SlideShare a Scribd company logo
TB dengan Penyulit
Penyulit dalam Program TB = Tantangan
Dr. Andajani Woerjandari. M.Kes
PENYULIT DLM
PROGRAM TB
PENYIMPANGAN THD SISTEM
- TIDAK DOTS
- TIDAK MENGGUNAKAN ISTC
- TIDAK MENEPATI PNPK
KETERATURAN BEROBAT DAN PENGOBATAN
- EFEK SAMPING OAT
- PEMILIHAN PMO
- NASEHAT
TB dg. PENYAKIT PENYERTA / KEAD.KHUSUS
PENYULIT LAIN ............?????
-STIGMA MASYARAKAT
--....................................
Fakta ttg S.D.M.
Limitasi kapasitas ingatan jangka
pendek (5- 7 informasi), diperburuk
dengan kelelahan dan stres
Error of omission (mis lupa
melakukan) terjadi kira-kira 1 dalam
100 Error of commission (mis salah
baca) terjadi kira-kira 3 dalam 100
Errors dapat karena: cognitive
overload, poor communication, fatigue,
workload, fear , dll)
Kontribusi Permasalahan penangan TB
oleh DPM
Dipertanykan karena tidak
terlaporkan
Tidak DOTS dan belum menerapkan
ISTC (tidak tahu, tidak mau,
mekanisme tidak menjangkau)
Mencetak MDR )disengaja atau
tidak) dengan kematian yang tinggi
(tidak terdata / tidak terjangkau
susrveilance)
(yang terpapar DOTS : 245 dan ISTC
: 16.000 dari 113.843 DPM di Ind.)
Pelatihan DOTS terbatas hanya pada
sektor pemerintah
Subdit TB : Ko-morbid MDR adalah DM
tak terkendali, TB dengan DM 2-3x
lebih banyak dp yang tanpa DM
Saat ini, prevalensi terjadinya TB paru meningkat seiring
dengan peningkatan prevalensi pasien DMTB paru..
Patofisiologi yang terjadi pada pasien DM turut
mempengaruhi patogenesis terjadinya TB paru di mana
pada pasien DM terjadi defek pada fungsi sel-sel imun.
Manifestasi klinis TB paru yang terjadi tidak berbeda, hanya
saja gejala klinik yang timbul pada pasien DM dapat
lebih banyak.
Prinsip pengobatan, perlu diperhatikan adanya interaksi
dan efek samping obat antara obat antituberkulosis dan
obat oral untuk DM, misalnya antara rifampisin dengan
obat golongan sulfonilurea.
Keadaan yang perlu diperhatikan ialah
pemberian rifampisin pada pasien DM
yang menggunakan obat oral
antidiabetes, khususnya sulfonilurea
karena dapat mengurangi efektivitas
obat tersebut dengan cara
meningkatkan metabolisme
sulfonilurea. Sehingga pada pasien DM,
pemberian sulfonilurea harus dengan dosis
yang diting- katkan
Pasien TB diabetes mellitus
harus dikontrol, penggunaan
Rifampisin dapat mengurangi
efektifitas obat oral anti diabetes
(sulfonil urea), sehingga obat
anti diabetes perlu ditingkatkan.
Insulin digunakan mengontrol
gula darah, selesai pengobatan
TB dilanjutkan anti diabetes oral.
Pada pasien diabetes mellitus
sering terjadi komplikasi
retinopathy diabetika, waspadai
pemberian etambutol, dapat
memperberat kelainan tersebut.
Pada pasien TB dengan gagal ginjal diberikan Isoniasid (H),
Rifampisin (R) dan Pirasinamid (P) dosis standar, diekskresi melalui
empedu, dapat dicerna menjadi senyawa tidak toksik.
Streptomisin dan Etambutol diekskresi melalui ginjal, hindari
penggunaanya, jika fasilitas pemantauan faal ginjal tersedia,
Etambutol dan Rifampisin dapat diberikan dengan dosis sesuai faal
ginjal.
Paduan OAT paling aman bagi pasien TB gagal ginjal 2HRZ/4HR.
Mengapa terjadi Renal
Tuberculosis ???•
• Ginjal terinfeksi oleh penyebaran
hematogen basil M.tuberculosa dariinfeksi
pusat di paru-paru• Lesi TB yang terjadi di
paru-paru memiliki kemungkinan untuk
dapatmasuk ke sistem vaskular oleh erosi
dari dinding vena, biasanyapembuluh
darah, maka dapat terjadi emboli yang
mengandung bakterisehingga dapat
disebarkan ke seluruh tubuh, termasuk
ginjal.• Tuberkulosis dapat menyebabkan
gagal ginjal oleh dua mekanisme
yangmelibatkan infeksi intrinsik dalam
parenkim ginjal atau obstruktifuropati.
Pengobatan Renal
Tuberculosis..•
• Pemilihan OAT seperti Isoniasid (H),
Rifampisin (R) dan Pirasinamid (Z) untuk
pasien dengan gagal ginjal dianjurkan,
karena ketiga obat tersebut dapat di
ekskresi melalui empedu dan dapat
dicerna menjadi senyawa- senyawa yang
tidak toksik. OAT jenis ini dapat diberikan
dengan dosis standar pada pasien-pasien
dengan gangguan ginjal.• Sedangkan
Streptomisin dan Etambutol diekskresi
melalui ginjal, oleh karena itu harus di
hindari penggunaannya pada pasien
dengan gangguan ginjal. Apabila fasilitas
pemantauan faal ginjal tersedia,
Etambutol dan Streptomisin tetap dapat
diberikan dengan dosis yang sesuai faal
ginjal.
Kehamilan dan tuberkulosis
merupakan dua stressor yang
berbeda pada ibu hamil.
Efek TB pada kehamilan tergantung
pada beberapa faktor antara lain tipe,
letak dan keparahan penyakit, usia
kehamilan saat menerima
pengobatan antituberkulosis, status
nutrisi ibu hamil, ada tidaknya
penyakit penyerta, status imunitas,
dan kemudahan mendapatkan
fasilitas diagnosa dan pengobatan TB
Status nutrisi yang jelek,
hipoproteinemia, anemia dan keadaan
medis maternal merupakan dapat
meningkatkan morbiditas dan mortalitas
maternal.
 Usia kehamilan saat wanita hamil
mendapatkan pengobatan
antituberkulosa merupakan factor yang
penting dalam menentukan kesehatan
maternal dalam kehamilan dengan TB.
 Kehamilan dapat berefek terhadap
tuberkulosis dimana peningkatan
diafragma akibat kehamilan akan
menyebabkan kavitas paru bagian
bawah mengalami kolaps yang disebut
pneumo-peritoneum. Pada awal abad
20, induksi aborsi direkomondasikan
pada wanita hamil dengan TB.
Namun pada dasarnya pengobatan TB pada kehamilan tidak berbeda dengan
pengobatan TB umumnya.
Menurut WHO hampir semua OAT aman untuk kehamilan kecuali streptomisin,
karena bersifat permanent ototoxic dapat menembus barier placenta.
Dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pendengaran dan keseimbangan
menetap pada bayi akan dilahirkan.
Perlu dijelaskan pada ibu hamil, keberhasilan pengobatan sangat penting agar
proses kelahiran berjalan lancar, bayi terhindar kemungkinan tertular TB.
Seorang ibu menyusui penderita TB harus mendapat paduan OAT secara adekuat
dan tepat, dapat mencegah penularan TB kepada bayinya.
Ibu dan bayi tidak perlu dipisahkan, bayi dapat terus disusui, pengobatan
pencegahan dengan INH diberikan pada bayi sesuai berat badannya.
Rifampisin berinteraksi dengan kontrasepsi hormonal
(pil KB, suntikan dan susuk), dapat menurunkan
efektifitas kontrasepsi, sebaiknya menggunakan
kontrasepsi non hormonal maupun mengandung
estrogen dosis tinggi (50 mcg).
Pemberian OAT pada pasien TB dengan hepatitis akut dan atau klinis ikterik ditunda
sampai hepatitis akutnya mengalami penyembuhan.
Pada keadaan dimana pengobatan TB sangat diperlukan dapat diberikan
streptomisin (S) dan Etambutol (E) maksimal tiga bulan sampai hepatisinya sembuh,
dilanjutkan Rifampisin (R) dan Isoniasid (H) selama enam bulan.
Bila ada kecurigaan faal hati, dianjurkan pemeriksaan faal hati sebelum pengobatan
TB.
Jika SGOT dan SGPT meningkat lebih dari tiga kali, OAT tidak diberikan, bila dalam
pengobatan harus dihentikan.
Peningkatannya kurang dari tiga kali pengobatan dapat dilaksanakan atau diteruskan
dengan pengawasan ketat.
Pasien dengan kelainan hati, Pirasinamid (Z) tidak boleh digunakan, paduan obat
dianjurkan 2RHES/6RH atau 2HES/10HE.
Pasien TB ada yang perlu mendapat tambahan
kartikosteroid, hanya digunakan pada keadaan khusus
membahayakan jiwa pasien seperti meningitis, TB milier
dengan atau tanpa meningitis, TB dengan Pleuritis
Eksudativa, TB dengan Perikarditis Konstriktiva.
Selama fase akut prednisone diberikan dosis 30-40 mg
per hari, diturunkan secara bertahap, lama pemberian
disesuaikan jenis penyakit dan kemajuan pengobatan.
Tuhan Sembilan Senti
Oleh Taufiq Ismail
Indonesia adalah sorga luar biasa ramah bagi perokok,
tapi tempat siksa tak tertahankan bagi orang yang tak merokok,
Di sawah petani merokok,
di pabrik pekerja merokok,
di kantor pegawai merokok,
di kabinet menteri merokok,
di reses parlemen anggota DPR merokok,
di Mahkamah Agung yang bergaun toga merokok,
hansip-bintara-perwira nongkrong merokok,
di perkebunan pemetik buah kopi merokok,
di perahu nelayan penjaring ikan merokok,
di pabrik petasan pemilik modalnya merokok,
di pekuburan sebelum masuk kubur orang merokok,
Bercakap-cakap kita jarak setengah meter
tak tertahankan asap rokok,
bayangkan isteri-isteri yang bertahun-tahun
menderita di kamar tidur
ketika melayani para suami yang bau mulut
dan hidungnya mirip asbak rokok,
Agent
Host
Env.
Nikotin
TAR
……..
Perilaku
Harga diri
…………
Epidemiologi Masalah Rokok
Budaya
Teladan
Pertemanan
Iklan
Penanaman Brand Image
Regulasi
Penyakit-penyakit yang disebabkan rokokPenyakit-penyakit yang disebabkan rokok
3 besar penyebab kematian akibat rokok di AS
1) Kanker Paru
2) Penyakit Jantung Iskemik
3) Penyakit Paru Obstruktif Menahun (PPOK)
Kanker:
Paru Leukemia
Laring (AML, ALL,
CLL)2-4
Mulut/faring Esofagus
Usus Pankreas
Ginjak Kandung
kemih Mulut rahiml
Lain:
Luka lama sembuh
Fraktur pinggul
Densitas tulang yang rendah
Katarak
Ulkus peptik†
Kardiovaskuler:
Penyakit Jantung Iskemik
Stroke-demensia vaskuler5
Penyakit pembuluh darah tepi6
Aneurisma Aorta Abdominal
Saluran Pernapasan:
• PPOK
• Pneumonia
• Asthma yang tidak
terkontrol
Saluran Pernapasan:
• PPOK
• Pneumonia
• Asthma yang tidak
terkontrol
Alat Reproduksi
Berat Badan Lahir Rendah
Komplikasi kehamilan
Infertilitas
Kematian Janin Mendadak
11
Hsien-Ho Lin dan timnya dari Harvard
School of Public Health, Amerika Serikat.
menyatakan bukti hubungan antara
kebiasaan merokok, perokok pasif, dan
polusi udara di dalam ruangan dari kayu
bakar dan batu bara terhadap risiko infeksi,
penyakit, dan kematian akibat TBC. Dari
sekitar 100 orang yang diteliti,
ditemukan yang merokok tembakau dan
menderita TBC sebanyak 33 orang,
perokok pasif dan menderita TBC 5
orang, dan yang terkena polusi udara
dan menderita TBC 5 orang
Dr. Saskia den Boon dari KNCV
Tuberculosis Foundation di Belanda
menulis hasil penelitian mereka dalam
jurnal Pediatric edisi April 2007. Ia
mengungkapkan tuberkulosis dan merokok
merupakan dua masalah kesehatan
masyarakat yang signifikan. Kaitan
perokok pasif dan infeksi TBC pada
anak menjadikannya bahan pemikiran
yang sangat penting, mengingat
tingginya prevalensi merokok dan
tuberkulosis di negara berkembang.
• Di AS, para perokok yang telah
merokok 20 tahun atau lebih
ternyata 2,6 kali lebih sering
menderita TBC daripada yang tidak
merokok. Kebiasaan merokok
meningkatkan mortalitas akibat TBC
sebesar 2,8 kali.
Angka ini cukup tinggi bila
dibandingkan dengan rasio mortalitas
pada penyakit jantung iskemik (1,6
kali) dan penyakit serebrovaskular
(1,5 kali), walaupun memang jauh
lebih rendah dari rasio mortalitas
akibat kanker paru, yang 15 kali lebih
sering pada perokok dibandingkan
bukan perokok.
• Kaitan ini bisa dijelaskan bahwa
dengan racun yang dibawanya, rokok
merusak mekanisme pertahanan
paru-paru. Bulu getar dan alat lain
dalam paru-paru yang berfungsi
menahan infeksi rusak akibat asap
rokok.
Asap rokok meningkatkan tahanan
pelan napas (airway resistance).
Akibatnya, pembuluh darah di paru
mudah bocor. Juga merusak sel
pemakan bakteri pengganggu dan
menurunkan respon terhadap
antigen, sehingga bila benda asing
masuk ke dalam paru-paru, tidak
ada pendeteksinya
Profil merokok pada penderita TB di BP4:
• 96% merokok setiap hari; 4% merokok kadang-kadang
• 77% penderita TB di BP4 masih merokok sebelum
terdiagnosis TB. Di antara mereka, 47% merokok
kurang dari 10 batang per hari, 45% antara 11-20
batang per hari.
• 50% penderita menyatakan bahwa merokok sampai 12
batang per hari tidak berbahaya; 50% lainnya
menyatakan bahwa merokok 3-6 batang per hari tidak
berbahaya
Penelitian terhadap :
136 pasien di TB di BP-4 tahun 2004 :
Setelah terdiagnosis TB :
• 99% penderita pernah mencoba berhenti, 1% berusaha
mengurangi kebiasaan merokok
• 81% berhasil berhenti pada fase intensif pengobatan
• 8% berhasil berhenti, namun relaps pada tingkat rendah
• 10% mencoba berhenti, namun merokok kembali seperti
semula.
---------------------------------------------------------------------------
Kaitan merokok terhadap penyakit TB :
• 91% menjawab merokok memperparah penyakit
Setelah pengobatan intensif:
50% kembali merokok kadang-kadang (21% di antaranya
merokok setiap hari)
Jumlah rokok yang dihisap oleh orang yang merokok
setiap hari: 4-6 batang per hari
- DOTS
- ISTC
- PNPK
thd
MASALAH PENERAPAN DOTS ITU SENDIRI
BELUM SEMUA TERCATAT DI RR
TB
Belum semua
terpapar DOTS
RS : Rawat Jalan
DOTs tetapi Rawat
Inap belum
Awalnya DOTS ada
mslh. (side effect dll)
dilepas
R/ walau sesuai
regimen tidak
dimsk. RR
PASTIKAN :
TB :
1. DITEMUKAN
2. DOBATI SAMPAI
SEMBUH
PUSKESMAS : MANAJEMEN PUSKESMAS
PEDOMAN TB
BOK
RS : TIM DOTS RS
MANAJEMEN DOTS DI RS
JEJARING INTERNAL
CONTINUING CARE
AKREDITASI RS
DPS / APT : STANDAR PROFESI
PERAN DOKEL
ANGKA KREDIT
- EFEK SAMPING OAT
- PEMILIHAN PMO
- NASEHAT
Prinsip Pengobatan TB
• OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam
jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan
gunakan OAT tunggal (monoterapi). Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap
(OAT-KDT) lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan.
• Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan
langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas
Menelan Obat (PMO).
• Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional Pengendalian
Tuberkulosis.Jakarta;2011
• Tahap Awal (Intensif) 
 Pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara langsung
untuk mencegah terjadinya resistensi obat.
 Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat,
biasanya pasien menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.
 Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi)
dalam 2 bulan.
• Tahap Lanjutan
 Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun
dalam jangka waktu yang lebih lama.
 Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga
mencegah terjadinya kekambuhan.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional Pengendalian
Tuberkulosis.Jakarta;2011
Penelitian Mitchison membagi kuman M. tuberculosis dalam
beberapa populasi dalam hubungan antara pertumbuhannya
dengan aktivitas obat yang membunuhnya, yaitu:
• Populasi A. Kuman tumbuh berkembang biak terus menerus
dengan cepat.  INH
• Populasi B. Kuman tumbuh sangat lambat dan berada dalam
lingkungan asam.  Pirazinamid
• Populasi C. Kuman berada dalam keadaan dormant hampir
sepanjang waktu. Hanya kadang saja kuman ini mengadakan
metabolisme secara aktif dalam waktu yang singkat. 
Rifampicin
• Populasi D. Terdapat kuman yang sepenuhnya bersifat
dormant sehingga sama sekali tidak bisa dipengaruhi oleh
obat anti tuberkulosis. Jumlah populasi ini tidak jelas dan
hanya dapat dimusnahkan oleh mekanisme pertahanan tubuh
manusia itu sendiri.
Aditama TY, et.al. Tuberkulosis Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: Perhimpunan
Dokter Paru Indonesia; 2006.p. 26-32.
ISTC: Standar 9
• Untuk meningkatkan serta mengevaluasi kepatuhan terhadap
pengobatan, dilakukan pendekatan yang berfokus pada pasien, didasari
oleh kebutuhan pasien serta adanya hubungan yang saling menghargai di
antara pasien dan penyedia layanan kesehatan. Supervisi dan dukungan
yang dilakukan seharusnya menaruh perhatian khusus pada gender dan
kelompok usia, serta harus pula sesuai dengan intervensi yang dianjurkan,
termasuk di dalamnya edukasi dan konseling pasien. .................................
Kepatuhan Berobat
Hopewell PC, et al. International Standars for Tuberculosis Care. 2nd edition. San Fransisco:
Tuberculosis Coalition for Tehcnical Assistance; 2009.p.38-45
Pengawas Minum Obat (PMO)
• Syarat:
– Bersedia dengan sukarela membantu pasien tuberkulosis hingga
sembuh selama pengobatan dengan OAT, serta menjaga kerahasiaan
penderita HIV / AIDS.
– Diutamakan seorang petugas kesehatan, tetapi dapat pula kader
kesehatan ataupun anggota keluarga yang disegani oleh pasien
Isbaniyah F, Thabrani Z, Soepandi PZ, Burhan E, Reviono,
Soedarsono, dkk. Tuberkulosis: Pedoman Diagnosis dan
Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: Perhimpunan
Dokter Paru Indonesia; 2011. hal. 31-5, 52-5
• Tugas:
– Bersedia mendapat penjelasan di poliklinik
– Melakukan pengawasan minum obat terhadap pasien
– Mengingatkan pasien untuk memeriksa ulang dahaknya sesuai dengan
jadwal yang telah ditentukan
– Memberikan dorongan terhadap pasien untuk berobat secara teratur
hingga selesai
– Mengenai efek samping minor akibat obat dan menasihati pasien agar
tetap mau meminum obat
– Merujuk pasien bila efek samping berat muncul
– Melakukan kunjungan rumah
– Menganjurkan anggota keluarga lain untuk memeriksa dahak bila
ditemui gejala untuk tuberkulosis.
Isbaniyah F, Thabrani Z, Soepandi PZ, Burhan E, Reviono, Soedarsono, dkk. Tuberkulosis:
Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia; 2011. hal. 31-5, 52-5
Suspek Resisten TB
• Gagal pengobatan kategori 1
• Gagal pengobatan pada kategori 2
• Gagal konversi setelah sisipan dengan kategori 1
• Gagal konversi setelah sisipan dengan kategori 2
• Mendapatkan terapi dari fasilitas non DOTS, termasuk pada penggunaan
terapi lini ke dua seperti kuinolon dan kanamisin
• TB paru kasus kambuh setelah dinyatakan sukses terapi
• Kembali setelah lalai / default pada pengobatan kategori 1 maupun 2
• Suspek TB dengan keluhan, yang sering berkontak atau tinggal dekat
dengan pasien TB – MDR yang telah terkonfirmasi.
• TB-HIV
Isbaniyah F, Thabrani Z, Soepandi PZ, Burhan E, Reviono, Soedarsono, dkk. Tuberkulosis:
Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia; 2011. hal. 31-5, 52-5
ISTC: Standar 13
Rekaman tertulis tentang pengobatan yang diberikan, respons
bakteriologis, dan efek samping seharusnya disimpan untuk
pasien.
Global report :
2013 All form TB 3,4 jt; tetapi yang terlaporkan : 2,3 jt
TB resisten obat 90.000; tetapi yang terlaporkan 19.000
Extensively Resisten TB Global (-), tetapi kenyataan South Asia
(SEARO) sudah melaporkan
ODHA dengan TB 170,000 terlaporkan 56.000 lebih sulit lagi
mencari TB yang HIV (+)
...............................oki ada Permenkes 21 th 2013.
PENDAFTARAN
Poli, unit
do+s, dll
Suspek TBC
TB 06
TB 05
LAB
Dahak Sewaktu
I
TB 04
PULANG
Pot P
Hari 1
TB 05
Radiologi
PA, dll
Sendiri /
upk lain (TB09)
TB 09
PENDAFTARAN
Poli, unit
do+s, dll
Dahak P
TB 06,
05,03
LAB
SPS
TB 04
PULANG
Pot P
Hari 2
TB 05
Radiologi
PA, dll
Rawat
inap
UPK lain
Farmasi
Rekam medis
PKMRS
Suspek &
PMO
Unit do+s
registrasi
TB 01
PULANG
TB 05
Radiologi
PA, dll
Rawat
inap
Farmasi
Unit do+s
Lab TB 03
TB 01
TB 09
OAT
konseling
Penanganan
selanjutnya
KARTU PENGOBATAN PASIEN TB
Nama pasien : ………………………………………No.telp/Hp: ………………
Tahun : …………………………
Alamat lengkap : ……………………………………………………………………. No
Register TB.03 Sarana
Pelayanan Kesehatan : …………………………
Nama PMO : ……………………………………… No.telp/Hp: ……………… No
Register TB.03 Kab/Kota : …………………………
Alamat lengkap PMO : …………………………………………………………………….
Nama Sarana Pelayanan Kesehatan:
(Berilah tanda √ pada kotak pilihan yang sesuai)
Jenis Kelamin: L √ P Umur 2 4 Thn. Parut BCG: Jelas Tdk ada Meragukan √ KLASIFIKASI PENYAKIT
Riwayat pengobatan sebelumnya: Belum pernah/ √ Pernah diobati lebih dari 1 bulan Paru √ Ekstra paru
kurang 1 bulan Lokasi
Catatan: (untuk hasil pemeriksaan lain, misalnya: foto toraks, biopsi, kultur, skoring TB Anak, dll) …………………
Foto toraks menunjukkan gambaran proses spesifik
Dirujuk oleh:
No seri foto 33, tanggal 10 Juni 2007 TIPE PASIEN
Tgl. 23 Juni 2007 keluhan gatal-gatal setelah makan obat. √ Inisiatif pasien
Diberikan CTM 3 x 1 tablet, keluhan hilang. Anggota masy Baru √ Kambuh
Sarana Pelayanan
Kesehatan
Pemerintah
Pindahan Gagal
Pemeriksaan kontak serumah: Sarana Pelayanan
Kesehatan swasta
Pengobatan Lain-lain
No Nama L/P Umur Tgl pemeriksaan Hasil Lain-lain, sebutkan setelah default sebutkan
1 …………………….. …… …… ………………… ………… ……………….. …………………
2 …………………….. …… …… ………………… …………
3 …………………….. …… …… ………………… ………… HASIL PEMERIKSAAN DAHAK
4 …………………….. …… …… ………………… ………… Laboratorium pembaca
5 …………………….. …… …… ………………… …………
Bulan ke
Tanggal No Reg Lab BTA *
BB (kg)
6 …………………….. …… …… ………………… ………… 0 (awal) 12/06/07 504 2+ 46
2 03/08/07 712 Neg 46
Jenis OAT: Kombipak KDT (FDC) √ 3
TAHAP AWAL 4
Kategori 1 √ Kategori 2 Kategori Anak Sisipan 5/6 23/10/07 1106 Neg 48
7/8
4KDT(FDC): 3 tablet/hari Streptomisin: mg/hari AP 23/11/07 1214 Neg 48
*) Tulislah 1+, 2+, 3+ atau Neg sesuai dengan hasil pemeriksaan dahak
Tanggal
Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 Jumlah
Juni 07 √ √ √ 16
Juli 07 √ √ √ √ 31
Agust 07 √ 9
Jumlah 56
Berilah tanda √ jika pasien datang mengambil obat atau pengobatan dibawah pengawasan petugas kesehatan.
Berilah tanda “garis lurus menyambung” jika obat dibawa pulang dan ditelan sendiri dirumah.
TB.01
Rasyid
Desa Ambang Lk.II
Bustaman (Pet. Pustu)
Desa Ambang
7877966
.
2007
.
175
RS Inobonto
Rusli L 52 22-06-2007
Mariana P 36 22-06-2007 T.A.K
T.A.K
. . .. .
. . .. .
. . .. .
. . .. .
Tanggal
Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 Jumlah
Agust 07 √ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ √ ▬ ▬ ▬ 10
Sept 07 ▬ ▬ √ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ √ ▬ ▬ ▬ ▬ 13
Okt 07 ▬ √ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ √ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ 13
Nop 07 √ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ √ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ 12
Jumlah 48
Berilah tanda √ jika pasien datang mengambil obat atau pengobatan dibawah pengawasan petugas kesehatan.
Berilah tanda “garis lurus putus-putus sesuai tanggal minum obat” jika obat dibawa pulang dan ditelan sendiri
dirumah.
CATATAN:
Layanan Konseling dan Test Sukarela
Tgl. dianjurkan
Tgl. Pre Test
Konseling
Tempat
Test
Tgl. Test
Tgl. Post Test
Konseling
Hasil Test
HASIL AKHIR PENGOBATAN: Hasil test ditulis dengan kode :
(tulis tanggal dalam kotak yang sesuai) R = REAKTIF IND = INDETERMINE
NR = NON REAKTIF
Sembuh P. Lengkap Default
27/11/07 Layanan PDP (Perawatan, Dukungan & Pengobatan)
Gagal Pindah Meninggal
Nama Sarana Pelayanan
Kesehatan
No. Reg.
Pra ART
Tgl. Rujukan
PDP
Tgl. Mulai
PPK
Tgl. Mulai
ART
TAHAP LANJUTAN
(Berilah tanda √ pada kotak pilihan yang sesuai)
Kategori 1 √ Kategori
2
Kategori Anak
2KDT(FDC): 3 tablet/hari Etambuthol tablet/hari
Penderita,
OAT, copy
TB01, TB09
TB09 (bwh),
TB10
Koordinator
jejaring do+s
kab/kota
Apabila unt
rujukan
diagnosis
lampirkan
TB05
RSU
ANALISIS MASALAH
JEJARING
1. Ada Wilayah kerja
2. Ada tenaga pelacak
3. Lemah dalam
penemuan kasus
4. Kuat dalam case
holding
1. Wilayah kerja tidak
terbatas
2. Tdk ada tenaga
pelacak
3. Kuat dlm penemuan
kasus
4. Lemah dalam case
holding
PERLU
JEJARING
YANG KUAT
PUSKESMAS RS/BP4/DPS/KLINIKCLINICAL APPROACH
PUBLIC HEALTH APPROACH
RESPONSIBILITY
APPROACH of Provider
Lacak
pasien
TB anak
Pasien
TB dws
sentri-
petal
sentri-
fugal
Langkah untuk Menjamin
Kelangsungan Pengobatan
• Memastikan ketersediaan obat dan logistik non-OAT (reagen, peralatan dan
suplai laboratorium) yang kontinyu, tepat waktu dan bermutu di seluruh
fasilitaspelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan DOTS, termasuk di
fasilitas yang melayani masyarakat miskin dan rentan.
• Menjamin sistem penyimpanan dan distribusi obat TB yang efektif dan efisien,
termasuk kemungkinan untuk bermitra dengan pihak lain
• Menjamin distribusi obat yang efisien dan efektif secara berjenjang sesuai
kebutuhan.
• Menjamin terlaksananya sistem informasi manajemen untuk obat TB
(termasuk sistem alert elektronik dan laporan pemakaian dan stok OAT).
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Strategi nasional pengendalian TB di Indonesia 2010-2014. Jakarta:
2011, hal.53.
Alur Permintaan, Distribusi, dan Pelaporan
Logistik
Kementerian kesehatan Republik Indonesia. Pedoman nasional: penanggulangan tuberculosis. Edisi 2.
Jakarta: 2011, hal.57.
STIGMA MASYARAKAT
-Menutup diri
-Shopping
-Berobat jauh
PENYULIT LAIN ............?????
VALIDASI DATA RUTIN
-Alamat lengkap
-Mekanisme rujukan
SOSIALISASI
Langkah2 :
Ikut pelatihan..................meningkatkan peran dalam
program TB (penemuan..............pengobatan dan
pemantauan penyelesaian beobat)
Sertifikasi.............ada catatan dan laporan sebagai
dasar
Monev...................dari Puskesmas Wilayah, dari
Profesi dan dari program.................supervisi terpadu
Dicatat dalam kontribusi
Pelayanan
Kefarmasian
Memantau
Keteraturan
Berobat
Sebagai PMO
Melaksanakan
Home Care
PUSKESMAS
IAI
RS IAI
IDI
LAB
PUSK
KOM

More Related Content

What's hot

Form pelanggaran disiplin (form kosong seluruh dokumen)
Form pelanggaran disiplin (form kosong seluruh dokumen)Form pelanggaran disiplin (form kosong seluruh dokumen)
Form pelanggaran disiplin (form kosong seluruh dokumen)
Jeffry Vantheangan
 
Power point tbc
Power point tbcPower point tbc
Power point tbc
Dendi Irawan
 
Kumpulan kode icd10 yang paling sering di temukan
Kumpulan kode icd10 yang paling sering di temukanKumpulan kode icd10 yang paling sering di temukan
Kumpulan kode icd10 yang paling sering di temukan
Amirullah Latarissa
 
TB Paru
TB ParuTB Paru
TB Paru
Masitah Majid
 
Diare - penyuluhan
Diare -  penyuluhan Diare -  penyuluhan
Diare - penyuluhan
Hendrik Sutopo
 
DETEKSI DINI PPOK 30 AGUS 2022.pptx
DETEKSI DINI PPOK 30 AGUS 2022.pptxDETEKSI DINI PPOK 30 AGUS 2022.pptx
DETEKSI DINI PPOK 30 AGUS 2022.pptx
ssuserc50913
 
Pedoman Nasiaonal Penyakit TB 2014
Pedoman Nasiaonal Penyakit TB 2014Pedoman Nasiaonal Penyakit TB 2014
Pedoman Nasiaonal Penyakit TB 2014
Dokter Tekno
 
Penyakit kecacingan
Penyakit kecacinganPenyakit kecacingan
Penyakit kecacinganAchmad Nur
 
IDENTIFIKASI NYAMUK
IDENTIFIKASI NYAMUKIDENTIFIKASI NYAMUK
IDENTIFIKASI NYAMUK
Arini Utami
 
Kak program-tb
Kak program-tbKak program-tb
Kak program-tb
henny kusrini
 
Petunjuk Teknis Penanganan ILTB 2020.pdf
Petunjuk Teknis Penanganan ILTB 2020.pdfPetunjuk Teknis Penanganan ILTB 2020.pdf
Petunjuk Teknis Penanganan ILTB 2020.pdf
ssuser2b814f1
 
permenkes no 34 th 2015 penanggulangan kanker payudara dan leher rahim
permenkes no 34 th 2015 penanggulangan kanker payudara dan leher rahimpermenkes no 34 th 2015 penanggulangan kanker payudara dan leher rahim
permenkes no 34 th 2015 penanggulangan kanker payudara dan leher rahim
Achmad Wahid
 
tatalaksana tb
tatalaksana tbtatalaksana tb
tatalaksana tb
ardianpradana7
 
Kuesioner penelitian-hipertensi
Kuesioner penelitian-hipertensiKuesioner penelitian-hipertensi
Kuesioner penelitian-hipertensi
Si Om
 
cephalgia kronik
cephalgia kronikcephalgia kronik
cephalgia kronik
rianast
 
KODE ICD 10 PCARE BPJS KESEHATAN DI PUSKESMAS
KODE ICD 10 PCARE BPJS KESEHATAN DI PUSKESMASKODE ICD 10 PCARE BPJS KESEHATAN DI PUSKESMAS
KODE ICD 10 PCARE BPJS KESEHATAN DI PUSKESMAS
ERA MULIANA SADARI
 
Mengenal HIV dan AIDS PPT (Materi PMR)
Mengenal HIV dan AIDS PPT (Materi PMR)Mengenal HIV dan AIDS PPT (Materi PMR)
Mengenal HIV dan AIDS PPT (Materi PMR)Andhika Pratama
 
Ppt stunting niken
Ppt stunting nikenPpt stunting niken
Ppt stunting niken
Niken Kurniasih
 
Tb anak dg skoring
Tb anak dg skoringTb anak dg skoring
Tb anak dg skoringJoni Iswanto
 

What's hot (20)

Kode diagnosa bpjs
Kode diagnosa bpjsKode diagnosa bpjs
Kode diagnosa bpjs
 
Form pelanggaran disiplin (form kosong seluruh dokumen)
Form pelanggaran disiplin (form kosong seluruh dokumen)Form pelanggaran disiplin (form kosong seluruh dokumen)
Form pelanggaran disiplin (form kosong seluruh dokumen)
 
Power point tbc
Power point tbcPower point tbc
Power point tbc
 
Kumpulan kode icd10 yang paling sering di temukan
Kumpulan kode icd10 yang paling sering di temukanKumpulan kode icd10 yang paling sering di temukan
Kumpulan kode icd10 yang paling sering di temukan
 
TB Paru
TB ParuTB Paru
TB Paru
 
Diare - penyuluhan
Diare -  penyuluhan Diare -  penyuluhan
Diare - penyuluhan
 
DETEKSI DINI PPOK 30 AGUS 2022.pptx
DETEKSI DINI PPOK 30 AGUS 2022.pptxDETEKSI DINI PPOK 30 AGUS 2022.pptx
DETEKSI DINI PPOK 30 AGUS 2022.pptx
 
Pedoman Nasiaonal Penyakit TB 2014
Pedoman Nasiaonal Penyakit TB 2014Pedoman Nasiaonal Penyakit TB 2014
Pedoman Nasiaonal Penyakit TB 2014
 
Penyakit kecacingan
Penyakit kecacinganPenyakit kecacingan
Penyakit kecacingan
 
IDENTIFIKASI NYAMUK
IDENTIFIKASI NYAMUKIDENTIFIKASI NYAMUK
IDENTIFIKASI NYAMUK
 
Kak program-tb
Kak program-tbKak program-tb
Kak program-tb
 
Petunjuk Teknis Penanganan ILTB 2020.pdf
Petunjuk Teknis Penanganan ILTB 2020.pdfPetunjuk Teknis Penanganan ILTB 2020.pdf
Petunjuk Teknis Penanganan ILTB 2020.pdf
 
permenkes no 34 th 2015 penanggulangan kanker payudara dan leher rahim
permenkes no 34 th 2015 penanggulangan kanker payudara dan leher rahimpermenkes no 34 th 2015 penanggulangan kanker payudara dan leher rahim
permenkes no 34 th 2015 penanggulangan kanker payudara dan leher rahim
 
tatalaksana tb
tatalaksana tbtatalaksana tb
tatalaksana tb
 
Kuesioner penelitian-hipertensi
Kuesioner penelitian-hipertensiKuesioner penelitian-hipertensi
Kuesioner penelitian-hipertensi
 
cephalgia kronik
cephalgia kronikcephalgia kronik
cephalgia kronik
 
KODE ICD 10 PCARE BPJS KESEHATAN DI PUSKESMAS
KODE ICD 10 PCARE BPJS KESEHATAN DI PUSKESMASKODE ICD 10 PCARE BPJS KESEHATAN DI PUSKESMAS
KODE ICD 10 PCARE BPJS KESEHATAN DI PUSKESMAS
 
Mengenal HIV dan AIDS PPT (Materi PMR)
Mengenal HIV dan AIDS PPT (Materi PMR)Mengenal HIV dan AIDS PPT (Materi PMR)
Mengenal HIV dan AIDS PPT (Materi PMR)
 
Ppt stunting niken
Ppt stunting nikenPpt stunting niken
Ppt stunting niken
 
Tb anak dg skoring
Tb anak dg skoringTb anak dg skoring
Tb anak dg skoring
 

Viewers also liked

Persiapan Kehamilan
Persiapan KehamilanPersiapan Kehamilan
Persiapan Kehamilan
rsia grandfamily
 
mengenai HIV AIDS
mengenai HIV AIDSmengenai HIV AIDS
mengenai HIV AIDS
gunfisabilillah27
 
HIV / AIDS
HIV / AIDSHIV / AIDS
DIABETES MELITUS
DIABETES MELITUSDIABETES MELITUS
DIABETES MELITUS
Pipit Kusumaningratri
 
Aspek Okupasi pada Diabetes Melitus
Aspek Okupasi pada Diabetes MelitusAspek Okupasi pada Diabetes Melitus
Aspek Okupasi pada Diabetes Melitus
Anna Suraya
 
Informasi Dasar mengenai HIV/AIDS
Informasi Dasar mengenai HIV/AIDSInformasi Dasar mengenai HIV/AIDS
Informasi Dasar mengenai HIV/AIDSBahana Mahasiswa
 
Glukoneogenesis, Glikogenesis, Glikogenolisis dan Diabetes Melitus
Glukoneogenesis, Glikogenesis, Glikogenolisis dan Diabetes MelitusGlukoneogenesis, Glikogenesis, Glikogenolisis dan Diabetes Melitus
Glukoneogenesis, Glikogenesis, Glikogenolisis dan Diabetes Melitus
Rinii Alfiiah
 
PROGRAM KAWALAN PENYAKIT DIABETES
PROGRAM KAWALAN PENYAKIT DIABETESPROGRAM KAWALAN PENYAKIT DIABETES
PROGRAM KAWALAN PENYAKIT DIABETES
Muhammad Nasrullah
 
Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Bayi
Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke BayiPencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Bayi
Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Bayi
Muhammad Ilham Aldika Akbar
 
Tuberculosis
TuberculosisTuberculosis
Tuberculosis
Puti Azilla Yuditya
 
HIV DALAM KEHAMILAN & PENATALAKSANAANNYA (WHO 2013)
HIV DALAM KEHAMILAN & PENATALAKSANAANNYA (WHO 2013)HIV DALAM KEHAMILAN & PENATALAKSANAANNYA (WHO 2013)
HIV DALAM KEHAMILAN & PENATALAKSANAANNYA (WHO 2013)
Indah Triayu
 
Power point-dietdiabetesmelitus1
Power point-dietdiabetesmelitus1Power point-dietdiabetesmelitus1
Power point-dietdiabetesmelitus1DiLy BhudaNanda
 
Penyuluhan prolanis revisi
Penyuluhan prolanis revisiPenyuluhan prolanis revisi
Penyuluhan prolanis revisi
Elia Noviyanti
 
Penyuluhan diabetes mellitus
Penyuluhan diabetes mellitusPenyuluhan diabetes mellitus
Penyuluhan diabetes mellitus
Yunita Manurung
 
Hotkey blander
Hotkey blanderHotkey blander
Hotkey blander
haris fadillah
 
Madre Teresa de Calcuta
Madre Teresa de CalcutaMadre Teresa de Calcuta
Madre Teresa de Calcuta
Lesly Pantoja
 
Diabetes Melitus
Diabetes MelitusDiabetes Melitus
Diabetes Melitus
Fransiska Oktafiani
 
Lamp materi penyuluhan tb
Lamp materi penyuluhan tbLamp materi penyuluhan tb
Lamp materi penyuluhan tb
Oliviafebrimarchantia
 
Prevention Of HIV/AIDS
Prevention Of HIV/AIDSPrevention Of HIV/AIDS
Prevention Of HIV/AIDSSoumar Dutta
 
Web ve
Web veWeb ve
Web veAnam
 

Viewers also liked (20)

Persiapan Kehamilan
Persiapan KehamilanPersiapan Kehamilan
Persiapan Kehamilan
 
mengenai HIV AIDS
mengenai HIV AIDSmengenai HIV AIDS
mengenai HIV AIDS
 
HIV / AIDS
HIV / AIDSHIV / AIDS
HIV / AIDS
 
DIABETES MELITUS
DIABETES MELITUSDIABETES MELITUS
DIABETES MELITUS
 
Aspek Okupasi pada Diabetes Melitus
Aspek Okupasi pada Diabetes MelitusAspek Okupasi pada Diabetes Melitus
Aspek Okupasi pada Diabetes Melitus
 
Informasi Dasar mengenai HIV/AIDS
Informasi Dasar mengenai HIV/AIDSInformasi Dasar mengenai HIV/AIDS
Informasi Dasar mengenai HIV/AIDS
 
Glukoneogenesis, Glikogenesis, Glikogenolisis dan Diabetes Melitus
Glukoneogenesis, Glikogenesis, Glikogenolisis dan Diabetes MelitusGlukoneogenesis, Glikogenesis, Glikogenolisis dan Diabetes Melitus
Glukoneogenesis, Glikogenesis, Glikogenolisis dan Diabetes Melitus
 
PROGRAM KAWALAN PENYAKIT DIABETES
PROGRAM KAWALAN PENYAKIT DIABETESPROGRAM KAWALAN PENYAKIT DIABETES
PROGRAM KAWALAN PENYAKIT DIABETES
 
Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Bayi
Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke BayiPencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Bayi
Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Bayi
 
Tuberculosis
TuberculosisTuberculosis
Tuberculosis
 
HIV DALAM KEHAMILAN & PENATALAKSANAANNYA (WHO 2013)
HIV DALAM KEHAMILAN & PENATALAKSANAANNYA (WHO 2013)HIV DALAM KEHAMILAN & PENATALAKSANAANNYA (WHO 2013)
HIV DALAM KEHAMILAN & PENATALAKSANAANNYA (WHO 2013)
 
Power point-dietdiabetesmelitus1
Power point-dietdiabetesmelitus1Power point-dietdiabetesmelitus1
Power point-dietdiabetesmelitus1
 
Penyuluhan prolanis revisi
Penyuluhan prolanis revisiPenyuluhan prolanis revisi
Penyuluhan prolanis revisi
 
Penyuluhan diabetes mellitus
Penyuluhan diabetes mellitusPenyuluhan diabetes mellitus
Penyuluhan diabetes mellitus
 
Hotkey blander
Hotkey blanderHotkey blander
Hotkey blander
 
Madre Teresa de Calcuta
Madre Teresa de CalcutaMadre Teresa de Calcuta
Madre Teresa de Calcuta
 
Diabetes Melitus
Diabetes MelitusDiabetes Melitus
Diabetes Melitus
 
Lamp materi penyuluhan tb
Lamp materi penyuluhan tbLamp materi penyuluhan tb
Lamp materi penyuluhan tb
 
Prevention Of HIV/AIDS
Prevention Of HIV/AIDSPrevention Of HIV/AIDS
Prevention Of HIV/AIDS
 
Web ve
Web veWeb ve
Web ve
 

Similar to Tb dengan penyulit

Askep Gangguan Patologis Sistem Pernafasan TBC_Nora Gracesara.pdf
Askep Gangguan Patologis Sistem Pernafasan TBC_Nora Gracesara.pdfAskep Gangguan Patologis Sistem Pernafasan TBC_Nora Gracesara.pdf
Askep Gangguan Patologis Sistem Pernafasan TBC_Nora Gracesara.pdf
noragracesara
 
174989355-power-point-TB-paru.ppt
174989355-power-point-TB-paru.ppt174989355-power-point-TB-paru.ppt
174989355-power-point-TB-paru.ppt
AndrewHukom1
 
Ginjal dan hipertensi
Ginjal dan hipertensiGinjal dan hipertensi
Ginjal dan hipertensi
Helmon Chan
 
farmakoterapi pada pasien gangguan hati
farmakoterapi pada pasien gangguan hatifarmakoterapi pada pasien gangguan hati
farmakoterapi pada pasien gangguan hati
witanurma
 
Teraapi pengobatan tuberculosis dan .pptx
Teraapi pengobatan tuberculosis dan .pptxTeraapi pengobatan tuberculosis dan .pptx
Teraapi pengobatan tuberculosis dan .pptx
hasbi63
 
Case 3 KANKER PARU DAN ANEMIA 7.pptx
Case 3 KANKER PARU DAN ANEMIA 7.pptxCase 3 KANKER PARU DAN ANEMIA 7.pptx
Case 3 KANKER PARU DAN ANEMIA 7.pptx
fiah0289
 
PIK-TB-Solo-17-maret-2018-Ko-Infeksi-Tuberkulosis-Resisten-Obat-dan-Human-Imm...
PIK-TB-Solo-17-maret-2018-Ko-Infeksi-Tuberkulosis-Resisten-Obat-dan-Human-Imm...PIK-TB-Solo-17-maret-2018-Ko-Infeksi-Tuberkulosis-Resisten-Obat-dan-Human-Imm...
PIK-TB-Solo-17-maret-2018-Ko-Infeksi-Tuberkulosis-Resisten-Obat-dan-Human-Imm...
linda399806
 
Guideline Therapy for CAP (1).pptx
Guideline Therapy for CAP (1).pptxGuideline Therapy for CAP (1).pptx
Guideline Therapy for CAP (1).pptx
DONNYARDIKANOVANANDA
 
3. algoritma pandu Revisi dan Carta Prediksi Resiko KV.pdf
3. algoritma pandu Revisi dan Carta Prediksi Resiko KV.pdf3. algoritma pandu Revisi dan Carta Prediksi Resiko KV.pdf
3. algoritma pandu Revisi dan Carta Prediksi Resiko KV.pdf
YuliusSd
 
Pneumonia_.ppt
Pneumonia_.pptPneumonia_.ppt
Pneumonia_.ppt
MariaEkarista1
 
Farmakologi di blok nefrouropoetika
Farmakologi di blok nefrouropoetikaFarmakologi di blok nefrouropoetika
Farmakologi di blok nefrouropoetika
Fadhol Romdhoni
 
Modul farmakologi 2 kb 2.-
Modul farmakologi 2 kb 2.-Modul farmakologi 2 kb 2.-
Modul farmakologi 2 kb 2.-
pjj_kemenkes
 
Jenis, Indikasi, Dosis, dan Efek Samping Obat
Jenis, Indikasi, Dosis, dan Efek Samping ObatJenis, Indikasi, Dosis, dan Efek Samping Obat
Jenis, Indikasi, Dosis, dan Efek Samping Obat
pjj_kemenkes
 
Presentasi Infeksi Paru pada Diabetes
Presentasi Infeksi Paru pada DiabetesPresentasi Infeksi Paru pada Diabetes
Presentasi Infeksi Paru pada Diabetes
TanyaDok.com
 
Propofol Related Infusion Syndrome
Propofol Related Infusion SyndromePropofol Related Infusion Syndrome
Propofol Related Infusion SyndromeYesi Yehezkiel
 
TERAPI ANTIKOAGULAN PADA PASIEN COVID 19_ WISMA ATLIT_ 26-9-2021`.pptx
TERAPI ANTIKOAGULAN PADA PASIEN COVID 19_ WISMA ATLIT_ 26-9-2021`.pptxTERAPI ANTIKOAGULAN PADA PASIEN COVID 19_ WISMA ATLIT_ 26-9-2021`.pptx
TERAPI ANTIKOAGULAN PADA PASIEN COVID 19_ WISMA ATLIT_ 26-9-2021`.pptx
ekoprastia
 
Farmakoterapi-BLOK15.pptx
Farmakoterapi-BLOK15.pptxFarmakoterapi-BLOK15.pptx
Farmakoterapi-BLOK15.pptx
MuhammadRezaFirdaus2
 
Cbl tatalaksana pneumonia in the elderly
Cbl tatalaksana pneumonia in the elderlyCbl tatalaksana pneumonia in the elderly
Cbl tatalaksana pneumonia in the elderly
Devina Ciayadi
 
PPT-PPOK.pptx
PPT-PPOK.pptxPPT-PPOK.pptx
PPT-PPOK.pptx
muhammadrafi381478
 
Materi tb dm
Materi tb dmMateri tb dm
Materi tb dm
Indriyani Siagian
 

Similar to Tb dengan penyulit (20)

Askep Gangguan Patologis Sistem Pernafasan TBC_Nora Gracesara.pdf
Askep Gangguan Patologis Sistem Pernafasan TBC_Nora Gracesara.pdfAskep Gangguan Patologis Sistem Pernafasan TBC_Nora Gracesara.pdf
Askep Gangguan Patologis Sistem Pernafasan TBC_Nora Gracesara.pdf
 
174989355-power-point-TB-paru.ppt
174989355-power-point-TB-paru.ppt174989355-power-point-TB-paru.ppt
174989355-power-point-TB-paru.ppt
 
Ginjal dan hipertensi
Ginjal dan hipertensiGinjal dan hipertensi
Ginjal dan hipertensi
 
farmakoterapi pada pasien gangguan hati
farmakoterapi pada pasien gangguan hatifarmakoterapi pada pasien gangguan hati
farmakoterapi pada pasien gangguan hati
 
Teraapi pengobatan tuberculosis dan .pptx
Teraapi pengobatan tuberculosis dan .pptxTeraapi pengobatan tuberculosis dan .pptx
Teraapi pengobatan tuberculosis dan .pptx
 
Case 3 KANKER PARU DAN ANEMIA 7.pptx
Case 3 KANKER PARU DAN ANEMIA 7.pptxCase 3 KANKER PARU DAN ANEMIA 7.pptx
Case 3 KANKER PARU DAN ANEMIA 7.pptx
 
PIK-TB-Solo-17-maret-2018-Ko-Infeksi-Tuberkulosis-Resisten-Obat-dan-Human-Imm...
PIK-TB-Solo-17-maret-2018-Ko-Infeksi-Tuberkulosis-Resisten-Obat-dan-Human-Imm...PIK-TB-Solo-17-maret-2018-Ko-Infeksi-Tuberkulosis-Resisten-Obat-dan-Human-Imm...
PIK-TB-Solo-17-maret-2018-Ko-Infeksi-Tuberkulosis-Resisten-Obat-dan-Human-Imm...
 
Guideline Therapy for CAP (1).pptx
Guideline Therapy for CAP (1).pptxGuideline Therapy for CAP (1).pptx
Guideline Therapy for CAP (1).pptx
 
3. algoritma pandu Revisi dan Carta Prediksi Resiko KV.pdf
3. algoritma pandu Revisi dan Carta Prediksi Resiko KV.pdf3. algoritma pandu Revisi dan Carta Prediksi Resiko KV.pdf
3. algoritma pandu Revisi dan Carta Prediksi Resiko KV.pdf
 
Pneumonia_.ppt
Pneumonia_.pptPneumonia_.ppt
Pneumonia_.ppt
 
Farmakologi di blok nefrouropoetika
Farmakologi di blok nefrouropoetikaFarmakologi di blok nefrouropoetika
Farmakologi di blok nefrouropoetika
 
Modul farmakologi 2 kb 2.-
Modul farmakologi 2 kb 2.-Modul farmakologi 2 kb 2.-
Modul farmakologi 2 kb 2.-
 
Jenis, Indikasi, Dosis, dan Efek Samping Obat
Jenis, Indikasi, Dosis, dan Efek Samping ObatJenis, Indikasi, Dosis, dan Efek Samping Obat
Jenis, Indikasi, Dosis, dan Efek Samping Obat
 
Presentasi Infeksi Paru pada Diabetes
Presentasi Infeksi Paru pada DiabetesPresentasi Infeksi Paru pada Diabetes
Presentasi Infeksi Paru pada Diabetes
 
Propofol Related Infusion Syndrome
Propofol Related Infusion SyndromePropofol Related Infusion Syndrome
Propofol Related Infusion Syndrome
 
TERAPI ANTIKOAGULAN PADA PASIEN COVID 19_ WISMA ATLIT_ 26-9-2021`.pptx
TERAPI ANTIKOAGULAN PADA PASIEN COVID 19_ WISMA ATLIT_ 26-9-2021`.pptxTERAPI ANTIKOAGULAN PADA PASIEN COVID 19_ WISMA ATLIT_ 26-9-2021`.pptx
TERAPI ANTIKOAGULAN PADA PASIEN COVID 19_ WISMA ATLIT_ 26-9-2021`.pptx
 
Farmakoterapi-BLOK15.pptx
Farmakoterapi-BLOK15.pptxFarmakoterapi-BLOK15.pptx
Farmakoterapi-BLOK15.pptx
 
Cbl tatalaksana pneumonia in the elderly
Cbl tatalaksana pneumonia in the elderlyCbl tatalaksana pneumonia in the elderly
Cbl tatalaksana pneumonia in the elderly
 
PPT-PPOK.pptx
PPT-PPOK.pptxPPT-PPOK.pptx
PPT-PPOK.pptx
 
Materi tb dm
Materi tb dmMateri tb dm
Materi tb dm
 

Recently uploaded

PUBLIC SPEAKING TRAINING DEDI DWITAGAMA BNN JU.pptx
PUBLIC SPEAKING TRAINING DEDI DWITAGAMA BNN JU.pptxPUBLIC SPEAKING TRAINING DEDI DWITAGAMA BNN JU.pptx
PUBLIC SPEAKING TRAINING DEDI DWITAGAMA BNN JU.pptx
Dedi Dwitagama
 
1.4.a.8. Koneksi Antar Materi Budaya Positif
1.4.a.8. Koneksi Antar Materi Budaya Positif1.4.a.8. Koneksi Antar Materi Budaya Positif
1.4.a.8. Koneksi Antar Materi Budaya Positif
emalestari711
 
MATERI 1 Peraturan Lelang.pptx dalam bernegara
MATERI 1 Peraturan Lelang.pptx dalam bernegaraMATERI 1 Peraturan Lelang.pptx dalam bernegara
MATERI 1 Peraturan Lelang.pptx dalam bernegara
vannia34
 
Sketsa Kehidupan Beragama. Riza (1).pptx
Sketsa Kehidupan Beragama. Riza (1).pptxSketsa Kehidupan Beragama. Riza (1).pptx
Sketsa Kehidupan Beragama. Riza (1).pptx
muhammadriza64
 
KOSP SD MODEL 1 - datadikdasmen.com.docx
KOSP SD MODEL 1 - datadikdasmen.com.docxKOSP SD MODEL 1 - datadikdasmen.com.docx
KOSP SD MODEL 1 - datadikdasmen.com.docx
sdpurbatua03
 
Penumbuhan POSLUHDES ( pos penyuluhan desa)
Penumbuhan POSLUHDES ( pos penyuluhan desa)Penumbuhan POSLUHDES ( pos penyuluhan desa)
Penumbuhan POSLUHDES ( pos penyuluhan desa)
SobriCubi
 
PPT ASAS PERATURAN PERundang UNDANGAN.pptx
PPT ASAS PERATURAN PERundang UNDANGAN.pptxPPT ASAS PERATURAN PERundang UNDANGAN.pptx
PPT ASAS PERATURAN PERundang UNDANGAN.pptx
LuhAriyani1
 
Reformasi Administrasi Publik di Indonesia (1998-2023): Strategi, Implementas...
Reformasi Administrasi Publik di Indonesia (1998-2023): Strategi, Implementas...Reformasi Administrasi Publik di Indonesia (1998-2023): Strategi, Implementas...
Reformasi Administrasi Publik di Indonesia (1998-2023): Strategi, Implementas...
Universitas Sriwijaya
 
Etikolegal Pelayanan kebidanan ibu hamil
Etikolegal Pelayanan kebidanan ibu hamilEtikolegal Pelayanan kebidanan ibu hamil
Etikolegal Pelayanan kebidanan ibu hamil
NurWana20
 
TRANSFORMASI PEMBERDAYAAN APARATUR NEGARA DI INDONESIA
TRANSFORMASI PEMBERDAYAAN APARATUR NEGARA DI INDONESIATRANSFORMASI PEMBERDAYAAN APARATUR NEGARA DI INDONESIA
TRANSFORMASI PEMBERDAYAAN APARATUR NEGARA DI INDONESIA
Universitas Sriwijaya
 
TEORI-TEORI KEPEMIMPINAN (Tugas uas Kepemimpinan)
TEORI-TEORI KEPEMIMPINAN (Tugas uas Kepemimpinan)TEORI-TEORI KEPEMIMPINAN (Tugas uas Kepemimpinan)
TEORI-TEORI KEPEMIMPINAN (Tugas uas Kepemimpinan)
NurHalifah34
 
Reformasi Birokrasi Kementerian Pertanian Republik Indonesia Tahun 2020-2024
Reformasi Birokrasi Kementerian Pertanian Republik Indonesia Tahun 2020-2024Reformasi Birokrasi Kementerian Pertanian Republik Indonesia Tahun 2020-2024
Reformasi Birokrasi Kementerian Pertanian Republik Indonesia Tahun 2020-2024
Universitas Sriwijaya
 
Permasalahan dan Kebijakan Konvergensi Penurunan Stunting di Desa.pptx
Permasalahan dan Kebijakan Konvergensi Penurunan Stunting di Desa.pptxPermasalahan dan Kebijakan Konvergensi Penurunan Stunting di Desa.pptx
Permasalahan dan Kebijakan Konvergensi Penurunan Stunting di Desa.pptx
Zainul Akmal
 

Recently uploaded (13)

PUBLIC SPEAKING TRAINING DEDI DWITAGAMA BNN JU.pptx
PUBLIC SPEAKING TRAINING DEDI DWITAGAMA BNN JU.pptxPUBLIC SPEAKING TRAINING DEDI DWITAGAMA BNN JU.pptx
PUBLIC SPEAKING TRAINING DEDI DWITAGAMA BNN JU.pptx
 
1.4.a.8. Koneksi Antar Materi Budaya Positif
1.4.a.8. Koneksi Antar Materi Budaya Positif1.4.a.8. Koneksi Antar Materi Budaya Positif
1.4.a.8. Koneksi Antar Materi Budaya Positif
 
MATERI 1 Peraturan Lelang.pptx dalam bernegara
MATERI 1 Peraturan Lelang.pptx dalam bernegaraMATERI 1 Peraturan Lelang.pptx dalam bernegara
MATERI 1 Peraturan Lelang.pptx dalam bernegara
 
Sketsa Kehidupan Beragama. Riza (1).pptx
Sketsa Kehidupan Beragama. Riza (1).pptxSketsa Kehidupan Beragama. Riza (1).pptx
Sketsa Kehidupan Beragama. Riza (1).pptx
 
KOSP SD MODEL 1 - datadikdasmen.com.docx
KOSP SD MODEL 1 - datadikdasmen.com.docxKOSP SD MODEL 1 - datadikdasmen.com.docx
KOSP SD MODEL 1 - datadikdasmen.com.docx
 
Penumbuhan POSLUHDES ( pos penyuluhan desa)
Penumbuhan POSLUHDES ( pos penyuluhan desa)Penumbuhan POSLUHDES ( pos penyuluhan desa)
Penumbuhan POSLUHDES ( pos penyuluhan desa)
 
PPT ASAS PERATURAN PERundang UNDANGAN.pptx
PPT ASAS PERATURAN PERundang UNDANGAN.pptxPPT ASAS PERATURAN PERundang UNDANGAN.pptx
PPT ASAS PERATURAN PERundang UNDANGAN.pptx
 
Reformasi Administrasi Publik di Indonesia (1998-2023): Strategi, Implementas...
Reformasi Administrasi Publik di Indonesia (1998-2023): Strategi, Implementas...Reformasi Administrasi Publik di Indonesia (1998-2023): Strategi, Implementas...
Reformasi Administrasi Publik di Indonesia (1998-2023): Strategi, Implementas...
 
Etikolegal Pelayanan kebidanan ibu hamil
Etikolegal Pelayanan kebidanan ibu hamilEtikolegal Pelayanan kebidanan ibu hamil
Etikolegal Pelayanan kebidanan ibu hamil
 
TRANSFORMASI PEMBERDAYAAN APARATUR NEGARA DI INDONESIA
TRANSFORMASI PEMBERDAYAAN APARATUR NEGARA DI INDONESIATRANSFORMASI PEMBERDAYAAN APARATUR NEGARA DI INDONESIA
TRANSFORMASI PEMBERDAYAAN APARATUR NEGARA DI INDONESIA
 
TEORI-TEORI KEPEMIMPINAN (Tugas uas Kepemimpinan)
TEORI-TEORI KEPEMIMPINAN (Tugas uas Kepemimpinan)TEORI-TEORI KEPEMIMPINAN (Tugas uas Kepemimpinan)
TEORI-TEORI KEPEMIMPINAN (Tugas uas Kepemimpinan)
 
Reformasi Birokrasi Kementerian Pertanian Republik Indonesia Tahun 2020-2024
Reformasi Birokrasi Kementerian Pertanian Republik Indonesia Tahun 2020-2024Reformasi Birokrasi Kementerian Pertanian Republik Indonesia Tahun 2020-2024
Reformasi Birokrasi Kementerian Pertanian Republik Indonesia Tahun 2020-2024
 
Permasalahan dan Kebijakan Konvergensi Penurunan Stunting di Desa.pptx
Permasalahan dan Kebijakan Konvergensi Penurunan Stunting di Desa.pptxPermasalahan dan Kebijakan Konvergensi Penurunan Stunting di Desa.pptx
Permasalahan dan Kebijakan Konvergensi Penurunan Stunting di Desa.pptx
 

Tb dengan penyulit

  • 1. TB dengan Penyulit Penyulit dalam Program TB = Tantangan Dr. Andajani Woerjandari. M.Kes
  • 2. PENYULIT DLM PROGRAM TB PENYIMPANGAN THD SISTEM - TIDAK DOTS - TIDAK MENGGUNAKAN ISTC - TIDAK MENEPATI PNPK KETERATURAN BEROBAT DAN PENGOBATAN - EFEK SAMPING OAT - PEMILIHAN PMO - NASEHAT TB dg. PENYAKIT PENYERTA / KEAD.KHUSUS PENYULIT LAIN ............????? -STIGMA MASYARAKAT --....................................
  • 3. Fakta ttg S.D.M. Limitasi kapasitas ingatan jangka pendek (5- 7 informasi), diperburuk dengan kelelahan dan stres Error of omission (mis lupa melakukan) terjadi kira-kira 1 dalam 100 Error of commission (mis salah baca) terjadi kira-kira 3 dalam 100 Errors dapat karena: cognitive overload, poor communication, fatigue, workload, fear , dll) Kontribusi Permasalahan penangan TB oleh DPM Dipertanykan karena tidak terlaporkan Tidak DOTS dan belum menerapkan ISTC (tidak tahu, tidak mau, mekanisme tidak menjangkau) Mencetak MDR )disengaja atau tidak) dengan kematian yang tinggi (tidak terdata / tidak terjangkau susrveilance) (yang terpapar DOTS : 245 dan ISTC : 16.000 dari 113.843 DPM di Ind.) Pelatihan DOTS terbatas hanya pada sektor pemerintah Subdit TB : Ko-morbid MDR adalah DM tak terkendali, TB dengan DM 2-3x lebih banyak dp yang tanpa DM
  • 4.
  • 5. Saat ini, prevalensi terjadinya TB paru meningkat seiring dengan peningkatan prevalensi pasien DMTB paru.. Patofisiologi yang terjadi pada pasien DM turut mempengaruhi patogenesis terjadinya TB paru di mana pada pasien DM terjadi defek pada fungsi sel-sel imun. Manifestasi klinis TB paru yang terjadi tidak berbeda, hanya saja gejala klinik yang timbul pada pasien DM dapat lebih banyak. Prinsip pengobatan, perlu diperhatikan adanya interaksi dan efek samping obat antara obat antituberkulosis dan obat oral untuk DM, misalnya antara rifampisin dengan obat golongan sulfonilurea.
  • 6. Keadaan yang perlu diperhatikan ialah pemberian rifampisin pada pasien DM yang menggunakan obat oral antidiabetes, khususnya sulfonilurea karena dapat mengurangi efektivitas obat tersebut dengan cara meningkatkan metabolisme sulfonilurea. Sehingga pada pasien DM, pemberian sulfonilurea harus dengan dosis yang diting- katkan Pasien TB diabetes mellitus harus dikontrol, penggunaan Rifampisin dapat mengurangi efektifitas obat oral anti diabetes (sulfonil urea), sehingga obat anti diabetes perlu ditingkatkan. Insulin digunakan mengontrol gula darah, selesai pengobatan TB dilanjutkan anti diabetes oral. Pada pasien diabetes mellitus sering terjadi komplikasi retinopathy diabetika, waspadai pemberian etambutol, dapat memperberat kelainan tersebut.
  • 7. Pada pasien TB dengan gagal ginjal diberikan Isoniasid (H), Rifampisin (R) dan Pirasinamid (P) dosis standar, diekskresi melalui empedu, dapat dicerna menjadi senyawa tidak toksik. Streptomisin dan Etambutol diekskresi melalui ginjal, hindari penggunaanya, jika fasilitas pemantauan faal ginjal tersedia, Etambutol dan Rifampisin dapat diberikan dengan dosis sesuai faal ginjal. Paduan OAT paling aman bagi pasien TB gagal ginjal 2HRZ/4HR.
  • 8. Mengapa terjadi Renal Tuberculosis ???• • Ginjal terinfeksi oleh penyebaran hematogen basil M.tuberculosa dariinfeksi pusat di paru-paru• Lesi TB yang terjadi di paru-paru memiliki kemungkinan untuk dapatmasuk ke sistem vaskular oleh erosi dari dinding vena, biasanyapembuluh darah, maka dapat terjadi emboli yang mengandung bakterisehingga dapat disebarkan ke seluruh tubuh, termasuk ginjal.• Tuberkulosis dapat menyebabkan gagal ginjal oleh dua mekanisme yangmelibatkan infeksi intrinsik dalam parenkim ginjal atau obstruktifuropati. Pengobatan Renal Tuberculosis..• • Pemilihan OAT seperti Isoniasid (H), Rifampisin (R) dan Pirasinamid (Z) untuk pasien dengan gagal ginjal dianjurkan, karena ketiga obat tersebut dapat di ekskresi melalui empedu dan dapat dicerna menjadi senyawa- senyawa yang tidak toksik. OAT jenis ini dapat diberikan dengan dosis standar pada pasien-pasien dengan gangguan ginjal.• Sedangkan Streptomisin dan Etambutol diekskresi melalui ginjal, oleh karena itu harus di hindari penggunaannya pada pasien dengan gangguan ginjal. Apabila fasilitas pemantauan faal ginjal tersedia, Etambutol dan Streptomisin tetap dapat diberikan dengan dosis yang sesuai faal ginjal.
  • 9. Kehamilan dan tuberkulosis merupakan dua stressor yang berbeda pada ibu hamil. Efek TB pada kehamilan tergantung pada beberapa faktor antara lain tipe, letak dan keparahan penyakit, usia kehamilan saat menerima pengobatan antituberkulosis, status nutrisi ibu hamil, ada tidaknya penyakit penyerta, status imunitas, dan kemudahan mendapatkan fasilitas diagnosa dan pengobatan TB Status nutrisi yang jelek, hipoproteinemia, anemia dan keadaan medis maternal merupakan dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas maternal.  Usia kehamilan saat wanita hamil mendapatkan pengobatan antituberkulosa merupakan factor yang penting dalam menentukan kesehatan maternal dalam kehamilan dengan TB.  Kehamilan dapat berefek terhadap tuberkulosis dimana peningkatan diafragma akibat kehamilan akan menyebabkan kavitas paru bagian bawah mengalami kolaps yang disebut pneumo-peritoneum. Pada awal abad 20, induksi aborsi direkomondasikan pada wanita hamil dengan TB.
  • 10. Namun pada dasarnya pengobatan TB pada kehamilan tidak berbeda dengan pengobatan TB umumnya. Menurut WHO hampir semua OAT aman untuk kehamilan kecuali streptomisin, karena bersifat permanent ototoxic dapat menembus barier placenta. Dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pendengaran dan keseimbangan menetap pada bayi akan dilahirkan. Perlu dijelaskan pada ibu hamil, keberhasilan pengobatan sangat penting agar proses kelahiran berjalan lancar, bayi terhindar kemungkinan tertular TB. Seorang ibu menyusui penderita TB harus mendapat paduan OAT secara adekuat dan tepat, dapat mencegah penularan TB kepada bayinya. Ibu dan bayi tidak perlu dipisahkan, bayi dapat terus disusui, pengobatan pencegahan dengan INH diberikan pada bayi sesuai berat badannya.
  • 11. Rifampisin berinteraksi dengan kontrasepsi hormonal (pil KB, suntikan dan susuk), dapat menurunkan efektifitas kontrasepsi, sebaiknya menggunakan kontrasepsi non hormonal maupun mengandung estrogen dosis tinggi (50 mcg).
  • 12. Pemberian OAT pada pasien TB dengan hepatitis akut dan atau klinis ikterik ditunda sampai hepatitis akutnya mengalami penyembuhan. Pada keadaan dimana pengobatan TB sangat diperlukan dapat diberikan streptomisin (S) dan Etambutol (E) maksimal tiga bulan sampai hepatisinya sembuh, dilanjutkan Rifampisin (R) dan Isoniasid (H) selama enam bulan. Bila ada kecurigaan faal hati, dianjurkan pemeriksaan faal hati sebelum pengobatan TB. Jika SGOT dan SGPT meningkat lebih dari tiga kali, OAT tidak diberikan, bila dalam pengobatan harus dihentikan. Peningkatannya kurang dari tiga kali pengobatan dapat dilaksanakan atau diteruskan dengan pengawasan ketat. Pasien dengan kelainan hati, Pirasinamid (Z) tidak boleh digunakan, paduan obat dianjurkan 2RHES/6RH atau 2HES/10HE.
  • 13. Pasien TB ada yang perlu mendapat tambahan kartikosteroid, hanya digunakan pada keadaan khusus membahayakan jiwa pasien seperti meningitis, TB milier dengan atau tanpa meningitis, TB dengan Pleuritis Eksudativa, TB dengan Perikarditis Konstriktiva. Selama fase akut prednisone diberikan dosis 30-40 mg per hari, diturunkan secara bertahap, lama pemberian disesuaikan jenis penyakit dan kemajuan pengobatan.
  • 14.
  • 15. Tuhan Sembilan Senti Oleh Taufiq Ismail Indonesia adalah sorga luar biasa ramah bagi perokok, tapi tempat siksa tak tertahankan bagi orang yang tak merokok, Di sawah petani merokok, di pabrik pekerja merokok, di kantor pegawai merokok, di kabinet menteri merokok, di reses parlemen anggota DPR merokok, di Mahkamah Agung yang bergaun toga merokok, hansip-bintara-perwira nongkrong merokok, di perkebunan pemetik buah kopi merokok, di perahu nelayan penjaring ikan merokok, di pabrik petasan pemilik modalnya merokok, di pekuburan sebelum masuk kubur orang merokok, Bercakap-cakap kita jarak setengah meter tak tertahankan asap rokok, bayangkan isteri-isteri yang bertahun-tahun menderita di kamar tidur ketika melayani para suami yang bau mulut dan hidungnya mirip asbak rokok,
  • 16. Agent Host Env. Nikotin TAR …….. Perilaku Harga diri ………… Epidemiologi Masalah Rokok Budaya Teladan Pertemanan Iklan Penanaman Brand Image Regulasi
  • 17.
  • 18. Penyakit-penyakit yang disebabkan rokokPenyakit-penyakit yang disebabkan rokok 3 besar penyebab kematian akibat rokok di AS 1) Kanker Paru 2) Penyakit Jantung Iskemik 3) Penyakit Paru Obstruktif Menahun (PPOK) Kanker: Paru Leukemia Laring (AML, ALL, CLL)2-4 Mulut/faring Esofagus Usus Pankreas Ginjak Kandung kemih Mulut rahiml Lain: Luka lama sembuh Fraktur pinggul Densitas tulang yang rendah Katarak Ulkus peptik† Kardiovaskuler: Penyakit Jantung Iskemik Stroke-demensia vaskuler5 Penyakit pembuluh darah tepi6 Aneurisma Aorta Abdominal Saluran Pernapasan: • PPOK • Pneumonia • Asthma yang tidak terkontrol Saluran Pernapasan: • PPOK • Pneumonia • Asthma yang tidak terkontrol Alat Reproduksi Berat Badan Lahir Rendah Komplikasi kehamilan Infertilitas Kematian Janin Mendadak 11
  • 19. Hsien-Ho Lin dan timnya dari Harvard School of Public Health, Amerika Serikat. menyatakan bukti hubungan antara kebiasaan merokok, perokok pasif, dan polusi udara di dalam ruangan dari kayu bakar dan batu bara terhadap risiko infeksi, penyakit, dan kematian akibat TBC. Dari sekitar 100 orang yang diteliti, ditemukan yang merokok tembakau dan menderita TBC sebanyak 33 orang, perokok pasif dan menderita TBC 5 orang, dan yang terkena polusi udara dan menderita TBC 5 orang Dr. Saskia den Boon dari KNCV Tuberculosis Foundation di Belanda menulis hasil penelitian mereka dalam jurnal Pediatric edisi April 2007. Ia mengungkapkan tuberkulosis dan merokok merupakan dua masalah kesehatan masyarakat yang signifikan. Kaitan perokok pasif dan infeksi TBC pada anak menjadikannya bahan pemikiran yang sangat penting, mengingat tingginya prevalensi merokok dan tuberkulosis di negara berkembang.
  • 20. • Di AS, para perokok yang telah merokok 20 tahun atau lebih ternyata 2,6 kali lebih sering menderita TBC daripada yang tidak merokok. Kebiasaan merokok meningkatkan mortalitas akibat TBC sebesar 2,8 kali. Angka ini cukup tinggi bila dibandingkan dengan rasio mortalitas pada penyakit jantung iskemik (1,6 kali) dan penyakit serebrovaskular (1,5 kali), walaupun memang jauh lebih rendah dari rasio mortalitas akibat kanker paru, yang 15 kali lebih sering pada perokok dibandingkan bukan perokok. • Kaitan ini bisa dijelaskan bahwa dengan racun yang dibawanya, rokok merusak mekanisme pertahanan paru-paru. Bulu getar dan alat lain dalam paru-paru yang berfungsi menahan infeksi rusak akibat asap rokok. Asap rokok meningkatkan tahanan pelan napas (airway resistance). Akibatnya, pembuluh darah di paru mudah bocor. Juga merusak sel pemakan bakteri pengganggu dan menurunkan respon terhadap antigen, sehingga bila benda asing masuk ke dalam paru-paru, tidak ada pendeteksinya
  • 21. Profil merokok pada penderita TB di BP4: • 96% merokok setiap hari; 4% merokok kadang-kadang • 77% penderita TB di BP4 masih merokok sebelum terdiagnosis TB. Di antara mereka, 47% merokok kurang dari 10 batang per hari, 45% antara 11-20 batang per hari. • 50% penderita menyatakan bahwa merokok sampai 12 batang per hari tidak berbahaya; 50% lainnya menyatakan bahwa merokok 3-6 batang per hari tidak berbahaya Penelitian terhadap : 136 pasien di TB di BP-4 tahun 2004 :
  • 22. Setelah terdiagnosis TB : • 99% penderita pernah mencoba berhenti, 1% berusaha mengurangi kebiasaan merokok • 81% berhasil berhenti pada fase intensif pengobatan • 8% berhasil berhenti, namun relaps pada tingkat rendah • 10% mencoba berhenti, namun merokok kembali seperti semula. --------------------------------------------------------------------------- Kaitan merokok terhadap penyakit TB : • 91% menjawab merokok memperparah penyakit
  • 23. Setelah pengobatan intensif: 50% kembali merokok kadang-kadang (21% di antaranya merokok setiap hari) Jumlah rokok yang dihisap oleh orang yang merokok setiap hari: 4-6 batang per hari
  • 24. - DOTS - ISTC - PNPK thd
  • 25. MASALAH PENERAPAN DOTS ITU SENDIRI BELUM SEMUA TERCATAT DI RR TB Belum semua terpapar DOTS RS : Rawat Jalan DOTs tetapi Rawat Inap belum Awalnya DOTS ada mslh. (side effect dll) dilepas R/ walau sesuai regimen tidak dimsk. RR
  • 26. PASTIKAN : TB : 1. DITEMUKAN 2. DOBATI SAMPAI SEMBUH PUSKESMAS : MANAJEMEN PUSKESMAS PEDOMAN TB BOK RS : TIM DOTS RS MANAJEMEN DOTS DI RS JEJARING INTERNAL CONTINUING CARE AKREDITASI RS DPS / APT : STANDAR PROFESI PERAN DOKEL ANGKA KREDIT
  • 27. - EFEK SAMPING OAT - PEMILIHAN PMO - NASEHAT
  • 28. Prinsip Pengobatan TB • OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan gunakan OAT tunggal (monoterapi). Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT) lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan. • Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO). • Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis.Jakarta;2011
  • 29. • Tahap Awal (Intensif)   Pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.  Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.  Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2 bulan. • Tahap Lanjutan  Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama.  Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah terjadinya kekambuhan. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis.Jakarta;2011
  • 30. Penelitian Mitchison membagi kuman M. tuberculosis dalam beberapa populasi dalam hubungan antara pertumbuhannya dengan aktivitas obat yang membunuhnya, yaitu: • Populasi A. Kuman tumbuh berkembang biak terus menerus dengan cepat.  INH • Populasi B. Kuman tumbuh sangat lambat dan berada dalam lingkungan asam.  Pirazinamid • Populasi C. Kuman berada dalam keadaan dormant hampir sepanjang waktu. Hanya kadang saja kuman ini mengadakan metabolisme secara aktif dalam waktu yang singkat.  Rifampicin • Populasi D. Terdapat kuman yang sepenuhnya bersifat dormant sehingga sama sekali tidak bisa dipengaruhi oleh obat anti tuberkulosis. Jumlah populasi ini tidak jelas dan hanya dapat dimusnahkan oleh mekanisme pertahanan tubuh manusia itu sendiri. Aditama TY, et.al. Tuberkulosis Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia; 2006.p. 26-32.
  • 31. ISTC: Standar 9 • Untuk meningkatkan serta mengevaluasi kepatuhan terhadap pengobatan, dilakukan pendekatan yang berfokus pada pasien, didasari oleh kebutuhan pasien serta adanya hubungan yang saling menghargai di antara pasien dan penyedia layanan kesehatan. Supervisi dan dukungan yang dilakukan seharusnya menaruh perhatian khusus pada gender dan kelompok usia, serta harus pula sesuai dengan intervensi yang dianjurkan, termasuk di dalamnya edukasi dan konseling pasien. .................................
  • 32. Kepatuhan Berobat Hopewell PC, et al. International Standars for Tuberculosis Care. 2nd edition. San Fransisco: Tuberculosis Coalition for Tehcnical Assistance; 2009.p.38-45
  • 33. Pengawas Minum Obat (PMO) • Syarat: – Bersedia dengan sukarela membantu pasien tuberkulosis hingga sembuh selama pengobatan dengan OAT, serta menjaga kerahasiaan penderita HIV / AIDS. – Diutamakan seorang petugas kesehatan, tetapi dapat pula kader kesehatan ataupun anggota keluarga yang disegani oleh pasien Isbaniyah F, Thabrani Z, Soepandi PZ, Burhan E, Reviono, Soedarsono, dkk. Tuberkulosis: Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia; 2011. hal. 31-5, 52-5
  • 34. • Tugas: – Bersedia mendapat penjelasan di poliklinik – Melakukan pengawasan minum obat terhadap pasien – Mengingatkan pasien untuk memeriksa ulang dahaknya sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan – Memberikan dorongan terhadap pasien untuk berobat secara teratur hingga selesai – Mengenai efek samping minor akibat obat dan menasihati pasien agar tetap mau meminum obat – Merujuk pasien bila efek samping berat muncul – Melakukan kunjungan rumah – Menganjurkan anggota keluarga lain untuk memeriksa dahak bila ditemui gejala untuk tuberkulosis. Isbaniyah F, Thabrani Z, Soepandi PZ, Burhan E, Reviono, Soedarsono, dkk. Tuberkulosis: Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia; 2011. hal. 31-5, 52-5
  • 35. Suspek Resisten TB • Gagal pengobatan kategori 1 • Gagal pengobatan pada kategori 2 • Gagal konversi setelah sisipan dengan kategori 1 • Gagal konversi setelah sisipan dengan kategori 2 • Mendapatkan terapi dari fasilitas non DOTS, termasuk pada penggunaan terapi lini ke dua seperti kuinolon dan kanamisin • TB paru kasus kambuh setelah dinyatakan sukses terapi • Kembali setelah lalai / default pada pengobatan kategori 1 maupun 2 • Suspek TB dengan keluhan, yang sering berkontak atau tinggal dekat dengan pasien TB – MDR yang telah terkonfirmasi. • TB-HIV Isbaniyah F, Thabrani Z, Soepandi PZ, Burhan E, Reviono, Soedarsono, dkk. Tuberkulosis: Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia; 2011. hal. 31-5, 52-5
  • 36. ISTC: Standar 13 Rekaman tertulis tentang pengobatan yang diberikan, respons bakteriologis, dan efek samping seharusnya disimpan untuk pasien.
  • 37. Global report : 2013 All form TB 3,4 jt; tetapi yang terlaporkan : 2,3 jt TB resisten obat 90.000; tetapi yang terlaporkan 19.000 Extensively Resisten TB Global (-), tetapi kenyataan South Asia (SEARO) sudah melaporkan ODHA dengan TB 170,000 terlaporkan 56.000 lebih sulit lagi mencari TB yang HIV (+) ...............................oki ada Permenkes 21 th 2013.
  • 38. PENDAFTARAN Poli, unit do+s, dll Suspek TBC TB 06 TB 05 LAB Dahak Sewaktu I TB 04 PULANG Pot P Hari 1 TB 05 Radiologi PA, dll Sendiri / upk lain (TB09) TB 09
  • 39. PENDAFTARAN Poli, unit do+s, dll Dahak P TB 06, 05,03 LAB SPS TB 04 PULANG Pot P Hari 2 TB 05 Radiologi PA, dll Rawat inap UPK lain Farmasi Rekam medis PKMRS Suspek & PMO Unit do+s
  • 40.
  • 41. registrasi TB 01 PULANG TB 05 Radiologi PA, dll Rawat inap Farmasi Unit do+s Lab TB 03 TB 01 TB 09 OAT konseling Penanganan selanjutnya
  • 42. KARTU PENGOBATAN PASIEN TB Nama pasien : ………………………………………No.telp/Hp: ……………… Tahun : ………………………… Alamat lengkap : ……………………………………………………………………. No Register TB.03 Sarana Pelayanan Kesehatan : ………………………… Nama PMO : ……………………………………… No.telp/Hp: ……………… No Register TB.03 Kab/Kota : ………………………… Alamat lengkap PMO : ……………………………………………………………………. Nama Sarana Pelayanan Kesehatan: (Berilah tanda √ pada kotak pilihan yang sesuai) Jenis Kelamin: L √ P Umur 2 4 Thn. Parut BCG: Jelas Tdk ada Meragukan √ KLASIFIKASI PENYAKIT Riwayat pengobatan sebelumnya: Belum pernah/ √ Pernah diobati lebih dari 1 bulan Paru √ Ekstra paru kurang 1 bulan Lokasi Catatan: (untuk hasil pemeriksaan lain, misalnya: foto toraks, biopsi, kultur, skoring TB Anak, dll) ………………… Foto toraks menunjukkan gambaran proses spesifik Dirujuk oleh: No seri foto 33, tanggal 10 Juni 2007 TIPE PASIEN Tgl. 23 Juni 2007 keluhan gatal-gatal setelah makan obat. √ Inisiatif pasien Diberikan CTM 3 x 1 tablet, keluhan hilang. Anggota masy Baru √ Kambuh Sarana Pelayanan Kesehatan Pemerintah Pindahan Gagal Pemeriksaan kontak serumah: Sarana Pelayanan Kesehatan swasta Pengobatan Lain-lain No Nama L/P Umur Tgl pemeriksaan Hasil Lain-lain, sebutkan setelah default sebutkan 1 …………………….. …… …… ………………… ………… ……………….. ………………… 2 …………………….. …… …… ………………… ………… 3 …………………….. …… …… ………………… ………… HASIL PEMERIKSAAN DAHAK 4 …………………….. …… …… ………………… ………… Laboratorium pembaca 5 …………………….. …… …… ………………… ………… Bulan ke Tanggal No Reg Lab BTA * BB (kg) 6 …………………….. …… …… ………………… ………… 0 (awal) 12/06/07 504 2+ 46 2 03/08/07 712 Neg 46 Jenis OAT: Kombipak KDT (FDC) √ 3 TAHAP AWAL 4 Kategori 1 √ Kategori 2 Kategori Anak Sisipan 5/6 23/10/07 1106 Neg 48 7/8 4KDT(FDC): 3 tablet/hari Streptomisin: mg/hari AP 23/11/07 1214 Neg 48 *) Tulislah 1+, 2+, 3+ atau Neg sesuai dengan hasil pemeriksaan dahak Tanggal Bulan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 Jumlah Juni 07 √ √ √ 16 Juli 07 √ √ √ √ 31 Agust 07 √ 9 Jumlah 56 Berilah tanda √ jika pasien datang mengambil obat atau pengobatan dibawah pengawasan petugas kesehatan. Berilah tanda “garis lurus menyambung” jika obat dibawa pulang dan ditelan sendiri dirumah. TB.01 Rasyid Desa Ambang Lk.II Bustaman (Pet. Pustu) Desa Ambang 7877966 . 2007 . 175 RS Inobonto Rusli L 52 22-06-2007 Mariana P 36 22-06-2007 T.A.K T.A.K . . .. . . . .. . . . .. . . . .. .
  • 43. Tanggal Bulan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 Jumlah Agust 07 √ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ √ ▬ ▬ ▬ 10 Sept 07 ▬ ▬ √ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ √ ▬ ▬ ▬ ▬ 13 Okt 07 ▬ √ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ √ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ 13 Nop 07 √ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ √ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ 12 Jumlah 48 Berilah tanda √ jika pasien datang mengambil obat atau pengobatan dibawah pengawasan petugas kesehatan. Berilah tanda “garis lurus putus-putus sesuai tanggal minum obat” jika obat dibawa pulang dan ditelan sendiri dirumah. CATATAN: Layanan Konseling dan Test Sukarela Tgl. dianjurkan Tgl. Pre Test Konseling Tempat Test Tgl. Test Tgl. Post Test Konseling Hasil Test HASIL AKHIR PENGOBATAN: Hasil test ditulis dengan kode : (tulis tanggal dalam kotak yang sesuai) R = REAKTIF IND = INDETERMINE NR = NON REAKTIF Sembuh P. Lengkap Default 27/11/07 Layanan PDP (Perawatan, Dukungan & Pengobatan) Gagal Pindah Meninggal Nama Sarana Pelayanan Kesehatan No. Reg. Pra ART Tgl. Rujukan PDP Tgl. Mulai PPK Tgl. Mulai ART TAHAP LANJUTAN (Berilah tanda √ pada kotak pilihan yang sesuai) Kategori 1 √ Kategori 2 Kategori Anak 2KDT(FDC): 3 tablet/hari Etambuthol tablet/hari
  • 44. Penderita, OAT, copy TB01, TB09 TB09 (bwh), TB10 Koordinator jejaring do+s kab/kota Apabila unt rujukan diagnosis lampirkan TB05 RSU
  • 45. ANALISIS MASALAH JEJARING 1. Ada Wilayah kerja 2. Ada tenaga pelacak 3. Lemah dalam penemuan kasus 4. Kuat dalam case holding 1. Wilayah kerja tidak terbatas 2. Tdk ada tenaga pelacak 3. Kuat dlm penemuan kasus 4. Lemah dalam case holding PERLU JEJARING YANG KUAT PUSKESMAS RS/BP4/DPS/KLINIKCLINICAL APPROACH PUBLIC HEALTH APPROACH RESPONSIBILITY APPROACH of Provider
  • 47. Langkah untuk Menjamin Kelangsungan Pengobatan • Memastikan ketersediaan obat dan logistik non-OAT (reagen, peralatan dan suplai laboratorium) yang kontinyu, tepat waktu dan bermutu di seluruh fasilitaspelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan DOTS, termasuk di fasilitas yang melayani masyarakat miskin dan rentan. • Menjamin sistem penyimpanan dan distribusi obat TB yang efektif dan efisien, termasuk kemungkinan untuk bermitra dengan pihak lain • Menjamin distribusi obat yang efisien dan efektif secara berjenjang sesuai kebutuhan. • Menjamin terlaksananya sistem informasi manajemen untuk obat TB (termasuk sistem alert elektronik dan laporan pemakaian dan stok OAT). Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Strategi nasional pengendalian TB di Indonesia 2010-2014. Jakarta: 2011, hal.53.
  • 48. Alur Permintaan, Distribusi, dan Pelaporan Logistik Kementerian kesehatan Republik Indonesia. Pedoman nasional: penanggulangan tuberculosis. Edisi 2. Jakarta: 2011, hal.57.
  • 49. STIGMA MASYARAKAT -Menutup diri -Shopping -Berobat jauh PENYULIT LAIN ............????? VALIDASI DATA RUTIN -Alamat lengkap -Mekanisme rujukan SOSIALISASI
  • 50. Langkah2 : Ikut pelatihan..................meningkatkan peran dalam program TB (penemuan..............pengobatan dan pemantauan penyelesaian beobat) Sertifikasi.............ada catatan dan laporan sebagai dasar Monev...................dari Puskesmas Wilayah, dari Profesi dan dari program.................supervisi terpadu Dicatat dalam kontribusi