SlideShare a Scribd company logo
1 of 31
Download to read offline
NEGOSIASI
TUGAS TEKNIK NEGOSIASI
Diajukan untuk memenuhi penilaian Uas Semester VI
Nama : Susanti Nurandini 1534024074
Penerbit : Salemba Humanika
Negosiasi ( EDISI 6 | BUKU 1)
Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen
Universitas Krisnadwipayana
Jakarta
2017
2
BAB I
DASAR-DASAR NEGOSIASI
I. Dasar-dasar Negosiasi
Negosiasi adalah bentuk pengambilan keputusan dimana dua pihak atau lebih berbicara
satu sama lain dalam upaya untuk menyelesaikan kepentingan perdebatan mereka.
Menjadi Negosiator diambil dari tiga sumber.
1. Pengalaman sebagai negosiator diri kita sendiri dan banyaknya negosiasi yg terjasi
sehari-hari dalam kehidupan kita sendiri dan dalam kehidupan orang lain di seluruh
dunia.
2. Media Tv, Radio, Koran, Majalah dan Internet yg melaporkan negosiasi actual setiap
hari.
3. Kekayaan penelitian ilmu social yg telah dilakukan pada beberapa aspek negosiasi.
1.1 Mengklaim dan Menciptakan Nilai
Mengklasifikasi semua masalah negosiasi ke dalam dua tipe dan menyatakan strategi dan taktik
mana yg sesuai untuk setiap masalah.
 Negosiator harus mampu menyadari situasi-situasi yg membutuhkan lebih dari satu
pendekatan dibandikan yg lain, situasi-situasi yg memerlukan strategi dan taktik
distributive secara dominan, dan situasi-situasi yg membutuhkan strategi dan taktik yg
interagtif.
 Negosiator harus menjadi fleksibel dalam kenyamanan mereka dan menggunakan kedua
pendekatan strategi. Negosiator tidak hanya harus mampu menyadari strategi mana yg
sesuai, tetapi juga harus mampu menggunakan kedua pendekatan dengan feksibilitas yg
sama.
Nilai dapat diciptakan dengan banyak cara dan perasaan proses terletak pada eksploitasi
perbedaan-perbedaan yg ada di antara para negosiator. Perbedaan kunci di antara para negosiator
meliputi hal-hal berikut:
1. Perbedaan minat
2. Perbedaan penilaian tentang masa depan
3
3. Perbedaan resiko toleransi
4. Perbedaan dalam pemilihan waktu
1.2 Konflik
Konflik diartikan sebagai “perselisihan fan pertentangan yg tajam, sebagai kepentingan, ide,
dan lain sebagainya” dan melibatkan perbedaan yg dirasakan dari kepentingan atau keyakinan
bahwa saat ini aspirasi pihak tidak dapat dicapai secara bersamaan” (Pruitt dan rubin, 1986).
1.2.1 Tingkatan Konflik
 Konflik intrapersonal atau intrapsikis. Konflik ini terjadi di dalam diri seorang individu.
 Konflik interpersonal. Tingkatan penting kedua dari konflik terjadi di antara individu.
 Konflik intrakelompok. Tingkatan yg ketiga terjadi di antara kelompok – di antara
anggota tim dan kelompok kerja dan did lam keluarga, kelas, kompleks, tempat tinggal,
dan suku.
 Konflik interkelompok. Tingkatan terakhir adalah interkelompok-di antara organisasi.
1.2.2 Manajemen konflik yg efektif
Lima strategi utama untuk manajemen konflik secara umum telah diidentifkasi dalam dua
modelperhatian:
a. Contending (bersaing atau mendominasi)
b. Yielding (disebut mengakomodasi atau menurut)
c. Inaction (juga disebut menghindari)
d. Problem solving
e. Compromising
4
BAB II
STRATEGI DAN TAKTIK TAWAR MENAWAR
DISTRIBUTIF
2.1 Tujuan strategi dan taktik tawar menawar distributive adalah:
 Memahami elemen dasar situasi tawar-menawar distributive sebaik memahami strategi
dan taktik tawar-menawar distributif
 Mengeksplorasi pilihan-pilihan untuk menutup kesepakatan dalam situasi distributif
 Mempertimbangkan dampak posisi strategis yg diambil selamam negosiasi dan peranan
konsesi
 Mendapatkan apresiasi untuk komitmen sebagai taktik komunikasi
Tawar menawar distrributif pada dasarnya dalah persaingan siapa yg akan mendapatkan
sumber daya terbatas yg paling banyak, seering kali berupa uang. Kemampuann kedua belah
pihak untuk mencapai tujuan mereka akan bergantung pada strategi dan taktik yg mereka
gunakan (Walton dan mckersie, 1965)
Bagi kebanyakan, strategi dan taktik tawar-menawar distributive merupakan hal terpenting
dalam negosiasi.
Ada 3 alasan mengapa negosiator harus mengenal tawar-menawar distributive.
1. Negosiator menghadapi situasi saling ketergantungan yg bersifat distributive dan agar
berhasil dalam situasi tersebut mereka perlu memahami bagaimana cara kerjanya.
2. Negosiator perlu memahami bagaimana mengatasi efeknya.
3. Setiap negosiasi berpotensi membutuhkan keahlian tawar-menawar distributive pada saat
berada ppada tahap “mengklaim-nilai”.
Pembahasan strategi dan taktik dalam bab ini di maksudkan untuk membantu negosiator dalam
memahami dinamika tawar-menawar distributive, sehingga mendapatkan kesepakatan yg lebih
5
baik. Pemahaman mendalam mengenai konsep ini juga akan membuat negosiator yg tidak
nyaman dengan tawar-menawar distributive mampu mengelola situasi distributif secara proaktif.
2.2 Strategi-strategi Fundamental
 Medoorong kesepakatan sedekat mungkin dengan titik resistansi penjual (tidak
diketahui), sehingga menghasilkann bagian terbesar rentang kesepakatan bagi pembelian.
 Meyakinkan penjual untuk mengubah titik resistansinya dengan memengaruhi keyakinan
penjualan.
 Jika terdapat rentang kesepakatan negatif, untuk meyakinkan penjual dalam mengurangi
titik resistansinya atau mengubah titik resistansi sendiri, untuk menciptakann rentang
kesepakatan positif.
 Untuk membuat penjual yakin bahwa ini adalah kesepakatan terbaik-bukannya
membuatnya berpikir bahwa hanya ini yg dapat ia peroleh, atau bahwa ia tidak dapat
memperoleh lebih, atau bahwa pembeli memnangkan negosiasi.
Ada 2 tugas penting dalam situasi tawar-menawar distributif:
1. Mencari tahu titik resistansi pihak lain.
2. Memengaruhi titik resistansi pihak lain.
Setelah interaksi empat mata berjalan, anda harus lebih banyak mendengarkan dibanding
berbicara. Mengajukan pertanyaan terbuka-yang biasanya di mulai dengan apa, mengapa,
dimana, kapan, atau bagaimana-dapat mendorong pihak lain untuk memberikan informasi yg
berharga secara sukarela. Semakin banyak yg anda tahu mengenai agenda pihak lain, semakin
baik informasi tersebut untuk meningkatkan kemampuan anda dalam mencapai hasil yg
diinginkan.
2.3 Posisi-posisi yg diambil selama negosiasi
Pelaku tawar-menawar distributif yg efektif harus memahami proses pengambilan posisi
selama tawar-menawar, termasuk pentingnya penawaran dan sikap pembuka, dan peranan
pembuatan konsesi selama proses negosiasi.
2.4 Peran Konsesi
Konsesi adalah sentral bagi negosiasi. Tanpa konsensi, negosiasi tidak akan ada. Jika satu
pihak tidak siap memberikan konsesi, pihak lain pasti menyerah atau negosiasi akan menemukan
6
kebuntuan. Orang-orang yg bernegosiasi pasti mengharapkan konsesi. Negosiator kurang puas
ketika negosiasi berakhir dengan diterima nya penawaran pertama, kemungkinan karena mereka
merasa bahwa mereka dapat berusaha lebih baik.
Konsesi langsung dipandang kurang bernilai dibandingkan konsesi gradual dan bertahap yg
dapat meningkatkan nilai konsesi yg dirasakan.
Pelaku tawar-menawar distributif yg baik tdk akan memulai negosiasi dengan penawaran
pembuka yg terlalu dekat dengan titik resistansi mereka.
Konsesi timbal balik tidak terjadi sembarangan. Jika satu pihak telah membuat konsesi utama
pada sebuah titik signifikan, diharapkan pendapatan yg ditawarkan akan merupakan barang yg
sama atau barang yg beratnya sama dan besarnya dapat dibandingkan.
2.5 Pola Pembuatan Konsesi
Pola pembuatan konsesi yg dibuat seorang negosiator mengandung informasi berharga,
tetapi tidak selalu mudah untuk ditafsirkan. Ketika konsesi yg suksesif mengecul, pesan yg jelas
adalah bahwa posisi pembuat konsesi semakin kuat dan titik perlawanan sedang diraih. Pola
pembuatan konsesi juga hal yg penting.
2.6 Komitmen
Konsep kunci dalam menciptakan posisi penawaran adalah komitmen. Definisi komitmen
adalah pengambilan posisi penawaran dengan beberapa perjanjian ekplisit atau implisit
berdasarkan tindakan dalam kondisi yg akan datang. Dengan membuat komitmen, seorang
negosiator menunjukkan tujuannya untuk mengambil tindakan ini, membuat keputusan ini, atau
meraih sasaran ini-negosiator.
2.7 Rangkumam Bab
Dalam bab ini kita membahas struktur dasar dari situasi penawaran kompetitif atau
distributif dan beberapa strategi serta taktik yg digunakandalam penawaran distributif. Dibawah
struktur penawaran distributif, seorang negosiator memiliki banyak pilihan untuk mencapai
resolusi yg berhasil, kebanyakan di antaranya jatuh di antara dua upaya besar: memengaruhi
keyakinan pihak lain tentang apa yg mungkin dan mempelajari sebanyak mungkin tentang posisi
7
pihak lain, terutama tentang titik resistensi mereka. Untuk mencapai tujuan ini, negosiator
bekerja untuk mengumpulkan informasi tentang oposisi dan posisinya: untuk meyakinkan
anggota pihak lain untuk mengubah pikirannya tentang kemampuan mereka untuk mencapai
target mereka sendiri dan untuk membenarkan sasaran mereka seperti yg diinginkan, diperlukan,
atau bahkan tak terelakkan.
Penawaran distributif pada dasarnya merupakan situasi konflik, dimana pihak-pihak yg
ada mencari keuntungan nya sendiri terkadang dengan menutupi informasi, mencoba,
menyesatkan, atau menggunakan tindakan manipulatif. Semua taktik ini dapat dengan mudah
mengangkat interaksi dari diskusi yg tenang menjadi permusuhan yg pahit. Belum lagi, negosiasi
adalah usaha untuk menyelesaikaan konflik tanpa paksaan, tanpa pertengkaran. Lebih jauh lagi,
untuk mencapai keberhasilan, kedua belah pihak dalam negosiasi pada akhirnya pasti merasa
bahwa hasil tersebut merupakan yg terbaik yg dapat mereka capai, sehingga layak diterima dan
didukung.
8
BAB III
STRATEGI DAN PERENCANAAN NEGOSIASI
3.1 STRATEGI DAN PERENCANAAN NEGOSIASI
Dengan seting perencanaan dan target yang efektif, sebagian besar penego mampu
meraih tujuan mereka, dan tanpanya, maka pencapaian akan terjadi lebih daripada kesempatan
ketimbang usaha dari penego itu sendiri. Diskusi mengenai strategi dan perencanaan akan
dimulai dengan mengekplorasi broad process pengembangan strategi, dimulai dengan
mendefinisikan tujuan dan sasaran.
3.2 Tujuan – Fokus yang Menjalankan Strategi Negosiasi
Langkah pertama dalam mengembangkan dan melaksanakan sebuah strategi negosiasi
adalah dengan menentukan tujuan yang mana penego harus mengantisipasi tujuan apa yang ingin
mereka capai dalam negosiasi dan fokus pada bagaimana agar tujuan tersebut tercapai. Terdapat
dua efek dari tujuan dalam memilih strategi, efek langsung dan tak langsung.
Terdapat empat aspek bagaimana tujuan mempengaruhi negosiasi: pertama, harapan
bukanlah tujuan sebab tujuan lebih spesifik dengan target terfokus pada sesuatu yang secara
realitas dapat tercapai; kedua, tujuan seringkali berhubungan dengan tujuan pihak lainnya yang
membutuhkan manajemen untuk menyelesaikan konflik; ketiga, terdapat batasan pada
kemampuan mencapai tujuan yang menyebabkan penego harus mencari jalan keluar
alternatif atau menghentikan negosiasi; keempat, tujuan yang efektif adalah yang bersifat
konkrit, spesifik dan dapat diukur sebab ini mempengaruhi komunikasi yang kita lakukan untuk
membuat pihak lain memahami tujuan kita, memahami apa yang diinginkan pihak lain, serta
dalam menentukan apakah sebuah penawaran telah memenuhi kepuasan tujuan kita.
Efek tidak langsung dari sebuah tujuan terhadap pilihan strategi adalah pandangan yang
mencoba memandang mengenai dampak yang akan terjadi dalam jangka panjang. Dalam
mengembangkan dan menyusun strategi kita tidak diperbolehkan mengabaikan hubungan
sekarang atau masa depan dengan pihak lain hanya untuk mencapai hasil jangka pendek yang
hanya bersifat substantif. Misalnya adalah bagaimana kita menegosiasikan sesuatu dengan tetap
menjunjung kejujuran demi menjaga reputasi dan mengembangkan strategi tujuan dalam jangka
yang lebih jauh dan juga outcome yang jauh lebih memuaskan.
9
3.3 Strategi – Keseluruhan Rencana untuk Mencapai Suatu Tujuan
Setelah penego selesai dengan pengartikulasian tujuan, mereka akan bergerak pada
elemen kedua dalam rantai negosiasi, yakni menyeleksi dan mengembangkan sebuah strategi.
Sebab strategi adalah mengenai keseluruhan rencana untuk mencapai sebuah tujuan dalam
negosiasi dan tindakan berkelanjutan yang akan menjurus pada pencapaian keselurahan
tujuan. Ada beberapa macam strategi, diantaranya strategi situasional alternatif, strategi tak
terikat (penghindaran), dan strategi ikatan aktif (kompetisi, kolaborasi, dan akomodasi).
Terdapat orietasi dasar bagaimana penego menyelesaikan suatu konflik. Bagan di bawah
adalah model dari dual conern yang menawarkan alternatif strategi berdasarkan keutamaan yang
relatif dan juga prioritas dari dua dimensi persetujuan yang diharapkan.
Strategi tidak terikat (penghindaran) mengindikasikan adanya suatu alasan dan kondisi
yang menyebabkan seorang penego lebih baik memilih utuk tidak bernegosiasi, yakni ketika
proses negosiasi membawa pada outcome yang benar-benar buruk sehingga penego lebih
memilih untuk menghetikan negosiasi kendati utuk mencapai outcome-nya kemudian ia harus
kehilangan biaya dalam jumlah tertentu atau seorang penego yang memiliki alternatif (BATNA)
yang sangat kuat dalam bernegosiasi.
Dalam strategi ikatan aktif akan terjadi beberapa tipe strategi yakni kompetisi, kolaborasi,
akomodasi, dan penghindaran. Kolaborasi (yang bersifat win-win solution, integrative dan
negosiasi) merupakan kebalikan dari kompetisi yang bersifat win-lose solution, bargaining
,dan distributive. Sementara itu akomodasi semacam strategi kalah-menang dalam kompetisi
hanya saja terdapat suatu keseimbangan outcome. Yang dimaksud adalah suatu ketika pihak I
menang sementara pihak II mengalami kekalahan tetapi di lain kesempatan pihak II akan
menang sementara pihak I akan mengalami kekalahan. Pilihan ini diambil ketika yang
menjadi outcome utama adalah hubungan relasi jangka panjang.
Strategi berbeda dengan taktik. Hubungan antara keduanya adalah: taktik merupakan
subordinat dari strateegi; mereka terstruktur, langsung, dan dikendalikan oleh konsiderasi
strategis. Juga perlu diingat bahwa dalam menggunakan strategi tersebut kita harus menyadari
bahwa sebagian besar strategi negosiasi merefleksikan keragaman tujuan, intensitas, dan tekanan
situasional yang menyebabkan strategi “murni” seperti yang telah dijelaskan di atas menjadi
sangat sulit untuk diikuti.
Kolaborasi Akomodasi
Kompetisi Penghindaran
10
3.4 Memahami Jalannya Negosiasi: Stages dan Phases
Leonard Greenhalgh mengekspresikan sebuah model area negosiasi yang sangat relevan
pada negosiasi integrative. Terdapat tujuh langkah menuju proses negosiasi ideal.Pertama adalah
tahap persiapan yang didalamnya terdapat aktivitas dalam menentukan apa yang penting, tujuan,
serta memikirkan bagaimana caranya menjalin kerja sama dengan pihak lain. Tahap kedua
adalah relationship building, yakni mengetahui pihak lain, memahami bagaimana kamu dan
pihak lainnya dalam persamaan dan perbedaan, dan membangun komitmen melalui pencapaian
seting keuntungan mutual outcome. Ketiga adalah pengumpulan informasi di mana kamu harus
mengetahui mengenai isu, kebutuhan pihak lain, rentang kemungkinan persetujuan, dan
mempelajari resiko apa saja yang harus ditanggung jika gagal meraih persetujuan dengan pihak
lain. Fase keempat adalah saatnya penego menggunakan informasi yang di miliki untuk
meraih outcome dan perjanjian yang diinginkan. Pada fase selanjutnya terdapat penawaran yang
dilakukan penego dalam opening offer. Kemudian dilanjutkan pada fase keenam yaitu menutup
perjanjian dan padafase yang terakhir adalah pengimplementasian persetujuan dengan cara
menentukan apa saja yang harus dilakukan tepat setelah persetujuan tercapai.
3.5 Mengimplementasikan Strategi: Proses Perencanaan
Perencanaan yang efektif membutuhkan kerja keras dalam semua poin-poin yang
disebutkan di bawah ini:
 Menetapkan masalah yang harus diselesaikan pada negosiasi mendatang.
 Mengumpulkan isu dan menetapkan bargaining mix
 Menetapkan dan memahami kepentingan apa yang terletak dalam isu tersebut.
 Menetapkan batasan (yakni titik di mana kita akan berhenti) dan alternatif (perjanjian lain
yang dapat kita lakukan jika perjanjian ini mengalami kegagalan).
 Menetapkan target diri sendiri dan membuka penawaran pada awal diskusi.
 Memperkirakan konstituen dan kontek sosial di mana negosiasi terjadi. Dengan begitu
kita akan memahami apa yang pihak lain inginkan dari kita.
 Menganalisa pihak lain (tujuan, isu, strategi, kepentingan, batasan, alternatif, target,
pembukaan dan otoritas pihak lain).
 Merencanakan presentasi masalah dan pertahanan, yakni perencanaan yang meliputi
proses di mana kita akan hadir dan “menjual” ide-ide pada pihak lain (atau bias saja
terhadap pihak sendiri).
 Menetapkan protocol – kapan dan dimana negosiasi akan terjadi, siapa yang hadir,
agenda apa saja, dan lain sebagainya.
11
3.5 Analisis
Perencanaan merupakan aktivitas yang paling penting dalam negosiasi. Seperti yang telah
kita ketahui, penego seringkali mengalami kegagalan dalam melakukan perencanaan karena
beragam alasan. Sebab perencanaan sistematis bukanlah sesuatu yang dapat dengan mudah
diperkirakan, seringkali penego berada dalam suatu tekanan yang menyebabkan mereka harus
bertindak dengan sangat cepat dan ketika gagal mereka harus menerima resiko berupa biaya
yang harus dikeluarkan untuk mencapai suatu outcome tanpa melalui negosiasi. Ada juga situasi
dan kodisi dimana seorang negosiator harus memilih untuk tidak bernegosiasi untuk menghindari
pencapaian yang sangat mengerikan.
Perencanaan yang eektif akan membawa negosiasi pada suatu persetujuan kendati pada
faktanya perencanaan ini akan mengalami modifikasi dan pembaharuan saat proses negosiasi
berlangsung sesuai dengan perubahan lingkungan negosiasi. Seorang penego yang sangat hati-
hati merncanakan akan berusaha untuk megimplementasikan perencanaan dengan sangat baik
(poin 1-9 di atas). Ketika penego dapat menentukan dan mengevaluasi kesembilan faktor
tersebut, mereka akan mengetahui apa yang ia inginkan dan memiliki pandangan yang jelas
mengenai arah bagaimana proses negosiasi akan berlangsung.Pemahaman arah dan kepercayaan
diri yang dimunculkan darinya merupakan faktor penting yang akan mempengaruhi hasil dari
sebuah negosiasi.
Strategy : The Overall Plan to Achieve One’s Goals
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa goals dapat menentukan strategi yang
digunakan untuk mencapai goals itu sendiri. Dibawah ini akan dijabarkan mengenai beberapa
konsep yang berkaitan dengan strategi sebagai rencana keseluruhan untuk mencapai hasil yang
ditargetkan.
• Strategy vs Tactic
Konsep strategi sering diidentikkan dengan taktik, padahal keduanya memiliki makna
dan tingkatan yang berbeda. Taktik bersifat sementara dan cenderung adaptif, dan bersifat
mendukung strategi. Secara hirarkis, taktik merupakan kepanjangan dari strategi sehingga takti
merupakan subordinasi dari strategi yang telah ditentukan sebelumnya.
12
• Unilateral vs Bilateral Approach to Strategy
Dalam menyusun strategi, terdapat pendekatan unilateral yang bermaksud tidak
melibatkan pihak lain. Sedangkan pendekatan bilateral adalah dengan melibatkan beberapa pihak
lain dalam penyusunan strategi.
• Dual Concern Model as a Vehicle for Describing Negotiation Strategies
Ada dua pertanyaan fundamental yang sangat direkomendasikan untuk dijadikan
pertimbangan dalam menentukan strategi yang akan digunakan. Yang pertama adalah seberapa
besar perhatian aktor negosiasi terhadap hasil substantif negosiasi. Yang kedua adalah seberapa
besar perhatian para negosiator terhadap kualitas hubungan dengan pihak lain nantinya.
• Alternative Situational Strategies
Seorang negosiator harus mampu merespon keadaan dalam negosiasi secara cepat dan
tepat. Alternatif dalam strategi juga perlu dipertimbangkan jika dalam praktiknya terjadi suatu
hal yang di luar rencana.
• The Non-engagement Strategy : Avoidance
Ada kalanya dalam sebuah negosiasi, apa yang ingin dicapai tidak dapat dicapai. Dengan
demikian, hal yang paling rasional dilakukan adalah dengan meninggalkan proses negosiasi.
• Active-engagement Strategy : Competition, Collaboration, Accomodation
Negosiasi yang terjadi dapat berupa kompetisi yang bersifat distributif, ada pihak yang
menang dan kalah dan terjadi saling tawar-menawar. Negosiasi juga dapat berupa kolaborasi
yang berisfat integratif, berusaha untuk meraih kesepakatan yang menguntungkan semua pihak.
Negosiasi juga dapat berupa akomodasi yang hampir mirip dengan kompetisi namun satu pihak
memberikan kuasa kepada pihak lain untuk mengindari konflik.
13
BAB IV
PERSEPSI, KOGNISI, DAN EMOSI DALAM
NEGOSIASI
4.1 Hubungan antara persepsi dan proses negosiasi
Selama proses negosiasi, sangat penting untuk menjaga persepsi diantara pihak yang
terlibat. Sehingga penyampaian gagasan masing-masing pihak seharusnya harus dapat diterima
dengan jelas oleh pihak lawan. Sehingga tidak menimbulkan mispersepsi yang berakibat
terhadap kepentingan/ keputusan yang diperoleh tidak dapat sesuai dengan keinginan awal.
Yang dimaksud dengan 4 istilah berikut beserta contoh
 Stereotyping
Adalah adanya generalisasi terhadap suatu objek, sehingga negosiator akan memiliki
prasangka/ prejudifikasi terhadap objek yang memiliki faktor/ latar belakang tertentu tersebut
secara umum, ditandai dengan pemberian label, simbol ataupun identitas tertentu. Misalnya
adalah penilaian terhadap negosiator tertentu yang berasal Jepang, yang mana adalah tipe to the
point, dengan anggapan terhadapnya sebagai orang yang kurang berinteraksi, tidak terlalu ramah,
dan sebagainya.
 Efek Halo
Persepsi yang muncul akibat dari latarbelakang seorang negosiator yang telah dipercaya oleh
lawan negosiator, misalnya adalah presiden Sukarno, dalam mengikuti konferensi internasional,
akan dinilai sebagai sosok yang kharismatik dan tangguh, yang tercermin dari usahanya
memperjuangkan NKRI.
 Persepsi Selektif
Merupakan persepsi yang telah tersaring dengan suatu faktor yang dipengaruhi atas
preferensi negosiator itu sendiri. Misalnya persepsi bahwa negosiasi akan cenderung lebih
mudah dilakukan dengan orang yang to the point, maka lawan negosiator yang memiliki
indikasi/ ciri-ciri to the point akan dianggap lebih mudah diajak bernegosiasi, misalnya tegas
dalam menyampaikan gagasan dan serius dalam menghadapi negosiator lawan.
 Proyeksi
merupakan hasil yang hendak dicapai atau yang dijadikan asumsi dasar dan digunakan
sebagai rancangan/ pedoman yang ingin dicapai selama proses negosiasi, seperti negosiasi
14
Indonesia dengan Malaysia mengenai wilayah, proyeksinya bahwa Indonesia harus memiliki
kemampuan hingga tingkat tertentu sehingga dapat mencapai hasil semaksimal mungkin.
4.2 Pengertian kognisi dan emosi, serta apa yang diharapkan dari keduanya
Kognisi adalah aspek yang harus diperhatikan dan dipahami antar negosiator yang
mencakup latar belakang serta minat, target mauun perspektif. Sehingga tercipta persepsi yang
benar dan bukan mispersepsi yang tidak diharapkan terjadi.
Emosi adalah aspek psikologis negosiator yang harus dijaga tetap dalam sisi yang positif,
sehingga menciptakan konsekuensi terjadinya negosiasi yang lebih integratif dan kesepahaman
atas sikap positif satu sama lain.
Yang diharapkan dari keduanya, bahwa dengan adanya emosi yang positif sehingga
menciptakan suasana yang nyaman dan kondusif serta dukungan kognisi yang mencakup
berbagai aspek yaitu minat, target mauun perspektif dengan saling memahami antar pihak
negosiator, maka akan menciptakan proses dan hasil negosiasi yang optimal antara kedua belah
pihak
4.3 Bias kognitif dalam negosiasi
Kesalahan secara sistematis yang dilakukan oleh negosiator akibat dari misinterpretasi
terhadap informasi yang diperoleh selama proses negosiasi, sehingga dinilai memiliki
kecenderungan menghalangi proses negosiasi dengan hasil yang kurang optimal.
4.4 12 Bias Kognitif Dalam Negosiasi Dan Cara Mengatasinya
 Eskalasi komitmen yang irrasional, tindakan yang diambil negosiator yang sudah
tidak mempedulikan apa yang perlu dievaluasi, karena tindakan yang sama terus
dilakukan tanpa melihat bagaimana hasil yang telah dicapai, sehingga hasilnya
tidak optimal bahkan sia-sia. Hal ini dapat diatasi dengan adanya penasihat yang
dapat memberikan pencerahan bahwa tindakan tersebut sudah tidak lagi optimal
dan hanya membuang sumber daya.
 Keyakinan pada harga mati (rigid), menganggap bahwa hasil yang dicapai dalam
nnegosiasi tidak sesuai yang diharapkan atau kebuntuan, sehingga tidak
melakukan tindakan lain dengan asumsi bahwa tindakannya akan sia-sia. Dapat
diatasi dengan memberikan dukungan terhadap negosiator dengan mencari
15
tindakan alternatif yang diyakini akan berhasil. Pengarahan dan penyesuaian,
merupakan penilaian atas input yang diterima negosiator tersebutbertolak
belakang dengan kepentingan awalnya, sehingga cenderung untuk mengambil
tindakan penyesuaian yang berlawanan/ skeptis, atau mempertimbangkan kembali
tindakan apa yang perlu diambil, persiapan dengan bantuan advokat berlawanan
atau pemeriksaan realitas diharapkandapat mencegah bias tersebut.
 Pembingkaian Isu dan Resiko, dalam menggunakan perspektif saat proses
negosiasi, maka akan ada kemungkinan yang menyebabkan negosiator harus
menghindari tindakan tertentu sehinggga terkesan “cari aman”/ tidak mengambil
resiko, dihindari dengan kepekaan terhadap bias, pemahaman informasi dan
analisa menyeluruh sehingga diterima bahwa resiko itu pasti dan pencapaian
lebih tinggi dapat dicapai.
 Ketersediaan Informasi, bahwa informasi yang disampaikan dalam proses
negosiasi harus dapat dengan mudah didapatkan/ diterima oleh negosiator lawan
sehingga juga memudahan dalam evaluasi selanjutnya. Maka dengan cara
penyampaian yang menarik dan atraktif dinilai akan mempermudah penerimaan
serta membuatnya mudah diingat.
 Kutukan pemenang, ketidakpuasan yang muncul atas kemudahan terhadap
keberhasilan selama proses negosiasi, sehingga menganggap apakah memang
dalam negosiasi terlalu banyak power/ resource yang dikeluarkan terhadap
negosiator lawan, atau seharusnya ada kesepakatan yang senderung lebih baik dan
menguntungkan. Untuk mengatasinya,persiapan menyeluruh dan investigasi
terhadap isu hingga opsi alternatif/ keuntungan yang lain dalam negosiasi yang
dinilai cenderung lebih baik.
 Kepercayaan diri berlebih, memiliki segi positif yaitu menguatkan persepsi
negosiator status/ posisi yang dimiliki, tetapi dampak negatifnya adalah
menganggap terlalu mudah proses negosiasi tersebut dilakukan dan dengan hasil
yang optimal, sehhingga negosiator memiliki kecenderungan untuk lengah dan
hasil yang didapatkan justru sebaliknya. Maka sebaiknya, proporsionalitas atas
percaya diri, kemampuan, persiapan, dan analisa terhadap power/ resource perlu
dijaga.
16
 Hukum angka kecil, dalam melakukan tindakan dan mengambil keputusan hanya
berasal dari pertimbangan yang terlalu sedikit, atau kurangnya aspek/ faktor lain
yang perlu diperhatikan serta sampel/ hasil data yang sedikit. Sehingga
mengakibatkan ketidakakuratan tindakan/ keputusan tersebut. Maka hendaknya
mengambil banyak faktor yang perlu diperhatikan serta analisa yang mendalam
supaya hasilnya akurat dalam berbagai kondisi.
 Bias pelayanan diri, pemberian atribut terhadap tindakan negosiator tertentu yang
berlatarbelakan atas faktor internal yang dialami oleh negosiator tersebut,
sehingga kurang memperhatikan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi
tindakan/ sikap yang muncul. Hendaknya sebagaimana sebelumnya,
memperhatikan apa yang ada dari segala aspek sehingga dapat dianalisa secara
dalam dan didapatkan apa yang benar dan merupakan penyebabnya.
 Pengaruh dukungan, dengan adanya dukungan akan meningkatkan keyakinan/
optimis terhadap hasil negosiasi, sehingga akan berakibat seperti poin
kepercayaan diri berlebih diatas, dan mengganggu pencapaian kesepakatan yang
paling baik. Maka dukungan tersebut harusnya disikapi sebagai motivasi eksternal
seorang negosiator dalam mewujudkan kepentingan, bukan hanya resource yang
tersedia.
 Mengabaikan kognisi pihak lain, yaitu dengan sikap negosiator yang kurang/
tidak memperhatikan pemikiran dan persepsi pihak lai, sehingga persepsi dirinya
terhadap pihak lain akan tidak harmonis sehingga terjadi kesalahan penafsiran apa
sikap/ tindakan yang hendak diambil oleh negosiator lawannya. Maka seorang
negosiator hendaknya berusaha untuk memahami secara akurat latar belakang
baik itu minat, target mauun perspektif negosiator lawannya.
 Proses devaluasi reaktif, penggunaan dasar emosionalitas dan ketidakpercayaan
terhadap pihak lain serta cenderung subjektif. Sehingga akan menilai rendah dan
mendevaluasi konsesi pihak lawan. Maka, seorang negosiator hendaknya
menjunjung tinggi objektivitas proses negosiasi dan menghindari penggunaan
dasar emosi maupun prasangka yang buruk.
17
BAB V
KOMUNIKASI DALAM NEGOSIASI
5.1 Komunikasi
Diartikan sebagai kegiatan penyampaiaan pesan dari komunikator kepada komunikan
dengan tujuan tertentu. Pesan dapat disampaikan dalam bentuk: Lisan, tulisan, audio visual,
ataupun gabungan ketiga-tiganya.
Dalam kegiatan komunikasi yang sangat perlu diperhatikan pola komunikasi sangat
menentukan pili-han kata yang dipergunakan.
Komunikasi lain adalah komu-nikasi yang berlangsung dalam bahasa simbol dan kata-
katanya memiliki makna ganda. Di situ hanya orang-orang tertentu saja bisa mengerti atas
pilihan kata-kata atau idiom yang digunakan. Dalam berkomunikasi sering terganggu oleh
percampuradukan antara fakta dan opini.
5.2 Komunikasi Teknik Negosiasi
Sebagai mana kita sering mendengar negosiasi diartikan sebagai proses yang melibatkan
upaya sese-orang untuk merubah atau tidak merubah sikap dan perilaku orang lain. Sedangkan
pengertian yang lebih terinci menunjukkan bahwa negosiasi merupakan proses untuk mencapai
kesepakatan yang menyangkut kepen-tingan timabal balik dari pihak-pihak dengan sikap, sudut
pandang, dan kepentingan-kepentingan yang ber-beda satu sama lain. Negosiasi, baik yang
dilakukan oleh seorang pribadi dengan pribadi lainnya, maupun negosiasi antara kelompok
dengan kelompok (atau antar pemerintah), senantiasa melibatkan pihak-pihak yang memiliki
latar belakang berbeda dalam hal wawasan, cara berpikir, corak perasaan, sikap dan pola
perilaku, serta kepentingan dan nilai-nilai yang dianut. Pada hakikatnya negosiasi perlu dilihat
dari konteks antar budaya dari pihak yang mela-kukan negosiasi, dalam artian perlu komunikasi
lisan, kesedian untuk memahami latar belakng, pola pemikiran, dan karakteristik masing-masing,
serta kemudian berusaha untuk saling menyesuaikan diri.
18
Agar dalam berkomunikasi lebih efektif dan mengena sasaran dalam negosiasi bisnis
harus dilak-sanakan dengan melalui beberapa tahap yakni:
1. Fact-finding, mencari/mengumpulkan fakta-fakta.data yang berhubungan dengan
kegiatan bisnis lawan sebe-lum melakukan negosiasi.
2. Planning / rencana, sebelum berne-gosiasi/berbicara susunlah dalam garis besar pesan
yang hendak disampaikan. Berdasarkan kerangka topik yang hendak dibicarakan rincilah
hasil yang diharapkan akan teraih. Berdasarkan pengenalan anda terhadap lawan tersebut,
per-kirakan/bayangkan kemung-kinan reaksi penerima pesan/lawan berbicara terhadap
apa yang anda katakan.
3. Penyampaian, lakukan negosiasi/ sampaikan pesan dalam bahasa lawan/sipenerima.
Usahakan gunakan istilah khas yang bisa dipakai oleh lawan negosiasi kita. Pilihlah kata-
kata yang mencer-minkan citra yang spesifik dan nyata. Hindari timbulnya makna ganda
terhadap kata yang disampaikan.
4. Umpan balik, negosiator harus menguasai bahasa tubuh pihak lawan. Dengarkan baik-
baik reaksi lawan bicara. Amati isyarat prilaku mereka seperti: angkat bahu, geleng–
geleng kepala, mencibir, mengaggguk setuju. Umpan balik dapat untuk mengetahui
samakah makna yang disampaikan dengan yang ditangkap lawan negosiasi bisnis kita.
5. Evaluasi, perlu untuk menilai apakah tujuan berkomunikasi/ negosiasi sudah tercapai,
apakah perlu diadakan lagi, atau perlu menggunakan cara-cara untuk mencapai hasil yang
lebih baik.
Meskipun pesan yang disam-paikan dapat diterima dengan baik, bukan berarti hasil yang
diharapkan akan diperoleh sesuai dengan yang direncanakan semula. yang sering terjadi justeru
perbedaan pandangan terhadap cara penyelesaian masalah antara pemberi dan penerima pesan.
Sehingga diperlukan pembicaraan lebih lanjut, yang memerlukan perjua-ngan tersendiri bagi
pengirim pesan dalam menyampaikan dan memenang-kan pendapatnya.
19
Kalau terjadi adu pendapat antara negosiator dengan pihak lawan maka timbul dorongan
untuk menang. Keinginan untuk menang disatu sisi dengan mengabaikan kekalahan dipihak
lainnya, biasanya sulit tercapai. Untuk itu digunakan strategi menang-menang. Artinya ada
sebagian keinginan kita yang dikorbankan dengan mengharapkan pihak lawan juga akan
mengorbankan hal yang sama, sehingga kesepakatan diantara kedua belah pihak dapat tercapai.
Kontak permulaan merupakan fase yang sangat penting guna membangun hubungan personal
yang berkelanjutan. Kontak permulaan lewat korespodensi, faksimile atau telepon dianggap
sebagai cara yang kurang efektif atau tepat. Kebanyakan perusahaan menanggapi dengan
lamban, bahkan seringkali tanpa respon. Hal ini terjadai pertama kerana hambatan bahasa dan
komunikasi terutama untuk perusahaan-perusahaan kecil dan menengah yang tidak terbiasa
membuat kontak langsung dengan perusahaan asing. Kedua, surat menyurat tidak memberi
informasi yang cukup. Tanpa informasi yang cukup, kontak dagang sulit dilakukan dan negosiasi
mengalami kegagalan. Hal kecil yang tidak bisa disepelekan dalam kontak permulaan adalah
kebiasaan menukar kartu nama.
20
BAB VI
MENEMUKAN DAN MENGGUNAKAN KEKUATAN
NEGOSIASI
6.1 MENEMUKAN DAN MENGGUNAKAN KEKUATAN NEGOSIASI
Kebanyakan dari para negosiator mempercayai pentingnya kekuatan bernegosiasi
karenadianggap dapat memberikan manfaat bagi mereka yan diperoleh dari pihak lain. Menggali
kekuatanbernegosiasi biasa muncul dari satu atau dua persepsi:
1. Para negosiator mempercayai bahwa mereka memiliki sedikit kekuatan bernegosiasi
disbandingdengan pihak lain yang telah memperoleh manfaat, sehingga mereka menggali
kekuatan untukmenutup kerugian atau mengimbangi keuntungan lainnya.
2. Para negosiator mempercayai bahwa mereka membutuhkan kekuatan lebih disbanding
pihak lain, sehingga mereka memperoleh manfaat bagi dirinya sendiri dalam negosiasi
berikutnya.
Pada umumnya, para negosiator yang tidak peduli terhadap kemampuan mereka atau
mereka yang telah mencocokkan tinggi rendahnya tingkat kemampuan – yang menemukan
bahwa proses deliberasi dengan pendorong yang lebih baik dan secara sederhana melalui sebuah
kepuasan yang secara seimbang dan hasil yang diterima. Kebalikannya, para negosiator yang
peduli terhadap kemampuan mereka dan menggali untuk mencocokkan atau menghasilkan
kemampuan yang lainnya biasanya memungkinkan mendapatkan sebuah solusi yang tidak
keluar dari negosiasi (sebuah bentuk pertahanan) atau mendominasi negosiator (sebuah
bentuk penyerangan).
Secara luas, orang-orang memiliki kekuatan dimana mereka menggunakan kekuatan
untuk menghasilkan sesuatu yang mereka inginkan atau kekuatan untuk mendapatkan sesuatu
dengan cara mereka. terdapat dua perspektif kemampuan, yaitu kemampuan mendominasi dan
mengendalikan pihak lain (lebih mengacu kepada konteks penawaran penyaluran) dan
21
kemampuan tersebut digunakan untuk bekerja sama dengan pihak lain (lebih mengacu kepada
konteks negosiasi penggabungan).
Dari sudut pandang pemegang kekuasaan, perspektif pertama bertolak belakang dengan
pengertian kekuatan berlebih, yang menerapkan bahwa kekuatan pada dasarnya mendominasidan
memaksa. Dari sudut pandang pihak lain, penggunaan kekuatan tersebut menerapkan
kurangnyakekuatan dan bergantung pada hasil akhir yang didapat. Pergerakan hubungan
kekuasaan ini dapatberkisar antara keramahan dan dukungan (seperti banyaknya hubungan-
hubungan pengawasan) untuk menindas dan menekan (dianggap seperti orang tua yang dictator).
Dari sudut pandang yang kedua,sudut pandang pelaku kekuasaan menyarankan kekuatan
bersama, mengimplikasikan bahwa kekuasaan tersebut memegang peranan penting dalam
membangun dan membagi kekuasaan dengan pihak lain.
22
BAB VII
PENGARUH NEGOSIASI
7.1 Tujuan Pengaruh Negosiasi
 Memahami prinsip-prinsip pengaruh yg berhasil
 Mengeksplor dinamika “dua rute” menuju pengaruh yg berhasil.
 Mempertimbangkan beragam alat dan teknik pemberi pengaruh yg ada melalui masing-
masing rute.
 Memperoleh pemahaman yg lebih luas mengenai beragam alat pemberi pengaruh yg
tersedia bagi negosiator.
7.2 Dua Rute Menuju Pengaruh: Model Yang Mengorganisasi
Salah satu cara memahami bagaimana orang-orang dipengaruhi oleh orang lain adalah
dengan menggambarkan model komunikasi tradisional yg berfokus pada isi dan karakteristik
pesan yg disampaikan oleh pengirim yg di yakini, diterima, atau dipahami oleh si penerima.
Cara alternatif-pendekatan yg kita pilih disini-berdasarkan pada pemahaman yg lebih
kontemporer mengenai bagaimana pengaruh dan persuasi bekerja. Secara umum orang-orang
berpengaruh dengan dua cara:
1. Cara pertama terjasi secara sadar dan melibatkan pemikiran aktif mengenai pesan yg
memberikan pengaruh dan mengintegrasikannya ke dalam struktur kognitif individu yg
telah ada sebelumnya.
2. Rute kedua menuju persuasi, rute peripheral, dicirikan dengan petunjuk dan konteks
halus dengan pemikiran dan memrosesan kognitif terhadap pesan yg lebih sedikit.
23
Dalam bab ini, kita membahas sejumlah mekanisme pengaruh yg dapat digunakan seseorang
dalam negosiasi. Kita membahas bagaimana penerima-target pengaruh-dapat menghindari
pengaruh dengan mengeksplorasi kebutuhan dan kepentingan pihak lain atau dengan menolak
efek-efek persuasif pesan yg disampaikan. Negosiator yg efektif tidak hanya terampil dalam
membuat pesan persuasif, tetapi juga memainkan peranan “konsumen” pesan yg di arahkan
pihak lain.
24
BAB VIII
ETIKA DALAM BERNEGOSIASI
8.1 Etika Negosiasi
 Lies
Subject matter berbohong (kebohongan) dalam negosiasi diantaranya konstrain, alternative,
wewenang untuk negosiasi, komitmen, penerimaan tawaran lawan negosiasi, tekanan waktu dan
sumber daya yang tersedia. Dalam kriteria golden rule berbohong diperbolehkan jika hal tersebut
meruapakan satu-satunya cara untuk mencegah bahaya yang lebih besar.
 Ulitarianism
Menghubungkan perilaku berbohong dengan konsekuessi yang akan timbul dari perbuatan
tersebut. Dalam universalism berbohong merupakan suatu perbuatan yang tidak dapat
dibenarkan. Distributive justice memandang bahwa berbohong dapat meningkatkan kesemapatan
untuk membuat keputusan yang tidak dapat memnuhi kepentingan dengan baik dan juga
berbohong dapat mengurangi kebebasan untuk bertindak.
 Puffery
Puffery ini berkaitan dengan melebih-lebihkan sesuatu seperti cost atau kondisi. Negosiator
melebih-lebihkan mulai dari alternative, apa yang mereka ingin dapatkan atau disiapkan akan
didapatkan, pentingnya isu. Seperti berbohong, melebih-lebihkan juga dimaksudkan untuk
menipu dan mengambil manfaat dari biaya yang ditanggung lawan negosiasi.
 Deception
Penipuan yang dimaksud yaitu janji palsu, ancaman, permintaan pertama yang berlebihan,
tidak peduli dengan fakta yang ada, atau meminta sesuatu yang tidak diinginkan. Deception ini
tidak sesuai dengan keempat kriteria etis tersebut.
 Weaking the opponent
Membuat pihak lawan lemah biasanya melibatkan kebohongan, penipuan, dan melebih-
lebihkan. Negosiator akan mengeliminasi beberapa alternative pihak lawan, menyalahkan pihak
lawan atas tindakannya, menggunakan pernyataan abrasive secara personal.
25
 Strengthening one’s own position
Teknik ini didesign untuk memperbaiki posisi sendiri tanpa melakukan sesuatu yang
merugikan atau membahayakan pihak lawan, biasanya melibatkan resource yang dimiliki,
misalnya expertise, financial, dan aliansi.
 Nondisclosure
Prinsipnya hanya mengungkapkan fakta hanya sebagian, gagal untuk mengungkapkan
fakta yang tersembunyi, gagal untuk membenarkan salah persepsi pihak lawan, atau
menyembunyikan posisi negosiator itu sendiri.
 Information exploting
Informasi yang disediakan pihak lawan digunakan untuk mengeksploitasi kelemahannya atau
membuat lemah aliansinya.
 Change of mind
Teknik ini menerima untuk merubah permintaan, menarik dari tawaran yang dijanjikan, atau
melakukan ancaman terhadap pihak lawan. Kitadiperbolehkan untuk merubah pemikiran (change
of mind) selama tidak memutuskan komitmen atau kesepakatan.
 Distraction
Distraction ini merupakan tindakan atau pernyataan yang dapat menjadi sederhana (simple)
seperti menyediakan informasi yang dilebih-lebihkan, meminta banyak pertanyaan, menghindari
pertanyaan, atau mengubur atau menyembunyikan isu yang terjadi.
 Maximitation
Yang termasuk perilaku ini yaitu meminta pihak lawan untuk membuat konsesi yang
hasilnya menguntungkan kita, atau sama untungnya atau pihak pihak lawan menanggung
kerugian yang lebih besar. Maksimisasi ini juga biasanya berubah win-win negotiation menjadi
win-lose negotiation.
8.2 Menerapkan Etika ke dalam Negosiasi
 Rigid negotiation
Negosiasi yang tidak etis akan mengorbankan beberapa fleksibilitas, kreativitas, ide dari
pihak lain. Dengan demikian, negosiator akan terjebak pada pendekatan rigid negotiation yang
akan dimanfaatkan lawan negosiasinya.
26
 Damaged relationship
Ketika negosiasi dilakukan secara tidak etis maka akanada yang dijadikan korban dari hasil
negosiasi tersebut dan hubungan dari pihak yang negosiasi tersebut dapat rusak di masa depan
karena ada pihak yang merasa dirugikan.
 Suilled reputation
Kadang opposing negotiation merupakan perilaku yang tidak etis dan mengharapkan orang
lain untuk berperilaku tidak etis dan kemudian di masa depan dia akan menyerang kembali pihak
lawannya.
 Lost opportunities
Negosiasi yang tidak etis tidak hanya menghasikan keputusan yang tidak win-win solution
tetapi juga menginterfensi diskusi yang membawa isu-isu baru yang akan menguntungkan kedua
belah pihak.
Dalam negosiasi dan diplomasi, persuasi mengambil peran yang penting. Karena tujuan
dari negosiasi adalah agar kepentingan negara yang bernegosiasi dapat tercapai. awal dari
persuasi adalah membangun hubungan baik dengan negara lain. Hubungan yang baik antar
perwakilan negara mensyaratkan adanya kontak manusia. Kementerian luar negeri secara resmi
telah memulai perundingan secara langsung dengan satu yang lainnya terutama ketika sudah
berada dalam satu insititusi regional, mereka sering bertemu untuk melakukan rapat dan
mengembangkan jaringan personal. Ketika hubungan antara orang per orang membaik dan
terjalin persahabatan diantara mereka maka institusi yang dibawa akan bisa secara otomatis
semakin mudah untuk dilibatkan. Meskipun hubungan yang mereka jalin secara resmi masuk
dalam jaringan kementrian, akan terjalin hubungan persahabatan.
Di situasi yang berbeda ketika hubungan formal untuk memecahkan masalah akan
tertutup, jaringan persahabatan yang sudah dibangun memainkan peranannya. Tidak ada
keraguan bahwa informasi yang berat akan jarang dikeluarkan. Pemimpin yang menikmati
persahabatan, sebut saja diantara negara G-8, semakin sering membentuk kontak personal, akan
membuat pertemuan di konferensi semakin baik. Setiap diplomat tergantung dari kontak
personal. Sehingga dibutuhkan kredibilitas dan kepribadian yang baik, ketika kepercayaan sudah
didapat semakin mudah bagi diplomat untuk dipercaya. Esensi dari persuasi adalah untuk
membangun hubungan yang dalam dengan aktor kunci yang akan memberikan banyak hal pada
situasi tertentu, baik di dalam negara maupun negara penerima. Diplomat secara bertahap
menambah kontak, akan tetapi juga memiliki prioritas untuk sosok pembuat keputusan dan
pengubah keadaan. Persuasi adalah jantung dari proses diplomasi, dan itu tergantung pada
kredibilitas, dan kualitas komunikasi inter-personal diplomat itu sendiri berfungsi dengan efektif.
Tidak ada yang lebih penting dari kemampuan diplomat untuk bekerja melewati batas budaya.
27
Untuk persuasi dapat berjalan dengan baik maka dibutuhkan komunikasi yang baik pula.
Komunikasi merupakan salah satu aspek yang penting. Komunikasi dalam diplomasi seperti
darah dalam tubuh manusia. Ketika darah berhenti mengalir maka manusia akan mati, begitu
juga dengan komunikasi. Ketika komunikasi dalam diplomasi berhenti, proses diplomasi akan
mati, dan sebagai hasilnya konflik kekerasan terjadi. Komunikasi sosial termasuk komunikasi
diplomatik, terdapat perpindahan pesan yang mana didalamnya terdapat pesan. Pesan ini bisa
verbal atau nonverbal. Verbal komunikasi seperti pembicaraan langsung antara satu orang
dengan yang lainnya. Nonverbal komunikasi atau bahasa tubuh juga mengambil peranan yang
penting di dalam komunikasi diplomatik. Bahasa tubuh terlihat dari gestur masing-maisng orang.
seperti berjabat tangan, secara umum dipakai untuk menggambarkan hubungan antar negara.
Komunikasi nonverbal memiliki keuntungan, ia dapat menarik perhatian audience dibanding
dengan komunikasi verbal.
Selain itu juga banyaknya informasi yang diketahui oleh diplomat mengambil peranan
yang penting. Salah satu dari inovasi penting yang dibawa oleh diplomasi pada era Renaissance
yaitu tumbuhnya kebutuhan tidak hanya untuk mengirim pesan akan tetapi untuk mengumpulkan
informasi mengenai negara lain. Sejak saat itu mengumpulkan informasi merupakan fungsi dasar
dari modern diplomasi. Secara tidak langsung tersirat pada Konvensi Vienna tentang Hubungan
Diplomasi pada tahun 1961. Namun saat ini ada pertanyaan yang muncul dengan kemajuan
teknologi informasi dan komunikasi hal itu secara otomatis mengurangi fungsi diplomat sebagai
pencari informasi. Namun tidak semuanya yang disampaikan oleh media itu adalah benar. Tidak
semua informasi diketahui oleh media meskipun media terus menerus memperbarui beritanya.
Sehingga fungsi diplomat sebagai pencari informasi tidak dapat digantikan oleh media apapun.
Media sebagai pelengkap tetapi bukan pengganti informasi yang dikumpulkan lewat jaringan
diplomatik.
Selain itu juga dalam negosiasi diplomasi bahasa adalah alat komunikasi. Bahasa Inggris
merupakan bahasa internasional yang juga berlaku dalam ranah diplomasi dan negosiasi. Dalam
sebagian besar kasus, hal ini tentu memberikan peluang kepada mereka yang native English-
speakers. Namun berbeda daerah atau penggunaan terhadap bahasa tersebut akan memberikan
masalah kepada para native English-speakers. Sebagai contohnya, ketika seorang Amerika
mengatakan ‘grass’ yang berarti adalah rumput, namun bagi orang Inggris, ‘grass’ dapat menjadi
kata kerja yang berkaitan dengan aparat penegak hokum. Selain itu, factor perbedaan usia,
tingkat pendidikan, gender, juga mempengaruhi interaksi.
Bagi mereka yang merupakan native English-speaker, bahkan merupakan hal yang penting bagi
mereka untuk menggunakan bahasa yang tepat agar tidak terjadi kesalahpahaman bagi pihak lain
untuk memahaminya. Menanyakan pertanyaan tentang apa arti kata-kata dan frase yang
didengarkan atau dibaca merupakan hal yang perlu untuk dilakukan apabila tidak dapat benar-
benar memahaminya. Namun yang lebih sulit adalah, apabila kita berasumsi bahwa kita mengerti
apa yang kita dengar dan baca hanya karena persamaan bahasa yang digunakan padahal memiliki
makna yang berbeda sehingga kesalahpahaman dapat dengan mudah terjadi.
28
Native English-speaker biasanya mengalami kendala apabila mereka bernegosiasi dalam bahasa
inggris dengan mereka yang tidak menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa utamanya.
Karena keakuratan dalam pertukaran informasi adalah hal terpenting dalam bernegosiasi, maka
kita perlu waspada terhadap segala perjanjian dengan bertanya langsung mengenai perjanjian
tersebut, karena bahasa yang digunakan dalam perjanjian tersebut adalah bahasa Inggris
misalnya, maka perlu dipastikan apakah keduabelah pihak memiliki persepsi yang sama akan
perjanjian tersebut. Terutama apabila perjanjian tersebut dibuat dengan mereka yang tidak
menggunakan bahasa Inggris dalam kehidupan sehari-hari
Situasi juga akan menjadi lebih sulit apabila partner dalam bernegosiasi sama-sama
menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa utamanya dan tidak mengerti bahasa lainnya,
karena tidak ada dari mereka yang bisa menerjemahkan menjadi bahasa pihak kedua, dan
sebaliknya, Sehingga lebih baik apabila dalam bernegosiasi dengan pihak yang merupakan non-
native English speakers, seorang native English-speaker mempunyai mitra yang dapat menguasai
bahasa asing yang dapat lebih baik dimengerti oleh non-native English Speakers dalam membuat
kesepakatan.
Tidak hanya teori saja yang harus kita kuasai akan tetapi ada banyak hal agar perjalanan
negosiasi dan diplomasi yang dilakukan suatu negara dapat berhasil dengan baik. Diantaranya
ada etika internasional yang mengatur bagaimana tata cara dalam bernegosiasi, ada pula pola
yang diberikan oleh dunia internasional. Selain itu persuasif merupakan jantung dari proses
diplomasi itu sendiri karena dalam diplomasi kita memperjuangkan kepentingan dan
mempengaruhi negara lain agar mendukung kepentingan kita. Namun didalam persuasi pasti
dibutuhkan komunikasi, komunikasi yang baik akan membentuk hubungan yang baik pula.
Berkomunikasi sudah tentu membutuhkan alat yaitu bahasa. Bahasa adalah salah satu aspek yang
penting juga agar komunikasi dapat berjalan dengan baik.
29
BAB IX
HUBUNGAN DALAM NEGOSIASI
9.1 Kecukupan Dan Pendekatan Yg Dibangun Terhadap Penelitian Untuk Memahami
Negosiasi Dalam Hubungan.
a) Negosiasi dalam hubungan terjadi setiap saat. Satu cara mengubah
negosiasi distributif menjadi yang integrative adalah bagi para pihak untuk
berkesempatan dalam menuai keuntungan atau hadiah. Di dalam
hubungan, pihak-pihak dapat melakukannya dengan mudah. Menjadi
variabel penting dalam bernegosiasi di dalam hubungan; mengerti
bagaimana pihak-pihak membenahi atau melakukan trade-off masalah-
maslah setiap saat mungkin menjadi hal penting untuk mengatu situasi-
situasi yang sulit.
b) Negosiasi sering kali bukanlah jalan untuk mendiskusikan sebuah
masalah, tetapi cara untuk belajar lebih banyak tentang pihak lain
dan meningkatkan saling ketergantungan. Dalam negosiasi
transaksional, pihak-pihak mencari celah untuk mendaptkan infomasi,
sehinggan mereka dapat membuat kesepakatan yang lebih baik. Dalam
sebuah hubungan, mengumpulkan informasi tentang gagasan, keinginan,
dan prioritas yang pihak lain sering kali menjadi aktivitas yang paling
penting.
c) Resoulusi dari masalah-masalah distributive yang sederhana
memiliki implikasi untuk masa depan. Penyelesaian dari masalah
negosiasi siapa pun dapat menciptkan preseden yang tidak diinginkan atau
tidak disengaja. Semakin banyak pihak-pihak mempelajari satu sama lain,
semakin rentan atau tergantung sama lain.
d) Isu-isu distributing dalam negosiasi hubungan dapat memanas secara
emosional. Jika satu pihak merasa kuat tentang masalah atau yang lain
bertindak secara provokatif, pihak-pihak yang terlibat akan sangat marah
terhadap satu sama lain. Mengekspresikan kemarahan tersebut dengan
jelas membuat negosiasi menjadi sulit untuk mencapat kesepakatan.
e) Negosiasi dalam hubungan dapat saja tidak pernah berakhir. Salah
satu keuntungan dari negosiasi dalam sebuah permainan atau simulasi
adalah bahwa terdapat akhir yang jelas. Pada kenyataannya, banyak
partisipan dalam pencobaan negosiasi laboratorium dapat
30
mengembangkan strategi khusus mengenai cara mereka akan memainkan
‘permainan akhi’; seringkali meninggalkan strategi yang kooperatif untuk
mendapatkan yang lain pada gerakan terakhir. Memiliki beberapara
konsekuensi:
 Pihak-pihak dapat menunda negosiasi atau masalah-masalah untuk
memulai dalam pijakan yang tepat.
 Mencoba mengantisipasi masa depan dan menegosiasikan
semuanya di awal seringkali tidak mungkin.
 Isu-isu terhadap pihak yang benar-benar setuju tidak akan pernah
pergi.
f) Dalam banyak negosiasi, orang lain merupakan masalah utama. Teori
perspektif yang terkenal mengenai negosiasi integratif mengajarkan bahwa
untuk menjadi efektif, para negosiator harus ‘memisahkan orang dari
masalah’.
g) Dalam beberapa negosiasi , pemeliharaan hubungan merupakan
tujuan negosiasi yang terlalu dipaksakan, dan pihak-pihak dapat
membuat konsensi terhadap masalah-masalah substansial untuk
memelihara/meningkatkan hubungan. Resolusi yang mungkin terhadap
negosiasi ‘orang adalah masalahnya’ merupakan resoulusi di mana salah
satu atau kedua pihak sebenarnya dapat membuat konsensi utama terhadap
masalah-masalah yang substansif cenderung untuk memelihara hubungan.
9.2. Bentuk-Bentuk Hubungan
Sebuah hubungan perlu di analisis pola-pola atau bentuk-bentuknya yang dapat
mempengaruhi suatu negosiasi agar dapat berkembang.salah satu karakteristik dari hubungan
adalah bahwa tindakan-tindakan masing-masing pihak merupakan penyebab utama yang
memunculkan perilaku pihak lain. Bagaimana orang-orang bereaksi terhadap pengaruh tersebut
tergantung pada tipe hubungan yang mereka miliki.
9.2.1. EMPAT BENTUK HUBUNGAN PALING PENTING
Fiske (1991) berpendapat bahwa terdapat empat tipe hubungan yang penting:
communal sharing, authority ranking, equality matching, dan market pricing. Dengan penjelasan
sebagai berikut:
a) Communal sharing adalah hubungan kesatuan, komunitas,
identitas kolektif, dan kebaikan, khusunya terjadi diantara keluarga
terdekat. Orang-orang terhubung satu sama lain oleh perasaan
keanggotaan kelompok umum yang kuat; identitas umum; dan rasa
bersatu, solidaritas, dan kepemilikan. Hubungan communal sharing
31
di dasarkan pada keaslian, kemurahan hati, perasaan kebaikan yang
spontan. Hubungan ini dapat ditemui dalam keluarga, organisasi
daerah, kelompok etnis, dan paguyuban.
b) Authority ranking adalah hubungan perbedaan asimetris,
umumnya ditunjukkan dalam susuna hierarkis status. Orang-orang
mengikuti prinsip-prinsip hierarki organisasi; peringkat yang lebih
tinggi mendominasi peringkat yang lebih rendah. Hubungan
authority ranking adalah salah satu ketidaksamaan, dimana orang-
orang dengan peringkat lebih tinggi mengendalikan lebih banyak
hal disbanding orang-orang yang dibawahnya. Contohnya:
bawahan terhadap atasan, tentara terhadap komandan, dan para
negosiator terhadap konstituen.
c) Equality matching adalah hubungan korespondensi satu per satu
dimana orang-orang memang berbeda namun sama, seperti
dimanifestasikan dalam hal timbal balik yang seimbang, distribusi
yang dibagi merata atau distribusi yang identic dalam bentuk
kompensasi pengganti dan pengambilan keputusan. Hubungan ini
terjadi di dalam tim atau kelompok yang anggotanya harus
bekerjasama untuk mengoordinasikan tindakan mereka.
Contohnya: hubungan teman sekamar di dalam asrama.
d) Market pricing didasarkan pada sebuah metrik dari nilai dimana
orang-orang membandingkan komoditas yang berbeda dan
mengakulasi pertukaraan/rasio keuntungan. Dalam hubungan jenis
ini, orang-orang melihat yang lain sebagai yang dapat
dipertukarkan karena kesepakatan lebih penting dibandingkan
hubungan. Contohnya: kesepakatan jual beli tanah.

More Related Content

What's hot

Manajemen Konflik
Manajemen KonflikManajemen Konflik
Manajemen Konflikdmaiia
 
TEKNIK NEGOISASI - MATERI : Teknik Negosiasi Bisnis
TEKNIK NEGOISASI - MATERI : Teknik Negosiasi BisnisTEKNIK NEGOISASI - MATERI : Teknik Negosiasi Bisnis
TEKNIK NEGOISASI - MATERI : Teknik Negosiasi BisnisDiana Amelia Bagti
 
RANGKUMAN TEKNIK NEGOSIASI (disusun sebagai tugas mata kuliah Teknik Negosiasi)
RANGKUMAN TEKNIK NEGOSIASI (disusun sebagai tugas mata kuliah Teknik Negosiasi)RANGKUMAN TEKNIK NEGOSIASI (disusun sebagai tugas mata kuliah Teknik Negosiasi)
RANGKUMAN TEKNIK NEGOSIASI (disusun sebagai tugas mata kuliah Teknik Negosiasi)eddy sanusi silitonga
 
Analisa Kasus Menggunakan Konsep Negosiasi (BATNA, ZOPA, Reservation Price)
Analisa Kasus Menggunakan Konsep Negosiasi (BATNA, ZOPA, Reservation Price)Analisa Kasus Menggunakan Konsep Negosiasi (BATNA, ZOPA, Reservation Price)
Analisa Kasus Menggunakan Konsep Negosiasi (BATNA, ZOPA, Reservation Price)asyaboo9
 
Komunikasi bisnis penulisan permintaan pesan pesan rutin
Komunikasi bisnis penulisan permintaan pesan pesan rutinKomunikasi bisnis penulisan permintaan pesan pesan rutin
Komunikasi bisnis penulisan permintaan pesan pesan rutingilang muharam
 
Menangani konflik dalam negosiasi
Menangani konflik dalam negosiasiMenangani konflik dalam negosiasi
Menangani konflik dalam negosiasiMulyadi Yusuf
 
Contoh kasus dalam perusahaan
Contoh kasus dalam perusahaanContoh kasus dalam perusahaan
Contoh kasus dalam perusahaanPutrii Wiidya
 
Negosiasi dalam Komunikasi Bisnis
Negosiasi dalam Komunikasi BisnisNegosiasi dalam Komunikasi Bisnis
Negosiasi dalam Komunikasi BisnisErwin Rasyid
 
Komunikasi dalam organisasi
Komunikasi dalam organisasiKomunikasi dalam organisasi
Komunikasi dalam organisasiasusatya
 
Manajemen Konflik
Manajemen KonflikManajemen Konflik
Manajemen KonflikFormasi Org
 
Komunikasi dan Negosiasi (Communication & Negotiation)
Komunikasi dan Negosiasi (Communication & Negotiation)Komunikasi dan Negosiasi (Communication & Negotiation)
Komunikasi dan Negosiasi (Communication & Negotiation)Nur Padhilah Laju
 
Teknik negosiasi & mediasi
Teknik negosiasi & mediasiTeknik negosiasi & mediasi
Teknik negosiasi & mediasiMulyadi Yusuf
 
TEKNIK NEGOSIASI - MATERI : Negosiasi Bisnis
TEKNIK NEGOSIASI - MATERI : Negosiasi BisnisTEKNIK NEGOSIASI - MATERI : Negosiasi Bisnis
TEKNIK NEGOSIASI - MATERI : Negosiasi BisnisDiana Amelia Bagti
 
Pemecahan Masalah & Pengambilan Keputusan
Pemecahan Masalah & Pengambilan KeputusanPemecahan Masalah & Pengambilan Keputusan
Pemecahan Masalah & Pengambilan KeputusanTri Widodo W. UTOMO
 
Teknik Negosiasi - Negotiation Techniques
Teknik Negosiasi - Negotiation TechniquesTeknik Negosiasi - Negotiation Techniques
Teknik Negosiasi - Negotiation TechniquesTogap Siagian, CPSM
 

What's hot (20)

Manajemen Konflik
Manajemen KonflikManajemen Konflik
Manajemen Konflik
 
TEKNIK NEGOISASI - MATERI : Teknik Negosiasi Bisnis
TEKNIK NEGOISASI - MATERI : Teknik Negosiasi BisnisTEKNIK NEGOISASI - MATERI : Teknik Negosiasi Bisnis
TEKNIK NEGOISASI - MATERI : Teknik Negosiasi Bisnis
 
RANGKUMAN TEKNIK NEGOSIASI (disusun sebagai tugas mata kuliah Teknik Negosiasi)
RANGKUMAN TEKNIK NEGOSIASI (disusun sebagai tugas mata kuliah Teknik Negosiasi)RANGKUMAN TEKNIK NEGOSIASI (disusun sebagai tugas mata kuliah Teknik Negosiasi)
RANGKUMAN TEKNIK NEGOSIASI (disusun sebagai tugas mata kuliah Teknik Negosiasi)
 
Manajemen Konflik
Manajemen KonflikManajemen Konflik
Manajemen Konflik
 
Analisa Kasus Menggunakan Konsep Negosiasi (BATNA, ZOPA, Reservation Price)
Analisa Kasus Menggunakan Konsep Negosiasi (BATNA, ZOPA, Reservation Price)Analisa Kasus Menggunakan Konsep Negosiasi (BATNA, ZOPA, Reservation Price)
Analisa Kasus Menggunakan Konsep Negosiasi (BATNA, ZOPA, Reservation Price)
 
Komunikasi bisnis penulisan permintaan pesan pesan rutin
Komunikasi bisnis penulisan permintaan pesan pesan rutinKomunikasi bisnis penulisan permintaan pesan pesan rutin
Komunikasi bisnis penulisan permintaan pesan pesan rutin
 
Menangani konflik dalam negosiasi
Menangani konflik dalam negosiasiMenangani konflik dalam negosiasi
Menangani konflik dalam negosiasi
 
Contoh kasus dalam perusahaan
Contoh kasus dalam perusahaanContoh kasus dalam perusahaan
Contoh kasus dalam perusahaan
 
9 teknik negosiasi
9 teknik negosiasi9 teknik negosiasi
9 teknik negosiasi
 
Negosiasi dalam Komunikasi Bisnis
Negosiasi dalam Komunikasi BisnisNegosiasi dalam Komunikasi Bisnis
Negosiasi dalam Komunikasi Bisnis
 
Komunikasi dalam organisasi
Komunikasi dalam organisasiKomunikasi dalam organisasi
Komunikasi dalam organisasi
 
Lobby dan Negosiasi
Lobby dan NegosiasiLobby dan Negosiasi
Lobby dan Negosiasi
 
Manajemen Konflik
Manajemen KonflikManajemen Konflik
Manajemen Konflik
 
Komunikasi dan Negosiasi (Communication & Negotiation)
Komunikasi dan Negosiasi (Communication & Negotiation)Komunikasi dan Negosiasi (Communication & Negotiation)
Komunikasi dan Negosiasi (Communication & Negotiation)
 
Teknik negosiasi & mediasi
Teknik negosiasi & mediasiTeknik negosiasi & mediasi
Teknik negosiasi & mediasi
 
TEKNIK NEGOSIASI - MATERI : Negosiasi Bisnis
TEKNIK NEGOSIASI - MATERI : Negosiasi BisnisTEKNIK NEGOSIASI - MATERI : Negosiasi Bisnis
TEKNIK NEGOSIASI - MATERI : Negosiasi Bisnis
 
Negosiasi
NegosiasiNegosiasi
Negosiasi
 
Ppt negosiasi
Ppt negosiasiPpt negosiasi
Ppt negosiasi
 
Pemecahan Masalah & Pengambilan Keputusan
Pemecahan Masalah & Pengambilan KeputusanPemecahan Masalah & Pengambilan Keputusan
Pemecahan Masalah & Pengambilan Keputusan
 
Teknik Negosiasi - Negotiation Techniques
Teknik Negosiasi - Negotiation TechniquesTeknik Negosiasi - Negotiation Techniques
Teknik Negosiasi - Negotiation Techniques
 

Similar to TEKNIK NEGOSIASI

10 konflik negosiasi
10 konflik  negosiasi10 konflik  negosiasi
10 konflik negosiasiJejeOi
 
NEGOTIATING BY SYAHRANI ADRIANTY - INTERPERSONAL SKILL B
NEGOTIATING BY SYAHRANI ADRIANTY - INTERPERSONAL SKILL BNEGOTIATING BY SYAHRANI ADRIANTY - INTERPERSONAL SKILL B
NEGOTIATING BY SYAHRANI ADRIANTY - INTERPERSONAL SKILL BSyahraniAdrianty
 
Tugas Resume The Power of Negotiating Sukses Negosiasi
Tugas Resume The Power of Negotiating Sukses NegosiasiTugas Resume The Power of Negotiating Sukses Negosiasi
Tugas Resume The Power of Negotiating Sukses Negosiasieddy sanusi silitonga
 
DEKORASI,CALL.WA085727696801,tipe peningkatan keterampilan negosiasi.pdf
DEKORASI,CALL.WA085727696801,tipe peningkatan keterampilan negosiasi.pdfDEKORASI,CALL.WA085727696801,tipe peningkatan keterampilan negosiasi.pdf
DEKORASI,CALL.WA085727696801,tipe peningkatan keterampilan negosiasi.pdfpersonalcoach21
 
Tugas Resume High Productive Negotiation Skill
Tugas Resume High Productive Negotiation SkillTugas Resume High Productive Negotiation Skill
Tugas Resume High Productive Negotiation Skilleddy sanusi silitonga
 
Supervisi Hospitality term 10 Peran Supervisor dalam mengatasi konflik intern...
Supervisi Hospitality term 10 Peran Supervisor dalam mengatasi konflik intern...Supervisi Hospitality term 10 Peran Supervisor dalam mengatasi konflik intern...
Supervisi Hospitality term 10 Peran Supervisor dalam mengatasi konflik intern...Hospitality Industry
 
Negotiating - Roja' Putri Cintani - 4520210046
Negotiating - Roja' Putri Cintani - 4520210046Negotiating - Roja' Putri Cintani - 4520210046
Negotiating - Roja' Putri Cintani - 4520210046RojaPutriCintani
 
Makalah_Komunikasi_dan_Negosiasi_Bisnis.docx
Makalah_Komunikasi_dan_Negosiasi_Bisnis.docxMakalah_Komunikasi_dan_Negosiasi_Bisnis.docx
Makalah_Komunikasi_dan_Negosiasi_Bisnis.docxkomar RONI
 
makalah negosiasi bisnis
makalah negosiasi bisnis makalah negosiasi bisnis
makalah negosiasi bisnis Elin Erlin
 
Interpersonall skill b _negotiating _zulfa aenaeni_4520210015
Interpersonall skill b _negotiating _zulfa aenaeni_4520210015Interpersonall skill b _negotiating _zulfa aenaeni_4520210015
Interpersonall skill b _negotiating _zulfa aenaeni_4520210015ZulfaAenaeni
 
Conflict and negotiation
Conflict and negotiation Conflict and negotiation
Conflict and negotiation NCPA Advisory
 
Tugas Interpersonal Skill - Negotiating
Tugas Interpersonal Skill - Negotiating Tugas Interpersonal Skill - Negotiating
Tugas Interpersonal Skill - Negotiating DeaFitraNingrum
 
Rangkuman Buku SUKSES NEGOSIASI Bima Tirta.pptx
Rangkuman Buku SUKSES NEGOSIASI Bima Tirta.pptxRangkuman Buku SUKSES NEGOSIASI Bima Tirta.pptx
Rangkuman Buku SUKSES NEGOSIASI Bima Tirta.pptxBimatirta1
 

Similar to TEKNIK NEGOSIASI (20)

Hidayattullah
HidayattullahHidayattullah
Hidayattullah
 
10 konflik negosiasi
10 konflik  negosiasi10 konflik  negosiasi
10 konflik negosiasi
 
NEGOTIATING BY SYAHRANI ADRIANTY - INTERPERSONAL SKILL B
NEGOTIATING BY SYAHRANI ADRIANTY - INTERPERSONAL SKILL BNEGOTIATING BY SYAHRANI ADRIANTY - INTERPERSONAL SKILL B
NEGOTIATING BY SYAHRANI ADRIANTY - INTERPERSONAL SKILL B
 
Makalah Konflik dan Negosiasi II
Makalah Konflik dan Negosiasi IIMakalah Konflik dan Negosiasi II
Makalah Konflik dan Negosiasi II
 
Tugas Resume The Power of Negotiating Sukses Negosiasi
Tugas Resume The Power of Negotiating Sukses NegosiasiTugas Resume The Power of Negotiating Sukses Negosiasi
Tugas Resume The Power of Negotiating Sukses Negosiasi
 
DEKORASI,CALL.WA085727696801,tipe peningkatan keterampilan negosiasi.pdf
DEKORASI,CALL.WA085727696801,tipe peningkatan keterampilan negosiasi.pdfDEKORASI,CALL.WA085727696801,tipe peningkatan keterampilan negosiasi.pdf
DEKORASI,CALL.WA085727696801,tipe peningkatan keterampilan negosiasi.pdf
 
Tugas Resume High Productive Negotiation Skill
Tugas Resume High Productive Negotiation SkillTugas Resume High Productive Negotiation Skill
Tugas Resume High Productive Negotiation Skill
 
Presentasi Negosiasi
Presentasi NegosiasiPresentasi Negosiasi
Presentasi Negosiasi
 
Bab 14
Bab 14Bab 14
Bab 14
 
Negotiate.ppt
Negotiate.pptNegotiate.ppt
Negotiate.ppt
 
Supervisi Hospitality term 10 Peran Supervisor dalam mengatasi konflik intern...
Supervisi Hospitality term 10 Peran Supervisor dalam mengatasi konflik intern...Supervisi Hospitality term 10 Peran Supervisor dalam mengatasi konflik intern...
Supervisi Hospitality term 10 Peran Supervisor dalam mengatasi konflik intern...
 
Negotiating - Roja' Putri Cintani - 4520210046
Negotiating - Roja' Putri Cintani - 4520210046Negotiating - Roja' Putri Cintani - 4520210046
Negotiating - Roja' Putri Cintani - 4520210046
 
Makalah_Komunikasi_dan_Negosiasi_Bisnis.docx
Makalah_Komunikasi_dan_Negosiasi_Bisnis.docxMakalah_Komunikasi_dan_Negosiasi_Bisnis.docx
Makalah_Komunikasi_dan_Negosiasi_Bisnis.docx
 
makalah negosiasi bisnis
makalah negosiasi bisnis makalah negosiasi bisnis
makalah negosiasi bisnis
 
Interpersonall skill b _negotiating _zulfa aenaeni_4520210015
Interpersonall skill b _negotiating _zulfa aenaeni_4520210015Interpersonall skill b _negotiating _zulfa aenaeni_4520210015
Interpersonall skill b _negotiating _zulfa aenaeni_4520210015
 
Conflict and negotiation
Conflict and negotiation Conflict and negotiation
Conflict and negotiation
 
Tugas Interpersonal Skill - Negotiating
Tugas Interpersonal Skill - Negotiating Tugas Interpersonal Skill - Negotiating
Tugas Interpersonal Skill - Negotiating
 
Negosiasi
NegosiasiNegosiasi
Negosiasi
 
Negosiasi
Negosiasi Negosiasi
Negosiasi
 
Rangkuman Buku SUKSES NEGOSIASI Bima Tirta.pptx
Rangkuman Buku SUKSES NEGOSIASI Bima Tirta.pptxRangkuman Buku SUKSES NEGOSIASI Bima Tirta.pptx
Rangkuman Buku SUKSES NEGOSIASI Bima Tirta.pptx
 

More from eddy sanusi silitonga

TUGAS RANGKUMAN BUKU “ RISET OPERASI UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN” EDISI REVIS...
TUGAS RANGKUMAN BUKU “ RISET OPERASI UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN” EDISI REVIS...TUGAS RANGKUMAN BUKU “ RISET OPERASI UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN” EDISI REVIS...
TUGAS RANGKUMAN BUKU “ RISET OPERASI UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN” EDISI REVIS...eddy sanusi silitonga
 
TEKNIK NEGOSIASI RANGKUMAN LOBI NEGOSIASI & MEMPENGARUHI ORANG LAIN SECEPAT K...
TEKNIK NEGOSIASI RANGKUMAN LOBI NEGOSIASI & MEMPENGARUHI ORANG LAIN SECEPAT K...TEKNIK NEGOSIASI RANGKUMAN LOBI NEGOSIASI & MEMPENGARUHI ORANG LAIN SECEPAT K...
TEKNIK NEGOSIASI RANGKUMAN LOBI NEGOSIASI & MEMPENGARUHI ORANG LAIN SECEPAT K...eddy sanusi silitonga
 
TUGAS NEGOSIASI NEGOSIASI, MEDIASI & ARBITRASE
TUGAS NEGOSIASI NEGOSIASI, MEDIASI & ARBITRASETUGAS NEGOSIASI NEGOSIASI, MEDIASI & ARBITRASE
TUGAS NEGOSIASI NEGOSIASI, MEDIASI & ARBITRASEeddy sanusi silitonga
 
BUSINESS PLAN Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknik Negosiasi
BUSINESS PLAN Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknik NegosiasiBUSINESS PLAN Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknik Negosiasi
BUSINESS PLAN Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknik Negosiasieddy sanusi silitonga
 
Teknik Jitu Riset Operasi (Operation Research)
Teknik Jitu Riset Operasi (Operation Research) Teknik Jitu Riset Operasi (Operation Research)
Teknik Jitu Riset Operasi (Operation Research) eddy sanusi silitonga
 
Tugas Rangkuman UAS Riset Operasi (Operation Research)
Tugas Rangkuman UAS Riset Operasi (Operation Research)Tugas Rangkuman UAS Riset Operasi (Operation Research)
Tugas Rangkuman UAS Riset Operasi (Operation Research)eddy sanusi silitonga
 
RANGKUMAN DASAR – DASAR OPERATIONS RESEARCH EDISI 2 SEBAGAI TUGAS MATA KULIAH...
RANGKUMAN DASAR – DASAR OPERATIONS RESEARCH EDISI 2 SEBAGAI TUGAS MATA KULIAH...RANGKUMAN DASAR – DASAR OPERATIONS RESEARCH EDISI 2 SEBAGAI TUGAS MATA KULIAH...
RANGKUMAN DASAR – DASAR OPERATIONS RESEARCH EDISI 2 SEBAGAI TUGAS MATA KULIAH...eddy sanusi silitonga
 
Tugas Resume Teknik Presentasi dan Negosiasi
Tugas Resume Teknik Presentasi dan Negosiasi Tugas Resume Teknik Presentasi dan Negosiasi
Tugas Resume Teknik Presentasi dan Negosiasi eddy sanusi silitonga
 
Tugas Rangkuman The 37 Most Powerful Tactics On Negotiation
Tugas Rangkuman The 37 Most Powerful Tactics On NegotiationTugas Rangkuman The 37 Most Powerful Tactics On Negotiation
Tugas Rangkuman The 37 Most Powerful Tactics On Negotiationeddy sanusi silitonga
 
Tugas Resume Teknik Presentasi dan Negosiasi
Tugas Resume Teknik Presentasi dan Negosiasi Tugas Resume Teknik Presentasi dan Negosiasi
Tugas Resume Teknik Presentasi dan Negosiasi eddy sanusi silitonga
 

More from eddy sanusi silitonga (20)

TUGAS RANGKUMAN BUKU “ RISET OPERASI UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN” EDISI REVIS...
TUGAS RANGKUMAN BUKU “ RISET OPERASI UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN” EDISI REVIS...TUGAS RANGKUMAN BUKU “ RISET OPERASI UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN” EDISI REVIS...
TUGAS RANGKUMAN BUKU “ RISET OPERASI UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN” EDISI REVIS...
 
SENI NEGOSIASI ROGER DAWSON
SENI NEGOSIASI ROGER DAWSONSENI NEGOSIASI ROGER DAWSON
SENI NEGOSIASI ROGER DAWSON
 
Tugas rangkuman teknik negosiasi
Tugas rangkuman teknik  negosiasiTugas rangkuman teknik  negosiasi
Tugas rangkuman teknik negosiasi
 
TEKNIK NEGOSIASI RANGKUMAN LOBI NEGOSIASI & MEMPENGARUHI ORANG LAIN SECEPAT K...
TEKNIK NEGOSIASI RANGKUMAN LOBI NEGOSIASI & MEMPENGARUHI ORANG LAIN SECEPAT K...TEKNIK NEGOSIASI RANGKUMAN LOBI NEGOSIASI & MEMPENGARUHI ORANG LAIN SECEPAT K...
TEKNIK NEGOSIASI RANGKUMAN LOBI NEGOSIASI & MEMPENGARUHI ORANG LAIN SECEPAT K...
 
TEKNIK NEGOISASI
TEKNIK NEGOISASITEKNIK NEGOISASI
TEKNIK NEGOISASI
 
Rangkuman Teknik Negosiasi
Rangkuman Teknik NegosiasiRangkuman Teknik Negosiasi
Rangkuman Teknik Negosiasi
 
TUGAS NEGOSIASI NEGOSIASI, MEDIASI & ARBITRASE
TUGAS NEGOSIASI NEGOSIASI, MEDIASI & ARBITRASETUGAS NEGOSIASI NEGOSIASI, MEDIASI & ARBITRASE
TUGAS NEGOSIASI NEGOSIASI, MEDIASI & ARBITRASE
 
BUSINESS PLAN Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknik Negosiasi
BUSINESS PLAN Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknik NegosiasiBUSINESS PLAN Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknik Negosiasi
BUSINESS PLAN Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknik Negosiasi
 
Henitatri widyasari
Henitatri widyasariHenitatri widyasari
Henitatri widyasari
 
Naqiah fajarwati
Naqiah fajarwatiNaqiah fajarwati
Naqiah fajarwati
 
Teknik Jitu Riset Operasi (Operation Research)
Teknik Jitu Riset Operasi (Operation Research) Teknik Jitu Riset Operasi (Operation Research)
Teknik Jitu Riset Operasi (Operation Research)
 
Tugas Rangkuman UAS Riset Operasi (Operation Research)
Tugas Rangkuman UAS Riset Operasi (Operation Research)Tugas Rangkuman UAS Riset Operasi (Operation Research)
Tugas Rangkuman UAS Riset Operasi (Operation Research)
 
Uas riset operasi (kevin surya)
Uas riset operasi (kevin surya)Uas riset operasi (kevin surya)
Uas riset operasi (kevin surya)
 
RANGKUMAN DASAR – DASAR OPERATIONS RESEARCH EDISI 2 SEBAGAI TUGAS MATA KULIAH...
RANGKUMAN DASAR – DASAR OPERATIONS RESEARCH EDISI 2 SEBAGAI TUGAS MATA KULIAH...RANGKUMAN DASAR – DASAR OPERATIONS RESEARCH EDISI 2 SEBAGAI TUGAS MATA KULIAH...
RANGKUMAN DASAR – DASAR OPERATIONS RESEARCH EDISI 2 SEBAGAI TUGAS MATA KULIAH...
 
Tugas UAS Rangkuman Riset Operasi
Tugas UAS Rangkuman Riset Operasi Tugas UAS Rangkuman Riset Operasi
Tugas UAS Rangkuman Riset Operasi
 
Tugas Resume Teknik Presentasi dan Negosiasi
Tugas Resume Teknik Presentasi dan Negosiasi Tugas Resume Teknik Presentasi dan Negosiasi
Tugas Resume Teknik Presentasi dan Negosiasi
 
Tugas Rangkuman The 37 Most Powerful Tactics On Negotiation
Tugas Rangkuman The 37 Most Powerful Tactics On NegotiationTugas Rangkuman The 37 Most Powerful Tactics On Negotiation
Tugas Rangkuman The 37 Most Powerful Tactics On Negotiation
 
Tugas Resume Negosiasi
Tugas Resume NegosiasiTugas Resume Negosiasi
Tugas Resume Negosiasi
 
Tugas Resume Teknik Presentasi dan Negosiasi
Tugas Resume Teknik Presentasi dan Negosiasi Tugas Resume Teknik Presentasi dan Negosiasi
Tugas Resume Teknik Presentasi dan Negosiasi
 
Tugas Resume Negosiasi
Tugas Resume NegosiasiTugas Resume Negosiasi
Tugas Resume Negosiasi
 

Recently uploaded

Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdfAksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdfsubki124
 
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptxPrakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptxHaryKharismaSuhud
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaPengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaAndreRangga1
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASARPPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASARElviraDemona
 
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".Kanaidi ken
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxIvvatulAini
 
Materi Modul 1.4_Fitriani Program guru penggerak
Materi Modul 1.4_Fitriani Program guru penggerakMateri Modul 1.4_Fitriani Program guru penggerak
Materi Modul 1.4_Fitriani Program guru penggerakAjiFauzi8
 
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024RahmadLalu1
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...Kanaidi ken
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanAdePutraTunggali
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Bioteknologi Konvensional dan Modern kelas 9 SMP
Bioteknologi Konvensional dan Modern  kelas 9 SMPBioteknologi Konvensional dan Modern  kelas 9 SMP
Bioteknologi Konvensional dan Modern kelas 9 SMPNiPutuDewikAgustina
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfIwanSumantri7
 

Recently uploaded (20)

Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdfAksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptxPrakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaPengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASARPPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
 
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
 
Materi Modul 1.4_Fitriani Program guru penggerak
Materi Modul 1.4_Fitriani Program guru penggerakMateri Modul 1.4_Fitriani Program guru penggerak
Materi Modul 1.4_Fitriani Program guru penggerak
 
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Bioteknologi Konvensional dan Modern kelas 9 SMP
Bioteknologi Konvensional dan Modern  kelas 9 SMPBioteknologi Konvensional dan Modern  kelas 9 SMP
Bioteknologi Konvensional dan Modern kelas 9 SMP
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 

TEKNIK NEGOSIASI

  • 1. NEGOSIASI TUGAS TEKNIK NEGOSIASI Diajukan untuk memenuhi penilaian Uas Semester VI Nama : Susanti Nurandini 1534024074 Penerbit : Salemba Humanika Negosiasi ( EDISI 6 | BUKU 1) Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Krisnadwipayana Jakarta 2017
  • 2. 2 BAB I DASAR-DASAR NEGOSIASI I. Dasar-dasar Negosiasi Negosiasi adalah bentuk pengambilan keputusan dimana dua pihak atau lebih berbicara satu sama lain dalam upaya untuk menyelesaikan kepentingan perdebatan mereka. Menjadi Negosiator diambil dari tiga sumber. 1. Pengalaman sebagai negosiator diri kita sendiri dan banyaknya negosiasi yg terjasi sehari-hari dalam kehidupan kita sendiri dan dalam kehidupan orang lain di seluruh dunia. 2. Media Tv, Radio, Koran, Majalah dan Internet yg melaporkan negosiasi actual setiap hari. 3. Kekayaan penelitian ilmu social yg telah dilakukan pada beberapa aspek negosiasi. 1.1 Mengklaim dan Menciptakan Nilai Mengklasifikasi semua masalah negosiasi ke dalam dua tipe dan menyatakan strategi dan taktik mana yg sesuai untuk setiap masalah.  Negosiator harus mampu menyadari situasi-situasi yg membutuhkan lebih dari satu pendekatan dibandikan yg lain, situasi-situasi yg memerlukan strategi dan taktik distributive secara dominan, dan situasi-situasi yg membutuhkan strategi dan taktik yg interagtif.  Negosiator harus menjadi fleksibel dalam kenyamanan mereka dan menggunakan kedua pendekatan strategi. Negosiator tidak hanya harus mampu menyadari strategi mana yg sesuai, tetapi juga harus mampu menggunakan kedua pendekatan dengan feksibilitas yg sama. Nilai dapat diciptakan dengan banyak cara dan perasaan proses terletak pada eksploitasi perbedaan-perbedaan yg ada di antara para negosiator. Perbedaan kunci di antara para negosiator meliputi hal-hal berikut: 1. Perbedaan minat 2. Perbedaan penilaian tentang masa depan
  • 3. 3 3. Perbedaan resiko toleransi 4. Perbedaan dalam pemilihan waktu 1.2 Konflik Konflik diartikan sebagai “perselisihan fan pertentangan yg tajam, sebagai kepentingan, ide, dan lain sebagainya” dan melibatkan perbedaan yg dirasakan dari kepentingan atau keyakinan bahwa saat ini aspirasi pihak tidak dapat dicapai secara bersamaan” (Pruitt dan rubin, 1986). 1.2.1 Tingkatan Konflik  Konflik intrapersonal atau intrapsikis. Konflik ini terjadi di dalam diri seorang individu.  Konflik interpersonal. Tingkatan penting kedua dari konflik terjadi di antara individu.  Konflik intrakelompok. Tingkatan yg ketiga terjadi di antara kelompok – di antara anggota tim dan kelompok kerja dan did lam keluarga, kelas, kompleks, tempat tinggal, dan suku.  Konflik interkelompok. Tingkatan terakhir adalah interkelompok-di antara organisasi. 1.2.2 Manajemen konflik yg efektif Lima strategi utama untuk manajemen konflik secara umum telah diidentifkasi dalam dua modelperhatian: a. Contending (bersaing atau mendominasi) b. Yielding (disebut mengakomodasi atau menurut) c. Inaction (juga disebut menghindari) d. Problem solving e. Compromising
  • 4. 4 BAB II STRATEGI DAN TAKTIK TAWAR MENAWAR DISTRIBUTIF 2.1 Tujuan strategi dan taktik tawar menawar distributive adalah:  Memahami elemen dasar situasi tawar-menawar distributive sebaik memahami strategi dan taktik tawar-menawar distributif  Mengeksplorasi pilihan-pilihan untuk menutup kesepakatan dalam situasi distributif  Mempertimbangkan dampak posisi strategis yg diambil selamam negosiasi dan peranan konsesi  Mendapatkan apresiasi untuk komitmen sebagai taktik komunikasi Tawar menawar distrributif pada dasarnya dalah persaingan siapa yg akan mendapatkan sumber daya terbatas yg paling banyak, seering kali berupa uang. Kemampuann kedua belah pihak untuk mencapai tujuan mereka akan bergantung pada strategi dan taktik yg mereka gunakan (Walton dan mckersie, 1965) Bagi kebanyakan, strategi dan taktik tawar-menawar distributive merupakan hal terpenting dalam negosiasi. Ada 3 alasan mengapa negosiator harus mengenal tawar-menawar distributive. 1. Negosiator menghadapi situasi saling ketergantungan yg bersifat distributive dan agar berhasil dalam situasi tersebut mereka perlu memahami bagaimana cara kerjanya. 2. Negosiator perlu memahami bagaimana mengatasi efeknya. 3. Setiap negosiasi berpotensi membutuhkan keahlian tawar-menawar distributive pada saat berada ppada tahap “mengklaim-nilai”. Pembahasan strategi dan taktik dalam bab ini di maksudkan untuk membantu negosiator dalam memahami dinamika tawar-menawar distributive, sehingga mendapatkan kesepakatan yg lebih
  • 5. 5 baik. Pemahaman mendalam mengenai konsep ini juga akan membuat negosiator yg tidak nyaman dengan tawar-menawar distributive mampu mengelola situasi distributif secara proaktif. 2.2 Strategi-strategi Fundamental  Medoorong kesepakatan sedekat mungkin dengan titik resistansi penjual (tidak diketahui), sehingga menghasilkann bagian terbesar rentang kesepakatan bagi pembelian.  Meyakinkan penjual untuk mengubah titik resistansinya dengan memengaruhi keyakinan penjualan.  Jika terdapat rentang kesepakatan negatif, untuk meyakinkan penjual dalam mengurangi titik resistansinya atau mengubah titik resistansi sendiri, untuk menciptakann rentang kesepakatan positif.  Untuk membuat penjual yakin bahwa ini adalah kesepakatan terbaik-bukannya membuatnya berpikir bahwa hanya ini yg dapat ia peroleh, atau bahwa ia tidak dapat memperoleh lebih, atau bahwa pembeli memnangkan negosiasi. Ada 2 tugas penting dalam situasi tawar-menawar distributif: 1. Mencari tahu titik resistansi pihak lain. 2. Memengaruhi titik resistansi pihak lain. Setelah interaksi empat mata berjalan, anda harus lebih banyak mendengarkan dibanding berbicara. Mengajukan pertanyaan terbuka-yang biasanya di mulai dengan apa, mengapa, dimana, kapan, atau bagaimana-dapat mendorong pihak lain untuk memberikan informasi yg berharga secara sukarela. Semakin banyak yg anda tahu mengenai agenda pihak lain, semakin baik informasi tersebut untuk meningkatkan kemampuan anda dalam mencapai hasil yg diinginkan. 2.3 Posisi-posisi yg diambil selama negosiasi Pelaku tawar-menawar distributif yg efektif harus memahami proses pengambilan posisi selama tawar-menawar, termasuk pentingnya penawaran dan sikap pembuka, dan peranan pembuatan konsesi selama proses negosiasi. 2.4 Peran Konsesi Konsesi adalah sentral bagi negosiasi. Tanpa konsensi, negosiasi tidak akan ada. Jika satu pihak tidak siap memberikan konsesi, pihak lain pasti menyerah atau negosiasi akan menemukan
  • 6. 6 kebuntuan. Orang-orang yg bernegosiasi pasti mengharapkan konsesi. Negosiator kurang puas ketika negosiasi berakhir dengan diterima nya penawaran pertama, kemungkinan karena mereka merasa bahwa mereka dapat berusaha lebih baik. Konsesi langsung dipandang kurang bernilai dibandingkan konsesi gradual dan bertahap yg dapat meningkatkan nilai konsesi yg dirasakan. Pelaku tawar-menawar distributif yg baik tdk akan memulai negosiasi dengan penawaran pembuka yg terlalu dekat dengan titik resistansi mereka. Konsesi timbal balik tidak terjadi sembarangan. Jika satu pihak telah membuat konsesi utama pada sebuah titik signifikan, diharapkan pendapatan yg ditawarkan akan merupakan barang yg sama atau barang yg beratnya sama dan besarnya dapat dibandingkan. 2.5 Pola Pembuatan Konsesi Pola pembuatan konsesi yg dibuat seorang negosiator mengandung informasi berharga, tetapi tidak selalu mudah untuk ditafsirkan. Ketika konsesi yg suksesif mengecul, pesan yg jelas adalah bahwa posisi pembuat konsesi semakin kuat dan titik perlawanan sedang diraih. Pola pembuatan konsesi juga hal yg penting. 2.6 Komitmen Konsep kunci dalam menciptakan posisi penawaran adalah komitmen. Definisi komitmen adalah pengambilan posisi penawaran dengan beberapa perjanjian ekplisit atau implisit berdasarkan tindakan dalam kondisi yg akan datang. Dengan membuat komitmen, seorang negosiator menunjukkan tujuannya untuk mengambil tindakan ini, membuat keputusan ini, atau meraih sasaran ini-negosiator. 2.7 Rangkumam Bab Dalam bab ini kita membahas struktur dasar dari situasi penawaran kompetitif atau distributif dan beberapa strategi serta taktik yg digunakandalam penawaran distributif. Dibawah struktur penawaran distributif, seorang negosiator memiliki banyak pilihan untuk mencapai resolusi yg berhasil, kebanyakan di antaranya jatuh di antara dua upaya besar: memengaruhi keyakinan pihak lain tentang apa yg mungkin dan mempelajari sebanyak mungkin tentang posisi
  • 7. 7 pihak lain, terutama tentang titik resistensi mereka. Untuk mencapai tujuan ini, negosiator bekerja untuk mengumpulkan informasi tentang oposisi dan posisinya: untuk meyakinkan anggota pihak lain untuk mengubah pikirannya tentang kemampuan mereka untuk mencapai target mereka sendiri dan untuk membenarkan sasaran mereka seperti yg diinginkan, diperlukan, atau bahkan tak terelakkan. Penawaran distributif pada dasarnya merupakan situasi konflik, dimana pihak-pihak yg ada mencari keuntungan nya sendiri terkadang dengan menutupi informasi, mencoba, menyesatkan, atau menggunakan tindakan manipulatif. Semua taktik ini dapat dengan mudah mengangkat interaksi dari diskusi yg tenang menjadi permusuhan yg pahit. Belum lagi, negosiasi adalah usaha untuk menyelesaikaan konflik tanpa paksaan, tanpa pertengkaran. Lebih jauh lagi, untuk mencapai keberhasilan, kedua belah pihak dalam negosiasi pada akhirnya pasti merasa bahwa hasil tersebut merupakan yg terbaik yg dapat mereka capai, sehingga layak diterima dan didukung.
  • 8. 8 BAB III STRATEGI DAN PERENCANAAN NEGOSIASI 3.1 STRATEGI DAN PERENCANAAN NEGOSIASI Dengan seting perencanaan dan target yang efektif, sebagian besar penego mampu meraih tujuan mereka, dan tanpanya, maka pencapaian akan terjadi lebih daripada kesempatan ketimbang usaha dari penego itu sendiri. Diskusi mengenai strategi dan perencanaan akan dimulai dengan mengekplorasi broad process pengembangan strategi, dimulai dengan mendefinisikan tujuan dan sasaran. 3.2 Tujuan – Fokus yang Menjalankan Strategi Negosiasi Langkah pertama dalam mengembangkan dan melaksanakan sebuah strategi negosiasi adalah dengan menentukan tujuan yang mana penego harus mengantisipasi tujuan apa yang ingin mereka capai dalam negosiasi dan fokus pada bagaimana agar tujuan tersebut tercapai. Terdapat dua efek dari tujuan dalam memilih strategi, efek langsung dan tak langsung. Terdapat empat aspek bagaimana tujuan mempengaruhi negosiasi: pertama, harapan bukanlah tujuan sebab tujuan lebih spesifik dengan target terfokus pada sesuatu yang secara realitas dapat tercapai; kedua, tujuan seringkali berhubungan dengan tujuan pihak lainnya yang membutuhkan manajemen untuk menyelesaikan konflik; ketiga, terdapat batasan pada kemampuan mencapai tujuan yang menyebabkan penego harus mencari jalan keluar alternatif atau menghentikan negosiasi; keempat, tujuan yang efektif adalah yang bersifat konkrit, spesifik dan dapat diukur sebab ini mempengaruhi komunikasi yang kita lakukan untuk membuat pihak lain memahami tujuan kita, memahami apa yang diinginkan pihak lain, serta dalam menentukan apakah sebuah penawaran telah memenuhi kepuasan tujuan kita. Efek tidak langsung dari sebuah tujuan terhadap pilihan strategi adalah pandangan yang mencoba memandang mengenai dampak yang akan terjadi dalam jangka panjang. Dalam mengembangkan dan menyusun strategi kita tidak diperbolehkan mengabaikan hubungan sekarang atau masa depan dengan pihak lain hanya untuk mencapai hasil jangka pendek yang hanya bersifat substantif. Misalnya adalah bagaimana kita menegosiasikan sesuatu dengan tetap menjunjung kejujuran demi menjaga reputasi dan mengembangkan strategi tujuan dalam jangka yang lebih jauh dan juga outcome yang jauh lebih memuaskan.
  • 9. 9 3.3 Strategi – Keseluruhan Rencana untuk Mencapai Suatu Tujuan Setelah penego selesai dengan pengartikulasian tujuan, mereka akan bergerak pada elemen kedua dalam rantai negosiasi, yakni menyeleksi dan mengembangkan sebuah strategi. Sebab strategi adalah mengenai keseluruhan rencana untuk mencapai sebuah tujuan dalam negosiasi dan tindakan berkelanjutan yang akan menjurus pada pencapaian keselurahan tujuan. Ada beberapa macam strategi, diantaranya strategi situasional alternatif, strategi tak terikat (penghindaran), dan strategi ikatan aktif (kompetisi, kolaborasi, dan akomodasi). Terdapat orietasi dasar bagaimana penego menyelesaikan suatu konflik. Bagan di bawah adalah model dari dual conern yang menawarkan alternatif strategi berdasarkan keutamaan yang relatif dan juga prioritas dari dua dimensi persetujuan yang diharapkan. Strategi tidak terikat (penghindaran) mengindikasikan adanya suatu alasan dan kondisi yang menyebabkan seorang penego lebih baik memilih utuk tidak bernegosiasi, yakni ketika proses negosiasi membawa pada outcome yang benar-benar buruk sehingga penego lebih memilih untuk menghetikan negosiasi kendati utuk mencapai outcome-nya kemudian ia harus kehilangan biaya dalam jumlah tertentu atau seorang penego yang memiliki alternatif (BATNA) yang sangat kuat dalam bernegosiasi. Dalam strategi ikatan aktif akan terjadi beberapa tipe strategi yakni kompetisi, kolaborasi, akomodasi, dan penghindaran. Kolaborasi (yang bersifat win-win solution, integrative dan negosiasi) merupakan kebalikan dari kompetisi yang bersifat win-lose solution, bargaining ,dan distributive. Sementara itu akomodasi semacam strategi kalah-menang dalam kompetisi hanya saja terdapat suatu keseimbangan outcome. Yang dimaksud adalah suatu ketika pihak I menang sementara pihak II mengalami kekalahan tetapi di lain kesempatan pihak II akan menang sementara pihak I akan mengalami kekalahan. Pilihan ini diambil ketika yang menjadi outcome utama adalah hubungan relasi jangka panjang. Strategi berbeda dengan taktik. Hubungan antara keduanya adalah: taktik merupakan subordinat dari strateegi; mereka terstruktur, langsung, dan dikendalikan oleh konsiderasi strategis. Juga perlu diingat bahwa dalam menggunakan strategi tersebut kita harus menyadari bahwa sebagian besar strategi negosiasi merefleksikan keragaman tujuan, intensitas, dan tekanan situasional yang menyebabkan strategi “murni” seperti yang telah dijelaskan di atas menjadi sangat sulit untuk diikuti. Kolaborasi Akomodasi Kompetisi Penghindaran
  • 10. 10 3.4 Memahami Jalannya Negosiasi: Stages dan Phases Leonard Greenhalgh mengekspresikan sebuah model area negosiasi yang sangat relevan pada negosiasi integrative. Terdapat tujuh langkah menuju proses negosiasi ideal.Pertama adalah tahap persiapan yang didalamnya terdapat aktivitas dalam menentukan apa yang penting, tujuan, serta memikirkan bagaimana caranya menjalin kerja sama dengan pihak lain. Tahap kedua adalah relationship building, yakni mengetahui pihak lain, memahami bagaimana kamu dan pihak lainnya dalam persamaan dan perbedaan, dan membangun komitmen melalui pencapaian seting keuntungan mutual outcome. Ketiga adalah pengumpulan informasi di mana kamu harus mengetahui mengenai isu, kebutuhan pihak lain, rentang kemungkinan persetujuan, dan mempelajari resiko apa saja yang harus ditanggung jika gagal meraih persetujuan dengan pihak lain. Fase keempat adalah saatnya penego menggunakan informasi yang di miliki untuk meraih outcome dan perjanjian yang diinginkan. Pada fase selanjutnya terdapat penawaran yang dilakukan penego dalam opening offer. Kemudian dilanjutkan pada fase keenam yaitu menutup perjanjian dan padafase yang terakhir adalah pengimplementasian persetujuan dengan cara menentukan apa saja yang harus dilakukan tepat setelah persetujuan tercapai. 3.5 Mengimplementasikan Strategi: Proses Perencanaan Perencanaan yang efektif membutuhkan kerja keras dalam semua poin-poin yang disebutkan di bawah ini:  Menetapkan masalah yang harus diselesaikan pada negosiasi mendatang.  Mengumpulkan isu dan menetapkan bargaining mix  Menetapkan dan memahami kepentingan apa yang terletak dalam isu tersebut.  Menetapkan batasan (yakni titik di mana kita akan berhenti) dan alternatif (perjanjian lain yang dapat kita lakukan jika perjanjian ini mengalami kegagalan).  Menetapkan target diri sendiri dan membuka penawaran pada awal diskusi.  Memperkirakan konstituen dan kontek sosial di mana negosiasi terjadi. Dengan begitu kita akan memahami apa yang pihak lain inginkan dari kita.  Menganalisa pihak lain (tujuan, isu, strategi, kepentingan, batasan, alternatif, target, pembukaan dan otoritas pihak lain).  Merencanakan presentasi masalah dan pertahanan, yakni perencanaan yang meliputi proses di mana kita akan hadir dan “menjual” ide-ide pada pihak lain (atau bias saja terhadap pihak sendiri).  Menetapkan protocol – kapan dan dimana negosiasi akan terjadi, siapa yang hadir, agenda apa saja, dan lain sebagainya.
  • 11. 11 3.5 Analisis Perencanaan merupakan aktivitas yang paling penting dalam negosiasi. Seperti yang telah kita ketahui, penego seringkali mengalami kegagalan dalam melakukan perencanaan karena beragam alasan. Sebab perencanaan sistematis bukanlah sesuatu yang dapat dengan mudah diperkirakan, seringkali penego berada dalam suatu tekanan yang menyebabkan mereka harus bertindak dengan sangat cepat dan ketika gagal mereka harus menerima resiko berupa biaya yang harus dikeluarkan untuk mencapai suatu outcome tanpa melalui negosiasi. Ada juga situasi dan kodisi dimana seorang negosiator harus memilih untuk tidak bernegosiasi untuk menghindari pencapaian yang sangat mengerikan. Perencanaan yang eektif akan membawa negosiasi pada suatu persetujuan kendati pada faktanya perencanaan ini akan mengalami modifikasi dan pembaharuan saat proses negosiasi berlangsung sesuai dengan perubahan lingkungan negosiasi. Seorang penego yang sangat hati- hati merncanakan akan berusaha untuk megimplementasikan perencanaan dengan sangat baik (poin 1-9 di atas). Ketika penego dapat menentukan dan mengevaluasi kesembilan faktor tersebut, mereka akan mengetahui apa yang ia inginkan dan memiliki pandangan yang jelas mengenai arah bagaimana proses negosiasi akan berlangsung.Pemahaman arah dan kepercayaan diri yang dimunculkan darinya merupakan faktor penting yang akan mempengaruhi hasil dari sebuah negosiasi. Strategy : The Overall Plan to Achieve One’s Goals Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa goals dapat menentukan strategi yang digunakan untuk mencapai goals itu sendiri. Dibawah ini akan dijabarkan mengenai beberapa konsep yang berkaitan dengan strategi sebagai rencana keseluruhan untuk mencapai hasil yang ditargetkan. • Strategy vs Tactic Konsep strategi sering diidentikkan dengan taktik, padahal keduanya memiliki makna dan tingkatan yang berbeda. Taktik bersifat sementara dan cenderung adaptif, dan bersifat mendukung strategi. Secara hirarkis, taktik merupakan kepanjangan dari strategi sehingga takti merupakan subordinasi dari strategi yang telah ditentukan sebelumnya.
  • 12. 12 • Unilateral vs Bilateral Approach to Strategy Dalam menyusun strategi, terdapat pendekatan unilateral yang bermaksud tidak melibatkan pihak lain. Sedangkan pendekatan bilateral adalah dengan melibatkan beberapa pihak lain dalam penyusunan strategi. • Dual Concern Model as a Vehicle for Describing Negotiation Strategies Ada dua pertanyaan fundamental yang sangat direkomendasikan untuk dijadikan pertimbangan dalam menentukan strategi yang akan digunakan. Yang pertama adalah seberapa besar perhatian aktor negosiasi terhadap hasil substantif negosiasi. Yang kedua adalah seberapa besar perhatian para negosiator terhadap kualitas hubungan dengan pihak lain nantinya. • Alternative Situational Strategies Seorang negosiator harus mampu merespon keadaan dalam negosiasi secara cepat dan tepat. Alternatif dalam strategi juga perlu dipertimbangkan jika dalam praktiknya terjadi suatu hal yang di luar rencana. • The Non-engagement Strategy : Avoidance Ada kalanya dalam sebuah negosiasi, apa yang ingin dicapai tidak dapat dicapai. Dengan demikian, hal yang paling rasional dilakukan adalah dengan meninggalkan proses negosiasi. • Active-engagement Strategy : Competition, Collaboration, Accomodation Negosiasi yang terjadi dapat berupa kompetisi yang bersifat distributif, ada pihak yang menang dan kalah dan terjadi saling tawar-menawar. Negosiasi juga dapat berupa kolaborasi yang berisfat integratif, berusaha untuk meraih kesepakatan yang menguntungkan semua pihak. Negosiasi juga dapat berupa akomodasi yang hampir mirip dengan kompetisi namun satu pihak memberikan kuasa kepada pihak lain untuk mengindari konflik.
  • 13. 13 BAB IV PERSEPSI, KOGNISI, DAN EMOSI DALAM NEGOSIASI 4.1 Hubungan antara persepsi dan proses negosiasi Selama proses negosiasi, sangat penting untuk menjaga persepsi diantara pihak yang terlibat. Sehingga penyampaian gagasan masing-masing pihak seharusnya harus dapat diterima dengan jelas oleh pihak lawan. Sehingga tidak menimbulkan mispersepsi yang berakibat terhadap kepentingan/ keputusan yang diperoleh tidak dapat sesuai dengan keinginan awal. Yang dimaksud dengan 4 istilah berikut beserta contoh  Stereotyping Adalah adanya generalisasi terhadap suatu objek, sehingga negosiator akan memiliki prasangka/ prejudifikasi terhadap objek yang memiliki faktor/ latar belakang tertentu tersebut secara umum, ditandai dengan pemberian label, simbol ataupun identitas tertentu. Misalnya adalah penilaian terhadap negosiator tertentu yang berasal Jepang, yang mana adalah tipe to the point, dengan anggapan terhadapnya sebagai orang yang kurang berinteraksi, tidak terlalu ramah, dan sebagainya.  Efek Halo Persepsi yang muncul akibat dari latarbelakang seorang negosiator yang telah dipercaya oleh lawan negosiator, misalnya adalah presiden Sukarno, dalam mengikuti konferensi internasional, akan dinilai sebagai sosok yang kharismatik dan tangguh, yang tercermin dari usahanya memperjuangkan NKRI.  Persepsi Selektif Merupakan persepsi yang telah tersaring dengan suatu faktor yang dipengaruhi atas preferensi negosiator itu sendiri. Misalnya persepsi bahwa negosiasi akan cenderung lebih mudah dilakukan dengan orang yang to the point, maka lawan negosiator yang memiliki indikasi/ ciri-ciri to the point akan dianggap lebih mudah diajak bernegosiasi, misalnya tegas dalam menyampaikan gagasan dan serius dalam menghadapi negosiator lawan.  Proyeksi merupakan hasil yang hendak dicapai atau yang dijadikan asumsi dasar dan digunakan sebagai rancangan/ pedoman yang ingin dicapai selama proses negosiasi, seperti negosiasi
  • 14. 14 Indonesia dengan Malaysia mengenai wilayah, proyeksinya bahwa Indonesia harus memiliki kemampuan hingga tingkat tertentu sehingga dapat mencapai hasil semaksimal mungkin. 4.2 Pengertian kognisi dan emosi, serta apa yang diharapkan dari keduanya Kognisi adalah aspek yang harus diperhatikan dan dipahami antar negosiator yang mencakup latar belakang serta minat, target mauun perspektif. Sehingga tercipta persepsi yang benar dan bukan mispersepsi yang tidak diharapkan terjadi. Emosi adalah aspek psikologis negosiator yang harus dijaga tetap dalam sisi yang positif, sehingga menciptakan konsekuensi terjadinya negosiasi yang lebih integratif dan kesepahaman atas sikap positif satu sama lain. Yang diharapkan dari keduanya, bahwa dengan adanya emosi yang positif sehingga menciptakan suasana yang nyaman dan kondusif serta dukungan kognisi yang mencakup berbagai aspek yaitu minat, target mauun perspektif dengan saling memahami antar pihak negosiator, maka akan menciptakan proses dan hasil negosiasi yang optimal antara kedua belah pihak 4.3 Bias kognitif dalam negosiasi Kesalahan secara sistematis yang dilakukan oleh negosiator akibat dari misinterpretasi terhadap informasi yang diperoleh selama proses negosiasi, sehingga dinilai memiliki kecenderungan menghalangi proses negosiasi dengan hasil yang kurang optimal. 4.4 12 Bias Kognitif Dalam Negosiasi Dan Cara Mengatasinya  Eskalasi komitmen yang irrasional, tindakan yang diambil negosiator yang sudah tidak mempedulikan apa yang perlu dievaluasi, karena tindakan yang sama terus dilakukan tanpa melihat bagaimana hasil yang telah dicapai, sehingga hasilnya tidak optimal bahkan sia-sia. Hal ini dapat diatasi dengan adanya penasihat yang dapat memberikan pencerahan bahwa tindakan tersebut sudah tidak lagi optimal dan hanya membuang sumber daya.  Keyakinan pada harga mati (rigid), menganggap bahwa hasil yang dicapai dalam nnegosiasi tidak sesuai yang diharapkan atau kebuntuan, sehingga tidak melakukan tindakan lain dengan asumsi bahwa tindakannya akan sia-sia. Dapat diatasi dengan memberikan dukungan terhadap negosiator dengan mencari
  • 15. 15 tindakan alternatif yang diyakini akan berhasil. Pengarahan dan penyesuaian, merupakan penilaian atas input yang diterima negosiator tersebutbertolak belakang dengan kepentingan awalnya, sehingga cenderung untuk mengambil tindakan penyesuaian yang berlawanan/ skeptis, atau mempertimbangkan kembali tindakan apa yang perlu diambil, persiapan dengan bantuan advokat berlawanan atau pemeriksaan realitas diharapkandapat mencegah bias tersebut.  Pembingkaian Isu dan Resiko, dalam menggunakan perspektif saat proses negosiasi, maka akan ada kemungkinan yang menyebabkan negosiator harus menghindari tindakan tertentu sehinggga terkesan “cari aman”/ tidak mengambil resiko, dihindari dengan kepekaan terhadap bias, pemahaman informasi dan analisa menyeluruh sehingga diterima bahwa resiko itu pasti dan pencapaian lebih tinggi dapat dicapai.  Ketersediaan Informasi, bahwa informasi yang disampaikan dalam proses negosiasi harus dapat dengan mudah didapatkan/ diterima oleh negosiator lawan sehingga juga memudahan dalam evaluasi selanjutnya. Maka dengan cara penyampaian yang menarik dan atraktif dinilai akan mempermudah penerimaan serta membuatnya mudah diingat.  Kutukan pemenang, ketidakpuasan yang muncul atas kemudahan terhadap keberhasilan selama proses negosiasi, sehingga menganggap apakah memang dalam negosiasi terlalu banyak power/ resource yang dikeluarkan terhadap negosiator lawan, atau seharusnya ada kesepakatan yang senderung lebih baik dan menguntungkan. Untuk mengatasinya,persiapan menyeluruh dan investigasi terhadap isu hingga opsi alternatif/ keuntungan yang lain dalam negosiasi yang dinilai cenderung lebih baik.  Kepercayaan diri berlebih, memiliki segi positif yaitu menguatkan persepsi negosiator status/ posisi yang dimiliki, tetapi dampak negatifnya adalah menganggap terlalu mudah proses negosiasi tersebut dilakukan dan dengan hasil yang optimal, sehhingga negosiator memiliki kecenderungan untuk lengah dan hasil yang didapatkan justru sebaliknya. Maka sebaiknya, proporsionalitas atas percaya diri, kemampuan, persiapan, dan analisa terhadap power/ resource perlu dijaga.
  • 16. 16  Hukum angka kecil, dalam melakukan tindakan dan mengambil keputusan hanya berasal dari pertimbangan yang terlalu sedikit, atau kurangnya aspek/ faktor lain yang perlu diperhatikan serta sampel/ hasil data yang sedikit. Sehingga mengakibatkan ketidakakuratan tindakan/ keputusan tersebut. Maka hendaknya mengambil banyak faktor yang perlu diperhatikan serta analisa yang mendalam supaya hasilnya akurat dalam berbagai kondisi.  Bias pelayanan diri, pemberian atribut terhadap tindakan negosiator tertentu yang berlatarbelakan atas faktor internal yang dialami oleh negosiator tersebut, sehingga kurang memperhatikan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi tindakan/ sikap yang muncul. Hendaknya sebagaimana sebelumnya, memperhatikan apa yang ada dari segala aspek sehingga dapat dianalisa secara dalam dan didapatkan apa yang benar dan merupakan penyebabnya.  Pengaruh dukungan, dengan adanya dukungan akan meningkatkan keyakinan/ optimis terhadap hasil negosiasi, sehingga akan berakibat seperti poin kepercayaan diri berlebih diatas, dan mengganggu pencapaian kesepakatan yang paling baik. Maka dukungan tersebut harusnya disikapi sebagai motivasi eksternal seorang negosiator dalam mewujudkan kepentingan, bukan hanya resource yang tersedia.  Mengabaikan kognisi pihak lain, yaitu dengan sikap negosiator yang kurang/ tidak memperhatikan pemikiran dan persepsi pihak lai, sehingga persepsi dirinya terhadap pihak lain akan tidak harmonis sehingga terjadi kesalahan penafsiran apa sikap/ tindakan yang hendak diambil oleh negosiator lawannya. Maka seorang negosiator hendaknya berusaha untuk memahami secara akurat latar belakang baik itu minat, target mauun perspektif negosiator lawannya.  Proses devaluasi reaktif, penggunaan dasar emosionalitas dan ketidakpercayaan terhadap pihak lain serta cenderung subjektif. Sehingga akan menilai rendah dan mendevaluasi konsesi pihak lawan. Maka, seorang negosiator hendaknya menjunjung tinggi objektivitas proses negosiasi dan menghindari penggunaan dasar emosi maupun prasangka yang buruk.
  • 17. 17 BAB V KOMUNIKASI DALAM NEGOSIASI 5.1 Komunikasi Diartikan sebagai kegiatan penyampaiaan pesan dari komunikator kepada komunikan dengan tujuan tertentu. Pesan dapat disampaikan dalam bentuk: Lisan, tulisan, audio visual, ataupun gabungan ketiga-tiganya. Dalam kegiatan komunikasi yang sangat perlu diperhatikan pola komunikasi sangat menentukan pili-han kata yang dipergunakan. Komunikasi lain adalah komu-nikasi yang berlangsung dalam bahasa simbol dan kata- katanya memiliki makna ganda. Di situ hanya orang-orang tertentu saja bisa mengerti atas pilihan kata-kata atau idiom yang digunakan. Dalam berkomunikasi sering terganggu oleh percampuradukan antara fakta dan opini. 5.2 Komunikasi Teknik Negosiasi Sebagai mana kita sering mendengar negosiasi diartikan sebagai proses yang melibatkan upaya sese-orang untuk merubah atau tidak merubah sikap dan perilaku orang lain. Sedangkan pengertian yang lebih terinci menunjukkan bahwa negosiasi merupakan proses untuk mencapai kesepakatan yang menyangkut kepen-tingan timabal balik dari pihak-pihak dengan sikap, sudut pandang, dan kepentingan-kepentingan yang ber-beda satu sama lain. Negosiasi, baik yang dilakukan oleh seorang pribadi dengan pribadi lainnya, maupun negosiasi antara kelompok dengan kelompok (atau antar pemerintah), senantiasa melibatkan pihak-pihak yang memiliki latar belakang berbeda dalam hal wawasan, cara berpikir, corak perasaan, sikap dan pola perilaku, serta kepentingan dan nilai-nilai yang dianut. Pada hakikatnya negosiasi perlu dilihat dari konteks antar budaya dari pihak yang mela-kukan negosiasi, dalam artian perlu komunikasi lisan, kesedian untuk memahami latar belakng, pola pemikiran, dan karakteristik masing-masing, serta kemudian berusaha untuk saling menyesuaikan diri.
  • 18. 18 Agar dalam berkomunikasi lebih efektif dan mengena sasaran dalam negosiasi bisnis harus dilak-sanakan dengan melalui beberapa tahap yakni: 1. Fact-finding, mencari/mengumpulkan fakta-fakta.data yang berhubungan dengan kegiatan bisnis lawan sebe-lum melakukan negosiasi. 2. Planning / rencana, sebelum berne-gosiasi/berbicara susunlah dalam garis besar pesan yang hendak disampaikan. Berdasarkan kerangka topik yang hendak dibicarakan rincilah hasil yang diharapkan akan teraih. Berdasarkan pengenalan anda terhadap lawan tersebut, per-kirakan/bayangkan kemung-kinan reaksi penerima pesan/lawan berbicara terhadap apa yang anda katakan. 3. Penyampaian, lakukan negosiasi/ sampaikan pesan dalam bahasa lawan/sipenerima. Usahakan gunakan istilah khas yang bisa dipakai oleh lawan negosiasi kita. Pilihlah kata- kata yang mencer-minkan citra yang spesifik dan nyata. Hindari timbulnya makna ganda terhadap kata yang disampaikan. 4. Umpan balik, negosiator harus menguasai bahasa tubuh pihak lawan. Dengarkan baik- baik reaksi lawan bicara. Amati isyarat prilaku mereka seperti: angkat bahu, geleng– geleng kepala, mencibir, mengaggguk setuju. Umpan balik dapat untuk mengetahui samakah makna yang disampaikan dengan yang ditangkap lawan negosiasi bisnis kita. 5. Evaluasi, perlu untuk menilai apakah tujuan berkomunikasi/ negosiasi sudah tercapai, apakah perlu diadakan lagi, atau perlu menggunakan cara-cara untuk mencapai hasil yang lebih baik. Meskipun pesan yang disam-paikan dapat diterima dengan baik, bukan berarti hasil yang diharapkan akan diperoleh sesuai dengan yang direncanakan semula. yang sering terjadi justeru perbedaan pandangan terhadap cara penyelesaian masalah antara pemberi dan penerima pesan. Sehingga diperlukan pembicaraan lebih lanjut, yang memerlukan perjua-ngan tersendiri bagi pengirim pesan dalam menyampaikan dan memenang-kan pendapatnya.
  • 19. 19 Kalau terjadi adu pendapat antara negosiator dengan pihak lawan maka timbul dorongan untuk menang. Keinginan untuk menang disatu sisi dengan mengabaikan kekalahan dipihak lainnya, biasanya sulit tercapai. Untuk itu digunakan strategi menang-menang. Artinya ada sebagian keinginan kita yang dikorbankan dengan mengharapkan pihak lawan juga akan mengorbankan hal yang sama, sehingga kesepakatan diantara kedua belah pihak dapat tercapai. Kontak permulaan merupakan fase yang sangat penting guna membangun hubungan personal yang berkelanjutan. Kontak permulaan lewat korespodensi, faksimile atau telepon dianggap sebagai cara yang kurang efektif atau tepat. Kebanyakan perusahaan menanggapi dengan lamban, bahkan seringkali tanpa respon. Hal ini terjadai pertama kerana hambatan bahasa dan komunikasi terutama untuk perusahaan-perusahaan kecil dan menengah yang tidak terbiasa membuat kontak langsung dengan perusahaan asing. Kedua, surat menyurat tidak memberi informasi yang cukup. Tanpa informasi yang cukup, kontak dagang sulit dilakukan dan negosiasi mengalami kegagalan. Hal kecil yang tidak bisa disepelekan dalam kontak permulaan adalah kebiasaan menukar kartu nama.
  • 20. 20 BAB VI MENEMUKAN DAN MENGGUNAKAN KEKUATAN NEGOSIASI 6.1 MENEMUKAN DAN MENGGUNAKAN KEKUATAN NEGOSIASI Kebanyakan dari para negosiator mempercayai pentingnya kekuatan bernegosiasi karenadianggap dapat memberikan manfaat bagi mereka yan diperoleh dari pihak lain. Menggali kekuatanbernegosiasi biasa muncul dari satu atau dua persepsi: 1. Para negosiator mempercayai bahwa mereka memiliki sedikit kekuatan bernegosiasi disbandingdengan pihak lain yang telah memperoleh manfaat, sehingga mereka menggali kekuatan untukmenutup kerugian atau mengimbangi keuntungan lainnya. 2. Para negosiator mempercayai bahwa mereka membutuhkan kekuatan lebih disbanding pihak lain, sehingga mereka memperoleh manfaat bagi dirinya sendiri dalam negosiasi berikutnya. Pada umumnya, para negosiator yang tidak peduli terhadap kemampuan mereka atau mereka yang telah mencocokkan tinggi rendahnya tingkat kemampuan – yang menemukan bahwa proses deliberasi dengan pendorong yang lebih baik dan secara sederhana melalui sebuah kepuasan yang secara seimbang dan hasil yang diterima. Kebalikannya, para negosiator yang peduli terhadap kemampuan mereka dan menggali untuk mencocokkan atau menghasilkan kemampuan yang lainnya biasanya memungkinkan mendapatkan sebuah solusi yang tidak keluar dari negosiasi (sebuah bentuk pertahanan) atau mendominasi negosiator (sebuah bentuk penyerangan). Secara luas, orang-orang memiliki kekuatan dimana mereka menggunakan kekuatan untuk menghasilkan sesuatu yang mereka inginkan atau kekuatan untuk mendapatkan sesuatu dengan cara mereka. terdapat dua perspektif kemampuan, yaitu kemampuan mendominasi dan mengendalikan pihak lain (lebih mengacu kepada konteks penawaran penyaluran) dan
  • 21. 21 kemampuan tersebut digunakan untuk bekerja sama dengan pihak lain (lebih mengacu kepada konteks negosiasi penggabungan). Dari sudut pandang pemegang kekuasaan, perspektif pertama bertolak belakang dengan pengertian kekuatan berlebih, yang menerapkan bahwa kekuatan pada dasarnya mendominasidan memaksa. Dari sudut pandang pihak lain, penggunaan kekuatan tersebut menerapkan kurangnyakekuatan dan bergantung pada hasil akhir yang didapat. Pergerakan hubungan kekuasaan ini dapatberkisar antara keramahan dan dukungan (seperti banyaknya hubungan- hubungan pengawasan) untuk menindas dan menekan (dianggap seperti orang tua yang dictator). Dari sudut pandang yang kedua,sudut pandang pelaku kekuasaan menyarankan kekuatan bersama, mengimplikasikan bahwa kekuasaan tersebut memegang peranan penting dalam membangun dan membagi kekuasaan dengan pihak lain.
  • 22. 22 BAB VII PENGARUH NEGOSIASI 7.1 Tujuan Pengaruh Negosiasi  Memahami prinsip-prinsip pengaruh yg berhasil  Mengeksplor dinamika “dua rute” menuju pengaruh yg berhasil.  Mempertimbangkan beragam alat dan teknik pemberi pengaruh yg ada melalui masing- masing rute.  Memperoleh pemahaman yg lebih luas mengenai beragam alat pemberi pengaruh yg tersedia bagi negosiator. 7.2 Dua Rute Menuju Pengaruh: Model Yang Mengorganisasi Salah satu cara memahami bagaimana orang-orang dipengaruhi oleh orang lain adalah dengan menggambarkan model komunikasi tradisional yg berfokus pada isi dan karakteristik pesan yg disampaikan oleh pengirim yg di yakini, diterima, atau dipahami oleh si penerima. Cara alternatif-pendekatan yg kita pilih disini-berdasarkan pada pemahaman yg lebih kontemporer mengenai bagaimana pengaruh dan persuasi bekerja. Secara umum orang-orang berpengaruh dengan dua cara: 1. Cara pertama terjasi secara sadar dan melibatkan pemikiran aktif mengenai pesan yg memberikan pengaruh dan mengintegrasikannya ke dalam struktur kognitif individu yg telah ada sebelumnya. 2. Rute kedua menuju persuasi, rute peripheral, dicirikan dengan petunjuk dan konteks halus dengan pemikiran dan memrosesan kognitif terhadap pesan yg lebih sedikit.
  • 23. 23 Dalam bab ini, kita membahas sejumlah mekanisme pengaruh yg dapat digunakan seseorang dalam negosiasi. Kita membahas bagaimana penerima-target pengaruh-dapat menghindari pengaruh dengan mengeksplorasi kebutuhan dan kepentingan pihak lain atau dengan menolak efek-efek persuasif pesan yg disampaikan. Negosiator yg efektif tidak hanya terampil dalam membuat pesan persuasif, tetapi juga memainkan peranan “konsumen” pesan yg di arahkan pihak lain.
  • 24. 24 BAB VIII ETIKA DALAM BERNEGOSIASI 8.1 Etika Negosiasi  Lies Subject matter berbohong (kebohongan) dalam negosiasi diantaranya konstrain, alternative, wewenang untuk negosiasi, komitmen, penerimaan tawaran lawan negosiasi, tekanan waktu dan sumber daya yang tersedia. Dalam kriteria golden rule berbohong diperbolehkan jika hal tersebut meruapakan satu-satunya cara untuk mencegah bahaya yang lebih besar.  Ulitarianism Menghubungkan perilaku berbohong dengan konsekuessi yang akan timbul dari perbuatan tersebut. Dalam universalism berbohong merupakan suatu perbuatan yang tidak dapat dibenarkan. Distributive justice memandang bahwa berbohong dapat meningkatkan kesemapatan untuk membuat keputusan yang tidak dapat memnuhi kepentingan dengan baik dan juga berbohong dapat mengurangi kebebasan untuk bertindak.  Puffery Puffery ini berkaitan dengan melebih-lebihkan sesuatu seperti cost atau kondisi. Negosiator melebih-lebihkan mulai dari alternative, apa yang mereka ingin dapatkan atau disiapkan akan didapatkan, pentingnya isu. Seperti berbohong, melebih-lebihkan juga dimaksudkan untuk menipu dan mengambil manfaat dari biaya yang ditanggung lawan negosiasi.  Deception Penipuan yang dimaksud yaitu janji palsu, ancaman, permintaan pertama yang berlebihan, tidak peduli dengan fakta yang ada, atau meminta sesuatu yang tidak diinginkan. Deception ini tidak sesuai dengan keempat kriteria etis tersebut.  Weaking the opponent Membuat pihak lawan lemah biasanya melibatkan kebohongan, penipuan, dan melebih- lebihkan. Negosiator akan mengeliminasi beberapa alternative pihak lawan, menyalahkan pihak lawan atas tindakannya, menggunakan pernyataan abrasive secara personal.
  • 25. 25  Strengthening one’s own position Teknik ini didesign untuk memperbaiki posisi sendiri tanpa melakukan sesuatu yang merugikan atau membahayakan pihak lawan, biasanya melibatkan resource yang dimiliki, misalnya expertise, financial, dan aliansi.  Nondisclosure Prinsipnya hanya mengungkapkan fakta hanya sebagian, gagal untuk mengungkapkan fakta yang tersembunyi, gagal untuk membenarkan salah persepsi pihak lawan, atau menyembunyikan posisi negosiator itu sendiri.  Information exploting Informasi yang disediakan pihak lawan digunakan untuk mengeksploitasi kelemahannya atau membuat lemah aliansinya.  Change of mind Teknik ini menerima untuk merubah permintaan, menarik dari tawaran yang dijanjikan, atau melakukan ancaman terhadap pihak lawan. Kitadiperbolehkan untuk merubah pemikiran (change of mind) selama tidak memutuskan komitmen atau kesepakatan.  Distraction Distraction ini merupakan tindakan atau pernyataan yang dapat menjadi sederhana (simple) seperti menyediakan informasi yang dilebih-lebihkan, meminta banyak pertanyaan, menghindari pertanyaan, atau mengubur atau menyembunyikan isu yang terjadi.  Maximitation Yang termasuk perilaku ini yaitu meminta pihak lawan untuk membuat konsesi yang hasilnya menguntungkan kita, atau sama untungnya atau pihak pihak lawan menanggung kerugian yang lebih besar. Maksimisasi ini juga biasanya berubah win-win negotiation menjadi win-lose negotiation. 8.2 Menerapkan Etika ke dalam Negosiasi  Rigid negotiation Negosiasi yang tidak etis akan mengorbankan beberapa fleksibilitas, kreativitas, ide dari pihak lain. Dengan demikian, negosiator akan terjebak pada pendekatan rigid negotiation yang akan dimanfaatkan lawan negosiasinya.
  • 26. 26  Damaged relationship Ketika negosiasi dilakukan secara tidak etis maka akanada yang dijadikan korban dari hasil negosiasi tersebut dan hubungan dari pihak yang negosiasi tersebut dapat rusak di masa depan karena ada pihak yang merasa dirugikan.  Suilled reputation Kadang opposing negotiation merupakan perilaku yang tidak etis dan mengharapkan orang lain untuk berperilaku tidak etis dan kemudian di masa depan dia akan menyerang kembali pihak lawannya.  Lost opportunities Negosiasi yang tidak etis tidak hanya menghasikan keputusan yang tidak win-win solution tetapi juga menginterfensi diskusi yang membawa isu-isu baru yang akan menguntungkan kedua belah pihak. Dalam negosiasi dan diplomasi, persuasi mengambil peran yang penting. Karena tujuan dari negosiasi adalah agar kepentingan negara yang bernegosiasi dapat tercapai. awal dari persuasi adalah membangun hubungan baik dengan negara lain. Hubungan yang baik antar perwakilan negara mensyaratkan adanya kontak manusia. Kementerian luar negeri secara resmi telah memulai perundingan secara langsung dengan satu yang lainnya terutama ketika sudah berada dalam satu insititusi regional, mereka sering bertemu untuk melakukan rapat dan mengembangkan jaringan personal. Ketika hubungan antara orang per orang membaik dan terjalin persahabatan diantara mereka maka institusi yang dibawa akan bisa secara otomatis semakin mudah untuk dilibatkan. Meskipun hubungan yang mereka jalin secara resmi masuk dalam jaringan kementrian, akan terjalin hubungan persahabatan. Di situasi yang berbeda ketika hubungan formal untuk memecahkan masalah akan tertutup, jaringan persahabatan yang sudah dibangun memainkan peranannya. Tidak ada keraguan bahwa informasi yang berat akan jarang dikeluarkan. Pemimpin yang menikmati persahabatan, sebut saja diantara negara G-8, semakin sering membentuk kontak personal, akan membuat pertemuan di konferensi semakin baik. Setiap diplomat tergantung dari kontak personal. Sehingga dibutuhkan kredibilitas dan kepribadian yang baik, ketika kepercayaan sudah didapat semakin mudah bagi diplomat untuk dipercaya. Esensi dari persuasi adalah untuk membangun hubungan yang dalam dengan aktor kunci yang akan memberikan banyak hal pada situasi tertentu, baik di dalam negara maupun negara penerima. Diplomat secara bertahap menambah kontak, akan tetapi juga memiliki prioritas untuk sosok pembuat keputusan dan pengubah keadaan. Persuasi adalah jantung dari proses diplomasi, dan itu tergantung pada kredibilitas, dan kualitas komunikasi inter-personal diplomat itu sendiri berfungsi dengan efektif. Tidak ada yang lebih penting dari kemampuan diplomat untuk bekerja melewati batas budaya.
  • 27. 27 Untuk persuasi dapat berjalan dengan baik maka dibutuhkan komunikasi yang baik pula. Komunikasi merupakan salah satu aspek yang penting. Komunikasi dalam diplomasi seperti darah dalam tubuh manusia. Ketika darah berhenti mengalir maka manusia akan mati, begitu juga dengan komunikasi. Ketika komunikasi dalam diplomasi berhenti, proses diplomasi akan mati, dan sebagai hasilnya konflik kekerasan terjadi. Komunikasi sosial termasuk komunikasi diplomatik, terdapat perpindahan pesan yang mana didalamnya terdapat pesan. Pesan ini bisa verbal atau nonverbal. Verbal komunikasi seperti pembicaraan langsung antara satu orang dengan yang lainnya. Nonverbal komunikasi atau bahasa tubuh juga mengambil peranan yang penting di dalam komunikasi diplomatik. Bahasa tubuh terlihat dari gestur masing-maisng orang. seperti berjabat tangan, secara umum dipakai untuk menggambarkan hubungan antar negara. Komunikasi nonverbal memiliki keuntungan, ia dapat menarik perhatian audience dibanding dengan komunikasi verbal. Selain itu juga banyaknya informasi yang diketahui oleh diplomat mengambil peranan yang penting. Salah satu dari inovasi penting yang dibawa oleh diplomasi pada era Renaissance yaitu tumbuhnya kebutuhan tidak hanya untuk mengirim pesan akan tetapi untuk mengumpulkan informasi mengenai negara lain. Sejak saat itu mengumpulkan informasi merupakan fungsi dasar dari modern diplomasi. Secara tidak langsung tersirat pada Konvensi Vienna tentang Hubungan Diplomasi pada tahun 1961. Namun saat ini ada pertanyaan yang muncul dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi hal itu secara otomatis mengurangi fungsi diplomat sebagai pencari informasi. Namun tidak semuanya yang disampaikan oleh media itu adalah benar. Tidak semua informasi diketahui oleh media meskipun media terus menerus memperbarui beritanya. Sehingga fungsi diplomat sebagai pencari informasi tidak dapat digantikan oleh media apapun. Media sebagai pelengkap tetapi bukan pengganti informasi yang dikumpulkan lewat jaringan diplomatik. Selain itu juga dalam negosiasi diplomasi bahasa adalah alat komunikasi. Bahasa Inggris merupakan bahasa internasional yang juga berlaku dalam ranah diplomasi dan negosiasi. Dalam sebagian besar kasus, hal ini tentu memberikan peluang kepada mereka yang native English- speakers. Namun berbeda daerah atau penggunaan terhadap bahasa tersebut akan memberikan masalah kepada para native English-speakers. Sebagai contohnya, ketika seorang Amerika mengatakan ‘grass’ yang berarti adalah rumput, namun bagi orang Inggris, ‘grass’ dapat menjadi kata kerja yang berkaitan dengan aparat penegak hokum. Selain itu, factor perbedaan usia, tingkat pendidikan, gender, juga mempengaruhi interaksi. Bagi mereka yang merupakan native English-speaker, bahkan merupakan hal yang penting bagi mereka untuk menggunakan bahasa yang tepat agar tidak terjadi kesalahpahaman bagi pihak lain untuk memahaminya. Menanyakan pertanyaan tentang apa arti kata-kata dan frase yang didengarkan atau dibaca merupakan hal yang perlu untuk dilakukan apabila tidak dapat benar- benar memahaminya. Namun yang lebih sulit adalah, apabila kita berasumsi bahwa kita mengerti apa yang kita dengar dan baca hanya karena persamaan bahasa yang digunakan padahal memiliki makna yang berbeda sehingga kesalahpahaman dapat dengan mudah terjadi.
  • 28. 28 Native English-speaker biasanya mengalami kendala apabila mereka bernegosiasi dalam bahasa inggris dengan mereka yang tidak menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa utamanya. Karena keakuratan dalam pertukaran informasi adalah hal terpenting dalam bernegosiasi, maka kita perlu waspada terhadap segala perjanjian dengan bertanya langsung mengenai perjanjian tersebut, karena bahasa yang digunakan dalam perjanjian tersebut adalah bahasa Inggris misalnya, maka perlu dipastikan apakah keduabelah pihak memiliki persepsi yang sama akan perjanjian tersebut. Terutama apabila perjanjian tersebut dibuat dengan mereka yang tidak menggunakan bahasa Inggris dalam kehidupan sehari-hari Situasi juga akan menjadi lebih sulit apabila partner dalam bernegosiasi sama-sama menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa utamanya dan tidak mengerti bahasa lainnya, karena tidak ada dari mereka yang bisa menerjemahkan menjadi bahasa pihak kedua, dan sebaliknya, Sehingga lebih baik apabila dalam bernegosiasi dengan pihak yang merupakan non- native English speakers, seorang native English-speaker mempunyai mitra yang dapat menguasai bahasa asing yang dapat lebih baik dimengerti oleh non-native English Speakers dalam membuat kesepakatan. Tidak hanya teori saja yang harus kita kuasai akan tetapi ada banyak hal agar perjalanan negosiasi dan diplomasi yang dilakukan suatu negara dapat berhasil dengan baik. Diantaranya ada etika internasional yang mengatur bagaimana tata cara dalam bernegosiasi, ada pula pola yang diberikan oleh dunia internasional. Selain itu persuasif merupakan jantung dari proses diplomasi itu sendiri karena dalam diplomasi kita memperjuangkan kepentingan dan mempengaruhi negara lain agar mendukung kepentingan kita. Namun didalam persuasi pasti dibutuhkan komunikasi, komunikasi yang baik akan membentuk hubungan yang baik pula. Berkomunikasi sudah tentu membutuhkan alat yaitu bahasa. Bahasa adalah salah satu aspek yang penting juga agar komunikasi dapat berjalan dengan baik.
  • 29. 29 BAB IX HUBUNGAN DALAM NEGOSIASI 9.1 Kecukupan Dan Pendekatan Yg Dibangun Terhadap Penelitian Untuk Memahami Negosiasi Dalam Hubungan. a) Negosiasi dalam hubungan terjadi setiap saat. Satu cara mengubah negosiasi distributif menjadi yang integrative adalah bagi para pihak untuk berkesempatan dalam menuai keuntungan atau hadiah. Di dalam hubungan, pihak-pihak dapat melakukannya dengan mudah. Menjadi variabel penting dalam bernegosiasi di dalam hubungan; mengerti bagaimana pihak-pihak membenahi atau melakukan trade-off masalah- maslah setiap saat mungkin menjadi hal penting untuk mengatu situasi- situasi yang sulit. b) Negosiasi sering kali bukanlah jalan untuk mendiskusikan sebuah masalah, tetapi cara untuk belajar lebih banyak tentang pihak lain dan meningkatkan saling ketergantungan. Dalam negosiasi transaksional, pihak-pihak mencari celah untuk mendaptkan infomasi, sehinggan mereka dapat membuat kesepakatan yang lebih baik. Dalam sebuah hubungan, mengumpulkan informasi tentang gagasan, keinginan, dan prioritas yang pihak lain sering kali menjadi aktivitas yang paling penting. c) Resoulusi dari masalah-masalah distributive yang sederhana memiliki implikasi untuk masa depan. Penyelesaian dari masalah negosiasi siapa pun dapat menciptkan preseden yang tidak diinginkan atau tidak disengaja. Semakin banyak pihak-pihak mempelajari satu sama lain, semakin rentan atau tergantung sama lain. d) Isu-isu distributing dalam negosiasi hubungan dapat memanas secara emosional. Jika satu pihak merasa kuat tentang masalah atau yang lain bertindak secara provokatif, pihak-pihak yang terlibat akan sangat marah terhadap satu sama lain. Mengekspresikan kemarahan tersebut dengan jelas membuat negosiasi menjadi sulit untuk mencapat kesepakatan. e) Negosiasi dalam hubungan dapat saja tidak pernah berakhir. Salah satu keuntungan dari negosiasi dalam sebuah permainan atau simulasi adalah bahwa terdapat akhir yang jelas. Pada kenyataannya, banyak partisipan dalam pencobaan negosiasi laboratorium dapat
  • 30. 30 mengembangkan strategi khusus mengenai cara mereka akan memainkan ‘permainan akhi’; seringkali meninggalkan strategi yang kooperatif untuk mendapatkan yang lain pada gerakan terakhir. Memiliki beberapara konsekuensi:  Pihak-pihak dapat menunda negosiasi atau masalah-masalah untuk memulai dalam pijakan yang tepat.  Mencoba mengantisipasi masa depan dan menegosiasikan semuanya di awal seringkali tidak mungkin.  Isu-isu terhadap pihak yang benar-benar setuju tidak akan pernah pergi. f) Dalam banyak negosiasi, orang lain merupakan masalah utama. Teori perspektif yang terkenal mengenai negosiasi integratif mengajarkan bahwa untuk menjadi efektif, para negosiator harus ‘memisahkan orang dari masalah’. g) Dalam beberapa negosiasi , pemeliharaan hubungan merupakan tujuan negosiasi yang terlalu dipaksakan, dan pihak-pihak dapat membuat konsensi terhadap masalah-masalah substansial untuk memelihara/meningkatkan hubungan. Resolusi yang mungkin terhadap negosiasi ‘orang adalah masalahnya’ merupakan resoulusi di mana salah satu atau kedua pihak sebenarnya dapat membuat konsensi utama terhadap masalah-masalah yang substansif cenderung untuk memelihara hubungan. 9.2. Bentuk-Bentuk Hubungan Sebuah hubungan perlu di analisis pola-pola atau bentuk-bentuknya yang dapat mempengaruhi suatu negosiasi agar dapat berkembang.salah satu karakteristik dari hubungan adalah bahwa tindakan-tindakan masing-masing pihak merupakan penyebab utama yang memunculkan perilaku pihak lain. Bagaimana orang-orang bereaksi terhadap pengaruh tersebut tergantung pada tipe hubungan yang mereka miliki. 9.2.1. EMPAT BENTUK HUBUNGAN PALING PENTING Fiske (1991) berpendapat bahwa terdapat empat tipe hubungan yang penting: communal sharing, authority ranking, equality matching, dan market pricing. Dengan penjelasan sebagai berikut: a) Communal sharing adalah hubungan kesatuan, komunitas, identitas kolektif, dan kebaikan, khusunya terjadi diantara keluarga terdekat. Orang-orang terhubung satu sama lain oleh perasaan keanggotaan kelompok umum yang kuat; identitas umum; dan rasa bersatu, solidaritas, dan kepemilikan. Hubungan communal sharing
  • 31. 31 di dasarkan pada keaslian, kemurahan hati, perasaan kebaikan yang spontan. Hubungan ini dapat ditemui dalam keluarga, organisasi daerah, kelompok etnis, dan paguyuban. b) Authority ranking adalah hubungan perbedaan asimetris, umumnya ditunjukkan dalam susuna hierarkis status. Orang-orang mengikuti prinsip-prinsip hierarki organisasi; peringkat yang lebih tinggi mendominasi peringkat yang lebih rendah. Hubungan authority ranking adalah salah satu ketidaksamaan, dimana orang- orang dengan peringkat lebih tinggi mengendalikan lebih banyak hal disbanding orang-orang yang dibawahnya. Contohnya: bawahan terhadap atasan, tentara terhadap komandan, dan para negosiator terhadap konstituen. c) Equality matching adalah hubungan korespondensi satu per satu dimana orang-orang memang berbeda namun sama, seperti dimanifestasikan dalam hal timbal balik yang seimbang, distribusi yang dibagi merata atau distribusi yang identic dalam bentuk kompensasi pengganti dan pengambilan keputusan. Hubungan ini terjadi di dalam tim atau kelompok yang anggotanya harus bekerjasama untuk mengoordinasikan tindakan mereka. Contohnya: hubungan teman sekamar di dalam asrama. d) Market pricing didasarkan pada sebuah metrik dari nilai dimana orang-orang membandingkan komoditas yang berbeda dan mengakulasi pertukaraan/rasio keuntungan. Dalam hubungan jenis ini, orang-orang melihat yang lain sebagai yang dapat dipertukarkan karena kesepakatan lebih penting dibandingkan hubungan. Contohnya: kesepakatan jual beli tanah.