1. PRESENTASI MAKALAH MATA KULIAH ULUMUL
HADITS
“HADITS SEBAGAI SUMBER AJARAN AGAMA”
DOSEN PENGAMPU : Dr. H. Asep Habib Idrus Alawi,MA M.Si.,MM
Nama Kelompok 2
1. Ahmad Bakhtiarudin Ali ( 202143399)
2. Khonzah Nur Fadilah ( 202143194 )
3. Des Risandi ( 20213331 )
4. Maftuh Ahnan Bahreisy ( 202143400 )
2. Hadits Sebagai Sumber Ajaran Agama
Para ulama telah sepakat bahwa al-Hadits ( sunnah ) merupakan salah
satu undang undang yang wajib ditaati . Kedudukannya sesudah al-
Quran , artinya seorang Mujtahid tidak kembali kepada sunnah dalam
membahas hukum sesuatu kejadian, kecuali setelah dia tidak
memperoleh hukum kejadian tersebut dalam Al- Quran . Kedudukan
Hadits dalam islam Memiliki kedudukan yang sangat urgent. Dimana
hadits Merupakan salah satu sumber hukum kedua setelah Al-Quran .
Al Quran akan sulit dipahami tanpa intervensi hadits. Memakai Alquran
tanpa mengambil hadits sebagai landasan hukum dan pedoman hidup
adalah hal yang tidak mungkin, karena Alquran akan sulit dipahami
tanpa menggunakan hadits. Kaitannya dengan kedudukan hadits di
samping Al- Quran sebagai sumber ajaran Islam, maka Al-Quran
sebagai sumber pertama , sedangkan hadist merupakan sumber
kedua. Bahkan sulit dipisahkan antara Al-Quran dan hadits karena
keduanya adalah wahyu, hanya saja Al-Quran merupakan wahyu matlu
(wahyu yang dibacakan oleh Allah SWT, baik redaksi maupun
maknanya, kepada Nabi Muhammad SAW dengan menggunakan
bahasa arab) dan hadits wahyu ghoiru matlu ( wahyu yang tidak
dibacakan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW secara langsung
),melainkan maknanya dari Allah dan lafalnya dari Nabi Muhammad
SAW.
3. Adapun dilihat dari segi hukum-hukum yang ada dalam hadits dan hubungan
dengan al-Quran sebagai berikut;
1. Hadis adalah penjelas bagi al-Qur’an Pada dasarnya, tidak ada keterangan dari
al-Qur’an atau dari pernyataan Nabi satu pun yang menyatakan bahwa hadith
adalah penjelas dari al-Qur’an. Hanya saja, sebuah deduksi “hadith adalah
penjelas dari al-Qur’an” ini didasarkan pada posisi dan fungsi Nabi sendiri ketika
diutus sebagai seorang rasul bagi umat manusia. Dalam firman Allah Qs. al-Nahl,
16:44 dinyatakan bahwa:
وأنزلنا
إليك
الذكر
لتبني
للناس
مانزل
إليهم
Dan Kami turunkan kepadamu (Muhammad) al-dzikr (al-Qur’an) agar supaya
engkau menjelaskan kepada manusia apa (ajaran-ajaran) yang telah diturunkan
kepada mereka.
Ayat di atas secara eksplisit menyatakan bahwa Nabi Muhammad bertugas atau
berfungsi sebagai penjelas al-Dzikr (al-Qur’an) kepada umat manusia. Ayat ini juga
mengisyaratkan bahwa ajaran-ajaran yang terdapat dalam al-Qur’an masih banyak
yang bersifat global (kullì) dan tidak rinci (juz’ì), sehingga perlu penjelasan-
penjelasan Nabi.
2.Mengakui dan menguatkan suatu hukum yang tersebut dalam al Quran ,
sehingga hukum itu mempunyai dua sumber ,yaitu ayat yang menetapkannya dan
hadits yang menguatkanya. Contohnya perintah sholat , puasa, ibadah haji , dan
larangan menyekutukan Allah , dan berbuat maksiat.
4. 3. Menjelaskan al-Quran , yaitu menafsirkan yang mujmal , mengaitkan yang mutlaq
atau mengkhususkan yang umum , Allah SWT . Berfirman ;
ُهَّلَعََلو ْمِهْيَلِإ َلِزُن َام ِاسَّنلِل َنِيَبُتِل َرْكِٱلذ َكْيَلِإ َٓانَْلزنََأو
ْم
ََونُرَّكَفَتَي
Artinya: “ Dan kami turunkan kepadamu Al Quran agar kamu menerangkan kepada
umat manusia apa apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka
memikirkan.” ( an-Nahl, 16 : 44 )
orang berpengetahuan yang paling utama, ialah orang yang menguasai al-qur’an yang
agung. Sesungguhnya mereka itu orang yang berpengetahuan dengan sebenarnya,
dan lebih pantas menyandang predikat ini dibandingkan pihak yang lain. Oleh Karena
itu, Allah berfirman ”dan Kami turunkan kepadamu ad dzikr” yaitu al qur’an yang
berisikan peringatan tentang apa saja yang dibutuhkan para hamba, yang bertalian
dengan urusan agama dan duniawi mereka, yang zahir maupun yang batin. ”agar kamu
menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka” tujuan
ini mencakup penjelasan lafazh lafazh dan makna maknanya, ”dan supaya mereka
memikirkan” memikirkannya, hingga berhasil mengekspolrasi segala perbendaharaan
(manfaat) dan ilmu ilmunya sesuai dengan bekal dan atensi mereka kepada al qur’an
(Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di,)
5. 4. Menetapkan suatu hukum yang tidak tersebut dalam AlQuran .jika ada
suatu perbuatan atau kejadian yang tidak ditetapkan hukumnya dalam al
quran , maka hukum ini ditetapkan dengan hadits. Misalnya diharamkan
mengumpulkan antara perempuan dengan bibiknya menjadi istri
seseorang, dan apa yang tersebut dalam hadits ;
النسب من يحرم ما الرضاعة من يحرم
Artinya: “Apa yang diharamkan karena sebab nasab (keturunan)
diharamkan juga karena sebab susuan” (HR. Bukhari dan Muslim).
Hubungan hadits dengan Al-Qur’an tentunya memiliki hubungan yang
cukup erat. Hadits berfungsi menjelaskan hukum-hukum dalam Al-Qur’an.
Allah SWT menetapkan hukum dalam Al-Qur’an adalah untuk diamalkan,
karena dalam pengalaman itulah terletak tujuan yang digariskan.
Pengalaman hukum Allah diberi penjelasan oleh Nabi. Dengan demikian
bertujuan supaya hukum-hukum yang ditetapkan Allah dalam Al-Qur’an
secara sempurna dapat dilaksanakan oleh umat. Sebagian besar ayat
hukum dalam Al-Qur’an adalah dalam bentuk garis besar yang secara
amaliyah belum dapat dilaksanakan tanpa penjelasan dari hadits. Dengan
demikian keterkaitan hadits dengan Al-Qur’an yang utama adalah
berfungsi untuk menjelaskan Al-Qur’an.
6. KESIMPULAN
Hadits merupakan sumber hukum kedua bagi umat Islam setelah Al-Quran sebagai
sumber utama, hadits juga sebagai pedoman hukum serta ajaran-ajaran yang terdapat
dalam Al-Qur’an. Hadits adalah sumber hukum Islam (pedoman hidup kaum Muslimin)
yang kedua setelah Al-Qur’an. Bagi mereka yang telah beriman terhadap Al-Qur’an sebagai
sumber hukum Islam, maka secara otomatis harus percaya bahwa Hadits juga merupakan
sumber hukum Islam. Bagi mereka yang menolak kebenaran Hadits sebagai sumber
hukum Islam, bukan saja memperoleh dosa, tetapai juga murtad hukumnya . Kedudukan
hadits sebagai sumber hukum Islam, dapat dilihat dalam beberapa dalil, baik dalam
bentuk naqli ataupun aqli : dalil Al-Qur’an, dalil Hadits, Ijma’ dan Ijtihad. Kehujjahan hadits
dapat dipahami dari 7 aspek yaitu: Ishmah, sikap sahabat terhadap sunnah, Al-Qur’an, Al-
Sunnah, Kebutuhan Al-Qur’an terhadap al-sunnah, realitas – sunnah sebagai wahyu dan
Ijma’ fungsi hadits terhadap Al-Qur’an yaitu: bayan tafsir, bayan taqrir, bayan tasyri’ dan
bayan an-nasakh.