2. DAFTAR ISI
Letak
Corak Dan Tahun Berdirinya
Sumber Sejarah
Kehidupan Sosial
Golongan Golongan Masyarakat
Kehidupan Ekonomi
Kehidupan Politik
Raja-raja
Peninggalan
Runtuhnya Kediri
Hal Unik
Referensi
3. LETAK
Kerajaan
Kediri atau Panjalu,
adalah sebuah
kerajaan yang
terdapat di Jawa
Timur antara tahun
1042-1222. Kerajaan
ini berpusat di
kota Daha, yang
terletak di sekitar kota
Kediri sekarang.
4. CORAK DAN TAHUN
BERDIRINYA
Kerajaan kediri bercorakkan hindu-budha dan
berdiri pada abad ke-12, kerajaan ini
merupakan bagian dari kerajaan mataram
kuno
5. Sumber Sejarah
Prasasti
o Prasasti Sirah Keting (1104
M),
o Prasasti yang ditemukan di
Tulungagung dan Kertosono o Prasasti Ngantang
o Prasasti Jaring (1181 M)
o Prasasti Kamulan (1194
M),
6. Sumber Sejarah
Berita Asing
Berita asing tentang
Kerajaan Kediri sebagian
besar diperoleh dari
berita Cina. Berita Cina ini
merupakan kumpulan
cerita dari para pedagang
Cina yang melakukan
kegiatan perdagangan di
Kerajaan Kediri.
Seperti Kronik Cina
bernama Chu fan Chi
karangan Chu ju kua
(1220 M). Buku ini banyak
mengambil cerita dari
buku Ling wai tai ta (1778
M) karangan Chu ik fei.
Kedua buku ini
menerangkan keadaan
Kerajaan Kediri pada
abad ke-12 dan ke-13M.
7. KEHIDUPAN SOSIAL KERAJAAN KEDIRI
Kehidupan sosial kemasyarakatan Kerajaan Kediri terdapat dalam kitab Ling-Wai-Tai-Ta
yang disusun oleh Chou Ku-Fei pada tahun 1178 M.
Kehidupan sosial masyarakat Kediri cukup baik karena kesejahteraan rakyat meningkat
masyarakat hidup tenang, hal ini terlihat dari rumah-rumah rakyatnya yang baik, bersih,
dan rapi, dan berlantai ubin yang berwarna kuning, dan hijau serta orang-orang Kediri
telah memakai kain sampai di bawah lutut. Dengan kehidupan masyarakatnya yang aman
dan damai maka seni dapat berkembang antara lain kesasastraan yang paling maju adalah
seni sastra.
Contoh karya sastra kerajaan kediri :
• kitab Hariwangsa dan Gatotkacasraya (Mpu Panuluh)
• kitab Simaradahana (Mpu Darmaja)
• kitab Lubdaka dan Wertasancaya (Mpu Tan Akung)
• kitab Kresnayana (Mpu Triguna)
• kitab Sumanasantaka (Mpu Monagun)
8. GOLONGAN GOLONGAN DALAM
MASYARAKAT KEDIRI
a. Golongan masyarakat pusat (kerajaan),
yaitu masyarakat yang terdapat dalam lingkungan raja
dan beberapa kaum kerabatnya serta kelompok pelayannya.
b. Golongan masyarakat thani (daerah),
yaitu golongan masyarakat yang terdiri atas para pejabat
atau petugas pemerintahan di wilayah thani (daerah).
C. Golongan masyarakat non pemerintah,
yaitu golongan masyarakat yang tidak mempunyai
kedudukan dan hubungan dengan pemerintah
secara resmi atau masyarakat wiraswasta.
9. KONDISI EKONOMI KERAJAAN
KEDIRI
Perekonomian Kediri bersumber atas usaha
perdagangan, peternakan, dan pertanian. Kediri terkenal
sebagai penghasil beras, kapas dan ulat sutra. Dengan
demikian dipandang dari aspek ekonomi, kerajaan Kediri
cukup makmur. Hal ini terlihat dari kemampuan kerajaan
memberikan penghasilan tetap kepada para pegawainya
dibayar dengan hasil bumi. Keterangan ini diperoleh
berdasarkan kitab Chi-Fan-Chi dan kitab Ling-wai-tai-ta.
10. KEHIDUPAN POLITIK KERAJAAN
KEDIRI
Mapanji Garasakan memerintah tidak lama. Ia digantikan Raja Mapanji
Alanjung (1052 – 1059 M). Mapanji Alanjung kemudian diganti lagi oleh Sri
Maharaja Samarotsaha. Pertempuran yang terus menerus antara Jenggala dan
Panjalu menyebabkan selama 60 tahun tidak ada berita yang jelas mengenai kedua
kerajaan tersebut hingga munculnya nama Raja Bameswara (1116 – 1135 M) dari
Kediri.
Pada masa itu ibu kota Panjalu telah dipindahkan dari Daha ke Kediri sehingga
kerajaan ini lebih dikenal dengan nama Kerajaan Kediri. Raja Bameswara
menggunakan lencana kerajaan berupa tengkorak bertaring di atas bulan sabit yang
biasa disebut Candrakapala.
Setelah Bameswara turun takhta, ia digantikan Jayabaya yang dalam masa
pemerintahannya itu berhasil mengalahkan Jenggala. Berturut-turut raja-raja Kediri
sejak Jayabaya sebagai berikut.
11. Raja-Raja
1. Raja Jayabaya (1135 M – 1159 M)
Raja Jayabaya menggunakan lencana
kerajaan berupa lencana
Narasingha. Kemenangannya atas
peperangan melawan Jenggala
diperingatinya dengan
memerintahkan Mpu Sedah
menggubah
kakawin Bharatayudha. Karena
Mpu Sedah tidak sanggup
menyelesaikan kakawin tersebut,
Mpu Panuluh melanjutkan dan
menyelesaikannya pada tahun
1157 M. Pada masa
pemerintahannya ini, Kediri
mencapai puncak kejayaan.
2. Raja Saweswara (1159 – 1169 M)
Pengganti Jayabaya adalah Raja
Saweswara. Tidak banyak
yang diketahui mengenai raja
ini sebab terbatasnya
peninggalan yang ditemukan.
Ia memakai lencana kerajaan
berupa Ganesha.
12. Raja-Raja
3. Raja Kameswara (1182 – 1185 M)
Setelah beberapa waktu, tidak ada
berita yang jelas mengenai raja
Kediri akhirnya muncul
Kameswara. Pada masa
pemerintahannya ini ditulis
kitab Kakawin Smaradahana
oleh Mpu Darmaja yang berisi
pemujaan terhadap raja, serta
kitab Lubdaka dan
Wretasancaya yang ditulis oleh
Mpu Tan Alung. Kitab Lubdaka
bercerita tentang seorang
pemburu yang akhirnya masuk
surga dan Wretasancaya berisi
petunjuk mempelajari tembang
Jawa Kuno
Raja Kertajaya (1185 – 1222 M)
Pada masa pemerintahan
Kertajaya, terjadi pertentangan
antara para brahmana dan Raja
Kertajaya. Hal ini terjadi karena
para brahmana menolak
menyembah raja yang
menganggap dirinya sebagai
dewa. Para brahmana lalu
meminta perlindungan pada
Ken Arok. Kesempatan ini
digunakan Ken Arok untuk
memberontak terhadap
Kertajaya. Pada tahun 1222 M
terjadi pertempuran hebat di
Ganter dan Ken Arok berhasil
mengalahkan Kertajaya.
13. Peninggalan
1. Candi Penataran
• Candi termegah dan terluas di Jawa Timur ini terletak di
lereng barat daya Gunung Kelud, di sebelah utara Blitar,
pada ketinggian 450 meter dpl. Dari prasasti yang tersimpan
di bagian candi diperkirakan candi ini dibangun pada masa
Raja Srengga dari Kerajaan Kediri sekitar tahun 1200 Masehi
dan berlanjut digunakan sampai masa pemerintahan
Wikramawardhana, Raja Kerajaan Majapahit sekitar tahun
1415
2. Archa Buddha Vajrasattva
Arca Buddha Vajrasattva ini
berasal dari zaman Kerajaan
Kediri (abad 10/11). Dan
sekarang merupakan Koleksi
Museum für Indische Kunst,
Berlin-Dahlem, Jerman.
14. 3. Prasasti Kamulan
Prasasti Kamulan ini berada di Desa
Kamulan, Trenggalek, Jawa Timur.
Prasasti ini dibuat dan dikeluarkan
pada masa pemerintahan Raja
Kertajaya, pada tahun 1194 Masehi,
atau 1116 Caka. Melalui prasasti ini
disebutkan bahwa hari jadi dari
Kabupaten Trenggalek sendiri tepatnya
pada hari Rabu Kliwon, tanggal 31
Agustus 1194.
4. Prasasti Jaring
Prasasti Kamulan ini berada di Desa
Kamulan, Trenggalek, Jawa Timur.
Prasasti ini dibuat dan dikeluarkan pada
masa pemerintahan Raja Kertajaya,
pada tahun 1194 Masehi, atau 1116
Caka. Melalui prasasti ini disebutkan
bahwa hari jadi dari Kabupaten
Trenggalek sendiri tepatnya pada hari
Rabu Kliwon, tanggal 31 Agustus 1194.
15. RUNTUHNYA KEDIRI
Runtuhnya kerajaan Kediri dikarenakan pada masa pemerintahan Kertajaya ,
terjadi pertentangan dengan kaum Brahmana. Mereka menggangap Kertajaya telah
melanggar agama dan memaksa meyembahnya sebagai dewa. Kemudian kaum Brahmana
meminta perlindungan Ken Arok , akuwu Tumapel. Perseteruan memuncak menjadi
pertempuran di desa Ganter, pada tahun 1222 M. Dalam pertempuarn itu Ken Arok dapat
mengalahkan Kertajaya, pada masa itu menandai berakhirnya kerajaan Kediri.
Setelah berhasil mengalahkan Kertanegara, Kerajaan Kediri bangkit kembali di
bawah pemerintahan Jayakatwang. Salah seorang pemimpin pasukan Singasari, Raden
Wijaya, berhasil meloloskan diri ke Madura. Karena perilakunya yang baik, Jayakatwang
memperbolehkan Raden Wijaya untuk membuka Hutan Tarik sebagai daerah tempat
tinggalnya. Pada tahun 1293, datang tentara Mongol yang dikirim oleh Kaisar Kubilai Khan
untuk membalas dendam terhadap Kertanegara. Keadaan ini dimanfaatkan Raden Wijaya
untuk menyerang Jayakatwang. Ia bekerjasama dengan tentara Mongol dan pasukan
Madura di bawah pimpinan Arya Wiraraja untuk menggempur Kediri. Dalam perang
tersebut pasukan Jayakatwang mudah dikalahkan. Setelah itu tidak ada lagi berita tentang
Kerajaan Kediri.
16. HAL UNIK
-Terjadinya pertentangan karena kertajaya melanggar kaum
brahmana untuk beragama dan menyembahnya sebagai dewa
-Raja Jayabaya terkenal bisa meramal (ahli nujum). Dalam
ramalannya, Jayabaya meramalkan akan munculnya ratu adil yang
akan memerintah Indonesia.