2. Pendahuluan
• Efek anestesia diperoleh dari konsentrasi
terapetik di sistem saraf pusat.
• Langkah –langkah terdistribusi zat anestetik
inhalasi mulai dari vaporisasi di mesin anestesi
atau secara sistemik terdeposisi di jaringan
otak.
3. Mekanisme distribusi obat Inhalasi
1. Konsentrasi Inspiratori (FI)
• Gas anestesi dari mesin anestesia bercampur
dengan gas di sirkuit pernapasan sebelum dihirup
oleh pasien, pasien mendapatkan konsentrasi
yang sesuai dengan pengaturan di vaporiser.
• Agen inhalasi yang terhirup akan semakin dekat
dengan konsentrasi yang keluar dari mesin
anestesia apabila laju aliran gas segar tinggi,
volume sirkuit napas sedikit, dan absorpsi mesin
rendah.
4. • Komposisi gas yang diinspirasi dipengaruhi
oleh :
- Laju aliran gas
- Volume dalam sirkuit pernapasan,
- Absorpsi mesin anestesia
6. 1) Ambilan anestesi
• Ambilan anestesi menghasilkan kurva
konsentrasi alveolar per waktu untuk
masing-masing anestetik
• Mula-mula konsentrasi alveolar meningkat
tajam oleh karena pengisian alveolar
melalui ventilasi. kemudian melambat
sesuai dengan ambilan jaringan hingga
mencapai kapasitas totalnya.
7. 2) Ventilasi.
- Penurunan Pa alveolar oleh ambilan jaringan,
dapat kembali ditingkatkan dengan
ventilasi.
- Pemberian anestetik secara konstan dapat
menstabilisasi konsentrasi alveolar.
Meningkatkan ventilasi secara langsung akan
meningkatkan rasio FA:FI untuk anestetik
solubel.
- Agen inhalasi dapat mendepresi curah
jantung, shg mendepresi ventilasi (misalnya
halotan) menurunkan laju peningkatan
konsentrasi alveolar
8. 3) Konsentrasi.
- Efek ambilan berkurang krn peningkatan
konsentrasi inspirasi (FI)
N. Meningkatkan konsentrasi inspirasi tidak
hanya meningkatkan konsentrasi alveolar, tetapi
juga laju peningkatan tersebut (disebut efek
konsentrasi (concentration effect).
- efek aliran teraugmentasi (augmented inflow
effect). untuk mencegah kolapsnya alveoli
N. Anestetik yang diabsorpsi oleh sirkulasi
pulmoner harus digantikan oleh gas campuran
dengan konsentrasi inspirasi
9. I. Risiko General Anestesi
1. Pernapasan
• Gas anestesi, volatile agent, obat sedasi
dan opioid depresi pusat respirasi dan
SSP terjadi perubahan pola ventilasi paru
dan alveolar
• Selain itu depresi respirasi akibat prosedur
pembedahan dan posisi pembedahan
pertukaran gas
10. Cont..
• Upaya complaint paru menurun penyempitan
pembuluh darah paru penurunan sirkulasi
alveolar hipoventilasi paru menurun hipoxic
pulmonary vasocantriction
• Efek pembedahan peningkatan intravaskuler
bersifat kardiogenik ( kegagalan pompa
intrinsink), peningkatan tekanan negatif
intrathoraks meningkatkan venus return, after
load dan tekanan vena pulmonalis edema paru
• Contoh lain obat N2O pada akhir anestesi
mengencerkan gas alveolar penurunan PaO2
dan PaCO2
12. Risiko GA
2. Kardiovaskuler
• Vasodilatasi
• penurunan curah jantung
• depresi tekanan arteri akibat penurunan
tahanan vascular
• hipotensi, hipertensi, disritmia dan payah
jantung , henti jantung
13. Cont..
• Px riwayat Hipertensi stres opersi
peninkatan vasokonstriksi hipertensi sistemik
• Vasodilatasi penurunan sirkulasi hipotensi
sitemik hipovolemik kardiogenik, hipotensi
distributif ( penurunan pre load )
• Stres operasi penurunan perfusi jaringan
• Disritmia atau aritmia, akibat dari hipoksemia,
hipoventilasi, ketidakseimbangan elektrolit
selama intra anestesi
• Henti jantung, akibat dari perdarahan, emboli,
gangguan metabolik, gangguan airway dan
iatrogenik
14. Cont..
• Pemberian halotan dan enfluran, isfluran, desfluran
penurunan tekanan arteri, disebabkan penurunan
curah jantung karena sedikitnya perubahan dalam
tahanan vascular sistemik.
• Hipertensi dapat terjadi periode induksi dan
pemulihan anesthesia, disebabkan oleh analgesik
dan hipnosis yang tidak adekuat, batuk, penyakit
hipertensi yang tidak diterapi, dan ventilasi yang
tidak adekuat
15. Risiko GA
3. Persarafan
• Penurunan laju metabolik
• meningkatkan aliran darah serebrum
karena penurunan tahanan vaskuler
serebrum
• Agen enfluran kejang
16. Risiko GA
4. Ginjal
Penurunan filtrasi glomerulus dan aliran plasma ginjal,
serta meningkatkan fraksi filtrasi, sehingga dapat
mennyebabkan :
• Meningkatkan tahanan vascular ginjal
mengganggu autoregulasi aliran darah ginjal
oliguri ( N.urine : 0,5 ml/kgBB/jam )
• Retensi urine krn ketidakmampuan utk
mengosongkan kandung kemih > 500 – 600 ml, akibat
dari obat antikolinergik. Α-bloker, opioid, kurang
cairan, durasi operasi yg lama, usia diatas 50 thn
17. Risiko GA
6. Hati
• Inhalasi akan menurunkan aliran darah ke
hati
7. Otot Polos Uterus
• N2O mempunyai efek yang kecil terhadap
otot polos uterus.
18. Risiko GA
8. Perdarahan
• Akibat dari trauma dan manipulasi jaringan
pada area pembedahan
• Perdarahan Dehidrasi syok
hipovelemia
19. Risiko GA
9. Gagguan Suhu
a. Hipertermi Maligna
• agen anestesi inhalasi (halotan, sevofluran) dan
relaksan otot (suksinilkolin) dapat memicu terjadinya
hipertermi malignan.
b.Hipotermia
• akibat dari anestesi GA atau RA mempengaruhi
homeostasis termal menyebabkan terganggnya
mekanisme termoregulator sentral
• Hipotermi shivering ( kondisi menggigil ) krn
pemulihan yg tdk bersamaan antara otak dan medula
spinalis ( jk medula spinalis lebih cepat pulih tdk
adanya hambatan refleks spinal sbg aktivitas klonik )
• Shivering disfungsi trombosit meningaktkan
perdarahan, blokade neurumoskuler dan pulih sadar
memanjang, meningkatkan konsumsi oksigen, dan juga
menhambat metabolisme obat
20. Risiko GA
9. Reaksi Hipersensitif
• karena terbentuknya mediator kimia
endogen seperti histamin dan serotonin dll
• Sering terjadi pada pemberian induksi
intravena dan obat pelumpuh otot.
10. Nyeri
21. Efek Samping GA
• Reaksi alergi terhadap obat anestetik
• Rasa mual dan muntah
• Kerusakan gigi krn tindakan laringoscopi
• Penurunan suhu tubuh hingga hipotermia
• Sakit kepala
• Tersadar ditengah-tengah proses operasi
22. II. Risiko RA
1. Hipotensi
Terjadi pada menit ke 20 setelah injeksi obat
anestesi lokal karena :
• Kecepatan masuknya obat anestesi lokal ke
dalam ruang subarakhnoid (iatrogenik )
• Blok simpatis yg berlebihan menurunkan
tonus vaskuler blok saraf cardio
accelerator
23. Cont..Risiko RA
2. Blokade spinal tinggi/total
• akibat dari kesalahan perhitungan dosis
paralisis motorik
• menyebabkan blok simpatetik dilatasi
arterial dan kapasitas pembuluh darah
vena penurunan sirkulasi darah ke
organ vital terutama otak dan jantung,
yang cenderung menimbulkan sequele
24. Cont..Risiko RA
3. Mual dan muntah (Post Operative Nausea
Vomitting :PONV)
krn hipotensi penurunan blood flow ke pusat
koordinasi refleks muntah, yaitu chemoreceptor
trigger zone (CTZ) dan central vomiting centre (CVC)
di medula oblongata shg mengalami ggn fungsi
merangsang aktifitas parasimpatik pada GI
peningkatan peristaltik usus
25. Cont..Risiko RA
4. Penurunan panas tubuh
• Hipotermia terjadi karena sekresi
katekolamin ditekan sehingga produksi
panas oleh metabolisme berkurang.
26. Cont..Risiko RA
5. Post Dural Puncture Headache (PDPH)
• karena adanya kebocoran cairan
cerebrospinalis (LCS) akibat tindakan
penusukan jaringan spinal
6. Cauda Equina Sindrom
• Terjadi ketika cauda equina terluka atau
tertekan.
7. Meningitis
Munculnya bakteri pada ruang subarachnoid
akibat karena penanganan klinis dilakukan tidak
dengan baik.
27. Cont..Risiko RA
8. Retensi Urine
• Blokade sakral menyebabkan atonia vesika
urinaria sehingga volume urin di vesika urinaria
jadi lebih banyak.
• Blokade simpatik eferen (T5-L1) menyebabkan
kenaikan tonus sfinkter yang menghasilkan retensi
urine.
9 . Spinal hematoma
• akibat trauma jarum spinal pada pembuluh darah
di medula spinalis
10. Toksisitas
28. Efek Samping RA
• Nyeri Punggung (Backache)
• Sakit kepala
• Hipotensi
• Hipotermia
• Perdarahan
• Reaksi alergi
• Infeksi tulang belakang
29. III. Risiko Anestesi Lokal
• Komplikasi lokal
– Nyeri
– Perdarahan
– Kerusakan sebagian kecil saraf
– Kematian sel
– Infeksi pasca operasi
30. • Komplikasi Sistemik
a) SSP
– Depresi jalur penghambatan kortikal
– Jika kadar anestesi lokal dalam darah meningkat
depresi SSP kejang meninggal
b) Sistem saraf perifer (neurotoksisitas)
– Krn dosis yg berlbeihan
31. Cont.. Komplikasi Sistemik
c) KVS
– menghambat saluran Na di jantung
meningkatkan aktivitas CO , eksitabilitas, dan
konduksi jantung menjadi abnormal.
d) Reaksi alergi
- Tipe ester dimetabolisir menjadi turunan asam p-
aminobenzoat reaksi alergi.
- Tipe amida tidak dimetabolisir menjadi p-
aminobenzoat, sehingga jarang tejadi reaksi alergi