap gerak langkahnya, manusia wajib merujukkan hasil karya ciptanya pada
kehendak Sang Pencipta, yang menitipkan amanah dunia ini kepada manusia agar selalu
sejahtera.
3. Panca Guna
Panca guna merupakan butir-butir ajaran untuk mengolah potensi kepribadian dasar
manusia sebagai modal dalam mengarungi bahtera kehidupan.
3.1. Guna Empan Papaning Daya Pikir
Guna empan papaning daya pikir adalah kemampuan untuk berkonsentrasi, berfikir
secara benar, efektif, dan efisien ( tidak berfikir melantur, meratapi keterlanjuran,
mengkhayal yang tidak bermanfaat, tidak suka menyia-nyiakan waktu ).
3.2. Guna Empan Papaning Daya Rasa
Guna empan papaning daya rasa adalah kemampuan untuk mengendalikan kalbu, serta
perasaan ( rasa, rumangsa, lan pangrasa ), secara arif dan bijaksana.
3.3. Guna Empan Papaning Daya Karsa
Guna empan papaning daya karsa adalah kemampuan untuk mengendalikan, dan
mengelola kemauan, cita-cita, niyat, dan harapan.
3.4. Guna Empan Papaning Daya Karya
Guna empan papaning daya karya adalah kemampuan untuk berkarya, berbuat sesuatu
yang bermanfaat bagi dirinya, keluarga, masyarakat, bangsa, dan negaranya.
3.5. Guna Empan Papaning Daya Panguwasa
Guna empan papaning daya panguwasa adalah kemampuan untuk memanfaatkan serta
mengendalikan kemampuan, kekuasaan, dan kewenangan secara arif dan bijaksana (tidak
menyalahgunakan kewenangan). Kewenangan, kekuasaan, serta kemampuan yang
dimilikinya dimanfaatkan secara baik, benar, dan tepat untuk mengelola (merencanakan,
mengatur, mengendalikan, dan mengawasi ) kehidupan alam semesta.
4. Panca Dharma
Panca dharma merupakan butir-butir ajaran rujukan pengarahan orientasi hidup dan
berkehidupan, sebagai penuntun bagi manusia untuk menentukan visi dan misi hidupnya.
4.1. Dharma Marang Hingkang Akarya Jagad
Dharma marang Hingkang Akarya Jagad adalah melaksanakan perbuatan mulia sebagai
perwujudan pelaksanaan kewajiban umat kepada Sang Pencipta. Manusia diciptakan oleh
Tuhan Yang Mahaesa untuk selalu menghambakan diri kepada-Nya. Oleh karena itu
semua perilaku, budi daya, cipta, rasa, karsa, dan karyanya di dunia tiada lain dilakukan
hanya semata-mata sebagai bentuk perwujudan dari peribadatannya kepada Tuhan Yang
Maha Kuasa, untuk mensejahterakan alam semesta ( memayu hayuning harjaning
bawana, memayu hayuning jagad traya ).
4.2. Dharma Marang Dhirine
Dharma marang dhirine adalah melaksanakan kewajiban untuk memelihara serta
mengelola dhirinya secara baik. Olah raga, olah cipta, olah rasa, olah karsa, dan olah
karya perlu dilakukan secara baik sehingga sehat jasmani, rohani, lahir, dan batinnya.
Manusia perlu menjaga kesehatan jasmaninya. Namun demikian mengasah budi, melalui
belajar agama, budaya, serta olah batin, merupakan kewajiban seseorang terhadap dirinya
sendiri agar dapat mencapai kasampurnaning urip, mencapai kebahagiaan serta
kesejahteraan di dunia dan di akhirat.
Dengan kesehatan jasmani, rohani, lahir, dan batin tersebut, manusia dapat memberikan
manfaat bagi dirinya sendiri.
4.3. Dharma Marang Kulawarga
Dharma marang kulawarga adalah melaksanakan kewajiban untuk memenuhi hak-hak
keluarga. Keluarga merupakan kelompok terkecil binaan manusia sebagai bagian dari
masyarakat bangsa dan negara. Pembangunan keluarga merupakan fitrah manusiawi.
Kelompoh ini tentunya perlu terbangun secara baik. Oleh karena itu sebagai manusia
memiliki kewajiban untuk melaksanakan tugas masing-masing di dalam lingkungan
keluarganya secara baik, benar, dan tepat.
4.4. Dharma Marang Bebrayan
Dharma marang bebrayan adalah melaksanakan kewajiban untuk turut serta membangun
kehidupan bermasyarakat secara baik, agar dapat membangun masyarakat binaan yang
tenteram damai, sejahtera, aman sentosa.
4.5. Dharma Marang Nagara
Dharma marang nagara adalah melaksanakan kewajiban untuk turut serta membangun
negara sesuai peran dan kedudukannya masing-masing, demi kesejahteraan, kemuliaan,
ketenteraman, keamanan, kesetosaan, kedaulatan, keluhuran martabat, kejayaan,
keadilan, dan kemakmuran bangsa dan negaran beserta seluruh lapisan rakyat, dan
masyarakatnya.
5. Panca Jaya
Panca jaya merupakan butir-butir ajaran sebagai rujukan penetapan standar kriteria atau
tolok ukur hidup dan kehidupan manusia.
5.1. Jayeng Dhiri
Jayeng dhiri artinya mampu menguasai, mengendalikan, serta mengelola dirinya sendiri,
sehingga mampu menyelesaikan semua persoalan hidup yang dihadapinya, tanpa
kesombongan ( ora rumangsa bisa, nanging bisa rumangsa lan hangrumangsani, kanthi
rasa, rumangsa, lan pangrasa ).
5.2. Jayeng Bhaya
Jayeng Bhaya artinya mampu menghadapi, menanggulangi, dan mengatasi semua
bahaya, ancaman, tantangan, gangguan, serta hambatan yang dihadapinya setiap saat,
dengan modal kepandaian, kepiawaian, kecakapan, akal, budi pekeri, ilmu, pengetahuan,
kecerdikan, siasat, kiat-kiat, dan ketekunan yang dimilikinya. Dengan modal itu,
seseorang diharapkan mampu mengatasi semua permasalahan dengan cara yang optimal,
tanpa melalui pengorbanan ( mendatangkan dampak negatif ), sehingga sering disebut
‘nglurug tanpa bala, menang tanpa ngasorake‘ ( menyerang tanpa pasukan, menang
dengan tidak mengalahkan ).
5.3. Jayeng Donya
Jayeng donya artinya mampu memenuhi kebutuhan kehidupan di dunia, tanpa
dikendalikan oleh dorongan nafsu keserakahan. Dengan kemampuan mengendalikan
nafsu keserakahan di dalam memenuhi segala bentuk hajat serta kebutuhan hidup, maka
manusia akan selalu peduli terhadap kebutuhan orang lain, dengan semangat tolong
menolong, serta memberikan hak-hak orang lain, termasuk fakir miskin ( orang lemah
yang nandang kesusahan/ papa cintraka ).
5.4. Jayeng Bawana Langgeng
Jayeng bawana langgeng artinya mampu mengalahkan semua rintangan, cobaan, dan
godaan di dalam kehidupan untuk mempersiapkan diri, keturunan, dan generasi penerus
sehingga mampu mencapai kebahagiaan hidup dan kehidupan di dunia dan akhirat.
5.5. Jayeng Lana ( mangwaseng hurip lahir batin kanthi langgeng ).
Jayeng lana artinya mampu secara konsisten menguasai serta mengendalikan diri lahir
dan batin, sehingga tetap berada pada hidup dan kehidupan di bawah ridlo Ilahi.
6. Panca Daya
Panca daya merupakan butir-butir ajaran sebagai rujukan sikap dan perilaku manusia
sebagai insan sosial, atau bagian dari warga masyarakat, bangsa dan negara. Di samping
itu sementara para penghayat spiritual kebudayaan Jawa mengisyaratkan bahwa
pancadaya itu merupakan komponen yang mutlak sebagai syarat pembangunan
masyarakat yang adil, makmur, sejahtera, aman, dan sentosa lahir batin.
6.1. Daya Kawruh Luhuring Sujanma
Daya kawruh luhuring sujanma artinya kekuatan ilmu pengetahuan yang mampu
memberikan manfaat kepada kesejahteraan alam semesta.
6.2. Daya Adiling Pangarsa
Daya adiling pangarsa/tuwanggana artinya kekuatan keadilan para pemimpin.
6.3. Daya Katemenaning Pangupa Boga
Daya katemenaning pangupa boga artinya kekuatan kejujuran para pelaku perekonomian
( pedagang, pengusaha ).
6.4. Daya Kasetyaning Para Punggawa lan Nayaka
Daya kasetyaning para punggawa lan nayaka artinya kekuatan kesetiaan para pegawai/
karyawan.
6.5. Daya Panembahing Para Kawula
Daya panembahing para kawula artinya kekuatan kemuliaan akhlak seluruh lapisan
masyarakat ( mulai rakyat kecil hingga para pemimpinnya; mulai yang lemah hingga
yang kuat, mulai yang nestapa hingga yang kaya raya, mulai kopral hingga jenderal,
mulai sengsarawan hingga hartawan ).
7. Panca Pamanunggal ( Panca Panunggal )
Panca pamanunggal adalah butir-butir ajaran rujukan kriteria sosok manusia pemersatu.
Sementara tokoh penghayat spiritual jawa menyebutkan bahwa sosok pimpinan yang adil
dan akan mampu mengangkat harkat serta martabat bangsanya adalah sosok pimpinan
yang di dalam jiwa dan raganya bersemayam perpaduan kelima komponen ini.
7.1. Pandhita Suci Hing Cipta Nala
Pandita suci hing cipta nala adalah sosok insan yang memiliki sifat fitrah, yaitu kesucian
lahir batin, kesucian fikir dan tingkah laku demi memperoleh ridlo Ilahi.
7.2. Pamong Waskita
Pamong waskita adalah sosok insan yang mampu menjadi pelayan masyarakat yang
tanggap aspirasi yang dilayaninya.
7.3. Pangayom Pradah Ber Budi Bawa Bawa Leksana
Pangayom pradhah ber budi bawa leksana adalah sosok insan yang mampu melindungi
semua yang ada di bawah tanggungjawabnya, mampu bersifat menjaga amanah dan
berbuat adil berdasarkan kejujuran.
7.4. Pangarsa Mulya Limpat Wicaksana
Pangarsa mulya limpat wicaksana artinya sosok insan pemimpin yang berbudi luhur,
berakhlak mulia, cakap, pandai, handal, profesional, bertanggungjawab, serta bijaksana.
7.5. Pangreh Wibawa Lumaku Tama
Pangreh wibawa lumaku tama artinya sosok insan pengatur, penguasa, pengelola yang
berwibawa, memiliki jiwa kepemimpinan yang baik, mampu mengatur bawahan dengan
kewenangan yang dimilikinya, tetapi tidak sewenang-wenang, karena berada di dalam
selalu berada di dalam koridor perilaku yang mulia ( laku utama ).
KORELASI RUMUSAN PANCASILA DASAR NEGARA KESATUAN
REPUBLIK INDONESIA
Menurut KRMH. T.H. Koesoemoboedoyo, di dalam buku tentang “Wawasan Pandam
Pandoming Gesang Wewarah Adiluhung Para Leluhur Nuswantara Ngudi Kasampurnan
Nggayuh Kamardikan”, pada tahun 1926, perjalanan spiritual Bung Karno, yang sejak
usia mudanya gemar olah kebatinan untuk menggapai cita-citanya yang selalu
menginginkan kemerdekaan negeri tercinta, pernah bertemu dengan seorang tokoh
spiritual, yaitu Raden Ngabehi Dirdjasoebrata di Kendal Jawa Tengah. Pada saat itu
Raden Ngabehi Dirdjasoebrata mengatakan kepada Bung Karno, “ Nak,.. mbenjing
menawi nagari sampun mardika, dhasaripun Pancasila. Supados nak Karno mangertos,
sakpunika ugi kula aturi sowan dik Wardi mantri guru Sawangan Magelang “. ( “ Nak,
nanti jika negeri telah merdeka, dasarnya Pancasila. Supaya nak Karno mengerti,
sekarang juga saya sarankan menemui dik Wardi, mantri guru Sawangan Magelang” ).
Setelah Bung Karno menemui Raden Suwardi di Sawangan Magelang, maka oleh Raden
Suwardi disarankan agar Bung Karno menghadap Raden Mas Sarwadi Praboekoesoema
di Yogyakarta.
Di dalam pertemuannya dengan Raden Mas Sarwadi Praboekoesoemo itu lah Bung
Karno memperoleh wejangan tentang Panca Mukti Muni Wacana dalam bingkai Ajaran
Spiritual Budaya Jawa, yang terdiri atas Pancasila, Panca Karya, Panca Guna,
Pancadharma, dan Pancajaya.
Terlepas dari kecenderungan faham pendapat Sapta Warsita Panca Pancataning Mulya,
atau Panca Mukti Muni Wacana, jika dilihat rumusan Pancasila ( dasar Negara Kesatuan
Republik Indonesia ), beserta proses pengusulan rumusannya, dengan menggunakan
kejernihan hati dan kejujuran, sepertinya dapat terbaca bahwa seluruh kandungan ajaran
Wahyu Sapta Warsita Panca Pancataning Mulya dan atau Panca Mukti Muni
Wacana itu termuat secara ringkas di dalam rumusan sila-sila Pancasila, yaitu :
1. Ketuhanan Yang Mahaesa
2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan
/ perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia.
AJARAN MORAL UNIVERSAL
Kelompok orang yang sudah mulai alergi terhadap Pancasila, sering mengira bahwa
penghambat kemajuan bangsa ini adalah Pancasila. Pendapat itu merupakan pendapat
yang sangat keliru, karena tidak disertai pemahaman yang menyeluruh tentang makna
serta hakikat Pancasila.
Pancasila itu ibarat pisau emas yang bermata berlian. Ditinjau dari bahannya, pisau itu
terbuat dari logam mulia serta batu yang sangat mulia. Dan pisau emas bermata berlian
itu sangat tajam. Kemuliaan dan ketajamannya dapat digunakan untuk apa saja oleh siapa
saja. Pisau itu dapat digunakan untuk memasak, untuk berkarya membuat ukiran patung
yang indah, untuk mencari air dan mata pencaharian demi kesejahteraan dan
ketenteraman, tetapi dapat pula untuk menodong, bahkan membunuh. Pisau itu pun dapat
dibuang, digadaikan, atau dijual bagi orang yang tidak mengerti nilai (value).
Permasalahannya sangat bergantung pada manusia pemakainya.
Seekor monyet, jika disuruh memilih antara pisang atau pisau emas yang bermata berlian
tadi, pasti akan memilih pisang. Lain halnya dengan manusia yang memang menyadari
akan harkat dan martabat kemanusiaannya. Manusia seperti ini pasti akan memilih pisau
emas yang bermata intan itu, karena sadar akan nilai yang terkandung di dalamnya. Kalau
toh pisau emas bermata berlian tadi berada di tangan monyet, paling digunakan untuk
mencuri pisang dengan segala keserakahannya, setelah itu dibuang.
Pancasila yang luhur itu selama ini berada di bumi pertiwi sering sekali mengalami nasib
bagaikan mahkota emas bertatahkan intan, berlian dan permata mulia tetapi dipakai oleh
babi-babi yang tidak berbudaya, atau monyet yang tak mengerti nilai.
Manusia yang tak tahu nilai, ibarat makhluk yang sudah kehilangan sifat insani
kemanusiaannya ( lir jalma kang wus koncatan sipat kamanungsane ).
Kandungan Pancasila yang merupakan ikhtisar dari Sapta Warsita Panca Pancataning
Mulya memiliki kesesuaian dengan fitrah Ilahiyah yang termuat di dalam ajaran kitab
suci Al-Qur’an. Nilai luhur yang terkandung di dalam Pancasila, walaupun tidak tertulis
dalam bentuk rumusan, sangat sesuai dengan nilai-nilai keluhuran budi pekerti yang
dimiliki, dijunjung tinggi, serta diamalkan sebagai landasan hidup oleh bangsa-bangsa
maju yang berperadaban tinggi di dunia. Dengan demikian Pancasila ini merupakan
ideologi yang bersifat universal. Di dalam Pancasila terkandung pula nilai-nilai sosialis
religius, bahkan lebih sempurna. Tetapi sayang, nilai-nilai luhur itu nampaknya belum
pernah termunculkan dalam kehidupan sehari hari, bahkan sering ditafsirmiring atau
diselewengkan oleh oknum-oknum pemimpin, sehingga banyak orang yang meributkan
atau mempermasalahkan/ mempertentangkan antara Pancasila dengan Islam, Pancasila
dianggap kurang baik jika dibandingkan dengan faham Sosialis Religius, dan sebagainya.
Pandangan-pandangan negatif terhadap Pancasila itu muncul barangkali karena
prasangka bahwa Pancasila itu adalah identik dengan Sukarnoisme ( sosialisasi Pancasila
), atau Soehartoisme ( liberalisasi Pancasila ) seperti yang tercantum dalam materi
Pedoman, Penghayatan, dan Pengamalan Pancasila. Pancasila adalah Pancasila.
Banyak orang berpendapat bahwa tanpa Pancasila bangsa-bangsa seperti di negara
Amerika Serikat, di negara-negara Eropa, Jepang, Korea, Inggris, Australia, Malaysia,
dan Singapura dapat maju dan jaya secara pesat, sedangkan di Indonesia yang ada
Pancasila malah semakin mundur dan melarat. Bahkan orang yang berpendapat demikian
itu malah mengutarakan juga bahwa dari segi moral dan akhlaknya pun, bangsa Indonesia
ini kalah dengan bangsa-bangsa yang tidak mengenal Pancasila.
Di negara maju, seorang calon pemimpin harus bersih, suci dari cacat-cacat akhlak.
Namun perlu kita cermati, di negeri pertiwi ini malah banyak pemimpin yang turut
mendukung perilaku maksiyat. Apakah ini sesuai dengan nilai-nilai luhur sila Ketuhanan
Yang Mahaesa, yang menjiwai keempat sila yang lain.
Kalau kita menyimak tata upacara pelantikan Presiden Amerika Serikat, perlu lah kita
mengakui bahwa Bangsa Amerika lebih menjunjung Tinggi Ketuhanan dibandingkan
bangsa Indonesia. Sebelum upacara dimulai, pasti didahului dengan doa. Dengan
demikian maka proses pengangkatan Presiden negara adi daya itu pasti diridlo Tuhan
Yang Maha Kuasa, sehingga tidaklah aneh kalau bangsa tersebut mampu menguasai
dunia. Di sisi lain, di Indonesia, doa selalu dibacakan di setiap akhir upacara, sehingga
tidaklah mengherankan kalau bangsa Indonesia yang mengaku berketuhanan itu selalu
nubyak-nubyak tanpa tuntunan di dalam setiap sepak terjangnya, dan diakhiri dengan
keterlanjuran, penyesalan, dan permohonan maaf.
Di dalam mata uang Dolar Amerika tertulis “ IN GOD WE TRUST “ di bagian atas, oleh
karena itu kiranya tidaklah perlu heran kalau nilai mata uang dolar Amerika selalu tinggi
dan mampu menguasai dunia. Mata uang Indonesia baru saja mencantumkan “Dengan
rahmat Tuhan Yang Mahaesa”. Tulisan itu pun kecil dan terletak di bagian bawah.
Bahkan sebelumnya kalimat yang tidak pernah tertinggalkan adalah “ Barang siapa
meniru atau memalsukan,… dst “. Bukankah itu cerminan kadar ke Pancasilaisan bangsa
yang mengaku berbudaya luhur ini ??
Sistem demokrasi di negeri kita masih sangat kental diwarnai oleh ketamakan akan
kekuasaan, dan ketamakan akan harta. Cara-cara penyusunan konstitusi yang berbau
mencari-cari celah pembenaran atas kehendak kelompok atau pribadi-pribadi tertentu,
belum berorientasi pada upaya penyejahteraan rakyat, apakah sesuai dengan asas
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan /
perwakilan. Benarkah sistem demokrasi/ sistem politik kita sudah merujuk pada
Pancasila, sak jatine Pancasila ??. Benarkah sistem demokrasi kita sudah berlandaskan
hikmah ( kebenaran hakiki, berlandaskan kejujuran ) demi kesejahteraan kehidupan
rakyat ??
Perlu dicermati bersama, bahwa di Indonesia itu ada yang memformulasikan, atau
merumuskan Pancasila secara formal, tetapi yang mampu dan mau mengamalkannya di
dalam kehidupan sehari-hari sangat-sangat langka. Sedangkan di lain fihak, di negara-
negara maju yang lebih berperadaban, walaupun tanpa formulasi atau rumusan, Pancasila
sudah merupakan budaya di dalam kehidupan kesehariannya, sudah melekat dalam
jiwanya sehingga mampu membawa mereka ke dalam kemuliaan hidup diri dan
negaranya.
Empat orang pemimpin negara Republik Indonesia ini turun dengan cara yang kurang
baik dan selalu berakhir dengan kesan negatif.
Pengalaman ini perlu dijadikan bahan perenungan, apakah itu budaya Pancasila???
Bahkan sejarah pun mencatat, bukan hanya di jaman Republik saja, tetapi sejak kerajaan-
kerajaan terdahulu di bumi Pertiwi ini, setiap pergantian kepemimpinan hampir selalu
disertai berbagai kesan atau proses yang kurang baik. Keruntuhan Sriwijaya, Majapahit,
Mataram, dan negeri-negeri lain di persada Nusantara ini perlu lah kiranya kita jadikan
bahan renungan dan tantangan. Benarkah di dalam sanubari manusia Indonesia ini masih
mengalir darah Pancasilais ???

More Related Content

What's hot

Menjadi muslim, siapkah diri kita
Menjadi muslim, siapkah diri kitaMenjadi muslim, siapkah diri kita
Menjadi muslim, siapkah diri kitaMuhsin Hariyanto
 
Hakikat manusia bab I
Hakikat manusia bab IHakikat manusia bab I
Hakikat manusia bab Iarvant
 
Buku Harun Yahya : Cara cepat meraih keimanan
Buku Harun Yahya : Cara cepat meraih keimananBuku Harun Yahya : Cara cepat meraih keimanan
Buku Harun Yahya : Cara cepat meraih keimananBMG Training Indonesia
 
Psikologi kepribadian, perspektif psikologi kenabian by: Yulianti DA and team
Psikologi kepribadian, perspektif psikologi kenabian by: Yulianti DA and teamPsikologi kepribadian, perspektif psikologi kenabian by: Yulianti DA and team
Psikologi kepribadian, perspektif psikologi kenabian by: Yulianti DA and teamAddini Nurilma
 
Potensi besar dalam diri manusia (ltm4)
Potensi besar dalam diri manusia (ltm4)Potensi besar dalam diri manusia (ltm4)
Potensi besar dalam diri manusia (ltm4)Betsy Edith Christie
 
Psikologi kepribadian dalam perspektif islam by: Yulianti DA and team
Psikologi kepribadian dalam perspektif islam by: Yulianti DA and teamPsikologi kepribadian dalam perspektif islam by: Yulianti DA and team
Psikologi kepribadian dalam perspektif islam by: Yulianti DA and teamAddini Nurilma
 
Spiritualitas Sebagai Landasan Bertuhan
Spiritualitas Sebagai Landasan Bertuhan Spiritualitas Sebagai Landasan Bertuhan
Spiritualitas Sebagai Landasan Bertuhan FatkurRohman19
 
Materi1 dasar dasar pendidikan
Materi1 dasar dasar pendidikanMateri1 dasar dasar pendidikan
Materi1 dasar dasar pendidikanDermawan12
 
Proses pembentukan kepribadian sosial yang islami di dasarkan dengan hadits r...
Proses pembentukan kepribadian sosial yang islami di dasarkan dengan hadits r...Proses pembentukan kepribadian sosial yang islami di dasarkan dengan hadits r...
Proses pembentukan kepribadian sosial yang islami di dasarkan dengan hadits r...Operator Warnet Vast Raha
 
Astha brata (Kepemimpinan dalam Hindu)
Astha brata (Kepemimpinan dalam Hindu)Astha brata (Kepemimpinan dalam Hindu)
Astha brata (Kepemimpinan dalam Hindu)Wayan Martino
 
Kecerdasan nurani dan spiritual
Kecerdasan nurani dan spiritualKecerdasan nurani dan spiritual
Kecerdasan nurani dan spiritualSUKSES Pertama
 
Makalah Akhlak Sarjana Muslim Dalam Menuntut Ilmu
Makalah Akhlak Sarjana Muslim Dalam Menuntut IlmuMakalah Akhlak Sarjana Muslim Dalam Menuntut Ilmu
Makalah Akhlak Sarjana Muslim Dalam Menuntut IlmuMuhammad Aqil Ghazali
 
Hakikat manusia nemurut islam dan barat
Hakikat manusia nemurut islam dan baratHakikat manusia nemurut islam dan barat
Hakikat manusia nemurut islam dan baratprofhariko
 
Implementasi konsep gender
Implementasi konsep genderImplementasi konsep gender
Implementasi konsep gendermbahfaqir
 
Watak dan kepribadian manusia dalam berakhlak
Watak dan kepribadian manusia dalam berakhlakWatak dan kepribadian manusia dalam berakhlak
Watak dan kepribadian manusia dalam berakhlakM fazrul
 
Hakekat manusia dalam pandangan filsafat
Hakekat manusia dalam pandangan filsafatHakekat manusia dalam pandangan filsafat
Hakekat manusia dalam pandangan filsafatIrma Puji Lestari
 
Potensi Dasar Manusia
Potensi Dasar ManusiaPotensi Dasar Manusia
Potensi Dasar Manusiashofichofifah
 
Keluarga mahasiswa garut
Keluarga mahasiswa garutKeluarga mahasiswa garut
Keluarga mahasiswa garutMAC Co. Ltd.
 

What's hot (20)

Menjadi muslim, siapkah diri kita
Menjadi muslim, siapkah diri kitaMenjadi muslim, siapkah diri kita
Menjadi muslim, siapkah diri kita
 
Ndp rekonstruksi
Ndp rekonstruksiNdp rekonstruksi
Ndp rekonstruksi
 
Hakikat manusia bab I
Hakikat manusia bab IHakikat manusia bab I
Hakikat manusia bab I
 
Buku Harun Yahya : Cara cepat meraih keimanan
Buku Harun Yahya : Cara cepat meraih keimananBuku Harun Yahya : Cara cepat meraih keimanan
Buku Harun Yahya : Cara cepat meraih keimanan
 
Psikologi kepribadian, perspektif psikologi kenabian by: Yulianti DA and team
Psikologi kepribadian, perspektif psikologi kenabian by: Yulianti DA and teamPsikologi kepribadian, perspektif psikologi kenabian by: Yulianti DA and team
Psikologi kepribadian, perspektif psikologi kenabian by: Yulianti DA and team
 
Potensi besar dalam diri manusia (ltm4)
Potensi besar dalam diri manusia (ltm4)Potensi besar dalam diri manusia (ltm4)
Potensi besar dalam diri manusia (ltm4)
 
Psikologi kepribadian dalam perspektif islam by: Yulianti DA and team
Psikologi kepribadian dalam perspektif islam by: Yulianti DA and teamPsikologi kepribadian dalam perspektif islam by: Yulianti DA and team
Psikologi kepribadian dalam perspektif islam by: Yulianti DA and team
 
Spiritualitas Sebagai Landasan Bertuhan
Spiritualitas Sebagai Landasan Bertuhan Spiritualitas Sebagai Landasan Bertuhan
Spiritualitas Sebagai Landasan Bertuhan
 
Materi1 dasar dasar pendidikan
Materi1 dasar dasar pendidikanMateri1 dasar dasar pendidikan
Materi1 dasar dasar pendidikan
 
Proses pembentukan kepribadian sosial yang islami di dasarkan dengan hadits r...
Proses pembentukan kepribadian sosial yang islami di dasarkan dengan hadits r...Proses pembentukan kepribadian sosial yang islami di dasarkan dengan hadits r...
Proses pembentukan kepribadian sosial yang islami di dasarkan dengan hadits r...
 
Astha brata (Kepemimpinan dalam Hindu)
Astha brata (Kepemimpinan dalam Hindu)Astha brata (Kepemimpinan dalam Hindu)
Astha brata (Kepemimpinan dalam Hindu)
 
Manusia dalam perspektif alqur'an
Manusia dalam perspektif alqur'anManusia dalam perspektif alqur'an
Manusia dalam perspektif alqur'an
 
Kecerdasan nurani dan spiritual
Kecerdasan nurani dan spiritualKecerdasan nurani dan spiritual
Kecerdasan nurani dan spiritual
 
Makalah Akhlak Sarjana Muslim Dalam Menuntut Ilmu
Makalah Akhlak Sarjana Muslim Dalam Menuntut IlmuMakalah Akhlak Sarjana Muslim Dalam Menuntut Ilmu
Makalah Akhlak Sarjana Muslim Dalam Menuntut Ilmu
 
Hakikat manusia nemurut islam dan barat
Hakikat manusia nemurut islam dan baratHakikat manusia nemurut islam dan barat
Hakikat manusia nemurut islam dan barat
 
Implementasi konsep gender
Implementasi konsep genderImplementasi konsep gender
Implementasi konsep gender
 
Watak dan kepribadian manusia dalam berakhlak
Watak dan kepribadian manusia dalam berakhlakWatak dan kepribadian manusia dalam berakhlak
Watak dan kepribadian manusia dalam berakhlak
 
Hakekat manusia dalam pandangan filsafat
Hakekat manusia dalam pandangan filsafatHakekat manusia dalam pandangan filsafat
Hakekat manusia dalam pandangan filsafat
 
Potensi Dasar Manusia
Potensi Dasar ManusiaPotensi Dasar Manusia
Potensi Dasar Manusia
 
Keluarga mahasiswa garut
Keluarga mahasiswa garutKeluarga mahasiswa garut
Keluarga mahasiswa garut
 

Viewers also liked

Cinta ditolak membawa keberhasilan bisnis sukses menjadi bos voucher.doc tuga...
Cinta ditolak membawa keberhasilan bisnis sukses menjadi bos voucher.doc tuga...Cinta ditolak membawa keberhasilan bisnis sukses menjadi bos voucher.doc tuga...
Cinta ditolak membawa keberhasilan bisnis sukses menjadi bos voucher.doc tuga...WaQhyoe Arryee
 
Resensi bahasa indonesia
Resensi bahasa indonesiaResensi bahasa indonesia
Resensi bahasa indonesiaWaQhyoe Arryee
 
Tugas bahasa jawa profile (elviera rossiana rahmawati)
Tugas bahasa jawa profile (elviera rossiana rahmawati)Tugas bahasa jawa profile (elviera rossiana rahmawati)
Tugas bahasa jawa profile (elviera rossiana rahmawati)WaQhyoe Arryee
 
Tugas bahasa jawa profile (elviera rossiana rahmawati)
Tugas bahasa jawa profile (elviera rossiana rahmawati)Tugas bahasa jawa profile (elviera rossiana rahmawati)
Tugas bahasa jawa profile (elviera rossiana rahmawati)WaQhyoe Arryee
 
Soal2 fisika kinematika
Soal2 fisika kinematikaSoal2 fisika kinematika
Soal2 fisika kinematikaWaQhyoe Arryee
 
Mark Van't Hooft, Kent State University
Mark Van't Hooft, Kent State UniversityMark Van't Hooft, Kent State University
Mark Van't Hooft, Kent State UniversityHandheldLearning
 
Sesorah pengetan tanggap warsa proklamasi
Sesorah pengetan tanggap warsa proklamasiSesorah pengetan tanggap warsa proklamasi
Sesorah pengetan tanggap warsa proklamasiWaQhyoe Arryee
 
Paradigma pendidikan indonesia abad 21
Paradigma pendidikan indonesia abad 21Paradigma pendidikan indonesia abad 21
Paradigma pendidikan indonesia abad 21MAR'AH NAILUL FAROH
 
Bahan ajar tik microsoft excewahyuel
Bahan ajar tik microsoft excewahyuelBahan ajar tik microsoft excewahyuel
Bahan ajar tik microsoft excewahyuelWaQhyoe Arryee
 
Tujuan instruksional a212
Tujuan instruksional a212Tujuan instruksional a212
Tujuan instruksional a212WaQhyoe Arryee
 
Makalah "Prosedur Pemilihan Media Pembelajaran"
Makalah  "Prosedur Pemilihan Media Pembelajaran"Makalah  "Prosedur Pemilihan Media Pembelajaran"
Makalah "Prosedur Pemilihan Media Pembelajaran"WaQhyoe Arryee
 
Makalah Kedudukan Media dalam Pembelajaran
Makalah Kedudukan Media dalam PembelajaranMakalah Kedudukan Media dalam Pembelajaran
Makalah Kedudukan Media dalam PembelajaranWaQhyoe Arryee
 
Laporan percobaan kimia elektrolisis
Laporan percobaan kimia elektrolisisLaporan percobaan kimia elektrolisis
Laporan percobaan kimia elektrolisisWaQhyoe Arryee
 
Bahan ajar kelas xi semester 2 (genap) ms excel
Bahan ajar kelas xi semester 2 (genap)  ms excelBahan ajar kelas xi semester 2 (genap)  ms excel
Bahan ajar kelas xi semester 2 (genap) ms excelWaQhyoe Arryee
 

Viewers also liked (16)

Cinta ditolak membawa keberhasilan bisnis sukses menjadi bos voucher.doc tuga...
Cinta ditolak membawa keberhasilan bisnis sukses menjadi bos voucher.doc tuga...Cinta ditolak membawa keberhasilan bisnis sukses menjadi bos voucher.doc tuga...
Cinta ditolak membawa keberhasilan bisnis sukses menjadi bos voucher.doc tuga...
 
Resensi bahasa indonesia
Resensi bahasa indonesiaResensi bahasa indonesia
Resensi bahasa indonesia
 
Tugas bahasa jawa profile (elviera rossiana rahmawati)
Tugas bahasa jawa profile (elviera rossiana rahmawati)Tugas bahasa jawa profile (elviera rossiana rahmawati)
Tugas bahasa jawa profile (elviera rossiana rahmawati)
 
Tugas bahasa jawa profile (elviera rossiana rahmawati)
Tugas bahasa jawa profile (elviera rossiana rahmawati)Tugas bahasa jawa profile (elviera rossiana rahmawati)
Tugas bahasa jawa profile (elviera rossiana rahmawati)
 
Soal2 fisika kinematika
Soal2 fisika kinematikaSoal2 fisika kinematika
Soal2 fisika kinematika
 
Mark Van't Hooft, Kent State University
Mark Van't Hooft, Kent State UniversityMark Van't Hooft, Kent State University
Mark Van't Hooft, Kent State University
 
Sesorah pengetan tanggap warsa proklamasi
Sesorah pengetan tanggap warsa proklamasiSesorah pengetan tanggap warsa proklamasi
Sesorah pengetan tanggap warsa proklamasi
 
Wahyueeeeeeee
WahyueeeeeeeeWahyueeeeeeee
Wahyueeeeeeee
 
Makalah clear
Makalah clearMakalah clear
Makalah clear
 
Paradigma pendidikan indonesia abad 21
Paradigma pendidikan indonesia abad 21Paradigma pendidikan indonesia abad 21
Paradigma pendidikan indonesia abad 21
 
Bahan ajar tik microsoft excewahyuel
Bahan ajar tik microsoft excewahyuelBahan ajar tik microsoft excewahyuel
Bahan ajar tik microsoft excewahyuel
 
Tujuan instruksional a212
Tujuan instruksional a212Tujuan instruksional a212
Tujuan instruksional a212
 
Makalah "Prosedur Pemilihan Media Pembelajaran"
Makalah  "Prosedur Pemilihan Media Pembelajaran"Makalah  "Prosedur Pemilihan Media Pembelajaran"
Makalah "Prosedur Pemilihan Media Pembelajaran"
 
Makalah Kedudukan Media dalam Pembelajaran
Makalah Kedudukan Media dalam PembelajaranMakalah Kedudukan Media dalam Pembelajaran
Makalah Kedudukan Media dalam Pembelajaran
 
Laporan percobaan kimia elektrolisis
Laporan percobaan kimia elektrolisisLaporan percobaan kimia elektrolisis
Laporan percobaan kimia elektrolisis
 
Bahan ajar kelas xi semester 2 (genap) ms excel
Bahan ajar kelas xi semester 2 (genap)  ms excelBahan ajar kelas xi semester 2 (genap)  ms excel
Bahan ajar kelas xi semester 2 (genap) ms excel
 

Similar to WAHYU PANCASILA DAN PERJALANANNYA

Filsafat Pancasila
Filsafat PancasilaFilsafat Pancasila
Filsafat Pancasilaidbloginfo
 
METAFISIKA KETUHANAN - KORELASI ANTARA NILAI-NILAI METAFISIKA KETUHANAN DENGA...
METAFISIKA KETUHANAN - KORELASI ANTARA NILAI-NILAI METAFISIKA KETUHANAN DENGA...METAFISIKA KETUHANAN - KORELASI ANTARA NILAI-NILAI METAFISIKA KETUHANAN DENGA...
METAFISIKA KETUHANAN - KORELASI ANTARA NILAI-NILAI METAFISIKA KETUHANAN DENGA...wahyu suhada
 
2 masa lahirnya pancasila dalam nkri.pptx
2 masa lahirnya pancasila dalam nkri.pptx2 masa lahirnya pancasila dalam nkri.pptx
2 masa lahirnya pancasila dalam nkri.pptxbimazco45
 
Makalah filsafat pancasila
Makalah filsafat pancasilaMakalah filsafat pancasila
Makalah filsafat pancasilaWarnet Raha
 
Makalah filsafat pancasila
Makalah filsafat pancasilaMakalah filsafat pancasila
Makalah filsafat pancasilaWarnet Raha
 
PANCASILA SBG DASAR DAN IDEOLOGI NASIONAL
PANCASILA SBG DASAR DAN IDEOLOGI NASIONALPANCASILA SBG DASAR DAN IDEOLOGI NASIONAL
PANCASILA SBG DASAR DAN IDEOLOGI NASIONALEko Budi
 
Eksiskah karakter bangsa_(indonesia)_-lukas_sugiarto-_2
Eksiskah karakter bangsa_(indonesia)_-lukas_sugiarto-_2Eksiskah karakter bangsa_(indonesia)_-lukas_sugiarto-_2
Eksiskah karakter bangsa_(indonesia)_-lukas_sugiarto-_2Firda Aurora Sweet
 
Makalah pancasila sbg filsafat
Makalah pancasila sbg filsafatMakalah pancasila sbg filsafat
Makalah pancasila sbg filsafatopenriski
 
Hakikat manusia dan pengetahuan
Hakikat manusia dan pengetahuanHakikat manusia dan pengetahuan
Hakikat manusia dan pengetahuanAsad Saat
 
KEL 1 Pancasila Sebagai Ideologi Negara.pptx
KEL 1 Pancasila Sebagai Ideologi Negara.pptxKEL 1 Pancasila Sebagai Ideologi Negara.pptx
KEL 1 Pancasila Sebagai Ideologi Negara.pptxdeanisaaliyahsubiyan
 

Similar to WAHYU PANCASILA DAN PERJALANANNYA (20)

Kisi2 udin 2012 (1)
Kisi2 udin 2012 (1)Kisi2 udin 2012 (1)
Kisi2 udin 2012 (1)
 
Filsafat Pancasila
Filsafat PancasilaFilsafat Pancasila
Filsafat Pancasila
 
METAFISIKA KETUHANAN - KORELASI ANTARA NILAI-NILAI METAFISIKA KETUHANAN DENGA...
METAFISIKA KETUHANAN - KORELASI ANTARA NILAI-NILAI METAFISIKA KETUHANAN DENGA...METAFISIKA KETUHANAN - KORELASI ANTARA NILAI-NILAI METAFISIKA KETUHANAN DENGA...
METAFISIKA KETUHANAN - KORELASI ANTARA NILAI-NILAI METAFISIKA KETUHANAN DENGA...
 
Tugas kwn
Tugas kwn Tugas kwn
Tugas kwn
 
2 masa lahirnya pancasila dalam nkri.pptx
2 masa lahirnya pancasila dalam nkri.pptx2 masa lahirnya pancasila dalam nkri.pptx
2 masa lahirnya pancasila dalam nkri.pptx
 
panacasila
panacasilapanacasila
panacasila
 
Makalah filsafat pancasila
Makalah filsafat pancasilaMakalah filsafat pancasila
Makalah filsafat pancasila
 
Makalah filsafat pancasila
Makalah filsafat pancasilaMakalah filsafat pancasila
Makalah filsafat pancasila
 
Makalah filsafat pancasila
Makalah filsafat pancasilaMakalah filsafat pancasila
Makalah filsafat pancasila
 
Makalah filsafat pancasila
Makalah filsafat pancasilaMakalah filsafat pancasila
Makalah filsafat pancasila
 
Pendidikan pancasila
Pendidikan pancasilaPendidikan pancasila
Pendidikan pancasila
 
Makalah pancasila
Makalah pancasilaMakalah pancasila
Makalah pancasila
 
Makalah filsafat pancasila
Makalah filsafat pancasilaMakalah filsafat pancasila
Makalah filsafat pancasila
 
Makalah filsafat pancasila
Makalah filsafat pancasilaMakalah filsafat pancasila
Makalah filsafat pancasila
 
Makalah filsafat pancasila
Makalah filsafat pancasilaMakalah filsafat pancasila
Makalah filsafat pancasila
 
PANCASILA SBG DASAR DAN IDEOLOGI NASIONAL
PANCASILA SBG DASAR DAN IDEOLOGI NASIONALPANCASILA SBG DASAR DAN IDEOLOGI NASIONAL
PANCASILA SBG DASAR DAN IDEOLOGI NASIONAL
 
Eksiskah karakter bangsa_(indonesia)_-lukas_sugiarto-_2
Eksiskah karakter bangsa_(indonesia)_-lukas_sugiarto-_2Eksiskah karakter bangsa_(indonesia)_-lukas_sugiarto-_2
Eksiskah karakter bangsa_(indonesia)_-lukas_sugiarto-_2
 
Makalah pancasila sbg filsafat
Makalah pancasila sbg filsafatMakalah pancasila sbg filsafat
Makalah pancasila sbg filsafat
 
Hakikat manusia dan pengetahuan
Hakikat manusia dan pengetahuanHakikat manusia dan pengetahuan
Hakikat manusia dan pengetahuan
 
KEL 1 Pancasila Sebagai Ideologi Negara.pptx
KEL 1 Pancasila Sebagai Ideologi Negara.pptxKEL 1 Pancasila Sebagai Ideologi Negara.pptx
KEL 1 Pancasila Sebagai Ideologi Negara.pptx
 

More from WaQhyoe Arryee (20)

Kelompok 7 kelas a2 12 (penerapan teori belajar dalam kehidupan)
Kelompok 7 kelas a2 12 (penerapan teori belajar dalam kehidupan)Kelompok 7 kelas a2 12 (penerapan teori belajar dalam kehidupan)
Kelompok 7 kelas a2 12 (penerapan teori belajar dalam kehidupan)
 
A2 12-penyusunan tujuan insruksional
A2 12-penyusunan tujuan insruksionalA2 12-penyusunan tujuan insruksional
A2 12-penyusunan tujuan insruksional
 
Ipa 1
Ipa 1Ipa 1
Ipa 1
 
Sistem gerak
Sistem gerakSistem gerak
Sistem gerak
 
Pengertian kubus
Pengertian kubusPengertian kubus
Pengertian kubus
 
Makalah Balok
Makalah BalokMakalah Balok
Makalah Balok
 
PPT MTK Balok
PPT MTK BalokPPT MTK Balok
PPT MTK Balok
 
PPT PKN Pentingnya Pembelajaran PKn dkk
PPT PKN Pentingnya Pembelajaran PKn dkkPPT PKN Pentingnya Pembelajaran PKn dkk
PPT PKN Pentingnya Pembelajaran PKn dkk
 
Kanker serviks 2007
Kanker serviks 2007Kanker serviks 2007
Kanker serviks 2007
 
Kbm biologi virus
Kbm biologi virusKbm biologi virus
Kbm biologi virus
 
Kbm biologi protista
Kbm biologi protistaKbm biologi protista
Kbm biologi protista
 
Kbm biologi fungi
Kbm biologi fungiKbm biologi fungi
Kbm biologi fungi
 
Kbm biologi monera
Kbm biologi  moneraKbm biologi  monera
Kbm biologi monera
 
Interaksi sosial2
Interaksi sosial2Interaksi sosial2
Interaksi sosial2
 
Kbm mengenal biologi
Kbm mengenal biologiKbm mengenal biologi
Kbm mengenal biologi
 
Polio
PolioPolio
Polio
 
Mmr
MmrMmr
Mmr
 
Hib prp t & hib prp-omp
Hib prp t & hib prp-ompHib prp t & hib prp-omp
Hib prp t & hib prp-omp
 
Dpt
DptDpt
Dpt
 
Campak
CampakCampak
Campak
 

WAHYU PANCASILA DAN PERJALANANNYA

  • 1. WAHYU PANCASILA Oleh Mas Kumitir Sebuah Bahan Renungan Perjalanan Bangsa Oleh : K.R.T.H. RONO HADINAGORO LIMA PULUH DELAPAN TAHUN PERJALANAN PANCASILA Sebagian besar masyarakat yakin bahwa Rumusan Pancasila dicetuskan pertama kali oleh Bung Karno pada tanggal 1 Juni 1945, sehingga tanggal tersebut pernah dijadikan tonggak sejarah hari kelahiran Pancasila. Namun perkembangan jaman sempat memudarkan keyakinan itu. Pada era orde baru, ada pergeseran paradigma sejarah, sehingga peran Bung Karno sebagai pencetus pertama Pancasila sebagai dasar negara sempat menjadi dikaburkan. Hal seperti ini wajar, karena sejarah itu adalah history (his story/cerita dia), sehingga wajar saja jika peran seorang tokoh sangat bergantung pada kesan dan pesan subyektif si pembuat versi sejarah itu kepada tokoh yang akan diceritakan. Upaya pengubahan orientasi serta paradigma sejarah Pancasila pada era orde baru sebenarnya membawa dampak positif terhadap citra Pancasila itu. Momentum kesaktian Pancasila, terlepas dari versi sejarah mana yang benar, disengaja atau tidak, justru mengangkat harkat Pancasila, karena terdapat kesan bahwa Pancasila itu dirumuskan oleh seseorang yang dianggap memiliki catatan negatif menurut anggapan yang beredar luas pada saat itu. Bahkan paradigma sejarah versi rezim orde baru yang menganggap bahwa rezim orde lama di bawah pimpinan sang pencetus rumusan Pancasila itu terlibat dalam pengkhianatan Pancasila, turut serta membersihkan pamor Pancasila. Akan tetapi sayang seribu kali sayang, penyelewengan yang dilakukan oleh sebagian tokoh serta pemimpin orde baru yang berhasil secara halus bernaung atau berlindung di balik jubah Pancasila, nilai luhur Pancasila itu menjadi kusam. Pada masa orde baru banyak orang mencari pembenaran atas hasrat serta kepentingannya dengan menggunakan dalih Pancasila. Dengan alasan “musyawarah mufakat”, maka dihalalkanlah praktek-praktek korupsi, kolusi, dan manipulasi. Dengan alasan “ini negeri Pancasila”, “demi menyelamatkan Pancasila”,… ini dan itu,… maka dibebaskanlah para pelaku kecurangan, penyelewengan, kedzaliman, kemunafikan, kemungkaran, kemaksiatan, dan berbagai bentuk penyimpangan lain di satu sisi, sementara di sisi lain tidak sedikit orang yang benar-benar membela kebenaran malah dipersalahkan bahkan harus mendekam di dalam ruang bertirai besi dengan tuduhan “ ekstrimis, .. anti pancasila, orde lama, komunis, dsb…
  • 2. Kemahiran oknum penguasa orde baru berlindung di balik Pancasila telah menyebabkan pencemaran keluhuran Pancasila. Menjelang akhir dari kejayaan rezim orde baru, secara terbuka sudah mulai bermunculan pernyataan yang mempertanyakan Pancasila. Bahkan tidak sedikit yang membuat pernyataan anti sakralisasi Pancasila, dengan alasan bahwa Pancasila telah disakralkan oleh rezim orde baru. Anggapan sakralisasi Pancasila pada masa rezim orde baru sebenarnya tidaklah tepat, karena sebenarnya pada masa orde baru itulah terjadi proses pelecehan Pancasila. Pada masa itu Pancasila dijadikan tameng atau bumper kedzaliman, kemaksiyatan, keserakahan, dan kesewenang-wenangan oleh sebagian besar penguasa. Betapa tidak,… sosok-sosok yang disebut Manggala ( penatar tingkat tertinggi ilmu tafsir Pancasila madzhab orde baru ) pun, ternyata sebagian besar malah pelaku Kedzaliman dan Kemunafikan Nasional ( KKN, yang salah satu bentuk anaknya adalah Korupsi Kolusi dan Nepotisme ). Fenomena itu lah yang menyebabkan bermunculannya kesan bahwa Pancasila identik dengan orde baru dengan berbagai macam ragam bentuk jurus KKN- nya, yang menyebabkan kehancuran negeri tercinta. Padahal sebenarnya, jika kita gali nilai-nila Pancasila dari ajaran budaya Jawa, sejak Prolamasi kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia hingga saat ini Pancasila belum pernah dilaksanakan satu sila pun oleh para pemimpin bangsa ini secara benar. Selama 58 tahun terakhir ini Pancasila hanya bagaikan Mahkota emas yang dipakai bergantian oleh para perampok dan pemerkosa, yang akhirnya banyak orang muak melihat mahkota itu karena selalu melekat di kepala makhluk yang tidak berperadaban serta tidak berbudaya. WAHYU SAPTA WARSITA PANCA PANCATANING MULYA Menurut sebagian dari faham ajaran spiritual Budaya Jawa, Pancasila itu merupakan bagian dari Wahyu Sapta Warsita Panca Pancataning Mulya ( Wahyu tujuh kelompok ajaran yang masing-masing kelompok berisi lima butir ajaran untuk mencapai kemuliaan, ketenteraman, dan kesejahteraan kehidupan alam semesta hingga alam keabadian/ akhirat ). Sementara itu ada tokoh spiritual lain menyebutkan Panca Mukti Muni Wacana yang hanya terdiri atas lima kelompok ( bukan tujuh ). Sapta Warsita Panca Pancataning Mulya itu terdiri atas : 1. Pancasila Pancasila merupakan butir-butir ajaran yang perlu dijadikan rujukan pembentukan sikap dasar atau akhlak manusia. 1.1. Hambeg Manembah Hambeg manembah adalah sikap ketakwaan seseorang kepada Tuhan Yang Mahaesa.
  • 3. Manusia sebagai makhluk ciptaanNya wajib memiliki rasa rumangsa lan pangrasa (menyadari) bahwa keberadaannya di dunia ini sebagai hamba ciptaan Ilahi, yang mengemban tugas untuk selalu mengabdi hanya kepadaNya. Dengan pengabdian yang hanya kepadaNya itu, manusia wajib melaksanakan tugas amanah yang diemban, yaitu menjadi khalifah pembangun peradaban serta tatanan kehidupan di alam semesta ini, agar kehidupan umat manusia, makhluk hidup serta alam sekitarnya dapat tenteram, sejahtera, damai, aman sentosa, sehingga dapat menjadi wahana mencapai kebahagiaan abadi di alam kelanggengan ( akhirat ) kelak ( Memayu hayu harjaning Bawana, Memayu hayu harjaning Jagad Traya, Nggayuh kasampurnaning hurip hing Alam Langgeng ). Dengan sikap ketakwaan ini, semua manusia akan merasa sama, yaitu berorientasi serta merujukkan semua gerak langkah, serta sepak terjangnya, demi mencapai ridlo Ilahi, Tuhan Yang Maha Bijaksana ( Hyang Suksma Kawekas ). Hambeg Mangeran ini mendasari pembangunan watak, perilaku, serta akhlak manusia. Sedangkang akhlak manusia akan menentukan kualitas hidup dan kehidupan, pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. 1.2. Hambeg Manunggal Hambeg manunggal adalah sikap bersatu. Manusia yang hambeg mangeran akan menyadari bahwa manusia itu terlahir di alam dunia ini pada hakekatnya sama. Kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh setiap insan itu memang merupakan tanda-tanda kebesaran Hyang Suksma Adi Luwih ( Tuhan Yang Maha Luhur ). Oleh karena itu sebagai salah satu bentuk dari sikap ketakwaan seseorang adalah sikap hasrat serta kemauan kerasnya untuk bersatu. Perbedaan tingkatan sosial, tingkat kecerdasan, dan perbedaan-perbedaan lain sebenarnya bukan alat untuk saling berpecah belah, tetapi malah harus dapat dipersatukan dalam komposisi kehidupan yang serasi serta bersinergi. Hanya ketakwaan lah yang mampu menjadi pendorong tumbuhnya hambeg manunggal ini, karena manusia akan merasa memiliki satu tujuan hidup, satu orientasi hidup, dan satu visi di dalam kehidupannya. Di dalam salah satu ajaran spiritual, hambeg manunggal itu dinyatakan sebagai, manunggaling kawula lan gustine (bersatunya antara rakyat dengan pemimpin), manunggale jagad gedhe lan jagad cilik ( bersatunya jagad besar dengan jagad kecil ), manunggale manungsa lan alame ( bersatunya manusia dengan alam sekitarnya ), manunggale dhiri lan bebrayan ( bersatunya individu dengan masyarakat luas ), manunggaling sapadha-padha ( persatuan di antara sesama ), dan sebagainya. 1.3. Hambeg Welas Asih Hambeg welas asih adalah sikap kasih sayang. Manusia yang hambeg mangeran, akan merasa dhirinya dengan sesama manusia memiliki kesamaan hakikat di dalam hidup.
  • 4. Dengan kesadaran itu, setelah hambeg manunggal, manusia wajib memiliki rasa welas asih atau kasih sayang di antara sesamanya. Sikap kasih sayang itu akan mampu semakin mempererat persatuan dan kesatuan. 1.4. Hambeg Wisata. Hambeg wisata adalah sikap tenteram dan mantap. Karena ketakwaannya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, manusia akan bersikap tenteram dan merasa mantap di dalam kehidupannya. Sikap ini tumbuh karena keyakinannya bahwa semua kejadian ini merupakan kehendak Sang Pencipta. Hambeg wisata bukan berarti pasrah menyerah tanpa usaha, tetapi justru karena kesadaran bahwa semua kejadian di alam semesta ini terjadi karena kehendakNya, sedangkan Tuhan juga menghendaki manusia harus membangun tata kehidupan untuk mensejahterakan kehidupan alam semesta, maka dalam rangka hambeg wisata itu manusia juga merasa tenteram dan mantap dalam melakukan usaha, berkarya, dan upaya di dalam membangun kesejahteraan alam semesta. Manusia akan merasa mantap dan tenteram hidup berinteraksi dengan sesamanya, untuk saling membantu, bahu membahu, saling mengingatkan, saling mat sinamatan, di dalam kehidupan. 1.5. Hambeg Makarya Jaya Sasama Hambeg Makarya Jaya Sasama adalah sikap kemauan keras berkarya, untuk mencapai kehidupan, kejayaan sesama manusia. Manusia wajib menyadari bahwa keberadaannya berasal dari asal yang sama, oleh karena itu manusia wajib berkarya bersama-sama menurut potensi yang ada pada dirinya masing-masing, sehingga membentuk sinergi yang luar biasa untuk menjapai kesejahteraan hidup bersama. Sikap hambeg makarya jaya sesama akan membangun rasa “tidak rela” jika masih ada sesama manusia yang hidup kekurangan atau kesengsaraan. 2. Panca Karya Panca karya merupakan butir-butir ajaran sebagai rujukan berkarya di dalam kehidupan. 2.1. Karyaning Cipta Tata Karyaning Cipta Tata adalah kemampuan berfikir secara runtut, sistematis, tidak semrawut ( tidak worsuh, tidak tumpang tindih ). Manusia wajib mengolah kemampuan berfikir agar mampu menyelesaikan semua persoalan hidup yang dihadapinya secara sistematis dan tuntas. Setiap menghadapi permasalahan wajib mengetahui duduk permasalahannya secara benar, mengetahui tujuan penyelesaian masalah yang benar beserta berbagai standar kriteria kinerja yang hendak
  • 5. dicapainya, mengetahui kendala-kendala yang ada, dan menyusun langkah atau strategi penyelesaian masalah yang optimal. 2.2. Karyaning Rasa Resik Karyaning rasa resik adalah kemampuan bertindak obyektif, bersih, tanpa dipengaruhi dorongan hawa nafsu, keserakahan, ketamakan, atau kepentingan-kepentingan pribadi yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kebenaran/budi luhur. 2.3. Karyaning Karsa Lugu Karyaning Karsa Lugu adalah kemampuan berbuat bertindak sesuai suara kesucian relung kalbu yang paling dalam, yang pada dasarnya adalah hakekat kejujuran fitrah Ilahiyah ( sesuai kebenaran sejati yang datang dari Tuhan Yang Maha Suci/Hyang Suksma Jati Kawekas ). 2.4. Karyaning Jiwa Mardika Karyaning Jiwa Mardika adalah kemampuan berbuat sesuai dengan dorongan Sang Jiwa yang hanya menambatkan segala hasil karya, daya upaya, serta cita-cita kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, terbebas dari cengkeraman pancaindera dan hawa nafsu keserakahan serta ketamakan akan keduniawian. Karyaning Jiwa Mardika akan mampu mengendalikan keduniaan, bukan diperbudak oleh keduniawian ( Sang Jiwa wus bisa murba lan mardikaake sagung paraboting kadonyan ). 2.5. Karyaning Suksma Meneng Karyaning Suksma Meneng adalah kemampuan berbuat berlandaskan kemantapan peribadatannya kepada Tuhan Yang Maha Bijaksana, berlandaskan kebenaran, keadilan, kesucian fitrah hidup, “ teguh jiwa, teguh suksma, teguh hing panembah “. Di dalam setiap gerak langkahnya, manusia wajib merujukkan hasil karya ciptanya pada kehendak Sang Pencipta, yang menitipkan amanah dunia ini kepada manusia agar selalu sejahtera. 3. Panca Guna Panca guna merupakan butir-butir ajaran untuk mengolah potensi kepribadian dasar manusia sebagai modal dalam mengarungi bahtera kehidupan. 3.1. Guna Empan Papaning Daya Pikir
  • 6. Guna empan papaning daya pikir adalah kemampuan untuk berkonsentrasi, berfikir secara benar, efektif, dan efisien ( tidak berfikir melantur, meratapi keterlanjuran, mengkhayal yang tidak bermanfaat, tidak suka menyia-nyiakan waktu ). 3.2. Guna Empan Papaning Daya Rasa Guna empan papaning daya rasa adalah kemampuan untuk mengendalikan kalbu, serta perasaan ( rasa, rumangsa, lan pangrasa ), secara arif dan bijaksana. 3.3. Guna Empan Papaning Daya Karsa Guna empan papaning daya karsa adalah kemampuan untuk mengendalikan, dan mengelola kemauan, cita-cita, niyat, dan harapan. 3.4. Guna Empan Papaning Daya Karya Guna empan papaning daya karya adalah kemampuan untuk berkarya, berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya, keluarga, masyarakat, bangsa, dan negaranya. 3.5. Guna Empan Papaning Daya Panguwasa Guna empan papaning daya panguwasa adalah kemampuan untuk memanfaatkan serta mengendalikan kemampuan, kekuasaan, dan kewenangan secara arif dan bijaksana (tidak menyalahgunakan kewenangan). Kewenangan, kekuasaan, serta kemampuan yang dimilikinya dimanfaatkan secara baik, benar, dan tepat untuk mengelola (merencanakan, mengatur, mengendalikan, dan mengawasi ) kehidupan alam semesta. 4. Panca Dharma Panca dharma merupakan butir-butir ajaran rujukan pengarahan orientasi hidup dan berkehidupan, sebagai penuntun bagi manusia untuk menentukan visi dan misi hidupnya. 4.1. Dharma Marang Hingkang Akarya Jagad Dharma marang Hingkang Akarya Jagad adalah melaksanakan perbuatan mulia sebagai perwujudan pelaksanaan kewajiban umat kepada Sang Pencipta. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Mahaesa untuk selalu menghambakan diri kepada-Nya. Oleh karena itu semua perilaku, budi daya, cipta, rasa, karsa, dan karyanya di dunia tiada lain dilakukan hanya semata-mata sebagai bentuk perwujudan dari peribadatannya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, untuk mensejahterakan alam semesta ( memayu hayuning harjaning bawana, memayu hayuning jagad traya ). 4.2. Dharma Marang Dhirine
  • 7. Dharma marang dhirine adalah melaksanakan kewajiban untuk memelihara serta mengelola dhirinya secara baik. Olah raga, olah cipta, olah rasa, olah karsa, dan olah karya perlu dilakukan secara baik sehingga sehat jasmani, rohani, lahir, dan batinnya. Manusia perlu menjaga kesehatan jasmaninya. Namun demikian mengasah budi, melalui belajar agama, budaya, serta olah batin, merupakan kewajiban seseorang terhadap dirinya sendiri agar dapat mencapai kasampurnaning urip, mencapai kebahagiaan serta kesejahteraan di dunia dan di akhirat. Dengan kesehatan jasmani, rohani, lahir, dan batin tersebut, manusia dapat memberikan manfaat bagi dirinya sendiri. 4.3. Dharma Marang Kulawarga Dharma marang kulawarga adalah melaksanakan kewajiban untuk memenuhi hak-hak keluarga. Keluarga merupakan kelompok terkecil binaan manusia sebagai bagian dari masyarakat bangsa dan negara. Pembangunan keluarga merupakan fitrah manusiawi. Kelompoh ini tentunya perlu terbangun secara baik. Oleh karena itu sebagai manusia memiliki kewajiban untuk melaksanakan tugas masing-masing di dalam lingkungan keluarganya secara baik, benar, dan tepat. 4.4. Dharma Marang Bebrayan Dharma marang bebrayan adalah melaksanakan kewajiban untuk turut serta membangun kehidupan bermasyarakat secara baik, agar dapat membangun masyarakat binaan yang tenteram damai, sejahtera, aman sentosa. 4.5. Dharma Marang Nagara Dharma marang nagara adalah melaksanakan kewajiban untuk turut serta membangun negara sesuai peran dan kedudukannya masing-masing, demi kesejahteraan, kemuliaan, ketenteraman, keamanan, kesetosaan, kedaulatan, keluhuran martabat, kejayaan, keadilan, dan kemakmuran bangsa dan negaran beserta seluruh lapisan rakyat, dan masyarakatnya. 5. Panca Jaya Panca jaya merupakan butir-butir ajaran sebagai rujukan penetapan standar kriteria atau tolok ukur hidup dan kehidupan manusia. 5.1. Jayeng Dhiri Jayeng dhiri artinya mampu menguasai, mengendalikan, serta mengelola dirinya sendiri, sehingga mampu menyelesaikan semua persoalan hidup yang dihadapinya, tanpa
  • 8. kesombongan ( ora rumangsa bisa, nanging bisa rumangsa lan hangrumangsani, kanthi rasa, rumangsa, lan pangrasa ). 5.2. Jayeng Bhaya Jayeng Bhaya artinya mampu menghadapi, menanggulangi, dan mengatasi semua bahaya, ancaman, tantangan, gangguan, serta hambatan yang dihadapinya setiap saat, dengan modal kepandaian, kepiawaian, kecakapan, akal, budi pekeri, ilmu, pengetahuan, kecerdikan, siasat, kiat-kiat, dan ketekunan yang dimilikinya. Dengan modal itu, seseorang diharapkan mampu mengatasi semua permasalahan dengan cara yang optimal, tanpa melalui pengorbanan ( mendatangkan dampak negatif ), sehingga sering disebut ‘nglurug tanpa bala, menang tanpa ngasorake‘ ( menyerang tanpa pasukan, menang dengan tidak mengalahkan ). 5.3. Jayeng Donya Jayeng donya artinya mampu memenuhi kebutuhan kehidupan di dunia, tanpa dikendalikan oleh dorongan nafsu keserakahan. Dengan kemampuan mengendalikan nafsu keserakahan di dalam memenuhi segala bentuk hajat serta kebutuhan hidup, maka manusia akan selalu peduli terhadap kebutuhan orang lain, dengan semangat tolong menolong, serta memberikan hak-hak orang lain, termasuk fakir miskin ( orang lemah yang nandang kesusahan/ papa cintraka ). 5.4. Jayeng Bawana Langgeng Jayeng bawana langgeng artinya mampu mengalahkan semua rintangan, cobaan, dan godaan di dalam kehidupan untuk mempersiapkan diri, keturunan, dan generasi penerus sehingga mampu mencapai kebahagiaan hidup dan kehidupan di dunia dan akhirat. 5.5. Jayeng Lana ( mangwaseng hurip lahir batin kanthi langgeng ). Jayeng lana artinya mampu secara konsisten menguasai serta mengendalikan diri lahir dan batin, sehingga tetap berada pada hidup dan kehidupan di bawah ridlo Ilahi. 6. Panca Daya Panca daya merupakan butir-butir ajaran sebagai rujukan sikap dan perilaku manusia sebagai insan sosial, atau bagian dari warga masyarakat, bangsa dan negara. Di samping itu sementara para penghayat spiritual kebudayaan Jawa mengisyaratkan bahwa pancadaya itu merupakan komponen yang mutlak sebagai syarat pembangunan masyarakat yang adil, makmur, sejahtera, aman, dan sentosa lahir batin. 6.1. Daya Kawruh Luhuring Sujanma
  • 9. Daya kawruh luhuring sujanma artinya kekuatan ilmu pengetahuan yang mampu memberikan manfaat kepada kesejahteraan alam semesta. 6.2. Daya Adiling Pangarsa Daya adiling pangarsa/tuwanggana artinya kekuatan keadilan para pemimpin. 6.3. Daya Katemenaning Pangupa Boga Daya katemenaning pangupa boga artinya kekuatan kejujuran para pelaku perekonomian ( pedagang, pengusaha ). 6.4. Daya Kasetyaning Para Punggawa lan Nayaka Daya kasetyaning para punggawa lan nayaka artinya kekuatan kesetiaan para pegawai/ karyawan. 6.5. Daya Panembahing Para Kawula Daya panembahing para kawula artinya kekuatan kemuliaan akhlak seluruh lapisan masyarakat ( mulai rakyat kecil hingga para pemimpinnya; mulai yang lemah hingga yang kuat, mulai yang nestapa hingga yang kaya raya, mulai kopral hingga jenderal, mulai sengsarawan hingga hartawan ). 7. Panca Pamanunggal ( Panca Panunggal ) Panca pamanunggal adalah butir-butir ajaran rujukan kriteria sosok manusia pemersatu. Sementara tokoh penghayat spiritual jawa menyebutkan bahwa sosok pimpinan yang adil dan akan mampu mengangkat harkat serta martabat bangsanya adalah sosok pimpinan yang di dalam jiwa dan raganya bersemayam perpaduan kelima komponen ini. 7.1. Pandhita Suci Hing Cipta Nala Pandita suci hing cipta nala adalah sosok insan yang memiliki sifat fitrah, yaitu kesucian lahir batin, kesucian fikir dan tingkah laku demi memperoleh ridlo Ilahi. 7.2. Pamong Waskita Pamong waskita adalah sosok insan yang mampu menjadi pelayan masyarakat yang tanggap aspirasi yang dilayaninya. 7.3. Pangayom Pradah Ber Budi Bawa Bawa Leksana
  • 10. Pangayom pradhah ber budi bawa leksana adalah sosok insan yang mampu melindungi semua yang ada di bawah tanggungjawabnya, mampu bersifat menjaga amanah dan berbuat adil berdasarkan kejujuran. 7.4. Pangarsa Mulya Limpat Wicaksana Pangarsa mulya limpat wicaksana artinya sosok insan pemimpin yang berbudi luhur, berakhlak mulia, cakap, pandai, handal, profesional, bertanggungjawab, serta bijaksana. 7.5. Pangreh Wibawa Lumaku Tama Pangreh wibawa lumaku tama artinya sosok insan pengatur, penguasa, pengelola yang berwibawa, memiliki jiwa kepemimpinan yang baik, mampu mengatur bawahan dengan kewenangan yang dimilikinya, tetapi tidak sewenang-wenang, karena berada di dalam selalu berada di dalam koridor perilaku yang mulia ( laku utama ). KORELASI RUMUSAN PANCASILA DASAR NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA Menurut KRMH. T.H. Koesoemoboedoyo, di dalam buku tentang “Wawasan Pandam Pandoming Gesang Wewarah Adiluhung Para Leluhur Nuswantara Ngudi Kasampurnan Nggayuh Kamardikan”, pada tahun 1926, perjalanan spiritual Bung Karno, yang sejak usia mudanya gemar olah kebatinan untuk menggapai cita-citanya yang selalu menginginkan kemerdekaan negeri tercinta, pernah bertemu dengan seorang tokoh spiritual, yaitu Raden Ngabehi Dirdjasoebrata di Kendal Jawa Tengah. Pada saat itu Raden Ngabehi Dirdjasoebrata mengatakan kepada Bung Karno, “ Nak,.. mbenjing menawi nagari sampun mardika, dhasaripun Pancasila. Supados nak Karno mangertos, sakpunika ugi kula aturi sowan dik Wardi mantri guru Sawangan Magelang “. ( “ Nak, nanti jika negeri telah merdeka, dasarnya Pancasila. Supaya nak Karno mengerti, sekarang juga saya sarankan menemui dik Wardi, mantri guru Sawangan Magelang” ). Setelah Bung Karno menemui Raden Suwardi di Sawangan Magelang, maka oleh Raden Suwardi disarankan agar Bung Karno menghadap Raden Mas Sarwadi Praboekoesoema di Yogyakarta. Di dalam pertemuannya dengan Raden Mas Sarwadi Praboekoesoemo itu lah Bung Karno memperoleh wejangan tentang Panca Mukti Muni Wacana dalam bingkai Ajaran Spiritual Budaya Jawa, yang terdiri atas Pancasila, Panca Karya, Panca Guna, Pancadharma, dan Pancajaya. Terlepas dari kecenderungan faham pendapat Sapta Warsita Panca Pancataning Mulya, atau Panca Mukti Muni Wacana, jika dilihat rumusan Pancasila ( dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia ), beserta proses pengusulan rumusannya, dengan menggunakan kejernihan hati dan kejujuran, sepertinya dapat terbaca bahwa seluruh kandungan ajaran
  • 11. Wahyu Sapta Warsita Panca Pancataning Mulya dan atau Panca Mukti Muni Wacana itu termuat secara ringkas di dalam rumusan sila-sila Pancasila, yaitu : 1. Ketuhanan Yang Mahaesa 2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab 3. Persatuan Indonesia 4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan. 5. Keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia. AJARAN MORAL UNIVERSAL Kelompok orang yang sudah mulai alergi terhadap Pancasila, sering mengira bahwa penghambat kemajuan bangsa ini adalah Pancasila. Pendapat itu merupakan pendapat yang sangat keliru, karena tidak disertai pemahaman yang menyeluruh tentang makna serta hakikat Pancasila. Pancasila itu ibarat pisau emas yang bermata berlian. Ditinjau dari bahannya, pisau itu terbuat dari logam mulia serta batu yang sangat mulia. Dan pisau emas bermata berlian itu sangat tajam. Kemuliaan dan ketajamannya dapat digunakan untuk apa saja oleh siapa saja. Pisau itu dapat digunakan untuk memasak, untuk berkarya membuat ukiran patung yang indah, untuk mencari air dan mata pencaharian demi kesejahteraan dan ketenteraman, tetapi dapat pula untuk menodong, bahkan membunuh. Pisau itu pun dapat dibuang, digadaikan, atau dijual bagi orang yang tidak mengerti nilai (value). Permasalahannya sangat bergantung pada manusia pemakainya. Seekor monyet, jika disuruh memilih antara pisang atau pisau emas yang bermata berlian tadi, pasti akan memilih pisang. Lain halnya dengan manusia yang memang menyadari akan harkat dan martabat kemanusiaannya. Manusia seperti ini pasti akan memilih pisau emas yang bermata intan itu, karena sadar akan nilai yang terkandung di dalamnya. Kalau toh pisau emas bermata berlian tadi berada di tangan monyet, paling digunakan untuk mencuri pisang dengan segala keserakahannya, setelah itu dibuang. Pancasila yang luhur itu selama ini berada di bumi pertiwi sering sekali mengalami nasib bagaikan mahkota emas bertatahkan intan, berlian dan permata mulia tetapi dipakai oleh babi-babi yang tidak berbudaya, atau monyet yang tak mengerti nilai. Manusia yang tak tahu nilai, ibarat makhluk yang sudah kehilangan sifat insani kemanusiaannya ( lir jalma kang wus koncatan sipat kamanungsane ).
  • 12. Kandungan Pancasila yang merupakan ikhtisar dari Sapta Warsita Panca Pancataning Mulya memiliki kesesuaian dengan fitrah Ilahiyah yang termuat di dalam ajaran kitab suci Al-Qur’an. Nilai luhur yang terkandung di dalam Pancasila, walaupun tidak tertulis dalam bentuk rumusan, sangat sesuai dengan nilai-nilai keluhuran budi pekerti yang dimiliki, dijunjung tinggi, serta diamalkan sebagai landasan hidup oleh bangsa-bangsa maju yang berperadaban tinggi di dunia. Dengan demikian Pancasila ini merupakan ideologi yang bersifat universal. Di dalam Pancasila terkandung pula nilai-nilai sosialis religius, bahkan lebih sempurna. Tetapi sayang, nilai-nilai luhur itu nampaknya belum pernah termunculkan dalam kehidupan sehari hari, bahkan sering ditafsirmiring atau diselewengkan oleh oknum-oknum pemimpin, sehingga banyak orang yang meributkan atau mempermasalahkan/ mempertentangkan antara Pancasila dengan Islam, Pancasila dianggap kurang baik jika dibandingkan dengan faham Sosialis Religius, dan sebagainya. Pandangan-pandangan negatif terhadap Pancasila itu muncul barangkali karena prasangka bahwa Pancasila itu adalah identik dengan Sukarnoisme ( sosialisasi Pancasila ), atau Soehartoisme ( liberalisasi Pancasila ) seperti yang tercantum dalam materi Pedoman, Penghayatan, dan Pengamalan Pancasila. Pancasila adalah Pancasila. Banyak orang berpendapat bahwa tanpa Pancasila bangsa-bangsa seperti di negara Amerika Serikat, di negara-negara Eropa, Jepang, Korea, Inggris, Australia, Malaysia, dan Singapura dapat maju dan jaya secara pesat, sedangkan di Indonesia yang ada Pancasila malah semakin mundur dan melarat. Bahkan orang yang berpendapat demikian itu malah mengutarakan juga bahwa dari segi moral dan akhlaknya pun, bangsa Indonesia ini kalah dengan bangsa-bangsa yang tidak mengenal Pancasila. Di negara maju, seorang calon pemimpin harus bersih, suci dari cacat-cacat akhlak. Namun perlu kita cermati, di negeri pertiwi ini malah banyak pemimpin yang turut mendukung perilaku maksiyat. Apakah ini sesuai dengan nilai-nilai luhur sila Ketuhanan Yang Mahaesa, yang menjiwai keempat sila yang lain. Kalau kita menyimak tata upacara pelantikan Presiden Amerika Serikat, perlu lah kita mengakui bahwa Bangsa Amerika lebih menjunjung Tinggi Ketuhanan dibandingkan bangsa Indonesia. Sebelum upacara dimulai, pasti didahului dengan doa. Dengan demikian maka proses pengangkatan Presiden negara adi daya itu pasti diridlo Tuhan Yang Maha Kuasa, sehingga tidaklah aneh kalau bangsa tersebut mampu menguasai dunia. Di sisi lain, di Indonesia, doa selalu dibacakan di setiap akhir upacara, sehingga tidaklah mengherankan kalau bangsa Indonesia yang mengaku berketuhanan itu selalu nubyak-nubyak tanpa tuntunan di dalam setiap sepak terjangnya, dan diakhiri dengan keterlanjuran, penyesalan, dan permohonan maaf. Di dalam mata uang Dolar Amerika tertulis “ IN GOD WE TRUST “ di bagian atas, oleh karena itu kiranya tidaklah perlu heran kalau nilai mata uang dolar Amerika selalu tinggi dan mampu menguasai dunia. Mata uang Indonesia baru saja mencantumkan “Dengan
  • 13. rahmat Tuhan Yang Mahaesa”. Tulisan itu pun kecil dan terletak di bagian bawah. Bahkan sebelumnya kalimat yang tidak pernah tertinggalkan adalah “ Barang siapa meniru atau memalsukan,… dst “. Bukankah itu cerminan kadar ke Pancasilaisan bangsa yang mengaku berbudaya luhur ini ?? Sistem demokrasi di negeri kita masih sangat kental diwarnai oleh ketamakan akan kekuasaan, dan ketamakan akan harta. Cara-cara penyusunan konstitusi yang berbau mencari-cari celah pembenaran atas kehendak kelompok atau pribadi-pribadi tertentu, belum berorientasi pada upaya penyejahteraan rakyat, apakah sesuai dengan asas kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan. Benarkah sistem demokrasi/ sistem politik kita sudah merujuk pada Pancasila, sak jatine Pancasila ??. Benarkah sistem demokrasi kita sudah berlandaskan hikmah ( kebenaran hakiki, berlandaskan kejujuran ) demi kesejahteraan kehidupan rakyat ?? Perlu dicermati bersama, bahwa di Indonesia itu ada yang memformulasikan, atau merumuskan Pancasila secara formal, tetapi yang mampu dan mau mengamalkannya di dalam kehidupan sehari-hari sangat-sangat langka. Sedangkan di lain fihak, di negara- negara maju yang lebih berperadaban, walaupun tanpa formulasi atau rumusan, Pancasila sudah merupakan budaya di dalam kehidupan kesehariannya, sudah melekat dalam jiwanya sehingga mampu membawa mereka ke dalam kemuliaan hidup diri dan negaranya. Empat orang pemimpin negara Republik Indonesia ini turun dengan cara yang kurang baik dan selalu berakhir dengan kesan negatif. Pengalaman ini perlu dijadikan bahan perenungan, apakah itu budaya Pancasila??? Bahkan sejarah pun mencatat, bukan hanya di jaman Republik saja, tetapi sejak kerajaan- kerajaan terdahulu di bumi Pertiwi ini, setiap pergantian kepemimpinan hampir selalu disertai berbagai kesan atau proses yang kurang baik. Keruntuhan Sriwijaya, Majapahit, Mataram, dan negeri-negeri lain di persada Nusantara ini perlu lah kiranya kita jadikan bahan renungan dan tantangan. Benarkah di dalam sanubari manusia Indonesia ini masih mengalir darah Pancasilais ???