Syok didefinisikan sebagai gangguan sirkulasi darah akibat kegagalan perfusi jaringan, menyebabkan gangguan metabolisme sel. Dokumen ini membahas definisi, klasifikasi, patofisiologi, dan penatalaksanaan beberapa jenis syok seperti hipovolemik, kardiogenik, dan septik.
Ringkasan dokumen tersebut adalah: Teknik anestesia yang digunakan untuk operasi laparoscopy meliputi anestesia umum, lokal, dan regional. Anestesia umum direkomendasikan untuk prosedur laparoscopy yang lebih lama karena dapat mengendalikan ventilasi dan tekanan intraabdominal. Anestesia lokal dan regional memberikan keuntungan pemulihan yang lebih cepat namun perlu dipertimbangkan faktor teknis dan kemampuan pasien.
Syok didefinisikan sebagai gangguan sirkulasi darah akibat kegagalan perfusi jaringan, menyebabkan gangguan metabolisme sel. Dokumen ini membahas definisi, klasifikasi, patofisiologi, dan penatalaksanaan beberapa jenis syok seperti hipovolemik, kardiogenik, dan septik.
Ringkasan dokumen tersebut adalah: Teknik anestesia yang digunakan untuk operasi laparoscopy meliputi anestesia umum, lokal, dan regional. Anestesia umum direkomendasikan untuk prosedur laparoscopy yang lebih lama karena dapat mengendalikan ventilasi dan tekanan intraabdominal. Anestesia lokal dan regional memberikan keuntungan pemulihan yang lebih cepat namun perlu dipertimbangkan faktor teknis dan kemampuan pasien.
Teknik hipotensi terkendali melibatkan penurunan tekanan darah sistolik sampai 80-90 mmHg atau MAP 50-60 mmHg untuk mengurangi perdarahan, memperbaiki lapangan operasi, mempercepat operasi, dan mengurangi transfusi darah. Teknik ini melibatkan penggunaan agen hipotensi, manuver posisi, kontrol ventilasi, dan monitor pasien secara ketat.
1. Syok merupakan ketidakseimbangan antara suplai dan permintaan oksigen jaringan yang menyebabkan disfungsi organ.
2. Ada beberapa penyebab syok seperti hipovolemia, kardiogenik, distributif seperti sepsis, dan anafilaksis.
3. Penanganan syok meliputi resusitasi cairan, oksigenasi, dan obat vasoaktif sesuai penyebabnya.
Pendahuluan:
Tissue disoxia merupakan problema utama dari pasien2 baik pascabedah maupun pasien sakit kritis di ICU
Tissue disoxia dapat disebabkan oleh rendahnya DO2, gangguan mikrosirkulasi dan peningkatan kebutuhan metabolisme sistim selular
Berlanjut menjadi cytopathic hypoxia yang disebabkan oleh disfungsi mitokhondria
Syok adalah gangguan sirkulasi darah global yang menyebabkan hipoksia jaringan. Prinsip pengelolaannya adalah segera membayar hutang oksigen jaringan dan mencegah gagal organ dengan mengelola penyebabnya serta memberikan dukungan oksigen dan sirkulasi yang memadai.
1. Sirosis hati adalah penyakit kronis yang ditandai dengan kerusakan arsitektur hati akibat pembentukan jaringan ikat dan nodula regenerasi.
2. Terdapat 3 jenis sirosis: alkoholik, pasca hepatitis akut, dan bilier.
3. Gejala awal sering samar seperti kelelahan. Komplikasi berat termasuk perdarahan saluran cerna, asites, dan ensefalopati hepatik.
1. Sindroma TUR adalah komplikasi yang ditandai oleh overload cairan, hiponatremia, dan hipoosmolaritas akibat absorpsi cairan irigasi selama operasi TURP.
2. Manifestasi klinisnya berkisar dari gangguan pernapasan hingga gagal jantung dan ginjal akibat overload cairan.
3. Penatalaksanaannya meliputi menghentikan operasi, memberikan diuretik, oksigenasi, koreksi elektrolit, dan manajemen c
Teks tersebut merangkum pengertian, komponen, fungsi, dan struktur sistem kardiovaskular. Sistem ini bertugas mengalirkan darah ke seluruh jaringan tubuh untuk kepentingan metabolisme dan mengangkut bahan sisa metabolisme kembali ke jantung. Komponen utamanya adalah jantung, pembuluh darah, dan sistem regulator. Jantung berfungsi sebagai pompa darah untuk sirkulasi sistemik dan pulmonal serta mendistribusikan nutrisi
Teknik hipotensi terkendali melibatkan penurunan tekanan darah sistolik sampai 80-90 mmHg atau MAP 50-60 mmHg untuk mengurangi perdarahan, memperbaiki lapangan operasi, mempercepat operasi, dan mengurangi transfusi darah. Teknik ini melibatkan penggunaan agen hipotensi, manuver posisi, kontrol ventilasi, dan monitor pasien secara ketat.
1. Syok merupakan ketidakseimbangan antara suplai dan permintaan oksigen jaringan yang menyebabkan disfungsi organ.
2. Ada beberapa penyebab syok seperti hipovolemia, kardiogenik, distributif seperti sepsis, dan anafilaksis.
3. Penanganan syok meliputi resusitasi cairan, oksigenasi, dan obat vasoaktif sesuai penyebabnya.
Pendahuluan:
Tissue disoxia merupakan problema utama dari pasien2 baik pascabedah maupun pasien sakit kritis di ICU
Tissue disoxia dapat disebabkan oleh rendahnya DO2, gangguan mikrosirkulasi dan peningkatan kebutuhan metabolisme sistim selular
Berlanjut menjadi cytopathic hypoxia yang disebabkan oleh disfungsi mitokhondria
Syok adalah gangguan sirkulasi darah global yang menyebabkan hipoksia jaringan. Prinsip pengelolaannya adalah segera membayar hutang oksigen jaringan dan mencegah gagal organ dengan mengelola penyebabnya serta memberikan dukungan oksigen dan sirkulasi yang memadai.
1. Sirosis hati adalah penyakit kronis yang ditandai dengan kerusakan arsitektur hati akibat pembentukan jaringan ikat dan nodula regenerasi.
2. Terdapat 3 jenis sirosis: alkoholik, pasca hepatitis akut, dan bilier.
3. Gejala awal sering samar seperti kelelahan. Komplikasi berat termasuk perdarahan saluran cerna, asites, dan ensefalopati hepatik.
1. Sindroma TUR adalah komplikasi yang ditandai oleh overload cairan, hiponatremia, dan hipoosmolaritas akibat absorpsi cairan irigasi selama operasi TURP.
2. Manifestasi klinisnya berkisar dari gangguan pernapasan hingga gagal jantung dan ginjal akibat overload cairan.
3. Penatalaksanaannya meliputi menghentikan operasi, memberikan diuretik, oksigenasi, koreksi elektrolit, dan manajemen c
Teks tersebut merangkum pengertian, komponen, fungsi, dan struktur sistem kardiovaskular. Sistem ini bertugas mengalirkan darah ke seluruh jaringan tubuh untuk kepentingan metabolisme dan mengangkut bahan sisa metabolisme kembali ke jantung. Komponen utamanya adalah jantung, pembuluh darah, dan sistem regulator. Jantung berfungsi sebagai pompa darah untuk sirkulasi sistemik dan pulmonal serta mendistribusikan nutrisi
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFratnawulokt
Peningkatan status kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu hal prioritas di Indonesia. Status derajat kesehatan ibu dan anak sendiri dapat dinilai dari jumlah AKI dan AKB. Pemerintah berupaya menerapkan program Sustainable Development Goals (SDGs) dengan harapan dapat menekan AKI dan AKB, tetapi kenyataannya masih tinggi sehingga tujuan dari penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dari ibu hamil trimester III sampai KB.
Metode penelitian menggunakan Continuity of Care dengan pendokumentasian SOAP Notes. Subjek penelitian Ny. “H” usia 34 tahun masa kehamilan Trimester III hingga KB di PMB E Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung.
Hasil asuhan selama masa kehamilan trimester III tidak ada komplikasi pada Ny. “E”. Masa persalinan berjalan lancar meskipun terdapat kesenjangan dimana IMD dilakukan kurang dari 1 jam. Kunjungan neonatus hingga nifas normal tidak ada komplikasi, metode kontrasepsi memilih KB implant.
Kesimpulan asuhan pada Ny. “H” ditemukan kesenjangan antara kenyataan dan teori di penatalaksanaan, tetapi dalam pemberian asuhan ini kesenjangan masih dalam batas normal. Asuhan kebidanan ini diberikan untuk membantu mengurangi kemungkinan terjadi komplikasi pada saat masa kehamilan hingga KB.
2. Definisi
• Kumpulan dari gejala2 :
– Hipoksia
– Hipotensi
– Cardiac aritmia
– Peningkatan PVR (pulmonary vascular resistance)
– Cardiac arrest
• Sering terjadi pada tindakan hip arthroplasty
fraktur tulang panjang ataupun penggunaan
cement
3. Klasifikasi
• BCIS berdasarkan beratnya :
– Grade I : moderate hypoxia (SpO2<94%) atau
hipotensi (penurunan tekanan darah sistolik >
20%)
– Grade II : severe hypoxia (SpO2 <88%) atau
hipotensi ( penurunan tekanan darah sistolik
>40%) atau terdapat penurunan kesadaran
– Grade III : cardiovascular collaps yang
membutuhkan RJP
4. Gejala Klinis
• Penurunan saturasi O2
• Penurunan tekanan darah sistemik
• Sebagian kecil dapat terjadi aritmia, syok dan
cardiac arrest
• Peningkatan PVR (pulmonary vaskular resistance)
terjadi karena penurunan fraksi ejeksi ventrikel
kanan
• Penurunan pengisian LV dan terjadi penurunan CO
dikatakan dapat terjadi karena distensi RV
septum interventrikular ke arah LV 68
5. • Delirium paska operasi diduga embolisasi
canal content sirkulasi serebral (40-60%
Transcranial Doppler USG , tetapi belum tentu
mengalami delirium atau neurologis defisit)
6. Etiologi dan Pathofisiology
• Monomer –mediated model
– In vitro : vasodilatasi
– In vivo : konsentrasi MMA yang rendah(methyl
methaacrylate) paska semenisasi untuk
menyebabkan efek pada kardiovaskular
– Hal di atas menyebabkan dugaan bahwa hipotensi
terjadi karena peningkatan intermedular pressure
yang menyebabkan embolisasi dibandingkan
dengan efek MMA nya itu sendiri
7. • Embolic model
– Echo pada right atrium, RV, arteri pulmonal
– Post mortem studi embolisasi pada hewan
maupun manusia
– Fisiologisnya : mekanik efek dan pelepasan
mediator peningkatan tonus vaskular
pulmonary
– Lemak, bone marrow, udara, partikel cement,
partikel tulang sendiri
8. Mekanisme emboli
• High intermedullary pressure (cementation dan
insersi prothesis)
• Reaksi exothermic dan terdapat space antara
prothesis/cement dengan tulang, yang akan
menjebak udara, dan tekanan yang terbentuk ini
akan mendorongnya partikel di sekitar masuk ke
dalam sirkulasi
• Pada penelitian (anjing) ↑ fraksi pulmonary
shunt; ↑ mean pulmonary arterial pressure dan ↓
signifikan arteri partial pressure of oxygen (Pa O2)
9.
10. Pelepasan Mediator
• PVR ↑ :
– Rusaknya endotelium vasokonstriksi pembuluh
darah dan pelepasan mediator
– Embolic material pelepasan vasoaktif dan pro
inflamasi (trombin dan tromboplastin) ↑ PVR
• ↓ SVR
– Pelepasan 6-keto PGF 1α dan thromboplastin
• Pencegahan dari pelepasan mediator ini adalah
dengan melakukan lavage medullary sebelum
pemberian cement
11. Faktor Resiko Pasien
• Lansia
• Penyakit penyerta
• Ganguan kardiopulmonal
• Hipertensi pulmonal preoperasi
• Osteoporosis
• Metastase pada tulang
• Hip Fracture
• Intertrochanter fracture
12. • Pasien dengan malignant tumor; berkaitan
dengan ↑ level procoagulant (fibrinopeptide
A) ↑ trombo emboli
13. Surgical Risk
• Operasi pertama more potentially embolic
material pada fraktur tulang panjang 23
• Bila revisi dikerjakan pada tulang yang sudah
diberikan cement inner surface tulangnya
akan lebih smooth dan sclerotic dengan
lapisan yang lebih impermeable51
14. Anestetic risk reduction
• Full investigation of co-morbidity dan optimalisasi
preop
– Kelainan ataupun gangguan jantung
– Kelainan paru
– Metastatic disease
– Fraktur femur
• Pasien dengan riwayat BCIS sebelumnya
• Pemilihan Anestesi
– Animal studi hemodinamic change pada GA
dengan volatile dibandingkan RA
15. • Meminimalkan penggunaan N2O pada pasien
dengan resiko tinggi
• Meningkatkan koncentrasi FiO2 at cementation
• Mencukupi volume intravaskular sebelum
cementation
• Monitoring
– CVP = hemodinamik & inotropic agent
• Terdapat studi yang menanjurkan pemberian low
dose epinephrine infusion selama cementation
16. Surgical Reduction
• Medulary lavage
• Good haemostasis sebelum cementation
• Penggunaan non cemented prothesis
• Venting the medulla ( memiliki kekurangan)
• Cement tidak bisa dihindari
– Cement gun = tekanan yang terdistribusi, less
resuction saturation
– Retrograde insertion
17. • Pencampuran dengan keadaan vakum
memiliki resiko penurunan saturasi lebih
rendah dibandingkan mencampur pada
keadaan atmospheric pressure (british
orthopedic association guide to good practice
2006)
18. Management
• Jika BCIS suspected :
– FiO2 ditingkatkan hingga 100%, suplementary
O2postoperatif
– Treated as RV failure
– Agresive resucitation with i.v fluid
– Pemasangan CVP pada pasien dengan resiko tinggi
– Obat-obat vasopressor
– First line agent = α1 agonist (disfungsi RV &
vasodilatasi)