SlideShare a Scribd company logo
1 of 44
PENGERTIAN PAJAK
 Pajak adalah iuran rakyat pada kas negara
berdasarkan undang-undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal
(kontraprestasi) yang langsung dapat
ditunjukkan dan yang digunakan untuk
membayar pengeluaran umum.
 Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak
rakyat kepada kas negara untuk membiayai
pengeluaran rutin dan “surplusnya” digunakan
untuk “public saving” yang merupakan sumber
utama untuk membiayai “public investment”.
UNSUR-UNSUR PAJAK
1. Iuran dari rakyat kepada negara
2. Berdasarkan undang-undang
3. Tanpa jasa timbal yang secara langsung
dapat ditunjuk
4. Digunakan untuk membiayai rumah tangga
negara
FUNGSI PAJAK
1. FUNGSI BUDGETAIR--Pajak sebagai
sumber dana bagi pemerintah untuk
membiayai pengeluaran-pengeluarannya.
2. FUNGSI REGULEREND--Pajak berfungsi
sebagai alat untuk mengatur atau
melaksanakan kebijakan pemerintah dalam
bidang sosial dan ekonomi.
SYARAT-SYARAT
PEMUNGUTAN PAJAK
 Syarat keadilan
 Syarat yuridis
 Syarat ekonomis
 Syarat finansial
 Sistem pemungutan harus sederhana
TEORI PEMUNGUTAN PAJAK
1. TEORIASURANSI
2. TEORI KEPENTINGAN
3. TEORI DAYA PIKUL
4. TEORI BAKTI
5. TEORIASAS DAYA BELI
PENGELOMPOKKAN PAJAK
1. Menurut golongannya:
a. pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib
pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain,
contoh PPh.
b. PajakTidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat
dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain, contoh PPn
2. Menurut Sifatnya:
a Pajak Subyektif, adalah pajak yang berpangkal pada subyeknya, yaitu
dengan memperhatikan keadaan diri wajib pajak
b. Pajak obyektif, adalah pajak yang berpangkal pada obyeknya, tanpa
memperhatikan keadaan diri wajib pajak
3. Menurut lembaga yang memungutnya:
a. pajak pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pempus dan digunakan
untuk membiayai rumah tangga negara, contoh PPh, PPn, PPn-BM,
PBB, Bea materai
b. Pajak daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah
dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah, contoh PKB,
BBNKB, Pajak Hotel dan Restoran, Pajak Penerangan Jalan dll
KEDUDUKAN HUKUM PAJAK
1. Hukum perdata, mengatur hubungan antara
satu individu dengan individu lainnya
2. Hukum publik, mengatur hubungan antara
pemerintah dengan rakyatnya. Rinciannya:
a. Hukum tata negara
b. hukum tata usaha negara (hk admtif)
c. hukum pajak
d. hukum pidana
Hukum Pajak Materiil dan Hukum
Pajak Formil
Hukum pajak mengatur hubungan antara pemerintah (fiscus)
selaku pemungut pajak dengan rakyat sebagaiWajib Pajak.
 Hukum pajak materiil, memuat norma2 yang menerangkan al
keadaan, perbuatan, peristiwa hukum yang dikenai pajak (objek
pajak), siapa yg dikebakan pajak (subjek pajak), berapa besar tarif,
timbul dan nhapusnya utang pajak, dan hubungan hukum antara
pemerintah danWP. Contoh: UU PPh
 Hukum Pajak formil, memuat bentuk/tata cara untuk mewujudkan
hukum materiil menjadi kenyataan (cara melaksanakan hukum
pajak materiil). Hukum ini memuat:
a. tata cara penyelenggaraan (prosedur) penetapan suatu utang
pajak
b. hak-hak fiskus
c. kewajibanWP
10
Hukum Pajak
MATERIIL FORMIL
Mengatur materinya:
• Subjek
• Objek
• Tarif
Contoh:
•UU No 17 Th 2000 (PPh)
•UU No 18 Th 2000 (PPN)
•UU No 12 Th 1994 (PBB)
•UU No 20 Th 2000 (BPHTB)
•UU No 13 Th 1985 (Bea Meterai)
Mengatur acaranya:
•Cara mendata
•Cara menetapkan
•Cara membayar
•Cara melapor, dll
Contoh:
•UU No 16 Th 2000 (KUP)
•UU No 19 Th 1997
(Penagihan pajak)
Megatur Kewajiban dan
Hak
WAJIB PAJAK
Kewajiban dan Hak Wajib
Pajak
 Kewajiban
 Mendaftar
 Potong/pungut
 Setor
 Lapor
 Pembukuan
11
• Hak
– Mencabut pendaftaran
– Menunda penyampaian SPT
– Membetulkan SPT
– Menunda penyetoran
– Pengajuan keberatan dan banding
STELSEL PAJAK
1) Stelsel nyata – pengenaan pajak berdasarkan penghasilan
yang sebenarnya diterima sehingga pemungutannya baru
dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yaitu setelah
penghasilan sesungguhnya diketahui.
2) Stelsel anggapan – pengenaan pajak didasarkan pada
suatu anggapan yang diatur oleh undang-undang.
Misalnya: penghasilan suatu tahun dianggap sama
dengantahun sebelumnya, sehingga pada awal tahun
sudah dapat ditentukan besarnya pajak terutang untuk
tahun berjalan
3) Stelsel campuran – awal tahun dihitung berdasar
anggapan , akhir tahun disesuaikan dengan penghasilan
sesungguhnya diterima. Apabila kurang,WP harus
menambah atau apabila lebih dikembalikan.
ASAS PEMUNGUTAN PAJAK
1. ASAS DOMISILI—negara berhak mengenakan
pajak atas seluruh penghasilan WP yang
bertempat tinggal dlm wilayahnya, baik yang
berasal dari dalam maupun luar negeri. Asas ini
berlakubagi WP dalam negeri.
2. ASAS SUMBER —negara berhak mengenakan
pajak terhadap penghasilan yang bersumber
dari wilayahnya tanpa memperhatikan tempat
tinggalWP.
3. ASAS KEBANGSAAN– pengenaan pajak
didasarkan pada kebangsaan atau
kewarganegaraan seseorang.
SISTEM PEMUNGUTAN PAJAK
1. OFFICIAL ASSESSMENT SYSTEM – adalah suatu sistem
pemungutan yang memberi wewenang kepada
pemerintah (fiscus) untuk menentukan besarnya pajak
yang terutang olehWP
2. SELF ASSESSMENT SYSTEM – adalah suatu sistem
pemungutan pajak yang memberi wewenang kepadaWP
untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.
3. WITH HOLDING SYSTEM – adalah sistem pemungutan
pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga
(bukan fiscus dan bukanWP) untuk menentukan besarnya
pajak yang terutang olehWP.
Timbul dan Hapusnya Utang Pajak
 Ada dua ajaran timbulnya utang pajak:
1. Ajaran formil, utang pajak timbul karena dikeluarkannya Surat
Ketetapan Pajak (SKP) oleh Fiskus. Ajaran ini diterapkan pada
officialAssessment System
2. Ajaran materil, utang pajak timbul karena berlakunya undang-
undang. Seseorang dikenai pajak karena suatu keadaan atau
perbuatan. Ajaran ini diterapkan pada self assessment system
 Hapusnya utang pajak dapat disebabkan beberapa hal:
1. Pembayaran
2. Kompensasi
3. Kadaluwarsa
4. Pembebasan dan penghapusan
HAMBATAN-HAMBATAN
PEMUNGUTAN PAJAK
1. PERLAWANAN FASIF --- sistem pemungutan pajak
yang sulit dipahami masyarakat, krisis ekonomi.
2. PERLAWANANAKTIF ---WP sengaja menghindari
pajak.
a. Tax Avoidance, usaha meringankan
beban pajak dengan tidak melanggar
UU
b. Tax Evasion, usaha meringankan
beban pajak dengan cara melanggar
UU
JENIS TARIF PAJAK
 Tarif Proporsional, tarif berupa persentase yang tetap
terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak sehingga
besarnya pajak yang terutang sebanding dengan
besarnya nilai yang dikenai pajak
 TarifTetap, tarif berupa jumlah yang tetap terhadap
berapapun jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya
pajak yang terutang tetap
 Tarif Progresif, persentase yang digunakan semakin
besar sesuai dengan jumlah yang dikenai pajak
 Tarif Degresif, persentase tarif yang digunakan semakin
kecil sesuai dengan bertambahnya jumlah yang dikenai
pajak
KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA
PERPAJAKAN
Dasar Hukum:
1. UU No.6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum
danTata Cara Perpajakan, UU No. 7 tentang
Pajak Penghasilan (PPh), UU No. 8 tentang Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan pajak
Penjualan atas barang Mewah
2. Perubahan oleh UU No. 9,10,11 tahun 1999
3.Terakhir perubahan oleh UU No. 16,17,18 tahun
2000
PENGERTIAN-PENGERTIAN
 Wajib Pajak (WP) adalah orang pribadi atau badan yang menurut
ketentuan peraturan per-uu-an perpajakan ditentukan untuk
melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak
atau pemotong pajak tertentu
 Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang
merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang
tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas,
perseroan komanditer, perseroan lainnya, BUMN/BUMD dengan
nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana
pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa,
organisasi sosial politik, atau organisasi yang sejenis, lembaga,
bentuk usaha tetap, dan bentuk badan lainnya
PAJAK PENGHASILAN UMUM
 Dasar Hukum: UU No. 7Tahun 1983 tentang
Pajak Penghasilan yang terakhir diubah oleh
UU No. 17 tahun 2000
 Undang-undang Pajak Penghasilan (PPh)
mengatur pajak atas penghasilan (laba) yang
diterima atau diperoleh orang pribadi
maupun badan
PAJAK PENGHASILAN
 PPH 21
SUBJEK PAJAK DAN WAJIB PAJAK
PENGHASILAN
1. a. Orang Pribadi
b.Warisan yang belum terbagi sebagai
satu kesatuan menggantikan yang berhak
2. Badan
3. Bentuk UsahaTetap
OBJEK PPh
 Objek PPH adalah penghasilan. Penghasilan
yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis
yang diterima atau diperolehWP, baik yang
berasal dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia, yang dapat dipakai untuk
konsumsi atau menambah kekayaan WP ybs,
dengan nama dan bentuk apapun
Termasuk dalam pengertian
penghasilan adalah:
1. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh
(Gaji,Upah, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dlm bentuk
lainnya, kecuali ditentukan lain oleh UU)
2. Hadiah dan penghargaan
3. Laba usaha
4. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta (hibah, bantuan atau sumbangan)
5. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya
6. Bunga
7. Deviden
8. Royalti
9. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
10. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala
11. Keuntungan karena pembebasan utang
12. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing
13. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva
14. Premi asuransi
15. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari WP yang
menjalankan usaha atau pekerjaan bebas
16. Tambahan kekayaan netto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak
DASAR PENGENAAN PAJAK
 Penghasilan Kena Pajak (WP badan) =
Penghasilan Netto
 Penghasilan Kena Pajak (WP Orang Pribadi) =
Penghasilan Netto - PTKP
PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK
(PTKP)
Besarnya PTKP setahun yang berlaku 2004 adalah:
1. Rp2.880.000,00 untuk diriWP orang pribadi
2. Rp1.440.000,00 tambahan untukWP yang kawin
3. Rp2.880.000,00 tanbahan untuk seorang istri yang penghasilannya
digabung dengan penghasilan suami, dengan syarat:
- Penghasilan istri tidak semata-mata diterima atau diperoleh dari satu
pemberi kerja yang telah dipotong pajak berdasarkan ketentuan dalam
UU PPh pasal 21, dan
- Pekerjaan istri tidak asda hubungannya dengan usaha atau pekerjaan
bebas suami atau anggota keluarga lain
4. Rp1.440.000,00 tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan
keluarga semenda dalam garis keturunan lurus satu derajat serta anak
angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya (maksimal 3 orang)
PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP)
Besarnya PTKP setahun yang berlaku 2005 adalah:
1. Rp 12.000.000,00 untuk diri WP orang pribadi
2. Rp 1.200.000,00 tambahan untuk WP yang kawin
3. Rp 1.200.000,00 tanbahan untuk seorang istri yang penghasilannya
digabung dengan penghasilan suami, dengan syarat:
- Penghasilan istri tidak semata-mata diterima atau diperoleh dari satu
pemberi kerja yang telah dipotong pajak berdasarkan ketentuan dalam
UU PPh pasal 21, dan
- Pekerjaan istri tidak asda hubungannya dengan usaha atau pekerjaan
bebas suami atau anggota keluarga lain
4. Rp1.200.000,00 tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan
keluarga semenda dalam garis keturunan lurus satu derajat serta anak
angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya (maksimal 3 orang)
Besarnya PTKP setahun yang berlaku 2006 adalah:
1. Rp 13.200.000,00 untuk diri WP orang pribadi
2. Rp 1.200.000,00 tambahan untuk WP yang kawin , anak mak 3
PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK
(PTKP)
Besarnya PTKP setahun yang berlaku 2009 adalah:
1. Rp 15.840.000,00 untuk diri WP orang pribadi
2. Rp 1.320.000,00 tambahan untuk WP yang kawin
3. Rp 15.840.000,00 tanbahan untuk seorang istri yang penghasilannya
digabung dengan penghasilan suami, dengan syarat:
- Penghasilan istri tidak semata-mata diterima atau diperoleh dari satu
pemberi kerja yang telah dipotong pajak berdasarkan ketentuan
dalam UU PPh pasal 21, dan
- Pekerjaan istri tidak asda hubungannya dengan usaha atau
pekerjaan bebas suami atau anggota keluarga lain
4. Rp1.320.000,00 tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah
dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus satu derajat serta
anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya (maksimal 3
orang)
Tarif Pajak Penghasilan (PPh) berdasarkan
pasal 17 UU PPh, untuk WP orang pribadi dalam
negeri
Lapisan Penghasilan
Kena Pajak
Tarif Pajak
Sampai dengan Rp25 juta 5 % (lima persen)
Di atas Rp25 juta s.d. Rp50
juta
10 % (sepuluh persen)
Di atas Rp50 Juta s.d.
Rp100 juta
15 % (lima belas persen)
Di atas Rp100 juta s.d.
Rp200 juta
25 % (dua puluh lima
persen)
Di atas Rp200 Juta 35 % (tiga puluh lima
persen)
Tarif Pajak Penghasilan (PPh) berdasarkan pasal
17 UU PPh, untuk WP orang pribadi dalam negeri
mulai th pajak 2009, berlaku ( 1 januari 2009 )
Lapisan PKP Tarif Pajak
 Sampai dengan Rp50 juta = 5 % (lima
persen)
 Di atas Rp50 juta s.d. Rp250 juta = 10 % (sepuluh
persen)
 Di atas Rp250 Juta s.d.Rp500 juta= 15 % (lima belas
persen)
 Di atas Rp500 juta = 30 % (tigapuluh
persen)
Tarif Pajak Penghasilan (PPh) berdasarkan pasal 17 UU
PPh, untuk WP badan dalam negeri dan Badan Usaha Tetap
(BUT) sampai tahun 2009
Lapisan Penghasilan Kena
Pajak
Tarif Pajak
Sampai dengan Rp50 juta 10 % (sepuluh persen)
Di atas Rp50 juta s.d. Rp100
Juta
15 % (lima belas persen)
Diatas Rp100 juta 30 % (tiga puluh persen)
Tarif Pajak
28 % (duapuluh delapan persen)
th 2009
25 % (duapuluh lima persen)
th 2010
Tarip Tunggal untuk …….Tarif Pajak Penghasilan (PPh) berdasarkan
pasal 17 UU PPh, untuk WP badan dalam negeri dan Badan Usaha Tetap
(BUT) sampai tahun 2009
CARA MENGHITUNG PAJAK PENGHASILAN (PPh):
Pajak Penghasilan (Wajib Pajak badan):
= Penghasilan Kena Pajak x tarif pasal 17
= Penghasilan netto x tarif pasal 17
= (Penghasilan bruto – biaya yang diperkenankan UU PPh)
x tarif pasal 17
Pajak Penghasilan (WP orang pribadi):
= Penghasilan Kena Pajak x tarif pasal 17
= (Penghasilan netto – PTKP) x tarif pasal 17
= [ (Penghasilan bruto – biaya yang diperkenankan UU PPh)
– PTKP ] x tarif pasal 17
CONTOH PENGHITUNGAN:
PT Kolor Ijo, sepanjang tahun 2003 mempunyai penghasilan kena pajak sebesar
Rp154.168.900,00. besarnya pajak penghasilan yang harus dibayar atau terutang
Oleh PT Kolor Ijo adalah:
PKP Rp154.168.000,00
PPh yang harus dibayar:
10% x Rp50 Juta Rp 5.000.000,00
15% x Rp50 juta Rp 7.000.000,00
30% x Rp54.168.000,00 Rp 16.250.000,00
Jumlah Rp 28.750.000,00
Gunawan pada tahun 2003 mempunyai PKP sebesar Rp54.168.975,00. Besarnya
PPh yang harus dibayar atau terutang oleh Gunawan adalah:
PKP Rp54.168.000,00
PPh yang harus dibayar:
5% x Rp25 Juta Rp1.250.000,00
10% x Rp25 Juta Rp2.500.000,00
15% x Rp4.168.000,00 Rp 625.200,00
Jumlah Rp4.375.200,00
PAJAK PENGHASILAN PASAL 21
 PPh Pasal 21 adalah Pajak Penghasilan yang
dipungut sehubungan dengan pekerjaan,
jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh WP
orang pribadi adalah pajak atas penghasilan
berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan,
dan pembayaran lain dengan nama dan
dalam bentuk apapun sehubungan dengan
pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan
WAJIB PAJAK PPh PASAL 21
 Pejabat Negara
 Pegawai Negeri Sipil (PNS)
 Pegawai
 PegawaiTetap
 Pegawai dengan status Wajib Pajak Luar Negeri
 Pegawai Lepas
 Penerima Pensiun
 Penerima Honorarium
 Penerima Upah
OBJEK PPh PASAL 21
 Gaji, uang pensiun bulanan, upah, honorarium, premi bulanan, uang
lembur, uang sokongan, uang tunggu, uang ganti rugi, tunjangan
istri, tunjangan anak, tunjangan kemahalan, tunjangan jabatan,
tunjangan khusus, tunjangan transfort, tunjangan pajak, tunjangan
iuran pensiun, tunjangan pendidikan anak, beasiswa, hadiah, premi
asuransi yang dibayar oleh pemberi kerja, dan penghasilan teratur
lainnya dengan nama apapun
 Jasprod, tantiem, gratifikasi, tunjangan cuti, tunjangan hari raya,
tunjangan tahun baru, bonus, premi tahunan, dan penghasilan
sejenis lainnya yang sifatnya tidak tetap dan biasanya dibayarkan
sekali dalam setahun
 Upah harian, upah mingguan, upah satuan, dan upah borongan
 Uang tebusan pensiun, uangTabungan HariTua atauTunjangan Hari
Tua (THT), uang pesangon, dan pembayaran lain sejenis
a. Honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan
dengan nama dan dalam bentuk apapun, komisi, bea
siswa, dan pembayaran lain sebagai imbalan
sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan yang
dilakukan oleh WP dalam negeri, misalnya pengacara,
arsitek, akuntan, dokter, pemain musik, pembawa acara,
penyanyi, pelawak, bintang film, olahragawan, pengajar,
penceramah, moderator, peneliti, pemberi jasa
komputer/elektronik/pemasaran, agen iklan, distributor
perusahaan MLM, dsb
b. Gaji, gaji kehormatan, tunjangan-tunjangan lain yang
terkait dengan gaji yang diterima oleh Pejabat negara
dan PNS
c. Uang pensiun dan tunjangan-tunjangan lain yang
sifatnya terkait dengan uang pensiun yang diterima oleh
pensiunan termasuk janda atau duda dan atau anak-
anaknya
d. Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan
lainnya dengan nama apapun yang diberikan oleh
BIAYA JABATAN
DAN BIAYA PENSIUN
 Biaya jabatan adalah biaya untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan yang
besarnya 5 % dari penghasilan bruto, setinggi-
tingginya Rp1.296.000,00 setahun atau
Rp108.000,00 sebulan
 Biaya pensiun adalah biaya untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara uang pensiun yang
besarnya 5 % dari penghasilan bruto berupa
uang pensiun setinggi-tingginya Rp432.000,00
setahun atau Rp36.000,00 sebulan
TARIF PAJAK DAN PENERAPANNYA
PPh pasal 21 = PKP x tarif ps 17 UU
PPh
Pegawai tetap, Penerima Pensiun
bulanan, Pegawai tidak tetap,
pemagang, dan calon pegawai,
Distributor MLM dan kegiatan sejenis
lainnya
PPh pasal 21 = PB x tarif ps 17 UU
PPh
Honorarium, uang saku, hadiah,
beasiswa, komisi, jasprod,tantiem,
gratifikasi, bonus, penarikan dana dari
dana pensiun
PPh pasal 21 = (PB x 50 %) x 15 % Pengacara, dokter, akuntan, arsitek,
konsultan, notaris, penilai, dan
aktuaris
PPh pasal 21 sehari = (PB sehari –
Rp24.000,00) x 5 %
Tarif sebesar 5% diterapkan atas upah
haria, upah mingguan, upah satuan,
upah borongan, dan uang saku harian
yang jumlahnya melebihi Rp24.000,00
sehari tetapi tidak melebihi
Rp240.000,00 dalam satu bulan
takwim dan atau tidak dibayarkan
secara bulanan
CARA MENGHITUNG
PPh PASAL 21
Cara menghitung PPh pasal 21 bulanan atas penghasilan teratur pegawai tetap:
1. Untuk menghitung PPh pasal 21 atas penghasilan pegawai tetap, terlebih dahulu
dicari penghasilan netto sebulan. Penghasilan netto sebulan diperoleh dengan cara
mengurangi penghasilan bruto dengan biaya jabatan, iuran pensiun, iuranTHT atau
Tunjangan HariTua yang dibayar oleh pegawai, kemudian disetahunkan
2. a. Untuk memperoleh penghasilan netto setahun penghasilan netto sebulan dikalikan
12
b. Dalam hal seorang pegawai tetap kewajiban pajak subjektifnya sebagai WP pajak
dalam negeri sudah ada sejak awal tahun, tetapi mulai bekerja setelah bulan Januari,
maka penghasilan netto yang disetahunkan tersebut dihitung dengan mengalikan
penghasilan netto sebulan dengan banyaknya bulan sejak pegawai yang
bersangkutan mulai bekerja s/d bln desember
c. Penghasilan netto yang disetahunkan pada huruf a atau b di atas, selanjutnya
dikurangi dengan PTKP untuk memperoleh Penghasilan Kena Pajak (PKP). Atas dasar
PKP tsb kemudian dihitung PPh pasal 21 setahun
d. Untuk memperoleh jumlah PPh pasal 21 sebulan. Jumlah PPh pasal 21 setahun atas
penghasilansebagaimana dimaksud pada huruf a dibagi dengan 12
e. Untuk memperoleh jumlah PPh Ps 21sebulan atas penghasilan sebagaimana
dimaksud pada huruf b, jumlah PPh ps 21 setahun dibagi dengan banyaknya bulan
pegawai ybs bekerja
3. a. Apabila pajak yang terutang oleh pemberi kerja
tidak didasarkan atas masa gaji sebulan, maka
untuk penghitungan PPh ps 21 jumlah penghasilan
tsb terlebih dahulu dijadikan penghasilan bulanan
dengan menggunakan faktor perkalian sbb: 1) gaji
utk masa seminggu dikalikan dengan 4, 2)Gaji utk
masa sehari dikalikan dengan 26.
b. Selanjutnya dilakukan penghitungan PPh ps 21
sebulan dengan cara seperti angka 2 di atas
c. PPh ps 21 atas penghasilan seminggu dihitung
berdasarkan PPh ps 21 sebulan pada huruf b dibagi
4, sedangkan PPh ps 21 atas penghasilan sehari
dihitung berdasarkan PPh ps 21 sebulan pada huruf
b dibagi 26
4. Jika kepada pegawai disamping dibayar gaji bulanan juga dibayar kenaikan gaji
yang berlaku surut (rapel), misalnya untuk 4 (empat) bulan, maka penghitungan
PPh ps 21 atas rapel tsb adalah sbb:
a. rapel dibagi dengan banyaknya bulan perolehan rapel tsb (dalam hal ini 4
bulan)
b. hasil pembagian rapel tsb ditambahkan pada gaji setiap bulan sebelum adanya
kenaikan gaji yang sudah dikenakan pemotongan PPh ps 21
c. PPh ps 21 atas gaji untuk bulan-bulan setelah ada kenaikan, dihitung kembali
atas dasar gaji baru setelah ada kenaikan
d. PPh ps 21 terutang atas tanbahan gaji untuk bulan-bulan dimaksud adalah
selisih antara jumlah pajak yang dihitung berdasarkan huruf c dikurangi jumlah
pajak yang telah dipotong berdasarkan huruf b
5. Apabila kepada pegawai disamping dibayar gaji yang didasarkan masa gaji kurang
dari satu bulan juga dibayar gaji lain mengenai masa yang lebih lama dari satu
bulan (rapel) seperti tersebut pada angka 4, maka cara penghitungan PPh ps 21-
nya adalah sesuai dengan yang telah ditetapkan pada angka 4 dengan
memperhatikan ketentuan pada angka 3
6. Pemotongan PPh ps 21 atas lembur dan penghasilan lain yang sejenis yang
diterima atau diperoleh pegawai bersamaan dengan gaji bulanannya, yaitu
dengan menggabungkannya pada gaji bulanannya
7. Penghitungan PPh ps 21 atas uang pensiun bulanan yang diterima atau
diperoleh penerima pensiun pada tahun pertama adalah sbb:
a. terlebih dahulu dihitung penghasilan netto sebulan yang diperoleh
dengan cara mengurangi penghasilan bruto dengan biaya pensiun,
kemudian dikalikan banyaknya bulan sejak pegawai yang bersangkutan
menerima pensiun s./d bln desember
b. penghasilan netto yang disetahunkan tsb ditambah dg penghasilan netto
dalam tahun ybs yang diterima atau diperoleh dari pemberi kerja
pegawai ybs pensiun sesuai dg yg tercantum dlm bukti pemotongan PPh
ps 21 sebelum pensiun
c. untuk menghitung PKP, jumlah penghasilan pada huruf b tsb dikurangi
dg PTKP, dan selanjutnya dihitung PPh ps 21 atas PKP tsb
d. PPh ps 21 atas uang pensiun dalam tahun ybs dihitung dengan cara
mengurangi PPh ps 21 pada huruf c dengan PPh ps 21 yang terutang
dari pemberi kerja sebelum pegawai ybs pensiun sesuai dengan yang
tercantum dalam bukti pemotongan PPh ps 21 sebelum pensiun
e. PPh ps 21 atas uang pensiun bulanan adalah sebesar PPh ps 21 seperti
tersebut pada huruf d dibagi dengan banyaknya bulan sebagaimana
pada huruf a
8. Penghitungan PPh ps 21 atas uang pensiun bulanan untuk tahun kedua
dan selanjutnya adalah sbb:
a. terlebih dahulu dihitung penghasilan netto sebulan yang diperoleh dg
cara mengurangi penghasilan bruto dengan biaya pensiun
b.selanjutnya PPh ps 21 dihitung dg cara seperti tsb pada angka 2 huruf
a, c, dan d
Cara menghitung PPh pasal 21 atas Penghasilan Tidak Teratur
1. Apabila kepada pegawai tetap diberikan jasa produksi, tantiem, gratifikasi,
bonus, premi, tunjangan hari raya, dan penghasilan lain semacam itu yang
sifatnya tidak tetap dan biasanya dibayarkan sekali setahun, maka PPh ps 21
dihitung dan dipotong dengan cara sbb:
a. dihitung PPh ps 21 atas penghasilan teratur yang disetahunkan ditambah
dengan penghasilan tidak teratur berupa tantiem, jasa produksi, dsb
b. dihitung PPh ps 21 atas penghasilan teratur yang disetahunkan tanpa
tantiem, jasa produksi, dsb
c. selisih antara PPh ps 21 menurut penghitungan huruf a dan huruf b adalah
PPh ps 21 atas penghasilan tidak teratur berupa tantiem, jasa produksi, dsb
2. Dalam hal penerimaan penghasilan tsb pada angka 1 adalah mantan pegawai,
maka PPh ps 21 dihitung dg cara menerapkan tarif pasal 17 UU PPh atas jumlah
PB
3. Untuk perusahaan yang masuk program jamsostek, premi asuransi kecelakaan
kerja, premi asuransi kematian yang dibayar oleh pemberi kerja merupakan
penghasilan bagi pegawai. Ketentuan sama diberlakukan juga bagi premi
asuransi kesehatan, , kecelakaan kerja, jiwa, dwiguna, dan asuransi bea siswa
yang dibayarkan oleh pemberi kerja untuk pegawai kepada perusahaan
asuransi lainnya. Dalam menghitung PPh ps 21, premi tsb digabungkan dg
penghasilan bruto yang dibayarkan oleh pemberi kerja kepada pegawai
4. Atas penarikan dana dari dana pensiun lembaga keuangan oleh peserta
program pensiun dipotong PPh ps 21 oleh dana pensiun lembaga keuangan ybs
dari jumlah bruto yang dibayarkan tanpa memperhatikan penghasilan lainnya
dari peserta ybs

More Related Content

Similar to slide-pengertian-perpajakan dan administrasi pajak.ppt

Matakuliah Perpajakan 1
Matakuliah Perpajakan 1Matakuliah Perpajakan 1
Matakuliah Perpajakan 1DWIASTUTYARFAH
 
Pajak & pengaruhnya terhadap perekonomian
Pajak & pengaruhnya terhadap perekonomianPajak & pengaruhnya terhadap perekonomian
Pajak & pengaruhnya terhadap perekonomianMulyana Natsir
 
Pengantar Perpajakan pertemuan I
Pengantar Perpajakan pertemuan IPengantar Perpajakan pertemuan I
Pengantar Perpajakan pertemuan Isischayank
 
Ekonomi Pajak Kelas 11 Kurikulum 2013
Ekonomi Pajak Kelas 11 Kurikulum 2013Ekonomi Pajak Kelas 11 Kurikulum 2013
Ekonomi Pajak Kelas 11 Kurikulum 2013Meyta Aini
 
Hukum Pajak Asas Dan Sistem Pemungutan Pajak
Hukum Pajak Asas Dan Sistem Pemungutan PajakHukum Pajak Asas Dan Sistem Pemungutan Pajak
Hukum Pajak Asas Dan Sistem Pemungutan Pajaksdmstiemuttaqien
 
Tugas mspp tentang pajak
Tugas mspp tentang pajakTugas mspp tentang pajak
Tugas mspp tentang pajakrhatnae23
 
Pengantar Perpajakan
Pengantar PerpajakanPengantar Perpajakan
Pengantar Perpajakaneryeryey
 
konsep dasar pajak
konsep dasar pajakkonsep dasar pajak
konsep dasar pajakYan Chen
 
perpajakan.ppt
perpajakan.pptperpajakan.ppt
perpajakan.pptlutfan2
 
P.1-DASAR-DASAR PERPAJAKAN-Heni.pptx
P.1-DASAR-DASAR PERPAJAKAN-Heni.pptxP.1-DASAR-DASAR PERPAJAKAN-Heni.pptx
P.1-DASAR-DASAR PERPAJAKAN-Heni.pptxHeniAgustina6
 
Dasar-dasar Perpajakan PPT-1.pptx
Dasar-dasar Perpajakan PPT-1.pptxDasar-dasar Perpajakan PPT-1.pptx
Dasar-dasar Perpajakan PPT-1.pptxRISMANURYANI2
 
Sistem Perpajakan Indonesia
Sistem Perpajakan IndonesiaSistem Perpajakan Indonesia
Sistem Perpajakan IndonesiaPutri Shafira
 
Tugas Ekonomi annez fathia Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12 ...
Tugas Ekonomi annez fathia  Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12 ...Tugas Ekonomi annez fathia  Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12 ...
Tugas Ekonomi annez fathia Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12 ...Annez Fathia
 
Tugas Ekonomi, Dhanny Deswita Maheswari, Ranti Pusriana, Perpajakan, SMAN 12 ...
Tugas Ekonomi, Dhanny Deswita Maheswari, Ranti Pusriana, Perpajakan, SMAN 12 ...Tugas Ekonomi, Dhanny Deswita Maheswari, Ranti Pusriana, Perpajakan, SMAN 12 ...
Tugas Ekonomi, Dhanny Deswita Maheswari, Ranti Pusriana, Perpajakan, SMAN 12 ...dhanny deswita
 
Tugas ekonomi,Enggar fajri hasti,Ranti,Perpajakan Indonesia,SMA 12 Tanggerang...
Tugas ekonomi,Enggar fajri hasti,Ranti,Perpajakan Indonesia,SMA 12 Tanggerang...Tugas ekonomi,Enggar fajri hasti,Ranti,Perpajakan Indonesia,SMA 12 Tanggerang...
Tugas ekonomi,Enggar fajri hasti,Ranti,Perpajakan Indonesia,SMA 12 Tanggerang...enggar fajri hasti
 
Tugas Ekonomi Rahma Naulita Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12...
Tugas Ekonomi Rahma Naulita  Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12...Tugas Ekonomi Rahma Naulita  Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12...
Tugas Ekonomi Rahma Naulita Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12...Rahma Naulita
 
Tugas Ekonomi Nanda Dwi Ferbiana Perpajakan 2017
Tugas Ekonomi Nanda Dwi Ferbiana Perpajakan 2017Tugas Ekonomi Nanda Dwi Ferbiana Perpajakan 2017
Tugas Ekonomi Nanda Dwi Ferbiana Perpajakan 2017Nanda Dwi Ferbiana
 

Similar to slide-pengertian-perpajakan dan administrasi pajak.ppt (20)

Matakuliah Perpajakan 1
Matakuliah Perpajakan 1Matakuliah Perpajakan 1
Matakuliah Perpajakan 1
 
Pajak & pengaruhnya terhadap perekonomian
Pajak & pengaruhnya terhadap perekonomianPajak & pengaruhnya terhadap perekonomian
Pajak & pengaruhnya terhadap perekonomian
 
Pengantar Perpajakan pertemuan I
Pengantar Perpajakan pertemuan IPengantar Perpajakan pertemuan I
Pengantar Perpajakan pertemuan I
 
Tm 2-jenis-asas-teori-syarat
Tm 2-jenis-asas-teori-syaratTm 2-jenis-asas-teori-syarat
Tm 2-jenis-asas-teori-syarat
 
Ekonomi Pajak Kelas 11 Kurikulum 2013
Ekonomi Pajak Kelas 11 Kurikulum 2013Ekonomi Pajak Kelas 11 Kurikulum 2013
Ekonomi Pajak Kelas 11 Kurikulum 2013
 
Hukum Pajak Asas Dan Sistem Pemungutan Pajak
Hukum Pajak Asas Dan Sistem Pemungutan PajakHukum Pajak Asas Dan Sistem Pemungutan Pajak
Hukum Pajak Asas Dan Sistem Pemungutan Pajak
 
perpajakan_1.pptx
perpajakan_1.pptxperpajakan_1.pptx
perpajakan_1.pptx
 
Tm 1-dasar-dasar perpajakan
Tm 1-dasar-dasar perpajakanTm 1-dasar-dasar perpajakan
Tm 1-dasar-dasar perpajakan
 
Tugas mspp tentang pajak
Tugas mspp tentang pajakTugas mspp tentang pajak
Tugas mspp tentang pajak
 
Pengantar Perpajakan
Pengantar PerpajakanPengantar Perpajakan
Pengantar Perpajakan
 
konsep dasar pajak
konsep dasar pajakkonsep dasar pajak
konsep dasar pajak
 
perpajakan.ppt
perpajakan.pptperpajakan.ppt
perpajakan.ppt
 
P.1-DASAR-DASAR PERPAJAKAN-Heni.pptx
P.1-DASAR-DASAR PERPAJAKAN-Heni.pptxP.1-DASAR-DASAR PERPAJAKAN-Heni.pptx
P.1-DASAR-DASAR PERPAJAKAN-Heni.pptx
 
Dasar-dasar Perpajakan PPT-1.pptx
Dasar-dasar Perpajakan PPT-1.pptxDasar-dasar Perpajakan PPT-1.pptx
Dasar-dasar Perpajakan PPT-1.pptx
 
Sistem Perpajakan Indonesia
Sistem Perpajakan IndonesiaSistem Perpajakan Indonesia
Sistem Perpajakan Indonesia
 
Tugas Ekonomi annez fathia Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12 ...
Tugas Ekonomi annez fathia  Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12 ...Tugas Ekonomi annez fathia  Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12 ...
Tugas Ekonomi annez fathia Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12 ...
 
Tugas Ekonomi, Dhanny Deswita Maheswari, Ranti Pusriana, Perpajakan, SMAN 12 ...
Tugas Ekonomi, Dhanny Deswita Maheswari, Ranti Pusriana, Perpajakan, SMAN 12 ...Tugas Ekonomi, Dhanny Deswita Maheswari, Ranti Pusriana, Perpajakan, SMAN 12 ...
Tugas Ekonomi, Dhanny Deswita Maheswari, Ranti Pusriana, Perpajakan, SMAN 12 ...
 
Tugas ekonomi,Enggar fajri hasti,Ranti,Perpajakan Indonesia,SMA 12 Tanggerang...
Tugas ekonomi,Enggar fajri hasti,Ranti,Perpajakan Indonesia,SMA 12 Tanggerang...Tugas ekonomi,Enggar fajri hasti,Ranti,Perpajakan Indonesia,SMA 12 Tanggerang...
Tugas ekonomi,Enggar fajri hasti,Ranti,Perpajakan Indonesia,SMA 12 Tanggerang...
 
Tugas Ekonomi Rahma Naulita Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12...
Tugas Ekonomi Rahma Naulita  Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12...Tugas Ekonomi Rahma Naulita  Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12...
Tugas Ekonomi Rahma Naulita Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12...
 
Tugas Ekonomi Nanda Dwi Ferbiana Perpajakan 2017
Tugas Ekonomi Nanda Dwi Ferbiana Perpajakan 2017Tugas Ekonomi Nanda Dwi Ferbiana Perpajakan 2017
Tugas Ekonomi Nanda Dwi Ferbiana Perpajakan 2017
 

Recently uploaded

Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfIndri117648
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 

Recently uploaded (20)

Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 

slide-pengertian-perpajakan dan administrasi pajak.ppt

  • 1. PENGERTIAN PAJAK  Pajak adalah iuran rakyat pada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.  Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan “surplusnya” digunakan untuk “public saving” yang merupakan sumber utama untuk membiayai “public investment”.
  • 2. UNSUR-UNSUR PAJAK 1. Iuran dari rakyat kepada negara 2. Berdasarkan undang-undang 3. Tanpa jasa timbal yang secara langsung dapat ditunjuk 4. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara
  • 3. FUNGSI PAJAK 1. FUNGSI BUDGETAIR--Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya. 2. FUNGSI REGULEREND--Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.
  • 4. SYARAT-SYARAT PEMUNGUTAN PAJAK  Syarat keadilan  Syarat yuridis  Syarat ekonomis  Syarat finansial  Sistem pemungutan harus sederhana
  • 5. TEORI PEMUNGUTAN PAJAK 1. TEORIASURANSI 2. TEORI KEPENTINGAN 3. TEORI DAYA PIKUL 4. TEORI BAKTI 5. TEORIASAS DAYA BELI
  • 6. PENGELOMPOKKAN PAJAK 1. Menurut golongannya: a. pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain, contoh PPh. b. PajakTidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain, contoh PPn 2. Menurut Sifatnya: a Pajak Subyektif, adalah pajak yang berpangkal pada subyeknya, yaitu dengan memperhatikan keadaan diri wajib pajak b. Pajak obyektif, adalah pajak yang berpangkal pada obyeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri wajib pajak 3. Menurut lembaga yang memungutnya: a. pajak pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pempus dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, contoh PPh, PPn, PPn-BM, PBB, Bea materai b. Pajak daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah, contoh PKB, BBNKB, Pajak Hotel dan Restoran, Pajak Penerangan Jalan dll
  • 7. KEDUDUKAN HUKUM PAJAK 1. Hukum perdata, mengatur hubungan antara satu individu dengan individu lainnya 2. Hukum publik, mengatur hubungan antara pemerintah dengan rakyatnya. Rinciannya: a. Hukum tata negara b. hukum tata usaha negara (hk admtif) c. hukum pajak d. hukum pidana
  • 8. Hukum Pajak Materiil dan Hukum Pajak Formil Hukum pajak mengatur hubungan antara pemerintah (fiscus) selaku pemungut pajak dengan rakyat sebagaiWajib Pajak.  Hukum pajak materiil, memuat norma2 yang menerangkan al keadaan, perbuatan, peristiwa hukum yang dikenai pajak (objek pajak), siapa yg dikebakan pajak (subjek pajak), berapa besar tarif, timbul dan nhapusnya utang pajak, dan hubungan hukum antara pemerintah danWP. Contoh: UU PPh  Hukum Pajak formil, memuat bentuk/tata cara untuk mewujudkan hukum materiil menjadi kenyataan (cara melaksanakan hukum pajak materiil). Hukum ini memuat: a. tata cara penyelenggaraan (prosedur) penetapan suatu utang pajak b. hak-hak fiskus c. kewajibanWP
  • 9. 10 Hukum Pajak MATERIIL FORMIL Mengatur materinya: • Subjek • Objek • Tarif Contoh: •UU No 17 Th 2000 (PPh) •UU No 18 Th 2000 (PPN) •UU No 12 Th 1994 (PBB) •UU No 20 Th 2000 (BPHTB) •UU No 13 Th 1985 (Bea Meterai) Mengatur acaranya: •Cara mendata •Cara menetapkan •Cara membayar •Cara melapor, dll Contoh: •UU No 16 Th 2000 (KUP) •UU No 19 Th 1997 (Penagihan pajak) Megatur Kewajiban dan Hak WAJIB PAJAK
  • 10. Kewajiban dan Hak Wajib Pajak  Kewajiban  Mendaftar  Potong/pungut  Setor  Lapor  Pembukuan 11 • Hak – Mencabut pendaftaran – Menunda penyampaian SPT – Membetulkan SPT – Menunda penyetoran – Pengajuan keberatan dan banding
  • 11. STELSEL PAJAK 1) Stelsel nyata – pengenaan pajak berdasarkan penghasilan yang sebenarnya diterima sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yaitu setelah penghasilan sesungguhnya diketahui. 2) Stelsel anggapan – pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh undang-undang. Misalnya: penghasilan suatu tahun dianggap sama dengantahun sebelumnya, sehingga pada awal tahun sudah dapat ditentukan besarnya pajak terutang untuk tahun berjalan 3) Stelsel campuran – awal tahun dihitung berdasar anggapan , akhir tahun disesuaikan dengan penghasilan sesungguhnya diterima. Apabila kurang,WP harus menambah atau apabila lebih dikembalikan.
  • 12. ASAS PEMUNGUTAN PAJAK 1. ASAS DOMISILI—negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan WP yang bertempat tinggal dlm wilayahnya, baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Asas ini berlakubagi WP dalam negeri. 2. ASAS SUMBER —negara berhak mengenakan pajak terhadap penghasilan yang bersumber dari wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggalWP. 3. ASAS KEBANGSAAN– pengenaan pajak didasarkan pada kebangsaan atau kewarganegaraan seseorang.
  • 13. SISTEM PEMUNGUTAN PAJAK 1. OFFICIAL ASSESSMENT SYSTEM – adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiscus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang olehWP 2. SELF ASSESSMENT SYSTEM – adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepadaWP untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang. 3. WITH HOLDING SYSTEM – adalah sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiscus dan bukanWP) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang olehWP.
  • 14. Timbul dan Hapusnya Utang Pajak  Ada dua ajaran timbulnya utang pajak: 1. Ajaran formil, utang pajak timbul karena dikeluarkannya Surat Ketetapan Pajak (SKP) oleh Fiskus. Ajaran ini diterapkan pada officialAssessment System 2. Ajaran materil, utang pajak timbul karena berlakunya undang- undang. Seseorang dikenai pajak karena suatu keadaan atau perbuatan. Ajaran ini diterapkan pada self assessment system  Hapusnya utang pajak dapat disebabkan beberapa hal: 1. Pembayaran 2. Kompensasi 3. Kadaluwarsa 4. Pembebasan dan penghapusan
  • 15. HAMBATAN-HAMBATAN PEMUNGUTAN PAJAK 1. PERLAWANAN FASIF --- sistem pemungutan pajak yang sulit dipahami masyarakat, krisis ekonomi. 2. PERLAWANANAKTIF ---WP sengaja menghindari pajak. a. Tax Avoidance, usaha meringankan beban pajak dengan tidak melanggar UU b. Tax Evasion, usaha meringankan beban pajak dengan cara melanggar UU
  • 16. JENIS TARIF PAJAK  Tarif Proporsional, tarif berupa persentase yang tetap terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang sebanding dengan besarnya nilai yang dikenai pajak  TarifTetap, tarif berupa jumlah yang tetap terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang tetap  Tarif Progresif, persentase yang digunakan semakin besar sesuai dengan jumlah yang dikenai pajak  Tarif Degresif, persentase tarif yang digunakan semakin kecil sesuai dengan bertambahnya jumlah yang dikenai pajak
  • 17. KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN Dasar Hukum: 1. UU No.6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum danTata Cara Perpajakan, UU No. 7 tentang Pajak Penghasilan (PPh), UU No. 8 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan pajak Penjualan atas barang Mewah 2. Perubahan oleh UU No. 9,10,11 tahun 1999 3.Terakhir perubahan oleh UU No. 16,17,18 tahun 2000
  • 18. PENGERTIAN-PENGERTIAN  Wajib Pajak (WP) adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan per-uu-an perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu  Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, BUMN/BUMD dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap, dan bentuk badan lainnya
  • 19. PAJAK PENGHASILAN UMUM  Dasar Hukum: UU No. 7Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan yang terakhir diubah oleh UU No. 17 tahun 2000  Undang-undang Pajak Penghasilan (PPh) mengatur pajak atas penghasilan (laba) yang diterima atau diperoleh orang pribadi maupun badan
  • 21. SUBJEK PAJAK DAN WAJIB PAJAK PENGHASILAN 1. a. Orang Pribadi b.Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak 2. Badan 3. Bentuk UsahaTetap
  • 22. OBJEK PPh  Objek PPH adalah penghasilan. Penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperolehWP, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah kekayaan WP ybs, dengan nama dan bentuk apapun
  • 23. Termasuk dalam pengertian penghasilan adalah: 1. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh (Gaji,Upah, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dlm bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain oleh UU) 2. Hadiah dan penghargaan 3. Laba usaha 4. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta (hibah, bantuan atau sumbangan) 5. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya 6. Bunga 7. Deviden 8. Royalti 9. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta 10. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala 11. Keuntungan karena pembebasan utang 12. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing 13. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva 14. Premi asuransi 15. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari WP yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas 16. Tambahan kekayaan netto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak
  • 24. DASAR PENGENAAN PAJAK  Penghasilan Kena Pajak (WP badan) = Penghasilan Netto  Penghasilan Kena Pajak (WP Orang Pribadi) = Penghasilan Netto - PTKP
  • 25. PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP) Besarnya PTKP setahun yang berlaku 2004 adalah: 1. Rp2.880.000,00 untuk diriWP orang pribadi 2. Rp1.440.000,00 tambahan untukWP yang kawin 3. Rp2.880.000,00 tanbahan untuk seorang istri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami, dengan syarat: - Penghasilan istri tidak semata-mata diterima atau diperoleh dari satu pemberi kerja yang telah dipotong pajak berdasarkan ketentuan dalam UU PPh pasal 21, dan - Pekerjaan istri tidak asda hubungannya dengan usaha atau pekerjaan bebas suami atau anggota keluarga lain 4. Rp1.440.000,00 tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus satu derajat serta anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya (maksimal 3 orang)
  • 26. PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP) Besarnya PTKP setahun yang berlaku 2005 adalah: 1. Rp 12.000.000,00 untuk diri WP orang pribadi 2. Rp 1.200.000,00 tambahan untuk WP yang kawin 3. Rp 1.200.000,00 tanbahan untuk seorang istri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami, dengan syarat: - Penghasilan istri tidak semata-mata diterima atau diperoleh dari satu pemberi kerja yang telah dipotong pajak berdasarkan ketentuan dalam UU PPh pasal 21, dan - Pekerjaan istri tidak asda hubungannya dengan usaha atau pekerjaan bebas suami atau anggota keluarga lain 4. Rp1.200.000,00 tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus satu derajat serta anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya (maksimal 3 orang) Besarnya PTKP setahun yang berlaku 2006 adalah: 1. Rp 13.200.000,00 untuk diri WP orang pribadi 2. Rp 1.200.000,00 tambahan untuk WP yang kawin , anak mak 3
  • 27. PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP) Besarnya PTKP setahun yang berlaku 2009 adalah: 1. Rp 15.840.000,00 untuk diri WP orang pribadi 2. Rp 1.320.000,00 tambahan untuk WP yang kawin 3. Rp 15.840.000,00 tanbahan untuk seorang istri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami, dengan syarat: - Penghasilan istri tidak semata-mata diterima atau diperoleh dari satu pemberi kerja yang telah dipotong pajak berdasarkan ketentuan dalam UU PPh pasal 21, dan - Pekerjaan istri tidak asda hubungannya dengan usaha atau pekerjaan bebas suami atau anggota keluarga lain 4. Rp1.320.000,00 tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus satu derajat serta anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya (maksimal 3 orang)
  • 28. Tarif Pajak Penghasilan (PPh) berdasarkan pasal 17 UU PPh, untuk WP orang pribadi dalam negeri Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak Sampai dengan Rp25 juta 5 % (lima persen) Di atas Rp25 juta s.d. Rp50 juta 10 % (sepuluh persen) Di atas Rp50 Juta s.d. Rp100 juta 15 % (lima belas persen) Di atas Rp100 juta s.d. Rp200 juta 25 % (dua puluh lima persen) Di atas Rp200 Juta 35 % (tiga puluh lima persen)
  • 29. Tarif Pajak Penghasilan (PPh) berdasarkan pasal 17 UU PPh, untuk WP orang pribadi dalam negeri mulai th pajak 2009, berlaku ( 1 januari 2009 ) Lapisan PKP Tarif Pajak  Sampai dengan Rp50 juta = 5 % (lima persen)  Di atas Rp50 juta s.d. Rp250 juta = 10 % (sepuluh persen)  Di atas Rp250 Juta s.d.Rp500 juta= 15 % (lima belas persen)  Di atas Rp500 juta = 30 % (tigapuluh persen)
  • 30. Tarif Pajak Penghasilan (PPh) berdasarkan pasal 17 UU PPh, untuk WP badan dalam negeri dan Badan Usaha Tetap (BUT) sampai tahun 2009 Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak Sampai dengan Rp50 juta 10 % (sepuluh persen) Di atas Rp50 juta s.d. Rp100 Juta 15 % (lima belas persen) Diatas Rp100 juta 30 % (tiga puluh persen)
  • 31. Tarif Pajak 28 % (duapuluh delapan persen) th 2009 25 % (duapuluh lima persen) th 2010 Tarip Tunggal untuk …….Tarif Pajak Penghasilan (PPh) berdasarkan pasal 17 UU PPh, untuk WP badan dalam negeri dan Badan Usaha Tetap (BUT) sampai tahun 2009
  • 32. CARA MENGHITUNG PAJAK PENGHASILAN (PPh): Pajak Penghasilan (Wajib Pajak badan): = Penghasilan Kena Pajak x tarif pasal 17 = Penghasilan netto x tarif pasal 17 = (Penghasilan bruto – biaya yang diperkenankan UU PPh) x tarif pasal 17 Pajak Penghasilan (WP orang pribadi): = Penghasilan Kena Pajak x tarif pasal 17 = (Penghasilan netto – PTKP) x tarif pasal 17 = [ (Penghasilan bruto – biaya yang diperkenankan UU PPh) – PTKP ] x tarif pasal 17
  • 33. CONTOH PENGHITUNGAN: PT Kolor Ijo, sepanjang tahun 2003 mempunyai penghasilan kena pajak sebesar Rp154.168.900,00. besarnya pajak penghasilan yang harus dibayar atau terutang Oleh PT Kolor Ijo adalah: PKP Rp154.168.000,00 PPh yang harus dibayar: 10% x Rp50 Juta Rp 5.000.000,00 15% x Rp50 juta Rp 7.000.000,00 30% x Rp54.168.000,00 Rp 16.250.000,00 Jumlah Rp 28.750.000,00 Gunawan pada tahun 2003 mempunyai PKP sebesar Rp54.168.975,00. Besarnya PPh yang harus dibayar atau terutang oleh Gunawan adalah: PKP Rp54.168.000,00 PPh yang harus dibayar: 5% x Rp25 Juta Rp1.250.000,00 10% x Rp25 Juta Rp2.500.000,00 15% x Rp4.168.000,00 Rp 625.200,00 Jumlah Rp4.375.200,00
  • 34. PAJAK PENGHASILAN PASAL 21  PPh Pasal 21 adalah Pajak Penghasilan yang dipungut sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh WP orang pribadi adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan
  • 35. WAJIB PAJAK PPh PASAL 21  Pejabat Negara  Pegawai Negeri Sipil (PNS)  Pegawai  PegawaiTetap  Pegawai dengan status Wajib Pajak Luar Negeri  Pegawai Lepas  Penerima Pensiun  Penerima Honorarium  Penerima Upah
  • 36. OBJEK PPh PASAL 21  Gaji, uang pensiun bulanan, upah, honorarium, premi bulanan, uang lembur, uang sokongan, uang tunggu, uang ganti rugi, tunjangan istri, tunjangan anak, tunjangan kemahalan, tunjangan jabatan, tunjangan khusus, tunjangan transfort, tunjangan pajak, tunjangan iuran pensiun, tunjangan pendidikan anak, beasiswa, hadiah, premi asuransi yang dibayar oleh pemberi kerja, dan penghasilan teratur lainnya dengan nama apapun  Jasprod, tantiem, gratifikasi, tunjangan cuti, tunjangan hari raya, tunjangan tahun baru, bonus, premi tahunan, dan penghasilan sejenis lainnya yang sifatnya tidak tetap dan biasanya dibayarkan sekali dalam setahun  Upah harian, upah mingguan, upah satuan, dan upah borongan  Uang tebusan pensiun, uangTabungan HariTua atauTunjangan Hari Tua (THT), uang pesangon, dan pembayaran lain sejenis
  • 37. a. Honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk apapun, komisi, bea siswa, dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan yang dilakukan oleh WP dalam negeri, misalnya pengacara, arsitek, akuntan, dokter, pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, olahragawan, pengajar, penceramah, moderator, peneliti, pemberi jasa komputer/elektronik/pemasaran, agen iklan, distributor perusahaan MLM, dsb b. Gaji, gaji kehormatan, tunjangan-tunjangan lain yang terkait dengan gaji yang diterima oleh Pejabat negara dan PNS c. Uang pensiun dan tunjangan-tunjangan lain yang sifatnya terkait dengan uang pensiun yang diterima oleh pensiunan termasuk janda atau duda dan atau anak- anaknya d. Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan lainnya dengan nama apapun yang diberikan oleh
  • 38. BIAYA JABATAN DAN BIAYA PENSIUN  Biaya jabatan adalah biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang besarnya 5 % dari penghasilan bruto, setinggi- tingginya Rp1.296.000,00 setahun atau Rp108.000,00 sebulan  Biaya pensiun adalah biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara uang pensiun yang besarnya 5 % dari penghasilan bruto berupa uang pensiun setinggi-tingginya Rp432.000,00 setahun atau Rp36.000,00 sebulan
  • 39. TARIF PAJAK DAN PENERAPANNYA PPh pasal 21 = PKP x tarif ps 17 UU PPh Pegawai tetap, Penerima Pensiun bulanan, Pegawai tidak tetap, pemagang, dan calon pegawai, Distributor MLM dan kegiatan sejenis lainnya PPh pasal 21 = PB x tarif ps 17 UU PPh Honorarium, uang saku, hadiah, beasiswa, komisi, jasprod,tantiem, gratifikasi, bonus, penarikan dana dari dana pensiun PPh pasal 21 = (PB x 50 %) x 15 % Pengacara, dokter, akuntan, arsitek, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris PPh pasal 21 sehari = (PB sehari – Rp24.000,00) x 5 % Tarif sebesar 5% diterapkan atas upah haria, upah mingguan, upah satuan, upah borongan, dan uang saku harian yang jumlahnya melebihi Rp24.000,00 sehari tetapi tidak melebihi Rp240.000,00 dalam satu bulan takwim dan atau tidak dibayarkan secara bulanan
  • 40. CARA MENGHITUNG PPh PASAL 21 Cara menghitung PPh pasal 21 bulanan atas penghasilan teratur pegawai tetap: 1. Untuk menghitung PPh pasal 21 atas penghasilan pegawai tetap, terlebih dahulu dicari penghasilan netto sebulan. Penghasilan netto sebulan diperoleh dengan cara mengurangi penghasilan bruto dengan biaya jabatan, iuran pensiun, iuranTHT atau Tunjangan HariTua yang dibayar oleh pegawai, kemudian disetahunkan 2. a. Untuk memperoleh penghasilan netto setahun penghasilan netto sebulan dikalikan 12 b. Dalam hal seorang pegawai tetap kewajiban pajak subjektifnya sebagai WP pajak dalam negeri sudah ada sejak awal tahun, tetapi mulai bekerja setelah bulan Januari, maka penghasilan netto yang disetahunkan tersebut dihitung dengan mengalikan penghasilan netto sebulan dengan banyaknya bulan sejak pegawai yang bersangkutan mulai bekerja s/d bln desember c. Penghasilan netto yang disetahunkan pada huruf a atau b di atas, selanjutnya dikurangi dengan PTKP untuk memperoleh Penghasilan Kena Pajak (PKP). Atas dasar PKP tsb kemudian dihitung PPh pasal 21 setahun d. Untuk memperoleh jumlah PPh pasal 21 sebulan. Jumlah PPh pasal 21 setahun atas penghasilansebagaimana dimaksud pada huruf a dibagi dengan 12 e. Untuk memperoleh jumlah PPh Ps 21sebulan atas penghasilan sebagaimana dimaksud pada huruf b, jumlah PPh ps 21 setahun dibagi dengan banyaknya bulan pegawai ybs bekerja
  • 41. 3. a. Apabila pajak yang terutang oleh pemberi kerja tidak didasarkan atas masa gaji sebulan, maka untuk penghitungan PPh ps 21 jumlah penghasilan tsb terlebih dahulu dijadikan penghasilan bulanan dengan menggunakan faktor perkalian sbb: 1) gaji utk masa seminggu dikalikan dengan 4, 2)Gaji utk masa sehari dikalikan dengan 26. b. Selanjutnya dilakukan penghitungan PPh ps 21 sebulan dengan cara seperti angka 2 di atas c. PPh ps 21 atas penghasilan seminggu dihitung berdasarkan PPh ps 21 sebulan pada huruf b dibagi 4, sedangkan PPh ps 21 atas penghasilan sehari dihitung berdasarkan PPh ps 21 sebulan pada huruf b dibagi 26
  • 42. 4. Jika kepada pegawai disamping dibayar gaji bulanan juga dibayar kenaikan gaji yang berlaku surut (rapel), misalnya untuk 4 (empat) bulan, maka penghitungan PPh ps 21 atas rapel tsb adalah sbb: a. rapel dibagi dengan banyaknya bulan perolehan rapel tsb (dalam hal ini 4 bulan) b. hasil pembagian rapel tsb ditambahkan pada gaji setiap bulan sebelum adanya kenaikan gaji yang sudah dikenakan pemotongan PPh ps 21 c. PPh ps 21 atas gaji untuk bulan-bulan setelah ada kenaikan, dihitung kembali atas dasar gaji baru setelah ada kenaikan d. PPh ps 21 terutang atas tanbahan gaji untuk bulan-bulan dimaksud adalah selisih antara jumlah pajak yang dihitung berdasarkan huruf c dikurangi jumlah pajak yang telah dipotong berdasarkan huruf b 5. Apabila kepada pegawai disamping dibayar gaji yang didasarkan masa gaji kurang dari satu bulan juga dibayar gaji lain mengenai masa yang lebih lama dari satu bulan (rapel) seperti tersebut pada angka 4, maka cara penghitungan PPh ps 21- nya adalah sesuai dengan yang telah ditetapkan pada angka 4 dengan memperhatikan ketentuan pada angka 3 6. Pemotongan PPh ps 21 atas lembur dan penghasilan lain yang sejenis yang diterima atau diperoleh pegawai bersamaan dengan gaji bulanannya, yaitu dengan menggabungkannya pada gaji bulanannya
  • 43. 7. Penghitungan PPh ps 21 atas uang pensiun bulanan yang diterima atau diperoleh penerima pensiun pada tahun pertama adalah sbb: a. terlebih dahulu dihitung penghasilan netto sebulan yang diperoleh dengan cara mengurangi penghasilan bruto dengan biaya pensiun, kemudian dikalikan banyaknya bulan sejak pegawai yang bersangkutan menerima pensiun s./d bln desember b. penghasilan netto yang disetahunkan tsb ditambah dg penghasilan netto dalam tahun ybs yang diterima atau diperoleh dari pemberi kerja pegawai ybs pensiun sesuai dg yg tercantum dlm bukti pemotongan PPh ps 21 sebelum pensiun c. untuk menghitung PKP, jumlah penghasilan pada huruf b tsb dikurangi dg PTKP, dan selanjutnya dihitung PPh ps 21 atas PKP tsb d. PPh ps 21 atas uang pensiun dalam tahun ybs dihitung dengan cara mengurangi PPh ps 21 pada huruf c dengan PPh ps 21 yang terutang dari pemberi kerja sebelum pegawai ybs pensiun sesuai dengan yang tercantum dalam bukti pemotongan PPh ps 21 sebelum pensiun e. PPh ps 21 atas uang pensiun bulanan adalah sebesar PPh ps 21 seperti tersebut pada huruf d dibagi dengan banyaknya bulan sebagaimana pada huruf a 8. Penghitungan PPh ps 21 atas uang pensiun bulanan untuk tahun kedua dan selanjutnya adalah sbb: a. terlebih dahulu dihitung penghasilan netto sebulan yang diperoleh dg cara mengurangi penghasilan bruto dengan biaya pensiun b.selanjutnya PPh ps 21 dihitung dg cara seperti tsb pada angka 2 huruf a, c, dan d
  • 44. Cara menghitung PPh pasal 21 atas Penghasilan Tidak Teratur 1. Apabila kepada pegawai tetap diberikan jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus, premi, tunjangan hari raya, dan penghasilan lain semacam itu yang sifatnya tidak tetap dan biasanya dibayarkan sekali setahun, maka PPh ps 21 dihitung dan dipotong dengan cara sbb: a. dihitung PPh ps 21 atas penghasilan teratur yang disetahunkan ditambah dengan penghasilan tidak teratur berupa tantiem, jasa produksi, dsb b. dihitung PPh ps 21 atas penghasilan teratur yang disetahunkan tanpa tantiem, jasa produksi, dsb c. selisih antara PPh ps 21 menurut penghitungan huruf a dan huruf b adalah PPh ps 21 atas penghasilan tidak teratur berupa tantiem, jasa produksi, dsb 2. Dalam hal penerimaan penghasilan tsb pada angka 1 adalah mantan pegawai, maka PPh ps 21 dihitung dg cara menerapkan tarif pasal 17 UU PPh atas jumlah PB 3. Untuk perusahaan yang masuk program jamsostek, premi asuransi kecelakaan kerja, premi asuransi kematian yang dibayar oleh pemberi kerja merupakan penghasilan bagi pegawai. Ketentuan sama diberlakukan juga bagi premi asuransi kesehatan, , kecelakaan kerja, jiwa, dwiguna, dan asuransi bea siswa yang dibayarkan oleh pemberi kerja untuk pegawai kepada perusahaan asuransi lainnya. Dalam menghitung PPh ps 21, premi tsb digabungkan dg penghasilan bruto yang dibayarkan oleh pemberi kerja kepada pegawai 4. Atas penarikan dana dari dana pensiun lembaga keuangan oleh peserta program pensiun dipotong PPh ps 21 oleh dana pensiun lembaga keuangan ybs dari jumlah bruto yang dibayarkan tanpa memperhatikan penghasilan lainnya dari peserta ybs