SlideShare a Scribd company logo
1 of 8
Download to read offline
Esti Asih Nurdiah
1)
, Agus Dwi Hariyanto
2)
– Struktur Rangka Atap Rumah Tradisional Sumba 2-117
STRUKTUR RANGKA ATAP RUMAH TRADISIONAL SUMBA
Esti Asih Nurdiah
1)
, Agus Dwi Hariyanto
2)
1)
Program Studi Arsitektur, FTSP, Universitas Kristen Petra Surabaya
estian@peter.petra.ac.id
2)
Program Studi Arsitektur, FTSP, Universitas Kristen Petra Surabaya
adwi@peter.petra.ac.id
ABSTRACT
Traditional Sumbanese house has a very tall peaked roof which looks like a tower. Due to the
unique form of the roof, dead, and lateral loads, the appropriate structural system is needed
to establish it. The objective of this paper is to identify the structural system of the unique roof.
Traditional house in Tarung and Ratenggaro village was taken as a case study. The field
observation was done to identify the structural system and construction of the roof. It was
found that there is a different system between the roof in Tarung and Ratenggaro. The roof in
Tarung has vertical bracing. While in Ratenggaro, beside the vertical, there is also horizontal
bracing to increase stiffness of the roof trusses. The differences can be caused of the roof
height, location, and lateral load. Based on these results, the truss roof systems can be
developed into more modern structure.
Keywords: Traditional Sumbanese House, Trusses Roof Structure, Bracing
ABSTRAK
Rumah Sumba memiliki atap berbentuk prisma dengan tinggi yang menjulang seperti
menara. Untuk menghasilkan bentuk tersebut, diperlukan sistem struktur yang mampu
menahan beban mati dan beban angin yang sangat besar. Paper ini berupaya mengupas
sistem rangka atap Rumah Sumba yang mampu memberikan bentuk atap menjulang dan
mampu menahan beban, terutama beban angin. Studi kasus yang diambil adalah Rumah
Sumba di Kampung Tarung dan Ratenggaro. Melalui pengamatan lapangan, didapati bahwa
rangka atap rumah di Kampung Tarung memiliki bracing vertikal di bidang atap. Sedangkan
rangka atap rumah di Kampung Ratenggaro, selain bracing vertikal, juga terdapat bracing
horisontal yang mengkakukan rangka atap. Perbedaan sistem tersebut dapat disebabkan
oleh perbedaan ketinggian atap, lokasi Kampung dan beban bangunan. Berdasarkan hasil
tersebut, sistem rangka atap Rumah Sumba dapat dikembangkan menjadi bentuk struktur
yang lebih modern.
Kata Kunci: Rumah Sumba, Struktur Rangka Atap, Bracing
PENDAHULUAN
Keberagaman bentuk atap sangat dominan pada arsitektur nusantara, khususnya
Indonesia. Atap merupakan identitas dan memiliki makna tersendiri serta memiliki
penyelesaian teknis yang berbeda pada tiap suku. Demikian halnya dengan suku
Sumba yang memiliki rumah tradisional dengan bentukan atap perisai dan
ketinggian atap yang sangat tinggi sehingga menyerupai menara. Bentuk atap
tersebut tidak hanya memiliki makna yang timbul dari sistem kepercayaan, tetapi
2-118 Semnas Reinterpretasi Identitas Arsitektur Nusantara, Bali-2013, ISBN No. 978-602-7776-68-5
juga memiliki penyelesaian teknis yang mampu menyelesaikan permasalahan yang
timbul akibat bentuk dan ketinggian atap.
Terdapat berbagai pengelompokan tipe rumah atau tempat tinggal di Sumba.
Berdasarkan budaya bermukimnya, rumah Sumba dapat dikelompokkan menjadi
rumah Adat (uma) untuk kegiatan ritual, rumah dusun sebagai tempat tinggal sehari-
hari dan rumah kebun sebagai tempat tinggal untuk berkebun (Kusumawati, dkk.,
2007:10). Sedangkan berdasarkan jumlah tiang utama dan bentuk atapnya, rumah
Sumba dapat dikelompokkan menjadi rumah dengan 2 tiang yang memiliki bentukan
atap perisai atau limasan tanpa menara dan rumah dengan 4 tiang yang memiliki
atap menara (Mross, 1995).
Rumah Sumba yang termasuk dalam tipe rumah adat memiliki 4 tiang utama dan
atap menara. Sedangkan tipe rumah kebun tidak memiliki atap menara. Ketinggian
atap bermenara bervariasi, dapat mencapai lebih dari 10 meter atau setara dengan
bangunan setinggi 3-6 lantai. Dengan ketinggian bangunan yang menjulang,
diperlukan suatu sistem struktur yang cukup kuat untuk menopang beban dari
penggunaan material, atau yang disebut sebagai beban mati. Selain itu, atap
menjadi elemen bidang dari bangunan yang menerima beban lateral akibat terpaan
angin yang cukup besar. Penelusuran mengenai sistem struktur dan konstruksi yang
diterapkan oleh suku Sumba untuk membangun atap rumah dapat diamati dari
perilaku pembebanan yang terjadi.
TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian Rumah Sumba oleh Joanna Mross (Mross, 1995) menunjukkan proses
pembangunan rumah yang dimulai dengan pemasangan 4 tiang, balok horisontal di
ujung tiang dan rangka atap menara. Proses pembangunan atap dilanjutkan dengan
pemasangan gording yang dipasang mengelilingi prisma menara. Tahap selanjutnya
adalah pembangunan atap sosoran dengan memasang tiang luar, balok dan kasau
(gambar 1).
Gambar 1. Struktur Rangka Rumah Adat Sumba
Sumber: Mross, 1995
Konstruksi kuda-kuda tradisional di Indonesia dapat digolongkan atas dua prinsip,
yaitu konstruksi atap panggung dan konstruksi atap kasau. Konstruksi atap
panggung menggunakan bahan kayu sebagai konstruksi utama dan batang bambu
sebagai kasau, sedangkan konstruksi kasau seluruhnya murni menggunakan
bambu (Frick, 2004). Kesimpulan yang diambil oleh Tim Studi Observasi Sumba,
Arsitektur-FTSP, USAKTI menyebutkan bahwa konstruksi kuda-kuda rumah adat
Sumba digolongkan dalam konstruksi atap panggung (Kusumawati, dkk., 2007:55).
Esti Asih Nurdiah
1)
, Agus Dwi Hariyanto
2)
– Struktur Rangka Atap Rumah Tradisional Sumba 2-119
Persayaratan dasar struktur agar dapat berfungsi baik dan menahan beban antara
lain keseimbangan, kestabilan geometri, kekuatan dan kekakuan. Kestabilan
geometri mempertahankan bentuk geometri dan sistem struktur serta
memungkinkan elemen struktural bangunan bekerja bersama-sama menahan
beban. Salah satu upaya untuk mempertahankan kestabilan geometri pada struktur
rangka adalah dengan memasang bracing atau batang diagonal (Macdonald,
2001:9-11).
Beban lateral yang dominan pada bangunan tinggi adalah beban angin. Angin dapat
bertiup dari segala sisi bangunan. Akibat beban lateral pada atap dengan bubungan
yang tinggi akan mengakibatkan rangka atap tidak stabil. Bracing atau batang
diagonal dapat dimanfaatkan sebagai elemen stabilitas pada rangka atap untuk
menahan beban lateral tersebut (gambar 2). Pada rangka tiga dimensi, bracing
sebagai elemen stabilitas untuk menahan beban lateral diletakkan pada sisi vertikal
dan horizontal. Dengan penempatan pada kedua sisi ini, maka rangka dapat
menahan beban dari tiga arah yang berbeda (Macdonald, 2001:11).
Gambar 2. Stabilitas pada Struktur Rangka
Sumber: Macdonald, 2001:11
METODE PENELITIAN
Penelitian terhadap struktur rumah Sumba dilakukan melalui observasi lapangan.
Pengamatan mengambil objek studi kasus rumah adat di Kampung Tarung dan
Ratenggaro, Sumba Barat. Kampung Tarung terletak di tengah Sumba Barat
dengan kondisi topografi berbukit-bukit dengan Lokasi kampung berada di atas
perbukitan. Sedangkan Kampung Ratenggaro berlokasi di tepi pantai barat Sumba
Barat Daya. Karakter lokasi dan kondisi topografi yang berbeda menjadi parameter
dalam penelitian sehingga dapat diamati pengaruhnya terhadap desain arsitektur
dan sistem struktur atapnya.
Selain melalui pengamatan lapangan, data juga didapatkan dari Laboratorium
Arsitektur Tradisional NTT di Jurusan Arsitektur Universitas Widya Mandira, yaitu
maket struktur yang menunjukkan sistem struktur rangka pada rumah adat di
Kampung Tarung serta pengetahuan tentang arsitektur tradisional Sumba.
ANALISA DAN PEMBAHASAN
Atap rumah Sumba tidak memiliki kuda-kuda. Konstruksi atap terdiri dari susunan
jurai, gording, kasau dan reng. Material yang digunakan pada atap adalah bambu
dan ilalang. Bambu digunakan untuk konstruksi utama, antara lain jurai, gording,
kasau dan reng. Sedangkan ilalang digunakan sebagai material penutup atap.
Untuk merangkaikan elemen konstruksi, digunakan ikatan rotan dengan teknik
berbeda sesuai dengan letak dan peran batang secara struktural.
2-120 Semnas Reinterpretasi Identitas Arsitektur Nusantara, Bali-2013, ISBN No. 978-602-7776-68-5
Gambar 3.Tahapan Pembangunan Atap Rumah.
Sumber: antaranews.com
Seperti yang telah diuraikan dalam Mross (1995), atap menara rumah adat Sumba
dirakit dahulu dibawah dan diangkat ke atas (Gambar 3). Menara atap awalnya
terdiri dari jurai luar, nok dan batang diagonal yang dipasang bersilang dari ujung
nok ke ujung bawah jurai. Menara atap menumpu pada balok tiang utama. Setelah
terpasang diatas balok tiang utama, limasan menara dirangkaikan dengan gording
dan kasau. Kasau (karaga) pada atap menara dibiarkan menerus hingga dibawah
balok dan digapit oleh 2 buah balok gantung yang disebut lawiri. Lawiri merupakan 2
buah balok yang dipasang mengelilingi ujung bawah kasau menara dan menggapit
kasau dengan ikatan rotan ganda (ikatan tarukku). Kasau atap sosoran diletakkan
diatas lawiri, bukan diatas balok yang ditopang kolom (Gambar 4.b).
Gambar 4.a. Rangka Atap Tampak dari Ruang Dalam; b. Ikatan Balok Lawiri dan Karaga.
Sumber: Nurdiah & Hariyanto, 2012
Sistem struktur atap rumah Sumba yang menggunakan susunan kasau bambu dan
kayu sehingga dapat dikatakan sebagai kombinasi antara sistem rangka dan
bidang. Sistem rangka dapat dilihat pada penggunaan 4 tiang sebagai penumpu
atap. Sedangkan sistem bidang dapat dilihat pada susunan kasau dan reng yang
terangkai,dan tersusun dalam sebuah jalinan membentuk bidang.
Gambar 5.a. Rumah Adat Kampung Tarung; b. Rumah Adat Kampung Ratenggaro.
Sumber: Nurdiah & Hariyanto, 2012
Esti Asih Nurdiah
1)
, Agus Dwi Hariyanto
2)
– Struktur Rangka Atap Rumah Tradisional Sumba 2-121
Ketinggian atap menara rumah adat Kampung Tarung setidaknya sama dengan
ketinggian lantai muka rumah hingga atap sosoran sehingga garis keseimbangan
rumah dapat ditarik dari sumbu tengah rumah dan sosoran atap. Bentuk limasan
atap menara obyek studi kasus terdiri dari 2 bidang berbentuk trapesium dan 2
bidang segitiga yang dipasang dengan kemiringan sekitar 60
o
. Sedangkan atap
sosoran terdiri dari 4 bidang atap trapesium yang dipasang melandai dengan
kemiringan sekitar 30
0
.
Berdasarkan tradisi setempat di Kampung Tarung, atap menara dibagi menjadi 4
lapisan utama yang ditandai dengan pemasangan rewana atau gording pengikat.
Setelah pemasangan rewana, tiap lapisan masih dibagi menjadi lapisan gording
sehingga jarak antar gording menjadi lebih pendek. Material kasau atap menara
menggunakan bambu sedangkan atap sosoran menggunakan kombinasi kasau
kayu (karaga tippa) dan bambu (karaga dukka) yang dipasang berseling-seling
(Gambar 6.a).
Gambar 6. a. Karaga Tippa dan Karaga Dukka; b. Maket Struktur Atap Rumah Kampung
Tarung, Lab. Arsitektur Tradisional NTT, Jurusan Arsitektur Unwira.
Sumber: Nurdiah & Hariyanto, 2012
Ketinggian atap rumah adat Kampung Ratenggaro jauh lebih tinggi bila
dibandingkan dengan rumah adat Kampung Tarung (gambar 5). Pada saat
penelusuran lapangan, tidak dilakukan pengukuran ketinggian, namun bila dilihat
dari skala bangunan, ketinggian atap setidaknya 3 kali tinggi lantai hingga sosoran.
Ukuran tinggi tersebut mengakibatkan proporsi bentuk atap rumah adat Kampung
Ratenggaro menjadi terlihat ramping dan rumah adat Kampung Tarung terlihat lebih
gemuk.
Sudut kemiringan atap sosoran rumah adat Kampung Ratenggaro sekitar 30
0
dengan proporsi yang sama dengan rumah adat Kampung Tarung. Akan tetapi, atap
menara rumah adat Kampung Ratenggaro memiliki kemiringan yang lebih curam
sehingga posisi bidang atap hampir tegak atau vertikal. Sama halnya dengan
konstruksi atap rumah Kampung Tarung, atap menara dibagi menjadi beberapa
segmen atau lapisan gording. Pada obyek studi kasus di Kampung Ratenggaro
kasau kayu hanya dipasang pada bagian tengah atap sosoran sebagai tanda sumbu
tengah rumah sedangkan kasau lainnya menggunakan bambu.
Perbandingan Sistem Struktur Atap
Bidang atap menara kedua rumah obyek studi kasus dibangun dengan kemiringan
yang curam sehingga menghasilkan bidang vertikal. Pemasangan lapisan gording
membagi atap menara menjadi beberapa segmen. Bentuk tersebut menyerupai
2-122 Semnas Reinterpretasi Identitas Arsitektur Nusantara, Bali-2013, ISBN No. 978-602-7776-68-5
bentuk untuk struktur bangunan tinggi dengan beberapa lantai, meskipun pada
lapisan gording tidak diberi bidang masif horisontal sebagai bidang lantai.
Pada bidang atap menara yang berbentuk trapesium terdapat batang diagonal yang
dipasang dari ujung nok hingga ke ujung tumpuan balok. Pemasangan 2 buah
batang diagonal dalam posisi menyilang merupakan upaya untuk mendapatkan
stabillitas bentuk geometri. Bentuk trapesium merupakan bentuk yang tidak stabil
dan bila mendapatkan gaya lateral, bentuk trapesium mudah mengalami
perubahan/deformasi bentuk. Batang diagonal bertindak sebagai batang yang
menerima beban lateral dan menyalurkan beban ke balok tumpuan sehingga bentuk
trapesium tidak berubah. Batang diagonal tersebut bertindak sebagai vertical
bracing yang mempertahankan geometri bentuk prisma agar tetap stabil (gambar 7).
Pada sisi atap yang berbentuk segitiga, tidak diperlukan batang diagonal karena
bentuk segitiga merupakan bentuk geometri yang stabil. Sehingga ketika
dirangkaikan dengan bidang trapesium menjadi bentuk prisma, bidang segitiga akan
menerima dan menahan gaya lateral yang sejajar. Ikatan gording yang ditambahkan
setelah bentuk prisma berdiri membantu mempertahankan kekakuan struktur
sehingga bentuk menara mampu menahan gaya lainnya, antara lain beban mati dari
struktur dan material penutup atap.
Gambar 7. Kestabilan bentuk pada atap menara
Sumber: Nurdiah & Hariyanto, 2013
Pada obyek studi kasus di Kampung Tarung, batang diagonal hanya ditemukan
pada bidang atap yang berbentuk trapesium. Tetapi pada obyek studi kasus di
Kampung Ratenggaro, batang diagonal juga dipasang pada bidang horisontal, yaitu
pada lapisan gording dan bertindak sebagai horisontal bracing (tabel 1). Batang
diagonal dipasang bersilangan dan menghubungkan jurai luar serta mengkakukan
gording. Sistem tersebut menyerupai diaphragm bracing system pada struktur
rangka baja. Kasau atap menara ditumpukan diatas balok lintel yang dipasang
diatas 4 tiang utama. Balok tersebut ditutup oleh balok lantai dan papan kayu
sehingga menjadi bidang lantai. Bidang lantai tersebut mempertahankan bentuk
dasar segiempat pada prisma atap.
Berdasarkan lokasinya, Kampung Ratenggaro mendapatkan kecepatan angin yang
lebih besar karena berada di tepi pantai. Meskipun Kampung Tarung berada diatas
perbukitan namun bukit tidak terlalu tinggi sehingga perbedaan tekanan angin tidak
terlalu besar. Skala dan ketinggian bangunan juga mempengaruhi bentuk dan
sistem struktur bangunan. Obyek studi kasus di Kampung Tarung memiliki
ketinggian bangunan yang lebih rendah sehingga perbandingan antara tinggi dan
lebar bangunan relatif sama. Sedangkan rumah di Kampung Ratenggaro memiliki
perbandingan tinggi yang lebih besar dibandingkan lebar bangunan sehingga
menghasilkan bentuk yang lebih ramping.
Esti Asih Nurdiah
1)
, Agus Dwi Hariyanto
2)
– Struktur Rangka Atap Rumah Tradisional Sumba 2-123
Bentuk ramping dan tinggi bila terkena beban lateral dapat mengalami puntir atau
torsi. Prisma atap menara dapat mengalami puntir bila mendapatkan tekanan angin
yang cukup besar dan dari segala arah. Oleh karena itu, horisontal bracing yang
dipasang pada gording atap berperan penting dalam mempertahankan bentuk
prisma sehingga tidak mengalami deformasi bentuk akibat beban angin dan puntir.
Tabel 1. Analisa Pengaruh Lokasi terhadap Bentuk atap dan Sistem Struktur
Sumber: Analisis Pribadi, 2013
Tarung Ratenggaro
Karakter
Lokasi
- Puncak pebukitan
- Di tengah perkotaan (Waikabubak) yang
padat.
- Kecepatan angin sedang
- Tepi pantai
- Area terbuka
- Kecepatan angin tinggi
Sistem
Struktur
Sumber gambar: http://stage.4archiculture.com/
- Material rangka atap menggunakan
bambu dan kayu.
- Batang diagonal dipasang pada bidang
atap yang berbentuk trapesium sebagai
vertical bracing.
- Kestabilan rangka 3 dimensional dicapai
melalui sistem vertical bracing dan balok
yang ditopang 4 tiang.
- Material rangka atap menggunakan bambu.
- Batang diagonal dipasang pada bidang atap berbentuk
trapesium sebagai vertical bracing dan pada gording
sebagai horisontal bracing.
- Kestabilan rangka 3 dimensional dicapai melalui
sistem vertical - horisontal bracing serta balok yang
ditopang 4 tiang utama.
- Horisontal bracing menambah kekakuan gording untuk
mengatasi beban lateral.
2-124 Semnas Reinterpretasi Identitas Arsitektur Nusantara, Bali-2013, ISBN No. 978-602-7776-68-5
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Penelitian ini tidak melakukan perhitungan dan simulasi pengaruh kecepatan angin
atau beban lateral terhadap sistem struktur atap menara. Penelitian ini mengamati
bentuk atap dan sistem struktur yang digunakan sehingga dapat disimpulkan bahwa
kecepatan angin di lokasi menimbulkan perbedaan pada sistem struktur dan
konstruksi atap pada obyek studi kasus. Kecepatan angin di daerah yang lebih
terbuka di tepian pantai lebih besar dari pada dari perbukitan sehingga rumah adat
di Kampung Ratenggaro perlu tambahan horisontal bracing untuk mempertahankan
stabilitas bentuk geometri atap. Selain itu, ukuran dan skala bangunan turut
mempengaruhi penyelesaian sistem struktur bangunan. Skala bangunan di
Kampung Ratenggaro yang lebih tinggi dan monumental menerima beban horisontal
yang lebih besar sehingga kemungkinannya lebih besar terjadi perubahan/deformasi
bentuk akibat beban horisontal. Maka horisontal bracing akan membantu bentuk
prisma pada atap menara menjadi lebih kaku.
Pengembangan penelitian tentang sistem struktur rumah tradisional Sumba dapat
dilanjutkan tidak hanya melalui pengamatan lapangan dan identifikasi. Penelitian
dapat dikembangkan lebih dalam melalui simulasi pembebanan untuk mengamati
respon bentuk dan sistem struktur terhadap beban internal dan eksternal. Dengan
demikian, sistem struktur rumah Sumba dapat lebih detail dipelajari dan dapat
dikembangkan menjadi bentuk dan sistem yang lebih sesuai dengan konsteks masa
kini, terutama untuk bangunan dengan struktur bidang dan bangunan tinggi.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penelitian ini dapat berjalan dengan baik berkat kerja sama antara Prodi Arsitektur
UK Petra dengan Jurusan Arsitektur Universitas Widya Mandira, Kupang.
REFERENSI
_____, 2012, ‘Kolom Melengkung, Mengapa Tidak?’, [online],
(http://stage.4archiculture.com/index.php?r=blog/post/view&id=104 diakses
tanggal 20 September 2013)
Frick, H., 2004. ‘Ilmu Konstruksi Bangunan Bambu’. Yogyakarta: Penerbit Kanisius
Kusumawati, L., Topan, M.A., Winardi, B.L., Winandari, M.I.R., Sofian, I., 2007,
‘Jejak Megalitik Arsitektur Tradisional Sumba’. Yogyakarta: Graha Ilmu.
MacDonald, A., 2001, ‘Structure and Architecture, 2
nd
Edition’, Oxford: Architectural
Press.
Mross, J., 1995, ‘Environmentally Responsive Design In The Settlements Of The
Cockatoo’, First International Symposium on Asia Pacific Architecture: The East-
West Encounter. University of Hawaii at Manoa, Honolulu, Hawaii, 22-25 March
1995.
Saptono. 2012. ‘Rumah Adat Sumba’, [online],
(http://www.antaranews.com/foto/32639/rumah-adat-sumba diakses tanggal 30
September 2013)

More Related Content

What's hot

Teknik Bangunan Bentang Lebar
Teknik Bangunan Bentang LebarTeknik Bangunan Bentang Lebar
Teknik Bangunan Bentang Lebar
Barley Prima
 
struktur cangkang (sell structure) kel. 4
struktur cangkang (sell structure) kel. 4struktur cangkang (sell structure) kel. 4
struktur cangkang (sell structure) kel. 4
WSKT
 
Sistem struktur bangunan tinggi - Referensi - by sha.pptx
Sistem struktur bangunan tinggi - Referensi - by sha.pptxSistem struktur bangunan tinggi - Referensi - by sha.pptx
Sistem struktur bangunan tinggi - Referensi - by sha.pptx
NurulQalbiKurniaShal
 

What's hot (20)

Struktur bangunan-bertingkat
Struktur bangunan-bertingkatStruktur bangunan-bertingkat
Struktur bangunan-bertingkat
 
konstruksi bahan bangunan: bambu
konstruksi bahan bangunan: bambukonstruksi bahan bangunan: bambu
konstruksi bahan bangunan: bambu
 
Teknik Bangunan Bentang Lebar
Teknik Bangunan Bentang LebarTeknik Bangunan Bentang Lebar
Teknik Bangunan Bentang Lebar
 
STRUKTUR DAN KONSTRUKSI IV - STRUKTUR PELENGKUNG
STRUKTUR DAN KONSTRUKSI IV - STRUKTUR PELENGKUNGSTRUKTUR DAN KONSTRUKSI IV - STRUKTUR PELENGKUNG
STRUKTUR DAN KONSTRUKSI IV - STRUKTUR PELENGKUNG
 
program-ruang-apartment
program-ruang-apartmentprogram-ruang-apartment
program-ruang-apartment
 
Konsep perancangan-rumah-tinggal-profesi-dokter-gigi
Konsep perancangan-rumah-tinggal-profesi-dokter-gigiKonsep perancangan-rumah-tinggal-profesi-dokter-gigi
Konsep perancangan-rumah-tinggal-profesi-dokter-gigi
 
struktur cangkang (sell structure) kel. 4
struktur cangkang (sell structure) kel. 4struktur cangkang (sell structure) kel. 4
struktur cangkang (sell structure) kel. 4
 
Shear Wall
Shear WallShear Wall
Shear Wall
 
Struktur rangka
Struktur rangkaStruktur rangka
Struktur rangka
 
fdokumen.com_struktur-bentang-lebar-kabel.ppt
fdokumen.com_struktur-bentang-lebar-kabel.pptfdokumen.com_struktur-bentang-lebar-kabel.ppt
fdokumen.com_struktur-bentang-lebar-kabel.ppt
 
Dinding struktural dan non struktural
Dinding struktural dan non strukturalDinding struktural dan non struktural
Dinding struktural dan non struktural
 
Proporsi dalam arsitektur
Proporsi dalam arsitekturProporsi dalam arsitektur
Proporsi dalam arsitektur
 
Sistem outrigger Kelompok 3
Sistem outrigger Kelompok 3Sistem outrigger Kelompok 3
Sistem outrigger Kelompok 3
 
Arsitektur kolonial
Arsitektur kolonialArsitektur kolonial
Arsitektur kolonial
 
MIXED USED BUILDING (APARTEMENT & SCHOOL)
MIXED USED BUILDING (APARTEMENT & SCHOOL)MIXED USED BUILDING (APARTEMENT & SCHOOL)
MIXED USED BUILDING (APARTEMENT & SCHOOL)
 
Makalah Struktur Bentang Lebar
Makalah Struktur Bentang LebarMakalah Struktur Bentang Lebar
Makalah Struktur Bentang Lebar
 
Azas Perancangan Arsitektur: 5 Azas Perancangan Arsitektur beserta Contoh
Azas Perancangan Arsitektur: 5 Azas Perancangan Arsitektur beserta ContohAzas Perancangan Arsitektur: 5 Azas Perancangan Arsitektur beserta Contoh
Azas Perancangan Arsitektur: 5 Azas Perancangan Arsitektur beserta Contoh
 
Core dan Shaft
Core dan ShaftCore dan Shaft
Core dan Shaft
 
Presentasi kelompok 5
Presentasi kelompok 5Presentasi kelompok 5
Presentasi kelompok 5
 
Sistem struktur bangunan tinggi - Referensi - by sha.pptx
Sistem struktur bangunan tinggi - Referensi - by sha.pptxSistem struktur bangunan tinggi - Referensi - by sha.pptx
Sistem struktur bangunan tinggi - Referensi - by sha.pptx
 

Similar to STRUKTUR RANGKA ATAP RUMAH TRADISIONAL SUMBA

Similar to STRUKTUR RANGKA ATAP RUMAH TRADISIONAL SUMBA (10)

211568575 konstruksi-rumah-joglo
211568575 konstruksi-rumah-joglo211568575 konstruksi-rumah-joglo
211568575 konstruksi-rumah-joglo
 
Setya Kurniawan - #1 Arsitektur & Struktur Bangunan 2017.05.20 IND TEXT
Setya Kurniawan - #1 Arsitektur & Struktur Bangunan 2017.05.20 IND TEXTSetya Kurniawan - #1 Arsitektur & Struktur Bangunan 2017.05.20 IND TEXT
Setya Kurniawan - #1 Arsitektur & Struktur Bangunan 2017.05.20 IND TEXT
 
Skb3
Skb3Skb3
Skb3
 
Rekayasa Gempa - UAS Analisa konstruksi tahan gempa rumah tradisional suku be...
Rekayasa Gempa - UAS Analisa konstruksi tahan gempa rumah tradisional suku be...Rekayasa Gempa - UAS Analisa konstruksi tahan gempa rumah tradisional suku be...
Rekayasa Gempa - UAS Analisa konstruksi tahan gempa rumah tradisional suku be...
 
rangka atap struktur
rangka atap strukturrangka atap struktur
rangka atap struktur
 
Arsitektur Vernakular Klmpk 1.pdf
Arsitektur Vernakular Klmpk 1.pdfArsitektur Vernakular Klmpk 1.pdf
Arsitektur Vernakular Klmpk 1.pdf
 
Struktur Kayu
Struktur KayuStruktur Kayu
Struktur Kayu
 
Rumah Tahan Gempa "balen lindur"
Rumah Tahan Gempa "balen lindur"Rumah Tahan Gempa "balen lindur"
Rumah Tahan Gempa "balen lindur"
 
Teori tentang Presentasi Perancangan arsitektur
Teori tentang Presentasi Perancangan arsitekturTeori tentang Presentasi Perancangan arsitektur
Teori tentang Presentasi Perancangan arsitektur
 
Seven jantri situmorang
Seven jantri situmorangSeven jantri situmorang
Seven jantri situmorang
 

More from moses hadun

More from moses hadun (19)

Uji Kompetensi Ahli Muda Teknik Jalan Jenjang 7 MOSES HADUN.pptx
Uji Kompetensi Ahli Muda Teknik Jalan Jenjang 7 MOSES HADUN.pptxUji Kompetensi Ahli Muda Teknik Jalan Jenjang 7 MOSES HADUN.pptx
Uji Kompetensi Ahli Muda Teknik Jalan Jenjang 7 MOSES HADUN.pptx
 
Analisis desain baja ringan
Analisis desain baja ringanAnalisis desain baja ringan
Analisis desain baja ringan
 
Analisa perbandingan biaya pada kuda baja ringan dengan kuda kuda kayu
Analisa perbandingan biaya pada kuda baja ringan dengan kuda kuda kayuAnalisa perbandingan biaya pada kuda baja ringan dengan kuda kuda kayu
Analisa perbandingan biaya pada kuda baja ringan dengan kuda kuda kayu
 
Analisa penahan tekuk lateral pada balok baja proril i
Analisa penahan tekuk lateral pada balok baja proril iAnalisa penahan tekuk lateral pada balok baja proril i
Analisa penahan tekuk lateral pada balok baja proril i
 
Analisa dimensi dan biaya struktur baja
Analisa dimensi dan biaya struktur bajaAnalisa dimensi dan biaya struktur baja
Analisa dimensi dan biaya struktur baja
 
Analisa biaya bangunan pekerjaan konstruksi baja
Analisa biaya bangunan pekerjaan konstruksi bajaAnalisa biaya bangunan pekerjaan konstruksi baja
Analisa biaya bangunan pekerjaan konstruksi baja
 
PERENCANAAN ULANG PEMBANGUNAN GEDUNG KAMPUS
PERENCANAAN ULANG PEMBANGUNAN GEDUNG KAMPUSPERENCANAAN ULANG PEMBANGUNAN GEDUNG KAMPUS
PERENCANAAN ULANG PEMBANGUNAN GEDUNG KAMPUS
 
177937 id-redesain-pasar-tradisonal-bersehati-mana
177937 id-redesain-pasar-tradisonal-bersehati-mana177937 id-redesain-pasar-tradisonal-bersehati-mana
177937 id-redesain-pasar-tradisonal-bersehati-mana
 
TATA CARA PERHITUNGAN STRUKTUR BETON UNTUK BANGUNAN GEDUNG
TATA CARA PERHITUNGAN STRUKTUR BETON UNTUK BANGUNAN GEDUNGTATA CARA PERHITUNGAN STRUKTUR BETON UNTUK BANGUNAN GEDUNG
TATA CARA PERHITUNGAN STRUKTUR BETON UNTUK BANGUNAN GEDUNG
 
ANALISIS PEMILIHAN KONSTRUKSI KUDA-KUDA BAJA BENTANG BESAR
ANALISIS PEMILIHAN KONSTRUKSI KUDA-KUDA BAJA BENTANG BESARANALISIS PEMILIHAN KONSTRUKSI KUDA-KUDA BAJA BENTANG BESAR
ANALISIS PEMILIHAN KONSTRUKSI KUDA-KUDA BAJA BENTANG BESAR
 
tabel profil konstruksi baja
tabel profil konstruksi bajatabel profil konstruksi baja
tabel profil konstruksi baja
 
konstruksi baja lengkap
konstruksi baja lengkapkonstruksi baja lengkap
konstruksi baja lengkap
 
kuda-kuda dan Atap
kuda-kuda dan Atapkuda-kuda dan Atap
kuda-kuda dan Atap
 
melaksanakan pekerjaan-pemasangan-rangka-atap-baja-ringan1
melaksanakan pekerjaan-pemasangan-rangka-atap-baja-ringan1melaksanakan pekerjaan-pemasangan-rangka-atap-baja-ringan1
melaksanakan pekerjaan-pemasangan-rangka-atap-baja-ringan1
 
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 28 Tahun 2009 tanggal 8 juni
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 28 Tahun 2009 tanggal 8 juniPeraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 28 Tahun 2009 tanggal 8 juni
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 28 Tahun 2009 tanggal 8 juni
 
LAPORAN PKL STRUKTUR KUDA-KUDA BAJA WF
LAPORAN PKL STRUKTUR KUDA-KUDA BAJA WFLAPORAN PKL STRUKTUR KUDA-KUDA BAJA WF
LAPORAN PKL STRUKTUR KUDA-KUDA BAJA WF
 
Surat perintah mulai kerja (SMPK) terbaru
Surat perintah mulai kerja (SMPK) terbaruSurat perintah mulai kerja (SMPK) terbaru
Surat perintah mulai kerja (SMPK) terbaru
 
Surat perjanjian sebuah proyek pekerjaan umum
Surat perjanjian sebuah proyek pekerjaan umumSurat perjanjian sebuah proyek pekerjaan umum
Surat perjanjian sebuah proyek pekerjaan umum
 
LAPORAN PKL STRUKTUR KUDA-KUDA BAJA WF
LAPORAN PKL STRUKTUR KUDA-KUDA BAJA WFLAPORAN PKL STRUKTUR KUDA-KUDA BAJA WF
LAPORAN PKL STRUKTUR KUDA-KUDA BAJA WF
 

Recently uploaded

2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx
2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx
2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx
EnginerMine
 
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptxPresentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
yoodika046
 
SOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptx
SOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptxSOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptx
SOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptx
FahrizalTriPrasetyo
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
FujiAdam
 
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptx
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptxppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptx
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptx
Arisatrianingsih
 
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptxManajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
arifyudianto3
 
Abortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get Cytotec
Abortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get CytotecAbortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get Cytotec
Abortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get Cytotec
Abortion pills in Riyadh +966572737505 get cytotec
 

Recently uploaded (16)

2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx
2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx
2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx
 
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptxPresentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
 
SOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptx
SOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptxSOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptx
SOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptx
 
Presentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.ppt
Presentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.pptPresentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.ppt
Presentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.ppt
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
 
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptx
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptxppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptx
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptx
 
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfTEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
 
sample for Flow Chart Permintaan Spare Part
sample for Flow Chart Permintaan Spare Partsample for Flow Chart Permintaan Spare Part
sample for Flow Chart Permintaan Spare Part
 
BAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).ppt
BAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).pptBAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).ppt
BAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).ppt
 
Laporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE Triwulanpptx
Laporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE TriwulanpptxLaporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE Triwulanpptx
Laporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE Triwulanpptx
 
POWER POINT TEKLING UNTUK SARJANA KEATAS
POWER POINT TEKLING UNTUK SARJANA KEATASPOWER POINT TEKLING UNTUK SARJANA KEATAS
POWER POINT TEKLING UNTUK SARJANA KEATAS
 
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptxManajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
 
Abortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get Cytotec
Abortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get CytotecAbortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get Cytotec
Abortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get Cytotec
 
UTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptx
UTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptxUTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptx
UTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptx
 
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptxMateri Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
 
Pengolahan Kelapa Sawit 1 pabrik pks.pdf
Pengolahan Kelapa Sawit 1 pabrik pks.pdfPengolahan Kelapa Sawit 1 pabrik pks.pdf
Pengolahan Kelapa Sawit 1 pabrik pks.pdf
 

STRUKTUR RANGKA ATAP RUMAH TRADISIONAL SUMBA

  • 1. Esti Asih Nurdiah 1) , Agus Dwi Hariyanto 2) – Struktur Rangka Atap Rumah Tradisional Sumba 2-117 STRUKTUR RANGKA ATAP RUMAH TRADISIONAL SUMBA Esti Asih Nurdiah 1) , Agus Dwi Hariyanto 2) 1) Program Studi Arsitektur, FTSP, Universitas Kristen Petra Surabaya estian@peter.petra.ac.id 2) Program Studi Arsitektur, FTSP, Universitas Kristen Petra Surabaya adwi@peter.petra.ac.id ABSTRACT Traditional Sumbanese house has a very tall peaked roof which looks like a tower. Due to the unique form of the roof, dead, and lateral loads, the appropriate structural system is needed to establish it. The objective of this paper is to identify the structural system of the unique roof. Traditional house in Tarung and Ratenggaro village was taken as a case study. The field observation was done to identify the structural system and construction of the roof. It was found that there is a different system between the roof in Tarung and Ratenggaro. The roof in Tarung has vertical bracing. While in Ratenggaro, beside the vertical, there is also horizontal bracing to increase stiffness of the roof trusses. The differences can be caused of the roof height, location, and lateral load. Based on these results, the truss roof systems can be developed into more modern structure. Keywords: Traditional Sumbanese House, Trusses Roof Structure, Bracing ABSTRAK Rumah Sumba memiliki atap berbentuk prisma dengan tinggi yang menjulang seperti menara. Untuk menghasilkan bentuk tersebut, diperlukan sistem struktur yang mampu menahan beban mati dan beban angin yang sangat besar. Paper ini berupaya mengupas sistem rangka atap Rumah Sumba yang mampu memberikan bentuk atap menjulang dan mampu menahan beban, terutama beban angin. Studi kasus yang diambil adalah Rumah Sumba di Kampung Tarung dan Ratenggaro. Melalui pengamatan lapangan, didapati bahwa rangka atap rumah di Kampung Tarung memiliki bracing vertikal di bidang atap. Sedangkan rangka atap rumah di Kampung Ratenggaro, selain bracing vertikal, juga terdapat bracing horisontal yang mengkakukan rangka atap. Perbedaan sistem tersebut dapat disebabkan oleh perbedaan ketinggian atap, lokasi Kampung dan beban bangunan. Berdasarkan hasil tersebut, sistem rangka atap Rumah Sumba dapat dikembangkan menjadi bentuk struktur yang lebih modern. Kata Kunci: Rumah Sumba, Struktur Rangka Atap, Bracing PENDAHULUAN Keberagaman bentuk atap sangat dominan pada arsitektur nusantara, khususnya Indonesia. Atap merupakan identitas dan memiliki makna tersendiri serta memiliki penyelesaian teknis yang berbeda pada tiap suku. Demikian halnya dengan suku Sumba yang memiliki rumah tradisional dengan bentukan atap perisai dan ketinggian atap yang sangat tinggi sehingga menyerupai menara. Bentuk atap tersebut tidak hanya memiliki makna yang timbul dari sistem kepercayaan, tetapi
  • 2. 2-118 Semnas Reinterpretasi Identitas Arsitektur Nusantara, Bali-2013, ISBN No. 978-602-7776-68-5 juga memiliki penyelesaian teknis yang mampu menyelesaikan permasalahan yang timbul akibat bentuk dan ketinggian atap. Terdapat berbagai pengelompokan tipe rumah atau tempat tinggal di Sumba. Berdasarkan budaya bermukimnya, rumah Sumba dapat dikelompokkan menjadi rumah Adat (uma) untuk kegiatan ritual, rumah dusun sebagai tempat tinggal sehari- hari dan rumah kebun sebagai tempat tinggal untuk berkebun (Kusumawati, dkk., 2007:10). Sedangkan berdasarkan jumlah tiang utama dan bentuk atapnya, rumah Sumba dapat dikelompokkan menjadi rumah dengan 2 tiang yang memiliki bentukan atap perisai atau limasan tanpa menara dan rumah dengan 4 tiang yang memiliki atap menara (Mross, 1995). Rumah Sumba yang termasuk dalam tipe rumah adat memiliki 4 tiang utama dan atap menara. Sedangkan tipe rumah kebun tidak memiliki atap menara. Ketinggian atap bermenara bervariasi, dapat mencapai lebih dari 10 meter atau setara dengan bangunan setinggi 3-6 lantai. Dengan ketinggian bangunan yang menjulang, diperlukan suatu sistem struktur yang cukup kuat untuk menopang beban dari penggunaan material, atau yang disebut sebagai beban mati. Selain itu, atap menjadi elemen bidang dari bangunan yang menerima beban lateral akibat terpaan angin yang cukup besar. Penelusuran mengenai sistem struktur dan konstruksi yang diterapkan oleh suku Sumba untuk membangun atap rumah dapat diamati dari perilaku pembebanan yang terjadi. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian Rumah Sumba oleh Joanna Mross (Mross, 1995) menunjukkan proses pembangunan rumah yang dimulai dengan pemasangan 4 tiang, balok horisontal di ujung tiang dan rangka atap menara. Proses pembangunan atap dilanjutkan dengan pemasangan gording yang dipasang mengelilingi prisma menara. Tahap selanjutnya adalah pembangunan atap sosoran dengan memasang tiang luar, balok dan kasau (gambar 1). Gambar 1. Struktur Rangka Rumah Adat Sumba Sumber: Mross, 1995 Konstruksi kuda-kuda tradisional di Indonesia dapat digolongkan atas dua prinsip, yaitu konstruksi atap panggung dan konstruksi atap kasau. Konstruksi atap panggung menggunakan bahan kayu sebagai konstruksi utama dan batang bambu sebagai kasau, sedangkan konstruksi kasau seluruhnya murni menggunakan bambu (Frick, 2004). Kesimpulan yang diambil oleh Tim Studi Observasi Sumba, Arsitektur-FTSP, USAKTI menyebutkan bahwa konstruksi kuda-kuda rumah adat Sumba digolongkan dalam konstruksi atap panggung (Kusumawati, dkk., 2007:55).
  • 3. Esti Asih Nurdiah 1) , Agus Dwi Hariyanto 2) – Struktur Rangka Atap Rumah Tradisional Sumba 2-119 Persayaratan dasar struktur agar dapat berfungsi baik dan menahan beban antara lain keseimbangan, kestabilan geometri, kekuatan dan kekakuan. Kestabilan geometri mempertahankan bentuk geometri dan sistem struktur serta memungkinkan elemen struktural bangunan bekerja bersama-sama menahan beban. Salah satu upaya untuk mempertahankan kestabilan geometri pada struktur rangka adalah dengan memasang bracing atau batang diagonal (Macdonald, 2001:9-11). Beban lateral yang dominan pada bangunan tinggi adalah beban angin. Angin dapat bertiup dari segala sisi bangunan. Akibat beban lateral pada atap dengan bubungan yang tinggi akan mengakibatkan rangka atap tidak stabil. Bracing atau batang diagonal dapat dimanfaatkan sebagai elemen stabilitas pada rangka atap untuk menahan beban lateral tersebut (gambar 2). Pada rangka tiga dimensi, bracing sebagai elemen stabilitas untuk menahan beban lateral diletakkan pada sisi vertikal dan horizontal. Dengan penempatan pada kedua sisi ini, maka rangka dapat menahan beban dari tiga arah yang berbeda (Macdonald, 2001:11). Gambar 2. Stabilitas pada Struktur Rangka Sumber: Macdonald, 2001:11 METODE PENELITIAN Penelitian terhadap struktur rumah Sumba dilakukan melalui observasi lapangan. Pengamatan mengambil objek studi kasus rumah adat di Kampung Tarung dan Ratenggaro, Sumba Barat. Kampung Tarung terletak di tengah Sumba Barat dengan kondisi topografi berbukit-bukit dengan Lokasi kampung berada di atas perbukitan. Sedangkan Kampung Ratenggaro berlokasi di tepi pantai barat Sumba Barat Daya. Karakter lokasi dan kondisi topografi yang berbeda menjadi parameter dalam penelitian sehingga dapat diamati pengaruhnya terhadap desain arsitektur dan sistem struktur atapnya. Selain melalui pengamatan lapangan, data juga didapatkan dari Laboratorium Arsitektur Tradisional NTT di Jurusan Arsitektur Universitas Widya Mandira, yaitu maket struktur yang menunjukkan sistem struktur rangka pada rumah adat di Kampung Tarung serta pengetahuan tentang arsitektur tradisional Sumba. ANALISA DAN PEMBAHASAN Atap rumah Sumba tidak memiliki kuda-kuda. Konstruksi atap terdiri dari susunan jurai, gording, kasau dan reng. Material yang digunakan pada atap adalah bambu dan ilalang. Bambu digunakan untuk konstruksi utama, antara lain jurai, gording, kasau dan reng. Sedangkan ilalang digunakan sebagai material penutup atap. Untuk merangkaikan elemen konstruksi, digunakan ikatan rotan dengan teknik berbeda sesuai dengan letak dan peran batang secara struktural.
  • 4. 2-120 Semnas Reinterpretasi Identitas Arsitektur Nusantara, Bali-2013, ISBN No. 978-602-7776-68-5 Gambar 3.Tahapan Pembangunan Atap Rumah. Sumber: antaranews.com Seperti yang telah diuraikan dalam Mross (1995), atap menara rumah adat Sumba dirakit dahulu dibawah dan diangkat ke atas (Gambar 3). Menara atap awalnya terdiri dari jurai luar, nok dan batang diagonal yang dipasang bersilang dari ujung nok ke ujung bawah jurai. Menara atap menumpu pada balok tiang utama. Setelah terpasang diatas balok tiang utama, limasan menara dirangkaikan dengan gording dan kasau. Kasau (karaga) pada atap menara dibiarkan menerus hingga dibawah balok dan digapit oleh 2 buah balok gantung yang disebut lawiri. Lawiri merupakan 2 buah balok yang dipasang mengelilingi ujung bawah kasau menara dan menggapit kasau dengan ikatan rotan ganda (ikatan tarukku). Kasau atap sosoran diletakkan diatas lawiri, bukan diatas balok yang ditopang kolom (Gambar 4.b). Gambar 4.a. Rangka Atap Tampak dari Ruang Dalam; b. Ikatan Balok Lawiri dan Karaga. Sumber: Nurdiah & Hariyanto, 2012 Sistem struktur atap rumah Sumba yang menggunakan susunan kasau bambu dan kayu sehingga dapat dikatakan sebagai kombinasi antara sistem rangka dan bidang. Sistem rangka dapat dilihat pada penggunaan 4 tiang sebagai penumpu atap. Sedangkan sistem bidang dapat dilihat pada susunan kasau dan reng yang terangkai,dan tersusun dalam sebuah jalinan membentuk bidang. Gambar 5.a. Rumah Adat Kampung Tarung; b. Rumah Adat Kampung Ratenggaro. Sumber: Nurdiah & Hariyanto, 2012
  • 5. Esti Asih Nurdiah 1) , Agus Dwi Hariyanto 2) – Struktur Rangka Atap Rumah Tradisional Sumba 2-121 Ketinggian atap menara rumah adat Kampung Tarung setidaknya sama dengan ketinggian lantai muka rumah hingga atap sosoran sehingga garis keseimbangan rumah dapat ditarik dari sumbu tengah rumah dan sosoran atap. Bentuk limasan atap menara obyek studi kasus terdiri dari 2 bidang berbentuk trapesium dan 2 bidang segitiga yang dipasang dengan kemiringan sekitar 60 o . Sedangkan atap sosoran terdiri dari 4 bidang atap trapesium yang dipasang melandai dengan kemiringan sekitar 30 0 . Berdasarkan tradisi setempat di Kampung Tarung, atap menara dibagi menjadi 4 lapisan utama yang ditandai dengan pemasangan rewana atau gording pengikat. Setelah pemasangan rewana, tiap lapisan masih dibagi menjadi lapisan gording sehingga jarak antar gording menjadi lebih pendek. Material kasau atap menara menggunakan bambu sedangkan atap sosoran menggunakan kombinasi kasau kayu (karaga tippa) dan bambu (karaga dukka) yang dipasang berseling-seling (Gambar 6.a). Gambar 6. a. Karaga Tippa dan Karaga Dukka; b. Maket Struktur Atap Rumah Kampung Tarung, Lab. Arsitektur Tradisional NTT, Jurusan Arsitektur Unwira. Sumber: Nurdiah & Hariyanto, 2012 Ketinggian atap rumah adat Kampung Ratenggaro jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan rumah adat Kampung Tarung (gambar 5). Pada saat penelusuran lapangan, tidak dilakukan pengukuran ketinggian, namun bila dilihat dari skala bangunan, ketinggian atap setidaknya 3 kali tinggi lantai hingga sosoran. Ukuran tinggi tersebut mengakibatkan proporsi bentuk atap rumah adat Kampung Ratenggaro menjadi terlihat ramping dan rumah adat Kampung Tarung terlihat lebih gemuk. Sudut kemiringan atap sosoran rumah adat Kampung Ratenggaro sekitar 30 0 dengan proporsi yang sama dengan rumah adat Kampung Tarung. Akan tetapi, atap menara rumah adat Kampung Ratenggaro memiliki kemiringan yang lebih curam sehingga posisi bidang atap hampir tegak atau vertikal. Sama halnya dengan konstruksi atap rumah Kampung Tarung, atap menara dibagi menjadi beberapa segmen atau lapisan gording. Pada obyek studi kasus di Kampung Ratenggaro kasau kayu hanya dipasang pada bagian tengah atap sosoran sebagai tanda sumbu tengah rumah sedangkan kasau lainnya menggunakan bambu. Perbandingan Sistem Struktur Atap Bidang atap menara kedua rumah obyek studi kasus dibangun dengan kemiringan yang curam sehingga menghasilkan bidang vertikal. Pemasangan lapisan gording membagi atap menara menjadi beberapa segmen. Bentuk tersebut menyerupai
  • 6. 2-122 Semnas Reinterpretasi Identitas Arsitektur Nusantara, Bali-2013, ISBN No. 978-602-7776-68-5 bentuk untuk struktur bangunan tinggi dengan beberapa lantai, meskipun pada lapisan gording tidak diberi bidang masif horisontal sebagai bidang lantai. Pada bidang atap menara yang berbentuk trapesium terdapat batang diagonal yang dipasang dari ujung nok hingga ke ujung tumpuan balok. Pemasangan 2 buah batang diagonal dalam posisi menyilang merupakan upaya untuk mendapatkan stabillitas bentuk geometri. Bentuk trapesium merupakan bentuk yang tidak stabil dan bila mendapatkan gaya lateral, bentuk trapesium mudah mengalami perubahan/deformasi bentuk. Batang diagonal bertindak sebagai batang yang menerima beban lateral dan menyalurkan beban ke balok tumpuan sehingga bentuk trapesium tidak berubah. Batang diagonal tersebut bertindak sebagai vertical bracing yang mempertahankan geometri bentuk prisma agar tetap stabil (gambar 7). Pada sisi atap yang berbentuk segitiga, tidak diperlukan batang diagonal karena bentuk segitiga merupakan bentuk geometri yang stabil. Sehingga ketika dirangkaikan dengan bidang trapesium menjadi bentuk prisma, bidang segitiga akan menerima dan menahan gaya lateral yang sejajar. Ikatan gording yang ditambahkan setelah bentuk prisma berdiri membantu mempertahankan kekakuan struktur sehingga bentuk menara mampu menahan gaya lainnya, antara lain beban mati dari struktur dan material penutup atap. Gambar 7. Kestabilan bentuk pada atap menara Sumber: Nurdiah & Hariyanto, 2013 Pada obyek studi kasus di Kampung Tarung, batang diagonal hanya ditemukan pada bidang atap yang berbentuk trapesium. Tetapi pada obyek studi kasus di Kampung Ratenggaro, batang diagonal juga dipasang pada bidang horisontal, yaitu pada lapisan gording dan bertindak sebagai horisontal bracing (tabel 1). Batang diagonal dipasang bersilangan dan menghubungkan jurai luar serta mengkakukan gording. Sistem tersebut menyerupai diaphragm bracing system pada struktur rangka baja. Kasau atap menara ditumpukan diatas balok lintel yang dipasang diatas 4 tiang utama. Balok tersebut ditutup oleh balok lantai dan papan kayu sehingga menjadi bidang lantai. Bidang lantai tersebut mempertahankan bentuk dasar segiempat pada prisma atap. Berdasarkan lokasinya, Kampung Ratenggaro mendapatkan kecepatan angin yang lebih besar karena berada di tepi pantai. Meskipun Kampung Tarung berada diatas perbukitan namun bukit tidak terlalu tinggi sehingga perbedaan tekanan angin tidak terlalu besar. Skala dan ketinggian bangunan juga mempengaruhi bentuk dan sistem struktur bangunan. Obyek studi kasus di Kampung Tarung memiliki ketinggian bangunan yang lebih rendah sehingga perbandingan antara tinggi dan lebar bangunan relatif sama. Sedangkan rumah di Kampung Ratenggaro memiliki perbandingan tinggi yang lebih besar dibandingkan lebar bangunan sehingga menghasilkan bentuk yang lebih ramping.
  • 7. Esti Asih Nurdiah 1) , Agus Dwi Hariyanto 2) – Struktur Rangka Atap Rumah Tradisional Sumba 2-123 Bentuk ramping dan tinggi bila terkena beban lateral dapat mengalami puntir atau torsi. Prisma atap menara dapat mengalami puntir bila mendapatkan tekanan angin yang cukup besar dan dari segala arah. Oleh karena itu, horisontal bracing yang dipasang pada gording atap berperan penting dalam mempertahankan bentuk prisma sehingga tidak mengalami deformasi bentuk akibat beban angin dan puntir. Tabel 1. Analisa Pengaruh Lokasi terhadap Bentuk atap dan Sistem Struktur Sumber: Analisis Pribadi, 2013 Tarung Ratenggaro Karakter Lokasi - Puncak pebukitan - Di tengah perkotaan (Waikabubak) yang padat. - Kecepatan angin sedang - Tepi pantai - Area terbuka - Kecepatan angin tinggi Sistem Struktur Sumber gambar: http://stage.4archiculture.com/ - Material rangka atap menggunakan bambu dan kayu. - Batang diagonal dipasang pada bidang atap yang berbentuk trapesium sebagai vertical bracing. - Kestabilan rangka 3 dimensional dicapai melalui sistem vertical bracing dan balok yang ditopang 4 tiang. - Material rangka atap menggunakan bambu. - Batang diagonal dipasang pada bidang atap berbentuk trapesium sebagai vertical bracing dan pada gording sebagai horisontal bracing. - Kestabilan rangka 3 dimensional dicapai melalui sistem vertical - horisontal bracing serta balok yang ditopang 4 tiang utama. - Horisontal bracing menambah kekakuan gording untuk mengatasi beban lateral.
  • 8. 2-124 Semnas Reinterpretasi Identitas Arsitektur Nusantara, Bali-2013, ISBN No. 978-602-7776-68-5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Penelitian ini tidak melakukan perhitungan dan simulasi pengaruh kecepatan angin atau beban lateral terhadap sistem struktur atap menara. Penelitian ini mengamati bentuk atap dan sistem struktur yang digunakan sehingga dapat disimpulkan bahwa kecepatan angin di lokasi menimbulkan perbedaan pada sistem struktur dan konstruksi atap pada obyek studi kasus. Kecepatan angin di daerah yang lebih terbuka di tepian pantai lebih besar dari pada dari perbukitan sehingga rumah adat di Kampung Ratenggaro perlu tambahan horisontal bracing untuk mempertahankan stabilitas bentuk geometri atap. Selain itu, ukuran dan skala bangunan turut mempengaruhi penyelesaian sistem struktur bangunan. Skala bangunan di Kampung Ratenggaro yang lebih tinggi dan monumental menerima beban horisontal yang lebih besar sehingga kemungkinannya lebih besar terjadi perubahan/deformasi bentuk akibat beban horisontal. Maka horisontal bracing akan membantu bentuk prisma pada atap menara menjadi lebih kaku. Pengembangan penelitian tentang sistem struktur rumah tradisional Sumba dapat dilanjutkan tidak hanya melalui pengamatan lapangan dan identifikasi. Penelitian dapat dikembangkan lebih dalam melalui simulasi pembebanan untuk mengamati respon bentuk dan sistem struktur terhadap beban internal dan eksternal. Dengan demikian, sistem struktur rumah Sumba dapat lebih detail dipelajari dan dapat dikembangkan menjadi bentuk dan sistem yang lebih sesuai dengan konsteks masa kini, terutama untuk bangunan dengan struktur bidang dan bangunan tinggi. UCAPAN TERIMA KASIH Penelitian ini dapat berjalan dengan baik berkat kerja sama antara Prodi Arsitektur UK Petra dengan Jurusan Arsitektur Universitas Widya Mandira, Kupang. REFERENSI _____, 2012, ‘Kolom Melengkung, Mengapa Tidak?’, [online], (http://stage.4archiculture.com/index.php?r=blog/post/view&id=104 diakses tanggal 20 September 2013) Frick, H., 2004. ‘Ilmu Konstruksi Bangunan Bambu’. Yogyakarta: Penerbit Kanisius Kusumawati, L., Topan, M.A., Winardi, B.L., Winandari, M.I.R., Sofian, I., 2007, ‘Jejak Megalitik Arsitektur Tradisional Sumba’. Yogyakarta: Graha Ilmu. MacDonald, A., 2001, ‘Structure and Architecture, 2 nd Edition’, Oxford: Architectural Press. Mross, J., 1995, ‘Environmentally Responsive Design In The Settlements Of The Cockatoo’, First International Symposium on Asia Pacific Architecture: The East- West Encounter. University of Hawaii at Manoa, Honolulu, Hawaii, 22-25 March 1995. Saptono. 2012. ‘Rumah Adat Sumba’, [online], (http://www.antaranews.com/foto/32639/rumah-adat-sumba diakses tanggal 30 September 2013)