Gempa bumi Lombok 2018 berkekuatan 7 skala Richter menyebabkan kerusakan serius di Lombok. Lebih dari 130 orang tewas dan ribuan lainnya luka-luka. Bantuan darurat diberikan kepada ratusan ribu pengungsi, namun kendala logistik seperti jalan rusak menghambat distribusi. Relawan membutuhkan peralatan seperti tenda, alat berat, transportasi, dan perlengkapan medis untuk menangani korban.
1. PENANGGULANGAN GEMPA BUMI LOMBOK
( Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Bencana II )
Oleh :
MELA FITRIANI
C1AA16054
4A S1 KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI
2019
2. A. PENDAHULUAN
Gempa bumi adalah getaran atau getar-getar yang terjadi di
permukaan bumi akibat pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba yang
menciptakan gelombang seismik. Gempa Bumi biasa disebabkan oleh
pergerakan kerak Bumi (lempeng Bumi). Frekuensi suatu wilayah, mengacu
pada jenis dan ukuran gempa Bumi yang dialami selama periode waktu.
Gempa Bumi diukur dengan menggunakan alat Seismometer. Moment
magnitudo adalah skala yang paling umum di mana gempa Bumi terjadi
untuk seluruh dunia. Skala Rickter adalah skala yang dilaporkan oleh
observatorium seismologi nasional yang diukur pada skala besarnya lokal 5
magnitude. Kedua skala yang sama selama rentang angka mereka valid.
Gempa 3 magnitude atau lebih sebagian besar hampir tidak terlihat dan jika
besarnya 7 lebih berpotensi menyebabkan kerusakan serius di daerah yang
luas, tergantung pada kedalaman gempa.
Gempa bumi Lombok Agustus 2018 adalah sebuah gempa darat
berkekuatan 7 Mw yang melanda Pulau Lombok, Indonesia pada tanggal 5
Agustus 2018, pukul 19:46 WITA. Pusat gempa berada di 18 km barat laut
Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat dengan kedalaman 32 km. Gempa
bumi ini merupakan gempa utama dari rangkaian gempa bumi di Pulau
Lombok sejak gempa awalan 6,4 Mw akhir Juli lalu. Badan Meteorologi
3. Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melansir peringatan terjadinya tsunami
akibat gempa ini.
Angka korban tewas yang dirilis Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB) dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
Nusa Tenggara Barat (NTB), adalah 131 orang. Sebagian besar korban
meninggal akibat tertimpa bangunan roboh saat gempa.
Sementara itu, korban cedera mencapai 1.353 orang, dengan 783 di
antara mereka mengalami luka berat.
Berdasarkan data dari Posko Tanggap Gempa Lombok jumlah
pengungsi mencapai 352.793 orang. Sebaran pengungsi terdapat di
Kabupaten Lombok Utara 137.182 orang, Lombok Barat 118.818 orang,
Lombok Timur 78.368 orang, dan Kota Mataram 18.368 orang.
B. PEMBAHASAN
a. Bantuan dan Kerugian
Perhitungan sementara Kedeputian Rehabilitasi dan Rekonstruksi
BNPB menunjukkan kerugian akibat gempa di NTB mencapai lebih dari
Rp5,04 triliun.
Perkiraan kerugian tersebut berasal dari sektor permukiman Rp3,82
triliun, infrastruktur Rp7,5 miliar, ekonomi produktif Rp432,7 miliar, sosial
budaya Rp716,5 miliar, dan lintas sektor Rp61,9 miliar.
4. Menurut Sutopo, distribusi bantuan logistik ke pengungsi juga terus
dilanjutkan ke seluruh pelosok daerah yang terdampak gempa.
Bantuan mencakup tenda, selimut, makanan siap saji, terpal alas
tidur, MCK, air bersih, perbaikan jaringan komunikasi, penerangan atau
listrik, kendaraan untuk distribusi logistik, dan kebutuhan dasar sehari-hari.
Akan tetapi, tim penyalur logistik menemui kendala serius berupa
banyaknya akses jalan yang rusak.
Untuk mengatasi ini, tiga helikopter dari BNPB, TNI dan Basarnas
digunakan untuk distribusi bantuan ke daerah terisolir.
b. Penanganan Bencana
Menurut Avianto Amri dari Masyarakat Penanggulangan Bencana
Indonesia (MPBI) menyebutkan ada perlengkapan yang dibutuhkan
relawan dalam penanganan bencana. Serangkaian persiapan untuk
membantu korban gempa Lombok perlu dilakukan matang mengingat
kondisi area lokasi terdampak mengalami kerusakan.
Masa tanggap darurat bencana gempabumi Lombok telah
diperpanjang hingga 11 Agustus 2018 oleh Gubernur NTB dengan prioritas
awal untuk evakuasi dan penanganan korban luka. Pencarian dan
penyelamatan korban terus dilakukan,wilayah operasi penyelamatan dibagi
menjadi 5 titik yaitu :
● Sektor A : Masjid Desa Lading-lading, Kec, Tanjung.
● Sektor B : Puskesmas Tanjung.
5. ● Sektor C : Desa Supek, Muara Penjalin, Kec. Tanjung.
● Sektor D : Masjid Bangsal, Kec. Pemenan.
● Sektor E : Gili Trawangan, Gili Meno, dan Gili Air.
Potensi nasional telah menindaklanjuti arahan Presiden RI untuk
penanganan gempa Lombok agar dilakukan secara cepat dan baik, terutama
untuk layanan kesehatan, logistik, kebutuhan dasar dan pendidikan darurat.
Tak hanya terkait jumlah korban jiwa, terganggunya infrastruktur,
dan kerusakan berat pada bangunan. Tapi juga listrik padam, PDAM tidak
berfungsi, SPBU tidak beroperasi, pasokan air minum terganggu, serta
tempat tinggal terbatas.
Untuk menghadapi operasi penanganan darurat bencana pasca
gempa, relawan juga perlu membawa perbekalan yang cukup agar optimal
bekerja.
c. Perlengkapan yang dibutuhkan
1. Tenda
Untuk korban gempa yang tidak memiliki rumah akibat hancur terkena
gempa. Bukan hanya itu, Rumah Sakit portabel atau yang di lapangan juga
dibutuhkan. Lengkap dengan tenaga mediknya untuk menangani korban gempa
yang diperlukan penanganan dan perawatan pasca bencana.
6. 2. Alat Berat
Alat-alat berat yang dimaksud di antaranya adalah alat angkut udara, water
treatment untuk membersihkan air, dan genset. Kita tahu saat bencana terjadi itu
PLN mati, kemudian BBM langka, komunikasi seluler mati, beberapa jalan darat
terputus, sehingga yang paling efektif adalah bantuan cepat dari udara untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat dalam tanggap darurat bencana.
3. Transportasi
Mobil kesehatan seperti ambulans tetap diperlukan, setidaknya untuk
memindahkan korban ke rumah sakit terdekat atau digunakan saat jalan telah
diperbaiki atau rute alternatif ditemukan. Selain itu, tandu, dan kantung jenazah
juga dinilai penting di saat jumlah korban tewas terus dinyatakan bertambah.