SlideShare a Scribd company logo
"Tuhan, di manakah Engkau tinggal?"
Dalam bacaan injil hari minggu yang baru lalu kita mendengar bahwa Yohanes pemandi
memperkenalkan Yesus kepada kedua murid yang ada bersamanya. Dengan serentak kedua
murid itu meninggalkan Yohanes dan mengikuti Yesus. Keduanya bertanya kepada Yesus:
"Rabbi, where are you staying?" Dan Yesus menjawab: "Come, and you will see." (Yoh 1:3839).
--------Pernahkah anda bermimpi tentang sesuatu yang bersifat religius? Pernahkah anda bermimpi
berjalan-jalan bersama Yesus? Di tahun pertama saya berada di Taiwan saya pernah bermimpi
mendaki bukit bersama Yesus. Ada banyak rasa yang campur aduk dalam berjalanan menuju
puncak bukit. Walau lebih banyak kami berada dalam diam namun ada juga dialog antara saya
dengan Yesus. Dialog tersebut sungguh bagi saya sendiri merupakan sebuah revelasi. Tentang
mimpi mendaki bukit ini akan saya lanjutkan kalau ada yang berminat untuk tahu.
Ternyata mimpi bertemu Yesus tidak hanya menjadi milik saya sendiri. Orang lain juga punya
mimpi seperti itu. Seorang teman saya pernah berkisah tentang mimpinya bertemu Yesus.
Baiklah kita dengarkan bersama bagaimana dia menceritakan mimpinya itu:
"Suatu malam saya bermimpi. Dalam mimpiku aku melihat Yesus membawa aku berjalan
keliling. Karena tidak tahu arah tujuan perjalanan kami maka saya bertanya; 'Guru, di manakah
Engkau tinggal?' Ia cuman berkata; 'Anda ingin melihat tempat di mana aku tinggal? Mari
ikutilah aku.'
Ia membawa aku ke kamp refugi di mana ada begitu banyak orang menanti penuh cemas butirbutir makanan buat mengisi perut mereka. Sambil menunjuk ke arah orang-orang tersebut Yesus
berkata; 'Mereka semua mengingatkan saya akan masa pelarian saya dari Betlehem ke Mesir.
Maria, ibuku sering bernostalgia tentang nasib pedih yang harus kami lalui di Mesir, suatu
kehidupan di tanah asing tanpa identitas yang legal dan jelas seperti mereka ini. Ketahuilah, Aku
tinggal di sini bersama mereka.'
Ia juga membawa saya ke Rumah sakit. Sekali lagi Ia berkata; 'Ketika memikul salibku ke
Golgotha, aku mengalami nasib seperti mereka ini, menghadapi hidup yang seakan tanpa
harapan. Masih ingatkah engkau ketika saya berteriak di Taman Zaitun meminta agar piala
kepahitan itu beralih dari padaku? Aku yakin merekapun sering mengulangi lagi teriakanKu itu.
Ketahuilah, saya juga ada di sini bersama mereka. Mereka tidak sendirian.'
Yesus lalu membawa saya ke sebuah pabrik di mana ada banyak karyawan bekerja dan berkata;
'Mereka kadang-kadang diperlakukan secara tidak adil oleh majikan mereka. Mereka kerap kali
harus bekerja lembur tanpa gaji yang serasi. Mereka mengingatkan kehidupanku sendiri yang
harus bekerja sebagai tukang kayu, yang harus bekerja seperti seorang buruh kasar. Ketahuilah,
akupun ada di sini bersama mereka.'
Kami tiba di sebuah gereja yang megah dengan tabernakel yang indah, seindah surga itu sendiri.
(Hahaha... Siapa sih yang pernah melihat surga?). Banyak orang keluar dan masuk gereja ini
untuk memasang lilin dan berdoa di sana. Yesus lalu bergumam; 'Saya juga hidup di sini. Tapi
sayangnya, banyak orang mau agar saya dikandangkan di tabernakel ini hanya untuk dikeluarkan
seminggu atau beberapa minggu sekali.' KataNya dengan wajah sedih.
Namun tiba-tiba air mukaNya berubah cerah dan berkata dengan penuh antusias; 'Tahukah
engkau? Ada satu tempat di mana saya belum pernah pergi.' Ia mengangkat sesuatu seperti
selembar foto dan ditunjukannya ke arahku. Oh...ternyata itu adalah sebuah cermin dan saya
melihat bayangan diriku sendiri di dalamnya. Ia lalu bertanya; 'Apakah engkau memiliki kunci
untuk masuk ke ruangan yang baru saja kamu lihat? Aku ingin masuk dan tinggal di sana walau
hanya cuman sebentar saja.'" Temanku seakan diliputi rasa sedih ketika menyelesaikan kisah
mimpinya tersebut.
------------------Tuhan..!!! Bantulah aku untuk membuka pintu hatiku bagimu. Lebih dari itu, bantulah aku untuk
mengetahui bahwa Engkau sesungguhnya telah ada di dasar bathinku dan menantikan
kehadiranku di sana.
400 JUTA PER BULAN DARI TUHAN
Jika ada orang yang mengatakan, "Tahukah Anda bahwa per bulan Anda menerima 400 juta
rupiah dari Tuhan?" mungkin Anda berpikir orang yang bertanya itu sedang bergurau atau asal
omong.
Beberapa orang sedang bercakap-cakap tentang memberi kepada Tuhan. Lalu salah seorang di
antaranya berkata, "Saya heran kalau ada orang yang tidak mau memberikan persepuluhan dan
persembahan kepada Tuhan! Tuhan itu luar biasa baik. Seorang ahli medis pernah menghitung
kebutuhan oksigen dan nitrogen yang diperlukan untuk satu orang bernafas selama sebulan. Lalu
ia mendapati angka 400 juta rupiah!"
Hmmm, fantastis bukan! Dan kita menerimanya begitu saja dari Tuhan, karena kasih-Nya pada
kita tanpa syarat. Dan kita telah bernapas sekian bulan, sekian tahun, sekian puluh tahun.
Disamping kebutuhan kita untuk bernapas, Tuhan juga melimpahkan aneka berkat, baik berkat
jasmani maupun berkat rohani. Dan damai sejahtera-Nya tidak pernah kering bagi orang yang
melakukan hal yang benar.
Jika kita sudah menyadari hal ini, maka yang kita inginkan adalah memuji Tuhan, membalas
kasih-Nya, mengabarkan Injil keselamatan, menjadi saluran berkat untuk sesama dan melakukan
semua perkara yang baik.
Dan kita mau berseru seperti Daud, "Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu!
Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya!" (Mazmur 34:9).
Aku Butuh TanganMu
Seorang suster. Setelah terjadi hujan lebat yang mendatangkan banjir dan menghanyutkan
puluhan rumah penduduk di daerah kumuh Philipina, datang mengunjungi tempat itu. Ketika tiba
di Smoky Mountain yang terkenal itu, suster melihat seorang anak berdiri telanjang di depan
sebuah rumah. Dinding rumah yang terbuat dari sisa-sisa sampah itu telah terbawa banjir.
Dengan pandangan sejenak, segala yang ada dalam rumah tersebut bisa dilihat tanpa hambatan
apapun, karena memang rumah tersebut tak berdinding. Dengan penuh rasa belas kasih suster itu
bertanya; “Di manakah ibumu?”
Tak ada jawaban yang keluar dari mulut anak itu. Matanya memandang jauh ke depan. Namun
pancaran matanya mengatakan bahwa ia tak memiliki masa depan yang jelas. Ia telah kehilangan
segalanya. Kedua orang tuanya telah hanyut bersama banjir. Dan satu-satunya yang kini ia miliki
cumanlah sebuah rumah tak berdinding, sebuah rumah tak beratap. Matanya jauh menatap
sebuah kehampaan.
Sang suster seakan mendapat pukulan yang keras dalam bathinnya. Kata-kata Yesus terdengar
jelas di telinga suster itu; “Aku datang agar kamu memperoleh kepenuhan hidup.”
Namun......apakah anak ini memperoleh kehidupan yang penuh?? Suatu kepenuhan dalam
kehampaan?? Dalam kebisuannya, anak itu seakan berkata; “Aku butuh uluran tanganmu.”
Suster itu bertanya keras; “Yesus, apakah Engkaupun datang untuk anak yang malang ini?? Dan
apakah yang harus aku perbuat???”
Peristiwa ini ternyata menjadi awal pertobatan suster tersebut, yang selanjutnya mengabdikan
diri untuk hidup bersama kaum miskin, membantu mereka untuk bangun dan membantu diri
sendiri.
1 Jam yang Tuhan Minta
Sering saya dengar dalam khotbah ditanyakan: “Tuhan memberikan kita 24 jam sehari, 7 hari
seminggu tapi berapa lama kita berikan untuk Tuhan?” Pertanyaan ini suka mengganggu diri
saya. Terus terang saya tidak bisa berdoa lama. Berdoa 5 menit bagi saya terlalu lama dan
melelahkan. Untungnya Tuhan yang kita imani memang sangat baik. Dia mengajari dan
menuntun saya sampai bisa menikmati saat-saat doa.
Tuhan merubah saya dari buku psikologi rohani yang saya baca. Penulisnya mengatakan salah
satu kemungkinan kita tidak bisa berdoa karena ada luka batin. Kalimat ini sangat menghentak
saya. Bahkan seluruh isi buku merobek-robek pikiran. Betapa tidak, ciri-ciri manusia luka batin
yang dijelaskan dalam buku itu persis seperti diri saya saat itu.
Dari situ Tuhan menuntun saya mengikuti retret penyembuhan luka batin. Tapi ada satu
penghalang besar. Saya orang yang sangat tertutup pada masalah pribadi, apalagi pengalaman
pahit masa lalu. Pengalaman masa lalu cenderung saya lupakan begitu saja. Waktu membaca
buku itu pun saya bertanya dalam hati: luka batin apa yang saya punya? Saya tidak merasa
dilukai dalam hidup ini. Saya baik-baik saja. Kemudian saya ketahui sifat seperti ini pun
sebenarnya menunjukkan adanya luka batin itu sendiri.
Saya berangkat dengan rasa kuatir retret akan sia-sia karena saya tidak mampu mengenali luka
batin itu. Juga rasa pesimis tidak mampu mengangkat luka itu mengingat sifat saya yang lebih
suka menutup dari pada membicarakan. Bersyukur Tuhan mengutus seorang pendamping
bijaksana dalam retret. Ia berhasil meyakinkan saya dengan satu analogi sederhana:
"Umpamakan dirimu sebuah radio rusak yang dibawa ke tukang servis. Seperti pemilik radio
memasrahkan radionya diservis ahlinya sampai jadi benar, demikian pun serahkan dirimu kepada
ahlinya. Dia tidak akan salah servis karena tukangnya adalah Pencipta dirimu sendiri".
Sebuah analogi menarik. Di tengah keragu-raguan saya, Tuhan mau menservis diri saya. Saya
berusaha berserah dan memohon Roh Kudus agar mampu melihat sisi gelap hidup saya. Selama
retret saya merasa Tuhan begitu dekat. Saya jadi percaya sikap berserah diri pada Tuhan
membuat Dia memiliki ruang gerak untuk bebas bekerja dalam diri saya.
Makin saya rasakan hadirat Tuhan, makin saya membuka hati. Hingga pada saat diagnosa
…ketika dituntun merenungkan masa lalu…Tuhan dengan sangat jelas menunjukkan dalam batin
saya suatu bayangan masa lalu ketika masih kecil kira-kira baru belajar jalan. Saya tidak tahu
persis itu kejadian apa tetapi ada suatu getaran batin yang sangat kuat terhubung dengan
fenomena itu sampai air mata keluar tanpa bisa dihentikan. Fenomena itu terus menerus muncul,
begitu hidup dan nyata, saya melihat diri saya yang masih kecil sedang memandang ayah dan ibu
dengan rasa empati yang sangat dalam.
Buru-buru habis renungan saya menelepon ibu. Saya minta ibu menceritakan pengalaman buruk
keluarga ketika saya masih berusia 1-2 tahun. Ibu mengingat-ingat, menceritakan satu demi satu
hingga sampai pada satu cerita yang sangat menyentuh hati. Ayah ibu saya pernah disidang oleh
warga sekampung dalam suatu kerumunan masa karena suatu masalah bisnis. Menurut ibu,
ketika itu saya berumur 1,5 tahun dan saya ada bersama mereka pada saat kejadian.
Waktu ibu cerita peristiwa itu, saya merasakan kembali suasana seperti yang muncul dalam
renungan sebelumnya. Saya merasakan suatu ketegangan yang luar biasa dialami ayah dan ibu.
Tanpa sadar “penyakit” tegang itu saya bawa terus hingga usia 33. Selama itu saya mengalami
rasa tegang tanpa alasan kalau melihat kerumunan orang. Sangat tidak nyaman berada di tengah
kerumunan orang. Saya mungkin satu-satunya mahasiswa yang tidak pernah ikut demo waktu
awal jaman reformasi. Di kantor kalau ada rapat saya selalu pilih tempat paling belakang, itu pun
masih duduk dalam keadaan tegang bahkan kadang badan gemetar tak beralasan. Setahun
belakangan semakin parah, baru dengar akan ada rapat saja rasa tegang sudah datang.
Pengalaman traumatik (luka batin) seperti yang saya alami ternyata sangat menghambat relasi
dengan Tuhan. Tapi Tuhan murah hati, Ia membebaskan saya dari belenggu yang menghambat
saya merasakan kasihNya. Selama ini saya hanya bisa mendengar orang mengatakan kasih
Tuhan begitu indah. Kini Dia mengijinkan saya mengalami sendiri kasihNya itu. Saya ingin
ceritakan buah dari karya Tuhan pada diri saya:
Pertama, empat hari sepulang retret ada rapat di kantor. Dengan santai saya mengikuti rapat dan
duduk di bagian depan, sesuatu yang langka terjadi. Sudah setengah perjalanan rapat baru saya
sadar: koq saya duduk di depan? Tempat saya bukan di sini, biasanya saya duduk paling
belakang. Saya lupa dengan ketegangan-ketegangan itu. Saya benar-benar sudah disembuhkan
Tuhan.
Kedua, Tuhan dengan kasihNya yang tulus membolehkan saya merasakan hadiratNya yang
begitu indah sehingga waktu berdoa 5 menit rasanya selalu kurang. Bahkan ada saat-saat dimana
Dia rindu mencurahkan kasihNya, rindu mendengar pujian dan ungkapan syukur. Untuk itu Dia
butuh waktu yang tentu saja tidak cukup hanya 5 menit.
Suatu pagi, anak saya (5thn) mengajak saya untuk bermain. Saya janji bermain tetapi saya minta
waktu berdoa sebentar. Saya lihat saat itu pkl 6.35. Awalnya saya berdoa biasa, mengucap
syukur, menyampaikan permohonan dsb. Tiba-tiba saya merasakan sukacita luar biasa. Dalam
suasana itu mengalir dengan lancar kalimat-kalimat doa yang selama ini tidak pernah saya alami.
Ada rasa mantap yang luar biasa dalam batin sehingga yang saya inginkan hanya mengucap
syukur dan memuji-muji Tuhan tanpa putus. Saya sadar penuh anak saya 4 kali datang menepuk
bahu saya, mengajak saya berhenti berdoa dan segera bermain dengannya tetapi dorongan untuk
tetap memuji Tuhan lebih kuat dari ajakan anak itu. Saya sadar juga sudah duduk berdoa jauh
lebih lama dari biasanya tetapi saya terus merasakan hadirat Tuhan. Begitu suasana itu hilang
saya baru menutup doa dan kembali melihat jam, pkl 7.35. Tuhan mengundang saya mengalami
kasihNya 1 jam tepat, tidak lebih dan tidak kurang.
Pernah juga suatu malam saya terbangun pkl 3.00. Berhubung saya bangun harusnya jam 4.00
maka saya tidur lagi. Hari berikut saya pun terbangun pada jam yang sama dan kembali tertidur
karena belum waktunya bangun. Anehnya, malam ketiga saya terbangun lagi tetapi 5 menit lebih
cepat dari dua malam sebelumnya.
Saya tergelitik dengan peristiwa ini jadi saya merenung sebentar lalu memutuskan bangun
berdoa. Sebelum tanda salib saya melihat jam 3.00. Saya berdoa rosario seperti kebiasaan tiap
pagi. Pikir saya setelah rosario bisa tidur lagi, lumayan masih 40 menit. Yang terjadi, sebelum
rosario selesai, dorongan untuk tetap berdoa datang lagi. Dan seperti kejadian-kejadian
sebelumnya, kalimat doa, nyanyian syukur dan pujian mengalir dari suasana hati yang penuh
sukacita. Saya sadar sudah berdoa lebih lama dari biasanya bahkan sempat mengatakan: “Tuhan
kapan berhentinya…rasanya sudah lama saya berdoa” tetapi saya tidak menemukan alasan untuk
berhenti begitu saja. Saya mengikuti suasana itu sambil menyampaikan ujud-ujud doa disertai
puji-pujian dan ucapan syukur. Begitu dorongan itu mereda, saya menutup doa dan seketika itu
juga weker berbunyi tepat jam 4.00. Tuhan meminta saya merasakan kasihNya 1 jam tepat, tidak
lebih dan tidak kurang.
Dua kejadian ini hanya sebagian dari pengalaman menarik dimana Tuhan memberi kesempatan
saya menikmati saat-saat doa yang dulu tidak pernah saya rasakan. Saya sangat bersyukur Tuhan
membolehkan saya mengalami semua ini. Bagi saya, pengalaman ini meneguhkan saya bahwa
Tuhan ingin mencurahkan kasihNya kepada manusia tetapi Dia butuh keterbukaan hati dan
ketulusan memberi kesempatan padaNya. Tuhan tidak minta waktu di luar kesanggupan kita, Dia
sangat toleran dan memahami kemampuan manusia sebab 1 jam adalah rata-rata waktu yang
ideal bagi seseorang untuk berdiam diri.
Jakarta, 08/08/08
T. Lukman

T. Lukman
Email: tlukman14@yahoo.com
AKU ADALAH AKU
AKU ADALAH AKU
BIARLAH ....
YANG ASAL MENJADI AKARNYA
POHON TETAP ADALAH POHON
DAN...
AKU ADALAH AKU
YANG TERCIPTA DARI DARAH DAN DAGING
...DARI NAFAS DAN HATI
...DARI JIWA DAN ASA
KARENA KEMURAHAN ILAHI

KU BERANJAK KARENA NIATKU
KU BERLAYAR KARENA GIGIHKU
BIARLAH ANGIN DAN MENTARI
MENGHEMPASKU...
MENGGODAKU...
NAMUN
AKU ADALAH GAMBARAN CIPTA-KU
DAN AKU TETAP BERJALAN
DALAM TAPAK-TAPAK JUANG
DALAM JEJAK-JEJAK DERITA
DAN DALAM BINGKAI KEBAIKAN

BIARLAH...
DUNIA TETAP MENGGERUTU
NAMUN
AKU TETAP MEMPERTAHANKAN
DERU NAFASKU
DARI IBLIS DAN DARI DOSA
BIARLAH...
MEREKA MENCACI MAKI LANGKAHKU
NAMUN AKU TETAP BERTOPANG PADA SATU YANG ILAHI
BIARLAH...
ALGOJO MENYIKSA RAGA PENUH BILUR
NAMUN...
AKU TETAP MENATAP WAJAH SANG KHALIK
MENJALIN SATU IMAN YANG SUCI
AKU ADALAH AKU
BAUR SEGALA SIFAT DUNIA
GAMBARAN KASIH SEMESTA KUASA
DAN...
SOSOK YANG TERUS BERJUANG
MENEMPUH SAMUDRA
MEMBELAH DOSA
TUK MENGARAH PADA SATU YANG KEKAL
WALAU PELUH DARAH MENGUCUR
AKU ADALAH AKU
Aku Punya Allah yang Hidup
Haleluya! Dalam nama Tuhan Yesus saya bersaksi,
Kemurahan Bapa di Sorga telah membuat saya lepas dari belenggu depresi yang tiada henti
menimpa saya dalam tiga tahun terakhir. Masa lalu saya memang kelam, namun Allah Bapa
yang maha kasih melalui RohNya menanamkan kepada saya bahwa dalam namaNya semua
kenangan buruk itu mengantarkan saya kepada pengenalan yang dalam akan Yesus Kristus.
Kiranya kesaksian saya ini memberikan harapan kepada mereka yang sedang dalam pencarian
akan hidup yang berarti.

Tiga Tahun yang Sukar
Pikiran bunuh diri itu mulai menganggu saya di pertengahan tahun 2005. Saat itu segala
kekuatiran saya mencapai puncaknya. Saya merasa hidup ini tidak berarti lagi karena hubungan
saya dengan orang tua dan saudara-saudara yang sedang memburuk, juga saya tidak suka
berhadapan dengan teori-teori mengajar yang menurut saya tidak ada gunanya. Selain itu saya
merasa sangat kesepian, kehidupan bergerejapun terasa seperti rutinitas belaka. Perkuliahan yang
menurut saya semakin lama semakin berat dan perasaan akan tidak berguna yang menyelimuti
saya karena saya tidak seperti teman-teman kuliah saya yang sebagian besar telah memperoleh
uang dari hasil mengajar membuat saya tenggelama dalam perasaan yang tak menentu. Awalnya
saya merasa suara-suara yang menyuruh saya untuk bunuh diri itu merupakan bagian dari
pencobaan yang harus saya kalahkan karena sebelumnya saya sering sekali memperoleh
penglihatan-penglihatan di mana dalam penglihatan-penglihatan itu saya melihat bagaimana
Tuhan Yesus mengalahkan iblis yang sedang memburu jiwa saya.
Saya harus masuk rumah sakit untuk memperoleh perawatan di akhir tahun 2005. Pada saat itu
saya sungguh tidak mengerti mengapa tidak seperti biasanya Tuhan Yesus melepaskan saya dari
kuasa kegelapan. Kali ini Tuhan seolah tinggal diam dan membiarkan jiwa saya kosong, berada
dalam jerat iblis. Dengan berat hati saya terpaksa minum obat yang diberikan oleh psikiater.
Dalam hati saya merasa benci sekali dengan keharusan saya untuk mengkonsumsi obat, tetapi
saya sungguh tidak tahu bagaimana mengisi kekosongan dalam hidup saya. Lagipula, orang tua
saya sepertinya sangat mempercayai setiap perkataan dari psikiater. Bagaimanapun juga, karena
keharusan untuk minum obat secara teratur, saya merasa bagai orang yang sakit; saya takut
sekali orang lain tahu bahwa saya pernah dirawat di rumah sakit akibat kehilangan pengendalian
diri dan bahwa hidup saya kini tergantung pada obat.
Sejak saya keluar dari rumah sakit, saya sangat aktif dalam berbagai pelayanan di gereja. Namun
demikian, hal tersebut tidak dapat memuaskan hati saya; saya tetap hidup dalam ketidakpastian,
seolah hidup ini tidak bertujuan bagi saya. Dengan sangat terpaksa saya terus melanjutkan
kuliah; perasaan ingin bunuh diri itu semakin menguat dari hari ke hari, ditambah lagi di saat
saya mulai putus asa ada banyak sekali suara-suara yang meyakinkan saya bahwa bunuh diri
adalah jalan terbaik bagi saya. Saya selalu ingin menghindar bertemu teman-teman kuliah saya;
sayapun juga merasa rendah dibandingkan dengan saudara-saudara saya. Ketakutan akan uang
terus mendera saya, apalagi ayah saya terus-menerus memaksa saya untuk menjadi seorang yang
pandai berbisnis. Saya tahu pasti bahwa saya tidak suka bisnis tetapi di sisi lain saya juga tidak
tahu saya ingin menjadi apa. Saya hanya bisa diam dan merasa sedih dalam hati ketika ayah saya
terus membanggakan dirinya yang sangat pandai berbisnis. Di awal tahun 2007 atas perintah
suara-suara, saya memutuskan untuk berhenti kuliah. Saya merasa meledak, semakin lama
semuanya makin suram bagi saya. Bagi saya gelar S1 tidak lagi penting; saya merasa saya pasti
akan menangis di hari wisuda saya karena saya merasa semua teman kuliah saya jahat, dan
tentunya tidak ada yang dapat saya banggakan dari apa yang telah saya pelajari selama kuliah.
Ketika semuanya serba tak menentu, tiba-tiba suara-suara yang saya anggap sebagai suara Tuhan
itu menyuruh saya untuk kembali kuliah. Suara-suara tersebut juga mengatakan kepada saya
bahwa saya sangat membutuhkan pertolongan psikiater juga psikolog, bahkan suara-suara
tersebut menjamin bahwa saya boleh terbuka pada mereka karena mereka pasti dapat menolong
saya. Perkuliahan itu membuat saya semakin depresi, dan tak henti-hentinya saya meminta
Tuhan untuk lebih baik membunuh saya daripada saya harus menyelesaikan kuliah saya.
Psikiater menyarankan saya untuk minum obat teratur untuk membuat pikiran saya jernih
sehingga saya dapat berpikir jernih. Saya sangat mempercayai perkataan psikiater pada mulanya,
namun seiring dengan berjalannya waktu, saya merasa obat yang diberikan psikiater itu tidak
cocok bagi saya karena bukan hanya saya tetap kehilangan semangat hidup, yang pasti pikiran
bunuh diri itu makin lama makin menguasai diri saya. Terhadap psikolog saya juga menaruh
harapan untuk bisa beraktivitas dengan normal setelah melalui beberapa sesi. Namun, dari sesi
ke sesi saya merasa psikolog itu semakin menuduh saya sebagai orang yang ragu-ragu, selalu
menyesali keputusan yang telah saya ambil, dan yang terutama takut menghadapi tantangan.
Saya sadar bahwa saya memang butuh teman bicara, tetapi sepertinya psikolog itu cenderung
untuk memarahi saya karena saya selalu datang dengan keluhan yang hampir sama. Sementara
itu, saya juga tidak berani berterus-terang kepada psikiater mengenai pergumulan yang sedang
saya alami karena takut ia akan memberi saya obat tambahan, padahal saya tahu pasti bahwa
obat anti depresi itu akan membuat saya sakit maag dan tatapan mata saya kosong.
Pada akhirnya saya memang dapat menyelesaikan kuliah, tetapi ketakutan memasuki dunia kerja
tidak dapat lepas dari pikiran saya. Setelah dinyatakan lulus pada pertengahan tahun 2008,
sesungguhnya saya berada dalam kebingungan yang amat sangat. Hati saya ingin meninggalkan
Indonesia secepatnya karena saya merasa tidak ada pekerjaan yang cocok bagi saya di sini tetapi
bukan hanya karena orang tua tidak akan mengizinkan saya pergi jauh, namun juga peluang saya
untuk pergi akan sangat kecil jika saya tidak menggunakan uang saya sendiri. Hal itu berarti saya
harus bekerja, tetapi saya ingin hasil yang instan, saya ingin memperoleh banyak uang segera
agar saya dapat segera keluar negeri. Karenanya, saya merasa terjebak; saya tahu saya
membutuhkan pekerjaan tetapi saya pikir saya akan merasa sangat tersiksa dengan pekerjaan
yang tidak sesuai dengan minat saya. Setelah melalui berbagai proses, sayapun diterima sebagai
guru bahasa inggris di suatu lembaga kursus. Saya sering merasa saya salah masuk ke sana
karena sejak training saya tidak pernah nyambung dengan berbagai teknik mengajar yang
disampaikan. Lagipula, saya teringat pengalaman buruk saya saat praktek ngajar di suatu SMU
pada waktu kuliah. Waktu itu murid-murid sama sekali tidak mendengarkan saya, suasana kelas
sangat tidak terkendali. Saya ingin sekali mundur tetapi saya sudah terlanjur menandatangani
kontrak selama 1 tahun. Berulang kali saya minta kepada Tuhan agar saya bisa keluar dari sana,
saya katakan kepadaNya lebih baik saya mati daripada saya harus mengajar.
Mujizat Allah Nyata
Berkat pertolongan Tuhan dan jamahan kuasa Roh Kudus, segala macam suara dan penglihatan
itu pada akhirnya hilang. Saya katakan pada Tuhan bahwa sesungguhnya saya sangat
memerlukan psikiater dan psikolog dalam diriNya karena terbukti psikiater dan psikolog yang
menangani saya tidak dapat menolong saya lagi. Hari-hari saya sangat kosong, saya sungguh
tidak mengerti mengapa segala sesuatu yang saya lakukan sepertinya serba salah, seolah
membuktikan bahwa diagnosa psikolog terhadap saya itu benar dan bahwa perkataan psikiater
adalah benar bahwa saya harus mencari banyak kegiatan dan tidak boleh terlalu banyak
sendirian. Seringkali saya takut sendiri bahwa suatu hari nanti saya akan menjadi gila karena
masih hidup di Jakarta. Setiap bangun pagi saya selalu merasa letih dan tidak semangat. Saya
tidak tahu untuk apa saya hidup pada hari itu. Selain itu hati saya senantiasa dipenuhi dengan
duka, dan saya tidak tahu sebabnya.
Di saat saya sedang putus asa dan tidak tahu apa yang harus saya perbuat, saya teringat bahwa
Tuhan Yesus itu jauh lebih berharga dari teman-teman yang saya miliki bahkan dari seluruh
hidup saya. Suatu lagu hymn juga mengingatkan saya bahwa hanya Tuhan Yesus seorang yang
dapat menolong saya. Sebenarnya saya sudah bosan sekali dengan keinginan saya untuk bunuh
diri tetapi saya tidak punya kekuatan untuk lepas darinya. Saya sering bertanya-tanya dalam diri
saya, apa Tuhan tidak kasihan terhadap saya karena sudah tiga tahun saya terus hidup dalam
kekelaman, seolah pikiran mau bunuh diri itu telah menjadi bagian dari hidup saya. Orang-orang
yang mendengar keluhan saya ini pasti juga telah bosan, maka saya penuh keraguan apa Tuhan
masih mengasihi jiwa saya. Saya merasa bagai penjahat yang pantas mati karena saya tak dapat
mengasihi orang-orang di sekeliling saya. Saya juga telah merepotkan Tuhan karena kemauan
saya yang kuat untuk mengakhiri hidup saya. Ketika jalan yang saya tempuh makin lama makin
terjal, saya dapat merasakan bahwa Tuhan Yesus mempunyai kasih yang sangat besar terhadap
saya; Ia mencari saya yang sedang berada dalam dosa. Di saat saya tak lagi bersemangat untuk
berdoa, memuji Tuhan ataupun membaca Alkitab, saya dapat merasakan pengampunanNya yang
sempurna, namaNya yang indah menghapus segala ketidaknyamanan dalam hati saya, dan
mengantarkan jiwa saya yang telah hancur kepada kebenaran sejati.
Tuhan Yesus telah memberikan saya pengharapan di dunia dan sukacita dari Sorga sehingga
saya tidak lagi ingin mati. Ia telah membuktikan kepada saya bahwa karya Roh Kudus masih
nyata sampai saat ini, dan Ia masih peduli terhadap saya di saat saya berseru memanggil
namaNya. Kasih karuniaNya dapat saya rasakan sepanjang waktu, ada perubahan yang nyata
sejak saya sungguh-sungguh bertekun dalamNya. Saat ini dengan berani saya mengatakan bahwa
Allah kita adalah Allah yang hidup, dan perbuatanNya yang ajaib nyata bagi mereka yang
mendekat kepadaNya.
Segala kemuliaan hanya bagi nama Tuhan. Amin.
renungan

More Related Content

What's hot

Liturgi ibadah pemuda
Liturgi ibadah pemudaLiturgi ibadah pemuda
Liturgi ibadah pemuda
Alpani SaraBia
 
Tata Ibadah Perayaan Natal Hmtp Itm Asli
Tata Ibadah Perayaan Natal Hmtp Itm AsliTata Ibadah Perayaan Natal Hmtp Itm Asli
Tata Ibadah Perayaan Natal Hmtp Itm Asli
Dasuha
 
Mudah datang dan medah pergi
Mudah datang dan medah pergiMudah datang dan medah pergi
Mudah datang dan medah pergiPT. AHLAKUL KARIM
 
Aku tidak lebih dulu ke surga
Aku tidak lebih dulu ke surgaAku tidak lebih dulu ke surga
Aku tidak lebih dulu ke surga
Deddy Sussantho
 
Rubrik Parenting Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah
Rubrik Parenting   Jendela Keluarga Majalah HidayatullahRubrik Parenting   Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah
Rubrik Parenting Jendela Keluarga Majalah HidayatullahMAJALAH HIDAYATULLAH
 
Drama cinta pertama
Drama cinta pertamaDrama cinta pertama
Drama cinta pertama
obi al-awaludin
 
4 Mukjizat Bahan Pertemuan BKSN 2012
4 Mukjizat Bahan Pertemuan BKSN 20124 Mukjizat Bahan Pertemuan BKSN 2012
4 Mukjizat Bahan Pertemuan BKSN 2012
pakdhe johan
 
Ketika dirimu diabaikan
Ketika dirimu diabaikanKetika dirimu diabaikan
Ketika dirimu diabaikanTuty Soedarno
 
Robohnya Surau Kami
Robohnya Surau KamiRobohnya Surau Kami
Robohnya Surau Kami
Anang Febrianto
 
Aa gym
Aa gymAa gym
Aa gym
RifkiNajib
 
Tetesan wudlu secercah cahaya
Tetesan wudlu secercah cahayaTetesan wudlu secercah cahaya
Tetesan wudlu secercah cahaya
iwan Alit
 
Cerpen "Meraih Mimpi"
Cerpen "Meraih Mimpi"Cerpen "Meraih Mimpi"
Cerpen "Meraih Mimpi"
Fadlilah Sabila
 

What's hot (16)

Liturgi ibadah pemuda
Liturgi ibadah pemudaLiturgi ibadah pemuda
Liturgi ibadah pemuda
 
Tata Ibadah Perayaan Natal Hmtp Itm Asli
Tata Ibadah Perayaan Natal Hmtp Itm AsliTata Ibadah Perayaan Natal Hmtp Itm Asli
Tata Ibadah Perayaan Natal Hmtp Itm Asli
 
Mudah datang dan medah pergi
Mudah datang dan medah pergiMudah datang dan medah pergi
Mudah datang dan medah pergi
 
Aku tidak lebih dulu ke surga
Aku tidak lebih dulu ke surgaAku tidak lebih dulu ke surga
Aku tidak lebih dulu ke surga
 
Rubrik Parenting Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah
Rubrik Parenting   Jendela Keluarga Majalah HidayatullahRubrik Parenting   Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah
Rubrik Parenting Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah
 
Kisah nabi ismail
Kisah nabi ismailKisah nabi ismail
Kisah nabi ismail
 
Drama cinta pertama
Drama cinta pertamaDrama cinta pertama
Drama cinta pertama
 
Cerpen (harus terpisah)
Cerpen (harus terpisah)Cerpen (harus terpisah)
Cerpen (harus terpisah)
 
4 Mukjizat Bahan Pertemuan BKSN 2012
4 Mukjizat Bahan Pertemuan BKSN 20124 Mukjizat Bahan Pertemuan BKSN 2012
4 Mukjizat Bahan Pertemuan BKSN 2012
 
Ketika dirimu diabaikan
Ketika dirimu diabaikanKetika dirimu diabaikan
Ketika dirimu diabaikan
 
Rumus canggih
Rumus canggihRumus canggih
Rumus canggih
 
Robohnya Surau Kami
Robohnya Surau KamiRobohnya Surau Kami
Robohnya Surau Kami
 
Aa gym
Aa gymAa gym
Aa gym
 
Renungan Kalbu
Renungan KalbuRenungan Kalbu
Renungan Kalbu
 
Tetesan wudlu secercah cahaya
Tetesan wudlu secercah cahayaTetesan wudlu secercah cahaya
Tetesan wudlu secercah cahaya
 
Cerpen "Meraih Mimpi"
Cerpen "Meraih Mimpi"Cerpen "Meraih Mimpi"
Cerpen "Meraih Mimpi"
 

Similar to renungan

Kisah mualaf pendeta masuk islam
Kisah  mualaf   pendeta masuk islamKisah  mualaf   pendeta masuk islam
Kisah mualaf pendeta masuk islam
Helmon Chan
 
Ghost Mother.docx
Ghost Mother.docxGhost Mother.docx
Ghost Mother.docx
Sarif Hidayat
 
Pedang roh edisi_67: Gereja Penuh Mukjizat
Pedang roh edisi_67: Gereja Penuh MukjizatPedang roh edisi_67: Gereja Penuh Mukjizat
Pedang roh edisi_67: Gereja Penuh Mukjizat
alkitabiah
 
Aa navis-robohnya surau kami
Aa navis-robohnya surau kamiAa navis-robohnya surau kami
Aa navis-robohnya surau kami
prama_alj
 
Aku tidak lebih dulu ke surga
Aku tidak lebih dulu ke surgaAku tidak lebih dulu ke surga
Aku tidak lebih dulu ke surgaedison1958
 
Ice breaking reflektif aku tidak lebih dulu ke surga
Ice breaking reflektif aku tidak lebih dulu ke surgaIce breaking reflektif aku tidak lebih dulu ke surga
Ice breaking reflektif aku tidak lebih dulu ke surgaImtitsal Aulia
 
Aku tidak-lebih-dulu-ke-surga
Aku tidak-lebih-dulu-ke-surgaAku tidak-lebih-dulu-ke-surga
Aku tidak-lebih-dulu-ke-surgaRatna Maula
 
Aku tidak-lebih-dulu-ke-surga
Aku tidak-lebih-dulu-ke-surgaAku tidak-lebih-dulu-ke-surga
Aku tidak-lebih-dulu-ke-surga
tatautamiayu
 
Aku tidak-lebih-dulu-ke-surga
Aku tidak-lebih-dulu-ke-surgaAku tidak-lebih-dulu-ke-surga
Aku tidak-lebih-dulu-ke-surgaviendra84
 
Aku tidak-lebih-dulu-ke-surga
Aku tidak-lebih-dulu-ke-surgaAku tidak-lebih-dulu-ke-surga
Aku tidak-lebih-dulu-ke-surgaTotok Darwoto
 
Teruntuk dikau
Teruntuk dikauTeruntuk dikau
Teruntuk dikau
Anwar Udin
 
[Www.indowebster.com] kesaksian joseph-sorga_terbuka
[Www.indowebster.com] kesaksian joseph-sorga_terbuka[Www.indowebster.com] kesaksian joseph-sorga_terbuka
[Www.indowebster.com] kesaksian joseph-sorga_terbuka
sdhoashdohasohdoidh
 
Cerita muallaf
Cerita muallafCerita muallaf
Cerita muallaf
Nur Ismail
 
End year message
End year messageEnd year message
End year messagein_jrock
 
Saksi Mata
Saksi Mata Saksi Mata
Saksi Mata
FreeChildrenStories
 
Jangan Menangis, Mama
Jangan Menangis, MamaJangan Menangis, Mama
Jangan Menangis, MamaCynthia D
 
mama please dont cry
mama please dont crymama please dont cry
mama please dont cryCynthia D
 

Similar to renungan (20)

Kisah mualaf pendeta masuk islam
Kisah  mualaf   pendeta masuk islamKisah  mualaf   pendeta masuk islam
Kisah mualaf pendeta masuk islam
 
Ghost Mother.docx
Ghost Mother.docxGhost Mother.docx
Ghost Mother.docx
 
Pedang roh edisi_67: Gereja Penuh Mukjizat
Pedang roh edisi_67: Gereja Penuh MukjizatPedang roh edisi_67: Gereja Penuh Mukjizat
Pedang roh edisi_67: Gereja Penuh Mukjizat
 
Aa navis-robohnya surau kami
Aa navis-robohnya surau kamiAa navis-robohnya surau kami
Aa navis-robohnya surau kami
 
Aku tidak lebih dulu ke surga
Aku tidak lebih dulu ke surgaAku tidak lebih dulu ke surga
Aku tidak lebih dulu ke surga
 
Ice breaking reflektif aku tidak lebih dulu ke surga
Ice breaking reflektif aku tidak lebih dulu ke surgaIce breaking reflektif aku tidak lebih dulu ke surga
Ice breaking reflektif aku tidak lebih dulu ke surga
 
Aku tidak-lebih-dulu-ke-surga
Aku tidak-lebih-dulu-ke-surgaAku tidak-lebih-dulu-ke-surga
Aku tidak-lebih-dulu-ke-surga
 
Aku tidak-lebih-dulu-ke-surga
Aku tidak-lebih-dulu-ke-surgaAku tidak-lebih-dulu-ke-surga
Aku tidak-lebih-dulu-ke-surga
 
Aku tidak-lebih-dulu-ke-surga
Aku tidak-lebih-dulu-ke-surgaAku tidak-lebih-dulu-ke-surga
Aku tidak-lebih-dulu-ke-surga
 
Aku dan surga
Aku dan surgaAku dan surga
Aku dan surga
 
Aku tidak-lebih-dulu-ke-surga
Aku tidak-lebih-dulu-ke-surgaAku tidak-lebih-dulu-ke-surga
Aku tidak-lebih-dulu-ke-surga
 
Teruntuk dikau
Teruntuk dikauTeruntuk dikau
Teruntuk dikau
 
Aku dan surga
Aku dan surgaAku dan surga
Aku dan surga
 
Ice breaking reflektif_aku_
Ice breaking reflektif_aku_Ice breaking reflektif_aku_
Ice breaking reflektif_aku_
 
[Www.indowebster.com] kesaksian joseph-sorga_terbuka
[Www.indowebster.com] kesaksian joseph-sorga_terbuka[Www.indowebster.com] kesaksian joseph-sorga_terbuka
[Www.indowebster.com] kesaksian joseph-sorga_terbuka
 
Cerita muallaf
Cerita muallafCerita muallaf
Cerita muallaf
 
End year message
End year messageEnd year message
End year message
 
Saksi Mata
Saksi Mata Saksi Mata
Saksi Mata
 
Jangan Menangis, Mama
Jangan Menangis, MamaJangan Menangis, Mama
Jangan Menangis, Mama
 
mama please dont cry
mama please dont crymama please dont cry
mama please dont cry
 

renungan

  • 1. "Tuhan, di manakah Engkau tinggal?" Dalam bacaan injil hari minggu yang baru lalu kita mendengar bahwa Yohanes pemandi memperkenalkan Yesus kepada kedua murid yang ada bersamanya. Dengan serentak kedua murid itu meninggalkan Yohanes dan mengikuti Yesus. Keduanya bertanya kepada Yesus: "Rabbi, where are you staying?" Dan Yesus menjawab: "Come, and you will see." (Yoh 1:3839). --------Pernahkah anda bermimpi tentang sesuatu yang bersifat religius? Pernahkah anda bermimpi berjalan-jalan bersama Yesus? Di tahun pertama saya berada di Taiwan saya pernah bermimpi mendaki bukit bersama Yesus. Ada banyak rasa yang campur aduk dalam berjalanan menuju puncak bukit. Walau lebih banyak kami berada dalam diam namun ada juga dialog antara saya dengan Yesus. Dialog tersebut sungguh bagi saya sendiri merupakan sebuah revelasi. Tentang mimpi mendaki bukit ini akan saya lanjutkan kalau ada yang berminat untuk tahu. Ternyata mimpi bertemu Yesus tidak hanya menjadi milik saya sendiri. Orang lain juga punya mimpi seperti itu. Seorang teman saya pernah berkisah tentang mimpinya bertemu Yesus. Baiklah kita dengarkan bersama bagaimana dia menceritakan mimpinya itu: "Suatu malam saya bermimpi. Dalam mimpiku aku melihat Yesus membawa aku berjalan keliling. Karena tidak tahu arah tujuan perjalanan kami maka saya bertanya; 'Guru, di manakah Engkau tinggal?' Ia cuman berkata; 'Anda ingin melihat tempat di mana aku tinggal? Mari ikutilah aku.' Ia membawa aku ke kamp refugi di mana ada begitu banyak orang menanti penuh cemas butirbutir makanan buat mengisi perut mereka. Sambil menunjuk ke arah orang-orang tersebut Yesus berkata; 'Mereka semua mengingatkan saya akan masa pelarian saya dari Betlehem ke Mesir. Maria, ibuku sering bernostalgia tentang nasib pedih yang harus kami lalui di Mesir, suatu kehidupan di tanah asing tanpa identitas yang legal dan jelas seperti mereka ini. Ketahuilah, Aku tinggal di sini bersama mereka.' Ia juga membawa saya ke Rumah sakit. Sekali lagi Ia berkata; 'Ketika memikul salibku ke Golgotha, aku mengalami nasib seperti mereka ini, menghadapi hidup yang seakan tanpa harapan. Masih ingatkah engkau ketika saya berteriak di Taman Zaitun meminta agar piala kepahitan itu beralih dari padaku? Aku yakin merekapun sering mengulangi lagi teriakanKu itu. Ketahuilah, saya juga ada di sini bersama mereka. Mereka tidak sendirian.' Yesus lalu membawa saya ke sebuah pabrik di mana ada banyak karyawan bekerja dan berkata; 'Mereka kadang-kadang diperlakukan secara tidak adil oleh majikan mereka. Mereka kerap kali harus bekerja lembur tanpa gaji yang serasi. Mereka mengingatkan kehidupanku sendiri yang harus bekerja sebagai tukang kayu, yang harus bekerja seperti seorang buruh kasar. Ketahuilah, akupun ada di sini bersama mereka.'
  • 2. Kami tiba di sebuah gereja yang megah dengan tabernakel yang indah, seindah surga itu sendiri. (Hahaha... Siapa sih yang pernah melihat surga?). Banyak orang keluar dan masuk gereja ini untuk memasang lilin dan berdoa di sana. Yesus lalu bergumam; 'Saya juga hidup di sini. Tapi sayangnya, banyak orang mau agar saya dikandangkan di tabernakel ini hanya untuk dikeluarkan seminggu atau beberapa minggu sekali.' KataNya dengan wajah sedih. Namun tiba-tiba air mukaNya berubah cerah dan berkata dengan penuh antusias; 'Tahukah engkau? Ada satu tempat di mana saya belum pernah pergi.' Ia mengangkat sesuatu seperti selembar foto dan ditunjukannya ke arahku. Oh...ternyata itu adalah sebuah cermin dan saya melihat bayangan diriku sendiri di dalamnya. Ia lalu bertanya; 'Apakah engkau memiliki kunci untuk masuk ke ruangan yang baru saja kamu lihat? Aku ingin masuk dan tinggal di sana walau hanya cuman sebentar saja.'" Temanku seakan diliputi rasa sedih ketika menyelesaikan kisah mimpinya tersebut. ------------------Tuhan..!!! Bantulah aku untuk membuka pintu hatiku bagimu. Lebih dari itu, bantulah aku untuk mengetahui bahwa Engkau sesungguhnya telah ada di dasar bathinku dan menantikan kehadiranku di sana.
  • 3. 400 JUTA PER BULAN DARI TUHAN Jika ada orang yang mengatakan, "Tahukah Anda bahwa per bulan Anda menerima 400 juta rupiah dari Tuhan?" mungkin Anda berpikir orang yang bertanya itu sedang bergurau atau asal omong. Beberapa orang sedang bercakap-cakap tentang memberi kepada Tuhan. Lalu salah seorang di antaranya berkata, "Saya heran kalau ada orang yang tidak mau memberikan persepuluhan dan persembahan kepada Tuhan! Tuhan itu luar biasa baik. Seorang ahli medis pernah menghitung kebutuhan oksigen dan nitrogen yang diperlukan untuk satu orang bernafas selama sebulan. Lalu ia mendapati angka 400 juta rupiah!" Hmmm, fantastis bukan! Dan kita menerimanya begitu saja dari Tuhan, karena kasih-Nya pada kita tanpa syarat. Dan kita telah bernapas sekian bulan, sekian tahun, sekian puluh tahun. Disamping kebutuhan kita untuk bernapas, Tuhan juga melimpahkan aneka berkat, baik berkat jasmani maupun berkat rohani. Dan damai sejahtera-Nya tidak pernah kering bagi orang yang melakukan hal yang benar. Jika kita sudah menyadari hal ini, maka yang kita inginkan adalah memuji Tuhan, membalas kasih-Nya, mengabarkan Injil keselamatan, menjadi saluran berkat untuk sesama dan melakukan semua perkara yang baik. Dan kita mau berseru seperti Daud, "Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu! Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya!" (Mazmur 34:9).
  • 4. Aku Butuh TanganMu Seorang suster. Setelah terjadi hujan lebat yang mendatangkan banjir dan menghanyutkan puluhan rumah penduduk di daerah kumuh Philipina, datang mengunjungi tempat itu. Ketika tiba di Smoky Mountain yang terkenal itu, suster melihat seorang anak berdiri telanjang di depan sebuah rumah. Dinding rumah yang terbuat dari sisa-sisa sampah itu telah terbawa banjir. Dengan pandangan sejenak, segala yang ada dalam rumah tersebut bisa dilihat tanpa hambatan apapun, karena memang rumah tersebut tak berdinding. Dengan penuh rasa belas kasih suster itu bertanya; “Di manakah ibumu?” Tak ada jawaban yang keluar dari mulut anak itu. Matanya memandang jauh ke depan. Namun pancaran matanya mengatakan bahwa ia tak memiliki masa depan yang jelas. Ia telah kehilangan segalanya. Kedua orang tuanya telah hanyut bersama banjir. Dan satu-satunya yang kini ia miliki cumanlah sebuah rumah tak berdinding, sebuah rumah tak beratap. Matanya jauh menatap sebuah kehampaan. Sang suster seakan mendapat pukulan yang keras dalam bathinnya. Kata-kata Yesus terdengar jelas di telinga suster itu; “Aku datang agar kamu memperoleh kepenuhan hidup.” Namun......apakah anak ini memperoleh kehidupan yang penuh?? Suatu kepenuhan dalam kehampaan?? Dalam kebisuannya, anak itu seakan berkata; “Aku butuh uluran tanganmu.” Suster itu bertanya keras; “Yesus, apakah Engkaupun datang untuk anak yang malang ini?? Dan apakah yang harus aku perbuat???” Peristiwa ini ternyata menjadi awal pertobatan suster tersebut, yang selanjutnya mengabdikan diri untuk hidup bersama kaum miskin, membantu mereka untuk bangun dan membantu diri sendiri.
  • 5. 1 Jam yang Tuhan Minta Sering saya dengar dalam khotbah ditanyakan: “Tuhan memberikan kita 24 jam sehari, 7 hari seminggu tapi berapa lama kita berikan untuk Tuhan?” Pertanyaan ini suka mengganggu diri saya. Terus terang saya tidak bisa berdoa lama. Berdoa 5 menit bagi saya terlalu lama dan melelahkan. Untungnya Tuhan yang kita imani memang sangat baik. Dia mengajari dan menuntun saya sampai bisa menikmati saat-saat doa. Tuhan merubah saya dari buku psikologi rohani yang saya baca. Penulisnya mengatakan salah satu kemungkinan kita tidak bisa berdoa karena ada luka batin. Kalimat ini sangat menghentak saya. Bahkan seluruh isi buku merobek-robek pikiran. Betapa tidak, ciri-ciri manusia luka batin yang dijelaskan dalam buku itu persis seperti diri saya saat itu. Dari situ Tuhan menuntun saya mengikuti retret penyembuhan luka batin. Tapi ada satu penghalang besar. Saya orang yang sangat tertutup pada masalah pribadi, apalagi pengalaman pahit masa lalu. Pengalaman masa lalu cenderung saya lupakan begitu saja. Waktu membaca buku itu pun saya bertanya dalam hati: luka batin apa yang saya punya? Saya tidak merasa dilukai dalam hidup ini. Saya baik-baik saja. Kemudian saya ketahui sifat seperti ini pun sebenarnya menunjukkan adanya luka batin itu sendiri. Saya berangkat dengan rasa kuatir retret akan sia-sia karena saya tidak mampu mengenali luka batin itu. Juga rasa pesimis tidak mampu mengangkat luka itu mengingat sifat saya yang lebih suka menutup dari pada membicarakan. Bersyukur Tuhan mengutus seorang pendamping bijaksana dalam retret. Ia berhasil meyakinkan saya dengan satu analogi sederhana: "Umpamakan dirimu sebuah radio rusak yang dibawa ke tukang servis. Seperti pemilik radio memasrahkan radionya diservis ahlinya sampai jadi benar, demikian pun serahkan dirimu kepada ahlinya. Dia tidak akan salah servis karena tukangnya adalah Pencipta dirimu sendiri". Sebuah analogi menarik. Di tengah keragu-raguan saya, Tuhan mau menservis diri saya. Saya berusaha berserah dan memohon Roh Kudus agar mampu melihat sisi gelap hidup saya. Selama retret saya merasa Tuhan begitu dekat. Saya jadi percaya sikap berserah diri pada Tuhan membuat Dia memiliki ruang gerak untuk bebas bekerja dalam diri saya. Makin saya rasakan hadirat Tuhan, makin saya membuka hati. Hingga pada saat diagnosa …ketika dituntun merenungkan masa lalu…Tuhan dengan sangat jelas menunjukkan dalam batin saya suatu bayangan masa lalu ketika masih kecil kira-kira baru belajar jalan. Saya tidak tahu persis itu kejadian apa tetapi ada suatu getaran batin yang sangat kuat terhubung dengan fenomena itu sampai air mata keluar tanpa bisa dihentikan. Fenomena itu terus menerus muncul, begitu hidup dan nyata, saya melihat diri saya yang masih kecil sedang memandang ayah dan ibu dengan rasa empati yang sangat dalam. Buru-buru habis renungan saya menelepon ibu. Saya minta ibu menceritakan pengalaman buruk keluarga ketika saya masih berusia 1-2 tahun. Ibu mengingat-ingat, menceritakan satu demi satu hingga sampai pada satu cerita yang sangat menyentuh hati. Ayah ibu saya pernah disidang oleh warga sekampung dalam suatu kerumunan masa karena suatu masalah bisnis. Menurut ibu,
  • 6. ketika itu saya berumur 1,5 tahun dan saya ada bersama mereka pada saat kejadian. Waktu ibu cerita peristiwa itu, saya merasakan kembali suasana seperti yang muncul dalam renungan sebelumnya. Saya merasakan suatu ketegangan yang luar biasa dialami ayah dan ibu. Tanpa sadar “penyakit” tegang itu saya bawa terus hingga usia 33. Selama itu saya mengalami rasa tegang tanpa alasan kalau melihat kerumunan orang. Sangat tidak nyaman berada di tengah kerumunan orang. Saya mungkin satu-satunya mahasiswa yang tidak pernah ikut demo waktu awal jaman reformasi. Di kantor kalau ada rapat saya selalu pilih tempat paling belakang, itu pun masih duduk dalam keadaan tegang bahkan kadang badan gemetar tak beralasan. Setahun belakangan semakin parah, baru dengar akan ada rapat saja rasa tegang sudah datang. Pengalaman traumatik (luka batin) seperti yang saya alami ternyata sangat menghambat relasi dengan Tuhan. Tapi Tuhan murah hati, Ia membebaskan saya dari belenggu yang menghambat saya merasakan kasihNya. Selama ini saya hanya bisa mendengar orang mengatakan kasih Tuhan begitu indah. Kini Dia mengijinkan saya mengalami sendiri kasihNya itu. Saya ingin ceritakan buah dari karya Tuhan pada diri saya: Pertama, empat hari sepulang retret ada rapat di kantor. Dengan santai saya mengikuti rapat dan duduk di bagian depan, sesuatu yang langka terjadi. Sudah setengah perjalanan rapat baru saya sadar: koq saya duduk di depan? Tempat saya bukan di sini, biasanya saya duduk paling belakang. Saya lupa dengan ketegangan-ketegangan itu. Saya benar-benar sudah disembuhkan Tuhan. Kedua, Tuhan dengan kasihNya yang tulus membolehkan saya merasakan hadiratNya yang begitu indah sehingga waktu berdoa 5 menit rasanya selalu kurang. Bahkan ada saat-saat dimana Dia rindu mencurahkan kasihNya, rindu mendengar pujian dan ungkapan syukur. Untuk itu Dia butuh waktu yang tentu saja tidak cukup hanya 5 menit. Suatu pagi, anak saya (5thn) mengajak saya untuk bermain. Saya janji bermain tetapi saya minta waktu berdoa sebentar. Saya lihat saat itu pkl 6.35. Awalnya saya berdoa biasa, mengucap syukur, menyampaikan permohonan dsb. Tiba-tiba saya merasakan sukacita luar biasa. Dalam suasana itu mengalir dengan lancar kalimat-kalimat doa yang selama ini tidak pernah saya alami. Ada rasa mantap yang luar biasa dalam batin sehingga yang saya inginkan hanya mengucap syukur dan memuji-muji Tuhan tanpa putus. Saya sadar penuh anak saya 4 kali datang menepuk bahu saya, mengajak saya berhenti berdoa dan segera bermain dengannya tetapi dorongan untuk tetap memuji Tuhan lebih kuat dari ajakan anak itu. Saya sadar juga sudah duduk berdoa jauh lebih lama dari biasanya tetapi saya terus merasakan hadirat Tuhan. Begitu suasana itu hilang saya baru menutup doa dan kembali melihat jam, pkl 7.35. Tuhan mengundang saya mengalami kasihNya 1 jam tepat, tidak lebih dan tidak kurang. Pernah juga suatu malam saya terbangun pkl 3.00. Berhubung saya bangun harusnya jam 4.00 maka saya tidur lagi. Hari berikut saya pun terbangun pada jam yang sama dan kembali tertidur karena belum waktunya bangun. Anehnya, malam ketiga saya terbangun lagi tetapi 5 menit lebih cepat dari dua malam sebelumnya. Saya tergelitik dengan peristiwa ini jadi saya merenung sebentar lalu memutuskan bangun
  • 7. berdoa. Sebelum tanda salib saya melihat jam 3.00. Saya berdoa rosario seperti kebiasaan tiap pagi. Pikir saya setelah rosario bisa tidur lagi, lumayan masih 40 menit. Yang terjadi, sebelum rosario selesai, dorongan untuk tetap berdoa datang lagi. Dan seperti kejadian-kejadian sebelumnya, kalimat doa, nyanyian syukur dan pujian mengalir dari suasana hati yang penuh sukacita. Saya sadar sudah berdoa lebih lama dari biasanya bahkan sempat mengatakan: “Tuhan kapan berhentinya…rasanya sudah lama saya berdoa” tetapi saya tidak menemukan alasan untuk berhenti begitu saja. Saya mengikuti suasana itu sambil menyampaikan ujud-ujud doa disertai puji-pujian dan ucapan syukur. Begitu dorongan itu mereda, saya menutup doa dan seketika itu juga weker berbunyi tepat jam 4.00. Tuhan meminta saya merasakan kasihNya 1 jam tepat, tidak lebih dan tidak kurang. Dua kejadian ini hanya sebagian dari pengalaman menarik dimana Tuhan memberi kesempatan saya menikmati saat-saat doa yang dulu tidak pernah saya rasakan. Saya sangat bersyukur Tuhan membolehkan saya mengalami semua ini. Bagi saya, pengalaman ini meneguhkan saya bahwa Tuhan ingin mencurahkan kasihNya kepada manusia tetapi Dia butuh keterbukaan hati dan ketulusan memberi kesempatan padaNya. Tuhan tidak minta waktu di luar kesanggupan kita, Dia sangat toleran dan memahami kemampuan manusia sebab 1 jam adalah rata-rata waktu yang ideal bagi seseorang untuk berdiam diri. Jakarta, 08/08/08 T. Lukman T. Lukman Email: tlukman14@yahoo.com
  • 8. AKU ADALAH AKU AKU ADALAH AKU BIARLAH .... YANG ASAL MENJADI AKARNYA POHON TETAP ADALAH POHON DAN... AKU ADALAH AKU YANG TERCIPTA DARI DARAH DAN DAGING ...DARI NAFAS DAN HATI ...DARI JIWA DAN ASA KARENA KEMURAHAN ILAHI KU BERANJAK KARENA NIATKU KU BERLAYAR KARENA GIGIHKU BIARLAH ANGIN DAN MENTARI MENGHEMPASKU... MENGGODAKU... NAMUN AKU ADALAH GAMBARAN CIPTA-KU DAN AKU TETAP BERJALAN DALAM TAPAK-TAPAK JUANG DALAM JEJAK-JEJAK DERITA DAN DALAM BINGKAI KEBAIKAN BIARLAH... DUNIA TETAP MENGGERUTU NAMUN AKU TETAP MEMPERTAHANKAN DERU NAFASKU DARI IBLIS DAN DARI DOSA BIARLAH... MEREKA MENCACI MAKI LANGKAHKU NAMUN AKU TETAP BERTOPANG PADA SATU YANG ILAHI BIARLAH... ALGOJO MENYIKSA RAGA PENUH BILUR NAMUN... AKU TETAP MENATAP WAJAH SANG KHALIK MENJALIN SATU IMAN YANG SUCI AKU ADALAH AKU
  • 9. BAUR SEGALA SIFAT DUNIA GAMBARAN KASIH SEMESTA KUASA DAN... SOSOK YANG TERUS BERJUANG MENEMPUH SAMUDRA MEMBELAH DOSA TUK MENGARAH PADA SATU YANG KEKAL WALAU PELUH DARAH MENGUCUR AKU ADALAH AKU
  • 10. Aku Punya Allah yang Hidup Haleluya! Dalam nama Tuhan Yesus saya bersaksi, Kemurahan Bapa di Sorga telah membuat saya lepas dari belenggu depresi yang tiada henti menimpa saya dalam tiga tahun terakhir. Masa lalu saya memang kelam, namun Allah Bapa yang maha kasih melalui RohNya menanamkan kepada saya bahwa dalam namaNya semua kenangan buruk itu mengantarkan saya kepada pengenalan yang dalam akan Yesus Kristus. Kiranya kesaksian saya ini memberikan harapan kepada mereka yang sedang dalam pencarian akan hidup yang berarti. Tiga Tahun yang Sukar Pikiran bunuh diri itu mulai menganggu saya di pertengahan tahun 2005. Saat itu segala kekuatiran saya mencapai puncaknya. Saya merasa hidup ini tidak berarti lagi karena hubungan saya dengan orang tua dan saudara-saudara yang sedang memburuk, juga saya tidak suka berhadapan dengan teori-teori mengajar yang menurut saya tidak ada gunanya. Selain itu saya merasa sangat kesepian, kehidupan bergerejapun terasa seperti rutinitas belaka. Perkuliahan yang menurut saya semakin lama semakin berat dan perasaan akan tidak berguna yang menyelimuti saya karena saya tidak seperti teman-teman kuliah saya yang sebagian besar telah memperoleh uang dari hasil mengajar membuat saya tenggelama dalam perasaan yang tak menentu. Awalnya saya merasa suara-suara yang menyuruh saya untuk bunuh diri itu merupakan bagian dari pencobaan yang harus saya kalahkan karena sebelumnya saya sering sekali memperoleh penglihatan-penglihatan di mana dalam penglihatan-penglihatan itu saya melihat bagaimana Tuhan Yesus mengalahkan iblis yang sedang memburu jiwa saya. Saya harus masuk rumah sakit untuk memperoleh perawatan di akhir tahun 2005. Pada saat itu saya sungguh tidak mengerti mengapa tidak seperti biasanya Tuhan Yesus melepaskan saya dari kuasa kegelapan. Kali ini Tuhan seolah tinggal diam dan membiarkan jiwa saya kosong, berada dalam jerat iblis. Dengan berat hati saya terpaksa minum obat yang diberikan oleh psikiater. Dalam hati saya merasa benci sekali dengan keharusan saya untuk mengkonsumsi obat, tetapi saya sungguh tidak tahu bagaimana mengisi kekosongan dalam hidup saya. Lagipula, orang tua saya sepertinya sangat mempercayai setiap perkataan dari psikiater. Bagaimanapun juga, karena keharusan untuk minum obat secara teratur, saya merasa bagai orang yang sakit; saya takut sekali orang lain tahu bahwa saya pernah dirawat di rumah sakit akibat kehilangan pengendalian diri dan bahwa hidup saya kini tergantung pada obat. Sejak saya keluar dari rumah sakit, saya sangat aktif dalam berbagai pelayanan di gereja. Namun demikian, hal tersebut tidak dapat memuaskan hati saya; saya tetap hidup dalam ketidakpastian, seolah hidup ini tidak bertujuan bagi saya. Dengan sangat terpaksa saya terus melanjutkan kuliah; perasaan ingin bunuh diri itu semakin menguat dari hari ke hari, ditambah lagi di saat saya mulai putus asa ada banyak sekali suara-suara yang meyakinkan saya bahwa bunuh diri adalah jalan terbaik bagi saya. Saya selalu ingin menghindar bertemu teman-teman kuliah saya; sayapun juga merasa rendah dibandingkan dengan saudara-saudara saya. Ketakutan akan uang
  • 11. terus mendera saya, apalagi ayah saya terus-menerus memaksa saya untuk menjadi seorang yang pandai berbisnis. Saya tahu pasti bahwa saya tidak suka bisnis tetapi di sisi lain saya juga tidak tahu saya ingin menjadi apa. Saya hanya bisa diam dan merasa sedih dalam hati ketika ayah saya terus membanggakan dirinya yang sangat pandai berbisnis. Di awal tahun 2007 atas perintah suara-suara, saya memutuskan untuk berhenti kuliah. Saya merasa meledak, semakin lama semuanya makin suram bagi saya. Bagi saya gelar S1 tidak lagi penting; saya merasa saya pasti akan menangis di hari wisuda saya karena saya merasa semua teman kuliah saya jahat, dan tentunya tidak ada yang dapat saya banggakan dari apa yang telah saya pelajari selama kuliah. Ketika semuanya serba tak menentu, tiba-tiba suara-suara yang saya anggap sebagai suara Tuhan itu menyuruh saya untuk kembali kuliah. Suara-suara tersebut juga mengatakan kepada saya bahwa saya sangat membutuhkan pertolongan psikiater juga psikolog, bahkan suara-suara tersebut menjamin bahwa saya boleh terbuka pada mereka karena mereka pasti dapat menolong saya. Perkuliahan itu membuat saya semakin depresi, dan tak henti-hentinya saya meminta Tuhan untuk lebih baik membunuh saya daripada saya harus menyelesaikan kuliah saya. Psikiater menyarankan saya untuk minum obat teratur untuk membuat pikiran saya jernih sehingga saya dapat berpikir jernih. Saya sangat mempercayai perkataan psikiater pada mulanya, namun seiring dengan berjalannya waktu, saya merasa obat yang diberikan psikiater itu tidak cocok bagi saya karena bukan hanya saya tetap kehilangan semangat hidup, yang pasti pikiran bunuh diri itu makin lama makin menguasai diri saya. Terhadap psikolog saya juga menaruh harapan untuk bisa beraktivitas dengan normal setelah melalui beberapa sesi. Namun, dari sesi ke sesi saya merasa psikolog itu semakin menuduh saya sebagai orang yang ragu-ragu, selalu menyesali keputusan yang telah saya ambil, dan yang terutama takut menghadapi tantangan. Saya sadar bahwa saya memang butuh teman bicara, tetapi sepertinya psikolog itu cenderung untuk memarahi saya karena saya selalu datang dengan keluhan yang hampir sama. Sementara itu, saya juga tidak berani berterus-terang kepada psikiater mengenai pergumulan yang sedang saya alami karena takut ia akan memberi saya obat tambahan, padahal saya tahu pasti bahwa obat anti depresi itu akan membuat saya sakit maag dan tatapan mata saya kosong. Pada akhirnya saya memang dapat menyelesaikan kuliah, tetapi ketakutan memasuki dunia kerja tidak dapat lepas dari pikiran saya. Setelah dinyatakan lulus pada pertengahan tahun 2008, sesungguhnya saya berada dalam kebingungan yang amat sangat. Hati saya ingin meninggalkan Indonesia secepatnya karena saya merasa tidak ada pekerjaan yang cocok bagi saya di sini tetapi bukan hanya karena orang tua tidak akan mengizinkan saya pergi jauh, namun juga peluang saya untuk pergi akan sangat kecil jika saya tidak menggunakan uang saya sendiri. Hal itu berarti saya harus bekerja, tetapi saya ingin hasil yang instan, saya ingin memperoleh banyak uang segera agar saya dapat segera keluar negeri. Karenanya, saya merasa terjebak; saya tahu saya membutuhkan pekerjaan tetapi saya pikir saya akan merasa sangat tersiksa dengan pekerjaan yang tidak sesuai dengan minat saya. Setelah melalui berbagai proses, sayapun diterima sebagai guru bahasa inggris di suatu lembaga kursus. Saya sering merasa saya salah masuk ke sana karena sejak training saya tidak pernah nyambung dengan berbagai teknik mengajar yang disampaikan. Lagipula, saya teringat pengalaman buruk saya saat praktek ngajar di suatu SMU pada waktu kuliah. Waktu itu murid-murid sama sekali tidak mendengarkan saya, suasana kelas sangat tidak terkendali. Saya ingin sekali mundur tetapi saya sudah terlanjur menandatangani kontrak selama 1 tahun. Berulang kali saya minta kepada Tuhan agar saya bisa keluar dari sana, saya katakan kepadaNya lebih baik saya mati daripada saya harus mengajar.
  • 12. Mujizat Allah Nyata Berkat pertolongan Tuhan dan jamahan kuasa Roh Kudus, segala macam suara dan penglihatan itu pada akhirnya hilang. Saya katakan pada Tuhan bahwa sesungguhnya saya sangat memerlukan psikiater dan psikolog dalam diriNya karena terbukti psikiater dan psikolog yang menangani saya tidak dapat menolong saya lagi. Hari-hari saya sangat kosong, saya sungguh tidak mengerti mengapa segala sesuatu yang saya lakukan sepertinya serba salah, seolah membuktikan bahwa diagnosa psikolog terhadap saya itu benar dan bahwa perkataan psikiater adalah benar bahwa saya harus mencari banyak kegiatan dan tidak boleh terlalu banyak sendirian. Seringkali saya takut sendiri bahwa suatu hari nanti saya akan menjadi gila karena masih hidup di Jakarta. Setiap bangun pagi saya selalu merasa letih dan tidak semangat. Saya tidak tahu untuk apa saya hidup pada hari itu. Selain itu hati saya senantiasa dipenuhi dengan duka, dan saya tidak tahu sebabnya. Di saat saya sedang putus asa dan tidak tahu apa yang harus saya perbuat, saya teringat bahwa Tuhan Yesus itu jauh lebih berharga dari teman-teman yang saya miliki bahkan dari seluruh hidup saya. Suatu lagu hymn juga mengingatkan saya bahwa hanya Tuhan Yesus seorang yang dapat menolong saya. Sebenarnya saya sudah bosan sekali dengan keinginan saya untuk bunuh diri tetapi saya tidak punya kekuatan untuk lepas darinya. Saya sering bertanya-tanya dalam diri saya, apa Tuhan tidak kasihan terhadap saya karena sudah tiga tahun saya terus hidup dalam kekelaman, seolah pikiran mau bunuh diri itu telah menjadi bagian dari hidup saya. Orang-orang yang mendengar keluhan saya ini pasti juga telah bosan, maka saya penuh keraguan apa Tuhan masih mengasihi jiwa saya. Saya merasa bagai penjahat yang pantas mati karena saya tak dapat mengasihi orang-orang di sekeliling saya. Saya juga telah merepotkan Tuhan karena kemauan saya yang kuat untuk mengakhiri hidup saya. Ketika jalan yang saya tempuh makin lama makin terjal, saya dapat merasakan bahwa Tuhan Yesus mempunyai kasih yang sangat besar terhadap saya; Ia mencari saya yang sedang berada dalam dosa. Di saat saya tak lagi bersemangat untuk berdoa, memuji Tuhan ataupun membaca Alkitab, saya dapat merasakan pengampunanNya yang sempurna, namaNya yang indah menghapus segala ketidaknyamanan dalam hati saya, dan mengantarkan jiwa saya yang telah hancur kepada kebenaran sejati. Tuhan Yesus telah memberikan saya pengharapan di dunia dan sukacita dari Sorga sehingga saya tidak lagi ingin mati. Ia telah membuktikan kepada saya bahwa karya Roh Kudus masih nyata sampai saat ini, dan Ia masih peduli terhadap saya di saat saya berseru memanggil namaNya. Kasih karuniaNya dapat saya rasakan sepanjang waktu, ada perubahan yang nyata sejak saya sungguh-sungguh bertekun dalamNya. Saat ini dengan berani saya mengatakan bahwa Allah kita adalah Allah yang hidup, dan perbuatanNya yang ajaib nyata bagi mereka yang mendekat kepadaNya. Segala kemuliaan hanya bagi nama Tuhan. Amin.