SlideShare a Scribd company logo
1 of 38
Tax Planning
PPh Pasal
21/26
Kelompok 4
Kelompok 4
ALVIONITA FARRA A 195030407111020
ALVYNA DAMAYANTI 195030407111042
JESSICA IDA HUTAGAOL 185030407111017
MUHAMMAD ADITYA WIDI PUTRA 195030400111057
Taxability Deductibility
Objek PPh Pasal 21
01.
Kelompok 4
Taxability Deductibility Objek PPh Pasal 21
Prinsip dari Taxability Deductibility yaitu atas suatu imbalan atau
penggantian yang dikeluarkan untuk pegawai dapat menjadi biaya
pengurang penghasilan bruto bagi pemberi kerja. Bagi pegawai, imbalan
atau penggantian tersebut merupakan objek pajak yang dipotong melalui
mekanisme PPh Pasal 21.
Sebaliknya, apabila atas pemberian imbalan atau penggantian tidak dapat
dikurangkan sebagai biaya bagi pemberi kerja, imbalan atau penggantian
tersebut bukan merupakan objek pajak bagi pegawai yang menerimanya.
Terapan Tax Planning PPh
Pasal 21
02.
Kelompok 4
Terapan Tax Planning PPh Pasal 21
Perencanaan pajak untuk menghitung PPh Pasal 21 dapat digunakan 4
(empat) alternatif. Menurut Zain (2007:89) dalam Sahilatua (2013 : 239)
4 alternatif yang bisa digunakan untuk menghitung PPh Pasal 21 yaitu :
1) PPh pasal 21 ditanggung pegawai (gross method)
2) PPh pasal 21 ditanggung pemberi kerja (net basis)
3) PPh pasal 21 diberikan dalam bentuk tunjangan pajak (gross up)
4) PPh pasal 21 mengkombinasikan metode (mixed).
PPh pasal 21 ditanggung pegawai (gross method)
Dengan metode gross, jumlah PPh Pasal 21 tersebut akan dipotong dari
penghasilan karyawan, kewajiban perusahan adalah menyetor PPh
Pasal 21 yang telah dipotong dan melaporkan PPh tersebut.
Sehingga dari sisi karyawan, penghasilannya menjadi lebih kecil. Istilah
yang sering digunakan adalah bahwa PPh Pasal 21 dipotong oleh
perusahaan. Sedangkan dari sisi perusahaan, tidak akan mengurangi
laba perusahaan karena tidak mengeluarkan beban pajak.
PPh pasal 21 ditanggung pemberi kerja (net basis)
Dalam hal ini jumlah PPh Pasal 21 yang terutang akan ditanggung oleh
perusahaan yang bersangkutan, baik sebagian maupun seluruhnya
dalam bentuk benefit in kind. Metode ini dikenal dengan PPh ditanggung
perusahaan. Gaji yang diterima oleh karyawan tidak dikurangi dengan
PPh Pasal 21 karena perusahaan yang menanggung biaya atau beban
PPh Pasal 21.
PPh Pasal 21 yang ditanggung perusahaan tidak dapat dibebankan
secara fiskal dalam menghitung PPh Badan. Hal tersebut dikarenakan
PPh Pasal 21 dengan meode net tidak dimasukkan sebagai faktor
penambahan pendapatan dalam SPT PPh Pasal 21 karyawan.
PPh pasal 21 diberikan dalam bentuk tunjangan
pajak (gross up)
PPh Pasal 21 diberikan dalam bentuk tunjangan, maka jumlah tunjangan
tersebut akan menambah penghasilan karyawan dan dikenakan PPh
Pasal 21. Dengan metode gross up besarnya tunjangan pajak akan
sama dengan jumlah PPh Pasal 21 yang terutang untuk masing –
masing karyawan.
Gross up pada dasarnya hanya berkaitan dengan logika perhitungan
yang dibuat sedemikian rupa sehingga tidak bertentangan dengan
ketentuan perpajakan. Pemilihan metode gross up membutuhkan analisa
komprehensif meskipun pengeluaran untuk menanggung PPh Pasal 21
karyawan secara fiskal dapat dibebankan sebagai biaya dalam
menghitung PPh Badan.
PPh pasal 21 mengkombinasikan metode (mixed)
Metode ini bertujuan untuk membagi beban pajak PPh Pasal 21 antara
yang harus ditanggung perusahaan maupun yang harus ditanggung oleh
karyawan. Metode Mixed merupakan kebijakan perusahaan terkait
remunerasi karyawan yang tentunya harus mempertimbangkan berbagai
aspek dan idealnya tertuang di dalam kontrak kerja.
Dalam metode mixed, Perusahaan memberikan tunjangan yang
besarnya tidak sama dengan pajak terutang. Bagi karyawan tunjangan
tersebut akan menambah penghasilan karyawan yang akan
diperhitungkan dalam pemotongan PPh Pasal 21. Sedangkan bagi
perusahaan, PPh Pasal 21 yang diberikan dalam bentuk tunjangan dapat
dibiayakan oleh perusahaan, sedangkan jika selisihnya ditanggung
perusahaan merupakan biaya non deductible.
ALUR PERENCANAAN
PAJAK – PPh Pasal 21
03.
Kelompok 4
Metode pemotongan
PPh 21/26
04.
Kelompok 4
Metode pemotongan PPh 21/26
Walaupun perhitungan PPh 21 telah diatur oleh DJP, namun pada
praktiknya, setiap perusahaan memiliki metode perhitungan PPh 21
sendiri yang disesuaikan dengan tunjangan pajak atau gaji bersih yang
diterima karyawannya. Ada 3 metode perhitungan pph 21 yang paling
umum, yaitu :
1) Metode Gross (Gaji Kotor Tanpa Tunjangan Pajak)
Misalnya, berapa sih pajak yang ditanggung perusahaan dengan gaji
yang ditawarkan Rp 11.000.000 per bulan untuk seorang karyawan yang
berstatus tidak kawin dan tanpa tanggungan (PTKP TK/0)?
Metode Gross (Gaji Kotor Tanpa Tunjangan Pajak)
Hitung Penghasilan Neto: Pendapatan Bruto – Biaya Jabatan =
Gaji Rp 11.000.000
Biaya Jabatan
5% x Gaji: Rp 550.000
________________________________________________________ –
Penghasilan Neto Sebulan Rp 10.450.000
Penghasilan Neto Setahun Rp 125.400.000
Hitung Penghasilan Kena Pajak (PKP): Penghasilan Neto Setahun – Pendapatan Tidak Kena
Pajak (PTKP) TK/0
Rp 125.400.000 – Rp 54.000.000 = Rp 71.400.000
Hitung PPh 21 Terutang Setahun Pajak Progresif (karena Rp 71.400.000 lebih dari Rp
50.000.000)
(5% x 50.000.000 = Rp 2.500.000) + (15% x 21.400.000 = Rp 3.210.000) = Rp 5.710.000.
Hitung PPh 21 Terutang Sebulan: Rp 5.710.000 : 12 = Rp 475.833
Metode Gross-Up (Gaji Bersih dengan Tunjangan Pajak)
Adapun tunjangan pajak dihitung berdasarkan besarnya penghasilan kena pajak
(PKP) dengan mengikuti formula Lapisan Penghasilan Kena Pajak (PKP) :
 Lapisan 1 dengan Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp 0 – Rp 47.500.000 (PKP
setahun – 0) x 5/95 + 0,
 Lapisan 2 dengan Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp 47.500.000 – Rp
217.500.000 (PKP setahun – Rp 47.500.000) x 15/85 + Rp 2.500.000,
 Lapisan 3 dengan Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp 217.500.000 – Rp
405.000.000 (PKP setahun – Rp 217.500.000) x 25/75 + Rp 32.500.000,
 Lapisan 4 dengan Penghasilan Kena Pajak (PKP) Lebih dari Rp 405.000.000
 (PKP setahun – Rp 405.000.000) x 30/70 + Rp 95.000.000.
Metode Gross-Up (Gaji Bersih dengan Tunjangan Pajak)
Berikut ini cara menghitungnya dengan gaji Rp 11.000.000 per bulan untuk seorang karyawan
yang berstatus tidak kawin dan tanpa tanggungan (PTKP TK/0) :
Hitung Gaji Pokok Setahun : 12 x Rp 11.000.000 = Rp 132.000.000
Hitung Penghasilan Bersih Setahun: (Gaji Pokok Setahun – Biaya Jabatan Setahun) = Biaya
jabatan setahun: 12 x 5% x Rp 11.000.000 = Rp 6.600.000
Penghasilan bersih setahun: Rp 132.000.000 – Rp 6.600.000 = Rp 125.400.000
Hitung Penghasilan Kena Pajak: (Penghasilan Bersih Setahun – PTKP) = Rp 125.400.000 – Rp
54.000.000 = Rp 71.400.000
Karena PKP setahun Rp 71.400.000, maka berlaku rumus lapisan kedua untuk mendapatkan
Tunjangan Pajak karyawan, yaitu: (PKP setahun – Rp 47.500.000) x 15/85 + Rp 2.500.000)
= Rp 71.400.000 – Rp 47.500.000 x 15/85 + Rp 2.500.000 = Rp 6.717.647
Hitung Tunjangan Pajak Sebulan Rp 6.717.647 : 12 = Rp 559.803
Metode Gross-Up (Gaji Bersih dengan Tunjangan Pajak)
Setelah itu, masukkan Tunjangan Pajak ke penghasilan bruto untuk menghitung PPh 21
karyawan.
Jika benar maka besarnya tunjangan pajak sama dengan potongan PPh 21.
 Hitung Gaji Pokok: Gaji Pokok + Tunjangan PPh 21
Rp 11.000.000 + Rp 559.803 = Rp 11.559.803
 Hitung Penghasilan Bersih: Gaji Pokok – Biaya Jabatan =
Biaya jabatan: 5% x Rp 11.000.000 Rp 550.000 —>
Rp 11.559.803 – Rp 550.000 = Rp 11.009.803
 Hitung Penghasilan Bersih Setahun:
12 x Rp 11.009.803 = Rp 132.117.636
 Hitung Penghasilan Kena Pajak: Penghasilan Bersih Setahun – PTKP =
Rp 132.117.636 – Rp 54.000.000 = Rp 78.117.636
 Hitung Tarif PPh 21 Setahun dengan tarif progresif:
5% x Rp 50.000.000 = Rp 2.500.000
15% x Rp 28.117.636 = Rp 4.217.645
(Rp 2.500.000 + Rp 4.217.645 = Rp 6.717.645)
 Hitung Tarif PPh 21 Sebulan:
Rp 6.717.645 : 12 = Rp 559.803
Metode Net (Gaji Bersih dengan Pajak Ditanggung Perusahaan)
Berikut contoh perhitungan PPh 21 untuk seorang karyawan yang berstatus tidak kawin dan
tanpa tanggungan (PTKP TK/0) yang dijanjikan gaji bersih Rp 8.000.000 sebulan.
Gaji Rp. 8.000.000
Dikurangi
Biaya Jabatan : 5% x Rp. 8.000.000
Rp. 400.000
Penghasilan Neto Rp. 7.600.000
Penghasilan Neto Setahun Rp. 91.200.000
Dikurangi :
(PTKP) TK/0
Rp. 54.000.000
PKP Rp. 37.200.000
PPh 21 terutang setahun :
5% x Rp. 37.200.000
Rp. 1.860.000
PPh 21 terutang sebulan Rp. 155.000
Gaji Rp. 8.000.000
Subsidi Pajak Rp.155.000 Pajak PPh 21 Rp.155.000
Total Penghasilan Rp. 8.000.000 Gaji Bersih Rp. 8.000.000
Metode Net (Gaji Bersih dengan Pajak Ditanggung Perusahaan)
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 26 adalah PPh yang dikenakan/dipotong
atas penghasilan yang bersumber dari Indonesia yang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak (WP) luar negeri selain bentuk usaha tetap (BUT)
di Indonesia.
1) Perhitungan PPh 26 atas Hadiah
2) Perhitungan PPh 26 atas Premi Asuransi
3) Perhitungan PPh 26 atas Gaji Orang Pribadi
4) PPh 26 atas Pendapatan Perusahaan Asing (BUT)
5) Perhitungan PPh 26 di bawah ‘Tax Treaty’
Perhitungan PPh 26 atas Hadiah
Pak Kelik seorang atlet dari Malaysia. Ia mengikuti lomba lari maraton di Indonesia dan berhasil
meraih juara dengan hadiah uang tunai sebesar Rp200.000.000. Karena hadiah yang diterima itu
merupakan objek PPh 26 dengan tarif 20%, berikut perhitungannya:
Rumus: PPh Pasal 26 = Penghasilan Bruto x Tarif PPh 26 (Tarif PPh Pasal 26 adalah 20%)
PPh 26 atas Hadiah adalah:
= Rp200.000.000 x 20%
= Rp40.000.000
Dengan demikian, dari lomba maraton yang ia ikuti itu Pak Kelik akan menerima hadiah berupa
uang tunai sebesar Rp200.000.000 – Rp40.000.000 = Rp160.000.000
Perhitungan PPh 26 atas Premi Asuransi
PT AAA memiliki perwakilan di luar negeri dan mengasuransikan bangunan bertingkat ke PT
BBB. PT BBB adalah perusahaan asuransi di luar negeri.
PT AAA membayar jumlah premi asuransi pada 2020 sebesar Rp3.000.000.000. Maka PPh 26
PT AAA dari premi asuransi tersebut sebesar:
Rumus: PPh Pasal 26 = (Penghasilan Bruto x Perkiraan Penghasilan Neto) x 20%
Besar perkiraan penghasilan neto untuk premi asuransi dan reasuransi yang dibayarkan pada
perusahaan asuransi luar negeri adalah 50% dari jumlah premi yang dibayarkan.
PPh 26 atas Premi Asuransi adalah:
Perkiraan Penghasilan Neto = 50% x Rp3.000.000 = Rp1.500.000.000
PPh Pasal 26 = 20% x Rp1.500.000.000 = Rp300.000.000
Perhitungan PPh 26 atas Premi Asuransi
Jika PT AAA mengikuti asuransi melalui perusahaan yang ada di Indonesia, misal PT Asuransi
CCC, dengan membayar jumlah premi yang sama sebesar Rp3.000.000.000.
Kemudian PT Asuransi CCC mengikutkan (reasuransi) perusahaan tersebut ke perusahaan
asuransi di luar negeri tersebut, yakni ke PT BBB, dengan membayar premi sebesar
Rp1.500.000.000, maka ketentuan PPh 26 atas premi reasuransi ini adalah:
Tarif PPh 26 atas Premi Reasuransi adalah 20%
Premi yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi yang berkedudukan di Indonesia kepada
perusahaan asuransi di luar negeri, baik secara langsung maupun melalui pialang adalah 10%
dari jumlah premi yang dibayarkan.
PPh 26 atas Premi Reasuransi adalah:
Perkiraan Penghasilan Neto = 10% x Rp1.500.000.000 = Rp150.000.000
PPh Pasal 26 PT AAA = 20% x 150.000.000 = Rp30.000.000
Perhitungan PPh 26 atas Gaji Orang Pribadi
Charles adalah warga negara asing yang bekerja di Indonesia. Ia merupakan karyawan asing
pada perusahaan PT AAA. Charles sudah tinggal di Indonesia selama 183 hari. Charles sudah
beristri dan punya 1 orang anak. Pada Juli 2020, Charles memperoleh gaji sebesar US$20000
sebulan. Kurs yang berlaku pada bulan tersebut adalah Rp14.500 per dolar AS. Maka,
perhitungan PPh 26 atas gaji Charles adalah :
Rumus: PPh Pasal 26 = Penghasilan Bruto x Tarif PPh 26 (Tarif PPh Pasal 26 adalah 20%)
Penghasilan Bruto dari gaji sebulan adalah US$20000 x Rp14.500 = Rp290.000.000 PPh 26 atas
Gaji adalah:
= Rp290.000.000 x 20%
= Rp58.000.000
Dengan demikian, Charles akan menerima gaji sebesar Rp290.000.000 – Rp58.000.000 =
Rp232.000.000
Perhitungan PPh 26 atas Pendapatan Perusahaan Asing
(BUT)
PT AAA memiliki penghasilan kena pajak BUT di Indonesia pada 2020 sebesar Rp20.000.000.000.
Pajak penghasilan yang harus dibayarkan PT AAA ini sebesar 25% x Rp20.000.000 =
Rp5.000.000.000. Sehingga penghasilan BUT PT AAA setelah kena pajak menjadi sebesar
Rp20.000.000.000 – Rp5.000.000.000 = Rp15.000.000.000. Maka, PPh 26 yang dikenakan pada
PT AAA adalah :
Rumus: PPh Pasal 26 = Penghasilan Neto x Tarif PPh 26 (Tarif PPh Pasal 26 adalah 20%)
PPh 26 atas Perusahaan Asing BUT adalah:
PPh 26 yang terutang = Rp15.000.000.000 x 20% = Rp3.000.000.000
Jika penghasilan setelah pajak sebesar Rp15.000.000 ini ditanamkan kembali di Indonesia, maka
penghasilan tersebut tidak dipotong pajak.
Perhitungan PPh 26 di bawah ‘Tax Treaty’
Robert adalah seorang warga negara asing asal Kanada. Ia memiliki saham PT AAA di Indonesia
sebesar 30%. Tahun 2020 Robert menjual seluruh sahamnya senilai Rp20.000.000.000 kepada
Charles yang merupakan warga negara Inggris. Diasumsikan ketiga negara (Indonesia, Kanada,
dan Inggris) tidak termasuk dalam hubungan P3B atau Perjanjian Pajak (tax treaty). Dengan
demikian, perhitungan PPh 26 atas transaksi tersebut adalah :
Rumus: PPh Pasal 26 = (Penghasilan Bruto x Perkiraan penghasilan neto) x Tarif PPh 26
(Tarif PPh Pasal 26 adalah 20%) Perkiraan penghasilan neto PPh 26 adalah 25% :
= Rp20.000.000.000 x 25%
= Rp5.000.000.000
PPh 26 atas transaksi penjualan saham adalah :
= Rp5.000.000.000 x 20%
= Rp1.000.000.000
Perhitungan PPh 26 di bawah ‘Tax Treaty’
Sementara itu, apabila negara asal wajib pajak dan pemotong PPh Pasal 26
tersebut merupakan negara yang mempunyai tax treaty atau P3B dengan
Indonesia, maka tidak akan dikenakan pajak penghasilan pasal 26. Atau
dalam perjanjian P2B tersebut disebutkan ada ketentuan besar tarif tertentu,
yakni mulai dari 0% hingga 20%.
Terapan Tax Planning Terkait
dengan PPh Pasal 21
05.
Kelompok 4
Klausul Pajak dalam Perjanjian/Kontrak Kerja
Dalam UU Perpajakan telah mewajibkan perusahaan pemilik proyek atau
pemberi kerja melaksanakan pemungutan/pemotongan PPh Pasal 21 dari
pihak ketiga, sedangkan pihak pemberi jasa (kontraktor) tidak bersedia
dipotong pajaknya dengan alasan pada kesepakatan perjanjian kontrak kerja,
masalah pajak tidak dibahas sehingga membuat mereka bersikukuh bahwa
harga kontrak yang disepakati tidak dipotong pajak lagi.
Klausul Pajak dalam Perjanjian/Kontrak Kerja
Adapun masalah perpajakan yang berhubungan dengan pekerjaan, jasa atau
kegiatan, antara lain :
1. Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas (pengacara, akuntan,
arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai dan aktuaris) dikenakan tarif
sebesar 50% dari jumlah penghasila bruto. Sehingga PPh Pasal 21 yang
dipotong sebesar 50% x Nilai Proyek x Tarif PPh Pasal 17 ayat 1 huruf a.
2. Pemberian jasa selain pegawai dan tenaga ahli yang dalam pemberian
jasanya mempekerjakan orang lain sebagai pegawainya dan atau
melakukan penyerahan material atau bahan, dikenai tarif sebesar Tarif
PPh Pasal 17 ayat 1 huruf a dari Nilai Proyek.
Klausul Pajak dalam Perjanjian/Kontrak Kerja
Hal tersebut sering terjadi dalam pembuatan perjanjian/kontrak kerja yang
tidak mengindahkan aspek perpajakannya. Oleh sebab itu, sebelum kontrak
kerja disetujui/ditandatangani harus memperhatikan :
1. Pemuatan klausul pajak dalam kontrak kerja yang mensyaratkan pajak
terutang harus dihitung berdasarkan nilai kontrak (di luar harga pokok
barang), yaitu dikenakan dari nilai bruto kontrak dan untuk PPh Pasal
21/26, pemberi kerja wajib memotong dari pembayarannya.
2. Klausul pajak secara eksplisit menyatakan siapa yang harus menanggung
PPh Pasal 21/26, sehingga pajak yang terutang dan pemotongannya
didasarkan pada klausul tersebut.
Pemberian Kesejahteraan Karyawan
Natura atau Cash
Pemberian natura atau cash merupakan sebuah keharusan dalam pelaksanaan
perpajakan, keamanan dan keselamatan kerja ataupun yang berhubungan
dengan situasi lingkungan kerja, dapat dikurangkan dari penghasilan bruto
pemberi kerja.
Pengobatan Karyawan
Jika perusahaan memilih memberikan tunjangan kesehatan, maka perlakuan
pajaknya bersifat taxable-deductible.
1. perusahaan.
2. Jika perusahaan menyediakan fasilitas pengobatan, maka perlakuan
perpajakannya bersifat non taxable - non deductible.
3. Jika menggunakan metode reimbursement, maka perlakuan pajaknya bisa
bersifat non taxable – non deductible jika persyaratan reimbursement dapat
dipenuhi.
Pemberian Kesejahteraan Karyawan
Makan Karyawan
Saat berlakunya UU PPh Tahun 2000, makanan dan minuman untuk karyawan
sudah dibiayakan di PPh Badan (deductible).
Premi Asuransi
Sesuai dengan Pasal 6 ayat 1 (a), UU PPh No. 36 tahun 2008, pembayaran premi
asuransi oleh pemberi kerja untuk kepentingan pegawainya, dibebankan sebagai
biaya perusahaan (deductible), tetapi bagi pegawai yang bersangkutan premi
tersebut merupakan bagian dari penghasilan (taxable).
Iuran Penisun, JHT, THT
Iuran yang dibayarkan (pendiriannya disahkan oleh Menteri Keuangan) boleh
dibebankan sebagai biaya (deductible).
Pemberian Kesejahteraan Karyawan
Perumahan Karyawan
Beberapa alternatif fasilitas perumahan yang diberikan oleh perusahaan:
1. Penempatan pada rumah dinas yang dibuat/dibeli oleh perusahaan
2. Penempatan rumah dinas yang disewa oleh perusahaan
3. Perusahaan memberikan penggantian sewa rumah dinas yang dibayar oleh
karyawan dimasukkan ke dalam tunjangan perumahan bagi pegawai
4. Perusahaan memberikan tunjangan perumahan kepada karyawan
Biaya sewa rumah yang dibayarkan kepada karyawan merupakan penghasilan
karyawan, sedangkan bagi perusahaan merupakan biaya yang dapat
diperhitungkan didalam perhitungan PKP. Sedangkan atas biaya pemeliharaan
atau perawatan, biaya yang dikeluarkan untuk rumah secara fiscal tidak dapat
diterima dalam menghitung PKP karena biaya tersebut adalah biaya atas
kenikmatan yang diperoleh karyawan.
Pemberian Kesejahteraan Karyawan
Transportasi Karyawan
Keterangan Bagi Perusahaan Bagi Karyawan
Transportasi kendaraan antar jemput karyawan Deductible Non-taxable
Seluruh biaya eksploitasi dan depresiasi untuk
kendaraan perusahaan yang dipegang oleh
karyawan/dibawa pulang setelah kerja
Deductible Non-taxable
Tunjangan transport yang diberikan kepada karyawan
untuk keperluan pergi dan pulang kantor
Deductible Taxable
Dalam rangka menjalankan tugas perusahaan Deductible Non-taxable
Pemberian Kesejahteraan Karyawan
Seragam Karyawan
Pemberian seragam karyawan termasuk imbalan dalam bentuk natura sehingga
bukan penghasilan bagi karyawan dan bukan biaya bagi perusahaan.
Perjalanan Dinas Karyawan
Pemberian uang saku untuk perjalanan dinas dan dibayarkan secara tunai, maka
pemberian ini dikategorikan sebagai penghasilan bagi karyawan.
Bonus dan Jasa Produksi
Untuk keperluan perencanaan pajak, harsus dihindari pembayaran gaji, bonus
maupun jasa produksi yang melebihi kewajaran kepada pemegang saham yang
juga menjadi komisaris, direksi atau pegawai karena pembayaran tersebut
merupakan dividen dan tidak boleh dibebankan sebagai biaya perusahaan,
sehingga dipotong PPh Pasal 25/26.
Pemberian Kesejahteraan Karyawan
Natura di Daerah Tertentu
Untuk natura di daerah tertentu harus dalam rangka menunjang kebijakan
pembangunan pemerintah di daerah tersebut. Hal ini berkaitan dengan fasilitas
dan sarana di lokasi kerja untuk karyawan sepanjang sarana dan fasilitas tersebut
tidak tersedia di daerah tersebut, sehingga perusahaan harus menyediakan
senidiri, meliputi :
- Tempat tinggal (termasuk perumahan)
- Pelayanan kesehatan
- Pendidikan
- Peribadatan
- Pengangkatan
- Olahraga (tidak termasuk golf, power beating, pacuan kuda)
Thank
You
SWASH
DROP
SHADOW
BASE LINE
DECORATIVE
ELEMENTS

More Related Content

What's hot

PPN Saat & Tempat Terutang
PPN   Saat & Tempat TerutangPPN   Saat & Tempat Terutang
PPN Saat & Tempat Terutangkaromah95
 
Penjualan Cicilan ( akuntansi keuangan lanjutan)
Penjualan Cicilan ( akuntansi keuangan lanjutan)Penjualan Cicilan ( akuntansi keuangan lanjutan)
Penjualan Cicilan ( akuntansi keuangan lanjutan)Hasan Romadon
 
PPN pengkreditan pajak masukan
PPN   pengkreditan pajak masukanPPN   pengkreditan pajak masukan
PPN pengkreditan pajak masukankaromah95
 
Amortisasi dan Penyusutan (Matematika Keuangan)
Amortisasi dan Penyusutan (Matematika Keuangan)Amortisasi dan Penyusutan (Matematika Keuangan)
Amortisasi dan Penyusutan (Matematika Keuangan)Kelinci Coklat
 
Pengendalian dan Akuntansi Biaya
Pengendalian dan Akuntansi BiayaPengendalian dan Akuntansi Biaya
Pengendalian dan Akuntansi BiayaMaulina Sahara
 
Sistem informasi akuntansi siklus pendapatan dan siklus pengeluaran
Sistem informasi akuntansi   siklus pendapatan dan siklus pengeluaranSistem informasi akuntansi   siklus pendapatan dan siklus pengeluaran
Sistem informasi akuntansi siklus pendapatan dan siklus pengeluaranUlmi_Kalsum
 
Akuntansi sewa full
Akuntansi sewa fullAkuntansi sewa full
Akuntansi sewa fullshandyaa
 
Jawaban Harga Pokok Produksi dan Laporan Laba/Rugi
Jawaban Harga Pokok Produksi dan Laporan Laba/RugiJawaban Harga Pokok Produksi dan Laporan Laba/Rugi
Jawaban Harga Pokok Produksi dan Laporan Laba/RugiYABES HULU
 
Pengantar Akuntansi Untuk Perusahaan Manufaktur
Pengantar Akuntansi Untuk Perusahaan ManufakturPengantar Akuntansi Untuk Perusahaan Manufaktur
Pengantar Akuntansi Untuk Perusahaan ManufakturLady Perry Pasaribu
 
Aplikasi teori pada regulasi akuntansi
Aplikasi teori pada regulasi akuntansiAplikasi teori pada regulasi akuntansi
Aplikasi teori pada regulasi akuntansiNadia Amelia
 
Bab 6 pajak penghasilan pasal 23 & 26
Bab 6 pajak penghasilan pasal 23 & 26Bab 6 pajak penghasilan pasal 23 & 26
Bab 6 pajak penghasilan pasal 23 & 26Sidik Abdullah
 
suku bunga dan nilai uang
suku bunga dan nilai uangsuku bunga dan nilai uang
suku bunga dan nilai uangDaniel SLSA CLA
 
Bunga Sederhana dan Tingkat Diskon (Matematika Keuangan)
Bunga Sederhana dan Tingkat Diskon (Matematika Keuangan)Bunga Sederhana dan Tingkat Diskon (Matematika Keuangan)
Bunga Sederhana dan Tingkat Diskon (Matematika Keuangan)Kelinci Coklat
 
Bab. 16 Lean Accounting Perhitungan Biaya Target dan Balanced Scorecard
Bab. 16 Lean Accounting Perhitungan Biaya Target dan Balanced ScorecardBab. 16 Lean Accounting Perhitungan Biaya Target dan Balanced Scorecard
Bab. 16 Lean Accounting Perhitungan Biaya Target dan Balanced ScorecardFitri Ayu Kusuma Wijayanti
 

What's hot (20)

PPN Saat & Tempat Terutang
PPN   Saat & Tempat TerutangPPN   Saat & Tempat Terutang
PPN Saat & Tempat Terutang
 
Analisis aktivitas operasi
Analisis aktivitas operasiAnalisis aktivitas operasi
Analisis aktivitas operasi
 
Penjualan Cicilan ( akuntansi keuangan lanjutan)
Penjualan Cicilan ( akuntansi keuangan lanjutan)Penjualan Cicilan ( akuntansi keuangan lanjutan)
Penjualan Cicilan ( akuntansi keuangan lanjutan)
 
PPN pengkreditan pajak masukan
PPN   pengkreditan pajak masukanPPN   pengkreditan pajak masukan
PPN pengkreditan pajak masukan
 
Amortisasi dan Penyusutan (Matematika Keuangan)
Amortisasi dan Penyusutan (Matematika Keuangan)Amortisasi dan Penyusutan (Matematika Keuangan)
Amortisasi dan Penyusutan (Matematika Keuangan)
 
Rerangka konseptual sak (kdpplk)
Rerangka konseptual sak (kdpplk)Rerangka konseptual sak (kdpplk)
Rerangka konseptual sak (kdpplk)
 
Pengendalian dan Akuntansi Biaya
Pengendalian dan Akuntansi BiayaPengendalian dan Akuntansi Biaya
Pengendalian dan Akuntansi Biaya
 
Sistem informasi akuntansi siklus pendapatan dan siklus pengeluaran
Sistem informasi akuntansi   siklus pendapatan dan siklus pengeluaranSistem informasi akuntansi   siklus pendapatan dan siklus pengeluaran
Sistem informasi akuntansi siklus pendapatan dan siklus pengeluaran
 
Akuntansi sewa full
Akuntansi sewa fullAkuntansi sewa full
Akuntansi sewa full
 
Jawaban Harga Pokok Produksi dan Laporan Laba/Rugi
Jawaban Harga Pokok Produksi dan Laporan Laba/RugiJawaban Harga Pokok Produksi dan Laporan Laba/Rugi
Jawaban Harga Pokok Produksi dan Laporan Laba/Rugi
 
Pengantar Akuntansi Untuk Perusahaan Manufaktur
Pengantar Akuntansi Untuk Perusahaan ManufakturPengantar Akuntansi Untuk Perusahaan Manufaktur
Pengantar Akuntansi Untuk Perusahaan Manufaktur
 
Aplikasi teori pada regulasi akuntansi
Aplikasi teori pada regulasi akuntansiAplikasi teori pada regulasi akuntansi
Aplikasi teori pada regulasi akuntansi
 
Bahan kuliah pengantar akuntansi ii utang obligasi
Bahan kuliah pengantar akuntansi ii  utang obligasiBahan kuliah pengantar akuntansi ii  utang obligasi
Bahan kuliah pengantar akuntansi ii utang obligasi
 
Bab 6 pajak penghasilan pasal 23 & 26
Bab 6 pajak penghasilan pasal 23 & 26Bab 6 pajak penghasilan pasal 23 & 26
Bab 6 pajak penghasilan pasal 23 & 26
 
suku bunga dan nilai uang
suku bunga dan nilai uangsuku bunga dan nilai uang
suku bunga dan nilai uang
 
METODA HARGA POKOK PESANAN
METODA HARGA POKOK PESANANMETODA HARGA POKOK PESANAN
METODA HARGA POKOK PESANAN
 
Bunga Sederhana dan Tingkat Diskon (Matematika Keuangan)
Bunga Sederhana dan Tingkat Diskon (Matematika Keuangan)Bunga Sederhana dan Tingkat Diskon (Matematika Keuangan)
Bunga Sederhana dan Tingkat Diskon (Matematika Keuangan)
 
Akuntansi Biaya 3#5
Akuntansi Biaya 3#5Akuntansi Biaya 3#5
Akuntansi Biaya 3#5
 
Bab. 16 Lean Accounting Perhitungan Biaya Target dan Balanced Scorecard
Bab. 16 Lean Accounting Perhitungan Biaya Target dan Balanced ScorecardBab. 16 Lean Accounting Perhitungan Biaya Target dan Balanced Scorecard
Bab. 16 Lean Accounting Perhitungan Biaya Target dan Balanced Scorecard
 
29689173 bab-4-bunga-majemuk
29689173 bab-4-bunga-majemuk29689173 bab-4-bunga-majemuk
29689173 bab-4-bunga-majemuk
 

Similar to PPh Pasal 21 Tax Planning

Perpajakan by bu meika riba'ati
Perpajakan by bu meika riba'atiPerpajakan by bu meika riba'ati
Perpajakan by bu meika riba'atiRatri Indah
 
Rencana pelaksanaan pembelajaran 21
Rencana pelaksanaan pembelajaran 21Rencana pelaksanaan pembelajaran 21
Rencana pelaksanaan pembelajaran 21Dede Azis Nagara
 
Mekanisme Pembayaran PPh Pasal 21
Mekanisme Pembayaran PPh Pasal 21Mekanisme Pembayaran PPh Pasal 21
Mekanisme Pembayaran PPh Pasal 21Bagus Budiono
 
Lilis Nofita Sari_Cara Mendapatkan Insentif PPh Pasal 21 DTP Pegawai Tetap Ga...
Lilis Nofita Sari_Cara Mendapatkan Insentif PPh Pasal 21 DTP Pegawai Tetap Ga...Lilis Nofita Sari_Cara Mendapatkan Insentif PPh Pasal 21 DTP Pegawai Tetap Ga...
Lilis Nofita Sari_Cara Mendapatkan Insentif PPh Pasal 21 DTP Pegawai Tetap Ga...LilisNofitaSari
 
NPWP Dan PPh Bagi WP OP Karyawan 1
NPWP Dan PPh Bagi WP OP Karyawan 1NPWP Dan PPh Bagi WP OP Karyawan 1
NPWP Dan PPh Bagi WP OP Karyawan 1Triyani Budianto
 
Npwp Dan Pph Bagi Wp Op Karyawan
Npwp Dan Pph Bagi Wp Op KaryawanNpwp Dan Pph Bagi Wp Op Karyawan
Npwp Dan Pph Bagi Wp Op Karyawanyoucarenow
 
Akuntansi Pajak, Christine Aprilya, PSAK 46, Suryanih, Institut STIAMI
Akuntansi Pajak, Christine Aprilya, PSAK 46, Suryanih, Institut STIAMIAkuntansi Pajak, Christine Aprilya, PSAK 46, Suryanih, Institut STIAMI
Akuntansi Pajak, Christine Aprilya, PSAK 46, Suryanih, Institut STIAMIChristine Aprilya
 
Akuntansi_Pajak, Christine_Aprilya, PSAK46, Suryanih, Institut_STIAMI
Akuntansi_Pajak, Christine_Aprilya, PSAK46, Suryanih, Institut_STIAMIAkuntansi_Pajak, Christine_Aprilya, PSAK46, Suryanih, Institut_STIAMI
Akuntansi_Pajak, Christine_Aprilya, PSAK46, Suryanih, Institut_STIAMIChristine Aprilya
 
Akuntansi Pajak Penghasilan - RIKI ARDONI
Akuntansi Pajak Penghasilan - RIKI ARDONIAkuntansi Pajak Penghasilan - RIKI ARDONI
Akuntansi Pajak Penghasilan - RIKI ARDONIRiki Ardoni
 
Pajak penghasilan pasal 21
Pajak penghasilan pasal 21Pajak penghasilan pasal 21
Pajak penghasilan pasal 21maryaxfate
 
4 PPh Pasal 21.pptx
4 PPh Pasal 21.pptx4 PPh Pasal 21.pptx
4 PPh Pasal 21.pptxAnandaAyu13
 
Fifi fiandari 181600174 artikel
Fifi fiandari 181600174 artikelFifi fiandari 181600174 artikel
Fifi fiandari 181600174 artikelfifi fian
 
Pph 21 dan atau 26
Pph 21 dan atau 26Pph 21 dan atau 26
Pph 21 dan atau 26Icha Icha
 
Tax Planning PPh pasal 2126 - Riki ardoni
Tax Planning PPh pasal 2126 - Riki ardoniTax Planning PPh pasal 2126 - Riki ardoni
Tax Planning PPh pasal 2126 - Riki ardoniRiki Ardoni
 
Perpajakan pph pasal 21 dan atau 26
Perpajakan pph pasal 21 dan atau 26Perpajakan pph pasal 21 dan atau 26
Perpajakan pph pasal 21 dan atau 26Nova Ardila
 
Atik indah lestari sore
Atik indah lestari soreAtik indah lestari sore
Atik indah lestari soreIndah Mawarni
 
Akuntansi pajak penghasilan
Akuntansi pajak penghasilanAkuntansi pajak penghasilan
Akuntansi pajak penghasilansellyhood
 
Perhitungan pajak rumah sakit contoh
Perhitungan pajak rumah sakit contohPerhitungan pajak rumah sakit contoh
Perhitungan pajak rumah sakit contohsaleh iskandar
 
Perencanaan Pajak - Fakhran Rahmat Al Hadi - Dini Ramadhanti.pptx
Perencanaan Pajak - Fakhran Rahmat Al Hadi - Dini Ramadhanti.pptxPerencanaan Pajak - Fakhran Rahmat Al Hadi - Dini Ramadhanti.pptx
Perencanaan Pajak - Fakhran Rahmat Al Hadi - Dini Ramadhanti.pptxFakhranRahmatAlHadi
 

Similar to PPh Pasal 21 Tax Planning (20)

Perpajakan by bu meika riba'ati
Perpajakan by bu meika riba'atiPerpajakan by bu meika riba'ati
Perpajakan by bu meika riba'ati
 
Rencana pelaksanaan pembelajaran 21
Rencana pelaksanaan pembelajaran 21Rencana pelaksanaan pembelajaran 21
Rencana pelaksanaan pembelajaran 21
 
Mekanisme Pembayaran PPh Pasal 21
Mekanisme Pembayaran PPh Pasal 21Mekanisme Pembayaran PPh Pasal 21
Mekanisme Pembayaran PPh Pasal 21
 
Lilis Nofita Sari_Cara Mendapatkan Insentif PPh Pasal 21 DTP Pegawai Tetap Ga...
Lilis Nofita Sari_Cara Mendapatkan Insentif PPh Pasal 21 DTP Pegawai Tetap Ga...Lilis Nofita Sari_Cara Mendapatkan Insentif PPh Pasal 21 DTP Pegawai Tetap Ga...
Lilis Nofita Sari_Cara Mendapatkan Insentif PPh Pasal 21 DTP Pegawai Tetap Ga...
 
NPWP Dan PPh Bagi WP OP Karyawan 1
NPWP Dan PPh Bagi WP OP Karyawan 1NPWP Dan PPh Bagi WP OP Karyawan 1
NPWP Dan PPh Bagi WP OP Karyawan 1
 
Npwp Dan Pph Bagi Wp Op Karyawan
Npwp Dan Pph Bagi Wp Op KaryawanNpwp Dan Pph Bagi Wp Op Karyawan
Npwp Dan Pph Bagi Wp Op Karyawan
 
Akuntansi Pajak, Christine Aprilya, PSAK 46, Suryanih, Institut STIAMI
Akuntansi Pajak, Christine Aprilya, PSAK 46, Suryanih, Institut STIAMIAkuntansi Pajak, Christine Aprilya, PSAK 46, Suryanih, Institut STIAMI
Akuntansi Pajak, Christine Aprilya, PSAK 46, Suryanih, Institut STIAMI
 
Akuntansi_Pajak, Christine_Aprilya, PSAK46, Suryanih, Institut_STIAMI
Akuntansi_Pajak, Christine_Aprilya, PSAK46, Suryanih, Institut_STIAMIAkuntansi_Pajak, Christine_Aprilya, PSAK46, Suryanih, Institut_STIAMI
Akuntansi_Pajak, Christine_Aprilya, PSAK46, Suryanih, Institut_STIAMI
 
Akuntansi Pajak Penghasilan - RIKI ARDONI
Akuntansi Pajak Penghasilan - RIKI ARDONIAkuntansi Pajak Penghasilan - RIKI ARDONI
Akuntansi Pajak Penghasilan - RIKI ARDONI
 
Pajak penghasilan pasal 21
Pajak penghasilan pasal 21Pajak penghasilan pasal 21
Pajak penghasilan pasal 21
 
4 PPh Pasal 21.pptx
4 PPh Pasal 21.pptx4 PPh Pasal 21.pptx
4 PPh Pasal 21.pptx
 
Fifi fiandari 181600174 artikel
Fifi fiandari 181600174 artikelFifi fiandari 181600174 artikel
Fifi fiandari 181600174 artikel
 
P ph pasal 25
P ph pasal 25P ph pasal 25
P ph pasal 25
 
Pph 21 dan atau 26
Pph 21 dan atau 26Pph 21 dan atau 26
Pph 21 dan atau 26
 
Tax Planning PPh pasal 2126 - Riki ardoni
Tax Planning PPh pasal 2126 - Riki ardoniTax Planning PPh pasal 2126 - Riki ardoni
Tax Planning PPh pasal 2126 - Riki ardoni
 
Perpajakan pph pasal 21 dan atau 26
Perpajakan pph pasal 21 dan atau 26Perpajakan pph pasal 21 dan atau 26
Perpajakan pph pasal 21 dan atau 26
 
Atik indah lestari sore
Atik indah lestari soreAtik indah lestari sore
Atik indah lestari sore
 
Akuntansi pajak penghasilan
Akuntansi pajak penghasilanAkuntansi pajak penghasilan
Akuntansi pajak penghasilan
 
Perhitungan pajak rumah sakit contoh
Perhitungan pajak rumah sakit contohPerhitungan pajak rumah sakit contoh
Perhitungan pajak rumah sakit contoh
 
Perencanaan Pajak - Fakhran Rahmat Al Hadi - Dini Ramadhanti.pptx
Perencanaan Pajak - Fakhran Rahmat Al Hadi - Dini Ramadhanti.pptxPerencanaan Pajak - Fakhran Rahmat Al Hadi - Dini Ramadhanti.pptx
Perencanaan Pajak - Fakhran Rahmat Al Hadi - Dini Ramadhanti.pptx
 

Recently uploaded

Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatArfiGraphy
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 

Recently uploaded (20)

Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 

PPh Pasal 21 Tax Planning

  • 2. Kelompok 4 ALVIONITA FARRA A 195030407111020 ALVYNA DAMAYANTI 195030407111042 JESSICA IDA HUTAGAOL 185030407111017 MUHAMMAD ADITYA WIDI PUTRA 195030400111057
  • 3. Taxability Deductibility Objek PPh Pasal 21 01. Kelompok 4
  • 4. Taxability Deductibility Objek PPh Pasal 21 Prinsip dari Taxability Deductibility yaitu atas suatu imbalan atau penggantian yang dikeluarkan untuk pegawai dapat menjadi biaya pengurang penghasilan bruto bagi pemberi kerja. Bagi pegawai, imbalan atau penggantian tersebut merupakan objek pajak yang dipotong melalui mekanisme PPh Pasal 21. Sebaliknya, apabila atas pemberian imbalan atau penggantian tidak dapat dikurangkan sebagai biaya bagi pemberi kerja, imbalan atau penggantian tersebut bukan merupakan objek pajak bagi pegawai yang menerimanya.
  • 5. Terapan Tax Planning PPh Pasal 21 02. Kelompok 4
  • 6. Terapan Tax Planning PPh Pasal 21 Perencanaan pajak untuk menghitung PPh Pasal 21 dapat digunakan 4 (empat) alternatif. Menurut Zain (2007:89) dalam Sahilatua (2013 : 239) 4 alternatif yang bisa digunakan untuk menghitung PPh Pasal 21 yaitu : 1) PPh pasal 21 ditanggung pegawai (gross method) 2) PPh pasal 21 ditanggung pemberi kerja (net basis) 3) PPh pasal 21 diberikan dalam bentuk tunjangan pajak (gross up) 4) PPh pasal 21 mengkombinasikan metode (mixed).
  • 7. PPh pasal 21 ditanggung pegawai (gross method) Dengan metode gross, jumlah PPh Pasal 21 tersebut akan dipotong dari penghasilan karyawan, kewajiban perusahan adalah menyetor PPh Pasal 21 yang telah dipotong dan melaporkan PPh tersebut. Sehingga dari sisi karyawan, penghasilannya menjadi lebih kecil. Istilah yang sering digunakan adalah bahwa PPh Pasal 21 dipotong oleh perusahaan. Sedangkan dari sisi perusahaan, tidak akan mengurangi laba perusahaan karena tidak mengeluarkan beban pajak.
  • 8. PPh pasal 21 ditanggung pemberi kerja (net basis) Dalam hal ini jumlah PPh Pasal 21 yang terutang akan ditanggung oleh perusahaan yang bersangkutan, baik sebagian maupun seluruhnya dalam bentuk benefit in kind. Metode ini dikenal dengan PPh ditanggung perusahaan. Gaji yang diterima oleh karyawan tidak dikurangi dengan PPh Pasal 21 karena perusahaan yang menanggung biaya atau beban PPh Pasal 21. PPh Pasal 21 yang ditanggung perusahaan tidak dapat dibebankan secara fiskal dalam menghitung PPh Badan. Hal tersebut dikarenakan PPh Pasal 21 dengan meode net tidak dimasukkan sebagai faktor penambahan pendapatan dalam SPT PPh Pasal 21 karyawan.
  • 9. PPh pasal 21 diberikan dalam bentuk tunjangan pajak (gross up) PPh Pasal 21 diberikan dalam bentuk tunjangan, maka jumlah tunjangan tersebut akan menambah penghasilan karyawan dan dikenakan PPh Pasal 21. Dengan metode gross up besarnya tunjangan pajak akan sama dengan jumlah PPh Pasal 21 yang terutang untuk masing – masing karyawan. Gross up pada dasarnya hanya berkaitan dengan logika perhitungan yang dibuat sedemikian rupa sehingga tidak bertentangan dengan ketentuan perpajakan. Pemilihan metode gross up membutuhkan analisa komprehensif meskipun pengeluaran untuk menanggung PPh Pasal 21 karyawan secara fiskal dapat dibebankan sebagai biaya dalam menghitung PPh Badan.
  • 10. PPh pasal 21 mengkombinasikan metode (mixed) Metode ini bertujuan untuk membagi beban pajak PPh Pasal 21 antara yang harus ditanggung perusahaan maupun yang harus ditanggung oleh karyawan. Metode Mixed merupakan kebijakan perusahaan terkait remunerasi karyawan yang tentunya harus mempertimbangkan berbagai aspek dan idealnya tertuang di dalam kontrak kerja. Dalam metode mixed, Perusahaan memberikan tunjangan yang besarnya tidak sama dengan pajak terutang. Bagi karyawan tunjangan tersebut akan menambah penghasilan karyawan yang akan diperhitungkan dalam pemotongan PPh Pasal 21. Sedangkan bagi perusahaan, PPh Pasal 21 yang diberikan dalam bentuk tunjangan dapat dibiayakan oleh perusahaan, sedangkan jika selisihnya ditanggung perusahaan merupakan biaya non deductible.
  • 11. ALUR PERENCANAAN PAJAK – PPh Pasal 21 03. Kelompok 4
  • 12.
  • 14. Metode pemotongan PPh 21/26 Walaupun perhitungan PPh 21 telah diatur oleh DJP, namun pada praktiknya, setiap perusahaan memiliki metode perhitungan PPh 21 sendiri yang disesuaikan dengan tunjangan pajak atau gaji bersih yang diterima karyawannya. Ada 3 metode perhitungan pph 21 yang paling umum, yaitu : 1) Metode Gross (Gaji Kotor Tanpa Tunjangan Pajak) Misalnya, berapa sih pajak yang ditanggung perusahaan dengan gaji yang ditawarkan Rp 11.000.000 per bulan untuk seorang karyawan yang berstatus tidak kawin dan tanpa tanggungan (PTKP TK/0)?
  • 15. Metode Gross (Gaji Kotor Tanpa Tunjangan Pajak) Hitung Penghasilan Neto: Pendapatan Bruto – Biaya Jabatan = Gaji Rp 11.000.000 Biaya Jabatan 5% x Gaji: Rp 550.000 ________________________________________________________ – Penghasilan Neto Sebulan Rp 10.450.000 Penghasilan Neto Setahun Rp 125.400.000 Hitung Penghasilan Kena Pajak (PKP): Penghasilan Neto Setahun – Pendapatan Tidak Kena Pajak (PTKP) TK/0 Rp 125.400.000 – Rp 54.000.000 = Rp 71.400.000 Hitung PPh 21 Terutang Setahun Pajak Progresif (karena Rp 71.400.000 lebih dari Rp 50.000.000) (5% x 50.000.000 = Rp 2.500.000) + (15% x 21.400.000 = Rp 3.210.000) = Rp 5.710.000. Hitung PPh 21 Terutang Sebulan: Rp 5.710.000 : 12 = Rp 475.833
  • 16. Metode Gross-Up (Gaji Bersih dengan Tunjangan Pajak) Adapun tunjangan pajak dihitung berdasarkan besarnya penghasilan kena pajak (PKP) dengan mengikuti formula Lapisan Penghasilan Kena Pajak (PKP) :  Lapisan 1 dengan Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp 0 – Rp 47.500.000 (PKP setahun – 0) x 5/95 + 0,  Lapisan 2 dengan Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp 47.500.000 – Rp 217.500.000 (PKP setahun – Rp 47.500.000) x 15/85 + Rp 2.500.000,  Lapisan 3 dengan Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp 217.500.000 – Rp 405.000.000 (PKP setahun – Rp 217.500.000) x 25/75 + Rp 32.500.000,  Lapisan 4 dengan Penghasilan Kena Pajak (PKP) Lebih dari Rp 405.000.000  (PKP setahun – Rp 405.000.000) x 30/70 + Rp 95.000.000.
  • 17. Metode Gross-Up (Gaji Bersih dengan Tunjangan Pajak) Berikut ini cara menghitungnya dengan gaji Rp 11.000.000 per bulan untuk seorang karyawan yang berstatus tidak kawin dan tanpa tanggungan (PTKP TK/0) : Hitung Gaji Pokok Setahun : 12 x Rp 11.000.000 = Rp 132.000.000 Hitung Penghasilan Bersih Setahun: (Gaji Pokok Setahun – Biaya Jabatan Setahun) = Biaya jabatan setahun: 12 x 5% x Rp 11.000.000 = Rp 6.600.000 Penghasilan bersih setahun: Rp 132.000.000 – Rp 6.600.000 = Rp 125.400.000 Hitung Penghasilan Kena Pajak: (Penghasilan Bersih Setahun – PTKP) = Rp 125.400.000 – Rp 54.000.000 = Rp 71.400.000 Karena PKP setahun Rp 71.400.000, maka berlaku rumus lapisan kedua untuk mendapatkan Tunjangan Pajak karyawan, yaitu: (PKP setahun – Rp 47.500.000) x 15/85 + Rp 2.500.000) = Rp 71.400.000 – Rp 47.500.000 x 15/85 + Rp 2.500.000 = Rp 6.717.647 Hitung Tunjangan Pajak Sebulan Rp 6.717.647 : 12 = Rp 559.803
  • 18. Metode Gross-Up (Gaji Bersih dengan Tunjangan Pajak) Setelah itu, masukkan Tunjangan Pajak ke penghasilan bruto untuk menghitung PPh 21 karyawan. Jika benar maka besarnya tunjangan pajak sama dengan potongan PPh 21.  Hitung Gaji Pokok: Gaji Pokok + Tunjangan PPh 21 Rp 11.000.000 + Rp 559.803 = Rp 11.559.803  Hitung Penghasilan Bersih: Gaji Pokok – Biaya Jabatan = Biaya jabatan: 5% x Rp 11.000.000 Rp 550.000 —> Rp 11.559.803 – Rp 550.000 = Rp 11.009.803  Hitung Penghasilan Bersih Setahun: 12 x Rp 11.009.803 = Rp 132.117.636  Hitung Penghasilan Kena Pajak: Penghasilan Bersih Setahun – PTKP = Rp 132.117.636 – Rp 54.000.000 = Rp 78.117.636  Hitung Tarif PPh 21 Setahun dengan tarif progresif: 5% x Rp 50.000.000 = Rp 2.500.000 15% x Rp 28.117.636 = Rp 4.217.645 (Rp 2.500.000 + Rp 4.217.645 = Rp 6.717.645)  Hitung Tarif PPh 21 Sebulan: Rp 6.717.645 : 12 = Rp 559.803
  • 19. Metode Net (Gaji Bersih dengan Pajak Ditanggung Perusahaan) Berikut contoh perhitungan PPh 21 untuk seorang karyawan yang berstatus tidak kawin dan tanpa tanggungan (PTKP TK/0) yang dijanjikan gaji bersih Rp 8.000.000 sebulan. Gaji Rp. 8.000.000 Dikurangi Biaya Jabatan : 5% x Rp. 8.000.000 Rp. 400.000 Penghasilan Neto Rp. 7.600.000 Penghasilan Neto Setahun Rp. 91.200.000 Dikurangi : (PTKP) TK/0 Rp. 54.000.000 PKP Rp. 37.200.000 PPh 21 terutang setahun : 5% x Rp. 37.200.000 Rp. 1.860.000 PPh 21 terutang sebulan Rp. 155.000 Gaji Rp. 8.000.000 Subsidi Pajak Rp.155.000 Pajak PPh 21 Rp.155.000 Total Penghasilan Rp. 8.000.000 Gaji Bersih Rp. 8.000.000
  • 20. Metode Net (Gaji Bersih dengan Pajak Ditanggung Perusahaan) Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 26 adalah PPh yang dikenakan/dipotong atas penghasilan yang bersumber dari Indonesia yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak (WP) luar negeri selain bentuk usaha tetap (BUT) di Indonesia. 1) Perhitungan PPh 26 atas Hadiah 2) Perhitungan PPh 26 atas Premi Asuransi 3) Perhitungan PPh 26 atas Gaji Orang Pribadi 4) PPh 26 atas Pendapatan Perusahaan Asing (BUT) 5) Perhitungan PPh 26 di bawah ‘Tax Treaty’
  • 21. Perhitungan PPh 26 atas Hadiah Pak Kelik seorang atlet dari Malaysia. Ia mengikuti lomba lari maraton di Indonesia dan berhasil meraih juara dengan hadiah uang tunai sebesar Rp200.000.000. Karena hadiah yang diterima itu merupakan objek PPh 26 dengan tarif 20%, berikut perhitungannya: Rumus: PPh Pasal 26 = Penghasilan Bruto x Tarif PPh 26 (Tarif PPh Pasal 26 adalah 20%) PPh 26 atas Hadiah adalah: = Rp200.000.000 x 20% = Rp40.000.000 Dengan demikian, dari lomba maraton yang ia ikuti itu Pak Kelik akan menerima hadiah berupa uang tunai sebesar Rp200.000.000 – Rp40.000.000 = Rp160.000.000
  • 22. Perhitungan PPh 26 atas Premi Asuransi PT AAA memiliki perwakilan di luar negeri dan mengasuransikan bangunan bertingkat ke PT BBB. PT BBB adalah perusahaan asuransi di luar negeri. PT AAA membayar jumlah premi asuransi pada 2020 sebesar Rp3.000.000.000. Maka PPh 26 PT AAA dari premi asuransi tersebut sebesar: Rumus: PPh Pasal 26 = (Penghasilan Bruto x Perkiraan Penghasilan Neto) x 20% Besar perkiraan penghasilan neto untuk premi asuransi dan reasuransi yang dibayarkan pada perusahaan asuransi luar negeri adalah 50% dari jumlah premi yang dibayarkan. PPh 26 atas Premi Asuransi adalah: Perkiraan Penghasilan Neto = 50% x Rp3.000.000 = Rp1.500.000.000 PPh Pasal 26 = 20% x Rp1.500.000.000 = Rp300.000.000
  • 23. Perhitungan PPh 26 atas Premi Asuransi Jika PT AAA mengikuti asuransi melalui perusahaan yang ada di Indonesia, misal PT Asuransi CCC, dengan membayar jumlah premi yang sama sebesar Rp3.000.000.000. Kemudian PT Asuransi CCC mengikutkan (reasuransi) perusahaan tersebut ke perusahaan asuransi di luar negeri tersebut, yakni ke PT BBB, dengan membayar premi sebesar Rp1.500.000.000, maka ketentuan PPh 26 atas premi reasuransi ini adalah: Tarif PPh 26 atas Premi Reasuransi adalah 20% Premi yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi yang berkedudukan di Indonesia kepada perusahaan asuransi di luar negeri, baik secara langsung maupun melalui pialang adalah 10% dari jumlah premi yang dibayarkan. PPh 26 atas Premi Reasuransi adalah: Perkiraan Penghasilan Neto = 10% x Rp1.500.000.000 = Rp150.000.000 PPh Pasal 26 PT AAA = 20% x 150.000.000 = Rp30.000.000
  • 24. Perhitungan PPh 26 atas Gaji Orang Pribadi Charles adalah warga negara asing yang bekerja di Indonesia. Ia merupakan karyawan asing pada perusahaan PT AAA. Charles sudah tinggal di Indonesia selama 183 hari. Charles sudah beristri dan punya 1 orang anak. Pada Juli 2020, Charles memperoleh gaji sebesar US$20000 sebulan. Kurs yang berlaku pada bulan tersebut adalah Rp14.500 per dolar AS. Maka, perhitungan PPh 26 atas gaji Charles adalah : Rumus: PPh Pasal 26 = Penghasilan Bruto x Tarif PPh 26 (Tarif PPh Pasal 26 adalah 20%) Penghasilan Bruto dari gaji sebulan adalah US$20000 x Rp14.500 = Rp290.000.000 PPh 26 atas Gaji adalah: = Rp290.000.000 x 20% = Rp58.000.000 Dengan demikian, Charles akan menerima gaji sebesar Rp290.000.000 – Rp58.000.000 = Rp232.000.000
  • 25. Perhitungan PPh 26 atas Pendapatan Perusahaan Asing (BUT) PT AAA memiliki penghasilan kena pajak BUT di Indonesia pada 2020 sebesar Rp20.000.000.000. Pajak penghasilan yang harus dibayarkan PT AAA ini sebesar 25% x Rp20.000.000 = Rp5.000.000.000. Sehingga penghasilan BUT PT AAA setelah kena pajak menjadi sebesar Rp20.000.000.000 – Rp5.000.000.000 = Rp15.000.000.000. Maka, PPh 26 yang dikenakan pada PT AAA adalah : Rumus: PPh Pasal 26 = Penghasilan Neto x Tarif PPh 26 (Tarif PPh Pasal 26 adalah 20%) PPh 26 atas Perusahaan Asing BUT adalah: PPh 26 yang terutang = Rp15.000.000.000 x 20% = Rp3.000.000.000 Jika penghasilan setelah pajak sebesar Rp15.000.000 ini ditanamkan kembali di Indonesia, maka penghasilan tersebut tidak dipotong pajak.
  • 26. Perhitungan PPh 26 di bawah ‘Tax Treaty’ Robert adalah seorang warga negara asing asal Kanada. Ia memiliki saham PT AAA di Indonesia sebesar 30%. Tahun 2020 Robert menjual seluruh sahamnya senilai Rp20.000.000.000 kepada Charles yang merupakan warga negara Inggris. Diasumsikan ketiga negara (Indonesia, Kanada, dan Inggris) tidak termasuk dalam hubungan P3B atau Perjanjian Pajak (tax treaty). Dengan demikian, perhitungan PPh 26 atas transaksi tersebut adalah : Rumus: PPh Pasal 26 = (Penghasilan Bruto x Perkiraan penghasilan neto) x Tarif PPh 26 (Tarif PPh Pasal 26 adalah 20%) Perkiraan penghasilan neto PPh 26 adalah 25% : = Rp20.000.000.000 x 25% = Rp5.000.000.000 PPh 26 atas transaksi penjualan saham adalah : = Rp5.000.000.000 x 20% = Rp1.000.000.000
  • 27. Perhitungan PPh 26 di bawah ‘Tax Treaty’ Sementara itu, apabila negara asal wajib pajak dan pemotong PPh Pasal 26 tersebut merupakan negara yang mempunyai tax treaty atau P3B dengan Indonesia, maka tidak akan dikenakan pajak penghasilan pasal 26. Atau dalam perjanjian P2B tersebut disebutkan ada ketentuan besar tarif tertentu, yakni mulai dari 0% hingga 20%.
  • 28. Terapan Tax Planning Terkait dengan PPh Pasal 21 05. Kelompok 4
  • 29. Klausul Pajak dalam Perjanjian/Kontrak Kerja Dalam UU Perpajakan telah mewajibkan perusahaan pemilik proyek atau pemberi kerja melaksanakan pemungutan/pemotongan PPh Pasal 21 dari pihak ketiga, sedangkan pihak pemberi jasa (kontraktor) tidak bersedia dipotong pajaknya dengan alasan pada kesepakatan perjanjian kontrak kerja, masalah pajak tidak dibahas sehingga membuat mereka bersikukuh bahwa harga kontrak yang disepakati tidak dipotong pajak lagi.
  • 30. Klausul Pajak dalam Perjanjian/Kontrak Kerja Adapun masalah perpajakan yang berhubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan, antara lain : 1. Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas (pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai dan aktuaris) dikenakan tarif sebesar 50% dari jumlah penghasila bruto. Sehingga PPh Pasal 21 yang dipotong sebesar 50% x Nilai Proyek x Tarif PPh Pasal 17 ayat 1 huruf a. 2. Pemberian jasa selain pegawai dan tenaga ahli yang dalam pemberian jasanya mempekerjakan orang lain sebagai pegawainya dan atau melakukan penyerahan material atau bahan, dikenai tarif sebesar Tarif PPh Pasal 17 ayat 1 huruf a dari Nilai Proyek.
  • 31. Klausul Pajak dalam Perjanjian/Kontrak Kerja Hal tersebut sering terjadi dalam pembuatan perjanjian/kontrak kerja yang tidak mengindahkan aspek perpajakannya. Oleh sebab itu, sebelum kontrak kerja disetujui/ditandatangani harus memperhatikan : 1. Pemuatan klausul pajak dalam kontrak kerja yang mensyaratkan pajak terutang harus dihitung berdasarkan nilai kontrak (di luar harga pokok barang), yaitu dikenakan dari nilai bruto kontrak dan untuk PPh Pasal 21/26, pemberi kerja wajib memotong dari pembayarannya. 2. Klausul pajak secara eksplisit menyatakan siapa yang harus menanggung PPh Pasal 21/26, sehingga pajak yang terutang dan pemotongannya didasarkan pada klausul tersebut.
  • 32. Pemberian Kesejahteraan Karyawan Natura atau Cash Pemberian natura atau cash merupakan sebuah keharusan dalam pelaksanaan perpajakan, keamanan dan keselamatan kerja ataupun yang berhubungan dengan situasi lingkungan kerja, dapat dikurangkan dari penghasilan bruto pemberi kerja. Pengobatan Karyawan Jika perusahaan memilih memberikan tunjangan kesehatan, maka perlakuan pajaknya bersifat taxable-deductible. 1. perusahaan. 2. Jika perusahaan menyediakan fasilitas pengobatan, maka perlakuan perpajakannya bersifat non taxable - non deductible. 3. Jika menggunakan metode reimbursement, maka perlakuan pajaknya bisa bersifat non taxable – non deductible jika persyaratan reimbursement dapat dipenuhi.
  • 33. Pemberian Kesejahteraan Karyawan Makan Karyawan Saat berlakunya UU PPh Tahun 2000, makanan dan minuman untuk karyawan sudah dibiayakan di PPh Badan (deductible). Premi Asuransi Sesuai dengan Pasal 6 ayat 1 (a), UU PPh No. 36 tahun 2008, pembayaran premi asuransi oleh pemberi kerja untuk kepentingan pegawainya, dibebankan sebagai biaya perusahaan (deductible), tetapi bagi pegawai yang bersangkutan premi tersebut merupakan bagian dari penghasilan (taxable). Iuran Penisun, JHT, THT Iuran yang dibayarkan (pendiriannya disahkan oleh Menteri Keuangan) boleh dibebankan sebagai biaya (deductible).
  • 34. Pemberian Kesejahteraan Karyawan Perumahan Karyawan Beberapa alternatif fasilitas perumahan yang diberikan oleh perusahaan: 1. Penempatan pada rumah dinas yang dibuat/dibeli oleh perusahaan 2. Penempatan rumah dinas yang disewa oleh perusahaan 3. Perusahaan memberikan penggantian sewa rumah dinas yang dibayar oleh karyawan dimasukkan ke dalam tunjangan perumahan bagi pegawai 4. Perusahaan memberikan tunjangan perumahan kepada karyawan Biaya sewa rumah yang dibayarkan kepada karyawan merupakan penghasilan karyawan, sedangkan bagi perusahaan merupakan biaya yang dapat diperhitungkan didalam perhitungan PKP. Sedangkan atas biaya pemeliharaan atau perawatan, biaya yang dikeluarkan untuk rumah secara fiscal tidak dapat diterima dalam menghitung PKP karena biaya tersebut adalah biaya atas kenikmatan yang diperoleh karyawan.
  • 35. Pemberian Kesejahteraan Karyawan Transportasi Karyawan Keterangan Bagi Perusahaan Bagi Karyawan Transportasi kendaraan antar jemput karyawan Deductible Non-taxable Seluruh biaya eksploitasi dan depresiasi untuk kendaraan perusahaan yang dipegang oleh karyawan/dibawa pulang setelah kerja Deductible Non-taxable Tunjangan transport yang diberikan kepada karyawan untuk keperluan pergi dan pulang kantor Deductible Taxable Dalam rangka menjalankan tugas perusahaan Deductible Non-taxable
  • 36. Pemberian Kesejahteraan Karyawan Seragam Karyawan Pemberian seragam karyawan termasuk imbalan dalam bentuk natura sehingga bukan penghasilan bagi karyawan dan bukan biaya bagi perusahaan. Perjalanan Dinas Karyawan Pemberian uang saku untuk perjalanan dinas dan dibayarkan secara tunai, maka pemberian ini dikategorikan sebagai penghasilan bagi karyawan. Bonus dan Jasa Produksi Untuk keperluan perencanaan pajak, harsus dihindari pembayaran gaji, bonus maupun jasa produksi yang melebihi kewajaran kepada pemegang saham yang juga menjadi komisaris, direksi atau pegawai karena pembayaran tersebut merupakan dividen dan tidak boleh dibebankan sebagai biaya perusahaan, sehingga dipotong PPh Pasal 25/26.
  • 37. Pemberian Kesejahteraan Karyawan Natura di Daerah Tertentu Untuk natura di daerah tertentu harus dalam rangka menunjang kebijakan pembangunan pemerintah di daerah tersebut. Hal ini berkaitan dengan fasilitas dan sarana di lokasi kerja untuk karyawan sepanjang sarana dan fasilitas tersebut tidak tersedia di daerah tersebut, sehingga perusahaan harus menyediakan senidiri, meliputi : - Tempat tinggal (termasuk perumahan) - Pelayanan kesehatan - Pendidikan - Peribadatan - Pengangkatan - Olahraga (tidak termasuk golf, power beating, pacuan kuda)