6. 01
02
03
Mengetahui koefisien reaksi titik
optimum berdasarkan reaksi
pembentukan endapan.
Dapat menghitung Hasil reaksi
berdasarkan konsep mol.
Membandingkan hasil percobaan
stoikiometri Kompleks Amina dan
tembaga berdasarkan literatur
atau dasar teori.
8. Dua jenis zat yang berbeda yakni CuSO4 0,1 M dan NaOH 0,1 M,
Yang direaksikan di dalam suatu tabung reaksi dengan jumlah
volume yang berbeda, sehingga menghasilkan endapan dengan tinggi
yang berbeda pula. Lalu dianalisis untuk mengetahui titik optimum,
sehingga dapat mengetahui perbandingan koefisien reaksi dari hasil
penyetaraan, dan perbandingan koefisien reaksi dari mengetahui titik
optimum.
1
2
Beberapa alat praktikum seperti gelas kimia dan tabung reaksi
ditimbang dalam neraca analitik yang kemudian diterakan dan dicatat
massa dari tabung reaksi tersebut. Kemudian ditambahkan sejumlah
zat kimia ke dalam tabung reaksi tersebut, yakni Pb asetat dan kalium
iodida secara berkala, lalu dicatat kembali perubahan masa setiap
penambahan zat kimia tersebut.
9. 3
Sejumlah zat kimia seperti amoniak 1 M, aquades, dan kloroform
pada volume tertentu disatukan dan dicampurkan di dalam tabung
ekstraksi yang kemudian dihomogenkan, sehingga membentuk suatu
campuran yang memiliki dua fase yang saling berpisah. Fase atas
yang merupakan fase minyak, kemudian dititrasi oleh HCl 0.1 M
dengan bantuan metil merah sehingga mengalami perubahan pada
bagian warna larutan tersebut.
4
Sejumlah zat kimia seperti CuSO4 0,1 M, amoniak 1 M, dan
kloroform pada volume tertentu itu disatukan dan dicampurkan di
dalam tabung ekstraksi yang kemudian dihomogenkan, sehingga
membentuk suatu campuran yang memiliki dua fasa yang saling
terpisah. Fase atas yang merupakan fase minyak, kemudian dititrasi
oleh HCL 0,1 M dengan bantuan metil merah sehingga mengalami
perubahan pada bagian warna larutan tersebut.
11. Venus has a beautiful name
and is the second planet from
the Sun. It’s terribly hot, even
hotter than Mercury
Mercury is the closest planet
to the Sun and the smallest
one in the Solar System—it’s
larger than the Moon
US
Them
Alat
Tabung Reaksi
& Rak Tabung
Gelas Kimia
100 mL Gelas Ukur Penggaris Neraca Analitik
Labu Ekstraksi
Labu
Erlenmeyer Pipit Tetes Buret Statif & Klem
12. Venus has a beautiful name
and is the second planet from
the Sun. It’s terribly hot, even
hotter than Mercury
Mercury is the closest planet
to the Sun and the smallest
one in the Solar System—it’s
larger than the Moon
US
Them
Bahan
CuSO4 0,1 M
Kloroform
H2O
NH3 1 M
NaOH 0,1 M Pb(CH3COO)2
0,1 M
KI 0,1 M
Indikator Metil
Merah
HCl 0,1 M
14. Reaksi Pengendapan
Larutan CuSO4 0,1 M, direaksikan
dengan larutan NaOH 0,1 M dengan
jumlah volume yang berbeda-beda.
(5 ml CuSO4 0.1 M dan 1 mL NaOH 0.1 M)
(4 ml CuSO4 0.1 M dan 2 mL NaOH 0.1 M)
(3 ml CuSO4 0.1 M dan 3 mL NaOH 0.1 M)
(2 ml CuSO4 0.1 M dan 4 mL NaOH 0.1 M)
(1 ml CuSO4 0.1 M dan 5 mL NaOH 0.1 M)
(Dihomogenkan)
Campuran dibiarkan selama beberapa saat
hingga membentuk suatu endapan.
16. Reaksi Pengendapan
Larutan CuSO4 berwarna biru
Larutan NaOH tidak berwarna
Perlakuan Pengamatan
Tinggi
Endapan (mm)
5 mL CuSO4 + 1 mL NaOH
Membentuk Endapan biru muda, Larutan tidak
berwarna
3
4 mL CuSO4 + 2 mL NaOH
Membentuk Endapan biru muda, Larutan tidak
berwarna
5
3 mL CuSO4 + 3 mL NaOH
Membentuk Endapan biru muda, Larutan tidak
berwarna
7
2 mL CuSO4 + 4 mL NaOH
Membentuk Endapan biru muda, Larutan tidak
berwarna
9
1 mL CuSO4 + 5 mL NaOH
Membentuk Endapan hijau lumut, Larutan
tidak berwarna
10
17. Reaksi Timbal Asetat dan Kalium Iodida
Gelas kimia ukuran 100 dimasukkan ke
dalam neraca analitik.
(Dizerokan)
Tabung reaksi kosong dimasukkan ke
dalam neraca analitik bersama dengan
gelas kimia untuk diambil data massa.
(Keluarkan dari neraca)
18. Masukkan larutan Pb asetat 0.1 M
sebanyak 2 mL ke dalam tabung reaksi
(Masukkan lagi ke dalam neraca)
(Catat perubahan massanya)
Tambahkan larutan kalium iodida 0.1 M
sebanyak 2 mL ke dalam tabung tersebut
(Catat perubahan massanya)
Hasil
19. Reaksi Timbal Asetat dan Kalium Iodida
Larutan Pb(CH3COO)2 tidak berwarna
Larutan KI tidak berwarna
Pb(CH3COO)2 + KI = Membentuk larutan berwarna kuning
Perlakuan Massa (Gram)
Gelas Kimia 34.7974
Tabung Reaksi 20.000
Tabung reaksi + Pb(CH3COO)2 20.2568
Tabung reaksi + Pb(CH3COO)2 + KI 22.0354
Diperoleh :
Massa Pb CH3COO 2 = 0.2568 gram
Massa KI = 1.7786 gram
𝑃𝑏 𝐶𝐻3𝐶𝑂𝑂 2 (𝑎𝑞 + 2𝐾𝐼 𝑎𝑞
→ 𝑃𝑏𝐼2 (𝑆 + 2𝐶𝐻3𝐶𝑂𝑂𝐾 𝑎𝑞
20. Stoikometri kompleks Amina
Masukkan 10 mL larutan amoniak 1 M, 10
mL aquades, dan 25 mL kloroform ke
dalam labu ekstraksi.
(Diaduk selama 5 menit)
(Pastikan keran labu selalu dibuka secara berkala)
Labu didiamkan agar terjadi proses
pemisahan dan terbentuk dua fase.
Fase minyak diambil dan ditetesi dengan
indikator metil merah.
(Kedua fase tersebut diambil dan dipisahkan)
22. Perlakuan Pengamatan
Pencampuran dan pengadukan antara 10 mL
amoniak 1M, 10 mL aquades, dan 25 mL
kloroform
Membentuk larutan berwarna putih
Labu ekstraksi didiamkan selama 5 menit
Terjadi pemisahan, sehingga membentuk
fase atas dan fase bawah
Pada saat fase atas ditetesi dengan indikator
metil merah
Pembentuk campuran berwarna kuning
Pada saat campuran dititrasi dengan HCl 0,1
M
Membentuk campuran berwarna kuning
pucat
Stoikiometri Kompleks Amina
23. Stoikiometri Kompleks Tembaga
Masukkan 10 mL larutan amoniak 1 M, 10
mL larutan CuSO4 0.1 M, dan 25 mL
kloroform ke dalam labu ekstraksi.
(Diaduk selama 5 menit)
(Pastikan keran labu selalu dibuka secara berkala)
Labu didiamkan agar terjadi proses
pemisahan dan terbentuk dua fase.
(Kedua fase tersebut diambil dan dipisahkan)
24. Fase minyak dan fase air diambil dan
ditetesi dengan indikator metil merah.
Masing-masing campuran dititrasi dengan
menggunakan HCl 0,1 M hingga terjadi
perubahan warna.
Hasil
25. Perlakuan Pengamatan
Pencampuran dan pengadukan
antara 10 mL CuSO4 0.1M, 10
mL amoniak 1 M, dan 25 mL
kloroform
Membentuk larutan berwarna
biru
Labu ekstraksi didiamkan
selama 5 menit
Terjadi pemisahan, sehingga
membentuk fase atas dan fakta
bawah
Pada saat fase atas ditetesi
dengan indikator metil merah
Pembentuk campuran
berwarna biru tua
Pada saat fase bawah ditetesi
dengan indikator metil merah
Membentuk campuran
berwarna kuning pudar
Pada saat campuran fasa atas
dititrasi dengan HCl 0,1 M
Membentuk campuran
berwarna biru muda
Pada saat campuran fasa
bawah dititrasi dengan HCl 0,1
M
Membentuk campuran
berwarna merah muda
Stoikiometri Kompleks Tembaga
33. Reaksi Timbal Asetat & Kalium Iodida
● Diketahui :
Massa tabung reaksi = 20,000 gram
Massa tabung reaksi dan larutan 𝑃𝑏 𝐶𝐻3𝐶𝑂𝑂 2 = 20,2568 gram
Massa tabung reaksi dan campuran 𝑃𝑏 𝐶𝐻3𝐶𝑂𝑂 2 & 𝐾𝐼 = 22,0354 gram
● Ditanyakan : Berat produk percobaan?
● Jawaban :
Massa larutan 𝑃𝑏 𝐶𝐻3𝐶𝑂𝑂 2 = 20,2568 - 20,000
= 0,2568 gram
Massa larutan campuran = 22,0354 - 20,000
= 2,0354 gram
Massa larutan 𝐾𝐼 = 2,0354 – 0,2568
= 1,7786 gram
34. Reaksi Timbal Asetat & Kalium Iodida
Oleh karena itu, berat produk percobaan dapat dicari dengan :
Berat produk percobaan = berat larutan campuran – (berat larutan 𝑃𝑏 𝐶𝐻3𝐶𝑂𝑂 2 + berat larutan 𝐾𝐼
= 2,0354 - (0,2568 + 1,7786)
= 2,0354 – 2,0354
= 0 gram
38. Percobaan Pertama
Stoikiometri Reaksi Pengendapan
Pada percobaan pertama, yaitu stoikiometri reaksi pengendapan telah didapatkan penggambaran atau
pengilustrasian berupa grafik serta perhitungan mol dan juga massa dari pengendapan Cu OH 2 dari
reaksi antara CuSO4 0,1 M dengan NaOH 0,1 M. Hal yang disebutkan tadi sudah dirincikan perhitungan
serta pengilustrasiannya pada bagian sebelumnya. Grafik yang diamati dari reaksi CuSO4 0,1 M dengan
NaOH 0,1 M telah didapatkan sumbu-x berupa volume larutan dengan satuan mililiter, serta sumbu-y
nya menyatakan tinggai endapan dari setiap reaksi tersebut.
Dari grafik hubungan tinggi endapan dengan volume larutan didapatkan hasil titik optimum dari percobaan
tersebut adalah 10 mm. Titik optimum percobaan didapatkan dari reaksi kelima, yakni pada saat 1 mL CuSO4
0,1 M dengan 5 mL NaOH 0,1 M. Untuk menentukan koefisien reaksi berdasarkan titik optimum yang diperoleh
dari grafik yaitu harus menentukan terlebih dahulu molnya. Mol dari setiap percobaan telah dihitung di bagian
pengolahan data sebelumnya. Dari perhitungan diperoleh mol dari CuSO4 sebanyak 0,1 mmol atau 0,0001 mol,
sedangkan mol dari NaOH sebanyak 0,5 mmol atau 0,0005 mol.
39. Percobaan Pertama
Stoikiometri Reaksi Pengendapan
Karena pada dasarnya perbandingan koefisien akan sama dengan perbandingan mol,
maka koefisien yang didapatkan ialah 5:1. Maka, koefisien untuk NaOH yaitu 5 dan
koefisien untuk CuSO4 yaitu 1. Koefisien berdasarkan titik optimum dari percobaan dan
menyetarakan persamaan reaksi hasilnya berbeda. Sebab, dari persamaan reaksi
didapatkan koefisien untuk NaOH yaitu 2, sedangkan koefisien untuk CuSO4 yaitu 1.
Hal itu, disebabkan oleh tidak terlalu lamanya praktikan menunggu larutan tersebut
mengendap secara utuh. Sehingga, tidak didapatkan kesesuaian antara koefisien reaksi
yang diperoleh dari percobaan dengan menyetarakan persamaan reaksi.
Reaksi yang terjadi antara CuSO4 dan NaOH merupakan reaksi pengendapan yang ditandai dengan
terbentuknya produk yang tidak dapat larut atau biasa disebut dengan endapan. Reaksi yang terjadi
antara endapan yang dihasilkan yakni, Cu OH 2. Endapan Cu OH 2 terbentuk karena tidak larutnya
antara campuran reaksi CuSO4 dengan NaOH. Hal tersebut karena, Cu OH 2 mengandung (OH−
.
Senyawa yang mengandung (OH−
atau hidroksida tidak dapat larut, pengecualiannya adalah hidroksida
pada logam alkali, dengan diantaranya Li, Na, K, Cs, Rb, dan satu logam alkali tanah yaitu Ba OH 2.
40. Percobaan Pertama
Stoikiometri Reaksi Pengendapan
Pada reaksi 5 mL CuSO4 0,1 M dan 1 mL NaOH 0,1 M dihasilkan endapan Cu OH 2 sebanyak 0,004875
gram dengan tinggi endapan 3 mm dan menghasilkan endapan berwarna biru muda serta larutan tidak
berwarna. Pada reaksi 4 mL CuSO4 0,1 M dan 2 mL NaOH 0,1 M dihasilkan endapan Cu OH 2 sebanyak
0,00975 gram dengan tinggi 5 mm dan menghasilkan endapan berwarna biru muda serta larutan tidak
berwarna. Pada reaksi 3 mL CuSO4 0,1 M dan 3 mL NaOH 0,1 M dihasilkan endapan Cu OH 2 sebanyak
0,014625 gram dengan tinggi 7 mm dan menghasilkan endapan berwarna biru muda serta larutan tidak
berwarna. Pada reaksi 2 mL CuSO4 0,1 M dan 4 mL NaOH 0,1 M dihasilkan endapan Cu OH 2 sebanyak
0,0195 gram dengan tinggi endapan 9 mm dan menghasilkan endapan berwarna biru muda serta larutan tidak
berwarna. Pada reaksi 1 mL CuSO4 0,1 M dan 5 mL NaOH 0,1 M dihasilkan endapan Cu OH 2 sebanyak
0,00975 gram dengan tinggi endapan 10 mm dan menghasilkan endapan berwarna hijau lumut serta larutan
tidak berwarna.
41. Percobaan Pertama
Stoikiometri Reaksi Pengendapan
Dari kelima reaksi antara CuSO4 dan NaOH didapatkan volume yang
berbeda-beda, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat kesalahan
pada percobaan pertama ini. Disebabkan oleh terdapat perbedaan
dengan teori bahwa semakin tinggi endapan, maka seharusnya
semakin banyak pula massa endapan yang mengendap. Karena pada
percobaan pertama ini massa terberat diperoleh dari reaksi keempat,
lalu ketiga, sedangkan pada reaksi kedua dan kelima diperoleh massa
yang sama untuk pengendapan. Sementara posisi paling ringan massa
endapannya diperoleh dari reaksi pertama.
42. A Picture Is Worth a Thousand Words
Percobaan Kedua – Reaksi Timbal Asetat & Kalium Iodida
Beralih pada percobaan kedua, yaitu reaksi antara 𝑃𝑏 𝐶𝐻3𝐶𝑂𝑂 2 dengan 𝐾𝐼. Percobaan kedua ini bertujuan
untuk mengidentifikasi adanya perubahan berat antara 𝑃𝑏 𝐶𝐻3𝐶𝑂𝑂 2 setelah ditambahkan larutan 𝐾𝐼 ke
dalamnya. Selain itu, apakah berat larutan campuran lebih besar dari jumlah total berat larutan 𝑃𝑏 𝐶𝐻3𝐶𝑂𝑂 2
dan 𝐾𝐼 sebelum direaksikan. Hal tersebut dapat kita peroleh bila datanya lengkap, tetapi pada percobaan yang
dilakukan oleh praktikan dapat dilihat bahwasanya praktikan tidak menimbang massa 𝐾𝐼 terlebih dahulu
sebelum akhirnya dicampurkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 𝑃𝑏 𝐶𝐻3𝐶𝑂𝑂 2. Sehingga berat produk
percobaan yang diperoleh ialah bernilai nol. Hal tersebut dapat diperoleh dari perumusannya yaitu berat larutan
campuran dikurangi dengan penjumlahan antara berat larutan 𝑃𝑏 𝐶𝐻3𝐶𝑂𝑂 2 dengan larutan 𝐾𝐼 sebelum
direaksikan. Tetapi, apabila kita ingin mengetahui hasil berat produk percobaan dengan hasilnya sama dengan
nol seperti pada percobaan tersebut. Maka dapat kita peroleh dari penimbangan larutan oleh neraca analitik,
sehingga diperoleh massa tabung reaksi kosong adalah 20,000 gram, massa tabung reaksi dan larutan
𝑃𝑏 𝐶𝐻3𝐶𝑂𝑂 2 adalah 20, 2568 gram, dan massa tabung reaksi serta campuran antara larutan
𝑃𝑏 𝐶𝐻3𝐶𝑂𝑂 2 dengan 𝐾𝐼 sebanyak 22,0354 gram. Oleh karena itu, dapat diperoleh, massa larutan
𝑃𝑏 𝐶𝐻3𝐶𝑂𝑂 2 sebanyak 0,2568 gram, massa larutan campuran sebanyak 2,0354 gram, dan massa larutan
𝐾𝐼 sebanyak 1,7786 gram. Pada saat larutan 𝑃𝑏 𝐶𝐻3𝐶𝑂𝑂 2 dan 𝐾𝐼 dicampurakan terjadi perubahan warna,
yaitu menjadi kuning. Hal ini, dapat diperoleh dari observasi secara kualitatif.
43. Langkah awal yang dilakukan pada prosedur ini yaitu dengan cara mengambil 10 ml
larutan NH3: 1 M, dan menambahkan 10 ml aquades kemudian di simpan ke dalam corong pisah.
Setelah itu menambahakn 25 ml larutan kloroform kedalam corong pisah tersebut. Dalam hal ini NH3
disebut zat terlarut yang akan terdistribusi, kloroform dan air disebut sebagai zat pelarut. Setelah
dikocok sampai homogen, larutan tersebut didiamkan, hal ini bertujuan agar proses distribusi larutan
NH3 dalam air dan kloroform berjalan maksimal atau sempurna sehingga terbentuk 2 lapisan yaitu NH3
dalam air dan NH3 dalam kloroform. Dari dua lapisan tersebut dapat diketahui lapisan atas yaitu NH3
dalam air sedangkan lapisan bawah yaitu NH3 dalam kloroform, hal ini dikarenakan densitas larutan
kloroform lebih besar dibandingkan air, yaitu 1,47 kg/L, sedangkan air yaitu 1 kg/L, sehingga yang
berada pada lapisan bawah yaitu NH3 dalam kloroform. Setelah itu memasukkan 10 ml larutan NH3
dalam kloroform ke dalam Erlenmeyer, untuk ditetesi dengan indikator metil merah. Indikator metil
merah digunakan sebagai penanda bahwa larutan tersebut asam atau basa, dengan trayek pH < 4.4;
sampai dengan 6.2. Akan menghasilkan warna merah apabila pH < 4.4, dan menghasilkan warna
kuning, apabila pH mencapai 6.2. Lalu, larutan dititrasi dengan larutan HCl 0.1 M. Larutan HCl
bersifat asam, sehingga digunakan untuk menurunkan pH.
Stoikiometri Kompleks Amina
44. Pada praktikum ini, campuran dapat dikatan mengalami distribusi, yang ditandai dengan
adanya pemisahan dua atau lebih larutan yang direaksikan. Menurut hukum Nernst, suatu zat terlarut
akan membagi dirinya antara dua cairan yang tak dapat campur sedemikian rupa sehingga angka
banding konsentrasi pada keseimbangan adalah kosntanta pada temperatur tertentu (Underwood, 1999).
Namun, campuran tersebut tidak dapat diketahui apakah signifikan atau tidak. Hal ini disebabkan
karena kurangnya data volume titran yang tidak dapat diketahui, sehingga praktikan tidak mampu
menghitung Koefisien Distribusi (KD) yang digunakan sebagai indicator kesignifikan suatu campuran.
Berdasarkan teori, campuran akan dikatakan terdistribusi secara signifikan apabila konsentrasi larutan
di air bernilai sama dengan konsentras larutan di zat organic, yakni bernilai 1.
45. Stoikiometri Kompleks Tembaga
Langkah awal yang dilakukan pada prosedur ini yaitu dengan cara mengambil 10 ml larutan
NH3: 1 M, dan menambahkan 10 ml CuSO4 0.1 M, dan menambahakn 25 ml larutan kloroform kedalam
corong pisah tersebut. Setelah dikocok sampai homogen, larutan tersebut didiamkan, hal ini bertujuan
agar proses distribusi larutan CuSO4 dalam air dan kloroform berjalan maksimal atau sempurna sehingga
terbentuk 2 lapisan yaitu CuSO4 dalam air dan CuSO4 dalam kloroform. Setelah itu, kedua larutan
tersebut didiamkan sehingga terbentuk 2 lapisan yaitu lapisan atas berwarna biru dan lapisan bawah
berwarna bening. Kemudian memasukkan kedua fasa tersebut ke dalam erlenmeyer yang berbeda, untuk
ditetesi dengan indikator metil merah dan kemudian menitrasi dengan larutan HCl. Hasil titrasi
menunjukkan adanya perubahan pada warna larutan yang semakin cerah, baik pada fasa atas, maupun
pada fasa bawah. Pada fasa bawah, ketika ditetesi indicator metil merah terlihat mengalami perubahan
warna menjadi kuning, hal tersebut membuktikan bahwa pada fasa bawah, terdapat zat terdistribusi, yaitu
CuSO4 yang bersifat basa. Namun, ketika dititrasi dengan HCl 0.1 M, warna campuran terlihat semakin
merah. Itu artinya, pH campuran berubah menjadi asam setelah dititrasi dengan HCl
46. Sama seperti percobaan sebelumnya, pada praktikum ini, campuran dapat dikatan
mengalami distribusi, yang ditandai dengan adanya pemisahan dua atau lebih larutan yang direaksikan.
Namun, campuran tersebut tidak dapat diketahui apakah signifikan atau tidak. Hal ini disebabkan
karena kurangnya data volume titran yang tidak dapat diketahui, sehingga praktikan tidak mampu
menghitung Koefisien Distribusi (KD) yang digunakan sebagai indicator kesignifikan suatu campuran.
Berdasarkan teori, campuran akan dikatakan terdistribusi secara signifikan apabila konsentrasi larutan
di air bernilai sama dengan konsentras larutan di zat organic, yakni bernilai 1.
48. • Dapat diketahuinya koefisien reaksi
titik optimum berdasarkan reaksi
pembentukan endapan.
• Hasil reaksi berdasarkan mol dapat
dihitung.
• Dapat dibandingkannya hasil
percobaan stoikiometri kompleks
amina dan tembaga berdasarkan
literatur atau dasar teori.
Kesimpulan
50. Daftar Pustaka
Kencanawati, C. I. P. K. (2012). Diktat
Mata Kuliah KIMIA DASAR (pp. 1–78).
Universitas Undayana.
Leba, M. A. U. (2017). Buku Ajar:
Ekstraksi dan Real Kromatografi. CV.
Budi Utama.
Sutresna, N., Sholehudin, D., & Herlina,
T. (2016). Buku Siswa Kimia. Grafindo
Media Pratama.
Biyantoro, D., & Purnawi, M. . (2013).
OPTIMASI PEMISAHAN Zr – Hf DENGAN
CARA EKSTRAKSI MEMAKAI SOLVEN TOPO.
Jurnal Teknik Bahan Nuklir, 9, 1–54.
51. CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,
including icons by Flaticon, and infographics & images by Freepik
Thanks!
Do you have any questions?
Please keep this slide for attribution