Kampung adat di Sumba Barat memiliki berbagai fungsi arsitektural. Rumah tradisional Sumba atau uma memiliki tiga bagian utama untuk kebutuhan hidup, penyimpanan barang berharga, dan kandang ternak. Struktur uma menggunakan empat tiang kayu besar untuk pondasi yang kuat. Atap runcing uma melambangkan hubungan masyarakat dengan Tuhan. Tata letak kampung memperhatikan alam sekitar dan kepercayaan masyarak
1. Sebuah desa kuno terletak di atas bukit yang dikelilingi
alam yang masih asri dan alami, Kampung Adat Prai Ijing,
terletak di Desa Tebara, Kecamatan Kota Waikabubak,
Kabupaten Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur.
U M A B O L U K U
O N S U M B A A R C H I T E C T U R E
M U H A M M A D F A C H R U L A L F A R I D Z I
2. T E N T A N G
Mengidentifikasi dan mendeskripsikan makna fungsi
terhadap unsur-unsur dan elemen Arsitektural dalam
video Unique architecture on Sumba
S U
M
B A
2019G211063520
P R O F I L
Dikerjakan oleh Muhammad Fachrul Alfaridzi, nomor
induk mahasiswa 17.A1.0086 sebagai pemenuhan
tugas Metode Observasi mengenai Identifikasi Fungsi
Arsitektural MKPB Kuliah Kerja Lapangan 01
3. P E N J A B A R A N
Dalam melakukan obserservasi Identifikasi Fungsi
Arsitektural sumba barat, NTT terdapat 7 kategori
fungsi meliputi :
1 . F U N G S I O N A L I S M E B E N T U K
Kebutuhan pemakai berdasarkan
tujuannya dibagi menjadi tiga bagian dalam
satu uma, yaitu menara uma (Padha) untuk
menyimpan barang-barang berharga,
bangunan utama (One) sebagai tempat
tinggal dimana aktivitas keseharian
dilakukan oleh pemilik uma , dan bagian
bawah uma (Lewu) dijadikan sebagai
kandang ternak.ketiga komponen inilah
yang memenuhi kebutuhan pengguna
dengan kesimpulan segala rancangan
arsitektur terjadi karena perbedaan fungsi
menurut tujuannya.
2 . F U N G S I O N A L I S M E K O N S T R U K S I
Dalam memberdirikan satu uma, terdapat komponen utama berupa 4 tiang
penyangga menara yang disatukan menggunakan balok kayu besar sebagai syarat
sistem struktur konstruksi agar uma dapat berdiri dengan kokoh. Kolom-kolom
tersebut terbuat dari kayu utuh/dolken yang sekaaligus berfungsi sebagai pondasi,
berdiri langsung diatas tanah atau hanya ditanam 50 cm kedalam tanah, kemudian
diurung batu cadas karena potensi tanah sumba yang sudah keras.
3 . F U N G S I O N A L I S M E E K S P R E S I
Atap berbentuk tinggi menjulang, runcing keatas dapat bertujuan simbolik
hubungan masyarakat sumba yang harus ingat mendekat terhadap tuhannya
4. Tercipta dari penggalian gagaasan hidup seperti kepercayaan masyarakat kepada
roh nenek moyang yang masih berada di sekitar mereka dalam benda-benda dalam
kehidupan kesehariannya (Marapu) jelas terlihat dari penataan uma-uma berdiri
mengelilingi kubur batu peninggalan zaman Megalitikum. Hal kepercayaan tersebut
menciptakan bentuk organisasi penataan berwawasan lingkungan,mengaitkan tata
ruang dengan fenomena alam (menyesuaikan dan menggunakan orientasi yang terkait
dengan peredaran matahari-bulan, arah angin, arah gunung-laut) serta menggunakan
bentuk-bentuk dasar seperti lingkaran, elips, segi empat, sebagai simbol-simbol
kehidupannya.
4 . F U N G S I O N A L I S M E G E O M E T R I S
Nilai estetika terwujud fasad dari kesan kesederhanaan pola simetris bangunan
yang menjulang begitu tingginya. Memiliki atap yang tinggi dengan peruntukan
didekat pantai dan pegunungan menjadi kesan ekstrim tersendiri karena kencangnya
debit angin yang berhembus, oleh karenanya dalam rangka dilakukan peletakan
bracing horisontal pada setiap gording untuk proporsi keseimbangan penyesuaian
geometris itu sendiri yang secara tidak langsung menciptakan nilai estetis dari
pengolahan sistem keseimbangan geometris tersebut.
5 . F U N G S I O N A L I S M E O R G A N I S
6 . F U N G S I O N A L I S M E E K O N O M I S
Penghawaan alami tanpa adanya
jendela ditibulkan dari penggunaan
material bahan dinding terbuat dari
kisi-kisi bambu yang disusun secara
horizontal sehingga angin dapat
berhembus dengan sirkulasi
penghawaan yang lancar, efektif dan
efisien.
5. 7 . F U N G S I O N A L I S M E K U L T U R A L
Terwujud melalui penerapan pola perilaku, kondisi sosial budaya pemakai yang dijiwai
oleh kehidupan manusia menjadikan tatanan ruang tersendiri dalam oma.
Dikutip dari Indonesian Heritage: Arsitektur, oma diatur dengan dasar perbedaan
yang secara perlambang penting kanan dan kiri, depan dan belakang, atas dan bawah,
serta tengah dan luar.
Sisi kanan rumah sebagian besar disediakan untuk upacara dan urusan umum
lainnya yang dipimpin oleh para lelaki. Sebaliknya, sisi kiri merupakan wilayah rumah
tangga, tempat makanan sehari-hari disiapkan dan diolah menjadi makanan siap
santap, sehingga lebih dihubungkan dengan para wanita.
6. Tidak hanya dalam rumah saja, dalam menata kampung adatnya masyarakat selalu
mengaitkan tata ruang dengan fenomena alam (menyesuaikan dan menggunakan
orientasi yang terkait dengan peredaran matahari-bulan, arah angin, arah gunung-laut)
serta menggunakan bentuk-bentuk dasar seperti lingkaran, elips, segi empat, sebagai
simbol-simbol kehidupannya.
Pada umumnya berorientasi arah utara-selatan dengan arah selatan sebagai arah
utama, oleh sebab itu rumah adat kepala kampung terletak diselatan menghadap ke
utara, rumah wakil kampung adat terletak di sebelah utara menghadap selatan
sedangkan deretan rumah adat sebelah barat adalah bagi anak nomor urut genap dan
deretan rumah adat sebelah timur bagi anak nomor urut ganjil. Seluruh bangunan
rumah adat tersebur mengelilingi dan menghadap atau berorientasi pada natar yang
menjadi pusatnya sehingga apabila dalam satu pemukiman kampung adat terdapat
lebih dari satu kabissu itu akan tercermin pada cermin jumlah natarnya karena setiap
kabissu pasti mempunyai sebuah natar.
Arah selatan merupakan arah datangnya angin laut dan musim yang mendatangkan
kesuburan dan hasil laut yang melimpah bagi masyrakat sumba.Untuk menghormati
anugrah alam maka arah selatan memperoleh penghargaan tinggi dan dijadikan sumbu
utama dalam mewujudkan pemukiman kampung adat masyarakat sumba.
7. R E F R E N S I
https://www.youtube.com/watch?v=FcZggUyjJyI (Unique architecture on Sumba -
Indonesia)
https://youtu.be/Nv-VmD--zPs (kampung adat praijing sumber net news.tv
Machdijar, L. K., Topan, M. A., Winandari, M. I., & Sofian, I. (2007). Megalitik
Arsitektur Tradisional Sumba. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Hariyanto, A. D., Asri, A., Nurdiah, E. A., & Tulistyantoro, L. (2012). Hubungan Ruang,
Bentuk, dan Makna pada Arsitektur Tradisional Sumba Barat. Surabaya: Lembaga
Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Kristen Petra.
Winandari, M. I. (2006). Arsitektur Tradisional Sumba. Jakarta: Universitas Trisakti.
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditwdb/arsitektur-sumba/
https://docplayer.info/32044799-Sistem-struktur-rumah-adat-barat-rattenggaro.html
https://travel.detik.com/dtravelers_stories/u-3165314/mengenal-uma-bokulu-rumah-
adat-sumba-yang-penuh-makna
https://temuilmiah.iplbi.or.id/wp-content/uploads/2015/01/TI2014-C-p007-012-
Sistem-Struktur-Rumah-Adat-Barat-Rattenggaro.pdf
https://intisari.grid.id/read/0397880/sumba-memiliki-banyak-cerita-begitu-juga-
arsitektur-rumah-marga-sumba?page=all