SlideShare a Scribd company logo
‫الوضوء‬ ‫فضيلة‬ ‫في‬ ‫السادس‬ ‫الباب‬
)... ‫الوضوئ‬ ‫على‬ ‫الوضوء‬ ‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫ا‬ ‫صلى‬ ‫وقال‬
‫نور‬ ‫على‬ ‫(نور‬
‫ا‬ ‫رحمه‬ ‫رزين‬ ‫مسند‬ ‫هو‬ ‫حجر‬ ‫ابن‬ ‫قال‬ ‫حسنة‬ ‫على‬ ‫حسنة‬ ‫الوضوء‬ ‫تجديد‬ ‫أى‬
‫أحمد‬ ‫بن‬ ‫الوهاب‬ ‫عبد‬ ‫للشيخ‬ ‫المنير‬ ‫البدر‬ ‫فى‬ ‫كذا‬ ‫المنذرى‬ ‫عليه‬ ‫يطلع‬ ‫ولم‬
.‫الوضوء‬ ‫فأحسن‬ ‫توضأ‬ ‫من‬ ‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫ا‬ ‫صلى‬ ‫قال‬ ‫الحياء‬ ‫وفى‬ ‫النصارى‬
‫ولدته‬ ‫كيوم‬ ‫ذنوبه‬ ‫من‬ ‫خرج‬ ‫الدنيا‬ ‫من‬ ‫بشئ‬ ‫فيهما‬ ‫نفسه‬ ‫يحدث‬ ‫لم‬ ‫ركعتين‬ ‫وصلى‬
‫ذنبه‬ ‫من‬ ‫تقدم‬ ‫ما‬ ‫له‬ ‫غفر‬ ‫فيهما‬ ‫يسفه‬ ‫ولم‬ ‫آخر‬ ‫لفظ‬ ‫وفى‬ ‫.أمه‬
( :‫ص‬ ،‫الحديث‬ ‫لباب‬ ‫شرح‬ ‫فى‬ ‫الحديث‬ ‫القول‬ ‫تنقيح‬15‫الشيخ‬ ‫العلمة‬ ‫تأليف‬ ،
‫البنتني‬ ‫النووى‬ ‫عمر‬ ‫بن‬ ‫)محمد‬
Dalam satu kesempatan, saya juga mendengar
"‫نور‬ ‫على‬ ‫نور‬ ‫فهو‬ ‫طهورا‬ ‫توضأ‬ ‫من‬"
Ijinkan aku menceritakan satu kisah kebaikan
“tahadduts binni’mah/ ‫دث‬ّ ‫تح‬‫بالنعمة‬ “
An-Nida. Penjara suci, Garut.
Aku masih ingat betul yang kualami ini. Dan, mungkin “atas-Nya” takkan
bisa dilupakan. Waktu itu, aku masih berseragam putih abu-abu. Kelas III.
Entah hari apa waktu itu, yang pasti semua siswa berseragam putih abu.
Hari senin kalau tidak selasa. Sebab Rabu-Kamis, ber-batik. Jum’at-Sabtu ber-
pramuka. Ahad, bebas. Seperti sekolah lain pada umumnya, pembelajaran dimulai
pukul 07.00. namun, ada nilai lebih di An-Nida (nama tempatku sekolah) dimana
sebelum dimulai pembelajaran para siswa diwajibkan berjama’ah shalat sunnah
Dhuha. Setiap pagi. Setiap hari. Kecuali seninkarena upacara. Yang memimpin
(imam shalat), kadang ketua yayasan, kadang kepala sekolah, staf guru, atau salah
satu dari siswa sendiri yang memimpin. Atau siapa saja bisa jadi imam.
Oh ya, sebelum ber-Dhuha tepat pukul 07.00 keamanan sekolah ditugaskan
mengunci seluruh ruangan kelas juga gerbang masuk sekolah. Hal ini, demi
mengetahui siapa yang tidak mengikuti Dhuha dan siswa yang terlambat. Maka,
bagi yang terlambat akan dipanggil ketua BP untuk dinasihati (jika baru satu kali
terlambat). Berbeda, yang tidak mengikuti Dhuha padahal tidak terlambat masuk
disuruh berjemur di halaman upacara atau membersihkan wc atau kedua-duanya.
Baru setelahnya dinasehati untuk kemudian disuruh melaksanakan Dhuha sendiri
atau berjama’ah.
***
An-Nida adalah sebuah pondok pesantren di Desa Cigadog, Kecamatan
Pasirwangi, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Pengasuhnya, Mohammad Aceng Abdul
Ghani dengan Jauzahnya (istri) Atin Matinusi Syarifah. Beliau ‘baru’ dikaruniai satu
putera dan tiga puteri.
Mengenai sejarah kelahiran pesantren ini aku belum cukup faham karena
aku kalau tidak salah adalah angkatan ke-V. yang aku ketahui, dahulu ada remaja
desa yang mau belajar mengaji kepada beliau Ustadz Aceng (nama karib M. Aceng
A. Ghani) karena mereka para remaja tahu bahwa beliau adalah keluaran sebuah
pondok pesantren di Tasikmalaya Jawa Barat. Kemudian, entah bagaimana
ceritanya, ada lagi yang dari luar Jawa yang juga berhasrat belajar mengaji.
Kelamaan, banyak dari luar daerah dengan niat yang sama. Mengaji. Sampailah,
beliau mendirikan bangunan (pondok) untuk kemudian dinamainya An-Nida.
Entah apa maknanya tapi dari artinya, laa ‘alash showab (kalau tidak salah) An-
Nida adalah isim mashdar, atau dalam bahasa inggris dikenal dengan Gerround
(kata kerja yang dibendakan) yang berarti undangan/panggilan.
Sampai akhirnya, beliau mendirikan sekolah yang kemudian juga
dinamainya An-Nida dan aku menjadi generasi ke-v sekolah ini.
***
Sekitar 15 menit, pelaksanaan Dhuha selesai karena hanya empat rakaat
dengan dua salam. Tidak kurang, tidak lebih. Setelahnya, para siswa memasuki
kelas memulai pembelajarannya masing-masing.
Dari ruang sebelah, kelas II, terdengar sedikit kegaduhan, gebrakan papan
tulis, meja, dengkikan kursi, ingar bingar siswa anak laki-laki bersorak keriangan
atau apalah yang terjadi di kelas itu. Aku hanya menutup telinga. Aplez, teman
laki-laki sekelasku merasa terganggu lalu keluar menuju kelas II, melabrak sampai
tak lama nyaris tak terdengar sedikitpun bunyi apalah dari kelas itu. Semua diam.
Sesepi hatiku. Kami?, sebelumnya tak ada yang menduga Aplez melakukan itu
walaupun kami mengenalnya keras. Ganteng?, lumayan.
Jam pertama pelajaran kelas II kosong, itu kata Avlez. Aku ber”oh”. Wajar
saja mereka gaduh. Dulu kami juga begitu eh, Aku. Hanya satu tiga siswa yang
menyesalkan manakala jam pelajaran kosong karena entah kemanalah
pengampunya mengurusi hal lebih penting dari mengajar. Mungkin. Atau,
gurunya ada tetapi masuknya belakangan dengan menugasi siswa mencatat
pelajaran terlebih dahulu, didikte atau ditulis diwhite board oleh sekretaris kelas
dan ini adalah yang paling disesalkan oleh kami. Didikte. Maka, bagi ‘sebagian’
laki-laki jam kosong adalah kemerdekaan. Kebebasan. Bebas untuk tidak menulis,
bebas sesukanya duduk di atas meja, bebas menggunakan kapur tulis hanya untuk
sekedar menggambar apalah diwhite board. Dan alangkahnya, bebas karena tidak
mengerjakan PR (pekerjaan rumah) dihukum oleh Guru berdiri dengan satu kaki
didepan kelas dan tangan memegang telinga. Menyilang. Menjewer.
***
Dalam satu perbincangan, Aku ditanya kenapa aku bisa sampai ke An-Nida,
ke Garut maksudnya yang padahal aku sendiri dari Jawa Tengah. Dulu, waktu di
Tasik beliau mondok bareng dengan orang Jawa kemudian setelah muqim
temannya yang dari Jawa mengetahui kalau beliau mendirikan pondok juga
sekolah di Garut lalu temannya yang dari Jawa menceritakannya kepada Ayahku
pas tahu kalau Aku sedang mencari sekolah lanjutan lulus SMP. Sampailah Aku
disini jawabku.
Di Nida, kajiannya sama seperti pondok pesantren pada umumnya. Hanya
saja tingkatan dan sistemnya yang berbeda. Pemahamannya tetap sama yaitu
terutama Tauhid dan Fiqih. Adapun pembelajarannya adalah mempelajari ilmu
nahwu, ilmu shorof, ilmu tajwid, dan qiro’ah dengan sistem Madrasah Diniyyah.
***
Ada satu mata pelajaran yang semuanya kami suka. Cinta. Bukan
pelajarannya tetapi Gurunya. Cantik, karena memang beliau perempuan. Suka
karena menyenangkan. Menyenangkan karena kami bisa bebas tidak atau
mengikuti pelajaran seperti jam kosong. Meski begitu, kami tetap tidak bisa
keluar kelas namun boleh tidak menulis. Bukan karena pintu terkunci, tetapi siapa
saja yang keluar akan dicatat, alfa. Itulah kebanyakan guru perempuan. Dan,
tentu saja hal itu mengkhawatirkan kami karena akan mengurangi catatan nilai
apalagi, kami kelas III.
Sebetulnya, bukan catatan ‘diam-diam’ itu yang membuat kami tidak
meninggalkan kelas tetapi karena beliau adalah guru perempuan tertua di Nida
dan juga sudah lanjut usia. Namanya Bu Juju, begitu para siswa memanggilnya.
Caranya mengajar seperti seorang ibu memberikan tulus kasih sayang kepada
anaknya. Mengayomi. Itulah yang membuat kami betah di kelas.
Semua guru menyenangkan. Semua pelajaran mengasyikkan. Tidak ada
guru killer cuma, cenderung galak. Tidak ada pelajaran sulit cuma, cenderung
mumeti dan Njlimet terutama matematika, fisika, dan kimia.
***
“Wudlunya orang yang mempunyai wudlu adalah cahaya diatas cahaya”
dan
“Barangsiapa yang berwudlu dalam keadaan suci maka dia adalah cahaya
diatas cahaya”
Itu adalah keterangan dari ustadz kami sewaktu Diniyyah. Mengaji. Dan aku
sudah mendengar itu sedari SMP tetepi belum faham maksudnya. Lebih lanjut,
ustadz kami menjelaskan; orang yang berwudlu sebelum mendirikan shalat
Maghrib misalnya, kemudian datang waktu isya terus kita wudlu lagi padahal
belum hadats/batal wudlunya nah, itu lebih baik dan utama sehingga wajah kita
akan bersih bersinar bahkan lebih dari itu. Entahlah, tetapi Aku menerimanya
sebagai ilmu.
Namun, kami disini (Diniyyah) tidak khusus membahas tafsir hadits (jika
memang keterangan wudlu itu adalah hadits) tetapi lebih kepada praktek
wudlunya mulai dari niat sampai tartib serta doa-doa masing-masing juz/anggota
wudlu. Aku berusaha menghafal doa-doa terutama anggota wajib wudlu atau
yang sunnah caranya, dengan mempraktekkan wudlu langsung disertai doa-
doanya satu persatu.
Butuh beberapa hari bahkan minggu, bagiku untuk bisa menghafal semua
doa-doa itu. Terlalu lama memang tapi, tujuan bukan utama yang utama adalah
prosesnya.
***
Hari-hari berikutnya kegiatan Dhuha dilaksanakan lebih pagi dari biasanya,
jam 06.50 dan jumlah rakaatnya pun bertambah. Enam rakaat. Tiga kali salam.
Kemajuan.
Dari tempat wudlu laki-laki, dengan tidak sengaja, aku memperhatikan
siswa yang sedang berwdlu. Betapa cepat. Satu kali basuh dan usapan. Aku
tersenyum teringat penjelasan Ustadz Fiqih kami Mang Ntang, begitu sapaan
karibnya. Katanya, setiap anggota wudlu sunnahnya dengan tiga kali basuh dan
atau usapan. Dalam ayat al-Qur’an ‫اذا‬‫قمتم‬‫للصلة‬‫فاغسلوا‬‫وجوهكم‬...‫الخ‬
“apabila kalian hendak mendirikan shalat maka basuhlah wajahmu…” disitu tidak
ada perintah kita supaya membasuh 3x setiap anggota wudlu tetapi yang 3x
basuhan itu untuk berihtiyath (hati-hati) barangkali ada salah satu anggota wudlu
yang belum merata terbasuh. Karena itulah Aku tersenyum demi melihat mereka
yang hanya membasuh satu kali basuhan saja.
Bukan menertawakan apalagi menghina dengan beranggapan bahwa
mereka belum mengetahui tata cara berwudlu beserta doa-doanya. Husnuddzon
(sangkaan baik) saya justru mungkin mereka telah kelewat hafal serta doanya
makanya wudlunya cepat. Tetapi nyatanya, ada yang membasuh tangan tidak
sampai sikutnya, ada yang ‘sekedar’ mengusap rambutnya, ada yang membasuh
kaki hanya telapaknya saja. Dan itu demi karena ‘mungkin’ mereka
menyayangkan handbodynya, gatsbynya, pelembabnya, atau apalah lagi namanya
yang menghias, memperindah dan mempercantik anggota badannya.
***
Cuaca di Garut memang dingin. Tetapi, malam ini Nida sedikit lebih dingin.
Membeku. Sebeku hatiku. Dan Diniyyah berjalan seperti biasanya. Didalam kelas
terlihat wajah murung dibalut dinginnya angin Garut, membekukan hati. Sekali
lagi, sebeku hatiku. Bukan karena turun salju tetapi, malam ini kami harus hafal
praktek wudlu serta doa-doanya. Tentulah, ada entah sanksi apalah apabila kami
tidak hafal. Semuanya.
Aku, alhamdulillah melewatinya.
***
Siang itu sedikit terik tapi Garut tetaplah dengan cuacanya, dingin. Sekolah
dipulangkan lebih awal, jam 11.30, masih sekitar 30 menit memasuki waktu
Dhuhur dan sebagian memanfaatkannya untuk Qoilulah (tidur sejenak menunggu
waktu Dhuhur), sebagian yang lain bersantai di kantin, sisanya meninggalkan
sekolah. Pulang.
Dan sisanya yang lain pula bermain bola plastik di halaman sekolah yang
hanya seukuran luas lapangan tenis meja. Cenderung sempit memang tapi
permainan tetaplah permainan yang dengan sistemnya bisa membuat senang
yang memainkan. Tetapi, tidak hari ini.
Dua puluh dua orang kecuali kiper, harus berebut bola dari kaki-kaki
pemain, menjagal, memblok, mentekel, mengoper, lalu dengan kecerdikan dan
keindahannya memasukkan bola ke gawang. Gol.
Semua menginginkan, semua mengharapkan, semua menjunjung tinggi
aturan permainan ini agar menjaga kebersamaan. Sportif. Tetapi, manusia
tetaplah dengan segala nafsunya, segala ego dan ambisinya terkadang lupa
dengan aturannya. Maka terkadanglah terjadi dorong mendorong, saling
menjatuhkan, mencemooh, dan bahkan saling memukul. Berkelahi. Maka
karenalah dibutuhkan hakim, pemimpin jalannya permainan. Wasit.
Dan hari ini, permainan ini, tak lagi indah. Gol-gol itu.
Cuaca, tak sedingin sebelumnya.
***
Malam ini terasa lebih melelahkan, sesegera mungkin ingin tertidur pulas
melupakan semua kejadian. Permainan itu. Berharap hari esok cerah dengan
segala janji matahari. Berdo’a. Menguap. Tidur.
***
Bukan hal aneh tapi tidak seperti biasanya. Terlihat banyak senyuman hari
ini. Canda tawa itu. Semuanya dalam keriangan yang, ah betapa. Langit telah
berbaik hati mewujudkan mimpi itu. Do’a itu. Terimakasih.
Dikelas, dengan segala isinya penuh dengan kehangatan selain senyuman.
Semua bernyanyi, berdendang, menirukan suara drum, menciptakan nada.
Memetik gitar. Ada pelajaran seni hari ini. Sayang, walau hanya satu jam
setidaknya membuat hari kemarin terlupakan. Permainan itu.
***
Malam ini tidak lagi melelahkan tetapi ingin kembali cepat tertidur
berharap langit berbaik hati memberikan ‘lagi’ mimpi itu. Kehangatan itu.
Semoga. Menguap. Memejamkan mata.
***
Mimpi itu kembali nyata. Do’a itu. Kehangatan itu. Terimakasih. Tetapi,
Garut hari ini panas, teramat malah padahal matahari baru akan menjalankan
tugasnya. Janjinya.
Semua menyeruah keluar kelas, hanya siswa kelas III. Kelasku. Bukan demi
menghindari panas yang teramat dalam kelas tetapi Guru yang meminta kami
keluar kelas. Guru seni. Aku hampir lupa, ada pelajaran olahraga hari ini. Volly.
Tidak ada Tim, tidak ada wasit, tidak ada permainan, hanya praktek yang
sudah beberapa pertemuan hanya belajar teori. Semua berbaris macam antrean
menjadi satu jajar. Siswi dibarisan depan. Siswa, dibelakang. Guru berdiri paling
depan berjarak satu meter berhadapan dengan barisan siswa. Barisan kami. Guru
memberikan pengarahan, mempraktekkan cara menerima dan mengembalikan
bola. Kami memperhatikan.
Dimulai dari barisan paling depan, barisan siswi. Guru melemparkan bola,
siswi memukul. Terlalu keras. Bola melambung keatas. Pemukul pertama
ditugaskan memungut bola out. Bola dilempar lagi, dipukul. Pukulan sedikit
lemah. Dilempar lagi, dipukul. Mengenai guru. Dilempar lagi, dipukul. Terpeleset.
Siswi terakhir. Paling gendut.
Bola dilempar lagi, siswa memukul. Sempurna. Dilempar lagi, bengong.
Mengenai kepala. Dan begitu seterusnya, hanya itu. Tidak kurang, tidak lebih.
***
Diniyyah. Menguap. Ngantuk. Pulang. Melepas baju. Tidur.
***
Kanan! Kanan! Kiri! Belakang! Awas! Maju! Blok! Shoot! Lempar! Ambil!
Kanan! Depan! Kiri! Belakang! Depan! Shoot! Gooooooool…!!!
Bersorak. Tepekur. Kembali pada posisi starting. Seterusnya, entahlah.
Di depan pintu kelas ada tembok setinggi badan, aku duduk disitu dengan
kaki kiri lurus selonjor dan menekuk kaki kanan. Menyilang jari-jari kedua tangan,
meletakkannya diatas lutut kaki kanan, menyandarkan dagu diatasnya. Tertegun.
Sebagian yang lain menontonnya dari bawah pohon pepaya. Sebagian lagi dari
dalam kantin. Dan sebagian yang lain lagi dimana sajalah yang teduh demi tidak
tersengat panas matahri yang teramat sangat.
Aku merubah posisi dudukku. Bersandar. Dari arah barat kulihat seseorang
berjalan ke arahku. Entah siapalah. Sedikit samar, terhalang permainan bola.
Di sinilah, kebaikan itu berawal. Wudlu itu. Cahaya itu.
***
Tidur awal. Tidak ada kegiatan. Libur.
***
Langkahnya semakin dekat. Aku masih dalam sandaranku. Dia menegurku.
Menyapa. Namanya Lyana. Dia menanyakan apa sajalah layaknya sesama
sahabat. Dia lihai memetik gitar. Aku mengaguminya. Dia juga bergabung dengan
Borneo, group bandnya yang semua personelnya laki-laki. Oh ya, nama
lengkapnya MULYANA.
“Bro! kalau boleh tahu, kamu pake pencuci muka ya, merk apa? Atau
pelembab? Sedikit canggung dia menanyakan itu. Malu mungkin.
Aku terperanjat dari sandaranku. Heran karena setelah kutanya “kenapa?”
“Wajahku terlihat cerah memancar” jawabnya.
Antara tersindir dan dipuji, itu yang kurasakan. Karena, ‘maaf’ matanya
sedikit rabun dan seharusnya berkacamata karena sudah min berapalah.
“Aku tidak memakai pelembab dan pencuci muka apapun kecuali hanya
mengamalkan wudlu SETIAP waktu sholat, ataupun diluar itu” tanggapanku atas
pertanyaannya. Dia hanya meng-“oh” dan tergesa-gesa meninggalkanku setelah
sebelumnya berterimakasih kepadaku dan pulang.
Setelahnya, Aku tersenyum sendiri. Bukan. Bukan karena pujian itu tetapi
karena tanggapan yang kuberikan adalah bohong adanya. Benarlah jika Aku tidak
memakai apapun pemutih wajah tetapi WUDLU itu, Aku jarang mengamalkannya
hanya menyampaikan kebaikan atas apa yang Aku dengar dan fahami tentang "
‫نور‬ ‫على‬ ‫نور‬" dengan harap dia mengamalkannya. Semoga.
***
Diniyyah. Ustadnya tidak datang mengajar. Menunggu. Kosong. Pulang.
Tidur.
***
Setelah beberapa hari, aku bertemu lagi dengannya. Mulyana. Dan,
“Subhanalloh” Aku dibikin kaget olehnya. Dalam padanya, Aku melihat wajah
yang putih, cerah, silau, terpancar cahaya setelah akhirnya Aku menanyakan
persis seperti saat apa yang dulu Dia tanyakan kepadaku. Dan, Dia juga menjawab
persis seperti apa yang dulu saya katakan. Tanpa kebohongan. Dan nyata adanya.
Masya Alloh. Semoga kita senantiasa mengamalkan wudlu setiap saat.
Setiap hari. Dan, semoga atas-NYA kita diberikan secercah cahaya. Cahaya untuk
menuntun kita menuju jalan-NYA. Amin.
www.iwanalit.blogspot.com
www.@salfanilta.com
www.facebook.iwanalit.com

More Related Content

What's hot

Belum ada judul
Belum ada judulBelum ada judul
Belum ada judul
Rusiti Rusiti
 
Ketika cinta harus bersabar - TERE LIYE
Ketika cinta harus bersabar - TERE LIYEKetika cinta harus bersabar - TERE LIYE
Ketika cinta harus bersabar - TERE LIYE
Hesti Romadhoni
 
artikel pantang menyerah Menkes
artikel pantang menyerah Menkes artikel pantang menyerah Menkes
artikel pantang menyerah Menkes
Masyrifah Jazm
 
Kisah pemuda muadzin part2
Kisah pemuda muadzin part2Kisah pemuda muadzin part2
Kisah pemuda muadzin part2
Mungkin AndaKenal
 
Cerpen 2 tarbiah nursyahadah
Cerpen 2 tarbiah nursyahadahCerpen 2 tarbiah nursyahadah
Cerpen 2 tarbiah nursyahadahapexkip
 
Cerpen 1 pop
Cerpen 1 popCerpen 1 pop
Cerpen 1 pop
rully prasetyawati
 
Tan Malaka - MADILOG
Tan Malaka - MADILOGTan Malaka - MADILOG
Tan Malaka - MADILOG
Utje Gustaaf Patty
 
Bahasa indonesia
Bahasa indonesiaBahasa indonesia
Bahasa indonesia
farid_DaySpy
 
Adekecil
AdekecilAdekecil
Zuhira d2011205305
Zuhira d2011205305Zuhira d2011205305
Zuhira d2011205305
cikguzuhira
 
Terjalnya jalan hidupku
Terjalnya  jalan hidupkuTerjalnya  jalan hidupku
Terjalnya jalan hidupkuHeni Handayani
 
Jami 220 rev
Jami 220 revJami 220 rev
Jami 220 rev
Ariya Asyhar
 
Novels "Sepucuk Surat Cinta untuk Rauzatul Zahra"
Novels "Sepucuk Surat Cinta untuk Rauzatul Zahra"Novels "Sepucuk Surat Cinta untuk Rauzatul Zahra"
Novels "Sepucuk Surat Cinta untuk Rauzatul Zahra"
Muklis Bat'Rock
 
Panduan Ramadhan oleh Ust. Muhammad Abduh Tuasikal, MSc
Panduan Ramadhan oleh Ust. Muhammad Abduh Tuasikal, MScPanduan Ramadhan oleh Ust. Muhammad Abduh Tuasikal, MSc
Panduan Ramadhan oleh Ust. Muhammad Abduh Tuasikal, MSc
9elevenStarUnila
 

What's hot (17)

Belum ada judul
Belum ada judulBelum ada judul
Belum ada judul
 
Ketika cinta harus bersabar - TERE LIYE
Ketika cinta harus bersabar - TERE LIYEKetika cinta harus bersabar - TERE LIYE
Ketika cinta harus bersabar - TERE LIYE
 
artikel pantang menyerah Menkes
artikel pantang menyerah Menkes artikel pantang menyerah Menkes
artikel pantang menyerah Menkes
 
Kisah pemuda muadzin part2
Kisah pemuda muadzin part2Kisah pemuda muadzin part2
Kisah pemuda muadzin part2
 
Cerpen 2 tarbiah nursyahadah
Cerpen 2 tarbiah nursyahadahCerpen 2 tarbiah nursyahadah
Cerpen 2 tarbiah nursyahadah
 
Cerpen 1 pop
Cerpen 1 popCerpen 1 pop
Cerpen 1 pop
 
Tan Malaka - MADILOG
Tan Malaka - MADILOGTan Malaka - MADILOG
Tan Malaka - MADILOG
 
Bahasa indonesia
Bahasa indonesiaBahasa indonesia
Bahasa indonesia
 
Adekecil
AdekecilAdekecil
Adekecil
 
Zuhira d2011205305
Zuhira d2011205305Zuhira d2011205305
Zuhira d2011205305
 
Terjalnya jalan hidupku
Terjalnya  jalan hidupkuTerjalnya  jalan hidupku
Terjalnya jalan hidupku
 
Biografi Soekarno
Biografi SoekarnoBiografi Soekarno
Biografi Soekarno
 
Akibat tidak sholat
Akibat tidak sholatAkibat tidak sholat
Akibat tidak sholat
 
Jami 220 rev
Jami 220 revJami 220 rev
Jami 220 rev
 
Novels "Sepucuk Surat Cinta untuk Rauzatul Zahra"
Novels "Sepucuk Surat Cinta untuk Rauzatul Zahra"Novels "Sepucuk Surat Cinta untuk Rauzatul Zahra"
Novels "Sepucuk Surat Cinta untuk Rauzatul Zahra"
 
Panduan Ramadhan oleh Ust. Muhammad Abduh Tuasikal, MSc
Panduan Ramadhan oleh Ust. Muhammad Abduh Tuasikal, MScPanduan Ramadhan oleh Ust. Muhammad Abduh Tuasikal, MSc
Panduan Ramadhan oleh Ust. Muhammad Abduh Tuasikal, MSc
 
renungan
renunganrenungan
renungan
 

Viewers also liked

Makalah ilmu-kalam11
Makalah ilmu-kalam11Makalah ilmu-kalam11
Makalah ilmu-kalam11
iwan Alit
 
Analisis statistik inferensial
Analisis statistik inferensialAnalisis statistik inferensial
Analisis statistik inferensial
iwan Alit
 
Ipi2.rtf
Ipi2.rtfIpi2.rtf
Ipi2.rtf
iwan Alit
 
Cruz’s cruise
Cruz’s cruiseCruz’s cruise
Cruz’s cruise
Mjccruz
 
Cruz’s cruise
Cruz’s cruiseCruz’s cruise
Cruz’s cruise
Mjccruz
 
Sahabat itu kayak rumus
Sahabat itu kayak rumusSahabat itu kayak rumus
Sahabat itu kayak rumusiwan Alit
 
alat-alat pendidikan
alat-alat pendidikanalat-alat pendidikan
alat-alat pendidikan
iwan Alit
 
Laporan full 1
Laporan full 1Laporan full 1
Laporan full 1
iwan Alit
 
Powerpoinperangsalib 100629085024-phpapp01
Powerpoinperangsalib 100629085024-phpapp01Powerpoinperangsalib 100629085024-phpapp01
Powerpoinperangsalib 100629085024-phpapp01
iwan Alit
 
Sejarahberdirinyadinastial ayyubiyah-citrahasanah-8sbm-130121062205-phpapp02
Sejarahberdirinyadinastial ayyubiyah-citrahasanah-8sbm-130121062205-phpapp02Sejarahberdirinyadinastial ayyubiyah-citrahasanah-8sbm-130121062205-phpapp02
Sejarahberdirinyadinastial ayyubiyah-citrahasanah-8sbm-130121062205-phpapp02iwan Alit
 
ΠΑΡΑΤΗΡΗΣΕΙΣ ΓΙΑ ΤΙΣ ΠΑΡΟΥΣΙΑΣΕΙΣ
ΠΑΡΑΤΗΡΗΣΕΙΣ ΓΙΑ ΤΙΣ ΠΑΡΟΥΣΙΑΣΕΙΣΠΑΡΑΤΗΡΗΣΕΙΣ ΓΙΑ ΤΙΣ ΠΑΡΟΥΣΙΑΣΕΙΣ
ΠΑΡΑΤΗΡΗΣΕΙΣ ΓΙΑ ΤΙΣ ΠΑΡΟΥΣΙΑΣΕΙΣdimotikod2
 
παρατηρησεισ για τισ παρουσιασεισ
παρατηρησεισ για τισ παρουσιασεισπαρατηρησεισ για τισ παρουσιασεισ
παρατηρησεισ για τισ παρουσιασεισdimotikod2
 
ΝΑΡΚΩΤΙΚΑ
ΝΑΡΚΩΤΙΚΑΝΑΡΚΩΤΙΚΑ
ΝΑΡΚΩΤΙΚΑ
dimotikod2
 
Laporan observasi slb strategi pembelajaran
Laporan observasi slb strategi pembelajaranLaporan observasi slb strategi pembelajaran
Laporan observasi slb strategi pembelajaran
iwan Alit
 
Rpp shalat jenazah kelas vii.g
Rpp shalat jenazah kelas vii.gRpp shalat jenazah kelas vii.g
Rpp shalat jenazah kelas vii.g
iwan Alit
 
Rpp fiqih vii anyar
Rpp fiqih vii anyarRpp fiqih vii anyar
Rpp fiqih vii anyariwan Alit
 

Viewers also liked (16)

Makalah ilmu-kalam11
Makalah ilmu-kalam11Makalah ilmu-kalam11
Makalah ilmu-kalam11
 
Analisis statistik inferensial
Analisis statistik inferensialAnalisis statistik inferensial
Analisis statistik inferensial
 
Ipi2.rtf
Ipi2.rtfIpi2.rtf
Ipi2.rtf
 
Cruz’s cruise
Cruz’s cruiseCruz’s cruise
Cruz’s cruise
 
Cruz’s cruise
Cruz’s cruiseCruz’s cruise
Cruz’s cruise
 
Sahabat itu kayak rumus
Sahabat itu kayak rumusSahabat itu kayak rumus
Sahabat itu kayak rumus
 
alat-alat pendidikan
alat-alat pendidikanalat-alat pendidikan
alat-alat pendidikan
 
Laporan full 1
Laporan full 1Laporan full 1
Laporan full 1
 
Powerpoinperangsalib 100629085024-phpapp01
Powerpoinperangsalib 100629085024-phpapp01Powerpoinperangsalib 100629085024-phpapp01
Powerpoinperangsalib 100629085024-phpapp01
 
Sejarahberdirinyadinastial ayyubiyah-citrahasanah-8sbm-130121062205-phpapp02
Sejarahberdirinyadinastial ayyubiyah-citrahasanah-8sbm-130121062205-phpapp02Sejarahberdirinyadinastial ayyubiyah-citrahasanah-8sbm-130121062205-phpapp02
Sejarahberdirinyadinastial ayyubiyah-citrahasanah-8sbm-130121062205-phpapp02
 
ΠΑΡΑΤΗΡΗΣΕΙΣ ΓΙΑ ΤΙΣ ΠΑΡΟΥΣΙΑΣΕΙΣ
ΠΑΡΑΤΗΡΗΣΕΙΣ ΓΙΑ ΤΙΣ ΠΑΡΟΥΣΙΑΣΕΙΣΠΑΡΑΤΗΡΗΣΕΙΣ ΓΙΑ ΤΙΣ ΠΑΡΟΥΣΙΑΣΕΙΣ
ΠΑΡΑΤΗΡΗΣΕΙΣ ΓΙΑ ΤΙΣ ΠΑΡΟΥΣΙΑΣΕΙΣ
 
παρατηρησεισ για τισ παρουσιασεισ
παρατηρησεισ για τισ παρουσιασεισπαρατηρησεισ για τισ παρουσιασεισ
παρατηρησεισ για τισ παρουσιασεισ
 
ΝΑΡΚΩΤΙΚΑ
ΝΑΡΚΩΤΙΚΑΝΑΡΚΩΤΙΚΑ
ΝΑΡΚΩΤΙΚΑ
 
Laporan observasi slb strategi pembelajaran
Laporan observasi slb strategi pembelajaranLaporan observasi slb strategi pembelajaran
Laporan observasi slb strategi pembelajaran
 
Rpp shalat jenazah kelas vii.g
Rpp shalat jenazah kelas vii.gRpp shalat jenazah kelas vii.g
Rpp shalat jenazah kelas vii.g
 
Rpp fiqih vii anyar
Rpp fiqih vii anyarRpp fiqih vii anyar
Rpp fiqih vii anyar
 

Similar to Tetesan wudlu secercah cahaya

15 langkah effektif menghafal al quran
15 langkah effektif menghafal al quran15 langkah effektif menghafal al quran
15 langkah effektif menghafal al quran
Erwan Pradipta
 
Jaim Itu Penting
Jaim Itu PentingJaim Itu Penting
Jaim Itu Penting
tammi prastowo
 
CERPEN "tutur tinular"
CERPEN "tutur tinular"CERPEN "tutur tinular"
CERPEN "tutur tinular"
Maghfur Amien
 
Ketika Cinta Bertasbih 2
Ketika Cinta Bertasbih 2Ketika Cinta Bertasbih 2
Ketika Cinta Bertasbih 2
Tri Hutami
 
Ketika cinta bertasbih 2
Ketika cinta bertasbih 2Ketika cinta bertasbih 2
Ketika cinta bertasbih 2
tengkiu
 
Ketika Cinta Bertasbih 2
Ketika Cinta Bertasbih 2Ketika Cinta Bertasbih 2
Ketika Cinta Bertasbih 2Robby Angryawan
 
Novel - Setengah Abad by Dwi H Santoso
Novel - Setengah Abad by Dwi H SantosoNovel - Setengah Abad by Dwi H Santoso
Novel - Setengah Abad by Dwi H Santoso
Dwi Hertyanto Santoso
 
Ketika Cinta Bertasbih - Vol 2
Ketika Cinta Bertasbih - Vol 2Ketika Cinta Bertasbih - Vol 2
Ketika Cinta Bertasbih - Vol 2Sueraya Zulkifli
 
Berhutang pada sang garuda
Berhutang pada sang garudaBerhutang pada sang garuda
Berhutang pada sang garuda
Delina Rahayu
 
Atheis (m. dawam rahardjo)
Atheis (m. dawam rahardjo)Atheis (m. dawam rahardjo)
Atheis (m. dawam rahardjo)
Andri Goodwood
 
Aku tidak-lebih-dulu-ke-surga
Aku tidak-lebih-dulu-ke-surgaAku tidak-lebih-dulu-ke-surga
Aku tidak-lebih-dulu-ke-surga
ppaigandusari
 

Similar to Tetesan wudlu secercah cahaya (11)

15 langkah effektif menghafal al quran
15 langkah effektif menghafal al quran15 langkah effektif menghafal al quran
15 langkah effektif menghafal al quran
 
Jaim Itu Penting
Jaim Itu PentingJaim Itu Penting
Jaim Itu Penting
 
CERPEN "tutur tinular"
CERPEN "tutur tinular"CERPEN "tutur tinular"
CERPEN "tutur tinular"
 
Ketika Cinta Bertasbih 2
Ketika Cinta Bertasbih 2Ketika Cinta Bertasbih 2
Ketika Cinta Bertasbih 2
 
Ketika cinta bertasbih 2
Ketika cinta bertasbih 2Ketika cinta bertasbih 2
Ketika cinta bertasbih 2
 
Ketika Cinta Bertasbih 2
Ketika Cinta Bertasbih 2Ketika Cinta Bertasbih 2
Ketika Cinta Bertasbih 2
 
Novel - Setengah Abad by Dwi H Santoso
Novel - Setengah Abad by Dwi H SantosoNovel - Setengah Abad by Dwi H Santoso
Novel - Setengah Abad by Dwi H Santoso
 
Ketika Cinta Bertasbih - Vol 2
Ketika Cinta Bertasbih - Vol 2Ketika Cinta Bertasbih - Vol 2
Ketika Cinta Bertasbih - Vol 2
 
Berhutang pada sang garuda
Berhutang pada sang garudaBerhutang pada sang garuda
Berhutang pada sang garuda
 
Atheis (m. dawam rahardjo)
Atheis (m. dawam rahardjo)Atheis (m. dawam rahardjo)
Atheis (m. dawam rahardjo)
 
Aku tidak-lebih-dulu-ke-surga
Aku tidak-lebih-dulu-ke-surgaAku tidak-lebih-dulu-ke-surga
Aku tidak-lebih-dulu-ke-surga
 

More from iwan Alit

Nadzom tashrifan bahasa jawa
Nadzom tashrifan bahasa jawaNadzom tashrifan bahasa jawa
Nadzom tashrifan bahasa jawa
iwan Alit
 
Al kalam
Al kalamAl kalam
Al kalam
iwan Alit
 
Gelaran akbar haflah 2014
Gelaran akbar haflah 2014Gelaran akbar haflah 2014
Gelaran akbar haflah 2014
iwan Alit
 
Madza aqul
Madza aqulMadza aqul
Madza aqul
iwan Alit
 
Mubadzir
MubadzirMubadzir
Mubadzir
iwan Alit
 
Akulturasi 3
Akulturasi 3Akulturasi 3
Akulturasi 3
iwan Alit
 
Akulturasi 2
Akulturasi 2Akulturasi 2
Akulturasi 2
iwan Alit
 
Akulturasi 1
Akulturasi 1Akulturasi 1
Akulturasi 1
iwan Alit
 
Pendidikan
PendidikanPendidikan
Pendidikan
iwan Alit
 
Minoritas
MinoritasMinoritas
Minoritas
iwan Alit
 
هذه سلسلة المشايخ المعقودة
هذه سلسلة المشايخ المعقودةهذه سلسلة المشايخ المعقودة
هذه سلسلة المشايخ المعقودة
iwan Alit
 
Racangan jadwal kbm 2013 2014 polos
Racangan jadwal kbm 2013  2014 polosRacangan jadwal kbm 2013  2014 polos
Racangan jadwal kbm 2013 2014 polos
iwan Alit
 
Rancangan jadwal kbm 2013 2014 warna
Rancangan jadwal kbm 2013 2014 warnaRancangan jadwal kbm 2013 2014 warna
Rancangan jadwal kbm 2013 2014 warna
iwan Alit
 
نية صلاة عيد الأضحى
نية صلاة عيد الأضحىنية صلاة عيد الأضحى
نية صلاة عيد الأضحىiwan Alit
 
صفحة عنوان الكتاب مذكرة
صفحة عنوان الكتاب مذكرةصفحة عنوان الكتاب مذكرة
صفحة عنوان الكتاب مذكرةiwan Alit
 
دعا قبل الدرس وبعده
دعا قبل الدرس وبعدهدعا قبل الدرس وبعده
دعا قبل الدرس وبعدهiwan Alit
 

More from iwan Alit (20)

Nadzom tashrifan bahasa jawa
Nadzom tashrifan bahasa jawaNadzom tashrifan bahasa jawa
Nadzom tashrifan bahasa jawa
 
Al kalam
Al kalamAl kalam
Al kalam
 
Gelaran akbar haflah 2014
Gelaran akbar haflah 2014Gelaran akbar haflah 2014
Gelaran akbar haflah 2014
 
Madza aqul
Madza aqulMadza aqul
Madza aqul
 
Mitung dina
Mitung dinaMitung dina
Mitung dina
 
Mubadzir
MubadzirMubadzir
Mubadzir
 
Kuissioner
KuissionerKuissioner
Kuissioner
 
Akulturasi 3
Akulturasi 3Akulturasi 3
Akulturasi 3
 
Akulturasi 2
Akulturasi 2Akulturasi 2
Akulturasi 2
 
Akulturasi 1
Akulturasi 1Akulturasi 1
Akulturasi 1
 
Pendidikan
PendidikanPendidikan
Pendidikan
 
Minoritas
MinoritasMinoritas
Minoritas
 
هذه سلسلة المشايخ المعقودة
هذه سلسلة المشايخ المعقودةهذه سلسلة المشايخ المعقودة
هذه سلسلة المشايخ المعقودة
 
Racangan jadwal kbm 2013 2014 polos
Racangan jadwal kbm 2013  2014 polosRacangan jadwal kbm 2013  2014 polos
Racangan jadwal kbm 2013 2014 polos
 
Rancangan jadwal kbm 2013 2014 warna
Rancangan jadwal kbm 2013 2014 warnaRancangan jadwal kbm 2013 2014 warna
Rancangan jadwal kbm 2013 2014 warna
 
نية صلاة عيد الأضحى
نية صلاة عيد الأضحىنية صلاة عيد الأضحى
نية صلاة عيد الأضحى
 
مقدمة
مقدمةمقدمة
مقدمة
 
صفحة عنوان الكتاب مذكرة
صفحة عنوان الكتاب مذكرةصفحة عنوان الكتاب مذكرة
صفحة عنوان الكتاب مذكرة
 
سألتك
سألتكسألتك
سألتك
 
دعا قبل الدرس وبعده
دعا قبل الدرس وبعدهدعا قبل الدرس وبعده
دعا قبل الدرس وبعده
 

Tetesan wudlu secercah cahaya

  • 1. ‫الوضوء‬ ‫فضيلة‬ ‫في‬ ‫السادس‬ ‫الباب‬ )... ‫الوضوئ‬ ‫على‬ ‫الوضوء‬ ‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫ا‬ ‫صلى‬ ‫وقال‬ ‫نور‬ ‫على‬ ‫(نور‬ ‫ا‬ ‫رحمه‬ ‫رزين‬ ‫مسند‬ ‫هو‬ ‫حجر‬ ‫ابن‬ ‫قال‬ ‫حسنة‬ ‫على‬ ‫حسنة‬ ‫الوضوء‬ ‫تجديد‬ ‫أى‬ ‫أحمد‬ ‫بن‬ ‫الوهاب‬ ‫عبد‬ ‫للشيخ‬ ‫المنير‬ ‫البدر‬ ‫فى‬ ‫كذا‬ ‫المنذرى‬ ‫عليه‬ ‫يطلع‬ ‫ولم‬ .‫الوضوء‬ ‫فأحسن‬ ‫توضأ‬ ‫من‬ ‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫ا‬ ‫صلى‬ ‫قال‬ ‫الحياء‬ ‫وفى‬ ‫النصارى‬ ‫ولدته‬ ‫كيوم‬ ‫ذنوبه‬ ‫من‬ ‫خرج‬ ‫الدنيا‬ ‫من‬ ‫بشئ‬ ‫فيهما‬ ‫نفسه‬ ‫يحدث‬ ‫لم‬ ‫ركعتين‬ ‫وصلى‬ ‫ذنبه‬ ‫من‬ ‫تقدم‬ ‫ما‬ ‫له‬ ‫غفر‬ ‫فيهما‬ ‫يسفه‬ ‫ولم‬ ‫آخر‬ ‫لفظ‬ ‫وفى‬ ‫.أمه‬ ( :‫ص‬ ،‫الحديث‬ ‫لباب‬ ‫شرح‬ ‫فى‬ ‫الحديث‬ ‫القول‬ ‫تنقيح‬15‫الشيخ‬ ‫العلمة‬ ‫تأليف‬ ، ‫البنتني‬ ‫النووى‬ ‫عمر‬ ‫بن‬ ‫)محمد‬ Dalam satu kesempatan, saya juga mendengar "‫نور‬ ‫على‬ ‫نور‬ ‫فهو‬ ‫طهورا‬ ‫توضأ‬ ‫من‬" Ijinkan aku menceritakan satu kisah kebaikan “tahadduts binni’mah/ ‫دث‬ّ ‫تح‬‫بالنعمة‬ “ An-Nida. Penjara suci, Garut. Aku masih ingat betul yang kualami ini. Dan, mungkin “atas-Nya” takkan bisa dilupakan. Waktu itu, aku masih berseragam putih abu-abu. Kelas III. Entah hari apa waktu itu, yang pasti semua siswa berseragam putih abu. Hari senin kalau tidak selasa. Sebab Rabu-Kamis, ber-batik. Jum’at-Sabtu ber- pramuka. Ahad, bebas. Seperti sekolah lain pada umumnya, pembelajaran dimulai pukul 07.00. namun, ada nilai lebih di An-Nida (nama tempatku sekolah) dimana
  • 2. sebelum dimulai pembelajaran para siswa diwajibkan berjama’ah shalat sunnah Dhuha. Setiap pagi. Setiap hari. Kecuali seninkarena upacara. Yang memimpin (imam shalat), kadang ketua yayasan, kadang kepala sekolah, staf guru, atau salah satu dari siswa sendiri yang memimpin. Atau siapa saja bisa jadi imam. Oh ya, sebelum ber-Dhuha tepat pukul 07.00 keamanan sekolah ditugaskan mengunci seluruh ruangan kelas juga gerbang masuk sekolah. Hal ini, demi mengetahui siapa yang tidak mengikuti Dhuha dan siswa yang terlambat. Maka, bagi yang terlambat akan dipanggil ketua BP untuk dinasihati (jika baru satu kali terlambat). Berbeda, yang tidak mengikuti Dhuha padahal tidak terlambat masuk disuruh berjemur di halaman upacara atau membersihkan wc atau kedua-duanya. Baru setelahnya dinasehati untuk kemudian disuruh melaksanakan Dhuha sendiri atau berjama’ah. *** An-Nida adalah sebuah pondok pesantren di Desa Cigadog, Kecamatan Pasirwangi, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Pengasuhnya, Mohammad Aceng Abdul Ghani dengan Jauzahnya (istri) Atin Matinusi Syarifah. Beliau ‘baru’ dikaruniai satu putera dan tiga puteri. Mengenai sejarah kelahiran pesantren ini aku belum cukup faham karena aku kalau tidak salah adalah angkatan ke-V. yang aku ketahui, dahulu ada remaja desa yang mau belajar mengaji kepada beliau Ustadz Aceng (nama karib M. Aceng A. Ghani) karena mereka para remaja tahu bahwa beliau adalah keluaran sebuah pondok pesantren di Tasikmalaya Jawa Barat. Kemudian, entah bagaimana ceritanya, ada lagi yang dari luar Jawa yang juga berhasrat belajar mengaji. Kelamaan, banyak dari luar daerah dengan niat yang sama. Mengaji. Sampailah, beliau mendirikan bangunan (pondok) untuk kemudian dinamainya An-Nida. Entah apa maknanya tapi dari artinya, laa ‘alash showab (kalau tidak salah) An- Nida adalah isim mashdar, atau dalam bahasa inggris dikenal dengan Gerround (kata kerja yang dibendakan) yang berarti undangan/panggilan. Sampai akhirnya, beliau mendirikan sekolah yang kemudian juga dinamainya An-Nida dan aku menjadi generasi ke-v sekolah ini. ***
  • 3. Sekitar 15 menit, pelaksanaan Dhuha selesai karena hanya empat rakaat dengan dua salam. Tidak kurang, tidak lebih. Setelahnya, para siswa memasuki kelas memulai pembelajarannya masing-masing. Dari ruang sebelah, kelas II, terdengar sedikit kegaduhan, gebrakan papan tulis, meja, dengkikan kursi, ingar bingar siswa anak laki-laki bersorak keriangan atau apalah yang terjadi di kelas itu. Aku hanya menutup telinga. Aplez, teman laki-laki sekelasku merasa terganggu lalu keluar menuju kelas II, melabrak sampai tak lama nyaris tak terdengar sedikitpun bunyi apalah dari kelas itu. Semua diam. Sesepi hatiku. Kami?, sebelumnya tak ada yang menduga Aplez melakukan itu walaupun kami mengenalnya keras. Ganteng?, lumayan. Jam pertama pelajaran kelas II kosong, itu kata Avlez. Aku ber”oh”. Wajar saja mereka gaduh. Dulu kami juga begitu eh, Aku. Hanya satu tiga siswa yang menyesalkan manakala jam pelajaran kosong karena entah kemanalah pengampunya mengurusi hal lebih penting dari mengajar. Mungkin. Atau, gurunya ada tetapi masuknya belakangan dengan menugasi siswa mencatat pelajaran terlebih dahulu, didikte atau ditulis diwhite board oleh sekretaris kelas dan ini adalah yang paling disesalkan oleh kami. Didikte. Maka, bagi ‘sebagian’ laki-laki jam kosong adalah kemerdekaan. Kebebasan. Bebas untuk tidak menulis, bebas sesukanya duduk di atas meja, bebas menggunakan kapur tulis hanya untuk sekedar menggambar apalah diwhite board. Dan alangkahnya, bebas karena tidak mengerjakan PR (pekerjaan rumah) dihukum oleh Guru berdiri dengan satu kaki didepan kelas dan tangan memegang telinga. Menyilang. Menjewer. *** Dalam satu perbincangan, Aku ditanya kenapa aku bisa sampai ke An-Nida, ke Garut maksudnya yang padahal aku sendiri dari Jawa Tengah. Dulu, waktu di Tasik beliau mondok bareng dengan orang Jawa kemudian setelah muqim temannya yang dari Jawa mengetahui kalau beliau mendirikan pondok juga sekolah di Garut lalu temannya yang dari Jawa menceritakannya kepada Ayahku pas tahu kalau Aku sedang mencari sekolah lanjutan lulus SMP. Sampailah Aku disini jawabku. Di Nida, kajiannya sama seperti pondok pesantren pada umumnya. Hanya saja tingkatan dan sistemnya yang berbeda. Pemahamannya tetap sama yaitu
  • 4. terutama Tauhid dan Fiqih. Adapun pembelajarannya adalah mempelajari ilmu nahwu, ilmu shorof, ilmu tajwid, dan qiro’ah dengan sistem Madrasah Diniyyah. *** Ada satu mata pelajaran yang semuanya kami suka. Cinta. Bukan pelajarannya tetapi Gurunya. Cantik, karena memang beliau perempuan. Suka karena menyenangkan. Menyenangkan karena kami bisa bebas tidak atau mengikuti pelajaran seperti jam kosong. Meski begitu, kami tetap tidak bisa keluar kelas namun boleh tidak menulis. Bukan karena pintu terkunci, tetapi siapa saja yang keluar akan dicatat, alfa. Itulah kebanyakan guru perempuan. Dan, tentu saja hal itu mengkhawatirkan kami karena akan mengurangi catatan nilai apalagi, kami kelas III. Sebetulnya, bukan catatan ‘diam-diam’ itu yang membuat kami tidak meninggalkan kelas tetapi karena beliau adalah guru perempuan tertua di Nida dan juga sudah lanjut usia. Namanya Bu Juju, begitu para siswa memanggilnya. Caranya mengajar seperti seorang ibu memberikan tulus kasih sayang kepada anaknya. Mengayomi. Itulah yang membuat kami betah di kelas. Semua guru menyenangkan. Semua pelajaran mengasyikkan. Tidak ada guru killer cuma, cenderung galak. Tidak ada pelajaran sulit cuma, cenderung mumeti dan Njlimet terutama matematika, fisika, dan kimia. *** “Wudlunya orang yang mempunyai wudlu adalah cahaya diatas cahaya” dan “Barangsiapa yang berwudlu dalam keadaan suci maka dia adalah cahaya diatas cahaya” Itu adalah keterangan dari ustadz kami sewaktu Diniyyah. Mengaji. Dan aku sudah mendengar itu sedari SMP tetepi belum faham maksudnya. Lebih lanjut, ustadz kami menjelaskan; orang yang berwudlu sebelum mendirikan shalat Maghrib misalnya, kemudian datang waktu isya terus kita wudlu lagi padahal belum hadats/batal wudlunya nah, itu lebih baik dan utama sehingga wajah kita
  • 5. akan bersih bersinar bahkan lebih dari itu. Entahlah, tetapi Aku menerimanya sebagai ilmu. Namun, kami disini (Diniyyah) tidak khusus membahas tafsir hadits (jika memang keterangan wudlu itu adalah hadits) tetapi lebih kepada praktek wudlunya mulai dari niat sampai tartib serta doa-doa masing-masing juz/anggota wudlu. Aku berusaha menghafal doa-doa terutama anggota wajib wudlu atau yang sunnah caranya, dengan mempraktekkan wudlu langsung disertai doa- doanya satu persatu. Butuh beberapa hari bahkan minggu, bagiku untuk bisa menghafal semua doa-doa itu. Terlalu lama memang tapi, tujuan bukan utama yang utama adalah prosesnya. *** Hari-hari berikutnya kegiatan Dhuha dilaksanakan lebih pagi dari biasanya, jam 06.50 dan jumlah rakaatnya pun bertambah. Enam rakaat. Tiga kali salam. Kemajuan. Dari tempat wudlu laki-laki, dengan tidak sengaja, aku memperhatikan siswa yang sedang berwdlu. Betapa cepat. Satu kali basuh dan usapan. Aku tersenyum teringat penjelasan Ustadz Fiqih kami Mang Ntang, begitu sapaan karibnya. Katanya, setiap anggota wudlu sunnahnya dengan tiga kali basuh dan atau usapan. Dalam ayat al-Qur’an ‫اذا‬‫قمتم‬‫للصلة‬‫فاغسلوا‬‫وجوهكم‬...‫الخ‬ “apabila kalian hendak mendirikan shalat maka basuhlah wajahmu…” disitu tidak ada perintah kita supaya membasuh 3x setiap anggota wudlu tetapi yang 3x basuhan itu untuk berihtiyath (hati-hati) barangkali ada salah satu anggota wudlu yang belum merata terbasuh. Karena itulah Aku tersenyum demi melihat mereka yang hanya membasuh satu kali basuhan saja. Bukan menertawakan apalagi menghina dengan beranggapan bahwa mereka belum mengetahui tata cara berwudlu beserta doa-doanya. Husnuddzon (sangkaan baik) saya justru mungkin mereka telah kelewat hafal serta doanya makanya wudlunya cepat. Tetapi nyatanya, ada yang membasuh tangan tidak sampai sikutnya, ada yang ‘sekedar’ mengusap rambutnya, ada yang membasuh kaki hanya telapaknya saja. Dan itu demi karena ‘mungkin’ mereka
  • 6. menyayangkan handbodynya, gatsbynya, pelembabnya, atau apalah lagi namanya yang menghias, memperindah dan mempercantik anggota badannya. *** Cuaca di Garut memang dingin. Tetapi, malam ini Nida sedikit lebih dingin. Membeku. Sebeku hatiku. Dan Diniyyah berjalan seperti biasanya. Didalam kelas terlihat wajah murung dibalut dinginnya angin Garut, membekukan hati. Sekali lagi, sebeku hatiku. Bukan karena turun salju tetapi, malam ini kami harus hafal praktek wudlu serta doa-doanya. Tentulah, ada entah sanksi apalah apabila kami tidak hafal. Semuanya. Aku, alhamdulillah melewatinya. *** Siang itu sedikit terik tapi Garut tetaplah dengan cuacanya, dingin. Sekolah dipulangkan lebih awal, jam 11.30, masih sekitar 30 menit memasuki waktu Dhuhur dan sebagian memanfaatkannya untuk Qoilulah (tidur sejenak menunggu waktu Dhuhur), sebagian yang lain bersantai di kantin, sisanya meninggalkan sekolah. Pulang. Dan sisanya yang lain pula bermain bola plastik di halaman sekolah yang hanya seukuran luas lapangan tenis meja. Cenderung sempit memang tapi permainan tetaplah permainan yang dengan sistemnya bisa membuat senang yang memainkan. Tetapi, tidak hari ini. Dua puluh dua orang kecuali kiper, harus berebut bola dari kaki-kaki pemain, menjagal, memblok, mentekel, mengoper, lalu dengan kecerdikan dan keindahannya memasukkan bola ke gawang. Gol. Semua menginginkan, semua mengharapkan, semua menjunjung tinggi aturan permainan ini agar menjaga kebersamaan. Sportif. Tetapi, manusia tetaplah dengan segala nafsunya, segala ego dan ambisinya terkadang lupa dengan aturannya. Maka terkadanglah terjadi dorong mendorong, saling menjatuhkan, mencemooh, dan bahkan saling memukul. Berkelahi. Maka karenalah dibutuhkan hakim, pemimpin jalannya permainan. Wasit. Dan hari ini, permainan ini, tak lagi indah. Gol-gol itu. Cuaca, tak sedingin sebelumnya.
  • 7. *** Malam ini terasa lebih melelahkan, sesegera mungkin ingin tertidur pulas melupakan semua kejadian. Permainan itu. Berharap hari esok cerah dengan segala janji matahari. Berdo’a. Menguap. Tidur. *** Bukan hal aneh tapi tidak seperti biasanya. Terlihat banyak senyuman hari ini. Canda tawa itu. Semuanya dalam keriangan yang, ah betapa. Langit telah berbaik hati mewujudkan mimpi itu. Do’a itu. Terimakasih. Dikelas, dengan segala isinya penuh dengan kehangatan selain senyuman. Semua bernyanyi, berdendang, menirukan suara drum, menciptakan nada. Memetik gitar. Ada pelajaran seni hari ini. Sayang, walau hanya satu jam setidaknya membuat hari kemarin terlupakan. Permainan itu. *** Malam ini tidak lagi melelahkan tetapi ingin kembali cepat tertidur berharap langit berbaik hati memberikan ‘lagi’ mimpi itu. Kehangatan itu. Semoga. Menguap. Memejamkan mata. *** Mimpi itu kembali nyata. Do’a itu. Kehangatan itu. Terimakasih. Tetapi, Garut hari ini panas, teramat malah padahal matahari baru akan menjalankan tugasnya. Janjinya. Semua menyeruah keluar kelas, hanya siswa kelas III. Kelasku. Bukan demi menghindari panas yang teramat dalam kelas tetapi Guru yang meminta kami keluar kelas. Guru seni. Aku hampir lupa, ada pelajaran olahraga hari ini. Volly. Tidak ada Tim, tidak ada wasit, tidak ada permainan, hanya praktek yang sudah beberapa pertemuan hanya belajar teori. Semua berbaris macam antrean menjadi satu jajar. Siswi dibarisan depan. Siswa, dibelakang. Guru berdiri paling depan berjarak satu meter berhadapan dengan barisan siswa. Barisan kami. Guru memberikan pengarahan, mempraktekkan cara menerima dan mengembalikan bola. Kami memperhatikan.
  • 8. Dimulai dari barisan paling depan, barisan siswi. Guru melemparkan bola, siswi memukul. Terlalu keras. Bola melambung keatas. Pemukul pertama ditugaskan memungut bola out. Bola dilempar lagi, dipukul. Pukulan sedikit lemah. Dilempar lagi, dipukul. Mengenai guru. Dilempar lagi, dipukul. Terpeleset. Siswi terakhir. Paling gendut. Bola dilempar lagi, siswa memukul. Sempurna. Dilempar lagi, bengong. Mengenai kepala. Dan begitu seterusnya, hanya itu. Tidak kurang, tidak lebih. *** Diniyyah. Menguap. Ngantuk. Pulang. Melepas baju. Tidur. *** Kanan! Kanan! Kiri! Belakang! Awas! Maju! Blok! Shoot! Lempar! Ambil! Kanan! Depan! Kiri! Belakang! Depan! Shoot! Gooooooool…!!! Bersorak. Tepekur. Kembali pada posisi starting. Seterusnya, entahlah. Di depan pintu kelas ada tembok setinggi badan, aku duduk disitu dengan kaki kiri lurus selonjor dan menekuk kaki kanan. Menyilang jari-jari kedua tangan, meletakkannya diatas lutut kaki kanan, menyandarkan dagu diatasnya. Tertegun. Sebagian yang lain menontonnya dari bawah pohon pepaya. Sebagian lagi dari dalam kantin. Dan sebagian yang lain lagi dimana sajalah yang teduh demi tidak tersengat panas matahri yang teramat sangat. Aku merubah posisi dudukku. Bersandar. Dari arah barat kulihat seseorang berjalan ke arahku. Entah siapalah. Sedikit samar, terhalang permainan bola. Di sinilah, kebaikan itu berawal. Wudlu itu. Cahaya itu. *** Tidur awal. Tidak ada kegiatan. Libur. *** Langkahnya semakin dekat. Aku masih dalam sandaranku. Dia menegurku. Menyapa. Namanya Lyana. Dia menanyakan apa sajalah layaknya sesama sahabat. Dia lihai memetik gitar. Aku mengaguminya. Dia juga bergabung dengan Borneo, group bandnya yang semua personelnya laki-laki. Oh ya, nama lengkapnya MULYANA.
  • 9. “Bro! kalau boleh tahu, kamu pake pencuci muka ya, merk apa? Atau pelembab? Sedikit canggung dia menanyakan itu. Malu mungkin. Aku terperanjat dari sandaranku. Heran karena setelah kutanya “kenapa?” “Wajahku terlihat cerah memancar” jawabnya. Antara tersindir dan dipuji, itu yang kurasakan. Karena, ‘maaf’ matanya sedikit rabun dan seharusnya berkacamata karena sudah min berapalah. “Aku tidak memakai pelembab dan pencuci muka apapun kecuali hanya mengamalkan wudlu SETIAP waktu sholat, ataupun diluar itu” tanggapanku atas pertanyaannya. Dia hanya meng-“oh” dan tergesa-gesa meninggalkanku setelah sebelumnya berterimakasih kepadaku dan pulang. Setelahnya, Aku tersenyum sendiri. Bukan. Bukan karena pujian itu tetapi karena tanggapan yang kuberikan adalah bohong adanya. Benarlah jika Aku tidak memakai apapun pemutih wajah tetapi WUDLU itu, Aku jarang mengamalkannya hanya menyampaikan kebaikan atas apa yang Aku dengar dan fahami tentang " ‫نور‬ ‫على‬ ‫نور‬" dengan harap dia mengamalkannya. Semoga. *** Diniyyah. Ustadnya tidak datang mengajar. Menunggu. Kosong. Pulang. Tidur. *** Setelah beberapa hari, aku bertemu lagi dengannya. Mulyana. Dan, “Subhanalloh” Aku dibikin kaget olehnya. Dalam padanya, Aku melihat wajah yang putih, cerah, silau, terpancar cahaya setelah akhirnya Aku menanyakan persis seperti saat apa yang dulu Dia tanyakan kepadaku. Dan, Dia juga menjawab persis seperti apa yang dulu saya katakan. Tanpa kebohongan. Dan nyata adanya. Masya Alloh. Semoga kita senantiasa mengamalkan wudlu setiap saat. Setiap hari. Dan, semoga atas-NYA kita diberikan secercah cahaya. Cahaya untuk menuntun kita menuju jalan-NYA. Amin.