Teks tersebut membahas tentang film sebagai media yang dapat menyampaikan pesan-pesan sosial, termasuk isu feminisme. Teks tersebut juga membahas tentang analisis semiotika dalam film Mad Max Fury Road, Lady Bird, dan Captain Marvel yang mengangkat tema feminisme. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif.
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
Analisis Dan Representasi Makna Film Mad Max Fury Road Lady Bird Serta Captain Marvel Yang Mengangkat Isu Feminisme 20191211 80076 1Pm
1. 1
Controversial public issues related with stories visualized in films
Analisis dan Representasi Makna Film Mad Max Fury Road, Lady Bird,
serta Captain Marvel yang Mengangkat Isu Feminisme
(Pendekatan Analisis Semiotika)
Abimanyu Rafi Badrani
19/443098/SP/28960
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul Analisis dan Representasi Makna Film Mad Max
Fury Road, Lady Bird, serta Captain Marvel yang Mengangkat Isu Feminisme
(Pendekatan Analisis Semiotika) Penelitian ini dikerjakan dengan sepenuh hati di
toko kopi Jogjakarta. Film merupakan suatu media yang berupa audio dan visual
yang memiliki pesan di dalamnya untuk disampaikan kepada masyarakat. Pesan-
pesan di dalam film dapat berupa informasi faktual, pendidikan budaya, dan bahkan
isu-isu sosial yang sedang ramai diperbincangkan. Kehadiran film juga dapat
dimaknai sebagai hiburan semata bagi beberapa orang.
Penelitian ini mencoba memaparkan unsur semiotik yang ada dalam sebuah
film. Unsur semiotik adalah unsur yang berupa simbol atau tanda yang memiliki
pesan di dalamnya. Sebagai contoh adalah tanda atau simbol seorang perempuan di
dalam sebuah film. Perempuan dalam film dapat menjadi simbol apapun, seperti
simbol keindahan dan lain sebagainya. Di dalam penelitian ini isu yang diangkat
adalah isu mengenai feminisme. Feminisme sendiri adalah gerakkan yang ingin
menyetarakan hak baik bagi laki-laki maupun perempuan.
Penelitian ini juga menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif.
Untuk memberikan penjelasan dan analisis yang mendalam mengenai adanya unsur
feminisme dari beberapa film, metode penelitian deskriptif kualitatif dirasa dapat
berjalan secara efektif. Penelitian ini menggunakan data yang berbentuk kata bukan
angka.
2. 2
Kata Kunci : Film, Semiotik, Feminisme
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bicara mengenai gender, masyarakat akan langsung mengaitkannya dengan
laki-laki atau perempuan. Kebanyakan orang masih belum dapat membedakan
antara jenis kelamin dan gender. Padahal sejatinya kedua hal ini adalah hal yang
sangat berbeda. Jika dapat diartikan gender adalah perbedaan peran, kewajiban,
hak, kesempatan serta kuasa antara perempuan dan laki-laki dalam kehidupan
bermasyarakat. Sedangkan jenis kelamin adalah hal yang bersifat natural. Di dalam
gender sendiri terdapat beberapa isu atau topik yang sering diperbincangkan, salah
satunya adalah feminisme dan patriarki. Dalam Walby (2014: 28), dikatakan bahwa
patriarki adalah sebuah sistem struktur sosial dan praktik-praktik yang
memosisikan laki-laki sebagai pihak yang mendominasi, menindas dan
mengeksploitasi kaum perempuan. Ada beberapa hal yang dapat dijadikan dasar
mengapa sistem patriarki masih melekat pada kebanyakan individu. Pertama adalah
peran orang tua yang memberikan doktrin bahwa anak laki-laki harus kuat, tegas,
dan berani. Kedua adalah konstruksi sosial dari masyarakat tentang sosok laki-laki.
Ketiga, peran dari media yang menilai makna menjadi seorang perempuan.
Beberapa kebudayaan seperti inilah yang melahirkan gagasan-gagasan baru yang
berkaitan dengan gender, salah satunya adalah feminisme. Fenimisme sering salah
dimaknai oleh beberapa orang. Banyak yang beranggapan bahwa feminsime adalah
gerakan para kaum peremepuan yang membenci kaum laki-laki. Kurangnya
sosialisasi mengenai apa itu feminisme, maraknya aktifitas ekstrem yang dikaitkan
dengan feminism, serta adanya propaganda dari pihak yang bertentangan dengan
feminisme mengakibatkan stereotip masyarakat tentang feminisme kian
memburuk.
Stereotip masyarakat tentang feminisme adalah penganut feminisme
membenci laki-laki, feminisme hanya dianut oleh perempuan, dan misi feminisme
3. 3
adalah untuk melemahkan hak-hak yang dimiliki oleh laki-laki. Padahal sejatinya
feminisme adalah paham dimana kaum ini ingin agar hak menjadi sama baik bagi
laki-laki maupun perempuan, tidak ada keinginan dari kaum ini untuk melemahkan
hak kaum manapun. Namun karena di Indonesia sendiri budaya patriarkat masih
melekat kuat, akhirnya feminisme dilambangkan sebagai paham kekuatan wanita.
Akibat dari adanya system patriarki ini, di Indoensia banyak terjadi kasus-kasus
yang melemahkan dan menjatuhkan kaum wanita. Kasus yang paling sering muncul
di banyak berita adalah kekerasan terhadap perempuan dan pelecehan terhadap
perempuan. Bahkan kekerasn dan pelecehan terhadap perempuan sering terjadi di
lingkungan keluarga, pekerjaan, dan lingkungan lain disekitar. Hal semacam ini lah
yang seharusnya memang diperjuangkan. Hak wanita untuk dilindungi dan hak
wanita untuk mendapatkan kebebasan dari bentuk-bentuk penindasan oleh kaum
laki-laki.
Ada beberapa cara yang dilakukan kaum feminisme dalam
memperjuangkan kesetaraan gender. Salah satu bentuk perjuangan mereka adalah
dengan menyampaikan pesan-pesan kesetaraan gender melalui film. Film
merupakan medium komunikasi yang bersifat audio visual untuk menyampaikan
suatu pesan kepada sekelompok orang yang berkumpul di suatu tempat
tertentu (Effendy, 1986). Terkadang, sutradara memberikan pandangannya
mengenai isu-isu yang ada di kehidupan sehari-hari dalam film yang ia sutradarai.
Salah satu pandangan yang sering diangkat oleh sutradara adalah pandangan
mengenai isu gender. Jika dilihat dari apa yang terjadi di masyarakat, isu gender
yang paling sering dijumpai adalah isu mengenai feminisme. Isu tersebut membuat
beberapa sutradara memiliki inisiatif untuk memberikan pandangannya. Salah satu
cara sutradara memberikan pandangannya mengenai feminisme adalah dengan
membawa perempuan sebagai tokoh utama dalam sebuah film.
Dengan alur yang menarik, penokohan yang kuat, dan pemilihan peran yang
sesuai, sebuah film dapat dikatakan layak memiliki rating yang tinggi. Poin
tambahan yang membuat suatu film dapat memperoleh rating yang tinggi juga bisa
didapatkan dari hal lain. Salah satu contoh poin tambahannya adalah bagaimana tim
di balik film tersebut, terutama sutradara, membawa penonton menuju ke suatu
4. 4
tujuan akhir yang memang diinginkan untuk dapat tersampaikan secara utuh dan
jelas. Selain itu, untuk menambahkan daya tarik penonton, sutradara sering
menyelipkan hal yang bersifat implisit dalam film.
Hal implisit yang diselipkan tersebut sering membuat penonton memiliki
berbagai persepsi dan teori baru yang membantu mereka untuk menganalisis apa
yang hendak disampaikan oleh sutradara. Untuk menyampaikan pesan atau makna
secara implisit dari suatu film kepada penonton, sutradara memiliki berbagai
macam ide atau cara yang unik. Salah satu cara yang biasa digunakan oleh sutradara
adalah dengan memberikan pandangannya terhadap suatu hal yang ingin ia angkat
melalui dialog atau adegan yang terdapat pada film tersebut.
Dapat dikatakan jika film memiliki peran seperti buku, di mana buku dan film
sama-sama menjadi sumber ilmu dan informasi. Film juga dimaknai sebagai sebuah
media yang dapat menjadi sumber mengenai politik, sejarah, seni, sastra, sosiologi,
serta filsafat. Belakangan ini banyak beredar film yang memasukkan isu feminisme
di dalamnya. Ada yang hanya memasukkannya sebagai pelengkap, ada pula yang
memasukannya sebagai topik utama. Film dengan pengangkatan isu feminisme ini
semata-mata ingin memberikan pesan bahwa sebagai perempuan harus menjadi
sosok yang berani membela dirinya dan melawan rasa takut. Kesan asli yang
terdapat pada film tidak hanya sebatas pencerminan dunia luar yang nyata namun
juga sejauh mana film dapat mengemas makna yang terdapat di dalamnya sesuai
dengan pemahaman akal sehat kita tentang dunia itu. Film bukan hanya sebuah
tontonan yang menggambarkan kejadian pada suatu waktu tertentu saja, namun
film juga mengandung sebuah makna yang dapat kita ambil dan petik hikmah serta
pelajarannya.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang sudah diuraikan sebelumnya dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana film dimaknai sebagai suatu media yang dapat memberikan
pesan dalam kehidupan manusia?
2. Bagaimana unsur semiotika dalam film dapat dengan mudah dimaknai oleh
para penikmat film?
5. 5
3. Bagaimana pesan mengenai isu feminsime dalam film dapat diterima
dengan baik oleh masyarakat Indonesia?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kerangka Teori
A. Film
Film merupakan media yang menjadi salah satu penyalur informasi bagi
khalayak dari seorang jurnalis. Aktivitas jurnalistik tidak hanya sebatas dari
menulis berita dan mendokumentasikan suatu peristiwa saja, namun film juga
merupakan sebuah hasil karya jurnalistik. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
terbitan Balai Pustaka (1990 : 242), film merupakan selaput tipis yang dibuat dari
seluloid untuk tempat gambar negatif (yang akan dibuat potret) atau tempat gambar
positif (yang akan dimainkan di bioskop). Film juga dapat diartikan sebagai lakon
(cerita) yang bergerak. Sedangkan menurut Effendi, film merupakan hasil budaya
dan alat ekspresi kesenian. Film sebagai komunikasi massa merupakan gabungan
dari berbagai teknologi seperti fotografi dan rekaman suara, kesenian baik seni rupa
dan seni teater sastra dan arsitektur serta seni musik (Effendy, 1986). Film sendiri
juga termasuk dalam media massa. Media massa sendiri memilik arti suatu alat
yang dapat digunakan sebagai penyampai pesan-pesan dari source (sumber) kepada
massa atau khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi yang
mekanis seperti film, radio, TV, surat kabar (Cangara, 2002). Media massa adalah
faktor dari sebuah lingkungan yang dapat mengubah perilaku masyarakat melalui
proses yang disebut proses pelaziman klasik dan proses pelaziman operan atau
imitasi. Sejatinya media massa memiliki dua fungsi, menurut Rakhmat (2001) dua
fungsi media massa tersebut adalah media massaa memenuhi kebutuhan akan
fantasi dan informasi. Maksudnya adalah media massa berpengaruh penting
6. 6
terhadap kebutuhan manusia akan suatu fantasia atau pengandaian sekaligus dapat
memberikan informasi bahkan pengetahuan bagi individu tersebut.
Sejatinya pengertian media massa sendiri sangatlah luas. Kebanyakan
masyarakat mendefinisikan media massa sebagai suatu alat yang digunakan untuk
mereferensi tempat-tempat dipublikasikannya suatu berita. Media massa juga dapat
diartikan sebagai segala bentuk sarana komunikasi guna menyampaikan dan
mempublikasikan suatu beriat kepada masyarakat umum. Fungsi dan kebutuhan
tentang media massa memiliki batasan. Batasan - batasan tersebut diantaranya (1)
Media cetak, yang di antaranya adalah surat kabar yang disesuaikan dengan
segmentasi dan periode terbit. (2) Film. (3) Siaran televisi dan radio. (4) Media
elektronik baru atau modern (McQuail 1987: 8).
Media massa erat hubungannya dengan komunikasi massa atau komunikasi
publik. Komunikasi publik sendiri memiliki makna suatu konsep atau proses di
mana organisasi media memproduksi dan mempublikasikan pesan kepada
masyarakat luas. Di sisi lain komnikasi massa juga merupakan proses di mana
pesan tersbut dicari, digunakan, serta dikonsumsi oleh audiens. Komunikasi massa
juga memiliki makna suatu proses komunikasi yang berlangsung di mana pesan
dikirim dari sumber kepada masyarakat yang memiliki sifat massal melalui alat-
alat yang yang termasuk dalam media massa. Salah satu dari alat tersebut adalah
film. Film merupakan suatu media yang berupa audio dan visual untuk
menyampaikan suatu pesan terhadap suatu masyarakat yang berkelompok di suatu
tempat tertentu (Effendy, 1989). Film juga memiliki fungsi sebagai sarana hiburan
bagi masyarakat yang ini sudah merupakan kebiasan sejak dulu, yang juga
menyajikan suatu cerita, peristiwa, music, drama, lawak, dan sajian yang teknis lain
kepada masyarakat publik (McQuail, 1987). Film bukan hanya semata-mata
sebagai hiburan, di lain sisi film juga dapat menjadi sebuah alat penerangan dan
pendidikan. Film merupakan karya sinematografi yang dapat berfungsi sebagai alat
edukasi budaya. Dengan demikian film juga dapat digunakan sebagai alat yang
efektif untuk menyampaikan nilai – nilai budaya.
Film juga diklasifikasikan menjadi beberapa jenis. Menurut Ekky Imanjaya
terdapat 5 genre (jenis), di antarnya:
7. 7
1. Aksi: film yang berisi tentang aksi seperti perkelahian, tembak-menembak,
kejar mengejar, dan adegan - adegan berbahaya lainnya.
2. Komedi: film ini memiliki gambaran tentang kejadian yang berupa
kelucuan, kekonyoloan, dan kebanyolan pemain.
3. Drama: film yang menggambarkan realita kehidupan di sekeliling manusia.
Alur cerita dari film drama terkadang biasanya dapat memengaruhi emosi
dari penonton seperti tersenyum, sedih bahkan sampai meneteskan air mata.
4. Musikal: film yang penuh dengan nuansa musik. Alur cerita film musikal
sama seperti drama, hanya saja di beberapa segmen adegan dalam film para
aktor bernyanyi, berdansa, dan sebagian dari dialog pun dibuat bernada
dengan iringan musik.
5. Horror: film dengan nuansa mengerikan dan bertujuan untuk memancing
emosi penonton untuk merasa ketakutan dan ngeri. Alur cerita film horror
biasanya berupa kematian, suprantural, pembunuhan, penyakit kejiwaan
dan lain sebagainya. Banyak dari film horror yang menekankan pada sebuah
tokoh antagonis tertentu.
Film juga dapat dibedakan berdasrkan sifatnya. Menurut Onong Uchjana
Effendy, film dibedakan berdasar sifatnya sebagai berikut:
1. Film Cerita
Film cerita adalah film yang menyajikan sebuah cerita yang ditujukan untuk
penonton. Film cerita biasanya dipertontonkan di gedung – gedung bioskop
dengan para aktor bintang kenamaan. Film cerita harus mengandung unsur
– unsur yang dapat menyentuh perasaan seseorang. Film yang bersifat audio
visual yang dapat disajikan kepada publik dalam bentuk gambar dengan
tambahan suara dan dapat didengar merupakan unsur yang mutlak ada, agar
film cerita dapat dinikmati oleh penonton
2. Film Berita
Film berita atau newsreel adalah film yang berisi fakta dan berdasarkan
fenomena yang pernah terjadi, berbeda dengan film cerita yang berupa
8. 8
cerita fiktif. Karena memiliki sifat berita, maka film yang disajikan kepada
public harus mengandung nilai berita.
3. Film Dokumenter
Film dokumenter dapat disamakan dengan film berita, namun film
dokumenter lebih menitik beratkan pada peristiwa yang terjadi. Selain itu
perbedaannya terletak pada, jika film berita harus memiliki suatu nilai berita
(news value) untuk disajikan sesingkat mungkin, di film dokumenter tidak
diperlukan.
4. Film Kartun
Film kartun dapat dikatakan sebagai film hiburan yang menggunakan tokoh
– tokoh animasi terutama bagi anak – anak. Gagasan awal timbulnya film
kartun ini dicetuskan oleh seniman pelukis. Setelah ditemukannya
sinematografi, muncullah ide tersebut. Para seniman lukis ini ingin untuk
menghidupkan gambar – gambar yang telah mereka lukis, seperti dapat
bergerak terbang, menjadi besar atau kecil, menghilang, dan lain
sebagainya.
Jika dilihat dari pemaparan di atas, film merupakan sebuah media untuk
menyampaikan pesan dari sumber ke pentonton. Pesan tersebut dapat berupa
apapun, tidak hanya hiburan namun juga pendidikan. Pendidikan di sini dapat pula
berupa pendidikan budaya. Informasi pendidikan ini adalah informasi atau pesan
tentang pengangkatan sebuah isu atau kasus yang bias dikatakan sedang banyak
diperbincangkan. Salah satu isu tersebut adalah feminism.
B. Konsep Feminisme
KBBI menerangkan feminisme sebagai gerakan perempuan yang
menuntut persamaan hak sepenuhnya antara kaum perempuan dan kaum
laki-laki. Persamaan-persamaan yang menjadi tuntutan dalam teori
feminisme adalah kesetaraan secara politis, ekonomis, dan sosial (Miriam
Webster Dictionary). Istilah Feminisme digunakan pertama kali oleh
Charles Fourier, seorang filsuf Perancis, tahun 1837. Istilah ini muncul
9. 9
akibat revolusi kaum borjuis (pada Revolusi Perancis) dalam
mengumandangkan “persamaan/kesetaraan”. Gerakan feminisme kemudian
tersebar ke Inggris, Amerika, dan di Indonesia baru menjadi sebuah kajian
khusus di tahun 1970an.
Kesetraaan secara politis dapat digambarkan bahwa perempuan
memiliki hak yang sama untuk memilih dan dipilih. Secara ekonomis,
perempuan seharusnya menerima gaji yang sama dengan laki-laki yang
berada pada jabatan yang sama dan secara sosial jika di Amerika
menyuarakan anti perbudakan perempuan.
Menurut ahli feminis barat, feminisme telah melalui perkembangan
dalam tiga gelombang. Gelombang pertama berlangsung antara abad 18
hingga awal abad 20. Pada gelombang pertama, tuntutan berisi tentang
kesetaraan pendidikan seperti tuntutan anak perempuan untuk belajar di
sekolah pemerintah dan politis seperti pemenuhan hak pilih bagi wanita di
tahun 1918. Selanjutnya, gelombang yang kedua dimulai tahun 1960an
(Suwastini, 2013) dan berakhir tahun 1975 (Hewit, 2010 dari Suwastini,
2013). Pada gelombang kedua, kaum feminis kemudian menuntut perluasan
partisipasi perempuan di seluruh aspek kehidupan sosial. Tuntutan lain
dalam gelombang kedua ini berisi tentang persamaan upah dan kesempatan
kerja. Jika pada gelombang pertama masih mengutamakan wanita kelas
atas, pada gelombang kedua telah menimbulkan aksi kolektif baru dari
pelbagai kalangan/kelas.
Gelombang ketiga sering disebut dengan postfeminisme.
Gelombang ini bermula di tahun 1980an. Secara sederhana postfeminisme
diartikan sebagai feminisme pada tingkat yang lebih kritis dan kompleks,
karena postfeminisme merupakan pertemuan antara feminisme dengan
postmodernisme, postrukturalisme, dan postkolonialisme (Brooks, 1997).
Menurut Budgeon dan McRobbie dikutip dari Suwastini (2013, p. 205),
postfeminisme ini bersifat individualistis, konsumtif, dan populer. Post
feminisme merupakan sebuah perayaan atas berakhirnya budaya patriarki
10. 10
dan penolakan terhadap anti budaya populer yang digaungkan pada
feminisme gelombang kedua.
Dalam kaitannya dengan film, di era sekarang ini sedang marak film
yang mengankat tema girls power atau feminisme. Film – film tersebut
diantaranya adalah Mad Max Furry road, Captain Marvel, Lady Bird, dan
masih banyak lagi.
2.2 Metodologi Penelitian
Dalam penilitian ini digunakan metode penelitian deskriptif kualitatif
dengan menggunakan analisis semiotika. Untuk memberikan penjelasan dan
analisis yang mendalam mengenai adanya unsur feminisme dari beberapa film,
metode penelitian deskriptif kualitatif dirasa dapat berjalan secara efektif.
Penelitian ini menggunakan data yang berbentuk kata bukan angka. Hal ini jelas
sangat memudahkan peneliti dalam merumuskan hasil penelitian yang bersifat
pemaparan, penjelasan dan analisis.
Semiotika dalam film dapat memberikan analisis dan penjelasan terhadap
suatu hal dengan mengkaji simbol atau tanda. Simbol atau tanda ini digunakan
sebagai perwakilan dari suatu makna yang akan disampaikan oleh pembuat film.
Karena film merupakan sarana penyampaian informasi yang harus ditangkap secara
cepat oleh penonton, dan di samping itu isi dari sebuah film biasanya berhubungan
dengan kehidupan sehari-hari, maka penggunaan simbol atau tanda ini akan sangat
efektif. Peneliti pun juga sangat dimudahkan untuk memahami makna dari film
tersebut dengan menggunakan analisis semiotika.
Karena sejatinya secara umum sebuah film penuh dengan simbol-simbol
dan tanda, yang di dalam tanda tersebut merupakan suatu sistem yang bekerja sama
dengan baik dalam upaya mencapai tujuan yakni efek yang diharapkan bagi
penonton. Sebagai contoh, tokoh utama dalam sebuah film adalah seorang
permpuan, pemilihan perempuan tersebut sebagai tokoh utama pastinya memiliki
arti tersendiri yang diharapkan memberi efek kepada penontonnya.
Selain itu, data dapat juga diperoleh melalui observasi. Menurut Bungin
(2007), observasi dibagi menjadi beberapa jenis. Pertama observasi partisipasi,
11. 11
observasi ini merupakan jenis observasi yang berupa pengumpulan data melalui
pengamatan dan penginderaan dalam kegiatan sehari-hari narasumber. Selanjutnya
observasi tidak terstruktur, yang man observasi ini dilakukan tanpa memakai
pedoman observasi. Titik berat observasi ini berada pada perkembangan yang
terjadi di lapangan. Observasi kelompok menjadi yang terakhir, secara garis besar
observasi ini sama dengan jenis observasi lain, hanya saja observasi ini dilakukan
dalam bentuk tim. Observasi yang peneliti lakukan adalah observasi tidak
terstruktur, hal ini dikarenakan observasi tersebut memudahkan peneliti dalam
mengumpulkan data. Hanya dengan melakukan kegiatan berupa menonton film
yang menjadi objek penelitian secara langsung. Setelah menonton film tersebut dan
melakukan observasi, kemudian peneliti melakukan analisis.
2.3 Diskusi
Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai feminisme di dalam sebuah
film, bagaimana isu feminisme dapat dimaknai dengan baik oleh penonton tersebut.
Film-film yang dibahas di penelitian ini diantaranya adalah Mad Max Fury Road
(2015), Lady Bird (2018), dan Captain Marvel (2019).
a. Mad Max Fury Road (2015)
Sinopsis: Di gurun pasca-apokaliptik, seorang wanita memberontak melawan
penguasa tirani dalam mencari tanah kelahirannya dengan bantuan sekelompok
tahanan wanita, seorang penyembah psikotik, dan seorang pengendara motor
bernama Max.
Alur Cerita: Sebuah kisah masa apokaliptik yang terletak jauh dari planet kita,
di gurun di mana manusia hamper punah, dan hampir semua orang tergila-gila
berjuang untuk kebutuhan hidup. Di dunia ini ada dua pemberontak yang
sedang melarikan diri yang mungkin bisa memulihkan ketertiban. Max, seorang
lelaki yang beraksi ditemani seorang lelaki yang tak banyak bicara, yang
mencari ketenangan pikiran setelah kehilangan istri dan anaknya pasca
kekacauan itu. Furiosa, seorang wanita yang berani bertindak yang juga
merupakan seorang wanita yang percaya jalannya untuk bertahan hidup dapat
tercapai jika dia bisa melintasi padang pasir kembali ke tanah air masa kecilnya.
12. 12
Dalam perjalanan kembali ke Benteng, paru-paru Furiosa hampir roboh. Max
meninju lubang kecil di sisinya untuk memberinya udara. Dia mulai kehilangan
kesadaran, dan Max memberinya transfusi darahnya sendiri. Dia akhirnya
mengatakan padanya namanya saat dia menutup matanya.
Grup tiba di Benteng. Max mempersembahkan mayat Joe kepada orang-orang
tanpa mulut, membuat semua orang bersorak. Mereka merobek mayat Joe dan
memberinya makan. Pasokan air dibawa keluar, memberi orang-orang air
sebanyak yang mereka butuhkan. Furiosa bangkit dan tampaknya menjadi
pemimpin baru. Dia dan Max saling mengakui dengan hormat sekali lagi
sebelum dia menyelinap masuk ke kerumunan untuk melanjutkan jalannya
sendiri. (Warner Bros, 2015)
Di dalam film ini seperti digambarkan dalam sinopsis, terlihat jelas bentuk
penyampaian feminisme. Meskipun di dalam film ini tokoh utamanya adalah
seorang lelaki bernama Max, namun di dalam film ini lebih banyak
digambarkan perjuangan dari seorang wanita bernama Furiosa yang
memperjuangkan kaum perempuan yang dipaksa untuk bekerja sebagai istri
dari tokoh antagonis di film ini yang bernama Immortan Joe dan mereka ingin
mencari kebebasan dari belenggu sosok antagonis tersebut. Seperti dilansir dari
laman Kumparan.com, film ini menjelaskan perjuangan wanita yang tidak
hanya ingin terbebas dari siksaan dari tokoh antagonis, di film ini juga
digambarkan seksisme bagi kaum perempuan yang berada di dalam kelompok
yang mayoritas berisi laki-laki.
Sangat terlhat jelas bahwa sosok Furiosa lah yang memegang peran penting
dalam film ini, meskipun ia bukan tokoh utama jika dilihat berdasarkan judul.
Sentuhan girls power dari film ini begitu terasa dengan dipertontonkannya
bagaimana Furiosa berusaha untuk membebaskan 5 wanita yang dipaksa
menjadi istri Immortan Joe. Selain itu, ternyata setelah film ini selesai digarap
orang yang diberi tanggung jawab untuk menngedit film ini adalah istri dari
13. 13
Goerge Miller selaku sutradara, yaitu Margaret Sixel, yang mana hal ini
semakin menambah sentuhan wanita dalm film ini.
b. Lady Bird (2018)
Sinopsis: Pada tahun 2002, seorang gadis berusia tujuh belas tahun yang
cenderung artistik muncul di Sacramento, California.
Alur Cerita: Christine "Lady Bird" MacPherson adalah seorang siswa sekolah
menengah atas dari "sisi jalan yang salah." Dia merindukan petualangan,
kecanggihan, dan kesempatan, tetapi tidak menemukan itu di sekolah menengah
Katolik Sacramento. LADY BIRD mengikuti tahun karakter utama di sekolah
menengah, termasuk romansa pertamanya, partisipasinya dalam drama sekolah,
dan yang terpenting, dia melamar ke perguruan tinggi. Di perguruan tinggi di
New York, Lady Bird pergi ke sebuah pesta di mana dia menjadi sangat mabuk.
Dia bertemu seorang pria dan memperkenalkan dirinya sebagai Christine.
Mereka mulai terhubung tetapi Lady Bird muntah dan berakhir di rumah sakit
karena keracunan alkohol.
Lady Bird bangun dan meninggalkan rumah sakit. Dia berjalan kembali ke
asramanya melalui kota dan kemudian berhenti untuk menelepon ke rumah. Ini
langsung menuju voicemail, jadi dia meninggalkan pesan untuk Marion yang
mengatakan dia seharusnya memberi tahu dia betapa dia mencintainya. (Dehlia,
2018)
Berbeda dengan film pertama yang peneliti bahas, kali ini film yang dibahas
bukan dari sisi perjuangan wanita melawan patriarki. Lady Bird
memperlihatkan perjalanan hidup seorang gadis muda berumur 17 tahun yang
sedang mencari makna dari hidupnya. Film ini sangat mewakilkan potret
kehidupan seorang gadis remaja pada umumnya. Meskipun di film ini juga
ditampilkan cerita romansa, namun film ini lebih menitik beratkan pada
hubungan seorang ibu dan anaknya yang masih remaja, dibandingkan dengan
menceritakan kisah percintaan. Seperti dilansir dari laman Kincir.com, film
Lady Bird ini sangat menggambarkan masa remaja tokoh utama, Christine yang
memiliki sifat pemberontak, keras kepala, namun sebenarnya ia rapuh dan
14. 14
sangat membutuhkan perhatian. Konflik dari film ini lebih memperlihatkan
hubungan antara Christine dan Ibunya. Christin sosok yang pemberontak dan
bias dikatakan impulsif, mempunyai ibu yang overprotektif. Rasa cinta yang
ditunjukkan keduanya sangat terlihat jelas, hanya saja diperlihatkan dengan
pertikaian yang didasari oleh ego keduanya saja.
Film yang dapat dikatakan memiliki genre drama komedi ini juga
digambarkan sisi feminisme seorang gadis remaja yang merasa bahwa dunia
sedang melawannya. Berbagai masalah menimpanya, mulai dari percintaan,
persahabatan, pendidikan, dan masalah keluarga yang mana hal ini semakin
menguatkan makna dari film ini. Sisi feminisme lainnya disajikan dengan
sebuah pandangan perempuan (female gaze) yang muncul dalam momen-
momen krusial di film ini.
c. Captain Marvel (2019)
Sinopsis: Carol Danvers menjadi salah satu pahlawan paling kuat di alam
semesta ketika Bumi terperangkap di tengah perang galaksi antara dua ras alien.
Alur Cerita: Setelah menabrak pesawat eksperimental, pilot Angkatan Udara
Carol Danvers ditemukan oleh Kree dan dilatih sebagai anggota elit Militer
Starforce di bawah komando mentornya Yon-Rogg. Enam tahun kemudian,
setelah melarikan diri ke Bumi ketika sedang diserang oleh Skrulls, Danvers
mulai menemukan masih ada lagi masa lalunya. Dengan bantuan dari
S.H.I.E.L.D. agen Nick Fury, mereka berangkat untuk mengungkap kebenaran.
Menggunakan kekuatan penuhnya, Danvers melarikan diri, memberikan
Tesseract kepada Fury untuk diamankan, dan bertarung dengan Starforce untuk
memberi Rambeau waktu untuk terbang sendiri, Fury, dan Skrulls pergi ke
bumi - bersama dengan Goose, yang ternyata bukan kucing tetapi alien yang
dikenal sebagai Flerken yang dapat menumbuhkan tentakel yang kuat dan yang
bagian dalamnya adalah dimensi saku di mana Tesseract ditempatkan. Rambeau
menembak jatuh Minn-Erva yang mengejar. Danvers mengejar Yon-Rogg yang
melarikan diri dan menemukan sejauh mana kekuatannya, termasuk
15. 15
penerbangan. Dia sendirian menghancurkan beberapa rudal balistik yang
Ronan, dipanggil oleh Yon-Rogg, telah menembaki Bumi, dan memaksa
pasukan Ronan untuk mundur. Di Bumi, Danvers dengan cepat mengalahkan
Yon-Rogg dan mengirimnya kembali ke Hala dengan peringatan kepada
Intelejen Tertinggi.
Danvers setuju untuk membantu Skrulls menemukan dunia tempat tinggal baru,
memberi Fury alat komunikasi yang dimodifikasi untuk menghubunginya
dalam keadaan darurat. Fury kemudian menyusun proposal untuk inisiatif,
mengubah nama setelah menemukan foto dengan tanda panggilan lama
Danvers "Avenger".
Dalam adegan pertengahan kredit yang menggambarkan masa kini, Danvers
bertemu Avengers Steve Rogers, Natasha Romanoff, Bruce Banner, dan James
Rhodes, yang memantau pager yang diaktifkan Fury. Dalam kilas balik akhir-
kredit, Goose batuk atas Tesseract. (Blazer, 2019)
Film selanjutnya berasal dari salah satu studio film kenamaan yang biasa
menggarap film pahlawan super yaitu Marvel Studios. Tidak seperti
kebanyakan film pahlawan yang bertokoh utama laki-laki, kali ini Marvel
menampilkan warna baru dengan mengankat wanita sebagai tokoh utama film
pahlawan super. Dilansir dari laman CNNIndonesia.com, film ini mengisahkan
biografi seorang wanita yang bernama Carol Danvers yang kemudian menjadi
pahlawan super bernama Captain Marvel. Film dengan durasi dua jam empat
menit ini disajikan dengan pola alur maju mundur untuk menjelaskan perjalanan
hidup Carol Danvers.
Sisi feminisme dalam film ini diperlihatkan dengan perjalan seorang Carol
Danvers (Captain Marvel) yang merupakan mantan pilot Angkatan Udar
Amerika Serikat yang sering dianggap remehkan kemampuannya oleh para
laki-laki lain yang sama-sama bekerja sebagai pilot. Keadaan berbalik ketika
Carol berubah menjadi pahlawan super terkuat di galaksi dan bergabung dengan
Starforce, sebuah time lit militer Kree. Dalam film initernyata juga terdapat
banyak sekali pesan dan narasi yang mengangkat isu perempuan untuk
disampaikan. Digambarkan bahwa seorang perempuan harus bekerja keras
16. 16
untuk membuktikan bahwa ia mampu untuk melakukan aktivitas dan hal-hal
yang dianggap hanya dapat dilakukan oleh laki-laki saja.
Dari ketiga film yang telah dipaparkan sinopsis dan alur ceritanya di atas,
peneliti beranggapan bahwa isu feminisme sangat efektif jika dimasukkan ke
dalam sebuah film. Penggambaran sosok wanita dalam film dapat menarik tidak
hanya laki-laki namun juga perempuan jika dilihat dari pesan yang ingin
disampaikan oleh pembuat film. Meskipun ketiga film tersebut memiliki tema
yang berbeda beda namun semuanya masih memiliki kesamaan pesan di mana
si sutradara film ingin memberikan pesan kepada seluruh masyarakat
khususnya wanita agar bisa menjalani hidup dengan sekuat tenaga meskipun
tanpa bantuan laki-laki.
BAB III
PENUTUP
Dari banyaknya pembahasan di atas, dapat diketahui beberapa hal. Bahwa
film merupakan bagian dari media massa. Film merupakan medium komunikasi
yang bersifat audio visual untuk menyampaikan suatu pesan kepada
sekelompok orang yang berkumpul di suatu tempat tertentu. Dengan alur yang
menarik, penokohan yang kuat, dan pemilihan peran yang sesuai, sebuah film dapat
dikatakan layak memiliki rating yang tinggi. Poin tambahan yang membuat suatu
film dapat memperoleh rating yang tinggi juga bisa didapatkan dari hal lain. Salah
satu contoh poin tambahannya adalah bagaimana tim di balik film tersebut,
terutama sutradara, membawa penonton menuju ke suatu tujuan akhir yang
memang diinginkan untuk dapat tersampaikan secara utuh dan jelas. Selain itu,
untuk menambahkan daya tarik penonton, sutradara sering menyelipkan hal yang
bersifat implisit dalam film.
Media massa sendiri memilik arti suatu alat yang dapat digunakan sebagai
penyampai pesan-pesan dari source (sumber) kepada massa atau khalayak
(penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi yang mekanis seperti film,
radio, TV, surat kabar. Media massa adalah faktor dari sebuah lingkungan yang
17. 17
dapat mengubah perilaku masyarakat melalui proses yang disebut proses pelaziman
klasik dan proses pelaziman operan atau imitasi. Media massa berpengaruh penting
terhadap kebutuhan manusia akan suatu fantasia atau pengandaian sekaligus dapat
memberikan informasi bahkan pengetahuan bagi individu tersebut. Kebanyakan
masyarakat mendefinisikan media massa sebagai suatu alat yang digunakan untuk
mereferensi tempat-tempat dipublikasikannya suatu berita. Media massa juga dapat
diartikan sebagai segala bentuk sarana komunikasi guna menyampaikan dan
mempublikasikan suatu beriat kepada masyarakat umum.
Dalam mempublikasikan sebuah media dalam media massa juga diperlukan
yang namanya komunikasi massa. Komunikasi massa memiliki pengertian suatu
konsep atau proses di mana organisasi media memproduksi dan mempublikasikan
pesan kepada masyarakat luas. Di sisi lain komnikasi massa juga merupakan proses
di mana pesan tersbut dicari, digunakan, serta dikonsumsi oleh audiens.
Komunikasi massa juga memiliki makna suatu proses komunikasi yang
berlangsung di mana pesan dikirim dari sumber kepada masyarakat yang memiliki
sifat massal melalui alat-alat yang yang termasuk dalam media massa.
Semua hal seperti media massa dan komunikasi massa sangat erat
hubungannya dengan film. Film merupakan media massa atau perangkat yang
digunakan sebagai penyalur pesan kepada audiens yang luas, dan pesan tersebut
disampaikan dengan komunikasi massa. Pesan dari sebuah film dapat berupa
hiburan, pendidikan budaya, bahkan dapat berisi isu-isu yang sedang
diperbincangkan khalayak, sebagai contoh isu feminisme.
Feminisme sebagai gerakan perempuan yang menuntut persamaan hak
sepenuhnya antara kaum perempuan dan kaum laki-laki. Persamaan-persamaan
yang menjadi tuntutan dalam teori feminisme adalah kesetaraan secara politis,
ekonomis, dan sosial. Banyak orang yang salah mengartikan tentang feminisme ini,
mereka menganggap bahwa feminsime membenci kaum laki-laki dan ingin
merebut posisi mereka. Ada juga yang beranggapan bahwa feminisme hanya untuk
kaum perempuan. Padahal pada kenyataanya feminisme adalah tentang perjuangan
hak bagi siapa saja, baik itu perempuan, laki-laki, anak-anak, dan bahkan makhluk
hidup lainnya.
18. 18
Di zaman sekarang eksistensi feminisme sedang ramai sekali
diperbincangkan dan digalakkan. Banyak cara yang dilakukan para feminisme ini
dalam mensosialisasikan gerakkan ini. Salah satu cara tersebut adalah dengan
memasukkannya dalam sebuah film. Banyak sekali film film baru yang bertemakan
girls power. Ada juga film yang menggunakan pemeran utama wanita. Di lain film
lagi terdapat pengangkatan cerita tentang perjuangan wanita meskipun film tersebut
tidak menggunakan pemeran utama wanita. Sebagai contoh adalah pengangkatan
tema perjuangan wanita dalam film Mad Max Fury Road yang diproduksi tahun
2015. Selain tema yang diangkat ternyata editor dari film tersebut adalah seorang
wanita sekaligus istri dari sang sutradara. Selain itu ada juga film yang
menggunakan tokoh utam perempuan dan menggambarakan kehidupan seorang
perempuan tersebut, yaitu film Lady Bird yang diproduksi tahun 2018. Film ini
menggambarkan perasaan yang dialami oleh seorang gadis remaja yang merasa
tidak nyaman dengan lingkungannya ditambah masalah-masalah gadis remaja
lainnya. Juga dalam film ini diperlihatkan pertikaian antara anak dan ibu yang
sebenarnya saling mencintai namun terhalang oleh ego masing-masing.
Film terakhir adalah film yang sangat memperlihatkan bagaimana seorang
wanita dapat menjadi sosok yang sangat kuat. Captain Marvel (2019) hadir sebagai
satu film pahlawan super yang mengangkat wanita sebagai tokoh utamanya. Film
ini dapat dimaknai, sebagai seorang perempuan juga harus bisa kuat dalam
menjalani hidup meskipun banyak olokan dari pihak manapun terutama laki-laki.
Seorang perempuan juga bisa melakukan hal yang biasa dilakukan oleh laki-laki.
Mengenai pesan-pesan tersebut dapat tersampaikan atau tidaknya kepada audiens
itu bergantung pada perspektif dari masing-masing individu. Bergantung pada
bagaimana individu ini memaknai pesan yang terkandung dalam film tersebut.
Namun pesan-pesan dari film film yang disebutkan di atas sudah cukup dalam
penyampaian dan simbol atau tanda yang terdapat di film tersebut. Sudah terlihat
cukup jelas bahwa sutradara ingin memberikan pesan kepada penonton bahwa
wanita juga memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan laki-laki.
19. 19
Daftar Pustaka
Blazer. (2019). Captain Marvel (2019). Diakses dari
https://www.imdb.com/title/tt4154664/plotsummary?ref_=tt_stry_pl#syno
psis
Bungin, B. (2007). Penelititian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
Publik dan Ilmu Sosial lainnya. Jakarta: Putra Grafika.
Butler, Judith. (1990). Gender Trouble: Feminism and the Subversion of Identity.
New York and London: Routledg
CNNIndonesia. (2019). Ulasan Film: 'Captain Marvel'. Diakses dari
https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20190306194112-220-
375153/ulasan-film-captain-marvel
Dehlia. (2018). Lady Bird (2017). Diakses dari
https://www.imdb.com/title/tt4925292/plotsummary?ref_=tt_stry_pl#syno
psis
Djoeffan, Sri Hidayat. (2001). Gerakan Feminisme Di Indonesia : Tantangan dan
Strategi Mendatang. Mimbar. 3. 284-299. Diakses dari
https://media.neliti.com/media/publications/155908-ID-gerakan
feminisme-di-indonesia-tantangan.pdf
Effendy, O. U. (1986). Dimensi-Dimensi Komunikasi. Bandung: Alumni.
Effendy, O.U. (2003), Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung :Citra
Aditya Bakti,
Ekky Imanjaya (2004) , Who Not: Remaja Doyan Nonton, (Bandung: Mizan)
Gao, S. (2014). Analysis of Feminism Reflected in the Film the French Lieutenant's
Woman, 4(4), 200–208.
Ihsan, A. (2015). Sudut Pandang Feminisme di Balik Dunia Liar dan Brutal 'Mad
Max: Fury Road'. Diakses dari https://hot.detik.com/spotlight/d-
2917554/sudut-pandang-feminisme-di-balik-dunia-liar-dan-brutal-mad-
max-fury-road
20. 20
Irham. (2015). Review Film: Mad Max; Fury Road, Kegilaan & Ketegangan Lebih
dari Trailer. Diakses dari http://www.jagatreview.com/2015/05/review-
film-mad-max-fury-road-kegilaan-ketegangan-lebih-dari-trailer/
Jalaluddin Rakhmat. 2001. psikologi komunikasi edisi revisi. Bandung: PT remaja
rosdakarya.
Kumparan. (2019). 7 Film Bertemakan Perempuan untuk Rayakan International
Women's Day. Diakses dari https://kumparan.com/kumparanstyle/7-film-
bertemakan-perempuan-untuk-rayakan-international-womens-day-
1552137942737680898
Mc.Quail, Denis. 1987. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Nural. (2018). (REVIEW) Lady Bird: Romansa Remaja Sempurna yang Enggak
Drama. Diakses dari https://www.kincir.com/movie/cinema/review-lady-
bird-romansa-remaja-sempurna-yang-enggak-drama
Walby,Sylvia. 2014, Teorisasi Patriarki, Jalasutra, Yogyakarta.
WarnerBros. (2015). Mad Max: Fury Road (2015). Diakses dari
https://www.imdb.com/title/tt1392190/?ref_=ttpl_pl_tt