1. Film Noah karya sutradara Darren Aronofsky menuai kontroversi karena dianggap menyimpang dari kisah Nabi Nuh yang terdapat dalam kitab-kitab suci agama samawi.
2. Aronofsky berupaya menafsirkan kembali kisah Nabi Nuh dengan menambahkan unsur-unsur fiksi, sehingga dinilai melenceng dari fakta sejarah religius yang mapan.
3. Representasi religiositas Aronofsky dalam film tersebut dipertanyak
1. Religiositas Darren Aronofsky
dalam Film “Noah”
Analisis Naratif terhadap Sutradara FFiillmm EEppiikk RReelliiggii ““NNooaahh””
2. Kisah hidup tokoh diangkat dalam layar lebar industri
perfilman
Booming, sineas Hollywood membuat film tokoh, seperti
“The King Speech”, “The Iron Lady”
Termasuk film bernuansa religi yang terinpirasi dari
tokoh nyata
Di Indonesia, kisah kepahlawanan tokoh berbalut religi
seperti “Sang Pencerah”, “Soegija”
BBaacckkggrroouunndd
3. Motif menghidupkan tokoh : ideologi, inspirasi,
propaganda hingga komersil menjual perjalanan hidup
para tokoh.
Pemilihan tema jadi bumerang dan penghargaan
Contoh : “Innocence Of Muslims” (2012) diprotes dan
dicekal karena menyuguhkan penghinaan
Film epik Turki termahal sepanjang sejarah yang
mengusung kebesaran islam “Fetih 1453” (2012)
4. “Mariam “(2013), “Moses”, “Jesus”, “The Passion Of
Christ”, “Jesus Crist Super Star”, “The Da vinci Code”.
“The Message” (1977) diremake versi Hollywood “The
Messenger of Peace” (2011) menceritakan kelahiran
Islam, kehidupan nabi dengan isu toleransi & kasih
sayang.
Sutradara Ridley Scott dengan film kolosal “Kingdom of
Heaven” (2005) dari kisah Perang Salib di Yerusalem.
“Son of God” (2014).
6. “Noah”, American biblically inspired epic and base
loosely on the story of Noah’s Ark from the Book of
Genesis.
Hasil telaah Darren Aronofsky dalam memaknai kisah
Nabi dengan bumbu imajinasi dan estetika filmis
Genre : Action | Adventure | Drama
Biaya 125 Juta dollar Amerika.
9. Film itu dikemas dalam alur cerita dan gaya bahasa
yang penuh Makna.
Namun, tokoh karakter Noah, setting dan alur
cerita menuai kontroversi.
Banyak pihak menganggap melenceng, tidak sesuai
dengan kisah Nuh yang ada di kitab suci Islam,
Nasrani dan Yahudi.
10. Kontroversi, dilarang beredar di sejumlah negara termasuk
Indonesia
Tidak sesuai dengan kitab suci, dikhawatirkan akan
menyesatkan masyarakat.
Ulama Universitas Al-Azhar Mesir : film Noah melanggar
hukum Islam, memprovokasi perasaan orang yang beriman.
National Media Center Uni Emirat Arab : “adegan di film
bertentangan dengan ajaran Islam, Nasrani dan Yahudi
dikhawatirkan memengaruhi stabilitas keamanan, sosial,
politik, dan religiositas masyarakat
11. Darren Aronofsky menafsir dan memahami teks
Kitab, pendekatan sejarah untuk membangun cerita
dalam filmnya.
Mendekati kebenaran esensi, nilai-nilai, dan
integritas dari cerita landasan iman manusia. yakni
kisah Nabi Nuh dari Kitab Suci di Kitab Kejadian.
12. Dalam produksi film, pembuatan makna pada tanda dan
simbol berkaitan erat dengan pemberi pesan (kreator).
Menarik dikaji karena mengandung banyak pesan yang
dikonstruksikan Darren Aronofsky sebagai kreator dalam
mengeksplorasi, memaknai religiositasnya dan
menuangkan dalam sebuah karya film.
Bagaimana representasi religiositas Darren Aronofsky
dalam Film “Noah”.
RRuummuussaann MMaassaallaahh
13. “The bible says that Noah was righteous, but what the fuck
does righteous mean?”
Most people grow up with this image in their head of Noah
being a good and righteous man, and many of the audience
members who see this will probably expect him to be
portrayed as such in the film.
“It was a challenge trying to figure out how to portray them
though and how to do something that hasn’t been done
before.”
DDaarrrreenn AArroonnooffsskkyy ssaaiidd……
14. “Being righteous is a balance of justice and mercy,”
“As a parent, you can think about it this way. If you’re
too just to a child, you can destroy them with strictness.
If you’re too merciful, you can spoil them with kindness.
Being a good parent is figuring out that fucking
cocktail. For us, it was very clear that God wants justice
because he sees the wickedness of man. But by the end
and by the rainbow, he finds mercy and forgives man
and gives man a second chance.”
15. In the beginning of the film, he sees the wickedness of
man and he wants justice. By the end, in that one scene,
that’s the exact same moment as when God made the
decision to wipeout mankind.
Darren tried to personify it in that moment. So the
whole film leads to that, because that’s the height of
God’s decision and we kind of gave it Noah. He learns
mercy at the end and thus becomes righteous.
16. The initial worry was how the religious groups would react to these
more fantastical elements.
“The religious people really dig it, they love it,”
“I think it’s the more general audiences that will have a problem
with this stuff. Russell Crowe is so real, and the film is so real. You
feel the wind and you feel the nature. Then suddenly these strange
things appear and it might take people a while to get into them.”
“I knew from the beginning that Paramount would not sell that to
the audience. I begged them to, but I knew they wouldn’t.
CCoonnttrroovveerrssyy
17. 1. Media dan Agama
Media, sumber informasi. Malcolm X melihat media memiliki
kekuatan untuk membuat apa yang benar menjadi salah satu dan
sebagainya, karena media sekan-akan dapat mengkontrol pikiran
manusia. (Eriyanto. 2009: 252-253)
Selain itu, media juga dipandang sebagai instrumen ideologi.
(Sudibyo, 2001:55).
Media bukan ranah netral memperlakukan semua kepentingan dan
pemaknaan dengan seimbang, sehingga konstruksi media atas
suatu realitas seperti realitas agama ditafsir berdasarkan ideologi
dan keberpihakan masing-masing media.
KKaajjiiaann TTeeoorriittiiss
18. Contoh film bertema religi.
Daya pikat film sangat kuat dan “membekas” meskipun audien sadar akan
keberadaannya sewaktu menonton
Film adalah seni yang kuat pengaruhnya, lebih kuat dari seni drama atau buku.
(Mangundihardja .1976:118). Film mampu menunjukkan apa yang ingin di
sampaikan secara gamblang, seolah-olah menyajikan realitas dan fakta yang
dibingkai teknik filmis. Kekuatan dan pesan dalam membentuk realitas. yang
memang nyata atau imajiner.
Film juga mampu membentuk karakter manusia karena sarat pesan-pesan atau
propaganda yang disusun dan dibuat mirip dengan kenyatan sehingga penonton
mampu melihat penonjolan karakter tokoh dalam film yang bersifat jahat maupun
baik sehinggga penonton mampu menginternanalisasikan dalam dirinya nilai yang
harus dilakukan dan ditinggalkan (Prawiradilaga,2004: 10-13).
19. Kehidupan sosial yang diangkat dalam film oleh kreator bisa
menyihir audien untuk menghayati apa yang ada dalam film
sehingga dapat menginternalisasi nilai-nilai bahkan doktrin
sekalipun.
Media massa menjadi perantara bentuk religiositas ke ruang publik
yang dihadapkan pada agama dalam dinamika masyarakat
kontemporer.
Wajah agama yang berkembang terwadahi industri media untuk
melayani ideologi dominan melalui penafsiran masing-masing
kelompok yang direduksi berbeda. Inilah yang kemudian memicu
perilaku diskriminasi di masyarakat jika muncul penafsiran
minoritas atau subjektif dari kelompok kecil.
20. Maka penting bagi publik untuk melihat kembali seperti apa
penetrasi agama pada media, khususnya film yang semuanya
dituangkan dalam tanda verbal maupun non verbal yang
berupa gambar, warna dan sebagainya.
Seperti dalam film Noah yang dinilai sangat bertentangan
dengan dogma agama dominan, sehingga religiositas sang
kreator dipertanyakan.
21. 2. Fakta dan Fiksi dalam Tema Religi
Tak hanya dalam teks kesusastraan, produksi film kerap menimbulkan kontroversi
ketika menyinggung fakta yang menjadi realitas dominan. Karya seni seringkali
dibatasi sebagai salah satu wilayah seni yang menggarap fiksi, sementara fakta
masuk wilayah kajian sejarah atau ilmu-ilmu sosial.
Film sering dikategorikan sebagai karya fiksi, tidak dianggap sekadar fiksi. Pun
sebaliknya. Karya-karya semacam ini disikapi dengan suatu tingkat kefanatikan
film, padahal banyak karya yang menapaki dua wilayah yang sering
dipertentangkan.
Nyoman Kutha Ratna dalam Sastra dan Cultural Studies, (Ratna, 2005:340),
Representasi fiksi dan fakta karya tidak hanya membicarakan tema fiksi dan fakta
ini saja, tetapi juga meliputi pembicaraan menyeluruh mengenai sastra dalam
hubungannya dengan berbagai disiplin ilmu lainnya.
22. 3. Film dan Post Modernisme
Teori postmodernisme menjelaskan opisisi biner antara fakta dan fiksi
merupakan ciri pemikiran modernisme yang dikenal dengan istilah opisisi
biner, ciri logosentrisme.
Kebenaran Postmodernisme tentang fakta dan fiksi dipertanyakan.
Menurut teori postmodernisme, sejarah adalah sejarah kata-kata dan
sejarah estetika sehingga fakta sesungguhnya ditentukan oleh wacana,
bukan sebaliknya. Fakta tidak ada sebelum sejarawan menciptakannya.
Sang pencerita punya otoritas dalam mengorganisasikan dan
mengkonstruksikan kebenaran, dengan cara memilih fakta-fakta yang
sesuai, semata-mata sebagai proses penceritaan dan mekanisme dalam
alur cerita.
23. Kenisbian antara fakta dan fiksi selalu muncul dalam sebuah
karya film.
Seperti pada film Noah merupakan teks konter hegemoni
yang mempertanyakan kemapanan wacana agama dan
sebagai teks yang melegitimisi wacana agama sebagai
keyakinan yang dianut.
Logika film yang diterapkan dalam film ini adalah logika dunia
fiksi, bukan dalam dunia faktual, yang biasa disebut realitas
film.
24. Metode analisis semiotik, sebuah metode yang membahas
sistem tanda atau isi suatu informasi tertulis datau tercetak
dalam media masa.
Metode ini digunakan untuk menganalisis segala bentuk
komunikasi baik surat kabat, radio, iklan, televisi, film atau
sebuah bahan domukentasi lain.
MMeettooddoollooggii
25. Teori semiotik Charles Sanders Peirce,untuk mengekplorasi
representasi religiositas Darren Oronofsky dalam film Noah.
Untuk melihat identitas religiositas sutradara yang ditampilkan
untuk menciptakan bentuk identitas baru karena menggabungkan
wacana religiositas dengan materialisme dalam bentuk
perkembangan teknologi.
Menurut Peirce, Semiotika bersinonim dengan logika, manusia
hanya berpikir dalam tanda yang dimaknai sebagai tanda hanya
apabila ia berfungsi sebagai tanda.
Tanda menurut Pierce kemudian adalah sesuatu yang dapat
ditangkap, representatif, dan interpretatif.
26. Pemahaman akan struktur semiosis menjadi dasar yang tidak
bisa ditiadakan bagi penafsir dalam upaya mengembangkan
pragmatisme.
Seorang penafsir adalah yang berkedudukan sebagai peneliti,
pengamat, dan pengkaji objek yang dipahaminya. Dalam
mengkaji objek yang dipahaminya, seorang penafsir yang jeli
dan cermat, segala sesuatunya akan dilihat dari jalur logika.
(Santosa, 1993:10).
27. Konsep Pierce dalam tanda dan interpretasi tanda selalu dihubungkan
dengan logika, menggunakan segitiga tanda antara ground, denotatum,
dan interpretant.
Ground adalah dasar atau latar dari tanda yang umumnya berbentuk
sebuah kata. Denotatum, unsur kenyataan tanda. Dan Interpretant,
interpretasi terhadap kenyataan dalam tanda. Ketiga konsep tersebut
dilogikakan lagi kedalam beberapa bagian yang masing-masing
pemaknaannya syarat akan logika. (Van Zoest, 1993: 18)
Belsey dalam (Allen. 2004: 15) membedakan teks dalam tiga jenis, yakni
teks afirmatif atau deklaratif, teks imperatif, dan teks interogatif. Teks
interogatif inilah yang membuat audien gelisah karena tidak memberi
informasi tetapi justru mengundang audien untuk memberikan jawaban
kepada pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam teks itu.
28. Dalam konteks counter-hegemoni terhadap wacana dominan muncul
tanggapan negatif khususnya pada sikap dan perilaku tokoh Noah.
Aronofsky mempertanyakan kembali keimanan seseorang, kebenaran
sejarah yang mapan, dan menghindar dengan menyangkal kembali
bahwa apa yang dituangkan dalam film hanya sekadar karya fiksi. Di
pihak lain, juga bisa bersikukuh dengan semua deskripsi karya yang
akurat.
Dalam kategori Foucault, apa yang dilakukan sutradara film Noah ini
merupakan usaha resistensi diskursif. Kekuasaan yang beroperasi lewat
pengetahuan itu akan selalu memperoleh perlawanan, karena pada
hakikatnya, kekuasaan bersifat dinamik dan tersebar.(K.Bertens, 2003:
132).
29. Foucault mengungkap, diskursus sebagai wacana mengacu tidak
hanya sebatas teks yang lebih luas dari kalimat, melainkan sebagai
cara menghasilkan pengetahuan beserta praktik-praktik yang
secara sistematis membentuk objek yang dibicarakannya.
(Foucault, 2002:9).
wacana religiositas dalam film bergenre epik riligi menarik karena
seringkali dianggap sebagai film yang menitikberatkan pada
materialisme seperti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi ketimbang kebenaran menurut keyakinan dominan..
Religiositas biasanya dipisahkan dengan materialisme karena
materialisme dianggap membuat manusia cenderung menjadi
sekuler yang bertentangan dengan sikap religius.
30. Jadi pendekatan sejarah bukanlah ditujukan pada kebenaran
historis, tetapi kesaksian, pewartaan, kepercayaan yang dipelihara
oleh umat. menganalisis paparan deskriptif atau naratif dalam
Kitab Suci.
Penafsiran teologis dengan metode pendekatan sejarah adalah
upaya memahami teks melalui rekontruksi sejarah pribadi-pribadi,
peristiwa masa lampau.
Pendekatan sejarah memfokuskan perhatian pada hal-hal khusus,
misalnya peristiwa, seorang oknum, gagasan sehingga bermuara
pada rekonstruksi masa lalu dan perkembangannya seiring
perjalanan waktu, kemudian ditafsirkan atau diinterpretasikan.
DDiisskkuussii FFeennoommeennaa
31. Film Noah bagian dari seni, alur ceritanya tidak sepenuhnya
berasal dari Kitab Suci, dibuat serealistis mungkin dengan
menemukan gambar-gambar atau visualisasi masa lalu
dengan gambar indah, pesan penuh makna.
Seperti pesan moral, menghargai lingkungan ketaatan pada
Sang Pencipta. Di satu sisi, pendekatan ini menghasilkan hasil
yang lebih jujur, jelas dan dapat dipertanggungjawabkan. Sisi
lain, pendekatan sejarah terhadap teks dapat menimbulkan
eliminasi unsur-unsur lain pada teks.
32. Sosok Nuh tidak sesuai dengan konstruksi dominan yang ada
di masyarakat, khususnya Islam, Kristen dan Yahudi. Nuh
harusnya digambarkan sebagai sosok yang sangat dihormati
dan sebagai penganjur kebajikan. Dalam film, Nuh
digambarkan sebagai sosok yang pemarah ingin membunuh
cucunya dan sosok yang ingin menghentikan perkembangan
umat manusia.
33. Narasi , arena ekspresi ideologi dan paradigma
diketengahkan, terlepas dari ada atau tidaknya
kesadaran dari pencipta dan penyampai narasi.
Iman pada teks Kitab Suci, membuat seseorang
mudah menyalahkan fakta, teks, bukti, data,
manuskrip sejarah, bahkan menolak hasil-hasil
penelitian arkeologi dan ilmiah lainnya.
34. Film “Noah”, film yang terinspirasi kisah Nabi Nuh, sehingga tidak seluruhnya
kisah yang ada dalam alur cerita film tersebut mengambil kisah yang diyakini
sama persis seperti yang diyakini agama atau aliran yang ada.
Sebuah karya seni (seperti film) tidak semestinya dimaknai sama dengan realitas
atau logika faktual. Dimaknai sesuai dengan logika dalam film itu sendiri yang tak
lepas dari estetika filmis.
Dalam menelaah sumber-sumber inspirasi dalam film tak lepas dari pemahaman
dan religiositas serta ideologi kreator (Darren Aronofsky) sebagai sutradara dan
penulis skenario.
Bisa dilihat sebagai film fiksi, yang tidak berhubungan dengan cerita atau ajaran di
kitab suci. Pun sebaliknya.
Jadi, otoritas di tangan kreator dalam memahami, memaknai tanda-tanda dalam
bentuk audio visual untuk disajikan pada audien.
SSiimmppuullaann
35. “Noah” adalah suatu usaha kontekstualisasi teks
Kitab Suci ke dalam realitas sehari-hari di era
modern.
Sebagai usaha kontekstualisasi yang kreatif dan
imajinatif sebenarnya tidak harus terpaku pada teks-teks
kitab suci, tapi tetap memegang teguh pesan-pesan
moral dan spiritual.