2. Kerajaan Medang Kamulan
Kerajaan Medang (atau sering juga
disebut Kerajaan Mataram Kuno atau
Kerajaan Mataram Hindu) adalah nama
sebuah kerajaan yang berdiri di Jawa Tengah
pada abad ke-8, kemudian berpindah ke Jawa
Timur pada abad ke-10.
3. Lokasi Kerajaan Medang Kamulan
Peta ini menampilkan dua periode Kerajaan Medang: Periode Jawa Tengah
dan Periode Jawa Timur.
7. Puncak Kejayaan
Antara tahun 1019-1028 M,Airlangga berusaha
mempersiapkan diri agar dapat menghadapi lawan-
lawan kerajaannya. Dengan persiapan yang cukup,
antara tahun 1028-1035 M, Airlangga berjuang
untuk mengembalikan kewibawaan kerajaan.
Airlangga menghadapi lawan-lawan yang cukup
kuat seperti Kerajaan Wurawari, Kerajaan
Wengker, dan Raja Futri dari selatan yang bernama
Rangda Indirah. Peperangan menghadapi Rangda
Indirah ini diceritakan melalui cerita yang berjudul
CalonArang.
Setelah Airlangga berhasil mengalahkan musuh-
musuhnya, ia mulai membangun kerajaan di segala
bidang kehidupan untuk kemakmuran rakyatnya.
Dalam waktu singkat Kerajaan Medang Kamulan
berhasil meningkatkan kesejahteraannya, keadaan
masyarakatnya stabil. Setelah tercapai kestabilan
dan kesejahteraan kerajaan, pada tahun 1042 M
RajaAirlangga memasuki masa kependetaan.
8. Sumber-sumber Sejarah
*Berita Asing
Berita asing tentang keberadaan
kerajaan Medang Kamulan di Jawa Timur
dapat diketahui melalui dari berita India
dan Cina
- Prasasti dari Mpu Sindok, dari Desa
Tangeran (daerah Jombang) tahun 933
- Prasasti Mpu Sindok dari daerah Bangil
- Prasasti Mpu Sindok dari Lor (dekat
Nganjuk) tahun 939 M
- Prasasti Calcuta, prasasti dari Raja
Airlangga
9. Kemunduran
Kerajaan Medang dibagi 2, maka terjadi perebutan antara dua kerajaan.
Dan akhirnya, dimenangkan oleh Kediri.Akhir kerajaan Medang diawali
dari keinginan Airlangga untuk mundur dari kerajaan dan menjadi
pertapa.
10. Pulang dari persembunyiannya Airlangga lalu menikahi seorang
putri dari Kerajaan Sriwijaya yaitu putri Sanggramawijaya.
Pernikahan politik itu dimanfaatkan sebaik mungkin. Diantaranya
yaitu untuk keamanan dan agar dia bisa leluasa membangun
kerajaannya. Pada masa tuanya Raja Airlangga akhir
mengundurkan diri sebagai raja dan memilih menjadi pertapa.Ia
bertapa dan mendalami agama Wisnhu di Gunung Penanggungan.
Putri Mahkota Raja Airlangga yaitu Sanggramawijaya
Tunggadewi (Prasassti Turun Hyang 1035) menolak menjadi raja
dan mengikuti jejak sang ayah menjadi pertapa. Akhirnya Raja
Airlangga membagi dua kerajaan yang di berikan pada dua
putranya dari selirnya.
Sri Samarawijaya berhak atas kerajaan sebelah barat di sebut
Kadiri dengan ibukota Daha. Dan untuk Mapanji Garasakan
menguasai kerajaan timur di sebut Janggala dengan ibukota
Kahuripan.