SlideShare a Scribd company logo
1 of 16
SOSIALISASI PERMENDIKBUD
NOMOR 30 TAHUN 2021
“Pendidikan tinggi merupakan batu loncatan,
maka setiap kampus di Indonesia harus merdeka dari segala bentuk kekerasan
dan menjadi lingkungan yang kondusif bagi mahasiswa untuk mengembangkan
potensinya”
Nadiem Makarim, Mendikbudristek
Kita sedang berada dalam situasi darurat kekerasan seksual di Lingkungan
Perguruan Tinggi
Berdasarkan 174 testimoni dari 79
kampus di 29 kota,
89% 4%
Perempuan laki – laki
Menjadi korban kekerasan seksual
(Tirto.id)
Kekerasan seksual terjadi di semua
jenjang pendidikan,
27%
dari aduan yang diterima terjadi di
jenjang pendidikan tinggi (Komnas
Perempuan)
77%
Dosen menyatakan “kekerasan
seksual pernah terjadi di kampus”
63%
Dari mereka tidak melaporkan kasus
yang diketahuinya kepada pihak
kampus
(Ditjen Dikristek)
Kanal Lembaga Negara (2015 – 2020) Kanal Aduan Eksternal (2019) Survei Kementerian (2020)
Indonesia belum memiliki peraturan perundangan yang dapat menangani
permasalahan kekerasan seksual di kampus
Hanya membantu korban
kekerasan seksual berusia di
bawah 18 tahun
UU PA (Perlindungan Anak)
Hanya membantu korban
kekerasan di dalam lingkup
berumah tangga
UU PKDRT (Penghapusan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga)
Hanya membantu korban
kekerasan seksual yang terjerat
sindikat perdaganagn manusia
UU TPPO (Tindak Pidana
Perdagangan Orang)
Usia di atas 18 tahun
Belum atau tidak menikah
Tidak terjerat sindikat
perdagangan manusia
Identitas yang belum terlindungi
“Korban yang belum
terlindungi umumnya
dirujuk ke KUHP yang masih
banyak keterbatasan”
Kita memiliki keterbatasan dalam penanganan kasus kekerasan seksual dengan KUHP
saat ini
• Rentang usia tersebut pengguna
aktif media sosial (WhatsApp,
Youtube, Instagram, Tiktok,
Facebook)
• Perkuliahan di kala pandemi covid-
19 banyak dilakukan secara online
• Tidak dapat memfasilitasi
identitas korban yang tidak
diatur oleh peraturan lainnya
• Tidak mengenali kekerasan
berbasis gender online (KBGO)
• Hanya mengenali bentuk
perkosaan dan pencabulan
Keterbatasan KUHP dalam menangani isu
kekerasan seksual:
Padahal sivitas akademika dan tenaga
kependidikan sangat rentan mengalami KBGO
karena:
Peraturan Menteri tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan
Seksual di Perguruan Tinggi (“Permen PPKS”) memiliki empat tujuan
04
03
02
Penanggulangan
Kekerasan Seksual
dengan Pendekatan
Institusional dan
Berkelanjutan
01
Pemenuhan Hak
Pendidikan setiap
WNI
Permen PPKS adalah
salah satu upaya
untuk memenuhi
hak setiap WNI atas
pendidikan tinggi
yang aman
Substansi Permen
PPKS memberi
kepastian hokum
bagi pemimpin
perguruan tinggi
untuk mengambil
langkah tegas
Seluruh kampus di
Indonesia menjadi
semakin teredukasi
tentang isu dan hak
korban kekerasan
seksual
Semangat
kolaboratif antara
Kementerian dan
kampus – kampus
dalam menciptakan
budaya akademik
yang sehat dan
aman semakin kuat
Peningkatan
Pengetahuan
tentang Kekerasan
Seksual
Penguatan
Kolaborasi antara
Kemendikbudristek
dan Perguruan
Tinggi
Sasaran Permen PPKS adalah mencegah dan menangani setidaknya sebelas
kemungkina kejadian kekerasan seksual
Sasaran peraturan ini adalah:
1. Mahasiswa
2. Pendidik
3. Tenaga Kependidikan
4. Warga Kampus
5. Masyarakat umum yang
berinteraksi dengan
mahasiswa, pendidik dan
tenaga kependidikan
dalam pelaksanaan
Tridharma
Pasal 4 Jika mahasiswa perguruan tinggi X mengalami kekerasan seksual yang dilakukan oleh
mahasiswa perguruan tinggi Y, maka Satgas kedua kampus merujuk ke Permen PPKS
1. Mahasiswa 9. Dosen
2. Mahasiswa 10. Dosen
3. Mahasiswa 11. Tendik
Mahasiswa
Dosen
Tenaga Kependidikan
Mahasiswa
Dosen
Tenaga Kependidikan
4. Mahasiswa
5. Mahasiswa
6. Mahasiswa
7. Mahasiswa/ Dosen/ Tendik
8. Mahasiswa/ Dosen./ Tendik
Mahasiswa
Dosen
Tenaga Kependidikan
Orang Dewasa
Anak
PERGURUAN TINGGI X PERGURUAN TINGGI Y UMUM
Area “abu – abu” dihilangkan karena Permen PPKS menegaskan tindakan
– tindakan yang perlu dipahami sebagai kekerasan seksual
Bentuk kekerasan seksual ini seringkali dianggap
sepele padahal berdampak pada psikologi korban
dan membatasi haknya atas pendidikan dan/atau
pekerjaan akademiknya
Peraturan yang ada baru mengenali kekerasan
yang melibatkan kontak fisik
Mengapa perbuatan verbal dan daring
(online) masuk?
Pasal 5 ayat (1)
Kekerasan seksual mencakup tindakan yang
dilakukan secara:
Verbal
Non Fisik
Fisik
Melalui teknologi informasi dan komunikasi
Definisi Kekerasan
Kekerasan seksual adalah setiap
perbuatan merendahkan, menghina,
melecehkan, dan/atau menyerang
tubuh, dan/atau fungsi reproduksi
seseorang, karena ketimpangan relasi
kuasa dan/atau gender, yang
berakibat atau dapat berakibat
penderitaan psikis dan/atau fisik
termasuk yang mengganggu
kesehatan reproduksi seseorang dan
hilang kesempatan melaksanakan
pendidikan tinggi aman dan optimal
Pasal 1 (Permen PPKS)
Definisi kata “kekerasan” dari KBBI:
1. Perihal (yang bersifat, berciri keras);
2. Perbuatan seseorang atau kelompok orang
yang menyebabkan cedera atau matinya orang
lain atau menyebabkan kerusakan fisik atau
barang orang lain;
3. Paksaan
Permen PPKS memperinci bentuk tindakan dengan konsekuensi
sanksi administrasi
Menyampaikan ujaran yang
mendeskriminasi atau
melecehkan tampilan fisik,
kondisi tubuh, dan/atau
identitas gender korban
Memperlihatkan alat
kelaminnya dengan sengaja
tanpa persetujuan korban
Menyampaikan ucapan
yang memuat rayuan,
lelucon, dan/atau siuan
yang bernuansa seksual
pada korban
Menatap korban dengan
nuansa seksual dan/atau
tidak nyaman
Mengirimkan pesan,
lelucon, gambar, foto, audio,
dan/atau video bernuansa
seksual kepada korban
meskipun sudah dilarang
korban
Mengambil, merekam,
dan.atau menegdarkan foto
dan/atau rekaman audio
dan/atau visual korban yang
bernuansa seksual tanpa
persetujuan korban
Mengunggah foto tubuh
dan/atau informasi pribadi
korban yang bernuansa
seksual tanpa persetujuan
korban
Menyebarkan informasi
terkait tubuh dan/atau
pribadi korban yang
bernuansa seksual tanpa
persetujuan korban
Mengintip atau dengan
sengaja melihat korban
yang sedang melakukan
kegiatan secara pribadi
dan/atau pada ruang yang
bersifat pribadi
Membujuk, menjanjikan,
menawarkan sesuatu, atau
mengancam korban untuk
melakukan transaksi atau
kegiatan seksual yang tidak
disetujui oleh korban
Sanksi kepada pelaku harus berdasarkan dampak akibat perbuatannya terhadap kondisi
korban dan lingkungan kampus, bukan berorientasi pada pelaku
Sanksi Ringan
Pasal 14 ayat (2)
Sanksi adminitratif ringan
• Teguran tertulis atau pernyataan
permohonan maaf secara tertulis
yang dipublikasikan di internal
kampus atau media massa
Sanksi Sedang
Pasal 14 ayat (3)
Sanksi administratif sedang
• Pemberhentian sementara dari
jabatan tanpa memperoleh hak
jabatan, atau pengurangan hak
mahasiswa
• Penundaan mengikuti
perkuliahan (skors), pencabutan
beasiswa atau pengurangan hak
lain
Sanksi Berat
Pasal 14 ayat (4)
Sanksi administratif berat
• Pemberhentian tetap sebagai
mahasiswa
• Pemberhentian tetap dari
jabatan sebagai pendidik,
tenaga kependidikan, atau
warga kampus sesuai ketentuan
peraturan perundang -
undangan
• Pelaku yang mendapatkan sanksi ringan dan sedang, wajib mengikuti program
konseling sebelum re-integrase ke kampus
• Pembiayaan program konseling dibebankan pada pelaku
• Laporan hasil konseling menjadi dasar bagi pemimpin perguruan tinggi untuk
menerbitkan surat bahwa pelaku telah melaksanakan sanksi yang dikenakan
Perguruan Tinggi yang tidak melakukan
PPKS dikenai sanksi administratif
berupa:
• Pemberhentian bantuan keuangan
atau bantuan sarana dan prasarana;
dan/atau
• Penurunan tingkat akreditasi
Jika ada laporan kekerasan seksual, perguruan tinggi wajib melakukan penanganan yang
meliputi keempat hal di bawah ini
• Konseling Advokasi
• Layanan kesehatan Bantuan hokum
• Bimbingan sosial dan rohani Pendamping disabilitas
Pendampingan
• Jaminan keberlanjutan pendidikan atau pekerjaan
• Penyediaan rumah aman
• Korban atau saksi bebas dari ancaman yang berkenan dengan kesaksian yang
diberikan
Perlindungan
• Melibatkan psikolog, tenaga medis, pemuka agama, dan organisasi pendamping
korban
• Masa pemulihan tidak mengurangi hak pembelajaran dan/atau kepegawaian
Pemulihan Korban
• Golongan sanksi
• Bentuk sanksi
• Tidak mengenyampingkan peraturan lain
Pengenaan Sanksi
Administratif
Pasal 10 – Pasal 19
Permen PPKS juga mengatur langkah-langkah pencegahan guna mengurangi dampak akibat
kasus kekerasan seksual
Institusi (Struktur) – Pasal 6
• Pembelajaran
• Penguatan tata kelola
• Penguatan budaya komunitas mahasiswa, pendidik dan tendik
Individu (Agen) – Pasal 7
• Pembatasan pertemuan individual (one-on-one)
• Permohonan tertulis untuk mendapat persetujuan Ka.Prodi/Jurusan
Satgas di tingkat PT yang akan membantu Direktur melaksanakan PPKS memiliki spesifikasi
sebagai berikut:
Edukasi tentang Pencegahan
1. Membantu pemimpin PT menyusun pedoman PPKS
2. Mensosialisasikan pendidikan terkait PPKS
3. Menyampaikan hasil survei pelaksanaan PPKS di kampus
Penanganan Laporan
1. Tindak lanjut aduan
2. Koordinasi dengan pihak terkait (missal untuk pemulihan korban)
3. Pelaksanaan keputusan Pemimpin PT
Pemantauan dan Evaluasi
1. Melakukan survei pelaksanaan PPKS di kampus
2. Menyampaiakn laporan kegiatan PPKS setiap semester
Pasal 34 - 36 (Permen PPKS)
WEWENANG
BATASAN
KODE ETIK
Berkolaborasi dengan pihak internal
dan eksternal kampus untuk
penanganan yang baik
Menjamin independensi satgas dan
kerahasiaan identitas pihak – pihak
terkait dalam laporan
Dugaan penyalahgunaan wewenang,
dapat dilaporkan ke Kemendikbudristek
Jika keputusan Pimpinan PT dirasa tidak adil, korban dan/atau Terlapor dapat meminta
Kemndikbudristek melakukan pemeriksaan ulang
Penguatan Keputusan Pemimpin Perguruan Tinggi; atau
Individu Apemberian rekomendasi kepada Pemimpin PT untuk:
• Mengubah keputusan Pemimpin Perguruan Tinggi (mengubah sanksi bagi terlapor atau
meringankan sanksi terlapor)
• Membatalkan Keputusan Pemimpin Perguruan Tinggi (pengenaan sanksi administratif bagi
terlapor atau pemulihan nama baik terlapor)
Pasal 51 – 52 (Permen PPKS) Hasil pemeriksaan ulang dapat berupa
THANK
YOU

More Related Content

Similar to Sosialisasi Permendikbud Nomor 30 Tahun 2021.pptx

MATERI PENCEGAHAN KEKERASAN SEKSUAL.pptx
MATERI PENCEGAHAN  KEKERASAN SEKSUAL.pptxMATERI PENCEGAHAN  KEKERASAN SEKSUAL.pptx
MATERI PENCEGAHAN KEKERASAN SEKSUAL.pptxmedisumedi2
 
Peran dan Batasan Pekerja Sosial dalam Perlindungan Anak - PPA.pdf
Peran dan Batasan Pekerja Sosial dalam Perlindungan Anak - PPA.pdfPeran dan Batasan Pekerja Sosial dalam Perlindungan Anak - PPA.pdf
Peran dan Batasan Pekerja Sosial dalam Perlindungan Anak - PPA.pdfIsmailAlmariza1
 
Permendikbud 30 tahun 2021
Permendikbud 30 tahun 2021Permendikbud 30 tahun 2021
Permendikbud 30 tahun 2021merdekacom
 
Salinan Permen 30 tahun 2021 Tentang Kekerasan Seksual
Salinan Permen 30 tahun 2021 Tentang Kekerasan SeksualSalinan Permen 30 tahun 2021 Tentang Kekerasan Seksual
Salinan Permen 30 tahun 2021 Tentang Kekerasan SeksualCIkumparan
 
Permendikbudristek Nomor 30 Tahun 2021.pdf
Permendikbudristek Nomor 30 Tahun 2021.pdfPermendikbudristek Nomor 30 Tahun 2021.pdf
Permendikbudristek Nomor 30 Tahun 2021.pdfIrawan Setyabudi
 
Permen 30 tahun 2021 tentang kekerasan seksual
Permen 30 tahun 2021 tentang kekerasan seksualPermen 30 tahun 2021 tentang kekerasan seksual
Permen 30 tahun 2021 tentang kekerasan seksualErwinDariyanto1
 
ROOTS.pptx
ROOTS.pptxROOTS.pptx
ROOTS.pptxisna96
 
roots-220927115259-8b079c72.pdf
roots-220927115259-8b079c72.pdfroots-220927115259-8b079c72.pdf
roots-220927115259-8b079c72.pdfningrumbahal
 
Edukasi dan Peran Aktif dalam Pencegahan.pdf
Edukasi dan Peran Aktif dalam Pencegahan.pdfEdukasi dan Peran Aktif dalam Pencegahan.pdf
Edukasi dan Peran Aktif dalam Pencegahan.pdfIrawan Setyabudi
 
Capacity Building Kekerasan Seksual dan Peranan kampus.pdf
Capacity Building Kekerasan Seksual dan Peranan kampus.pdfCapacity Building Kekerasan Seksual dan Peranan kampus.pdf
Capacity Building Kekerasan Seksual dan Peranan kampus.pdfIrawan Setyabudi
 
1[1].pengenalan pend-keselamatan
1[1].pengenalan pend-keselamatan1[1].pengenalan pend-keselamatan
1[1].pengenalan pend-keselamatanMihd Tahir Haron
 
Salinan Permendikbudristek 46 Tahun 2023 tentang Pencegahan dan Penanganan Ke...
Salinan Permendikbudristek 46 Tahun 2023 tentang Pencegahan dan Penanganan Ke...Salinan Permendikbudristek 46 Tahun 2023 tentang Pencegahan dan Penanganan Ke...
Salinan Permendikbudristek 46 Tahun 2023 tentang Pencegahan dan Penanganan Ke...CIkumparan
 
Kebijakan-Penanganan-KS-Itjen-16-Maret.pdf
Kebijakan-Penanganan-KS-Itjen-16-Maret.pdfKebijakan-Penanganan-KS-Itjen-16-Maret.pdf
Kebijakan-Penanganan-KS-Itjen-16-Maret.pdffedya6
 
PERMENDIKBUD NOMOR 82 TAHUN 2015
PERMENDIKBUD NOMOR 82 TAHUN 2015 PERMENDIKBUD NOMOR 82 TAHUN 2015
PERMENDIKBUD NOMOR 82 TAHUN 2015 Muhammad Sirajuddin
 
Permendikbud 82/2015 - Pencegahan dan Penanggulangan Tindak Kekerasan
Permendikbud 82/2015 - Pencegahan dan Penanggulangan Tindak KekerasanPermendikbud 82/2015 - Pencegahan dan Penanggulangan Tindak Kekerasan
Permendikbud 82/2015 - Pencegahan dan Penanggulangan Tindak KekerasanKementerian Pendidikan dan Kebudayaan
 
Permendikbud 82 2015
Permendikbud 82 2015Permendikbud 82 2015
Permendikbud 82 2015yaninyut
 
BULLYING PAPARAN .pptx
BULLYING PAPARAN .pptxBULLYING PAPARAN .pptx
BULLYING PAPARAN .pptxBLKKPPMUAD
 
POLA ASUH ANAK DAN REMAJA.pptx
POLA ASUH ANAK DAN REMAJA.pptxPOLA ASUH ANAK DAN REMAJA.pptx
POLA ASUH ANAK DAN REMAJA.pptxKMSDNKarangAnyar03
 
PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KEKERASAN DI LINGKUNGAN SATUAN PENDIDIKAN.pptx
PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KEKERASAN DI LINGKUNGAN SATUAN PENDIDIKAN.pptxPENCEGAHAN DAN PENANGANAN KEKERASAN DI LINGKUNGAN SATUAN PENDIDIKAN.pptx
PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KEKERASAN DI LINGKUNGAN SATUAN PENDIDIKAN.pptxMagdalenaSuliyem
 
SRA_LAMPUNG TENGAH.pptx
SRA_LAMPUNG TENGAH.pptxSRA_LAMPUNG TENGAH.pptx
SRA_LAMPUNG TENGAH.pptxB4ngiman
 

Similar to Sosialisasi Permendikbud Nomor 30 Tahun 2021.pptx (20)

MATERI PENCEGAHAN KEKERASAN SEKSUAL.pptx
MATERI PENCEGAHAN  KEKERASAN SEKSUAL.pptxMATERI PENCEGAHAN  KEKERASAN SEKSUAL.pptx
MATERI PENCEGAHAN KEKERASAN SEKSUAL.pptx
 
Peran dan Batasan Pekerja Sosial dalam Perlindungan Anak - PPA.pdf
Peran dan Batasan Pekerja Sosial dalam Perlindungan Anak - PPA.pdfPeran dan Batasan Pekerja Sosial dalam Perlindungan Anak - PPA.pdf
Peran dan Batasan Pekerja Sosial dalam Perlindungan Anak - PPA.pdf
 
Permendikbud 30 tahun 2021
Permendikbud 30 tahun 2021Permendikbud 30 tahun 2021
Permendikbud 30 tahun 2021
 
Salinan Permen 30 tahun 2021 Tentang Kekerasan Seksual
Salinan Permen 30 tahun 2021 Tentang Kekerasan SeksualSalinan Permen 30 tahun 2021 Tentang Kekerasan Seksual
Salinan Permen 30 tahun 2021 Tentang Kekerasan Seksual
 
Permendikbudristek Nomor 30 Tahun 2021.pdf
Permendikbudristek Nomor 30 Tahun 2021.pdfPermendikbudristek Nomor 30 Tahun 2021.pdf
Permendikbudristek Nomor 30 Tahun 2021.pdf
 
Permen 30 tahun 2021 tentang kekerasan seksual
Permen 30 tahun 2021 tentang kekerasan seksualPermen 30 tahun 2021 tentang kekerasan seksual
Permen 30 tahun 2021 tentang kekerasan seksual
 
ROOTS.pptx
ROOTS.pptxROOTS.pptx
ROOTS.pptx
 
roots-220927115259-8b079c72.pdf
roots-220927115259-8b079c72.pdfroots-220927115259-8b079c72.pdf
roots-220927115259-8b079c72.pdf
 
Edukasi dan Peran Aktif dalam Pencegahan.pdf
Edukasi dan Peran Aktif dalam Pencegahan.pdfEdukasi dan Peran Aktif dalam Pencegahan.pdf
Edukasi dan Peran Aktif dalam Pencegahan.pdf
 
Capacity Building Kekerasan Seksual dan Peranan kampus.pdf
Capacity Building Kekerasan Seksual dan Peranan kampus.pdfCapacity Building Kekerasan Seksual dan Peranan kampus.pdf
Capacity Building Kekerasan Seksual dan Peranan kampus.pdf
 
1[1].pengenalan pend-keselamatan
1[1].pengenalan pend-keselamatan1[1].pengenalan pend-keselamatan
1[1].pengenalan pend-keselamatan
 
Salinan Permendikbudristek 46 Tahun 2023 tentang Pencegahan dan Penanganan Ke...
Salinan Permendikbudristek 46 Tahun 2023 tentang Pencegahan dan Penanganan Ke...Salinan Permendikbudristek 46 Tahun 2023 tentang Pencegahan dan Penanganan Ke...
Salinan Permendikbudristek 46 Tahun 2023 tentang Pencegahan dan Penanganan Ke...
 
Kebijakan-Penanganan-KS-Itjen-16-Maret.pdf
Kebijakan-Penanganan-KS-Itjen-16-Maret.pdfKebijakan-Penanganan-KS-Itjen-16-Maret.pdf
Kebijakan-Penanganan-KS-Itjen-16-Maret.pdf
 
PERMENDIKBUD NOMOR 82 TAHUN 2015
PERMENDIKBUD NOMOR 82 TAHUN 2015 PERMENDIKBUD NOMOR 82 TAHUN 2015
PERMENDIKBUD NOMOR 82 TAHUN 2015
 
Permendikbud 82/2015 - Pencegahan dan Penanggulangan Tindak Kekerasan
Permendikbud 82/2015 - Pencegahan dan Penanggulangan Tindak KekerasanPermendikbud 82/2015 - Pencegahan dan Penanggulangan Tindak Kekerasan
Permendikbud 82/2015 - Pencegahan dan Penanggulangan Tindak Kekerasan
 
Permendikbud 82 2015
Permendikbud 82 2015Permendikbud 82 2015
Permendikbud 82 2015
 
BULLYING PAPARAN .pptx
BULLYING PAPARAN .pptxBULLYING PAPARAN .pptx
BULLYING PAPARAN .pptx
 
POLA ASUH ANAK DAN REMAJA.pptx
POLA ASUH ANAK DAN REMAJA.pptxPOLA ASUH ANAK DAN REMAJA.pptx
POLA ASUH ANAK DAN REMAJA.pptx
 
PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KEKERASAN DI LINGKUNGAN SATUAN PENDIDIKAN.pptx
PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KEKERASAN DI LINGKUNGAN SATUAN PENDIDIKAN.pptxPENCEGAHAN DAN PENANGANAN KEKERASAN DI LINGKUNGAN SATUAN PENDIDIKAN.pptx
PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KEKERASAN DI LINGKUNGAN SATUAN PENDIDIKAN.pptx
 
SRA_LAMPUNG TENGAH.pptx
SRA_LAMPUNG TENGAH.pptxSRA_LAMPUNG TENGAH.pptx
SRA_LAMPUNG TENGAH.pptx
 

Recently uploaded

aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdfaksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfsdn3jatiblora
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidupfamela161
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...Kanaidi ken
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...asepsaefudin2009
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...Kanaidi ken
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajaraksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajarHafidRanggasi
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxsyahrulutama16
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)PUNGKYBUDIPANGESTU1
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...Kanaidi ken
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptPpsSambirejo
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 

Recently uploaded (20)

aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdfaksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajaraksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 

Sosialisasi Permendikbud Nomor 30 Tahun 2021.pptx

  • 2. “Pendidikan tinggi merupakan batu loncatan, maka setiap kampus di Indonesia harus merdeka dari segala bentuk kekerasan dan menjadi lingkungan yang kondusif bagi mahasiswa untuk mengembangkan potensinya” Nadiem Makarim, Mendikbudristek
  • 3. Kita sedang berada dalam situasi darurat kekerasan seksual di Lingkungan Perguruan Tinggi Berdasarkan 174 testimoni dari 79 kampus di 29 kota, 89% 4% Perempuan laki – laki Menjadi korban kekerasan seksual (Tirto.id) Kekerasan seksual terjadi di semua jenjang pendidikan, 27% dari aduan yang diterima terjadi di jenjang pendidikan tinggi (Komnas Perempuan) 77% Dosen menyatakan “kekerasan seksual pernah terjadi di kampus” 63% Dari mereka tidak melaporkan kasus yang diketahuinya kepada pihak kampus (Ditjen Dikristek) Kanal Lembaga Negara (2015 – 2020) Kanal Aduan Eksternal (2019) Survei Kementerian (2020)
  • 4. Indonesia belum memiliki peraturan perundangan yang dapat menangani permasalahan kekerasan seksual di kampus Hanya membantu korban kekerasan seksual berusia di bawah 18 tahun UU PA (Perlindungan Anak) Hanya membantu korban kekerasan di dalam lingkup berumah tangga UU PKDRT (Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga) Hanya membantu korban kekerasan seksual yang terjerat sindikat perdaganagn manusia UU TPPO (Tindak Pidana Perdagangan Orang) Usia di atas 18 tahun Belum atau tidak menikah Tidak terjerat sindikat perdagangan manusia Identitas yang belum terlindungi “Korban yang belum terlindungi umumnya dirujuk ke KUHP yang masih banyak keterbatasan”
  • 5. Kita memiliki keterbatasan dalam penanganan kasus kekerasan seksual dengan KUHP saat ini • Rentang usia tersebut pengguna aktif media sosial (WhatsApp, Youtube, Instagram, Tiktok, Facebook) • Perkuliahan di kala pandemi covid- 19 banyak dilakukan secara online • Tidak dapat memfasilitasi identitas korban yang tidak diatur oleh peraturan lainnya • Tidak mengenali kekerasan berbasis gender online (KBGO) • Hanya mengenali bentuk perkosaan dan pencabulan Keterbatasan KUHP dalam menangani isu kekerasan seksual: Padahal sivitas akademika dan tenaga kependidikan sangat rentan mengalami KBGO karena:
  • 6. Peraturan Menteri tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual di Perguruan Tinggi (“Permen PPKS”) memiliki empat tujuan 04 03 02 Penanggulangan Kekerasan Seksual dengan Pendekatan Institusional dan Berkelanjutan 01 Pemenuhan Hak Pendidikan setiap WNI Permen PPKS adalah salah satu upaya untuk memenuhi hak setiap WNI atas pendidikan tinggi yang aman Substansi Permen PPKS memberi kepastian hokum bagi pemimpin perguruan tinggi untuk mengambil langkah tegas Seluruh kampus di Indonesia menjadi semakin teredukasi tentang isu dan hak korban kekerasan seksual Semangat kolaboratif antara Kementerian dan kampus – kampus dalam menciptakan budaya akademik yang sehat dan aman semakin kuat Peningkatan Pengetahuan tentang Kekerasan Seksual Penguatan Kolaborasi antara Kemendikbudristek dan Perguruan Tinggi
  • 7. Sasaran Permen PPKS adalah mencegah dan menangani setidaknya sebelas kemungkina kejadian kekerasan seksual Sasaran peraturan ini adalah: 1. Mahasiswa 2. Pendidik 3. Tenaga Kependidikan 4. Warga Kampus 5. Masyarakat umum yang berinteraksi dengan mahasiswa, pendidik dan tenaga kependidikan dalam pelaksanaan Tridharma Pasal 4 Jika mahasiswa perguruan tinggi X mengalami kekerasan seksual yang dilakukan oleh mahasiswa perguruan tinggi Y, maka Satgas kedua kampus merujuk ke Permen PPKS 1. Mahasiswa 9. Dosen 2. Mahasiswa 10. Dosen 3. Mahasiswa 11. Tendik Mahasiswa Dosen Tenaga Kependidikan Mahasiswa Dosen Tenaga Kependidikan 4. Mahasiswa 5. Mahasiswa 6. Mahasiswa 7. Mahasiswa/ Dosen/ Tendik 8. Mahasiswa/ Dosen./ Tendik Mahasiswa Dosen Tenaga Kependidikan Orang Dewasa Anak PERGURUAN TINGGI X PERGURUAN TINGGI Y UMUM
  • 8. Area “abu – abu” dihilangkan karena Permen PPKS menegaskan tindakan – tindakan yang perlu dipahami sebagai kekerasan seksual Bentuk kekerasan seksual ini seringkali dianggap sepele padahal berdampak pada psikologi korban dan membatasi haknya atas pendidikan dan/atau pekerjaan akademiknya Peraturan yang ada baru mengenali kekerasan yang melibatkan kontak fisik Mengapa perbuatan verbal dan daring (online) masuk? Pasal 5 ayat (1) Kekerasan seksual mencakup tindakan yang dilakukan secara: Verbal Non Fisik Fisik Melalui teknologi informasi dan komunikasi
  • 9. Definisi Kekerasan Kekerasan seksual adalah setiap perbuatan merendahkan, menghina, melecehkan, dan/atau menyerang tubuh, dan/atau fungsi reproduksi seseorang, karena ketimpangan relasi kuasa dan/atau gender, yang berakibat atau dapat berakibat penderitaan psikis dan/atau fisik termasuk yang mengganggu kesehatan reproduksi seseorang dan hilang kesempatan melaksanakan pendidikan tinggi aman dan optimal Pasal 1 (Permen PPKS) Definisi kata “kekerasan” dari KBBI: 1. Perihal (yang bersifat, berciri keras); 2. Perbuatan seseorang atau kelompok orang yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain; 3. Paksaan
  • 10. Permen PPKS memperinci bentuk tindakan dengan konsekuensi sanksi administrasi Menyampaikan ujaran yang mendeskriminasi atau melecehkan tampilan fisik, kondisi tubuh, dan/atau identitas gender korban Memperlihatkan alat kelaminnya dengan sengaja tanpa persetujuan korban Menyampaikan ucapan yang memuat rayuan, lelucon, dan/atau siuan yang bernuansa seksual pada korban Menatap korban dengan nuansa seksual dan/atau tidak nyaman Mengirimkan pesan, lelucon, gambar, foto, audio, dan/atau video bernuansa seksual kepada korban meskipun sudah dilarang korban Mengambil, merekam, dan.atau menegdarkan foto dan/atau rekaman audio dan/atau visual korban yang bernuansa seksual tanpa persetujuan korban Mengunggah foto tubuh dan/atau informasi pribadi korban yang bernuansa seksual tanpa persetujuan korban Menyebarkan informasi terkait tubuh dan/atau pribadi korban yang bernuansa seksual tanpa persetujuan korban Mengintip atau dengan sengaja melihat korban yang sedang melakukan kegiatan secara pribadi dan/atau pada ruang yang bersifat pribadi Membujuk, menjanjikan, menawarkan sesuatu, atau mengancam korban untuk melakukan transaksi atau kegiatan seksual yang tidak disetujui oleh korban
  • 11. Sanksi kepada pelaku harus berdasarkan dampak akibat perbuatannya terhadap kondisi korban dan lingkungan kampus, bukan berorientasi pada pelaku Sanksi Ringan Pasal 14 ayat (2) Sanksi adminitratif ringan • Teguran tertulis atau pernyataan permohonan maaf secara tertulis yang dipublikasikan di internal kampus atau media massa Sanksi Sedang Pasal 14 ayat (3) Sanksi administratif sedang • Pemberhentian sementara dari jabatan tanpa memperoleh hak jabatan, atau pengurangan hak mahasiswa • Penundaan mengikuti perkuliahan (skors), pencabutan beasiswa atau pengurangan hak lain Sanksi Berat Pasal 14 ayat (4) Sanksi administratif berat • Pemberhentian tetap sebagai mahasiswa • Pemberhentian tetap dari jabatan sebagai pendidik, tenaga kependidikan, atau warga kampus sesuai ketentuan peraturan perundang - undangan • Pelaku yang mendapatkan sanksi ringan dan sedang, wajib mengikuti program konseling sebelum re-integrase ke kampus • Pembiayaan program konseling dibebankan pada pelaku • Laporan hasil konseling menjadi dasar bagi pemimpin perguruan tinggi untuk menerbitkan surat bahwa pelaku telah melaksanakan sanksi yang dikenakan Perguruan Tinggi yang tidak melakukan PPKS dikenai sanksi administratif berupa: • Pemberhentian bantuan keuangan atau bantuan sarana dan prasarana; dan/atau • Penurunan tingkat akreditasi
  • 12. Jika ada laporan kekerasan seksual, perguruan tinggi wajib melakukan penanganan yang meliputi keempat hal di bawah ini • Konseling Advokasi • Layanan kesehatan Bantuan hokum • Bimbingan sosial dan rohani Pendamping disabilitas Pendampingan • Jaminan keberlanjutan pendidikan atau pekerjaan • Penyediaan rumah aman • Korban atau saksi bebas dari ancaman yang berkenan dengan kesaksian yang diberikan Perlindungan • Melibatkan psikolog, tenaga medis, pemuka agama, dan organisasi pendamping korban • Masa pemulihan tidak mengurangi hak pembelajaran dan/atau kepegawaian Pemulihan Korban • Golongan sanksi • Bentuk sanksi • Tidak mengenyampingkan peraturan lain Pengenaan Sanksi Administratif Pasal 10 – Pasal 19
  • 13. Permen PPKS juga mengatur langkah-langkah pencegahan guna mengurangi dampak akibat kasus kekerasan seksual Institusi (Struktur) – Pasal 6 • Pembelajaran • Penguatan tata kelola • Penguatan budaya komunitas mahasiswa, pendidik dan tendik Individu (Agen) – Pasal 7 • Pembatasan pertemuan individual (one-on-one) • Permohonan tertulis untuk mendapat persetujuan Ka.Prodi/Jurusan
  • 14. Satgas di tingkat PT yang akan membantu Direktur melaksanakan PPKS memiliki spesifikasi sebagai berikut: Edukasi tentang Pencegahan 1. Membantu pemimpin PT menyusun pedoman PPKS 2. Mensosialisasikan pendidikan terkait PPKS 3. Menyampaikan hasil survei pelaksanaan PPKS di kampus Penanganan Laporan 1. Tindak lanjut aduan 2. Koordinasi dengan pihak terkait (missal untuk pemulihan korban) 3. Pelaksanaan keputusan Pemimpin PT Pemantauan dan Evaluasi 1. Melakukan survei pelaksanaan PPKS di kampus 2. Menyampaiakn laporan kegiatan PPKS setiap semester Pasal 34 - 36 (Permen PPKS) WEWENANG BATASAN KODE ETIK Berkolaborasi dengan pihak internal dan eksternal kampus untuk penanganan yang baik Menjamin independensi satgas dan kerahasiaan identitas pihak – pihak terkait dalam laporan Dugaan penyalahgunaan wewenang, dapat dilaporkan ke Kemendikbudristek
  • 15. Jika keputusan Pimpinan PT dirasa tidak adil, korban dan/atau Terlapor dapat meminta Kemndikbudristek melakukan pemeriksaan ulang Penguatan Keputusan Pemimpin Perguruan Tinggi; atau Individu Apemberian rekomendasi kepada Pemimpin PT untuk: • Mengubah keputusan Pemimpin Perguruan Tinggi (mengubah sanksi bagi terlapor atau meringankan sanksi terlapor) • Membatalkan Keputusan Pemimpin Perguruan Tinggi (pengenaan sanksi administratif bagi terlapor atau pemulihan nama baik terlapor) Pasal 51 – 52 (Permen PPKS) Hasil pemeriksaan ulang dapat berupa