Proposal ini membahas rencana perubahan geometri jalan Subaim-Buli di Kabupaten Halmahera Timur menjadi jalan arteri luar kota tipe pegunungan. Rencana ini mencakup perubahan geometri jalan, perencanaan tebal perkerasan lentur, dan dimensi saluran tepi jalan.
Laporan rancangan perkerasan jalan raya i ,dimana merencanakan jalan yang hemat biaya antara 3 trase yang telah dibuata dipeta topografi dengan skala 1;2000
Dokumen tersebut membahas tentang rekayasa lalu lintas, yang mencakup pengertian transportasi dan lalu lintas, permasalahan-permasalahan lalu lintas, komponen-komponen yang terlibat dalam sistem lalu lintas, serta perencanaan dan bentuk rekayasa lalu lintas untuk meningkatkan keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Dokumen tersebut membahas tentang perencanaan geometri jalan raya dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti lalu lintas, topografi, kapasitas, keamanan, dan analisis biaya-manfaat.
2) Standar perencanaan geometri jalan raya mencakup ketentuan dasar, jarak pandang, dan penampang melintang jalan.
3) Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam perencanaan
Alinemen vertikal adalah bagian dari alinemen jalan yang menghubungkan dua garis kelandaian. Dokumen ini membahas konsep jarak pandangan, perhitungan panjang lengkung vertikal, analisis lengkung vertikal, dan perhitungan volume galian dan timbunan.
Dokumen tersebut membahas tentang perencanaan alinyemen horizontal untuk jalan kelas III. Terdapat tiga tikungan horizontal yaitu PI1, PI2, dan PI3. Dokumen menjelaskan perhitungan komponen geometrik setiap tikungan seperti jari-jari minimum, panjang lengkung, superelevasi, dan stationing.
Laporan rancangan perkerasan jalan raya i ,dimana merencanakan jalan yang hemat biaya antara 3 trase yang telah dibuata dipeta topografi dengan skala 1;2000
Dokumen tersebut membahas tentang rekayasa lalu lintas, yang mencakup pengertian transportasi dan lalu lintas, permasalahan-permasalahan lalu lintas, komponen-komponen yang terlibat dalam sistem lalu lintas, serta perencanaan dan bentuk rekayasa lalu lintas untuk meningkatkan keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Dokumen tersebut membahas tentang perencanaan geometri jalan raya dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti lalu lintas, topografi, kapasitas, keamanan, dan analisis biaya-manfaat.
2) Standar perencanaan geometri jalan raya mencakup ketentuan dasar, jarak pandang, dan penampang melintang jalan.
3) Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam perencanaan
Alinemen vertikal adalah bagian dari alinemen jalan yang menghubungkan dua garis kelandaian. Dokumen ini membahas konsep jarak pandangan, perhitungan panjang lengkung vertikal, analisis lengkung vertikal, dan perhitungan volume galian dan timbunan.
Dokumen tersebut membahas tentang perencanaan alinyemen horizontal untuk jalan kelas III. Terdapat tiga tikungan horizontal yaitu PI1, PI2, dan PI3. Dokumen menjelaskan perhitungan komponen geometrik setiap tikungan seperti jari-jari minimum, panjang lengkung, superelevasi, dan stationing.
Teks tersebut membahas karakteristik komponen lalu lintas seperti sarana, pemakai jalan, dan prasarana. Ia menjelaskan dimensi dan kategori berbagai jenis kendaraan, karakteristik pemakai jalan, serta klasifikasi dan fungsi jalan seperti jalan arteri, kolektor, dan lokal.
This document discusses several key concepts for road geometric design including:
1. Superelevation is the banking of curves to counteract centrifugal forces on vehicles traveling through curves at a design speed. Maximum superelevation rates are 4-10%.
2. Centrifugal force increases with speed and decreases with radius of curvature. This force must be balanced by side friction between tires and pavement surface or superelevation.
3. Minimum radius of curvature is calculated based on design speed, maximum superelevation rate, and coefficient of side friction. Tables provide minimum radius values.
4. Several methods distribute superelevation and side friction rates based on radius of curvature and design or
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai data geometri, profil baja, pembebanan, dan perhitungan gempa untuk analisis jembatan rangka baja. Data geometri mencakup jenis, lebar, dan tinggi jembatan serta profil baja yang digunakan. Pembebanan meliputi beban mati, hidup, angin, serta gempa yang dihitung berdasarkan standar nasional.
Ringkasan dokumen ini adalah:
1. Dokumen ini membahas tentang perancangan drainase pada jembatan, termasuk komponen, ketentuan teknis, dan prosedur perancangannya.
2. Komponen utama drainase jembatan adalah inlet, jeruji, pipa, dan outlet yang berfungsi untuk mengalirkan air dari lantai jembatan.
3. Perancangan drainase jembatan mempertimbangkan aspek struktural, sosial, estetika, dan pemelihara
Peraturan perencanaan geometrik jalan antar kota no.38 tbm 1997 (2)Harsanty Seran
Dokumen ini membahas tentang tata cara perencanaan geometrik jalan antar kota yang meliputi deskripsi, ketentuan-ketentuan, dan cara pengerjaannya. Tujuannya adalah untuk mendapatkan keseragaman dalam merencanaan geometrik jalan agar menghasilkan geometrik jalan yang memberikan kelancaran, keamanan, dan kenyamanan bagi pengguna jalan. Dokumen ini memberikan panduan tentang klasifikasi jalan, kriteria perencanaan, bagian-bagian
Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)
Jalan Raya adalah suatu jalur tanah yang permukaannya dibentuk dengan kemiringan tertentu dan diberi perkerasan yang dipergunakan untuk lintasaan kendaraan maupun orang yang menghubungkan lalu lintas antara dua atau lebih tempat pemusatan kegiatan.
Pedoman Disain Geometrik Jalan 2020
Diunggah oleh Aji Suraji
Dosen Teknik sipil
Universitas Widyagama malang
Pedoman ini merevisi beberapa pedoman/tata cara tentang Perencanaan Geometrik Jalan yang selama ini digunakan. Revisi yang dilakukan meliputi struktur penyajian yang mengacu pada standar nasional Indonesia dan penambahan kandungannya untuk melengkapi kebutuhan sehingga dapat diaplikasikan baik oleh penyelenggara jalan di pusat maupun di daerah. Revisi ini disusun untuk mengakomodir tantangan dan hambatan dalam pembangunan jalan di Indonesia.
->Siphon adalah bangunan pembawa yang melewati bawah saluran lain (biasanya pembuang) atau jalan. Siphon bersifat saluran bertekanan atau tertutup.
->Bangunan terjun atau got miring diperlukan jika kemiringan permukaan tanah lebih curam daripada kemiringan maksimum saluran yang diizinkan. Bangunan terjunan dapat berupa terjunan tegak atau terjunan miring.
-> Gorong-gorong dipakai untuk membawa aliran air melewati bawah jalan air lainnya atau bawah jalan, serta jalan kereta api. Gorong-gorong mempunyai potongan melintang yang lebih kecil daripada luas basah saluran hulu maupun hilir.
1. Dokumen membahas tentang saluran terbuka dan sifat-sifatnya, termasuk jenis saluran, geometri saluran, distribusi kecepatan aliran, rumus Chezy-Manning, dan pengukuran debit saluran terbuka.
2. Ada dua jenis saluran yaitu alami dan buatan, saluran buatan memiliki geometri yang tetap sedangkan saluran alami tidak.
3. Kecepatan aliran bervariasi di sepanjang kedalaman dan maksimum antara 0,75-
Dokumen tersebut membahas tentang dozer, termasuk definisi dozer, bagian-bagian utamanya seperti penggerak, traktor, dan pisau, cara pengoperasiannya, serta bagaimana menghitung produktivitas dozer berdasarkan ukuran alat dan kondisi lapangan. Secara ringkas, dozer adalah alat berat yang digunakan untuk memindahkan material dengan menggunakan pisau yang dipasang di depan traktor.
Dokumen tersebut membahas perencanaan geometrik jalan yang meliputi peta kontur, rencana trase jalan, penentuan medan jalan, perhitungan alinyemen horizontal dan vertikal, serta perhitungan jarak pandang. Dokumen ini memberikan panduan dasar untuk merencanakan geometri jalan seperti menentukan jenis dan bentuk tikungan berdasarkan kecepatan rencana jalan.
Dokumen tersebut membahas tentang sistem jaringan transportasi dan sistem jaringan jalan. Ia menjelaskan tentang pengelompokan sistem jaringan jalan berdasarkan status, fungsi, dan kelasnya. Dokumen juga menjelaskan tentang sistem hirarki jalan menurut fungsinya seperti jalan arteri, kolektor, dan lokal baik untuk sistem primer maupun sekunder. Selanjutnya dijelaskan tentang persyaratan teknis dari m
Tugas perencanaan struktur geometri jalanMuhammad Ali
Dokumen tersebut membahas tentang perencanaan geometri jalan perkotaan. Terdapat ketentuan umum dan teknis mengenai klasifikasi jalan, penentuan jumlah lajur, kecepatan rencana, kendaraan rencana, bagian-bagian jalan seperti damaja dan dawasja, potongan melintang, jalur lalu lintas, lajur, kemiringan melintang, bahu jalan, jalur lambat, separator jalan, median jalan, dan jalur hijau.
Teks tersebut membahas karakteristik komponen lalu lintas seperti sarana, pemakai jalan, dan prasarana. Ia menjelaskan dimensi dan kategori berbagai jenis kendaraan, karakteristik pemakai jalan, serta klasifikasi dan fungsi jalan seperti jalan arteri, kolektor, dan lokal.
This document discusses several key concepts for road geometric design including:
1. Superelevation is the banking of curves to counteract centrifugal forces on vehicles traveling through curves at a design speed. Maximum superelevation rates are 4-10%.
2. Centrifugal force increases with speed and decreases with radius of curvature. This force must be balanced by side friction between tires and pavement surface or superelevation.
3. Minimum radius of curvature is calculated based on design speed, maximum superelevation rate, and coefficient of side friction. Tables provide minimum radius values.
4. Several methods distribute superelevation and side friction rates based on radius of curvature and design or
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai data geometri, profil baja, pembebanan, dan perhitungan gempa untuk analisis jembatan rangka baja. Data geometri mencakup jenis, lebar, dan tinggi jembatan serta profil baja yang digunakan. Pembebanan meliputi beban mati, hidup, angin, serta gempa yang dihitung berdasarkan standar nasional.
Ringkasan dokumen ini adalah:
1. Dokumen ini membahas tentang perancangan drainase pada jembatan, termasuk komponen, ketentuan teknis, dan prosedur perancangannya.
2. Komponen utama drainase jembatan adalah inlet, jeruji, pipa, dan outlet yang berfungsi untuk mengalirkan air dari lantai jembatan.
3. Perancangan drainase jembatan mempertimbangkan aspek struktural, sosial, estetika, dan pemelihara
Peraturan perencanaan geometrik jalan antar kota no.38 tbm 1997 (2)Harsanty Seran
Dokumen ini membahas tentang tata cara perencanaan geometrik jalan antar kota yang meliputi deskripsi, ketentuan-ketentuan, dan cara pengerjaannya. Tujuannya adalah untuk mendapatkan keseragaman dalam merencanaan geometrik jalan agar menghasilkan geometrik jalan yang memberikan kelancaran, keamanan, dan kenyamanan bagi pengguna jalan. Dokumen ini memberikan panduan tentang klasifikasi jalan, kriteria perencanaan, bagian-bagian
Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)
Jalan Raya adalah suatu jalur tanah yang permukaannya dibentuk dengan kemiringan tertentu dan diberi perkerasan yang dipergunakan untuk lintasaan kendaraan maupun orang yang menghubungkan lalu lintas antara dua atau lebih tempat pemusatan kegiatan.
Pedoman Disain Geometrik Jalan 2020
Diunggah oleh Aji Suraji
Dosen Teknik sipil
Universitas Widyagama malang
Pedoman ini merevisi beberapa pedoman/tata cara tentang Perencanaan Geometrik Jalan yang selama ini digunakan. Revisi yang dilakukan meliputi struktur penyajian yang mengacu pada standar nasional Indonesia dan penambahan kandungannya untuk melengkapi kebutuhan sehingga dapat diaplikasikan baik oleh penyelenggara jalan di pusat maupun di daerah. Revisi ini disusun untuk mengakomodir tantangan dan hambatan dalam pembangunan jalan di Indonesia.
->Siphon adalah bangunan pembawa yang melewati bawah saluran lain (biasanya pembuang) atau jalan. Siphon bersifat saluran bertekanan atau tertutup.
->Bangunan terjun atau got miring diperlukan jika kemiringan permukaan tanah lebih curam daripada kemiringan maksimum saluran yang diizinkan. Bangunan terjunan dapat berupa terjunan tegak atau terjunan miring.
-> Gorong-gorong dipakai untuk membawa aliran air melewati bawah jalan air lainnya atau bawah jalan, serta jalan kereta api. Gorong-gorong mempunyai potongan melintang yang lebih kecil daripada luas basah saluran hulu maupun hilir.
1. Dokumen membahas tentang saluran terbuka dan sifat-sifatnya, termasuk jenis saluran, geometri saluran, distribusi kecepatan aliran, rumus Chezy-Manning, dan pengukuran debit saluran terbuka.
2. Ada dua jenis saluran yaitu alami dan buatan, saluran buatan memiliki geometri yang tetap sedangkan saluran alami tidak.
3. Kecepatan aliran bervariasi di sepanjang kedalaman dan maksimum antara 0,75-
Dokumen tersebut membahas tentang dozer, termasuk definisi dozer, bagian-bagian utamanya seperti penggerak, traktor, dan pisau, cara pengoperasiannya, serta bagaimana menghitung produktivitas dozer berdasarkan ukuran alat dan kondisi lapangan. Secara ringkas, dozer adalah alat berat yang digunakan untuk memindahkan material dengan menggunakan pisau yang dipasang di depan traktor.
Dokumen tersebut membahas perencanaan geometrik jalan yang meliputi peta kontur, rencana trase jalan, penentuan medan jalan, perhitungan alinyemen horizontal dan vertikal, serta perhitungan jarak pandang. Dokumen ini memberikan panduan dasar untuk merencanakan geometri jalan seperti menentukan jenis dan bentuk tikungan berdasarkan kecepatan rencana jalan.
Dokumen tersebut membahas tentang sistem jaringan transportasi dan sistem jaringan jalan. Ia menjelaskan tentang pengelompokan sistem jaringan jalan berdasarkan status, fungsi, dan kelasnya. Dokumen juga menjelaskan tentang sistem hirarki jalan menurut fungsinya seperti jalan arteri, kolektor, dan lokal baik untuk sistem primer maupun sekunder. Selanjutnya dijelaskan tentang persyaratan teknis dari m
Tugas perencanaan struktur geometri jalanMuhammad Ali
Dokumen tersebut membahas tentang perencanaan geometri jalan perkotaan. Terdapat ketentuan umum dan teknis mengenai klasifikasi jalan, penentuan jumlah lajur, kecepatan rencana, kendaraan rencana, bagian-bagian jalan seperti damaja dan dawasja, potongan melintang, jalur lalu lintas, lajur, kemiringan melintang, bahu jalan, jalur lambat, separator jalan, median jalan, dan jalur hijau.
Dokumen tersebut membahas perencanaan geometrik jalan, termasuk klasifikasi jalan, volume lalu lintas, kendaraan rencana, kecepatan rencana, kelas jalan, dan unsur-unsur perencanaan geometrik seperti trase jalan, potongan memanjang dan melintang. Tujuannya adalah merencanakan geometri dan struktur jalan yang ekonomis dan menghasilkan kelancaran, keamanan, dan kenyamanan lalu lintas.
1) Survei lapangan dan pengumpulan data dilakukan untuk perencanaan drainase jalan. Survei meliputi data topografi, hidrologi, dan fasilitas drainase yang ada.
2) Pelaksanaan survei lapangan mencakup pemotretan, pengumpulan data kependudukan, dan penyelidikan genangan. Jenis dan lokasi survei ditentukan berdasarkan tujuan survei.
3) Penentuan daerah pengaliran saluran jalan dilakukan dengan du
1) Survei lapangan dan pengumpulan data dilakukan untuk perencanaan drainase jalan. Survei meliputi data topografi, hidrologi, dan fasilitas drainase yang ada.
2) Pelaksanaan survei lapangan mencakup pemotretan, pengumpulan data kependudukan, dan penyelidikan genangan. Jenis dan lokasi survei ditentukan berdasarkan tujuan survei.
3) Penentuan daerah pengaliran saluran jalan dilakukan dengan du
Dokumen tersebut membahas tentang tata cara perencanaan geometrik persimpangan sebidang, mencakup deskripsi, ketentuan umum, teknis, dan cara pengerjaannya. Persimpangan harus memenuhi aspek keselamatan, kelancaran, dan efisiensi dengan mempertimbangkan jenis kendaraan, pandangan bebas, dan drainase. Bentuk persimpangan yang disarankan adalah simpang tiga dan empat dengan sudut saling tegak lurus, sedangkan persimpangan harus
Dokumen tersebut membahas tentang persyaratan teknis pembangunan jalan, termasuk lebar lajur lalu lintas, bahu jalan, dan kuantitas pekerjaan konstruksi jalan. Dokumen ini menjelaskan regulasi pemerintah terkait spesifikasi teknis berbagai jenis jalan dan unsur-unsurnya seperti lebar badan jalan, kecepatan desain, dan kapasitas. Dokumen ini juga membahas metode pengukuran volume pekerjaan konstru
Modul perencanaan trase jalan memberikan panduan tentang faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam penentuan trase jalan, seperti topografi, geofisik, hidrologi, dan lingkungan. Faktor-faktor ini meliputi kemiringan medan, kelandaian alinyemen, daerah aliran sungai, karakteristik tanah, iklim, muka air tanah, tata guna lahan, hutan lindung, dan cagar budaya. Perencanaan trase jalan bertujuan memilih
Dokumen tersebut membahas tentang uji laik fungsi teknis geometrik jalan. Secara khusus, dibahas tentang persyaratan teknis potongan melintang badan jalan, termasuk lebar lajur lalu lintas, bahu jalan, dan median. Dijelaskan teknik pengukuran dan kategori kelayakan fungsi untuk masing-masing unsur geometrik jalan.
Dokumen ini membahas tentang penentuan jenis pemeliharaan jalan dengan menggunakan metode Bina Marga. Metode ini digunakan untuk menilai kondisi jalan berdasarkan jenis dan luas kerusakan, lalu lintas, serta menentukan prioritas pemeliharaan. Dilakukan survei kondisi jalan, perhitungan indeks kerusakan, dan penetapan jenis pemeliharaan rutin, berkala, atau peningkatan berdasarkan hasilnya
Dokumen tersebut membahas tentang rekayasa lalu lintas yang mencakup pengertian, komponen, analisis tingkat pelayanan jalan, geometri jalan, dan penampang jalan. Secara ringkas, dokumen tersebut membahas tentang perencanaan sistem transportasi untuk menghasilkan pergerakan manusia dan barang secara aman dan efisien."
Dokumen tersebut membahas tentang konstruksi jalan dan jembatan, termasuk klasifikasi jalan berdasarkan fungsi, kelas, medan, dan wewenang pembinaannya. Jenis-jenis jalan yang dijelaskan antara lain jalan arteri, kolektor, dan lokal. Dibahas pula bagian-bagian jalan dan persyaratan minimum untuk setiap klasifikasi jalan.
Dokumen tersebut merangkum penelitian tentang koordinasi tiga simpang bersinyal di Jalan Soekarno Hatta Kota Pekanbaru untuk meningkatkan kelancaran lalu lintas. Penelitian ini bertujuan mengkoordinasikan waktu sinyal ketiga simpang tersebut agar dapat meminimalkan antrian kendaraan dan tundaan waktu tempuh. Hasil koordinasi diharapkan menjadi pertimbangan pemerintah daerah dalam meningkatkan kinerja simpang.
Dokumen tersebut membahas tentang konstruksi jalan dan jembatan. Secara singkat, dokumen tersebut menjelaskan tentang klasifikasi jalan berdasarkan fungsi, kelas, medan, dan wewenang pemerintah. Dokumen tersebut juga menjelaskan bagian-bagian dari jalan dan definisi dari jalan itu sendiri.
Similar to Tinjauan Desain Geometrik Jalan Subaim - Buli Ruas Jalan Uni-uni Kab. Halmahera Timur (20)
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Fathan Emran
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka.
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...nasrudienaulia
Dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Talcott Parsons, konsep struktur sosial sangat erat hubungannya dengan kulturalisasi. Struktur sosial merujuk pada pola-pola hubungan sosial yang terorganisir dalam masyarakat, termasuk hierarki, peran, dan institusi yang mengatur interaksi antara individu. Hubungan antara konsep struktur sosial dan kulturalisasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pola Interaksi Sosial: Struktur sosial menentukan pola interaksi sosial antara individu dalam masyarakat. Pola-pola ini dipengaruhi oleh norma-norma budaya yang diinternalisasi oleh anggota masyarakat melalui proses sosialisasi. Dengan demikian, struktur sosial dan kulturalisasi saling memengaruhi dalam membentuk cara individu berinteraksi dan berperilaku.
2. Distribusi Kekuasaan dan Otoritas: Struktur sosial menentukan distribusi kekuasaan dan otoritas dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakat juga memengaruhi bagaimana kekuasaan dan otoritas didistribusikan dalam struktur sosial. Kulturalisasi memainkan peran dalam melegitimasi sistem kekuasaan yang ada melalui nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.
3. Fungsi Sosial: Struktur sosial dan kulturalisasi saling terkait dalam menjalankan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya dan norma-norma yang terinternalisasi membentuk dasar bagi pelaksanaan fungsi-fungsi sosial yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan dan stabilitas dalam masyarakat.
Dengan demikian, konsep struktur sosial dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Parsons tidak dapat dipisahkan dari kulturalisasi karena keduanya saling berinteraksi dan saling memengaruhi dalam membentuk pola-pola hubungan sosial, distribusi kekuasaan, dan pelaksanaan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat.
3. Hal ini mesti didukung dengan adanya
KEBERADAAN
JALAN RAYA
sangat diperlukan
untuk menunjang
laju pertumbuhan
ekonomi seiring
dengan
meningkatnya
kebutuhan sarana
transportasi yang
dapat
menjangkau
daerah-daerah
terpencil yang
merupakan sentra
produksi
pertanian
JARINGAN
JALAN RAYA
sebagai
prasarana
transportasi darat
yang memegang
peranan sangat
penting dalam
sektor
perhubungan
terutama untuk
kesinambungan
distribusi barang
dan jasa.
NUSAJAYA
SUBAIM
BULI
BICOLI
MABA
4. Ditahun 2008 silam
2Fungsi Jalan
Lokal
3Kelas Jalan
III C
4
Muatan Sumbu Terberat (ton)
Tidak Ditentukan
5Tipe Medan
Pegunungan
Wewenang Pembinaan Jalan
Jalan Propinsi 1
7Kemiringan Medan (%)
3 - 25
8Tipikal Perkerasan
HRS – WC 3 cm
HRS – BASE 4 cm
Agg. Kelas A 12 cm
Agg. Kelas B 15 cm
9Lebar Jalur & Bahu Jalan
Lebar Jalur 6 m
Lebar Bahu 1,5 m
Kecepatan Rencana, VR’ (km/jam)
20 - 30 6
SUBAIM
BULI
5. Mengacu pada perencanaan awal diatas jalan ini berfungsi sebagai
sistem jaringan jalan yang mempunyai peranan pelayanan jasa distribusi
bagi masyarakat setempat.
Lokal ke Arteri
Dengan Kecp. 40
– 70 km/jam
-Keselamatan
-Struktur jalan
Tinjauan
kembali
geometrik jalan
6. Dari klasifikasi perencanaan awal jalan Subaim – Buli pada tahun 2008
silam terdapat beberapa item yang tidak sejalan dengan tata cara
perencanaan geometrik jalan antar kota (TPGJAK) No : 038/T/BM/1997
Medan Pegunungan
Kecepatan rencana (VR)
medan pegunungan yaitu
20 – 30 km/jam.
3 – 25 %
Kemiringan medan
dengan nilai 3 – 25 %
merupakan klasifikasi tipe
medan perbukitan
Kemiringan
Medan
Perencanaan (%)
Tipe Medan
Perencanaan
awal
Datar Bukit Pegunungan
Arteri 70 – 120 60 – 80 40 – 70
Kolektor 60 – 90 50 – 60 30 – 50
Lokal 40 – 70 30 – 50 20 – 30
Fungsi
Kecepatan Rencana , Vr (km/jam) Fungsi Jalan
KELAS JALAN I II III A
Muatan Sumbu
Terberat, (ton)
TIPE MEDAN D B G D B G D B G
Kemiringan
Medan, (%)
>10 10 8 Tidak ditentukan
Arteri Kolektor Lokal
III B III C
< 3 3 - 25 > 25< 3 3 - 25 > 25 < 3 3 - 25 > 25
Ketentuan Klasifikasi : Fungsi, Kelas Beban, MedanKecepatan Rencana (Vr) Sesuai Klasifikasi
Fungsi dan Klasifikasi Medan
8. RUMUSAN
MASALAH
BATASAN
MASALAH
MERENCANAKAN BENTUK
GEOMETRIK DARI JALAN
KELAS FUNGSI ARTERI
MERENCANAKAN TEBAL
PERKERASAN PADA JALAN
TERSEBUT
PERENCANAAN DIMENSI
SALURAN TEPI JALAN
UMUR RENCANA
KONSTRUKSI ADALAH 10
TAHUN
TIDAK MEMBAHAS
TENTANG GORONG-
GORONG
X
BAGAIMANA
MERENCANAKAN
GEOMETRIK JALAN DENGAN
KARATERISTIK TIPE MEDAN
PEGUNUNGAN AGAR
MEMPEROLEH JALAN YANG
SESUAI DENGAN FUNGSI
DAN KELASNYA
BAGAIMANA
MERENCANAKAN TEBAL
PERKERASAN LENTUR YANG
DI BUTUHKAN PADA RUAS
JALAN UNI-UNI MENGACU
PADA SKBI – 2.3.26.1987.UDC
: 625.73 (02)”
BERAPA DIMENSI SALURAN
TEPI JALAN MENGGUNAKAN
“TATA CARA
PERENCANAAAN DRAINASE
PERMUKAAN JALAN, SNI 03-
3424-1994” DAN REFERENSI
LAIN
TIDAK MEMPERHITUNGKAN
ANALISA STABILITAS
LERENG, ANALISA
PERSIMPANGAN &
PERENCANAAN JEMBATAN
X
TIDAK MEMPERHITUNGKAN
RAB DARI CUT AND FILL
X
DAPAT MERENCANAKAN
DIMENSI SALURAN TEPI
YANG DAPAT
MENGENDALIKAN
LIMPASAN AIR HUJAN DI
PERMUKAAN JALAN & DARI
DAERAH SEKITARNYA
AGAR TIDAK MERUSAK
KONSTRUKSI JALAN
TUJUAN
PENELITIAN
MERUBAH GEOMETRIK
JALAN YANG SUDAH ADA,
KHUSUSNYA PADA RUAS
JALAN UNI-UNI SESUAI
DENGAN FUNGSI JALAN &
TIPE MEDAN DARI JALAN
TERSEBUT, YAITU JALAN
ARTERI LUAR KOTA TIPE
MEDAN PEGUNUNGAN
MERENCANAKAN TEBAL
PERKERASAN LENTUR
YANG DISESUAIKAN
DENGAN KEADAAN
LAPANGAN DAN IKLIM
9. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistem Jaringan Jalan
Kaitan antara jaringan jalan sangat erat dengan tata guna
lahan didaerah sekitarnya yang akan diberikan akses ataupun
dalam kaitannya dengan hubungan antar pusat pengembangan
kapasitas maupun kwantitas yang menghubungkan kota-kota
antar propinsi dan terbatasnya sumber dana untuk
pembangunan jalan raya serta belum optimalnya
pengoperasian prasarana lalu lintas yang ada, merupakan
persoalan utama di Indonesia dan dibanyak negara, terutama
negara-negara yang sedang berkembang. Dalam sistem jaringan
jalan pendekatan yang biasanya digunakan untuk perencanaan
jaringan jalan adalah pendekatan ekonomis, sosial, budaya serta
pertahanan keamanan nasional dan tidak boleh melupakan
hambatan fisik yang mungkin ditemui.
10. 2.2.1 Klasifikasi Jalan
Secara umum jalan dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :
1. Jalan umum adalah jalan yang diperuntukan bagi
lalu lintas umum.
2. Jalan khusus adalah jenis jalan selain dari jalan
umum (jalan yang tidak diperuntukkan bagi lalu lintas
umum), seperti : jalan pertambangan, dan jalan
inspeksi pengairan.
Menurut peranan pelayanan jasa distribusinya,
sistem jaringan jalan terdiri dari :
1. Sistem jaringan jalan primer
2. Sistem jaringan jalan sekunder
2.1.2 Keadaan Fisik dan Topografi
Topografi adalah faktor penting dalam menentukan
lokasi jalan luar kota (rural) dan umumnya
mempengaruhi bentuk alinemen, jarak pandangan, dan
penampang melintang.
11. 2.2. Parameter Perencanaan Geometrik Jalan
2.2.1. Kenderaan Rencana
Komponen-komponen yang mempengaruhi desain
alinyemen horisontal antara lain dimensi kendaraan,
overhang, radius putar dan radius putar overhang.
2.2.2. Kecepatan Rencana
Kecepatan rencana adalah kecepatan yang dipilih
sebagai dasar perencanaan geometrik jalan yang
memungkinkan kendaraan-kendaraan bergerak dengan
aman dan nyaman dalam kondisi cuaca yang cerah,
lalu lintas yang lengang dan pengaruh samping jalan
yang tidak berarti.
Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya kecepatan
rencana adalah :
a. Keadaan terain, apakah datar, berbukit atau gunung.
b. Sifat dan tingkat penggunaan daerah
12. 2.2.3. Volume Lalu Lintas Rencana
Lalu lintas harian rata-rata
Lalu lintas harian rata-rata adalah volume lalu lintas
rata-rata dalam stu hari. Dari cara memperoleh data
tersebut dikenal 2 jenis lalu lintas harian rata-rata
antara lain :
1. Lalu lintas harian rata-rata Tahunan (LHRT)
Jumlah lalu lintas dalam 1 tahun
LHRT =
365
2. Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)
Jumlah lalu lintas selama pengamtan
LHR =
Lamanya pengamatan
13. 2.2.4. Bagian - bagian jalan (potongan melintang)
Dalam UU jalan No 38/2004 cross section jalan meliputi
3 (tiga) bagian yang tak terpisahkan, yaitu :
a. RUMAJA (Ruang Manfaat Jalan)
b. RUMIJA (Ruang Milik Jalan)
c. RUWASJA (Ruang Pengawasan Jalan)
Gambar 2.5 Bagian-bagian jalan
14. 2.2.5. Jarak Pandang
a. Jarak pandang henti minimum
Adalah jarak yang ditempuh pengemudi untuk
menghentikan kendaraan yang bergerak setelah
melihat adanya rintangan pada lajur yang dilaluinya.
b. Jarak pandang menyiap
Adalah jarak minimum di depan kendaraan yang
direncanakan harus dapat dilihat pengemudi agar
proses menyiap (mendahului) kendaraan di depannya
dapat dilakukan tanpa terjadi tabrakan dengan
kendaraan dari arah yang berlawanan.
2.3. Alinyemen Horizontal
Alinemen horizontal adalah proyeksi dari sumbu jalan
pada bidang yang horizontal (plan/denah).
15. 2.4. Alinemen Vertikal
Alinyemen vertikal atau biasa juga disebut
penampang melintang perpotongan bidang vertikal
dengan bidang permukaan perkerasan jalan melalui
sumbuh jalan untuk 2 lajur 2 arah atau melebihi tepi
dalam masing-masing perkerasan untuk jalan dengan
median. (Sumber : Silvia Sukirman).
2.5. Perkerasan Jalan
Perkerasan jalan adalah bagian konstruksi jalan terdiri
dari beberapa susunan atau lapisan, terletak pada suatu
landasan atau tanah dasar yang diperuntukkan bagi jalur
lalu lintas dan harus cukup kuat
16. 2.5.1. Jenis Perkerasan Menurut Sifat Bahan Perekat
Menurut sifat bahan perekat yang dipakai perkerasan
dapat dibedakan atas :
a. Pekerasan lentur (Flexible Pavement)
b. Perkerasan Kaku (Flexible Pavement)
2.5.2. Susunan Perkerasan Jalan
Susunan perkerasan jalan yang digunakan pada
umumnya terdiri dari 3 lapisan lapisan di atas tanah
dasar (sub grade).
a. Lapisan permukaan, penutup, aspal
- lapisan penutup
- Lapisan pengikat
b. Lapisan pondasi
- Lapisan pondasi atas
- Lapisan pondasi bawah
c. Lapisan tanah dasar
17. 2.6. Drainase
Drainase adalah suatu sistem pembuangan air lebih,
dan air limbah (wastewater) yang berupa buangan air dari
daerah perumahan, permukiman, daerah industry,
kegiatan usaha lainnya, daerah pertanian, lahan terbuka,
badan jalan, lapisan perkerasan lainnya, serta berupa
penyaluran kelebihan air pada umumnya yang berupa air
hujan air kotor, maupun air kelebihan lainnya yang
mengalir keluar dari suatu kawasan.
Dalam perencanaan sistem drainase jalan
berdasarkan pada keberadaan air permukaan dan
bawah permukaan, sehingga perencanaan drainase jalan
dibagi menjadi:
1. Drainase permukaan (Surface drainage)
2. Drainase bawah permukaan (Sub surface drainage)
18. Secara umum langkah perencanaan sistem jaringan
jalan dimulai dengan memplot rute jalan yang akan
ditinjau dipeta topografi untuk mengetahui daerah
layanan sehingga dapat memprediksi kebutuhan
penempatan bangunan drainase penunjang sepert
saluran jalan, fasilitas penahan air hujan dan bangunan
pelengkap. Dalam merencanakan harus memperhatikan
pengaliran air yang ada dipermukaan maupun yang ada
dibawah permukaan dengan mengikuti ketentuan tenis
yang ada tanpa menggangu stabilitas konstruksi jalan.
Secara garis besar dalam upaya perbaikan saluran
drainase terutama perbaikan kondisi fisik dan geometri
suatu saluran drainase dibagi menjadi 4 tahap berikut:
1. Analisis frekuensi.
Merupakan prosedur untuk menentukan curah
hujan rencana dalam berbagai periode ulang
berdasarkan perhitungan distrbusi frekuensi yang
dipakai.
19. 2. Perhitungan intensitas curah hujan.
Untuk mendapatkan nilai intensitas hujan maka
dibuat lengkung intensitas hujan menggunakan
data curah hujan kotaSamarinda yang telah
tersedia.
3. Perhitungan kapasitas tampung saluran drainase.
Untuk mengetahui kapasitas tamping
maksimum saluran drainase ketika terjadi debit
puncak sehingga diperlukannya perbandingan
antara debit saluran drainase dengan debit
rencana.
4. Perencanaan saluran drainase.
Perencanaan saluran drainase dilakukan
dengan melihat kapasitas tampung maksimum
saluran drainase ketika terjadi debit puncak.
20. BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan adalah studi literatur, studi
literatur ini adalah untuk mengumpulkan referensi teori
yang dipakai sebagai bahan untuk menyusun dan
menganalisa dalam penelitian ini.
3.2. Waktu dan Lokasi Penelitian
3.2.1. Waktu penelitian
Waktu penelitian ini direncanakan setelah Proposal
diseminarkan atau sebagaimana dijelaskan pada tabel
berikut ini :
21. 3.1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan adalah studi literatur, studi
literatur ini adalah untuk mengumpulkan referensi teori
yang dipakai sebagai bahan untuk menyusun dan
menganalisa dalam penelitian ini.
3.2. Waktu dan Lokasi Penelitian
3.2.1. Waktu penelitian
Waktu penelitian ini direncanakan setelah Proposal
diseminarkan atau sebagaimana dijelaskan pada tabel
berikut ini :
1 2 3 4 5
2 Pengambilan Data
No. Uraian
Bulan
1 Seminar
4 Pembahasan
3 Pengolahan Data
5 Seminar Hasil
22. 3.2.2. Lokasi penelitian
Penelitian dan atau pengumpulan data ini berlokasikan
di Jalan Subaim – Buli Ruas Jalan Uni-uni Kabupaten
Halmahera Timur dengan total panjag ruas jalan yaitu ±
10,9 km yang tepatnya berada pada km 18 ± 700
sampai dengan km 29 ± 600 Jalan Subaim - Buli
(mengacu pada km jalan/stasiun yang ditetapkan oleh
P2JN Maluku Utara). Layout daerah penelitian
digambarkan seperti berikut ini :