Ayat-ayat tersebut menjelaskan tentang hukum pembagian warisan menurut Islam, termasuk bagian ahli waris laki-laki dan perempuan, serta pembagian warisan kepada keluarga terdekat seperti suami/isteri, orang tua, dan saudara apabila si peninggal tidak memiliki keturunan.
6. Artinya:
Allah mensyari'atkanbagimutentang (pembagianpusakauntuk) anak-anakmu.
Yaitu: bahagianseorang anak lelaki sama denganbagahiandua orang anak
perempuan; danjika anak itusemuanyaperempuanlebihdari dua, maka bagi
mereka dua pertigadariharta yang ditinggalkan; jika anakperempuanituseorang
saja, maka iamemperoleh separoharta. Dan untuk dua orang ibu-bapa, bagi
masing-masingnya seperenamdariharta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu
mempunyai anak; jikaorang yang meninggal tidakmempunyai anakdania diwarisi
oleh ibu-bapanya(saja), maka ibunyamendapat sepertiga; jika yang meninggal itu
mempunyai beberapa saudara, maka ibunyamendapat seperenam. (Pembagian-pembagiantersebutdi
atas) sesudahdipenuhiwasiat yang ia buat atau(dan)
sesudahdibayarhutangnya. (Tentang) orang tuamu dananak-anakmu, kamu tidak
mengetahui siapa di antaramereka yang lebihdekat (banyak) manfaatnyabagimu.
Ini adalah ketetapandariAllah. SesungguhnyaAllah MahaMengetahui lagiMaha
Bijaksana. (11)
8. Artinya:
Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh isteri-isterimu,
jikamereka tidakmempunyai anak. Jika isteri-isterimu itumempunyai
anak, maka kamumendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannyasesudah
dipenuhiwasiat yang mereka buat atau (dan) seduah dibayar hutangnya. Para isteri
memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidakmempunyai
anak. Jika kamumempunyai anak, maka para isterimemperoleh seperdelapan dari
harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhiwasiat yang kamu buat atau (dan)
sesudah dibayar hutang-hutangmu. Jika seseorangmati, baik laki-lakimaupun
perempuan yang tidakmeninggalkan ayah dan tidakmeninggalkan anak, tetapi
mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu saja) atau seorang saudara perempuan
(seibu saja), maka bagimasing-masing dari kedua jenis saudara itu seperenam
harta. Tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, makamereka
bersekutu dalamyang sepertiga itu, sesudah dipenuhiwasiat yang dibuat olehnya
atau sesudah dibayar hutangnya dengan tidakmemberimudharat (kepada ahli
waris). (Allah menetapkan yang demikian itu sebagai) syari'at yang benar-benar dari
Allah, danAllah MahaMengetahui lagiMahaPenyantun. (12)
9. Tafsiran ayat 11 An-nisa
• Penggunaan kata ( يُوصِيكُمُْ ا للُّْ ) memberikan isyarat bahwa
pembagaian warisan baik bagi laki-laki maupun perempuan
adalah merupakan keputusan Allah yang akan tetap berlaku
sampai akhir zaman. Tidak ada satupun orang yang berhak
untuk merubahnya. Termasuk didalamnya adalah kaidah umum
bahwa bagi laki-laki satu dan perempuan separuhnya.
• dalam ayat ( مِ نْ بَ عدِْ وَصِي ةْ يُوصِي بِهَا أَ وْ دَ ي نْ : sesudah
dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar
hutangnya ), secara dhahir menunjukkan didahukannya wasiat
dari pada membayar hutang. Jawabannya adalah bahwa kata
أَ وْ yang artinya atau adalah menunjukkan arti ibahah
(diperbolehkan) tidak harus berurutan membayar wasiat dulu
baru hutang. Salah satu tujuan ayat ini adalah penegasan
tentang pentingnya pelaksaan wasiat si mayyit.
10. Kata (ْ إِ ن اْ للَّ كَْانَ عَْلِي ما حَْكِي ما : Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
lagi Maha Bijaksana) adalah untuk mengingatkan dan menegaskan
kepada orang yang mengkritik ketentuan atau hukum syariat yang
sudah jelas dan tegas keberadaannya, itu sama dengan mengatakan
bahwa pembuat syariat tersebut yaitu Allah adalah bodoh tidak tahu
maslahah dan perkembangan sosial yang akan terjadi dalam
kehidupan manusia. Maha suci Allah dari segala tuduhan orang-orang
bodoh. Karena sebagai orang yang beriman harus menyakini bahwa
Allah adalah Maha Tahu atas segalanya dan semua ketentuan-Nya
adalah sesuai dengan ilmu dan kebijakan-Nya yang tidak mungkin
salah. Baik kita dalamkondisi tahu terhadap hikmah dibalik perintah
tersebut atau belumtahu. Yang harus kita kedepankan adalah
keharusan keimanan dan ketundukan kita kepadaAllah dan rasul-Nya,
karena keterbatansan ilmu dan akalmanusia.
11. • Dalamayat ( آَبَاؤُكُ م وَْأَ بنَاؤُكُ م لََْ تَْ درُونَ أَْيُّهُ مْ أَْ رَْ لَُُْكُ م نَْ عْ ا : orang
tuamu dan anak-anakmu, kamu tidakmengetahui siapa di
antaramereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya
bagimu). Memberikan isyarat bahwa baik orang tua
maupun anak sama-sambisamemberikanmanfaat baik
diduniamaupun akherat.
Dalamayat ke-7, Allah menjelaskan hukumwarisan
secara global, kemudianAllah perjelaskan dalamayat ke
11 dan 12. Oleh karenanya ayat tersebut dikenal dengan
ayatul mawaris.
12. Tafsiran ayat12 An-nisa
يُوصِيكُمُْ • Allah mewasiati kalian. Kata yushi yang berarti Dia mewasiati,
mengandung makna kasih sayang yang dalam dari Allah kepada hambaNya.
Tentunya bagi Allah tidak ada perumpamaannya, wa lahul matsalul a’la.
Sebagaimana orang tua sayang kepada anaknya dan ingin agar anaknya tidak
bingung, maka dia akan memberi wasiat atau petunjuk. Beda ketika seseorang
sudah tidak suka, maka ia akan acuh taacuh kepadanya apalagi sampai
memberikan sebuah nasehat atau pesan kepadanya
• Penyebutan kata wasiat sebelum hutang dalam ayat مِ ن بَْ عدِ وَْصِي ةْ يُوصَى بِْْهَا أَْ و دَْ ي نْ
tidak menunjukkan bahwa wasiat lebih dipentingkan untuk dipenuhi dari pada
membayar hutang. Secara syar’i hutang harus dilaksanakan terlebih dahulu,
karena ini menyangkut hak orang lain dan bila tidak ditunaikan maka mayyit
tidak diterima oleh penduduk langit. Sedang wasiat itu hanya sebagai
pelaksanaan qurbah (mendekatkan diri kepada Allah) atau kebaikan yang
dilaksanakan si mayyit. Penyebutan wasiat terlebih dahulu hanya
menunjukkan ibahah atau kebolehan saja.
13. •
وَصِي ة مِْنَ اْ للِّْ wasiat dari Allah; semua aturan yang disampaikan di atas itu adalah
dari Allah. min ( مِنَْ ) di sini bukan lit tab’idh (min yang menunjukkan sebagian).
Tapi lil bayan (min yang menunjukkan keterangan keseluruhan). Sehingga
maksudnya, wasiat ini semuanya langsung dari Allah. Pembagian warisan ini
semuanya betul-betul dari Allah.
وَا للُّ عَْلِي م حَْلِي مْ Allah itu Maha Mengetahui dan Maha Penyantun. Bedanya
dengan عَلِي ما حَْكِي ما : Aliim Hakim, sebagaimana dalam ayat sebelumnya;
menunjukkan bahwa apa yang menjadi ketetapan Allah itu sesuai dengan ilmu
dan kebijakan Allah. Sedangkan Aliim Haliim: menunjukkan bahwa pembagian
harta warisan sudah sesuai dengan ilmu Allah yang tidak mungkin salah dan
kasih sayang Allah kepada hamba-Nya sehingga tidak mungkin terjadi
kedhaliman. Secara bahasa, sebagianpendapatmembedakan antara halim dan
hakim; bahwa halim adalahbijaksana yang menyangkut dengan perangai (misal;
tidak gampang marah, berpikir dulu sebelum bicara). Kalau hakim; bijaksana
yang menyangkut dengan pengambilan keputusan.
14. • Kalalahdalambahasa artinya lemah. Dikatakandemikiankarena
hubungan kekerabatanyang terjalinsangat lemahyaitubukan
hubungan keturunan. Seseorang disebut dalam kondisi kalalah
apabila dia meninggal dan dia tidak memiliki ayah ke atas atau anak
ke bawah dan dia memiliki saudara lelaki atau perempuan seibu
atauseayah. Makadalamayat ini hanya dibahasbagianbagi
persaudaraanseibu. Sedang yang seayah, bagiannya diterangkan
oleh Allah dalam surat an-Nisa ayat 176.
غَ يرَ مُْضَا رْ tanpa memadharati ahli waris. Mengapa dikhususkan
setelah seseorang yang berada dalam kondisi kalalah? Karena di sini
paling rentan adanya kezhaliman, dikarenakan mereka yang
mendapatkan warisan itu bukan dari keturunannya.
15. Tafsir
Ayat di atas (yakni ayat 11 dan 12) serta berkaitan dengan ayat
terakhir surat An Nisa' adalah ayat-ayat tentang warisan,
ditambah dengan hadits Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma,
bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
أَلْحِقُوا الْفَرَائِضَ بِأهَْلِهَا ، فَمَا بَقِىَ فَهْوَ لأَوْ لَى
رَجُلٍ ذَكَرٍ
"Berikanlah bagian ashabul furudh, sisanya untuk laki-laki
yang terdekat." (HR. Bukhari dan muslim)
16. Berdasarkanpenjelasandi atas. Makahartawarisandapat di
bagimenjadi dua bagianyaitu :
Harta yang dapat dibagi
sama rata
• Uang
(deposito,tabungan,gir
o dll)
• Tanah yang objek dan
isinya sama
Harta yang tidak bisa
dibagi sama rata
• Bangunan
• Kendaraan
• Tanah yang objek serta
isinya berbeda
• perkakas
17. Ada yang menafsirkan lebihluas lagi kata-kata "Yuushiikumullahufii
awlaadikum",
yakniwahaipara orang tua, di sisi kalian ada titipan yang Allah wasiatkan
terhadapnya, yaituagar kamumemperhatikanmaslahat anak-anakmu
baik terkaitdengan agama maupun dunia, kamumembimbingmereka
danmengajarkanadab sertamenghindarkandarimafsadat, kamu
menyuruhmerekamenaatiAllah dan agar senantiasabertakwa
sebagaimana firman-Nya "Quuanfusakumwaahliikumnaaraa"
(Jagalahdirimudan keluargamudari api neraka).
JadiAyat ke- 12 ini merupakan kelanjutan dari ayat ke-11 yaitu berisi
tentang pembagian harta warisan. Yang di dalam ayat ini adalah
pembagian harta waris antara suami-istri dan seseorang yang tidak
mempunyai ayah atau anak
19. An-nisa ayat ke-13
• تِ لكَْ حُدُودُْ ا للِّْ وَمَ نْ يُطِعِْ ا للَّْ وَرَسُولَهُْ يُْ دخِ لهُْ جَن ا تْ تَ جرِي مِ نْ تَ حتِْهَا ا لَْ نهَارُْ
) خَالِدِينَْ فِيهَا وَذَلِكَْ ا ل وزُْ ا لعَظِيمُْ ) 13
• Artinya:
Itulah hukum-hukum Allah dan barang siapa yang
mentaati Allah dan Rasul-Nya maka Allah akan
memasukkannya ke dalam jannah-jannah yang mengalir
sungai-sungai di bawahnya. Dia di dalamnya dalam keadaan
kekal dan itulah kemenangan yang besar.
20. Tafsir ayat 13 An-nisa
تِ لْكَ •ْ dalam bahasa arab adalah isim isyarah (kata yang
berfungsi untuk menunjuk sesuatu) yang menunjuk ke sesuatu
yang jauh. Dalam ayat ini تِ لكَ menunjuk ke ayat sebelumnya.
Artinya semua hukum dan aturan Allah yang berada di ayat-ayat
sebelumnya, mulai hukum yang berkaitan dengan ayat
yatim, hukum warisan, pernikahan, semuanya disebut dengan
حُدُودُ اْ للِّْ hududullah atau batas-batas syari’at-syari’at Allah.
جَن ا تْ : surga-surga. Disebutkan dalam bentuk jamak karena
surga itu memiliki banyak tingkatan-tingkatan yang akan
dimasuki seseorang sesuai dengan tingkat amalan mereka
masing-masing.
21. • Dalam istilah figh, kata “hudud” digunakanuntukmenunjukkanpada hukuman yang
sudah ditentukan batasan hukumnyasecara jelas dan tegas. Seperti hukuman bagi
pezina, pemabuk, pencuri dll. Lawandari hududadalahta`zir, yaituhukumanyang
batasanhukumannyatergantungpada keputusanhakim.Karena itu dalam hukum
Islam ada kaidah “tudra`ul hududu bisy syubuhat”, yang artinya hukuman had itu
bisa saja dihapuskan apabila ada sesuatu yang -berhubungan dengan hukuman itu-diragukan,
sehingga perlu ditabayyun atau diperjelas lagi. Misalkan, apabila ada
seseorang yang berzina tetapi hal itu masih diragukan kebenarannya maka hukuman
jilid 100 kali dan pengasingan 1 tahun (bagi yang belum menikah) atau rajam (bagi
yang sudah menikah), tidak dapat dilaksanakan, sampai terdapat kejelasan status
perzinaan tersebut.
Dalam ayat 13 ada kalimat وَمَ ن يُْطِعِ اْ للَّ وَْرَسُولَهْ Ini menunjukkan bahwa orang
beriman diwajibkan untuk mentaati Allah dan Rasulullah. Perintah Rasulullah adalah
perintah Allah. Sehingga ketaatan kepada Rasulullah harus sama dengan ketaatan
kepada Allah. Salah besar bila ada orang yang mengingkari sunnah, padahal sudah
jelas sekali bahwa Allah mewajibkan untuk mentaati Rasulullah.
22. Setelahayat ayathukumwarisan, (11-12) ayat ini (13)
mewasiatkanorang mukminagar taat terhadapperintahTuhan dalam
persoalan harta, khususnyawarisandanmenghindari segalabentuk
pelanggarandan ketidakpatuhan. Karena, melanggarhak-hak ilahi
termasukdosa besar danmendatangkanhukuman yang berat.
Ayat inimenjelaskan bahwa taat kepada Tuhan bukanhanya
beribadah, melainkanmemeliharahakmasyarakatdalampersoalansosial
dan ekonomi, merupakansyarat tauhiddan agama dan seorang individu
dan keluarga.