Ringkasan dari dokumen tersebut adalah:
1. Konsep jihad telah berkembang dari ideologi perang ofensif menjadi ideologi anti-kolonialisme
2. Gerakan teroris kontemporer meyakini jihad sebagai perang permanen tanpa dialog, berbeda dengan pandangan sufistik dan normatif Islam klasik
3. Deviasi konsep jihad menjadi perang ofensif semula bertujuan untuk kepentingan penguasa ekspansionis
secara etimologi kata khawarij berasal dari bahasa arab, yaitu “Kharaja” yang berarti keluar, muncul, timbul atau memberontak. Berdasarkan pengertian etimologi ini pula, khawarij berarti setiap muslim yang ingin keluar dari kesatuan umat islam. Adapun khawarij dalam terminologi ilmu kalam adalah suatu sekte/kelompok/aliran pengikut Ali bin Abi Thalib yang keluar meninggalkan barisan karena ketidaksepakatan terhadap keputusan ali yang menerima arbitrase (tahkim), dalam perang siffin pada tahun 37 H/657 M, dengan kelompok bughat (pemberontak) muawiyah bin abi sufyan perihal persengketaan khilafah.
secara etimologi kata khawarij berasal dari bahasa arab, yaitu “Kharaja” yang berarti keluar, muncul, timbul atau memberontak. Berdasarkan pengertian etimologi ini pula, khawarij berarti setiap muslim yang ingin keluar dari kesatuan umat islam. Adapun khawarij dalam terminologi ilmu kalam adalah suatu sekte/kelompok/aliran pengikut Ali bin Abi Thalib yang keluar meninggalkan barisan karena ketidaksepakatan terhadap keputusan ali yang menerima arbitrase (tahkim), dalam perang siffin pada tahun 37 H/657 M, dengan kelompok bughat (pemberontak) muawiyah bin abi sufyan perihal persengketaan khilafah.
Materi kuliah tentang Karakteristik islam. Cari lebih banyak lagi materi kuliah Semester 1 di: http://muhammadhabibielecture.blogspot.com/2014/12/kuliah-semester-1-thp-ftp-ub.htm
Aliran Khawarij telah tumbuh dan berkembang dengan cara yang keras dan ekstrim dalam memahami ajaran Islam. Kehidupan dan lingkungan yang tidak begitu kondusif menjadikan mereka memahami ajaran Islam apa adanya tanpa ada usaha untuk memahami lebih lanjut tentang makna apa saja yang terkandung dalam wahyu Allah SWT.
Murjiah merupakan kelompok sempalan yang berorientasi pada pendangkalan keimanan. Syubhat-syubhatnya amat berbahaya bagi tonggak-tonggak keimanan yang telah terhunjam dalam sanubari umat. Dasar pijakannya adalah akal dan pengetahuan bahasa Arab yang dipahami sesuai dengan hawa nafsu mereka, layaknya kelompok-kelompok bid’ah lainnya. Mereka berpaling dari keterangan-keterangan yang ada dalam Al-Qur`an dan As-Sunnah, serta perkataan para sahabat dan tabi’in.
Munculnya aliran murji'ah berkaitan dengan politik atau lebih tepatnya berkaitan dengan masalah khilafah yang menimbulkan pertikaian dikalangan umat muslim. Pertikaian tersebut terjadi setelah peristiwa pemberontakan di Madinah dari Mesir yang mengakibatkan terbunuhnya Khalifah Usman bin Affan pada 17 juni 856M. Terlebih yang membunuh adalah anak angkatnya yang bernama Muhammad bin Abi Bakar. Pertikaian tersebut menyebabkan perpecahan antar umat sehingga munculah perang saudara dan membuat islam mengalami kemunduran. Setelah wafatnya Khalifah Usman bin Affan ada sekelompok orang yang tidak ingin terlibat dalam pertikaian tersebut, diantaranya Abu Bakrah, Abdullah Ibnu Umar, Saad bin Waqash, Imran bin Husain.
Sejarah munculnya aliran Mu’tazilah muncul di kota Bashrah (Iraq) pada abad ke-2 Hijriyah, tahun 105 – 110 H, tepatnya pada masa pemerintahan khalifah Abdul Malik Bin Marwan dan Khalifah Hisyam Bin Abdul Malik. Pelopornya adalah seorang penduduk Bashrah mantan murid Al-Hasan Al-Bashri yang bernama Washil bin Atha‟ Al-Makhzumi Al-Ghozzal yang lahir di Madinah tahun 700 M.
Materi kuliah tentang Karakteristik islam. Cari lebih banyak lagi materi kuliah Semester 1 di: http://muhammadhabibielecture.blogspot.com/2014/12/kuliah-semester-1-thp-ftp-ub.htm
Aliran Khawarij telah tumbuh dan berkembang dengan cara yang keras dan ekstrim dalam memahami ajaran Islam. Kehidupan dan lingkungan yang tidak begitu kondusif menjadikan mereka memahami ajaran Islam apa adanya tanpa ada usaha untuk memahami lebih lanjut tentang makna apa saja yang terkandung dalam wahyu Allah SWT.
Murjiah merupakan kelompok sempalan yang berorientasi pada pendangkalan keimanan. Syubhat-syubhatnya amat berbahaya bagi tonggak-tonggak keimanan yang telah terhunjam dalam sanubari umat. Dasar pijakannya adalah akal dan pengetahuan bahasa Arab yang dipahami sesuai dengan hawa nafsu mereka, layaknya kelompok-kelompok bid’ah lainnya. Mereka berpaling dari keterangan-keterangan yang ada dalam Al-Qur`an dan As-Sunnah, serta perkataan para sahabat dan tabi’in.
Munculnya aliran murji'ah berkaitan dengan politik atau lebih tepatnya berkaitan dengan masalah khilafah yang menimbulkan pertikaian dikalangan umat muslim. Pertikaian tersebut terjadi setelah peristiwa pemberontakan di Madinah dari Mesir yang mengakibatkan terbunuhnya Khalifah Usman bin Affan pada 17 juni 856M. Terlebih yang membunuh adalah anak angkatnya yang bernama Muhammad bin Abi Bakar. Pertikaian tersebut menyebabkan perpecahan antar umat sehingga munculah perang saudara dan membuat islam mengalami kemunduran. Setelah wafatnya Khalifah Usman bin Affan ada sekelompok orang yang tidak ingin terlibat dalam pertikaian tersebut, diantaranya Abu Bakrah, Abdullah Ibnu Umar, Saad bin Waqash, Imran bin Husain.
Sejarah munculnya aliran Mu’tazilah muncul di kota Bashrah (Iraq) pada abad ke-2 Hijriyah, tahun 105 – 110 H, tepatnya pada masa pemerintahan khalifah Abdul Malik Bin Marwan dan Khalifah Hisyam Bin Abdul Malik. Pelopornya adalah seorang penduduk Bashrah mantan murid Al-Hasan Al-Bashri yang bernama Washil bin Atha‟ Al-Makhzumi Al-Ghozzal yang lahir di Madinah tahun 700 M.
Bila konflik di Iraq-Suriah ini dapat diakhiri, kepulangan para alumni ke negara masing-masing, terutama ke Indonesia, harus diwaspadai karena dapat membawa amunisi bagi tumbuhnya ideologi dan gerakan jihad baru di negeri ini. Hal inilah yang pernah dilakukan oleh para veteran perang Afghanistan yang melakukan serangkaian operasi pengeboman terhadap pusat-pusat yang diidentifikasi sebagai musuh Islam, seperti bom Bali I pada tahun 2002. Kondisi semacam ini dikhawatirkan dapat melahirkan gelombang jihadis baru ke berbagai penjuru dunia dan menciptakan instabilitas keamanan di negara masing-masing, sebuah kondisi yang sudah barang tentu sangat perlu untuk diwaspadai (Ali, 2014).
Sebagai salah satu pertanggungjawab pembangunan manusia di Jawa Timur, dalam bentuk layanan pendidikan yang bermutu dan berkeadilan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat. Untuk mempercepat pencapaian sasaran pembangunan pendidikan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur telah melakukan banyak terobosan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Salah satunya adalah Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) jenjang Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Sekolah Luar Biasa Provinsi Jawa Timur tahun ajaran 2024/2025 yang dilaksanakan secara objektif, transparan, akuntabel, dan tanpa diskriminasi.
Pelaksanaan PPDB Jawa Timur tahun 2024 berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru, Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi nomor 47/M/2023 tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan, dan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 15 Tahun 2022 tentang Pedoman Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru pada Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan dan Sekolah Luar Biasa. Secara umum PPDB dilaksanakan secara online dan beberapa satuan pendidikan secara offline. Hal ini bertujuan untuk mempermudah peserta didik, orang tua, masyarakat untuk mendaftar dan memantau hasil PPDB.
Apakah program Sekolah Alkitab Liburan ada di gereja Anda? Perlukah diprogramkan? Jika sudah ada, apa-apa saja yang perlu dipertimbangkan lagi? Pak Igrea Siswanto dari organisasi Life Kids Indonesia membagikannya untuk kita semua.
Informasi lebih lanjut: 0821-3313-3315 (MLC)
#SABDAYLSA #SABDAEvent #ylsa #yayasanlembagasabda #SABDAAlkitab #Alkitab #SABDAMLC #ministrylearningcenter #digital #sekolahAlkitabliburan #gereja #SAL
3. Pada era ekspansi teritorial khilafah, jihad ditafsirkan sebagai
ideologi perang ofensif oleh penguasa untuk menjustifikasi
kepentingan ekspansionis. Jihad dalam perspektif sufistik
terkesan melankolis dan nir-kekerasan, tetapi kondisi sosio-
politik yang datang silih berganti menuntut adanya
pembacaan baru terhadap konsep jihad. Konsep jihad
kemudian berkembang sebagai ideologi anti-kolonialisme.
4. Pandangan normatif jihad permanen
yang dianut oleh gerakan terorisme
kontemporer mempercayai bahwa jihad
adalah sebuah keniscayaan permanen
dan menafikan dialog antar-peradaban.
Di Indonesia, norma jihad semacam itu
dianut oleh para teroris seperti Imam
Samudra sebagaimana yang tertulis
dalam bukunya, Aku melawan teroris.
5. Teror yang dilakukan oleh muslim radikal saat ini
berakar dari doktrin kolot yang berkembang dalam
tradisi pemikiran Islam klasik. Budaya Islam telah
dicemari oleh pemahaman radikal bahwa ayat-
ayat pedang telah menghapus ayat-ayat yang
mengajarkan toleransi dan inklusivisme.
Akibatnya, Islam yang semula mengajarkan
kedamaian berubah menjadi ideologi kekerasan.
6. Deviasi konsep jihad menjadi perang
ofensif muncul untuk melayani
kepentingan penguasa penguasa yang
berambisi melakukan ekspansi. Ambisi
ekspansi atas nama dakwah Islam yang
diperkokoh dengan teori nasikh-man-sukh
telah mempengaruhi terbentuknya fikih
teroris.
7. Teori naskh merupakan sarana
pembakuan perang ofensif dalam fikih
teroris yang mencampuradukkan antara
jihad (perjuangan), qital (peperangan),
qatl (membunuh), dan ghazw (perang
ala suku Arab Jahiliyah yang bertujuan
meraup harta rampasan. Teori naskh
muncul untuk mengatasi asumsi adanya
kontradiksi antarayat dalam Al-Quran.
8. Dalam Q.S. At-Taubah (9): 6 Allah berfirman:
“Dan jika seorang di antara orang-orang
musyrikin itu meminta perlindungan
kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia
sempat mendengar firman Allah, kemudian
antarkanlah ia ke tempat yang aman baginya.
Demikian itu disebabkan mereka kaum yang
tidak mengetahui,”
9. Dari upaya validasi konsep jihad yang
dilakukan Bonney, Hisam Rusydi, Syahrour, al-
Ghazali dan ulama lainnya, mereka mencapai
kesimpulan bahwa terkait dengan perang
bersenjata, konsep jihad yang autentik adalah
perjuangan untuk tujuan defensif. Di satu sisi,
Islam bukanlah agama yang menganut
pasifisme yang melarang jihad. Namun, di sisi
lain, Islam merupakan agama kasih sayang
universal dan perang dalam jihad fi sabilillah
hanya boleh dilakukan untuk tujuan defensif.