Dokumen tersebut membahas tentang prosedur drainase dari rongga pleura dengan memasukkan pipa drainase, yang dilakukan untuk mengeluarkan cairan, darah, nanah, atau udara dari rongga pleura. Prosedur ini digunakan untuk tujuan reekspansikan paru-paru, mengeluarkan segala sesuatu dari dalam rongga pleura.
LATAR BELAKANG
Organ kelamin wanita terdiri atas organ genitalia interna dan organ genitalia eksterna. Kedua bagian besar organ ini sering mengalami gangguan, salah satunya adalah infeksi, infeksi dapat mengenai organ genitalia interna maupun eksterna dengan berbagai macam manifestasi dan akibatnya. Tidak terkecuali pada glandula vestibularis major atau dikenal dengan kelenjar bartolini. Kelenjar bartolini merupakan kelenjar yang terdapat pada bagian bawah introitus vagina. Jika kelenjar ini mengalami infeksi yang berlangsung lama dapat menyebabkan terjadinya kista bartolini, kista bartolini adalah salah satu bentuk tumor jinak pada vulva. Kista bartolini merupakan kista yang terbentuk akibat adanya sumbatan pada duktus kelenjar bartolini, yang menyebabkan retensi dan dilatasi kistik. Dimana isi di dalam kista ini dapat berupa nanah yang dapat keluar melalui duktus atau bila tersumbat dapat dapat mengumpul di dalam menjadi abses.
Kista bartolini ini merupakan masalah pada wanita usia subur, kebanyakan kasus terjadi pada usia 20 sampai 30 tahun dengan sekitar 1 dalam 50 wanita akan mengalami kista bartolini atau abses dalam hidup mereka, sehingga hal ini merupakan masalah yang perlu untuk dicermati. Kista bartolini bisa tumbuh dari ukuran seperti kacang polong menjadi besar dengan ukuran seperti telur. Kista bartolini tidak menular secara seksual, meskipun penyakit menular seksual seperti Gonore adalah penyebab paling umum terjadinya infeksi pada kelenjar bartolini yang berujung pada terbentuknya kista dan abses, sifilis ataupun infeksi bakteri lainnya juga dianggap menjadi penyebab terjadinya infeksi pada kelenjar ini.
ANATOMI
Kelenjar bartholini merupakan salah satu organ genetalia eksterna, kelenjar bartholini atau glandula vestibularis mayor, kelenjar ini biasanya berukuran sebesar kacang dan ukurannya jarang melebihi satu cm. Kelenjar ini tidak teraba kecuali pada keadaan penyakit atau infeksi. Saluran keluar dari kelenjar ini bermuara pada celah yang terdapat diantara labium minus pudendi dan tepi himen. Glandula ini homolog dengan glandula bulbourethralis pada pria. Kelenjar ini tertekan pada waktu coitus dan mengeluarkan sekresinya untuk membasahi atau melicinkan permukaan vagina (Mast, 2010).
Kelenjar bartholini terletak posterolateral dari vestibulum arah jam 4 & 8, mukosa kelenjar dilapisi oleh sel-sel epitel kubus, panjang saluran pembuangannya sekitar 2,5 cm dan dilapisi oleh sel-sel epitel transisional. Saluran pembuangan ini berakhir diantara labia minor dan hymen dan dilapisi sel epitel skuamus (Amiruddin, 2004).
Gambar 1. Anatomi Kista Bartholini (Setyadeng, 2011).
FISIOLOGI
Pada introitus vagina terdapat kelenjar bartholini yang berfungsi untuk membasahi mengeluarkan lendir untuk memberikan pelumas vagina saat melakukan hubungan seksual, kira-kira sepertiga dari introitus vagina kanan dan kiri yang terletak posterolateral. Dalam keadaan normal kelenjar ini tidak teraba pada palpasi (Manuba, 2008)
LATAR BELAKANG
Organ kelamin wanita terdiri atas organ genitalia interna dan organ genitalia eksterna. Kedua bagian besar organ ini sering mengalami gangguan, salah satunya adalah infeksi, infeksi dapat mengenai organ genitalia interna maupun eksterna dengan berbagai macam manifestasi dan akibatnya. Tidak terkecuali pada glandula vestibularis major atau dikenal dengan kelenjar bartolini. Kelenjar bartolini merupakan kelenjar yang terdapat pada bagian bawah introitus vagina. Jika kelenjar ini mengalami infeksi yang berlangsung lama dapat menyebabkan terjadinya kista bartolini, kista bartolini adalah salah satu bentuk tumor jinak pada vulva. Kista bartolini merupakan kista yang terbentuk akibat adanya sumbatan pada duktus kelenjar bartolini, yang menyebabkan retensi dan dilatasi kistik. Dimana isi di dalam kista ini dapat berupa nanah yang dapat keluar melalui duktus atau bila tersumbat dapat dapat mengumpul di dalam menjadi abses.
Kista bartolini ini merupakan masalah pada wanita usia subur, kebanyakan kasus terjadi pada usia 20 sampai 30 tahun dengan sekitar 1 dalam 50 wanita akan mengalami kista bartolini atau abses dalam hidup mereka, sehingga hal ini merupakan masalah yang perlu untuk dicermati. Kista bartolini bisa tumbuh dari ukuran seperti kacang polong menjadi besar dengan ukuran seperti telur. Kista bartolini tidak menular secara seksual, meskipun penyakit menular seksual seperti Gonore adalah penyebab paling umum terjadinya infeksi pada kelenjar bartolini yang berujung pada terbentuknya kista dan abses, sifilis ataupun infeksi bakteri lainnya juga dianggap menjadi penyebab terjadinya infeksi pada kelenjar ini.
ANATOMI
Kelenjar bartholini merupakan salah satu organ genetalia eksterna, kelenjar bartholini atau glandula vestibularis mayor, kelenjar ini biasanya berukuran sebesar kacang dan ukurannya jarang melebihi satu cm. Kelenjar ini tidak teraba kecuali pada keadaan penyakit atau infeksi. Saluran keluar dari kelenjar ini bermuara pada celah yang terdapat diantara labium minus pudendi dan tepi himen. Glandula ini homolog dengan glandula bulbourethralis pada pria. Kelenjar ini tertekan pada waktu coitus dan mengeluarkan sekresinya untuk membasahi atau melicinkan permukaan vagina (Mast, 2010).
Kelenjar bartholini terletak posterolateral dari vestibulum arah jam 4 & 8, mukosa kelenjar dilapisi oleh sel-sel epitel kubus, panjang saluran pembuangannya sekitar 2,5 cm dan dilapisi oleh sel-sel epitel transisional. Saluran pembuangan ini berakhir diantara labia minor dan hymen dan dilapisi sel epitel skuamus (Amiruddin, 2004).
Gambar 1. Anatomi Kista Bartholini (Setyadeng, 2011).
FISIOLOGI
Pada introitus vagina terdapat kelenjar bartholini yang berfungsi untuk membasahi mengeluarkan lendir untuk memberikan pelumas vagina saat melakukan hubungan seksual, kira-kira sepertiga dari introitus vagina kanan dan kiri yang terletak posterolateral. Dalam keadaan normal kelenjar ini tidak teraba pada palpasi (Manuba, 2008)
2. prosedur yang dilakukan untuk
mendrainase :
- cairan (efusi pleura, chylothorax)
- darah (hemothorax)
- nanah (empyema),
- atau udara (simple pneumothorax)
dari rongga pleura dengan cara
memasukkan sebuah pipa drainase
ke dalam rongga pleura.
3. Dibatasi oleh pleura visceralis dan
parietalis.
Cairan intrapleura normalnya 5-15
mL
Tidak terdapat hubungan antara
pleura kiri dan kanan.
Pada saat pernapasan normal
gerak pleura dan dinding dada
berlawanan, sehingga
menciptakan tekanan negatif di
rongga intrapleura yang
mempertahankan permukaan
pleura menempel dan paru tetap
mengembang.
4. OSTEOLOGI
◦ Costa I – VII
◦ CTT dilakukan pada ICS IV atau V
◦ Laki : setinggi areola mammae
◦ Wanita : setinggi lipatan mammae
4
5.
6.
7. M. interkostalis eksterna
M. interkostalis interna
M. interkostalis profunda
M. subkostalis
M. transversus thoraksis
7
11. A. interkostalis anterior
A. interkostalis posterior
V. interkostalis posterior
V. interkostalis superior
N. interkostalis
N. subkostalis
11
13. Simple pneumothoraks (=udara di dalam rongga pleura)
Hemothoraks (=darah dalam rongga pleura)
Empiema (=cairan purulen/nanah dalam rongga pleura)
Efusi pleura (=cairan dalam rongga pleura)
Chylothoraks (=cairan limfatik yang mengandung lemak terkumpul
dalam rongga pleura)
Drainase post operatif (misalnya setelah operasi jantung atau paru)
kontusio paru yang dipasang ventilator
TUJUAN
• Reekspansi paru yang kolaps
• Drainase cairan atau udara
• Tindakan preventif pada pasien kontusio paru yang dipasang ventilator
14. Reekspansive paru
Mengeluarkan segala sesuatu dari dalam rongga
pleura.
[Pneumothoraks ; Hemothoraks ; Empiema ; Efusi
pleura ; Chylothoraks ; Drainase post operatif]
14
15. Rupture of a subpleural pulmonary bleb
Laceration of the lung by a sharp instrument
Rupture of the trachea or bronchus by blunt
trauma
Perforated esophagus or a retroperitoneal
abdominal viscus.
16. X-Ray : 100 ml fluid in the pleural space
4 types of pleural effusion : transudates, exudates,
blood, purulent effusions.
17. 1. Transudates :
◦ In congestive heart failure or pulmonary atelectasis,
fluid is passively transferred into the free pleural space
caused by imbalance of intravascular, intrapleural, and
oncotic fluid pressures.
◦ The protein content is low.
18. 2. Exudates :
◦ Fluid of high protein content is actively secreted into
the pleural space from viral or bacterial infection,
inflamation, tumor implants, and disrupted lymphatics
(chylous effusion).
◦ Recurrent malignant of chylous effusions often treated
by pleurodesis, to produce firm adherence between
the surface of the lung and the chest wall, thereby
eliminating the space in which fluid might
reaccumulate.
19. 3. Blood :
◦ Frank blood must be removed completely and rapidly
so that the rate of bleeding can be monitored
accurately and clotting of blood within the pleural
space can be prevented.
◦ Bloody effusion : blood diluted by an associated
transudate or exudate, characterized by low
hematocrit.
20. 4. Purulent effusions (empyema)
◦ Such effusion should be drained promptly and
completely to relieve toxic symptoms and to permit
rapid resolution of the local inflammatory process.
21. Tidak ada kontraindikasi mutlak
Kelainan perdarahan
Konsumsi obat-obat antikoagulan
21
22. Sarung tangan steril
Betadine
Duk bolong
Lidocaine 1% (dosis max 5 mg/kgBB)
Spuit 10 cc
Bisturi No. 23
Silk no 00
22
23. Klem Kelly
Klem Mayo
Hecting set : gunting, benang, gunting Mayo,
needle holder, pinset.
Benang Silk No. O (nol) dgn cutting needle
Chest tube : Dewasa No. 28-36 Fr. Anak : No. 16,
20, 24 Fr.
Botol WSD
23
24. Small ; inserted with needle stylet
Intermediate ; inserted with stylet
Large
25. Needle catheter is
a flexible catheter
that is inserted
through the lumen
of a needle.
Plastic needle is a
soft, flexible
catheter that fits
tightly over a
central needle
stylet, the point of
which protrudes
slightly past the
end of the catheter.
26. A trocar catheter is a
flexible vinyl catheter
stiffned internally by a
pointed central stylet,
which facilitate puncture
of the soft tissues of the
chest wall ad direction
of the tube into position
within the pleural space.
30. Informed consent
Surat Ijin Operasi (SIO).
Pasien dibaringkan dengan sudut antara 30°
sampai 60°. Lengan pada sisi yang akan dipasang
‘chest tube’ diangkat ke atas kepala pasien.
30
31. Tentukan daerah insersi tube. Biasanya di
anterior linea mid aksilaris, pada ICS 4 atau 5.
Palpasi dan tentukan 1 iga yang membatasi
bagian bawah tempat insersi.
31
33. Daerah yang akan diinsisi dan sekitarnya di
sterilkan dengan cairan antiseptic (betadine).
Kemudian tutupi dengan duk bolong.
Suntikkan anestesi lokal di sekitar tempat yang
akan diinsisi. Bagian mid inferior iga yang telah
ditentukan, permukaan iga, dan jaringan di
sebelah superior iga tersebut.
33
35. Lakukan aspirasi terlebih dahulu untuk melihat
adanya cairan atau isi rongga pleura
Dengan bisturi dibuat insisi horisontal sepanjang
2-3 cm dengan berlandaskan pada iga yang telah
ditentukan, sampai jaringan subkutan.
35
36. Selanjutnya dilakukan diseksi tumpul dengan klem
Kelly menembus fascia yang menutupi
m.intercosta dengan arah superior dari costa,
(untuk menghindari pembuluh darah dan saraf
yang terletak di sisi inferior tiap costa.) Pastikan
klem selalu menempel dengan costa.
36
38. Ketika klem berada tepat di tepi superior costa,
dengan posisi klem tertutup, doronglah klem ke
dalam dada dengan tekanan yang cukup sampai
menembus pleura parietal. Setelah klem
menembus rongga pleura, isi rongga tersebut
mungkin mengalir keluar saat pasien melakukan
ekspirasi. Lebarkan lubang dengan membuka
klem.
38
39. Masukkan jari telunjuk operator untuk
memperlebar saluran yang baru dibuat. Kemudian
dilakukan eksplorasi dengan menyapukan jari
mengelilingi lubang yang telah dibuat untuk
meyakinkan bahwa rongga tersebut betul rongga
pleura serta meyakinkan tidak adanya adhesi
dalam rongga pleura.
39
41. Setelah eksplorasi jari telunjuk tetap di dalam
rongga sebagai patokan penempatan tube. Tube
dijepit dengan klem vena, dengan ujung tube
menonjol, kemudian dimasukan ke dalam rongga
pleura mengikuti jari.
Klem dilepaskan, tube didorong dengan arah
cranio-medio-posterior. Semua lubang yang ada
di bagian proksimal chest tube harus berada di
dalam rongga pleura.
41
42. Perhatikan adanya ‘fogging’ pada chest tube saat
ekspirasi, atau dengarkan adanya aliran udara.
Untuk cairan, perhatikan cairan yang mengalir dan
undulasi.
Hubungkan chest tube dengan botol WSD.
Jahit chest tube ke kulit dinding dada dengan
benang silk.
42
43. Tutup luka insisi dengan perban.
Buat foto thorax PA untuk mengecek posisi tube
dan meyakinkan paru-paru sudah mengembang
dan cairan yang ada sudah terdrainase.
43
48. Bleeding, infection, leakage of air and fluid aroud
the tube, and delayed healing is greater when
used large tube.
Laserasi intrathoraks atau organ abdomen
Infeksi pleura
Kerusakan saraf interkostalis : neuritis / neuralgia.
Kerusakan arteri/vena : hemothoraks
48
49. Ada beberapa pertanyaan setelah pemasangan
CTT, yaitu:
◦ apakah terdapat bubbling dalam botol penampungan
ataupun selang,
◦ apakah CTT berfungsi baik
◦ berapa banyak jumlah serta bagaimana jenis drainase
dari CTT.
49
50. Tidak adanya fluktuasi cairan : ekspasi paru
sempurna / terjadi oklusi
Cairan drainase per hari minimal : <100 ml/24
jam.
Tidak terjadi sumbatan udara.
50
51. Waktu : kontroversi
◦ 6 jam setelah ekspansi paru.
◦ 48 jam pasca ekspansi paru.
Pencabutan :
◦ Akhir inspirasi
◦ Akhir ekspirasi
◦ Manuver valsava
51
52. Penutupan luka :
◦ Penjahitan purse string
◦ Kasa vaselin / kasa adhesif
Foto Roentgen 12-24 jam setelah CTT dilepas :
melihat reakumulasi cairan / udara.
52
54. Obliterating the pleural space entirely.
Sclerosing agents : nitrogen mustard, quinacrine
hydrochloride, tetracycline, talc
Initiates an intense adhesive pleuritis that seals
the surface of the lung to the chest wall.
Tetracycline : 0.5-2.0 g
Nitrogen mustard : 0.2-0.4 mg/kgBW.
54
55. Insert the tubed, attach it to the drainage
apparatus, and drain all of the fluid. Confirm
complete expansion of the lung by chest x-ray.
55
56. Prepare a solution or suspension of the sclerosing
agent in 100-200 ml of normal saline. The dose of
the agent varies with eperience, but the volume of
solution should be large enough to disperse the
agent around the pleural cavity. An insufficient
volume of carrying solution has been a cause of
failure in the past.
56
57. Clamp the drainage tube and injet the sclerosing
solution nto the pleural pace through the chest
tube. Leave the tube clamped for 0-60 minutes
during the peak of acute inflamatary reaction.
During this interval turn the patient into a different
positon eery 5 or 10 minutes. Then unclamp the
tube and drain the fluid.
57
58. Make sure the tube is patent and draining
adequately. Irrigate if drainage does not begin as
soon as the tube is unclamped.
Use portable x-ray equipment to monitor progress.
Maintain drainage untill it ceases completely.
58
59. Pleuritic pain subsides caused by infamatory
pleural.
Oxygen, morphine, intercostal nerve block,
ventilatory assistance may be required
occasionally to prevent hypoxemia.
59