ECONOMIC VALUATION OF FOREST LAND POTENTIAL FOR CONVERSION INTO KARIANGAU IND...Firdaus Albarqoni
This paper is the final thesis summary in IPB program of study Resources and Environmental Economic in 2013. This papaer is about the valuation of forest land in Kariangau, Balikpapan East Kalimantan.
Full thesis can be downloaded here http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/64717
PENGEMBANGAN PARIWISATA BERKELANJUTAN OBJEK WISATA PANTAI SENGGIGI DI LOMBOK ...ketutsuardanajogja
Pengembangan pariwisata berkelanjutan yang dikembangkan oleh pemerintah NTB sebagai implikasi dari otonomi daerah merupakan metode atau tehnik yang paling tepat untuk membangun pariwisata.
Kerjasama yang sinergi atara pemerintah, stakeholder dan masyarakat menjadi dasar utama dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan. Data telah menunjukkan dari tahun ke tahun kunjungan wisatawan di NTB terus meningkat, dampaknya meningkatnya PAD di NTB dan menurunnya angka pengangguran terutama masyarakat sekitar objek wisata.
ECONOMIC VALUATION OF FOREST LAND POTENTIAL FOR CONVERSION INTO KARIANGAU IND...Firdaus Albarqoni
This paper is the final thesis summary in IPB program of study Resources and Environmental Economic in 2013. This papaer is about the valuation of forest land in Kariangau, Balikpapan East Kalimantan.
Full thesis can be downloaded here http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/64717
PENGEMBANGAN PARIWISATA BERKELANJUTAN OBJEK WISATA PANTAI SENGGIGI DI LOMBOK ...ketutsuardanajogja
Pengembangan pariwisata berkelanjutan yang dikembangkan oleh pemerintah NTB sebagai implikasi dari otonomi daerah merupakan metode atau tehnik yang paling tepat untuk membangun pariwisata.
Kerjasama yang sinergi atara pemerintah, stakeholder dan masyarakat menjadi dasar utama dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan. Data telah menunjukkan dari tahun ke tahun kunjungan wisatawan di NTB terus meningkat, dampaknya meningkatnya PAD di NTB dan menurunnya angka pengangguran terutama masyarakat sekitar objek wisata.
PENGEMBANGAN PARIWISATA KOTA TOMOHON SEBAGAI KOTA BUNGA SULAWESI UTARAketutsuardanajogja
Along with its geographical condition, local people culture, and some other aspects, Tomohon city has some potential to develop as a leading industrial centre and flower market in Indonesia. The presence of domestic industrial embryo that develop and distribute flowers in kiosk centre exactly in Kakaskasen village can be model village that must still to develop so that it can be a pioneer of grow of other small industrial centre in the nearby villages
From potentials that owned by Tomohon town among other s natural potential that support horticulture, people’s culture that like to cultivate and domestic small industry grow. Tomohon city development focuses on the existing domestic industry in order to be able to be advanced and developed, so that it can improve its surrounding people welfare. Existing small industrial development involves for aspect: product, management, fund, and marketing. The four aspect development is expected to run synergy and simultaneously so that the result obtained can also be maximum and spread so that be able to reflect Tomohon city as a flower city. Besides, as an industrial centre and flower marketing in Indonesia is expected to spur on tourism development in Tomohon city and in Indonesia in general
PENGEMBANGAN PARIWISATA KOTA TOMOHON SEBAGAI KOTA BUNGA SULAWESI UTARAketutsuardanajogja
Along with its geographical condition, local people culture, and some other aspects, Tomohon city has some potential to develop as a leading industrial centre and flower market in Indonesia. The presence of domestic industrial embryo that develop and distribute flowers in kiosk centre exactly in Kakaskasen village can be model village that must still to develop so that it can be a pioneer of grow of other small industrial centre in the nearby villages
From potentials that owned by Tomohon town among other s natural potential that support horticulture, people’s culture that like to cultivate and domestic small industry grow. Tomohon city development focuses on the existing domestic industry in order to be able to be advanced and developed, so that it can improve its surrounding people welfare. Existing small industrial development involves for aspect: product, management, fund, and marketing. The four aspect development is expected to run synergy and simultaneously so that the result obtained can also be maximum and spread so that be able to reflect Tomohon city as a flower city. Besides, as an industrial centre and flower marketing in Indonesia is expected to spur on tourism development in Tomohon city and in Indonesia in general
Conflicts are bound to happen in the classroom and elsewhere. This presentation is based on the book of Dr. Gartrell. The Five-Finger Formula for Conflict Managements will be very useful for children and adults as well.
Menyandang predikat sebagai negara maritim membuat negara Indonesia telah menjadi
sorotan dunia dengan kepemilikan wilayah laut yang sangat luas. Terlebih, tapak tilas historis
bangsa Indonesia sejak berdirinya kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Majapahit dan sejumlah
Kesultanan Islam di berbagai belahan nusantara menjadikan Indonesia sebagai tujuan para
pelaut asing untuk dapat melakukan aktivitas perdagangan di Indonesia. Sebagai negara
maritim, perairan Indonesia terdiri atas laut teritorial, perairan kepulauan dan perairan
pedalaman yang luasnya kurang lebih 2,7 juta km
2
atau sekitar 70% dari luas wialyahnya.
Sedangkan luas wilayah daratan kurang lebih hanya 1,9 juta km
2
Pariwisata Maritim Berbasis Masyarakat di Kabupaten BintanShahril Budiman Png
Community Based Tourism atau Pariwisata Berbasis Masyarakat menjadi primadona didalam pola pengembangan kepariwisataan didaerah. peran serta dari masyarakat didalam prose pengembangan pariwisata di daerah menjadi motor penting pergerakan.
Riset kolaboratif antara Sekolah Tinggi Pariwisata sahid dan walhi Jakarta, dengan tujuan penyusunan Strategi Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan (Sustainainable Tourism) Kawasan Wisata Kepulauan Seribu Sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
5 7-1-sm
1. PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN
SEBAGAI DAYA TARIK WISATA MINAT KHUSUS
DI KABUPATEN PACITAN
Rara Sugiarti
Abstract
The objectives of this qualitative research were to explore the
potentials of minapolitan in the prime zone of PPP Tamperan Pacitan which
can be developed as tourist attraction, identify the facilities which support the
development of minapolitan as tourist attraction in the prime zone of PPP
Tamperan Pacitan, and to investigate the supporting factors and the
resisting factors of minapolitan development as tourist attraction in Pacitan.
Data consisted of primary and secondary data and were collected using site
observation, interview, document study, and focus group discussion. Data
were analyzed using interactive model of analysis. Results indicate that
basically Pacitan, especially the prime zone of PPP Tamperan as part of the
minapolitan area has the potentials to be developed as tourist attractions
which functions as the alternative source of income for the local people.
There have been adequate facilities for developing the area as tourist
attractions even though those facilitated need to be improved. The
supporting factors include good will of the Local Government of Pacitan,
good participation of the local people, good support from the Central
Government, good participation of the private sector, and the strategic
location of Pacitan.
Key words: minapolitan, tourist attraction.
PENDAHULUAN
Indonesia memiliki potensi sumber
daya alam yang berlimpah untuk
dimanfaatkan secara tepat, arif dan
berkelanjutan guna meningkatkan kese-
jahteraan masyarakat. Salah satu potensi
sumber daya alam tersebut adalah
berbagai jenis sumber daya kelautan dan
perikanan. Pemerintah telah berupaya
untuk mengembangkan potensi sumber
daya kelautan dan perikanan melalui
berbagai kebijakan, antara lain dengan
Konsepsi Minapolitan. Kebijakan Peme-
rintah untuk mengembangkan Minapolitan
tersebut tertuang di dalam Peraturan
Menteri Kelautan dan Perikanan Republik
Indonesia Nomor PER.12/MEN/2010
tentang Minapolitan. Menurut Peraturan
Menteri tersebut Minapolitan adalah
sebuah konsepsi pembangunan ekonomi
kelautan dan perikanan berbasis kawasan
berdasarkan prinsip-prinsip terintegrasi,
efisiensi, berkualitas dan percepatan. Di
dalam pengembangan Minapolitan,
Kementerian Kelautan dan Perikanan RI
telah menetapkan kawasan-kawasan yang
potensial dan prospektif yang menjadi
Kawasan Minapolitan. Di dalam Peraturan
Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor
PER.12/MEN/2010 tentang Minapolitan,
disebutkan bahwa yang dimaksud
Kawasan Minapolitan adalah suatu bagian
wilayah yang mempunyai fungsi utama
ekonomi yang terdiri dari sentra produksi,
pengolahan, pemasaran komoditas peri-
kanan, pelayanan jasa, dan/atau kegiatan
pendukung lainnya. Dengan demikian
pada dasarnya Kawasan Minapolitan
merupakan kawasan dengan pusat
kegiatan utama ekonomi yang meman-
faatkan, mengelola dan membudidayakan
sumber daya kelautan dan perikanan serta
mempunyai keterkaitan fungsional dengan
sistem permukimannya yang dikem-
bangkan untuk mendorong pertumbuhan
ekonomi lokal dan menumbuhkan daya
saing regional.
Kawasan Minapolitan tersebar di
seluruh wilayah nusantara mengingat
Indonesia adalah negara maritim yang
1
2. mempunyai kekayaan sumber daya
wilayah pesisir dan lautan yang sangat
besar. Oleh karena itu pengembangan
Kawasan Minapolitan menjadi salah satu
program unggulan Kementerian Kelautan
dan Perikanan. Sampai dengan 14 Mei
2010 pada saat ditetapkannya Keputusan
Menteri Kelautan dan Perikanan Republik
Indonesia Nomor KEP.32/MEN/2010 ten-
tang Penetapan Kawasan Minapolitan
terdapat 197 Kabupaten/Kota yang dite-
tapkan sebagai daerah pengembangan
Kawasan Minapolitan. Di Provinsi Jawa
Timur terdapat 10 (sepuluh) Kabupaten
dan 1 (satu) Kota yang ditetapkan sebagai
Kawasan Minapolitan, dan salah satunya
adalah Kabupaten Pacitan (Pencanangan
dan Rapat Koordinasi Pelaksanaan
Minapolitan di Kabupaten Pacitan : PPP
Tamperan, 8 Juni 2010).
Pengembangan Kawasan Minapo-
litan diarahkan pada pemberdayaan
masyarakat dengan memberikan peran
yang optimal kepada masyarakat guna
meningkatkan perekonomian dan kese-
jahteraan mereka. Bahkan pengembangan
Kawasan Minapolitan merupakan salah
satu kebijakan strategis untuk menang-
gulangi kemiskinan guna meningkatkan
kesejahteraan rakyat. Namun demikian,
meskipun dikembangkan dengan pende-
katan kerakyatan atau pendekatan pem-
bangunan Minapolitan berbasis masya-
rakat, pengembangan Kawasan Minapo-
litan harus menjunjung tinggi asas
kelestarian fungsi lingkungan kawasan
sehingga manfaat pengembangannya
dapat dinikmati baik oleh generasi
sekarang maupun generasi yang akan
datang (anak cucu kita).
Ide dasar pembangunan Mina-
politan adalah penguatan sinergi antara
pertumbuhan ekonomi dan kelestarian
fungsi lingkungan hidup, serta upaya
penemuan teknologi ramah lingkungan
berikut instrumen-instrumen yang dapat
menjamin kelestarian fungsi lingkungan
hidup untuk merumuskan strategi yang
tepat bagi pengembangan ekonomi
kerakyatan. Pemberdayaan masyarakat
melalui pengembangan Kawasan Minapo-
litan dapat meliputi pengintegrasian
sumber daya terkait yang mendukung,
termasuk pariwisata. Di satu sisi Kawasan
Minapolitan merupakan salah satu sumber
daya pariwisata daerah yang mampu men-
diversifikasi produk pariwisata sehingga
dapat menyajikan banyak pilihan (diver-
sifikasi) daya tarik wisata kepada
wisatawan. Di sisi lain Kawasan Minapo-
litan dapat terdukung oleh pengembangan
pariwisata yang melibatkan partisipasi aktif
masyarakat.
Banyak faktor yang menyebabkan
pola pembangunan dan pengembangan
sumber daya kelautan dan perikanan
belum optimal dan berkesinambungan.
Salah satu penyebabnya adalah belum
adanya perencanaan pengembangan
yang komprehensif, integratif dan berke-
lanjutan. Untuk menyusun perencanaan
pembangunan dan pengembangan Mina-
politan diperlukan penelitian yang men-
cermati tentang bagaimana bidang-bidang
pembangunan terkait dapat saling
mendukung sehingga dapat mengop-
timalkan manfaat yang dapat diperoleh
seluruh stakeholders terkait. Di satu sisi,
secara khusus salah satu bidang
pembangunan yang dapat disinergikan
dengan sumber daya kelautan dan
perikanan adalah bidang pembangunan
pariwisata, khususnya wisata bahari. Agar
pengembangan wisata bahari dapat
dimanfaatkan untuk memberdayakan
sumber daya kelautan dan perikanan guna
meningkatkan pendapatan dan mem-
bangun kesejahteraan masyarakat diper-
lukan konsep perencanaan dan rumusan
pengembangan yang jelas dan terarah
dengan mendasarkannya pada penelitian
yang komprehensif.
TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini secara khusus
ditujukan untuk mengkaji potensi mina-
politan pada kawasan zona inti PPP
Tamperan dan sekitarnya yang dapat
dikembangkan sebagai daya tarik wisata
daerah di Kabupaten Pacitan, mengetahui
ketersediaan fasilitas pendukung pengem-
bangan minapolitan pada kawasan zona
inti PPP Tamperan dan sekitarnya sebagai
daya tarik wisata daerah di Kabupaten
Pacitan, serta mengidentifikasi faktor
pendorong dan faktor penghambat yang
Cakra Wisata , Vol. 13 Jilid 1 Tahun 2013
2
3. berpengaruh terhadap pengembangan
minapolitan pada kawasan zona inti PPP
Tamperan dan sekitarnya sebagai daya
tarik wisata daerah di Kabupaten Pacitan.
KAJIAN PUSTAKA
1. Minapolitan
Secara harafiah kata minapolitan
dapat diartikan sebagai kota ikan (mina =
ikan; polis = kota). Dengan demikian
minapolitan berkaitan dengan pengem-
bangan suatu kota atau kawasan yang
memiliki potensi sumber daya ikan yang
menonjol untuk dikembangkan sebagai
produk unggulan daerah. Menteri Kelautan
dan Perikanan Republik Indonesia
menyatakan bahwa minapolitan merupa-
kan konsep pembangunan kelautan dan
perikanan berbasis wilayah. Untuk itu
pendekatan dalam pembangunan mina-
politan perlu didasarkan pada sistem
manajemen kawasan dengan prinsip
integrasi, efisiensi, kualitas dan akselerasi.
Untuk itu diperlukan langkah-langkah
strategis dalam rangka menciptakan
kesejahteraan nelayan, pembudidaya dan
pengolah ikan. Langkah-langkah tersebut
terdiri atas: (1) penguatan ekonomi
masyarakat kelautan dan perikanan skala
kecil; (2) penguatan Usaha Menengah dan
Atas (UMA); dan (3) pengembangan
ekonomi kelautan dan perikanan berbasis
wilayah dengan sistem manajemen
kawasan.
Di dalam mengembangkan mina-
politan, hal pertama yang amat penting
untuk dilakukan adalah memahami peta
aliran pemikiran yang kini mempengaruhi
gerakan perikanan karena hal ini akan
berpengaruh pada pemilihan alur pengem-
bangan yang akan diikuti. Menurut Arif
Satria (2010) terdapat dua peta aliran
dalam minapolitan dan peta aliran tersebut
sudah dikenal dalam kajian ekologi-politik
dimana secara riil masing-masing aliran
tersebut memiliki kelompok pengikut.
Masing-masing kelompok pengikut terse-
but dengan sendirinya akan merespon
minapolitan secara berbeda.
Aliran pertama adalah aliran yang
menggunakan pendekatan konservasi
keanekaragaman hayati (biodiversity
conservation) yang mempertanyakan
apakah gerakan minapolitan akan meru-
sak sumberdaya atau tidak. Sedangkan
aliran kedua adalah aliran dengan
pendekatan ekopopulisme (eco-populism)
yang mempertanyakan apakah gerakan
minapolitan akan membawa keadilan dan
kesejahteraan masyarakat atau tidak.
Dengan penekanan yang berbeda dari
masing-masing aliran tersebut maka arah
pengembangannya jelas akan berbeda.
Pembangunan minapolitan berba-sis
biodiversity conservation menekankan
pentingnya mewaspadai terjadinya keru-
sakan sumberdaya mengingat sumber
pakan, khususnya untuk budidaya ikan
yang menjadi andalan minapolitan, selama
ini juga berasal dari ikan. Hal tersebut
mengandung sebuah ironi yang perlu
dipikirkan solusinya. Dengan mendong-
krak produksi budidaya berarti kebutuhan
pakan yang berasal dari ikan akan
meningkat. Tentu saja hal ini berakibat
pada meningkatnya kegiatan penang-
kapan ikan. Padahal upaya pemerintah
menekankan budidaya tidak lain karena
kondisi sumberdaya ikan sudah semakin
menurun dan akhir-akhir ini amat sulit
untuk mengandalkan pada kegiatan
perikanan tangkap. Dengan demikian
pengendalian penangkapan ikan akan
tidak ada artinya apabila ternyata pada
akhirnya penangkapan ikan akan marak
lagi untuk memenuhi kebutuhan pakan.
Oleh karena itu kalangan yang menganut
aliran konservasi keanekaragaman hayati
ini sangat anti terhadap budidaya ikan
kerapu yang pakannya juga bersumber
dari alam.
Di samping itu, kelompok pengikut
aliran biodiversity conservation ini juga
amat kritis terhadap pengembangan
tambak yang mengkonversi mangrove.
Hal ini karena mangrove dianggap
sebagai tempat penting baik untuk
pemijahan ikan, tempat hidupnya bebe-
rapa spesies penting, dan secara ekologis
memiliki fungsi penting dalam melindungi
daratan dari gelombang pasang, tsunami,
maupun intrusi air laut. Oleh karena itu
kelompok ini mempunyai gagasan untuk
menyelenggarakan sertifikasi atau eco-
labeling usaha budidaya ikan untuk
meyakinkan pasar bahwa usaha tersebut
Rara Sugiarti : Pengembangan Kawasan Minapolitan Sebagai Daya Tarik Wisata....
3
4. tidak merusak lingkungan, seperti
munculnya best aquaculture practice
(BAP) dan sejumlah bentuk sertifikasi
lainnya (Arif Satria, 2010).
2. Kawasan Minapolitan
Kawasan Minapolitan adalah
kawasan ekonomi yang terdiri dari sentra-
sentra produksi dan perdagangan komo-
ditas kelautan dan perikanan, jasa
perumahan dan kegiatan terkait lainnya.
Kawasan Minapolitan berdasarkan turu-
nan kawasan Agropolitan : adalah
kawasan yang terdiri atas satu atau lebih
pusat kegiatan pada wilayah perdesaan
sebagai sistem produksi perikanan dan
pengeloaan sumberdaya alam tertentu
yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan
fungsional dan hierarki keruangan satuan
sistem permukiman dan sistem mina-
bisnis. Program Pengembangan Kawasan
Minopolitan adadalah pembangunan eko-
nomi berbasis perikanan di Kawasan
Agribisnis, yang dirancang dan dilak-
sanakan dengan jalan mensinergikan
berbagai potensi yang ada untuk
mendorong berkembangnya sistem dan
usaha agribisnis yang berdaya saing,
berbasis kerakyatan, berkelanjutan dan
terdesentralisasi, yang digerakkan oleh
masyarakat dan difasilitasi oleh peme-
rintah (Antara News, 2010).
Kawasan Minapolitan diharapkan
mampu meningkatkan pertumbuhan pere-
konomian wilayah dalam sektor perikanan
serta mampu mencukupi kebutuhan ikan
dalam skala regional dan nasional.
Dengan berdasarkan Visi Kementerian
Kelautan dan Perikanan yaitu Indonesia
Penghasil Produk Kelautan dan Perikanan
Terbesar 2015 dan Misinya Mense-
jahterakan Masyarakat Kelautan dan
Perikanan. Adapun Grand Strategy yang
digunakan dalam pengembangan kawa-
san minapolitan adalah (1) memperkuat
kelembagaan dan SDM secara terinte-
grasi, (2) mengelola sumber daya kelautan
dan perikanan secara berkelanjutan, (3)
meningkatkan produk-tivitas dan daya
saing berbasis pengetahuan, dan (4)
memperluas akses pasar domestik dan
internasional.
Sedangkan arah kebijakan budi-
daya ikan adalah pengembangan produksi
budidaya untuk peningkatan ekspor
dengan fokus peningkatan daya saing
melalui pengembangan dan penerapan
teknologi yang super efisien dan ramah
lingkungan, pengembangan produksi
budidaya untuk peningkatan konsumsi
ikan dalam negeri dengan fokus pening-
katan dan penguatan komoditas spesifik
daerah dan pengembangan kolam
pekarangan masyarakat, serta pengen-
dalian pemanfaatan sumberdaya peri-
kanan budidaya dengan fokus pening-
katan kepedulian masyarakat pembudi-
daya ikan dalam pelestarian ekosistem
sumberdaya perikanan budidaya.
3. Daya Tarik Wisata Minat Khusus
Akhir-akhir ini dalam skala nasional
maupun internasional telah berkembang
satu jenis pariwisata yang dikenal dengan
istilah pariwisata minat khusus (special
interest tourism), yakni kegiatan pariwisata
yang dilakukan oleh sekelompok wisa-
tawan karena mereka memiliki motivasi
khusus atau tertarik dengan daya tarik
yang khusus, seperti daya tarik budaya
termasuk seni pertunjukan dan seni
kerajinan (Hall, 1999). Perkembangan
pariwisata minat khusus telah banyak
didorong oleh adanya pergeseran tren
perjalanan di tingkat global dimana
semakin banyak orang ingin memperolah
kebebasan dan keleluasaan di dalam
melakukan perjalanan wisata, termasuk di
dalam memilih objek dan daya tarik wisata
serta menentukan jenis kegiatan wisata
yang akan mereka lakukan.
Wisata minat khusus sangat
dipengaruhi oleh motivasi wisatawan yang
akan melakukan perjalanan wisata ke
daerah tujuan wisata. Pada dasarnya
motivasi wisatawan dapat dikategorikan
menjadi motivasi fisik, kultural, sosial dan
spiritual. Motivasi fisik berkaitan dengan
minat wisatawan untuk melakukan hal-hal
yang bersifat fisik seperti wisata untuk
tujuan kesehatan, penyegaran jiwa dan
raga, serta kegiatan olah raga. Motivasi
kultural berkaitan dengan minat wisatawan
untuk mempelajari budaya bangsa atau
kelompok masyarakat lain termasuk
Cakra Wisata , Vol. 13 Jilid 1 Tahun 2013
4
5. kesenian (seni pertunjukan dan seni
kerajinan), peninggalan bersejarah,
bangunan kuno, upacara tradisional, dsb.
Motivasi sosial berkaitan dengan membina
hubungan antara manusia seperti
mengunjungi sanak famili atau teman,
mencari status dan pengakuan masya-
rakat, serta hobi. Motivasi spiritual
berkaitan dengan keagamaan seperti
kegiatan ziarah, meditasi dan sejenisnya.
Wisata minat khusus memiliki
prospek yang sangat bagus, walaupun
untuk memulainya bukan sesuatu yang
mudah. Situasi pariwisata saat ini sedang
mendukung ke arah itu karena banyak
wisatawan yang sudah jenuh dengan
objek atau daya tarik wisata umum, seperti
taman bertema (theme park), candi, dan
museum. Jadi pasar wisata minat khusus
ini ada dan akan terus berkembang.
Selain itu, keunikan dan keunggulan yang
dimiliki oleh tempat atau lokasi wisata juga
dapat menampung minat khusus
wisatawan.
4. Pariwisata Bahari
Pariwisata bahari sebagai salah satu
bentuk wisata minat khusus memiliki
beragam daya tarik dan kegiatan wisata
yang dapat dilakukan. Wisatawan mela-
kukan kegiatan wisata bahari karena
mereka memiliki motivasi untuk menikmati
dan melakukan berbagai hal berbasis
sumberdaya kelautan. Daya tarik wisata
bahari antara lain meliputi pantai, laut,
hasil laut, dan pemrosesan hasil laut.
Sedangkan kegiatan wisata bahari yang
dapat dilakukan oleh wisatawan antara
lain meliputi berenang, berjemur, ber-
santai, bermain olah raga pantai, dan
menikmati masakan hasil laut.
METODE PENELITIAN
Penelitian tentang pengembangan
kawasan minapolitan sebagai daya tarik
wisata minat khusus di Kabupaten Pacitan
ini merupakan penelitian kualitatif yang
bersifat deskriptif dan didukung oleh data
baik kuantitatif maupun kualitatif. Kegiatan
penelitian ini dilaksanakan di wilayah
pesisir dan lautan yang memiliki potensi
pengembangan minapolitan, khususnya
pada kawasan zona inti PPP Tamperan
dan sekitarnya di Kabupaten Pacitan. Data
dikumpulkan dengan menggunakan bebe-
rapa metode pengumpulan data, yaitu
melalui pengamatan (observasi), wawan-
cara, diskusi kelompok terarah dan studi
dokumen. Data dianalisis dengan meng-
gunakan Analisis Interaktif (Miles &
Huberman, 1984). Teknik analisis interaktif
memiliki tiga komponen, yakni reduksi
data, sajian data, dan penarikan ke-
simpulan. Reduksi Data merupakan
proses seleksi, pemfokusan, penyeder-
hanaan, dan abstraksi data kasar yang
ada dalam catatan lapangan berkaitan
dengan pengembangan kawasan mina-
politan sebagai daya tarik wisata dan
pusat pertumbuhan ekonomi daerah
Kabupaten Pacitan. Data dari lapangan
yang berupa hasil wawancara atau
rangkuman data sekunder yang
ditranskripsikan dalam bentuk laporan
kemudian direduksi dan dipilih hal yang
menonjol mengenai pengembangan
kawasan minapolitan sebagai daya tarik
wisata minat khusus di Kabupaten
Pacitan. Dengan melakukan reduksi data,
peneliti akan memperoleh data yang
akurat, karena peneliti dapat mengecek
apakah adakah data penelitian yang sama
dengan yang diperoleh sebelumnya,
sehingga dapat menghindari adanya
ketum-pangtindihan (overlapping). Penya-
jian data merupakan suatu rakitan
organisasi informasi dalam bentuk klasi-
fikasi atau kategorisasi yang memung-
kinkan penarikan kesimpulan penelitian
mengenai pengembangan kawasan
minapolitan sebagai daya tarik wisata
minat khusus di Kabupaten Pacitan dapat
dilakukan. Dalam hal ini display meliputi
berbagai jenis matriks, gambar atau
skema, jaringan kerja, keterkaitan kegi-
atan, dan tabel yang terkait dengan
pengembangan kawasan minapolitan
sebagai daya tarik wisata misata minat
khusus di Kabupaten Pacitan. Penarikan
Kesimpulan merupakan suatu pengor-
ganisasian data yang telah terkumpul
sehingga dapat dibuat suatu kesimpulan
akhir mengenai pengembangan kawasan
minapolitan sebagai daya tarik wisata
minat khusus di Kabupaten Pacitan.
Dalam awal pengumpulan data, peneliti
Rara Sugiarti : Pengembangan Kawasan Minapolitan Sebagai Daya Tarik Wisata....
5
6. berusaha memahami keteraturan, pola,
pernyataan, konfigurasi, arahan sebab
akibat dan proposisi-proposisi. Peneliti
bersikap terbuka dan skeptis. Kesimpulan
yang pada awalnya kurang jelas kemudian
meningkat secara eksplisit dan memiliki
landasan yang kuat. Kesimpulan akhir
baru dapat dibuat apabila seuruh proses
pengumpulan data mengenai pengem-
bangan kawasan minapolitan sebagai
daya tarik wisata minat khusus di
Kabupaten Pacitan berakhir.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Modal utama untuk mengem-
bangkan pariwisata di suatu kawasan,
termasuk di kawasan minapolitan Kabu-
paten Pacitan, adalah atraksi atau daya
tarik wisata. Daya tarik wisata yang
terdapat di kawasan minapolitan Kabu-
paten Pacitan, khususnya di kawasan
zona inti PPP Tamperan dan sekitarnya,
berupa sua-sana pantai dan laut, potensi
wisata boga, tempat pelelangan ikan dan
sentra pengolahan hasil laut. Selain
potensi tersebut pada dasarnya hampir
seluruh sumberdaya pesisir dapat
dikembangkan menjadi daya tarik wisata.
1. Potensi Minapolitan
Potensi minapolitan yang dapat
dikembangkan sebagai daya tarik wisata
minat khusus meliputi suasana pantai dan
lautan, potensi boga, tempat pelelangan
ikan, dan sentra pengolahan hasil laut.
a. Suasana Pantai dan Lautan
Pantai di sepanjang kawasan zona inti
PPP Tamperan dan sekitarnya
memiliki pemandangan alam yang
indah yang menawarkan suasana
nyaman dengan udara segar. Formasi
pantai yang membentuk semacam
lengkungan menimbulkan tangkapan
pandangan yang lain sehingga
membuat lebih indah untuk dinikmati
mata. Berdasarkan kondisi eksisting,
kawasan pantai yang telah banyak
dikunjungi wisatawan adalah Pantai
Teleng Ria. Keberadaan pantai ini
telah memberikan kontribusi kepada
masyarakat sekitarnya, baik dalam
bidang ekonomi, sosial maupun
budaya.
b. Potensi Boga
Potensi boga atau kuliner merupakan
salah satu alternatif untuk mendiver-
sifikasi produk wisata utama yang
terdapat di suatu destinasi pariwisata,
termasuk produk wisata di kawasan
minapolitan Kabupaten Pacitan. Di
samping menjadi alternatif produk,
wisata kuliner juga berfungsi sebagai
penunjang daya tarik utama. Dalam
kontek pengembangan wisata bahari
di kawasan minapolitan, Kabupaten
Pacitan memiliki potensi wisata boga
yang apabila dikelola secara profe-
sional akan menjadi daya tarik
pendukung yang mampu memberikan
kontribusi secara ekonomi, sosial dan
budaya kepada masyarakat. Pengem-
bangan wisata boga dapat menunjang
pengembangan daya tarik wisata alam
yang dapat dikombinasikan dengan
daya tarik lainnya seperti daya tarik
budaya, baik yang berupa warisan
budaya, seni kerajinan, seni pertun-
jukan dan daya tarik lainnya sehingga
mampu menghidupkan kembali dan
melestarikan budaya di kawasan
tersebut. Potensi wisata boga berupa
beberapa tempat makan (eating
places) di kawasan pantai yang
selama ini sudah ada perlu dibina dan
dikembangkan agar daya tariknya
semakin meningkat. Namun demikian,
perlu diketahui bahwa sebenarnya
wisata kuliner tidak hanya berkaitan
dengan kegiatan makan dan minum
yang dilakukan wisatawan. Wisata
kuliner juga mencakup kegiatan pen-
didikan, yakni mengajarkan kepada
wisatawan tentang how to cook atau
how to process the food and drink.
Dengan demikian ada hal yang
menarik selain hanya sekedar menik-
mati makanan dan minumannya saja.
Pada dasarnya wisata kuliner bertu-
juan untuk memperkenalkan masakan
(makanan dan minuman) tradisional
sebagai salah satu wujud kearifan
lokal yang dimiliki oleh suatu daerah
kepada wisatawan dari awal sampai
akhir kunjungan.
Cakra Wisata , Vol. 13 Jilid 1 Tahun 2013
6
7. c. Tempat Pelelangan Ikan
Tempat pelelangan ikan yang terdapat
di kawasan zona inti PPP Tamperan
merupakan salah satu daya tatrik bagi
wisatawan minat khusus. Hal yang
paling menarik adalah pada saat
terdapat pendaratan kapal yang baru
datang dari mencari ikan. Kapal-kapal
yang berhasil membawa hasil tang-
kapan berupa ikan-ikan dengan
ukuran yang cukup besar dapat
menjadi daya tarik tersendiri bagi
pengunjung. Namun demikian kendala
penyajian suasana ini sebagai daya
tarik wisata adalah seasonality atau
sifatnya yang musiman karena tidak
setiap hari terdapat kapal yang
berlabuh dengan membawa ikan-ikan
hasil tangkapan dari lautan lepas. Oleh
karena itu diperlukan pemikiran untuk
merekayasa daya tarik tersebut atau
memberikan alternatif daya tarik
lainnya yang dapat menciptakan
karakteristik Pacitan sebagai kota ikan.
d. Sentra Pengolahan Hasil Laut
Sebagian Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM) yang terdapat di
Kabupaten Pacitan memfokuskan
usahanya pada pengolahan ikan.
Produk hasil olahan berbahan dasar
ikan tersebut dapat memberikan
kontribusi kepada sektor pariwisata,
utamanya dalam penyediaan oleh-oleh
khas kota ikan. Di samping itu, apabila
dikelola dan dikembangkan dengan
baik proses produksi atau pembuatan
produk olahan berbahan dasar ikan
tersebut juga dapat menjadi daya tarik
wisata. Beberapa sentra pengolahan
hasil laut, khususnya ikan, yang
terdapat di Kota Pacitan antara lain
adalah UMKM Bina Makmur, Aroma
dan Rizqi.
2. Fasilitas Pengembangan Mina-
politan Sebagai Daya Tarik Wisata
Fasilitas yang pada saat ini tersedia
untuk mendukung pengembangan
pariwisata, khususnya wisata bahari di
Kabupaten Pacitan yang ada pada
saat ini cukup baik, meskipun belum
optimal. Fasilitas pendukung tersebut
antara lain terdiri atas akomodasi
(hotel), biro perjalanan wisata, pusat
informasi pariwisata, pusat penjualan
cenderamata, pusat jajan (makanan
dan minuman), dan pusat rekreasi.
Meskipun dalam hal kualitas sebagian
fasilitas tersebut masih relatif kurang,
namun setidaknya keberadaan fasilitas
tersebut telah dapat membantu
menciptakan iklim wisata yang
kondusif.
Rara Sugiarti : Pengembangan Kawasan Minapolitan Sebagai Daya Tarik Wisata....
7
8. Tabel 1: Sarana Penunjang Pariwisata di Kabupaten Pacitan.
No Jenis Usaha Jasa Jumlah
1. Hotel 11
2. Rumah Makan 52
3. Catering 8
4. Gelanggang Seni dan Olah Raga 5
5. Pemancingan 1
6. Warnet 5
7. Biro Perjalanan Wisata 2
8. Usaha Jasa Titipan 2
9. Toserba 5
10. Pusat Jajanan Khas 3
11. Apotek 7
12. Pusat Cenderamata 3
13. Bank 4
14. Sewa Kendaraan 2
15. Pusat Kebugaran 2
16. Panti Pijat -
17. Café 2
18. Salon Kecantikan 6
19. Barber Shop 16
20. Desa Wisata / Pondok Wisata 2
21. Rekreasi dan Hiburan Umum 4
22. Pemandian Alam 1
23. Rekreasi Air 1
24. Gelanggang Renang 2
25. Lapangan Tenis 3
26. Bilyard 3
Sumber: Disbudparpora Kabupaten Pacitan (2010).
Cakra Wisata , Vol. 13 Jilid 1 Tahun 2013
8
9. Tabel 2: Banyaknya Hotel Menurut Jumlah Kamar, Kapasitas Tempat Tidur
dan Tenaga Kerja.
No Jenis Usaha Jasa Jumlah
Kamar
Jumlah Tempat
Tidur
Jumlah
Tenaga Kerja
1. Hotel Remaja
Jl. A. yani 67 Pacitan
41 82 7
2. Hotel Bali Asri
Jl. A. yani 69 Pacitan
30 60 11
3. Hotel Wisata
Jl. P. Sudirman 45 Pacitan
27 48 12
4. Hotel Sidomulyo
Jl. P. Sudirman 31 Pacitan
19 38 6
5. Hotel Wijaya
Jl. P. Sudirman 41 Pacitan
15 30 4
6. Hotel Purna Yudha
Kec. Nawangan Pacitan
11 21 4
7. Happy Bay Beach
Bungalow
Kel. Sidoharjo Pacitan
13 17 4
8. Hotel Permata
Jl. Gatot Subroto 26
Pacitan
41 66 21
9. Hotel Srikandi
Jl. A. Yani 67A Pacitan
20 29 14
10. Hotel Minang Permai
Jl. Gatot Subroto 37
Pacitan
13 20 5
11. Hotel Graha Prima
Jl. Raya Solo Pacitan
23 31 16
12. Hotel Surya Dharma
Jl. Raya Lorok Pacitan
24 27 16
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Pacitan, 2010.
Tabel 3: Banyaknya Biro Perjalanan Wisata (BPW) di Kabupaten Pacitan.
No Nama Biro Perjalanan Wisata Alamat
1. Alfath Duta Tours and Travel Jl. A. yani 67 Pacitan
2. Enggal Tours and Travel Jl. Gatot Subroto 34 Pacitan
3. Marga Jaya Tours and Travel Jl. Gajah Mada Gg. I Pacitan
Jl. Agus Salim Gg. II Pacitan
4. Purwo Widodo Jl. Lorok Desa Cokrokembang
Ngadirojo Pacitan
5. Aneka Jaya Tours and Travel Jl. Gatot Subroto 37 Pacitan
Rara Sugiarti : Pengembangan Kawasan Minapolitan Sebagai Daya Tarik Wisata....
9
10. 3. Faktor Pendorong Pengembangan
Minapolitan Sebagai Daya Tarik
Wisata Minat Khusus
Faktor pendorong pengembangan
kawasan minapolitan sebagai daya tarik
wisata minat khusus meliputi komitmen
Pemerintah Kabupaten Pacitan yang
cukup tinggi, partisipasi masyarakat yang
relatif baik, adanya kebijakan dan Program
Pemerintah Pusat Melalui Kementerian
Kebudayaan dan Pariwisata yang mendu-
kung pengembangan pariwisata di
Kabupaten Pacitan, partisipasi yang baik
dari pihak swasta, dan posisi strategis
Kabupaten Pacitan dengan adanya
pengembangan Jalur Lintas Selatan (JLS).
a. Komitmen Pemerintah Kabupaten
Pacitan
Dalam upaya mengoptimalkan peman-
faatan sumber daya alam di wilayah
pesisir, Pemerintah Kabupaten Pacitan
melalui beberapa dinas teknis,
khususnya Dinas Kebudayaan,
Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga,
telah memberikan perhatian dan
memiliki komitmen yang tinggi untuk
mengembangkan wisata bahari. Hal ini
dapat dilihat dari beberapa program/
kegiatan baik yang telah, sedang
maupun yang akan dilaksanakan oleh
dinas teknis tersebut.
b. Partisipasi Masyarakat
Partisipasi masyarakat dalam men-
dorong pengembangan kawasan
minapolitan sebagai daya tarik wisata
antara lain dapat dilihat dari keikut-
sertaan mereka dalam menyediakan
berbagai produk dan jasa terkait,
seperti penjualan cendera mata,
penjualan makanan dan minuman,
serta pengolahan ikan. Di samping
peran serta langsung, terdapat juga
peran serta yang tidak langsung dalam
bentuk kesadaran masyarakat sekitar
untuk menjaga keamanan, ketertiban
dan kebersihan kawasan.
c. Kebijakan dan Program Pemerintah
Pusat Melalui Kementerian Kebu-
dayaan dan Pariwisata
Dalam rangka mengotimalkan
pemanfaatan sumber daya alam
melalui pembangunan pariwisata,
Pemerintah telah merumuskan
kebijakan dan program yang sesuai
dengan karakteristik sumber daya
alam masing-masing daerah. Secara
riil kebijakan dan program tersebut
telah dijabarkan menjadi kegiatan-
kegiatan yang bersifat implementatif
agar manfaatnya dapat secara
langsung dirasakan oleh masyarakat.
Kegiatan yang sudah dilaksanakan
oleh Pemerintah Pusat melalui
Kementerian Kebudayaan dan Pariwi-
sata antara lain adalah pemberian
bantuan untuk pengembangan desa
wisata yang merupakan pusat
kerajinan gerabah di Desa Purwoasri
Kecamatan Kebonagung untuk mem-
produksi gerabah seni dan hasilnya
dipasarkan untuk mendukung diversi-
fikasi cinderamata di lokasi daya tarik
wisata bahari, seperti di pantai Teleng
Ria.
d. Partisipasi Pihak Swasta
Pengembangan pariwisata memer-
lukan partisipasi dan dukungan dari
semua pihak, termasuk pemerintah,
masyarakat dan swasta. Bahkan,
pihak swasta seperti hotel, restoran/
rumah makan, biro perjalanan wisata,
serta pengusaha jasa terkait lainnya,
memiliki peran yang sangat penting
dalam pembangunan pariwisata.
Tanpa kehadiran dan peran serta
pihak swasta, pariwisata akan sulit
untuk berkembang karena tidak
mungkin pemerintah akan menangani
seluruh usaha yang berkaitan dengan
jasa atau pelayanan di bidang
pariwisata. Namun demikian, hal yang
perlu digarisbawahi adalah bahwa
peran pihak swasta tersebut harus
disinergikan secara tepat dan solid
dengan pemerintah dan masyarakat.
Oleh karena itu perusahaan yang
bergerak dalam industri pariwisata
perlu mengakomodasi peran serta
masyarakat sekitarnya, dan bahkan
dalam kapasitas tertentu pihak
perusahaan perlu memberikan coorpo-
rate sosial responsibility (CSR)
sebagai kompensasi dari kegiatan
bisnis yang mereka jalankan.
Cakra Wisata , Vol. 13 Jilid 1 Tahun 2013
10
11. e. Posisi Strategis Kabupaten Pacitan
Lokasi Kabupaten Pacitan yang
berada di pesisir pantai selatan Jawa
Timur bagian barat daya merupakan
lokasi yang strategis. Meskipun letak
Ibu Kota Kabupaten Pacitan cukup
jauh dari pusat pemerintahan dan Ibu
Kota Provinsi Jawa Timur (Kota
Surabaya), yakni sekitar 250 Km,
namun letak Kabupaten Pacitan di
pantai selatan Jawa di mana juga
terdapat Jalur Lintas Selatan (JLS)
dengan kelas jalan nasional dan
merupakan jalur utama yang mem-
punyai potensi mobilitas cukup tinggi
akan memberikan nilai tambah yang
signifikan kepada pengem-bangan
perekonomian daerah. Kondisi terse-
but menjadikan Kabupaten Pacitan
mempunyai posisi yang strategis untuk
menjadi tempat persinggahan para
pengguna jalan, khususnya yang
menggunakan Jalur Lintas Selatan
(JLS).
4. Faktor Penghambat Pengembangan
Minapolitan Sebagai Daya Tarik
Wisata
Faktor penghambat pengembangan
kawasan minapolitan sebagai daya
tarik wisata di Kabupaten Pacitan
meliputi terbatasnya aksessibilitas dan
sarana pendukung, terbatasnya dana
pengembangan, integrasi program
pengembangan minapolitan dengan
program pengembangan pariwisata
masih relatif terbatas, karakter laut
dengan gelombang tinggi, dan belum
adanya rencana induk atau masterplan
pengembangan kawasan minapolitan.
a. Terbatasnya aksessibilitas dan
sarana pendukung
Akses menuju Pacitan dari arah
Yogyakarta dan Surakarta mengalami
kerusakan di beberapa ruas. Sedang-
kan akses dari Madiun dan sekitarnya
terkendala oleh seringnya terjadi
kelongsoran. Demikian pula sarana
pendukung masih terbatas. Kebera-
daan pusat informasi pariwisata (TIC)
perlu dilengkapi dengan fasilitas
interpretasi untuk memberikan penje-
lasan yang memadai kepada
wisatawan untuk bersikap ramah
lingkungan dengan menyediakan
interpretation board yang memadai.
b. Terbatasnya dana pengembangan
Dana pengembangan wisata bahari
dalam rangka pemanfaatan potensi
minapolitan masih terbatas antara lain
dikarenakan masih terdapat banyak
sektor pariwisata lainnya yang harus
dikembangkan, termasuk jenis-jenis
wisata minat khusus lainnya yang
sesuai dengan karakteristik sumber
daya wilayah. Mengenai pengem-
bangan minapolitan secara umum
anggaran atau budget lokal untuk
pengembangan minapolitan kurang
mencukupi. Oleh karena itu diperlukan
dukungan dana APBN, yang antara
lain akan digunakan untuk memper-
luas lahan reklamasi alias pemekaran
wilayah Pelabuhan Tamperan seluas
dua hektare di lokasi yang ditetapkan
sebagai kawasan minapolitan agar
mampu mengoptimalkan pengolahan
ikan. Hasil tangkapan para nelayan
akan diproses minimal setengah jadi,
kemudian baru didistribusikan ke luar
daerah. Kegiatan ini diharapkan akan
meningkatkan ekonomi warga di
bidang perikanan. Namun, untuk
merealisasikan kawasan minapolitan
tersebut diperlukan waktu yang cukup
lama, setidaknya lima tahun, dan
pembangunannya akan dilakukan
secara bertahap. Itu seuai dengan
besaran bantuan dana dari pemerintah
pusat.
c. Integrasi program pengembangan
minapolitan dengan program
pengembangan pariwisata masih
relatif terbatas
Hal ini dapat dilihat dari beberapa
program yang dipaparkan oleh
lembaga terkait. Sebagai contoh,
dalam upaya pemecahan masalah
minapolitan dengan memanfaatkan
alokasi anggaran berbagai kemen-
terian dan daerah, lembaga yang
secara eksplisit terlibat adalah
kementerian dan dinas yang berkaitan
dengan kelautan dan perikanan,
pekerjaan umum, energi dan sumber
daya mineral (ESDM), perdagangan,
Rara Sugiarti : Pengembangan Kawasan Minapolitan Sebagai Daya Tarik Wisata....
11
12. UKM, perindustrian, dan perhubungan.
Positioning pariwisata dalam pemba-
ngunan minapolitan masih tergolong
tidak dominan dan kurang signifikan.
d. Karakter laut dengan gelombang
tinggi
Pantai di kawasan zona inti PPP
Tamperan dan sekitarnya memiliki
karakter gelombang yang tinggi
sehingga tidak mudah untuk
mengembangkan kegiatan wisata
bahari yang diversifikatif. Karena
gelombang yang tinggi, beberapa
kegiatan wisata bahari tidak tepat
untuk dilakukan.
e. Belum adanya rencana induk atau
masterplan pengembangan kawa-
san minapolitan
Untuk mengembangkan kawasan
minapolitan diperlukan suatu rencana
induk di mana di dalamnya terdapat
juga unsur pengembangan minapolitan
sebagai daya tarik wisata minat
khusus. Masterplan berisi semua
rumusan perencanaan tentang hal-hal
yang akan dilaksanakan dalam
mengembangkan kawasan minapo-
litan, baik perencanaan hal-hal fisik
maupun non-fisik. Oleh karena itu,
tanpa masterplan sulit mengharapkan
bantuan penyediaan infrastruktur untuk
menopang minapolitan.
KESIMPULAN
Pada dasarnya Kabupaten Pacitan,
khususnya kawasan zona inti PPP
Tamperan dan sekitarnya yang dikem-
bangkan sebagai bagian dari kawasan
minapolitan, memiliki potensi menjadi
daya tarik wisata yang dapat berperan
sebagai alternatif sumber pendapatan,
baik bagi masyarakat setempat, pihak
swasta maupun bagi Pemerintah
Kabupaten Pacitan. Agar pengembangan
kawasan minapolitan sebagai daya tarik
wisata di wilayah tersebut dapat
berkelanjutan, diperlukan peningkatan
fasilitas atau sarana prasarana yang
mendorong pembangunan kawasan
minapolitan sebagai daya tarik wisata
minat khusus.
Ucapan Terima Kasih
Tim peneliti Lembaga Penelitian
dan Pengabdian kepada Masyarakat
(LPPM) Universitas Sebelas Maret
mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada Badan Penelitian,
Pengembangan dan Statistik
(BALITBANGTIK) Kabupaten Pacitan
yang telah memberikan kesempatan dan
kepercayaan serta memfasilitasi dana
penelitian melalui APBD Kabupaten
Pacitan Tahun Anggaran 2011 sehingga
penelitian mengenai “Pengembangan
Kawasan Minapolitan Sebagai Daya Tarik
Wisata Dan Pusat Pertumbuhan Ekonomi
Daerah” dapat diselenggarakan dengan
baik, dan hasilnya antara lain telah kami
rangkum dalam artikel ini.
DAFTAR PUSTAKA
Arif Satria, 2010, Minapolitan dan
Minapolitik, Jakarta (ANTARA
News),
http://www.antaranews.com/berita/
1269867347/minapolitan-dan-
minapolitik
Antara News, 2010, Target 200 Kawasan
Minapolitan
http://www.indonesiaeximbank.go.i
d/Publikasi/LiputanMedia/tabid/82/
newsid424/567/Default.aspx
Antara News, 2010, "Minapolitan" Untuk
Memerangi Kemiskinan"
http://www.antaranews.com/berita/
1270538323/minapolitan-untuk-
memerangi-kemiskinan.
Badan Penelitian, Pengembangan dan
Statistik Kabupaten Pacitan, 2008,
Penelitian Pemberdayaan UMK
Bagi Masyarakat Nelayan Guna
Mendukung Pengembangan
Wilayah Pesisir Di Kabupaten
Pacitan.
Dahuri, Rokhmin, dkk, 2008,
Pengelolaan Sumber Daya
Wilayah Pesisir Dan Lautan Secara
Terpadu, Jakarta: PT. Pradnya
Paramita.
Cakra Wisata , Vol. 13 Jilid 1 Tahun 2013
12
13. Hall, C. M. 1999. Special interest tourism.
Melbourne: Longman.
Purnomowati. 2003 : Menuju Pengelolaan
Sumberdaya Pesisir Terpadu
Berbasis Masyarakat. Makalah
disampaikan pada Pelatihan
ICZPM. Kerjasama PKSPL-IPB
dengan Ditjen P3K, DKP. Bogor.
Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007
tentang Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009
tentang Kepariwisataan.
Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009
tentang Perikanan.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
29 Tahun 2008 tentang
Pengembangan Kawasan Strategis
Cepat Tumbuh di Daerah.
Peraturan Menteri Kalautan dan Perikanan
Nomor PER.12/MEN/2010 tentang
Minapolitan.
Keputusan Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor
KEP.32/MEN/2010 tentang
Penetapan Kawasan Minapolitan.
Rara Sugiarti : Pengembangan Kawasan Minapolitan Sebagai Daya Tarik Wisata....
13