Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang tata laksana operasi total tiroidektomi, yang meliputi prosedur operasi, anatomi tiroid, komplikasi dan monitoring pasca operasi.
2. Prosedur operasi total tiroidektomi meliputi 25 langkah mulai dari insisi, identifikasi pembuluh darah dan saraf laringeal, hingga penutupan luka.
3. Komplikasi yang dapat terjadi antara lain perdarahan, c
Dokumen tersebut membahas tentang pelatihan dasar penanganan obstetri dan neonatal darurat yang mencakup definisi dan pengelolaan perdarahan pasca persalinan, masalah-masalah yang dapat menyebabkannya seperti atonia uteri, robekan jalan lahir, dan retensio plasenta, serta tatalaksana meliputi manajemen aktif kala III, kompresi bimanual, pengeluaran plasenta manual, penanganan robekan jalan lahir, dan pengeluaran sisa plasent
Dokumen ini membahas tentang teknik operasi mastektomi radikal modifikasi yang meliputi definisi, sejarah, anatomi, indikasi, persiapan pre-operasi, teknik operasi dan diseksi aksila. Prosedur ini digunakan untuk mengangkat seluruh payudara, areola, puting susu dan kulit di atas tumor beserta diseksi kelenjar getah bening aksila tanpa mengangkat otot pektoralis.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang tata laksana operasi total tiroidektomi, yang meliputi prosedur operasi, anatomi tiroid, komplikasi dan monitoring pasca operasi.
2. Prosedur operasi total tiroidektomi meliputi 25 langkah mulai dari insisi, identifikasi pembuluh darah dan saraf laringeal, hingga penutupan luka.
3. Komplikasi yang dapat terjadi antara lain perdarahan, c
Dokumen tersebut membahas tentang pelatihan dasar penanganan obstetri dan neonatal darurat yang mencakup definisi dan pengelolaan perdarahan pasca persalinan, masalah-masalah yang dapat menyebabkannya seperti atonia uteri, robekan jalan lahir, dan retensio plasenta, serta tatalaksana meliputi manajemen aktif kala III, kompresi bimanual, pengeluaran plasenta manual, penanganan robekan jalan lahir, dan pengeluaran sisa plasent
Dokumen ini membahas tentang teknik operasi mastektomi radikal modifikasi yang meliputi definisi, sejarah, anatomi, indikasi, persiapan pre-operasi, teknik operasi dan diseksi aksila. Prosedur ini digunakan untuk mengangkat seluruh payudara, areola, puting susu dan kulit di atas tumor beserta diseksi kelenjar getah bening aksila tanpa mengangkat otot pektoralis.
1. Fraktur iga merupakan kelainan tersering akibat trauma tumpul pada dada, sering terjadi pada iga IV-X. Fraktur iga dapat disertai kerusakan organ intra-toraks dan intra-abdomen.
2. Pneumotoraks, hematotoraks, dan kontusi paru merupakan komplikasi umum dari trauma toraks. Pneumotoraks dapat berupa simpel, tegang, atau terbuka, sedangkan hematotoraks dapat mengancam jiwa apabila masif
Dokumen tersebut merangkum anatomi otot perut dan saraf yang mempersarafinya, serta beberapa teknik blok saraf yang digunakan untuk analgesia pasca operasi di daerah perut, seperti rectus sheath block, ilioinguinal/iliohypogastric block, dan TAP block. Teknik-teknik ini biasanya digunakan sebagai multimodal analgesia dengan tujuan mengurangi nyeri pasca operasi di daerah perut.
Tiroid merupakan kelenjar endokrin yang berlokasi di leher bagian depan. Teknik operasi tiroidektomi meliputi identifikasi anatomi kelenjar tiroid dan struktur vital di sekitarnya, seperti n. rekuren dan kelenjar paratiroid, serta teknik diseksi dan ligasi pembuluh darah untuk mengangkat seluruh atau sebagian kelenjar tiroid. Komplikasi yang mungkin terjadi antara lain cedera saraf laringeus dan perdarahan.
Teknik persalinan sesar meliputi berbagai jenis insisi pada dinding abdomen seperti insisi transversal (Pfannensteil, Joel-Cohen, Maylard) dan insisi vertikal (mediana). Insisi transversal lebih disarankan karena menghasilkan hasil kosmetik yang lebih baik, kurangnya nyeri, dan angka komplikasi yang lebih rendah dibanding insisi vertikal. Teknik Pfannensteil dan Joel-Cohen adalah pilihan utama karena diang
Dokumen tersebut membahas penanganan cidera muskuloskeletal oleh Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur pada tahun 2008. Dokumen menjelaskan anatomi tulang dan otot, mekanisme trauma, jenis cidera yang mungkin terjadi, tata laksana awal trauma, dan penanganan fraktur dan pembebatan.
Amputasi ekstremitas adalah penghilangan sebagian atau seluruh ekstremitas karena trauma atau pembedahan untuk menyelamatkan hidup. Teknik amputasi telah berkembang dari yang kasar tanpa anestesi menjadi lebih maju dengan teknik bedah dan perawatan luka yang lebih baik. Amputasi dapat dilakukan di berbagai level ekstremitas tergantung lokasi dan kondisi medis pasien.
Teknik operasi splenektomi digunakan untuk mengangkat limpa dengan pembedahan. Organ ini berfungsi untuk membantu sistem kekebalan tubuh dan membersihkan sel darah merah. Pembedahan ini dilakukan dengan mengidentifikasi pembuluh darah utama limpa, yakni arteri lienalis, lalu memobilisasi dan memotong ligamen yang menghubungkannya dengan organ lain. Hal ini perlu dilakukan dengan hati-hati agar tidak menimbulkan cedera pada organ se
Dokumen tersebut memberikan instruksi tentang prosedur amputasi transfemoral pada pasien. Prosedur meliputi pembuatan flap kulit anterior dan posterior, pemisahan tulang femur, ligasi pembuluh darah dan saraf, serta penutupan luka dengan menjahit flap otot dan kulit.
Amniotomi dan episiotomi adalah dua prosedur bedah yang umum dilakukan pada persalinan. Amniotomi melibatkan memecahkan membran ketuban untuk mempercepat persalinan, sementara episiotomi melibatkan insisi perineum untuk mencegah robekan selama kelahiran. Dokumen ini menjelaskan definisi, indikasi, teknik, keuntungan dan kerugian dari kedua prosedur tersebut.
Dokumen tersebut membahas tentang prosedur drainase dari rongga pleura dengan memasukkan pipa drainase, yang dilakukan untuk mengeluarkan cairan, darah, nanah, atau udara dari rongga pleura. Prosedur ini digunakan untuk tujuan reekspansikan paru-paru, mengeluarkan segala sesuatu dari dalam rongga pleura.
1. Fraktur iga merupakan kelainan tersering akibat trauma tumpul pada dada, sering terjadi pada iga IV-X. Fraktur iga dapat disertai kerusakan organ intra-toraks dan intra-abdomen.
2. Pneumotoraks, hematotoraks, dan kontusi paru merupakan komplikasi umum dari trauma toraks. Pneumotoraks dapat berupa simpel, tegang, atau terbuka, sedangkan hematotoraks dapat mengancam jiwa apabila masif
Dokumen tersebut merangkum anatomi otot perut dan saraf yang mempersarafinya, serta beberapa teknik blok saraf yang digunakan untuk analgesia pasca operasi di daerah perut, seperti rectus sheath block, ilioinguinal/iliohypogastric block, dan TAP block. Teknik-teknik ini biasanya digunakan sebagai multimodal analgesia dengan tujuan mengurangi nyeri pasca operasi di daerah perut.
Tiroid merupakan kelenjar endokrin yang berlokasi di leher bagian depan. Teknik operasi tiroidektomi meliputi identifikasi anatomi kelenjar tiroid dan struktur vital di sekitarnya, seperti n. rekuren dan kelenjar paratiroid, serta teknik diseksi dan ligasi pembuluh darah untuk mengangkat seluruh atau sebagian kelenjar tiroid. Komplikasi yang mungkin terjadi antara lain cedera saraf laringeus dan perdarahan.
Teknik persalinan sesar meliputi berbagai jenis insisi pada dinding abdomen seperti insisi transversal (Pfannensteil, Joel-Cohen, Maylard) dan insisi vertikal (mediana). Insisi transversal lebih disarankan karena menghasilkan hasil kosmetik yang lebih baik, kurangnya nyeri, dan angka komplikasi yang lebih rendah dibanding insisi vertikal. Teknik Pfannensteil dan Joel-Cohen adalah pilihan utama karena diang
Dokumen tersebut membahas penanganan cidera muskuloskeletal oleh Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur pada tahun 2008. Dokumen menjelaskan anatomi tulang dan otot, mekanisme trauma, jenis cidera yang mungkin terjadi, tata laksana awal trauma, dan penanganan fraktur dan pembebatan.
Amputasi ekstremitas adalah penghilangan sebagian atau seluruh ekstremitas karena trauma atau pembedahan untuk menyelamatkan hidup. Teknik amputasi telah berkembang dari yang kasar tanpa anestesi menjadi lebih maju dengan teknik bedah dan perawatan luka yang lebih baik. Amputasi dapat dilakukan di berbagai level ekstremitas tergantung lokasi dan kondisi medis pasien.
Teknik operasi splenektomi digunakan untuk mengangkat limpa dengan pembedahan. Organ ini berfungsi untuk membantu sistem kekebalan tubuh dan membersihkan sel darah merah. Pembedahan ini dilakukan dengan mengidentifikasi pembuluh darah utama limpa, yakni arteri lienalis, lalu memobilisasi dan memotong ligamen yang menghubungkannya dengan organ lain. Hal ini perlu dilakukan dengan hati-hati agar tidak menimbulkan cedera pada organ se
Dokumen tersebut memberikan instruksi tentang prosedur amputasi transfemoral pada pasien. Prosedur meliputi pembuatan flap kulit anterior dan posterior, pemisahan tulang femur, ligasi pembuluh darah dan saraf, serta penutupan luka dengan menjahit flap otot dan kulit.
Amniotomi dan episiotomi adalah dua prosedur bedah yang umum dilakukan pada persalinan. Amniotomi melibatkan memecahkan membran ketuban untuk mempercepat persalinan, sementara episiotomi melibatkan insisi perineum untuk mencegah robekan selama kelahiran. Dokumen ini menjelaskan definisi, indikasi, teknik, keuntungan dan kerugian dari kedua prosedur tersebut.
Dokumen tersebut membahas tentang prosedur drainase dari rongga pleura dengan memasukkan pipa drainase, yang dilakukan untuk mengeluarkan cairan, darah, nanah, atau udara dari rongga pleura. Prosedur ini digunakan untuk tujuan reekspansikan paru-paru, mengeluarkan segala sesuatu dari dalam rongga pleura.
7. Insisi midline
POV Asisten I
• Insisi menggunakan blade
#15, jangan insisi terlalu
dalam untuk mencegah
perdarahan, batas
subcutis
• Kedua jari digiti I dan II
dapat menegangkan kulit,
dengan
8. Insisi midline diperdalam
POV Asisten I
• Insisi menggunakan diatermi
mode koag, tidak terlalu cepat
agar terjadi fungsi hemostasis
• Kedua jari digiti I dan II lengan
kiri tetap menegangkan kulit
• Diperdalam lapis demi lapis
hingga tandas sternum
9. Membebaskan jaringan
daerah incisura jugularis
POV Asisten I
• Menggunakan diatermi sampai
bagian retrosternal dapat diraba
(pediatric menggunakan
diatermi 10)
• Diatermi ditempelkan ke
sternum dan bebaskan jaringan
secara tumpun dengan jari
(bergantian dengan diatermi)
10. Membebaskan jaringan
daerah Proc. xyphoideus
POV Asisten I
• Di tengah-tengah M. rectus
abdominis, jangan terbelah
• Bebaskan bergantian dengan
tumpul dan diatermi
• Jaringan retrosternal dapat
dibebaskan dengan gunting
11. Buat alur untuk median
sternotomi
POV Asisten I
• Marking menggunakan diatermi
beberapa titik sejajar ICS kiri-
kanan
• Marker diatermi dihubungkan
menjadi 1 garis lurus sebagai
panduan sternal saw
12. Sternal saw testing
POV Asisten I,
Caudal
• Pastikan sternal saw hidup tidak
kehabisan daya baterai, tidak
macet.
• Masukkan ujung saw di incisura
jugularis (atas-bawah) atau
procesus xhypoideus (bawah-
atas)
• Perhatikan hemodinamik
• Letakkan di ujung retrosternal,
posisi tegak lurus 90’
13. Sternotomi
POV Asisten I,
Caudal
• Pastikan gerjaji sesuai alur
marker yang telah dibuat.
• Intruksi ke TS Anes:
• Mulai: Lungs down
• Selesai: Lungs back on
• Mulai sternotomy, bila miring
jangan dilanjutkan, ulang
mengikuti pola.
14. Kontrol bleeding
POV Asisten I
• Masuk kassa
• Diatermi periosteum sternum
retrosternum post sternotomy
• Diatermi periosteum sternum
anterior
• Bone wax di daerah korpus
sternum (bone marrow) yang ada
oozing, jangan berlebihan dan
terlalu tebal
• Pasang spreader/ rektraktor,
buka secara perlahan, dan
tempatkan rektraktor jangan
terlalu superior
15. Komplikasi
• Perdarahan, dapat terjadi di
suprasternal notch (v.intrajugular).
Sehingga harus dipreservasi dengan
ligasi atau elektrokauter koag bila dirasa
menggganggu ekspos.
• Infeksi Sternum, salah satunya akibat
penggunaan bone wax secara berlebihan
• Postoperative ileus bila terbentuknya
entry ke kavum peritoneum.
• Pemotongan sternum asimetris:
meningkatkan kemungkinan dehiscence,
merusak costokondral
17. Komplikasi
•Brachial Plexus Injury,
dapat terjadi pada
penempatan rektraktor
yang terlalu superior,
dan pembukaan
retraktor yang terlalu
cepat.
•Penyebab tersering
Brachial Plexus Injury
ialah fraktur costa I