Dokumen tersebut merangkum rumus-rumus dasar fisika SMA yang meliputi besaran dan satuan fisika, vektor, kelajuan dan kecepatan, perlajuan dan percepatan, gerak lurus beraturan dan berubah beraturan, gerak jatuh bebas, gerak vertikal ke atas, dinamika gerak lurus, gaya normal dan gaya gesek, katrol tetap, gerak parabola, gerak melingkar beraturan, paduan gerak melingkar beraturan, gaya gravitasi, us
1. Dokumen ini berisi informasi penting tentang rumus dan satuan dalam fisika, seperti massa jenis, pemuaian panjang zat padat, kalor, gerak lurus, gaya, tekanan zat padat dan cair, tekanan gas, energi potensial dan kinetik, pesawat sederhana, getaran, bunyi, cahaya, alat optik, listrik statis dan dinamis, energi dan daya listrik, gaya Lorentz, serta transformator.
Dokumen tersebut berisi rumus-rumus fisika dasar seperti besaran dan satuan, gerak lurus, hukum Newton, dan konsep-konsep fisika lainnya seperti energi, momentum, gelombang, listrik, dan optika.
Dokumen tersebut berisi ringkasan rumus-rumus fisika untuk pelajaran SMA kelas XI. Rumus-rumus tersebut meliputi kinematika, dinamika, mekanika fluida, teori kinetik gas, dan termodinamika. Beberapa contoh rumus yang disebutkan adalah rumus gerak lurus, hukum Kepler tentang planet, modulus Young untuk elastisitas, hukum Bernoulli untuk mekanika fluida, dan persamaan gas ideal.
Dokumen tersebut berisi ringkasan rumus-rumus dasar fisika untuk siswa SMP. Rumus-rumus tersebut meliputi gerak, gaya, energi, kalor, listrik statis dan dinamis, optika, dan transformator. Secara keseluruhan dokumen tersebut memberikan panduan singkat tentang konsep dan rumus-rumus fisika yang relevan untuk pembelajaran fisika SMP.
Dokumen tersebut merupakan materi ajar fisika kelas XI tentang gerak lurus, melingkar, dan parabola menggunakan vektor. Materi tersebut mencakup pengertian vektor satuan, vektor posisi, persamaan gerak, hubungan antar besaran seperti posisi, kecepatan dan percepatan, serta contoh soal dan latihan.
1. Dokumen ini berisi informasi penting tentang rumus dan satuan dalam fisika, seperti massa jenis, pemuaian panjang zat padat, kalor, gerak lurus, gaya, tekanan zat padat dan cair, tekanan gas, energi potensial dan kinetik, pesawat sederhana, getaran, bunyi, cahaya, alat optik, listrik statis dan dinamis, energi dan daya listrik, gaya Lorentz, serta transformator.
Dokumen tersebut berisi rumus-rumus fisika dasar seperti besaran dan satuan, gerak lurus, hukum Newton, dan konsep-konsep fisika lainnya seperti energi, momentum, gelombang, listrik, dan optika.
Dokumen tersebut berisi ringkasan rumus-rumus fisika untuk pelajaran SMA kelas XI. Rumus-rumus tersebut meliputi kinematika, dinamika, mekanika fluida, teori kinetik gas, dan termodinamika. Beberapa contoh rumus yang disebutkan adalah rumus gerak lurus, hukum Kepler tentang planet, modulus Young untuk elastisitas, hukum Bernoulli untuk mekanika fluida, dan persamaan gas ideal.
Dokumen tersebut berisi ringkasan rumus-rumus dasar fisika untuk siswa SMP. Rumus-rumus tersebut meliputi gerak, gaya, energi, kalor, listrik statis dan dinamis, optika, dan transformator. Secara keseluruhan dokumen tersebut memberikan panduan singkat tentang konsep dan rumus-rumus fisika yang relevan untuk pembelajaran fisika SMP.
Dokumen tersebut merupakan materi ajar fisika kelas XI tentang gerak lurus, melingkar, dan parabola menggunakan vektor. Materi tersebut mencakup pengertian vektor satuan, vektor posisi, persamaan gerak, hubungan antar besaran seperti posisi, kecepatan dan percepatan, serta contoh soal dan latihan.
Dokumen tersebut merangkum konsep-konsep dasar kinematika gerak lurus yang mencakup definisi kinematika, unsur-unsur gerak seperti jarak, perpindahan, laju, kecepatan dan percepatan. Dibahas pula jenis-jenis gerak lurus seperti gerak lurus beraturan, gerak lurus berubah beraturan, gerak vertikal ke atas dan ke bawah, serta gerak jatuh bebas beserta contoh soalnya.
Dokumen tersebut membahas tentang konsep-konsep dasar gerak lurus dan gerak jatuh bebas dalam fisika, termasuk definisi posisi, kecepatan, percepatan, kelajuan, gerak lurus beraturan, dan gerak lurus berubah beraturan.
Gerak melingkar memiliki kecepatan konstan tetapi percepatan berubah-ubah karena arah gerak selalu berubah. Percepatan yang muncul disebut percepatan centripetal yang besarnya sama dengan v^2/R dan mengarah ke pusat lingkaran.
1. Besaran pokok dan turunan dalam sistem satuan internasional (SI) dijelaskan beserta contoh alat ukurnya.
2. Prinsip-prinsip fisika seperti hukum Newton dan hukum kekekalan energi dijelaskan beserta contoh penerapannya.
3. Jenis-jenis gelombang mekanik dan sifatnya seperti panjang gelombang, frekuensi, dan amplitudo diuraikan.
Dokumen tersebut membahas tentang analisis gerak dengan menggunakan vektor, termasuk gerak lurus, melingkar, dan parabola. Dibahas pula komponen-komponen vektor seperti kedudukan, perpindahan, kecepatan, dan percepatan serta contoh soal untuk latihan.
1. Dokumen membahas tentang momentum dan impuls serta berbagai konsep terkait seperti tumbukan, kekekalan momentum, dan hukum Newton kedua.
2. Definisi momentum secara fisika dan matematika dijelaskan, serta contoh soal perhitungan momentum.
3. Jenis-jenis tumbukan diuraikan, termasuk tumbukan lenting sempurna, sebagian, dan tidak lenting.
Dokumen tersebut membahas tentang dinamika partikel, yang meliputi hukum-hukum Newton tentang gerak, gaya gesekan, massa dan berat, serta konsep momentum, energi kinetik dan potensial.
Dokumen tersebut membahas tentang gerak harmonik sederhana pada pegas dan ayunan bandul, termasuk definisi periode dan frekuensi, hubungan antara simpangan, kecepatan dan percepatan, serta energi pada gerak harmonik sederhana.
Dokumen tersebut membahas tentang kinematika partikel dua dimensi, yang mencakup konsep posisi, perpindahan, kecepatan, dan percepatan. Terdapat pula contoh soal dan penyelesaiannya untuk memahami konsep-konsep tersebut.
MATERI PRESENTASI FISIKA UNTUK ANAK SMA KELAS XI PADA SEMESTER GANJIL. SUDAH SAYA SUSUN DENGAN RINCI, MENARIK DAN DETAIL, SEHINGGA MEMUDAHKAN ANDA UNTUK MEMPELAJARINYA. Kunjungi saya di http://aguspurnomosite.blogspot.com
Dokumen tersebut membahas tentang gerak, termasuk definisi gerak, jenis-jenis gerak seperti gerak lurus beraturan dan berubah beraturan, serta besaran-besaran yang terkait dengan gerak seperti kecepatan dan percepatan.
Dokumen tersebut berisi rumus-rumus dasar fisika SMA yang mencakup besaran dan satuan fisika, vektor, kelajuan dan kecepatan, perlajuan dan percepatan, gerak lurus beraturan dan berubah beraturan, gerak jatuh bebas, gerak vertikal ke atas, dinamika gerak lurus, gaya normal dan gaya gesek, katrol tetap, gerak parabola, gerak melingkar beraturan, gaya gravitasi, usaha dan energi, momentum, impuls dan tumbu
Gerak peluru dengan kecepatan awal ditentukan untuk mengenai mangga yang berada pada jarak horizontal 10 m dan ketinggian 8 m dengan sudut elevasi 45 derajat. Kecepatan awal yang dibutuhkan adalah √40 m/s.
Dokumen tersebut merangkum konsep-konsep dasar kinematika gerak lurus yang mencakup definisi kinematika, unsur-unsur gerak seperti jarak, perpindahan, laju, kecepatan dan percepatan. Dibahas pula jenis-jenis gerak lurus seperti gerak lurus beraturan, gerak lurus berubah beraturan, gerak vertikal ke atas dan ke bawah, serta gerak jatuh bebas beserta contoh soalnya.
Dokumen tersebut membahas tentang konsep-konsep dasar gerak lurus dan gerak jatuh bebas dalam fisika, termasuk definisi posisi, kecepatan, percepatan, kelajuan, gerak lurus beraturan, dan gerak lurus berubah beraturan.
Gerak melingkar memiliki kecepatan konstan tetapi percepatan berubah-ubah karena arah gerak selalu berubah. Percepatan yang muncul disebut percepatan centripetal yang besarnya sama dengan v^2/R dan mengarah ke pusat lingkaran.
1. Besaran pokok dan turunan dalam sistem satuan internasional (SI) dijelaskan beserta contoh alat ukurnya.
2. Prinsip-prinsip fisika seperti hukum Newton dan hukum kekekalan energi dijelaskan beserta contoh penerapannya.
3. Jenis-jenis gelombang mekanik dan sifatnya seperti panjang gelombang, frekuensi, dan amplitudo diuraikan.
Dokumen tersebut membahas tentang analisis gerak dengan menggunakan vektor, termasuk gerak lurus, melingkar, dan parabola. Dibahas pula komponen-komponen vektor seperti kedudukan, perpindahan, kecepatan, dan percepatan serta contoh soal untuk latihan.
1. Dokumen membahas tentang momentum dan impuls serta berbagai konsep terkait seperti tumbukan, kekekalan momentum, dan hukum Newton kedua.
2. Definisi momentum secara fisika dan matematika dijelaskan, serta contoh soal perhitungan momentum.
3. Jenis-jenis tumbukan diuraikan, termasuk tumbukan lenting sempurna, sebagian, dan tidak lenting.
Dokumen tersebut membahas tentang dinamika partikel, yang meliputi hukum-hukum Newton tentang gerak, gaya gesekan, massa dan berat, serta konsep momentum, energi kinetik dan potensial.
Dokumen tersebut membahas tentang gerak harmonik sederhana pada pegas dan ayunan bandul, termasuk definisi periode dan frekuensi, hubungan antara simpangan, kecepatan dan percepatan, serta energi pada gerak harmonik sederhana.
Dokumen tersebut membahas tentang kinematika partikel dua dimensi, yang mencakup konsep posisi, perpindahan, kecepatan, dan percepatan. Terdapat pula contoh soal dan penyelesaiannya untuk memahami konsep-konsep tersebut.
MATERI PRESENTASI FISIKA UNTUK ANAK SMA KELAS XI PADA SEMESTER GANJIL. SUDAH SAYA SUSUN DENGAN RINCI, MENARIK DAN DETAIL, SEHINGGA MEMUDAHKAN ANDA UNTUK MEMPELAJARINYA. Kunjungi saya di http://aguspurnomosite.blogspot.com
Dokumen tersebut membahas tentang gerak, termasuk definisi gerak, jenis-jenis gerak seperti gerak lurus beraturan dan berubah beraturan, serta besaran-besaran yang terkait dengan gerak seperti kecepatan dan percepatan.
Dokumen tersebut berisi rumus-rumus dasar fisika SMA yang mencakup besaran dan satuan fisika, vektor, kelajuan dan kecepatan, perlajuan dan percepatan, gerak lurus beraturan dan berubah beraturan, gerak jatuh bebas, gerak vertikal ke atas, dinamika gerak lurus, gaya normal dan gaya gesek, katrol tetap, gerak parabola, gerak melingkar beraturan, gaya gravitasi, usaha dan energi, momentum, impuls dan tumbu
Gerak peluru dengan kecepatan awal ditentukan untuk mengenai mangga yang berada pada jarak horizontal 10 m dan ketinggian 8 m dengan sudut elevasi 45 derajat. Kecepatan awal yang dibutuhkan adalah √40 m/s.
Dokumen tersebut membahas tentang konsep-konsep gerak lurus dan gerak vertikal, termasuk gerak lurus beraturan, gerak lurus berubah beraturan, gerak jatuh bebas, gerak naik, dan gerak turun. Dijelaskan pula besaran-besaran yang terkait seperti jarak, kecepatan, percepatan, serta hubungan antara besaran-besaran tersebut. Grafik yang mewakili konsep-konsep gerak tersebut juga dijelaskan.
Dokumen tersebut membahas tentang kinematika yang mempelajari gerak benda tanpa mempertimbangkan penyebabnya. Kinematika mencakup gerak lurus beraturan dan tidak beraturan, gerak benda jatuh, gerak parabola, gerak melingkar, dan gerak rotasi. Konsep-konsep kunci meliputi kecepatan, percepatan, jarak tempuh, dan hubungan antara waktu, kecepatan, percepatan, dan jarak tempuh pada berbagai jenis gerak
1. Dokumen tersebut membahas tentang gerak lurus dan gerak dua dimensi serta beberapa konsep fisika terkait seperti perpindahan, kecepatan, percepatan, gerak lurus beraturan, dan gerak melingkar.
2. Dijelaskan definisi gerak, kinematika, dan jenis-jenis gerak seperti gerak lurus satu dimensi, gerak vertikal, serta rumus-rumus yang terkait.
3. Konsep gerak parabola dan gerak melingkar
Dokumen tersebut membahas tentang kinematika partikel yang mencakup gerak dalam satu, dua, dan tiga dimensi serta besaran-besaran kinematikanya seperti lintasan, kecepatan, dan percepatan. Jenis-jenis gerak yang dijelaskan antara lain gerak lurus beraturan, berubah beraturan, gerak melingkar, dan gerak parabola beserta contoh soalnya.
Dokumen tersebut membahas tentang kinematika yang meliputi gerak lurus beraturan, gerak lurus berubah beraturan, gerak karena pengaruh gravitasi, gerak parabola, serta gerak melingkar beraturan dan berubah beraturan.
Dokumen tersebut membahas tentang getaran harmonik sederhana, termasuk definisi getaran, persamaan gerak, parameter-parameternya seperti amplitudo, periode, frekuensi, serta hubungan antara parameter-parameter tersebut. Juga dibahas tentang energi pada getaran harmonik sederhana.
1. Dokumen tersebut membahas tentang gerak parabola, yang meliputi konsep kecepatan vektor, percepatan, dan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai titik tertinggi dan terjauh dari lintasan parabola.
2. Pada gerak parabola, kecepatan komponen sumbu-x tetap, sedangkan kecepatan komponen sumbu-y berubah akibat pengaruh gravitasi. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai titik tertinggi adal
Dokumen tersebut membahas besaran-besaran fisika yang terkait dengan gerak lurus beraturan, gerak lurus berubah beraturan, gerak jatuh bebas, dan contoh soal yang terkait. Termasuk persamaan-persamaan yang digunakan untuk menghitung perpindahan, kecepatan, jarak, waktu, dan lainnya.
Dokumen tersebut membahas tentang gerak parabola, melingkar, dan gerak benda di bawah pengaruh gravitasi. Terdapat penjelasan mengenai persamaan yang berhubungan dengan gerak parabola dan melingkar beserta contoh soalnya.
Dokumen tersebut membahas tentang mekanika tumbukan benda, termasuk menentukan momentum total, kecepatan benda sebelum tumbukan, dan perubahan energi kinetik akibat tumbukan.
Similar to Rumusfisikasma 120816221920-phpapp02 (20)
Dokumen tersebut menceritakan perasaan seseorang yang merasa tertekan dan tidak bebas untuk mengejar impiannya. Ia merasa selalu disalahkan dan tidak dihargai. Ia hanya ingin menjadi dirinya sendiri dan mendapatkan haknya. Namun ia merasa terbatasi dan berada di bawah kendali orang lain. Pesan moral dari dokumen tersebut adalah bahwa setiap orang berhak untuk bebas mengembangkan dirinya dan
Pengkodean akun menggunakan kode angka, huruf, atau kombinasi keduanya untuk memberi tanda pada akun yang telah dirancang. Kode akun digunakan untuk mempermudah identifikasi, pencatatan, pengelompokan, penyimpanan, dan pengambilan data akuntansi. Ada beberapa jenis kode akun seperti kode numeral, kode kelompok, kode blok, kode mnemonik, dan kode kombinasi huruf dan angka.
Dokumen tersebut membahas tentang berbagai profesi akuntansi, mulai dari akuntan pemerintah, akuntan manajemen perusahaan, akuntan publik, dan akuntan pendidik. Profesi-profesi tersebut memainkan peran penting dalam menunjang perekonomian nasional dan meningkatkan transparansi informasi keuangan.
Dokumen tersebut membahas tentang kedatangan dua gelombang bangsa Melayu ke Nusantara, yaitu:
1. Bangsa Proto Melayu (Melayu Tua) sekitar 1500 SM yang datang dari Asia melalui dua jalur dan membawa alat batu
2. Bangsa Deutro Melayu (Melayu Muda) sekitar 500 SM yang datang dari Indocina melalui jalur barat dan membawa budaya logam dan megalitikum
Dokumen tersebut juga menjelaskan ciri, ke
Logaritma memiliki banyak aplikasi dalam kehidupan sehari-hari, seperti untuk mengukur intensitas gempa bumi melalui skala Richter, mengukur tingkat keasaman dalam pH, dan menghitung tingkat kebisingan suara dalam desibel.
Dokumen tersebut berisi tentang menu utama yang terdiri dari fungsi, persamaan kuadrat, pertidaksamaan kuadrat, dan soal latihan. Juga terdapat penjelasan singkat tentang relasi dan fungsi, fungsi linear, serta fungsi kuadrat.
Dokumen tersebut memberikan contoh soal tentang sisa pembagian suku banyak dan penyelesaiannya menggunakan metode TRIK SUPERKILAT. Diberikan dua contoh soal beserta penyelesaiannya dengan menggunakan konsep teorema sisa dan modifikasi metode Horner.
Laporan ini merangkum hasil percobaan tentang elastisitas karet dan pegas. Percobaan menguji hubungan antara beban yang diberikan dengan perubahan panjang karet dan pegas berdasarkan hukum Hooke. Data menunjukkan hubungan yang berbanding lurus antara gaya dan perubahan panjang pada kondisi seimbang. Laporan ini menyimpulkan bahwa elastisitas adalah kemampuan benda untuk kembali ke bentuk semula setelah gaya dihilangkan.
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdffadlurrahman260903
Ppt landasan pendidikan tentang pendidikan seumur hidup.
Prodi pendidikan agama Islam
Fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan
Universitas Islam negeri syekh Ali Hasan Ahmad addary Padangsidimpuan
Pendidikan sepanjang hayat atau pendidikan seumur hidup adalah sebuah system konsepkonsep pendidikan yang menerangkan keseluruhan peristiwa-peristiwa kegiatan belajarmengajar yang berlangsung dalam keseluruhan kehidupan manusia. Pendidikan sepanjang
hayat memandang jauh ke depan, berusaha untuk menghasilkan manusia dan masyarakat yang
baru, merupakan suatu proyek masyarakat yang sangat besar. Pendidikan sepanjang hayat
merupakan asas pendidikan yang cocok bagi orang-orang yang hidup dalam dunia
transformasi dan informasi, yaitu masyarakat modern. Manusia harus lebih bisa menyesuaikan
dirinya secara terus menerus dengan situasi yang baru.
2. BESARAN DAN SATUAN
Nama besaran Satuan
Simbol
Dimensi
satuan
Panjang
meter
Massa kilogram
Waktu sekon
Suhu kelvin K [Ө]
Intensitas candela
Kuat arus
ampere
Banyak zat
mole
m [L]
kg [M]
s [T]
cd [J]
A
mol
[I]
[N]
VEKTOR
Komponen vektor arah sumbu-x
G
vx= v cos α
Komponen vektor arah sumbu-y
G
vy= v sin α
Besar resultan
v x + v y + 2v x v y cos ∆
2
v
2
y
vx
G
v
α
vx
x
Keterangan:
vx= vektor pada sumbu x
vy= vektor pada sumbu y
G
v = resultan dari dua vektor
α = sudut antara vxdan v y
KELAJUAN DAN KECEPATAN
Kelajuan rata-rata (v r)
vr =
s
∆t
Kelajuan sesaat (vt )
vt
lim
∆t→ 0
s
∆t
G
Kecepatan rata-rata ( vr )
G
vr
G
∆s
∆t
3. G
Kecepatan sesaat ( vt )
∆s
G
vt lim
∆t→ 0 ∆t
Keterangan:
s = jarak tempuh (m)
∆ s = perubahan jarak benda (m)
t = waktu (s)
∆ t = selang waktu (s)
PERLAJUAN DAN PERCEPATAN
Perlajuan rata-rata (ar )
ar
∆v
∆t
Perlajuan sesaat (a t)
a
t
∆v
∆t→ 0 ∆t
lim
G
Percepatan rata-rata ( ar )
G
∆v v2 − v1
G
ar =
∆t
t2 − t1
G
Percepatan sesaat ( at )
G
∆v
G
at = lim
∆t→ 0 ∆t
Keterangan:
ar = perlajuan rata-rata (m/s 2
)
at = perlajuan sesaat (m/s 2
)
∆ v = perubahan kecepatan (m/s)
∆ t = perubahan waktu atau selang waktu (s)
v1= kecepatan awal benda (m/s)
v2= kecepatan kedua benda (m/s)
GERAK LURUS BERATURAN (GLB)
Kedudukan benda saat t
st = s0 + v . t
Keterangan:
st = kedudukan benda selang waktu t (m)
s0= kedudukan benda awal (m)
v = kecepatan benda (m/s)
t = waktu yang diperlukan (s)
4. GERAK LURUS BERUBAH BERATURAN (GLBB)
Kedudukan benda saat t
st = s0 + v0 . t + ½ a . t2
Kecepatan benda saat t
vt = v0 + a . t
vt 2 =
v0 2 + 2a . st
Keterangan:
st = kedudukan benda selang waktu t (m)
s0= kedudukan awal benda (m)
vt = kecepatan benda saat t (m/s)
vo= kecepatan benda awal (m/s)
a = percepatan benda (m/s2)
t = waktu yang diperlukan (s)
GERAK JATUH BEBAS
Kedudukan saat t
st = s0 + ½ g . t2
Kecepatan saat t
vt = g . t
v2= 2 . g . h
Ketinggian benda (h)
h = ½ g . t2
Keterangan:
st = kedudukan benda selang waktu t (m)
s0= kedudukan awal benda (m)
vt = v = kecepatan benda saat t (m/s)
t = waktu yang diperlukan (s)
g = percepatan gravitasi = 10 m/s
GERAK VERTIKAL KE ATAS
Ketinggian atau kedudukan benda (h)
st = h = v0 . t - ½ g . t 2
Kecepatan benda (v t)
vt = v0 - g . t
v = v02 – 2gh
Waktu untuk sampai ke puncak (t p
)
tp=
v0
g
Waktu untuk sampai kembali ke bawah (t)
t = 2tp
5. Tinggi maksimum (hmaks)
hmaks =
2
v0
2g
Keterangan:
st = kedudukan benda selang waktu t (m)
s0= kedudukan awal benda (m)
vt = v = kecepatan benda saat t (m/s)
v0= kecepatan benda awal (m/s)
t = waktu yang diperlukan (s)
g = percepatan gravitasi = 9,8 m/s2atau 10 m/s
2
DINAMIKA GERAK LURUS
Hukum I Newton
∑F=0
Hukum II Newton
a =
F
m
F = m. a
Hukum III Newton
Faksi = – Freaksi
Gaya berat (w)
W = m.g
Keterangan:
F = gaya yang berlaku pada benda (N atau kg m/s2)
W = gaya berat pada benda (N)
m = massa benda (kg)
a = percepatan benda (m/s2)
g = percepatan gravitasi = 9,8 m/s2atau 10 m/s 2
GAYA NORMAL DAN GAYA GESEK
Gaya normal pada lantai datar (N)
N=W=m.g
Gaya normal pada lantai datar dengan gaya bersudut ∆
Fx= F cos ∆
Fy= F sin ∆
N = W – F cos ∆
Gaya normal pada bidang miring
N = W cos ∆
Gaya gesek statis (f s)
fs = Πs . N
Gaya gesek kinetik (f k)
fk= Π . N
k
6. Keterangan:
F = gaya yang bekerja pada benda (N atau kg m/s2)
2
Fx= gaya yang bekerja pada sumbu x (N atau kg m/s )
2
Fy= gaya yang bekerja pada sumbu y (N atau kg m/s )
fs= gaya gesek statis (N)
fk= gaya gesek kinetik (N)
Πs = koefisien gesek statis
Πk = koefisien gesek kinetik
KATROL TETAP
Percepatan (a)
a
WB − WA
m A + mB
Tegangan (T)
T
T
2m A
.WB dengan WB= m g
B
m A + mB
2 mB
.WA dengan WA= m g
A
m A + mB
Keterangan:
WA= gaya berat pada benda A (N)
WB= gaya berat pada benda B (N)
a = percepatan benda (m/s2)
mA= massa benda A (kg)
mB= massa benda B (kg)
GERAK PARABOLA
•
Benda dilempar horizontal dari puncak menara
Gerak pada sumbu x
x = vox . t
Gerak pada sumbu y
vy= g . t
h=
1
2
g. t2 → t =
2h
g
vy2 = 2 g h → vy= 2 gh
Kecepatan benda saat dilempar
v=
2
v0 + 2 gh
Keterangan:
x = jarak jangkauan benda yang dilempar dari menara (m)
vox = kecepatan awal pada sumbu x (m/s)
vy= kecepatan benda pada sumbu y (m/s)
7. v = kecepatan benda saat dilempar (m/s)
v0= kecepatan awal (m/s)
h = tinggi (m)
g = percepatan gravitasi = 9,8 m/s2atau 10 m/s
•
2
Benda dilempar miring ke atas dengan sudut elevasi
Waktu yang ditempuh saat mencapai titik tertinggi (t maks)
tmaks =
v0 y
g
=
v0 sin ∆
=
g
2h
g
Tinggi maksimum (hmaks)
hmaks =
2
v0
sin 2 ∆
2g
Waktu yang ditempuh saat mencapai titik terjauh
tterjauh = 2 tmaks =
v2y
0
g
=
2v0 sin ∆
2h
=2
g
g
Jarak terjauh (xmaks)
x maks =
2
v0
sin 2 ∆
g
Koordinat titik tertinggi
2
v2
v0
∆ , 0 sin 2 ∆ )
E(x,y) = ( sin 2
g
2g
Perbandingan hmaks dan xmaks
hmaks
xmaks
1
tan ∆
4
Keterangan:
tmaks = waktu yang ditempuh saat mencapai titik tertinggi (s)
tterjauh = waktu yang ditempuh saat mencapai titik terjauh (s)
v0y = kecepatan awal pada sumbu y (m/s)
v0= kecepatan awal (m/s)
h = tinggi (m)
hmaks = tinggi maksimum (m)
xmaks = jarak terjauh (m)
∆ = sudut elevasi
GERAK MELINGKAR BERATURAN
Lintasan busur (s)
s=θ.R
Frekuensi (f)
f=
1
T
Periode (T)
T=
1
f
8. Laju/kecepatan anguler ( ω )
ω =
2π
= 2π f
T
Laju/kecepatan linear (v)
v = 2π f R
v= ω R
Percepatan sentripetal (a sp
)
asp
v2
R
ω2R
Gaya sentripetal (F sp
)
v2
Fsp = m a = m
R
mω 2 R
Keterangan:
s = lintasan busur (rad.m)
θ = jarak benda pada lintasan (rad)
R = jari-jari lintasan (m)
f = frekuensi (Hezt)
T = periode (s)
v = laju/kecepatan linear (m/s)
ω = kecepatan sudut (rad/s)
asp = percepatan sentripetal (m/s2)
Fsp = gaya sentripetal (N)
m = massa benda (m)
a = percepatan linear (m/s2)
PADUAN DUA ATAU LEBIH GERAK MELINGKAR
BERATURAN
Perpaduan oleh tali (rantai)
ω1
ω2
R2
⇔ v1
R1
v2
Perpaduan oleh poros (as)
ω1
ω2 ⇔
v2
v1
R1
R2
Keterangan:
ω 1 = kecepatan sudut poros pertama (rad/s)
ω 2 = kecepatan sudut poros kedua (rad/s)
v1= kecepatan linear poros pertama (m/s)
v2= kecepatan linear poros kedua (m/s)
R1= jari-jari poros pertama (m)
R2= jari-jari poros kedua (m)
9. GAYA GRAVITASI
Gaya gravitasi (F)
F= G
mM
R2
Percepatan gravitasi (g)
g
G
M
R2
Keterangan:
F = gaya gravitasi (N)
m = massa benda (kg)
M = massa bumi (kg)
R = jarak massa bumi dan massa benda (m)
G = tetapan gravitasi umum = 6,673 × 10-11 Nm2. kg
-2
USAHA DAN ENERGI
Usaha (W)
W = F s cos θ
W=Fs
Energi potensial gravitasi (Ep)
Ep = m g h
Usaha dan energi potensial gravitasi
W = ∆ Ep= m g (h 2 h )1dengan h = h – h
–
2
1
Keterangan:
W = usaha (J atau kg m/s)
F = besar gaya yang digunakan untuk menarik benda (N)
s = jarak pergeseran atau perpindahan benda (m)
θ = sudut antara arah gaya dan arah perpindahan
Ep= energi potensial gravitasi (J)
∆ Ep= perubahan energi gravitasi (J)
m = massa benda (kg)
g = percepatan gravitasi (10 m/s2)
h = ketinggian benda (m)
h1= ketinggian benda awal (m)
h2= ketinggian benda akhir (m)
Energi kinetik (E k)
Ek=
1
m v2
2
Usaha dan energi kinetik
W = ∆ Ek=
1
2
m (v2 2 – v1)
2
Energi mekanik (Em
)
Em E + E =k = m . g . h +
= p
1
m.v2
2
10. Energi mekanik dalam medan gravitasi
Em = Ep+ E = konstan
k
Ep1+ Ek = Ep +2 Ek 2
1
Keterangan:
Ep= energi potensial (J)
Ek= energi kinetik (J)
m = massa benda (kg)
v = kecepatan benda (m/s)
w = usaha (J)
v1= kecepatan awal benda (m/s)
v2= kecepatan akhir benda (m/s)
Em = energi mekanik (J)
g = percepatan gravitasi
h = ketinggian benda (m)
Ep1= energi potensial awal (J)
Ep1= energi potensial akhir (J)
Ek2= energi kinetik awal (J)
Ek1= energi kinetik awal (J)
∆ Ek= perubahan energi kinetik (J)
Daya (P)
P=
∆E
W
F. s
=
=
= F. v
∆t
∆t
∆t
Keterangan:
P = daya (J/s atau watt (W))
∆ E = perubahan energi (J)
W = usaha (J)
F = gaya (N)
s = jarak (m)
v = kecepatan (m/s)
∆ t = perubahan waktu (s)
MOMENTUM, IMPULS, DAN TUMBUKAN
Momentum (p)
p = mv
Impuls (I)
I = F ∆t
Hubungan momentum dan impuls:
F ∆t = m v
Keterangan:
p = momentum (kg m/s)
I = impuls (N/s)
F = gaya (N)
m = massa benda (kg)
v = kecepatan (m/s)
∆ t = perubahan waktu (s)
11. Hukum kekekalan momentum:
p = tetap/konstan
∑
m1.v1 + m2 .v2
,
m1.v1, + m2 .v2
Koefisien restitusi (e) tumbukan:
e = −
,
v1, − v2
v1 − v2
Hukum kekekalan energi kinetik:
Ek =
Ek'
∑
∑
1
1
2
m1.v12 + m2 .v2
2
2
1
1
'
m1.v1'2 + m2 .v22
2
2
Keterangan:
Ek= energi kinetik sebelum tumbukan (J)
Ek’ = energi kinetik sesudah tumbukan (J)
p = momentum sebelum tumbukan (kg m/s)
p’ = momentum sesudah tumbukan (kg m/s)
m1= massa benda 1 sebelum tumbukan (kg)
m2= massa benda 2 sebelum tumbukan (kg)
m1’ = massa benda 1 sesudah tumbukan (kg)
m2’ = massa benda 2 sesudah tumbukan (kg)
v1= kecepatan benda 1 sebelum tumbukan (m/s)
v2= kecepatan benda 2 sebelum tumbukan (m/s)
v1’ = kecepatan benda 1 sesudah tumbukan (m/s)
v2’ = kecepatan benda 2 sesudah tumbukan (m/s)
e = koefisien restitusi
Tumbukan lenting sempurana
e=1
v = v’
∑ p = ∑ p’
∑ Ek= ∑ Ek’
Tumbukan lenting sebagian
0<e<1
v ≠ v’
∑ p = ∑ p’
∑ Ek> ∑ Ek’
Tumbukan tidak lenting sama sekali
e=0
m1v + m v2= 2 + m ) v ’2
(m 1
1
Keterangan:
v ’ = kecepatan benda setelah tumbukan (m/s)
Prinsip kerja roket sebelum mesin dihidupkan
∑ p = ∑ m v = (m1+ m ) v = 0 karena v = 0
2
Prinsip kerja roket sesudah mesin dihidupkan
∑ p’ = m v ’1+ m v ’ 2
1
2
Keterangan:
v = kecepatan benda sebelum mesin dihidupkan (m/s)
v ‘ = kecepatan benda sesudah mesin dihidupkan (m/s)
12. ELASTISITAS
Tegangan ( Ω
)
Ω =
F
A
Keterangan:
Ω= tegangan (N.m-2
)
F = gaya (N)
A = luas penampang benda (m 2)
Regangan (ε)
ε =
∆L
L0
Keterangan:
ε = regangan (m)
∆ L = perubahan panjang benda (m)
L0= panjang awal benda (m)
Modulus Young (Y)
Y = Ω/ ε =
F ∆L
A L0
Hukum Hooke
F = – k. ∆x
Energi potensial pegas (Ep)
Ep =
1
k (x)²
2
Keterangan:
F = gaya pada pegas (N)
Ep= energi potensial pegas (J)
k = konstanta pegas
∆x = perubahan panjang pegas (m)
FLUIDA TAK BERGERAK
Massa jenis ( ρ )
ρ =
m
V
Berat jenis (S)
S= ρ g
Keterangan:
ρ = massa jenis benda (kg/m3)
13. m = massa benda (kg)
V = volume benda (kg)
S = berat jenis benda (kg/m2s 2)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
Tekanan (P)
P
F
A
Tekanan pada fluida tak bergerak:
Ph = ρ.g.h
Keterangan:
2
Ph= tekanan hidrostatis (pascal atau N/m )
F = gaya permukaan (N)
A = luas permukaan benda (m 2)
ρ = massa jenis (kg/m3)
h = jarak antara titik dengan permukaan zat cair (m)
Hukum utama hidrostatis:
PA
PB
PC
P0 + ρ.g .h
Keterangan:
PA= tekanan hidrostatis di titik A (pascal (pa) atau N/m )2
PB= tekanan hidrostatis di titik B (pascal (pa))
Pc= tekanan hidrostatis di titik C (pascal (pa))
P0= tekanan udara luar (pascal (pa))
1 atm = 1,01 x 105pa
Hukum Pascal
P
1
F1
A1
P2
F2
A2
Keterangan:
P1= tekanan hidrostatis di daerah 1 (pa)
P2= tekanan hidrostatis di daerah 2 (pa)
F1= gaya permukaan daerah 1 (N)
F2= gaya permukaan daerah 2 (N)
2
A1= luas permukaan penampang 1 (m )
2
A2= luas permukaan penampang 2 (m )
Hukum Archimedes
FA = ρ f .g.V f
Keterangan:
FA= gaya archimedes (N)
ρ f = massa jenis cair (kg/m3)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
Vf = volume benda yang tercelup (m 3
)
14. Tegangan permukaan ()
=
F
l
Keterangan:
= tegangan permukaan (N/m)
F = gaya permukaan (N)
l = panjang (m)
Sudut kontak pada meniskus cekung:
Fadhesi > Fkohesi dan sudut kontak θ < 90° (runcing)
Sudut kontak pada meniskus cembung:
Fadhesi < Fkohesi dan sudut kontak θ > 90° (tumpul)
Kapilaritas
y
2γ cosθ
ρ.g.r
Keterangan:
y = tinggi cairan dalam pipa kapiler (m)
= tegangan permukaan (N/m)
ρ = massa jenis cairan (kg/m3)
θ = sudut kontak
g = percepatan gravitasi (m/s2)
r = jari-jari pipa kapiler (m)
Viskositas (f)
f
π Πr v
Keterangan:
f = gaya geser oleh fluida terhadap bola (N)
Π = koefisien viskositas
r = jari-jari bola (m)
v = kecepatan bola dalam fluida (m/s)
FLUIDA BERGERAK
Debit fluida (Q)
Q=
V
= Av
t
Keterangan:
Q = debit fluida (m3/s)
V = volume fluida (m3)
t = waktu fluida mengalir (s)
A = luas penampang (m 2)
v = kecepatan fluida (m/s)
Persamaan kontinuitas
A.v = konstan
A1.v 1 = A2.v 2
15. Keterangan:
2
A1= luas penampang di daerah 1 (m )
2
A2= luas penampang di daerah 2 (m )
v1= kecepatan fluida di daerah 1 (m/s)
v2= kecepatan fluida di daerah 2 (m/s)
Hukum Bernoulli
P + ρ.g.h + ½ ρ.v 2= konstan
P1+ ρ.g.h + ½ ρ.v 12 = P2+ ρ.g.h + ½ ρ.v
1
2
2
2
Keterangan:
P1= tekanan fluida di daerah 1 (pa)
P2= tekanan fluida di daerah 2 (pa)
h1= tinggi pada daerah 1 (m)
h2= tinggi pada daerah 2 (m)
v1= kecepatan fluida pada daerah 1 (m/s)
v2= kecepatan fluida pada daerah 2 (m/s)
Kecepatan fluida pada tabung venturi
v1
2 gh
2
♣A1 •
♦ ÷ −1
♦A ÷
♥ 2≠
Keterangan:
v1= kecepatan fluida yang masuk ke tabung venturi (m/s)
2
A1= luas penampang pada bagian 1 (m )
2
A2= luas penampang pada bagian 2 (m )
h = selisih tinggi fluida pada tabung venturi (m)
Kecepatan fluida pada tabung pitot:
v
2 g .h.ρ '
ρ
Keterangan:
v = kecepatan fluida pada tabung pitot (m/s)
h = selisih tinggi fluida (m)
ρ = massa jenis fluida (kg/m3)
ρ ’ = massa jenis fluida di dalam cairan manometer (kg/m 3)
Gaya angkat pesat
F1 − F2
1
2
ρ A (v2 − v12 )
2
Keterangan:
F1= gaya angkat di bawah sayap (N)
F2= gaya angkat di atas sayap (N)
ρ = massa jenis fluida (udara) (kg/m3)
v1= kecepatan fluida di bawah sayap (m/s)
v2= kecepatan fluida di atas sayap (m/s)
16. GERAK TRANSLASI
Persamaan posisi r atau vektor posisi r:
G
r = xi+yj
Vektor perpindahan (∆r):
G
∆ r = ∆x i +∆y j dengan ∆ x = x2 – x1dan
G ∆ y = y2 – y1
Vektor kecepatan ( v ):
G
G
∆r
G
rd dx
dy
=
=
i+
j = vx i + v y j
v lim
∆t →0 ∆t
dt
dt
dt
vy
G
2
2
dengan |v |= vx + v y dan arahnya tan θ =
vx
G
Vektor percepatan ( a ):
G G
dv y
∆v
G
vd vd
x
i+
j = axi + a y
a lim
j
∆t →0 ∆t
dt
dt
dt
ay
G
2
dengan | a | = ax + a 2 dan arahnya tan θ =
y
ax
Persamaan gerak translasi:
G
a
G
vd G
⇔v
dt
∫ adt
G
a.t + v0
G
v
G
rd G
⇔r
dt
∫ v dt ∫(a.t + v )dt
G
G
G
1G2
a.t + v0 .t + r0
2
0
Keterangan:
r0= jarak awal kedudukan benda (m)
r = perpindahan benda (m)
v0= kecepatan awal (m/s)
v = kecepatan setelah t (m/s)
a = percepatan gerak benda (m/s2)
t = waktu (s)
GERAK ROTASI
Kecepatan sudut rata-rata ( ω r )
∆θ
ω r = tan φ =
∆t
Kecepatan sudut sesaat ( ω ):
G
G
∆θ d θ
ω lim
∆t→ 0 ∆tdt
Percepatan sudut rata-rata:
∆r
∆ω
∆t
Percepatan sudut sesaat:
∆
dω
lim
∆t→ 0 dt
G
d 2θ
dt 2
17. Keterangan:
ω r = kecepatan sudut atau anguler rata-rata (rad/s)
ω = kecepatan sudut (rad/s)
∆ r = percepatan sudut rata-rata (rad/s 2
)
∆ = percepatan sudut (rad/s)
φ = sudut elevasi
∆ θ = perubahan jarak benda pada lintasan (rad)
∆ ω = perubahan kecepatan sudut benda (rad/s)
∆ t = perubahan waktu (s)
Kecepatan sudut ( ω ):
ω=∆ .t + ω0
Jarak (θ ):
θ = ½ ∆ 2 t + ω0t + θ 0
Kecepatan linear (v):
v = ωR
Percepatan linear (a):
a=∆R
Keterangan:
θ0 = kedudukan awal benda (rad)
ω0 = kecepatan sudut awal (rad/s)
R = jari-jari lintasan (m)
Momen gaya ( Ω):
Ω = R × F = R .F sin φ
Momen inersia (I):
I = m R2
Momentum sudut ( L ):
L m ω R2= I . ω
Hubungan momen gaya dan percepatan sudut:
Ω = I. ∆ S
Energi kinetik gerak rotasi (E k)
Ek = ½ m . v 2 = ½ m.R2 ω 2 = ½ I. ω 2
Keterangan:
Ω= momen gaya (Nm)
R = jari-jari lintasan (m)
F = gaya yang bekerja pada benda (N)
φ = sudut elevasi
I = momen inersia (kg m2)
L = momentum sudut (kg m/s2)
S = panjang lintasan (rad)
Ek= energi kinetik gerak rotasi (joule)
m = massa benda (kg)
v = kecepatan linear (m/s)
Hukum kekekalan momentum anguler/sudut:
I .ω = konstan
∑
⇔ I1.ω1 + I 2 .ω2 = I1.ω1' + I 2 .ω ' 2
18. Keterangan:
2
I1= momen inersia awal benda 1 (kg m )
2
I2= momen inersia awal benda 2 (kg m )
ω 1 = kecepatan sudut awal benda 1 (rad/s)
ω 2 = kecepatan sudut awal benda 2 (rad/s)
ω 1’ = kecepatan sudut akhir benda 1 (rad/s)
ω 2’ = kecepatan sudut akhir benda 2 (rad/s)
KESEIMBANGAN BENDA TEGAR
Keseimbangan partikel, syaratnya:
Fx 0 dan
Fy 0
∑
∑
Titik tangkap gaya resulton ( xo, y o
):
x0
∑F . x
y0
∑F.y
yi
i
, dengan Ry = ΣFyi
Ry
xi
i
, dengan Rx = ΣFxi
Rx
Syarat keseimbangan benda tegar memiliki: keseimbangan translasi: Σ Fx = 0 dan Σ Fy = 0
juga keseimbangan rotasi: Σ 2 = 0 dengan τ = F × ℓ
Titik berat benda tegar Z(xo, y o) :
x0
∑ w .x
∑w
1
i
dan y0
∑ w .y
∑w
i
1
, dengan w = berat benda
i
i
Keterangan:
Fx= gaya yang bekerja pada sumbu x (N)
Fy= gaya yang bekerja pada sumbu y (N)
GETARAN PADA BANDUL SEDERHANA
Periode getaran (T)
T = 2 π
l
g
Frekuensi getaran (f)
1
1
=
T
2π
g
l
Fase getaran (ϕ):
t
ϕ= T
Sudut fase (θ):
t
θ=2π T
f=
19. Keterangan:
T = periode getaran (s)
f = frekuensi getaran (s)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
l = panjang tali bandul (m)
ϕ = fase getaran
t = waktu getaran (s)
GETARAN PEGAS
Gaya pada pegas (F)
F=ky
Konstanta pegas (k)
k = m ω2
Periode pegas (T)
T = 2π
m
k
Frekuensi pegas (f)
f=
1
2π
k
m
Keterangan:
F = gaya yang bekerja pada pegas (N)
k = konstanta pegas (N/m)
m = massa benda (kg)
ω = kecepatan sudut (rad/s)
GERAK HARMONIS
Persamaan simpangan gerak harmonis:
y
A sin(
Fase ( ϕ )
ϕ=
2πt
+ θ0 ) = A sin(ω= +θ0 )
t
T
t
T
Persamaan kecepatan gerak harmonis:
G dy
v
= A ω cos (ω t + θ0 ) atau
dt
v = ω A2 − y 2
Persamaan percepatan gerak harmonis:
G dv
= - A ω 2sin (ω t + θ0 ) atau
a =
dt
a = ω 2. . y
Paduan dua simpangan dua gerak harmonis:
y = 2 A sin π (f1+ f ) t cos π (f1+ f 2) t
2
20. Energi mekanik gerak harmonis:
2
Em = Ep+ E = ½ m ω A = ½ k A 2
k
2
= 2 π 2 m2f A 2
2
dengan Ep = ½ k.y = ½ k A 2sin 2 t
ω
Ek = ½ m.v2 = ½ k A 2cos 2 t
ω
Keterangan:
y = simpangan (m)
v = kecepatan (m/s)
a = percepatan (m/s2)
A = amplitudo (m)
ω = kecepatan sudut (rad/s)
t = waktu (s)
ϕ = fase
θ = sudut fase
Ep= energi potensial (J)
Ek= energi kinetik (J)
Em = energi mekanik (J)
GELOMBANG
Cepat rambat gelombang (v)
v
Ο
T
f .Ο
Keterangan:
v = cepat rambat gelombang (m/s)
Ο = panjang gelombang (m)
f = frekuensi gelombang (Hezt)
T = periode (s)
Pembiasan gelombang
sin i
sin r
v1
v2
n2
n1
Keterangan:
i = sudut datang
r = sudut bias
v1= cepat rambat gelombang pada medium 1 (m/s)
v2= cepat rambat gelombang pada medium 2 (m/s)
n1= indeks bias medium 1
n2= indeks bias medium 2
Indeks bias suatu medium
n
c
v
Ο
0
Ο
sin i
sin r
21. Keterangan:
c = cepat rambat gelombang dalam ruang hampa udara (m/s)
v = cepat rambat gelombang dalam medium (m/s)
=
0 panjang gelombang dalam ruang hampa (m)
= panjang gelombang dalam medium (m)
Jarak simpul ke perut (s – p)
s–p =
Ο
4
Keterangan:
s – p = jarak simpul ke perut gelombang (m)
Ο = panjang gelombang (m)
BUNYI SEBAGAI GELOMBANG
Hubungan intensitas bunyi dan jaraknya terhadap sumber bunyi:
2
R2
dengan I1
R12
P
AL1
P
dan
4πR12
I2
I1
I2
P
AL2
P
2
4πR2
Keterangan:
2
I1= intensitas bunyi pertama (W/m )
2
I2= intensitas bunyi kedua (W/m )
R1= jarak sumber bunyi pertama dengan pendengar (m)
R2= jarak sumber bunyi kedua dengan pendengar (m)
Taraf intensitas bunyi (TI)
TI = 10 log
I
I0
Keterangan:
TI = taraf intensitas bunyi (desibel atau dB)
2
I0= intensitas bunyi sebuah benda (W/m )
I = intensitas bunyi sejumlah benda (W/m2)
Frekuensi layangan (f)
f = f1– f 2
Keterangan:
f1= frekuensi gelombang pertama (Hezt atau Hz)
f2= frekuensi gelombang kedua (Hz)
Efek Doppler
fp =
v ± vp
fs
v ∓ vs
22. Keterangan:
fp= frekuensi yang terdengar oleh pendengar (Hz)
fs= frekuensi sumber bunyi (Hz)
v = kecepatan bunyi di udara (m/s)
vp= kecepatan pendengar (m/s) → positif jika pendengar mendekati sumber bunyi
vs= kecepatan sumber bunyi (m/s) → positif jika sumber bunyi menjauhi pendengar
GELOMBANG MEKANIS
Simpangan pada gelombang berjalan
x
v
y = A sin 2 πf (t ± )
Simpangan gelombang stasioner dari getaran dawai
y = 2A sin
2πx
cos 2 π f t
Ο
Keterangan:
x = jarak tiap titik (m)
v = kecepatan gelombang (m/s)
A = amplitudo (m)
Ο = panjang gelombang (m)
Cepat rambat gelombang transversal dalam dawai (hukum Marsene)
v
F
Π
Keterangan:
F = gaya tegangan dawai (N)
Π = massa tali per satuan panjang (kg/m)
v = kecepatan gelombang (m/s)
Daya yang dirambatkan oleh gelombang
P
E
t
2 mπ 2 f 2 A 2
t
2 Π π 2 f 2 A2
v
Intensitas gelombang:
I
P
AL
2 Π π 2 A2
v
AL
2 ρvπ 2 f 2 A2
Keterangan:
P = daya yang dirambatkan gelombang (watt)
E = energi yang dirambatkan gelombang (J)
ρ = massa jenis tali (kg/m3)
A = amplitudo (m)
AL = luas penampang (m2)
I = intensitas gelombang (W/m2)
23. SUHU
Perbandingan skala antara termometer X dengan termometer Y:
X − X0
Xt − X0
Y − Y0
Yt − Y0
Keterangan:
X = suhu yang ditunjukkan termometer x
X0= titik tetap bawah termometer x
Xt = titik tetap atas termometer x
Y = suhu yang ditunjukkan termometer y
Y0= titik tetap bawah termometer y
Yt = titik tetap atas termometer y
Muai panjang
∆
∆L
⇔ Lt = L 0(1 + α . ∆t)
L0 .∆t
Keterangan:
α = koefisien muai panjang (K-1
)
∆L = L – L = perubahan panjang (m)
t
0
∆ t = perubahan suhu (K)
Muai luas
Ε
∆A
= 2 ∆⇔ At =A ( 1 + . ∆t)
A0 .∆t
Keterangan:
-1
= koefisien muai luas (K ) = 2α
∆A = A – A0 = perubahan luas (m2 )
t
∆t = perubahan suhu (K)
Muai volume
γ
∆V
⇔ Vt = V ( 1 + γ . ∆t)
V0 .∆t
Keterangan:
= koefisien muai volume (K -1 = 3α
)
3
∆V = Vt – V = perubahan volume (m )
0
∆t = perubahan suhu (K)
Kalor jenis (c)
c=
Q
m.∆T
Keterangan:
c = kalor jenis (J . kg -1 . K-1)
∆T = perubahan suhu (K)
Q = kalor (J)
24. Kapasitas kalor (C)
C=
Q
= m.c
∆T
Keterangan:
C = kapasitas kalor (J/T)
Azaz Black
Qlepas = Qterima
Kalor lebur/beku
Lf =
Q
m
Keterangan:
Lf = kalor lebur/beku (J.kg )-1
Q = kalor (J)
m = massa benda (kg)
Kalor uap/didih
Lu=
Q
m
Keterangan:
Lu = kalor uap/didih (J.Kg-1
)
Q = kalor (J)
m = massa benda (kg)
PERPINDAHAN KALOR
Besarnya kalor pada peristiwa konduksi:
H = k.A.∆T/ℓ
Keterangan:
H = kalor yang merambat pada medium (J)
k = koefisien konduksi termal (J s-1 K )-1
m -1
ℓ = panjang medium (m)
A = luas penampang medium (m 2)
∆T = perbedaan suhu ujung-ujung medium (K)
Besarnya kalor pada peristiwa konveksi:
H = h.A.∆T
Keterangan:
H = kalor yang merambat pada medium (J)
h = koefisien konduksi termal (J s-1 K )-1
m -2
2
A= luas penampang medium (m )
∆T = perbedaan suhu ujung-ujung medium (K)
25. Energi pada peristiwa radiasi (berlaku hukum Stefan):
E = 1 T4
jika permukaannya tidak hitam sempurna:
E = e.1 T 4
sementara energi yang dipancarkan ke lingkungan:
E = e.1 (T 4- T ) 4
0
Keterangan:
-2
1 = konstanta Stefan (5,675 . 10-8
W.m .K ) -1
T = suhu (K)
e = emisivitas permukaan (0 < e <1)
T0= suhu sekitar atau suhu lingkungan
TEORI KINETIK GAS
Tekanan gas dalam ruang tertutup:
p
2N
.Ek ⇔ Ek
3V
3 pV
2N
Keterangan:
p = tekanan gas (pa)
Ek= energi kinetik gas (joule)
N = jumlah gas
V = volume (m 3
)
Hukum Boyle:
p.V = konstan
Hukum Gay Lussac:
V = K .T
Hukum Boyle-Gay Lussac
p .V = K .T
atau
p .V = N . k . T
Persamaan gas ideal:
p .V = n . R . T
dengan
N
N0
n
Keterangan:
K = konstanta
p = tekanan (pa atau N/m2)
T = suhu (K)
V = volume (m3)
N0 = bilangan Avogadro = 6,025.10 26 k mol-1
-1
R = konstanta gas umum = 8,31.103J.mol .K
-23
-1
k = tetapan Boltzman = 1,38.10 JK
n = jumlah zat (mol)
-1
26. Hubungan suhu mutlak dan energi kinetik partikel:
Ek
3
kT ⇔ T
2
2
Ek
3k
Energi dalam untuk gas monoatomik:
U = Ek =
3
NkT
2
Energi dalam untuk gas diatomik pada suhu rendah:
U = Ek =
3
NkT
2
Energi dalam untuk gas diatomik pada suhu sedang:
U = Ek =
5
NkT
2
Energi dalam untuk gas diatomik pada suhu tinggi:
U = Ek=
7
NkT
2
Keterangan:
U = energi dalam (J)
Ek= energi kinetik (J)
N = jumlah gas
T = suhu (K)
V = volume (m3)
TERMODINAMIKA
Usaha oleh lingkungan terhadap sistem (W):
W = –p.∆V
Keterangan:
W = usaha luar (J)
p = tekanan (pa)
3
∆V = perubahan volume (m )
Proses isothermal:
T = konstan ⇔ p.V = konstan
W = 2,3 . n RT log
V2
V1
Proses isokhorik:
V = konstan ⇔
p
= konstan
T
W = 0
Proses isobarik:
p = konstan ⇔
V
T
= konstan
W = p (V2– V )
1
Proses adiabatik:
pV = konstan
W = n Cv(T 2– T ) = n .C .∆T
1
v
27. Keterangan:
W = usaha luar/kerja (J)
n = jumlah zat (mol)
-1
R = konstanta gas umum = 8,31.103J.mol .K -1
T = suhu (K)
∆T = perubahan suhu (K)
3
V1= volume awal (m )
3
V2= volume akhir (m )
Cv= kapasitas kalor pada volume konstan (J/K)
Kalor yang diberikan pada suatu sistem:
Q = W + ∆U
Keterangan:
Q = kalor yang diserap/dilepas sistem (J)
∆U = perubahan energi dalam sistem (J)
W = usaha luar/kerja (J)
Kapasitas kalor gas (C):
∆Q
= konstan
∆T
∆U + ∆W ∆U ∆W
+
C=
∆T
∆T ∆T
C=
Keterangan:
C = kapasitas kalor gas (J/K)
∆Q = perubahan kalor (J)
∆T = perubahan suhu (K)
∆U = perubahan energi dalam (J)
Kapasitas kalor gas pada volume tetap (CV):
♣∆U •
÷
♥∆T ≠v
Cv = ♦
Kapasitas kalor gas pada tekanan tetap (Cp):
Cp = Cv + n R
=
Cp
Cv
Keterangan:
Cv= kapasitas kalor gas pada volume tetap (J/K)
Cp= kapasitas kalor gas pada tekanan tetap (J/K)
= tetapan/konstanta Laplace
n = jumlah zat (mol)
-1
R = konstanta gas umum = 8,31.103J.mol .K -1
Tetapan Laplace () untuk gas ideal monoatomik: = 1,67
Tetapan Laplace () untuk gas ideal diatomik: = 1,40
28. Usaha yang dilakukan pada gas dalam siklus Carnot:
W= Q- Q
1
Q1 T1
=
Q2 T2
2
Persamaan umum efisiensi mesin (η ):
η
W
×
Q1
%100
Efisiensi mesin Carnot:
♣ Q •
η ♦ − 2 ÷× %100
1
♦ Q ÷
♥
1 ≠
♣ T •
η ♦ − 2 ÷×100%
1
♦ T ÷
♥ 1≠
dengan 0 < η < 1
Koefisien daya guna (K) pada mesin pendingin Carnot:
K=
Q2
Q2
T2
=
=
W
Q1 − Q2 T1 − T2
Keterangan:
W = usaha atau kerja mesin (J)
Q1= kalor yang diserap pada suhu tinggi (J)
Q2= kalor yang diserap paa suhu rendah (J)
T1= suhu tinggi (K)
T2= suhu rendah (K)
η = efisiensi mesin (%)
K = koefisien daya guna
LISTRIK STATIS
Gaya Coulomb antara dua benda yang bermuatan listrik
Fc = k
q1.q2
r2
Keterangan:
Fc= gaya Coulomb (N)
q1, q 2= muatan listrik (C)
r = jarak kedua muatan (m)
k=
1
2
= 9.109Nm /C
4πε0
2
Resultan gaya Coulomb pada suatu titik bermuatan
G
FR
G G G
F1 + F2 + F3 + ...
n
G
qi
F kq ∑ ± 2
ri
i 1
29. Keterangan:
F = gaya Coulomb (N)
q = muatan yang ditinjau (C)
qi = muatan-muatan yang berinteraksi dengan q (C)
ri = jarak masing-masing muatan yang berinteraksi dengan q terhadap muatan q (m)
± = tanda (+) dan (-) menunjukkan tanda arah, bukan pada jenis muatan yang berinteraksi
dengan q
Kuat medan listrik (E)
E =
FC
q
k
q
r2
Keterangan:
E = kuat medan listrik (NC-1
)
FC = gaya Coulomb (N)
q = muatan listrik (C)
r = jarak antara titik dengan muatan listrik (m)
Total garis gaya listrik yang menembus suatu permukaan
Φ = E A cos α =
q
ε0
Keterangan:
Φ = jumlah total garis gaya yang menembus suatu permukaan
E = kuat medan listrik (N/C)
A = luas permukaan (m 2)
α = sudut antara E dan A
q = besar muatan listrik (C)
ε0 = 8,85 × 10-12 C2N -1 -2
m
Beda energi potensial (∆Ep) antara dua titik dalam medan listrik homogen
∆Ep = – FC ∆s cos α
.
Keterangan:
∆Ep= beda energi potensial (J)
Fc= gaya Coulomb (N)
α = sudut antara F dengan ∆s
C
∆s = jarak antara kedua titik (m)
Untuk membawa muatan q
diperlukan energi sebesar:
W = ∆Ep = k.
Keterangan:
W = energi (J)
q1.q2
r
2
ke titik lain didekat muatan q
1
yang berjarak r dari muatan itu
30. Kuat medan listrik homogen yang terdapat di antara dua plat sejajar bermuatan
E=
ς
ε0
Keterangan:
E = kuat medan listrik
1 = kerapatan muatan (jumlah muatan per satuan luas permukaan)
ε0 = 8,85 × 10-12 C2N -1 -2
m
Beda potensial (∆V) antara dua titik dalam medan listrik homogen
∆E p
∆V =
q
= -E ∆s cos α
Keterangan:
∆s = jarak antara dua titik (m)
Kapasitas kapasitor (C)
C=
q
V
Keterangan:
C = kapasitas kapasitor (farad)
q = muatan listrik (C)
V = tegangan listrik (volt)
Kapasitas kapasitor keping sejajar:
A
d
C= ε
Keterangan:
ε = permitivitas dialektrik
A = luas penampang (m 2)
d = jarak kedua keping (m)
Kapasitas kapasitor susunan seri:
1
Cs
1
1
1
1
+
+
+ ... +
C1 C2 C3
Cn
Kapasitas kapasitor susunan paralel:
CP = C1 + C2 + C3 + … + Cn
Energi yang tersimpan dalam kapasitor:
W=½
q2
C
½ q.V = ½ CV 2
Keterangan:
W = energi kapasitor (J)
q = muatan listrik (C)
V = tegangan listrik (volt)
C = kapasitas kapasitor (farad)
Cs= kapasitas kapasitor susunan seri (farad)
Cp= kapasitas kapasitor susunan pararel (farad)
31. RANGKAIAN ARUS LISTRIK SEARAH
Kuat arus listrik (I)
I=
q ne
=
t
t
Keterangan:
I = kuat arus listrik (Cs-1 atau ampere (A))
q = muatan listrik (C)
t = waktu yang dibutuhkan untuk menghantarkan arus listrik (s)
n = jumlah elektron
e = muatan elektron = 1,6 . 10-19 C
Hukum Ohm
V =IR
Keterangan:
V = tegangan listrik (volt)
I = kuat arus (ampere)
R = hambatan (Ω = ohm)
Hambatan (R) pada suatu penghantar
R=
ρ
L
A
Keterangan:
R = hambatan penghantar (Ω = ohm)
L = panjang penghantar (m)
A = luas penampang penghantar (m 2)
ρ = hambat jenis bahan (Ohm . m)
Hukum Kirchoff I
ΣImasuk = ΣIkeluar
Hukum Kirchoff II
ΣE + Σ I R = 0
Keterangan:
I = arus masuk (A)
E = tegangan listrik (volt)
R = hambatan listrik (ohm)
Hambatan listrik susunan seri (R s)
Rs = R1+ R 2 +… + Rn
Hambatan listrik susunan pararel (Rp)
1
Rp
1
1
1
+
+ ... +
R1 R2
Rn
Tegangan listrik susunan seri (E s
)
Es = E1+E 2 … + E n
+
I=
n.E
R + nr
32. Tegangan listrik susunan pararel (E p)
Ep = E
I=
n.E
r
R+
n
Keterangan:
I = arus listrik (A)
E = tegangan listrik (volt)
n = banyaknya sumber tegangan seri
r = hambatan dalam masing-masing sumber (ohm)
R = hambatan listrik (ohm)
Energi listrik (W):
W = q V = I2R t
Daya listrik (P):
P=
V2
W
= I2.R =
t
R
V.I
Keterangan:
W = energi listrik (J)
P = daya listrik (watt)
t = waktu (s)
I = arus listrik (A)
R = hambatan listrik (ohm)
V = tegangan listrik (volt)
INDUKSI MAGNETIK
Induksi magnetik (B):
B=
Φ
A
Keterangan:
B = induksi magnetik (weber/m2atau tesla)
Φ = fluks magnetik (weber)
A = luas penampang (m2)
Induksi magnetik pada kawat lurus panjang (B)
B=
Π0 I
2π a
Keterangan:
B = medan magnetik (weber/m2atau tesla)
I = kuat arus listrik (ampere)
a = jarak dari suatu titik ke penghantar
-7
=
0 permeabilitas ruang hampa = 4 π .10 weber/ampere.meter
33. Induksi magnetik pada kawat melingkar berarus (B)
B=
Π0 I N Π0 I N
=
2r
L
Induksi magnetik pada selenoida di pusat:
B = Π n I dengan n =
0
N
l
Keterangan:
N = jumlah lilitan
r = jari-jari lingkaran (m)
L = panjang selenoida (m)
n = jumlah lilitan per panjang selenoida
Induksi magnetik pada selenoida di ujung kumparan:
B=
Π0 I n
2
Induksi magnetik pada toroida:
B=
Π0 I N
ΠIN
R+r
atau B = 0
dengan a =
2π R
2π a
2
Gaya Lorentz pada kawat berarus dalam medan magnet:
F = B I L sin θ
Gaya Lorenzt dengan muatan bergerak dalam medan magnet:
F = B q v sin θ
Keterangan:
F = gaya Lorenzt (N)
B = medan magnetik (tesla atau T)
I = arus listrik (A)
q = muatan listrik (C)
v = kecepatan gerak muatan (m/s)
θ = sudut antara B dan I
= sudut antara B dan v
R = jari-jari toroida (m)
Gaya Lorenzt pada dua kawat sejajar
F=
Π0 I1 I 2 L
2π a
Momen kopel (M)
M = N A B I sin θ
Keterangan:
I1= kuat arus listrik pada kawat pertama (A)
I2= kuat arus listrik pada kawat kedua (A)
L = panjang kawat (m)
a = jarak antara dua kawat (m)
M = momen kopel (Nm)
N = jumlah lilitan
A = luas penampang kumparan (m 2)
B = medan magnetik (T)
I = kuat arus (A)
θ = sudut antara bidang normal dengan medan magnet
34. Permeabilitas relatif suatu bahan
r=
Π
Π0
Kuat medan magnet dengan inti besi
B= B 0
r
Keterangan:
=
r permeabilitas relatif
=
0 permeabilitas ruang hampa
=
r permeabilitas bahan
B = kuat medan magnet dengan inti besi (feromagnetik: >1)
r
B0= kuat medan magnet tanpa inti besi (udara)
INDUKSI ELEKTROMAGNETIK
GGL induksi ( ε ) menurut hukum Faraday
ε= −
N∆Φ
∆t
GGL induksi diri menurut hukum Henry
ε=–L
∆I
∆t
Fluks magnetik ( Φ )
Φ = B A cos θ
Keterangan:
ε = GGL induksi (volt atau V)
N = jumlah kumparan
∆ Φ = fluks magnetik (Wb)
∆I = perubahan arus listrik (A)
∆t = perubahan waktu (s)
B = medan magnet (T)
A = luas penampang (m2)
θ = sudut antara medan magnet dan permukaan datar penampang
Induktansi diri (L)
Φ
atau
I
Π0 N 2 A
L=
l
L=N
Energi yang tersimpan dalam induktor (W)
W = ½ L.I 2
Induktansi silang (induktansi bersama):
M=
Π0 N1 N 2 A
l
GGL induksi pada generator ( ε ):
ε maks = N B A ω
ε = ε maks sin ωt
sementara kuat arus (I):
Imaks = Imax sin ωt
35. Keterangan:
L = induktansi diri (henry atau H)
Φ = fluks magnet (Wb)
N = jumlah kumparan
I = kuat arus listrik (A)
l = panjang selenoida (m)
Π0 = permeabilitas udara = 4 π × 107 Wb m/A
W = energi yang tersimpan dalam induktor (J)
M = induktansi silang (henry)
N1= jumlah lilitan pada selenoida pertama
N2= jumlah lilitan pada selenoida kedua
A = luas penampang selenoida (m 2)
B = medan magnet (T)
ω = kecepatan sudut (rad/s)
t = waktu (s)
TRANSFORMATOR (TRAFO)
Besaran daya pada kumparan primer:
Pp= V .p I =p N . Ip p
Besaran daya pada kumparan sekunder:
Ps= V . I =s N . Is s
s
Daya yang hilang:
Philang = Pp– P s
Hubungan antara besaran-besaran pada kumparan primer dan kumparan sekunder:
Vs
Vp
Ns
I
dan P
Np
IS
Ns
Np
Efisiensi transformator:
η
Ps
× 100%
Pp
Keterangan:
Pp= daya pada kumparan primer (watt)
Ps= daya pada kumparan sekunder (watt)
Vp= tegangan listrik pada kumparan primer (V)
Vs= tegangan listrik pada kumparan sekunder (V)
Ip= kuat arus pada kumparan primer (A)
Is= kuat arus pada kumparan sekunder (A)
Np= jumlah lilitan pada kumparan primer
Ns= jumlah lilitan pada kumparan sekunder
η = efisiensi transformator (%)
ARUS DAN TEGANGAN BOLAK-BALIK
Nilai sesaat
I = Imaks sin ω t
V = Vmaks sin ( ω t ± θ )
36. Keterangan:
I = arus listrik (A)
Imaks = arus listrik maksimum (A)
V = tegangan listrik (V)
Vmaks = tegangan listrik maksimum (A)
ω = kecepatan sudut (rad/s)
t = waktu (s)
Nilai efektif
I ef
Vef
I maks
2
Vmaks
2
,0 .I maks
707
,0 .Vmaks
707
Keterangan:
Ief = arus listrik efektif (A)
Vef = tegangan listrik efektif (V)
Rangkaian resistif
I = Imaks sin ωt
V = Vmaks sin ωt
Prata-rata = Ief2.R
Keterangan:
Prata-rata = daya rata-rata (watt)
R = resistor (ohm)
Reaktansi induktif (X L)
XL= ω L = 2 π f L
Impedansi rangkaian R-L:
Z=
Vmaks
I maks
2
R2 + X L
Tegangan rangkaian R-L:
VL= I X L
Sudut fase pada rangkaian R-L:
XL
R
X
Cos θ = L
Z
Tg θ =
Keterangan:
XL= reaktansi induktif (ohm)
ω = kecepatan sudut (rad/s)
f = frekuensi (Hz)
L = induktansi induktor (H)
Z = impedansi (ohm)
VL= tegangan induktor (V)
R = resistor (ohm)
θ = sudut fase
Cos θ = faktor daya
37. Rangkaian kapasitif
I = Imaks sin ωt
V =Vmaks sin (ωt - 90o)
Reaktansi kapasitif (Xc)
VC maks
XC =
I maks
1
ωC
1
2π f C
Keterangan:
XC= reaktansi kapasitif (ohm)
C = kapasitas kapasitor (farad atau F)
Impedansi rangkaian R-C
Z=
Vmaks
I maks
2
R2 + X C
Tegangan rangkaian R-C:
VC= I X C
Sudut fase pada rangkaian R-C:
XC
R
X
Cos θ = C
Z
Tg θ =
Kuat arus pada rangkaian R-L-C
I=
V VR VL VC
=
=
=
R R X L XC
Impedansi rangkaian R-L-C
Z
R 2 + ( X L − X C )2
Tegangan pada rangkaian R-L-C
V
2
VR + (VL − VC ) 2
Beda sudut fase pada rangkaian R-L-C
X L − X C VL − VC
=
VR
R
R
cos θ =
Z
tg θ =
Resonansi pada rangkaian R-L-C
Syaratnya XL = XCsehingga:
f
1
2π
1
LC
Keterangan:
f = frekuensi resonansi (Hz)
L = induktansi induktor (H)
C = kapasitas kapasitor (F)
Harga impedansinya berharga minimum:
Z = R
Daya rata-rata (Pr )
Pr = I ef .Vef cos θ = Ief2.R cos θ
38. Keterangan:
θ = sudut fase
Daya semu (Ps)
Ps= I ef .Vef = Ief2.R
Faktor daya (cos θ )
cos θ =
Pr
Ps
OPTIKA GEOMETRI
Pemantulan cahaya
Hukum Snellius: sinar datang (i), sinar pantul (r), dan garis normal (N) terletak pada satu bidang
datar; dan sudut datang sama dengan sudut pantul.
Pembiasan cahaya
n = indeks bias
n
c
v
n2,1
n2
n1
n1sin i = n sin r
2
sin i
sin r
n2
n1
v1
v2
Ο
1
Ο
2
Keterangan:
i = sudut datang
r = sudut bias
n = indeks bias mutlak
c = kecepatan cahaya di ruang vakum/hampa = 3 × 108 m/s
v = kecepatan cahaya dalam suatu medium (m/s)
n2,1 = indeks bias relatif medium 1 terhadap medium 2
n1= indeks bias medium 1
n2= indeks bias medium 2
v1= kecepatan cahaya di medium 1 (m/s)
v2= kecepatan cahaya di medium 2 (m/s)
Ο = panjang gelombang di medium 1 (m)
1
Ο = panjang gelombang di medium 2 (m)
2
Pembiasan pada prisma
Besarnya sudut deviasi (D) pada prisma:
D = (i1+ r ) 2
Sudut deviasi minimum (Dmin) berlaku pada prisma:
Dmin = 2i1– , dan r = 1
Ε
2
Sementara untuk sudut Dmin dan yang kecil berlaku:
Dmin = (n – 1).
Keterangan:
= sudut puncak (pembias) prisma
39. Pembiasan pada bidang sferis (lengkung):
n2 − n1
R
n1 n2
+
s s'
Pembesaran (m) yang terjadi pada bidang sferis:
n1s'
n2 s
m=
h'
h
Keterangan:
n1= indeks bias medium
n2= indeks bias lensa
s = jarak benda (m)
s’ = jarak bayangan m)
h = tinggi benda (m)
h’ = tinggi bayangan (m)
R = jari-jari kelengkungan lensa (m)
Pembiasan pada benda yang berada di dalam kedalaman berbentuk bidang datar:
n2
s
n1
s’ =
Keterangan:
s' = kedalaman benda yang terlihat (m)
Sifat-sifat bayangan pada cermin datar:
- Jarak bayangan ke cermin (s’) = jarak benda ke cermin (s)
- Tinggi bayangan (h’) = tinggi benda (h)
- Sifat bayangan: tegak dan maya (tidak dapat ditangkap layar)
Perbesaran bayangan oleh cermin datar:
h'
=1
h
M=
Jarak fokus (f) pada cermin lengkung:
1 1
+
s s'
1
f
2
R
atau
f
R
2
s' . s
s '+ s
Jarak benda (s) pada cermin lengkung:
s
s'. f
s'− f
Jarak bayangan (s’) pada cermin lengkung:
s'
s. f
s− f
Pembesaran (M) pada cermin lengkung:
M=
s'
s
h'
atau
h
f
atau
s− f
s '− f
M=
f
M=
40. Keterangan:
f = jarak fokus (m)
R = jari-jari kelengkungan cermin (m)
s = jarak benda (m)
s’ = jarak bayangan (m)
h = tinggi benda (m)
h’ = tinggi bayangan (m)
M = pembesaran
Jarak fokus pada pembiasan cahaya di lensa:
1
f
♣n1
•♣1
1 •
♦ − 1÷♦ + ÷
♦n
÷♦R R ÷
♥m
≠♥ 1
2 ≠
Kekuatan lensa (P):
P=
1
f
Kekuatan lensa dan jarak fokus lensa gabungan:
Pgab = P1+ P + ...
2
1
f gab
=
1
1
+
+ ...
f1 f 2
Keterangan:
f = jarak fokus lensa (m)
n1= indeks bias lensa
nm = indeks bias medium
R1= jari-jari kelengkungan lensa 1 (m)
R2= jari-jari kelengkungan lensa 2 (m)
P = kekuatan lensa (dioptri)
Pgab = kekuatan lensa gabungan (dioptri)
fgab = jarak fokus lensa gabungan (m)
ALAT-ALAT OPTIK
Titik dekat mata normal (PP) = 25 cm
Titik jauh mata normal (PR) = ~
Rabun jauh (miopi):
PP < 25 cm dan PR < ~
P= −
1
PR
Rabun dekat (hipermetropi):
PP > 25 cm
P=
1 1
−
s PR
Keterangan:
P = kekuatan lensa (dioptri)
s = jarak benda (m)
41. Lup
Sifat bayangan pada lup (kaca pembesar): maya, tegak, diperbesar
Pembesaran anguler pada lup saat mata tidak berakomodasi:
γ =
sn
f
x
, sn= jarak titik dekat mata
f
Pembesaran anguler pada lup saat mata berakomodasi maksimal:
γ
=
sn
+ 1 dengan sn= 25 cm
f
Pembesaran anguler pada lup saat mata berakomodasi pada jarak x:
γ = sn
f
+
sn
x
Sn
f −d
(1 +
)
f
x
Pembesaran sudut pada lup:
γ =
sn − s' ♣ sn •
=
♦
÷
s ♥− s '+ d ≠
s
Keterangan:
γ = pembesaran sudut atau pembesaran anguler
Sn= jarak titik dekat mata (m)
f = jarak titik api atau titik fokus lup (m)
d = jarak lup ke mata (m)
x = jarak akomodasi (m)
s = jarak benda (m)
s’ = jarak bayangan (m)
Mikroskop
Sifat bayangannya: maya, terbalik, diperbesar
Panjang mikroskop:
d = fob + fok
Pembesaran linear total:
M = Mob . Mok =
sob sok
'
'
×
sob sok
Pembesaran sudut total untuk mata yang tidak berakomodasi:
M = Mob . Mok =
sob sok
'
'
×
sob sok
Pembesaran sudut total untuk mata yang berakomodasi maksimum:
M = Mob . Mok =
•
sob ♣ sn
'
× ♦ +1÷
♦f
÷
sob ♥ ok
≠
Keterangan:
M = pembesaran linear total
Mob = pembesaran lensa obyektif
Mok = pembesaran lensa okuler
sob = jarak benda di depan lensa obyektif (m)
s’ob = jarak bayangan yang dibentuk lensa obyektif (m)
sok = jarak benda di depan lensa okuler (m)
s’ok = jarak bayangan yang dibentuk lensa okuler (m)
fob = fokus lensa obyektif (m)
fok = fokus lensa okuler (m)
d = panjang mikroskop (m)
42. Teropong
Panjang teropong:
d = fob + fok
Pembesaran bayangan untuk mata yang berakomodasi maksimum:
M
f ob
+1
f ok
Pembesaran bayangan untuk mata yang tidak berakomodasi maksimum
M
f ob
f ok
Dispersi Cahaya
Sudut dispersi prisma (φ):
φ = Du - D m
Daya dispersi (Φ):
Φ = (n – n )m
u
Keterangan:
Du= sudut deviasi warna ungu
Dm = sudut deviasi warna merah
nu= indeks bias warna ungu
nm = indeks bias warna merah
Interferensi Cahaya
Interferensi cahaya pada celah ganda (percobaan Young)
Garis terang (interferensi maksimum):
sin α = m
Ο
pd
, dengan
=m Ο
d
L
Garis gelap (interferensi minimum):
sin α = (2m + 1)
Ο
pd ♣ 1 •
, dengan
= ♦ + ÷Ο
m
2d
2≠
L
♥
Keterangan:
Ο = panjang gelombang (m)
p = jarak pola ke terang pusat (m)
d = jarak celah (m)
L = jarak celah ke layar (m)
m = orde = 0, 1, 2, 3, ...
Interferensi cahaya pada selaput tipis
Garis terang (interferensi maksimum):
♣
♥
2nd cos r = ♦ +
m
1•
÷Ο
2≠
Garis gelap (interferensi minimum):
2nd cos r = m Ο
Keterangan:
n = indeks bias lapisan
d = tebal lapisan (m)
r = sudut bias
m = order = 0, 1, 2, 3, ...
43. Difraksi Cahaya
Difraksi cahaya pada celah tunggal:
Garis terang (interferensi maksimum):
♣
♥
d sin α = ♦ +
m
1•
pd ♣ 1 •
= ♦ + ÷Ο
m
÷ Ο dengan
2≠
2≠
L
♥
Garis gelap (interferensi minimum):
d sin α = m Ο , dengan
pd
= mΟ
L
Difraksi cahaya pada kisi difraksi:
Garis terang (interferensi maksimum):
d sin α = m Ο
pd
= mΟ
L
1
d=
N
Garis gelap (interferensi minimum):
♣
♥
d sin α = ♦ +
m
1•
pd ♣ 1 •
= ♦ + ÷Ο
m
÷ Ο dengan
2≠
2≠
L
♥
Keterangan:
d = jarak celah (m)
p = jarak pola ke terang pusat (m)
N = jumlah garis per satuan panjang
Ο = panjang gelombang (m)
α = sudut antara sinar yang dilenturkan dengan garis normal
Polarisasi Cahaya
Sudut polarisasi menurut hukum Brewster karena pembiasan dan pemantulan:
tan p =
n'
n
p + r = 90o
Keterangan:
p = sudut pantul
r = sudut bias
n = indeks bias medium 1
n’ = indeks bias medium 2
KONSEP ATOM
Percobaan Thomson
e
m
1,7 × 1011 C/kg
Keterangan:
e = muatan elementer = 1,60204 × 10-19 C
me= massa elektron = 9,11 × 10-31 kg
44. Deret Lyman
1
Ο
R (1 −
1
Ο
R(
1
Ο
R(
1
Ο
R(
1
) ; n = 2, 3, 4, …
n2
Deret Paschen
1 1
− ) ; n = 4, 5, 6, …
32 n 2
Deret Bracket
1 1
− ) ; n = 5, 6, 7, …
42 n 2
Deret Pfund
1 1
− ) ; n = 6, 7, 8, …
52 n 2
Keterangan:
Ο = panjang gelombang (m)
R = tetapan Rydberg (1,0074 × 107 m-1
)
Model atom Bohr
h
)
2π
rn = 5,3 . 10-11.n2
m.v.r = n (
En= –
,13
6
(dalam eV)
n2
,2 .10−18
174
En= –
n2
(dalam J)
Keterangan:
En= energi elektron pada kulit ke-n (eV)
m = massa partikel (kg)
v = kecepatan partikel (m/s)
r = jari-jari orbit (m)
n = bilangan kuantum utama = 1, 2, 3, ...
h = konstanta Planck = 6,63 × 10-23 JS
Energi radiasi
h.f=E–E 2
1
Keterangan:
hf = energi radiasi
E1= energi awal atom
E2= energi keadaan akhir atom
INTI ATOM
Nuklida jenis inti atom ditulis:
A
Z
X
Keterangan:
X = jenis inti atom atau nama unsur
A = nomor massa (jumlah proton + jumlah neutron)
Z = nomor atom (jumlah proton)
Jumlah netron: N = A – Z
45. Massa defek
mD= m – m , r atau:
i
mD= (Z.m + N.m ) n m
–
p
Energi ikat inti:
Eb = mD. c 2
r
Keterangan:
mD= massa defek (kg)
mi = massa inti (kg)
mr = massa proton ditambah massa neutron (kg)
Waktu paruh ( T½
)
n
N = No(½) dengan n =
t
T1
2
T½ =
ln 2
Ο
,0
693
Ο
Umur rata-rata:
T=
T1
1
= 2 = 1,44 T½
Ο ln 2
Keterangan:
N = jumlah sisa bahan yang meluruh
N0= jumlah bahan mula-mula
t = waktu peluruhan (s)
Ο = konstanta peluruhan (disentregasi/s)
T = umur rata-rata (tahun)
T1 = waktu paruh (s)
2
Energi foton dalam spektrum emisi:
Efoton = E2 - E1 = h.f
Keterangan:
Efoton = energi foton (J)
h = konstanta Planck = 6,63 × 10-34 Js
f = frekuensi (Hz)
GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK
Cepat rambat gelombang magnetik (c)
c
1
εΠ
Keterangan:
c = kecepatan atau cepat rambat gelombang elektromagnetik (m/s)
ε = permitivitas medium (C2/Nm 2)
Π= permeabilitas medium (Wb.m/A)
46. Cepat rambat gelombang magnetik di ruang hampa
c
1
ε 0 Π0
Keterangan:
ε0 = permitivitas listrik ruang hampa = 8,85 × 10-12 C2/N.m 2
-7
0 = permeabilitas magnet ruang hampa = 4 π × 10 Wb/A.m
G
Laju energi rata-rata per m2luas permukaan ( S )
G Emaks − Bmaks
G
B
S
atau S = ½ Emaks.Hmaks jika Hmaks =
Π0
2Π0
Induksi magnetik pada gelombang elektromagnetik:
E = H.v = c.B dan E maks = c.Bmaks
0
Keterangan:
G
S = laju energi rata-rata yang dipindahkan tiap m2luas permukaan
Emaks = medan listrik maksimum (N/C)
Bmaks = medan magnet maksimum (T)
-7
=
0 permeabilitas magnet ruang hampa = 4 π × 10 Wb/A.m
v = kecepatan (m/s)
c = cepat rambat gelombang elektromagnetik (m/s)
H = intensitas medan magnet
Energi radiasi kalor
W
E
t. A
P
A
e.ΩT 4
.
Keterangan:
W = energi persatuan waktu persatuan luas (watt.m-2
)
P = daya (watt)
e = koefisien emisivitas (0 < e < 1)
e = 0 → benda putih sempurna
e = 1 → benda hitam sempurna
K
τ = konstanta Stefans-Boltzman = 5,67.10-6 watt.m-2 -4
Hukum pergeseran Wien
b = maks . T
Keterangan:
maks = panjang gelombang yang dipancarkan pada energi maksimum (m)
b = tetapan pergeseran Wien = 2,8978.10-3
mK
T = suhu mutlak (K)
Teori kuantum Planck
Efoton = h f =
hc
Ο
Etotal = n h f = n
P=
E
c
h
Ο
hc
Ο
47. Keterangan:
h = tetapan Planck = = 6,63 × 10-34 Js
c = kecepatan cahaya (m/s)
E = energi foton (J)
P = momentum foton (kg m/s)
Ο = panjang gelombang (m)
n = jumlah foton
f = frekuensi foton (Hz)
Efek fotolistrik
Ek= E – W= hf – W
W = h . f0
Ek= h (f – f )
0
Keterangan:
Ek= energi kinetik elektron (J)
W = fungsi kerja logam (J)
f = frekuensi foton (Hz)
f0= frekuensi ambang (Hz)
h = konstanta Planck = 6,63 × 10-34 Js
Efek Campton
P=
E
c
hf
c
h
Ο
∆ = ’ – =
h
(1 − cos ϕ )
me .c
Keterangan:
P = momentum foton (kg m/s)
Ο = panjang gelombang (m)
h = tetapan Planck
c = kecepatan cahaya = 3 × 108 m/s
’ = panjang gelombang foton terhambur (m)
= panjang gelombang foton datang (m)
h
= panjang gelombang Compton = 0,0243 Å
me.c
ϕ = sudut hamburan foton
me= massa diam elektron = 9,1 × 10-23 kg
Teori de Broglie
Ο
Ο
h
mv
h
P
h
atau Ο
2mqv
h
2 m Ek
Keterangan:
m = massa partikel (kg)
v = kecepatan partikel (m/s)
= panjang gelombang (m)
P = momentum partikel (kg m/s)
q = muatan partikel (C)
48. TEORI RELATIVITAS
Kecepatan relatif terhadap acuan diam:
vx
x'
vx ' + v
v 'v
1 + x2
c
x − v.t
v2
c2
vx
t− 2
c
v2
1− 2
c
1−
t'
Keterangan:
vx= kecepatan relatif terhadap acuan diam (m/s)
vx’ = kecepatan relatif terhadap acuan bergerak (m/s)
v = kecepatan acuan bergerak terhadap acuan diam (m/s)
c = kecepatan cahaya = 3 × 108 m/s
x = tempat kedudukan peristiwa menurut kerangka acuan pertama
x' = tempat kedudukan peristiwa menurut kerangka acuan kedua
t = waktu peristiwa menurut kerangka acuan kedua (s)
t = waktu peristiwa menurut kerangka acuan pertama (s)
Kontraksi Lorenzt
L' L 1 −
v2
c2
=
L
b
Dilatasi waktu
∆t’ =
∆t
⇔ ∆t’ = b.∆t
v2
1− 2
c
Relativitas massa/massa relativistik
m=
m0
v2
1− 2
c
b m0
Keterangan:
L’ = panjang benda oleh pengamat bergerak (m)
L = panjang benda oleh pengamat diam (m)
b=
1
v2
1− 2
c
= konstanta transformasi
∆t = lama waktu oleh pengamat diam (s)
∆t’ = lama waktu oleh pengamat bergerak (s)
m = massa benda bergerak (kg)
m0= massa benda diam (kg)
49. Relativitas momentum/momentum relativistik:
m0 .v
p = m .v =
v2
− 2
1
c
b m0 v
Relativitas energi/energi relativistik:
Untuk benda yang bergerak:
E=
m0 .c 2
1−
b m0 c 2
2
v
c2
Untuk benda diam:
m0 c 2
E0=
1− 0
m0 c 2
Energi kinetik relativistik:
Ek= E - E
0
=
m0 c 2
1−
2
v
c2
− m0 c 2
Keterangan:
p = momentum relativistik (kg m/s)
E0= energi diam (J)
E = energi total (J)
E = energi kinetik (J)
(b − 1) m0.c 2