SlideShare a Scribd company logo
LAPORAN MINI RESEARCH
( BEST PRACTICE )
Pembelajaran Kooperatif Model STAD Untuk Meningkatkan
Aktivitas Pembelajaran Siswa Kelas VIA SDN 1 Panunggalan
Materi Bilangan Bulat
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar Pendidikian dan Pembelajaran
Magister Pendidikan Dasar Fakultas Keguruan Ilmu dan Pendidikan Universitas Muria Kudus
Dosen Pengampu : Dr. Sri Utaminingsih,M.Pd
oleh:
Sumarwoto
NIM: 201903118
KELAS I D
MAGISTER PENDIDIKAN DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
2019
LAPORAN MINI RESEARCH
( BEST PRACTICE )
Pembelajaran Kooperatif Model STAD Untuk Meningkatkan
Aktivitas Pembelajaran Siswa Kelas VIA SDN 1 Panunggalan
Materi Bilangan Bulat
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar Pendidikian dan Pembelajaran
Magister Pendidikan Dasar Fakultas Keguruan Ilmu dan Pendidikan Universitas Muria Kudus
Dosen Pengampu : Dr. Sri Utaminingsih,M.Pd
oleh:
Sumarwoto
NIM: 201903118
KELAS I D
MAGISTER PENDIDIKAN DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
2019
LAPORAN MINI RESEARCH
( BEST PRACTICE )
Pembelajaran Kooperatif Model STAD Untuk Meningkatkan
Aktivitas Pembelajaran Siswa Kelas VIA SDN 1 Panunggalan
Materi Bilangan Bulat
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar Pendidikian dan Pembelajaran
Magister Pendidikan Dasar Fakultas Keguruan Ilmu dan Pendidikan Universitas Muria Kudus
Dosen Pengampu : Dr. Sri Utaminingsih,M.Pd
oleh:
Sumarwoto
NIM: 201903118
KELAS I D
MAGISTER PENDIDIKAN DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
2019
KATA PEGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-NYA sehingga laporan best
practice dapat terselesaikan dengan baik laporan best practice ini.Penulis
menyadari bahwa penyusunan laporan best practice ini tidak akan terwujud tanpa
ridho yang di berikan oleh Allah SWT serta bantuan dari semua pihak. Oleh
karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dr. Sri Utaminingsih.,M.Pd, selaku Dosen Mata Kuliah Metode
Pendidikan dan Pengajaran.
2. Supriyadi,S.Pd., selaku Kepala Sekolah SDN 1 Panunggalan, yang
memberikan ijin Mini Riset ini.
3. Bapak dan Ibu Guru SDN 1 Panunggalan yang telah membantu selama
proses pembelajaran sampai tersusunya laporan ini.
4. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam laporan best practice
ini,dengan kerendahan hati penulis mengharapkan ada kritik dan saran dari semua
pihak demi kesempurnaan laporan ini
Pulokulon, 12 Januari 2020
Penulis
Sumarwoto
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................ii
DAFTAR ISI .........................................................................................iii
BAB I PEDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Tujuan .........................................................................................9
C. Kajian Teori ...............................................................................10
BAB II PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Materi Kegiatan ..................................................................... .. 29
B. Metode Pelaksanaan Best Practice........................................... 30
C. Perumusan Indikator ............................................................... 30
D. Pernyusunan Rencana Pembelajaran ....................................... 31
BAB III PEMBAHASAN ................................................................... 35
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan ................................................................................. 40
B. Rekomendasi.............................................................................40
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................41
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu indikator keberhasilan pembelajaran adalah tingkat ketuntasan
tinggi. Hal ini terjadi bila dalam pembelajaran siswa aktif dan responsif. Namun
fakta yang peneliti alami sangat kontradiktif. Selama proses pembelajaran
Matematika tentang operasi hitung yang melibatkan berbagai bentuk bulat pada
kelas VI SD 1 Panunggalan tahun pelajaran 2019/2020 motivasi belajar siswa
sangat rendah. Para siswa sangat pasif tidak bergeming, hanya beberapa siswa
saja yang aktif dalam pembelajaran. Hasil belajar siswa terpuruk, jauh di bawah
kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan yaitu 70. Dari hasil ulangan
formatif sejumlah 29 siswa, hanya 51 siswa yang tuntas, sedangkan 14 siswa
belum tuntas. Pencapaian ketuntasan pembelajarannya 34,48 % sedangkan 65,52
% siswa belum tuntas. Nilai tertinggi yang mampu dicapai 70 itu pun hanya 6
siswa, adapun nilai terendah 40 dan diduduki 6 siswa. Nilai rata-rata kelas 50,
kondisi yang demikian sangat memprihatinkan. Daya serap pembelajaran hanya
50 %, jauh dari tuntutan pembelajaran mastery learning. Rendahnya motivasi dan
hasil belajar tersebut karena peneliti selama 2 kali tatap muka belum menerapkan
model pembelajaran Kooperatif Model STAD .
Peneliti dalam menyajikan pembelajaran Matematika tentang operasi
hitung yang melibatkan berbagai bentuk bulat kurang dapat memotivasi siswa
sehingga siswa tidak aktif dalam pembelajaran. Metode ceramah dan penugasan
sangat mendominasi. Siswa pasif hanya duduk mendengarkan dan menunggu
2
perintah saja. Pembelajaran berlangsung secara konvensional yang bersifat satu
arah terpusat pada guru (teacher centered) sehingga pembelajaran terasa kering
dan membosankan, serta tidak bermakna. Kreativitas siswa seakan beku tidak
terdistribusikan. Respon terhadap materi pembelajaran sangat minim. Kerja sama
diantara siswa tidak terbangun. Siswa belajar secara klasikal tanpa adanya diskusi
kelompok. Siswa hanya mementingkan dirinya sendiri tidak mau membantu siswa
lain yang belum dapat memahami materi pembelajaran. Keterampilan sosial siswa
tidak tersalurkan. Situasi belajar yang terjadi sangat individualistik tidak
kompetitive dan kooperative. Memang Matematika merupakan salah satu mata
pelajaran yang kurang digemari sebagian besar siswa.sehingga hasil belajar
sangat rendah.
Bertolak dari motivasi dan hasil belajar siswa yang rendah maka hal
tersebut perlu ditingkatkan. kalau tidak kriteria ketuntasan belajar siswa juga tidak
dapat meningkat. Bila KKM sama seperti tahun sebelumnya maka mutu
pendidikan tidak akan meningkat dan berkembang. KKM yang rendah tidak
mencerminkan terealisasinya visi dan misi sekolah. Apa lagi Matematika
merupakan salah satu mata pelajaran yang ikut dalam Ujian Nasional. Untuk
dapat menyelesaikan soal-soal dalam Ujian Nasional maka siswa dituntut
memiliki kemampuan yang memadai. Apalagi nilai Ujian Nasional sangat
menentukan kelulusan siswa. Jika nilai Matematika siswa rendah, maka siswa
tidak akan lulus.. Jika ada salah satu siswa yang tidak lulus maka citra sekolah
akan menurun yang berdampak pada perolehan siswa baru akan menurun, karena
masyarakat tentu akan memilih menyekolahkan anaknya pada sekolah yang mutu
3
lulusannya tinggi. Nilai lulusan siswa yang rendah juga mengakibatkan siswa
kesulitan dalam melanjutkan sekolah yang favorit, bahkan siswa cenderung tidak
melanjutkan Namun sebaliknya jika nilai lulusan tinggi maka akan mendongkrak
nama baik sekolah, Siswa akan mudah diterima di sekolah yang negeri dan juga
sekolah favorit, Animo melanjutkan sekolah tinggi tidak seorang siswa pun yang
tidak melanjutkan.
Untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar yang rendah peneliti
menerapkan model pembelajaran Kooperatif Model STAD , karena dengan model
pembelajaran Kooperatif Model STAD siswa akan terlibat aktif dalam diskusi
penyelesaian tugas, sehingga tugas yang semula terasa berat menjadi ringan.
Memang model pembelajaran Kooperatif Model STAD termasuk student
centered yakni pembelajaran yang berpusat pada murid. Partisipasi siswa sangat
besar, keaktifan dituntut maksimal. Dengan demikian siswa akan mampu
menyerap dan mengkontruksi seluruh materi pembelajaran tanpa ada tekanan
sehingga terasa menyenangkan. Model pembelajaran Kooperatif Model STAD
juga dapat membangkitkan keterampilan sosial dan kreatifitas, sehingga siswa
mampu membangun komunitas belajar yang menumbuhkan rasa percaya diri.
Siswa akan lebih berani mengemukakan pendapatnya dalam diskusi dan juga
dapat menghargai pendapat temannya, pembelajarannya terasa bermakna
(meaningful learning). Siswa akan dapat menyelesaikan tugas dengan baik,
karena pembelajarannya secara multi arah, sesama siswa saling memberi dan
menerima serta melengkapi. Siswa bekerja keras baik secara individu maupun
kelompok sehingga mastery learning tercapai.
4
Rendahnya motivasi dan hasil belajar siswa sangat perlu ditingkatkan. Hal
ini sejalan dengan program pemerintah yaitu menciptakan pendidikan bermutu
dan berkarakter bangsa berbudi pekerti luhur. Bila motivasi dan hasil belajar
siswa tidak ditingkatkan maka tujuan pembelajaran tidak akan terwujudkan.
Program pemerintah dan tuntutan masyarakat tentang pendidikan bermutu tidak
akan terealisasikan. Sebagai dampaknya adalah siswa pasif, pengetahuannya tidak
berkembang, apalagi terbentuknya siswa kreatif dan mandiri. Bila sajian
pembelajaran masih teacher centered maka hasilnya akan nihil seperti semula.
Untuk memicu motivasi dan meningkatya hasil belajar, sajian pembelajaran harus
diubah dari teacher centered menjadi student centered seperti dalam model
pembelajaran Kooperatif Model STAD yang menuntut keaktifan seluruh siswa
sehingga hasil belajar akan jauh lebih baik.
Sebagai solusi tindakan yang peneliti lakukan untuk meningkatkan motivasi
dan hasil belajar adalah menerapkan model pembelajaran Kooperatif Model
STAD .Dalam sajian pembelajaran siswa terbagi dalam kelompok-kelompok
diskusi yang beranggotakan 4-5 siswa. Dalam pembentukan kelompok terdiri atas
kemajemukan tingkat kecerdasan, sosial, ras, dan agama. Ini dimaksudkan agar
tidak terjadi adanya kelompok pandai dan kurang pandai kelompok kaya dan
miskin, kelompok putra dan putri atau kelompok mayoritas dan minoritas
sehingga jalannya diskusi kelompok terasa hidup dan terfokus pada penyelesaian
tugas yang diberikan, Untuk siklus kedua siswa terbagi atas kelompok
berpasangan atau dua-dua, dan dilanjutkan tugas individual dikandung maksud
agar siswa memiliki rasa tanggung yang lebih besar dan lebih mandiri. Dengan
5
demikian pengalaman belajar siswa semakin komplek yang memberikan dampak
positif pada hasil pembelajaran yaitu meningkatnya motivasi dan hasil belajar
siswa. Berdasarkan latar belakang di atas maka teridentifikasi masalah sebagai
berikut:
1. Mengapa motivasi Matematika tentang bilangan bulat rendah?
2. Mengapa hasil belajar Matematika tentang bilangan bulat rendah?
3. Mengapa motivasi dan hasil belajar Matematika tentang bilangan bulat
rendah?
Dalam penelitian ini yang menjadi fokus masalah adalah motivasi,
hasil belajar, dan model pembelajaran Kooperatif Model STAD . Motivasi
berperan penting dalam pembelajaran. Kuatnya motivasi akan berdampak positif,
sebaliknya lemahnya motivasi hasilnya tidak akan maksimal. Hasil belajar sangat
dipengaruhi motivasi belajar seseorang. Hasil belajar agar maksimal selain
diperlukan motivasi yang tinggi, sajian pembelajarannya harus menarik, berkesan,
dan menyenangakan, sehingga siswa terlibat aktif dalam pembelajaran. Suatu
pembelajaran dikatakan berhasil jika hasil pembelajaran sesuai harapan dan tujuan
pembelajaran yang telah digariskan. Untuk mencapai hasil pembelajaran yang
maksimal model pembelajaran Kooperatif Model STAD sangat efektif untuk
diterapkan, karena semua siswa akan terlibat aktif dalam pembelajaran.
Motivasi merupakan perangsang atau dorongan dalam diri individu untuk
bertindak mencapai tujuan. Bila kita melakukan suatu aktivitas tanpa adanya
motivasi maka hasilnya tidak seperti yang diharapkan. Dalam pembelajaran guru
hendaknya mampu membangkitkan motivasi siswa, antara lain dengan melibatkan
6
siswa dalam pembelajaran, merespon jawaban siswa meskipun jawabanya belum
benar, memberikan pujian, menilai hasil pembelajaran, memberikan hadiah, dan
menyajikan pembelajaran yang menarik. Motivasi siswa juga dapat terbangkitkan
oleh siswa lain dalam komunitas belajar. Kuatnya motivasi belajar dalam diri
siswa akan mempengaruhi kesungguhan selama mengikuti proses pembelajaran.
Motivasi belajar merupakan dorongan dari dalam diri individu untuk melakukan
perubahan diri menjadi lebih baik. Kuat lemahnya motivasi belajar akan
berpengaruh pada hasil belajar. Motivasi belajar diupayakan selalu adanya
peningkatan.
Hasil belajar siswa menjadi tolok ukur sebuah keberhasilan pembelajaran.
Hasil belajar adalah produk perubahan tingkah laku menuju lebih baik yang
dilakukan dengan berbagai macam latihan secara terus menerus dan
berkesinambungan. Hasil belajar siswa akan meningkat apabila intensitas latihan
dilakukan dengan serius ditunjang sarana dan prasarana yang memadai.
Banyaknya latihan yang tidak dilandasi keseriusan tidak akan membuahkan hasil
lebih baik. Untuk itu saat melakukan berbagai latihan harus fokus pada hal yang
dipelajari sehingga terjadi konstruktivistik diri dalam membangun pengetahuan
dan pengalaman belajar. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar bisa berasal dari
dalam diri siswa sendiri dan juga berasal dari luar. Pembelajaran yang menarik
dan menyenangkan akan dapat mengangkat hasil belajar. Kekondusifan
lingkungan belajar dan hubungan komunitas belajar juga dapat mempengaruhi
hasil belajar.
7
Model pembelajaran Kooperatif Model STAD merupakan salah satu
bentuk pembelajaran kooperativ (cooperative learning). Ciri khas pembelajaran
kooperativ adalah adanya diskusi kelompok dalam penyelesai tugas. Yang
membedakan model pembelajaran Kooperatif Model STAD Belajar kooperatif
adalah kegiatan yang berlangsung dalam lingkungan belajar sehingga siswa dalam
kelompok kecil saling berbagi ide-ide dan bekerja sama untuk menyelesaikan
tugas akademik (Davidson & Kroll, 1991:262).
Selain dapat digunakan untuk siswa yang bersifat heterogen, Johnson &
Johnson (1994:44) menyatakan bahwa belajar kooperatif dapat juga digunakan
pada setiap jenjang pendidikan mulai taman kanak-kanak sampai perguruan
tinggi, dalam semua bidang materi dan sebarang tugas. Juga, Slavin (1995:4)
menyatakan bahwa belajar kooperatif telah digunakan secara intensif dalam
setiap subjek pendidikan, pada semua jenjang pendidikan dan pada semua jenis
persekolahan di berbagai belahan dunia. Dalam bidang matematika, belajar
kooperatif dapat digunakan dalam praktik keterampilan, belajar penemuan,
investigasi, pengumpulan data laboratorium, diskusi mengenai suatu konsep, dan
pemecahan masalah (Davidson & Kroll 1991:362).
Menurut Johnson & Johnson (1994:22-23), terdapat lima unsur penting
dalam belajar kooperatif, yaitu seperti berikut ini.
1. Saling ketergantungan yang bersifat positif antarsiswa.
2. Interaksi antarsiswa yang semakin meningkat.
3. Tanggung jawab individual.
4. Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil.
8
5. Proses kelompok.
Konsep utama dari belajar kooperatif menurut Slavin (1995:5) adalah sebagai
berikut.
1. Penghargaan kelompok, yang akan diberikan jika kelompok mencapai kriteria
yang ditentukan.
2. Tanggung jawab individual, bermakna bahwa suksesnya kelompok tergantung
pada belajar individual semua anggota kelompok. Tanggung jawab ini
terfokus dalamusaha untuk membantu yang lain dan memastikan setiap
anggota kelompok telahsiap menghadapi evaluasi tanpa bantuan yang lain.
3. Kesempatan yang sama untuk sukses, bermakna bahwa siswa telah membantu
kelompok dengan cara meningkatkan belajar mereka sendiri. Hal ini
memastikan bahwa siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah sama-
sama tertantang untuk melakukan yang terbaik dan bahwa kontribusi semua
anggota kelompok sangat bernilai.
Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan pembatasan masalah di atas
makasebagai rumusan masalahnya sebagai berikut:
1. Apakah melalui penerapan model pembelajaran Kooperatif Model STAD
dapat meningkatkan motivasi belajar Matematika tentang bilangan bulat bagi
siswa kelas VI SD 1 Panunggalan Kecamatan Pulokulon, Kabupaten
Grobogan?
2. Apakah melalui penerapan model pembelajaran Kooperatif Model STAD
dapat meningkatkan hasil belajar Matematika tentang bilangan bulat bagi
siswa kelas VI SD 1 Panunggalan Kecamatan Pulokulon, Kabupaten
Grobogan?
9
3. Apakah melalui penerapan model pembelajaran Kooperatif Model STAD
dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar Matematika tentang bilangan
bulat bagi siswa kelas VI SD 1 Panunggalan Kecamatan Pulokulon
Kabupaten Grobogan?
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
a. Untuk meningkatkan motivasi seluruh siswa SD 1 Panunggalan .
b. Untuk meningkatkan hasil belajar bagi siswa SD 1 Panunggalan
c. Untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar bagi seluruh
siswa SD 1 Panunggalan .
2. Tujuan Khusus
a. Melalui penerapan model pembelajaran Kooperatif Model
STAD dapat meningkatkan motivasi Matematika tentang
bilangan bulat bagi siswa kelas VI SD 1 Panunggalan.
b. Melalui penerapan model pembelajaran Kooperatif Model
STAD dapat meningkatkan hasil belajar Matematika tentang
bilangan bulat bagi siswa kelas VI SD 1
c. Melalui penerapan model pembelajaran Kooperatif Model
STAD dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar
Matematika tentang bilangan bulat bagi siswa kelas VI SD 1
Panunggalan
C. Kajian Teori
a. Hakikat Motivasi
10
Menurut Daryanto (1994:141) motivasi adalah dorongan yang timbul
untuk melakukan tindakan. Devinisi senada disampaikan oleh Wahyudin
(2008:2.37) motivasi adalah kecenderungan atau dorongan pada diri individu
untuk melakukan suatu tindakan. Motivasi yang bersumber dari dalam diri
individu memiliki potensi yang kuat untuk mewujudkan gagasan atau imajinasi
diri. Apalagi bila didukung situasi dan kondisi yang memadai, maka gagasan
akan mudah direalisasikan. Namun perlu diwaspadai karena motivasi dapat
melahirkan dampak positif dan juga negatif tergantung pada diri seseorang.
Motivasi yang berdampak negatif hendaknya sedapat mungkin diubah menuju
dampak yang positif untuk peningkatan kualitas diri. Oleh Winataputra
(2008:3.15) motivasi didefinisikan sebagai suatu kondisi khusus yang dapat
mempengaruhi individu untuk belajar. Jadi untuk dapat belajar dengan maksimal
siswa memerlukan kondisi yang khusus. Hal ini dimaksudkan agar siswa dalam
mengembangkan potensi dirinya berjalan secara wajar tanpa adanya tekanan dan
gangguan dari luar, karena diri siswa masih labil mudah terimbas pengaruh
lingkungan. Motivasi belajar sangat penting dalam pembelajaran, karena motivasi
dapat mendorong kemauan belajar siswa sehingga siswa memiliki kecenderungan
untuk mengulangi apa yang sudah dipelajari. Proses pengulangan yang terus
menerus akan memberikan pemahaman yang mendalam dan kematangan
diri.Afifudin (1986:110-111) menggolongkan motivasi menjadi dua, yaitu: (1)
motivasi intrinsik yakni bentuk motivasi atau kesediaan untuk belajar karena
terdorong oleh rasa ingin tahu, (2) motivasi ekstrinsik yaitu bentuk motivasi atau
kesediaan untuk belajar karena terdorong oleh keinginan untuk mendapat sesuatu.
11
Bekerjanya kedua motivasi tersebut tidak selalu sejalan, terkadang berseberangan.
Bruner menekankan pentingnya motivasi intrinsik bila dibanding motivasi
ekstrinsik namun bila keduanya saling bersinergi siswa akan lebih aktif dalam
belajar dan berdampak positif
Pada umumnya motivasi intrinsik lebih kuat dari pada motivasi ekstrinsik
(Purwanto, 1996:82), namun sebenarnya keduanya saling melengkapi dan
menguatkan. Motivasi ekstrinsik berfungsi bila ada rangsangan dari luar. Motivasi
sangat diperlukan dalam berbagai proses pembelajaran. Dengan adanya motivasi
pembelajaran akan lebih bermakna, lebih efektif dan maksimal. Bila motivasi
intrinsik kuat, siswa terlihat aktif dan tekun siswa. Kesinergian motivasi intrinsik
dan ekstrinsik membuat siswa lebih bersemangat dalam mengekspresikan potensi
diri meraih keberhasilan. Motivasi ekstrinsik agar bersinergi dengan motivasi
intrinsik diperlukan pembiasaan yang terus menerus agar tidak berseberangan.
Selama proses pembelajaran diupayakan motivasi tetap terpelihara dan tidak
surut.
Fungsi motivasi belajar adalah untuk meggerakkan siswa belajar aktif dan
kreatif, menyeleksi perbuatan yang harus dilakukan dan mendorong tingkah laku
untuk belajar. Siswa yang memiliki motovasi tinggi akan berpengaruh pada
keberhasilan belajarnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa motivasi
yang tinggi akan mengantarkan keberhasilan seseorang dalam mencapai tujuan
yang diinginkan secara maksimal.
b. Hakikat Belajar
12
Belajar berarti perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian
kegiatan, misalnya membaca, mengamati, mendengarkan dan meniru (Winkel,
1996:21). Perubahan tingkah laku tidak dapat terjadi secara tiba-tiba melainkan
berproses melalui serangkaian tahapan kegiatan atau latihan yang dilakukan
secara serius terpadu dan konsisten untuk memperoleh beragam kemampuan,
keterampilan, dan sikap yang lebih baik dari semula. Hal ini sejalan dengan Bell-
Gredler (1986:1) yang mendefinisikan belajar sebagai proses yang dilakukan
manusia untuk mendapatkan aneka ragam competencies, skill, and attitudes.
Aktivitas belajar dilakukan mulai dari masa bayi hingga akhir hayat dan dapat
dilakukan melalui pendidikan formal, informal, dan non formal, bahkan bisa
terjadi di mana pun dan kapan pun.
Menurut Afifudin (1986:109) belajar diartikan sebagai suatu proses
pembentukan atau perubahan tingkah laku yang mengarah kepada penguasaan
pengetahuan, kecakapan, keterampilan, kebiasaan, sikap yang semuanya
diperoleh, disimpan dan dilaksanakan. Dari kegiatan belajar akan terjadi
perubahan menuju peningkatan kualitas dalam pengetahuan, kecakapan,
keterampilan, kebiasaan, dan sikapnya. Jadi yang dihasilkan dari kegiatan belajar
yaitu adanya perubahan tingkah laku yang maju (progresif) dan penyelarasan
atau penyesuaian (adaptif).
Bell-Gredler (1986:317) mengintisarikan konsep belajar menjadi enam teori
belajar secara kontemporer yakni: (1) Teori operant conditioning dari B.F.
Skinner; (2) Teori codition of learning dari Robert Gagne; (3) Teori information
13
processing; (4) Teori cognetiv development dari Jean Peaget; (5) Teori social
learning dari Albert Bandura; (6) Teori attribution dari Bernard Weiner.
Berkenaan dengan proses belajar yang terjadi pada diri siswa, Gagne dalam
(Winataputra, 2008:1.9-1.11) mengemukakan delapan jenis belajar yaitu: (1)
Belajar isyarat (signal learning); (2) Belajar stimulus-respon (stimulus-response
learning); (3) Belajar rangkaian (chaining learning); (4) Belajar asosiasi verbal
(verbal association learning); (5) Belajar membedakan (discrimination learning);
(6) Belajar konsep (concept learning); (7) Belajar hukum atau aturan (rule
lerning); (8) Belajar pemecahan masalah (problem solving learning);
Agar belajar menjadi bermakna dan memiliki struktur informasi yang kuat,
siswa harus aktif mengidentifikasi prinsip-prinsip kunci yang ditemukannya
sendiri, bukan hanya sekedar menerima penjelasan dari guru saja. Dalam proses
pembelajaran siswa benar-benar dituntut keaktifan dan kreatifitasnya. Siswa harus
mampu mendayagunakan potensi diri dan mengeksplor temuan selama
pembelajaran sehingga hasil belajar akan maksimal. Dengan demikian prinsip
belajar tuntas (mastery learning) akan terwujud.
Slameto (2003:2) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Perubahan tingkah laku sebagai hasil dari belajar tidak terjadi
secara tiba-tiba melainkan berproses dan berkelanjutan yang diperolehnya melalui
berbagai latihan secara tekun. Lingkungan, keseriusan, dan frekuensi latihan
sangat mempengaruhi hasil belajar yang maksimal.
14
Angkowo (2007:49) mengemukakan bahwa belajar akan efektif jika
dilakukan dengan suasana menyenangkan. Maka perlu diciptakan suasana dan
sistem yang kondusif dalam pembelajaran. Mensikapi hal tersebut guru sebagai
pengajar, fasilitator dan motivator harus mampu memfasilitasi dan memotivasi
siswa agar siswa dapat mengembangkan potensi dirinya secara maksimal. Sejalan
dengan hal tersebut Soedjadi (1991:26) mengemukakan bahkan mungkin
memerlukan perombakan kebiasaan mengajar yang sudah rutin dewasa ini, dari
pembelajaran tradisional menuju ke pembalajaran yang kooperatif, interaktif, dan
inovatif sehingga mutu pembelajaran meningkat
c. Motivasi Belajar
Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam
individu yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar dan
memberi arah demi tercapainya tujuan belajar (Winkel, 1991:92). Aktivitas
pembelajaran akan menuai hasil maksimal bila motivasi belajar selama proses
pembalajaran meningkat, terarah dan terpadu. Guru sebagai motivator hendaknya
mampu membangkitkan motivasi siswa dalam pembelajaran. Sedapat mungkin
guru harus dapat mimicu motivasi belajar siswa baik motivasi intrinsik maupun
ekstrinsiknya, sehingga siswa selalu bersemangat dan fokus dalam mengikuti
pembelajaran.
Menurut Sumanto (1984:108) faktor yang mempengaruhi motifasi belajar
digolongkan menjadi tiga, yaitu: (1) stimulasi belajar; (2) metode belajar; (3)
faktor individual. Motivasi belajar tidak bersifat statis namun dinamis hal yang
demikian dapat dikondisikan, dimantapkan, dan ditingkatkan. Menurut Dimyati
15
(1999:102) untuk meningkatkan motivasi belajar dapat ditempuh dengan berbagai
cara dan pada prinsipnya adalah pengoptimalan potensi diri, karena setiap siswa
pada dirinya telah melekat potensi yang siap dikembangkan dan dioptimalkan,
untuk itu dalam pembelajaran diperlukan usaha guru membangkitkan motivasi
belajar melalui berbagai model pembelajaran.
Usaha yang dapat dilakukan guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa
menurut Hamalik (2001:167) adalah sebagai berikut: (1). penilaian yang
dilakukan secara kontinu mendorong siswa untuk belajar; (2) pujian dapat
mendorong rasa puas dan senang dapat mendorong semangat belajar; (3)
pemberian hadiah baik berupa materi maupun bintang kehormatan; (4) Kerja
kelompok yang harmonis; (5) persaingan yang sehat; (6) penggunaan media
pembelajaran elektrnika dan lain-lain.
Selanjutnya Dimyati (1999:102) menjelaskan untuk meningkatkan motivasi
belajar dapat juga ditempuh dengan cara: (1) mencipkatakan suasana belajar yang
menyenangkan; (2) memberanikan siswa untuk berdiskusi tentang keberhasilan
atau kegagalan mencapai keinginan. Guru juga dapat menggunakan media
pembalajaran yang sesuai yakni menggunakan CD pembelajaran, memanfaatkan
lingkungan sebagai sumber pembelajaran, penerapan motede yang sesuai,
pengelolaan kelas yang kondusif, penerapan model pembelajaran yang kreatif dan
inovatif.
2. Hasil Belajar Matematika Bilangan Bulat
a. Hasil Belajar
16
Menurut Sudjana (2001:22) hasil belajar merupakan kemampuan-
kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
Kemampuan sebagai hasil belajar siswa beragam tingkatnya. Ada yang
berkemampuan tinggi, sedang dan juga rendah. Hal ini berpengaruh pada hasil
pengalaman belajar. Bagi siswa yang berkemampuan tinggi maka hasil belajarnya
akan maksimal, tetapi bagi siswa yang berkemampuan rendah maka hasilnya tidak
bisa maksimal. Hasil belajar tampak dalam bentuk perubahan perilaku dan
perubahan pribadi seseorang ke arah yang lebih baik. Pengalaman belajar siswa
meskipun dalam situasi belajar yang sama namun hasilnya berbeda. Bagi siswa
yang telah memiliki kesiapan dan kematangan serta kepekaan maka hasil
belajarnya akan sangat membantu menuju ketercapaian maksud dan tujuan
pembelajaran.
Hal yang senada dikatakan oleh Anni (2006:5) bahwa hasil belajar
merupakan perubahan perilaku yang diperoleh setelah mengalami aktivitas
belajar. Menurut Soemanto (2006: 112-113) yang termasuk aktivitas belajar
antara lain berfikir dan latihan atau praktik. Dengan berfikir maka akan
memperoleh penemuan baru, setidak-tidaknya menjadi tahu hubungan antar
sesuatu. Dengan berlatih tentunya telah mempunyai dorongan untuk mencapai
tujuan tertentu yang dapat mengembangkan sesuatu aspek pada diri sendiri. Saat
berlatih terjadi interaksi yang integral ke arah tujuan sehingga terkontruksi suatu
pengalaman yang dapat mengubah diri bahkan dapat mengubah lingkungan.
Namun perubahan perilaku sangat tergantung apa yang dipelajari dalam
pembelajaran.
17
b. Hakikat Matematika
Menurut Ruseffendi (1988:23) menyatakan bahwa metematika itu
terorganisasikan dari unsur-unsur yang tidak didevinisikan, definisi-definisi
aksioma-aksioma, dan dalil-dalil, di mana dalil-dalil setelah dibuktikan
kebenarannya berlaku secara umum, karena itulah matematika sering disebut ilmu
deduktif. Selanjutnya Johnson dalam (Karso, 2009:1.39-40) menyatakan bahwa
matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan pembuktian yang logik;
matematika adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefiniskan dengan
cermat, jelas, dan akurat representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa
bahasa simbol mengenai arti dari pada bunyi; selanjutnya dijelaskan metematika
adalah pengetahuan struktur yang terorganisasi, sifat-sifat atau teori-teori dibuat
secara deduktif berdasarkan kepada unsur yang tidak didefinisikan, aksioma,
sifat, atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya; matematika adalah ilmu
tentang pola keteraturan pola atau ide; dan matematika itu adalah suatu seni,
keindahannya terdapat pada keterarutan dan keharmonisannya.
Matematika dikenal sebagai ilmu dedukatif karena setiap melakukan
pembuktian menggunakan pendekatan deduktif. Dalam sajian pembelajarannya
tidak dilakukan secara melompat-lompat tetapi bertahap dan berkesinambungan,
yang dimulai dari pemahaman ide dan konsep sederhana ke jenjang yang lebih
kompleks. Pembelajaran matematika berkembang dari yang mudah ke yang sukar.
Seseorang tidak mungkin mempelajari konsep lebih tinggi sebelum menguasai
prasyarat atau memahami konsep yang lebih rendah.
18
Reys dalam Karso (2009:1.40) mengatakan bahwa matematika adalah
telaahan tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola pikir, suatu seni, suatu
bahasa dan suatu alat, sedangkan menurut Kline dalam Karso (2009:1.40) bahwa
matematika itu bukan pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena
dirinya sendiri, tetapi keberadaannya untuk membantu manusia memahami,
menguasai, permasalahan sosial, ekonomi, dan alam.
Menurut Karso (2009:1.40) matematika disebut ilmu deduktif, karena kita
ketahui bahwa baik isi maupun metode pencarian kebenaran dalam matematika
berbeda dengan ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan umumnya. Metode
pencarian kebenaran yang dipakai oleh matematika adalah metode deduktif,
sedangkan ilmu pengetahuan alam adalah induktif atau eksperimen. Namun dalam
matemaika mencari kebenaran itu bisa dimulai dengan cara induktif, tetapi
seterusnya generalisasi yang benar untuk semua keaadaan harus dibuktikan secara
deduktif.
Menurut Hudoyo (1990:4) secara singkat dapat dikatakan bahwa
matematika berkenaan dengan ide-ide, konsep-konsep abstrak yang tersusun
secara hierarkis dan penalarannya deduktif, sedangkan Tambunan dalam Karso
(2009:1.42) menyatakan bahwa matematika adalah pengetahuan mengenai
kuantiti dan ruang, salah satu cabang dari sekian banyak ilmu yang sistematis,
teratur dan eksak. Matematika adalah angka-angka perhitungan yang merupakan
bagian dari hidup manusia. Matematika menolong manusia memperkirakan secara
eksak berbagai ide dan kesimpulan. Matematika adalah pengetahuan atau ilmu
mengenai logika dan problem-problem menarik. Matematika membahas faktor-
19
faktor dan hubungan-hubungannya, serta membahas problem ruang dan bentuk.
Matematika adalah ratunya ilmu.
Pada dasarnya tujuan belajar matematika yang sesuai dengan hakikat
matematika merupakan sasaran utama, sedangkan peranan-peranan teori belajar
merupakan strategi terhadap pemahaman matematika (Karso, 2009:1.42). Ada
pun tujuan akhir dari pembelajaran matematika adalah penguasaan berbagai
konsep yang relative abstrak, dengan beragam teori belajar sebagai jembatan
dalam memahami konsep-konsep matematika.
Menurut Karso (2009:1.43-44) konsep-konsep matematika yang tersusun
dalam GBPP matematika SD dapat dikelompokan ke dalam tiga jenis konsep
yaitu: konsep dasar, konsep yang berkembang, konsep yang harus dibina
keterampilannya. Konsep dasar ditanamkan sebagai prasyarat untuk memahami
konsep-konsep selanjutnya. Konsep yang berkembang merupakan penerapan dari
konsep-konsep dasar. Konsep ini akan mudah dipahami apabila siswa telah
menguasi konsep dasar atau konsep prasyaratnya. Konsep yang harus dibina
keterampilannya yakni konsep dasar dan konsep yang berkembang perlu
mendapat pembinaan guru sehingga siswa terbantu penggunaannya dalam
kehidupan nyata sehari-hari.
c. Hakikat Bilangan Bulat
Pengertian Bilangan Bulat Menurut Goenawan Roebyanto dan Sri Harmini
2009:4 bilangan bulat negatif, nol, dan bilangan asli disebut bilangan bulat
integers. Barisan bilangan bulat dapat diperlihatkan sebagai berikut : . . . -3,-2,-
1,0,1,2,3, . . . Menurut Karim, dkk 1996: 179 bilangan bulat diciptakan untuk
20
menjawab masalah seperti 3 + n = 0, 7 + n = 5 karena tidak ada bilangan cacah
yang memenuhi sehingga pernyataan tersebut menjadi benar. Hal ini
menunjukkan pengetahuan tentang bilangan cacah saja belum cukup untuk
memecahkan masalah. Karena itu manusia membutuhkan pengetahuan yang lebih
untuk dapat menyelesaikan permasalahan di atas yaitu dengan bilangan bulat.
Menurut Karim, dkk 1997: 180 gabungan semua bilangan cacah dan himpunan
semua bilangan bulat negatif, yaitu himpunan {-5, -4, -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, 4, 5}
disebut himpunan bilangan bulat. Bilangan-bilangan 0, 1, 2, 3, 4, 5, … disebut
bilangan cacah, sedangkan 1, 2, 3, 4, 5, … disebut bilangan asli. Jadi, bilangan
cacah adalah gabungan dari bilangan nol dan bilangan asli. Dari beberapa teori di
atas dapat disimpulkan bahwa bilangan bulat adalah bilangan yang terdiri dari
bilangan nol, bilangan asli, dan lawan 8 commit to user bilangan asli. 2 Pengertian
Matematika Matematika adalah ilmu tentang logika mengenal bentuk, susunan,
besaran, dan konsep-konsep yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya.
Matematika itu muncul karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan dengan
ide, proses, dan penalaran. Matematika adalah ilmu yang mempelajari tentang
bilangan dan ruang yang bersifat abstrak www.duniaguru.com diakses pada 30
Desember 2010. Untuk menunjang kelancaran pembelajaran disamping pemilihan
metode yang tepat juga perlu digunakan suatu pembelajaran yang sangat berperan
dalam membimbing abstraksi siswa. Pengertian Matematika dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia oleh tim penyusun kamus Pusat Pembinaan dan Perkembangan
Bahasa disebutkan bahwa Matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan,
hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam
21
penyelesaian masalah bilangan. Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan tahun 2007 menyatakan bahwa Matematika merupakan ilmu universal
yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting
dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Menurut R.Soedjadi
2000: 11 menyatakan beberapa definisi atau pengertian tentang matematika : a
Matematika adalah ilmu pengetahuan eksak dan terorganisasi secara sistematik. b
Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi. c Matematika
adalah pengetahuan tentang penalaran logis dan berhubungan dengan bilangan. d
Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah
tentang ruang dan bentuk. e Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-
struktur yang logis. f Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang
ketat. Menurut Asep Jihad 2008: 153 matematika memiliki dua objek 9 commit to
user garapan yakni objek langsung yang terdiri dari : fakta, konsep, prinsip, dan
prosedur operasi. Sementara objek tidak langsung adalah implikasi dari proses
pembelajaran matematika, yakni kebiasaan bekerja baik, sikap kemampuan
mengalihgunakan cara kerja memanipulasi dalam arti positif, serta membangun
konsep mental akhlak yang baik seperti kejujuran. Sedangkan menurut Asep Jihad
2008: 152 mengidentifikasi perbedaan matematika dengan pelajaran lain dalam
hal : a Objek pembicaraannya abstrak, sekalipun dalam pengajaran di sekolah
anak diajarkan benda konkrit, siswa tetap didorong untuk abstraksi. b Pembahasan
mengandalkan tata nalar, artinya info awal berupa pengertian dibuat seefisien
mungkin, pengertian lain harus dijelaskan kebenarannya dengan tata nalar yang
logis c Pengertian atau konsep atau pernyataan sangat jelas berjenjang sehingga
22
terjaga konsistensinya. d Melibatkan perhitungan operasi. e Dapat dipakai dalam
ilmu yang lain serta dalam kehidupan sehari-hari. Menurut R.Soedjadi 2000: 13
ciri-ciri khusus atau karakteristik yang dapat merangkum pengertian matematika
secara umum adalah sebagai berikut : a Memiliki objek kajian abstrak b Bertumpu
pada kesepakatan c Berpola piker deduktif d Memiliki symbol yang kosong dari
arti e Memperhatikan semesta pembicaraan f Konsisten dalam sistemnya. Dari
beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah salah
satu ilmu dasar yang mempelajari tentang bilangan dan ruang yang bersifat
abstrak, bahasa simbolis, ciri utamanya adalah penggunaan cara bernalar deduktif
yang memudahkan manusia untuk berpikir sehingga dapat digunakan untuk
memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari. 10 commit to user 3
Karakteristik Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Pembelajaran adalah
upaya untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi,
minat, bakat, dan kebutuhan peserta didik yang beragam agar terjadi interaksi
optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa www.dunia
guru.com diakses tanggal 30 Desember 2010. Menurut Heruman 2007: 1 dalam
pembelajaran matematika yang abstrak, siswa memerlukan alat bantu berupa
media, dan alat peraga yang dapat memperjelas apa yang disampaikan oleh guru
sehingga lebih cepat dipahami dan dimengerti oleh siswa. Beberapa karakteristik
pembelajaran matematika di Sekolah Dasar antara lain sebagai berikut : a
Pembelajaran matematika dilakukan berjenjang. Pembelajaran dimulai dari
konsep sederhana ke konsep yang lebih sukar. Berawal dari hal-hal yang konkrit
atau nyata ke semi konkrit dan berakhir pada abstrak. b Pembelajaran matematika
23
mengikuti metode spiral. Konsep baru diperkenalkan dengan mengaitkannya pada
konsep yang telah dipahami siswa. Hal ini merupakan prinsip belajar bermakna
atau belajar dengan pemahaman. Konsep baru merupakan perluasan dan
pendalaman konsep sebelumnya. c Pembelajaran matematika menekankan
penggunaan pola deduktif. Pembelajaran deduktif adalah pembelajaran dalam
memahami konsep melalui pemahaman definisi umum kemudian ke contoh-
contoh. d Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi
Pembelajaran ini adalah pernyataan dianggap benar apabila didasarkan atas
pernyataan sebelumnya yang sudah dianggap benar. Dari beberapa teori di atas
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika di sekolah dasar berawal dari
hal-hal yang bersifat konkrit nyata menuju hal yang bersifat abstrak. 11 commit to
user 4 Tujuan Pembelajaran Matematika Pembelajaran matematika adalah melatih
cara berpikir secara sistematis, logis, kritis, dan konsisten. Mata pelajaran
matematika memiliki tujuan sebagai berikut : a Tujuan Umum 1 Memahami
konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antara konsep dan mengaplikasikan
konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan
masalah. 2 Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan
gagasan dan pernyataan matematika. 3 Memecahkan masalah yang meliputi
kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan
model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4 Mengomunikasikan gagasan
dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau
masalah. 5 Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,
24
yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. b Tujuan
Khusus 1 Menumbuhkan kemampuan siswa yang dapat digunakan untuk
menyelesaikan permasalahan dalam kegiatan matematika. 2 Mengembangkan
kemampuan dasar matematika sebagai bekal belajar lebih lanjut di SMP. 3
Membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif, dan disiplin. 5 Tinjauan operasi
hitung bilangan bulat dalam penelitian Operasi hitung bilangan bulat yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah : a Operasi penjumlahan bilangan bulat.
Cara operasi hitung bilangan bulat adalah sebagai berikut : 12 commit to user 1
Penjumlahan antara dua bilangan bulat positif hasilnya adalah bilangan bulat
positif juga. Contoh : 7+3 = 10 2 Penjumlahan antara dua bilangan bulat negatif
hasilnya adalah bilangan bulat negatif juga. Contoh : -4 + -5 = -9 3 Penjumlahan
bilangan bulat positif dengan negatif atau sebaliknya hasilnya sbb: Jika angka
bilangan bulat positif lebih kecil dari bilangan bulat negatif maka hasilnya adalah
bilangan bulat negatif. Contoh : -4 + 2 = -2 Jika angka bilangan bulat positif lebih
besar dari bilangan bulat negatif maka hasilnya adalah bilangan bulat positif
Contoh : 7 + -4 = 3 Sifat-sifat operasi hitung penjumlahan : 1 Sifat Komutatif
Pertukaran Andi mempunyai 5 kelereng berwarna merah dan 3 kelereng berwarna
hitam. Budi mempunyai 3 kelereng berwarna merah dan 5 kelereng berwarna
hitam. Samakah jumlah kelereng yang dimiliki Andi dan Budi? 5 + 3 = 8 3 + 5 =
8 Jadi 5 + 3 = 3 + 5 Cara penjumlahan seperti ini menggunakan sifat komutatif.
Secara umum, sifat komutatif pada penjumlahan dapat ditulis sebagai berikut. 13
commit to user a + b = b + a, dengan a dan b sembarang bilangan bulat. 2 Sifat
25
Asosiatif Pengelompokan Andi mempunyai 2 kotak berisi kelereng. Kotak I berisi
3 kelereng merah dan 2 kelereng hitam. Kotak II berisi 4 kelereng putih. Budi
juga mempunyai 2 kotak berisi kelereng. Kotak I berisi 3 kelereng merah. Kotak
II berisi 2 kelereng hitam dan 4 kelereng putih. Samakah jumlah kelereng yang
dimiliki Andi dan Budi? 3 + 2 + 4 = 5 + 4 = 9 3 + 2 + 4 = 3 + 6 = 9 Jadi 3 + 2 + 4
= 3 + 2 + 4 Cara penjumlahan seperti ini menggunakan sifat asosiatif pada
penjumlahan. Secara umum, sifat asosiatif pada penjumlahan dapat ditulis: a + b +
c = a + b + c, dengan a, b, dan c sembarang bilangan bulat. b Operasi pengurangan
bilangan bulat a Apabila terjadi pengurangan bilangan bulat positif dengan
bilangan bulat positif maka: Bilangan bulat positif dikurangi dengan bilangan
bulat positif yang lebih kecil maka hasilnya dalah bilangan bulat positif. Contoh :
9 – 5 = 4 Bilangan bulat positif dikurangi dengan bilangan bulat positif yang lebih
besar maka hasilnya adalah bilangan bulat negative. Contoh : 3 – 6 = -3 b Apabila
terjadi pengurangan bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat negatif maka: 14
commit to user Bilangan bulat negatif dikurangi dengan bilangan bulat negatif
yang lebih kecil maka hasilnya adalah bilangan bulat positif. Contoh : -6 - -8 = -6
+ 8 = 2 ingat - 8 -6 Bilangan bulat negatif dikurangi dengan bilangan bulat negatif
yang lebih besar maka hasilnya adalah bilangan bulat negatif. Contoh : -5 – -3 = -
5 +3 = -2 -3 -5 Bilangan bulat negatif yang dikurangi sama dengan bilangan bulat
negatif yang mengurangi maka hasilnya adalah 0 nol. Contoh : -4 - -4 = -4 + 4 = 0
c Pengurangan bilangan bulat positif dengan bilangan bulat negatif hasilnya selalu
bilangan bulat positif. contoh : 8 – -4 = 8 + 4 = 12 d Pengurangan bilangan bulat
26
negatif dengan bilangan bulat positif hasilnya selalu bilangan bulat negatif. contoh
: -8 – 4 = - 12
d. Kooperatif tipe STAD
Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang
mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam
kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan
rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku
yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan gender. Model pembelajaran
kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk
menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran. Menurut Nur (2000), semua model pembelajaran ditandai dengan
adanya struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan. Struktur tugas,
struktur tujuan dan struktur penghargaan pada model pembelajaran kooperatif
berbeda dengan struktur tugas, struktur tujuan serta struktur penghargaan model
pembelajaran yang lain. Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil
belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman
dari temannya, serta pengembangan keterampilan sosial.
Prinsip Dasar Dan Ciri-Ciri Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Nur (2000), prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif sebagai
berikut: (1) Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala
sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.(2)Setiap anggota kelompok (siswa)
harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang
sama.(3)Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung
27
jawab yang sama diantara anggota kelompoknya.(4)Setiap anggota kelompok
(siswa) akan dikenai evaluasi.(5) Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi
kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama
proses belajarnya.(6)Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta
mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam
kelompok kooperatif.Sedangkan ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah
sebagai berikut (1)Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi
belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.(2)Kelompok dibentuk dari
siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, baik tingkat kemampuan
tinggi, sedang dan rendah. Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras,
budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan
gender.(3)Penghargaan lebih menekankan pada kelompok dari pada masing-
masing individu. Dalam pembelajaran kooperatif dikembangkan diskusi dan
komunikasi dengan tujuan agar siswa saling berbagi kemampuan, saling belajar
berpikir kritis, saling menyampaikan pendapat, saling memberi kesempatan
menyalurkan kemampuan, saling membantu belajar, saling menilai kemampuan
dan peranan diri sendiri maupun teman lain.
Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Terdapat 6 (enam) langkah dalam
model pembelajaran kooperatif.(1)Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengkomunikasikan kompetensi
dasar yang akan dicapai serta memotivasi siswa.(2) Menyajikan informasi. Guru
menyajikan informasi kepada siswa.(3)Mengorganisasikan siswa ke dalam
kelompok-kelompok belajar. Guru menginformasikan pengelompokan
28
siswa.(4)Membimbing kelompok belajar. Guru memotivasi serta memfasilitasi
kerja siswa dalam kelompok-kelompok belajar.(5)Evaluasi, Guru mengevaluasi
hasil belajar tentang materi pembelajaran yang telah dilaksanakan.(6)Memberikan
penghargaan. Guru memberi penghargaan hasil belajar individual dan kelompok.
29
BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Materi Kegiatan
Materi yang digunakan dalam bets practice adalan bilangan bulat indikator
menentukan penjumlahan bilangan bulat.
1. Pengertian Bilangan Bulat
Dari nama nya yaitu bulat bilangan ini tidak terpecah atau pun terpotong.
Bilangan ini utuh baik negatif atau positif dan merupakan kelipatan dari angka 1
atau -1. Kumpulan bilangan yang habis di bagi 1 seperti angka 100, 40, dan -7.
2. Bilangan Bulat Pada Garis Bilangan
Secara grafis, jika kalian tulis pada baris bilangan akan tampak seperti pada
gambar di bawah ini:
Di lihat dari garis bilangan di atas, bilangan 1, 2, 3, 4, 5, … di namakan bilangan
bulat positif dan letak nya di bagian sebelah kanan angka 0. Bilangan -1, -2, -3, -4,
-5, … disebut dengan bilangan bulat negatif dan letak nya di sebelah kiri angka 0.
3. Hubungan Antara 2 Bilangan Bulat
30
Jika kalian amati pada garis bilangan di atas, jika ada 2 buah bilangan A dan B di
tuliskan pada garis bilangan seperti di atas akan berlaku hubungan:
 jika A terletak di sebelah kiri B maka nilai A lebih kecil dari nilai B ( A <
B )
 Jika A terletak di sebelah kanan B maka nilai A lebih besar dar nilaii B ( A
> B )
B. Metode Pelaksanaan Best Practice
Pelaksanaan best practice ini adalah menggunakan model pembelajaran kooperatif
model STAD.
Perencanaan untuk melakukan pembelajaran kooperatif melibatkan lima tahapan,
yaitu: (1) menentukan tujuan, (2) merencanakan pengumpulan informasi, (3)
membentuk kelompok, (4) mendesain aktivitas kelompok, dan (5) merencanakan
aktivitas kelompok secara keseluruhan.
C. Perumusan Indikator
Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
3.2 Menjelaskan dan melakukan operasi
penjumlahan,pengurangan,perkalian,
dan pembagian yang melibatkan
bilangan bulat negatif
 Menjelaskan dan melakukan operasi
penjumlahan, pengurangan,
perkalian, dan pembagian yang
melibatkan bilangan bulat positif
 Menjelaskan dan melakukan operasi
penjumlahan, pengurangan,
31
perkalian, dan pembagian yang
melibatkan bilangan bulat negatif
D. Penyusunan Perangkat Pembelajaran
I. Kompetensi Dasar
5.2 Menjumlahkan bilangan bulat
II. Indikator Pembelajaran
1. Menjumlahkan bilangan bulat
2. Menyelesaikan masalah sehari-hari yang terkait dengan penjumlahan
bilangan bulat
III. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat:
1. menjumlahkan bilangan bulat dengan bantuan alat peraga (ubin lantai dan
boneka)
2. menjumlahkan bilangan bulat dengan bantuan garis bilangan
3. menyelesaikan masalah sehari-hari yang terkait dengan penjumlahan
bilangan bulat
IV. Materi Pokok
Operasi pada Bilangan Bulat: menjumlahkan bilangan bulat
V. Alat/Sumber Belajar
Ubin lantai kelas, LKS, papan garis bilangan
VI. Langkah-langkah Pembelajaran
No Kegiatan Pembelajaran
Pegelolaan
Waktu Siswa
1. Kegiatan Awal:
- Membahas PR tentang mengurutkan bilangan bulat
- Menyampaikan tujuan pembelajaran tentang
penjumlahan bilangan bulat
5 menit Klasikal
2. Kegiatan Inti:
- Tanya jawab tentang penyelesaian masalah
menjumlahkan bilangan bulat yang terkait dengan
5 menit Klasikal
32
masalah sehari-hari
- Tanya jawab tentang menjumlahkan bilangan cacah
dengan menggunakan ubin lantai
- Guru bersama siswa menyepakati “maju” untuk
menjumlah, “balik” untuk bilangan negatif, dan “tidak
balik” untuk bilangan positif
- Guru bersama siswa mendiskusikan proses
menjumlahkan bilangan bulat pada lantai kelas untuk
ditulis menjadi kalimat penjumlahan bilangan bulat
- Siswa dalam kelompok memberikan “perintah”
berdasarkan soal penjumlahan bilangan bulat dengan
bantuan ubin lantai
- Menyelesaikan soal penjumlahan bilangan bulat dengan
bantuan boneka dan garis bilangan (LKS )
- Mempresentasikan hasil kerja kelompok
- Menyelesaikan soal penjumlahan bilangan bulat tanpa
bantuan boneka dan garis bilangan secara individu
5 menit
10 menit
5 menit
10 menit
10 menit
5 menit
10 menit
Klasikal
Klasikal
Klasikal
Klasikal
Kelompok
Kelompok
Klasikal
Individu
3. Kegiatan Akhir:
- Guru meminta siswa melakukan refleksi tentang
pengetahaun yang diperoleh hari ini dan suasana
pembelajaran
- Guru memberikan PR
5 menit Klasikal
VII. Penilaian
a. Penilaian Proses : Pengamatan terhadap aktivitas dan interaksi siswa
selama pembelajaran berlangsung.
b. Penilaian Produk : Penilaian tentang kerja mandiri, PR, dan kerja
kelompok.
33
LEMBAR KERJA SISWA (LKS 5.2.1)
Gambarkan perjalanan boneka yang telah disediakan pada garis bilangan untuk
menyelesaikan operasi penjumlahan bilangan bulat di bawah ini :
a. 2 + 4 = …….
 Mula-mula boneka berdiri dititik 2 menghadap ke kanan
 Kemudian boneka .................................................................
 Posisi boneka sekarang ada di titik ...........................
b. -3 + 2 = ……….
 Mula-mula boneka berdiri dititik -3 menghadap ke kanan
 .................................................................
 Posisi boneka sekarang ada di titik ...........................
Jadi, 2 + 4 = …………
-2 3-3 -1 1 2-5 -4. 0 4 5 6
Kesepakatan:
● Tempatkan boneka pada bilangan pertama dan boneka
menghadap ke kanan
● Jika bilangan berikutnya negatif berarti “boneka balik”
● Menambah berarti “maju”
Jadi, -3 + 2 = …………
-2 3-3 -1 1 2-5 -4. 0 4 5 6
34
c. 5 + (-4) = …….
 .................................................................
 ...............................................................
 ...............................................................
d. (-3) + (-2) = ……….
 .................................................................
 ...............................................................
 ...............................................................
E. Waktu dan tempat kegiatan
Pembelajaran ini dilaksanakan hari selasa tanggal 7 Januari 2020 bertempat di SD
Negeri 1 Panunggalan,Kecamatan Pulokulon
Jadi, 5 + (-4) = …………
-2 3-3 -1 1 2-5 -4. 0 4 5 6
Jadi, (-3) + (-2) = …………
-2 3-3 -1 1 2-5 -4. 0 4 5 6
35
35
BAB III
PEMBAHASAN
Hasil penelitian yang menunjukkan perbandingan aktivitas belajar
kondisi awal dan kondisi akhir siswa disajikan pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Perbandingan Aktivitas Belajar Siswa
Objek yang diamati Kondisi Awal Kondisi Akhir
Aktivitas belajar siswa 54,80 86,20
Aktivitas Belajar Siswa
Tertinggi
70 90
Aktivitas Belajar Siswa
Terendah
40 60
Berdasarkan data nilai di atas dapat diketahui aktivitas siswa kondisi awal
54,80 dan pada kondisi akhir 86,20. Hasil ini menunjukkan terjadi peningkatan
secara signifikan sebesar 31,4 persen. Hal ini tercapai dikarenakan telah
diterapkannya model pembelajaran STAD untuk mengatasi rendahnya
aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran matematika tentang operasi hitung
bulat .
Perbandingan hasil belajar siswa pada kondisi awal dan kondisi akhir
ditunjukkan sebagai berikut.
36
Tabel 2. Perbandingan Hasil Belajar Siswa
No Objek yang diamati Kondisi awal Kondisi akhir
1 Rata-rata 50 70
2. Nilai tertinggi 70 90
3. Nilai terendah 40 60
Hasil pengamatan hasil belajar siswa yang ditunjukkan dengan rata-rata siswa
meningkat 20 dari kondisi awal 50 pada kondisi akhir mencapai 90. Hal ini
membuktikan bahwa pada kondisi akhir aktivitas dan hasil belajar siswa dapat
ditingkatkan dan telah mencapai target penelitian setelah dibelajarkan dengan
model pembelajaran Kooperatif tipe STAD
Penelitian ini menerapkan pembelajaran dengan model pembelajaran
Kooperatif tipe STAD pada untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa.
Penelitian dilakukan dalam pembelajaran matematika materi operasi hitung bulat .
Sintaks model pembelajaran yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu
siswa dibagi menjadi beberapa kelompok berpasangan kemudian
diberikan tugas untuk mempelajari dan meringkas materi. Selanjutnya guru
dan siswa menentukan pembaca dan pendengar. Pembicara bertugas sebagai
pembaca ringkasan/penyelesaian masalah, sedangkan pendengar bertugas
untuk menyimak dan membantu menambahkan penjelasan yang
dihubungkan dengan materi sebelumnya/lainnya Setelah itu, siswa diminta untuk
bertukar peran. Pembelajaran diakhiri dengan membuat kesimpulan.
37
Sintaks yang dilakukan dalam penelitian ini sesuai dengan sintaks
pembelajaran STAD yang meliputi: (1) Menyampaikan tujuan pembelajaran (2)
.Menyajiakan materi ajar kepada siswa dengan cara mendemonstrasikan (3)
Membentuk Kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa. (4) Membimibing setiap
kelompok untuk belajar dan bekerja (5) Membagikan LKS (6) Tiap kelompok
memperesentasikan hasil diskusi. (7) Guru memberikan tes individual pada akhir
pembelajaran tentang materi yang telah didiskusikan (8)Siswa mengerjakan tes
individual atau kelompok yang mencakup semua topik.
Aspek-aspek aktivitas belajar siswa yang diamati dalam penelitian
tindakan kelas ini meliputi: (1) Siswa dapat bekerja sama dengan kelompok, (2)
Siswa dapat bertukar tugas dengan kelompok, (3) Dapat berkompetisi dengan
baik, (4) Memberikan tanggapan teman. Indikator tersebut dinilai untuk
mencerminkan pembelajaran yang aktif dan student centered. Hal ini senada
dengan pendapat bahwa pembelajaran seyogyanya dapat berperan sebagai
alat untuk menciptakan proses mengajar dan belajar (Sudjana, 2013).
Langkah model pembelajaran STAD menyebabkan peningkatan aktivitas belajar
siswa meningkat sebesar 20 dari kondisi awal 50,00 pada kondisi akhir mencapai
70,00. Hal ini membuktikan bahwa dengan model pembelajaran Kooperatif
tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika tentang operasi
hitung cbulat bagi siswa kelas VI SD Negeri 1 Panunggalan,Kecamatan
Pulokulon Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2019/2020. Hasil pembelajaran
model Kooperatif tipe STAD ini sejalan dengan beberapa penelitian yang
menunjukkan bahwa pengguanan metode STAD dapat meningkatkan aktifitas
38
belajar siswa (Hasnibeti, 2017; Hajaryanti dan Kuraedah, 2018).
Penerapan model pembelajaran STAD dapat meningkatkan aktifitas
belajar siswa dalam mata pelajaran matematika tetapi di sisi lain model ini
memiliki kelemahan Beberapa hal yang bisa menjadi Kelebihan
dankelemahan,Kelebihan (1) Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar,
karena sudah ada kelompok ahli yang bertugas menjelaskan materi kepada rekan-
rekannya.(2) Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang
lebih singkat(3) Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif
dalam berbicara dan berpendapat.Adapun kelemahan aplikasi model ini di
lapangan, menurut Roy Killen, 1996, adalah :(1) Prinsip utama pembelajaran ini
adalah ‘peer teaching’, pembelajran oleh teman sendiri, ini akan menjadi kendala
karena perbedaan persepsi dalam memahami konsep yang akan diskusikan
bersama siswa lain. (2) Apabila siswa tidak memiliki rasa percaya diri dalam
berdiskusi menyampaikan materi pada teman.(3) Rekod siswa tentang nilai,
kepribadian, perhatian siswa harus sudah dimiliki oleh guru dan biasanya butuh
waktu yang sangat lama untuk mengenali tipe-tipe siswa dalam kelas tersebut.(4)
Butuh waktu yang cukup dan persiapan yang matang sebelum model
pembelajaran ini bisa berjalan dengan baik.(5) Aplikasi metode ini pada kelas
yang lebih besar (lebih dari 40 siswa) sangatlah sulit.
Dalam penerapannya sering dijumpai beberapa permasalahan, yaitu (a)
Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung mengontrol
jalannya diskusi.(b) Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berpikir
rendah akan mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk
39
sebagai tenaga ahli.(c) Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan.(d) Pembagian
kelompok yang tidak heterogen, dimungkinkan kelompok yang anggotanya lemah
semua.(e) Penugasan anggota kelompok untuk menjadi tim ahli sering tidak
sesuai antara kemampuan dengan kompetensi yang harus dipelajari.(f) Siswa yang
tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk mengikuti proses pembelajaran.
Model pembelajaran Kooperatif tipe STAD juga dapat meningkatkan
hasil belajar siswa. Penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD dapat
meningkatkan hasil belajar siswa sebesar 20 poin ditunjukkan dengan rata-rata
siswa kondisi awal 50 kondisi akhir mencapai 70. Hal ini membuktikan bahwa
model pembelajaran Kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar
matematika tentang operasi hitung bulat bagi siswa kelas VI SD
Negeri 1 Panunggalan Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan Tahun
Pelajaran 2019/2020.
40
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah
diuraikan sebelumnya, dapat disimpulkan :
1. Pembelajaran model Kooperatif tipe STAD layak dijadikan best practice
pembelajaran berorientasi pada HOTS karena dapat meningkatkan
kemampuan siswa untuk meningkatkan kreatifitas,berpikir kritis dan
mengembangkan ilmu pengetahuannya.
2. Penyusuann RPP yang cermat dan teliti sehingga pembelajaran kooperatif
tipe STAD dapat digunakan dengan baik
B. Rekomendasi
1. Pembelajaran Kooperatif tipe STAD dapat dijadikan masukan kontribusi
dan dikembangkan di mata pelajaran lain
2. Pembelajaran Kooperatif tipe STAD dapat diterapkan sebagai salah satu
variasi dalam pengajaran agar pembelajaran tidak monoton sehingga dapat
menumbuhkan suasana baru dan akhirhya dapat meningkatkan hasil
pembelajaran.
3. Best Practice ini dapat digunakan sebagai referensi untuk melaksanakan
mini riset lainnya.
41
DAFTAR PUSTAKA
Discovery https://jurnal.umk.ac.id/index.php/anargya/article/view/2284/1374 tgl
1-1-20 jam 12.14
PBM https://jurnal.umk.ac.id/index.php/RE/article/view/451/482 tgl 1-1-20 jam
12.30
Kooperatif CIRC, KOOPERATIF MODEL STAD
https://jurnal.umk.ac.id/index.php/RE/article/view/419/451 tgl 1-1-20 jam
12.22
CTL https://jurnal.umk.ac.id/index.php/RE/article/view/448/479tgl 1-1-20 jam
12.26
Text Role As Draft Sciencehttp://www.ajssh.leena-
luna.co.jp/AJSSHPDFs/Vol.2(4)/AJSSH2013(2.4-28).pdf 1-1-20 jam 12.44
Media
Interaktifhttps://ejournal.upi.edu/index.php/pedadidaktika/article/download/5157/
3621 1-1-20 jam 12.49
Efektivitas media https://jurnal.umk.ac.id/index.php/RE/article/view/589/611tgl.
3-1-20 jam 00.58
Mnemonic
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S187705091732046X?via%3Di
hubtgl. 3-1-20 jam 01.30
Critical Thinking
http://journal.teflin.org/index.php/journal/article/viewFile/727/318tgl. 3-1-20 jam
1.54
Pengembangan Model
PembelajaranTematikBerbasisPermainanTradisionalhttps://ejournal.upi.edu/index
.php/ppd/article/download/21298/10540tgl. 4-1-20 jam 22.17
http://ekagurunesama.blogspot.com/2010/07/definisi-model-pembelajaran.html,
diakses: 29 Desember 2012
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2254464-hakikat-model-
pembelajaran/#ixzz2GJK6IoI9, diakses: 29 Desember 2012
http://ilmugreen.blogspot.com/2012/07/hakikat-model-pembelajaran.html,
diakses: 29 Desember 2012
http://ninaruspinacivic.blogspot.com/2012/04/makalah-metode-pembelajaran-
Kooperatif Model STAD .html, diakses: 29 Desember 2012
42
http://yosiabdiantindaon.blogspot.com/2012/11/hakikat-model-pembelajaran-
concept.html, diakses: 29 Desember 2012
Lie, A. 2002. Cooperative Learning. Mempraktikkan Cooperatif Learning di
Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana
S, Teguh Arifin, dkk.1987. Rumus-rumus Matematika Lengkap. Surabaya: Apollo
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Cetakan ke-1. Surabaya: Pretasi Pustaka
Tim PLPG IKIP PGRI Semarang. 2011. Bahan Ajar PLPG Rayon 39 IKIP PGRI
Semarang, Semarang:IKIP PGRI Semarang
Tri, Catharina Anni. 2006. Psikologi Belajar. Semarang: UPT MKK UNNES
Udin, S. Winataputra, dkk. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:
Universitas terbuka.
Lie, A. 2002. Cooperative Learning. Mempraktikkan Cooperatif Learning di
Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana
Nurhadi, dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK.
Malang: Universitas Negeri Malang
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Revisi ke- 4
Jakarta: PT Rineka Cipta.
S, Teguh Arifin, dkk.1987. Rumus-rumus Matematika Lengkap. Surabaya: Apollo
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Cetakan ke-1. Surabaya: Pretasi Pustaka
Tim PLPG IKIP PGRI Semarang. 2011. Bahan Ajar PLPG Rayon 39 IKIP PGRI
Semarang, Semarang:IKIP PGRI Semarang
Tri, Catharina Anni. 2006. Psikologi Belajar. Semarang: UPT MKK UNNES
43

More Related Content

What's hot

LK 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi.docx
LK 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi.docxLK 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi.docx
LK 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi.docx
yusepputra99
 
REFLEKSI PPL PELAKSANAAN AKSI 1.pdf
REFLEKSI PPL PELAKSANAAN AKSI 1.pdfREFLEKSI PPL PELAKSANAAN AKSI 1.pdf
REFLEKSI PPL PELAKSANAAN AKSI 1.pdf
heniwulandari16
 
2. JURNAL KEGIATAN HARIAN PPL PPG YUK MIF.docx
2. JURNAL KEGIATAN HARIAN PPL PPG YUK MIF.docx2. JURNAL KEGIATAN HARIAN PPL PPG YUK MIF.docx
2. JURNAL KEGIATAN HARIAN PPL PPG YUK MIF.docx
Nurhasanah213373
 
Produk Bahan refleksi siklus 1 dan 2.docx
Produk Bahan refleksi siklus 1 dan 2.docxProduk Bahan refleksi siklus 1 dan 2.docx
Produk Bahan refleksi siklus 1 dan 2.docx
diahprameswari1986
 
LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah.docx
LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah.docxLK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah.docx
LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah.docx
MaximusCarlesSeda
 
LK. 2.2 Menentukan Solusi.pdf
LK. 2.2 Menentukan Solusi.pdfLK. 2.2 Menentukan Solusi.pdf
LK. 2.2 Menentukan Solusi.pdf
AdinnullahAdinnullah
 
lk 2.2 penentuan solusi.pdf
lk 2.2 penentuan solusi.pdflk 2.2 penentuan solusi.pdf
lk 2.2 penentuan solusi.pdf
OcaGitulo
 
LK 2.2 Penentuan Solusi .docx
LK 2.2 Penentuan Solusi .docxLK 2.2 Penentuan Solusi .docx
LK 2.2 Penentuan Solusi .docx
SitiRohanah24
 
LK 1.3 Penentuan Penyebab Masalah.docx
LK 1.3 Penentuan Penyebab Masalah.docxLK 1.3 Penentuan Penyebab Masalah.docx
LK 1.3 Penentuan Penyebab Masalah.docx
RiriwaJeurukPurut
 
LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi Rev.pdf
LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi Rev.pdfLK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi Rev.pdf
LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi Rev.pdf
UlfaKhoirunisa2
 
LK. 1.1. Identifikasi Masalah_NOVI RIANINGSIH New.pdf
LK. 1.1. Identifikasi Masalah_NOVI RIANINGSIH New.pdfLK. 1.1. Identifikasi Masalah_NOVI RIANINGSIH New.pdf
LK. 1.1. Identifikasi Masalah_NOVI RIANINGSIH New.pdf
NoviRianingsih1
 
Lk 3.1 Best practice, PPG Daljab Kategori 2 Tahun 2022.pdf
Lk 3.1 Best practice, PPG Daljab Kategori 2 Tahun 2022.pdfLk 3.1 Best practice, PPG Daljab Kategori 2 Tahun 2022.pdf
Lk 3.1 Best practice, PPG Daljab Kategori 2 Tahun 2022.pdf
PebriFitri
 
LK 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi.pdf
LK 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi.pdfLK 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi.pdf
LK 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi.pdf
KarnilaSustrayeni
 
LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi.docx
LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi.docxLK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi.docx
LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi.docx
Andiqbal
 
LK 2.2 Penentuan Solusi.anidar (1).pdf
LK 2.2 Penentuan Solusi.anidar (1).pdfLK 2.2 Penentuan Solusi.anidar (1).pdf
LK 2.2 Penentuan Solusi.anidar (1).pdf
anidar06
 
LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi (1).docx
LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi (1).docxLK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi (1).docx
LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi (1).docx
EKAWAHYUNKURNIATI
 
PTK modul 3 (merancang PTK)
PTK modul 3 (merancang PTK)PTK modul 3 (merancang PTK)
PTK modul 3 (merancang PTK)Srinah Yanti
 
LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah-Ismariyana.docx
LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah-Ismariyana.docxLK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah-Ismariyana.docx
LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah-Ismariyana.docx
erica233597
 
LK. 2.1 REVISI_Eksplorasi Alternatif Solusi (Masita).docx
LK. 2.1 REVISI_Eksplorasi Alternatif Solusi (Masita).docxLK. 2.1 REVISI_Eksplorasi Alternatif Solusi (Masita).docx
LK. 2.1 REVISI_Eksplorasi Alternatif Solusi (Masita).docx
MasitaMasita16
 

What's hot (20)

LK 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi.docx
LK 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi.docxLK 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi.docx
LK 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi.docx
 
REFLEKSI PPL PELAKSANAAN AKSI 1.pdf
REFLEKSI PPL PELAKSANAAN AKSI 1.pdfREFLEKSI PPL PELAKSANAAN AKSI 1.pdf
REFLEKSI PPL PELAKSANAAN AKSI 1.pdf
 
2. JURNAL KEGIATAN HARIAN PPL PPG YUK MIF.docx
2. JURNAL KEGIATAN HARIAN PPL PPG YUK MIF.docx2. JURNAL KEGIATAN HARIAN PPL PPG YUK MIF.docx
2. JURNAL KEGIATAN HARIAN PPL PPG YUK MIF.docx
 
Produk Bahan refleksi siklus 1 dan 2.docx
Produk Bahan refleksi siklus 1 dan 2.docxProduk Bahan refleksi siklus 1 dan 2.docx
Produk Bahan refleksi siklus 1 dan 2.docx
 
LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah.docx
LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah.docxLK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah.docx
LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah.docx
 
LK. 2.2 Menentukan Solusi.pdf
LK. 2.2 Menentukan Solusi.pdfLK. 2.2 Menentukan Solusi.pdf
LK. 2.2 Menentukan Solusi.pdf
 
lk 2.2 penentuan solusi.pdf
lk 2.2 penentuan solusi.pdflk 2.2 penentuan solusi.pdf
lk 2.2 penentuan solusi.pdf
 
LK 2.2 Penentuan Solusi .docx
LK 2.2 Penentuan Solusi .docxLK 2.2 Penentuan Solusi .docx
LK 2.2 Penentuan Solusi .docx
 
LK 1.3 Penentuan Penyebab Masalah.docx
LK 1.3 Penentuan Penyebab Masalah.docxLK 1.3 Penentuan Penyebab Masalah.docx
LK 1.3 Penentuan Penyebab Masalah.docx
 
LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi Rev.pdf
LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi Rev.pdfLK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi Rev.pdf
LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi Rev.pdf
 
LK. 1.1. Identifikasi Masalah_NOVI RIANINGSIH New.pdf
LK. 1.1. Identifikasi Masalah_NOVI RIANINGSIH New.pdfLK. 1.1. Identifikasi Masalah_NOVI RIANINGSIH New.pdf
LK. 1.1. Identifikasi Masalah_NOVI RIANINGSIH New.pdf
 
Lk 3.1 Best practice, PPG Daljab Kategori 2 Tahun 2022.pdf
Lk 3.1 Best practice, PPG Daljab Kategori 2 Tahun 2022.pdfLk 3.1 Best practice, PPG Daljab Kategori 2 Tahun 2022.pdf
Lk 3.1 Best practice, PPG Daljab Kategori 2 Tahun 2022.pdf
 
LK 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi.pdf
LK 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi.pdfLK 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi.pdf
LK 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi.pdf
 
LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi.docx
LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi.docxLK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi.docx
LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi.docx
 
LK 2.2 Penentuan Solusi.anidar (1).pdf
LK 2.2 Penentuan Solusi.anidar (1).pdfLK 2.2 Penentuan Solusi.anidar (1).pdf
LK 2.2 Penentuan Solusi.anidar (1).pdf
 
LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi (1).docx
LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi (1).docxLK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi (1).docx
LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi (1).docx
 
PTK modul 3 (merancang PTK)
PTK modul 3 (merancang PTK)PTK modul 3 (merancang PTK)
PTK modul 3 (merancang PTK)
 
Laporan pkp pada mata pelajaran matematika
Laporan pkp pada mata pelajaran matematikaLaporan pkp pada mata pelajaran matematika
Laporan pkp pada mata pelajaran matematika
 
LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah-Ismariyana.docx
LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah-Ismariyana.docxLK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah-Ismariyana.docx
LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah-Ismariyana.docx
 
LK. 2.1 REVISI_Eksplorasi Alternatif Solusi (Masita).docx
LK. 2.1 REVISI_Eksplorasi Alternatif Solusi (Masita).docxLK. 2.1 REVISI_Eksplorasi Alternatif Solusi (Masita).docx
LK. 2.1 REVISI_Eksplorasi Alternatif Solusi (Masita).docx
 

Similar to Tugas laporan best practice sumarwoto 201903118

Skripsi model pembelajaran_kooperatif_tipe_nht
Skripsi model pembelajaran_kooperatif_tipe_nhtSkripsi model pembelajaran_kooperatif_tipe_nht
Skripsi model pembelajaran_kooperatif_tipe_nhtre_devan
 
ppt best practice.ppt
ppt best practice.pptppt best practice.ppt
ppt best practice.ppt
arifianto26
 
Gustav Gisela Nuwa, S.Fil., M.Th
Gustav Gisela Nuwa, S.Fil., M.ThGustav Gisela Nuwa, S.Fil., M.Th
Gustav Gisela Nuwa, S.Fil., M.Th
gustav nuwa
 
Bab 1 3
Bab 1 3Bab 1 3
1
11
Ptk jual-beli
Ptk jual-beliPtk jual-beli
Ptk jual-beli
Melly PMI
 
Contoh proposal ptk (2)
Contoh proposal ptk (2)Contoh proposal ptk (2)
Contoh proposal ptk (2)
nu rokhman
 
BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN
Aniyah Damayanti
 
Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)
Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)
Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)
Andi Rafiah S
 
s_pgsd_0806270_chapter1.pdf
s_pgsd_0806270_chapter1.pdfs_pgsd_0806270_chapter1.pdf
s_pgsd_0806270_chapter1.pdf
MyData19
 
PTK PROPOSAL.docx
PTK PROPOSAL.docxPTK PROPOSAL.docx
PTK PROPOSAL.docx
KaJiChannel1
 
PTK PROPOSAL..pdf
PTK PROPOSAL..pdfPTK PROPOSAL..pdf
PTK PROPOSAL..pdf
KaJiChannel1
 
Karya Tulis Ilmiah mengenai Pengaruh Penerapan Kurikulum 2013 terhadap Cara B...
Karya Tulis Ilmiah mengenai Pengaruh Penerapan Kurikulum 2013 terhadap Cara B...Karya Tulis Ilmiah mengenai Pengaruh Penerapan Kurikulum 2013 terhadap Cara B...
Karya Tulis Ilmiah mengenai Pengaruh Penerapan Kurikulum 2013 terhadap Cara B...
regiandira739
 
Model pembelajaran inovatif tipe jigsaw
Model pembelajaran inovatif tipe jigsawModel pembelajaran inovatif tipe jigsaw
Model pembelajaran inovatif tipe jigsaw
Robiatul Bangkawiyah
 
Model Pembelajaran Inovatif Tipe Jigsaw
Model Pembelajaran Inovatif Tipe JigsawModel Pembelajaran Inovatif Tipe Jigsaw
Model Pembelajaran Inovatif Tipe Jigsaw
Adelia Ibrahim
 
Karil Muhamad Syahril
Karil Muhamad SyahrilKaril Muhamad Syahril
Karil Muhamad Syahril
Muhamad Syahril
 
Proposal bahasa indonesia
Proposal bahasa indonesiaProposal bahasa indonesia
Proposal bahasa indonesiabcirohil
 

Similar to Tugas laporan best practice sumarwoto 201903118 (20)

Bab 1 5 jadi
Bab 1 5 jadiBab 1 5 jadi
Bab 1 5 jadi
 
Skripsi model pembelajaran_kooperatif_tipe_nht
Skripsi model pembelajaran_kooperatif_tipe_nhtSkripsi model pembelajaran_kooperatif_tipe_nht
Skripsi model pembelajaran_kooperatif_tipe_nht
 
ppt best practice.ppt
ppt best practice.pptppt best practice.ppt
ppt best practice.ppt
 
Gustav Gisela Nuwa, S.Fil., M.Th
Gustav Gisela Nuwa, S.Fil., M.ThGustav Gisela Nuwa, S.Fil., M.Th
Gustav Gisela Nuwa, S.Fil., M.Th
 
Bab 1 3
Bab 1 3Bab 1 3
Bab 1 3
 
1
11
1
 
Proposal ptk
Proposal ptkProposal ptk
Proposal ptk
 
Ptk jual-beli
Ptk jual-beliPtk jual-beli
Ptk jual-beli
 
Contoh proposal ptk (2)
Contoh proposal ptk (2)Contoh proposal ptk (2)
Contoh proposal ptk (2)
 
BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN
 
Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)
Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)
Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)
 
s_pgsd_0806270_chapter1.pdf
s_pgsd_0806270_chapter1.pdfs_pgsd_0806270_chapter1.pdf
s_pgsd_0806270_chapter1.pdf
 
PTK PROPOSAL.docx
PTK PROPOSAL.docxPTK PROPOSAL.docx
PTK PROPOSAL.docx
 
PTK PROPOSAL..pdf
PTK PROPOSAL..pdfPTK PROPOSAL..pdf
PTK PROPOSAL..pdf
 
Karya Tulis Ilmiah mengenai Pengaruh Penerapan Kurikulum 2013 terhadap Cara B...
Karya Tulis Ilmiah mengenai Pengaruh Penerapan Kurikulum 2013 terhadap Cara B...Karya Tulis Ilmiah mengenai Pengaruh Penerapan Kurikulum 2013 terhadap Cara B...
Karya Tulis Ilmiah mengenai Pengaruh Penerapan Kurikulum 2013 terhadap Cara B...
 
Model pembelajaran inovatif tipe jigsaw
Model pembelajaran inovatif tipe jigsawModel pembelajaran inovatif tipe jigsaw
Model pembelajaran inovatif tipe jigsaw
 
Model Pembelajaran Inovatif Tipe Jigsaw
Model Pembelajaran Inovatif Tipe JigsawModel Pembelajaran Inovatif Tipe Jigsaw
Model Pembelajaran Inovatif Tipe Jigsaw
 
Bener
BenerBener
Bener
 
Karil Muhamad Syahril
Karil Muhamad SyahrilKaril Muhamad Syahril
Karil Muhamad Syahril
 
Proposal bahasa indonesia
Proposal bahasa indonesiaProposal bahasa indonesia
Proposal bahasa indonesia
 

Recently uploaded

Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
DEVI390643
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
asyi1
 
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenUNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
AdrianAgoes9
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
DataSupriatna
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
gloriosaesy
 
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
gloriosaesy
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
kinayaptr30
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
EkoPutuKromo
 
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
nawasenamerta
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
d2spdpnd9185
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
muhammadRifai732845
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
agusmulyadi08
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
SurosoSuroso19
 
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
ozijaya
 
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya PositifKoneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Rima98947
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
widyakusuma99
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
UditGheozi2
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
agusmulyadi08
 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
Dedi Dwitagama
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
SEMUELSAMBOKARAENG
 

Recently uploaded (20)

Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
 
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenUNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
 
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
 
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
 
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
 
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya PositifKoneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
 

Tugas laporan best practice sumarwoto 201903118

  • 1. LAPORAN MINI RESEARCH ( BEST PRACTICE ) Pembelajaran Kooperatif Model STAD Untuk Meningkatkan Aktivitas Pembelajaran Siswa Kelas VIA SDN 1 Panunggalan Materi Bilangan Bulat Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar Pendidikian dan Pembelajaran Magister Pendidikan Dasar Fakultas Keguruan Ilmu dan Pendidikan Universitas Muria Kudus Dosen Pengampu : Dr. Sri Utaminingsih,M.Pd oleh: Sumarwoto NIM: 201903118 KELAS I D MAGISTER PENDIDIKAN DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MURIA KUDUS 2019 LAPORAN MINI RESEARCH ( BEST PRACTICE ) Pembelajaran Kooperatif Model STAD Untuk Meningkatkan Aktivitas Pembelajaran Siswa Kelas VIA SDN 1 Panunggalan Materi Bilangan Bulat Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar Pendidikian dan Pembelajaran Magister Pendidikan Dasar Fakultas Keguruan Ilmu dan Pendidikan Universitas Muria Kudus Dosen Pengampu : Dr. Sri Utaminingsih,M.Pd oleh: Sumarwoto NIM: 201903118 KELAS I D MAGISTER PENDIDIKAN DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MURIA KUDUS 2019 LAPORAN MINI RESEARCH ( BEST PRACTICE ) Pembelajaran Kooperatif Model STAD Untuk Meningkatkan Aktivitas Pembelajaran Siswa Kelas VIA SDN 1 Panunggalan Materi Bilangan Bulat Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar Pendidikian dan Pembelajaran Magister Pendidikan Dasar Fakultas Keguruan Ilmu dan Pendidikan Universitas Muria Kudus Dosen Pengampu : Dr. Sri Utaminingsih,M.Pd oleh: Sumarwoto NIM: 201903118 KELAS I D MAGISTER PENDIDIKAN DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MURIA KUDUS 2019
  • 2. KATA PEGANTAR Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-NYA sehingga laporan best practice dapat terselesaikan dengan baik laporan best practice ini.Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan best practice ini tidak akan terwujud tanpa ridho yang di berikan oleh Allah SWT serta bantuan dari semua pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Dr. Sri Utaminingsih.,M.Pd, selaku Dosen Mata Kuliah Metode Pendidikan dan Pengajaran. 2. Supriyadi,S.Pd., selaku Kepala Sekolah SDN 1 Panunggalan, yang memberikan ijin Mini Riset ini. 3. Bapak dan Ibu Guru SDN 1 Panunggalan yang telah membantu selama proses pembelajaran sampai tersusunya laporan ini. 4. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam laporan best practice ini,dengan kerendahan hati penulis mengharapkan ada kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan laporan ini Pulokulon, 12 Januari 2020 Penulis Sumarwoto
  • 3. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...............................................................................i KATA PENGANTAR.............................................................................ii DAFTAR ISI .........................................................................................iii BAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang ........................................................................... 1 B. Tujuan .........................................................................................9 C. Kajian Teori ...............................................................................10 BAB II PELAKSANAAN KEGIATAN A. Materi Kegiatan ..................................................................... .. 29 B. Metode Pelaksanaan Best Practice........................................... 30 C. Perumusan Indikator ............................................................... 30 D. Pernyusunan Rencana Pembelajaran ....................................... 31 BAB III PEMBAHASAN ................................................................... 35 BAB IV PENUTUP A. Simpulan ................................................................................. 40 B. Rekomendasi.............................................................................40 DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................41
  • 4. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu indikator keberhasilan pembelajaran adalah tingkat ketuntasan tinggi. Hal ini terjadi bila dalam pembelajaran siswa aktif dan responsif. Namun fakta yang peneliti alami sangat kontradiktif. Selama proses pembelajaran Matematika tentang operasi hitung yang melibatkan berbagai bentuk bulat pada kelas VI SD 1 Panunggalan tahun pelajaran 2019/2020 motivasi belajar siswa sangat rendah. Para siswa sangat pasif tidak bergeming, hanya beberapa siswa saja yang aktif dalam pembelajaran. Hasil belajar siswa terpuruk, jauh di bawah kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan yaitu 70. Dari hasil ulangan formatif sejumlah 29 siswa, hanya 51 siswa yang tuntas, sedangkan 14 siswa belum tuntas. Pencapaian ketuntasan pembelajarannya 34,48 % sedangkan 65,52 % siswa belum tuntas. Nilai tertinggi yang mampu dicapai 70 itu pun hanya 6 siswa, adapun nilai terendah 40 dan diduduki 6 siswa. Nilai rata-rata kelas 50, kondisi yang demikian sangat memprihatinkan. Daya serap pembelajaran hanya 50 %, jauh dari tuntutan pembelajaran mastery learning. Rendahnya motivasi dan hasil belajar tersebut karena peneliti selama 2 kali tatap muka belum menerapkan model pembelajaran Kooperatif Model STAD . Peneliti dalam menyajikan pembelajaran Matematika tentang operasi hitung yang melibatkan berbagai bentuk bulat kurang dapat memotivasi siswa sehingga siswa tidak aktif dalam pembelajaran. Metode ceramah dan penugasan sangat mendominasi. Siswa pasif hanya duduk mendengarkan dan menunggu
  • 5. 2 perintah saja. Pembelajaran berlangsung secara konvensional yang bersifat satu arah terpusat pada guru (teacher centered) sehingga pembelajaran terasa kering dan membosankan, serta tidak bermakna. Kreativitas siswa seakan beku tidak terdistribusikan. Respon terhadap materi pembelajaran sangat minim. Kerja sama diantara siswa tidak terbangun. Siswa belajar secara klasikal tanpa adanya diskusi kelompok. Siswa hanya mementingkan dirinya sendiri tidak mau membantu siswa lain yang belum dapat memahami materi pembelajaran. Keterampilan sosial siswa tidak tersalurkan. Situasi belajar yang terjadi sangat individualistik tidak kompetitive dan kooperative. Memang Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang kurang digemari sebagian besar siswa.sehingga hasil belajar sangat rendah. Bertolak dari motivasi dan hasil belajar siswa yang rendah maka hal tersebut perlu ditingkatkan. kalau tidak kriteria ketuntasan belajar siswa juga tidak dapat meningkat. Bila KKM sama seperti tahun sebelumnya maka mutu pendidikan tidak akan meningkat dan berkembang. KKM yang rendah tidak mencerminkan terealisasinya visi dan misi sekolah. Apa lagi Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang ikut dalam Ujian Nasional. Untuk dapat menyelesaikan soal-soal dalam Ujian Nasional maka siswa dituntut memiliki kemampuan yang memadai. Apalagi nilai Ujian Nasional sangat menentukan kelulusan siswa. Jika nilai Matematika siswa rendah, maka siswa tidak akan lulus.. Jika ada salah satu siswa yang tidak lulus maka citra sekolah akan menurun yang berdampak pada perolehan siswa baru akan menurun, karena masyarakat tentu akan memilih menyekolahkan anaknya pada sekolah yang mutu
  • 6. 3 lulusannya tinggi. Nilai lulusan siswa yang rendah juga mengakibatkan siswa kesulitan dalam melanjutkan sekolah yang favorit, bahkan siswa cenderung tidak melanjutkan Namun sebaliknya jika nilai lulusan tinggi maka akan mendongkrak nama baik sekolah, Siswa akan mudah diterima di sekolah yang negeri dan juga sekolah favorit, Animo melanjutkan sekolah tinggi tidak seorang siswa pun yang tidak melanjutkan. Untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar yang rendah peneliti menerapkan model pembelajaran Kooperatif Model STAD , karena dengan model pembelajaran Kooperatif Model STAD siswa akan terlibat aktif dalam diskusi penyelesaian tugas, sehingga tugas yang semula terasa berat menjadi ringan. Memang model pembelajaran Kooperatif Model STAD termasuk student centered yakni pembelajaran yang berpusat pada murid. Partisipasi siswa sangat besar, keaktifan dituntut maksimal. Dengan demikian siswa akan mampu menyerap dan mengkontruksi seluruh materi pembelajaran tanpa ada tekanan sehingga terasa menyenangkan. Model pembelajaran Kooperatif Model STAD juga dapat membangkitkan keterampilan sosial dan kreatifitas, sehingga siswa mampu membangun komunitas belajar yang menumbuhkan rasa percaya diri. Siswa akan lebih berani mengemukakan pendapatnya dalam diskusi dan juga dapat menghargai pendapat temannya, pembelajarannya terasa bermakna (meaningful learning). Siswa akan dapat menyelesaikan tugas dengan baik, karena pembelajarannya secara multi arah, sesama siswa saling memberi dan menerima serta melengkapi. Siswa bekerja keras baik secara individu maupun kelompok sehingga mastery learning tercapai.
  • 7. 4 Rendahnya motivasi dan hasil belajar siswa sangat perlu ditingkatkan. Hal ini sejalan dengan program pemerintah yaitu menciptakan pendidikan bermutu dan berkarakter bangsa berbudi pekerti luhur. Bila motivasi dan hasil belajar siswa tidak ditingkatkan maka tujuan pembelajaran tidak akan terwujudkan. Program pemerintah dan tuntutan masyarakat tentang pendidikan bermutu tidak akan terealisasikan. Sebagai dampaknya adalah siswa pasif, pengetahuannya tidak berkembang, apalagi terbentuknya siswa kreatif dan mandiri. Bila sajian pembelajaran masih teacher centered maka hasilnya akan nihil seperti semula. Untuk memicu motivasi dan meningkatya hasil belajar, sajian pembelajaran harus diubah dari teacher centered menjadi student centered seperti dalam model pembelajaran Kooperatif Model STAD yang menuntut keaktifan seluruh siswa sehingga hasil belajar akan jauh lebih baik. Sebagai solusi tindakan yang peneliti lakukan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar adalah menerapkan model pembelajaran Kooperatif Model STAD .Dalam sajian pembelajaran siswa terbagi dalam kelompok-kelompok diskusi yang beranggotakan 4-5 siswa. Dalam pembentukan kelompok terdiri atas kemajemukan tingkat kecerdasan, sosial, ras, dan agama. Ini dimaksudkan agar tidak terjadi adanya kelompok pandai dan kurang pandai kelompok kaya dan miskin, kelompok putra dan putri atau kelompok mayoritas dan minoritas sehingga jalannya diskusi kelompok terasa hidup dan terfokus pada penyelesaian tugas yang diberikan, Untuk siklus kedua siswa terbagi atas kelompok berpasangan atau dua-dua, dan dilanjutkan tugas individual dikandung maksud agar siswa memiliki rasa tanggung yang lebih besar dan lebih mandiri. Dengan
  • 8. 5 demikian pengalaman belajar siswa semakin komplek yang memberikan dampak positif pada hasil pembelajaran yaitu meningkatnya motivasi dan hasil belajar siswa. Berdasarkan latar belakang di atas maka teridentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Mengapa motivasi Matematika tentang bilangan bulat rendah? 2. Mengapa hasil belajar Matematika tentang bilangan bulat rendah? 3. Mengapa motivasi dan hasil belajar Matematika tentang bilangan bulat rendah? Dalam penelitian ini yang menjadi fokus masalah adalah motivasi, hasil belajar, dan model pembelajaran Kooperatif Model STAD . Motivasi berperan penting dalam pembelajaran. Kuatnya motivasi akan berdampak positif, sebaliknya lemahnya motivasi hasilnya tidak akan maksimal. Hasil belajar sangat dipengaruhi motivasi belajar seseorang. Hasil belajar agar maksimal selain diperlukan motivasi yang tinggi, sajian pembelajarannya harus menarik, berkesan, dan menyenangakan, sehingga siswa terlibat aktif dalam pembelajaran. Suatu pembelajaran dikatakan berhasil jika hasil pembelajaran sesuai harapan dan tujuan pembelajaran yang telah digariskan. Untuk mencapai hasil pembelajaran yang maksimal model pembelajaran Kooperatif Model STAD sangat efektif untuk diterapkan, karena semua siswa akan terlibat aktif dalam pembelajaran. Motivasi merupakan perangsang atau dorongan dalam diri individu untuk bertindak mencapai tujuan. Bila kita melakukan suatu aktivitas tanpa adanya motivasi maka hasilnya tidak seperti yang diharapkan. Dalam pembelajaran guru hendaknya mampu membangkitkan motivasi siswa, antara lain dengan melibatkan
  • 9. 6 siswa dalam pembelajaran, merespon jawaban siswa meskipun jawabanya belum benar, memberikan pujian, menilai hasil pembelajaran, memberikan hadiah, dan menyajikan pembelajaran yang menarik. Motivasi siswa juga dapat terbangkitkan oleh siswa lain dalam komunitas belajar. Kuatnya motivasi belajar dalam diri siswa akan mempengaruhi kesungguhan selama mengikuti proses pembelajaran. Motivasi belajar merupakan dorongan dari dalam diri individu untuk melakukan perubahan diri menjadi lebih baik. Kuat lemahnya motivasi belajar akan berpengaruh pada hasil belajar. Motivasi belajar diupayakan selalu adanya peningkatan. Hasil belajar siswa menjadi tolok ukur sebuah keberhasilan pembelajaran. Hasil belajar adalah produk perubahan tingkah laku menuju lebih baik yang dilakukan dengan berbagai macam latihan secara terus menerus dan berkesinambungan. Hasil belajar siswa akan meningkat apabila intensitas latihan dilakukan dengan serius ditunjang sarana dan prasarana yang memadai. Banyaknya latihan yang tidak dilandasi keseriusan tidak akan membuahkan hasil lebih baik. Untuk itu saat melakukan berbagai latihan harus fokus pada hal yang dipelajari sehingga terjadi konstruktivistik diri dalam membangun pengetahuan dan pengalaman belajar. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar bisa berasal dari dalam diri siswa sendiri dan juga berasal dari luar. Pembelajaran yang menarik dan menyenangkan akan dapat mengangkat hasil belajar. Kekondusifan lingkungan belajar dan hubungan komunitas belajar juga dapat mempengaruhi hasil belajar.
  • 10. 7 Model pembelajaran Kooperatif Model STAD merupakan salah satu bentuk pembelajaran kooperativ (cooperative learning). Ciri khas pembelajaran kooperativ adalah adanya diskusi kelompok dalam penyelesai tugas. Yang membedakan model pembelajaran Kooperatif Model STAD Belajar kooperatif adalah kegiatan yang berlangsung dalam lingkungan belajar sehingga siswa dalam kelompok kecil saling berbagi ide-ide dan bekerja sama untuk menyelesaikan tugas akademik (Davidson & Kroll, 1991:262). Selain dapat digunakan untuk siswa yang bersifat heterogen, Johnson & Johnson (1994:44) menyatakan bahwa belajar kooperatif dapat juga digunakan pada setiap jenjang pendidikan mulai taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi, dalam semua bidang materi dan sebarang tugas. Juga, Slavin (1995:4) menyatakan bahwa belajar kooperatif telah digunakan secara intensif dalam setiap subjek pendidikan, pada semua jenjang pendidikan dan pada semua jenis persekolahan di berbagai belahan dunia. Dalam bidang matematika, belajar kooperatif dapat digunakan dalam praktik keterampilan, belajar penemuan, investigasi, pengumpulan data laboratorium, diskusi mengenai suatu konsep, dan pemecahan masalah (Davidson & Kroll 1991:362). Menurut Johnson & Johnson (1994:22-23), terdapat lima unsur penting dalam belajar kooperatif, yaitu seperti berikut ini. 1. Saling ketergantungan yang bersifat positif antarsiswa. 2. Interaksi antarsiswa yang semakin meningkat. 3. Tanggung jawab individual. 4. Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil.
  • 11. 8 5. Proses kelompok. Konsep utama dari belajar kooperatif menurut Slavin (1995:5) adalah sebagai berikut. 1. Penghargaan kelompok, yang akan diberikan jika kelompok mencapai kriteria yang ditentukan. 2. Tanggung jawab individual, bermakna bahwa suksesnya kelompok tergantung pada belajar individual semua anggota kelompok. Tanggung jawab ini terfokus dalamusaha untuk membantu yang lain dan memastikan setiap anggota kelompok telahsiap menghadapi evaluasi tanpa bantuan yang lain. 3. Kesempatan yang sama untuk sukses, bermakna bahwa siswa telah membantu kelompok dengan cara meningkatkan belajar mereka sendiri. Hal ini memastikan bahwa siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah sama- sama tertantang untuk melakukan yang terbaik dan bahwa kontribusi semua anggota kelompok sangat bernilai. Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan pembatasan masalah di atas makasebagai rumusan masalahnya sebagai berikut: 1. Apakah melalui penerapan model pembelajaran Kooperatif Model STAD dapat meningkatkan motivasi belajar Matematika tentang bilangan bulat bagi siswa kelas VI SD 1 Panunggalan Kecamatan Pulokulon, Kabupaten Grobogan? 2. Apakah melalui penerapan model pembelajaran Kooperatif Model STAD dapat meningkatkan hasil belajar Matematika tentang bilangan bulat bagi siswa kelas VI SD 1 Panunggalan Kecamatan Pulokulon, Kabupaten Grobogan?
  • 12. 9 3. Apakah melalui penerapan model pembelajaran Kooperatif Model STAD dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar Matematika tentang bilangan bulat bagi siswa kelas VI SD 1 Panunggalan Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan? B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum a. Untuk meningkatkan motivasi seluruh siswa SD 1 Panunggalan . b. Untuk meningkatkan hasil belajar bagi siswa SD 1 Panunggalan c. Untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar bagi seluruh siswa SD 1 Panunggalan . 2. Tujuan Khusus a. Melalui penerapan model pembelajaran Kooperatif Model STAD dapat meningkatkan motivasi Matematika tentang bilangan bulat bagi siswa kelas VI SD 1 Panunggalan. b. Melalui penerapan model pembelajaran Kooperatif Model STAD dapat meningkatkan hasil belajar Matematika tentang bilangan bulat bagi siswa kelas VI SD 1 c. Melalui penerapan model pembelajaran Kooperatif Model STAD dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar Matematika tentang bilangan bulat bagi siswa kelas VI SD 1 Panunggalan C. Kajian Teori a. Hakikat Motivasi
  • 13. 10 Menurut Daryanto (1994:141) motivasi adalah dorongan yang timbul untuk melakukan tindakan. Devinisi senada disampaikan oleh Wahyudin (2008:2.37) motivasi adalah kecenderungan atau dorongan pada diri individu untuk melakukan suatu tindakan. Motivasi yang bersumber dari dalam diri individu memiliki potensi yang kuat untuk mewujudkan gagasan atau imajinasi diri. Apalagi bila didukung situasi dan kondisi yang memadai, maka gagasan akan mudah direalisasikan. Namun perlu diwaspadai karena motivasi dapat melahirkan dampak positif dan juga negatif tergantung pada diri seseorang. Motivasi yang berdampak negatif hendaknya sedapat mungkin diubah menuju dampak yang positif untuk peningkatan kualitas diri. Oleh Winataputra (2008:3.15) motivasi didefinisikan sebagai suatu kondisi khusus yang dapat mempengaruhi individu untuk belajar. Jadi untuk dapat belajar dengan maksimal siswa memerlukan kondisi yang khusus. Hal ini dimaksudkan agar siswa dalam mengembangkan potensi dirinya berjalan secara wajar tanpa adanya tekanan dan gangguan dari luar, karena diri siswa masih labil mudah terimbas pengaruh lingkungan. Motivasi belajar sangat penting dalam pembelajaran, karena motivasi dapat mendorong kemauan belajar siswa sehingga siswa memiliki kecenderungan untuk mengulangi apa yang sudah dipelajari. Proses pengulangan yang terus menerus akan memberikan pemahaman yang mendalam dan kematangan diri.Afifudin (1986:110-111) menggolongkan motivasi menjadi dua, yaitu: (1) motivasi intrinsik yakni bentuk motivasi atau kesediaan untuk belajar karena terdorong oleh rasa ingin tahu, (2) motivasi ekstrinsik yaitu bentuk motivasi atau kesediaan untuk belajar karena terdorong oleh keinginan untuk mendapat sesuatu.
  • 14. 11 Bekerjanya kedua motivasi tersebut tidak selalu sejalan, terkadang berseberangan. Bruner menekankan pentingnya motivasi intrinsik bila dibanding motivasi ekstrinsik namun bila keduanya saling bersinergi siswa akan lebih aktif dalam belajar dan berdampak positif Pada umumnya motivasi intrinsik lebih kuat dari pada motivasi ekstrinsik (Purwanto, 1996:82), namun sebenarnya keduanya saling melengkapi dan menguatkan. Motivasi ekstrinsik berfungsi bila ada rangsangan dari luar. Motivasi sangat diperlukan dalam berbagai proses pembelajaran. Dengan adanya motivasi pembelajaran akan lebih bermakna, lebih efektif dan maksimal. Bila motivasi intrinsik kuat, siswa terlihat aktif dan tekun siswa. Kesinergian motivasi intrinsik dan ekstrinsik membuat siswa lebih bersemangat dalam mengekspresikan potensi diri meraih keberhasilan. Motivasi ekstrinsik agar bersinergi dengan motivasi intrinsik diperlukan pembiasaan yang terus menerus agar tidak berseberangan. Selama proses pembelajaran diupayakan motivasi tetap terpelihara dan tidak surut. Fungsi motivasi belajar adalah untuk meggerakkan siswa belajar aktif dan kreatif, menyeleksi perbuatan yang harus dilakukan dan mendorong tingkah laku untuk belajar. Siswa yang memiliki motovasi tinggi akan berpengaruh pada keberhasilan belajarnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa motivasi yang tinggi akan mengantarkan keberhasilan seseorang dalam mencapai tujuan yang diinginkan secara maksimal. b. Hakikat Belajar
  • 15. 12 Belajar berarti perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan, misalnya membaca, mengamati, mendengarkan dan meniru (Winkel, 1996:21). Perubahan tingkah laku tidak dapat terjadi secara tiba-tiba melainkan berproses melalui serangkaian tahapan kegiatan atau latihan yang dilakukan secara serius terpadu dan konsisten untuk memperoleh beragam kemampuan, keterampilan, dan sikap yang lebih baik dari semula. Hal ini sejalan dengan Bell- Gredler (1986:1) yang mendefinisikan belajar sebagai proses yang dilakukan manusia untuk mendapatkan aneka ragam competencies, skill, and attitudes. Aktivitas belajar dilakukan mulai dari masa bayi hingga akhir hayat dan dapat dilakukan melalui pendidikan formal, informal, dan non formal, bahkan bisa terjadi di mana pun dan kapan pun. Menurut Afifudin (1986:109) belajar diartikan sebagai suatu proses pembentukan atau perubahan tingkah laku yang mengarah kepada penguasaan pengetahuan, kecakapan, keterampilan, kebiasaan, sikap yang semuanya diperoleh, disimpan dan dilaksanakan. Dari kegiatan belajar akan terjadi perubahan menuju peningkatan kualitas dalam pengetahuan, kecakapan, keterampilan, kebiasaan, dan sikapnya. Jadi yang dihasilkan dari kegiatan belajar yaitu adanya perubahan tingkah laku yang maju (progresif) dan penyelarasan atau penyesuaian (adaptif). Bell-Gredler (1986:317) mengintisarikan konsep belajar menjadi enam teori belajar secara kontemporer yakni: (1) Teori operant conditioning dari B.F. Skinner; (2) Teori codition of learning dari Robert Gagne; (3) Teori information
  • 16. 13 processing; (4) Teori cognetiv development dari Jean Peaget; (5) Teori social learning dari Albert Bandura; (6) Teori attribution dari Bernard Weiner. Berkenaan dengan proses belajar yang terjadi pada diri siswa, Gagne dalam (Winataputra, 2008:1.9-1.11) mengemukakan delapan jenis belajar yaitu: (1) Belajar isyarat (signal learning); (2) Belajar stimulus-respon (stimulus-response learning); (3) Belajar rangkaian (chaining learning); (4) Belajar asosiasi verbal (verbal association learning); (5) Belajar membedakan (discrimination learning); (6) Belajar konsep (concept learning); (7) Belajar hukum atau aturan (rule lerning); (8) Belajar pemecahan masalah (problem solving learning); Agar belajar menjadi bermakna dan memiliki struktur informasi yang kuat, siswa harus aktif mengidentifikasi prinsip-prinsip kunci yang ditemukannya sendiri, bukan hanya sekedar menerima penjelasan dari guru saja. Dalam proses pembelajaran siswa benar-benar dituntut keaktifan dan kreatifitasnya. Siswa harus mampu mendayagunakan potensi diri dan mengeksplor temuan selama pembelajaran sehingga hasil belajar akan maksimal. Dengan demikian prinsip belajar tuntas (mastery learning) akan terwujud. Slameto (2003:2) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Perubahan tingkah laku sebagai hasil dari belajar tidak terjadi secara tiba-tiba melainkan berproses dan berkelanjutan yang diperolehnya melalui berbagai latihan secara tekun. Lingkungan, keseriusan, dan frekuensi latihan sangat mempengaruhi hasil belajar yang maksimal.
  • 17. 14 Angkowo (2007:49) mengemukakan bahwa belajar akan efektif jika dilakukan dengan suasana menyenangkan. Maka perlu diciptakan suasana dan sistem yang kondusif dalam pembelajaran. Mensikapi hal tersebut guru sebagai pengajar, fasilitator dan motivator harus mampu memfasilitasi dan memotivasi siswa agar siswa dapat mengembangkan potensi dirinya secara maksimal. Sejalan dengan hal tersebut Soedjadi (1991:26) mengemukakan bahkan mungkin memerlukan perombakan kebiasaan mengajar yang sudah rutin dewasa ini, dari pembelajaran tradisional menuju ke pembalajaran yang kooperatif, interaktif, dan inovatif sehingga mutu pembelajaran meningkat c. Motivasi Belajar Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam individu yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar dan memberi arah demi tercapainya tujuan belajar (Winkel, 1991:92). Aktivitas pembelajaran akan menuai hasil maksimal bila motivasi belajar selama proses pembalajaran meningkat, terarah dan terpadu. Guru sebagai motivator hendaknya mampu membangkitkan motivasi siswa dalam pembelajaran. Sedapat mungkin guru harus dapat mimicu motivasi belajar siswa baik motivasi intrinsik maupun ekstrinsiknya, sehingga siswa selalu bersemangat dan fokus dalam mengikuti pembelajaran. Menurut Sumanto (1984:108) faktor yang mempengaruhi motifasi belajar digolongkan menjadi tiga, yaitu: (1) stimulasi belajar; (2) metode belajar; (3) faktor individual. Motivasi belajar tidak bersifat statis namun dinamis hal yang demikian dapat dikondisikan, dimantapkan, dan ditingkatkan. Menurut Dimyati
  • 18. 15 (1999:102) untuk meningkatkan motivasi belajar dapat ditempuh dengan berbagai cara dan pada prinsipnya adalah pengoptimalan potensi diri, karena setiap siswa pada dirinya telah melekat potensi yang siap dikembangkan dan dioptimalkan, untuk itu dalam pembelajaran diperlukan usaha guru membangkitkan motivasi belajar melalui berbagai model pembelajaran. Usaha yang dapat dilakukan guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa menurut Hamalik (2001:167) adalah sebagai berikut: (1). penilaian yang dilakukan secara kontinu mendorong siswa untuk belajar; (2) pujian dapat mendorong rasa puas dan senang dapat mendorong semangat belajar; (3) pemberian hadiah baik berupa materi maupun bintang kehormatan; (4) Kerja kelompok yang harmonis; (5) persaingan yang sehat; (6) penggunaan media pembelajaran elektrnika dan lain-lain. Selanjutnya Dimyati (1999:102) menjelaskan untuk meningkatkan motivasi belajar dapat juga ditempuh dengan cara: (1) mencipkatakan suasana belajar yang menyenangkan; (2) memberanikan siswa untuk berdiskusi tentang keberhasilan atau kegagalan mencapai keinginan. Guru juga dapat menggunakan media pembalajaran yang sesuai yakni menggunakan CD pembelajaran, memanfaatkan lingkungan sebagai sumber pembelajaran, penerapan motede yang sesuai, pengelolaan kelas yang kondusif, penerapan model pembelajaran yang kreatif dan inovatif. 2. Hasil Belajar Matematika Bilangan Bulat a. Hasil Belajar
  • 19. 16 Menurut Sudjana (2001:22) hasil belajar merupakan kemampuan- kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan sebagai hasil belajar siswa beragam tingkatnya. Ada yang berkemampuan tinggi, sedang dan juga rendah. Hal ini berpengaruh pada hasil pengalaman belajar. Bagi siswa yang berkemampuan tinggi maka hasil belajarnya akan maksimal, tetapi bagi siswa yang berkemampuan rendah maka hasilnya tidak bisa maksimal. Hasil belajar tampak dalam bentuk perubahan perilaku dan perubahan pribadi seseorang ke arah yang lebih baik. Pengalaman belajar siswa meskipun dalam situasi belajar yang sama namun hasilnya berbeda. Bagi siswa yang telah memiliki kesiapan dan kematangan serta kepekaan maka hasil belajarnya akan sangat membantu menuju ketercapaian maksud dan tujuan pembelajaran. Hal yang senada dikatakan oleh Anni (2006:5) bahwa hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh setelah mengalami aktivitas belajar. Menurut Soemanto (2006: 112-113) yang termasuk aktivitas belajar antara lain berfikir dan latihan atau praktik. Dengan berfikir maka akan memperoleh penemuan baru, setidak-tidaknya menjadi tahu hubungan antar sesuatu. Dengan berlatih tentunya telah mempunyai dorongan untuk mencapai tujuan tertentu yang dapat mengembangkan sesuatu aspek pada diri sendiri. Saat berlatih terjadi interaksi yang integral ke arah tujuan sehingga terkontruksi suatu pengalaman yang dapat mengubah diri bahkan dapat mengubah lingkungan. Namun perubahan perilaku sangat tergantung apa yang dipelajari dalam pembelajaran.
  • 20. 17 b. Hakikat Matematika Menurut Ruseffendi (1988:23) menyatakan bahwa metematika itu terorganisasikan dari unsur-unsur yang tidak didevinisikan, definisi-definisi aksioma-aksioma, dan dalil-dalil, di mana dalil-dalil setelah dibuktikan kebenarannya berlaku secara umum, karena itulah matematika sering disebut ilmu deduktif. Selanjutnya Johnson dalam (Karso, 2009:1.39-40) menyatakan bahwa matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan pembuktian yang logik; matematika adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefiniskan dengan cermat, jelas, dan akurat representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai arti dari pada bunyi; selanjutnya dijelaskan metematika adalah pengetahuan struktur yang terorganisasi, sifat-sifat atau teori-teori dibuat secara deduktif berdasarkan kepada unsur yang tidak didefinisikan, aksioma, sifat, atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya; matematika adalah ilmu tentang pola keteraturan pola atau ide; dan matematika itu adalah suatu seni, keindahannya terdapat pada keterarutan dan keharmonisannya. Matematika dikenal sebagai ilmu dedukatif karena setiap melakukan pembuktian menggunakan pendekatan deduktif. Dalam sajian pembelajarannya tidak dilakukan secara melompat-lompat tetapi bertahap dan berkesinambungan, yang dimulai dari pemahaman ide dan konsep sederhana ke jenjang yang lebih kompleks. Pembelajaran matematika berkembang dari yang mudah ke yang sukar. Seseorang tidak mungkin mempelajari konsep lebih tinggi sebelum menguasai prasyarat atau memahami konsep yang lebih rendah.
  • 21. 18 Reys dalam Karso (2009:1.40) mengatakan bahwa matematika adalah telaahan tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola pikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat, sedangkan menurut Kline dalam Karso (2009:1.40) bahwa matematika itu bukan pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi keberadaannya untuk membantu manusia memahami, menguasai, permasalahan sosial, ekonomi, dan alam. Menurut Karso (2009:1.40) matematika disebut ilmu deduktif, karena kita ketahui bahwa baik isi maupun metode pencarian kebenaran dalam matematika berbeda dengan ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan umumnya. Metode pencarian kebenaran yang dipakai oleh matematika adalah metode deduktif, sedangkan ilmu pengetahuan alam adalah induktif atau eksperimen. Namun dalam matemaika mencari kebenaran itu bisa dimulai dengan cara induktif, tetapi seterusnya generalisasi yang benar untuk semua keaadaan harus dibuktikan secara deduktif. Menurut Hudoyo (1990:4) secara singkat dapat dikatakan bahwa matematika berkenaan dengan ide-ide, konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hierarkis dan penalarannya deduktif, sedangkan Tambunan dalam Karso (2009:1.42) menyatakan bahwa matematika adalah pengetahuan mengenai kuantiti dan ruang, salah satu cabang dari sekian banyak ilmu yang sistematis, teratur dan eksak. Matematika adalah angka-angka perhitungan yang merupakan bagian dari hidup manusia. Matematika menolong manusia memperkirakan secara eksak berbagai ide dan kesimpulan. Matematika adalah pengetahuan atau ilmu mengenai logika dan problem-problem menarik. Matematika membahas faktor-
  • 22. 19 faktor dan hubungan-hubungannya, serta membahas problem ruang dan bentuk. Matematika adalah ratunya ilmu. Pada dasarnya tujuan belajar matematika yang sesuai dengan hakikat matematika merupakan sasaran utama, sedangkan peranan-peranan teori belajar merupakan strategi terhadap pemahaman matematika (Karso, 2009:1.42). Ada pun tujuan akhir dari pembelajaran matematika adalah penguasaan berbagai konsep yang relative abstrak, dengan beragam teori belajar sebagai jembatan dalam memahami konsep-konsep matematika. Menurut Karso (2009:1.43-44) konsep-konsep matematika yang tersusun dalam GBPP matematika SD dapat dikelompokan ke dalam tiga jenis konsep yaitu: konsep dasar, konsep yang berkembang, konsep yang harus dibina keterampilannya. Konsep dasar ditanamkan sebagai prasyarat untuk memahami konsep-konsep selanjutnya. Konsep yang berkembang merupakan penerapan dari konsep-konsep dasar. Konsep ini akan mudah dipahami apabila siswa telah menguasi konsep dasar atau konsep prasyaratnya. Konsep yang harus dibina keterampilannya yakni konsep dasar dan konsep yang berkembang perlu mendapat pembinaan guru sehingga siswa terbantu penggunaannya dalam kehidupan nyata sehari-hari. c. Hakikat Bilangan Bulat Pengertian Bilangan Bulat Menurut Goenawan Roebyanto dan Sri Harmini 2009:4 bilangan bulat negatif, nol, dan bilangan asli disebut bilangan bulat integers. Barisan bilangan bulat dapat diperlihatkan sebagai berikut : . . . -3,-2,- 1,0,1,2,3, . . . Menurut Karim, dkk 1996: 179 bilangan bulat diciptakan untuk
  • 23. 20 menjawab masalah seperti 3 + n = 0, 7 + n = 5 karena tidak ada bilangan cacah yang memenuhi sehingga pernyataan tersebut menjadi benar. Hal ini menunjukkan pengetahuan tentang bilangan cacah saja belum cukup untuk memecahkan masalah. Karena itu manusia membutuhkan pengetahuan yang lebih untuk dapat menyelesaikan permasalahan di atas yaitu dengan bilangan bulat. Menurut Karim, dkk 1997: 180 gabungan semua bilangan cacah dan himpunan semua bilangan bulat negatif, yaitu himpunan {-5, -4, -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, 4, 5} disebut himpunan bilangan bulat. Bilangan-bilangan 0, 1, 2, 3, 4, 5, … disebut bilangan cacah, sedangkan 1, 2, 3, 4, 5, … disebut bilangan asli. Jadi, bilangan cacah adalah gabungan dari bilangan nol dan bilangan asli. Dari beberapa teori di atas dapat disimpulkan bahwa bilangan bulat adalah bilangan yang terdiri dari bilangan nol, bilangan asli, dan lawan 8 commit to user bilangan asli. 2 Pengertian Matematika Matematika adalah ilmu tentang logika mengenal bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Matematika itu muncul karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran. Matematika adalah ilmu yang mempelajari tentang bilangan dan ruang yang bersifat abstrak www.duniaguru.com diakses pada 30 Desember 2010. Untuk menunjang kelancaran pembelajaran disamping pemilihan metode yang tepat juga perlu digunakan suatu pembelajaran yang sangat berperan dalam membimbing abstraksi siswa. Pengertian Matematika dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh tim penyusun kamus Pusat Pembinaan dan Perkembangan Bahasa disebutkan bahwa Matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam
  • 24. 21 penyelesaian masalah bilangan. Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan tahun 2007 menyatakan bahwa Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Menurut R.Soedjadi 2000: 11 menyatakan beberapa definisi atau pengertian tentang matematika : a Matematika adalah ilmu pengetahuan eksak dan terorganisasi secara sistematik. b Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi. c Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logis dan berhubungan dengan bilangan. d Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk. e Matematika adalah pengetahuan tentang struktur- struktur yang logis. f Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat. Menurut Asep Jihad 2008: 153 matematika memiliki dua objek 9 commit to user garapan yakni objek langsung yang terdiri dari : fakta, konsep, prinsip, dan prosedur operasi. Sementara objek tidak langsung adalah implikasi dari proses pembelajaran matematika, yakni kebiasaan bekerja baik, sikap kemampuan mengalihgunakan cara kerja memanipulasi dalam arti positif, serta membangun konsep mental akhlak yang baik seperti kejujuran. Sedangkan menurut Asep Jihad 2008: 152 mengidentifikasi perbedaan matematika dengan pelajaran lain dalam hal : a Objek pembicaraannya abstrak, sekalipun dalam pengajaran di sekolah anak diajarkan benda konkrit, siswa tetap didorong untuk abstraksi. b Pembahasan mengandalkan tata nalar, artinya info awal berupa pengertian dibuat seefisien mungkin, pengertian lain harus dijelaskan kebenarannya dengan tata nalar yang logis c Pengertian atau konsep atau pernyataan sangat jelas berjenjang sehingga
  • 25. 22 terjaga konsistensinya. d Melibatkan perhitungan operasi. e Dapat dipakai dalam ilmu yang lain serta dalam kehidupan sehari-hari. Menurut R.Soedjadi 2000: 13 ciri-ciri khusus atau karakteristik yang dapat merangkum pengertian matematika secara umum adalah sebagai berikut : a Memiliki objek kajian abstrak b Bertumpu pada kesepakatan c Berpola piker deduktif d Memiliki symbol yang kosong dari arti e Memperhatikan semesta pembicaraan f Konsisten dalam sistemnya. Dari beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah salah satu ilmu dasar yang mempelajari tentang bilangan dan ruang yang bersifat abstrak, bahasa simbolis, ciri utamanya adalah penggunaan cara bernalar deduktif yang memudahkan manusia untuk berpikir sehingga dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari. 10 commit to user 3 Karakteristik Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Pembelajaran adalah upaya untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan peserta didik yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa www.dunia guru.com diakses tanggal 30 Desember 2010. Menurut Heruman 2007: 1 dalam pembelajaran matematika yang abstrak, siswa memerlukan alat bantu berupa media, dan alat peraga yang dapat memperjelas apa yang disampaikan oleh guru sehingga lebih cepat dipahami dan dimengerti oleh siswa. Beberapa karakteristik pembelajaran matematika di Sekolah Dasar antara lain sebagai berikut : a Pembelajaran matematika dilakukan berjenjang. Pembelajaran dimulai dari konsep sederhana ke konsep yang lebih sukar. Berawal dari hal-hal yang konkrit atau nyata ke semi konkrit dan berakhir pada abstrak. b Pembelajaran matematika
  • 26. 23 mengikuti metode spiral. Konsep baru diperkenalkan dengan mengaitkannya pada konsep yang telah dipahami siswa. Hal ini merupakan prinsip belajar bermakna atau belajar dengan pemahaman. Konsep baru merupakan perluasan dan pendalaman konsep sebelumnya. c Pembelajaran matematika menekankan penggunaan pola deduktif. Pembelajaran deduktif adalah pembelajaran dalam memahami konsep melalui pemahaman definisi umum kemudian ke contoh- contoh. d Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi Pembelajaran ini adalah pernyataan dianggap benar apabila didasarkan atas pernyataan sebelumnya yang sudah dianggap benar. Dari beberapa teori di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika di sekolah dasar berawal dari hal-hal yang bersifat konkrit nyata menuju hal yang bersifat abstrak. 11 commit to user 4 Tujuan Pembelajaran Matematika Pembelajaran matematika adalah melatih cara berpikir secara sistematis, logis, kritis, dan konsisten. Mata pelajaran matematika memiliki tujuan sebagai berikut : a Tujuan Umum 1 Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antara konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. 2 Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. 3 Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4 Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. 5 Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,
  • 27. 24 yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. b Tujuan Khusus 1 Menumbuhkan kemampuan siswa yang dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan dalam kegiatan matematika. 2 Mengembangkan kemampuan dasar matematika sebagai bekal belajar lebih lanjut di SMP. 3 Membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif, dan disiplin. 5 Tinjauan operasi hitung bilangan bulat dalam penelitian Operasi hitung bilangan bulat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah : a Operasi penjumlahan bilangan bulat. Cara operasi hitung bilangan bulat adalah sebagai berikut : 12 commit to user 1 Penjumlahan antara dua bilangan bulat positif hasilnya adalah bilangan bulat positif juga. Contoh : 7+3 = 10 2 Penjumlahan antara dua bilangan bulat negatif hasilnya adalah bilangan bulat negatif juga. Contoh : -4 + -5 = -9 3 Penjumlahan bilangan bulat positif dengan negatif atau sebaliknya hasilnya sbb: Jika angka bilangan bulat positif lebih kecil dari bilangan bulat negatif maka hasilnya adalah bilangan bulat negatif. Contoh : -4 + 2 = -2 Jika angka bilangan bulat positif lebih besar dari bilangan bulat negatif maka hasilnya adalah bilangan bulat positif Contoh : 7 + -4 = 3 Sifat-sifat operasi hitung penjumlahan : 1 Sifat Komutatif Pertukaran Andi mempunyai 5 kelereng berwarna merah dan 3 kelereng berwarna hitam. Budi mempunyai 3 kelereng berwarna merah dan 5 kelereng berwarna hitam. Samakah jumlah kelereng yang dimiliki Andi dan Budi? 5 + 3 = 8 3 + 5 = 8 Jadi 5 + 3 = 3 + 5 Cara penjumlahan seperti ini menggunakan sifat komutatif. Secara umum, sifat komutatif pada penjumlahan dapat ditulis sebagai berikut. 13 commit to user a + b = b + a, dengan a dan b sembarang bilangan bulat. 2 Sifat
  • 28. 25 Asosiatif Pengelompokan Andi mempunyai 2 kotak berisi kelereng. Kotak I berisi 3 kelereng merah dan 2 kelereng hitam. Kotak II berisi 4 kelereng putih. Budi juga mempunyai 2 kotak berisi kelereng. Kotak I berisi 3 kelereng merah. Kotak II berisi 2 kelereng hitam dan 4 kelereng putih. Samakah jumlah kelereng yang dimiliki Andi dan Budi? 3 + 2 + 4 = 5 + 4 = 9 3 + 2 + 4 = 3 + 6 = 9 Jadi 3 + 2 + 4 = 3 + 2 + 4 Cara penjumlahan seperti ini menggunakan sifat asosiatif pada penjumlahan. Secara umum, sifat asosiatif pada penjumlahan dapat ditulis: a + b + c = a + b + c, dengan a, b, dan c sembarang bilangan bulat. b Operasi pengurangan bilangan bulat a Apabila terjadi pengurangan bilangan bulat positif dengan bilangan bulat positif maka: Bilangan bulat positif dikurangi dengan bilangan bulat positif yang lebih kecil maka hasilnya dalah bilangan bulat positif. Contoh : 9 – 5 = 4 Bilangan bulat positif dikurangi dengan bilangan bulat positif yang lebih besar maka hasilnya adalah bilangan bulat negative. Contoh : 3 – 6 = -3 b Apabila terjadi pengurangan bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat negatif maka: 14 commit to user Bilangan bulat negatif dikurangi dengan bilangan bulat negatif yang lebih kecil maka hasilnya adalah bilangan bulat positif. Contoh : -6 - -8 = -6 + 8 = 2 ingat - 8 -6 Bilangan bulat negatif dikurangi dengan bilangan bulat negatif yang lebih besar maka hasilnya adalah bilangan bulat negatif. Contoh : -5 – -3 = - 5 +3 = -2 -3 -5 Bilangan bulat negatif yang dikurangi sama dengan bilangan bulat negatif yang mengurangi maka hasilnya adalah 0 nol. Contoh : -4 - -4 = -4 + 4 = 0 c Pengurangan bilangan bulat positif dengan bilangan bulat negatif hasilnya selalu bilangan bulat positif. contoh : 8 – -4 = 8 + 4 = 12 d Pengurangan bilangan bulat
  • 29. 26 negatif dengan bilangan bulat positif hasilnya selalu bilangan bulat negatif. contoh : -8 – 4 = - 12 d. Kooperatif tipe STAD Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan gender. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Nur (2000), semua model pembelajaran ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan. Struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan pada model pembelajaran kooperatif berbeda dengan struktur tugas, struktur tujuan serta struktur penghargaan model pembelajaran yang lain. Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta pengembangan keterampilan sosial. Prinsip Dasar Dan Ciri-Ciri Model Pembelajaran Kooperatif Menurut Nur (2000), prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif sebagai berikut: (1) Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.(2)Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.(3)Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung
  • 30. 27 jawab yang sama diantara anggota kelompoknya.(4)Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.(5) Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.(6)Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.Sedangkan ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut (1)Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.(2)Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan gender.(3)Penghargaan lebih menekankan pada kelompok dari pada masing- masing individu. Dalam pembelajaran kooperatif dikembangkan diskusi dan komunikasi dengan tujuan agar siswa saling berbagi kemampuan, saling belajar berpikir kritis, saling menyampaikan pendapat, saling memberi kesempatan menyalurkan kemampuan, saling membantu belajar, saling menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman lain. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Terdapat 6 (enam) langkah dalam model pembelajaran kooperatif.(1)Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengkomunikasikan kompetensi dasar yang akan dicapai serta memotivasi siswa.(2) Menyajikan informasi. Guru menyajikan informasi kepada siswa.(3)Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar. Guru menginformasikan pengelompokan
  • 31. 28 siswa.(4)Membimbing kelompok belajar. Guru memotivasi serta memfasilitasi kerja siswa dalam kelompok-kelompok belajar.(5)Evaluasi, Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi pembelajaran yang telah dilaksanakan.(6)Memberikan penghargaan. Guru memberi penghargaan hasil belajar individual dan kelompok.
  • 32. 29 BAB II PELAKSANAAN KEGIATAN A. Materi Kegiatan Materi yang digunakan dalam bets practice adalan bilangan bulat indikator menentukan penjumlahan bilangan bulat. 1. Pengertian Bilangan Bulat Dari nama nya yaitu bulat bilangan ini tidak terpecah atau pun terpotong. Bilangan ini utuh baik negatif atau positif dan merupakan kelipatan dari angka 1 atau -1. Kumpulan bilangan yang habis di bagi 1 seperti angka 100, 40, dan -7. 2. Bilangan Bulat Pada Garis Bilangan Secara grafis, jika kalian tulis pada baris bilangan akan tampak seperti pada gambar di bawah ini: Di lihat dari garis bilangan di atas, bilangan 1, 2, 3, 4, 5, … di namakan bilangan bulat positif dan letak nya di bagian sebelah kanan angka 0. Bilangan -1, -2, -3, -4, -5, … disebut dengan bilangan bulat negatif dan letak nya di sebelah kiri angka 0. 3. Hubungan Antara 2 Bilangan Bulat
  • 33. 30 Jika kalian amati pada garis bilangan di atas, jika ada 2 buah bilangan A dan B di tuliskan pada garis bilangan seperti di atas akan berlaku hubungan:  jika A terletak di sebelah kiri B maka nilai A lebih kecil dari nilai B ( A < B )  Jika A terletak di sebelah kanan B maka nilai A lebih besar dar nilaii B ( A > B ) B. Metode Pelaksanaan Best Practice Pelaksanaan best practice ini adalah menggunakan model pembelajaran kooperatif model STAD. Perencanaan untuk melakukan pembelajaran kooperatif melibatkan lima tahapan, yaitu: (1) menentukan tujuan, (2) merencanakan pengumpulan informasi, (3) membentuk kelompok, (4) mendesain aktivitas kelompok, dan (5) merencanakan aktivitas kelompok secara keseluruhan. C. Perumusan Indikator Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi 3.2 Menjelaskan dan melakukan operasi penjumlahan,pengurangan,perkalian, dan pembagian yang melibatkan bilangan bulat negatif  Menjelaskan dan melakukan operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian yang melibatkan bilangan bulat positif  Menjelaskan dan melakukan operasi penjumlahan, pengurangan,
  • 34. 31 perkalian, dan pembagian yang melibatkan bilangan bulat negatif D. Penyusunan Perangkat Pembelajaran I. Kompetensi Dasar 5.2 Menjumlahkan bilangan bulat II. Indikator Pembelajaran 1. Menjumlahkan bilangan bulat 2. Menyelesaikan masalah sehari-hari yang terkait dengan penjumlahan bilangan bulat III. Tujuan Pembelajaran Siswa dapat: 1. menjumlahkan bilangan bulat dengan bantuan alat peraga (ubin lantai dan boneka) 2. menjumlahkan bilangan bulat dengan bantuan garis bilangan 3. menyelesaikan masalah sehari-hari yang terkait dengan penjumlahan bilangan bulat IV. Materi Pokok Operasi pada Bilangan Bulat: menjumlahkan bilangan bulat V. Alat/Sumber Belajar Ubin lantai kelas, LKS, papan garis bilangan VI. Langkah-langkah Pembelajaran No Kegiatan Pembelajaran Pegelolaan Waktu Siswa 1. Kegiatan Awal: - Membahas PR tentang mengurutkan bilangan bulat - Menyampaikan tujuan pembelajaran tentang penjumlahan bilangan bulat 5 menit Klasikal 2. Kegiatan Inti: - Tanya jawab tentang penyelesaian masalah menjumlahkan bilangan bulat yang terkait dengan 5 menit Klasikal
  • 35. 32 masalah sehari-hari - Tanya jawab tentang menjumlahkan bilangan cacah dengan menggunakan ubin lantai - Guru bersama siswa menyepakati “maju” untuk menjumlah, “balik” untuk bilangan negatif, dan “tidak balik” untuk bilangan positif - Guru bersama siswa mendiskusikan proses menjumlahkan bilangan bulat pada lantai kelas untuk ditulis menjadi kalimat penjumlahan bilangan bulat - Siswa dalam kelompok memberikan “perintah” berdasarkan soal penjumlahan bilangan bulat dengan bantuan ubin lantai - Menyelesaikan soal penjumlahan bilangan bulat dengan bantuan boneka dan garis bilangan (LKS ) - Mempresentasikan hasil kerja kelompok - Menyelesaikan soal penjumlahan bilangan bulat tanpa bantuan boneka dan garis bilangan secara individu 5 menit 10 menit 5 menit 10 menit 10 menit 5 menit 10 menit Klasikal Klasikal Klasikal Klasikal Kelompok Kelompok Klasikal Individu 3. Kegiatan Akhir: - Guru meminta siswa melakukan refleksi tentang pengetahaun yang diperoleh hari ini dan suasana pembelajaran - Guru memberikan PR 5 menit Klasikal VII. Penilaian a. Penilaian Proses : Pengamatan terhadap aktivitas dan interaksi siswa selama pembelajaran berlangsung. b. Penilaian Produk : Penilaian tentang kerja mandiri, PR, dan kerja kelompok.
  • 36. 33 LEMBAR KERJA SISWA (LKS 5.2.1) Gambarkan perjalanan boneka yang telah disediakan pada garis bilangan untuk menyelesaikan operasi penjumlahan bilangan bulat di bawah ini : a. 2 + 4 = …….  Mula-mula boneka berdiri dititik 2 menghadap ke kanan  Kemudian boneka .................................................................  Posisi boneka sekarang ada di titik ........................... b. -3 + 2 = ……….  Mula-mula boneka berdiri dititik -3 menghadap ke kanan  .................................................................  Posisi boneka sekarang ada di titik ........................... Jadi, 2 + 4 = ………… -2 3-3 -1 1 2-5 -4. 0 4 5 6 Kesepakatan: ● Tempatkan boneka pada bilangan pertama dan boneka menghadap ke kanan ● Jika bilangan berikutnya negatif berarti “boneka balik” ● Menambah berarti “maju” Jadi, -3 + 2 = ………… -2 3-3 -1 1 2-5 -4. 0 4 5 6
  • 37. 34 c. 5 + (-4) = …….  .................................................................  ...............................................................  ............................................................... d. (-3) + (-2) = ……….  .................................................................  ...............................................................  ............................................................... E. Waktu dan tempat kegiatan Pembelajaran ini dilaksanakan hari selasa tanggal 7 Januari 2020 bertempat di SD Negeri 1 Panunggalan,Kecamatan Pulokulon Jadi, 5 + (-4) = ………… -2 3-3 -1 1 2-5 -4. 0 4 5 6 Jadi, (-3) + (-2) = ………… -2 3-3 -1 1 2-5 -4. 0 4 5 6
  • 38. 35 35 BAB III PEMBAHASAN Hasil penelitian yang menunjukkan perbandingan aktivitas belajar kondisi awal dan kondisi akhir siswa disajikan pada Tabel 1 berikut. Tabel 1. Perbandingan Aktivitas Belajar Siswa Objek yang diamati Kondisi Awal Kondisi Akhir Aktivitas belajar siswa 54,80 86,20 Aktivitas Belajar Siswa Tertinggi 70 90 Aktivitas Belajar Siswa Terendah 40 60 Berdasarkan data nilai di atas dapat diketahui aktivitas siswa kondisi awal 54,80 dan pada kondisi akhir 86,20. Hasil ini menunjukkan terjadi peningkatan secara signifikan sebesar 31,4 persen. Hal ini tercapai dikarenakan telah diterapkannya model pembelajaran STAD untuk mengatasi rendahnya aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran matematika tentang operasi hitung bulat . Perbandingan hasil belajar siswa pada kondisi awal dan kondisi akhir ditunjukkan sebagai berikut.
  • 39. 36 Tabel 2. Perbandingan Hasil Belajar Siswa No Objek yang diamati Kondisi awal Kondisi akhir 1 Rata-rata 50 70 2. Nilai tertinggi 70 90 3. Nilai terendah 40 60 Hasil pengamatan hasil belajar siswa yang ditunjukkan dengan rata-rata siswa meningkat 20 dari kondisi awal 50 pada kondisi akhir mencapai 90. Hal ini membuktikan bahwa pada kondisi akhir aktivitas dan hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dan telah mencapai target penelitian setelah dibelajarkan dengan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD Penelitian ini menerapkan pembelajaran dengan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD pada untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa. Penelitian dilakukan dalam pembelajaran matematika materi operasi hitung bulat . Sintaks model pembelajaran yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu siswa dibagi menjadi beberapa kelompok berpasangan kemudian diberikan tugas untuk mempelajari dan meringkas materi. Selanjutnya guru dan siswa menentukan pembaca dan pendengar. Pembicara bertugas sebagai pembaca ringkasan/penyelesaian masalah, sedangkan pendengar bertugas untuk menyimak dan membantu menambahkan penjelasan yang dihubungkan dengan materi sebelumnya/lainnya Setelah itu, siswa diminta untuk bertukar peran. Pembelajaran diakhiri dengan membuat kesimpulan.
  • 40. 37 Sintaks yang dilakukan dalam penelitian ini sesuai dengan sintaks pembelajaran STAD yang meliputi: (1) Menyampaikan tujuan pembelajaran (2) .Menyajiakan materi ajar kepada siswa dengan cara mendemonstrasikan (3) Membentuk Kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa. (4) Membimibing setiap kelompok untuk belajar dan bekerja (5) Membagikan LKS (6) Tiap kelompok memperesentasikan hasil diskusi. (7) Guru memberikan tes individual pada akhir pembelajaran tentang materi yang telah didiskusikan (8)Siswa mengerjakan tes individual atau kelompok yang mencakup semua topik. Aspek-aspek aktivitas belajar siswa yang diamati dalam penelitian tindakan kelas ini meliputi: (1) Siswa dapat bekerja sama dengan kelompok, (2) Siswa dapat bertukar tugas dengan kelompok, (3) Dapat berkompetisi dengan baik, (4) Memberikan tanggapan teman. Indikator tersebut dinilai untuk mencerminkan pembelajaran yang aktif dan student centered. Hal ini senada dengan pendapat bahwa pembelajaran seyogyanya dapat berperan sebagai alat untuk menciptakan proses mengajar dan belajar (Sudjana, 2013). Langkah model pembelajaran STAD menyebabkan peningkatan aktivitas belajar siswa meningkat sebesar 20 dari kondisi awal 50,00 pada kondisi akhir mencapai 70,00. Hal ini membuktikan bahwa dengan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika tentang operasi hitung cbulat bagi siswa kelas VI SD Negeri 1 Panunggalan,Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2019/2020. Hasil pembelajaran model Kooperatif tipe STAD ini sejalan dengan beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa pengguanan metode STAD dapat meningkatkan aktifitas
  • 41. 38 belajar siswa (Hasnibeti, 2017; Hajaryanti dan Kuraedah, 2018). Penerapan model pembelajaran STAD dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa dalam mata pelajaran matematika tetapi di sisi lain model ini memiliki kelemahan Beberapa hal yang bisa menjadi Kelebihan dankelemahan,Kelebihan (1) Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar, karena sudah ada kelompok ahli yang bertugas menjelaskan materi kepada rekan- rekannya.(2) Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat(3) Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan berpendapat.Adapun kelemahan aplikasi model ini di lapangan, menurut Roy Killen, 1996, adalah :(1) Prinsip utama pembelajaran ini adalah ‘peer teaching’, pembelajran oleh teman sendiri, ini akan menjadi kendala karena perbedaan persepsi dalam memahami konsep yang akan diskusikan bersama siswa lain. (2) Apabila siswa tidak memiliki rasa percaya diri dalam berdiskusi menyampaikan materi pada teman.(3) Rekod siswa tentang nilai, kepribadian, perhatian siswa harus sudah dimiliki oleh guru dan biasanya butuh waktu yang sangat lama untuk mengenali tipe-tipe siswa dalam kelas tersebut.(4) Butuh waktu yang cukup dan persiapan yang matang sebelum model pembelajaran ini bisa berjalan dengan baik.(5) Aplikasi metode ini pada kelas yang lebih besar (lebih dari 40 siswa) sangatlah sulit. Dalam penerapannya sering dijumpai beberapa permasalahan, yaitu (a) Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung mengontrol jalannya diskusi.(b) Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berpikir rendah akan mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk
  • 42. 39 sebagai tenaga ahli.(c) Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan.(d) Pembagian kelompok yang tidak heterogen, dimungkinkan kelompok yang anggotanya lemah semua.(e) Penugasan anggota kelompok untuk menjadi tim ahli sering tidak sesuai antara kemampuan dengan kompetensi yang harus dipelajari.(f) Siswa yang tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk mengikuti proses pembelajaran. Model pembelajaran Kooperatif tipe STAD juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa sebesar 20 poin ditunjukkan dengan rata-rata siswa kondisi awal 50 kondisi akhir mencapai 70. Hal ini membuktikan bahwa model pembelajaran Kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar matematika tentang operasi hitung bulat bagi siswa kelas VI SD Negeri 1 Panunggalan Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2019/2020.
  • 43. 40 BAB IV PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, dapat disimpulkan : 1. Pembelajaran model Kooperatif tipe STAD layak dijadikan best practice pembelajaran berorientasi pada HOTS karena dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk meningkatkan kreatifitas,berpikir kritis dan mengembangkan ilmu pengetahuannya. 2. Penyusuann RPP yang cermat dan teliti sehingga pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat digunakan dengan baik B. Rekomendasi 1. Pembelajaran Kooperatif tipe STAD dapat dijadikan masukan kontribusi dan dikembangkan di mata pelajaran lain 2. Pembelajaran Kooperatif tipe STAD dapat diterapkan sebagai salah satu variasi dalam pengajaran agar pembelajaran tidak monoton sehingga dapat menumbuhkan suasana baru dan akhirhya dapat meningkatkan hasil pembelajaran. 3. Best Practice ini dapat digunakan sebagai referensi untuk melaksanakan mini riset lainnya.
  • 44. 41 DAFTAR PUSTAKA Discovery https://jurnal.umk.ac.id/index.php/anargya/article/view/2284/1374 tgl 1-1-20 jam 12.14 PBM https://jurnal.umk.ac.id/index.php/RE/article/view/451/482 tgl 1-1-20 jam 12.30 Kooperatif CIRC, KOOPERATIF MODEL STAD https://jurnal.umk.ac.id/index.php/RE/article/view/419/451 tgl 1-1-20 jam 12.22 CTL https://jurnal.umk.ac.id/index.php/RE/article/view/448/479tgl 1-1-20 jam 12.26 Text Role As Draft Sciencehttp://www.ajssh.leena- luna.co.jp/AJSSHPDFs/Vol.2(4)/AJSSH2013(2.4-28).pdf 1-1-20 jam 12.44 Media Interaktifhttps://ejournal.upi.edu/index.php/pedadidaktika/article/download/5157/ 3621 1-1-20 jam 12.49 Efektivitas media https://jurnal.umk.ac.id/index.php/RE/article/view/589/611tgl. 3-1-20 jam 00.58 Mnemonic https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S187705091732046X?via%3Di hubtgl. 3-1-20 jam 01.30 Critical Thinking http://journal.teflin.org/index.php/journal/article/viewFile/727/318tgl. 3-1-20 jam 1.54 Pengembangan Model PembelajaranTematikBerbasisPermainanTradisionalhttps://ejournal.upi.edu/index .php/ppd/article/download/21298/10540tgl. 4-1-20 jam 22.17 http://ekagurunesama.blogspot.com/2010/07/definisi-model-pembelajaran.html, diakses: 29 Desember 2012 http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2254464-hakikat-model- pembelajaran/#ixzz2GJK6IoI9, diakses: 29 Desember 2012 http://ilmugreen.blogspot.com/2012/07/hakikat-model-pembelajaran.html, diakses: 29 Desember 2012 http://ninaruspinacivic.blogspot.com/2012/04/makalah-metode-pembelajaran- Kooperatif Model STAD .html, diakses: 29 Desember 2012
  • 45. 42 http://yosiabdiantindaon.blogspot.com/2012/11/hakikat-model-pembelajaran- concept.html, diakses: 29 Desember 2012 Lie, A. 2002. Cooperative Learning. Mempraktikkan Cooperatif Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana S, Teguh Arifin, dkk.1987. Rumus-rumus Matematika Lengkap. Surabaya: Apollo Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Cetakan ke-1. Surabaya: Pretasi Pustaka Tim PLPG IKIP PGRI Semarang. 2011. Bahan Ajar PLPG Rayon 39 IKIP PGRI Semarang, Semarang:IKIP PGRI Semarang Tri, Catharina Anni. 2006. Psikologi Belajar. Semarang: UPT MKK UNNES Udin, S. Winataputra, dkk. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas terbuka. Lie, A. 2002. Cooperative Learning. Mempraktikkan Cooperatif Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Nurhadi, dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Revisi ke- 4 Jakarta: PT Rineka Cipta. S, Teguh Arifin, dkk.1987. Rumus-rumus Matematika Lengkap. Surabaya: Apollo Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Cetakan ke-1. Surabaya: Pretasi Pustaka Tim PLPG IKIP PGRI Semarang. 2011. Bahan Ajar PLPG Rayon 39 IKIP PGRI Semarang, Semarang:IKIP PGRI Semarang Tri, Catharina Anni. 2006. Psikologi Belajar. Semarang: UPT MKK UNNES
  • 46. 43