Makalah ini membahas tentang penyesuaian diri siswa pemalu. Pengertian penyesuaian diri adalah proses adaptasi untuk mencapai keseimbangan antara diri sendiri dengan lingkungan. Proses penyesuaian diri melibatkan motivasi, sikap terhadap realitas, dan pola dasar penyesuaian diri. Faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri antara lain kondisi fisik, kepribadian, lingkungan, dan agama/budaya. Implikasiny
Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)Mayawi Karim
Makalah ini berisi penjelasan mengenai pengertian belajar, ciri – ciri dari perubahan tingkah laku, dan bentuk perubahan tingkah laku dalam hasil belajar.
Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)Mayawi Karim
Makalah ini berisi penjelasan mengenai pengertian belajar, ciri – ciri dari perubahan tingkah laku, dan bentuk perubahan tingkah laku dalam hasil belajar.
Laporan Perkembangan Perilaku Anak Usia 4-6 Tahun - Dewinta SusantiSchool
A Latar Belakang
Banyak orang menyatakan bahwa perkembangan dan pertumbuhan itu sama, akan tetapi pada dasarnya keduanya berbeda. Meskipun memiliki hubungan yang saling terkait, keduanya dapat dipisahkan dan tidak dapat berdiri dengan sendirinya. Dalam ilmu psikologi yang menjadi objek di dalamnya adalah perkembangan manusia sebagai pribadi (sebagai perilakunya). Pada hakikatnya perkembangan adalah suatu perubahan psikologis atau mental yang dialami oleh suatu individu dalam proses menuju kedewasaan. Selain itu faktor lingkunganpun sangatlah berpengaruh terhadap perilaku perkembangan atau perilaku seorang anak karena dengan itulah baik buruknya seseorang dapat ditentukan oleh bawaan atau lingkungan tersebut.
Pendidikan holistik merupakan suatu filsafat pendidikan yang berangkat dari pemikiran bahwa pada dasarnya seorang individu dapat menemukan identitas, makna dan tujuan hidup melalui hubungannya dengan masyarakat, lingkungan alam, dan nilai-nilai spiritual. Secara historis, pendidikan holistik sebetulnya bukan hal yang baru.
Tujuan pendidikan holistik adalah membantu mengembangkan potensi individu dalam suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan dan menggairahkan, demoktaris dan humanis melalui pengalaman dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Melalui pendidikan holistik, peserta didik diharapkan dapat menjadi dirinya sendiri (learning to be). Dalam arti dapat memperoleh kebebasan psikologis, mengambil keputusan yang baik, belajar melalui cara yang sesuai dengan dirinya, memperoleh kecakapan sosial, serta dapat mengembangkan karakter dan emosionalnya (Basil Bernstein).
Pendidikan holistik memperhatikan kebutuhan dan potensi yang dimiliki peserta didik, baik dalam aspek intelektual, emosional, emosional, fisik, artistik, kreatif, dan spritual. Proses pembelajaran menjadi tanggung jawab personal sekaligus juga menjadi tanggung jawab kolektif, oleh karena itu strategi pembelajaran lebih diarahkan pada bagaimana mengajar dan bagaimana orang belajar. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam mengembangkan strategi pembelajaran holistik, diantaranya: (1) menggunakan pendekatan pembelajaran transformatif; (2) prosedur pembelajaran yang fleksibel; (3) pemecahan masalah melalui lintas disiplin ilmu, (4) pembelajaran yang bermakna, dan (5) pembelajaran melibatkan komunitas di mana individu berada.
Dalam pendidikan holistik, peran dan otoritas dosen untuk memimpin dan mengontrol kegiatan pembelajaran hanya sedikit dan dosen lebih banyak berperan sebagai sahabat, mentor, dan fasilitator. Peran dosen seperti seorang teman dalam perjalanan yang telah berpengalaman dan menyenangkan.
Kampus sebagaimana Sekolah hendaknya menjadi tempat peserta didik dan dosen bekerja guna mencapai tujuan yang saling menguntungkan. Komunikasi yang terbuka dan jujur sangat penting, perbedaan individu dihargai dan kerjasama (kolaborasi) lebih utama dari pada kompetisi.
Laporan Perkembangan Perilaku Anak Usia 4-6 Tahun - Dewinta SusantiSchool
A Latar Belakang
Banyak orang menyatakan bahwa perkembangan dan pertumbuhan itu sama, akan tetapi pada dasarnya keduanya berbeda. Meskipun memiliki hubungan yang saling terkait, keduanya dapat dipisahkan dan tidak dapat berdiri dengan sendirinya. Dalam ilmu psikologi yang menjadi objek di dalamnya adalah perkembangan manusia sebagai pribadi (sebagai perilakunya). Pada hakikatnya perkembangan adalah suatu perubahan psikologis atau mental yang dialami oleh suatu individu dalam proses menuju kedewasaan. Selain itu faktor lingkunganpun sangatlah berpengaruh terhadap perilaku perkembangan atau perilaku seorang anak karena dengan itulah baik buruknya seseorang dapat ditentukan oleh bawaan atau lingkungan tersebut.
Pendidikan holistik merupakan suatu filsafat pendidikan yang berangkat dari pemikiran bahwa pada dasarnya seorang individu dapat menemukan identitas, makna dan tujuan hidup melalui hubungannya dengan masyarakat, lingkungan alam, dan nilai-nilai spiritual. Secara historis, pendidikan holistik sebetulnya bukan hal yang baru.
Tujuan pendidikan holistik adalah membantu mengembangkan potensi individu dalam suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan dan menggairahkan, demoktaris dan humanis melalui pengalaman dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Melalui pendidikan holistik, peserta didik diharapkan dapat menjadi dirinya sendiri (learning to be). Dalam arti dapat memperoleh kebebasan psikologis, mengambil keputusan yang baik, belajar melalui cara yang sesuai dengan dirinya, memperoleh kecakapan sosial, serta dapat mengembangkan karakter dan emosionalnya (Basil Bernstein).
Pendidikan holistik memperhatikan kebutuhan dan potensi yang dimiliki peserta didik, baik dalam aspek intelektual, emosional, emosional, fisik, artistik, kreatif, dan spritual. Proses pembelajaran menjadi tanggung jawab personal sekaligus juga menjadi tanggung jawab kolektif, oleh karena itu strategi pembelajaran lebih diarahkan pada bagaimana mengajar dan bagaimana orang belajar. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam mengembangkan strategi pembelajaran holistik, diantaranya: (1) menggunakan pendekatan pembelajaran transformatif; (2) prosedur pembelajaran yang fleksibel; (3) pemecahan masalah melalui lintas disiplin ilmu, (4) pembelajaran yang bermakna, dan (5) pembelajaran melibatkan komunitas di mana individu berada.
Dalam pendidikan holistik, peran dan otoritas dosen untuk memimpin dan mengontrol kegiatan pembelajaran hanya sedikit dan dosen lebih banyak berperan sebagai sahabat, mentor, dan fasilitator. Peran dosen seperti seorang teman dalam perjalanan yang telah berpengalaman dan menyenangkan.
Kampus sebagaimana Sekolah hendaknya menjadi tempat peserta didik dan dosen bekerja guna mencapai tujuan yang saling menguntungkan. Komunikasi yang terbuka dan jujur sangat penting, perbedaan individu dihargai dan kerjasama (kolaborasi) lebih utama dari pada kompetisi.
Makalah ilmu Pendidikan Perkembangan Fisik Peserta DidikPutriMeka
Perkembangan peserta didik dipengaruhi oleh kondisi-kondisi seperti pengaruh keluarga, pengaruh gizi, kematangan, gangguan emosional, jenis kelamin, status sosial ekonomi, keshatan,dan stimulasi lingkungan.
Perkembangan fisik peserta didik akan mempengaruhi proses belajar peserta didik, sehingga sangat penting bagi pendidik untuk memahami karakteristik perkembangan fisik peserta didiknya.
Pengertian psikologi dan Kesehatan. Kesehatan jiwa adalah bebas dari gejala-gejala penyakit jiwa dan gangguan kejiwaan.
Psikologi kesehatan merupakan ilmu cabang psikologi yang memusatkan perhatian kepada dunia kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan masyarakat.
Hubungan dan peran psikologi tehadap kesehatan. Peran pskologi dalam kesehatan adalah untuk memberi pengaruh psikologis dalam menjaga diri agar tetap sehat, dan penyebab sakit serta penanganannya.
Kesehatan jiwa itu sangat penting bagi manusia, karena jiwa berpengaruh pada fisik.
macam-macam penyakit dan cara pengobatannya. 1. Anxietas 2.Somatoform 3.Gangguan Disosiatif 4.Gangguan Makan 5.Skizofrenia 6.Psikopati. Stres dalam persepektif islam Stres merupakan gejala penyakit terbesar di abad modern. Ajaran islam memberikan banyak cara untuk mengatasi konflik psikologis, kedukaan, kemarahan, atau ketakutan yang dapat menjadi dasar penelitian dalam mengatasi stres. Al-Qur’an telah menggunakan yang memakai prinsip mekanika beban untuk menggambarkan masalah yang dihadapi manusia. pengaturan perilaku. Psikolog dan dokter mencoba untuk mengembangkan konsep pengobatan perilaku (behavioral medicine) terutama untuk mengobati (stress medicine). Pada diri seseorang sebagai cara adaptif untuk mengobati stress. Dikenal sebagai pendekatan penggiatan perilaku (behavior activation), dimana seseorang diberi kegiatan yang membuatnya merasa berharga, sebagai awal untuk memperbaiki dirinya secara keseluruah. Pengobatan Cara Nabi
Nabi Muhammad SAW telah menunjukan perhatian yang besar akan hubungan antara kesehatan psikospiritual dan kesehatan fisik, yang merupakan persepektif penting dalam psikologi kesehatan saat ini.
Rpl Bimbingan dan Konseling tentang Penyesuaian Dirisayidatiasiyah
Penyesuaian diri ialah kemampuan seseorang untuk hidup dan bergaul secara wajar terhadap lingkungannya, sehingga ia merasa puas terhadap dirinya dan terhadap lingkungan.
Faktor-faktor yang menjadi kendala siswa dalam menyesuaikan diri di sekolah bisa melalui 2 faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal biasanya berasal dari diri sendiri karena ketidakpercayaan diri, sifat yang pendiam, sukar bergaul dengan teman baru atau bisa saja karna dia takut. Faktor eksternal biasanya berasal dari lingkungan yang baru di masukinya, misalnya sekolah barunya, teman-teman baru dan guru-guru yang baru.
makalah keperawatan dasar 1 tentang konsep dirisiakadurban
makalah konsep diri. diri kita memiliki konsep dalam setiap prilaku kehidupan. seperti gambaran diri bagaimana pandangan kita terhadap diri kita sendiri
1. STUDI KASUS
PERKEMBANGAN PESERTADIDIK
TENTANG
PENYESUAIAN DIRI SISWA PEMALU
Oleh:
NOLA RISKA DEWI
Dosen Pembimbing:
Darmanella Dian Eka Wati, S.Si., M.Pd
PROGRAM STUDI BIOLOGI
PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MAHAPUTRA MUHAMMAD YAMIN
SOLOK
2013
2. Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala
limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga saya dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya
yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca
dalam administrasi pendidikan dalam profesi keguruan.
Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak
kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi,
mengingat kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran
dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan
makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan
terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu
dalam menyesaikan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan
yang setimpal pada mereka yang memberikan bantuan dan dapat
menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin Yaa Robbal
„Alamiin.
Wasalam
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………….. i
DAFTAR ISI …………………………….. ii
3. BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………….. 1
B. Tujuan Penulisan …………………………….. 1
C. Rumusan Masalah …………………………….. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. PengertianPenyesuaian diri ………………………….. 3
B. Penyesuaiain Diri yang Baik ………………………….. 3
C. Proses Penyesuaian Diri ………….……………..... 4
D. Karakteristik Penyesuaian Diri ….………………………. .4
E. Faktor-faktor Penyesuaian Diri …. ………………………. 5
F. Dinamika Penyesuaian Diri …………………………… 6
G. Implikasi Penyesuaian Diri pada Pendidikan ……………... 7
BAB III PEMBAHASAN
A. Judul ……………………………. 8
B. Metode Wawancara ……………………………. 8
C. Identitas Subjek Wawancara ……………………………. 8
D. Pelaksanaan Wawancara ……………………………. 8
E. Hasil Wawancara ……………………………. 9
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………….. 10
B. Saran ………………………….. 10
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN WAWANCARA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Makna akhir dari hasil pendidikan seseorang individu terletak
pada sejauh mana hal yang telah dipelajari dapat membantunya dalam
menyesuaikan diri dengan kebutuhan-kebutuhan hidupnya dan pada
tuntutan masyarakat. Berdasarkan pengalaman-pengalaman yang didapat
di sekolah dan di luar sekolah ia memiliki sejumlah pengetahuan,
4. kecakapan, minat-minat, dan sikap-sikap. Dengan pengalaman-
pengalaman itu ia secara berkesinambungan dibentuk menjadi seorang
pribadi seperti apa yang dia miliki sekarang dan menjadi seorang pribadi
tertentu di masa mendatang.
Seseorang tidak dilahirkan dalam keadaan telah mampu
menyesuaikan diri atau tidak mampu menyesuaikan diri. Kondisi fisik,
mental dan emosional dipengaruhi dan diarahkan oleh faktor-faktor
lingkungan dimana kemungkinan akan berkembang proses penyesuaian
yang baik atau yang salah.
Sejak lahir sampai meninggal seorang individu merupakan
organisme yang aktif. Ia aktif dengan tujuan dan aktifitas yang
berkesinambungan. Ia berusaha untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan
jasmaninya dan juga semua dorongan yang memberi peluang kepadanya
untuk berfungsi sebagai anggota kelompoknya. Penyesuaian diri adalah
suatu proses. Dan salah satu ciri pokok dari kepribadian yang sehat
mentalnya adalah memiliki kemampuan untuk mengadakan penyesuaian
diri secara harmonis, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap
lingkungannya.
2. Tujuan Penulisan
1. Pengertian penyesuaian diri,
2. Proses penyesuaian diri,
3. Karakter penyesuaian diri secara positif,
4. Karakter penyesuaian diri yang salah,
5. Faktor yang mempengarui proses penyesuaian diri,
6. Contoh permasalahan – permasalahan penyesuaian diri remaja, dan
7. Implikasi penyesuaian diri remaja terhadap penyelenggaraan pendidikan.
1
3. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari penyesuain diri itu?
2. Bagaimanakah bentuk penyesuaian diri yang baik?
3. Bagaimana proses penyesuaian diri?
4. Apa saja karakteristik penyesuaian diri?
5. Apa saja faktor yang mempengaruhi proses penyesuaian diri?
6. Apa saja dinamika penyesuaian diri remaja?
5. 7. Bagaimana implikasi proses penyesuaian remaja terhadap
penyelenggaraan pendidikan?
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri dapat diartikan atau dideskripsikan sebagai berikut :
1. Penyesuaian berarti adaptasi: dapat mempertahankan eksistensinya, atau
bisa “survive” dan memperbolehkan kesejahteraan jasmaniah dan
rohaniah, dan dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan.
2. Penyesuaian dapat juga diartikan sebagai konformitas, yang berarti
menyesuaikan sesuatu dengan standar atau prinsip.
3. Penyesuaian dapat diartikan sebagai penguasaan,yaitu memiliki
kemampuan untuk membuat rencana dan mengorganisasi respon- respon
sedemikian rupa, sehingga bisa mengatasi segala macam konflik,
kesulitan, dan frustrasi-frustrasi secara efisien.
4. Penyesuaian dapat diartikan penguasaan dan kematangan emosional yang
tepat pada setiap situasi.
6. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penyesuaian adalah usaha
manusia untuk mencapai keharmonisan pada diri sendiri dan pada
lingkunganya.
2. Penyesuaian diri yang baik
Seseorang dikatakan memiliki kemampuan penyesuaian diri yang
baik (Well Adjusted Person) jika mampu melakukan respon-respon
yang matang, efisien, memuaskan dan sehat. Dikatakan efisien apabila
mampu melakukan respon dengan mengeluarkan tenaga dan waktu
sehemat mungkin. Dikatakan sehat apabila respon-respon yang
dilakukannya dengan hakikat individu, lembaga atau kelompok antar
individu, dan hubungan antar individu dan ciptaanNya berjalan dengan
baik.
3
3. Proses penyesuaian diri
Proses penyesuaian diri menurut Schneiders (1984), melibatkan tiga
unsur yang akan mewarnai kualitas proses penyesuaian diri individu yaitu
:
1. Motivasi dan Proses Penyesuaian Diri
Motivasi sama dengan kebutuhan, perasaan, dan emosi merupakan
kekuatan internal yang menyebabkan ketegangan dan
ketidakseimbangan dalam organisme.
2. Sikap terhadap realitas dan Proses Penyesuaian Diri
Secara umum dapat dikatakan sikap yang sehat terhadap realitas dan
kontak yang baik terhadap realitas sangat diperlukan bagi penyesuaian
diri yang sehat.
3. Pola Dasar Penyesuaian Diri
Dalam proses penyesuaian diri sehari-hari terdapat suatu pola dasar
penyesuaian diri. Misalnya : seorang anak membutuhkan kasih sayang
dari orang tuanya yang selalu sibuk. dalam situasi tersebut anak akan
7. frustasi dan berusaha menemukan pemecahan yang berguna
mengurangi ketegangan antara kebutuhan akan kasih sayang dengan
frustasi yang dialami.
4. Karakteristik penyesuaian diri remaja
Penyesuaian diri remaja memiliki karakteristik yang khas, yang dapat
dilihat berbagai sisi, yaitu sebagai berikut :
1. Penyesuaian Diri Remaja terhadap Peran dan Identitasnya
Tujuannya adalah memperoleh identitas diri yang semakin jelas dan
dapat dimengerti serta diterima oleh lingkumgannya, baik lingkungan
keluarga, sekolah, ataupun masyarakat.
2. Penyesuaian Diri Remaja terhadap Pendidikan
Pada umumnya, para remaja berjuang untuk meraih kesuksesan dalam
belajar, tetapi dengan cara-cara yang menimbulkan perasaan bebas dan
senang, terhindar dari tekanan dan konflik, atau bahkan frustasi.
3. Penyesuaian Diri Remaja terhadap Kehidupan Seks
Secara keseluruhan, remaja ingin memahami kondisi seksual dirinya
dan lawan jenisnyaserta mampu bertindak untuk menyalurkan dorongan
seksualnya yang dapat
4
dimengerti dan dapat dibenarkan oleh norma sosial dan agama.
4. Penyesuaian Diri Remaja terhadap Norma Sosial
Penyesuaian diri remaja terhadap norma sosial mengarah pada dua
dimensi, yaitu remaja ingin diakui keberadaannya dalam masyarakat
dan remaja ingin bebas menciptakan aturan-aturan tersendiri yang lebih
sesuai untuk kelompoknya, tetapi menuntut agar dapat dimengerti dan
diterima oleh masyarakat dewasa.
5. Penyesuaian Diri Remaja terhadap Waktu Luang
Dalam kontek ini upaya yang harus dilakukan oleh remaja adalah
melakukan penyesuaian antara dorongan kebebasannya serta inisiatif
8. dan kreativitasnya dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat agar
dapat berguna bagi dirinya maupun orang lain.
6. Penyesuaian Diri Remaja terhadap Uang
Remaja berusaha untuk mampu bertindak secara proporsional,
melakukan penyesuaian antara kelayakan pemenuhan kebutuhannya
dengan kondisi ekonomi orang tuanya.
7. Penyesuaian Diri remaja terhadap Kecemasan, Konflik, dan Frustasi
Menurut Signund Freud (Corey, 1989), strategi yang digunakan untuk
mengatasi masalah kecemasan, konflik, dan frustasi adalah
menggunakan mekanisme pertahanan diri (defence mechanism) seperti
kompensasi, rasionalisasi, proyeksi, sublimasi, identifikasi, regresi, dan
fiksasi.
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses penyesuaian remaja
Menurut Schneiders (1984), setidaknya ada lima faktor yang dapat
mempengaruhi proses penyesuaian diri remaja yaitu :
1. Kondisi Fisik
Aspek-aspek yang berkaitan dengan kondisi fisik serta dapat
mempengaruhi penyesuaian diri remaja adalah (a) hereditas dan
konstitusi fisik, (b) sistem uatama tubuh, dan (c) kesehatan fisik.
2. Kepribadian
Unsur-unsur kepribadian yang penting pengaruhnya terhadap
penyesuaian diri adalah (a) kemauan dan kemampuan untuk berubah,
(b) pengaturan diri, (c) realisasi diri, dan (d) inteligensi.
5
3.Proses Belajar
Unsur-unsur penting dalam Edukasi atau Pendidikan yang dapat
mempengaruhi penyesuaian diri individu adalah (a) belajar, (b)
pengalaman, (c) latihan, dan (d) determinasi diri.
4. Lingkungan
9. Faktor lingkungan sebagai variabel yang berpengaruh terhadap
penyesuaian diri sudah tentu meiputi lingkungan keluaraga, sekolah dan
masyarakat.
5. Agama serta Budaya
Faktor Agama memberikan sumbangan yang berarti dalam penyesuaian
diri individu yaitu beupa nilai-nilai, keyakinan, praktik-praktik, tujuan,
serta kestabilan dan keseimbangan hidup individu. Selain Agama,
Budaya juga merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap
kehidupan individu. Hal ini terlihat jika dilihat dari adanya karakteristik
budaya yang diwariskan kepada individu melalui berbagai media dalam
lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.
6. Dinamika penyesuaian diri remaja
Ada sejumlah faktor psikologis dasar yang memiliki pengaruh kuat
terhadap dinamika penyesuaian diri, yaitu :
1. Kebutuhan (Need)
Kebutuhan yang dimaksud merupakan kebutuhan yang bersifat internal.
Dalam faktor ini, penyesuaian diri ditafsirkan sebagai suatu jenis respon
yang diarahkan untuk memenuhi tuntutan yang harus diatasi oleh
individu.
2. Motivasi (Motivation)
Penafsiran terhadap karakter dan tujuan respons individu dan
hubungannya dengan penyesuaian tergantung pada konsep-konsep yang
menerangkan hakikat motivasi.
3. Persepsi (Perception)
Tidak jarang persepsi dipahami sebagai suatu pencerminan yang
sempurna tentang realitas. Pengertian persepsi menurut Atkinson dan
Hilgard (1983) mengemukakan bahwa persepsi adalah proses
menginterpretasikan dan mengorganisasikan pola-pola stimulus yang
berasal dari lingkungan.
6
10. 4.Kemampuan (Capacity)
Pengaruh perkembangan kemampuan remaja dalam aspek kognitif,
afektif, maupun psikomotorik, juga dapat mewarnai dinamika
penyesuaian diri.
5. Kepribadian (Personality)
Dalam hal ini remaja yang sudah mencapai tahapan berfikir operasional
formal, sudah menyadari akan pentingnya nilai-nilai dan norma yang
dapat dijadikan pegangan hidupnya, sudah mulai berkembang
ketertarikan dengan lawan jenis, memiliki kohesivitas kelompok yang
kuat, serta cenderung membangun budaya kelompoknya sendiri. Hal
inilah yang akan memberikan warna tersendiri terhadap dinamika
penyesuaian diri remaja.
7. Implikasi proses penyesuain diri remaja bagi pendidikan
Perkembangan penyesuaian diri remaja yang ditandai dengan
dinamika yang sangat tinggi, membawa implikasi imperatif akan
pentingnya intervensi pendidikan yang dilakukan secara sistematis, serius,
dan terprogram guna membantu proses perkembangannya agar
berkembang kearah yang lebih baik. Intervensi edukatif yang dapat
dilakukan antara lain sebagai berikut :
1.Dalam kehidupan keluarga hendaknya diciptakan interaksi edukatif yang
memberikan perasaan aman bagi remaja untuk memerankan dirinya
ikut ambil bagian dalam berbagai kegiatan keluarganya.
2. Orang tua hendaknya jangan menimbulkan stimulus yang dapat
mengembangkan identifikasi negatif pada remaja karena
sesungguhnya orang tua harus dapat dijadikan model bagi remaja dalam
segala tingkah lakunya.
3. Hindarkan perkembangan identifikasi menyilang pada remaja.
4. Perlu menciptakan kegiatan-kegiatan yang bersifat edukatif dan
didalamnya menuntut kemampuan remaja untuk melakukan interaksi,
11. proses sosialisasi, dan penyesuaian diri terhadap diri sendiri, kegiatan
yang diikuti, maupun orang lain yang sama-sama ikut aktif dalam
proses kegiatan tersebut.
7
BAB III
PEMBAHASAN
“PERMASALAHAN PENYESUAIAN DIRI REMAJA”
A. Judul: Identifikasi Remaja Pemalu
B. Metode Wawancara
Metode wawancara yang digunakan dalam wawancara ini adalah semi
terstruktur. Secara umum, pertanyaan yang digunakan dalam
wawancara menggunakan pertanyaan terbuka dan tidak sepenuhnya
berpedoman pada naskah pertanyaan yang telah dibuat sebelumnya,
pertanyaan yang akan diajukan tergantung pada konteks jawaban dari
interview nantinya. Namun, masih dalam batasan-batasan pertanyaan
yang relevan dengan tujuan wawancara itu sendiri.
C. Identitas Subjek Wawancara
a. Nama : AW
b. Umur : 17 tahun
c. Sekolah : SMA N 4 KOTA SOLOK
d. Jurusan : IPA
e. Asal : Pulau Punjung, Dharmasraya
f. Alamat : Kota Solok
D. Pelaksanaan Wawancara
a. Tempat : Kos AW, Kota Solok
b. Tanggal : 13 Juli 2013
c. Durasi : 49 menit.
8
E. Hasil Wawancara
Dari wawancara yang telah dilakukan subjek mengidentifikasikan
dirinya sebagai orang yang pemalu dalam lingkungan sosial. Sehingga rasa
pemalu tersebut membuat dirinya sulit untuk mengajak berkenalan terlebih
dahulu dengan orang yang baru saja ditemuinya. Subjek juga terkadang
merasa tidak mudah menyesuaikan dirinya ditempat yang baru, tetapi subjek
akan berusaha untuk menyesuaikan dirinya dilingkungan baru tersebut.
12. Dalam lingkungan keluarga, subjek termasuk orang yang dekat dengan
keluarganya. Subjek merasa nyaman berada dilingkungan keluarganya
walaupun terkadang bertengkar sewaktu kecil akan tetapi subjek merasa
nyaman berada dengan keluarganya. Dengan anggota keluarga baru pun
subjek dapat menyesuaikan dirinya dengan baik walaupun pada dasarnya
subjek adalah seseorang yang pemalu. Karena subjek menganggap orang
baru tersebut adalah keluarganya.
Dalam lingkungan sekolah, subjek akan berusaha menyesuaikan dirinya
dengan orang yang baru subjek kenal dengan mengajak bicara dan subjek
merasa nyaman berada dalam lingkungan kelasnya karena orang-orang
disekitarnya ramah dan baik. Subjek akan bersikap cuek dengan orang yang
subjek tidak sukai. Namun, subjek berusaha untuk tidak mempunyai musuh
dalam lingkungan sekolahnya.
9
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Manusia tidak dilahirkan dalam keadaan telah mampu
menyesuaikan diri, maka perlu penyesuaian diri terhadap lingkungannya.
Penyesuaian diri dapat diartikan adaptasi, konformitas, penguasaan, dan
kematangan emosional. Proses penyesuaian diri yang tertuju pada
pencapaian keharmonisan antara faktor internal dan eksternal anak sering
menimbulkan konflik, tekanan, frustasi, dan berbagai macam perilaku
untuk membebaskan diri dari ketegangan.
13. Kondisi fisik, mental, dan emosional dipengaruhi dan diarahkan
oleh faktor-faktor lingkungan di mana kemungkinan akan berkembang
proses penyesuaian yang baik atau salah. Selain faktor lingkungan, faktor
psikologis, kematangan, kondisi fisik, dan kebudayaan juga
mempengaruhi proses penyesuaian diri.
Permasalahn-permasalahan penyesuaian diri yang dihadapi remaja
dapat berasal dari suasana psikologis keluarga seperti keretakan keluarga.
Selain itu permasalahan-permasalahan penyesuaian akan muncul bagi
remaja yang sering pindah tempat tinggal. Lingkungan sekolah juga
mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan jiwa remaja.
Sekolah selain megemban fungsi pengajaran juga fungsi pendidikan. Di
sekolah, guru hendaknya dapat bersikap yang lebih efektif, seperti adil,
jujur, menyenangkan dan sebagainya sehingga siswanya akan merasa
senang dan aman bersamanya.
2. Saran
Sebagai penyusun saya merasa masih ada kekurangan dalam
pembuatan makalah ini, oleh karena itu saya mohon kritik dan saran dari
pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.
10
DAFTAR PUSTAKA
Sunarto, H. & Hartono, Agung.1998. Perkembangan Peserta Didik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Hurlock E, B. 1991. Perkembangan Anak. Surabaya : Erlangga.
Campbel, E.Q. 1969. Adolescent Socializatiom. Chicago: Rand
Macnally.
Piaget, J. 1932. The Moral Jugdment of the Child. III: The Pree
Press.
Sarlito Wirawan Sarwono. 1997. Psikologi Remaja. Jakarta:
Gramedia.
14. LAMPIRAN HASIL WAWANCARA
A. Lingkungan tempat tinggal
a. Tanya: Apakah anda pemalu?
Jawab: Ya, saya pemalu
b.Tanya: Apakah anda termasuk orang yang suka mengajak orang
berkenalan terlebih dahulu?
Jawab : Kadang-kadang, tapi sangat jarang
c. Tanya : Apakah anda termasuk orang yang suka menyapa orang yang
belum anda kenal apabila bertemu?
Jawab : Tidak juga, saya takut orang tersebut tidak menyahut
d. Tanya : Apakah anda termasuk orang yang susah untuk menyesuaikan
diri dengan lingkungan?
Jawab : Kadang-kadang
e. Tanya : Faktor- faktor apakah yang menyebabkan anda susah untuk
menyesuaikan diri?
Jawab : Karena saya anaknya pemalu, tidak pedean, kadang agak bingung
untuk memulai suatu pembicaraan.
f. Tanya : Pernah langsung dapat menyesuaikan diri?
Jawab : Pernah
g. Tanya : Apa sebabnya anda merasakan gampang menyesuaikan diri?
Jawab : Karena orang yang saya ajak kenalan itu orangnya ramah, tidak
cuek, tidak jutek, sehingga enak untuk diajak kenalan.
h. Tanya : Apa anda pernah merasa bosan di kost?
Jawab : Iya, apalagi saat di kost gak ada teman.
1
i. Tanya : Usaha apa yang dilakukan anda pada saat merasa bosan di kost?
Jawab : Saya melakukan aktifitas yang membuat saya tidak merasa
kesepian, seperti nonton, membaca novel, dll
15. B. Lingkungan keluarga
a. Tanya : Apakah anda merasa dekat dengan keluarga?
Jawab : Iya, saya termasuk orang yang dekat dengan keluarga.
b. Tanya : Apakah anda sering tidak nyaman dengan keluarga anda?
Jawab : Tidak
c. Tanya : Apakah orang tua anda selalu menekan anda setiap melakukan
sesuatu?
Jawab : Tidak, orang tua saya terserah dengan semua kegiatan yang saya
lakukan.
d. Tanya : Apakah anda termasuk orang yang betah tinggal di dalam
rumah?
Jawab : Ya
e. Tanya : Apakah anda sering bertengkar dengan saudara anda? Jika iya,
apa penyebabnya?
Jawab : Iya, tapi dulu. Kalo sekarang sudah tidak lagi, karena saya sudah
besar.
f. Tanya : Apakah anda langsung dekat dengan hadirnya anggota keluarga
yang baru?apa sebabnya?
Jawab : Iya, karena saya sudah merasa sudah menjadi keluarga, makanya
langsung bisa agak dekat.
g. Tanya : Bagaimana penyesuaian anda terhadap anggota keluarga yang
baru?
Jawab : Saya berusaha untuk mengajak ngobrol walaupun saya anaknya
pemalu tapi saya akan berusaha untuk mengajak berbincang.
2
C. Lingkungan sekolah
a. Tanya : Apakah anda mempunyai banyak teman di sekolah?
Jawab : Iya, saya punya banyak teman di sekolah.
b. Tanya : Apakah dengan teman sekolah mudah menyesuaikan diri?
Jawab : Iya, karena teman saya di sekolah baik-baik, enak diajak
berteman, ramah-ramah
c. Tanya : Bagaimana anda menyesuaikan diri dengan teman yang baru
anda kenal?
Jawab : Saya berusaha untuk mempunyai banyak teman dengan bersikap
ramah dan tidak membeda-bedakan teman
d. Tanya : Apakah anda merasa mempunyai musuh?
Jawab : Tidak, tetapi saya mempunyai teman yang agak saya tidak sukai
e. Tanya : Bagaimana bila anda bertemu dengan teman anda itu?
Jawab : Ya saya cuekin aja
f. Tanya : Apakah lingkungan yang tidak nyaman mempengaruhi prestasi
anda dan minat belajar anda?
Jawab : Kadang-kadang
16. g. Tanya : Apa yang anda lakukan agar tetap bisa bertahan dalam
komunitas itu?
Jawab : Saya berusaha untuk mengenal satu sama lain dan tetap berusaha
agar merasa nyaman dan betah di komunitas itu.
3