Kerajaan Kediri didirikan setelah Airlangga membelah kerajaannya menjadi Panjalu dan Jenggala. Panjalu kemudian berkembang menjadi Kerajaan Kediri. Kediri memiliki perekonomian yang makmur berdasarkan pertanian, perdagangan, dan peternakan. Masyarakat Kediri hidup sejahtera dengan berbagai kesenian yang maju. Kerajaan ini meninggalkan banyak prasasti dan karya sastra sebelum akhirnya
2. BERDIRINYA KERAJAAN KEDIRI
Pada tahun 1019 M Airlangga dinobatkan menjadi raja Medang Kamulan. Berkat jerih
payahnya , Medang Kamulan mencapai kejayaan dan kemakmuran. Menjelang akhir
hayatnya , Airlangga memutuskan untuk mundur dari pemerintahan dan menjadi
pertapa dengan sebutan Resi Gentayu. Airlangga meninggal pada tahun 1049 M.
Pewaris tahta kerajaan Medang Kamulan seharusnya seorang putri yaitu Sri
Sanggramawijaya yang lahir dari seorang permaisuri. Namun karena memilih menjadi
pertapa, tahta beralih pada putra Airlangga yang lahir dari selir. Pada akhir November
1042, Airlangga terpaksa membelah wilayah kerajaannya karena kedua putranya
bersaing memperebutkan takhta. Putra yang bernama Sri Samarawijaya mendapatkan
kerajaan barat bernama Panjalu yang berpusat di kota baru, yaitu Daha. Sedangkan
putra yang bernama Mapanji Garasakan mendapatkan kerajaan timur bernama
Janggala yang berpusat di kota lama, yaitu Kahuripan. Pada awalnya perang saudara
tersebut, dimenangkan oleh Jenggala tetapi pada perkembangan selanjutnya
Panjalu/Kediri yang memenangkan peperangan dan menguasai seluruh tahta Airlangga.
Dengan demikian di Jawa Timur berdirilah kerajaan Kediri dimana bukti-bukti yang
menjelaskan kerajaan tersebut.
3. Perkembangan Kerajaan Kediri
Dalam perkembangannya Kerajaan Kediri yang beribukota Daha tumbuh menjadi
besar, sedangkan Kerajaan Jenggala semakin tenggelam. Diduga Kerajaan Jenggala
ditaklukkan oleh Kediri. Akan tetapi hilangnya jejak Jenggala mungkin juga disebabkan
oleh tidak adanya prasasti yang ditinggalkan atau belum ditemukannya prasasti yang
ditinggalkan Kerajaan Jenggala. Kejayaan Kerajaan Kediri sempat jatuh ketika Raja
Kertajaya (1185-1222) berselisih dengan golongan pendeta. Keadaan ini dimanfaatkan
oleh Awuku Tumapel Tunggul Ametung.
Namun kemudian kedudukannya direbut oleh Ken Arok. Diatas bekas Kerajaan Kediri
inilah Ken Arok kemudian mendirikan Kerajaan Singasari, dan Kediri berada di bawah
kekuasaan Singasari. Ketika Singasari berada di bawah pemerintahan Kertanegara (1268
– 1292), terjadilah pergolakan di dalam kerajaan. Jayakatwang, raja Kediri yang selama
ini tunduk kepada Singasari bergabung dengan Bupati Sumenep (Madura) untuk
menjatuhkan Kertanegara. Akhirnya pada tahun 1292 Jayakatwang berhasil
mengalahkan Kertanegara dan membangun kembali kejayaan Kerajaan Kediri.
4. Perkembangan Politik
Mapanji Garasakan memerintah tidak lama. Ia digantikan Raja Mapanji
Alanjung (1052 – 1059 M). Mapanji Alanjung kemudian diganti lagi oleh
Sri Maharaja Samarotsaha. Pertempuran yang terus menerus antara
Jenggala dan Panjalu menyebabkan selama 60 tahun tidak ada berita yang
jelas mengenai kedua kerajaan tersebut hingga munculnya nama Raja
Bameswara (1116 – 1135 M) dari Kediri.
Pada masa itu ibu kota Panjalu telah dipindahkan dari Daha ke Kediri
sehingga kerajaan ini lebih dikenal dengan nama Kerajaan Kediri. Raja
Bameswara menggunakan lencana kerajaan berupa tengkorak bertaring di
atas bulan sabit yang biasa disebut Candrakapala. Setelah Bameswara
turun takhta, ia digantikan Jayabaya yang dalam masa pemerintahannya
itu berhasil mengalahkan Jenggala.
5. Perkembangan Ekonomi
Perekonomian
Kediri
bersumber
atas
usaha
perdagangan, peternakan, dan pertanian. Kediri terkenal
sebagai penghasil beras, kapas dan ulat sutra. Dengan demikian
dipandang dari aspek ekonomi, kerajaan Kediri cukup
makmur. Hal ini terlihat dari kemampuan kerajaan
memberikan penghasilan tetap kepada para pegawainya dibayar
dengan hasil bumi. Keterangan ini diperoleh berdasarkan kitab
Chi-Fan-Chi dan kitab Ling-wai-tai-ta.
6. Perkembangan Sosial
Kehidupan sosial masyarakat Kediri cukup baik karena kesejahteraan rakyat meningkat
masyarakat hidup tenang, hal ini terlihat dari rumah-rumah rakyatnya yang
baik, bersih, dan rapi, dan berlantai ubin yang berwarna kuning, dan hijau serta orangorang Kediri telah memakai kain sampai di bawah lutut. Dengan kehidupan
masyarakatnya yang aman dan damai maka seni dapat berkembang antara lain
kesusastraan yang paling maju adalah seni sastra. Hal ini terlihat dari banyaknya hasil
sastra yang dapat Anda ketahui sampai sekarang.
Hasil sastra tersebut, selain seperti yang telah dijelaskan pada uraian materi sebelumnya
juga masih banyak kitab sastra yang lain yaitu seperti kitab Hariwangsa dan
Gatotkacasraya yang ditulis Mpu Panuluh pada masa Jayabaya, kitab Simaradahana
karya Mpu Darmaja, kitab Lubdaka dan Wertasancaya karya Mpu Tan Akung, kitab
Kresnayana karya Mpu Triguna dan kitab Sumanasantaka karya Mpu Monaguna.
Semuanya itu dihasilkan pada masa pemerintahan Kameswara.
7. Golongan-golongan Dalam Masyarakat Kediri
1. Golongan
masyarakat pusat (kerajaan)
yaitu masyarakat yang terdapat dalam lingkungan raja dan beberapa
kaum kerabatnya serta kelompok pelayannya.
2. Golongan masyarakat thani (daerah)
yaitu golongan masyarakat yang terdiri atas para pejabat atau petugas
pemerintahan di wilayah thani (daerah).
3. Golongan masyarakat non pemerintah
yaitu golongan masyarakat yang tidak mempunyai kedudukan dan
hubungan dengan pemerintah secara resmi atau masyarakat wiraswasta.
Kediri memiliki 300 lebih pejabat yang bertugas mengurus dan mencatat
semua penghasilan kerajaan. Di samping itu, ada 1.000 pegawai
rendahan
yang
bertugas
mengurusi
benteng
dan
parit
kota, perbendaharaan kerajaan, dan gedung persediaan makanan.
8. Raja – raja pada masa kerajaan Kediri
1. Shri Jayawarsa Digjaya Shastraprabhu
2. Kameshwara
3. Jayabaya
4. Prabu Sarwaswera
5. Prabu Kroncharyadipa
6. Srengga Kertajaya
7. Kertajaya
9. Pasasti-prasasti peninggalan Kerajaan Kediri
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
Prasasti Banjaran
Prasasti Hantang
Prasasti Jepun
Candi Penataran
Arca Buddha Vajrasattva
Prasasti Kamulan
Prasasti Jaring
Candi Tuban
Prasasti Panumbangan
Prasasti Talan
11. Prasasti Hantang
Tahun 1135 atau 1052 M
menjelaskan Panjalu atau Kadiri
pada masa Raja Jayabaya.Pada
prasasti ini terdapat semboyan
Panjalu Jayati yang artinya Kadiri
Menang.Prasasti ini di keluarkan
sebagai piagam pengesahan
anugerah untuk penduduk Desa
Ngantang yang setia pada Kadiri
selama perang dengan
Jenggala.Dan dari Prasasti tersebut
dapat di ketahui kalau Raja
Jayabhaya adalah raja yang berhasil
mengalahkan Janggala dan
mempersatukannya kembali
dengan Kadiri.
13. Candi Penataran
Candi termegah dan terluas di Jawa
Timur ini terletak di lereng barat daya
Gunung Kelud, di sebelah utara
Blitar, pada ketinggian 450 meter dpl.
Dari prasasti yang tersimpan di bagian
candi diperkirakan candi ini dibangun
pada masa Raja Srengga dari Kerajaan
Kediri sekitar tahun 1200 Masehi dan
berlanjut digunakan sampai masa
pemerintahan Wikramawardhana, Raja
Kerajaan Majapahit sekitar tahun 1415.
14. Arca Buddha Vajrasattva
Arca Buddha Vajrasattva ini berasal
dari zaman Kerajaan Kediri (abad
X/XI). Dan sekarang merupakan
Koleksi Museum für Indische
Kunst, Berlin-Dahlem, Jerman.
15. Prasasti Kamulan
Prasasti Kamulan ini berada di Desa
Kamulan, Trenggalek, Jawa Timur.
Prasasti ini dibuat dan dikeluarkan
pada masa pemerintahan Raja
Kertajaya, pada tahun 1194 Masehi,
atau 1116 Caka. Melalui prasasti ini
disebutkan bahwa hari jadi dari
Kabupaten Trenggalek sendiri
tepatnya pada hari Rabu Kliwon,
tanggal 31 Agustus 1194.
16. Prasasti Jaring
Prasasti Jaring yang bertanggal 19
November 1181. Isinya berupa
pengabulan permohonan penduduk
desa Jaring melalui Senapati Sarwajala
tentang anugerah raja sebelumnya
yang belum terwujud.Dalam prasasti
tersebut diketahui adanya nama-nama
hewan untuk pertama kalinya dipakai
sebagai nama depan para pejabat
Kadiri, misalnya Menjangan Puguh,
Lembu Agra, dan Macan Kuning.
17. Candi Tuban
Massa pun beralih ke Candi
Tuban, dinamakan demikian karena
candi ini terletak di Dukuh
Tuban, Desa Domasan, Kecamatan
Kalidawir, Kabupaten Tulungagung.
Candi ini terletak sekitar 500 meter
dari Candi Mirigambar. Candi Tuban
sendiri hanya tersisa kaki candinya.
Setelah dirusak, candi ini dipendam
dan kini diatas candi telah berdiri
kandang kambing, ayam dan bebek.
18. Candi Panumbangan
Pada tanggal 2 Agustus 1120
Maharaja Bameswara mengeluarkan
prasasti Panumbangan tentang
permohonan penduduk desa
Panumbangan agar piagam mereka
yang tertulis di atas daun lontar ditulis
ulang di atas batu. Prasasti tersebut
berisi penetapan desa Panumbangan
sebagai sima swatantra oleh raja
sebelumnya yang dimakamkan di
Gajapada. Raja sebelumnya yang
dimaksud dalam prasasti ini
diperkirakan adalah Sri Jayawarsa.
19. Prasasti Talan
Prasasti Talan/ Munggut terletak di Dusun Gurit, Kabupaten Blitar.
Prasasti ini berangka tahun 1058 Saka (1136 Masehi). Cap prasasti ini
adalah berbentuk Garudhamukalancana pada bagian atas prasasti
dalam bentuk badan manusia dengan kepala burung garuda serta
bersayap. Isi prasasti ini berkenaan dengan anugerah sima kepada
Desa Talan yang masuk wilayah Panumbangan memperlihatkan
prasasti diatas daun lontar dengan cap kerajaan Garudamukha yang
telah mereka terima dari Bhatara Guru pada tahun 961 Saka (27
Januari 1040 Masehi) dan menetapkan Desa Talan sewilayahnya
sebagai sima yang bebas dari kewajiban iuran pajak sehingga mereka
memohon agar prasasti tersebut dipindahkan diatas batu dengan cap
kerajaan Narasingha.
Raja Jayabhaya mengabulkan permintaan warga Talan karena
kesetiaan yang amat sangat terhadap raja dan menambah anugerah
berupa berbagai macam hak istimewa.
20. Karya sastra peninggalan Kerajaan Kediri
a. Kakawin Bharatayudha yang ditulis oleh Empu Sedah dan Empu Panuluh.
Isinya memperingati kemenangan Janggala atas Panjalu semasa raja Jayabaya.
b. Kitab Kresnayana karangan Empu Triguna Isinya menceritakan riwayat Kresna.
Ia dikenal sebagai seorang anak yang nakal, tetapi sangat dikasihani oleh setiap
orang karena ia suka menolong. Selain itu, ia mempunyai kesaktian yang luar
biasa. Setelah dewasa ia kawin dengan Dewi Rukmini.
c. Kitab Sumarasantaka karangan Empu Monaguna Isinya menceritakan bidadari
Harini yang kena kutuk kemudian menjelma menjadi seorang putri. Ketika masa
kutukannya habis, ia kembali lagi ke kahyangan.
d. Kitab Hariwangsa dan Gatotkacasraya ditulis oleh Empu Panuluh
Isinya, menceritakan tentang perkawinan antara Kresna dengan Dewi Rukmini.
e. Kitab Smaradhahana, karya Empu Dharmaja
f. Kitab Lubdaka dan Kitab Wrtasancaya, karya Empu Tan Akung.
21. Runtuhnya Kerajaan Kediri
Runtuhnya kerajaan Kediri dikarenakan pada masa pemerintahan
Kertajaya , terjadi pertentangan dengan kaum Brahmana. Mereka
menggangap Kertajaya telah melanggar agama dan memaksa
meyembahnya sebagai dewa. Kemudian kaum Brahmana meminta
perlindungan Ken Arok , akuwu Tumapel. Perseteruan memuncak
menjadi pertempuran di desa Ganter, pada tahun 1222 M. Dalam
pertempuarn itu Ken Arok dapat mengalahkan Kertajaya, pada masa itu
menandai berakhirnya kerajaan Kediri.
Setelah Ken Arok mengalahkan Kertajaya, Kadiri menjadi suatu wilayah
dibawah kekuasaan Singhasari.
22. P.E.N.U.T.U.P
Banyak berharap guru pembimbing yang budiman memberikan kritik dan saran
yang membangun kepada penulis demi sempurnanya tugas ini dan penulisan tugas
di kesempatan-kesempatan Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi
yang menjadi pokok bahasan dalam tugas ini, tentunya masih banyak kekurangan
dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan tugas ini.
Penulis berikutnya. Semoga tugas ini bisa memberikan nilai yang dapat memenuhi
kriteria ketentuan minimal.
Sekian & Terimakasih